PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI
AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH
ENJELINA HUTAHAEAN 120522046
PROGRAM STUDI EKSTENSI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
ABSTRAK
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT
LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, audit lag berpengaruh positif tetapi tidak signifikan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern dan debt default bepengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
THE EFFECT OF FINANCIAL CONDITION, FIRM SIZE, AUDIT LAG,AND DEBT DEFAULT ON THE GOING CONCERN
OPINION OF PUBLIC COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of financial condition, firm size, audit lag, and debt default on the going concern opinion of public companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is causal research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistic regression. The result of this study shows that financial condition and firm size have a significant negative effect on the going concern opinion, audit lag has positive effect but not significant on the going concern opinion and debt default has a significant positive on the going concern opinion.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (Edward
Hutahaean dan Sanna Redempta Gultom) yang telah menjadi sumber inspirasi dan
motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini,
bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal
Ja’far, MM. Ak. selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. dan Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. selaku
ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina br. Bukit, M.Si., Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang
telah memberikan bimbingan, koreksi dan masukan dalam menyelesaikan
5. Ibu Dra. Salbiah, M.Si., Ak. dan Bapak Drs Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku
Dosen Pembanding dan Dosen Penguji penulis yang banyak membantu dan
memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Adik-adikku tersayang (Elisabet Hutahaean, Agustina Hutahaean, Andreas
Hutahaean, dan Michael Hutahaean) yang telah memberikan dukungan moril
dan doa sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Teman Nyamnyam (Nova, Eka, Windi, Cristin), teman KSB (Ulfa, Tarida,
Ayu, dan Sari), teman SMA (Parna, Riska, Tiqa, Yeni) dan teman-teman S1
Akuntansi Ekstensi stambuk 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu yang tidak berhenti mendoakan, memberi semangat, dan menghibur
selama ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan,
Enjelina Hutahaean
NIM : 120522046
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. ix
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ……..……….……...…... 17
2.3 Kerangka Konseptual ……… 21
2.4 Hipotesis ……… 22
BAB III METODE PENELITIAN ………. 25
3.1 Jenis Penelitian………. 25
3.2 Populasi dan Sampel………. 25
3.3 Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data ………….…. 28
3.4 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 38
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ………. 38
4.2 Pengujian Data ……….. 41
4.2.1 Uji Multikolinearitas ……… 41
4.2.2 Uji Autokorelasi ………... 42
4.3 Pengujian Model ……… 43
4.3.1 Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ………... 43
4.3.2 Menilai Kelayakan Model Regresi ……… 46
4.3.3 Koefisien Determinasi ………. 47
4.3.4 Matriks Klasifikasi ……… 47
4.4 Pengujian Hipotesis ……… 48
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ………. 51
4.5.1 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern……… 51
4.5.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ………..….. 52
4.5.3 Pengaruh Audit Lag Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ……….. 53
4.5.4 Pengaruh Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern ……….. 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 56
5.1 Kesimpulan ……… 56
5.2 Keterbatasan Penelitian ……….. 56
5.3 Saran DAFTAR PUSTAKA ………. 58
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Rugi Operasi Beberapa Perusahaan yang Terdaftar
di BEI Periode 2010-2012 ………. 5
1.2 Opini Audit Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012………..……….. 5
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu……… 18
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ……… 26
3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian ……….. 27
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ……….. 31
4.1 Statistik Deskriptif Penelitian ……….. 38
4.2 Frequencies Penelitian ……….... 40
4.3 Frequencies Debt Default ……… 40
4.4 Frequencies Opini Audit Going Concern ……… 41
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 42
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ……… 43
4.7 Likelihood Block 0 ……….. 44
4.8 Likelihood Block 1 ……….. .. 45
4.9 Hosmer and Lemeshow ………... 46
4.10 Nagelkarke R Square ……….. 47
4.11 Matriks Klasifikasi ……….. 48
4.12 Hasil Uji Koefisien Regresi ………. 49
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Seleksi Sampel Perusahaan Berdasarkan Kriteria ….. 63
2 Data Variabel Penelitian ……… 77
3 Data Hasil Pengolahan SPSS ………. 81
ABSTRAK
PENGARUH KONDISI KEUANGAN, UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT
LAG, DAN DEBT DEFAULT TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN
YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai laporan keuangan dan tahunan, laporan auditor independen, serta jurnal, buku referensi, internet dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data penelitian adalah metode dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, audit lag berpengaruh positif tetapi tidak signifikan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern dan debt default bepengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.
THE EFFECT OF FINANCIAL CONDITION, FIRM SIZE, AUDIT LAG,AND DEBT DEFAULT ON THE GOING CONCERN
OPINION OF PUBLIC COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of financial condition, firm size, audit lag, and debt default on the going concern opinion of public companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is causal research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about financial statement and annual report, independent auditor’s report, journal, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is documentation method. The analysis methods used is descriptive statistics and multivariate logistic regression. The result of this study shows that financial condition and firm size have a significant negative effect on the going concern opinion, audit lag has positive effect but not significant on the going concern opinion and debt default has a significant positive on the going concern opinion.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Krisis global yang terjadi akibat jatuhnya Lehman Brothers pada tahun 2008
berdampak pada iklim investasi di Indonesia. Para investor asing pada masa itu
menjual saham yang dimilikinya di Indonesia dan mengkonversi hasil penjualan
saham tersebut ke dolar yang mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai rupiah.
Hal ini sesuai dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai rupiah
mencapai Rp. 12.150 per Dolar AS pada November 2008. Hal ini diperparah
dengan turunnya ekspor Indonesia sebesar 11,09% yang mengakibatkan laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun (BPS, 2008).
Di tengah krisis tahun 2008, perusahaan-perusahaan tetap dituntut untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern
merupakan asumsi yang menganggap bahwa perusahaan akan terus beroperasi di
masa yang akan datang (Arens, et al., 2008:66). Kelangsungan hidup perusahaan
selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan
agar bertahan dalam persaingan global. Pihak manajemen akan berusaha keras
meyakinkan para investor baru untuk berinvestasi, dan mempertahankan investor
yang lama untuk tetap berinvestasi pada perusahaan mereka (Wibisono, 2013).
Going concern dinilai oleh seorang auditor dari luar perusahaan yang sering
disebut auditor independen. Auditor bertugas untuk mengaudit laporan keuangan
kelangsungan hidupnya adalah kerugian operasi ataupun kekurangan modal kerja
yang berulang, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban, adanya
bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir dan lain
sebagainya serta masalah pengadilan dan perundang-undangan yang dapat
membahayakan entitas dalam beroperasi (Arens, et al., 2008:66).
Ketika auditor menyangsikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka pada laporan audit yang terdapat
pada laporan keuangan dicantumkan paragraf penjelasan yang menguraikan
ketidakpastiaan tentang kelangsungan usaha atau sering disebut opini going
concern (Arens, et al., 2008:67). Perusahaan yang mendapat opini going concern
akan berdampak pada kurangnya kepercayaan publik terhadap perusahaan
sehingga investor dan kreditur enggan untuk menanamkan modalnya. Kekurangan
modal akan mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan terganggu yang
kemudian dapat mempercepat masa kebangkrutan. Keadaan ini yang menjadi
pertimbangan para investor dan kreditur dalam berinvestasi sebab perusahaan
yang bangkrut tidak mampu memberikan return yang diharapkan oleh para
investor. Akibatnya audior akan menghadapi dilema untuk memberikan opini
going concern karena perusahaan akan menjadi semakin lesu. Hal ini disebut ‘self
fulfilling prophecy’ (Purba, 2009:79).
Opini going concern juga akan berdampak pada kemunduran harga saham
(Lin, et al., 2009). Dan pada akhirnya, menurut Kep-308/BEJ/07-2004 perusahaan
yang mendapat opini going concern kemungkinan besar akan di-delisting dari
dapat memperbaiki kinerjanya di tahun berikutnya (www.idx.co.id). Ketika
di-delisting, perusahaan tidak dapat memasarkan sahamnya ke publik. Contoh perusahaan yang pada tahun 2012 di-delisting akibat tidak memiliki kemampuan
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah Katarina Utama Tbk dan
Surya Inti Permata Tbk.
Melihat dampak yang timbul akibat terganggunya kelangsungan usaha
perusahaan, tidak jarang pihak manajer perusahaan akan mengubah laporan
keuangannya. Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan kinerja yang baik agar
kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu. Salah satu contohnya adalah
kasus Enron yang memanipulasi laporan keuangan yang bekerjasama dengan
KAP Arthur Enderson dimana melakukan pencatatan pendapatan yang tidak
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Auditor membutuhkan jangka waktu dalam melakukan audit laporan
keuangan. Ketika auditor membutuhkan jangka waktu yang lama dalam
mengaudit perusahaan, maka perusahaan tersebut kemungkinan menerima opini
going concern. Hal ini menunjukkan bahwa auditor membutuhkan pengujian yang
lebih mendalam mengenai ketidakpastian perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan perusahaan agar tidak terjadi salah pelaporan yang merugikan
banyak pihak termasuk auditor sendiri yang mempertaruhkan citranya (Lennox,
2002).
Pengeluaran opini going concern oleh auditor terhadap perusahaan
menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang diaudit mengalami
nyata. Pada perusahaan yang sakit, banyak ditemukan indikator masalah going
concern (Ramadhany, 2004).
Perusahaan melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana yang
digunakan untuk menjalankan kegiatannya. Pinjaman ini merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh perusahaaan pada saat jatuh tempo baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Ketika perusahaan gagal memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo maka perusahaan dalam keadaan default
yang kemudian akan memperkuat perusahaan untuk mendapatkan opini going
concern (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004).
Perusahaan memiliki aset yang dapat digunakan dalam kegiatan operasional
dan juga untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Perusahaan dengan total
aset yang tinggi dapat dikategorikan sebagai perusahaan besar. Perusahaan besar
cenderung lebih stabil karena memiliki sumber daya yang lebih memadai
sehingga kesulitan yang dialami hanya bersifat temporer (Ohlson, 1980).
Banyak perusahaan di Indonesia yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dimana masyarakat dapat menjadi pemilik perusahaan dengan membeli
saham yang ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Adapun perusahaan
yang terdaftar di BEI adalah perusahaan yang bergerak di sektor agriculture,
mining, basic industry and chemicals, miscellaneous industry, consumer goods
industry, property-realestate-and-building construction,
infrastructure-utilities-and-transportation, finance, trade-services-and-investment. Peneliti memilih
seluruh sektor pada perusahaan di BEI karena peneliti berharap hasil penelitian
Kerugian operasi yang berulang akan memperbesar kemungkinan perusahaan
mendapat opini going concern (Arens, et al., 2008:66). Tabel 1.1 dan Tabel 1.2
memperlihatkan rugi operasi yang diperoleh oleh beberapa perusahaan yang
terdaftar di BEI dan opini yang dikeluarkan oleh auditor atas laporan keuangan
perusahaan:
Tabel 1.1
Rugi Operasi Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012
Alam Karya Unggul Tbk
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Inti Agri Resources Tbk
Laguna Cipta Griya Tbk Bukit Darmo Property Tbk Onix Capital Tbk
Indonesia Air Transport Tbk ATPK Resources Tbk Smartfren Telecom Tbk
AKKU Sumber: www.idx.com (data diolah)
Tabel 1.2
Opini Audit Beberapa Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012
No Nama Perusahaan Kode Opini Audit
2010 2011 2012 1
Alam Karya Unggul Tbk
Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Inti Agri Resources Tbk
Laguna Cipta Griya Tbk Bukit Darmo Property Tbk Onix Capital Tbk
Indonesia Air Transport Tbk ATPK Resources Tbk Smartfren Telecom Tbk
AKKU Sumber: www.idx.com (data diolah)
Keterangan : 0 menerima opini non going concern
1 menerima opini going concern
Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 terlihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara
perusahaan. AKKU mengalami kerugian dari tahun 2010-2012 namun auditor
tetap mengeluarkan opini non going concern. Hal yang sama juga dialami oleh
HITS, IIKP, LCGP, BKDP, dan OCAP yang mengalami kerugian selama tiga
tahun berturut-turut tetapi mendapat opini non going concern yang berarti auditor
tetap tidak meragukan kelangsungan hidup perusahaan walaupun mendapat
kerugian. Hal ini menunjukkan ada faktor lain selain laba atau rugi operasi yang
berulang yang dijadikan pertimbangan oleh auditor dalam memberikan opini
going concern.
Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai opini going
concern. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Wertheim dan
Robinson (2011). Dalam penelitiannya, variabel independen yang digunakan
peneliti adalah variabel kondisi keuangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa
kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap pemberian opini going concern.
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Wertheim dan Robinson (2011)
adalah peneliti menambahkan variabel ukuran perusahaan, audit lag, dan debt
default. Selain penambahan variabel, peneliti juga menggunakan seluruh sektor
perusahaan yang terdaftar di BEI dengan tahun penelitian 2010-2012 yang
berbeda dengan Wertheim dan Robinson (2011) yang melakukan penelitian pada
perusahaan yang bangkrut pada tahun 1997-2009.
Peneliti lain yang juga melakukan penelitian mengenai going concern adalah
Santosa dan Wedari (2007) yang menyatakan bahwa kondisi keuangan
berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini juga sejalan
al. (2009), Putra (2009), dan Wibisono (2013). Namun hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Ardiani, et al. (2012) yang menyatakan bahwa
kondisi keuangan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pemberian opini
audit going concern. Penelitian lain yaitu Santosa dan Wedari (2007) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini
audit going concern. Hal ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh Ramadhany
(2004), Widyantari (2011), Wibisono (2013), dan Muthahiroh dan Cahyonowati
(2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap penerimaan opini going concern. Putra (2010) juga melakukan penelitian
mengenai going concern yang menyatakan bahwa audit lag berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern pada perusahaan. Namun hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muthahiroh dan Cahyonowati
(2013) yang menyatakan bahwa audit lag tidak berpengaruh terhadap pemberian
opini going concern yang dikemukan oleh auditor terhadap perusahaan.
Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Praptitorini dan Januarti (2007),
Ardiani et al. (2012) menyatakan bahwa debt default berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Irfana dan Muid (2012) yang menyatakan bahwa debt default tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.
Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian, peneliti tertarik untuk
meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini audit going
concern. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi keuangan,
“Pengaruh Kondisi Keuangan, Ukuran Perusahaan, Audit Lag, dan Debt Default Terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kondisi keuangan berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah audit lag berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah debt default berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan terhadap pemberian opini
audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemberian opini
audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
3. Untuk mengetahui pengaruh audit lag terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh debt default terhadap pemberian opini audit
going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai kondisi keuangan,
ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default serta pengaruhnya terhadap
pemberian opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan masukan untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan menjadi bahan referensi
untuk mengetahui pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit
lag, dan debt default terhadap pemberian opini going concern.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang
berkenaan dengan pengaruh kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit
lag, dan debt default terhadap pemberian opini going concern dengan
tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Teori keagenan yang menunjukkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak
di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan
beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976). Yang
dimaksud dengan prinsipal adalah pemegang saham, sementara agen (perantara)
dari pemegang saham adalah dewan direksi, CEO, dan para eksekutif
perusahaan (Keown, et al., 2008:18).
Manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka akan
bertindak on the best of interest of stockholders. Tetapi dalam kenyataannya
tidak jarang manajer memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan
tujuan utama tersebut yang kemudian menimbulkan masalah keagenan (Sartono,
2001:xxi). Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan pemegang saham, maka pemegang saham harus mengeluarkan
biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain memberi suatu paket
kompensasi berupa gaji tetap ditambah bonus kepemilikan perusahaan (saham
perusahaan) jika kinerja mereka bagus, pengeluaran untuk membuat suatu
struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang
Kontrak kerja yang dibuat antara prinsipal dan agen menimbulkan
beberapa permasalahan antara lain terjadinya ketidakseimbangan informasi
(asimetri informasi). Asimetri informasi merupakan perbedaan informasi yang
dimiliki oleh manajer dan pemilik saham dimana informasi tersebut seringkali
lebih menguntungkan pihak manajer karena mengetahui kegiatan perusahaan
sehari-hari secara mendetil (Hamin, 2005).
Laporan keuangan memungkinkan terjadinya asimetri informasi. Manajer
akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik, dengan
meningkatkan laba dengan mengubah perlakuan akuntansi. Para pemakai
laporan keuangan memiliki kepentingan lain yang berbeda dengan manajemen,
dimana pemegang saham mengharapkan deviden besar, tetapi kreditur lebih
senang jika tidak ada pembagian deviden. Adanya konflik kepentingan ini, perlu
dilakukan independent audit oleh Akuntan Publik. Auditor akan mengaudit
laporan keuangan untuk menentukan kewajaran laporan keuangan (Rahayu dan
Suhayati, 2009:6).
2.1.2 Auditing
Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau
pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, et
al., 2008:14). Hasil kegiatan audit yang dilakukan auditor atas laporan keuangan
perusahaan yang sebenarnya. Opini ini akan dipublikasikan kepada masyarakat
sehingga para investor dapat membuat keputusan investasi.
2.1.3 Opini Audit
Dalam SA Seksi 508 Paragraf 10 terdapat 5 tipe opini auditor, yaitu (IAPI,
2011):
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila laporan keuangan disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku (unqualified opinion with explanatory language).
Pendapat ini diberikan bila pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain, laporan keuangan menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku umum, auditor menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan, terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi, data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak di-review, auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit tambahan diharuskan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia yang berkaitan dengan informasi tersebut.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini diberikan bila tidak ada bukti yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit, auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari standar akuntansi keuangan di Indonesia.
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini diberikan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
Auditor tidak dapat menyatakan suatu pendapat bila tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2.1.4 Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor
kelangsungan hidupnya. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian
mengenai kemampuan perusahaan untuk terus berjalan (Arens, et al., 2008:66):
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tak dijamin oleh asuransi sepeti gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
PSA No. 30 SA Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor mengenai
dampak kemampuan suatu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya terhadap pendapat yang diberikan oleh auditor sebagai berikut (IAPI,
2011):
1. Bila auditor menyangsikan kelangsungan usaha perusahaan maka auditor harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak peristiwa tersebut dan menentukan apakah rencana tersebut dapat dilaksanakan.
2. Bila manajemen tidak memiliki rencana, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion).
3. Bila manajemen memiliki rencana maka auditor akan menilai keefektifan dari rencana tersebut.
a. Apabila rencana manajemen tidak efektif, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion)
b. Apabila rencana manajemen efektif dan mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan, maka auditor harus mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion with explanatory language).
2.1.5 Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan merupakan salah satu faktor penentu dalam menilai
perusahaan. Kondisi keuangan yang buruk tentunya mencerminkan kinerja
perusahaan yang kurang baik. Kondisi keuangan yang baik dapat dikatakan
mencerminkan kinerja perusahaan yang baik. Dengan laporan keuangan yang
baik akan dapat menarik investor untuk menanamkan modal di perusahaan
(Ikhsan dan Suprasto, 2008:132).
Kondisi keuangan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
sebenarnya (Ramadhany, 2004). Apabila terdapat masalah keuangan perusahaan,
maka manajemen perusahaan harus melakukan pengungkapan yang memadai
atas langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Langkah-langkah tersebut harus layak secara bisnis dengan mempertimbangkan potensi
dan peluang yang dimiliki dan relevansinya dengan masalah yang dihadapi
(Purba, 2009:68).
Kondisi keuangan digambarkan dari Z Score Model yang diperkenalkan
oleh Altman pada tahun 1986. Altman melakukan penelitian dengan menyeleksi
22 rasio dimana 5 rasio dapat memprediksi tingkat kebangkrutan dari
perusahaan. Penelitian ini kemudian dikembangkan agar model prediksi ini tidak
hanya untuk perusahaan manufaktur go public saja tetapi dapat digunakan pada
seluruh perusahaan yang telah go public. Adapun rumus Z Score adalah
(Altman, 2000):
Z Score = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
1. X1 = modal kerja/total aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aset yang dimilikinya. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aset lancar dikurangi dengan hutang lancar.
2. X2 = laba ditahan/total aset
Saldo laba merupakan jumlah laba yang ditanam kembali dan atau kerugian yang dialami perusahaan dari seluruh aktivitasnya. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aset perusahaan.
3. X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aset
Rasio ini merupakan ukuran produktivitas sebenarnya dari aset perusahaan terlepas dari pengaruh pajak atau pengaruh bunga.
4. X4 = harga pasar saham/nilai buku total hutang
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar dari pada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Nilai pasar ekuitas adalah jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.
5. X5 = penjualan/total aset
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan penjualan dari jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
2.1.6 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat mengklasifikasikan
perusahaan menjadi perusahaan besar, menengah, dan kecil. Perusahaan besar
biasanya berkembang dan beroperasi dengan baik serta relatif lebih stabil.
Ukuran perusahaan diukur dengan aset yang dimiliki perusahaan tersebut. (Sun,
2008). Ketika perusahaan memiliki jumalah aset yang tinggi maka perusahaan
tersebut dikategorikan perusahaan besar dan begitu juga sebaliknya. Perusahaan
dengan total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah
mencapai tahap kedewasaan karena dalam tahap ini arus kas sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang lebih baik dalam jangka waktu yang relatif
2.1.7 Audit Lag
Audit lag menurut Lennox (2002) adalah adalah jumlah hari antara akhir
periode akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit. Ashton, et al. (1987)
menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini going concern
membutuhkan waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan yang
menerima opini tanpa kualifikasi. Lennox (2002) memiliki beberapa alasan
mengenai keterlambatan pelaporan auditor yaitu:
pertama, auditor mungkin saja menemukan beberapa permasalahan ketika mereka melakukan kembali beberapa pengujian audit tambahan. Kedua, auditor mungkin saja menguji ulang beberapa pengujian jika menemui permasalahan tentang going concern perusahaan. Ketiga, manajer dan auditor mungkin telah melakukan diskusi pendahuluan ketika terdapat ketidakpastian mengenai goingconcern perusahaan.
Auditor memiliki waktu penyelesaian audit sebelum batas waktu yang
telah ditetapkan oleh Bapepam dan LK. Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam
dan LK Nomor 346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala
Emiten atau Perusahaan Publik, dalam lampirannya Peraturan Nomor X.K.2,
disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan akuntan
dalam rangka audit atas laporan keuangan. Laporan keuangan tahunan wajib
disampaikan kepada Bapepam dan LK dan diumumkan kepada masyarakat paling
lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan
(bapepam.go.id).
2.1.8 Debt Default
Dalam SA Seksi 341 dinyatakan bahwa informasi yang secara signifikan
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aset kepada pihak luar melalui
bisnis biasa, dan restrukturisasi utang (IAPI, 2011). Debt default adalah
kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau
bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, dalam Ramadhany, 2004).
Ketika suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi, maka kas yang ada di
perusahaan akan diarahkan untuk menutup hutang yang dimiliki perusahaan
yang dampaknya akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Ketika
perusahaan kesulitan untuk memenuhi hutangnya, auditor akan memberikan
status default untuk perusahaan tersebut (Irfana dan Muid, 2012). Status default
dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan opini going concern
(Praptitorini dan Jaunuarti, 2007).
Sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default hutangnya
bila salah satu kondisi dibawah terpenuhi (Chen dan Church, dalam Ramadhany,
2004):
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar hutang pokok atau bunga.
2. Persetujuan perjanjian hutang dilanggar, jika pelanggaran perjanjian tersebut tidak dituntut ataupun telah dituntut oleh kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.
3. Perusahaan dalam proses negosiasi restrukturisasi hutang yang jatuh tempo.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian Alexan
der Rama dhany
2004 Analisis Faktor-Faktor yang dan skala auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini going concern. 2. Default hutang,
kondisi keuangan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
2007 Analisis Faktor-Faktor yang
1. Kualitas audit dan pertumbuhan 2. Kondisi keuangan,
opini audit tahun sebelumnya dan audit going concern ketika proksi model kebangkrutan yang digunakan adalah The Altman Model dan The Springate Model.
2007 Analisis Pengaruh
Kualitas Audit , Debt Default dan 2. Opinion shopiing
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian
shopping terhadap
1. Financial indicator, type of evidence, disclosure, consensus berpengaruh terhadap penilaian auditor akan opini going concern
I Gede Cahyadi Putra
2010 Opini Audit Going Concern : Prediksi Kebangkrutan dan terhadap opini going concern.
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian
Muhamm ad Jauhan Irfana, Dul Muid
2012 Analisis Pengaruh
Debt Default, Kualitas Audit, Opinion Shopping, dan Kepemilikan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini going concern. 2. Opinion Shopping
dan kepemilikan manajerial
2012 Pengaruh Audit Tenure, Property di Bursa Efek Indonesia
1. Disclosure, ukuran KAP, debt default, berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
2. Audit tenure, opinion shopping, dan kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern leverage, opini audit opini audit going concern.
2. Leverage dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
2013 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Opini Going Concern oleh Auditor pada Auditee reputasi audit,
Regresi Logistik
1. Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. 2. Perkara pegadilan,
Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian
Teknik
Analisis Hasil Penelitian
ukuran
ukuran perusahaan, disclosure, audit lag tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern
Sumber: Olahan Peneliti 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian teori dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel
independen penelitian adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan
debt default dengan variabel dependen adalah opini audit going concern.
Hubungan antara kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt
default dengan opini audit going concern dapat digambarkan dengan kerangka
sebagai berikut:
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih akan dibuktikan
lagi kebenarannya (Hadi, 2006:89). Berdasarkan kerangka konseptual, maka
hipotesis penelitian yang diajukan adalah:
1. Hubungan Kondisi Keuangan dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Kondisi keuangan suatu perusahaan menunjukkan tingkat kesehatan
perusahaan dalam periode tersebut. Pada perusahaan yang sakit banyak ditemukan
indikator masalah going concern (Ramadhany, 2004). Ketika kondisi keuangan
suatu perusahaan menurun maka pemberian opini going concern oleh auditor
semakin tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai
dengan penelitian Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007), Haron et al.
(2009), Putra (2009), Ardiani et al. (2012), dan Wibisono (2013)
H1: Kondisi keuangan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going
concern
2. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat
dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Sun, 2008). Aset dapat digunakan
oleh perusahaan untuk menutupi hutang dan sebagai jaminan untuk mendapatkan
dana pinjaman dari kreditur. Semakin besar ukuran perusahaan maka
Hal ini dikarenakan semakin tinggi jumlah aset yang dimiliki perusahaan maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutupi hutang dan mendapatkan
dana sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan lancar. Dengan
ukuran perusahaan yang besar maka auditor akan menunda memberikan opini
audit going concern dengan harapan perusahaan dapat memperbaiki kinerjanya
pada tahun selanjutnya (Widyantari, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian
Santosa dan Wedari (2007).
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going
concern.
3. Hubungan Audit Lag dengan Pemberian Opini Audit Going Concern
Audit lag adalah adalah jumlah hari antara akhir periode akuntansi sampai
dikeluarkannya laporan audit (Lennox, 2002). Ketika rentang waktu audit yang
dibutuhkan oleh auditor semakin tinggi maka perusahaan kemungkinan besar
mendapatkan opini going concern. Hal ini dikarenakan ketika auditor
menyangsikan kelangsungan hidup perusahaan, maka auditor membutuhkan audit
tambahan untuk memastikan rencana manjemen dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya sehingga auditor mengeluarkan opini yang tepat terhadap
laporan keuangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Putra (2010).
H3: Audit lag berpengaruh positif terhadap terhadap pemberian opini audit going
concern.
4. Hubungan Debt Default dengan Pemberian Opini Audit Going Concern Perusahaan memiliki kewajiban yang harus dipenuhi pada waktu jatuh
perusahaan dalam status default. Keadaan ini memaksa perusahaan lebih
mengarahkan kas untuk membayar hutang yang mengakibatkan kegiatan
operasional perusahaan tidak lancar. Status default akan meningkatkan
kemungkinan auditor untuk memberikan opini going concern kepada perusahaan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ramadhany (2004), Santosa dan Wedari (2007),
Praptitorini dan Januarti (2007), Ardiani et al. (2012)
H4: Debt default berpengaruh positif terhadap terhadap pemberian opini audit
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian sebab akibat (causal
research) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan sebab
akibat antara variabel dependen dan independen (Erlina, 2011:74). Adapun
variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit going concern
sedangkan variabel independennya adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan,
audit lag, dan debt default.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang,
kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yaitu yang berada
dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian (Erlina, 2011:80). Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2010-2012.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka
kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh sebab itu, sampel yang
diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili (Erlina, 2011:
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu (Erlina, 2011:87).
Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.
2. Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode pengamatan
(2010-2012).
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen selama tahun 2010-2012.
4. Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya dua periode
laporan keuangan selama periode pengamatan (2010-2012).
Berdasarkan kriteria tersebut, proses seleksi sampel dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria Kriteria
Jumlah Pelanggaran
Kriteria
Ju mlah Perusahaan yang listing di BEI selama periode 2010-2012 418 Perusahaan yang tidak keluar dari BEI selama periode
pengamatan (2010-2012). (8) 410
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen selama tahun 2010-2012. (7) 403 Mengalami rugi bersih setelah pajak sekurang-kurangnya
dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan (2010-2012).
(359) 44
Tahun Pengamatan 3
Jumlah Sampel selama periode penelitian (2010-2012) 132
Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka perusahaan yang lolos uji
adalah:
Tabel 3.2
Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
NO Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 Alamraya Karya Unggul Tbk. AKKU
2 Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. APOL
3 Argo Pantes Tbk. ARGO
4 Asia Natural Resources Tbk. ASIA
5 ATPK Resorces Tbk. ATPK
6 Bank Pundi Indonesia Tbk. BEKS
7 Benakat Petroleum Energy Tbk. BIPI
8 Bhuwanatala Indah Permai Tbk. BIPP
9 Bukit Darmo Property Tbk. BKDP
10 Bintang Mitra Semestaraya Tbk. BMSR
11 Bakrie & Brothers Tbk. BNBR
12 Bumi Teknokultura Unggul Tbk. BTEK
13 Bakrie Telecom Tbk. BTEL
14 Century Textile Industry (PS) Tbk. CNTX
15 Central Proteinaprima Tbk. CPRO
16 Darma Henwa Tbk. DEWA
17 Delta Dunia Makmur Tbk. DOID
18 Eratex Djaja Tbk. ERTX
19 Fortune Mate Indonesia Tbk. FMII
20 Smartfren Telecom Tbk. FREN
21 Humpuss Intermoda Transportasi Tbk. HITS
22 Indonesia Air Transport Tbk. IATA
23 Inti Agri Resources Tbk. IIKP
24 Leo Investments Tbk. ITTG
25 Jakarta Kyoei Steel Works Tbk. JKSW
26 Laguna Cipta Griya Tbk. LCGP
27 Nusantara Infrastructure Tbk. META
28 Capitalinc Investment Tbk. MTFN
29 Apac Citra Centertex Tbk. MYTX
30 Pelat Timah Nusantara Tbk. NIKL
31 Onix Capital Tbk. OCAP
32 Ancora Indonesia Resources Tbk. OKAS
33 Asia Pacific Fibers Tbk. POLY
34 Sat Nusapersada Tbk. PTSN
35 Rimo Catur Lestari Tbk. RIMO
36 Steady Safe Tbk. SAFE
NO Nama Perusahaan Kode Perusahaan
38 Golden Eagle Energy Tbk. SMMT
39 Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas Tbk. SULI
40 Tirta Mahakam Resources Tbk. TIRT
41 Triwira Insanlestari Tbk. TRIL
42 Truba Alam Manunggal Engineering Tbk. TRUB
43 Unitex Tbk. UNTX
44 Zebra Nusantara Tbk. ZBRA
Sumber: www.idx.co.id
3.3 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yakni data yang berupa
angka atau besaran tertentu yang sifatnya pasti (Hadi, 2006:42). Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yaitu data yang didapat secara langsung dari
obyek penelitian (Hadi, 2006:39). Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek
Indonesia mengenai laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan
yang telah diaudit.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi
dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia yang berupa laporan
keuangan perusahaan yang telah diaudit beserta laporan auditor independen.
3.4Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Erlina, 2011:36). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah opini audit going concern. Opini audit going concern merupakan opini
yang dikeluarkan oleh auditor dikarenakan adanya keraguan mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini
dengan bahasa penjelas going concern (unqualified opinion with explanatory
language), opini wajar dengan pengecualian mengenai going concern (going
concern qualified opinion), dan opini tidak memberikan pendapat mengenai
going concern (going concern disclaimer opinion). Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang mendapat opini going
concern mendapat kode 1 dan perusahaan yang tidak mendapat opini going
concern mendapat kode 0.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan
dalam variabel dependen (Erlina, 2011:37). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah kondisi keuangan, ukuran perusahaan, audit lag dan debt
default.
1. Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan merupakan tingkat kesehatan perusahaan yang
sebenarnya (Ramadhany, 2004). Kondisi keuangan perusahaan dapat
diukur dengan menggunakan Z Score Model yang diperkenalkan oleh
Altman. Adapun rumus dari Z Score adalah (Altman, 2000):
Z Score = 1,2 X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5
Dimana:
X1 = modal kerja/total aset
X2 = laba ditahan/total aset
X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total aset
X5 = penjualan/total aset
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan
yang dinilai dengan total aset yang dimiliki perusahaaan (Sun, 2008).
Variabel ini diukur dengan logaritma natural dari total aset.
3. Audit Lag
Audit lag diukur dengan adalah jumlah hari antara akhir periode
akuntansi sampai dikeluarkannya laporan audit (Lennox, 2002).
Perhitungan hari dimulai dari tanggal 1 Januari setelah tanggal tutup
buku 31 Desember. Tanggal pelaporan auditor akan terlihat pada laporan
keuangan pada bagian laporan auditor independen.
4. Debt Default
Debt default adalah kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar
hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo (Chen dan
Church, dalam Ramadhany, 2004). Status debt default biasanya terdapat
pada Catatan Atas Laporan Keuangan pada pos hutang ataupun dalam
opini audit. Debt default diukur dengan variabel dummy dimana 1 untuk
perusahaan dalam status debt default dan 0 untuk perusahaan yang tidak
Tabel 3.3
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Variabel
Penelitian
Defenisi
Operasional Pengukuran
Skala
Dependen Opini Going Concern
Opini yang dikeluar kan oleh auditor dikarenakan adanya dapat dinilai melalui laporan keuangan
Besar kecilnya suatu perusahaan.
Logaritma Natural Total Aset
Rasio
Audit Lag jumlah hari antara akhir periode hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo
1 untuk
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau
karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah
karakteristik distribusinya (Jogiyanto, 2004:163). Analisis statistik deskriptif
meliputi jumlah, maksimum, minimum, nilai rata-rata (mean), standar deviasi.
Untuk data yang berupa kategori digunakan sub menu deskriptif frequencies
(Situmorang dan Lufti, 2012:20).
3.5.2 Pengujian Data
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik
sedangkan pengujian model dan pengujian hipotesis menggunakan regresi
logistik. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel
bebasnya (Ghozali, 2012:333). Pada regresi logistik tidak menggunakan uji
normalitas dan heteroskedastisitas karena variabel bebasnya tidak harus
memiliki distribusi normal dan tidak harus memiliki varian yang sama
(Kuncoro, 2001:217).
1. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut (Ghozali, 2012:106):
a. Jika nilai tolerance ≥ 10 persen dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2012:110). Untuk
mendeteteksi ada tidaknya gejala autokorelasi, maka uji autokorelasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Test. Bila hasil output
SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi dibawah 0,05 maka
disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut
(Ghozali, 2012:121).
3.5.3 Pengujian Model
1. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Agar model fit dengan data maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likehood L
dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Dengan alpha (α) 5%, cara menilai
model fit ini adalah sebagai berikut (Ghozali, 2012:341):
a. Jika nilai -2LogL < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang
berarti bahwa model fit dengan data.
b. Jika nilai -2LogL > 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
berarti bahwa model tidak fit dengan data.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai -2LogL
akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
(Ghozali, 2012:341).
2. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dapat diuji dengan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Model ini bertujuan untuk menguji
hipotesis bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada
perbedaan antaramodel dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Hipotesis untuk menilai kelayakan model regresi adalah:
H0: Tidak ada perbedaan model dengan data
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka H0 ditolak yang berarti ada
perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga
Goodness Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi
nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit
Test lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model
dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali,
2012:341).
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
variabilitas variabel independen mampu memperjelas variabilitas
variabel dependen. Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat
dilihat pada nilai Nagelkarke R Square. Nilai Koefisien determinasi dapat
diinterprestasikan seperti nilai R Square pada multiple regression. Bila
nilai Nagelkarke R Square kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Sedangkan jika Nagelkarke R Square mendekati 1 berarti variabel
independen dapat memberikan hampir semua informasi yang diperlukan
untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012:341).
4. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model
concern pada auditee. Dalam output regresi logistik, angka ini dapat
dilihat pada Classification Table (Ghozali, 2012:342).
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Regresi logistik dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh kondisi
keuangan, ukuran perusahaan, audit lag, dan debt default terhadap opini audit
going concern. Pengujian ini dilihat dari variable in the equation (Ghozali,
2012:343). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95% atau taraf
nyata signifikansi 5% (α = 0,05).
Regresi logistik tidak menggunakan pengujian hipotesis secara simultan
karena regresi logistik menggunakan basis maximum likelihood dimana regresi
logistik tidak memenuhi seluruh uji asumsi klasik (Ghozali, Imam. 9 Agustus
2014. Alasan tidak digunakannya uji simultan pada regresi logistik…
ghozali_imam@yahoo.com (9 Agustus 2014)).
Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
Ln
= a + b1 KK + b2 UP + b3 AL+ b4 DD +εKeterangan:
P = Probabilitas perusahaan menerima opini going concern
Ln
= Fungsi linear dari variabel bebasa = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
UP = Ukuran Perusahaan, diukur dengan logaritma natural total aset
AL = Audit Lag, diukur dengan jumlah hari yang dibutuhkan oleh
auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan
DD = Debt Default, diukur dengan status default perusahaan,
perusahaan dengan status debt default 1, perusahaan dengan
tidak status debt default 0
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau
karakteristik dari data (Jogiyanto, 2004:163). Untuk melihat statistik secara
umum, peneliti menggunakan sub menu descriptive untuk variabel yang diukur
dengan skala rasio dan frequencies untuk variabel yang diukur dalam skala
nominal (Situmorang dan Lufti, 2012:20).
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel, terdapat 44
perusahaan setiap tahun dengan jumlah tahun pengamatan 3 tahun sehingga
jumlah sampel 132 data. Data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan
dan laporan auditor independen yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia.
Berikut data statistik untuk variabel dengan skala rasio:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Penelitian
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KONDISIKEUANGAN 132 -46.3624 20,4285 -.723125 6.8471749
UKURANPERUSAHAAN 132 22 33 27.16 2.046
AUDITLAG 132 48 204 90,82 25.389
Valid N (listwise) 132
Dari Tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah seluruh sampel adalah 132 (N) yang diperoleh dari 44 perusahaan
terdapat 3 variabel independen yang menggunakan skala rasio yaitu
variabel kondisi keuangan, ukuran perusahaan, dan audit lag.
2. Variabel independen pertama adalah kondisi keuangan, memiliki nilai
minimum sebesar -46,3624 dan nilai maksimum sebesar 20,4285 dengan
nilai rata-rata sebesar -0,723125. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang menjadi sampel rata-rata memiliki kondisi keuangan yang negatif
artinya perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan. Nilai standar
deviasi sebesar 6,8471749 yang nilainya lebih besar daripada nilai
rata-rata, artinya data tersebar luas menjauhi nilai rata-rata.
3. Variabel independen kedua adalah ukuran perusahaan, memiliki nilai
minimum sebesar 22 dan nilai maksimum sebesar 33 dengan nilai rata-rata
sebesar 27,16. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi
sampel rata-rata memiliki jumlah aset berkisar 27. Nilai standar deviasi
sebesar 2,046 yang nilainya lebih kecil daripada nilai rata-rata, artinya data
tersebar di sekitar nilai rata-rata.
4. Variabel independen ketiga adalah audit lag, memiliki nilai minimum
sebesar 48 hari dan nilai maksimum sebesar 204 hari dengan nilai rata-rata
sebesar 90,82 hari. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menjadi
sampel rata-rata memiliki jangka waktu penyelesaian audit dari
berakhirnya tanggal laporan keuangan sampai ditandatanganinya laporan
audit selama 91 hari, dimana nilai ini di atas 90 hari dari batas yang
nilainya lebih kecil dari rata, artinya data tersebar disekitar nilai
rata-rata.
Tabel 4.2 Frequencies Penelitian
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.2 menunjukkan deskripsi untuk variabel nominal yang terdiri dari
opini audit dan debt default. Dari data tabel tersebut dapat dideskripsikan bahwa
data yang valid (sah untuk diproses) adalah 132 data dan missing (hilang) adalah
nol. Hal ini berarti semua data telah diproses.
Tabel 4.3
Frequencies Debt Default
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.3 dapat dideskripsikan bahwa variabel independen keempat yaitu
debt default diukur dengan menggunakan skala nominal yaitu variabel dummy,
dimana perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya pada saat jatuh
tempo (default) diberi kode “1” dan perusahaan yang mampu memenuhi Statistics
OPINIAUDITGOING
CONCERN DEBTDEFAULT
N Valid 132 132
Missing 0 0
DEBTDEFAULT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 75 56.8 56.8 56.8
1 57 43.2 43.2 100,0
kewajibannya pada saat jatuh tempo (non default) diberi kode “0”, memiliki nilai
valid karena semua data diproses. Perusahaan yang dalam keadaan non default
sebanyak 75 perusahaan atau sebesar 56,8% sedangkan perusahaan yang dalam
keadaaan default sebanyak 57 perusahaan atau sebesar 43,2%.
Tabel 4.4
Frequencies Opini Audit Going Concern
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.4 dapat dideskripsikan bahwa variabel dependen yaitu opini going
concern diukur dengan skala nominal yaitu variabel dummy, dimana perusahaan
yang mendapatkan opini going concern diberi kode “1” dan perusahaan yang
tidak mendapatkan opini going concern diberi kode “0”, memiliki nilai valid
karena semua data diproses. Perusahaan yang tidak mendapat opini going concern
sebanyak 69 perusahaan atau sebesar 52,3% sedangkan perusahaan yang
mendapat opini going concern sebanyak 63 perusahaan atau sebesar 47,7%.
4.2 Pengujian Data
4.2.1 Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi,
maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas (Ghozali, 2012:105). Uji ini OPINIAUDITGOINGCONCERN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 69 52.3 52.3 52.3
1 63 47.7 47.7 100,0
dilihat dari nilai tolerance dan VIF nya. Model regresi yang baik jika nilai
Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2012:106).
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: hasil pengolahan SPSS
Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Dari tabel
menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai
tolerance yang kurang dari 0,1 dan VIF yang lebih dari 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak satupun variabel memiliki persoalan multikolinearitas
antara variabel independennya.
4.2.2 Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linear berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya) (Ghozali,
2012:110). Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1(Constant) 1.122 .366 3.067 .003
KONDISIKEUANGAN -.004 .005 -.055 -.848 .398 .660 1.514
UKURANPERUSAHAAN -.036 .014 -.146 -2.628 .010 .883 1.133
AUDITLAG -4.957E-5 .001 -.003 -.044 .965 .844 1.184
DEBTDEFAULT .768 .059 .762 12.926 .000 .789 1.267
a. Dependent Variable: