• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

ADITYA YUDISTIRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh Aditya Yudistira

Penelitian jenis eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Desain dalam penelitian ini adalah posttest only control group

design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri

20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Dengan teknik purposive sampling terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Jatidatar, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah padatanggal 19 Mei 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Yahmin Sudirham dan Ibu Samini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Banjar Agung pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Bandar Mataram pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Metro tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, melalui jalur SPMB.

(8)

Moto

Penderitaan yang sesungguhnya adalah

ketika kamu kehilangan kepercayaan diri

dan harapan. Ketika Allah tak ada dalam

tujuan hidupmu.

Do it now

(9)

PERSEMBAHAN

Doa dan rasa syukur kehadirat Allah Swt.,Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ibu dan Bapak tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang tak pernah lelah berkorban, memberikan doa, semangat dan

dorongan yang tiada hentinya

Keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa untukku dalam menuju keberhasilan

Para pendidik yang telah mendidik dan membimbingku dengan tulus dan sabar dalam menuntut ilmu pengetahuan

Teman-temanku yang luar biasa

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dan bapakku tercinta.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak M. Coesamin, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan motivasi, masukan, kritik, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk bimbingan, dan memberikan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini selesai.

(11)

iii 7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,

beserta staf dan jajarannya.

9. Ibu Hj Rosda Fatila, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan perhatian, motivasi, kemudahan, danbantuandalampenelitian.

10.Seluruh keluarga besarku yang memberi semangat dan doa yang tiada hentinya.

11.Teman-teman yang telah sangat membantu: Adi Suripto, Qory dan Ratna. 12.Seluruh staf dan karyawan Ganesha Operation memberi semangat, doa,

perhatian, dan bantuan yang kalian berikan.

13.Teman-teman seperjuangan: Gede Redasata, Miftahul Karim, Eka Ratnawati, Evi Listyoningsih dan Wawan Junaidi atas kebersamaan dan bantuan yang telah kalian berikan.

14.Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 reguler: Iim, Munib, Iswan, Firman, Atika, Kamsuri, Sella, Ria, Vivi, Bambang, Meilani, Lisa, Putri, Rini, Widya, Jesi, Victor, Teguh, Ifal, Endah, Ahmad.

15.Teman-temanku di Pendidikan Matematika angkatan 2007 non-reguler atas motivasi, persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.

16.Kakak tingkat angkatan 2005 dan 2006 serta adik tingkat angkatan 2011-2014 atas kebersamaan selama ini.

17.Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 atas kerjasamanya.

(12)

iv Semoga dengan bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,

(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 10

3. Pembelajaran Konvensional ... 17

4. Pemahaman Konsep ... 19

B. Kerangka Pikir ... 21

C. Anggapan Dasar... 23

D. Hipotesis ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 24

B. Desain Penelitian ... 24

(14)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Instrumen Penelitian ... 26

1. Validitas ... 26

2. Reliabilitas ... 27

F. Analisis Data ... 28

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Homogenitas Varians ... 29

3. Uji Kesamaan Dua Rata-rata... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Data Pemahaman Konsep Matematis ... 32

2. Uji Hipotesis Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 38

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN... 42

(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain ... 16

2.2 Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain ... 16

2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 17

2.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 21

3.1 Post-test Kontrol Desain ... 24

3.2 Hasil Uji Normalitas ... 29

4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep ... 32

4.2 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 33

(16)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 41

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... 73

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 109

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 128

B.2 Soal Posttest ... 130

B.3 Kunci Jawaban Posttest dan Penskorannya ... 131

B.4 Form Validasi Tes Pemahaman Konsep ... 133

B.4 Surat Keterangan ... 135

C. ANALISIS DATA C.1 Analisis Reliabilitas Tes Uji Coba... 136

C.2 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 138

C.3 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 140

C.4 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol... 141

C.5 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 145

C.6 Uji Homogenitas Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 150

C.7 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 151

C.8 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 153

C.9 Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 155

(17)

ix C.11 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep

Kelas Kontrol ... 158 D. LAIN-LAIN

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, ke-pribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Pasal 1 UU No.20 tahun 2003). Oleh karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Pendidikan dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Karena proses pendidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut. Melalui proses belajar diharapkan akan dicapai isi dari pendidikan tersebut.

(19)

2

bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena itu matematika harus ditanamkan sejak dini. Siswa yang menguasai pelajaran matematika sejak dini diharapkan akan mendapat kemudahan dalam studinya lebih lanjut. Oleh karena itu pendidikan dan pengajaran matematika perlu mendapatkan perhatian khusus.

Dalam pandangan siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah atas secara umum, mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti. Indikasi yang paling mudah ditemukan adalah hasil belajar siswa yang cenderung kurang memuaskan. Terutama pada perolehan nilai yang rata-rata berada di bawah mata pelajaran lain. Hal tersebut dirasakan oleh guru, orang tua, dan bahkan oleh siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar siswa lebih terlihat khususnya pada pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga me-merlukan visualisasi atau model pembelajaran khusus. Salah satu penyebabnya adalah sifat dari matematika yang abstrak, yang berkenaan dengan konsep-konsep.

(20)

3

logis, yang diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh karena itu untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkembang. Dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Rendahnya hasil belajar merupakan indikasi pembelajaran belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya penerapan model pembelajaran yang kurang tepat. Karena penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap matematika serta rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan pemahaman matematis siswa.

(21)

4

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi. Salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournament). Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu tipe atau

model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Proses belajar dengan permainan yang di-rancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Dengan cara diskusi dalam kelompok seperti pada TGT, materi pelajaran dapat dibangun bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Agazzta; 2009) menyatakan “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan dengan temannya”. Lebih lanjut Surya, 1975 (dalam Arya; 2010) mendefinisikan “diskusi kelompok merupakan suatu proses dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan

masalah bersama”.

(22)

5

membangun sudut pandang atau mengkontruksi pengetahuannya secara bersama pula.

Bercermin pada uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang keefektif-an penerapkeefektif-an model pembelajarkeefektif-an kooperatif tipe TGT untuk meningkatkkeefektif-an pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :

(23)

6

refrensi untuk peneliti lain (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

3. Bagi Siswa, menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama, meningkatkan daya tarik siswa terhadap matematika, dan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah 1. Efektivitas

Di dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Pembelajaran kooperatif tipe TGT dikatakan efektif jika rata-rata skor pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioanal.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

(24)

7

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu mengenai definisi, prinsip, dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi pelajaran matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat, dan idenya melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkink-an siswa berinteraksi aktif dengmemungkink-an lingkungmemungkink-an dmemungkink-an kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya.

1. Efektivitas Pembelajaran

(26)

9

memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapakan.

Pembelajaran matematika yang efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari pemahaman matematika siswa. Sebab siswa belajar dengan menghubungkan gagasan baru ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang meng-ungkapkan pengetahuan siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendisain pengalaman yang dimiliki yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2002: 27) bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan.

Pembelajaran efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Dengan terlibatnya siswa dalam pencarian informasi maka hasil belajar yang diperoleh tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir, intensitas bertanya, serta interaksi yang baik.

(27)

10

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat melihat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya.

Sesuai dengan pendapat Kauchak (dalam Trianto, 2009) yang menyatakan bahwa belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru, karena bagi guru dan siswa mungkin pernah menggunakannya atau mengalaminya. Sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium dimana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok belajar.

(28)

11

Para ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman budaya, jenis kelamin, sosial - ekonomi, dan lain-lain. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti berada di tengah masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibrahim (dalam Trianto, 2009) bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman warna kulit, ras, agama, kemampuan, dan ketidakmampuan.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipeTGT. Dalam segala aspek, TGT sama dengan STAD, tapi dalam beberapa hal ada yang berbeda seperti kuis dan sistem penelitian peningkatan individu. TGT menggunakan sistem pertandingan akademik dimana siswa bersaing untuk menunjukan kebolehan tim mereka. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

(29)

12

Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok. Tugas dikerjak-an bersama - sama dengdikerjak-an dikerjak-anggota kelompoknya. Apabila ada dari dikerjak-anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan penjelasan, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

Menurut Slavin (1995; 84) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class presentations), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan peng-hargaan kelompok (team recognition).

a) Penyajian Kelas (class presentations)

Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe TGT selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran.

a. Pembukaan

1) Menjelaskan pada siswa materi yang akan dipelajari

2) Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. 3) Mengulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang

(30)

13

1) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan - pertanyaan.

3) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah. 4) Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok

masalahnya. c. Latihan Terbimbing

1) Siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

2) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah.

b) Belajar Kelompok (teams)

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

c) Permainan (games)

Games terdiri dari pertanyaan - pertanyaan yang dirancang untuk menguji

(31)

14

sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba men-jawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menmen-jawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk pertandingan mingguan.

d) Pertandingan (tournament)

Pertandingan merupakan kompetensi yang digunakan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Tournament atau pertandingan antar kelompok dilakukan sesuai dengan yang di-kemukakan Slavin (1995: 87) yaitu memastikan siswa yang memiliki kemampuan sama dari masing-masing kelompok ditempatkan dalam satu meja pertandingan. Siswa yang pintar dari masing - masing meja ditempatkan pada meja 1, siswa yang sedang pada meja 2 dan meja 3, sedangkan siswa yang rendah ditempatkan dimeja 4.

(32)

15

Pelaksanaan turnamen dalam satu meja turnamen terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan sama yang berasal dari kelompok yang berbeda dilaksanakan sebagai berikut (Slavin,1995: 88):

o Dalam setiap meja turnamen siswa mengambil undian yang digunakan untuk menentukan siapa siswa yang mendapat giliran memilih soal dan mem-bacakan soal yang disebut dengan pembaca. Sedangkan tiga siswa yang lainnya disebut dengan penantang 1, penantang 2, dan penantang 3.

o Pembaca mengambil kartu secara acak, kemudian mengambil soal yang sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu. Selanjutnya pembaca mem-bacakan soal dengan keras kepada ketiga penantang.

o Keempat siswa tersebut mengerjakan soal dengan waktu yang ditetapkan. o Apabila jawaban pembaca salah maka pembaca tidak mendapat hukuman,

tetapi apabila jawaban penantang 1, penantang 2, dan penantang 3 salah maka ketiga penantang akan mendapat hukuman dengan cara mengembalikan kartu kemenangan yang telah mereka peroleh. Selanjutnya pembaca menjadi penantang 3, penantang 3 menjadi penantang 2, penantang 2 menjadi penantang 1, penantang 1 menjadi pembaca dengan prosedur pelaksanaan kegiatan sama seperti yang telah diuraikan di atas.

o Siswa dapat mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya dan diberikan gelar superior, very good, good, medium.

o Bumping, pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga, keempat,

(33)

16

sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

o Setelah selesai menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, diberikan penghargaan kelompok dan individu. Siswa yang memperoleh kartu kemenangan terbanyak meraih tingkat 1 (Top Score), tingkat 2 (High Middle Score), tingkat 3 (Low Middle Score), dan tingkat 4 (Low Score).

Perolehan poin dapat dilihat pada tabel-tabel perolehan poin (Slavin, 1995: 90) berikut:

Tabel 2.1 Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Tabel 2.2 Perolehan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

(34)

17

e) Penghargaan kelompok (team recognition)

Kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir pertandingan. Guru memberikan penghargaan berupa pujian atau barang yang berbentuk makanan kecil kepada kelompok yang teraktif, terkompak, dan termaju. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Tiga tingkatan diberikan pada kelompok yang memperoleh nilai perkembangan yang dihitung dari nilai rata-rata poin perkembangan yang diperoleh dari anggota kelompok.

Tabel 2.3 Kriteria Pengahargaan Kelompok

(Sumber Slavin, 1995: 90 ) 3. Pembelajaran Konvensional

Pendekatan pembelajaran konvensional atau konservatif saat ini adalah pendekatan pembelajaran yang paling disukai oleh para guru. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam Sunartombs; 2009) tentang pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.

Institute of Computer Technology (dalam Sunartombs; 2009) menyebutnya

dengan istilah “pengajaran tradisional”. Dijelaskan bahwa pengajaran tradisional

(35)

18

yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara mengajar yang biasa (tradisional) dipakai pada pengajaran matematika. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya.

Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Salah satu ciri kelas dengan pem-belajaran secara biasa yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

(36)

19

dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mem-pengaruhi proses belajar siswa. Oleh karena itu, sumber belajar (informasi) harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. Oleh sebab itu, apa yang terjadi selama pembelajaran jauh dari upaya-upaya untuk terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Artinya bahwa siswa yang telah mempelajari pengetahuan dasar tertentu, maka siswa diharapakan akan dapat menggabungkan sub-sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan prilaku (hasil) belajar yang lebih kompleks.

4. Pemahaman Konsep

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Carpenter (dalam Bennu; 2010) yang menyatakan “salah satu ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa siswa harus memahami matematika.”

(37)

20

relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah me-mahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Berkenaan dengan hal tersebut Dimyati (2006: 3) yang mengungkapkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Herdian, 2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol - simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan membedakan konsep-konsep.

(38)

21

menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, serta mengaplikasikan konsep.

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut: Tabel 2.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

B. KERANGKA PIKIR

(39)

22

guru. Kemudian setiap siswa bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Setiap kelompok diberikan tugas atau latihan dalam bentuk LKK. Masing-masing anggota kelompok harus dapat memahami tugas yang diberikan. Tugas atau latihan yang terdapat pada LKK adalah tugas atau latihan yang telah disusun sesuai dengan indikator pemahaman konsep. Apabila ada anggota kelompok yang belum paham, maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberi penjelasan sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru. Untuk mengetahui sejauh mana konsep telah dipahami setiap kelompok, maka guru menunjuk perwakilan dari beberapa kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Guna memastikan semua kelompok telah memahami konsep yang diberikan, maka guru memberikan pertandingan. Dalam pertandingan ini, siswa terbagi dalam meja-meja pertandingan. Setiap meja pertandingan, terdiri dari 4 siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda dengan kemampuan akademik yang homogen. Setiap siswa mengerjakan masing-masing empat soal sesuai dengan jumlah anggota dalam setiap meja pertandingan. Hasilnya diperiksa dan dinilai sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)

superior, very good, good, medium. Di dalam pertandingan setiap anggota

(40)

23

Dengan berdiskusi dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa akan lebih mudah memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep siswa akan meningkat. Dengan pemahaman konsep yang optimal akan membantu siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang terdistribusi dalam 7 kelas yaitu IX-A hingga IX-H. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, sampel dalam penelitian ini terpilih kelas IX-G sebagai kelas kontrol dan IX-F sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan pola post-test kontrol sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:356) sebagai berikut:

Tabel 3.1. Post-test Kontrol Desain

Kelas Perlakuan Post-test

F X Y2

G C Y2

Keterangan:

F : kelas eksperimen G : kelas kontrol

(42)

25

Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Orientasi sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran

2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.

4. Melakukan validasi instrumen. 5. Melakukan uji coba instrumen 6. Melakukan perbaikan instrumen

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

8. Mengadakan post- tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 9. Menganalisis data

10.Membuat kesimpulan

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep siswa yang diperoleh dari tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

(43)

26

Tes

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berbentuk esai.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

1. Validitas

Sebelum digunakan, perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti diujicobakan. Sebelum perangkat tes diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk mengukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagi alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan

(44)

27

instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IX. Benar penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan diluar sampel penelitian yaitu pada siswa kelas IX C. Setelah diujicobakan, diukur tingkat realiabilitas maka perangkat tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga soal layak untuk digunakan.

2. Reliabilitas Tes

Tes yang digunakan diujicobakan diluar sampel, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2001; 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung koefisien reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

dimana:

11

r = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2

(45)

28

Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau lebih dari 0,70. Setelah dihitung didapatkan tingkat reliabilitasnya adalah 0,71 sehingga menurut Sudijono (2008) reliabilitas instrumen tes tergolong tinggi. Dengan demikian, disimpulkan bahwa instrumen tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Untuk perhitungan bisa dilihat pada lampiran C.1.

F. Analisis Data

Data yang digunakan adalah data nilai semester ganjil kelas XI. Data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata.

1. Uji Normalitas

Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini menggunakan rumus Chikuadrat (Sudjana, 2005: 273).

Hipotesis :

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

(46)

29

Kriteria pengujian, jika X2hitungX2tabel dengan dk = k – 3, maka data

berdistribusi normal.

Setelah dilakukan perhitungan, untuk kelas eksperimen diperoleh x2hitung = 2,75 dan dk = 3 dari tabel chi kuadrat diperoleh x² tabel = 7,81. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh x2hitung = 1,42 dan dengan tingkat kepercayaan dan derajat kebebasan yang sama dengan kelas

eksperimen yaitu α = 5% dan dk = 3 diperoleh x2hitung melalui tabel chi

kuadrat yaitu 7,81. Sesuai dengan kriteria pengujian yaitu terima Ho jika

tabel

hitung X

X2  2 maka data kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada

daerah penerimaan Ho sehingga data populasi tersebut berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.4.

Tabel 3.2 Hasil Uji Normalitas.

Kelas X2hitung X2tabel Keputusan Uji

Eksperimen 2,75 9,49 Ho diterima

Kontrol 1,42 7,81 Ho diterima

2. Uji Homogenitas Varians

Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto, 2005:318). Untuk menguji kesamaan varians

dari k buah kelas (k≥2) populasi, digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

(47)

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut. 1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:

3) Menghitung nilai

Kriteria pengujian: terima Ho jika Fhitung<

Tabel 3.2 Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan hasil perhitungan, kelas pada pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas dengan pembelajaran konvensional tidak homogen. Perhitungan selengkapnya pada lampiran C.6

3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata

(48)

31

1

 = rata-rata nilai tes pemahaman konsep kelas dengan pembelajaran TGT

2

 = rata-rata nilai tes pemahaman konsep kelas dengan pembelajaran konvensional

Untuk menguji hipotesis menggunakan rumus :

Keterangan:

i

x = nilai post-test kelas ekperimen

2

x = nilai post-test kelas kontrol

n1 = banyaknya subyek kelas dengan model pembelajaran TGT n2 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran konvensional

Dengan kriteria pengujian: tolak Ho jika dengan:

w1 =

w2 =

t1 =

t2 =

(49)

38

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengarahkan siswa untuk antusias dalam pembelajaran dan mengonstruksi pengetahuan yang diperolehnya sehingga memberikan dampak pada pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Seorang pendidik sejatinya dapat memotivasi peserta didik agar antusias dalam belajar. Pendidik juga sejatinya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Dalam rangka itu, pendidik dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif pembelajaran di kelas.

(50)
(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas IV SD. http://gudangmakalah.blogspot.com/2009/08/

skripsi-pengaruh-interaksi-sosial.html

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta Bennu. 2010. Pemahaman Konsep. [on line]. Tersedia: http://sudarmanbennu.

blogspot. com/2010/02/pemahaman-konsep.html. (01 Nopember 2014) Dimiyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional : Surabaya

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. [on line]. Tersedia:

http://herdy07. wordpress.com/. (15 Agustus 2014)

Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik Education (RME) pada Sub Materi Pokok Bahasan

Persegi Panjang dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. [on line]. Tersedia:

digilib.unnes.ac.ad/gsdl/collect/skripsi/archives/ HASHOIdg…/ doc.pdf

(17 September 2014)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. (17 September 2014)

Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia: http://hafismuaddab. wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/. (17 September 2014) Mursel, J. dan Nasution. 2002. Mengajar dengan Sukses. Bumi Aksara: Jakarta Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara:

Jakarta

(52)

________. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah ( Studi

pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung). Disertasi SPs. Upi : tidak

diterbitkan

Sambas. 2009. Definisi Efektivitas. [on line]. Tersedia: http://sambasalim.com/ pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html. (17 September 2014) Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company: United

States of Amerika Amerika

Starawaji. 2009. Efektivitas Pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://starawaji. wordpress.com/ 2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/. (17 September 2014) Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada:

Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Sudrajat, Akhmad. 2009. Tujuan Pembelajaran sebagai Komponen Penting dalam

Pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

2009/08/30/ tujuan-pembelajaran-sebagai-komponen-penting-dalam-pembelajaran/. (17 September 2014)

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling

Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/

pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (17 September 2014)

2008. Undang-Undang Sisdiknas dan Undang-Undang Guru dan Dosen. Asa Mandiri: Jakarta

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Gambar

Gambar 2.1  Skema Meja Turnamen
Tabel 2.1 Perolehan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Tabel 2.3 Kriteria Pengahargaan Kelompok
Tabel 2.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Materi Pokok Pertumbuhan dan

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: (1) apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan media PowerPoint dapat meningkatkan keterampilan

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu “ Apakah Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) Dapat Meningkatkan Motivasi Belajar

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan mind map dan kooperatif tipe TGT terhadap pemahaman konsep

Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas maka permasalahan penelitian akan dirumuskan sebagai berikut; ”Apakah model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Sebagaimana pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah penerapan.. model pembelajaran kooperatif

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe