LEMBAR PERNYATAAN……….. i
ABSTRAK………..... ii
KATA PENGANTAR……….. iii
UCAPAN TERIMAKASIH………. iv
DAFTAR ISI……….. vi
DAFTAR TABEL……….. viii
DAFTAR GAMBAR………. ix
DAFTAR DIAGRAM………... x
DAFTAR GRAFIK………... xi
DAFTAR LAMPIRAN………. xii
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah………... 6
C. Tujuan Penelitian………. 6
D. Manfaat Hasil Penelitian………. 7
E. Sistematika Penulisan……….. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 9
A. Efektivitas……… 9
B. Metode Jigsaw………. 10
C. Pemahaman Konsep Matematis……….. 15
D. Bangun Ruang………. 19
E. Kerangka Berpikir………... 21
F. Definisi Operasional ………... 23
BAB III METODE PENELITIAN……….. 25
A. Metode Penelitian……… 25
B. Desain Penelitian………. 28
C. Lokasi Penelitian………. 28
G. Prosedur Penelitian……….. 30
H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data……… 31
BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 36
A. Temuan Penelitian………... 38
B. Pembahasan………. 57
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 58
A. Simpulan……….. 58
B. Rekomendasi………... 59
DAFTAR PUSTAKA……… 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN………
RIWAYAT PENULIS………..
A. Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan seseorang tidak akan bisa hidup
berkembang. Matematika adalah suatu kumpulan dari konsep-konsep yang harus dipahami. Untuk menguasai matematika harus menguasai konsep yang
terkandung didalamnya. Dengan demikian untuk memahami dan menguasai
matematika perlu dilakukan upaya peningkatan pemahaman konsep matematis.
Apalagi materi matematika yang abstrak memerlukan suatu teknik dalam
penyampaiannya kepada anak didik, agar materi tersebut dapat diterima dan
dipahami dengan baik. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali mereka dengan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru
masih menggunakan metode/paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi
dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umunya dari
guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran
cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh
dan tersiksa.
Maka dari itu Pendidik harus lebih berkreatif dalam mengambil dan
menggunakan model, metode, pendekatan yang akan dilakukan, digunakan
berdasarkan kebutuhan siswa dan kekurangan siswa bahkan keadaan siswa atau
keadaan sekitar yang dapat mempengaruhi suatu proses kegiatan belajar dan
mengajar. Dengan masalah-masalah yang ada maka masih banyak siswa tidak
paham dengan konsep-konsep yang telah dipelajarinya, sehingga siswa belum
mampu dalam mengulang kembali konsep-konsep atau materi yang
Seperti halnya penelitian yang dilakukan peneliti di tempat SD Negeri, disini
peneliti menemukan beberapa masalah yang yang terjadi, hal ini bisa dilihat dari
data serta penelitian yang ditemukan oleh peneliti diantaranya : siswa merasa
jenuh ketika proses pembelajaran berlangsung, hal ini dilihat ketika proses
kegiatan belajar, siswa asik sendiri tidak memperhatikan guru selanjutnya siswa
kurang aktif dalam pembelajaran karena masih berpusat kepada guru, hal ini
dilihat dari siswa yang jarang bertanya, mereka mengatakan paham tetapi tidak
berani menyampaikan bahwa mereka sebenarnya tidak paham. Lalu kurangnya
komunikasi antar siswa pada saat pembelajaran, hal ini terlihat karena proses
kegiatan pembelajaran jarang menggunakan metode berkelompok. Akibatnya
secara keseluruhan siswa belum betul memahami konsep yang dipelajarinya,
khususnya pada mata pelajaran matematika, dimana pada pembelajaran
matematika dibutuhkan pemahaman konsep yang benar-benar paham, apabila
tidak memahami konsep maka seterusnya siswa tidak akan paham dengan materi
yang dipelajarinya. Karena kekurangan pemahaman dalam belajar maka akan
mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa.
Selain itu peneliti menemukan beberapa masalah yang ditemukan diantaranya
pada saat penelitian pertama sebelum diberlakukannya perlakuan model
pembelajaran dimana siswa belum bisa mengklasifikasi macam-macam bangun
ruang A dan bangun ruang B. hal ini dilihat berdasarkan pertanyaan peneliti pada saat menanyakan “Bangun manakah yang kubus dan bangun manakah yang balok?” sambil memegang bangun ruang tiga dimensi di kedua tangan peneliti, dan siswa kebanyakan kebingungan antara balok dan kubus karena hampir sama.
Lalu Siswa belum bisa menyatakan sebuah konsep tanpa bantuan media atau
gambar, siswa masih kebingungan. Masalah-masalah ini adalah beberapa
rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa.
Hal ini mengungkapkan bahwa rendahnya skor kemampuan matematika
siswa Indonesia salah satunya disebabkan pembelajaran matematika yang
diterapkan di sekolah terkesan kurang menyentuh ke arah pemahaman konsep.
Hal ini tentunya akan berdampak pada pencapaian hasil pembelajaran dan
proses belajar mengajar. Terdapat beberapa indikator pembelajaran dapat
dikatakan efektif sebagaimana dijelaskan oleh Trianto (dalam Amelia, Riska Ayu
: 2013) yaitu sebagai Berikut :
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu : 1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, 2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa, 3) ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, 4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif mengembangkan struktur kelas yang mendukung.
Dilihat kenyataan di lapangan ternyata masih banyak ditemukan
pembelajaran yang belum memenuhi indikator dari efektifitas pembelajaran
tersebut. Salah satu contohnya pada pembelajaran matematika mengenai sifat-sifat
bangun ruang, pada pembahasan ini kegiatan pembelajarannya peserta didik tidak
mengeksplore bagaimana sifat-sifat yang ada pada bangun ruang hanya saja
peserta didik membaca pada buku, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kemampuan pengajar dalam mengelola komponen-komponen
pembelajaran yang mengakibatkan pemahaman konsep yang kurang karna peserta
didik hanya dituntut untuk membaca, mereka tidak dibiarkan untuk mencari dan
tidak ada bantuan dari media yang seharusnya pada sifat-sifat bangun ruang
peserta didik lebih bagus memahami dengan bantuan media tiga dimensi agar
peserta didik paham dengan konsep yanag dipelajarinya.
Sementara disisi lain hal yang merupakan menjadi strategi dalam
pengembangan pengajaran diantaranya adalah kurikulum. Kurikulum salah satu
strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif produktif, dan berprestasi.
kebijakan ini adalah pelaksanaan kurikulum menjadi tanggung jawab guru di dalam proses pembelajaran.
Selain itu keefektifian juga didukung oleh guru yang professional, guru yang
bisa menjadi guru yang efektir, seperti yang diutarakan oleh Marno (dalam Isjoni
2008, hlm.28) guru yang efektif (effective teacher) adalah yang dapat
menunaikan tugas dan fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan
tugas secara professional diperlukan berbagai persyaratanseperti : kompetensi
akademik kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi,
kesejahteraan yang memadai, pengembangan karier budaya kerja, dan suasana
kerja yang kondusif.
Menurut Isjoni (2008, hlm. 29) mengemukakan bahwa keberhasilan
pembelajaran ditentukan banyak factor diantaranya guru. Guru memiliki
kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkait erat dengan kemampuannya
dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada
siswa. Adapun siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga
memiliki motivasi dalam belajar, sikap terhadap pembelajaran guru, dapat
menimbulkan kemampuan berpikir kritis memiliki keterampilan social, serta hasil
pencapaian berefektivitas lebih baik. Model pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di
kalangan siswa, mampu berpikir kritis memiliki keterampilan sosial, dan
pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Beberapa ciri pembaruan dan pengembangan menurut Marno (dalam Isjoni,
2008, hlm. 31) agar proses pembelajaran mengajar efektif diantaranya perlu
menggunakan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif, secara
berkelanjutan mengembangkan kecakapan seseorang dalam metode mengajar, dan
menggunakan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan atau mencari
metode pengajaran alternatife.
Untuk itu diperlukan hal-hal untuk menjadikan proses belajar mengajar
dengan model pembelajaran yang inovatif, dan perencanaan yang matang
sebelumnya, agar tidak hanya keefektifan yang dicapai tetapi meningkatkan pula
kemampuan pemahaman konsep bagi siswa maka seorang guru dituntut untuk
lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam mengajar dan harus selalu berusaha
menemukan model-model pembelajaran yang bervariasi dengan metode yang
tepat dalam pembelajaran agar pemahaman konsep siswa meningkat. Salah satu
model pembelajaran yang memberikan kesempatan tersebut adalah pembelajaran
kooperatif dengan tipe jigsaw.
Menurut Isjoni (2008, hlm. 40) mengungkapkan bahwa pada pembelajaran
kooperatif guru mendorong para siswa untuk kerjasama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti perbincangan atau pembelajaran oleh rekan-rekan sebaya (peer
teaching). Banyak penelitian menunjukan bahwa pembelajaran peer teaching
ternyata lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru. Ini berarti, bahwa
keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata mesti diperoleh dari guru saja,
melainkan dapat juga dilakukan melalui rekan lain yaitu rekan sebaya. Dalam hal
ini guru bertindak sebagai penghubung.
Dengan itu dibutuhkan suatu metode untuk meningkatkan efektifitas
pembelajaran tersebut diperlukan upaya perbaikan dalam stratgi pembelajarannya.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikiaan rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan mengacu pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga pada kegiatan KBM akan
menjadi lebih menarik dan efektif serta bisa merangsang stimulasi anak agar anak
paham dengan konsep yang diajarkan. Menurut Slavin chapter (dalam Amelia,
Riska Ayu 2013), maka dibentuklah suatu pembelajaran kelompok dengan metode
kooperatif learning.
“cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar dengan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara sesama dan struktur kerjasama secara teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih”
Yang mana pada pengerjaan kelompok akan menghasilkan pemahaman
peserta didik yang kurang paham, sehingga dibentuklah suatu model pembelajaran
kelompok dengan tipe jigsaw, dimana pada tipe ini peserta didik akan lebih aktif
bersama kelompok asal dan kelompok ahli. Ahli Jigsaw mengungkapkan bahwa
waktu yang tepat menggunakan tipe Jigsaw adalah ketika saat menguji
pemahaman siswa, terutama bagi siswa-siswa yang perlu meningkatkan
kemampuan pemahamannya.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran ya ng mengelompokan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas
yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut
Davidson dan Warsham, 1992 (dalam Isjoni, hlm. 154).
Dengan belajar kooperatif mereka saling menghargai dan saling peduli satu
sama lain, sehingga mampu meningkatkan hubungan interpersonal di antara
mereka. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat keefektifan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa?” maka untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus
dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran siswa dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematis?
2) Bagaimanakah perbandingan hasil pretest dan postest siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw umtuk meningkatkan
pemahaman konsep matematis dalam materi sifat-sifat bangun ruang?
3) Bagaimanakah tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
yang dilakukan ?
Peneletian yang dilakukan memiliki tujuan, adapun tujuan umumnya adalah: “mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis”, selain itu dilengkapi dengan
tujuan khususnya, diantaranya:
1) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran siswa dengan
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematis
2) Mendeskripsikan perbandingan hasil pretest dan postest siswa dengan
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam materi sifat-sifat bangun
ruang
3) Mendeskripsikan tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang dilakukan
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian diharapkan memiliki manfaat, diantaranya :
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan setelah dilakukan penelitiaan dapat memberikan
manfaat bagi suatu lembaga pendidikan, hasil PTK yang dilaporkan dapat
menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan,
antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat dalam jurnal ilmiah,
selain itu bermanfaat untuk Sekolah Dasar yang telah dilakukan penelitian
khususnya dalam pengoptimalan pembelajaran pemahaman materi pada mata
pelajaran matematika.
2) Manfaat Praktis
Adapun manfaat lain yang dapat diberikan setelah penelitian, diantarnya :
a) Bagi Siswa
Setelah penelitian dilakukan akan memberikan manfaat kepada siswa
dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajarandi
b) Bagi Guru
Hasil dari penelitian mampu mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan
sinergi antarguru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk
bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran serta mampu meningkatkan kemampuan guru dalam
menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan
dan konteks local, sekolah dan kelas. Selain itu memberikan kemudahan
untuk guru dalam menghadapi siswa untuk pembelajaran yang akan datang
dengan metode yang sudah dilakukan.
c) Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian akan memberikan manfaat khususnya meningkatkan
kualitas didalam Sekolah, dapat mendorong terwujudnya proses
pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, dan menyenangkan karena
strategi, metode, teknik, dan media yang digunakan.
d) Bagi LPTK
Dengan dilakukan penelitian akan menambahkan pengetahuan untuk
mahasiswa selanjutnya, hasil dari penelitian akan membuka peluang
mahasiswa selanjutnya untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari
penelitian ini.
E. Sistematika Penelitian
Skripsi ini disusun terdiri dari 5 Bab, diantaranya :
1. Bab pertama pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
2. Bab kedua kajian pustaka berisi tentang konsep-konsep, kerangka
3. Bab ketiga metode dan prosedur penelitian yang berisi tentang metode
yang digunakan, desain penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian,
waktu penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan data dan
analisis data.
4. Bab keempat hasil penelitian berisi tentang temuan penelitian, dan
pembahasan.
Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian, desain penelitian, lokasi
penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, instrument penelitian, prosedur
penelitian dan teknik pengolahan data dan analisis data
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian eksperimen.
Metode eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (dalam Faisal 2002), penelitian eksperimen
adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel
yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena
itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam
rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap
kelompok yang dikenakan perlakuan.
Seno Isbayantoro (2012) menyatakan bahwa kadang-kadang sebuah
penelitian eksperimental dilakukan tanpa kelompok kontrol. Dalam
penelitian, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakukan eksperimental.
Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat hasil pemahaman.
Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor
rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata-rata-rata tes akhir
secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan
bahwa perlakuan pembelajaran efektif.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus
diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan
pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental,
perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang
sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang
dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan
kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan
perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah
hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
1. Tipe-tipe Penelitian Eksperimen
Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2010, hlm.30) dalam bukunya “Metode
Penelitian Pendidikan” beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam
3 bentuk yakni pre-experimental design, true experimental design, dan quasy
experimental design. Tipe penelitian yang akan digunakan adalah tipe
Pre-experimental design, yang mana akan dibahas dibawah ini
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan
ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada
dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam
antara lain :
a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)
Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi
treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah
sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu
diukur hasilnya.
X O
X = Treatment yang diberikan
b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Pretes-Postes) Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan.
O1 X 02
O1 = Nilai tes awal
X = Treatment yang diberikan
02 = Nilai tes akhir setelah diberikan treatment
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi
perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi
perlakuan).
X O1
O2
X = Treatment yang diberikan
O1 = Hasil pengukuran setengah dari kelompok yang diberikan treatment
O2 = Hasil pengukuran setengah dari kelompok yang tidak diberikan
treatment
Sugiyono 1992:82 (dalam Seno : 2012) Rancangan pra-eksperimental
belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat
variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
semata-mata dipengaruhi oleh variabel dependen. Hal ini bisa saja terjadi karena
tidak adanya variabel control dan sampel tidak dipilih secara acak (random).
B. Disain Penelitian
Maka penelitian yang dilakukan adalah Penelitian pre-eksperimen dengan
menggunakan satu kelas yang mana dikatakan sebagai one group pretest
-post-test (satu kelompok pretes-postes). Pretes dilakukan sebelum diberi
perlakuan, dan postes diberikan setelah dilakukan perlakuan. Dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan.
[image:15.595.130.524.327.617.2]Gambar 3.1
Desain penelitian
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung di
kecamatan Sukajadi,-Bandung, yang mana sekolah ini dijadikan 2 Sekolah,
Sekolah A dan Sekolah B. berdiri pada tahun 1935 yang memiliki Akreditasi
Hasil Postest
Perlakuan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw Hasil
A pada tahun 2001. Letak geografis sekolah yang strategis dan memiliki
akses yang cepat dan mudah, memungkinkan pelayanan pendidikan yang
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Letak sekolah berdekatan
dengan perumahan / masyrakat. Memiliki ketenagaan Kerja pada umumnya
semua sudah memenuhi standar / kualifikasi minimal yang telah diterapkan
pemerintah dan memiliki latar pendidikan keguruan (ilmu pendidikan).
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kota Bandung.
Dengan jumlah siswa 29 Orang, 14 Orang laki-laki, dan 15 Orang
perempuan. Dimana siswa Perempuan memiliki keaktifan yang lebih tinggi
dibanding dengan laki-laki. Maka diperlukan percampuran kelompok yang
heterogen. Dimana memiliki kelemahan dalam memaahami konsep bangun
ruang A dan bangun ruang B hampir semua belum memhamai bangun ruang
karena ketika dijelaskan siswa ada yang mengobrol dan ada yang sibuk
sendiri melakukan pekerjaan lain dibandingkan dengan memperhatikan guru.
Nilai dari pemahaman konsep masih dibawah KKM sehingga dikatakan
bahwa siswa belum paham dengan pemahaman konsep.
E. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan tanggal 9 Mei 2015 sebagai pretest
dan 13 Mei sebagai postest, ketika menggunakan perlakuan memakai waktu
selama 3 jam pelajaran atau satu pertemuan. Penelitian ini akan dilakukan
ketika proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun
instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah :
1. Instrument Pembelajaran
Instrument pembelajaran yang digunakan diantaranya :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat berdasarkan siklus
yang akan dilaksanakan, merujuk pada KTSP dengan adanya Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Capaian Kompetensi, Tujuan
Pembelajaran, Media, Metode, Materi, Langkah-langkah Pembelajaran
dan Evaluasi dalam bentuk Penilaian. Rencana pembuatan RPP
disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran.
b) Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa yang dilakukan disesuaikan dengan SK KD yang
telah ditetapkan dan dibuat berdasarkan masalah-masalah yang harus
diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Lembar Kerja disini
tidak berupa lembar kerja yang diberikan oleh peneliti, melainkan hanya
catatan yang dibuat oleh siswa pada bukunya masing-masing.
2. Instrument Pengungkap Data Penelitian a) Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan dalam proses
observasi ketika dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan
aktivitas siswa dan pengamatan langkah-langkah dari aktivitas guru.
Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah
dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi
yang telah dibuat sebelumnya.
b) Tes
Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tes, yaitu :
pretest dan posttest. Pretest diberikan pada awal sebelum diberikan
perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan posttest
diberikan pada akhir setelah diberikan perlakuan sehingga dapat
mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
c) Dokumentasi
Untuk kelengkapan penelitian dibutuhkan kamera atau alat untuk
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa
tahapan. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Sebelum melakukan pembelajaran dalam penelitian ini, peneliti
membuat perencanaan yang terbagi atas perencanaan pretest dengan
membuat soal tes dan perencanaan untuk perlakuan diantaranya
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan
media, menyiapkan instrument penelitian.
2. pretest
Pada pelaksanaaan ini peneliti menggunakan pretest sebagai awal tes
sebelum model diterapkan untuk mengetahui awal pengetahuan siswa.
3. Perlakuan + (posttest)
Setelah dilakukan pretest maka dilakukan perlakuan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam proses ini dilakukan
sebanyak tiga jam pelajaran atau satu pertemuan. Setelah itu diakhiri
pembelajaran dengan mengerjakan posttest.
4. Pengamatan
Proses pengamatan berlangsung ketika proses belajar mengajar
dilakukan pada saat perlakuan dilaksanakan. Dalam pengamatan ini
hal-hal yang diamati diantaranya : penampilan mengajar guru, respon siswa
dan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw
5. Kesimpulan
Pada tahap ini mengumpulkan data-data dari hasil pretest dan posttest,
dapat terlihat perbandingan hasil dari data-data yang dikumpulkan dan
dijadikan kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.
Teknik pengolahan data penelitian ini diolah dengan Microsoft word
dan Microsoft Excel dalam mengolah data, selain itu digunakannya
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif (interactive model analysis).Analisis ini terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian
data (data display), dan (3) conclution drawing verifikasi.(Sugiyono,
2009, hlm. 338).
Reduksi data, merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi.
(sugiyono, 2009 hlm 339).Pada tahap ini peneliti memilih data,
menggolongkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kemudian
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhirnya dapat ditarik. Peneliti dalam hal ini mencatat dan
merekam ujaran, sikap serta pembicaraan antara guru dan murid yang
terjadi selama proses pembelajaran dalam pemahaman konsep.
Komponen selanjutnya sajian data (display data), merupakan suatu
rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang
memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan.Sajian ini
merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis.
Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah ynag telah
dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan
dan menjawab setiap permasalahan yang ada.
Melalui sajian data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam
beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah
dilihat dan dimengerti, sehingga mudah dianalisis. Langkah ini
mencakup dan memasuki analisis data. Data yang ada dianalisis dan
ditafsirkan kemudian dibandingkan antara data yang satu dengan data
yang lain untuk menemukan persamaan dan perbedaan. Berbagai macam
data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dalam
dan inventif serta mantap sehingga memudahkan pemahaman terhadap
apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan kesimpulan dan penentuan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan mudah.
Selanjutnya, conclution drawing verifikasi, merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar-
benar dapat dipertanggungg jawabkan.Seluruh hasil analisis yang
terdapat dalam reduksi data maupun sajian data diambil suatu
kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan
yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara,
yang ditarik pada pre test, ,dan setelah penelitian selanjutnya bersama
hasil post test sehingga ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang pertama
sampai dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai
pijakan.
Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas maka
variabel-variabel yang diukur saat perlakuaan adalah kemampuan guru dalam
menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam lembar aktivitas guru
dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta hasil
belajar siswa yang merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan.
Menurut Roberdson (2014) Data yang terkumpul melalui hasil
penelitian secara umum terdiri atas presentase, skor. Namun yang akan
dipakai dalam penelitian ini hanya presentase, proporsi dan skor. Adapun
langkah-langkah untuk menganalisis data hasil penelitian diuraikan
sebagai berikut.
1. Ketuntasan hasil belajar
a) Ketuntasan secara individu.
b) Ketuntasan klasikal
Dalam suatu kelas dinyatakan telah mencapai ketuntasan klasikal
apabila bisa mencapai 80% dari jumlah siswa-siswi yang telah
tuntas secara individu. Rumus perhitungannya adalah :
2. Reliabilitas instrument pengamatan
Dalam penelitian ini, setiap instrument yang digunakan akan dihitung
reliabitasnya. Instrument dikatakan reliable jika nilai R ≥ 75%. Rumusnya adalah sebagai berikut :
{ }
Keterangan :
A = Frekuensi tertinggi pengamatan
B = Frekuensi terendah pengamatan
3. Sensitivitas butir soal
Sensitivitas butir soal dihitung untuk mengetahui seberapa besar
soal-soal yang digunakan dapat mengukur efektivitas pembelajaran.
Acuan maksimal yang digunakan adalah S ≥ 0,30. untuk menghitung nilai S maka digunakan menurut Norman E. Groundlund yang dikutip
Keterangan :
S = Sensitivitas butir soal
RA = Jumlah siswa yang benar saat pretest
RB = Jumlah siswa yang benar saat posttest
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian.
4. Kemampuan guru
Untuk menganalisis kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe igsaw maka penilaian yang dilakukan dengan pemberian skor
yang diberikan oleh pengamat. Skor yang diberikan memiliki
rentangan mulai dari 1-4. pedoman kualifikasi penilaiannya sebagai
[image:22.595.254.422.463.592.2]berikut :
Tabel 3.2
Aspek skor kategori penilaian guru
Skor Kategori
1 Kurang baik
2 Cukup baik
3 Baik
4 Sangat baik
5. Aktivitas siswa dalam KBM
Analisis aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dianalisis sesuai dengan skor yang memiliki rentangan
Tabel 3.3
Aspek skor kategori penilaian siswa
Skor Kategori
1 Kurang baik
2 Cukup baik
3 Baik
Amelia, Riska ayu. (2013). Pengaruh model CIRD (Cooperative Integrites Reading and Composition) terhadap efektifitas pembelaaran seni tari pada siswa kelas VII SMP YAS BANDUNG. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Daryanto. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media
Faisal, S. (1982) . Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
Isjoni. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Junaedi, Ahmad. (2011). Efektifitas Pembelajaran. [online]. Diaskes dari https://ahma dmuhli.wordpress.com/author/ahmadmuhli/
Kurniawan, Rudy (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematis melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Desertasi Pasca
Sarjana UPI. (Tidak diterbitkan)
Laurentius, Wahyudi. Dkk. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI Ips. (Tesis) Fkip Untan
Ningsih, Endang Ayu.(2013).Pengertian Metode Jigsaw. .[online]. Diakses pada :
http://eanseptember.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-jigsaw.html#
Rachmadi W (2006). Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.
Roberdson. (2014). Uji Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatifmelalui Pendekatan Student Facilitator And Explaining Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Pada Materi Pokokhama Dan Penyakit Pada Tumbuhan Di Smp Kristen 1 Amanubanbarat Tahun Ajaran 2013/2014. (Tesis).
Siswoyo, Dedi. (2013).Indikator Pemahaman Konsep Matematika. .[online]. Diakses dari: http://dedi26.blogspot.com/2013/05/indikator-pemahaman-konsep-matematika.html
Seno Isbiyantoro. (2010) .Jenis-jenis penelitian eksperimen. [online]. Diakses dari www.academia.edu/5022529/JENIS_JENIS_PENELITIAN_EKSPERIME N
Soenardjo, R.J. (2007). Matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan-Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiyono.(2009).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta