• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Pikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 26

B. Desain Penelitian ... 26

C. Data Penelitian... 28

(2)

E. Pengembangan Bahan Ajar ... 33 F. Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 41 B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 51 B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(3)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan teriring rasa syukur ku ucapkan kepada Sang Pencipta ALLAh SWT dan Nabi Besar MUHAMMAD SAW, penulis persembahkan buah karya sederhana ini sebagai bukti cinta kasih kepada:

Kedua orangtuaku tercinta (ibu dan abah) yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangat yang takkan pernah habis, yang selalu

sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada dikalaku sedih dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendo’akan

dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini serta senantiasa menanti keberhasilan anandamu.

Kakak-kakakku tesayang (kakak Rika, Aa’ Jaka, dan Mba’ Yani) atas semua do’a dan dukungan yang telah kalian berikan kepadaku.

Serta Haris Setiawan, terimakasih telah menjadi bagian dalam hidupku. Walaupun kau tak ada disini tapi

aku yakin kau melihat keberhasilanku.

Guru dan dosen atas ilmu dan semua yang telah kalian berikan padaku, yang menjadi penerang jalanku.

(4)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Pembelajaran

Kooperatif tipe Modified Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4

Bandar-lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

konsultasi akademik, bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan

perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya

skripsi ini;

2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah bersedia

memberikan waktunya untuk konsultasi akademik dan atas kesediaannya

memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama

(5)

3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis;

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah

memberi-kan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaimemberi-kan skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis;

7. Bapak Drs. Edy Supriyono, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 4

Bandar-lampung;

8. Ibu Pipit Susy Hernawati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak

membantu dalam penelitian;

9. Siswa/siswi kelas VII-C, dan VII-I SMP Negeri 4 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin;

10. Ibu dan Abah tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan

selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya;

11. Ibu, Bapak, ayank haris dan dek tiwi, serta keluarga besar di Pekalongan, atas

kebersamaannya selama ini, serta motivasi dan do’a yang selama ini kalian berikan;

12. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan

Matematika: Adi Saputra, Ali Afandi, Agustina, Berta Afriza, Dani Sefrian,

(6)

Desmayana-sari, Endah Kurniasih, Fiska Kurniawati, Fitri Apriani, Harviana, Haris

Setiawan, Heru Budi Wibowo, Ifandoni, Indah Wahyu Ariesta, Indri Cahya

Kusuma, Leni Widiarti, Komang WiYan, Marista Surfianawati, Mira

Anjar-sari, Monlila Beni, M Brilliant Lutfi, M. Ilham Akbar Kenamon, Mulya Sari,

Nesha Aprilia Puspa, Nurhasanah, Ratna Sari, Reni Puspita Ningsih, Resia

Mardika, Rita Arintawati, Robertus Handi Atmoko, Septiana, Sevia Gusmita,

Sri Rejeki, Solihin Nuryanto, Tabrani Munif, Tanti Sriwahyuni, Tri Agusti

Eliati, Tri Fajrianti Fauzia, Vera Lidya, Yemi Nurtilawati, Yesi Ariasari,

Yulva Sesmita, dan Zelvina Charunisa. Spesial untuk ayankku tercinta haris,

yayank aciis, yayank ratna, aa’ bli komang, abang heru, dan kak ifan, atas

kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah kalian berikan.

Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan

pernah terlupakan untuk selamanya.

13. Teman-teman Asrama Maria II dan Wisma Annisa: Nces Va, AryMitha, Vivi

Vidya Kiting, Tanti Vina, Nina, Oted, Mb’Vina, Metha, Imes, dan Mb’Dini

atas kebersaannya selama ini.

14. Teman-teman seperjuangan PPL di SMP Tunas Harapan Bandarlampung

(Haris, Feri, Slamet, Mb’Sulung, Mb’Eka, Mb’Ririn, Nisa, Enjel, Fiqoh,

Alfath, Ana dan Istika) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa;

15. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai

2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas

kebersamaannya;

16. Almamater yang telah mendewasakanku.

(7)

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala

di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, Oktober 2012 Penulis,

(8)

Motto

(9)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Helen Dea Lestari

NPM : 0743021024

Program studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, pada 1 Juli 1989. Penulis adalah anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak

Melwani Hamid dan Ibu Suryaningsih, S.Pd.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-kanak (TK) yakni di TK Dharmawanita Talangpadang yang dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD) yakni di SD Negeri 1 Talangpadang, dan SD Negeri 4 Talangpadang.

Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Talangpadang dan lulus tahun 2004 serta Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Negeri 1 Anyer Provinsi Banten hingga tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

(11)

Helen Dea Lestari

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Helen Dea Lestari

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk

menganalisis peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang belajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dibandingkan de-ngan siswa yang belajar dede-ngan pembelajaran konvensional. Pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dalam pembelajaran kooperatife tipe Jigsaw materi yang dipelajari harus independen, sedangkan dalam matematika hampir semua materi

yang akan dipelajari saling berkaitan. Sehingga dilakukan modifikasi pada

pembelajaran kooperatife tipe Jigsaw.

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 4

Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 dan sebagai sampel penelitian dipilih

dua dari tujuh kelas secara acak. Berdasarkan analisis data menggunakan uji

(12)

Helen Dea Lestari

pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

(13)

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Helen Dea Lestari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(14)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MODIFIED JIGSAW

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun

Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Helen Dea Lestari

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021024

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd.

NIP 19661118 199111 2 001 NIP 19610524 198603 1 006

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(15)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. __________

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003

(16)

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh Helen Dea Lestari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis ... 19

3.1 Desain Penelitian ... 27

3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas ... 30

3.3 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31

3.4 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... 32

3.5 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ... 33

3.6 Nilai Chi-Kuadrat ( ) untuk Distribusi Data Kemampuan Awal ... 35

3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal ... 37

4.1 Hasil Post-test Kemampuan Representasi Matematis Siswa... 41

4.2 Nilai Chi-Kuadrat ( ) untuk Distribusi Data Kemampuan Akhir .... 43

4.3 Uji Mann-Whitney U Data Kemampuan Representasi Matematis ... 43

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat menggali dan memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk menjadikan seseorang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berbudi pekerti luhur. Hal ini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

(19)

2

didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

McCoy, Baker, dan Little dalam Hutagaol (2007: 3) mengemukakan bahwa salah satu cara terbaik membantu siswa memahami matematika adalah dengan melalui representasi matematis, yaitu dengan cara mendorong mereka untuk menemukan atau membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika.

Sabandar dalam Hutagaol (2007: 3) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis bisa dilakukan guru melalui proses penemuan kembali melalui matematisasi horizontal dan vertikal. Pada konsep matematisasi horizontal siswa memulai dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Dengan demikian siswa dapat mengidentifikasi, merumuskan, dan menvisualisasikan masalah dalam cara-cara berbeda, dan mentransformasikan masalah dunia real ke masalah matematika. Sedangkan pada konsep matematisasi vertikal berupa representasi hubungan– hubungan dalam rumus, membuktikan aturan, membuat generalisasi, dan penye-suaian model matematika.

(20)

3

daya representasi siswa secara optimal. Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam

National Council of Teacher Mathematics (NCTM) (2000: 207) dinyatakan bahwa kemampuan representasi matematis siswa sangat terbatas, sehingga ketika siswa memecahkan masalah, cara penyelesaian yang digunakannya cenderung melihat keterkaitan unsur-unsur penting dalam masalah tersebut, yang didominasi representasi simbolik, tanpa memperhatikan representasi bentuk lain.

Model pembelajaran konvensional yang pada umumnya diterapkan guru SMP dalam pembelajaran matematika menyebabkan hanya terjadi komunikasi satu arah. Siswa hanya mendengarkan, dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, lalu siswa diberi beberapa contoh soal, latihan, dan pekerjaan rumah. Akibatnya apabila siswa diberikan masalah matematis yang berbeda dengan contoh soal atau latihan siswa tidak mampu merepresentasikan masalah matematis tersebut ke dalam persamaan atau ekspresi matematis dan kata-kata atau teks tertulis. Apabila guru meminta siswa untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebagian besar siswa lebih memilih untuk diam. Dengan demikian siswa cenderung lebih pasif dan menerima apa yang telah diberikan oleh guru tanpa ada timbal balik antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan guru.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Salah satu model pem-belajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah pempem-belajaran kooperatif tipe

(21)

4

tetap bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka perlu adanya modifikasi. Selanjutnya modifikasi ini disebut dengan Modified Jigsaw.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw siswa dikelompokkan secara heterogen. Siswa diberi materi baru atau pendalaman materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok ditugaskan untuk menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut.

Dalam kelompok ahli, masing-masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik bagaimana menjelaskan bagian informasi itu kepada teman-teman di kelompok asalnya. Setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya masing-masing, dan mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya. Dalam upaya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok asalnya, maka secara tidak langsung akan mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan representasinya sebagai dasar dalam berkomunikasi. Mereka akan menemukan atau membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika yang telah mereka pelajari di kelompok ahli. Kemampuan representasi diharapkan akan meningkat saat siswa berupaya untuk memahami materi dan merancang bagaimana cara menjelaskan agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Dengan demikian pada akhir pelajaran diharapkan kemampuan representasi siswa dapat meningkat dengan menggunakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe

(22)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012?” Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan peneliti sebagai berikut:

Apakah rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional?

C. Tujuan Penelitian

(23)

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.

1. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya menyusun pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw.

2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw serta sebagai acuan atau refrensi pada penelitian yang sejenis

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup sebagai batasan-batasan penelitian mencakup pengertian:

1. Efektivitas pembelajaran matematika adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan representasi matematis yang dimiliki siswa.

(24)

7

penerapan materi dimana pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw materi harus independen, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw pembagian materi tidak independen. Pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk mampu bekerjasama dalam kelompok asal maupun kelompok ahli, serta mampu membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomu-nikasikan gagasan matematika yang telah didapatnya.

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud yaitu memberi materi melalui ceramah, pemberian contoh soal, kemudian pemberian tugas.

(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat

diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Keefektifan pembelajaran

menurut Trianto (2009: 20) adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan

proses belajar mengajar. Sutikno (2005: 7) mengungkapkan bahwa efektivitas

pembelajaran merupakan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang

telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah

dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan.

Veithzal (1999) menyatakan bahwa efektivitas tidak hanya dilihat dari sisi

produktivitas, tetapi juga dilihat dari sisi persepsi seseorang. Demikian juga dalam

pembelajaran, efektivitas bukan semata-mata dilihat dari tingkat keberhasilan

siswa dalam menguasai konsep yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar tetapi

juga dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti, sedangkan

Mulyasa (2003) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran banyak bergantung

kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, baik yang

(26)

9

Steers (2003) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah kemampuan

dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan serta

kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses

pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didisain dalam

suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas

pembe-lajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembepembe-lajaran untuk

men-capai tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pembelajaran dalam penelitian ini

adalah meningkatkan kemampuan representasi matematis yang dimiliki siswa.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Modified Jigsaw

Slavin (2005: 236) mengungkapkan bahwa metode Jigsaw pertama kali

dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya (1978). Dalam metode

Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5

anggota yang heterogen. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah

satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu.

Huda (2011: 118) menyatakan bahwa Jigsaw didisain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran

orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan menjabarkan materinya tersebut kepada anggota

kelompoknya yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung dengan yang

(27)

10

ditugaskan. Anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu

untuk berdiskusi (antar ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pelajaran yang ditugaskan pada mereka, kemudian siswa itu kembali pada

kelompokya masing-masing (kelompok asal) untuk menjelaskan kepada anggota

kelompoknya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya

(dalam pertemuan ahli).

Jika dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka

langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok asal

Siswa dibentuk kelompok yang disebut dengan kelompok asal, dengan jumlah

siswa 4-5 orang. Siswa dalam kelompok asal berjumlah 4 orang, sesuai dengan

materi yang akan dibagikan. Materi dalam penelitian ini Bab Segiempat. Setiap

kelompok asal mendapatkan satu sampai dua subbab yang akan dibahas dalam

satu pertemuan. Seluruh kelompok asal dibagikan subbab persegi panjang,

maka empat orang anggota di dalamnya mempelajari bagian-bagian kecil dari

persegi panjang, seperti pengertian persegi panjang, sifat-sifat persegi panjang,

keliling persegi panjang, dan luas persegi panjang.

2. Pembentukan kelompok ahli

Siswa yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Terdiri dari kelompok ahli

pengertian persegi panjang, kelompok ahli sifat-sifat persegi panjang,

(28)

11

3. Diskusi kelompok ahli

Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, semua anggota kelompok berdiskusi

tentang materi yang didapat.

4. Kembali ke kelompok asal

Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, semua siswa kembali ke

kelompok asalnya. Dalam kelompok asal mereka saling memberikan informasi

tentang materi yang mereka dapat dalam kelompok ahli.

5. Presentasi kelompok

Setelah seluruh anggota kelompok asal menjelaskan masing-masing informasi

yang mereka dapat dalam kelompok ahli, guru meminta kelompok asal untuk

mempresentasikan di depan kelas hasil diskusi mereka.

6. Guru memberikan kuis.

Langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di atas berlaku untuk satu

kali pertemuan. Untuk pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan materi

selanjutnya, yaitu subbab dari Bab Segiempat yang lainnya dengan langkah

pembelajaran yang sama seperti diatas. Untuk lebih jelas, ilustrasi pembelajaran

kelompok dalam pembelajaran Jigsaw digambarkan seperti dalam Diagram 2.1.

Ismayani (2010) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu terstruktur dan

bertingkat. Hampir semua materi matematika yang akan kita pelajari itu saling

berkaitan, untuk bisa memahami beberapa konsep lebih tinggi diperlukan

pemahaman terhadap konsep dibawahnya. Dengan kata lain, agar tidak

bermasalah dengan beberapa konsep yang lebih tinggi, konsep-konsep di level

(29)

12

Diagram 2.1 Ilustrasi pembelajaran Jigsaw

Khusus untuk materi dalam penelitian ini, langkah pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw tidak dapat dilakukan untuk pokok bahasan segiempat, dalam

mempe-lajarinya siswa dituntut untuk dapat mendefinisikan pengertian, mengidentifikasi

sifat-sifat, menghitung keliling dan luas dari suatu segiempat, serta

mengapli-kasikannya dalam pemecahan masalah yang terkait dengan keliling dan luas

bangun segiempat. Konsep definisi, sifat-sifat, keliling dan luas dari suatu

segiempat memiliki suatu keterkaitan, sehingga siswa akan sulit untuk mengetahui

KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI

(30)

13

keliling dan luas jika siswa tidak mengetahui konsep definisi dan sifat-sifat dari

segiempat itu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw, materi yang diajarkan harus saling lepas atau independen. Oleh karena itu

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dimodifikasi agar dapat digunakan

untuk materi yang tidak independen. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

dimodifikasi selanjutnya disebut dengan istilah Modified Jigsaw. Adapun

langkah-langkah dari Modified Jigsaw yaitu sebagai berikut:

1. Pertemuan pertama

a. Pembentukan kelompok asal

Siswa dibentuk kelompok yang disebut dengan kelompok asal, dengan

jumlah siswa 6 orang, sesuai dengan materi yang akan dibagikan. Materi

dalam penelitian ini Bab Segiempat. Setiap kelompok asal mendapatkan

materi satu bab, dan enam orang anggota di dalamnya mempelajari subbab

dari bab segiempat, seperti persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah

ketupat, layang-layang, dan trapesium.

b. Pembentukan kelompok ahli

Siswa yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu

kelompok yang disebut dengan kelompok ahli. Terdiri dari kelompok ahli

persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan

trapesium.

c. Diskusi kelompok ahli

Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, semua anggota kelompok

(31)

14

2. Pertemuan kedua

a. Kembali ke kelompok asal

Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, semua siswa kembali ke

kelompok asalnya. Dalam kelompok asal mereka saling memberikan

informasi tentang materi yang mereka dapat dalam kelompok ahli.

3. Pertemuan ketiga, keempat, dan kelima

a. Presentasi kelompok

Setelah seluruh anggota kelompok asal menjelaskan masing-masing

informasi yang mereka dapat dalam kelompok ahli, guru meminta kelompok

ahli untuk mempresentasikan di depan kelas hasil diskusi mereka. Dalam

satu pertemuan dua kelompok ahli secara bergantian mempresentasikan

hasilnya. Setelah presentasi guru memberikan latihan kepada siswa.

4. Pertemuan keenam

Siswa duduk ditempat masing-masing, dan guru memberikan test formatif

Untuk lebih jelas, ilustrasi pembelajaran kelompok dalam Modified Jigsaw

digambarkan seperti dalam Diagram 2.2.

Perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw terletak pada pembagian materi, langkah

pembelajaran setiap pertemuan, dan saat presentasi kelompok. Jika pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw siswa dalam kelompok asal mendapatkan satu subbab

materi, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw siswa

dalam kelompok asal mendapatkan satu bab materi. Dalam setiap pertemuan

(32)

15

langkah yang sudah dijelaskan sebelumnya, sampai seluruh materi selesai

dipelajari, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw

Diagram 2.2 Ilustrasi pembelajaran modified jigsaw

Kelompok Asal Kelompok Ahli

(33)

16

langkah pembelajaran setiap pertemuan berbeda-beda sesuai dengan langkah yang

sudah dijelaskan di atas. Untuk presentasi kelompok, dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw kelompok yang presentasi di depan kelas adalah kelompok

asal, sedangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw kelompok

yang presentasi adalah kelompok ahli.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw merupakan pembelajaran yang menekankan siswa untuk mampu

bekerjasama dalam kelompok asal maupun kelompok ahli, serta mampu membuat

representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika

yang telah didapatnya.

3. Pembelajaran Konvensional

Sumarno (2011) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu

pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas, yaitu pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah

perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di semua tingkat sekolah.

Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau

mencatat apa yang disampaikan guru.

Roestiyah (2000: 136) menyatakan bahwa metode ceramah merupakan suatu cara

mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau

uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Selama

ber-langsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat bantu seperti

(34)

17

Burrowes (dalam Juliantara, 2009: 7) menyatakan bahwa pembelajaran

konven-sional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup

kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan,

menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya

kepada situasi kehidupan nyata.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam

pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran yang dimaksud yaitu memberi materi

melalui ceramah, pemberian contoh soal, kemudian pemberian tugas.

4. Kemampuan Representasi Matematis Siswa

Palmer dalam Fadillah (2008) menyatakan representasi adalah suatu konfigurasi

dan sejenisnya yang berkorespondensi dengan sesuatu yang sifatnya mewakili,

melambangkan, atau menyajikan sesuatu. Dalam psikologi umum, representasi

berarti proses membuat model konkret dalam dunia nyata ke dalam konsep

abstrak atau simbol. Sedangkan dalam psikologi matematis, representasi

bermakna deskripsi hubungan antara objek dengan simbol. Selain simbol,

bentuk-bentuk representasi dapat dilihat melalui kata-kata, gambar, tabel, dan grafik.

Suparlan (2005) menyatakan bahwa representasi merupakan cara yang digunakan

seseorang untuk mengemukakan jawaban atau gagasan matematis yang

bersangkutan. Mudzzakir (2006: 18) menyatakan bahwa representasi merupakan

salah satu kunci keterampilan komunikasi matematis. Secara tidak langsung hal

(35)

18

representasi akan melatih siswa dalam komunikasi matematis. Ahmad (2011)

mengemukakan kemampuan representasi matematis adalah salah satu standar

proses yang perlu ditumbuhkan dan dimiliki siswa. Standar proses ini hendaknya

disampaikan selama proses belajar matematika.

Mudzzakir (2006: 20) mengelompokkan representasi matematis ke dalam tiga

ragam representasi yang utama, yaitu:

1. Representasi visual berupa gambar, grafik atau tabel, dan gambar

2. Persamaan atau ekspresi matematis, dan

3. Kata-kata atau teks tertulis.

Bentuk-bentuk indikator dari masing-masing ragam representasi matematis

tersebut disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Lebih lanjut Mudzzakir (2006: 20) menyatakan beberapa manfaat atau nilai

tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil pembelajaran yang

melibatkan representasi matematis adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang menekankan representasi akan menyediakan suatu

konteks yang kaya untuk pembelajaran guru

2. Meningkatkan pemahaman siswa

3. Menjadikan representasi sebagai alat konseptual

4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menghubungkan representasi

matematis dengan koneksi sebagai alat pemecahan masalah

(36)

19

Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis

Representasi Bentuk-Bentuk Indikator Representasi

visual; diagram, tabel atau grafik

 Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel.  Menggunakan representasi visual untuk

menye-lesaikan masalah

Gambar  Membuat gambar pola-pola geometri

 Membuat gambar bangun geometri untuk mem-perjelas masalah dan mengfasilitasi penyelesaiannya Persamaan atau

ekspresi matematis  Membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan  Membuat konjektur dari suatu pola bilangan

 Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis

Kata-kata atau teks

tertulis  Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan  Menuliskan interpretasi dari suatu representasi

 Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan

 Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan kata-kata atau teks tertulis

 Membuat dan menjawab pertanyaan dengan meng-gunakan kata-kata atau teks tertulis.

(Mudzzakir, 2006: 47)

Mudzzakir (2006: 21) menyatakan representasi tidak hanya merujuk pada hasil

atau produk yang diwujudkan dalam bentuk konfigurasi atau konstruksi baru,

tetapi juga melibatkan proses berfikir yang dilakukan untuk menangkap dan

memahami konsep, operasi, atau hubungan-hubungan matematis lainnya dari

suatu konfigurasi. Dengan demikian proses representasi matematis dapat

dibedakan menjadi dua tahap, yaitu secara internal dan eksternal.

Hiebet dan Charpenter dalam Mudzzakir (2006: 21) menyatakan representasi

internal merupakan proses berfikir tentang ide-ide matematis yang memungkinkan

pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut. Pada intinya representasi internal

(37)

20

diperoleh dan disimpan dalam ingatan serta relevan dengan kebutuhan untuk

digunakan ketika diperlukan. Proses representasi internal ini tentu tidak bisa

diamati secara kasat mata dan tidak dapat dinilai secara langsung karena

merupakan aktivitas mental dalam pikiran seseorang.

Goldin dalam Mudzzakir (2006: 22) menyatakan representasi eksternal adalah

hasil perwujudan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan siswa secara

internal atau representasi internal. Hasil perwujudan ini dapat diungkapkan baik

secara lisan, tulis dalam bentuk kata-kata, symbol, ekspresi, atau notasi

matematik, gambar, grafik, diagram, tabel, atau objek fisik berupa alat peraga.

Interaksi antara representasi internal dan representasi eksternal terjadi secara

timbal balik ketika seseorang mempelajari matematik. Dengan demikian jika

siswa memiliki kemampuan membuat representasi siswa telah mempunyai

alat-alat dalam meningkatkan keterampilan komunikasi matematikanya yang akan

berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman matematikanya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa representasi

matematis merupakan penggambaran, penerjemahan, pengungkapan, penunjukan

kembali, pelambangan, atau bahkan pemodelan ide, gagasan, konsep matematis,

dan hubungan diantaranya yang termuat dalam suatu konfigurasi, konstruksi, atau

situasi tertentu yang ditampilkan siswa dalam berbagai bentuk sebagai upaya

memperoleh kejelasan makna, menunjukkan pemahamannya, atau mencari solusi

(38)

21

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

pembelajaran telah banyak dilakukan. Misalnya dalam pembelajaran matematika

banyak penelitian yang telah dilakukan antara lain dilakukan oleh Wijayanti

(2008) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar pada

Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung, hasil penelitian menunjukkan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Mulyadi (2011)

dengan judul Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Standar Kompetensi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, hasil penelitian menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari pada menggunakan

metode ceramah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Tri Kasmiyati (2010)

dengan judul Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan

hasil belajar siswa SMAN 6 Malang kelas X pada materi trigonometri, hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 6 Malang kelas X pada

materi trigonometri. Kemudian penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dilakukan juga oleh Sulistiowati (2009) berjudul Perbedaan Hasil Belajar

Matematika Siswa Yang Diajar melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan Pembelajaran Konvensional studi pada siswa kelas VIII SMPN 1

(39)

22

yang diajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan

hasil belajar matematika siswa yang diajar melalui pembelajaran konvensional.

Selanjutnya Ambarwati (2008) menyatakan dalam penelitiannya yang berjudul

Pembelajaran Matematika Melalui Jigswa Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Sragen bahwa pembelajaran matematika

melalui Jigswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil temuan beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw termasuk salah satu pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam meningkatkan prestasi siswa. Oleh sebab itu, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan menerapkan tipe model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, namun dalam penelitian ini peneliti akan melakukan

modifikasi pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tujuan dari

modifikasi ini supaya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tetap dapat

diterapkan dalam materi yang independen. Adapun judul penelitiannya Efektivitas

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Modified Jigsaw Untuk Meningkatkan

Kemampuan Representasi Matematis Siswa.

C. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw untuk

meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa ini merupakan penelitian

yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran kooperatif tipe Modified

Jigsaw. Sedangkan kemampuan representasi matematis siswa melalui

(40)

23

Model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw terdiri dari beberapa langkah

pembelajaran, yaitu membentuk kelompok asal, siswa yang mendapatkan pokok

bahasan yang sama berkumpul dalam kelompok ahli, berdiskusi dalam kelompok

ahli, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli siswa kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan hasil diskusi mereka di kelompok ahli, setelah itu kelompok ahli

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, mereka mendiskusikan lembar

kerja yang dibagikan oleh guru. Dalam lembar kerja tersebut telah dibentuk

penyelesaian yang akan membantu siswa untuk mempresentasikan masalah yang

ada ke dalam bentuk matematis. Dengan demikian siswa tidak hanya mampu

menyelesaikan masalah tetapi siswa juga mampu mempresentasikan masalah ke

dalam bentuk matematis. Setelah berdiskusi di kelompok ahli siswa kembali ke

kelompok asal. Dalam kelompok asal masing-masing siswa menjelaskan hasil

diskusi mereka di kelompok ahli. Dalam upaya memberikan penjelasan kepada

anggota kelompok asalnya, maka secara tidak langsung akan mendorong siswa

untuk menggunakan kemampuan representasinya sebagai dasar dalam

berkomunikasi. Mereka akan menemukan atau membuat representasi sebagai alat

berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematika yang telah mereka

pelajari di kelompok ahli.

Pada langkah berikutnya, siswa kembali berkumpul di kelompok ahli dan setiap

kelompok ahli mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman sekelasnya.

Dalam kegiatan presentasi ini siswa kembali akan menggunakan kemampuan

(41)

24

diharapkan akan meningkat saat siswa berupaya untuk memahami materi dan

merancang bagaimana cara menjelaskan agar materi dapat tersampaikan dengan

baik. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh

melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan mampu meningkatkan

kemampuan representasi matematis yang dimiliki siswa.

Pada pembelajaran konvensional, pembelajaran dimulai dengan pemberian materi

oleh guru melalui ceramah, pemberian contoh soal, dan pemberian tugas. Pada

pembelajaran ini, guru berperan aktif seabagi pemberi informasi di kelas sehingga

siswa lebih terbiasa mendapat informasi dari guru. Dalam pembelajaran

konvensional tidak ada peluang siswa untuk mendapatkan kebebasan berfikir

dengan caranya sendiri. Pembelajaran berlangsung individualistis yaitu kemajuan

siswa dalam belajar mengikuti jalannya sendiri, tidak ada interaksi antar siswa.

Kondisi seperti ini menyebabkan lemahnya kemampuan representasi matematis

siswa. Dengan demikian, pembelajaran matematika konvensional cenderung

menghasilkan kemampuan representasi matematis siswa yang lemah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw akan dapat meningkatkan kemampuan

representasi matematis siswa. Sebaliknya, pembelajaran konvensional cenderung

(42)

25

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan

(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandarlampung. Sekolah ini terdiri

dari 9 kelas VII yaitu VII-A, VII-B, VII-C, VII-D, VII-E, VII-F, VII-G, VII-H,

dan VII-I dengan dua kelas diantaranya sebagai kelas bilingual dan kelas tersebut

tidak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu kelas VII-A dan VII-B.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

terhadap kelas VII yang bukan merupakan kelas bilingual, kemudian mengambil

dua kelas secara acak dengan berdasarkan pertimbangan kemampuan rata-rata

yang relatif sama dan diperoleh kelas VII-C sebagai kelas eksperimen dan VII-I

sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

mengguna-kan desain postest only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak

sebagai-mana dikemukankan Furchan (1982: 368) seperti disajikan pada Tabel 3.1

(44)

27

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Postest

Kelas eksperimen

Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw

Skor postest pada kelas ekperimen

Kelas kontrol Pembelajaran konvensional Skor postest pada kelas kontrol

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang

ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama

pembelajaran

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan

untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan representatif

sekaligus aturan penskorannya.

4. Melakukan validasi instrumen.

5. Melakukan uji coba instrumen

6. Melakukan perbaikan instrumen

7. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

8. Menganalisis data

(45)

28

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan representasi matematis siswa

yang diperoleh dari tes kemampuan representasi matematis pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

1. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data awal dari populasi penelitian,

berupa daftar nama, jumlah siswa, dan daftar nilai ujian tengah semester (UTS)

siswa. Data tersebut akan digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa,

yaitu dengan menghitung kesamaan dua rata-rata.

2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan representasi

matematis berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran

(post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah

pembelajaran dimaksudkan untuk melihat peningkatan kemampuan representasi

matematis siswa.

Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan

dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk

(46)

29

matematis disusun dalam bentuk tes uraian. Soal yang diberikan disusun

berdasarkan indikator kemampuan representasi matematis.

Sebelum soal tes dipergunakan untuk post-test terlebih dahulu soal dicek

validitas, lalu diujicobakan untuk mengetahi reliabilitas, daya pembeda, dan

indeks kesukarannya.

3. Validitas isi

Validitas isi instrumen tes dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara

isi yang terkandung dalam tes dengan tujuan instruksional khusus yang telah

ditentukan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah hal-hal yang tercantum dalam

tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar

tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada

guru mata pelajaran matematika kelas VII. Jika penilaian dosen dan guru

menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan

indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji

coba dilakukan diluar sampel tetapi masih di dalam populasi penelitian yaitu pada

siswa kelas VII G. Setelah diujicobakan, diukur tingkat reliabilitas, indeks

kesukaran, dan daya beda soal. Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria-kriteria

tersebut, maka perangkat tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga soal

(47)

30

4. Reliabilitas

Tes yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji cobakan diluar sampel,

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas tes

ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 208) yang menyatakan bahwa

un-tuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

dimana:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas digunakan kategori

Guilford (dalam Ruseffendi 1991: 197), dengan kriteria seperti disajikan dalam

Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Besar Interpretasi Reliabilitas 0,80 < < 1,00 Interpretasi sangat tinggi 0,60 < < 0,80 Interpretasi tinggi 0,40 < < 0,60 Interpretasi sedang 0,20 < < 0,40 Interpretasi rendah

≤0,20 Interpretasi sangat rendah (Ruseffendi 1991: 197)

Dari hasil uji coba tes yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan perhitungan

diperoleh reliabilitas pada instrumen tes kemampuan representasi matematis

siswa sebesar 0,718. Berdasarkan interpretasi tersebut, instrumen tes kemampuan

(48)

31

pada 0,60 – 0,80. Oleh karena itu, instrumen tes kemampuan representasi

matematis siswa baik digunakan untuk mengumpulkan data.

5. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir

soal. Suatu tes diakatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu

tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono

(2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan

rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran seperti disajikan dalam Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

terhadap 6 butir tes yang diuji cobakan menunjukkan butir tes tergolong sedang

dengan kisaran tingkat kesukaran antara 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria T

T I J

(49)

32

tingkat kesukaran butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data, tampak

bahwa tes yang diperoleh dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

6. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menhitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa

yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nial terendah.

Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut

kelom-pok atas) dan 27% siswa yang memperoleh niali terendah (disebut kelomkelom-pok

ba-wah). Sudijono (2008: 388) menungkapkan menghitung daya pembeda

diten-tukan dengan rumus :

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

(50)

33

Dari hasil uji coba dan perhitungan daya beda butir test pada post-test

menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya lebih dari atau sama

dengan 0,30 yaitu berkisar dari 0,30 s.d 0,49. Jadi daya beda butir tes tergolong

baik. Berdasarkan untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba

memenuhi kriteria sebagai butir yang layak digunakan untuk mengumpulkan

data.

Adapun hasil rekapitulasi tes uji coba post-test yang mencakup validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda yang tertera pada Tabel 3.5. Dari

tabel rekapitulasi hasil tes uji coba, terlihat bahwa keempat komponen dari

keenam butir soal post-tes tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan

sehingga keenam butir soal pada post-tes tersebut dapat digunakan untuk

mengukur peningkatan kemampuan representasi matematis siswa.

Tabel 3.5. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Post-test

No.

Soal Reliabilitas Kesukaran Tingkat Daya Pembeda 1

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai

(51)

34

pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan

peni-laian.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang diberikan pada penelitian ini disusun dengan rumusan permasalahan

yang dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. LKS

digunakan untuk mengetahui strategi atau cara-cara siswa menyelesaikan suatu

permasalahan. LKS hanya diberikan pada siswa kelas VII C yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

a. Data Kemampuan Awal

Sebelum sampel diberi perlakuan, untuk memastikan kesamaan rata-rata

kemampuan awal kedua sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap

data kemampuan awal tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat,

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan

rumus yang digunakan sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal

sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis

(52)

35

1) Hipotesis Uji:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2) Taraf Signifikansi: α = 5%

3) Statistik uji:

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273):

= ( − )

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

k = banyaknya kelas interval

4) Keputusan uji:

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan awal terdapat pada

Tabel 3.6. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran C.5 dan C.6.

Tabel 3.6 Nilai Chi-Kuadrat ( ) untuk Distribusi Data Kemampuan Awal

Kelas hitung tabel Keterangan

Eksperimen 3,099 7,81 Normal

(53)

36

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians yang diambil dari populasi

yang sama (Arikunto, 2005: 318). Untuk menguji kesamaan varians dari 2 kelas

populasi, digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.

a) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.

b) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

c) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:

d) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

(54)

37

Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.7. Perhitungan

selengkapnya pada Lampiran C.7.

Tabel 3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal

Kelas Varians hitung tabel Keterangan

Eksperimen 179,02 0,002 3.84 Homogen

Kontrol 177,14

3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

Setelah data kemampuan awal kedua sampel berdistribusi normal dan homogen,

dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t,

uji dua pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.

1) Hipotesis uji

H0 :12

H1 :1 2

1

 = rata-rata kemampuan awal kelas kontrol

2

 = rata-rata kemampuan awal kelas eksperimen

(55)

38

Keterangan:

i

x = nilai kelas VII dengan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jig- saw

2

x = nilai kelas VII dengan pembelajaran konvensional

n1 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw

n2 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional

4) Keputusan uji

Hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kemampuan

awal kedua kelas sama atau tidak berbeda secara signifikan.

b. Data Kemampuan Representasi Matematis Siswa

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh

diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan

sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian

hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel

(56)

pem-39

belajaran konvensional berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah

dan rumus yang digunakan sama dengan uji normalitas pada analisis data

kemampuan awal siswa.

Karena sampel tidak berdistribusi normal maka data kemudian diolah dengan

menggunakan uji non-parametrik (uji Mann-Whitney U).

2. Uji Hipotesis

Adapun hipotesis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam uji

Mann-Whitney U menurut Djarwanto (1985: 40) sebagai berikut.

H0 : Data untuk kemampuan representasi matematis kedua kelompok populasi

tidak berbeda secara signifikan

H1 : Data untuk kemampuan representasi matematis kedua kelompok populasi

ada perbedaan secara signifikan

Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

1. U= n1n2 n1(n21 1)R1

 

2. U= n1n2 n2(n22 1)R2

 

Keterangan:

U = Nilai Uji Mann-Whitney U

n1 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe

(57)

40

n2 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional

R1 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1.

R2 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.

Adapun kriterianya adalah:

1. Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

2. Jika probabilitas < 0,05 maka H1 diterima

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS untuk melakukan Uji

(58)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model

pembelajaran koopertif tipe Modified Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan

representasi matematis siswa SMPN 4 Bandarlampung. Secara umum siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran koopertif tipe Modified

Jigsaw menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional dalam hal berikut.

1. Rata-rata kemampuan representasi matematis yang tampak dari rata-rata skor

tes akhir siswa.

2. Rata-rata pencapaian indikator, yaitu tiga indikator representasi matematis

yang dicapai siswa.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai

berikut.

1. Kepada guru, dalam upaya meningkatkan kemampuan representasi matematis

siswa, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw dalam pembelajaran matematika di kelas. Khusus kepada

(59)

52

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified

Jigsaw agar kemampuan representasi matematis siswa SMPN 4

Bandar-lampung dapat meningkat lebih baik dari sebelumnya.

2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sejenis untuk

dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian, serta dapat

melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yaitu menilai ketercapaian perilaku karakter siswa dan

ketrampilan siswa. Hal ini bertujuan agar kondisi kelas sudah kondusif saat

dilakukan pengambilan data, sehingga data dapat menggambarkan

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Defri. 2011. Kemampuan Representasi Matematis.

http://id.shvoong.com/exact -sciences/1961504-kemampuan-

matematis/#ixzz1eXAWSiBl. Diakses pada tanggal 14 Februari 2012

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta

BSNP. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Pasal 1 Ayat 1. Depdiknas. Jakarta.

Djarwanto. 1985. Statistika nonparametrik. Yogyakarta : BPFE

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Hudiono. 2005. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis, Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem SMP Melalui Pembelajaran denan Pendekatan Open Ended. Disertasi : Pontianak.

Hutagaol, K. 2007. Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan representasi siswa SMP. Tesis Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan

httprepository.upi.eduoperatoruploads_mat_0700376_chapter2.pdf. Diakses pada tanggal 7 Februari 2012.

http://222.124.158.88/operator/upload/s_mat_0602668_chapter3.pdf. Diakses pada tanggal 14 Februari 2012.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Ismayani. 2010. http://www.matematikamenyenangkan.com/tips-belajar

matematika.Diakses pada tanggal 23 Maret 2012

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. 11 Februari 2012

(61)

Mudzzakir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran ”Think-Talk-White” untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis Beragam Siswa SMP. Tesis Pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan

Mulyasa. 2003. http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/12/efektivitas-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012

Roestiyah, N.K. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta.

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito: Bandung.

Sambas. 2009. Definisi Efektivitas. http://sambasalim.com/pendidikan/ konsep-efektivitas-pembelajaran.html. Diakses pada tanggal 13 Februari 2012

Starawaji. 2009. Efektivitas Pembelajaran. http://starawaji.wordpress.com/ 2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/

Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United States of Amerika Amerika

Steers. 2003. http://id.shvoong.com/books/dictionary/2241180-efektifitas-pembelajaran/#ixzz229CJChbF. Diakses pada tanggal 30 Juli 2012

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Suryosubroto,B. 2002. Proses belajar Mengajar disekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta

Sutikno, M. Sobry.2005. Pembelajaran Efektif.NTP Pres.Mataram

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Gambar

tabel atau grafik
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah penerapan model kooperatif tipe jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan penerapan model konvensional terhadap

Analisis data tes yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkatkan keterampilan menulis kalimat dengan aksara jawa

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw melalui pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw meningkatkan keterampilan menulis kalimat dengan aksara jawa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (KTJ) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

Berdasarkan latar belakang ma- salah di atas, yang menjadi permasa- lahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelaja- ran kooperatif tipe NHT efektif