• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang Dititipkan Pada Bank Kustodian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang Dititipkan Pada Bank Kustodian"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

AKIBAT HUKUM PENGALIHAN KEPEMILIKAN EFEK TERHADAP

EFEK YANG DITITIPKAN PADA BANK KUSTODIAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat-syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH :

KRISTINA SIMBOLON

NIM : 110200155

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H

**) Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., C.N., M.Hum. ***) Kristina Simbolon

Saat ini kegiatan perdagangan efek di pasar modal telah banyak berkembang, dimana sejak pertengahan tahun 2000 telah ada suatu aturan baru dimana adanya kegiatan penitipan efek pada lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Pengertian efek menurut Pasal 1 ayat 5 UUPM adalah ”Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”. Pada kegiatan perdagangan efek timbul sebuah akibat hukum terhadap kepemilikan efek dari penjual atau pemilik awal efek terhadap pembeli efek. Dalam hal ini terjadi peralihan kepemilikan hak atas efek yang dilakukan oleh badan yang berfungsi sebagai tempat penitipan efek di PT KSEI dimana rekening efek tersebut dicatatkan baik atas nama perusahaan efek dan atau bank kustodian.Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan terhadap status kepemilikan investor atas efek-efek dalam penitipan efek pada bank kustodian, serta bagaimana kegiatan pengalihan kepemilikan efek yang dilakukan oleh penitipan efek setelah penyelesaian transaksi bursa.

Metode penelitian yang di pergunakan adalah metode penelitian hukum yuridis normatif. Metode penelitian yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran dengan mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan penyusunan karya ilmiah ini. Penelitian bertujuan untuk menemukan landasan hukum yang jelas dalam kegiatan yang terjadi di pasar modal.

Dalam perdagangan efek di pasar modal dengan adanya penitipan efek, maka mutasi efek cukup dilakukan dengan pemindahbukuan antar rekening efek dari pihak-pihak yang melakukan transaksi. Peralihan hak kepemilikan efek yang dilakukan dengan cara pemindahbukuan antar rekening efek hanya dapat dilakukan atas intruksi dari pemilik efek. Sehingga kinerja penitipan efek sebagai lembaga yang siap dalam melakukan pengalihan kepemilikan efek sangatlah penting, mengingat hal-hal yang ditimbulkan oleh karena pengalihan kepemilikan efek setelah kegiatan perdagangan efek selesai.

Kata Kunci: penitipan efek, PT KSEI, bank kustodian. *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan rahmat yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang Dititipkan Pada Bank Kustodian.”

Setelah sekian lama akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan Pendidikan Program S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sebagai manusia biasa tidak akan pernah luput dari kesalahan, kekurangan dan kekhilafan, baik dalam pikiran maupun perbuatan. Berkat bimbingan dari Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam mengasuh serta membimbing penulis sejak masuk pada bangku perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(4)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MHum, DFM sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak OK. Saidin, S.H., M.Hum sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Windha SH, MHum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H.,C.N.,M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah menyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama ini..

(5)

10.Seluruh keluarga besar, khususnya Ibunda penulis yang selalu mendukung kegiatan, dan menyemangati penulis seta membantu penulisan baik secara moril maupun materil.

11.Rekan-rekan mahasiswa/i Fakultas Hukum USU yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga persahabatan kita tetap abadi.

Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Demikian penulis sampaikan, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah dan memperluas cakrawala berpikir kita semua.

Medan, Maret 2015

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B.Permasalahan Masalah ... 6

C.Tujuan Penulisan ... 6

D.Manfaat Penulisan ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 7

F. Metode Penelitian ... 14

G.Keaslian Penulisan... 16

H.Sistematika Penulisan ... 17

BAB II SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI PASAR MODAL INDONESIA A.Pasar Modal di Indonesia ... 19

B.Pelaku-pelaku di Pasar Modal ... 32

C.Mekanisme Perdagangan Efek di Indonesia ... 38

BAB III PENGATURAN TENTANG PENITIPAN EFEK

(7)

A.Kegiatan Penitipan Efek Di Pasar Modal Indonesia ... 52 B.Pihak-Pihak Yang Dapat Menjadi Penyelenggara

Kegiatan Kustodian ... 57 C. Pengaturan Tentang Penitipan Efek Di Bank Kustodian... 64

BAB IV AKIBAT HUKUM PENGALIHAN KEPEMILIKAN

EFEK TERHADAP EFEK YANG DITITIPKAN

PADA BANK KUSTODIAN

A.Mekanisme Penyelesaian Transaksi Efek ... 69 B.Pelaporan Transaksi Efek ... 83 C.Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap

Efek Yang Dititipkan Pada Bank Kustodian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 95 B.Saran ... 97

(8)

ABSTRAK

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H

**) Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., C.N., M.Hum. ***) Kristina Simbolon

Saat ini kegiatan perdagangan efek di pasar modal telah banyak berkembang, dimana sejak pertengahan tahun 2000 telah ada suatu aturan baru dimana adanya kegiatan penitipan efek pada lembaga penyimpanan dan penyelesaian. Pengertian efek menurut Pasal 1 ayat 5 UUPM adalah ”Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”. Pada kegiatan perdagangan efek timbul sebuah akibat hukum terhadap kepemilikan efek dari penjual atau pemilik awal efek terhadap pembeli efek. Dalam hal ini terjadi peralihan kepemilikan hak atas efek yang dilakukan oleh badan yang berfungsi sebagai tempat penitipan efek di PT KSEI dimana rekening efek tersebut dicatatkan baik atas nama perusahaan efek dan atau bank kustodian.Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan terhadap status kepemilikan investor atas efek-efek dalam penitipan efek pada bank kustodian, serta bagaimana kegiatan pengalihan kepemilikan efek yang dilakukan oleh penitipan efek setelah penyelesaian transaksi bursa.

Metode penelitian yang di pergunakan adalah metode penelitian hukum yuridis normatif. Metode penelitian yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran dengan mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan penyusunan karya ilmiah ini. Penelitian bertujuan untuk menemukan landasan hukum yang jelas dalam kegiatan yang terjadi di pasar modal.

Dalam perdagangan efek di pasar modal dengan adanya penitipan efek, maka mutasi efek cukup dilakukan dengan pemindahbukuan antar rekening efek dari pihak-pihak yang melakukan transaksi. Peralihan hak kepemilikan efek yang dilakukan dengan cara pemindahbukuan antar rekening efek hanya dapat dilakukan atas intruksi dari pemilik efek. Sehingga kinerja penitipan efek sebagai lembaga yang siap dalam melakukan pengalihan kepemilikan efek sangatlah penting, mengingat hal-hal yang ditimbulkan oleh karena pengalihan kepemilikan efek setelah kegiatan perdagangan efek selesai.

Kata Kunci: penitipan efek, PT KSEI, bank kustodian. *) Dosen Pembimbing I

**) Dosen Pembimbing II

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta penunjang perkembangan ekonomi suatu negara yang bersangkutan. Hampir diseluruh penjuru dunia, di setiap negara, pasar modal menjadi bahan pembicaraan. Di dalamnya berputar roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi beroperasinya perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi suatu negara.1

Pasar modal Indonesia sebagai salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana untuk mempertemukan penjual dan pembeli dan dana jangka panjang yang disebut efek, dewasa ini merupakan salah satu pasar modal negara berkembang yang berkembang secara fantastik dan dinamik.2

Pasar modal dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikasi saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya. Pengertian pasar sebagaimana pasar pada umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Tetapi pasar modal berbeda dengan pasar konkret. Dalam pasar modal yang diperjualbelikan adalah modal atau dana karena pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan perantara bagi investasi jangka panjang dalam bentuk efek. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

1

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go

Public dan Go Private di Ina, Cet. 1 (Jakarta: Kencana,2009), hlm. 1.

2

(10)

memberikan batasan pasar modal yaitu merupakan kegiatan yang berkaitan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga yang berkaitan dengan efek.3

Maka, terdapat tiga elemen yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu:4 1. Penawaran umum dan perdagangan efek.

2. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya. 3. Lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

Sumber hukum pasar modal Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM) dan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal dan perangkat hukum teknis lainnya yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan dan Self Regulatory Organization (SRO) seperti Bursa Efek dan lembaga lainnya5

Dalam aktivitas sehari-hari pasar modal kebanyakan dilakukan di suatu tempat yang disebut dengan Bursa Efek. Perdagangan efek dalam bahasa Inggris , dan saat ini pengaturan hukum pasar modal Indonesia terdapat pada Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UUOJK).

3 Ibid,. 4

Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, (Jakarta: Djambatan, 2001) Hlm. 5.

5

(11)

disebut dengan securities exchange atau stock market atau capital market. Kendatipun istilah itu berbeda tetapi esensinya sama, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli dana yang di pasar modal tersebut diperantarai oleh anggota bursa yang disebut sebagai pedagang perantara atau broker atau pialang.6

Instrumen yang disebut efek merupakan suatu komponen penting yang diperdagangkan di pasar modal. Bahkan dapat dikatakan bahwa efek merupakan satu-satunya unsur untuk dapat menyebut apakah suatu penawaran umum dapat dikategorikan menjadi “penawaran umum” dalam pengertian UUPM. Selain itu pentingnya pembahasan atas istilah efek ini karena perkembangan perekonomian dan pasar modal, sehingga istilah efek juga akan terus berkembang dan menjadi sesuatu yang sulit dibatasi (karena munculnya efek-efek baru).7

Salah satu mata rantai terpenting dalam industri sekuritas adalah kegiatan perdagangan atas instrumen-instrumen yang telah diterbitkan oleh perusahaan yang mengeluarkan efek atau emiten. Perdagangan efek ini menjadi suatu mata rantai penting, karena tidak semua orang bermaksud memegang efek tersebut untuk selamanya. Seseorang yang memegang efek pada saat ini mungkin mempunyai kebutuhan besok hari, dan karena tidak ada sumber dana lain untuk mencukupi kebutuhan tersebut, maka efek yang dipegangnya menjadi alternatif untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan tersebut. Di lain pihak, seseorang yang mempunyai efek mungkin sedang tidak membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena merasa harga efek akan turun, atau menurut perkiraanya harga efek tersebut tidak akan naik lagi, maka ia

6

Irsan Nasarudin, Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004) hlm.10.

7

(12)

memutuskan untuk menjualnya sehingga dia dapat mencari efek lain, atau sarana investasi lain yang dianggapnya mempunyai kemungkinan untuk memberikan keuntungan. Karena kebutuhan untuk menjual dan membeli itulah, maka dibutuhkan sarana atau tempat untuk memperdagangkan efek tersebut. Dengan adanya sarana tersebut aktivitas menjual dan membeli menjadi lebih cepat berlangsung. Pembeli tidak harus dengan susah payah mencari penjual dan penjual tidak harus susah payah mencari barang yang akan dibelinya.8

Investor akan memberikan sejumlah dana kepada perusahaan efek untuk mengelola dananya dengan mempunyai unsur kepercayaan (trust), tak terkecuali Manager Investasi dan Kustodian karena dua pihak inilah yang selalu berhubungan dengan investor. Kustodian merupakan pihak yang memberikan jasa penitipan efek yang diselenggarakan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perusahaan efek atau Bank umum untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara

Pasar modal tidak dapat berjalan tanpa campur tangan beberapa lembaga atau pihak yang berperan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak yang terkait dalam pasar modal diantaranya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), emiten, Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), bursa efek, penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi, biro administrasi efek, kustodian, wali amanat, penasihat investasi, pemeringkat efek, akuntan publik, notaris, konsultan hukum, perusahaan penilai, dan investor.

8

(13)

pemegang rekening dan pihak kustodian. Bank kustodian adalah lembaga yang sangat berperan penting dalam menyimpan dan mengawasi efek yang dititipkan kepadanya, karena bank kustodian hanya dapat mengelola efek yang tercatat pada rekening efek atas keinginan dan perintah dari pemegang rekening efek atau pihak yang diberi wewenang untuk bertindak atasnya.

Sistem perdagangan efek dalam bentuk sertifikat fisik saat ini sudah jarang dijumpai dimana mekanisme perdagangan efek di pasar modal telah dilakukan secara elektronik dimana proses penyelesaian perdagangan efek telah dilakukan dengan sistem pemindahbukuan (book-entry settlement).

Bursa adalah pasar dimana efek diperdagangkan. Oleh karena bursa merupakan pasar maka masalah peralihan hak merupakan masalah penting yang harus dikaji dalam membahas masalah perdagangan bursa. Masalah peralihan kepemilikan efek menjadi makin penting karena banyak transaksi yang dilakukan dibursa, dan semuanya berlangsung dengan cepat, sehingga sangat biasa apabila si penjual belum menerima barangnya tetapi dia telah menjualnya kembali. Bahkan ketika barang belum dibeli pun seorang pemodal dapat saja menjual efek tersebut dan kemudian mencarinya dipasar, untuk menyerahkan efek yang dilakukan akibat penjualan tersebut. Sehubungan dengan masalah peralihan hak ini, UUPM menentukan bahwa tata cara peralihan efek sehubungan dengan transaksi bursa ditetapkan oleh bursa efek.9

Pasal 55 ayat 1 UUPM menyatakan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilakukan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara

9

(14)

yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah10

B. Perumusan Masalah

. Penjelasan atas pasal ini menyatakan bahwa peralihan hak terjadi pada saat penyerahan efek atau pada waktu efek dimaksud dikurangkan dari rekening yang kemudian ditambahkan pada rekening yang lain. Proses penambahan dari rekening yang satu ke rekening yang lain dilakukan oleh lembaga lain yaitu PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan diantaranya Bank Kustodian sebagai tempat penitipan efek.

Berdasarkan uraian di atas, maka hal tersebut menarik untuk pelajari lebih lanjut yaitu mengenai: “Akibat hukum pengalihan kepemilikan efek terhadap efek yang dititipkan pada bank kustodian”.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem perdagangan efek di pasar modal Indonesia? 2. Bagaimana aturan hukum tentang penitipan efek di bank kustodian?

3. Bagaimana akibat hukum pengalihan kepemilikan efek terhadap efek yang dititipkan pada bank kustodian?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembahasan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sistem perdagangan efek di pasar modal Indonesia 2. Untuk mengetahui aturan hukum tentang penitipan efek di bank kustodian

10

(15)

3. Untuk mengetahui akibat hukum pengalihan kepemilikan efek terhadap efek yang dititipkan pada bank kustodian

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini yaitu secara teoritis maupun praktis, yakni :

1. Secara teoretis

Secara teoretis diharapkan pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dapat menambah pengetahuan dan melahirkan pemahaman bahwa pentingnya memberikan mengetahui akibat hukum pengalihan kepemilikan efek terhadap efek yang dititipkan pada bank kustodian. Sehingga pengalihan kepemilikan efek setelah adanya transaksi dapat terealisasi dengan baik.

2. Secara praktis

Secara praktis dalam pembahasan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga-lembaga dan pihak-pihak yang berperan dalam kegiatan pasar modal serta investor dapat lebih teliti dan cermat dalam menjalankan perannya dalam pasar modal, khususnya Bank Kustodian sebagai pelaku mutlak dalam proses peralihan kepemilikan efek yang telah dititipkan padanya.

E. Tinjauan Kepustakaan

(16)

hukum. Tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan hukum yakni tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki hukum.11

Lebih jelas lagi bahwa akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum atau akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh hukum yang bersangkutan telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat hukum.12

Kepemilikan merupakan kekuasaan untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Pengertian hak milik menurut pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai berikut13

Dari defenisi diatas, diketahui bahwa hak milik memberikan dua hak dasar kepada pemegangnya, yaitu:

:

“Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.”

14

11

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) hlm. 295.

12

Pipin Syarifin, PIH : Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999) hlm. 71.

13

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 570

14

Gunawan Widjaja, Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik dalam Sudut Pandang KUH

(17)

1. Hak untuk menikmati kegunaan dari suatu kebendaan

Artinya seorang pemegang hak milik atas benda berhak untuk memakai atau menggunakan benda yang dimilikinya secara leluasa atau menikmati manfaat yang terkandung dalam benda tersebut.

2. Hak untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya.

Dalam hal ini berarti pemegang hak milik bebas untuk menjual, menghibahkan, menyerahkan benda yang dimilikinya kepada siapapun juga, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan yang memaksa, dan atau melanggar kepentingan umum, atau hak-hak orang lain, termasuk pula didalamnya untuk membebankan, meletakkan hak kebendaan lainnya, menjaminkan atau mengagunkan benda tersebut sebagai jaminan utang.

Algra dan Gokkel mengartikan eigendom sebagai berikut, “absoluut meest omvattende recht op een zaak,” yaitu hak untuk menguasai atau memegang sesuatu benda secara mutlak (absolut). Vollmar dan Adiwimarta mengatakan bahwa hak eigendom adalah hak yang paling luas yang dapat dimiliki seseorang terhadap suatu benda. Pada dasarnya si pemilik (eigenaar) itu dapat berbuat apa saja dengan benda itu dan kedudukannya adalah lebih kuat dari kedudukan orang yang memegang (bezit) benda itu.15

15

Nindy Pramono, Sertifikasi Saham PT GO Public dan Hukum Pasar Modal di

(18)

Ada dua sifat cara memperoleh hak milik, yaitu:16 1. Secara originair (Asli)

Pihak yang memperoleh hak milik atas benda tidak menerimanya dari tangan pihak pendahulu. Pihak yang memperoleh hak milik tersebut memulai dengan suatu hak yang baru, yang bebas dari beban dan kewajiban, tanpa hak dan wewenang, misalnya, pengakuan, pelekatan, daluwarsa

2. Cara Derivatif (berasal dari orang lain)

Memperoleh hak milik berasal dari orang yang lebih dulu berhak atas benda itu. Memperolehnya ialah dengan bantuan orang yang mendahuluinya.

Cara derivatif ini dapat dibedakan atas:

a. Dengan dasar hukum umum (algemen titel)

Penerimaan hak menerima benda secara keseluruhan (massal), dengan hak dan kewajiban yang melekat pada benda tersebut.

Misalnya: percampuran harta perkawinan, pewarisan, perolehan benda dari badan hukum yang bubar, badan hukum hasil penggabungan (merger) atau hasil peleburan (konsolidasi) memperoleh hak milik atas benda dengan segala hak dan kewajiban yang melekat pada benda tersebut, dari badan hukum yang bubar karena merger atau konsolidasi.

b. Dengan dasar hukum khusus (bijzonderetitel)

16

(19)

Yaitu penerimaan hak milik atas benda tertentu. Misalnya dengan cara: penyerahan, daluwarsa, pencabutan hak (onteigening) yang disertai dengan pemberian hak baru.

Efek merupakan instrumen penting yang diperdagangkan dalam pasar modal baik dalam bentuk modal maupun utang. Pengertian efek menurut Pasal 1 ayat 5 UUPM adalah17

1. Efek ekuitas :

”Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.”

Efek-efek yang diterbitkan (baik yang dilakukan melalui penawaran umum atau cara lain) dan diperdagangkan di pasar modal umumnya secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu berupa :

2. Efek hutang

Efek yang bersifat ekuitas (equity securities) adalah efek yang bersifat penyertaan dalam arti dengan membeli efek tersebut maka pemilik efek tersebut menjadi pemodal atau investor yang menanamkan atau menyertakan sejumlah modal tertentu ke dalam emiten tersebut. Contoh yang paling umum dikenal dari efek yang bersifat ekuitas ini adalah saham atau turunannya (derivatifnya) seperti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu/HMETD (subscription rights).18

Penyertaan modal ini pada dasarnya bersifat permanen dalam arti investor tidak dapat menarik kembali apa yang telah disetorkan tersebut dan emiten pun

17

Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

18

(20)

tidak dapat mengembalikan jumlah peyetoran kepada investor.apabila investor memutuskan untuk tidak berpartisipasi lagi dalam penyertaannya dan dengan demikian keluar sebagai pemodal, maka yang dapat dilakukannya adalah mengalihkan efek yang dimilikinya kepada pihak lain misalnya dengan menjual dan dengan demikian mendapatkan kembali uang penyetoran, maupun penambahannya/pertumbuhan atas modal tersebut (capital gain), atau sebaliknya mendapatkan/mengakibatkan terjadinya kerugian (capital loss). Cara lain untuk mendapatkan kembali modal tersebut adalah menunggu pembubaran atau likuidasi atas emiten, dan menerima sisa hasil likuidasi atas emiten, dan menerima sisa hasil likuidasi atas emiten tersebut. Efek ekuitas meskipun memberikan imbalan kepada para pemodalnya tetapi imbalan tersebut umumnya tidak bersifat berkala karena tergantung kepada kinerja keuangan emiten, dan ini juga merupakan sifat dari efek ekuitas (yang merupakan penyertaan modal), sehingga selalu ada unsur menanggung resiko pemodal pada waktu mereka memasukkan modalnya kepada emiten.19

Efek hutang (debt securities) pada dasarnya adalah hutang pemodal kepada emiten yaitu bukti hutang yang dikeluarkan oleh Emiten kepada para pemberi pinjaman. Contoh yang paling umum dari efek hutang ini adalah obligasi yang dikeluarkan baik oleh perusahaan swasta ataupun pemerintah. Karena sifatnya hutang maka efek ini sama sekali bukanlah penyertaan tetapi di dalamnya tercantum dengan jelas janji untuk membayar kembali jumlah yang terhutang pada waktu tertentu kepada para pemodal yang dalam hal ini merupakan kreditur

19

(21)

dari emiten. Berlainan dengan efek ekuitas yang tidak memberikan hasil secara berkala (karena tergantung dari keuntungan dan kinerja emiten), maka efek hutang ini menjanjikan hasil/imbalan pasti kepada para pemodal. Imbalan ini dapat berbentuk bunga, seperti pinjaman pada umumnya, atau mungkin juga dalam bentuk bagi hasil dalam hal obligasi tersebut merupakan obligasi syariah.

Ciri lain yang juga menonjol dari efek di pasar modal adalah kemudahan untuk mengalihkan efek-efek tersebut yaitu adanya likuiditas yang lebih baik dibandingkan dengan efek lainnya. Hal ini terutama karena adanya bursa efek sebagai tempat dimana efek tersebut dicatatkan dan transaksi jual beli atas efek tersebut umunya dilakukan. Tetapi kemudahan ini tidak begitu saja dapat terjadi karena beberapa efek tertentu kemudahan (likuiditas) tersebut hampir tidak ada. Masalah ini terutama disebabkan karena jumlah dari efek yang memang sangat sedikit sehingga meskipun membeli efek-efek tersebut secara ekonomis menguntungkan tetapi karena keterbatasan jumlahnya yang ada maka efek-efek tersebut jarang ditransaksikan.20

20

Ibid., hlm. 90.

(22)

Pemilik efek yang berkeinginan mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual beli efeknya akan berusaha melindungi efek tersebut mengingat bahwa efek yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sangat akan berisiko tinggi bila tidak ditangani secara hati-hati. Oleh sebab itu terdapat beberapa hal tentang pengurusan efek tersebut pihak pemegang efek dapat menunjuk pihak Kustodian untuk mewkili kepentingannya.

Salah satu penyelenggara kustodian yakni Bank kustodian yang memberikan jasa penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penulisan yuridis normatif, dimana metode yuridis normatif dipergunakan dalam penulisan ini untuk melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang terdapat dalam perdagangan efek di pasar modal Indonesia, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan sebagainya.

(23)

peraturan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan landasan hukum yang jelas dalam kegiatan pengalihan kepemilikan efek oleh bank kustodian melalui perdagangan efek yang terdapat dalam pasar modal di Indonesia.

Data penelitian ini di kumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tertier.21

Bahan Hukum Primer yakni bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri dari22

1. Norma atau kaidah Dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :

2. Peraturan dasar

a. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945

b. Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat 3. Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-Undang dan peraturan yang setaraf, b. Peraturan Pemerintah dan peraturan yang setaraf, c. Keputusan Presiden dan Peraturan yang setaraf, d. Keputusan Menteri dan Peraturan yang setaraf, e. Peraturan-Peraturan Daerah.

4. Bahan yang tidak dikodifikasikan 5. Yurisprudensi.

21

Sumaidi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 39.

22

(24)

Bahan Hukum sekunder, yakni berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti artikel-artikel, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, karya ilmiah dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Bahan Hukum Tersier, yaitu : Kamus, Ensklopedia, bahan dari Internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Penarikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun induktif, sehingga akan dapat merangkum jawaban terhadap permasalahan yang telah disusun.23

G. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai Akibat Hukum Pengalihan Kepemilikan Efek Terhadap Efek Yang Dititipkan Pada Bank Kustodian belum pernah dilakukan dalam topik dan pembahasan yang sama. Penelitian terhadap judul skripsi inijuga telah diperiksa oleh pihak perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah dikemukakan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti.

Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, serta terbuka sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

23

(25)

H. Sistematika Penulisan

Suatu karya ilmiah yang baik harus disusun secara sistematis guna mempermudah uraian pembahasan karya ilmiah yang bersangkutan. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain. Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan penelitian, manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, keaslian penulisan, yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan.

Bab II SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI PASAR MODAL

INDONESIA

Dalam bab ini dipaparkan mengenai perkembangan pasar modal di Indonesia yang mencakup pengertian dan pencatatan efek pada pasar modal indonesia, mekanime perdagangan efek di Indonesia baik secara script trading maupun scripless trading.

Bab III PENGATURAN TENTANG PENITIPAN EFEK DI

BANK KUSTODIAN

(26)

pihak-pihak yang dapat menjadi penyelenggara kegiatan kustodian, dan mengenai pengaturan tentang penitipan efek di bank kustodian.

Bab VI AKIBAT HUKUM PENGALIHAN KEPEMILIKAN

EFEK TERHADAP EFEK YANG DITITIPKAN PADA BANK KUSTODIAN

Dalam bab ini dipaparkan mengenai mekanisme penyelesaian transaksi efek, dan pelaporan transaksi efek, serta akibat hukum yang timbul akibat pengalihan kepemilikan efek terhadap efek yang dititipkan pada bank kustodian.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

BAB II

SISTEM PERDAGANGAN EFEK PASAR MODAL DI INDONESIA

A. Pasar Modal di Indonesia

Keberadaan pasar modal di Indonesia sudah lama dikenal, yaitu pada saat penjajahan Belanda. Hal ini terbukti dengan adanya bursa efek di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel pada 14 Desember 1912, walaupun tujuannya untuk menghimpun dana guna mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Pihak-pihak yang berperan pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan orang-orang Eropa, dan efek yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Adapun beberapa pembagian sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia yakni sebagai berikut24

1. Pra-pembentukan bursa hingga saat pendirian bursa, yaitu dari 1912 sampai 1925.

:

Periode ini ditandai dengan meningkatnya perkembangan ekonomi Indonesia yang pada umumnya dikuasai oleh Beanda dengan seperangkat kegiatan usahanya. Jika dilihat dari sejarahnya aka tahap ini tidak terlepas pula dari keterlibatan Pemerintahan Belanda dalam kegiatan ekonomi/usaha milik Belanda.

Dalam usaha mengembangkan perekonomian tersebut pemerintahan kolonial Belanda sejak awal abad ke-19 membangun perkembangan perkebunan

24

(28)

secara besar-besaran di Indonesia. Sumber dana untuk kegiatan tersebut adalah dari penabung yang dikerahkan sebaik-baiknya. Penabung terdiri dari orang-orang Belanda dan orang Eropa lainnya. Sebagai tindak lanjutnya dengan mencontoh keadaan di negeri Belanda, maka timbul pikiran untuk membuat pasar modal di Batavia/Jakarta. Sebagai tindak lanjut dari pengusaha Belanda mendirikan Vereniging voor de Effectenhandel di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan efek pada tanggal 14 Desember 1912 yang pada awalnya terdiri dari beberapa makelar seperti: Fa. Dunlop & Kolf, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monod & Co., Fa. Adree Witansi & Co., dan Fa. A. W Deeleman.

Efek yang diperjualbelikan di Pasar modal/bursa di Batavia (Jakarta) adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Di samping itu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda meliputi obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, propinsi dan/atau kotapraja. Di samping itu, juga diperdagangkan sertifikat saham perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek Belanda lainnya.

(29)

2. Periode 1926 sampai kemerdekaan.

Berdasarkan keberhasilan perdagangan efek di Batavia, Surabaya, dan Semarang tersebut, telah menimbulkan keinginan di kalangan perbankan Belanda untuk turut serta sebagai makelar. Pada tahun 1928 masuk tiga bank Belanda yang menjadi anggota bursa yaitu: N.H.M (Factory), Escempto dan N.H.B.

Pada Perang Dunia II kegiatan perdagangan efek di Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup karena keadaan suhu politik di Eropa menghangat terutama dengan memuncaknya kekuasaan Adolf Hitler, dan pada tanggal 10 Mei 1940 Bursa Efek Jakarta pun ikut ditutup.

Penutupan bursa efek di ketiga kota tersebut sangat mengganggu likuiditas efek menyulitkan pemilik Efek yang berakibat ditutupnya kantor-kantor makelar dan pelepasan pegawai. Demikian pula di masa perang kemerdekaan pengusaha dan perseroan Belanda masih kurang berminat untuk menananmkan likuiditas terpaksa mengirimkan efeknya ke luar negeri yang pada umumnya ke negara Belanda.

3. Periode Setelah Kemerdekaan

(30)

Pada tahun 1950an setelah Indonesia merdeka pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi pemerintah sehingga mendorong pemerintah untuk mengaktifkan kembali bursa efek di Indonesia yang ditetapkan dengan Undang-Undang Darurat Nomor 13 pada tanggal 1 September 1951, kemudian dijadikan Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor. 15 tahun 1952 tentang Bursa dan Kepentingan Menteri Keuangan Nomor 28973/UU Tanggal 1 November 1951.

4. Pasar dalam Keadaan Lumpuh (Dormant)

Perkembangan pasar modal yang cukup menggembirakan ternyata berakhir di luar jangkauan ekonomi, mulai terlihat klesuan dan kemunduran perdagangan di Bursa Efek Jakarta disebabkan oleh warga negara Belanda meninggalkan Indonesia akibat politik konfrontasi yang dilancarkan oleh Pemerintah Indonesia terhadap Belanda dan disusul dengan nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nasionalisasi Nomor 86 Tahun 1985 yang kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960 yaitu larangan untuk memperdagangkan efek di bursa efek di Indonesia dan semua efek dari perusahaan Belanda dan yang beroperasi di Indonesia. Di samping itu sebagian besar yang terdiri dari perseorangan dan perusahaan Belanda banyak meninggalkan Indonesia sebagai akibat tindakan nasionalisasi.

5. Periode Persiapan Pembentukan Pasar Modal yang Baru

(31)

rencana pembangunan lima tahun pertama. Pemerintah mulai mempersiapkan penyiapan pembentukan pasar modal yang baru yang diawali dengan usaha penyempurnaan Undang-Undang Perseroan/KUHD pada tahun 1968. Meskipun tujuan utamanya ketika itu adalah untuk memenuhi permintaan PMA dengan hak suara pemegang saham diatur dengan prinsip satu saham satu suara di samping tetap memperbolehkan prinsip pembatasan 6 suara.

Untuk menyikapi permasalahan tersebut pemerintah membentuk lembaga yang kemudian disebut Badan Pembina Pasar Uang dan Modal (BAPEPUM) pada tahun 1971 yang berhasil memberikan berbagai usulan persiapan pembentukan pasar modal yang baru.

6. Pembaruan Pasar Modal

Periode pembaharuan ini memberikan peluang kepada perusahaan-perusahaan untuk menjual sahamnya kepada masyarakat dan masyarakat diberi kesempatan untuk membeli saham-saham tersebut. Langkah ini merupakan pendahuluan dari penjelasan menuju terwujudnya keadilan sosial. Langkah ini bertujuan untuk melindungi masyarakat pembeli saham dan sekaligus memberikan jaminan bahwa uang yang ditanamkan oleh pembeli saham akan memperoleh keuntungan yang pantas.

(32)

7. Era Sosialisasi (1988-1996)

Pada era ini telah terjadi perubahan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan liberal akibat dari pengaruh globalisasi. Era keterbukaan (glasnost) sedang melanda dunia dan di era ini pula negara adi kuasa Uni Soviet bubar, dan negara-negara blok sosialis sati demi satu mulai meninggalkan paham lamanya yang cenderung komunis, tertutup dan sebagainya.

Masuknya pola liberalisasi di Indonesia ditandai dengan dikeluarkannya paket-paket deregulasi ekonomi. Adapun yang berpengaruh langsung untuk kehidupan suatu pasar modal adalah dengan dikeluarkannya Paket Deregulasi Ekonomi dan Moneter yaitu:25

a.Paket Desember 1987 yang dikenal dengan Pakdes. Isinya antara lain penghapusan persyaratan laba minimum 10% dari modal sendiri. Diperkenalkannya instrument baru pasar modal yaitu saham atas tunjuk. Dibukakannya bursa pararel sebagai arena perdagangan efek bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. Dihapuskannya ketentuan batas maksimum fluktuasi harga 4%.

b. Paket Oktober 1988 yang dikenal dengan Pakto. Lewat pakto ini pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang amat signifikan, berupa pengenaan pajak penghasilan atas bunga deposito berjangka, sertifikat deposito dan taabungan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian kredit bank keapada nasabah perorangan dan nasabah grup yaitu secara berturut-turut tidak melebihi 20% dan 50% dari modal

25

(33)

sendiri bank pemberi kredit. Penetapan syarat modal minimal untuk mendirikan bank umum swasta nasional, bank pembangunan swasta nasional dan bank campuran. Kebijakan ini juga memberi peluang kepada bank untuk memanfaatkan pasar modal untuk memperluas permodalannya.

c.Paket Desember 1988. melalui paket ini, pemerintah member kesempatan kepada swasta untuk mendirikan dan menyelenggarakan bursa diluar Jakarta. Dengan kebijakan ini dbuka peluang bagi investor di Indonesia bagian lain untuk memperdagangkan efeknya di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Paket ini memungkinkan pula perusahaan untuk mencatatkan saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dibursa (company listing). Dengan demikian, diharapkan bahwa saham perusahaan akan lebih marketable. Karena kebijaksanaan inilah pasar modal menjadi aktif untuk periode 1998 hungga sekarang.

8. Periode Kepastian Hukum (1996-sekarang)

(34)

Kustodian Depositori Efek Indonesaia (KDEI) dan tahun 1994 berdiri PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).26

Seiring dengan perkembangan kegiatan pasar modal, kegiatan di bursa juga semakin ramai dan kompleks. Dari data yang ada di Bursa Efek Jakarta diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat di BEJ meningkat pesat, dari 24 saham pada tahun 1988 menjadi lebih dari 200, dengan jumlah perusahaan pialang yang menjadi anggota BEJ tercatat 197 perusahaan. Dengan kenyataan tersebut, tentu saja system perdagangan manual yang dilakukan sejak tahun 1997 oleh BEJ tidak lagi efisien. Oleh karena itu perlu dipikirkan dengan jumlah yang besar dan layanan yang cepat, tepat, dan profesional. Akhirmya pada tahun 1995 tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkan satu system otomatis yang akan dapat memantau dengan segera pergerakan naik turunnya harga saham, serta dapat memantau segera pergerakan naik turunnya harga saham, serta informasi-informasi lain secara akurat dan cepat. System ini dikenal dengan nama JATS (Jakarta Automatic Trading System) atau system otomatis perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta. Dengan sistem baru ini para pialang dan juga investor dapat memonitor aktivitas perdagangan yang terjadi dibursa, disamping itu pelaksanaan order jual atau beli juga dapat berjalan lebih adil dan transparan.27

Setelah dikeluarkan Undang-Undang Pasar Modal yakni Nomor 8 tahun 1995 dimana diatur pada undang-undang ini bahwa BAPEPAM diberi wewenang selaku pengawas pasar modal yang memiliki otoritas untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan yang sebelumnya belum ada. Pada tahun 2011

26

Panji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), hlm. 32.

27

(35)

pemrtintah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang secara resmi menggantikan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebagai lembaga pengawasan pasar modal Indonesia.

Hampir seratus lima puluh tahun sejak diundangkannya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) di Indonesia oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada dasarnya pengertian efek tidak pernah berubah. Efek selama masa tersebut hanya diartikan sebagai saham dan surat-surat berharga seperti saham, obligasi dan lain-lain. Tetapi sejak diaktifkannya kembali Pasar Modal di Indonesia yaitu dengan didirikannya Bursa Efek Jakarta, istilah efek (di Pasar Modal) kemudian menjadi diperluas sehingga tidak hanya mencakup saham, obligasi dan surat-surat berharga saja. Istilah efek bahkan menjadi istilah yang makin rumit karena munculnya efek-efek lain yang merupakan derivatif (turunan) dari efek-efek yang pertama tersebut. Begitu rumitnya pengertian efek sehingga saat ini dapat dikatakan dalam peraturan-peraturan mengenai instrumen (efek) tersebut telah terjadi semacam pembagian kerja, dan akhirnya juga pembagian dalam penggunaan istilah ini dimana efek menjadi istilah milik pasar modal, sedangkan untuk pasar uang telah digunakan istilah surat berharga.28

Pengertian efek ini juga menjadi sangat penting karena Undang-undang Pasar Modal dengan tegas mengecualikan beberapa instrumen atau efek/surat berharga, yang karena sifatnya maka emiten atau perusahaan yang menerbitkannya tidak diwajibkan untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran.

28

(36)

Instrumen-instrumen yang dikecualikan tersebut sebagian memang merupakan efek tetapi karena mempunyai sifat tertentu seperti masa berlakunya yang kurang dari satu tahun, diperdagangkan dipasar uang, atau karena penerbitannya merupakan usaha dari lembaga tersebut (misalnya sertifikat deposito atau polis asuransi), atau merupakan penerbitan efek yang dilakukan secara langsung atau dijamin oleh Pemerintah Republik Indonesia. Efek yang diterbitkan dan dijamin oleh Pemerintah Republik Indonesia ini misalnya obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai setoran modal atas bank-bank yang masuk dalam program rekapitalisasi. Atau obligasi lain berbentuk surat utang negara yang belakangan ini mulai sering dikeluarkan pemerintah dalam rangka pembiayaan kegiatan negara dan pembangunan. Efek-efek yang dikecualikan ini pada umumnya diperdagangkan di pasar uang dan pengaturannya dilakukan oleh otoritas moneter yaitu menteri keuangan atau bank sentral (Bank Indonesia).29

Arti efek menurut UUPM Pasal 1 ayat 5 adalah30

Pengertian efek ini mencakup efek dalam arti luas. Sedangkan Prof. Limperg memberikan definisi menurut pemegangnya, yaitu:

:

”Surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti uang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek.”

31

1. Hak pemilik atas sebagian kekayaan/permodalan perusahaan. 2. Hak untuk menerima bagian laba perusahaan.

3. Hak dalam bagian utang jangka panjang

29

Ibid.,

30

Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

31

(37)

Sebagaimana dikemukakan diatas pengertian efek merupakan sebuah pengertian yang luas. Efek merupakan instrumen yang tidak hanya diperdagangkan di pasar modal tetapi juga di pasar uang.32 Pasar uang (money market) di Indonesia masih relatif baru jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Namun, dalam perkembangan dunia sekarang ini, pasar uang di Indonesia juga ikut berkembang walaupun tidak semarak perkembangan pasar modal (capital market). Para peserta dalam pasar uang adalah bank atau lembaga-lembaga keuangan yang memerlukan dana jangka pendek dan biasanya pembelian surat-surat berharga pasar uang hanya didasarkan kepada kepercayaan semata, hal ini disebabkan surat-surat berharga pasar uang biasanya tanpa jaminan tertentu.33

Dua instrumen penting dalam pasar uang di Indonesia adalah sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Dua instrumen ini digunakan dalam rangka operasi pasar. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan perdagangan SBI, instrumen tersebut dirumuskan sebagai surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.34

Instrumen Bank Indonesia lainnya yaitu SPBU sekarang ini tidak dikenal lagi. Dalam surat keputusannya No. 21/53/Kep/Dir, Direktur Bank Indonesia mendefenisikan SPBU ini sebagai surat berharga jangka pendek dalam Rupiah yang dapat diperjualbelikan di pasar uang. Pengaturan selanjutnya atas SPBU ini

32

Hamud M Balfas , op. cit. hlm 83

33

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 208.

34

(38)

dilakukan dalam Surat Edaran Bank Indonesia nomor 21/31/UPC dimana warkatnya Bank Indonesia membedakan SPBU ini, yang terdiri dari35

1. Surat Sanggup (aksep/pomes) yang dapat berupa:

:

a. Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka peneriman kredit dari bank atau LKBB untuk membiayai kegiatan tertentu.

b. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank atau LKBB dalam rangka pinjaman antar bank

Surat sanggup/ orderbriefje atau accept adalah surat berharga yang memuat kata “aksep atau promes atau surat sanggup” dimana penerbit menyanggupi untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang disebut dalam surat sanggup itu atau penggantinya atau pembawanya pada hari bayar.36

2. Surat wesel yang dapat berupa:

a. Surat wesel yang diatik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak dalam rangka transaksi tertentu. Penarik atau tertarik adalah nasabah bank atau LKBB.

b. Surat wesel yang ditarik oleh nasabah bank atau LKBB dan diaksep oleh Bank atau LKBB dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.

3. Surat-surat berharga lainnya yang akan ditetapkan kemudian.

Selain kedua surat berharga diatas (SBI atau SPBU) di pasar uang juga dikenal surat berharga lainnya yaitu surat berharga komersial (commersial

35

Ibid., hlm. 85

36

(39)

paper) atau dikenal dengan singkatan CP. Surat keputusan direksi Bank Indonesia yang mengatur mengenai surat berharga komersial (commersial paper) ini mendefenisikan CP sebagai surat sanggup tanpa jaminan yang ditterbitkan oleh perusahaan bukan bank dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. Menurut keputusan direksi BI tersebut, CP ini berciri-ciri merupakan surat berharga yang berjangka waktu paliing lama 270 hari; diterbitkan oleh perusahaan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia; telah memperoleh peringkat. Selain SBI, SPBU, dan CP diatas ada juga surat berharga lainnya yaitu yang diterbitkan di pasar uang seperti Medium Term Notes, Floating Rates Notes, Surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang. Selain itu dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 24/2002 tentang Surat Utang Negara selain diperkenalkannya obligasi negara Undang-undang ini juga memperkenalkan instrumen pasar uang bernama Surat Perbendaharaan Negara, yang seperti juga surat berharga pasar uang lainnya, mempunyai jangka waktu tidak lebih lama dari dua belas bulan.

(40)

tahun sedangkan efek pasar modal mempunyai usia yang lebih panjang bahkan tidak terbatas.37

Pasar modal Indonesia memperdagangkan efek dalam wujud instrumen modal dan utang, instrumen derivatif seperti surat pengganti atau bukti sementara dari efek, bukti keuntungan dan surat jaminan, hak-hak untuk memesan dan membeli saham atau obligasi, warrant, dan option.38

Instrumen pasar modal dapat dibedakan atas surat berharga yang bersifat utang (bonds atau obligasi) dan surat berharga yang bersifat kepemilikan (saham atau equity). Obligasi merupakan bukti pengakuan berutang dari perusahaan, sedangkan saham merupakan bukti penyertaan modal dalam perusahaan. Di bursa di seluruh dunia, kedua efek tersebut yang paling banyak diperdagangkan. Demikian pula halnya dengan bursa efek di Indonesia. Khususnya di bursa efek Indonesia ada surat berharga yang dinamakan sebagai sekuritas kredit, yang tiada lain adalah bukti pengakuan utang jangka pendek (kurang dari 3 tahun).39

B. Pelaku-Pelaku di Pasar Modal

Dalam praktiknya, saham maupun obligasi dapat diperbanyak ragamnya. Artinya, saham dan obligasi di derivasikan dalam beberapa jenis yang penggolongannya dapat ditentukan menurut kriteria yang melekat pada masing-masing saham dan obligasi itu sendiri.

Pihak-pihak yang berperan dalam pasar modal Indonesia diberikan kewenangan oleh UUPM. Segala hal yang berkaitan dengan regulasi, penerapan

37

Ibid., hlm. 87 38

M.Irsan Nasarudin, Indra Surya, op. cit. hlm 182

39

(41)

peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum berdasarkan UUPM berada ditangan Bapepam-LK (Badan Pengawas Pasar Modal), akan tetapi setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK) maka kewenangan Bapepam menjadi kewenangan Otoritas Jasa Keuangan. Pelaksana perdagangan efek merupakan otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT. Bursa Efek Surabaya (BES). Bursa efek memiliki otoritas membuat aturan main dan berhak melakukan tindakan tertentu sesuai dengan peraturan, seperti melakukan penghentian perdagangan saham perusahaan tertentu.

Adapun pihak-pihak yang berperan sebagai pelaku dalam kegiatan pasar modal di Indonesia antara lain

1. Emiten

Emiten merupakan sebutan bagi perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi (bond) dan pembelinya adalah masyarakat umum. Emiten yang menerbitkan saham menjual saham melalui penawaran umum baik penawaran umum perdana (initial public offering, IPO) kepada investor publik, penawaran kepada pemegang saham yang ada (right issue), maupun penawaran saham berikutnya (seasoend equity offering). Emiten yang menerbitkan obligasi menjual obligasi melalui penawaran umum baik IPO maupun penawaran obligasi berikutnya.

2. Self Regulatory Organizations (SRO)

(42)

usahanya. Saat ini SRO terdiri dari tiga pihak, yaitu bursa efek (BEJ dan BES), Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP).

a. Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar, dan efisien. Pada tahun 2006, lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LKP oleh Bapepam adakah hanya satu, yaitu PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).

b. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP). Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain. Pada tahun 2006, lembaga yang telah memperoleh izin usaha sebagai LPP oleh Bapepam adakah hanya satu, yaitu PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

c. Bursa Efek

UUPM mendefinisikan bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka. Bursa efek dapat membentuk aliansi dengan bursa lain untuk meningkatkan efisiensi dan likuiditasnya.

(43)

Perusahaan efek (securities companies) adalah perusahaan yang memiliki satu atau gabungan tiga kegiatan berikut:

a. Penjamin emisi efek.

Penjamin emisi efek (underwriter) adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kontrak dengan emiten untuk melaksanakan penawaran umum dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual (full commitment and non full commitment).

b. Perantara pedagang efek (broker dealer) atau perusahaan pialang. Perantara pedagang efek (broker dealer) atau perusahaan pialang adalah salah satu aktifitas pada perusahaan efek yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. c. Manajer investasi.

Manajar investasi (investment manager), adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah.

4. Lembaga Penunjang Pasar Modal

a. Biro Administrasi Efek (Securities Administration Bureau)

Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek.

b. Kustodian (Custodian)

(44)

dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya

c. Wali Amanat (Trustee)

Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang.

d. Penasihat Investasi (Investment Advisor)

Penasehat investasi adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek.

e. Pemeringkat Efek (Rating Agencies)

Perusahaan pemeringkat efek merupakan lembaga yang dapat menjembatani kesenjangan informasi antara emiten dan investor dengan menyediakan informasi standar atas tingkat risiko kredit suatu perusahaan. Saat ini terdapat 2 perusahaan pemeringkat efek, yaitu PT PEFINDO atau PT Kasnic Credit Rating Indonesia

5. Profesi Penunjang Pasar Modal

a. Akuntan publik

(45)

Akuntan publik dalam hal ini berperan menyampaikan laporan sebagai suatu dokumen dari seorang akuntan publik yang bebas dan telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan.40

b. Notaris

Notaris berperan ketika emiten, perusahaan sekuritas, dan pihak-pihak lainnya menyusun anggaran dasar dan kontrak-kontrak kegiatan

c. Konsultan hukum

Konsultan hukum membantu dalam melakukan kegiatannya agar sesuai dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku dan aspek hukum lainnya

d. Perusahaan penilai

Penilai berperan dalam penentuan nilai wajar atas suatu aktiva perusahaan dalam proses emisi.

Penilai yang dimaksud disini ialah pihak yang memberikan penilaian atas asset perusahaan yang melakukan penawaran umum. Penilai juga harus terlebih dahulu terdaftar di Bapepam sebelum melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal.41

6. Investor

Investor merupakan pelaku investasi dalam pasar modal, dimana investasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapt digunakan untuk

40

Sumantoro, aspek-aspek hukum dan potensi pasar modal di Indonesia, (Jakarta: Ghlmia Indonesia, 1987) hlm.183.

41

(46)

melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil(keuntungan).42

a. investor perseorangan (individual investor)

Peran investor di Pasar Modal sangat penting. Investorlah pelaku utama di bursa. Maju mundurnya suatu pasar modal sangat tergantung pada besar kecilnya investor. Tanpa investor, tak akan ada pasar modal.

Investor atau sering juga disebut pemodal adalah pihak yang menginvestasikan dana pada sekuritas.

Investor dapat dibedakan ke dalam:

b. investor institusi (institutional investor).

Investor juga dapat dibedakan berdasarkan asal negaranya, yaitu: a. Investor Indonesia (domestik/lokal).

b. Investor asing.

C. Mekanisme Perdagangan Efek di Indonesia

Secara umum, dikenal ada dua mekanisme perdagangan efek di pasar modal yaitu sebagai berikut:

1. Sistem perdagangan dengan warkat (script trading/paper trading)

Kegiatan perdagangan efek secara manual yakni dengan menggunakan medium kertas atau surat secara fisik baik berupa saham maupun alat bayarnya adalah suatu sistem perdagangan yang sejak lama telah dikenal dinegara-negara yang menyelenggarakan kegiatan pasar modal di seluruh dunia dan umumnya digunakan dinegara-negara berkembang. Penyelesian fisik dalam hal ini adalah

42

(47)

penyelesaian Transaksi Bursa yang dilakukan langsung oleh setiap Perantara Pedagang Efek yang melakukan transaksi, berdasarkan serah terima fisik warkat Efek.

Beberapa pengaturan atau sumber hukum yang mengatur perdagangan efek dengan warkat yakni terdapat dalam Pasal 56 Undang-Undang No.40/2007 yang menyatakan bahwa pemindahan hak atas saham dilakukan dengan Akta Pemindahan Hak (baik berupa akta yang dibuat di hadapan Notaris maupun akta di bawah tangan) yang asli atau salinannya tersebut disampaikan secara tertulis kepada Perseroan. Pasal 51 Undang-Undang No.40/2007 yang menyatakan bahwa pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 86/KMK.01/1987 tentang Perdagangan Efek di Bursa yang mulai berlaku pada tanggal 23 Desember 1987 khususnya Pasal 11 Ayat (1) menyatakan bahwa transaksi yang telah terjadi di Bursa Efek dibuktikan dengan Nota Transaksi dan/atau Akta Pemindahan Hak yang ditandatangani oleh penjual dan pembeli atau kuasanya. Pasal 55 Undang-Undang No.8/1995 yang menyatakan bahwa penyelesaian Transaksi Bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Proses transaksi perdagangan saham dalam sistem ini adalah43

a. Investor yang ingin membeli atau menjual sahamnya harus menghubungi salah satu Perantara Pedagang Efek atau yang dikenal dengan nama

:

43

Erwin A.Koetin, Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek Di Indonesia: Financial

(48)

Pialang Saham (Broker) anggota bursa untuk mengisi Formulir Pemesanan yang memuat antara lain :

1. Data identitas pemesan;

2. Nama saham yang akan dibeli atau dijual; 3. Jumlah saham yang akan dibeli atau dijual; 4. Limit harga;

5. Batas waktu pemesanan.

b. Setelah itu nasabah atau investor yang akan membeli saham tersebut harus menyetorkan sejumlah uang pembelian dan nasabah penjual harus membawa dan menyerahkan surat sahamnya kepada Pialangnya masing-masing.

c. Pemesanan tersebut akan dicatat dalam Buku Transaksi Bursa, dan setiap hari perdagangan, kuasa anggota bursapenjual menerima, memeriksa, dan menandatangani Daftar Transaksi Efek.

d. Kemudian Daftar Transaksi Efek tersebut akan dikirimkan kepada Lembaga Kliring Dan Penjaminan, yang dalam hal ini adalah PT. Kliring penjamin Efek Indonesia (KPEI) sebagai lembaga kliring dan penjaminan untuk menerangkan bahwa telah tejadi transaksi dan pengalihan hak atas kepemilikan suatu saham tertentu.

e. Penyerahan fisik suatu saham dilakukan di Lembaga Kliring Dan penjaminan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

1. Dengan endorsemen;

(49)

2. Sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading)

Sistem perdagangan tanpa warkat merupakan suatu mekanisme perdagangan efek di pasar modal, dimana tidak didapati lagi perdagangan efek yang beredar dari tangan ke tangan atau dalam bentuk fisik melainkan melalui sistem elektronik. Sehingga sistem perdagangan ini memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpanan efek secara elektronik.

Adapun pada scripless trading, peralihan hak atas efek dilakukan dengan jalan pemindahbukuan antar rekening efek. Maksud dari pemindahbukuan adalah pemenuhan hak dan kewajiban yang timbul sebagai akibat adanya transaksi bursa yang dilaksanakan dengan cara mengurangi efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek dimaksud pada rekening efek pada kustodian yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.44

Agar dapat dilakukan pemindahbukuan secara elektronik, maka efek-efek yang diterbitkan oleh emiten dan efek yang dimiliki oleh investor yang dalam hal ini diwakili oleh perantara pedagang efek harus dititipkan pada penitipan kolektif KSEI sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian dengan cara membuka rekening efek. Pengertian rekening efek itu sendiri berdasarkan Peraturan KSEI tentang Jasa Kustodian Sentral adalah rekening yang memuat catatan mengenai posisi efek dan atau dana milik pemegang rekening termasuk milik nasabah yang dicatat di KSEI.45

Sistem elektronik yang digunakan PT KSEI untuk menyimpan efek-efek yang sudah dikonversi dalam bentuk data elektronik adalah The central depository

44

Penjelasan pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal.

45

(50)

and book entry settlement system (C-best). C-best merupakan suatu sistem komputer yang dirancang untuk menggantikan sistem penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek yang sebelumnya dilakukan secara manual. Sesuai dengan peran KSEI sebagai LPP, maka fungsi utama dari C-best adalah memberikan jasa penyimpanan catatan kepemilikan dan pemindahbukuan kepemilikan efek dan dana.46

1. Perusahaan efek.

Efek-efek yang tersimpan dalam C-best di PT KSEI dicatatkan dalam rekening efek atas nama pemegang rekening atau Partisipan PT KSEI yang terdiri dari:

Perusahaan efek yang dimaksudkan disini adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha sebagai perantara pedagang efek (PPE), sebagai pihak yang mewakili investor dalam melakukan kegiatan jual beli efek.

2. Bank Kustodian

Yang dapat melakukan kegiaatan usaha sebagai bank kustodian adalah bank umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam.

Kelebihan penerapan sistem Scripless trading ini yaitu 47 1. Tingkat keamanan transaksi lebih tinggi;

:

2. Penyelesaian transaksi lebih cepat (menjamin kepastian penyelesaian transaksi), yaitu penjual akan mendapatkan dananya dan pembeli akan mendapatkan sahamnya pada hari yang telah ditentukan, sehingga

46

Benny Haryanto, “Peran PT KSEI dalam Transaksi di Pasar Modal,” (Makalah disampaikan pada Lokakarya Masalah-Masalah Aktual Pasar Modal, Jakarta, 24-26 November 2004), Hlm. 105.

47

(51)

kemungkinan gagal serah dan bayar tidak terjadi lagi karena ada penjamin yang menjamin penyelesaian transaksi.

3. Likuiditas pasar akan meningkat;

4. Lebih efisien karena tidak perlu meregistrasi efek yang ditransaksikan, karena kepemilikan atas efek secara otomatis akan berpindah kepada pihak pembeli, termasuk distribusi efek atau dana hasil corporate action.

5. Porsi asing dan pemegang saham lebih transparan; 6. Lot perdagangan saham lebih fleksibel;

7. Memperbaiki efisiensi back-up office service dan kualitas jasa pelayanan dalam proses penyelesaian transaksi;

8. Mengurangi resiko saham hilang, rusak, ataupun palsu.

9. Emiten tidak perlu mengeluarkan dana untuk mencetak blangko saham, namun hanya perlu membayar ke KSEI saja.

Kekurangan Scripless trading yaitu antara lain48

1. Besarnya kemungkinan terjadinya kejahatan di Pasar Modal melalui media komputer dalam alur sistem perdagangan. Misalnya dengan menerobos C-BEST dan melakukan pengubahan dan penghapusan terhadap data Efek yang tersimpan di dalamnya.

:

2. Besarnya biaya konversi Efek yang harus ditanggung oleh Emiten di awal penerapan sistem Scripless trading ini.

Perdagangan Efek dengan Scripless trading merupakan tata cara perdagangan Efek tanpa adanya fisik Efek berupa sertifikat saham, sertifikasi

48

(52)

obligasi, dan lainnya; serta perdagangan saham dilakukan secara elektronik yang ditindaklanjuti dengan penyelesaian transaksi secara pemindahbukuan (book entry settlement) yaitu perpindahan efek maupun dana hanya melalui mekanisme debit kredit atas suatu rekening efek (securities account) yang tanda bukti kepemilikian efeknya tidak akan lagi berbentuk fisik sertifikat efek, tetapi diwujudkan dalam rekening pada KSEI.49

Tantangan global yakni persaingan pasar modal yang mendorong Indonesia memberlakukan Scripless trading dimana pasar modal Indonesia harus mampu mengikuti perkembangan yang berlaku di dunia Internasional. Dengan demikian harapan agar investor semakin bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas pasar.

Pengalihan saham akan terjadi pada saat pertemuan antara transaksi jual dan transaksi beli (match order). Dalam hal ini, match order dapat dianalogikan sebagai kesepakatan mengenai jumlah dan jenis saham, harga, serta tanggal penyelesaian transaksi bursa. Pengalihan saham dengan sistem Sripless Trading hanya berupa pemindahbukuan kode-kode yang melambangkan saham sesuai dengan ISIN CODIFICATION SYSTEM.

Pelaksanaan Sripless Trading secara resmi dimulai di bursa pada tanggal 11 Juli 2000, sebagai pengganti atau pembaharuan atas sistem perdagangan efek sebelumnya yang menggunakan sertifikat efek pada setiap transaksinya. PT. Multipolar, PT. Sari Husada dan PT. Dankos Laboratories merupakan perusahaan yang pertama memulai sistem perdagangan tanpa warkat.

49

(53)

Dalam sistem Scripless trading, maka transaksi saham adalah sah terjadi pada saat match order. Pengalihan kepemilikan saham tersebut dilakukan dengan melakukan pemindahbukuan saham dari rekening Efek anggota bursa selaku Penjual kepada rekening efek anggota bursa pembeli melalui suatu jaringan komputer (electronic book entry settlement) tanpa diikuti dengan penyerahan efek secara fisik (paperless transaction) yang tanda bukti kepemilikan Efek nya tidak lagi akan berbentuk fisik sertifikat Efek, tetapi diwujudkan dalam rekening Efek pada KSEI. Keadaan ini berbeda dengan prinsip jual beli saham menurut KUHPer yang masih menganut prinsip penyerahan secara nyata sehingga harus ada saham dalam bentuk riil yang dialihkan.50

Dalam kaitannya dengan pemberlakuan sistem Scripless trading terdapat beberapa sistem pendukung perdagangan di Bursa Efek Indonesia, yaitu antara lain51

1. Central Depository And Book Entry Settlement (C-BEST) :

Merupakan milik PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang bertujuan sebagai sarana penitipan kolektif tertinggi di Bursa Efek Indonesia yang anggotanya adalah Bank Kustodian, perusahaan Efek. Selain itu, C-BEST juga bertujuan sebagai scripless settlement.

Dengan beroperasinya C-BEST, sistem perdagangan tanpa warkat akan menggunakan aturan main baru, yaitu penyelesaian transaksi serah terima saham dan dana pada T+3.52

50 Ibid.

51

Ibid.,hlm.168

52

(54)

2. Electronic Clearing And Guarantee System (e-CLEAR)

Merupakan milik PT. Kliring penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang digunakan dalam menjalankan fungsi kliring dan penjaminan transaksi sesuai dengan namanya, oleh karena itu yang menjadi bukti kepemilikan atas saham bagi pemilik Efek adalah rekening Efek yang berbentuk seperti buku tabungan pada Bank Umum dan proses peralihan hak atas saham dilakukan dengan cara pemindahbukuan dengan adanya sistem Scripless trading ini sistem mutasi efek yang digunakan hampir sama dengan sistem mutasi rekening pada Bank umum, yaitu dimana pihak pembeli akan menerima Efek dan pihak penjual akan menerima pembayaran yang telah ditentukan tanpa serah terima Efek dan uang dalam bentuk nyata, melainkan hanya penambahan (mendebet) dan/atau pengurangan rekening Efek para investor di LPP (KSEI) sesuai dengan transaksi di bursa secara elektronik.

3. Jakarta Automated Trading System (JATS)

Adalah sistem perdagangan Efek yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara otomasi dengan menggunakan sarana komputer. JATS secara resmi dimulai diaktifkan di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Oktober 1995 sebagai langkah persiapan diberlakukannya Scripless trading53

Tujuan diterapkannya sistem perdagangan tanpa warkat (Scripless trading) ini adalah untuk

.

54

53

“Pemanfaatan Teknologi Informasi Di Pasar Modal Sejauh manakah Implementasinya?,” <http://www.e-finance.com>.

54

Dhyah Madya Ruth S.N., Pelaksanaan Gadai Saham pada Perusahaan Publik pa

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Peserta Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Berkelanjutan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional, Kerjasama HITI Komda Aceh, Fakultas Pertanian Universitas

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh terapi humor terhadap kadar gula darah acak pada penderita diabetes mellitus tipe II di Desa Banjardowo

Perusahaan Daerah ini telah memulai operasionalnya sejak tanggal 19 Januari 2002 seiring dengan serah terima asset dari PDAM Maluku Tenggara ke

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan sebagai respon atas pembangunan atau tekanan iklim, REDD+ dapat menyebabkan situasi di mana masyarakat tidak dapat bergantung pada aset-

Untuk perilaku siswa yang sebelumnya ha- nya 2,69, pada Siklus II mencapai 3,53 de- ngan kategori baik.Pada saat berdiskusi, siswa lebih terkontrol dan teratur

Pengukuran kinerja dari aspek keuangan mudah di manipulasi sesuai dengan kepentingan manajemen sehingga hasil pengukuran kinerja tradisional semacam ini kurang

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk untuk meningkatkan kemampuan guru merencanakan pembelajaran matematika pada penjumlahan tanpa

Untuk itu diasumsikan bahwa zat warna kulit buah manggis dapat diisolasi untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pewarna alami, seperti penelitian yang dilakukan