• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Moch Bachruddin

201110230311146

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Oleh:

Moch Bachruddin

201110230311146

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh

Big Five Personality

Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada

Mahasiswa

1.

Nama Peneliti

: Moch. Bachruddin

2.

NIM

: 201110230311146.

3.

Fakultas

: Psikologi.

4.

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang.

5.

Waktu Penelitian : 5Maret 2015

18Maret 2015.

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal

Dewan Penguji :

Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si

(

)

Anggota Penguji

: 1. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si

(

)

2. SitiMaimunah, S.Psi, M.M, M.A

(

)

3. YuniNurhamida, S.Psi, M.Si

(

)

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si

Malang,

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: Moch Bachruddin

NIM

: 201110230311146

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Pengaruh

Big Five Personality

Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada Mahasiswa

1.

Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam

bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2.

Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan

hak bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

Mengetahui

Malang, 13April 2015

Ketua Program Studi

Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah

serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh

Big Five Personality

Terhadap Sikap Tentang Korupsi Pada

Mahasiswa

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di

Universitas Muhammadiyah Malang.

Terselesaikannya skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan

,

bimbingan dan

petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1.

Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang serta selaku dosen pembimbing I yang telah

meluangkan waktu serta kesabaran untuk memberikan arahan serta motivasi,

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

2.

Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan

banyak waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan. Sehingga skripsi ini

bisa selesai dengan baik.

3.

Yudi SuharsonoS. Psi. M. Si selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi,

arahan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

4.

Kepada seluruh bagian Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tersendiri sejak awal sampai

selesainya skripsi ini.

5.

Kepada keluarga, Ibu Titik Sujatmawati, Ayah Abdullah, kakak dan adek yang

selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga membuat penulis

selalu mempunyai motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

6.

Teman, ibu, kakak, bapak di Pusat Layanan Psikologi yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan kepada penulis.

7.

Terima

kasih

buat

Geraldien

Putri

Ash-Shidiqa&RestuAsih,

yang

menjadipenasehatumumdanmemberikanmotivasitersendiribagipenulis.

8.

Kawan

kawan Psikologi C’11 yang selalu mewarnai hari

-hari penulis,

teman-teman lainnya yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi,

try out

serta proses turun lapang. Sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan

tepat waktu.

9.

Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga

kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Malang, 13 April

2015

Penulis,

(6)

iv

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar isi ... iv

Daftar tabel ... v

Daftar lampiran ... vi

Identitas ... 1

Intisari ... 1

Kata Kunci / Keywords ... 1

Pendahuluan ... 2

Landasan Teori ... 5

Metode Penelitian ... 10

Hasil Penelitian ... 14

Diskusi ... 15

Simpulan dan Implikasi ... 17

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

UjiValiditasSkalaKorupsi ... 11

Tabel 2.

RangkumanReliabilitasSkalaKorupsi ... 12

Tabel 3.

Indeksvaliditas ... 12

Tabel 4.

IndeksReliabilitas ... 12

Tabel 5.

Pengaruh

Openess to experience

TerhadapSikapTentangKorupsi ... 13

Tabel 6.

Pengaruh

Extraversion

terhadapsikaptentangkorupsi ... 14

Tabel 7.

Pengaruh

Agreeablenesss

TerhadapSikapTentangKorupsi ... 14

Tabel 8.

Pengaruh

Concientiousness

TerhadapSikapTentangKorupsi . ... 14

(8)

vi

Daftar Lampiran

Lampiran 1.

Blue Print

Sikap Korupsi Untuk

Try Out

... 21

Lampiran 2.

Skala Untuk

Try Out

... 23

Lampiran 3.

Data Kasar Skala Sikap Korupsi (

Try Out

) ... 27

Lampiran 4.

Hasil Validitas Dan Reliabilitas Sikap Korupsi (

Try Out

) ... 31

Lampiran 5.

Instrumen Penelitian ... 35

Lampiran 6.

Data Kasar Skala Sikap Korupsi ... 40

Lampiran 7.

Data Kasar Skala

Big Five Personality

... 53

Lampiran 8.

Hasil Analisa Data ... 67

(9)

PENGARUH

BIG FIVE PERSONALITY

TERHADAP SIKAP TENTANG

KORUPSI PADA MAHASISWA

Moch. Bachruddin

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Mochammadbachrudin13@gmail.com

Sikap korupsi dalam individu disebabkan banyak faktor, salah satunya

adalah kepribadian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tipe

kepribadian

big five personality

terhadap sikap korupsi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif, jumlah subjek yang dilibatkan adalah

340 mahasiswa yang diambil menggunakan metode

accidental sampling

.

Skala yang digunakan adalah skala

big five personality

berjumlah 41 item

dan skala sikap korupsi sejumlah 49 item. Teknik analisis data yang

digunakan adalah

multiple regresi

. Hasil penelitian menunjukkan diantara

lima dimensi

big five personality

hanya satu yang menunjukkan korelasi

positif dengan sikap tentang korupsi yaitu

neuroticism

, sementara untuk

openes to experience, extraversion, concientiousness, agreeableness

menunjukkan korelasi negatif dengan sikap tentang korupsi. Selain itu

diantara lima dimensi

big five personality

yang memiliki pengaruh terkuat

adalah

agreeableness

dan

concientiousness.

Kata Kunci

: Sikap, Korupsi,

Big Five Personality

Attitude toward corruption in the individual due to many factors , one of

which is personality . The purpose of this study was to determine the

influence of big five personality personality type attitude towards corruption.

This study uses a quantitative approach , totale subject 340 students were

taken using accidental sampling method . The scale used is the scale of big

five personality totaling 41 items and scale corruption attitude some 49

items. Data analysis technique used is multiple regression . The results

showed between five big five personality dimensions only one that showed a

positive correlation with attitudes about corruption that neuroticism , while

for openes to experience , extraversion , concientiousness , agreeableness

showed a negative correlation with attitudes about corruption . Besides the

big five among the five dimensions of personality that have the strongest

influence is agreeableness and concientiousness .

(10)

Perilaku korupsi hal yang biasa saat ini. Banyaknya individu yang melakukan korupsi,

menurut data yang dilansir

viva

(2013), menjadikan Indonesia menjadi negara terkorup

peringkat 127 dengan derajat nilai persepsi korupsi sebanyak 28%. Contoh kasus yang

menjerat menteri agama terjadi karena beliau dianggap memanfaatkan biaya perjalanan

haji, pengadaan pemondokan, transportasi, catering, serta pemberangkatan haji pejabat

dan sejumlah tokoh dengan menggunakan dana masyarakat (Jawa Pos 23 Mei 2014).

Berdasarkan data yang dirilis Indonesia Corruption Watch (ICW), jumlah kasus korupsi

cenderung menurun dalam rentang tahun 2010-2012, namun kembali meningkat pada

tahun 2013-2014. Pada tahun 2010 jumlah kasus korupsi yang disidik kejaksaan,

kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencapai 448 kasus. Pada 2011,

jumlahnya menurun mencapai 436 kasus dan menurun lagi pada 2012 menjadi 402

kasus. Namun pada 2013, jumlahnya naik signifikan menjadi 560 kasus. Pada 2014,

jumlah kasus korupsi diperkirakan akan meningkat lagi peningkatan pada semester 1-

2014 jumlahnya sudah mencapai 308 kasus. Korupsi marak lagi disebabkan beberapa

faktor menurut ICW, hukuman terhadap koruptor tidak menciptakan efek jera dan

gentar, menurut riset ICW, sebagian besar koruptor hanya dihukum 2 tahun oleh

pengadilan. Setelah dikurangi remisi dan pengurangan masa tahanan lain, koruptor

hanya menjalani hukuman penjara yang singkat, kurangnya upaya pemiskinan koruptor

melalui penerapan pasal pencucian uang. Pasal pencucian uang yang bisa memiskinkan

koruptor memang semakin sering digunakan KPK. Namun, kejaksaan dan kepolisian

masih sangat kurang menggunakan pasal ini dalam kasus korupsi. Kurangnya

pencegahan melalui perbaikan sistem birokrasi yang menyebabkan selalu ada

kesempatan untuk korupsi. Solusinya adalah lembaga peradilan harus mampu

memberikan hukuman yang menciptakan efek jera pada para koruptor. (Kompas 18

Agustus 2014).

Dalam survei integritas anak muda 2012 didapatkan hasil hampir tiga puluh persen anak

muda menganggap bahwa kesediaan untuk melakukan pelanggaran hukum ketika hal

tersebut merupakan bentuk solidaritas dan dukungan bagi keluarga dan teman-teman,

tetap merupakan ciri orang yang berintegritas. Permisivitas ini menguat dengan adanya

temuan bahwa separuh dari anak muda (50%) maupun orang dewasa (51%)

menganggap bahwa berbohong atau berbuat curang tetap merupakan sikap yang

berintegritas ketika tindakan tersebut dilakukan dalam situasi yang sulit bagi dirinya

atau keluarganya. Secara umum, baik anak muda maupun orang dewasa memiliki

pengalaman yang cenderung rendah dengan tindakan korupsi. Pengalaman terbanyak

diperoleh dalam hal menghindari tilang polisi dan mendapatkan dokumen/izin. Dalam

hal pengalaman menghindari tilang polisi, baik anak muda maupun orang dewasa,

memilik pengalaman cukup tinggi (47% dan 36%). Dan terlihat pula bahwa dibanding

orang dewasa, anak muda cenderung lebih memilih untuk “berdamai” dengan polisi

supaya mereka tidak ditilang.

(11)

gambar dan apa saja karya milik orang lain tanpa seijin pemiliknya tentu saja hal

tersebut akan merugikan pihak pemilik aslinya. Oleh karena itu sikap anti plagiat perlu

ditananamkan dalam diri kaum pemuda Indonesia khususnya kaum mahasiswa yang

dinggap oleh masyarakat sebagai kaum terpelajar.

Dari beberapa contoh kasus korupsi diatas, pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya

kesempatan melalui gangguan atau tuntutan kebutuhannya sehingga muncullah

pemikiran untuk menguntungkan diri sendiri. Ketika individu mampu beradaptasi

dengan baik, disertai pengendalian diri yang baik hal ini dapat meminimalisir terjadinya

kasus korupsi. Sikap dan perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian

yang dimilikinya, faktor-faktor kepribadian tiap individu berbeda, dengan kepribadian

yang berbeda ini maka sikap tiap individu menjadi bereda juga.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku korupsi yakni

Individu (

internal)

dan lingkungan

(external)

, faktor

internal

( rendahnya integritas,

identitas moral, self control, empati, rendahnya level perkembangan moral kognitif,

psikopatologi ) dan

external

( sistem, budaya, struktur, nilai-nilai yang dianut, cabang

organisasi ). (dalam Agata). Dari kedua faktor ini yang menjadi fokus peneliti adalah

faktor internal yang lebih mengedepankan pada level individual yakni tipe kepribadian

big five personality.

Dalam penelitian Adebayo (2010) didapatkan data bahwasanya kepribadian memiliki

pengaruh dalam pembentukan sikap untuk melakukan korupsi, kepribadian individu

membentuk dasar untuk merespon situasi tertentu yang berada dalam lingkungannya,

proses tersebut mempengaruhi individu untuk bertindak. Dalam penelitian ini terdapat

hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian ekstrovert cenderung memiliki respon

atau menanggapi untuk melakukan korupsi lebih tinggi karena cenderung memiliki rasa

malu yang rendah, banyak bicara dan kecenderungan untuk mencoba hal baru serta

berani mengambil resiko. Penelitian ini juga menjelaskan hasil bahwasanya usia dan

sikap memiliki hubungan yang saling menguatkan dimana semakin bertambah usia

kecenderungan untuk melakukan korupsi juga semakin tinggi. Individu akan

memberikan penilaian yang berbeda akan suatu hal serta pengambilan keputusan yang

berbeda pula dan dipengaruhi oleh kepribadian yang ada dalam individu.

(12)

No.

Terlibat / Tidak terlibat

Jumlah

Persen

1.

Tidak pernah terlibat seperti yang

dituduhkan hakim

32

32%

2.

Terlibat, tetapi hanya melaksanakan

tugas atasan

49

49%

3.

Terlibat seperti yang didakwakan di

pengadilan

3

3%

4.

Lainnya

16

16%

Dari data diatas para partisipan umumnya mengaku tidak terlibat tindak pidana korupsi,

hanya 3% yang mengaku terlibat, sisanya 32% mengaku tidak pernah terlibat dan 49%

mengaku terlibat karena perintah atasan, sedangkan 16% tidak memberikan jawaban.

Para partisipan umumnya memiliki kepribadian dengan trait

agreeableness

dan

conscientousness

tinggi tetapi

openness

relatif rendah, pada dasarnya dengan skor

openness

yang rendah diartikan bahwa seorang memiliki kecenderungan untuk maju

dan berprestasi dengan membuka diri pada pengetahuan-pengetahuan baru, mereka

lebih mengutamakan keharmonisan dan

conformity

dengan orang lain dan bukan

memberikan prioritas pada keterbukaan berprestasi untuk masa depan dari 49 orang atau

49% partisipan mengaku bahwa keterlibatannya hanya melaksanakan tugas.

Hasil penelitian Brian (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian

Adebayo, dalam penelitiannya menunjukkan hasil skor rendah pada

neuroticism

dan

tinggi pada

extraversion

menunjukkan kecenderungan untuk melakukan korupsi rendah.

Banyaknya kasus korupsi yang terjadi dan melibatkan remaja, hal ini membuat

penelitian dilakukan dengan mengedepankan faktor

internal

individu yakni kepribadian

.

Dalam penelitian ini kepribadian yang diteliti adalah

Big Five Personality.

Sehingga

diharapkan penelitian ini mampu menyumbangkan pengetahuan baru penyebab

munculnya korupsi serta mengetahui dimensi kepribadian

Big Five Personality

yang

berpengaruh pada sikap tentang korupsi, sebagai bentuk

preventif

korupsi sejak dini.

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah yang diteliti adalah, apakah

trait

dalam

Big Five Personality

mempengaruhi individu ketika melakukan korupsi ? tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

trait

pada

Big Five Personality

yang

mempengaruhi individu untuk melakukan korupsi, Sehingga manfaat dari penelitian ini

diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi

pengembangan disiplin Psikologi sosial, sebagai bentuk

preventif

pada generasi penerus

untuk meminimalisir terjadinya korupsi serta memberikan masukan kepada pihak terkait

untuk selektif memilih individu yang memiliki kecenderungan perilaku rendah terhadap

korupsi untuk mengurangi kasus korupsi di Indonesia.

Sikap Korupsi

Menurut Sherif & Sherif (1956) sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan

timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Sedangkan menurut Fishbein & Ajzen

(1975) menyebutkan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi mental untuk

melakukan suatu tindakan. (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).

(13)

pengetahuan ini akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap,

komponen

Afektif

merupakan suatu hal yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak

senang. Bersifat evaluatif dan berhubungan dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem

nilai yang dimilikinya. Komponen

Konatif

merupakan kesiapan individu untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Dari ketiga komponen sikap

ini saling berhubungan untuk merespon suatu hal. (dalam Dayakisni & Hudaniah,

2003).

Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mendapatkan keuntungan pribadi,

merugikan kepentingan umum dan negara. Sedangkan menurut Menurut Mochtar

(dikutip dari Syamsul 2006) korupsi merupakan salah satu penyakit masyarakat, sama

dengan kejahatan lain seperti pencurian yang sudah ada sejak manusia ada di muka

bumi ini. Masalah utama yang dihadapi adalah korupsi meningkat seiring dengan

kemajuan, kemakmuran, dan teknologi. Kenyataanya membuktikan bahwa semakin

maju pembangunan suatu bangsa semakin meingkat pula kebutuhan hidup dan

mendorong orang untuk melakukan kejahatan, termasuk korupsi.

Menurut Alatas (dalam wibowo agus 2013). Menyebutkan terdapat beberapa bentuk

korupsi yaitu :

a.

Bribery

(sogokan),

memberikan barang atau uang dengan tujuan memperlancar

keinginan individu.

b.

Nepotisme,

dalam hal ini nepotisme diartikan atau dicontohkan seperti

pengangkatan kerabat, teman, atau sekutu politik untuk menduduki atau

menempati jabatan-jabatan publik, terlepas dari kemampuan yang dimilkinya

dan dampaknya akan mempengaruhi kebutuhan publik.

c.

Extortion

(pemerasan), tindakan meminta secara paksa sejumlah uang atau

barang untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan tujuan menutupi atau

memperlancar keinginan individu.

d.

Penggelapan (

fraud)

yaitu perbuatan mengambil barang milik orang lain

sebagian atau seluruhnya

.

e.

Berbuat curang yaitu perbuatan yang dilakukan individu untuk mendapat

keuntungan pribadi dengan membenarkan segala cara

Dari beberapa pendapat tentang definisi sikap terhadap korupsi dapat disimpulkan

bahwa sikap merupakan respon terhadap stimulus yang dapat berubah akibat adanya

pengaruh lingkungan. Sedangkan korupsi merupakan tindakan atau tingkah laku yang

dilakukan individu untuk menguntungkan diri sendiri. Maka sikap korupsi dapat

diartikan sebagai kecenderungan untuk memberikan suatu respon yang diwujudkan

melalui persepsi dan pemahaman terhadap korupsi yang dicirikan menjadi beberapa

bentuk, yaitu

fraud

(penggelapan), penipuan, penghianatan, dilakukan secara rahasia,

penyuapan, meminta imbalan (timbal balik).

Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

Dalam teori yang dikemukakan Jack Bologne yang disebut

GONE theory

( dikutip dari

Nyoman, 2000), bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi meliputi :

(14)

Berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada didalam

diri setiap orang.

2.

Opportunities (kesempatan)

Berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang

sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan

kecurangan.

3.

Needs

(kebutuhan)

Berkaitan dengan faktor- faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu untuk

menunjang hidupnya yang wajar.

4.

Exposures

(pengungkapan)

Berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku

kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

Faktor yang mempengaruhi korupsi terdiri dari faktor

external

dan

internal

, antara lain :

1.

Faktor

external

:

a.

System organisasi

b.

Budaya

c.

Nilai-nilai yang dianut

d.

Struktur

e.

Cabang organisasi

2.

Faktor

internal

:

a.

Rendahnya integritas

b.

Identitas moral

c.

Self control

d.

Empati

e.

Rendahnya level perkembangan moral kognitif

f.

Psikopatologi

Faktor internal tidak hanya berpengaruh pada individu saja, melainkan dapat

mempengaruhi kelompok. (dalam, Agata).

Big Five Personality

Menurut Carl Gustav Jung (dalam Alwisol, 2010).

Kepribadian adalah mencakup

keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran.

Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan

lingkungan fisik. Sedangkan menurut Gordon Allport (dalam Alwisol, 2010).

Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisik individu yang

menentukkan penyesuaian yang unik dengan lingkungannya.

Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu sistem

yang ada dalam psikis individu mencakup fikiran, perasaan yang bisa mempengaruhi

perilaku individu untuk melakukan penyesuaian diri dilingkungannya.

(15)

extraversion, agreeableness, concientiousness, neurotism,

dan

openess to experience

.

Menurut McCrae & Costa (dalam Jeis & Feist, 2010).

Big Five Personality

terdiri dari 5

macam, yaitu:

opennes to experience

(keterbukaan dan pengalaman)

, conscientiousness

(kesadaran)

, extraversion, agreeableness

(keramahan)

, neuroticism.

Opennes to experience

(keterbukaan dan pengalaman) adalah kemampuan menyerap

ide-ide, pendekatan-pendekatan, dan percobaan-percobaan baru. Individu yang

memiliki skor tinggi dalam

openness

ditandai oleh sifat-sifat seperti imajinatif,

berbudaya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, orisinal, berwawasan luas, cerdas,

artistik. Sebaliknya individu yang memiliki

openness

rendah maka ditandai oleh sifat

konvensional, memiliki minat yang dangkal, tidak memiliki apresiasi seni, tidak mampu

berfikir analitik.

Extraversion

adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan

kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi digambarkan dengan

orang yang suka bersosialisaisi, aktif bicara, agresif, enerjik, antusias, asertif, dan

optimistik.

Agreeableness

(keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri

dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik

dan altruistik. Sebaliknya individu dengan skor rendah ditandai dengan sifat sinis, kasar,

berprasangka, tidak kooperatif, pendendam, manipulatif, tidak berperasaan.

Conscientiousness

(kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri

seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggungjawab,

berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan

sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu-individu yang memiliki skor tinggi

dalam

conscientiousness

pada umumnya sangat patuh dan disiplin, dapat dipercaya,

tidak mudah putus asa, disiplin, ambisius dan kerja keras, bahkan sebagian dari mereka

“kecanduan kerja”. Sebaliknya individu yang memiliki skor rendah dicirikan oleh

malas, tidak memiliki tujuan, ceroboh, hedonis, tidak dapat dipercaya, kurang memiliki

kemauan, loyo.

Neuroticism

dengan skor tinggi pada umunya sering mengasihani diri sendiri,

pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang mampu beradaptasi dengan

lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya, rentan terhadap perubahan atau

reaksi lingkungan. Sedangkan individu yang memiliki skor rendah cenderung tenag,

rileks, merasa aman, puas dengan dirinya, tidak emosional, mampu bertahan dalam

kondisi yang sulit.

Pengaruh Kepribadian

Big Five Personality

Terhadap Sikap Tentang Korupsi

(16)

Extraversion

adalah dimensi kepribadian yang cenderung memiliki ambisi dan

kemampuan bersosialisasi, individu yang memiliki skor tinggi pada kepribadian ini

memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi dikarenakan mempunyai sikap yang

mudah bersosialisasi dengan lingkungan, karena lingkungan yang membentuk sikap

dari individu maka tidak menutup kemungkinan individu yang memiliki skor tinggi

pada faktor kepribadian ini akan melakukan korupsi.

Agreeableness

(keramahan) dengan skor tinggi cenderung mementingkan diri sendiri

dalam berhubungan dengan orang lain, percaya pada keinginan baik orang lain, baik

dan altruistik. Jika digambarkan individu yang memiliki skor tinggi pada faktor

kepribadian ini akan cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungannya sehingga ada

kecenderungan untuk melakukan korupsi.

Conscientiousness

(kesadaran) adalah dimensi kepribadian yang ditandai oleh ciri

seperti : efisien, organized, dapat dipercaya, terencana, cermat, bertanggung jawab,

berorientasi pada prestasi, produktif, mampu menunda kepuasan untuk mendapatkan

sesuatu yang lebih baik dimasa depan. Individu yang memiliki skor tinggi pada faktor

kepribadian ini memiliki kecenderungan untuk melakukan korupsi lebih kecil karena

lebih menekankan kepada tanggung jawab terhadap pekerjaan, jujur, dan dapat

dipercaya.

Neuroticism

dengan skor tinggi pada faktor ini maka dicirikan memiliki sikap sering

mengasihani diri sendiri, pencemas, kurang mempercayai orang lain, depresif, kurang

mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial secara positif, merasa tidak berdaya,

rentan terhadap perubahan atau reaksi lingkungan. Dari gambaran yang ada, individu

yang memiliki skor tinggi pada faktor kepribadian ini memiliki kecenderungan

menghindari sikap korupsi karena ada sifat yang menggambarkan individu dengan

kepribadian ini cenderung penakut dan kurang percaya dengan orang lain.

(17)

Openness to experience dengan ciri-ciri

cenderung

memiliki

sikap

kemampuan

menyerap

ide-ide,

pendekatan-pendekatan,

dan

percobaan-percobaan baru. Sehingga

dia akan berani mencoba hal-hal baru

Extraversion dengan ciri-ciri

cenderung

memiliki ambisi dan kemampuan

bersosialisasi.

Agreeableness

dengan

ciri-ciri

cenderung mementingkan diri sendiri

dalam berhubungan dengan orang

lain, percaya pada keinginan baik

Neuroticism

dicirikan memiliki sikap

sering

mengasihani

diri

sendiri,

pencemas, kurang mempercayai orang

lain,

depresif,

kurang

mampu

beradaptasi dengan lingkungan sosial

Big Five

Personality

Skor tinggi

memiliki

kecenderung

an untuk

melakukan

korupsi

Skor tinggi

Kecenderun

gan tidak

melakukan

korupsi

Conscientouiness

dengan

ciri-ciri

(18)

Hipotesa

Berdasarkan uraian mengenai sikap korupsi ditinjau dari

big five personality

, secara

rinci hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh dengan rincian sebagai

berikut :

-

Individu yang memiliki

oppeness to experience

tinggi lebih positif terhadap

sikap tentang korupsi,

-

Individu yang memiliki

exstraversion

tinggi lebih positif terhadap sikap tentang

korupsi,

-

Individu yang memiliki

agreeableness

tinggi lebih positif terhadap sikap tentang

korupsi,

-

Individu yang memiliki

conscientiousness

tinggi lebih negatif terhadap sikap

tentang korupsi.

-

Individu yang memiliki

neuroticism

tinggi lebih negatif terhadap sikap tentang

korupsi,

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimen dikarenakan analisa

menekankan pada data-data numerical (angka) yang dioalah dengan metode statistika

dan penelitian ini tidak menggunakan

treatment

atau eksperimental (Azwar, 2012).

Peneltian inii bersifat korelasional kausalitas yang bertujuan untuk mengetahui kuat

lemah hubungan disebabkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah

Malang, dimana sample yang diambil. Penentuan sample dalam penelitian ini

menggunakan metode

accidental sampling

adalah tekhnik penentuan sampel berdasar

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, jika orang yang kebetulan ditemui tersebut dianggap cocok

sebagai sumber data (Sugiyono,2007)

(19)

Variabel dan Instrumen Penelitian

Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel terikat adalah sikap korupsi dan

variabel bebas berupa

big five personality.

Sikap korupsi adalah kecenderungan yang

dilakukan individu untuk mendapat keuntungan pribadi dan dipengaruhi oleh aspek

sikap yaitu

kognitif, konatif, dan afektif

.

Big five personality

adalah kelompok

kepribadian yang terdiri dari lima macam yaitu:

Neuroticism (N), Extraversion (E),

Openness to Experience (O), Agreeableness (A), Conscientiousness (C)

Metode pengumpulan data untuk mengukur variabel terikatnya yaitu sikap korupsi,

peneliti akan menggunakan skala

Likert

yang dibuat sendiri sejumlah 49 item untuk

mengetahui kecenderungan perilaku korupsi yang dilakukan oleh remaja. Sementara itu

untuk mengukur tipe kepribadian

big five personality,

peneliti menggunakan alat ukur

Big Five Inventory yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012) berjumlah 41 item.

Tabel 1. Uji Validitas Skala Korupsi

No

Aspek

No. Aitem

No Aitem

Valid

No Aitem

Gugur

Indeks

Validitas

1

Bribery

1,31,16,46,

17,47,2,32,3,

33,18,48

16,46,17,47,2,

32, 3,33, 18,48

1, 31

0,308

0,615

2

Nepotisme

19,49,4,34,5,

50,20,35,6,36

21,51

19,4,34,5,20,3

5,6,36

21,51

49, 50

0,371

0,597

3

Berbuat curang

7,37,22,52,8,

53,23,38

24,39,9,54

7,37,22,52,53,

23,38,39,9,

54

8, 24

0,310

0,653

4

Extortion

25,55, 10,40

11,41,26,56

27,57,12,42

25,40

11,41,26,

27,57,42

55,10,56,12

0,352

0,643

5

Fraud

(penggelapan)

13,43,28,58,2

9,59,14,44,15

,45,30,60

13,43,28,58,29

,59,14,15,45,3

0,60

44

0,359

0,626

Total

60

49

11

-

(20)

Tabel 2. Rangkuman Reliabilitas Skala Korupsi

No

Aspek

Alpha

Keterangan

1

Bribery

0.615

Reliabel

2

Nepotisme

0.597

Kurang Reliabel

3

Berbuat curang

0.608

Reliabel

4

Extortion

0.643

Reliabel

5

Fraud

(penggelapan)

0,626

Reliabel

6

Skala Sikap Korupsi secara keseluruhan

0,936

Reliabel

Tabel 3. Indeks Validitas

Alat ukur

Jumlah Item yang

diujikan

Jumlah item valid

Indeks validitas

Skala Korupsi

60

49

0,308

0,653

Skala Big Five

-

41

0,940

Tabel 4. Indeks Reliabilitas

Alat Ukur

Alpha

Skala Korupsi

0,936

Skala Big Five

0,940

Dari uji reliabilitas pada skala Sikap Korupsi di atas, diketahui pada aspek pertama

memiliki alpha sebesar 0.615, aspek kedua memiliki alpha sebesar 0.597, aspek ketiga

memiliki alpha 0.608, aspek keempat alpha sebesar 0,643, aspek kelima alpha sebesar

0,626 dan reliabilitas skala Sikap Korupsi keseluruhan menunjukkan alpha sebesar

0.936. Dari kelima aspek, kecuali aspek kedua dan nilai secara keseluruhan memiliki

jumlah alpha yang lebih besar dari jumlah standar, yaitu 0.6 atau 60 %, sehingga secara

garis besar kelima aspek tersebut memiliki reliabilitas aitem.

Untuk skala

Big Five Personality

tidak memerlukan

tryout

dikarenakan peneliti

menggunakan skala

Big Five Inventory

yang disusun ulang oleh Annisa Yunita (2012)

dengan reliabilita sebesar 0.940 sejumlah 41 aitem dan tidak perlu dilakukan modifikasi

karena karakteristik subjek penelitian peneliti sebelumnya sama dengan subjek

penelitian yang digunakan peneliti saat ini.

Prosedur Penelitian

(21)

memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Setelah mengetahui validitas dan reliabilitas

dari

try out

tersebut, pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian ini.

Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dimana peneliti menyebarkan skala

yang telah di

try out

dan telah melewati proses penghilangan aitem aitem yang tidak

valid pada tanggal Tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian dengan

menyebarkan skala, penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 Maret sampai 27

Maret 2015 dengan cara peneliti mendatangi subjek atau mahasiswa yang sedang

berkumpul untuk mengisi skala yang sudah ada.

Dalam penelitian ini menggunakan analisa data multiple regresi karena penelitian ini

menguji hubungan yang mempunyai kausal (sebab akibat) lebih dari satu variabel bebas

ke variabel terikat.

HASIL PENELITIAN

Teknik analisis

Big five Personality

sebagai prediktor Sikap tentang Korupsi pada

mahasiswa menggunakan analisis

multiple regresi

dengan menggunakan

software

SPSS

versi 21. Data yang digunakan dalam analisis statistik penelitian ini adalah skor murni .

Hal ini bertujuan untuk mempermudah membandingkan antara skor hasil yang dari

pengukuran variabel yang diteliti dan untuk menghindari kesalahan pengukuran

Tabel 5. Pengaruh

Openess to experience

terhadap sikap tentang korupsi

Koefisien korelasi

R

R Square

Signifikansi

-0,168

0,168

0,028

0,001

Berdasarkan pada tabel 5 menjelaskan bahwa korelasi antara

Openess to experience

dengan sikap tentang korupsi adalah -0,168 dengan tingkat siginfikansi 0,001, karena

jauh dibawah 0,05 maka korelasi antara

Openess to experience

dengan sikap tentang

korupsi jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari

Openess to

experience

dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor

trait

openess to

experience

tersebut maka semakin rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.

Angka R Square diatas sebesar 0,028 yang berarti sumbangan efektif

Openess to

experience

sebesar 2,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu,

sedangkan sisanya (100% - 2,8% = 97,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak

dijelaskan dalam penelitian ini.

Tabel 6. Pengaruh

Extraversion

terhadap sikap tentang korupsi

Koefisien korelasi

R

R Square

Signifikansi

(22)

Berdasarkan pada tabel 6 menjelaskan bahwa korelasi antara

Extraversion

dengan sikap

tentang korupsi adalah -0,132 dengan tingkat siginfikansi 0,007, karena jauh dibawah

0,05 maka korelasi antara

Extraversion

dengan sikap tentang korupsi jelas, arah

hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari

Extraversion

dengan sikap

tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor

trait

tersebut maka semakin rendah sikap

korupsi yang ada pada individu.

Angka R Square diatas sebesar 0,017 yang berarti sumbangan efektif

extraversion

sebesar 1,7% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya

(100% - 1,7% = 98,3%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian

ini.

Tabel 7. Pengaruh

Agreeableness

terhadap sikap tentang korupsi

Koefisien korelasi

R

R Square

Signifikansi

-0,336

0,336

0,113

0,000

Berdasarkan pada tabel 7 menjelaskan bahwa korelasi antara

Agreeableness

dengan

sikap tentang korupsi adalah -0,336 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh

dibawah 0,05 maka korelasi antara

Agreeableness

dengan sikap tentang korupsi jelas,

arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari

Agreeableness

dengan

sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor

trait

tersebut maka semakin rendah

sikap tentang korupsi yang ada pada individu.

Angka R Square diatas sebesar 0,113 yang berarti sumbangan efektif

agreeableness

terhadap sikap tentang korupsi sebesar 11,3%, sedangkan sisanya (100% - 11,3% =

88,7%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Tabel 8. Pengaruh

Concientiousness

terhadap sikap tentang korupsi

Koefisien korelasi

R

R Square

Signifikansi

-0,232

0,232

0,054

0,000

Berdasarkan pada tabel 8 menjelaskan bahwa korelasi antara

Concientiousness

dengan

sikap tentang korupsi adalah -0,232 dengan tingkat siginfikansi 0,000, karena jauh

dibawah 0,05 maka korelasi antara

Concientiousness

dengan sikap tentang korupsi

jelas, arah hubungan negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari

Concientiousness

dengan sikap tentang korupsi, dimana semakin tinggi skor

trait

tersebut maka semakin

rendah sikap tentang korupsi yang ada pada individu.

(23)

Tabel 9. Pengaruh

Neuroticism

terhadap sikap tentang korupsi

Koefisien korelasi

R

R Square

Signifikansi

0,090

0,090

0,008

0,049

Berdasarkan pada tabel 9 menjelaskan bahwa korelasi antara

Neuroticism

dengan sikap

tentang korupsi adalah 0,090 dengan tingkat siginfikansi 0,049, karena dibawah 0,05

maka korelasi antara

Neuroticism

dengan sikap tentang korupsi jelas, arah hubungan

negatif menjelaskan ada hubungan negatif dari

Neuroticism

dengan sikap tentang

korupsi, dimana semakin tinggi skor

trait

tersebut maka semakin tinggi juga sikap

tentang korupsi yang ada pada individu.

Angka R Square diatas sebesar 0,008 yang berarti sumbangan efektif

neuroticism

sebesar 0,8% dapat mempengaruhi sikap tentang korupsi individu, sedangkan sisanya

(100% - 0,8% = 99,2%) dipengaruhi oleh hal lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian

ini.

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis regresi yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara

concientiousness

dengan kecenderungan sikap korupsi. Hal ini selaras dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sonya (2013) yang menguji adanya hubungan negatif antara

trait

conscientiouesness

terhadap perilaku kerja kontraproduktif dalam artian individu

dengan skor tinggi pada

trait

ini akan jauh dari perilaku kerja kontraproduktif

disebabkan adanya pembawaan dari

concientiousness

yang berorientasi pada

pencapaian tujuan, apabila dihubungkan dengan penelitian ini individu yang memiliki

skor tinggi pada

concientiousness

dengan ciri-ciri memiliki tujuan , dapat dipercaya,

memiliki kemauan yang keras, hal ini berhubungan juga dengan salah satu faktor

internal

penyebab korupsi yakni kontrol diri , maka ketika individu dihadapkan pada

suatu kondisi yang membuatnya untuk memilih seperti godaan untuk melakukan

korupsi dia akan lebih memikirkan untuk mencapai tujuan dan mengontrol dirinya

untuk tidak merugikan orang lain yaitu dengan cenderung menghindari untuk

melakukan korupsi.

(24)

dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakuan oleh manusia dalam interaksinya

dengan orang lain, dengan adanya perkembangan moral yang baik maka individu

tersebut akan menyesuaikan dirinya dengan norma norma dan hukum yang ada

dilingkungannya, seperti halnya tidak boleh melakukan korupsi maka dia tidak

melakukan korupsi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan J. William Stoughton dkk (2013). Mengenai

Big

Five Personality Traits Reflected in Job Applicants’ Social

Media Postings

menunjukkan hasil bahwasanya individu dengan

agreeableness

rendah sangat mungkin

terlibat dalam perilaku untuk merusak perasaan melalui postingan di media sosial

karena kurangnya kesadaran dalam dirinya, sama halnya dengan penelitian ini hasil

agreeableness

mempunyai skor negatif dimana semakin tinggi skor

agreeableness

yang

dimiliki individu maka kecenderungan sikap individu untuk melakukan korupsi akan

semakin rendah.

agreeableness

tinggi akan memiliki empati salah satu faktor

internal

penyebab terjadinyanya korupsi yakni empati yang rendah pada individu kepada orang

lain, maka ketika individu tersebut memiliki empati yang tinggi terhadap sesama maka

dia akan cenderung untuk menghindari melakukan korupsi.

Untuk hasil

neuroticism

yang menunjukan adanya hubungan positif, hal ini selaras

dengan penelitian Abidin (2014) yang menyatakan bahwa individu yang mempunyai

skor sedang pada

neuroticism

partisipan melakukan korupsi berdasarkan pada persepsi

adanya kesempatan atau peluang untuk melakukan korupsi, mereka memiliki kebutuhan

yang tinggi, memperoleh kekuasaan, meskipun mereka juga mengalami kecemasan,

atau tidak nyaman secara psikologis, dari pernyataan diatas apabila dihubungkan

dengan hasil penelitian ini, sesuai dengan faktor penyebab korupsi dengan adanya

kesempatan, peluang serta tekanan psikologis (psikopatologi) maka individu dengan

skor tinggi pada

neuroticism

akan cenderung melakukan korupsi karena adanya tekanan

dari lingkungan pada dirinya, melihat adanya kesempatan dan kekuasaan yang ada

maka individu tersebut akan melakukan korupsi.

(25)

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing dimensi

big five personality

dapat

menjadi prediktor yang signifikan terhadap sikap korupsi. dan

openes to experience,

extraversion, concientiousness, agreeableness

menunjukkan arah korelasi negatif.

Sedangkan

neuroticism

menunjukkan korelasi positif dengan sikap korupsi, selain itu

diantara lima dimensi

big five personality

dari hasil penelitian yang menjadi pengaruh

terkuat adalah

agreeableness

dan

concientiousness. Agreeableness

menjadi dimensi

terbesar yang menjadi pengaruh terhadap sikap korupsi dengan sumbangan efektif

sebesar 11,3%, sedangkan dimensi

big five personality

yang memiliki sumbangan efektif

paling rendah adalah

neuroticism

dengan sumbangan efektif sebesar 0,8%.

Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai bahan evaluasi bagi semua individu serta

perusahaan atau instansi untuk mengetahui kecenderungan sikap korupsi yang ada pada

individu dilihat dari

Big Five Personality

dan menciptakan langkah

preventif

untuk

meminimalisir terjadinya korupsi yang dilakukan individu.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z & Prathama, G.S. 2014. Integritas

, keberbedaan & kesejahteraan psikologi,

kontribusi

(Ed. Supratiknya, S. Faturochim & Panggabean, H. Bunga Rampai

Psikologi 2. HIMPSI.

Adejumo, O, Adebayo.

Relationship between psycho-demographic factors and civil

servants’ attitudes to corruption in osun stat

e nigeria

.

International journal of

criminology.

2010.

Agata, Stachowicz

Stanusch.

Organizational immunity to corruption

:

Building

theoretical and research foundations.

Information age publishing, INC.

Fauzia. Amalia & Frieda. (2014). Identitas moral ditinjau dari school attachment dan

perbedaan jenis sekolah pada siswa sekolah dasar. Fakultas psikologi. Universitas

Diponegoro.

Alwisol. (2009).

Psikologi kepribadian.

Malang: Umm press.

Azwar, S. (2012).

Metode penelitian

. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dayakisni, T., & Hudaniah. (2003).

Psikologi sosial

(Ed. revisi). Malang : Umm press.

Feis, J., & G.J. (2010).

Teori kepribadian

(buku 1)

.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Feis, J., & G.J. (2010).

Teori kepribadian

(buku 2)

.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Graff the Gjall. (2007).

Causes of corruption: towards a contextual theory of

corruption.

Retreived November 04.2014.

Glinow Von & McShane. (2010).

Organizational behavior

(Ed.5). Amerika :

McGraw-Hill Irwin.

Hartanti, E. (2008).

Tindak pidana korupsi

(ed. kedua). Jakarta : Sinar Grafika.

Irfan. (2010, januari 11 th). Korupsi dan pengertiannya.

Pusat telaah dan informasi PATTIRO. Surakarta.

Retreived Desember 12, 2014, from http://soloraya.net/korupsi-dan-pengertiannya.html.

Kristinawati, Y. (2012). Menghadapi krisis identitas nasional kaum muda indonesia

dengan sikap anti plagiat.

Skripsi:

Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik. Universitas Airlangga.

Putu, W, R. (2014).Menag

SDA Jadi Tersangka Korupsi Haji

. Diakses tanggal 5

desember 2014 dari

http://www.jawapos.com/baca/artikel/1462/menag-sda-jadi-tersangka-korupsi-haji.

(27)

Nyoman, Jaya, S, P. ( Oktober 2000 ). Konsekuensi hukum atas arogansi penentu kebijakan dalam

proses pelaksanaan pembangunan donohudan. Makalah presentasi diskusi Interaktif HMI

Komisariat hukum Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Ones, S, D. Brian. (2008)

The personality of corruption a-national-level analysis.

Cross-cultural research.

November 42(4).

Arfi Bambani & Taufik Rahadian (2013)

. Peringkat negara korupsi

. diakses tanggal 5

desember

2014

dari

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/463449-transparency--2013--indeks-persepsi-korupsi-indonesia-stagnan

Rizky,N., & Thobagus, M. (2009).

Big five personality dengan kecanduan internet

.

Naskah publikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia. Yogyakarta.

Sarjono ,H., & Winda, J. (2011).

SPSS VS LISREL Sebuah Pengantar Aplikasi untuk

Riset.

Jakarta: Salemba Empat.

Syamsul. (2013).

Persepsi

masyarakat terhadap korupsi di kutai kartanegara

.

eJournal

Konsentrasi Sosiologi.

Sugiyono, (2012).

Statistika untuk penelitian.

Bandung : Alfabeta.

Sonya, V. F.(2013).

Kecenderungan

perilaku kerja kontraproduktif ditinjau dari big

five personality pada pegawai negeri sipil dinas kebudayaan dan pariwisata

provinsi jawa tengah di Semarang.

Skripsi Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro.

Herudin. (2014).

Tren korupsi naik lagi.

Diakses tanggal 5 desember 2014 dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi.

Trihendradi, C. (2010).

Step by step SPSS 18 Analisis data statistik.

Yogyakarta : Andi.

Transparency International. (2012).

Survey integritas anak muda 2012

. Indonesia :

Penulis.

Wibowo Agus. (2013).

Pendidikan antikorupsi disekolah strategi internalisasi

pendidikan antikorupsi di sekolah

. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Wiliam, Stoughton. Dkk. (2013).

Big five personality traits reflected in job applicants’

social media postings

. INC

Winarsunu, Tulus. (2009).

Statistik

dalam penelitian psikologi pendidikan.

Malang :

Umm press

(28)
(29)

LAMPIRAN 1

Blue Print

Sikap Korupsi Untuk

(30)

Blue Print

Skala Korupsi

Aspek

Kognitif

Afektif

Konatif

Tota

l

F

UF

F

UF

F

U

Indikator

Bribery

2

2

2

2

2

2

12

Nepotisme

2

2

2

2

2

2

12

Berbuat

curang

2

2

2

2

2

2

12

exortion

2

2

2

2

2

2

12

Fraud

(penggelapan

)

2

2

2

2

2

2

12

Bribery

2

2

2

2

2

2

12

Item Skala Sikap Korupsi

Aspek Sikap

kognitif

afektif

konatif

Total

indikator

f

uf

F

uf

f

uf

Bribery

1, 31

16,46

17,47

2,32

3,33

18,48

12

Nepotisme

19,49

4,34

5,50

20,35

6,36

21,51

12

Berbuat

curang

7,37

22,52

8,53

23,38

24,39

9,54

12

exortion

25,55

10,40

11,41

26,56

27,57

12,42

12

Fraud

(penggelapan)

(31)

Lampiran 2

(32)

No

Pernyataan

STS TS

S

S

S

1

Menurut saya, memberikan bingkisan pada dosen agar mendapatkan

nilai yang bagus adalah hal yang wajar

2

Saya sangat membenci jika ada orang yang memberikan uang damai

terhadap polisi karena itu jelas melanggar hukum.

3

Saya tentu tidak akan menolak jika ada teman saya yang mencoba

merayu saya dengan sejumlah uang.

4

Saya sangat tidak setuju dengan adanya pengangkatan pejabat yang

masih tergolong saudara.

5

Saya tidak khawatir karena adanya kasus pengangkatan sanak saudara

dalam pemerintahan tidaklah begitu penting bagi kehidupan masyarakat.

6

Jika saya sebagai saudara pejabat, saya bersedia jika diminta untuk

menjadi salah satu pejabat penting tanpa melalui tes.

7

bagi saya mencontek ketika ujian adalah hal yang biasa

8

saya bangga ketika berhasil mengerjakan tugas sekalipun dengan

mencontoh tugas teman

9

seharusnya saya berusaha untuk tidak mencontek sekalipun saya tidak

bisa mengerjakan

10

Menurut saya, adanya pemerasan yang dilakukan pejabat di Indonesia

ini sangat merugikan rakyat jelata.

11

Jika ada teman saya meminta sejumlah uang atau barang kepada teman

lainnya saya akan membantu agar dia mendapatkan apa yang

diinginkannya

12

Saya berusaha menolak jika ada teman saya meminta sejumlah uang

terhadap saya secara paksa.

13

Jika saya menjadi bendahara, melebih lebihkan pengeluaran dinota

adalah hal yang wajar untuk menambah kas kelas

14

saya muak ketika teman saya sering meminjam barang tetapi tidak

dikembalikan

(33)

16

Saya mengetahui bahwa budaya “ salam tempel “ itu sa

lah dan tidak

dapat dibenarkan.

17

saya bangga jika saya mampu merayu dengan memberikan hadiah ke

teman untuk mengerjakan tugas kuliah saya

18

Saya tidak akan membantu teman saya yang mencoba untuk merayu

dosen agar mendapatkan nilai yang sempurna

19

Saya berpendapat bahwa memang seharusnya dibolehkan pengangkatan

pejabat dari saudara sendiri karena sudah mengenal karakter saudaranya

tersebut.

20

Saya merasa benci dengan adanya fenomena pengangakatan saudara

sebagai pejabat karena hal itu tentu akan memperkaya mereka sendiri.

21

Saya menolak jika kasus pengangkatan sanak saudara sebagai pejabat

pemerintahan merupakan hal yang lumrah di Indonesia.

22

bagi saya pantang untuk mencontoh atau mengcopypaste tugas ketika

saya tidak bisa mengerjakannya

23

saya malu ketika tidak bisa mengerjakan ujian lalu saya mencontek

teman

24

saya akan melakukan apapun supaya tugas saya cepat selesai

25

Menurut saya, pemerasan sudah biasa terjadi di kalangan remaja.

26

Saya muak ketika teman saya meminta sejumlah uang agar dia mau

mengerakan tugasnya

27

Ketika melihat teman saya memukuli anak lain. Saya akan meminta

sejumlah uang agar tidak saya adukan kepada satpam kampus.

28

saya berpendapat melebih lebihkan rincian biaya adalah kebiasaan yang

tidak baik

29

saya bangga, ketika mendapatkan keuntungan pribadi dari hasil

menambah rincian biaya sebenarnya

30

saya akan mengembalikan berapapun uang kembalian yang bukan

menjadi hak saya

31

saya berpendapat bahwa imbalan yang diberikan ketika saya

mengerjakan tugas teman saya adalah hal yang wajar

32

saya takut memberikan bingkisan kepada dosen dengan tujuan

mendapatkan nilai yang bagus

(34)

tugas saya

34

Menurut saya, kasus pengangkatan pejabat yang berasal dari saudara

sendiri juga termasuk kasus tindak pidana yang sangat dilarang di

Indonesia.

35

Saya jengkel dengan pengangkatan sanak saudara sebagai pejabat karena

hal itu perbuatan yang kurang mendidik

36

Saya akan sangat menerima jika saya ditawari untuk menjadi salah satu

anggota pejabat oleh saudara saya.

37

menurut saya, menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan saya

adalah hal yang wajar

38

saya muak, ketika melihat teman saya menyelesaikan tugas dengan cara

mencontoh

39

saya akan mencontek ketika saya tidak mampu mengerjakan tugas

40

Saya merasa risih dan muak jika ada teman sekelas saya melakukan

pemerasan terhadap teman

teman lainnya.

41

Saya senang melihat teman saya meminta sejumlah uang untuk

mengerjakan tugas karena itu memang hak dia.

42

Seharusnya saya mengingatkan teman yang melakukan pemerasan agar

tidak melakukan hal itu.

43

menurut saya meminta biaya spp dengan melebih lebihkan rincian

kepada orang tua adalah hal yang wajar

44

saya tidak nyaman, ketika melihat teman saya mencari keuntungan

dengan menambahkan rincian biaya fiktif pada nota

45

seharusnya ketika teman titip membeli sesuatu, uang kembalian

merupakan hak milik saya

46

menurut saya meminta bantuan teman untuk mengerjakan tugas dengan

memberikan sejumlah uang adalah kebiasaan buruk

47

Saya nyaman dengan apa yang dikatakan orang lain mengenai budaya

salam tempel yang banyak terjadi pada saat ini.

48

Saya selalu menolak jika ada teman saya yang mencoba memberikan

saya “ hadiah “ karena tahu dia telah melakukan kesalahan

(35)

saudara sendiri, karena itu bukan urusan saya.

51

Saya akan menolak secara tegas jika diminta untuk menjadi bagian

penting dalam pemerintahan oleh saudara saya tanpa melalui tes.

52

saya tidak setuju ketika tidak memahami materi dijadikan alasan untuk

mencontek

53

saya merasa bangga berhasil menyelesaikan tugas meskipun dilakukan

dengan mengcoppas tugas teman

54

saya tidak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai

bagus

55

Saya berpendapat jika ada pemerasan dalam kelas, tidak akan

berpengaruh pada saya karena saya tidak terlibat dalam masalah

tersebut.

56

Saya jengkel dengan teman yang suka meminta sejumlah uang atau

barang secara paksa.

57

Saya akan meminta sejumlah uang ketika mengetahui teman saya

mengcopy paste tugas teman lainnya

58

menurut saya , semua barang yang bukan milik saya wajib dikembalikan

59

saya tidak malu, ketika uang kembalian dari teman saya terpakai untuk

kepentingan pribadi saya

(36)

Lampiran 3

Data Kasar Skala Sikap Korupsi

(37)

3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2

2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 2 1 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2

1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 4 1 1 1 1

1 2 1 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 4 3 1 1 1 1

2 4 2 3 2 1 3 2 2 4 1 3 1 4 4 1 4 1 2 1 1 1 2 3 3 2 2 3 2 1

2 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 2 1 2 4 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1

1 4 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 4 1 1 1 1 1

2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2

2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

2 2 2 4 2 2 3 1 3 1 3 2 3 2 1 2 3 2 1 1 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2

1 4 2 3 2 2 4 2 4 2 3 1 3 1 3 1 2 3 3 1 2 3 3 4 2 2 1 2 4 2

2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2

1 3 2 4 2 4 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 4 1 4 4 2 1 1 1 1 1 3 2 2

1 3 3 2 3 1 1 1 1 1 3 1 4 2 4 2 4 2 4 2 1 2 2 2 4 4 2 3 2 2

4 1 2 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2

2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 4 1 2 3 1 1 1 1 1

3 3 3 1 2 1 4 2 2 1 1 2 4 2 1 2 2 1 3 4 1 3 2 4 3 1 2 1 1 2

2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2

3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2

1 2 1 1 1 1 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1

1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2

1 4 1 4 1 1 1 3 4 4 1 4 1 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 4 1 4 1 4

2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 4 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2

1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 3 1 1 1 1

1 2 1 1 2 2 3 1 1 2 2 1 1 1 4 1 1 3 3 2 1 1 2 3 3 2 1 1 2 1

(38)

2 2 2 2 2 2 1 2 1 4 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 3 1 1 2 3 2 2 3 1 1

3 3 2 3 2 3 2 2 2 1 2 1 3 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 1 2 3 4 1

4 1 2 1 3 2 3 1 2 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 1 1 2 1

1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 1

2 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 1 2 1 1

1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 4 1 4 1 3 1 4 1 4 4 2 2 3 3 4 1 4 1 1

2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2

2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 3 1 3 1 1 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 1 2

3 4 1 4 1 1 1 1 2 1 4 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1

2 1 2 1 2 1 3 2 1 2 1 1 4 2 1 1 2 1 2 3 2 3 1 4 3 3 1 1 1 3

1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 4 1 1 1 1 1 1

2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3

2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2

2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 1 1 2 1 1

1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 1 4 3 1

3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 4 2 4 2 2 2

4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 2 4 3 3 2 1 1 4 1

1 4 2 3 3 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1

2 3 2 3 3 2 3 2 2 1 2 1 1 4 1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1

1 1 1 4 1 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 1 1

2 1 2 4 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 1

2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3

2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2

1 1 1 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 4 1 1 4

3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2

2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 2 1 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2

1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 1 3 3 4 1 1 1 1

(39)

2 4 2 3 2 1 3 2 2 4 1 3 1 4 4 1 4 1 2 1 1 1 2 3 3 2 2 3 2 1

2 1 3 1 1 1 2 4 3 1 1 2 1 2 4 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1

1 4 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 4 1 1 1 1 1

3 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1

3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3

1 2 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 3 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

2 3 2 1 4 3 3 1 2 1 4 3 2 1 2 3 4 1 4 4 1 1 2 1 4 1 4 1 1 1

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1

3 1 2 1 1 3 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2

1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1

2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 1 2 1 2 1 2 2 4 2 3 3 4 4 2 4 4

3 1 2 2 2 3 2 4 4 1 3 2 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 1 2 1

2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

1 1 1 2 1 2 1 3 3 1 2 3 3 4 2 1 2 2 3 3 3 3 2 1 4 2 1 1 1 1

3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 3 2 2 4 1 2 1 1 1

2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2

1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1

4 3 1 2 1 3 2 3 1 2 1 1 3 1 1 2 2 1 3 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1

1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1

2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3

1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1

(40)

1 4 1 4 4 1 2 4 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 4 3 1 4 2 4 2 4 1 3

2 2 2 2 2 2 1 4 1 4 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1

2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1

2 2 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 4 1

1 1 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2

1 4 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 1

3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 1 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 1

1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 1 2 1

2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2

2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1

1 2 1 4 2 1 2 4 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 4 1 1 1 2

2 1 2 3 2 2 1 4 2 4 2 1 1 2 4 2 1 2 2 2 2 4 1 2 1 4 2 1 2 1

3 2 2 3 3 3 1 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 2 1 1 2 2 2

Gambar

Tabel 7. Tabel 6.  Tabel 8. Tabel 9.
Tabel 1. Uji Validitas Skala Korupsi
Tabel 2. Rangkuman Reliabilitas Skala Korupsi
Tabel 5. Pengaruh Openess to experience terhadap sikap tentang korupsi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dan perilaku kerja kontraproduktif pada pegawai negeri sipil.. Subjek dalam

Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir busx. Subjek dalam penelitian ini

Beberapa jurnal menyatakan bahwa dimensi extravertion memiliki hubungan yang positif dengan multitasking ataupun preferensi multitasking (polychronicity) yang artinya

Penelitian lain oleh Ahmad, Ather, dan Husain (2014) menguji peran mediasi dari konsep komitmen organisasi multidimensi dalam menentukan hubungan antara kepribadian

Perilaku manusia dilatar belakangi oleh kepribadian (big five personality), hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Prayitno, 2016) yang

Hubungan antara keadilan distributif dengan perilaku kerja kontraproduktif yang merupakan hubungan negatif mempunyai arti apabila keadilan distributif yang

Hal ini selaras penelitian yang dilakukan oleh Nurvita (2008) yang melaporkan jika adanya hubungan positif antara persepsi terhadap peran pengasuhan ayah dengan

Beberapa para ahli telah membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara exraversion dengan perilaku pembelian konsumen, dimana dengan keaktifannya extraversion cenderung melakukan