EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh IFANDONI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh Ifandoni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Ifandoni
Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021026
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. NIP 19661118 199111 2 001 NIP 19610524 198603 1 006
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. ____________
Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Ifandoni
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE MODIFIED JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS
DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Rendah Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh IFANDONI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa berkemampuan awal rendah kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-F dan VII-G yang diambil secara random. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data diperoleh simpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada siswa kelas VII berkemampuan awal rendah bila ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ifandoni
NPM : 0743021026
Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, November 2012 Yang Menyatakan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rama Puja 2, Kecamatan Raman Utara, Kabupaten
Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 20 April 1988. Penulis adalah
anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Sumarso, A.Md. dan
Ibu Amini (almarhumah).
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Rama Puja Kecamatan
Raman Utara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2000. Pada tahun 2003,
penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Raman
Utara Kabupaten Lampung Timur dan menyelesaikan pendidikan menengah atas
di SMA Negeri 1 Seputih Banyak Lampung Tengah pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
melalui jalur seleksi Non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah
mengikuti organisasi yaitu sebagai Anggota Divisi Kesejahteraan Himpunan
Mahasiswa Eksakta (HIMASAKTA) dan Anggota UKM KSR UNIT UNILA.
Pada tahun 2011, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
MOTTO
Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu
tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.
Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan
memberikan banyak andil. Oleh karena itu
genggamlah keduanya.
PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah
SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,
Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan
pernah habis, yang selalu
sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih
dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan
dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak
Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)
serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun
ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,
atas semua doa dan dukungan yang telah
kalian berikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan
MOTTO
Jadilah orang yang berilmu dan jujur. Orang berilmu
tapi tidak jujur, dia akan merugikan banyak orang.
Orang jujur tapi tidak berilmu, dia tidak akan
memberikan banyak andil. Oleh karena itu
genggamlah keduanya.
PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah
SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini teruntuk,
Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta serta ibu tiriku yang telah
memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan
pernah habis, yang selalu
sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih
dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan
dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Kakak, mbak dan adik-adikku tersayang (kak Azis, mbak Ara, kak
Nidom, mbak Desi, kak Iful, dek Aan, dan dek Aji)
serta seluruh sanak saudara baik dari ibunda (almarhumah) maupun
ayahanda, atas kebersamaannya selama ini,
atas semua doa dan dukungan yang telah
kalian berikan kepadaku.
Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin
berwawasan
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Modified Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”.
Penulis menyadari, terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.
6. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Ibu Suzana, S.Pd.,M.M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.
8. Ibu Ernawati, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 9. Siswa/siswi kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I SMP Negeri 29
Bandarlampung tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
10. Ibunda (almarhumah) dan ayahanda tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anak-anaknya.
11. Kakak, mbak, dan adik-adikku tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.
yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.
13. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 7 Bandarlampung (Hayyun, Laili, Mpi, Mevi, Ria, Agnes, Tina, Dini, Aria, Dwi, Vita, dan Iza) atas kebersamaan selama tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.
14. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004, 2005, dan 2006 dan adik-adikku angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 terima kasih atas kebersamaannya.
15. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, November 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10
1. Efektivitas Pembelajaran ... 10
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 11
3. Pembelajaran ModifiedJigsaw ... 13
4. Aktivitas Belajar... 16
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 17
6. Kemampuan Awal Siswa ... 20
B. Kerangka Pikir ... 21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 24
B. Desain Penelitian ... 24
C. Data Penelitian ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Observasi ... 26
2. Tes ... 26
E. Instrumen Penelitian... 27
F. Pengembangan Bahan Ajar ... 32
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
1. Aktivitas Belajar ... 41
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 42
B. Pembahasan ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ... 25
3.2 Pedoman Penskoran Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 29
3.3 Interpretasi Reliabilitas ... 30
3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 31
3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32
3.6 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 33
3.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemamppuan Awal Siswa . 34
3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas variansi Data Kemampuan Awal Siswa ... 36
3.9 Rangkuman Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Siswa ... 38
4.1 Hasil Observasi Aktivitas belajar Siswa 4.2 Hasil Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa . 43
4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis siswa ... 44
4.4 Uji Mann-Withney U Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 45
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 2.1 Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ... 12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahrin, Drs.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rev.ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matemamatika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Depok dengan menggunakan LKS Berbasis PMR melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta.
Firdaus, Ahmad . 2012 .Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan- masalah-matematika/.Posted 4 Januari 2012
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.
Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Asa Mandiri.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya. Kencana.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan diselenggarakan
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang RI No 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 serta pasal 4 ayat (3).
Trianto (2009: 14) mengatakan bahwa pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh
karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam
arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar
2
pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam
pengembangan nalar peserta didik menjadi sebuah jembatan bagi peserta didik
untuk mampu berfikir secara logis, kritis dan bertahap dalam menghadapi sebuah
masalah. Dalam standar isi mata pelajaran matematika SMP dinyatakan bahwa
mata pelajaran matematika diberikan dengan tujuan antara lain agar peserta didik
memiliki kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan salah satu fokus
dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan pemecahan masalah
sebagaimana tertulis dalam Permendiknas No.22 tahun 2006. Kemampuan
tersebut tidak lepas dari tujuan lain yang mendasarinya, yaitu (1) memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah dan (2) menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
gene-ralisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Menurut Silver dalam Dewi (2011: 2), untuk mencapai tujuan pembelajaran
matematika khususnya peningkatan kemampuan pemecahan masalah, guru
diharapkan mampu memberikan tugas yang membuat siswa berpartisipasi aktif,
mendorong pengembangan intelektual siswa, mengembangkan pemahaman dan
keterampilan matematika, dapat menstimulasi siswa, menyusun hubungan dan
mengembangkan tatakerja ide matematika, mendorong untuk memformulasi
masalah, pemecahan masalah dan matematika, memajukan komunikasi
matematika, menggambarkan matematika sebagai aktifvitas manusia, serta
3
Secara umum, tugas rutin yang biasa diberikan pada siswa sebagai latihan atau
tugas selalu berorientasi pada tujuan akhir, yakni jawaban yang benar. Akibatnya
proses atau prosedur yang telah dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal
tersebut kurang atau bahkan tidak mendapat perhatian guru. Padahal perlu
disadari bahwa proses penyelesaian masalah merupakan tujuan utama dalam
pem-belajaran pemecahan masalah matematika. Gambaran tersebut sebagaimana
dike-mukakan Anthony (1996 : 125) bahwa pemberian tugas matematika rutin yang
diberikan pada latihan atau tugas-tugas matematika selalu terfokus pada prosedur
dan keakuratan, jarang sekali tugas matematika terintegrasi dengan konsep lain
dan juga jarang memuat soal yang memerlukan kemampuan berfikir tingkat
tinggi. Akibatnya adalah ketika siswa dihadapkan pada tugas yang sulit dan
membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi atau jawabannya tidak langsung
diperoleh, maka siswa cenderung malas mengerjakannya.
Dalam pelajaran matematika diperlukan adanya kemampuan awal. Hal ini
penting karena kemampuan awal merupakan modal awal untuk mempelajari
materi yang lebih tinggi dari materi sebelumnya. Seperti kita ketahui bersama
bahwa matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur dan berjenjang,
sehingga ada beberapa materi yang merupakan prasyarat bagi materi berikutnya.
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan awal
rendah. Peneliti tertarik melakukan penelitian pada kamampuan awal rendah
karena tidak ada jaminan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah
maka memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis rendah pula. Oleh
fakta-4
fakta tentang hubungan kemampuan awal rendah dengan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
Pada penerapan pembelajaran konvensional, siswa-siswa di Lampung pada
umumnya mengalami kesulitan pada kemampuan pemecahan masalah matematis.
Hal ini diperkuat dengan sampel data kemampuan pemecahan masalah matematis
yang peneliti ambil dari penelitian Dewi (2011) dan Sesmita (2012) dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan adalah 7,00. Hasil analisis
data Dewi (2011) menunjukkan bahwa secara umum kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono Kabupaten
Lampung Timur masih kurang. Hal ini terlihat dari pencapaian KKM yang hanya
mencapai 23%. Begitu juga dengan Sesmita (2012) yang melakukan penelitian
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus,
pencapaian KKM hanya mencapai 10%.
Model pembelajaran konvensional yang diterapkan guru kelas VII SMP Negeri 29
Bandarlampung dalam pembelajaran matematika menyebabkan hanya terjadi
komunikasi belajar satu arah yaitu dari guru ke siswa. Siswa hanya
mendengarkan, dan mencatat penjelasan yang diberikan oleh guru, lalu siswa
diberi beberapa contoh soal, latihan, dan pekerjaan rumah. Akibatnya siswa tidak
mampu memecahkan masalah matematis apabila diberikan soal yang berbeda
dengan contoh soal atau latihan. Apabila guru meminta siswa untuk mengulas
kembali materi yang telah dipelajari sebagian besar siswa lebih memilih untuk
5
diberikan oleh guru tanpa ada timbal balik antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa.
Menanggapi kondisi seperti yang telah dipaparkan di atas, selayaknya diperlukan
model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut. Salah satu alternatif
model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan,
salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Namun terdapat
kelemahan pada pembelajaran koooperatif tipe Jigsaw, yaitu materi yang
diajarkan harus tidak saling berkaitan (independent). Hal ini bertentangan dengan
materi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu materi segiempat. Di dalam
materi segiempat, terdapat konsep-konsep seperti definisi, sifat-sifat, luas, dan
keliling. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep yang saling berkaitan,
dengan artian bahwa untuk memahami konsep luas dan keliling, siswa harus
terlebih dahulu menguasai konsep definisi dan sifat-sifat. Oleh karena itu, untuk
tetap dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dilakukan
suatu modifikasi. Selanjutnya modifikasi Jigsaw disebut dengan Modified Jigsaw.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw, siswa dikelompokkan secara
heterogen. Terdapat dua kelompok pada pembelajaran ini yaitu kelompok asal
dan kelompok ahli. Pada proses diskusi kelompok akan dapat menarik siswa
untuk melakukan aktivitas yang relevan dengan aktivitas belajar. Dengan
terbentuknya aktivitas belajar, maka akan berdampak pula pada kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini karena pada proses diskusi terjadi
6
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw pada
siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Modified
Jigsaw lebih efektif dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional
pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal rendah ditinjau
dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII
SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw bila dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pada pembelajaran matematika pada siswa berkemampuan awal
rendah ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran
2011/2012
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
kepada pembelajaran matematika terutama dalam upaya mengembangkan
aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
guru dan peneliti lain.
1. Bagi guru diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya
menyusun pembelajaran untuk mengembangkan aktivitas dan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw.
2. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi acuan atau referensi pada
penelitian terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup sebagai batasan-batasan penelitian mencakup pengertian:
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses
interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dikatakan efektif jika a) aktivitas
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw
lebih baik daripada aktivitas belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
8
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw lebih tinggi daripada
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan
agar pembelajaran ini dapat diterapkan pada materi yang saling berkaitan
(dependent).
3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher center). Dalam model pembelajaran ini, penyampaian materi
dilakukan dengan metode ceramah,dilanjutkan dengan contoh dan latihan, dan
diakhiri pemberian tugas/PR.
4. Kemampuan awal siswa adalah pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
sebelum mengikuti/mempelajari suatu materi pelajaran. Kemampuan awal
yang diteliti pada penellitian ini adalah kemampuan awal rendah. Kemampuan
awal siswa diperoleh dari nilai Ujian Nasional Sekolah Dasar (UN SD) dan
nilai tes formatif matematika materi sebelum materi yang akan diteliti.
Kemampuan awal siswa rendah jika nilai UN SD dan nilai tes formatif
matematika materi sebelum materi yang akan diteliti kurang dari 7,00.
5. Aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam
mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar
pada diri siswa. Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah
memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan LKS, bertanya,
9
6. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kecakapan yang
dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Kemampuan
pe-mecahan masalah matematis siswa yang diamati dalam penelitian ini terdiri
dari empat indikator, yaitu mengidentifikasi masalah, merencanakan
peme-cahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaannya dan
mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh. Kemampuan pemecahan masalah
matematis dalam penelitian ini dapat diketahui dari nilai tes akhir matematika
siswa di kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Tahun Pelajaran
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Mosasmito (1988: 119) mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan
efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu (1)
presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; (2)
rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa; (3) ketepatan antara
kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan
belajar) diutamakan; dan (4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan
positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir (2), tanpa
mengabaikan butir (4).
Eggen dan Kauchak dalam Fauzi (2002) menyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan efektif apabila siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang
diberikan guru, tetapi siswa juga secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian
dan penentuan informasi (pengetahuan). Dengan demikian, hasil belajar yang
diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga
11
Senada dengan Eggen dan Kauchak, Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan
belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk
belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara
siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang terukur dari nilai tes.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebuah model pembelajaran
kooperatif yang menitikberatkan kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok
kecil. Lie ( 1993: 73) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam siswa secara
heterogen, siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung
jawab secara mandiri. Dalam model pembelajaran Jigsaw ini siswa memiliki
banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta mengolah informasi
yang didapat.
Trianto (2009: 73) mengungkapkan bahwa pada pembelajaran kooperatif tipe
12
dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert)
pada sub bab dari materi tersebut. Selanjutnya anggota dari setiap kelompok yang
mendapatkan tugas dan tanggung jawab pada sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. Setelah selesai berdiskusi,
setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan topik
yang ia kuasai kepada teman sekelompoknya. Untuk lebih jelasnya,
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diilustrasikan seperti pada Diagram
2.1 berikut :
Diagram 2.1
Ilustrasi pembelajaran Jigsaw
KELOMPOK ASAL KELOMPOK AHLI
13
Untuk pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan materi persegi, jajargenjang,
belah ketupat, layang-layang, dan trapesium dengan pembagian kelompok seperti
di atas.
3. Pembelajaran Modified Jigsaw
Matematika merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat materi-materi
yang berjenjang, artinya materi pertama adalah materi prasyarat untuk materi
selanjutnya. Dengan kata lain, agar tidak bermasalah dengan beberapa konsep
yang lebih tinggi, konsep-konsep di level sebelumnya harus dikuasai dan tidak
boleh dilupakan.
Sebagai contoh adalah materi segiempat, indikator pembelajaran materi tersebut
menuntut siswa untuk dapat mendefinisikan pengertian, mengidentifikasi
sifat-sifat, menghitung keliling, dan luas dari suatu segiempat, serta
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah yang terkait dengan keliling dan
luas bangun segiempat. Konsep definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas dari suatu
segiempat memiliki suatu keterkaitan, siswa akan sulit untuk mengetahui keliling
dan luas jika siswa tidak mengetahui konsep definisi dan sifat-sifat dari segiempat
itu. Hal ini yang menjadi kelemahan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
materi yang diajarkan harus saling lepas atau independen. Atas dasar itulah
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu dimodifikasi agar dapat digunakan
untuk materi yang tidak independen. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
14
Adapun langka-langkah pembelajaran kooperatif tipe modified Jigsaw yaitu
sebagai berikut:
1) Siswa dikelompokkan dalam kelompok asal, jumlah anggotanya disesuaikan
dengan jumlah pokok bahasan yang akan dipelajari,
2) Tiap siswa dalam kelompok asal diberikan keseluruhan pokok bahasan dan
masing-masing siswa mengerjakan satu pokok bahasan,
3) Anggota dari masing-masing kelompok asal yang mendapatkan pokok
bahasan yang sama berkumpul dalam kelompok baru, yang disebut dengan
kelompok ahli (expert) untuk mendiskusikan pokok bahasan mereka,
4) Setelah selesai berdiskusi dalam kelompok ahli, tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian menjelaskan kepada teman satu kelompok
mereka tentang pokok bahasan yang mereka kuasai,
5) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi, dan
6) Guru memberikan evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
Modified Jigsaw merupakan modifikasi dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Modifikasi ini dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran ini dapat diterapkan
pada materi yang saling berkaitan (dependent).
Untuk lebih jelas, ilustrasi pembelajaran kelompok dalam Modified Jigsaw
15
Diagram 2.2
Ilustrasi pembelajaran Modified Jigsaw Keterangan:
PP : Persegi Panjang BK : Belah Ketupat P : Persegi LY : Layang-Layang JJ : Jajargenjang TP : Trapesium
Kelompok Asal Kelompok Ahli
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5 PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
PP, P, JJ, BK, LY, TP
Ahli PP
Ahli JJ
Ahli BK
Ahli LY
Ahli TP Ahli P
PP1, PP2, PP3, PP4,PP5
P1, P2, P3, P4,P5
JJ1, JJ2,JJ3, JJ4, JJ5
BK1, BK2, BK3, BK4, BK5
LY1, LY2, LY3, LY4, LY5
16
4. Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 99) yang menyatakan bahwa dalam
belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir,
membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi
belajar.
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam
pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.
Berkenaan dengan hal tersebut, Diedrich dalam Rohani (2004: 8) menggolongkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain; 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
bertanya, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato;
4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;
5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; 8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
17
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga
menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa. Aktivitas belajar yang
diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan
LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.
5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan matematika meliputi kemampuan representasi matematis,
kemampuan pemahaman konsep, dan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Dalam penelitin ini, peneliti mengambil kemampuan pemecahan masalah
matematis sebagai kajian dalam penelitian.
Suatu masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon, tetapi
tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi suatu masalah. Suatu masalah bagi
seorang siswa dapat menjadi pertanyaan bagi siswa yang lain karena siswa
tersebut telah mengetahui prosedur penyelesaiannya. Setiap masalah yang
diberikan harus merupakan tantangan bagi siswa tersebut. Sehingga siswa
men-jadi lebih termotivasi untuk menyelesaikan masalah itu dengan kemampuan dan
kemauannya sendiri.
Suyitno (2010: 5) mengungkapkan bahwa suatu soal dapat dikatakan sebagai
masalah bagi siswa jika dipenuhi syarat-syarat berikut:
1) Siswa memiliki pengetahuan awal untuk mengerjakan soal tersebut,
2) Diperkirakan siswa mampu mengerjakan soal tersebut,
18
4) Siswa mau dan berkehendak untuk menyelesaikan soal tersebut.
Djamarah (2000: 66) mengungkapkan bahwa guru perlu menciptakan suatu
masalah untuk dipecahkan oleh siswa di kelas. Salah satu indikator kepandaian
siswa banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pemecahan masalah dapat mendorong siswa untuk lebih tegar dalam
menghadapi berbagai masalah belajar. Siswa yang terbiasa dihadapkan pada
ma-salah dan berusaha memecahkannya akan cepat tanggap dan kreatif. Jika mama-salah
yang diciptakan itu bersentuhan dengan kebutuhannya, siswa akan bersemangat
untuk memecahkannya dalam waktu yang relatif singkat.
Polya dalam Firdaus (2009: 15) mengartikan bahwa pemecahan masalah adalah
suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan
yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sedangkan Ruseffendi dalam Firdaus
(2009: 15) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah
bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
menyele-saikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara
menye-lesaikannya.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah bagi siswa dalam matematika
di-tegaskan oleh Branca dalam Firdaus (2009:16) yang menyatakan bahwa:
1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika,
2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan
inti dan utama dalam kurikulum matematika,
19
Polya dalam Suyitno (2010: 6) berpendapat bahwa dalam pemecahan suatu
masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:
1) Memahami masalah,
2) Merencanakan pemecahannya,
3) Menyelesaikan masalah sesuai perencanaan,
4) Memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Dengan mengacu kepada pendapat Djamarah (2002: 20), indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Kemampuan mengidentifikasi masalah, yaitu memahami masalah secara
benar, mengenal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan,
2) Kemampuan merencanakan pemecahan masalah, yaitu dengan memilih
konsep, rumus atau algoritma yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah,
3) Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai perencanaan, yaitu dengan
memproses data dengan rencana yang telah dipilih kemudian membuat
jawaban penyelesaian dengan perhitungan secara runtut dan menentukan hasil
operasi,
4) Kemampuan mengevaluasi penyelesaian yang diperoleh, yaitu menarik
simpulan dari jawaban yang diperoleh dan mengecek kembali perhitungan
20
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemacahan masalah
matematis merupakan kecakapan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan
soal-soal matematika.
6. Kemampuan Awal Siswa
Ali (1984: 54) mengemukakan bahwa seseorang dapat memiliki kemampuan
(hasil belajar) dengan baik bila sebelumnya telah menguasai kemampuan yang
mendahuluinya pada bidang yang sama. Kemampuan awal siswa sebelum
memulai mempelajari suatu pelajaran membawa pengaruh terhadap hasil belajar
yang akan dicapai.
Matematika merupakan mata pelajaran yang berstruktur dan berjenjang, sehingga
antara materi satu dengan yang lainnya saling keterkaitan. Untuk menguasai
pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan
penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan awal. Oleh karena itu,
kemampuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar sangat penting
untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dalam menerima pengetahuan baru yang
akan dipelajari selanjutnya.
Gafur dalam Subroto (2002: 31) mengemukakan bahwa kemampuan awal siswa
adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang
karakteristik yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program
pengajaran. Untuk mengetahui karakteristik dan kemampaun awal siswa, teknik
21
(2) menggunakan tes prasyarat dan tes awal; (3) Mengadakan komunikasi
individual; dan (4) menyampaikan angket.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti/mempelajari suatu
materi pelajaran.
B.Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Modified Jigsaw ditinjau dari aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan
dua variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw. Sedangkan aktivitas dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw sebagai variabel terikat.
Model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw terdiri dari beberapa tahap
pembelajaran, tahap pertama yaitu membentuk kelompok asal, anggota kelompok
asal yang mendapatkan pokok bahasan yang sama berkumpul dalam satu
kelompok baru yang disebut dengan kelompok ahli, berdiskusi dalam kelompok
ahli, setelah berdiskusi dalam kelompok ahli siswa kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan hasil diskusi mereka di kelompok ahli, setelah itu kelompok ahli
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Pada saat siswa berdiskusi dalam kelompok ahli, mereka mendiskusikan lembar
22
disusun materi dan pertayaan-pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk
menggunakan dan mengembangkan kemampuan berfikirnya, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setelah
berdiskusi kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan
hasil diskusi mereka. Pada proses pentransferan materi yang siswa dapatkan pada
kelompok ahli kepada anggota kelompok asal, terbentuk suatu iklim belajar yang
menyenangkan sehingga siswa yang mendapat penjelasan aktif dalam bertanya;
mengungkapkan argumen/pendapat; membuat kesimpulan; serta medengarkan
penjelasan siswa yang lain, dengan demikian aktivitas belajar siswa semakin
meningkat.
Pada tahap berikutnya, siswa kembali berkumpul di kelompok ahli dan setiap
kelompok ahli mempresentasikan hasilnya di depan teman-teman sekelasnya.
Dalam kegiatan presentasi ini, siswa menyampaikan pemahaman materi serta
bagaimana memahami masalah matematis dan menentukan pemecahannya.
Sedangkan siswa yang lain aktif dalam mendengarkan penjelasan rekan-rekan
mereka yang melakukan presentasi, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen,
serta membuat kesimpulan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengalaman
belajar yang diperoleh melalui pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw akan
mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Lebih lanjut lagi, meningkatnya
aktivitas belajar siswa akan berdampak pula pada meningkatnya kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
Pada pembelajaran konvensional, kegiatan dimulai dengan pemberian materi oleh
23
tugas. Pada pembelajaran ini, guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di
kelas sehingga siswa lebih terbiasa mendapat informasi dari guru. Dalam
pembelajaran konvensional tidak ada kesempatan siswa untuk mendapatkan
kebebasan berfikir dengan caranya sendiri. Pembelajaran berlangsung satu arah
yaitu dari guru ke siswa, sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Kondisi seperti
ini menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, kemudian akan berdampak pula
pada rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw akan dapat menghasilkan aktivitas belajar yang
lebih baik dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pembelajaran konvensinal.
C.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika siswa berkemampuan awal rendah ditinjau dari aktivitas
dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 29
24
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandarlampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang rata-rata kemampuan awal
kelasnya rendah, yaitu siswa yang memiliki nilai rata-rata kelas dari nilai UN SD
dan niai tes formatif materi sebelum materi segi empat kurang dari 7,00. Pada
sekolah ini terdapat empat kelas yang memiliki kemampuan awal rendah, yaitu
kelas VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Teknik Random Sampling
untuk mengambil dua kelas berkemampuan awal rendah. Dengan teknik ini
terpilih kelas VII-F yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu
kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan
kelas VII-G yang terdiri dari 32 siswa sebagai kelas control, yaitu kelas yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
mengguna-kan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak
25
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
Kelas eksperimen Pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw Skor ekperimenpost-test pada kelas
Kelas kontrol Pembelajaran konvensional Skor post-test pada kelas control
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang
ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama
pembelajaran,
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw
dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional,
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemecahan masalah
sekaligus aturan penskorannya,
4. Melakukan validasi instrumen,
5. Melakukan uji coba instrumen,
6. Melakukan perbaikan instrumen,
7. Mengadakan post- test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
8. Menganalisis data,
26
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi selama proses
pembelajaran berlangsung. Data ini berupa data kualitatif.
2. Data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh
melalui tes kemampuan pemecahan masalah terhadap kedua sampel yang
dilakukan pada akhir pokok bahasan. Data ini berupa data kuantitatif.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa. Data aktivitas
belajar ini diperoleh dengan melakukan pengamatan yang dilakukan oleh guru
peneliti dan guru mitra selama pembelajaran berlangsung.
2. Tes
Tes yang diberikan berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang
berbentuk esai dan diberikan pada akhir pokok bahasan. Pemberian tes ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
27
E. Instrumen Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dari
hasil observasi yang ditunjukkan dengan lembar observasi aktivitas siswa. Data
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh dari data hasil belajar
siswa melalui tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Tes diberikan
sebanyak satu kali yaitu pada akhir pokok bahasan.
Instrumen tes dapat dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang baik
apabila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel. Validitas dan
reliabilitas instrumen tes merupakan dua hal yang sangat penting dalam penelitian
ilmiah karena merupakan karakter utama yang menunjukkan apakah suatu tes baik
atau tidak. Validitas dan reliabilitas perlu diketahui sebelum digunakan untuk
penelitian agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan
gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya.
Dalam penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum
yang hendak diukur. Validitas ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah isi
dari tes tersebut sudah mewakili dari keseluruhan materi yang telah dipelajari.
Jadi dalam penelitian ini validitas isi digunakan untuk mengetahui isi suatu tes
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan
28
berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan
indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal
ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan. Dalam
penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika
kelas VII. Jika penilaian guru menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, maka soal tes tersebut
dikategorikan valid.
Setelah dinyatakan valid, maka soal tes tersebut diujicobakan. Uji coba dilakukan
di luar sampel tetapi masih di dalam populasi penelitian yaitu pada siswa kelas
VII-H. Setelah diujicobakan, diukur tingkat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya beda soal. Jika soal tes telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka soal
tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga layak untuk digunakan.
1. Reliabilitas Tes
Tes yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan di luar sampel, hal ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Adapun perhitungan
relia-bilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2008: 208) yang menyatakan
bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha sebagai
berikut.
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes
∑ = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
29
= varian total
n = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes
Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas digunakan kategori
Guilford dalam Ruseffendi (1991: 197), dengan kriteria seperti disajikan dalam
[image:49.595.113.510.237.335.2]Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Nilai Interpretasi
0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r11 < 0,80 Tinggi
0,40 < r11 < 0,60 Sedang
0,20 < r11 < 0,40 Rendah
r11 < 0,20 Sangat Rendah
Ruseffendi (1991: 197)
Dari hasil uji coba tes yang telah dilaksanakan dilanjutkan dengan perhitungan
diperoleh reliabilitas pada instrumen tes kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa sebesar 0,854. Berdasarkan interpretasi reliabilitas tersebut,
instrumen tes tersebut digolongkan pada reliabilitas sangat tinggi karena terletak
pada 0,80 s.d 1,00. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk
mengumpulkan data.
2. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes
pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes
digunakan rumus berikut.
Keterangan:
TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i
S : rataan skor siswa pada butir ke-i
Smaks : skor maksimum butir ke-i maks
i
S
S
30
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
[image:50.595.111.514.180.270.2]in-deks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) seperti Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai Interpretasi
15 . 0 00
.
0 TK Sangat Sukar
30 . 0 16
.
0 TK Sukar
70 . 0 31
.
0 TK Sedang
85 . 0 71
.
0 TK Mudah
00 . 1 86
.
0 TK Sangat Mudah
Dari hasil uji coba dan perhitungan tingkat kesukaran butir tes terhadap 6 butir tes
yang diujicobakan menunjukkan bahwa butir tes tergolong sedang dengan kisaran
tingkat kesukaran antara 0,31 s.d 0,70. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran
butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data, instrumen tes tersebut dapat
digunakan untuk mengumpulkan data.
3. Daya Pembeda (DP)
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari
siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai
terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut
kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut
kelompok bawah). Sudijono (2008: 388) menungkapkan menghitung daya
pembeda ditentukan dengan rumus :
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu JA = Rata-rata kelompok atas butir soal yang diolah
31
JB = Rata-rata kelompok bawah butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
[image:51.595.113.511.207.314.2]tertera dalam Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Negatif ≤ DP ≤ 0.10 Sangat Buruk
0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk
0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Agak baik, perlu revisi
0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik
DP ≥ 0.50 Sangat Baik
Sudijono (2008: 388)
Dari hasil uji coba dan perhitungan daya pembeda butir test pada post-test
menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya pembeda ≥ 0,30. Jadi
daya beda butir tes tergolong baik dan sangat baik. Berdasarkan interpretasi nilai
daya pembeda untuk mengambil data, maka istrumen tes dapat digunakan untuk
mengumpulkan data.
Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera
pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5 Data Uji Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Test
No
Soal Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran 1
0,854
0,308 (Sedang) 0,49 (Sedang)
2 0,444 (Baik) 0,43 (Sedang)
3 0,376 (Sedang) 0,47 (Sedang)
4 0,513 (Baik) 0,56 (Sedang)
5 0,504 (Baik) 0,38 (Sedang)
[image:51.595.113.510.575.739.2]32
Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal
telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
F. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan/merujuk bahan ajar yang telah dikembangkan oleh
Lestari (2012). Adapun alasan peneliti merujuk bahan ajar tersebut adalah sebagai
berikut.
a) Peneliti melakukan penelitian yang sama terkait efektivitas pembelajaran
kooperatif tipe Modified Jigsaw dan juga materi penellitian.
b) Soal post-test yang dikembangkan telah memenuhi kriteria soal sebagai
masalah, sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP bertujuan merancang pembelajaran di kelas untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini disusun RPP untuk enam kali
pertemuan yang terdiri atas alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran, dan
33
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS yang diberikan pada penelitian ini disusun untuk dapat mengukur sejauh
mana kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. LKS digunakan untuk
mengetahui strategi atau cara-cara siswa menyelesaikan suatu permasalahan.
LKS diberikan pada kedua kelas sampel, yaitu kelas VII-F yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan kelas VII-G yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hiotesis
1. Data Kemampuan Awal
Sebelum eksperimen dilakukan, untuk memastikan kesamaan rata-rata
kemampuan awal kedua sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap
data kemampuan awal tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan
rumus yang digunakan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan
hipo-tesis untuk uji ini adalah.
1) Hipotesis Uji
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
34
2) Taraf Signifikansi: α = 5%
3) Statistik uji
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273).
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat Ei = frekuensi harapan Oi = frekuensi observasi
4) Keputusan uji
Tolak H0 jika x2 x1k3 dengan taraf = taraf nyata untuk pengujian.
Dalam hal lainnya H0 diterima.
Hasil perhitungan uji normalitas terhadap data kemampuan awal terdapat pada
Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Nilai Chi-Kuadrat (X2) Untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematuka Siswa
Kelas 2
hitung
x 2
tabel
x Keputusan
Uji Keterangan
Eksperimen 4,8395 5,99 H0 diterima Normal
Kontrol 3,3534 5,99 H0 diterima Normal
Dari Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa nilai 2
hitung
x < 2
tabel
x sehingga hipotesis nol
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal siswa
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
35
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan awal siswa memiliki
varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan
uji F (Sudjana, 2005: 273).
1) Uji hipotesis
H0 : 2
2 2 1
(variansi populasi homogen)
H1 : 2
2 2 1
(variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf Signifikansi : α = 5%
3) Statistik uji
Untuk menguji hipotesis di atas digunakan statistik:
4) Keputusan uji
Terima H0 jika ( )( ) < < ( , ) dan tolak H0 jika
≥ ( , ), di mana ( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan
peluang 1/2α dan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan
dk pembilang dan penyebut.
36
[image:56.595.115.507.172.295.2]Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Nilai Varians untuk Distribusi Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan
∝ = 5% nilai Fhitung < Ftabel , sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas mempunyai variansi yang sama.
Setelah data kemampuan awal kedua sampel berdistribusi normal dan homogen,
dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji
dua pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut.
1) Hipotesis uji
H0 :
1
2H1 :
1
21
= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran Modified Jigsaw2
= rata-rata kemampuan awal siswa dengan pembelajaran konvensional2) Taraf signifikansi : = 5 %
3) Statistik uji
Kelas Varians (s2) Fhitung Ftabel Keputusan Uji Keterangan
Eksperimen 84,56
1,17 2,38 H0 diterima Homogen
Kontrol 72
37
Keterangan:
1
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas Modified Jigsaw
2
x = rata-rata nilai yang digunakan sebagai kemampuan awal kelas konvensional
2 1
s = variansi kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw 2
2
s = variansi kelas dengan pembelajaran konvensional
1
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif Modified Jigsaw
2
n = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional
4) Keputusan uji
Terima H0 jika
2 1 1 2 1
1
t t t , di mana
2 1 1
t didapat dari daftar distribusi t
dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ ). Untuk harga-harga t lainnya
H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Kesamaaan Dua Rata-Rata Data Kemampuan Awal Matematika Siswa
Berdasarkan data pada Tabel 3.8 di atas, didapat dk = 32 + 32 – 2 = 62 dan taraf
signifikan 5% diperoleh t10,025 = t(0,975)(62)
= 1,67 dan t = 0,74, karena t berada pada daerah penerimaan H0 ( -1,67 < 0,74 < 1,67) maka dapat disimpulkan bahwa
Kelas Rata-rata Varians (s2) thitung ttabel Keterangan
Eksperimen 51,63
78,28 0,74 1,67
Rata-rata kemampuan awal siswa pada
kedua kelas sama
[image:57.595.114.513.524.651.2]38
rata-rata kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-F sama dengan rata-rata
kemampuan awal siswa pada sampel kelas VII-G.
2. Data Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar siswa diamati oleh guru selama proses pembelajaran kooperatif
tipe Modified Jigsaw dan konvensional berlangsung. Aktivitas belajar yang
diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan
LKS, bertanya, mengungkapkan pendapat/argumen, dan membuat kesimpulan.
Dalam penelitian ini, untuk pengujian hipotesis pada data aktivitas belajar siswa
digunakan metode deskriptif.
3. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh
diana-lisis untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan
sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas varians seperti pada data kemampuan awal siswa.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Modified Jigsaw dan dengan
langkah-39
langkah dan rumus yang digun