• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR

Oleh :

LUTHER MASANG

A 14101678

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mamasa, Sulawesi Selatan pada tanggal 23 Juni 1978 sebagai anak dari Bapak Mica Minggu dan Yuliana Sangkala. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis memulai studinya pada tahun 1986 di SD Negeri 048 Mambulilling, Kecamatan Polewali, Kabupaten Pol-Mas dan lulus pada tahun 1992. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01 Polewali, Kabupaten Pol-Mas dan lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SMT Pertanian Ciro-ciroe, Kecamatan Wattang Pulu, Kabupaten Sidrap dan lulus pada tahun 1998.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Agrowisata ... 12

2.2 Manfaat Agrowisata ... 17

2.3 Pemilihan Lokasi Agrowisata ... 17

2.4 Tanaman Obat ... 21

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 30

3.1 Manajemen Strategi ... 30

3.2 Model Manajemen Strategi ... 31

3.3 Struktur Manajemen Strategi ... 32

3.4 Misi Bisnis ... 34

3.5 Analisis Lingkungan Usaha ... 35

3.6 Perumusan Strategi ... 41

3.6.1 Matriks Internal-Eksternal ... 41

3.6.2 Matriks SWOT ... 42

3.6.3 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) ... 43

3.7 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 44

IV. METODE PENELITIAN... 46

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

4.2 Metode Pengumpulan Data ... 46

4.3 Metode Pengambilan contoh... 47

(4)

RINGKASAN

LUTHER MASANG. Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor. (Di bawah Bimbingan HARIANTO)

Era globalisasi perdagangan bebas yang terjadi pada saat ini menuntut setiap negara untuk mengembangkan sektor usaha yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang mendukung dalam pengembangan tanaman obat, karena memiliki sekitar 1 260 spesies tanaman obat dan 283 spesies diantaranya merupakan spesies tumbuhan obat yag sudah terdaftar dan digunakan oleh industri obat tadisional.

Taman Sringanis yang terletak di Desa Cimanengah, Cipaku Bogor merupakan agrowisata yang menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya. Taman Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 jenis tanaman obat dari kurang lebih 940 jenis tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia. Pengunjung Taman Sringanis dapat mempelajari jenis-jenis tanaman obat di kebun pembibitan dengan lingkungan taman dan kebun.

Taman Sringanis harus melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan efisiensi operasi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya adalah dengan memiliki strategi yang tepat dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan strategi merupakan keputusan untuk memilih strategi yang terbaik yang memenuhi tujuan perusahaan, dengan demikian Taman Sringanis harus menentukan alternatif strategi yang sesuai dengan tujuan jangka panjang Taman Sringanis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisonal, menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Taman Sringanis, dengan mengikutkan juga pendapat konsumen.

Berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis IFE/EFE matriks menunjukkan kekuatan utama Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan kelemahan terbesar adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba. Peluang terbesar adalah trend back to nature dan ancaman terbesar adalah penggunaan obat farmasi dalam dunia medis.

Total bobot IFE dan EFE memposisikan Taman Sringanis pada sel IV dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan bina. Posisi ini menggambarkan bahwa Taman Sringanis dalam kondisi internal yang kuat dan respon Taman Sringanis terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi tergolong tinggi. Divisi dalam sel ini dapat menerapkan strategi intensif dan strategi integrasi.

(5)

kinerjanya, diantaranya, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Memanfaatkan selera wisata konsumen yang berubah dari mass tourism ke nice tourism berbasis lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri. Mempertahankan harga produk. Meningkatkan kegiatan promosi secara optimal. Memperbaiki sistem manajemen perusahaan. Mencoba memasarkan produk di daerah Bandung dengan mutu dan kualitas yang sama dengan pesaing. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan manajemennya. Mengikutsertakan produk pada pameran perdagangan untuk mempromosikan produk.

Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi, maka disusun langkah-langkah operasional sebagai prioritas, yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik dimata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan produk subtitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri.

Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan yang menggunakan analisis kuadran menunjukkan hasil atribut yang berada dalam wilayah prioritas utama untuk diperbaiki atau ditingkatkan yaitu percontohan umbi-umbian, klinik akupresur, refleksi dan akupuntur, dan ruang pelatihan. Atribut percontohan tanaman obat, harga tiket masuk, toko jamu, kebersihan lokasi, dan kenyamanan lokasi merupakan atribut-atribut yang menjadi kekuatan Taman Sringanis, sehingga kinerja Taman Sringanis pada atribut ini harus selalu dipertahankan.

Taman Sringanis tetap menjaga kualitas produknya yang baik karena hal tersebut merupakan kekuatan utama Taman Sringanis dalam mengembangkan usahanya. Salah satu faktor kelemahan Taman Sringanis adalah total biaya produksi yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan efisiensi biaya melalui peningkatan jumlah mitra tani setempat. Taman Sringanis dapat melakukan sistem kontrak yang saling menguntungkan dengan mitra tani agar kontinuitas pasokan bahan baku lebih terjamin.

Taman Sringanis perlu melakukan uji laboratorium untuk menjamin mutu produknya aman untuk dikonsumsi sehingga dapat lebih diterima dan dipercaya oleh masyarakat luas. Selama ini produk-produk Taman Sringanis telah memiliki SP (Surat Penyuluhan) dari Departemen Kesehatan yang menandakan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi, tetapi hal tersebut mungkin masih dinilai kurang oleh masyarakat. Oleh karena itu Taman Sringanis perlu melakukan uji laboratorium untuk lebih meyakinkan masyarakat akan mutu obat tradisional Taman Sringanis

(6)

Nama : Luther Masang A. Md. Agama : Kristen Protestan Tempat dan Tanggal Lahir : Mamasa, 23 Juni 1978

Alamat : Jl. Otista Gg. Kebon Kelapa Rw 01/01 No. 3 Baranang Siang, Bogor. Tlp (0251) 329-143 HP 0852 1627 0098

(7)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR

LUTHER MASANG A 14101678

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(8)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama : Luther Masang

NRP : A 14101678

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul : Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor.

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi

(Dr. Ir. Harianto, MS) NIP. 131 438 801

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr) NIP. 131 284 865

(9)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI DENGAN JUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, April 2006

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga yang senantiasa menyertai dan mencukupkan segala yang penulis butuhkan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa doa, dorongan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terma kasih dan penghargaan mendalam kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat setia dalam suka maupun duka, kasihMu yang memberikan aku kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan segala masalah yang kuhadapi.

2. Bapa’ dan mama’ yang telah memberikan kasih sayang, memberikan semangat dan contoh pejuang yang gigih dalam berusaha mencapai sesuatu. Dari Bapa’ dan mama’ aku belajar mengenai kesabaran, ketegaran, kejujuran dan kelemahlembutan dalam menghadapi semua peristiwa dalam hidupku, mengajarkan menerima kesulitan dan penderitaan sebagai pematang bagi diriku. Terima kasih atas doa-doa yang tidak pernah putus untukku. Bapa’ adalah inspirasiku mengenai keoptimisan dan mama’ tentang ketegaran dalam menjalani hidup.

3. Dr. Ir. Harianto, MS yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kesabarannya selama ini. 4. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator, terima kasih atas saran dan

masukan yang diberikan.

(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR

Oleh :

LUTHER MASANG

A 14101678

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mamasa, Sulawesi Selatan pada tanggal 23 Juni 1978 sebagai anak dari Bapak Mica Minggu dan Yuliana Sangkala. Penulis merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Penulis memulai studinya pada tahun 1986 di SD Negeri 048 Mambulilling, Kecamatan Polewali, Kabupaten Pol-Mas dan lulus pada tahun 1992. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01 Polewali, Kabupaten Pol-Mas dan lulus pada tahun 1995, kemudian melanjutkan pendidikan di SMT Pertanian Ciro-ciroe, Kecamatan Wattang Pulu, Kabupaten Sidrap dan lulus pada tahun 1998.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

2.1 Agrowisata ... 12

2.2 Manfaat Agrowisata ... 17

2.3 Pemilihan Lokasi Agrowisata ... 17

2.4 Tanaman Obat ... 21

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu... 26

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 30

3.1 Manajemen Strategi ... 30

3.2 Model Manajemen Strategi ... 31

3.3 Struktur Manajemen Strategi ... 32

3.4 Misi Bisnis ... 34

3.5 Analisis Lingkungan Usaha ... 35

3.6 Perumusan Strategi ... 41

3.6.1 Matriks Internal-Eksternal ... 41

3.6.2 Matriks SWOT ... 42

3.6.3 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) ... 43

3.7 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 44

IV. METODE PENELITIAN... 46

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

4.2 Metode Pengumpulan Data ... 46

4.3 Metode Pengambilan contoh... 47

(14)

RINGKASAN

LUTHER MASANG. Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor. (Di bawah Bimbingan HARIANTO)

Era globalisasi perdagangan bebas yang terjadi pada saat ini menuntut setiap negara untuk mengembangkan sektor usaha yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan negara lain. Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang mendukung dalam pengembangan tanaman obat, karena memiliki sekitar 1 260 spesies tanaman obat dan 283 spesies diantaranya merupakan spesies tumbuhan obat yag sudah terdaftar dan digunakan oleh industri obat tadisional.

Taman Sringanis yang terletak di Desa Cimanengah, Cipaku Bogor merupakan agrowisata yang menawarkan tanaman obat sebagai objek wisatanya. Taman Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 jenis tanaman obat dari kurang lebih 940 jenis tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia. Pengunjung Taman Sringanis dapat mempelajari jenis-jenis tanaman obat di kebun pembibitan dengan lingkungan taman dan kebun.

Taman Sringanis harus melihat secara obyektif kondisi internal dan eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan. Hal tersebut berguna untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan efisiensi operasi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengembangkan usahanya adalah dengan memiliki strategi yang tepat dengan mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhinya. Pemilihan strategi merupakan keputusan untuk memilih strategi yang terbaik yang memenuhi tujuan perusahaan, dengan demikian Taman Sringanis harus menentukan alternatif strategi yang sesuai dengan tujuan jangka panjang Taman Sringanis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisonal, menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional, dan memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Taman Sringanis, dengan mengikutkan juga pendapat konsumen.

Berdasarkan hasil identifikasi internal dan eksternal dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis IFE/EFE matriks menunjukkan kekuatan utama Taman Sringanis adalah kualitas produk yang baik, sedangkan kelemahan terbesar adalah misi perusahaan yang tidak berorientasi pada laba. Peluang terbesar adalah trend back to nature dan ancaman terbesar adalah penggunaan obat farmasi dalam dunia medis.

Total bobot IFE dan EFE memposisikan Taman Sringanis pada sel IV dalam matriks IE yang merupakan daerah tumbuh dan bina. Posisi ini menggambarkan bahwa Taman Sringanis dalam kondisi internal yang kuat dan respon Taman Sringanis terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi tergolong tinggi. Divisi dalam sel ini dapat menerapkan strategi intensif dan strategi integrasi.

(15)

kinerjanya, diantaranya, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat. Memanfaatkan selera wisata konsumen yang berubah dari mass tourism ke nice tourism berbasis lingkungan. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik di mata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk subtitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri. Mempertahankan harga produk. Meningkatkan kegiatan promosi secara optimal. Memperbaiki sistem manajemen perusahaan. Mencoba memasarkan produk di daerah Bandung dengan mutu dan kualitas yang sama dengan pesaing. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan manajemennya. Mengikutsertakan produk pada pameran perdagangan untuk mempromosikan produk.

Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan strategi satu sebagai nilai tertinggi, maka disusun langkah-langkah operasional sebagai prioritas, yaitu mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro. Memanfaatkan kualitas produk, citra baik dimata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, serta hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi, pendatang baru dan produk subtitusi, serta peningkatan jumlah pelaku industri.

Analisis tingkat kepentingan dan kepuasan yang menggunakan analisis kuadran menunjukkan hasil atribut yang berada dalam wilayah prioritas utama untuk diperbaiki atau ditingkatkan yaitu percontohan umbi-umbian, klinik akupresur, refleksi dan akupuntur, dan ruang pelatihan. Atribut percontohan tanaman obat, harga tiket masuk, toko jamu, kebersihan lokasi, dan kenyamanan lokasi merupakan atribut-atribut yang menjadi kekuatan Taman Sringanis, sehingga kinerja Taman Sringanis pada atribut ini harus selalu dipertahankan.

Taman Sringanis tetap menjaga kualitas produknya yang baik karena hal tersebut merupakan kekuatan utama Taman Sringanis dalam mengembangkan usahanya. Salah satu faktor kelemahan Taman Sringanis adalah total biaya produksi yang semakin meningkat sehingga perlu dilakukan efisiensi biaya melalui peningkatan jumlah mitra tani setempat. Taman Sringanis dapat melakukan sistem kontrak yang saling menguntungkan dengan mitra tani agar kontinuitas pasokan bahan baku lebih terjamin.

Taman Sringanis perlu melakukan uji laboratorium untuk menjamin mutu produknya aman untuk dikonsumsi sehingga dapat lebih diterima dan dipercaya oleh masyarakat luas. Selama ini produk-produk Taman Sringanis telah memiliki SP (Surat Penyuluhan) dari Departemen Kesehatan yang menandakan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi, tetapi hal tersebut mungkin masih dinilai kurang oleh masyarakat. Oleh karena itu Taman Sringanis perlu melakukan uji laboratorium untuk lebih meyakinkan masyarakat akan mutu obat tradisional Taman Sringanis

(16)

Nama : Luther Masang A. Md. Agama : Kristen Protestan Tempat dan Tanggal Lahir : Mamasa, 23 Juni 1978

Alamat : Jl. Otista Gg. Kebon Kelapa Rw 01/01 No. 3 Baranang Siang, Bogor. Tlp (0251) 329-143 HP 0852 1627 0098

(17)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA

OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR

LUTHER MASANG A 14101678

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(18)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama : Luther Masang

NRP : A 14101678

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul : Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor.

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi

(Dr. Ir. Harianto, MS) NIP. 131 438 801

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr) NIP. 131 284 865

(19)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI DENGAN JUDUL “STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA OBAT TRADISIONAL TAMAN SRINGANIS, BOGOR” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, April 2006

(20)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga yang senantiasa menyertai dan mencukupkan segala yang penulis butuhkan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa doa, dorongan, bantuan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terma kasih dan penghargaan mendalam kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadi sahabat setia dalam suka maupun duka, kasihMu yang memberikan aku kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan segala masalah yang kuhadapi.

2. Bapa’ dan mama’ yang telah memberikan kasih sayang, memberikan semangat dan contoh pejuang yang gigih dalam berusaha mencapai sesuatu. Dari Bapa’ dan mama’ aku belajar mengenai kesabaran, ketegaran, kejujuran dan kelemahlembutan dalam menghadapi semua peristiwa dalam hidupku, mengajarkan menerima kesulitan dan penderitaan sebagai pematang bagi diriku. Terima kasih atas doa-doa yang tidak pernah putus untukku. Bapa’ adalah inspirasiku mengenai keoptimisan dan mama’ tentang ketegaran dalam menjalani hidup.

3. Dr. Ir. Harianto, MS yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kesabarannya selama ini. 4. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator, terima kasih atas saran dan

masukan yang diberikan.

(21)

6. Ibu Endah Lasmadiwati selaku pemilik Taman Sringanis, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis dan seluruh karyawan Taman Sringanis yang sudah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 7. Budi Setiawan yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar penulis.

Sahabat-sahabatku: Boedee, Betet, Degom, Dian, Fahmy, Fikaecu, Hendra, Jafar, Oedrew, Oos, Ramdan, Rudi, Tjoengcrynk, Zuer, dan Wendi’S, serta Keluarga Besar Wisma Zeolit terima kasih atas dukungannya.

8. The great friends in PLP/35 Budi, Dian, Fahmy, Jafar, Hendra, Tree (buat persahabatannya), Oedrew, Oos, Ramdan, Rudi, Tjoengcrynk, Zuer, dan Wendi’S (atas cerita dan candanya).

9. Adikku Rice dan Tina yang selalu memberikan semangat, semoga Tuhan memberkati kalian.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(22)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan hormat hanya bagi Allah Bapa Yang Maha Kasih, yang melimpahkan segala berkat dan anugerah kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian ini merupakan hasil pengamatan penulis pada kebun obat tradisional Taman Sringanis. Penulis tertarik dengan kebun obat tradisional Taman Sringanis karena pada saat ini Taman Sringanis sedang berusaha untuk mengembangkan usahanya namun masih menghadapi kendala di bidang strategi pengembangan usahanya. Penelitian ini mencoba mempelajari strategi pengembangan usaha dan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta prioritas strateginya melalui pendekatan konsep manajemen strategi.

Skripsi ini mengambil judul “Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor”. Penelitian ini adalah hasil maksimal yang dikerjakan oleh penulis, dengan segala keterbatasan yang ada, penelitian ini diharapkan bermanfaat, paling tidak untuk informasi awal bagi manajemen Taman Sringanis dalam pengembangan usahanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 2006

(23)

4.4.1 Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan

Eksternal (IFE-EFE)... 48 4.4.2 Matriks I-E (Internal-External)... 52 4.4.3 Matriks SWOT ... 54

4.4.4 IPA (Importance Performance Analysis)... 55 4.4.5 Karakteristik Pengunjung... 55 4.4.6 Metode Penskalaan (Scaling Method)... 56 4.4.7 Matriks QSPM

(Quantitative Strategic Planning Matriks)... 59 4.5 Definisi Operasional... 60

V. GAMBARAN UMUM ... 63 5.1 Sejarah dan Visi, Misi Perusahaan... 63 5.2 Sumberdaya Perusahaan ... 65 5.2.1 Sumberdaya Manusia... 65 5.2.2 Sumberdaya Keuangan ... 67 5.2.3 Tanah dan Bangunan ... 67 5.3 Produksi dan Pemasaran ... 68 5.4 Penelitian dan Pengembangan Taman Sringanis ... 70 5.5 Kegiatan Usaha Taman Sringanis ... 71 5.6 Gambaran Umum Konsumen... 73

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PERUSAHAAN ... 79

6.1 Identifikasi Faktor Internal Perusahaan ... 79 6.2 Identifikasi Faktor Eksternal Perusahaan... 84 6.2.1 Lingkungan Umum ... 85 6.2.2 Lingkungan Industri... 94 6.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan, serta Peluang

dan Ancaman... 98 6.3.1 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan... 99 6.3.2 Identifikasi Peluang dan Ancaman ... 100

VII. PERUMUSAN ALTERNATIF STRATEGI ... 103 7.1 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 103 7.2 Analisis Matriks Internal-Eksternal ... 110 7.3 Matriks SWOT

(Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)... 113 7.4 Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) ... 115

VIII. PENDAPAT KONSUMEN... 121 8.1 Motivasi Responden... 121

(24)

IX. KESIMPULAN DAN SARAN... 133

9.1Kesimpulan ... 133 9.2Saran... 134

(25)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Luas Panen Produksi dan Produktivitas Tanaman Obat-obatan

Tahun 2005 Menurut Jenisnya ... 22 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal dan

Eksternal Perusahaan ... 50 3. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 51 4. Matriks Evaluasi Faktor Internal... 52 5. Matriks SWOT ... 54 6. Atribut Kepuasan Konsumen Taman Sringanis... 55 7. Matriks QSPM ... 60 8. Perubahan Nilai Aset Taman Sringanis Tahun 1999-2004... 67 9. Daftar Laba Penjualan Obat Tradisional

Taman Sringanis Tahun 2001-2004 ... 71 10. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut

Jenis kelamin... 74 11. Persebaran Jumlah dan Persentase Menurut Usia... 75 12. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut

Jenis Pekerjaan ... 76 13. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut

Tingkat Pendidikan ... 77 14. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut

Tingkat Pendapatan... 77 15. Persebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut

Kota Asal Kedatangan... 78 16. Komposisi Tingkat Pendidikan Karyawan

(26)

17. Kapasitas Produksi Obat Tradisional

Taman Sringanis Tahun 2001-2004 ... 81 18 Perkembangan Total Biaya Produksi Obat Tradisional,

Taman Sringanis Tahun 2001-2004 ... 82 19. Pertumbuhan Nilai Laba Bersih Penjualan Obat Tradisional

Taman Sringanis Tahun 2001-2004 ... 84 20. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita

Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Indonesia,

Tahun 2001-2004 (Rupiah) ... 90 21. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Indonesia

Tahun 2001-2004 ... 91 22. Perkembangan Laju Inflasi Indonesia Tahun 2000-2005 ... 92

23. Laju Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun 2001-2004 ... 93 24. Perkembangan Pertambahan Pengunjung Program Kunjungan

dan Pelatihan Taman Sringanis Tahun 1999-2004 ... 96 25. Faktor Kekuatan dan Kelemahan Taman Sringanis... 100 26. Faktor Peluang dan Ancaman Taman Sringanis ... 101 27. Bobot Faktor Internal ... 105 28. Skor Matriks IFE... 106 29. Bobot Faktor Eksternal ... 108 30. Skor Matriks EFE... 109 31. Matriks SWOT (Strengths Weakneses Opportunities Treats) ... 118 32. Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) ... 120 33. Analisis Motivasi Konsumen ... 124 34. Sebaran Responden Menurut Besarnya Biaya Pengeluaran ... 125 35. Persebaran Jumlah Tingkat Kepuasan/Harapan Konsumen

(27)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Model Manajemen Strategi ... 32 2. Struktur Manajemen Strategi ... 33 3. Faktor-faktor yang Dianalisis dalam Bagian Pesaing ... 38 4. Kerangka Pemikiran Konseptual Strategi Pengembangan

Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor ... 45 5. Matriks Internal-Eksternal (I-E)... 53 6. Diagram Kartesius... 58 7. Struktur Organisasi Taman Sringanis ... 66 8. Skema Proses Produksi Teh Kasar, Taman Sringanis ... 70 9. Matriks Internal-Eksternal (I-E)... 110 10. Diagram Kartesius Kepuasan Konsumen

Terhadap Atribut Taman Sringanis... 130

(28)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Pengisian Kuesioner Bobot IFE ... 139 2. Pengisian Kuesioner Bobot IFE (lanjutan) ... 140 3. Pengisian Kuesioner Bobot IFE (lanjutan) ... 141 4. Pengisian Kuesioner Bobot IFE (lanjutan) ... 142 5. Pengisian Kuesioner Bobot EFE Oleh Responden ... 143 6. Pengisian Kuesioner Bobot EFE Oleh Responden (lanjutan)... 144 7. Matriks IFE Taman Sringanis ... 145 8. Matriks EFE Taman Sringanis ... 146 9. Pemberian Nilai Peringkat (rating) Terhadap

Kekuatan dan Kelemahan ... 147 10. Pemberian Nilai Peringkat (rating) Terhadap

(29)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora dan berdasarkan ribuan jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26 persen telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74 persen masih tumbuh liar di hutan-hutan. Adapun tanaman yang telah dibudidayakan, lebih dari 940 jenis digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hermani, 2002).

Obat tradisional yang selama ini kenal, merupakan produk yang dikenal sebagai jamu, berupa bubuk ramuan ataupun cairan dari godokan/rebusan ramu-ramuan dari bahan-bahan tumbuhan alam (tanaman obat), yang cara produksi maupun formulasinya menggunakan cara yang sudah ada sejak turun temurun. Di sisi lain, obat tradisional yang dihasilkan saat ini merupakan hasil dari tumbuh-tumbuhan alam yang diekstrak dan diproduksi berdasarkan penelitian dari ilmuwan-ilmuwan dan dikemas dengan teknologi mutahir dalam bentuk/tampilan yang menarik, rasa ataupun khasiat yang lebih spesifik, serta mudah dalam cara pemakaiannya. Obat tradisional tidak selalu diproses secara tradisional. Saat ini, obat tradisional banyak diproses dengan cara moderen, atau dengan kata lain yang lebih ditekankan adalah basis bahan baku alami/hayati.

(30)

terna, dan kulit batang. Pemanfaatan obat tradisional Indonesia akan terus meningkat mengingat kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu. Beberapa bahan baku jamu juga telah menjadi komoditas ekspor yang andal untuk menambah devisa negara.

Berdasarkan data ekspor tanaman obat menurut negara tujuan ekspor, Hongkong merupakan pasar utama tanaman obat Indonesia karena mempunyai nilai ekspor yang paling besar, walaupun nilai setiap tahunnya berfluktuasi. Rata-rata ekspor tanaman obat Indonesia ke Hongkong setiap tahunnya sebesar 730 ton dengan nilai sebesar US$ 526.6 ribu. Ekspor terbesar kedua adalah ke Singapura dengan rata-rata ekspor setiap tahunnya mencapai 582 ton dengan nilai sebesar US$ 647 ribu. Jerman merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga dengan tingkat ekspor rata-rata tiap tahunnya mencapai sebesar 155 ton dengan nilai sebesar US$ 112.4 ribu. Tujuan ekspor tanaman obat Indonesia berikutnya adalah Taiwan, Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia (Syukur dan Hermani, 2002).

Obat-obatan tradisional mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan obat-obatan moderen, salah satunya adalah dalam hal harga yang lebih murah. Bahan baku obat-obatan tradisional juga mudah didapat karena dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang berasal dari sekitar masyarakat itu sendiri sehingga dapat diproduksi sendiri.

(31)

1. Adanya berbagai peraturan yang memberikan peluang pemakaian tanaman obat yang lebih banyak yaitu peraturan tentang Ketentuan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang baik (CPOTB) dalam SK Menkes No. 659/Menkes/SK/X/1991. Salah satu dampak peraturan tersebut adalah tumbuhnya industri-industri obat tradisional khususnya yang berbentuk industri kecil karena dipermudahnya peraturan mengenai perijinan dan registrasi (pendaftaran) obat-obatan tradisional.

2. Dibentuk dan berkembangnya organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan tanaman obat tradisional, misalnya Perhimpunan Peneliti Bahan Alam (PERHIPBA), Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu), Kelompok Kerja Nasional Tanaman Obat Tradisional Indonesia (POKJANAS TOI), Koperasi Produsen Obat Tradisional Bhineka Karya Manunggal dan sebagainya.

3. Adanya kecenderungan masyarakat saat ini baik di Indonesia maupun di dunia untuk kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan bahan-bahan alam bagi perawatan kesehatan dan penyembuhan penyakit. Kecenderungan ini dipelopori oleh negara-negara barat karena pemanfaatan bahan-bahan sintesis yang selama ini dilakukan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

(32)

kegiatan-kegiatan di bidang obat tradisional, terutama dalam melakukan standarisasi obat tradisional.

5. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk memberlakukan Strategi Perawatan Kesehatan Dini (Strategy Primary Health Care) dalam rangka pemerataan kesehatan masyarakat secara global. Dalam strategi ini, sistem pengobatan tradisional diikutsertakan karena mempunyai kaitan dengan sosial budaya masyarakat, murah dan mudah digunakan tanpa memerlukan peralatan dan teknologi yang tinggi dalam membuat dan menggunakannya.

Tanaman obat merupakan bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian, meningkatkan pendapatan petani, dan memelihara budaya serta teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.

Obyek pertanian yang dikemas dan ditawarkan sebagai produk agrowisata sangat banyak dan bervariasi, seperti Agrowisata Gunung Mas Puncak, Taman Buah Mekarsari, Taman Bunga Nusantara Cianjur, Agrowisata Apel Batu Malang, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang menawarkan keindahan alam, serta lokasi pengolahan dimana pengunjung dapat melihat proses produksinya.

(33)

mengetahui lebih banyak akan tanaman obat mulai dari bentuk fisik, cara budidaya, khasiatnya hingga penggunaan tanaman obat yang benar. Disinilah agrowisata tanaman obat mulai menjadi alternatif wisata bagi peminat tanaman obat.

Taman Sringanis yang terletak di Desa Cimanengah, Cipaku, Bogor merupakan salah satu usaha penyedia jasa kawasan agrowisata yang menawarkan tanaman obat sebagai obyek wisatanya. Taman Sringanis mencoba untuk bersaing dengan objek-objek wisata lain yang telah dahulu mapan, saat ini Taman Sringanis mengoleksi kurang lebih 450 Jenis tanaman obat dari kurang lebih 940 jenis tanaman obat yang dibudidayakan di Indonesia. Pengunjung Taman Sringanis dapat mempelajari jenis-jenis tanaman obat di kebun pembibitan dengan lingkungan taman dan kebun. Sebagai pengelola Taman Sringanis harus menempatkan pengunjung sebagai prioritas utama. Kepuasan pengunjung sebagai konsumen jasa agrowisata yang ditawarkan patut menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan keberadaan objek agrowisata sangat tergantung pada jumlah pengunjung yang datang.

1.2 Perumusan Masalah

(34)

menyangkut produk yang dipasarkan tetapi juga mencakup atribut-atribut produk (Kotler, 1997).

Strategi yang dijalankan Taman Sringanis saat ini masih sangat sederhana yaitu informasi dan penyuluhan (kunjungan, ceramah/talkshow, magang, penerbitan media cetak dan elektronik, dan pameran), pelatihan (tanaman obat seperti “ramuan, makanan dan minuman, budidaya”, akupresur, olah nafas dan meditasi prana, serta HIV/AIDS), penyebarluasan tanaman obat dan ramuan (pembibitan, budidaya tanaman obat dan produk pasca panen, produk dan ramuan yang informatif), pelayanan kesehatan (pengobatan dan konsultasi seperti refleksi/akupresur dan akupuntur, prana, dan ramuan).

Sebagai salah satu unit usaha, Taman Sringanis masih menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan usaha. Sejak berdiri tahun 1998, usaha ini masih menghadapi kendala baik internal maupun eksternal dalam proses perkembangan usahanya.

(35)

saat ini belum ada investor yang bersedia menanamkan modalnya sebagai modal kerja dan modal tetap. Dana yang ada saat ini hanya diperoleh dari dana sendiri dan hasil penjualan sendiri. Pengembangan produk yang belum memadai terutama dalam kemasan dan registrasi dari DEPKES yang hanya berupa Sertifikat Penyuluhan (SP). Kemasan yang ada saat ini masih berupa kemasan plastik yang dibungkus dengan kertas sehingga kurang menarik konsumen dan masih mudah terkontaminasi.

Pengaruh eksternal lain : semakin menjamurnya produk-produk yang berbahan baku biofarmaka sehingga dapat menjadi pesaing yang kuat hal ini ditunjukkan semakin banyaknya produk-produk berbahan baku biofarmaka yang membanjiri pasar serta lembaga atau yayasan yang membuat produk berbahan baku biofarmaka, misalnya Karyasari, PT. Mahkota Dewa, CV Morinda, serta produk berbahan baku biofarmaka yang mulai dikembangkan oleh industri farmasi besar sehingga dapat mengambil pangsa pasar yang ada, serta belum adanya manajemen internal yang baik untuk merumuskan strategi pengembangan usaha dan mempertahankan usaha yang telah berjalan.

(36)

dan kesadaran masyarakat akan warisan budaya bangsa, yaitu pengobatan tradisional yang menggunakan obat-obatan alamiah/tradisional.

Melihat prospek ini Taman Sringanis sejak tahun 1998 menjadikan kebun obatnya menjadi agrowisata yang menawarkan objek wisata yang unik dan menarik berupa wisata kebun tanaman obat. Rekreasi yang ditawarkan adalah rekreasi yang bersifat pengetahuan dengan mengenali dan mempelajari jenis-jenis tanaman obat disajikan dalam bentuk seminar kebun dan senam kebugaran yang terdapat dalam paket agrowisatanya.

Produk kepariwisataan (agrowisata) termasuk salah satu produk jasa dan pengunjung merupakan bagian dari proses produksinya, dimana proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian, kepuasan atau ketidakpuasan yang dialami pengunjung sebagai konsumen akan terjadi pada saat yang bersamaan pula.

Eksistensi suatu objek wisata sangat tergantung pada pengunjung. Pengelola atau pengusaha agrowisata harus dapat melihat pengunjung sebagai faktor yang menentukan dan menjadi prioritas utama. Tanpa adanya pengunjung keberadaan suatu objek wisata tidak berarti apa-apa. Untuk itu, pelayanan yang terbaik dan sarana yang memadai dalam menikmati objek wisata ini patut menjadi perhatian.

(37)

permasalahan-permasalahan eksternal seperti kebijakan pemerintah tentang otonomi daerah, perdagangan bebas, pertumbuhan ekonomi Indonesia, laju inflasi, menyebabkan perlunya perumusan strategi untuk mengantisipasi adanya berbagai perubahan lingkungan tersebut. Perubahan tersebut menciptakan tantangan besar bagi Taman Sringanis sehingga dibutuhkan analisis perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan proses penyusunan perencanaan jangka panjang yang bertujuan agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Pengetahuan mengenai lingkungan perusahaan akan menolong dalam pengembangan usahanya dan meningkatkan efisiensi operasi. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal apa sajakah yang berpengaruh terhadap pengembangan Taman Sringanis.

Oleh karena itu Taman Sringanis membutuhkan manajemen yang baik untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Hal ini dapat diupayakan melalui perumusan strategi pengembangan usaha, dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor kelemahan dan kekuatan yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor-faktor peluang dan ancaman yang dihadapi Taman Sringanis, kemudian dikombinasikan menjadi suatu strategi usaha yang dapat dilaksanakan oleh manajemen Taman Sringanis. Berdasarkan fakta-fakta di atas maka permasalahan utama yang dihadapi Taman Sringanis dalam mengembangkan usahanya saat ini, yaitu:

(38)

2. Apakah berbagai atribut atau jasa yang ditawarkan Taman Sringanis telah sesuai dengan harapan konsumen ?

3. Alternatif strategi apa yang sebaiknya diterapkan untuk mengembangkan usaha Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang melingkupi Taman

Sringanis sebagai kebun obat tradisional.

2. Menganalisis penilaian konsumen terhadap atribut Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional.

3. Memberikan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha Taman Sringanis sebagai kebun obat tradisional, dengan mengikutkan juga pendapat konsumen.

1.4 Kegunaan Penelitian

(39)

penelitian selanjutnya, serta untuk peneliti agar mengetahui kenyataan di lapangan dan membandingkannya dengan teori dan juga menambah wawasan.

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya pada tahap pertama proses manajemen strategi, yaitu tahap formulasi strategi dengan menggunakan metode tahap pemasukan dan tahap pemanduan. Hasil formulasi strategi ini dmaksudkan untuk memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melakukan perencanaan, sedangkan tahap implementasi dan tahap evaluasi strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh manajemen perusahaan.

(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agrowisata

2.1.1 Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris

Agrotourism. Dilihat dari asal katanya, Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata atau agrotourism adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Tidak hanya dilihat dari hasilnya, namun terkait lebih luas dengan ekosistemnya, bahkan lingkungan secara umum Septriani (2001).

Menurut Nurisyah dalam Nurdiana (2004), agrowisata adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian ini.

Sajian yang diberikan pada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan pertanian yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, tetapi juga aktivitas petani beserta teknologi khas yang digunakan dan dilakukan dalam lahan pertanian. Wisatawan dapat mengikuti aktivitas ini, menikmati produk segar pertanian yang tersedia, mempelajari nilai historik lokasi, arsitektur, atau budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut.

(41)

agrowisata, dapat menjadi obyek atau bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktivitas wisata tetapi juga dapat bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.

2.1.2 Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata

Penentuan klasifikasi agrowisata didasari oleh konsep dan tujuan pengembangan agrowisata, jenis-jenis obyek agrowisata beserta daya tarik obyek tersebut. Daya tarik agrowisata terdiri dari komoditi usaha agro, sistem sosial ekonomi dan budaya, sistem teknologi dan budidaya usaha agro, peninggalan budaya agro, budaya masyarakat, keadaan alam dan prospek investasi pada usaha agro tersebut. Ruang lingkup dan potensi agrowisata oleh Team Menteri Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992 Betrianis dalam Nurdiana (2004) dijelaskan :

1. Tanaman Pangan

Daya tarik tanaman pangan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut : (1) Bunga-bungaan. Bunga-bungaan yang mempunyai kekhasan sebagai bunga Indonesia, cara pemeliharaan yang masih tradisional, bunga yang dikaitkan dengan segi keindahan antara lain seni merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya, serta budidaya bunga.

(42)

3) Sayuran. Kebun sayuran pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, cara-cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran, teknik pengelolaan, budidaya sayuran dan lain-lain.

4) Jamu-jamuan. Pemeliharaan dan pengadaan bahan, pengolahan bahan (tradisional dan modern), berbagai khasiat jamu-jamuan, dan jamu sebagai kosmetik tradisional dan modern.

Ruang lingkup kegiatan subsektor tanaman pangan adalah sebagai berikut : (1) Lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tanaman padi, palawija dan komoditas tanaman hortikultura, dan (2) lingkup kegiatan yang ditangani meliputi kegiatan usaha tani tanaman pangan (padi, palawija, hortikultura) yang terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca panen/pengelolaan hasil sampai pemasarannya.

2. Perkebunan

Daya tarik perkebunan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut : (1) Daya tarik historis bagi wisata alam, (2) lokasi perkebunan, pada

umumnya terletak di daerah pegunungan dan mempunyai pemandangan alam dan berhawa segar, (3) cara-cara tradisional dalam pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya, dan (4) tingkat teknik pengelolaan yang ada dan sebagainya.

3. Peternakan

(43)

(1) Pola peternakan yang ada, (2) cara-cara tradisional dalam peternakan, (3) tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya, dan (4) budidaya hewan ternak dan lain-lain.

Ruang lingkup obyek wisata peternakan meliputi :

(1) Pra produksi : pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan dan lain-lain, (2) kegiatan produksi : usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potong dan aneka ternak, dengan pola PIR, pola bapak angkat, perusahaan swasta, koperasi BUMN dan usaha perseorangan, (3) pasca produksi : pasca panen susu, daging telur, kulit dan lain-lain, dan (4) kegiatan lain: penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik, balap kuda dan lain-lain.

4. Perikanan

Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut : (1) Adanya pola perikanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, (2) cara-cara tradisional dalam perikanan, (3) tingkat teknik pengelolaan dan sebagainya, dan (4) budidaya perikanan.

Ruang lingkup obyek wisata perikanan meliputi :

(1) Kegiatan penangkapan ikan, yang merupakan suatu kegiatan usaha untuk memperoleh hasil perikanan melalui usaha penangkapan pada suatu kawasan perairan tertentu di laut atau perairan umum (danau, sungai, rawa, waduk, atau genangan air lainnya). Kegiatan ini ditunjang oleh penyediaan prasarana di darat berupa Pusat Pendaratan Ikan atau Pelabuhan Perikanan.

(44)

mencakup kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran. Kegiatan budidaya perikanan ini sebagai berikut : (a) kegiatan budidaya ikan tawar (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan tawar, baik di kolam maupun perairan umum), (b) kegiatan air payau (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan payau atau kawasan pasang surut dan biasa dikenal dengan tambak), dan (c) kegiatan budidaya laut (yaitu usaha budidaya perikanan yang dilakukan di perairan laut).

(3) Kegiatan pasca panen yang merupakan kegiatan penanganan hasil perikanan yang dilakukan pada periode setelah tangkap dan sebelum dikonsumsi. Kegiatan ini merupakan upaya penanganan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

(45)

2.2 Manfaat Agrowisata

Tirtawinata dan Fachruddin (1999) mengungkapkan beberapa manfaat dari agrowisata, antara lain :

1. Meningkatkan konservasi lingkungan

2. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Mendapatkan keuntungan ekonomi

Sulistyantara (1990) menjelaskan bahwa agrowisata diperkotaan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: (1) Agrowisata melibatkan tegaknya tanaman (vegetasi) dapat memberikan manfaat dalam perbaikan kualitas iklim mikro, (2) Pengembangan agrowisata ikut menjaga kelestarian lingkungan hidup perkotaan selain memperbaiki iklim mikro, juga menjaga siklus hidrologi dan mengurangi erosi, (3) Kegiatan agrowisata akan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan perkotaan yang pada akhirnya akan menunjang kesehatan penggunanya, (4) Agrowisata dapat memberikan karya lingkungan yang estetis jika dikelola dengan baik, dan (5) Agrowisata dapat menjadi sumber masukan bagi perorangan, swasta maupun pemerintah daerah.

2.3 Pemilihan Lokasi Agrowisata

(46)

alam. Sentra produksi pertanian, dan adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dijadikan bahan pertimbangan. Perpaduan antara kekayaan komoditas agraris dengan bentuk keindahan alam dan budaya masyarakat merupakan kekayaan obyek wisata yang amat ternilai. Agar lebih menarik wisatawan, obyek wisata perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana pariwisata, seperti transportasi, promosi dan penerangan.

Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (1999) memberikan tiga alternatif pemilihan lokasi pengembangan agrowisata, yaitu :

1. Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. 2. Memilih suatu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata

tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat agrowisata buatan.

3. Memilih daerah yang masyarakatnya memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan pertanian secara luas termasuk berdagang dan lain-lain, serta berada tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat.

2.3.1 Fasilitas Agrowisata

(47)

dan Fachruddin (1999) fasilitas-fasilitas tersebut ditempatkan pada lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi secara maksimal.

Fasilitas obyek, menurut Suyitno (2001) dapat bersifat alami, buatan manusia serta perpaduan antara buatan manusia dan keadaan alami. Terkait dengan agrowisata yang termasuk fasilitas obyek diantaranya adalah lahan dan produk pertanian serta kegiatan petani mulai dari budidaya sampai pasca panen. Fasilitas pelayanan, menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dan Suyitno (2001) meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat dan pramuwisata. Adapun yang termasuk dalam fasilitas pendukung adalah jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan dan pelayanan kesehatan. (Tirtawinata dan Fachruddin, 1999 dan Yoeti, 1996)

2.3.2 Tujuan dan Arah Pengembangan Agrowisata

Menurut Haeruman dalam Betrianis (1996), tujuan pengembangan agrowisata adalah meningkatkan nilai kegiatan pertanian dan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal ini dimaksudkan bahwa penyiapan pengembangan agrowisata tidak hanya obyek wisata pertaniannya saja yang disiapkan, tetapi juga penyiapan masyarakat pedesaan untuk dapat menangkap nilai tambah yang diberikan oleh kegiatan agrowisata tersebut.

(48)

dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah.

2.3.3 Permasalahan yang Perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata

Tirtawinata dan fachruddin (1999) mengemukakan bahwa selain masalah konsep pengembangan sebuah obyek agrowisata, masalah di dalam pengelolaan agrowisata juga perlu dicarikan jalan keluarnya. Berikut beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian adalah :

1. Potensi agrowisata yang belum dikembangkan sepenuhnya.

2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut.

3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan.

4. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait yang belum berkembang. 5. Terbatasnya kemampuan manajerial di bidang parawisata.

6. Belum adanya peraturan yang lengkap tentang agrowisata.

(49)

2.5 Tanaman Obat

Tanaman obat merupakan tanaman yang mudah tumbuh meskipun di lahan-lahan yang sudah tidak dapat ditanami tanaman lain. Menurut Rosita et al dalam Songko (2002), tumbuhan obat adalah tumbuhan yang penggunaan utamanya untuk keperluan obat-obatan, sedangkan menurut Hamid et al dalam Songko (2002), tumbuhan obat adalah semua tumbuhan baik yang sudah ataupun belum dibudidayakan, dapat digunakan sebagai obat dan berkisar dari yang terlihat dengan mata hingga yang hanya nampak di bawah miskroskop. Menurut Suhirman dalam Songko (2002), tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (daun, batang, atau akar) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai obat medern atau tradisional.

Pengertian obat-obatan menurut Rosita et al dalam Songko (2002) adalah obat tradisional yang daya pengaruhnya belum dibuktikan secara medis, serta obat fitoterapi dan obat modern yang secara medis sudah diketahui daya penyembuhnya, Zuhud et al dalam Songko (2002) lebih rinci mengemukakan bahwa tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya berkhasiat obat, dan dapat dikelompokkan menjadi : (1)

(50)

bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau medis atau penggunaannya sebagai bahan baku obat tradisional sulit ditelusuri.

[image:50.612.130.507.299.546.2]

Menurut BPS (2004), tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang bermanfaat sebagi obat-obatan yang dikonsumsi dari berbagai tanaman berupa daun, bunga, buah, umbi (rimpang) atau akar. Tabel 1 menunjukkan luas panen produksi dan produktivitas tanaman obat-obatan tahun 2004 di Indonesia menurut jenisnya.

Tabel. 1 Luas Panen Produksi dan Produktivitas Tanaman Obat-obatan Tahun 2004 di Indonesia menurut Jenisnya

No Jenis Tanaman

Luas Panen

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Jahe (zingiber officinale) 6.610 118. 496 17.93 2 Laos/Lengkuas (alpina galanga) 1.148 27. 934 24.33

3 Kencur (kaempferia kalangan) 855 12. 848 15.03 4 Kunyit (tumeric domestica) 1.684 23. 993 14.25 5 Lempuyang (zingiber aromaticum) 255 4. 531 17.77 6 Temulawak (tumeric xanthorriza) 508 7. 174 14.12 7 Temuireng (tumeric aeruginosa) 266 3. 040 11.43 8 Kejibeling (hemigrafis alternata) 61 611 10.02 9 Dringo (dringo) 51 366 7.18 10 Kapulaga (Cardamon) 486 3. 539 7.28

Jumlah 11. 924 202.532 14.021

Sumber : BPS, 2005

2.5.1 Gambaran Umum Tanaman Obat Indonesia

(51)

menguntungkan. Diantaranya adalah ketersediaan potensi sumber daya flora, keadaan tanah dan iklim, perkembangan industri obat modern dan tradisional, industri makanan dan minuman, serta meningkatnya konsumen di dalam dan luar negeri (Tirtawinata dan Fachruddin 1999).

Masyarakat Indonesia merupakan konsumen produk farmasi (obat-obatan, jamu-jamuan, bahan-bahan kosmetik) yang cukup besar. Perkiraan kasar jika pengeluaran setiap orang Rp 20.000,- per tahun saja, berarti dengan penduduk 200 juta orang, potensi pasar produk farmasi di Indonesia adalah sekitar Rp 4 trilyun per tahun. Berdasarkan Sandra dan Kemala dalam Songko (2002) pemanfaatan simplisia dalam negeri tahun 1983 adalah sebanyak 1.687.033 kg yang terdiri dari 164 jenis. Pada tahun 1984 mengalami peningkatan sebesar 2.217.226 kg yang terdiri dari 153 jenis dengan demikian pemanfaatan simplisia pada tahun 1984 mengalami peningkatan sebesar 31.4 persen.

2.5.2 Definisi Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat asli Indonesia yang berasal dari tanaman obat, proses produksinya masih tradisional dan belum diuji secarah ilmiah. Obat tradisional ini berupa ramuan, baik yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Herba, 2002).

Pengertian obat tradisional diatas disempurnakan lagi dalam Menteri Kesehatan RI Nomor 246/1992 yang meliputi beberapa hal yaitu :

(52)

b. Obat tradisional mencakup semua ramuan yang berasal dari alam, baik yang belum maupun yang sudah memiliki data klinis.

c. Obat tradisional dapat digunakan dalam pengobatan formal yang melibatkan tenaga peran dokter.

Departemen Kesehatan (1994) membagi obat tradisional Indonesia menjadi dua kelompok yaitu :

1. Kelompok jamu, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya. Kegunaan masih sepenuhnya menggunakan istilah-istilah tradisional misalnya sekalor tolak angin dan sebagainya, sampai saat ini kelompok ini yang lebih berkembang luas di Indonesia.

2. Kelompok lainnya adalah fitoterapi yang lebih dikenal sebagai kelompok fitomarka yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah simplisia yang telah mengalami standarisasi dan telah dilakukan penelitian atas sediaannya, kegunaannya jelas dan dapat diandalkan.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang persyaratan dan bentuk obat tradisional, bentuk obat tradisional yang diijinkan untuk diproduksi meliputi :

(53)

2. Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen.

3. Pil adalah sediaan obat tradisional berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen.

4. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak, bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari lima menit.

5. Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung silindris atau bentuk lain. Kedua permukaannya rata atau cembung terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan. Kandungan air tidak lebih dari 10 persen dan memiliki waktu hancur tidak lebih dari 20 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut.

6. Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional atau bentuk pasta, bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya dan digunakan sebagai obat luar. Kandungan airnya tidak lebih dari 10 persen.

(54)

8. Cairan obat luar adalah sediaan obat tradisional berupa larutan suspensi atau emulsi, bahan bakunya berupa simplisia, sediaan galenik dan digunakan sebagai obat luar.

9. Salep atau krim adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan, bahan bakunya berupa sediaan galenik yang larut atau terdispensi homogen dalam dasar salep atau krim yang cocok yang digunakan sebagai obat luar.

Menurut keputusan Menteri RI No. 230/Menkes/IX/76, yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan. Ada tiga macam simplisia yaitu :

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu di keluarkan dari selnya, atau zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni

2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, zat yang digunakan diambil dari hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelikan atau minerat adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau minerat yang belum diolah atau telah diolah dengan sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

(55)

pengembangan usaha agrowisata (studi pada pengembangan Taman Buah Mekarsari), PT Mekar Sari Unggul (MUS) menjalankan berbagai bidang kegiatan yang ada sesuai misi dan tujuan yang telah disusun. Misi-misi yang telah ditetapkan menjadi pertimbangan pertama penentuan prioritas pelaksanaan berbagai kegiatan yang ada. Pemilihan jenis strategi pengembangan Taman Buah Mekarsari berpijak pada performa lingkungan usaha dengan perhatian lebih kepada lingkungan internal dibandingkan eksternalnya. Secara umum lingkungan internal lebih berisikan kelemahan dibandingkan kekuatan dan dalam lingkungan eksternal berisikan banyak peluang dibanding ancaman. Dengan demikian, PT MUS memilih jenis strategi WO yaitu meminimisasi kelemahan guna memanfaatkan peluang dalam mengembangkan Taman Buah Mekarsari.

(56)

keamanan bangsa tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi keamanan wisata agro Gunung Mas melalui promosi aktif, melengkapi produk yang ditawarkan yakni sarana hiburan anak, sarana operasional dan paket-paket wisata.

(57)

Sofyan (2003) menganalisis tingkat kepuasan pengunjung objek agrowisata Taman Buah Mekarsari Cileungsi Bogor. Penelitian tentang kepuasan kawasan agrowisata Taman Buah Mekarsari membahas mengenai tingkat kepuasan yang didapat pengunjung, serta faktor-faktor lain yang menpengaruhinya. Kepuasan yang timbul merupakan hasil dari perbandingan antara hasil yang diharapkan dengan kenyataan yang diterima konsumen.

Hasil penelitian terdahulu menjadi referensi dalam melakukan penelitian Strategi Pengembangan Potensi Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor yang memang belum pernah dilakukan.

(58)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Manajemen Strategi

Menurut David (2002), manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategi adalah sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa dalam proses manajemen strategik terdiri dari sembilan tugas penting, yaitu :

1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang maksud keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).

2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi internal dan kapabilitasnya.

3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, meliputi baik pesaing maupun faktor-faktor kontekstual umum.

(59)

5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.

6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum (grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.

7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih

8. Mengimplementasikan pilihan staregik dengan cara mengalokasikan sumberdaya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem imbalan.

9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategik sebagai masukan bagi pengambilan keputusan yang akan datang.

3.2 Model Manajemen Strategi

Proses manajemen strategis paling baik dapat dipelajari dan ditetapkan menggunakan suatu model. Setiap model menggambarkan semacam proses. Kerangka kerja yang diilustrasikan dalam Gambar 1. merupakan model komprehensif dari proses manajemen strategis yang menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi.

(60)
[image:60.612.129.517.78.246.2]

Gambar 1. Model Manajemen Strategi Sumber : David, 2002

Adanya model rangkaian manajemen yang berisi langkah-langkah yang diambil akan memudahkan pihak perusahaan untuk mengambil kebijakan yang tepat sasaran. Rumusan strategi yang dihasilkan maka sebelum diimplementasikan perlu dilakukan evaluasi. Hal ini sangat penting karena adanya strategi baru maka akan terjadi perubahan. Dalam menjalankan strategi yang terpilih perusahaan juga melihat seberapa efektifkah tingkat pelaksanaan dan kepentingan dari strategi dan diakhiri, tahu dilakukan evaluasi kembali apakah strategi ini masih layak untuk dijalankan.

3.3 Struktur Manajemen Strategi

Berdasarkan Pearce dan Robinson (1997), struktur manajemen strategi bagi perusahaan dengan industri majemuk terdiri dari tingkatan, yaitu tingkat korporasi (perusahaan), tingkat bisnis dan tingkat fungsional. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(61)

Keterangan : I = Tingkat Korporasi atau Manajemen Perusahaan II = Tingkat Bisnis atau Manajemen Puncak SBU

[image:61.612.139.507.80.212.2]

III = Tingkat Fungsional atau Manajemen Madya dan Pengawasan

Gambar 2. Struktur Manajemen Strategi Sumber : Pearson dan Robinson (1997)

Strategi tingkat perusahaan (korporat), menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha untuk mencapai keseimbangan produk/jasa yang dihasilkan. Strategi tingkat perusahaan biasanya sebagai arahan dasar berbagai strategi pada unit usaha (bisnis) dan strategi fungsional yang disusun. Eksekutif tingkat korporasi bertanggung jawab atas kinerja keuangan perusahaan dan atas pencapaian tujuan-tujuan bukan keuangan seperti memperkuat citra perusahaan dan memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan.

Di tingkat bisnis, para manajer harus menterjemahkan rumusan arah dan keinginan yang dihasilkan di tingkat korporasi ke dalam sasaran dan strategi yang kongkrit untuk masing-masing divisi usaha pada intinya, para manajer strategik tingkat bisnis menentukan bagaimana perusahaan akan bersaing di arena pasar produk (product-market) tertentu. Mereka berusaha mengidentifikasi dan mengamankan segmen-segmen pasar yang paling prospektif dalam arena tersebut.

Strategi Korporasi

Bisnis 2

Bisnis 1 Bisnis 3

Strategi Produksi-Operasi/Litbang

Strategi Keuangan/Akunting

Strategi Pemasaran

(62)

Segmen ini merupakan bagian dari pasar total yang dapat dikuasai perusahaan karena keunggulan bersaingnya.

Manajer di tingkat fungsional menyusun sasaran tahunan dan strategi berjangka pendek dibidang-bidang seperti produksi, operasi, riset dan pengembangan, keuangan dan akunting, pemasaran dan hubungan karyawan. Tanggung jawab utama manajer ditingkat fungsional adalah mengimplementasikan atau melaksanakan rencana strategik perusahaan. Mereka menangani masalah-masalah seperti efisiensi dan efektivitas sistem produksi dan pemasaran, kualitas layanan pelanggan, dan sukses produk dan jasa tertentu guna meningkatkan bagian pasar perusahaan.

Dalam praktiknya, tiga tingkatan manajemen strategik ini disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Perusahaan yang hanya menangani satu bisnis/usaha kecil, tanggung jawab tingkat korporasi (perusahaan) dan unit bisnis terpusat pada satu kelompok direktur, staf dan manager. Sedangkan struktur perusahaan klasik memiliki tiga tingkat operasional yang lengkap yaitu tingkat korporasi, tingkat bisnis, dan tingkat fungsional.

3.4 Misi Bisnis

(63)

Berdasarkan uraian tersebut maka misi merupakan suatu pernyataan yang mengidentifikasi ruang lingkup operasi perusahaan dalam batasan produk dan pasar. Pernyataan misi yang efektif mengandung komponen-komponen, antara lain: (1) Siapa konsumen pemakai produk, (2) apa produk/jasa yang dihasilkan, (3) pasar yang akan dimasuki, (4) teknologi apa yang dipakai, (5) perhatian terhadap survival, pertumbuhan dan keuntungan, (6) filsafat organisasi, (7) konsep diri, (8) perhatian terhadap citra perusahaan, (9) perhatian terhadap pekerja (David, 2002).

3.5 Analisis Lingkungan Usaha

Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan berinteraksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kecenderungan-kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungannya (Kotler, 1997). Lingkungan usaha dapat dibagi menjadi dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal yang terdiri dari variabel-variabel ancaman dan peluang yang berada diluar kontrol manajemen perusahaan, dan lingkungan internal yang terdiri atas variable-variabel yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan dan berada dalam kontrol manajemen perusahaan.

3.5.1 Analisis Lingkungan Eksternal

(64)

masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ketersediaan subtitusi, dan persaingan antar perusahaan) dan lingkungan operasional (pesaing, kreditor, pelanggan, tenaga kerja, dan pemasok). Ketiga faktor tersebut merupakan landasan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam lingkungan bersaingnya. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, sedangkan ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Untuk faktor lingkungan umum dapat dianalisis dengan metode pendekatan analisis PEST (Politik-Ekonomi-Sosial-Teknologi).

Faktor Politik. Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bag

Gambar

Tabel. 1 Luas Panen Produksi dan Produktivitas Tanaman Obat-obatan Tahun                    2004 di Indonesia menurut Jenisnya
Gambar 1.  Model Manajemen Strategi
Gambar 2. Struktur Manajemen Strategi
Gambar 3.  Faktor-faktor yang Dianalisis dalam Bagian Pesaing Sumber :  Pearson dan Robinson (1997)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemitraan yang telah berjalan antara petani tembakau dengan PT Merabu, mengidentifikasi faktor internal dan eksternal

Tujuan dari penelitian ini, antara lain (1) Mengidentifikasi strategi usaha yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, (2) Menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang

Analisis data yang dilakukan mencakup (1) analisis faktor internal dan faktor eksternal perusahaan untuk memperoleh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan Taman Wisata Mora Indah Faria di Jalan Medan Tj

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan Taman Wisata Mora Indah Faria di Jalan Medan Tj

Harapan MU MI MPr MPe Stimulus terkait Solusi program alternatif Kebun tumbuhan obat √ √ Alami Taman obat Peraga pendidikan dan studi banding √ √ Manfaat Kelas

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi restoran Kebun Kita dalam menjalankan usahanya, (2)

Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah identitas responden faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal meliputi peluang dan