• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajara"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh IFANDONI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh Ifandoni

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Ifandoni

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021026

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. NIP 19661118 199111 2 001 NIP 19610524 198603 1 006

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

Ifandoni

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS

DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh IFANDONI

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa berkemampuan awal rendah kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-F dan VII-G yang diambil secara random. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada siswa kelas VII berkemampuan awal rendah bila ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

(6)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ifandoni

NPM : 0743021026

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rama Puja 2, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten

Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 20 April 1988. Penulis adalah

anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Sumarso, A.Md. dan

Ibu Amini (almarhumah).

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Rama Puja Kecamatan

Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2000. Pada tahun 2003,

penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Raman

Utara Kabupaten Lampung Timur dan menyelesaikan pendidikan menengah atas

di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah pada tahun 2006.

Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

mengikuti organisasi yaitu sebagai Anggota Divisi Kesejahteraan Himpunan

Mahasiswa Eksakta (HIMASAKTA) dan Anggota UKM KSR UNIT UNILA.

Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di

(8)

MOTTO

Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu

tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.

Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan

memberikan banyak andil. Oleh karena itu

genggamlah keduanya.

(9)

PERSEMBAHAN

Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah

SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,

Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah

memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan

pernah habis, yang selalu

sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih

dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan

dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.

Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak

Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)

serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun

ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,

atas semua doa dan dukungan yang telah

kalian berikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan

(10)

MOTTO

Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu

tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.

Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan

memberikan banyak andil. Oleh karena itu

genggamlah keduanya.

(11)

PERSEMBAHAN

Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah

SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,

Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah

memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan

pernah habis, yang selalu

sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih

dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan

dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.

Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak

Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)

serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun

ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,

atas semua doa dan dukungan yang telah

kalian berikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan

(12)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Modified Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.

Penulis menyadari, terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(13)

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

6. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Ibu Suzana, S.Pd.,M.M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Ibu Ernawati, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 9. Siswa/siswi kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I SMP Negeri 29

Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

10. Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.

11. Kakak, mbak, dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

(14)

yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

13. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 7 Bandarlampung (Hayyun, Laili, Mpi, Mevi, Ria, Agnes, Tina, Dini, Aria, Dwi, Vita, dan Iza) atas kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.

14. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004, 2005, dan 2006 dan adik-adikku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10

1. Efektivitas Pembelajaran ... 10

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 11

3. Pembelajaran ModifiedJigsaw ... 13

4. Aktivitas Belajar... 16

5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 17

6. Kemampuan Awal Siswa ... 20

B. Kerangka Pikir ... 21

(16)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Desain Penelitian ... 24

C. Data Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Observasi ... 26

2. Tes ... 26

E. Instrumen Penelitian... 27

F. Pengembangan Bahan Ajar ... 32

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Aktivitas Belajar ... 41

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 42

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 29

3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 30

3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32

3.6 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 33

3.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemamppuan Awal Siswa . 34

3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 36

3.9 Rangkuman Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Siswa ... 38

4.1 Hasil Observasi Aktivitas belajar Siswa 4.2 Hasil Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa . 43

4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa ... 44

4.4 Uji Mann-Withney U Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 45

(18)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ... 12

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahrin, Drs.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemamatika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Depok dengan menggunakan LKS Berbasis PMR melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.

Firdaus, Ahmad . 2012 .Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan- masalah-matematika/.Posted 4 Januari 2012

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

(20)

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya. Kencana.

(21)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan diselenggarakan

sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang RI No 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 serta pasal 4 ayat (3).

Trianto (2009: 14) mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk

perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh

karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan

sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar

(22)

2

pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam

pengembangan nalar peserta didik menjadi sebuah jembatan bagi peserta didik

untuk mampu berfikir secara logis, kritis dan bertahap dalam menghadapi sebuah

masalah. Dalam standar isi mata pelajaran matematika SMP dinyatakan bahwa

mata pelajaran matematika diberikan dengan tujuan antara lain agar peserta didik

memiliki kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan salah satu fokus

dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah

sebagaimana tertulis dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Kemampuan

tersebut tidak lepas dari tujuan lain yang mendasarinya, yaitu (1) memahami

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah dan (2) menggunakan penalaran

pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

gene-ralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

Menurut Silver dalam Dewi (2011: 2), untuk mencapai tujuan pembelajaran

matematika khususnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah, guru

diharapkan mampu memberikan tugas yang membuat siswa berpartisipasi aktif,

mendorong pengembangan intelektual siswa, mengembangkan pemahaman dan

keterampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan

mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi

masalah, pemecahan masalah dan matematika, memajukan komunikasi

matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifvitas manusia, serta

(23)

3

Secara umum, tugas rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau

tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya

proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal

tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu

disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam

pem-belajaran pemecahan masalah matematika. Gambaran tersebut sebagaimana

dike-mukakan Anthony (1996 : 125) bahwa pemberian tugas matematika rutin yang

diberikan pada latihan atau tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur

dan keakuratan, jarang sekali tugas matematika terintegrasi dengan konsep lain

dan juga jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat

tinggi. Akibatnya adalah ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan

membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung

diperoleh, maka siswa cenderung malas mengerjakannya.

Dalam pelajaran matematika diperlukan adanya kemampuan awal. Hal ini

penting karena kemampuan awal merupakan modal awal untuk mempelajari

materi yang lebih tinggi dari materi sebelumnya. Seperti kita ketahui bersama

bahwa matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur dan berjenjang,

sehingga ada beberapa materi yang merupakan prasyarat bagi materi berikutnya.

Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal

rendah. Peneliti tertarik melakukan penelitian pada kamampuan awal rendah

karena tidak ada jaminan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah

maka memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis rendah pula. Oleh

(24)

fakta-4

fakta tentang hubungan kemampuan awal rendah dengan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

Pada penerapan pembelajaran konvensional, siswa-siswa di Lampung pada

umumnya mengalami kesulitan pada kemampuan pemecahan masalah matematis.

Hal ini diperkuat dengan sampel data kemampuan pemecahan masalah matematis

yang peneliti ambil dari penelitian Dewi (2011) dan Sesmita (2012) dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan adalah 7,00. Hasil analisis

data Dewi (2011) menunjukkan bahwa secara umum kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Kabupaten

Lampung Timur masih kurang. Hal ini terlihat dari pencapaian KKM yang hanya

mencapai 23%. Begitu juga dengan Sesmita (2012) yang melakukan penelitian

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus,

pencapaian KKM hanya mencapai 10%.

Model pembelajaran konvensional yang diterapkan guru kelas VII SMP Negeri 29

Bandarlampung dalam pembelajaran matematika menyebabkan hanya terjadi

komunikasi belajar satu arah yaitu dari guru ke siswa. Siswa hanya

mendengarkan, dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, lalu siswa

diberi beberapa contoh soal, latihan, dan pekerjaan rumah. Akibatnya siswa tidak

mampu memecahkan masalah matematis apabila diberikan soal yang berbeda

dengan contoh soal atau latihan. Apabila guru meminta siswa untuk mengulas

kembali materi yang telah dipelajari sebagian besar siswa lebih memilih untuk

(25)

5

diberikan oleh guru tanpa ada timbal balik antara guru dengan siswa dan antara

siswa dengan siswa.

Menanggapi kondisi seperti yang telah dipaparkan di atas, selayaknya diperlukan

model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Salah satu alternatif

model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan,

salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Namun terdapat

kelemahan pada pembelajaran koooperatif tipe Jigsaw, yaitu materi yang

diajarkan harus tidak saling berkaitan (independent). Hal ini bertentangan dengan

materi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu materi segiempat. Di dalam

materi segiempat, terdapat konsep-konsep seperti definisi, sifat-sifat, luas, dan

keliling. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep yang saling berkaitan,

dengan artian bahwa untuk memahami konsep luas dan keliling, siswa harus

terlebih dahulu menguasai konsep definisi dan sifat-sifat. Oleh karena itu, untuk

tetap dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dilakukan

suatu modifikasi. Selanjutnya modifikasi Jigsaw disebut dengan Modified Jigsaw.

Pada pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw, siswa dikelompokkan secara

heterogen. Terdapat dua kelompok pada pembelajaran ini yaitu kelompok asal

dan kelompok ahli. Pada proses diskusi kelompok akan dapat menarik siswa

untuk melakukan aktivitas yang relevan dengan aktivitas belajar. Dengan

terbentuknya aktivitas belajar, maka akan berdampak pula pada kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini karena pada proses diskusi terjadi

(26)

6

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw pada

siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified

Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional

pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal rendah ditinjau

dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII

SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal

rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran

2011/2012

(27)

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

kepada pembelajaran matematika terutama dalam upaya mengembangkan

aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

guru dan peneliti lain.

1. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya

menyusun pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw.

2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi pada

penelitian terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup sebagai batasan-batasan penelitian mencakup pengertian:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses

interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dikatakan efektif jika a) aktivitas

belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw

lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran

(28)

8

mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan

agar pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang saling berkaitan

(dependent).

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada

guru (teacher center). Dalam model pembelajaran ini, penyampaian materi

dilakukan dengan metode ceramah,dilanjutkan dengan contoh dan latihan, dan

diakhiri pemberian tugas/PR.

4. Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa

sebelum mengikuti/mempelajari suatu materi pelajaran. Kemampuan awal

yang diteliti pada penellitian ini adalah kemampuan awal rendah. Kemampuan

awal siswa diperoleh dari nilai Ujian Nasional Sekolah Dasar (UN SD) dan

nilai tes formatif matematika materi sebelum materi yang akan diteliti.

Kemampuan awal siswa rendah jika nilai UN SD dan nilai tes formatif

matematika materi sebelum materi yang akan diteliti kurang dari 7,00.

5. Aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam

mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar

pada diri siswa. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah

memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya,

(29)

9

6. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kecakapan yang

dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Kemampuan

pe-mecahan masalah matematis siswa yang diamati dalam penelitian ini terdiri

dari empat indikator, yaitu mengidentifikasi masalah, merencanakan

peme-cahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaannya dan

mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah

matematis dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai tes akhir matematika

siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Tahun Pelajaran

(30)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Mosasmito (1988: 119) mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan

efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu (1)

presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; (2)

rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa; (3) ketepatan antara

kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan

belajar) diutamakan; dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan

positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa

mengabaikan butir (4).

Eggen dan Kauchak dalam Fauzi (2002) menyatakan bahwa pembelajaran

dikatakan efektif apabila siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang

diberikan guru, tetapi siswa juga secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian

dan penentuan informasi (pengetahuan). Dengan demikian, hasil belajar yang

diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga

(31)

11

Senada dengan Eggen dan Kauchak, Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa

pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan

belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk

belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara

siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa yang terukur dari nilai tes.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran

kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok

kecil. Lie ( 1993: 73) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam siswa secara

heterogen, siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung

jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki

banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta mengolah informasi

yang didapat.

Trianto (2009: 73) mengungkapkan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe

(32)

12

dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert)

pada sub bab dari materi tersebut. Selanjutnya anggota dari setiap kelompok yang

mendapatkan tugas dan tanggung jawab pada sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setelah selesai berdiskusi,

setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan topik

yang ia kuasai kepada teman sekelompoknya. Untuk lebih jelasnya,

langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diilustrasikan seperti pada Diagram

2.1 berikut :

Diagram 2.1

Ilustrasi pembelajaran Jigsaw

KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI

(33)

13

Untuk pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan materi persegi, jajargenjang,

belah ketupat, layang-layang, dan trapesium dengan pembagian kelompok seperti

di atas.

3. Pembelajaran Modified Jigsaw

Matematika merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat materi-materi

yang berjenjang, artinya materi pertama adalah materi prasyarat untuk materi

selanjutnya. Dengan kata lain, agar tidak bermasalah dengan beberapa konsep

yang lebih tinggi, konsep-konsep di level sebelumnya harus dikuasai dan tidak

boleh dilupakan.

Sebagai contoh adalah materi segiempat, indikator pembelajaran materi tersebut

menuntut siswa untuk dapat mendefinisikan pengertian, mengidentifikasi

sifat-sifat, menghitung keliling, dan luas dari suatu segiempat, serta

mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah yang terkait dengan keliling dan

luas bangun segiempat. Konsep definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas dari suatu

segiempat memiliki suatu keterkaitan, siswa akan sulit untuk mengetahui keliling

dan luas jika siswa tidak mengetahui konsep definisi dan sifat-sifat dari segiempat

itu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,

materi yang diajarkan harus saling lepas atau independen. Atas dasar itulah

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dimodifikasi agar dapat digunakan

untuk materi yang tidak independen. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

(34)

14

Adapun langka-langkah pembelajaran kooperatif tipe modified Jigsaw yaitu

sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokkan dalam kelompok asal, jumlah anggotanya disesuaikan

dengan jumlah pokok bahasan yang akan dipelajari,

2) Tiap siswa dalam kelompok asal diberikan keseluruhan pokok bahasan dan

masing-masing siswa mengerjakan satu pokok bahasan,

3) Anggota dari masing-masing kelompok asal yang mendapatkan pokok

bahasan yang sama berkumpul dalam kelompok baru, yang disebut dengan

kelompok ahli (expert) untuk mendiskusikan pokok bahasan mereka,

4) Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu kelompok

mereka tentang pokok bahasan yang mereka kuasai,

5) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi, dan

6) Guru memberikan evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran ini dapat diterapkan

pada materi yang saling berkaitan (dependent).

Untuk lebih jelas, ilustrasi pembelajaran kelompok dalam Modified Jigsaw

(35)

15

Diagram 2.2

Ilustrasi pembelajaran Modified Jigsaw Keterangan:

PP : Persegi Panjang BK : Belah Ketupat P : Persegi LY : Layang-Layang JJ : Jajargenjang TP : Trapesium

Kelompok Asal Kelompok Ahli

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5 PP, P, JJ, BK, LY, TP

PP, P, JJ, BK, LY, TP

PP, P, JJ, BK, LY, TP

PP, P, JJ, BK, LY, TP

PP, P, JJ, BK, LY, TP

Ahli PP

Ahli JJ

Ahli BK

Ahli LY

Ahli TP Ahli P

PP1, PP2, PP3, PP4,PP5

P1, P2, P3, P4,P5

JJ1, JJ2,JJ3, JJ4, JJ5

BK1, BK2, BK3, BK4, BK5

LY1, LY2, LY3, LY4, LY5

(36)

16

4. Aktivitas Belajar

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal

ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 99) yang menyatakan bahwa dalam

belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak

mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar

merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti

pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,

membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi

belajar.

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam

pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, Diedrich dalam Rohani (2004: 8) menggolongkan

aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

bertanya, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato;

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; 8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

(37)

17

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian

kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga

menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa. Aktivitas belajar yang

diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan

LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.

5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan matematika meliputi kemampuan representasi matematis,

kemampuan pemahaman konsep, dan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Dalam penelitin ini, peneliti mengambil kemampuan pemecahan masalah

matematis sebagai kajian dalam penelitian.

Suatu masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, tetapi

tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi suatu masalah. Suatu masalah bagi

seorang siswa dapat menjadi pertanyaan bagi siswa yang lain karena siswa

tersebut telah mengetahui prosedur penyelesaiannya. Setiap masalah yang

diberikan harus merupakan tantangan bagi siswa tersebut. Sehingga siswa

men-jadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan masalah itu dengan kemampuan dan

kemauannya sendiri.

Suyitno (2010: 5) mengungkapkan bahwa suatu soal dapat dikatakan sebagai

masalah bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat berikut:

1) Siswa memiliki pengetahuan awal untuk mengerjakan soal tersebut,

2) Diperkirakan siswa mampu mengerjakan soal tersebut,

(38)

18

4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.

Djamarah (2000: 66) mengungkapkan bahwa guru perlu menciptakan suatu

masalah untuk dipecahkan oleh siswa di kelas. Salah satu indikator kepandaian

siswa banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk lebih tegar dalam

menghadapi berbagai masalah belajar. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada

ma-salah dan berusaha memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif. Jika mama-salah

yang diciptakan itu bersentuhan dengan kebutuhannya, siswa akan bersemangat

untuk memecahkannya dalam waktu yang relatif singkat.

Polya dalam Firdaus (2009: 15) mengartikan bahwa pemecahan masalah adalah

suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan

yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Ruseffendi dalam Firdaus

(2009: 15) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah

bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

menyele-saikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara

menye-lesaikannya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi siswa dalam matematika

di-tegaskan oleh Branca dalam Firdaus (2009:16) yang menyatakan bahwa:

1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran

matematika,

2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan

inti dan utama dalam kurikulum matematika,

(39)

19

Polya dalam Suyitno (2010: 6) berpendapat bahwa dalam pemecahan suatu

masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:

1) Memahami masalah,

2) Merencanakan pemecahannya,

3) Menyelesaikan masalah sesuai perencanaan,

4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Dengan mengacu kepada pendapat Djamarah (2002: 20), indikator kemampuan

pemecahan masalah matematis yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Kemampuan mengidentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara

benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,

2) Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih

konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan

masalah,

3) Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan

memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat

jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentukan hasil

operasi,

4) Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik

simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhitungan

(40)

20

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemacahan masalah

matematis merupakan kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan

soal-soal matematika.

6. Kemampuan Awal Siswa

Ali (1984: 54) mengemukakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan

(hasil belajar) dengan baik bila sebelumnya telah menguasai kemampuan yang

mendahuluinya pada bidang yang sama. Kemampuan awal siswa sebelum

memulai mempelajari suatu pelajaran membawa pengaruh terhadap hasil belajar

yang akan dicapai.

Matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur dan berjenjang, sehingga

antara materi satu dengan yang lainnya saling keterkaitan. Untuk menguasai

pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan

penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan awal. Oleh karena itu,

kemampuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar sangat penting

untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dalam menerima pengetahuan baru yang

akan dipelajari selanjutnya.

Gafur dalam Subroto (2002: 31) mengemukakan bahwa kemampuan awal siswa

adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang

karakteristik yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program

pengajaran. Untuk mengetahui karakteristik dan kemampaun awal siswa, teknik

(41)

21

(2) menggunakan tes prasyarat dan tes awal; (3) Mengadakan komunikasi

individual; dan (4) menyampaikan angket.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah

pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti/mempelajari suatu

materi pelajaran.

B.Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Modified Jigsaw ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan

dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw. Sedangkan aktivitas dan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw sebagai variabel terikat.

Model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw terdiri dari beberapa tahap

pembelajaran, tahap pertama yaitu membentuk kelompok asal, anggota kelompok

asal yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu

kelompok baru yang disebut dengan kelompok ahli, berdiskusi dalam kelompok

ahli, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli siswa kembali ke kelompok asal dan

menjelaskan hasil diskusi mereka di kelompok ahli, setelah itu kelompok ahli

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, mereka mendiskusikan lembar

(42)

22

disusun materi dan pertayaan-pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk

menggunakan dan mengembangkan kemampuan berfikirnya, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setelah

berdiskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan

hasil diskusi mereka. Pada proses pentransferan materi yang siswa dapatkan pada

kelompok ahli kepada anggota kelompok asal, terbentuk suatu iklim belajar yang

menyenangkan sehingga siswa yang mendapat penjelasan aktif dalam bertanya;

mengungkapkan argumen/pendapat; membuat kesimpulan; serta medengarkan

penjelasan siswa yang lain, dengan demikian aktivitas belajar siswa semakin

meningkat.

Pada tahap berikutnya, siswa kembali berkumpul di kelompok ahli dan setiap

kelompok ahli mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman sekelasnya.

Dalam kegiatan presentasi ini, siswa menyampaikan pemahaman materi serta

bagaimana memahami masalah matematis dan menentukan pemecahannya.

Sedangkan siswa yang lain aktif dalam mendengarkan penjelasan rekan-rekan

mereka yang melakukan presentasi, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen,

serta membuat kesimpulan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengalaman

belajar yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan

mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Lebih lanjut lagi, meningkatnya

aktivitas belajar siswa akan berdampak pula pada meningkatnya kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa.

Pada pembelajaran konvensional, kegiatan dimulai dengan pemberian materi oleh

(43)

23

tugas. Pada pembelajaran ini, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di

kelas sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi dari guru. Dalam

pembelajaran konvensional tidak ada kesempatan siswa untuk mendapatkan

kebebasan berfikir dengan caranya sendiri. Pembelajaran berlangsung satu arah

yaitu dari guru ke siswa, sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Kondisi seperti

ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, kemudian akan berdampak pula

pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw akan dapat menghasilkan aktivitas belajar yang

lebih baik dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan pembelajaran konvensinal.

C.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada

pembelajaran matematika siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas

dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 29

(44)

24

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandarlampung. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang rata-rata kemampuan awal

kelasnya rendah, yaitu siswa yang memiliki nilai rata-rata kelas dari nilai UN SD

dan niai tes formatif materi sebelum materi segi empat kurang dari 7,00. Pada

sekolah ini terdapat empat kelas yang memiliki kemampuan awal rendah, yaitu

kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Random Sampling

untuk mengambil dua kelas berkemampuan awal rendah. Dengan teknik ini

terpilih kelas VII-F yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu

kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan

kelas VII-G yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas control, yaitu kelas yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak

(45)
[image:45.595.117.509.112.212.2]

25

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

Kelas eksperimen Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw Skor ekperimenpost-test pada kelas

Kelas kontrol Pembelajaran konvensional Skor post-test pada kelas control

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang

ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama

pembelajaran,

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw

dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional,

3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah

sekaligus aturan penskorannya,

4. Melakukan validasi instrumen,

5. Melakukan uji coba instrumen,

6. Melakukan perbaikan instrumen,

7. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,

8. Menganalisis data,

(46)

26

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses

pembelajaran berlangsung. Data ini berupa data kualitatif.

2. Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh

melalui tes kemampuan pemecahan masalah terhadap kedua sampel yang

dilakukan pada akhir pokok bahasan. Data ini berupa data kuantitatif.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa. Data aktivitas

belajar ini diperoleh dengan melakukan pengamatan yang dilakukan oleh guru

peneliti dan guru mitra selama pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Tes yang diberikan berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang

berbentuk esai dan diberikan pada akhir pokok bahasan. Pemberian tes ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

(47)

27

E. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari

hasil observasi yang ditunjukkan dengan lembar observasi aktivitas siswa. Data

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh dari data hasil belajar

siswa melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes diberikan

sebanyak satu kali yaitu pada akhir pokok bahasan.

Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang baik

apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan

reliabilitas instrumen tes merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian

ilmiah karena merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik

atau tidak. Validitas dan reliabilitas perlu diketahui sebelum digunakan untuk

penelitian agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan

gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya.

Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum

yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi

dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari.

Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes

untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan

(48)

28

berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan

indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal

ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan. Dalam

penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika

kelas VII. Jika penilaian guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan

kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka soal tes tersebut

dikategorikan valid.

Setelah dinyatakan valid, maka soal tes tersebut diujicobakan. Uji coba dilakukan

di luar sampel tetapi masih di dalam populasi penelitian yaitu pada siswa kelas

VII-H. Setelah diujicobakan, diukur tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya beda soal. Jika soal tes telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka soal

tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga layak untuk digunakan.

1. Reliabilitas Tes

Tes yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan di luar sampel, hal ini

bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Adapun perhitungan

relia-bilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 208) yang menyatakan

bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha sebagai

berikut.

Keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas tes

∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

(49)

29

= varian total

n = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes

Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas digunakan kategori

Guilford dalam Ruseffendi (1991: 197), dengan kriteria seperti disajikan dalam

[image:49.595.113.510.237.335.2]

Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas

Nilai Interpretasi

0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r11 < 0,80 Tinggi

0,40 < r11 < 0,60 Sedang

0,20 < r11 < 0,40 Rendah

r11 < 0,20 Sangat Rendah

Ruseffendi (1991: 197)

Dari hasil uji coba tes yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan perhitungan

diperoleh reliabilitas pada instrumen tes kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa sebesar 0,854. Berdasarkan interpretasi reliabilitas tersebut,

instrumen tes tersebut digolongkan pada reliabilitas sangat tinggi karena terletak

pada 0,80 s.d 1,00. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk

mengumpulkan data.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes

pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes

digunakan rumus berikut.

Keterangan:

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i

Smaks : skor maksimum butir ke-i maks

i

S

S

(50)

30

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

[image:50.595.111.514.180.270.2]

in-deks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

15 . 0 00

.

0 TK  Sangat Sukar

30 . 0 16

.

0 TK  Sukar

70 . 0 31

.

0 TK  Sedang

85 . 0 71

.

0 TK  Mudah

00 . 1 86

.

0 TK  Sangat Mudah

Dari hasil uji coba dan perhitungan tingkat kesukaran butir tes terhadap 6 butir tes

yang diujicobakan menunjukkan bahwa butir tes tergolong sedang dengan kisaran

tingkat kesukaran antara 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran

butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data, instrumen tes tersebut dapat

digunakan untuk mengumpulkan data.

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari

siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai

terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut

kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut

kelompok bawah). Sudijono (2008: 388) menungkapkan menghitung daya

pembeda ditentukan dengan rumus :

Keterangan:

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas butir soal yang diolah

(51)

31

JB = Rata-rata kelompok bawah butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang

[image:51.595.113.511.207.314.2]

tertera dalam Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif ≤ DP ≤ 0.10 Sangat Buruk

0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk

0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Agak baik, perlu revisi

0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik

DP ≥ 0.50 Sangat Baik

Sudijono (2008: 388)

Dari hasil uji coba dan perhitungan daya pembeda butir test pada post-test

menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya pembeda ≥ 0,30. Jadi

daya beda butir tes tergolong baik dan sangat baik. Berdasarkan interpretasi nilai

daya pembeda untuk mengambil data, maka istrumen tes dapat digunakan untuk

mengumpulkan data.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera

pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

Test

No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1

0,854

0,308 (Sedang) 0,49 (Sedang)

2 0,444 (Baik) 0,43 (Sedang)

3 0,376 (Sedang) 0,47 (Sedang)

4 0,513 (Baik) 0,56 (Sedang)

5 0,504 (Baik) 0,38 (Sedang)

[image:51.595.113.510.575.739.2]
(52)

32

Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal

telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk

mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

F. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan/merujuk bahan ajar yang telah dikembangkan oleh

Lestari (2012). Adapun alasan peneliti merujuk bahan ajar tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Peneliti melakukan penelitian yang sama terkait efektivitas pembelajaran

kooperatif tipe Modified Jigsaw dan juga materi penellitian.

b) Soal post-test yang dikembangkan telah memenuhi kriteria soal sebagai

masalah, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan

masalah matematis siswa.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini disusun RPP untuk enam kali

pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan

(53)

33

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang diberikan pada penelitian ini disusun untuk dapat mengukur sejauh

mana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. LKS digunakan untuk

mengetahui strategi atau cara-cara siswa menyelesaikan suatu permasalahan.

LKS diberikan pada kedua kelas sampel, yaitu kelas VII-F yang menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan kelas VII-G yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hiotesis

1. Data Kemampuan Awal

Sebelum eksperimen dilakukan, untuk memastikan kesamaan rata-rata

kemampuan awal kedua sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap

data kemampuan awal tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat,

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan

rumus yang digunakan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan

hipo-tesis untuk uji ini adalah.

1) Hipotesis Uji

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(54)

34

2) Taraf Signifikansi: α = 5%

3) Statistik uji

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273).

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan Oi = frekuensi observasi

4) Keputusan uji

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan awal terdapat pada

Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Nilai Chi-Kuadrat (X2) Untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematuka Siswa

Kelas 2

hitung

x 2

tabel

x Keputusan

Uji Keterangan

Eksperimen 4,8395 5,99 H0 diterima Normal

Kontrol 3,3534 5,99 H0 diterima Normal

Dari Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa nilai 2

hitung

x < 2

tabel

x sehingga hipotesis nol

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal siswa

pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

(55)

35

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal siswa memiliki

varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan

uji F (Sudjana, 2005: 273).

1) Uji hipotesis

H0 : 2

2 2 1 

  (variansi populasi homogen)

H1 : 2

2 2 1 

  (variansi populasi tidak homogen)

2) Taraf Signifikansi : α = 5%

3) Statistik uji

Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik:

4) Keputusan uji

Terima H0 jika ( )( ) < < ( , ) dan tolak H0 jika

( , ), di mana ( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan

peluang 1/2α dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan

dk pembilang dan penyebut.

(56)

36

[image:56.595.115.507.172.295.2]

Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematika Siswa

Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan

∝ = 5% nilai Fhitung < Ftabel , sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai variansi yang sama.

Setelah data kemampuan awal kedua sampel berdistribusi normal dan homogen,

dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji

dua pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.

1) Hipotesis uji

H0 :

1

2

H1 :

1 

2

1

= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran Modified Jigsaw

2

= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran konvensional

2) Taraf signifikansi :  = 5 %

3) Statistik uji

Kelas Varians (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan

Eksperimen 84,56

1,17 2,38 H0 diterima Homogen

Kontrol 72

(57)

37

Keterangan:

1

x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas Modified Jigsaw

2

x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas konvensional

2 1

s = variansi kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw 2

2

s = variansi kelas dengan pembelajaran konvensional

1

n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw

2

n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional

4) Keputusan uji

Terima H0 jika

  2 1 1 2 1

1   

t t t , di mana

 2 1 1

t didapat dari daftar distribusi t

dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ ). Untuk harga-harga t lainnya

H0 ditolak.

Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8 Hasil Uji Kesamaaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Matematika Siswa

Berdasarkan data pada Tabel 3.8 di atas, didapat dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf

signifikan 5% diperoleh t10,025 = t(0,975)(62)

= 1,67 dan t = 0,74, karena t berada pada daerah penerimaan H0 ( -1,67 < 0,74 < 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa

Kelas Rata-rata Varians (s2) thitung ttabel Keterangan

Eksperimen 51,63

78,28 0,74 1,67

Rata-rata kemampuan awal siswa pada

kedua kelas sama

[image:57.595.114.513.524.651.2]
(58)

38

rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-F sama dengan rata-rata

kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-G.

2. Data Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa diamati oleh guru selama proses pembelajaran kooperatif

tipe Modified Jigsaw dan konvensional berlangsung. Aktivitas belajar yang

diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan

LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini, untuk pengujian hipotesis pada data aktivitas belajar siswa

digunakan metode deskriptif.

3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh

diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan

sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian

hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan dengan

(59)

langkah-39

langkah dan rumus yang digun

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif dengan menggunakan analisis regresi berganda antara kompensasi dan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Granger untuk menentukan pola hubungan kausalitas antara variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan

Rehabiltasi sedang/berat gedung kantor Pengecatan Infrastruktur gudang SRG JB: Modal JP: Pekerjaan Konstruksi. 1

PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA SISWA SEKOLAH D ASAR!. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan petunjuk-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul “Pra

Dilihat dari kandungan nilai gizi yang hampir sama dan nilai β -karoten pada tepung labu kuning lebih tinggi maka tepung labu kuning dapat menjadi alternatif untuk

menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan