• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA SOPIR BUS EXPRESS (CEPAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Pamela Agustine Kurniasari

NIM : 129114088

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Teruntuk Tuhan Yesus yang selalu menguatkanku Orangtua yang selalu memberi dukungan

Adikku tersayang

Tak lupa juga untuk Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA SOPIR BUS EXPRESS

(CEPAT)

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Pamela Agustine Kurniasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 61 orang sopir bus yang berusia 30 tahun hingga 59 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala konformitas dan skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala konformitas memiliki 20 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,970 dan skala perilaku kerja kontraproduktif memiliki 11 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,840. Rentang korelasi item total (rix) konformitas adalah 0,346 sampai 0,918 dan korelasi item total (rix) perilaku kerja kontraproduktif adalah 0,366 sampai 0,766. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,228 dan nilai p sebesar 0,039 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara konformitas dengan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat konformitas sopir bus, maka semakin tinggi perilaku kerja kontraproduktifnya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah konfromitas, maka semakin rendah perilaku kerja kontraproduktif yang dimiliki oleh sopir bus.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY AND COUNTERPRODUCTIVE WORK BEHAVIOR ON EXPRESS

BUS DRIVERS

Study in Psychology

Sanata Dharma University

Pamela Agustine Kurniasari

ABSTRACT

This research aimed to know the correlation between conformity and counterproductive work behavior on express bus drivers. The hypothesis was that there was positive relationship between conformity and counterproductive work behavior of bus drivers. Subject in this research were 61 bus drivers aged 30 to 59 years old. Data instrument be used were the scale of conformity and counterproductive work behavior. The alpha reliability coefficient of 20 item conformity scale was 0,970 and the coefficient of 11 item counterproductive work behavior scale was 0,840. Range of item-total correlation (rix) of conformity was 0,346 to 0,918. Range of item-total correlation (rix) of counterproductibe work behavior was 0,366 to 0,766. The technique of data analysis being used was Spearman’s rho correlation test because data on both variables are not normal. This research showed that the value of r was 0,228 with p 0,039 < 0,05. The result indicate a positive correlation between the conformity and the counterproductive work behavior. It was means that the higher level of conformity of the bus drivers, the higher level of counterproductive work behavior. On the contrary, the lower level of the conformity, therefore the lower level of the counterproductive work behavior of the bus drivers.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala penyertaan dan berkat selama proses pengerjaan skripsi ini. Selama

proses penulisan skripsi ini juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.si selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu P. Henrietta. P.D.A.D.S., S. Psi., M.A selaku dosen pembimbing

skripsi dan tempat curhat peneliti ketika membuat proposal PKM dan

susahnya mencari subjek (haha). Sukses ya mbak, maaf kalau sering

absen bimbingan dan merepotkan.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memberikan saran dan dukungan selama penulis menempuh

studi.

4. Terimakasih banyak kepada dosen penguji..P. Henrietta PDADS.,

M.A., Minta Istono. M.Si., dan R.Landung Eko P., M.Psi., Psi. 

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu

selama saya menempuh bangku kuliah. Terimakasih kepada semua

dosen atas relasi yang boleh saya nikmati selama duduk dibangku

kuliah.

6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gi,

(11)

xi

tawa ketika saya hadir di fakultas ini. Teruntuk Pak Gi, terimakasih

telah memperjuangkan lift untuk kami anak Psikologi.

7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan selalu

memberikan semangat serta doa untuk keberhasilan saya, Terimakasih

kawan!

8. Terimakasih kepada kedua orangtua saya, Agus Sumarjo dan Emalia

Pudjiastuti yang tak henti-hentinya mendoakanku. Terimakasih telah

membimbingku hingga sejauh ini! Terimakasih Pah Mah.

9. Adikku, Laurell Kurniasari. Semoga dilancarkan Ujian Nasionalnya!

10.Kepada PO. Safari Dharma Raya, PO. Efisiensi, dan seluruh sopir-sopir

bus yang bersedia berpartisipasi sehingga pengambilan data dapat

berjalan dengan lancar.

11.Catharina Dewi. Sahabat seperjuangan dari SMA, walaupun kita tak

pernah bersua tapi aku tahu kau selalu mendoakanku. Terimakasih

sudah jadi sahabat dari SMP hingga saat ini. Sukses untuk masa depan

kita!

12.Thanks to duo mendez, Suci dan Ema. Terimakasih untuk nasehat,

canda tawa, pelukan, kasih sayang, dan kejahatan-kejahatan kalian yang

tak bisa kusebut satu per satu hahaha. Laftyuuu!

13.Anak-anak bimbingan Mbak etta. GungIs, Ingga, Gede, Beni, Awang,

(12)

xii

pengerjaan skripsi ini. Beni, suwun dabs wes gelem tak repoti bab

skripsi iki!

14.Keluarga besar UKM Karawitan. Mas Eko, Mas Mamad, Mas Tri, Vita,

Oyen, Andi, Ajeng, dkk yang lain yang tak bisa kusebutkan satu

persatu.. Berada di tengah kalian dengan alunan gamelan selalu bisa

membuatku nyaman. Sukses terus untuk UKM Karawitan!!

15.Big thanks to keluarga besar 9114 scooterist walaupun aku ga punya

vespa tapi aku tetep sayang kalian hihi.. Terimakasih canda tawa atas

kelakuan kalian. Ayo gass ke luar pulau lagi!!

16.Pubdekblong. Gita Pepantri (backdrop), Zita Dhara (dekzit), Michael

Adhi (haha), Viola Dena (olak), Ivander Harlison (gimbal), Septian

Panji (pakCO). Entah aku harus ngomong apa. Kalian adalah orang

ter-blong tur aku tetap sayang kok. Dinamika bersama kalian di Aksi 2015

teramat sangat membekas di hati. Segera menyusul ya adik-adikku

(Gita, Zita, Olak, Haha)..

17.Teruntuk Heribertus Septian Panji. Terimaksih untuk canda tawa,

waktu, semangat, dukungan, dan doamu. Tak lupa juga terimakasih atas

pengalaman travellingnya. Sukses selalu untukmu 

18.Terimakasih kepada seluruh pihak yang belum dapat subjek ucapkan

(13)

xiii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu peneliti

sangat terbuka dengan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

banyak orang. Mohon Maaf jika ada salah kata. Terimakasih

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ...xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

(15)

xv A. Perilaku Kerja Kontraproduktif

1. Definisi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 7

2. Dimensi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 8

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 12

B. Konformitas 1. Definisi Konformitas ... 13

2. Aspek Konformitas ... 15

3. Dampak Konformitas ... 16

C. Pengemudi Bus Express (Cepat) ... 17

D. Dinamika Konformitas dengan Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 17

E. Skema Penelitian ... 21

F. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung... 23

2. Variabel Bebas ... 23

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Konformitas ... 24

2. Perilaku Kerja Kontraproduktif... 24

D. Subjek penelitian ... 25

E. Metode Pengumpulan Data ... 25

(16)

xvi

2. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 27

F. Validitas dan Reliabilitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 37

D. Hasil Penelitian ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Linearitas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 42

E. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Keterbatasan Penelitian ... 48

C. Saran ... 49

1. Bagi Subjek Penelitian ... 49

(17)

xvii

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemberian Nilai Skor ... 26

Tabel 2 Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Try Out ... 27

Tabel 3 Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Try Out ... 28

Tabel 4 Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item ... 31

Tabel 5 Distribusi Item Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif Setelah Seleksi Item ... 32

Tabel 6 Sebaran Subjek Berdasarkan Lama Kerja ... 37

Tabel 7 Data Empirik Skala Konformitas ... 38

Tabel 8 Data Empirik Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 39

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas ... 41

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas ... 42

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian ... 57

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 66

Lampiran 3 Hasil Uji T Mean Teoritik dan Mean Empiris ... 72

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas ... 74

Lampiran 5 Hasil Uji Linearitas ... 76

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia transportasi darat di Indonesia sudah pesat

sehingga banyak bermunculan perusahaan bus yang menawarkan berbagai

macam layanan dan harga yang beraneka ragam. Pelayanan dan fasilitas bus

express (cepat) juga cukup istimewa (www.karoseri-id.com). Selain itu, prosedur pembelian tiket bus eksekutif juga cukup mudah. Sebelum

melakukan perjalanan, calon penumpang bus eksekutif harus terlebih dahulu

memesan dan membayar tiket ke agen mengenai kemana tempat yang akan

dituju dan kapan jadwal keberangkatannya (Panjaitan, Bahtiar, & Endah,

2012). Namun, terkadang ada juga penumpang yang tidak mengikuti prosedur

pembelian tiket.

Penumpang yang tidak melakukan prosedur pembelian tiket ini

biasanya langsung membayar tarif kepada sopir bus. Penumpang lebih suka

naik di pinggir jalan dibandingkan harus naik dari terminal karena sopir bus

menawarkan tarif yang lebih murah daripada membeli tiket resmi bus

tersebut. Penumpang yang tidak resmi atau free rider sering disebut penumpang gelap (Pangenyori, 2015). Beberapa perusahaan bus mengalami

kerugian akibat adanya awak bus yang nakal tersebut.

Contoh kasus lain yang serupa juga terjadi pada bus Citra Patas.

(21)

bus patas yang menaikkan dan menurunkan penumpang gelap di pinggir

jalan, sehingga menyebabkan bus-bus lain tidak mendapatkan penumpang.

Padahal sesuai aturan yang diberlakukan oleh beberapa PO, bus express

(cepat) tidak diperbolehkan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di

pinggir jalan (Wawancara PO.Safari Dharma Raya & PO.Efisiensi, 2016).

Kasus yang sama juga terjadi pada PO. Safari Dharma Raya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2015 kepada

CEO PO. Safari Dharma Raya, Bp. Eric menjelaskan bahwa terdapat sopir

bus yang melayani penumpang yang tidak resmi. Selain menaikkan

penumpang gelap, sopir bus bahkan juga melayani paket gelap.

Contoh kasus lain dialami oleh PO. Jaya Utama yaitu adanya sopir

bus yang menyalahgunakan uang bahan bakar bus. Hal tersebut dilakukan

dengan cara memperlambat laju kendaraan, mematikan mesin pada bus full

AC saat makan siang sehingga membuat penumpang tidak nyaman, dan lebih

parah lagi adalah dengan membeli “irek”, yaitu campuran solar dan minyak 

tanah. Perilaku tersebut membuat penumpang yang ada dalam bus menjadi

tidak nyaman (www.pojayautama.blogspot.co.id).

Perilaku sopir bus seperti menaikkan penumpang gelap, paket gelap,

bahkan menyalahgunakan uang bahan bakar bus dapat disebut sebagai

perilaku kerja kontraproduktif karena melanggar norma-norma organisasi

yang mengancam kesejahteraan organisasi, anggotanya, atau keduanya

(Landy & Conte, 2004). Chang dan Smitikrai, 2010 (dalam Rusdi, 2015)

(22)

yang disengaja bertindak menentang kepentingan organisasi. Perilaku kerja

kontraproduktif tersebut seperti pencurian dan perilaku lain yang terkait,

perusakan properti, penyalahgunaan informasi, penyalahgunaan waktu, dan

sumber daya organisasi/perusahaan, perilaku yang membahayakan

organisasi/perusahaan, tingkat kehadiran rendah, kualitas kerja rendah,

penggunaan alkohol, penggunaan obat-obat terlarang, tindakan verbal yang

tidak pantas, dan tindakan fisik yang tidak pantas seperti pelecehan seksual

terhadap rekan kerja.

Perilaku kerja kontraproduktif memiliki beberapa istilah lain, Penney

dan Spector (2005) menjabarkan beberapa istilah yang telah digunakan untuk

menyebut perilaku organisasi ini, seperti organizational delinquency, workplace aggression, workplace deviance, dan organizational retaliatory. Meski memiliki beberapa istilah, pada dasarnya inti dari jenis perilaku ini

tetap sama, yakni perilaku yang merugikan atau bermaksud untuk

membahayakan organisasi atau orang dalam organisasi tersebut (Fox &

Spector dalam Cohen, Panter, & Turan, 2013). Perilaku kerja kontraproduktif

juga termasuk ke dalam perilaku ekstra (extra-role behavior) yang dilakukan oleh karyawan (Miles, Borman, Spector, & Fox, 2002).

Robbinson dan Bennet (dalam Klotz & Buckley, 2013) menguraikan

bahwa terdapat dua dimensi dari perilaku kerja kontraproduktif, yaitu

(23)

menguraikan perilaku kerja kontraproduktif ke dalam empat bentuk perilaku,

yaitu Penyimpangan Properti (Property Deviance), Penyimpangan Produksi (Production Deviance), Penyimpangan Politik (Political Deviance), dan Agresi Individu (Personal Aggression).

Penyebab terjadinya perilaku kerja kontraproduktif didasarkan pada

dua faktor. Vardi dan Weitz, 2002 (dalam Kanten dan Ulker, 2013)

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku kerja

kontraproduktif adalah faktor yang terkait dengan organisasi ( organizational-related factor) dan faktor yang terkait dengan individu (individual-related factor). Selanjutnya Vardi dan Weitz, 2002 (dalam Kanten dan Ulker, 2013) menyatakan bahwa faktor yang terkait dengan organisasi tersebut antara lain;

keadilan, dukungan, tekanan sosial yang menyebabkan kesesuaian

(konformitas), sikap manager/koordinator (ketidakpercayaan pada

pemimpin), pekerjaan yang ambigu, gaya managemen, dan iklim organisasi.

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku kerja kontraproduktif

tersebut, peneliti tertarik untuk mendalami faktor yang terkait dengan

organisasi (organizational-related factor), yaitu tekanan sosial yang menyebabkan kesesuaian (konformitas). Hal ini didasarkan pada beberapa

alasan, pertama, didasarkan pada hasil wawancara dengan Bp. Eric selaku

CEO PO. Safari Dharma Raya yang menjelaskan bahwa beberapa sopir bus

melakukan perilaku kerja kontraproduktif karena adanya tekanan dari sopir

bus lain. Fenomena tentang individu yang mengubah perilaku dan sikap

(24)

(Yu & Sun, 2013). Kedua, menurut Hamilton dan Sanders (1995) bahwa

konformitas terhadap kelompok menyimpang dapat menyebabkan kerugian

yang lebih besar dan mahal bagi organisasi.

Konformitas memiliki sisi positif dan negatif, dari sisi positif, yaitu

kelompok akan berfungsi lebih baik ketika individu tahu bagaimana

berperilaku pada situasi tertentu dan ketika kelompok memiliki kesamaan

sikap dan tata cara berperilaku. Sedangkan dari sisi negatif, konformitas bisa

menghambat kreatifitas berfikir kritis, berperilaku menyimpang, dan

kurangnya informasi tentang bagaimana berperilaku yang baik (Soerjono

Soekanto, 2000). Berdasarkan uraian dan fenomena-fenomena tersebut,

penelitian ini ingin mengetahui tentang hubungan antara konformitas dengan

perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan 

antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express

(cepat)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif

(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu psikologi, khususnya pada Psikologi Industri dan Organisasi yang

terkait dalam perilaku kerja kontraproduktif (counterproductive work behavior) dan konformitas.

2. Manfaat Praktis a. Bagi karyawan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar evaluasi diri

bagi karyawan berkaitan dengan perilaku kerjanya agar dapat

menghindari perilaku kerja kontraproduktif tersebut, dan saling

mengingatkan antar sesama karyawan untuk menghindari perilaku

kerja kontraproduktif.

b. Bagi organisasi/perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

perilaku kerja kontraproduktif dan konformitas yang terjadi dalam

perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan yang

(26)

7 BAB II DASAR TEORI

A. Perilaku Kerja Kontraproduktif

1. Definisi Perilaku Kerja Kontraproduktif

Penelitian tentang perilaku kerja kontraproduktif mulai popular dua

dekade yang lalu saat perilaku ini mulai mengancam kesejahteraan dalam

perusahaan (Robinson & Bennet, 1995). Perilaku kerja kontraproduktif

adalah perilaku yang dimaksudkan untuk memiliki efek yang merugikan

pada organisasi serta anggota dalam organisasi tersebut (Fox & Spector,

2001).

Vardi dan Weiner (1996) menjelaskan bahwa perilaku kerja

kontraproduktif merupakan tindakan yang disengaja oleh anggota dari

organisasi yang melanggar norma-norma inti organisasi. Dalal (2005)

mendefinisikan perilaku kerja kontraproduktif sebagai perilaku karyawan

yang disengaja dan berbahaya bagi kepentingan sah dari suatu organisasi.

Perilaku kerja kontraproduktif juga didefinisikan sebagai aktivitas

yang merugikan dan membahayakan organisasi yang dilakukan karyawan

dan akan mengurangi keefektifitasan (Klotz & Buckley, 2013). Menurut

Gruys dan Sackett (2003) menambahkan bahwa perilaku kerja

kontraproduktif ini adalah perilaku yang secara sengaja dilakukan dan

bertujuan untuk merugikan organisasi, orang dalam organisasi seperti

(27)

Locke 2009) perilaku kerja kontraproduktif ini dapat juga disebut dengan

penyimpangan. Perilaku yang termasuk dalam jenis ini adalah pencurian,

perusakan properti, penyalahgunaan informasi, penyalahgunaan waktu dan

sumber daya organisasi/perusahaan, kehadiran rendah, kualitas kerja

rendah, penggunaan alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang (Sacket

dan DeVore dalam Anderson, 2005). Perilaku kerja kontraproduktif

merupakan perilaku ekstra (extra-role behavior) yang dilakukan oleh karyawan (Miles, Borman, Spector, & Fox, 2002).

Robinson dan Bennet (1995) menambahkan bahwa perilaku kerja

kontraproduktif merupakan jenis perilaku menyimpang dalam organisasi

yang di konseptualisasikan sebagai bentuk penyimpangan yang

menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan disusun berdasarkan sifat

dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan dari perilaku

(minor-mayor).

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa definisi dari

perilaku kerja kontraproduktif adalah segala macam bentuk perilaku

individu baik sengaja maupun tidak disengaja yang bertentangan dengan

tujuan organisasi, melanggar norma-norma organisasi, dan bersifat

mengancam kesejahteraan organisasi, anggota, klien, pelanggan, rekan

kerja, dan supervisor pada suatu perusahaan.

2. Dimensi Perilaku Kerja Kontraproduktif

Robinson dan Bennet (1995) menyatakan bahwa perilaku kerja

(28)

yang di konseptualisasikan sebagai bentuk penyimpangan yang

menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan disusun berdasarkan sifat

dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan dari perilaku

(minor-mayor). Sifat dari target (individu-organisasi) adalah apakah

perilaku kerja kontraproduktif yang dilakukan tersebut ditujukan untuk

organisasi/perusahaan atau untuk anggota organisasi/perusahaan.

Sedangkan tingkat keseriusan dari perilaku (minor-mayor) adalah tingkat

perilaku kerja kontraproduktif yang kurang membahayakan sampai

perilaku kerja kontraproduktif yang membahayakan

organisasi/perusahaan.

Robinson dan Bennet, 2000 (dalam Chernyak & Tziner, 2014)

menjelaskan bahwa terdapat dua dimensi dari perilaku kerja

kontraproduktif berdasarkan sifat dari target, yaitu:

a. Dimensi organisasional

Dimensi organisasional adalah semua perilaku kerja

kontraproduktif yang ditargetkan pada organisasi, yang mencakup

perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penyimpangan properti (property deviance)

Penyimpangan properti adalah penyalahgunaan

barang atau properti milik perusahaan untuk kepentingan

pribadi. Perilaku yang termasuk dalam dimensi ini adalah

pencurian atau mengambil tanpa ijin barang milik

(29)

2. Penyimpangan produksi (production deviance)

Penyimpangan produksi adalah perilaku yang

melanggar norma-norma yang telah ditentukan dalam

organisasi terkait dengan kualitas dan kuantitas pekerjaan

yang menjadi tanggung jawab individu. Perilaku yang

termasuk dalam dimensi ini antara lain

ketidakhadiran/mangkir, keterlambatan, dan beristirahat

lebih lama dari waktu yang ditentukan.

b.Dimensi interpersonal

Dimensi interpersonal adalah semua perilaku kerja

kontraproduktif yang ditargetkan untuk orang lain dalam

organisasi, yang mencakup perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penyimpangan politik (political deviance)

Perilaku yang termasuk dalam penyimpangan

politik antara lain mengambil keputusan berdasarkan rasa

suka terhadap karyawan lain, menyalahkan atau menuduh

karyawan lain atas kesalahan yang tidak diperbuat, dan

menyebar gossip juga termasuk ke dalam dimensi

(30)

2. Agresi individu (personal aggression)

Perilaku yang termasuk dalam agresi individu

antara lain pelecehan antar karyawan baik secara verbal

maupun fisik dan pencurian barang milik rekan kerja yang

lain.

Robinson dan Bennet (dalam Idiakheua & Obetoh, 2012)

menggambarkan pengelompokan masing-masing jenis perilaku kerja

kontraproduktif dengan lebih sederhana berdasarkan sifat dari target

(individu-organisasi) dan tingkat keseriusan perilaku kerja kontraproduktif

(minor-mayor) melalui (Gambar 1) di bawah ini.

(31)

Organisasi

Robinson dan Bennet (dalam Idiakheua & Obetoh, 2012)

Robinson dan Bennet (2000, dalam Chernyak & Tziner, 2014)

menyatakan bahwa perilaku kerja kontraproduktif dibagi menjadi 2

dimensi, yaitu dimensi organisasional dan interpersonal. Lebih lanjut

Robinson dan Bennet (2000) juga menyatakan bahwa ke dua dimensi

tersebut memiliki korelasi yang kuat, r = 0,86. Hal tersebut juga didukung

oleh Lee dan Allen (2002) yang menyatakan bahwa ke dua dimensi

(32)

membedakan pengukuran antara dimensi organisasional dan interpersonal.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini juga akan mengikuti pendekatan

yang dilakukan oleh Chernyak dan Tziner (2014) yang tidak membedakan

dua dimensi dan melakukan penskoran total terhadap dua dimensi perilaku

kerja kontraproduktif tersebut. Selain itu, penskoran total dilakukan

dengan pertimbangan bahwa perilaku kerja kontraproduktif yang

dilakukan sopir bus tidak hanya untuk perusahaan, namun juga

mengganggu rekan kerja yang lain.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku kerja kontraproduktif

Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi perilaku kerja

kontraproduktif menurut Vardi dan Weist (2002) dan Barbaranelli, et al

(2013) adalah:

a. Faktor yang terkait dengan organisasi (organizational-related factor)

Faktor ini mencakup keadilan, dukungan, tekanan sosial yang

menyebabkan kesesuaian (konformitas), sikap

manajer/koordinator (ketidakpercayaan pada pemimpin),

pekerjaan yang ambigu, gaya manajemen, dan iklim organisasi.

Faktor yang terkait dengan organisasi tersebut akan

mempengaruhi individu dalam menampilkan perilakunya saat

(33)

b. Faktor yang terkait dengan individu (individual-related factor) Faktor ini mencakup sifat mendengarkan kata hati, perilaku

negatif, perasaan senang, moral, umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, senioritas, status perkawinan, dan kecerdasan

emosional (EQ). Faktor yang terkait dengan individu ini juga

akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam menghadapi

tekanan-tekanan yang terjadi disaat melakukan pekerjaan.

B. Konformitas

1. Definisi konformitas

Konformitas mulai diteliti pada tahun 1955 oleh Solomon Asch.

Solomon Asch menemukan bahwa individu akan melakukan penyesuaian

(conform) dengan keinginan atau kepercayaan orang lain (Asch, 1955). Menurut Sears (1991) konformitas adalah suatu perubahan perilaku

agar sesuai dengan tingkah laku orang lain guna mencapai tujuan tertentu.

Konformitas juga didefinisikan sebagai perubahan perilaku dan keyakinan

pada individu agar sesuai dengan standar kelompok (Taylor, Peplau, dan

Sears, 2000). Konformitas mengacu pada perubahan perilaku seseorang

agar sesuai dengan kelompok (Cialdini & Goldstein, 2004).

Konformitas juga didefinisikan sebagai perubahan perilaku, opini,

dan persepsi individu sehingga sesuai dengan norma kelompok (Brehm

dan Kassin dalam Suminar dan Meiyuntari, 2015). Willis (dalam Tis’Ina, 

(34)

yang dilakukan oleh individu dengan maksud memenuhi harapan

kelompok. Konformitas merupakan jenis pengaruh sosial yang melibatkan

perubahan dalam pendapat atau perilaku agar cocok dengan kelompok

(Tang, et al, 2013).

Baron, Branscombe, dan Byrne (dalam Sarwono, 2009)

mendefinisikan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku yang

dipengaruhi oleh tekanan sosial agar sesuai dengan norma sosial. Kiesler

& Kiesler (dalam Maulidta, 2010) mengatakan bahwa konformitas adalah

perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai

akibat adanya tekanan dari kelompok.

Myers (2010) juga mendefinisikan bahwa konformitas adalah

perubahan perilaku pada individu sebagai akibat dari adanya tekanan

kelompok. Moghaddam (1998, dalam Bocchiaro & Zamperini, 2012)

menambahkan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku, pikiran atau

perasaan karena adanya tekanan yang nyata atau imajinasi yang dilakukan

oleh kelompok. Namun, konformitas dapat mengubah diri seseorang

secara keseluruhan sehingga kehilangan jati diri. Pilihan terhadap suatu

kelompok, tempat tinggal, pekerjaan, organisasi dan sejenisnya

membutuhkan pemikiran yang matang dan suatu komitmen yang jelas dan

benar (Sabang dan Sudiarditha, 2009).

Dari beberapa pengertian konformitas tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa konformitas adalah perubahan keyakinan,

(35)

kelompok agar sesuai dengan norma atau standar yang telah ditetapkan

oleh kelompok.

2. Aspek Konformitas

Menurut Baron dan Byrne (2000) terdapat 2 (dua) aspek

konformitas, yaitu:

a.Aspek Normatif

Aspek normatif dapat dikatakan sebagai pengaruh sosial

normatif, aspek ini mengungkapkan perubahan tingkah laku

individu untuk memenuhi harapan orang lain. Konformitas

dilakukan individu karena ada keinginan untuk disukai dan rasa

ketakutan terhadap penolakan dari kelompok.

b.Aspek Informatif

Aspek informatif disebut juga sebagai pengaruh sosial

informatif. Aspek tersebut mengungkap adanya perubahan

tingkah laku individu sebagai akibat adanya keinginan untuk

menjadi benar. Hal tersebut menyebabkan individu akan

melakukan konformitas karena individu memiliki kecenderungan

untuk bergantung pada individu lain yang dianggap sebagai

(36)

3. Dampak Konformitas

Konformitas sendiri memiliki sisi positif dan sisi negatif,

tergantung dengan kelompok yang mempengaruhi individu (Soerjono &

Soekanto, 2000). Ketika individu berkonformitas pada kelompok positif,

maka kelompok akan berfungsi lebih baik karena individu tahu bagaimana

berperilaku pada situasi tertentu. Kelompok juga akan lebih kompak dalam

bekerja sama dan menunjukkan tata cara berperilaku. Sedangkan jika

individu berkonformitas pada kelompok negatif maka hal tersebut dapat

menghambat kreatifitas berfikir kritis, ikut berperilaku menyimpang, dan

kurangnya informasi tentang bagaimana berperilaku yang baik (Soerjono

Soekanto, 2000). Selain itu, konformitas terhadap kelompok negatif dalam

tempat kerja dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi organisasi

atau perusahaan (Hamilton & Sanders, 1995).

C. Pengemudi Bus dan Bus Express (Cepat)

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dilansir dari

situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat (www.dpr.go.id) pengertian

pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan

yang telah memiliki surat izin mengemudi. Sistem penggajian pengemudi

atau sopir bus didasarkan pada banyaknya jumlah Pulang-Pergi (PP), jurusan

bus, dan masa kerja. Aturan yang diberlakukan bagi pengemudi atau sopir

bus adalah melaporkan segala macam pengeluaran seperti bahan bakar, tol,

(37)

pengemudi atau sopir bus juga harus mengenakan seragam yang telah

ditentukan oleh perusahaan saat melakukan perjalanan. Pengemudi bus juga

dilarang menggunakan handphone (HP) dan obat-obatan saat diperjalanan (www.detik.com).

D. Dinamika Hubungan Konformitas dan Perilaku Kerja Kontraproduktif Berns et al (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa manusia

sebagai pribadi yang sangat rentan terhadap pengaruh sosial. Individu yang

hidup di dalam masyarakat demokratis bebas untuk mengekspresikan dan

membuat keputusan, namun kebebasan tersebut menaklukan individu untuk

mengikuti kehendak kelompok mayoritas (Berns et al, 2005; Yu dan Sun,

2013). Perubahan kehendak, pilihan, atau keputusan individu dapat disebut

konformitas. Myers (2010) mendefinisikan bahwa konformitas adalah

perubahan perilaku pada individu sebagai akibat dari adanya tekanan

kelompok. Bocchiaro dan Zamperini (2012) juga menjelaskan bahwa

individu merubah perilaku, pikiran, dan perasaan disebabkan oleh adanya

tekanan yang nyata atau imajinasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.

Penelitian yang dilakukan oleh Sabang dan Sudiarditha (2009)

menjelaskan bahwa hidup di tengah masyarakat atau kelompok tertentu

membutuhkan suatu penyesuaian diri (conform) agar dapat diterima dengan baik dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Namun, sebisa mungkin

harus tetap memiliki jati diri. Individu harus memiliki pemikiran yang matang

(38)

lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, dan organisasi. Ketika penyesuaian diri

yang dilakukan oleh suatu karyawan selaras dengan tujuan organisasi maka

tujuan yang dikehendaki oleh organisasi akan tercapai. Karyawan (sopir bus)

yang mempunyai pemikiran yang matang dan berkomitmen terhadap

perusahaan tidak akan mudah untuk terpengaruh oleh lingkungannya.

Baron & Byrne (2000) mengatakan bahwa terdapat dua aspek dari

konformitas, yaitu aspek normatif dan aspek informatif. Aspek normatif dapat

dikatakan sebagai pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkapkan

perubahan tingkah laku individu untuk memenuhi harapan orang lain.

Konformitas dilakukan individu karena ada keinginan untuk disukai dan rasa

ketakutan terhadap penolakan dari kelompok.

Aspek informatif disebut juga sebagai pengaruh sosial informatif.

Aspek tersebut mengungkap adanya perubahan tingkah laku individu sebagai

akibat adanya keinginan untuk menjadi benar. Hal tersebut menyebabkan

individu akan melakukan konformitas karena individu memiliki

kecenderungan untuk bergantung pada individu lain yang dianggap sebagai

sumber informasi tentang segala hal.

Konformitas sendiri memiliki sisi positif dan sisi negatif, tergantung

dengan kelompok yang mempengaruhi individu (Soerjono & Soekanto,

2000). Ketika individu berkonformitas pada kelompok positif, maka

kelompok akan berfungsi lebih baik karena individu tahu bagaimana

berperilaku pada situasi tertentu. Kelompok juga akan lebih kompak dalam

(39)

konteks penelitian ini, seseorang atau karyawan (sopir bus) yang

berkonformitas pada kelompok yang positif akan mampu menyelaraskan

perilaku dan sikapnya terhadap organisasi atau perusahaan. Karyawan juga

memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan sehingga tidak akan

melanggar aturan yang diberlakukan seperti memanipulasi data pengeluaran.

Berbeda halnya dengan konformitas individu atau karyawan (sopir

bus) pada kelompok negatif. Hal tersebut dapat menghambat kreatifitas

berpikir kritis dan pengembangan pemikiran. Ketidakmampuan karyawan

(sopir bus) dalam berpikir kritis membuat seorang karyawan tidak

mempunyai informasi yang cukup tentang berperilaku yang baik dalam

perusahaan. Ketidakmampuan dalam berpikir kritis ini juga akan

mempengaruhi seseorang atau karyawan dalam berperilaku menyimpang dari

aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan seperti melakukan manipulasi

data pengeluaran, menerima penumpang dan paket gelap untuk keuntungan

pribadi. Perilaku ini termasuk perilaku kerja kontraproduktif, yaitu jenis

perilaku menyimpang dalam organisasi yang di konseptualisasikan sebagai

bentuk penyimpangan yang menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan

disusun berdasarkan sifat dari target (individu-organisasi) dan tingkat

(40)

E. Skema Penelitian

Gambar 2.

Skema Hubungan Konformitas dan Perilaku Kerja Kontraproduktif pada Sopir Bus

- Tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh kelompok mayoritas negatif

- Tidak memiliki cukup informasi tentang berperilaku yang baik sehingga mudah untuk berperilaku menyimpang dari aturan perusahaan

(41)

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut: “Ada hubungan  yang positif dan signifikan antara konformitas  dan 

perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku kerja kontraproduktif pada sopir

(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan kuantitatif menekankan analisis data numerikal yang

diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Penelitian ini termasuk ke

dalam jenis penelitian kuntitatif korelasional, yaitu jenis penelitian yang

bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan

dengan variabel lain (Azwar, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir

bus.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi atau

respon jika dihubungkan dengan variabel bebas (Sarwono, 2006). Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi variabel lain (Sarwono, 2006). Variabel bebas dalam

(43)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Konformitas

Konformitas adalah perubahan keyakinan, kepercayaan, sikap, dan

perilaku sopir bus express (cepat) akibat adanya tekanan kelompok agar sesuai dengan norma atau standar yang telah ditetapkan oleh kelompok.

Konformitas diukur dengan menggunakan skala konformitas yang disusun

sesuai dengan aspek konformitas, yaitu aspek normatif dan aspek

informatif. Konformitas dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari skala

tersebut. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala konformitas

maka semakin tinggi konformitas individu dan sebaliknya semakin rendah

skor yang diperoleh individu maka akan semakin rendah pula konformitas

individu tersebut.

2. Perilaku Kerja Kontraproduktif

Perilaku kerja kontraproduktif adalah segala macam bentuk perilaku

sopir bus express (cepat) baik sengaja maupun tidak disengaja yang bertentangan dengan tujuan organisasi, melanggar norma-norma

organisasi, dan bersifat mengancam kesejahteraan organisasi, anggota,

klien, pelanggan, rekan kerja, dan supervisor pada suatu perusahaan.

Perilaku kerja kontraproduktif diukur dengan skala perilaku kerja

kontraproduktif yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi perilaku kerja

kontraproduktif yaitu dimensi organisasional yang mencakup

(44)

penyimpangan politik (political deviance), dan agresi individu. Hasil dari pengukuran perilaku kerja kontraproduktif ditunjukkan dari skor total

skala perilaku kerja kontraproduktif. Semakin tinggi skor total yang

diperoleh dalam skala perilaku kerja kontraproduktif, maka semakin tinggi

perilaku kerja kontraproduktifnya. Sebaliknya, semakin rendah skor total

yang diperoleh dalam skala perilaku kerja kontraproduktif, maka semakin

rendah perilaku kerja kontraproduktif.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sopir bus. Kriteria subjek yang

dimaksud adalah sopir bus yang telah memiliki pengalaman kerja menjadi

sopir minimal 1 tahun dan bekerja pada perusahaan bus express (cepat) yang memiliki ketentuan mengenai tata cara menaikkan/menurunkan penumpang

(di tempat yang telah ditentukan) dan pembelian tiket di agen yang sudah

disediakan oleh perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan convinience sampling, yaitu merupakan teknik penarikan sampel berdasarkan kemudahan menemukan sampel. Sampel dapat terpilih

karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo, 2008).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan

adalah penyebaran skala. Skala adalah pertanyaan yang disusun untuk

(45)

diberikan (Azwar, 2012). Jenis skala yang digunakan adalah dengan

menggunakan skala Likert. Pada skala ini terdiri dari pernyataan-pernyataan

favorable dan unfavorable dengan alternatif jawaban seperti “Sangat Sesuai”, 

“Sesuai”,  “Tidak  Sesuai”,  dan  “Sangat  Tidak  Sesuai”.  Pada  pernyataan

favorable nilai  tertinggi  4  untuk  jawaban  “Sangat  Sesuai”  (SS),  nilai  3 

diberikan  untuk  jawaban  “Sesuai”  (S),  nilai  2  diberikan  untuk  jawaban 

“Tidak Sesuai” (TS) dan nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Sedangkan pada pernyataan unfavorable, nilai tertinggi 4 untuk

jawaban    “Sangat  Tidak  Sesuai”  (STS),  nilai  3  diberikan  untuk  jawaban 

“Tidak Sesuai” (TS), nilai 2 diberikan untuk jawaban “Sesuai” (S) dan nilai 1 

untuk  jawaban  “Sangat  Sesuai”  (SS).  Pemberian  skor  pada  pernyataan 

favorable dan unfavorable dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 1

skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala dari masing-masing variabel

(46)

1. Skala Konformitas

Skala konformitas disusun berdasarkan aspek konformitas yang

dikemukakan oleh Baron & Byrne (2000), yaitu:

a. Aspek Normatif

b. Aspek Informatif

Kedua aspek tersebut menjadi dasar dalam penyusunan skala

konformitas.

Tabel. 2

Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Try Out

Aspek No Aitem Total Bobot

2. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Skala perilaku kerja kontraproduktif disusun berdasarkan

dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Robinson dan Bennet

(47)

a. Dimensi organisasional : penyimpangan properti (property deviance) dan penyimpangan produksi (production deviance). b. Dimensi interpersonal : penyimpangan politik (political

deviance) dan agresi individu.

Dimensi-dimensi tersebut menjadi dasar dalam penyusunan

skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala penelitian ini

menggunakan skala penelitian milik Putro (2016) dengan hasil

koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,859 dari 12 item. Hasil koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala perilaku kerja kontraproduktif

tergolong reliabel.

Tabel. 3

Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Try Out

(48)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya,

atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Sedangkan, tes yang menghasilkan daya yang tidak

relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki

validitas rendah (Azwar, 2009).

Penelitian ini menggunakan kategori validitas isi atau content validity yang diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan penilaian (judgement) yang bersifat subjektif (Azwar, 2010). Validitas ini diselidiki dengan bantuan dari dosen pembimbing sebagai

experts judgement. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian aitem dalam tes dengan aspek-aspek yang hendak diungkap serta kesesuaian blue print dengan tujuan memilih aitem yang representatif.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan dengan parameter daya diskriminasi item.

Diskriminasi item adalah kemampuan item dalam membedakan antara

individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki

atribut yang diukur (Azwar, 2009). Seleksi item dilakukan dengan uji coba

(49)

distribusi skor item dengan distribusi skor skala dengan program SPPSS for Windows versi 16.0 yang manghasilkan koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2009). Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item

total menggunakan batasan rix  ≥ 0,3. Jika jumlah item yang lolos masih 

tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka batasan tersebut dapat

dipertimbangkan untuk diturunkan menjadi rix  ≥ 0,25 (Azwar, 2009). 

Untuk memilih item yang baik dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan uji coba terpakai atau try out terpakai. Try out terpakai merupakan suatu teknik untuk menguji validitas dan reliabilitas dengan

cara pengambilan data yang hanya dilakukan sekali dan hasil uji cobanya

langsung digunakan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2004). Jumlah subjek

dalam penelitian ini adalah 61 sopir bus.

Try out terpakai dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 sampai 30 November 2016. Berikut ini merupakan hasil seleksi item pada

kedua variabel.

a.Skala Konformitas

Pada skala konformitas didapatkan beberapa item yang

gugur dengan koefisien korelasi ≥ 0,30 sehingga diperoleh hasil

(50)

Tabel. 4

Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item

Aspek No Aitem Total Setelah

Digugurkan

konformitas terdapat 22 item valid dan 10 item gugur. Item pada

setiap aspek diselaraskan menjadi 10 item sehingga total item

yang digugurkan adalah 2 item. Item pada skala konformitas yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 item. Penguguran

item untuk menjaga komposisi dilakukan dengan cara memilih

item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil

diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang

memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut

dinyatakan gugur dan tidak diikutsertakan dalam skala

konformitas.

b.Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Pada skala perilaku kerja kontraproduktif didapatkan satu

item yang gugur dengan koefisien korelasi ≥ 0,30 sehingga

(51)

Tabel. 5

Distribusi Item Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif Setelah Seleksi

Aspek No Aitem Total Setelah

Digugurkan

Keterangan: * : item yang gugur

Berdasarkan hasil seleksi item dari 12 item skala perilaku

kerja kontraproduktif, terdapat 11 item valid dan 1 item yang

gugur. Item yang digunakan dalam skala perilaku kerja

kontraproduktif berjumlah 11 item.

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Konsep

reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

(Azwar, 2009).

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur

yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliabel

(52)

yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada

faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan

konstan dari waktu ke waktu (Azwar, 2010).

Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Teknik ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi, karena hanya satu kali percobaan pada satu kelompok subjek (Azwar,

2012). Koefisien reliabilitas menunjukkan nilai ≤ 0,6 maka reliabilitas

dikatakan kurang baik. Sedangkan reliabilitas yang paling baik jika

koefisien bernilai ≥ 0,8.

a. Skala Konformitas

Koefisien  Cronbach’s  Alpha  skala  konformitas  setelah 

seleksi item dilakukan melalui SPSS for Windows versi 16.0 menghasilkan α = 0,970. Hal tersebut menunjukkan bahwa item 

pengukuran pada skala konformitas tergolong reliabel.

b. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Koefisien  Cronbach’s  Alpha  skala  perilaku  kerja 

kontraproduktif setelah seleksi item dilakukan melalui SPSS for Windows versi 16.0 menghasikan α  =  0,840.  Hal  tersebut  menunjukkan bahwa item pengukuran pada skala perilaku kerja

(53)

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian

ini berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu

dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki

asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan

dengan teknik Kolmogorov-Smirnov SPSS for Windows vers 16.0. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan untuk suatu taraf signifikan

0,05. Jika signifikan (p) yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka data

tersebut dikatakan terdistribusi normal dan jika signifikan (p) kurang

dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang

hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus, sehingga peningkatan atau

penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh

peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Uji linearitas

digunakan untuk melihat bagaimana kekuatan hubungan antara dua

variabel dalam penelitian. Jika nilai sig. atau p > 0.05 maka terdapat

hubungan yang tidak linear atau hubungan antara dua variabel lemah

(54)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan

yang signifikan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif

pada sopir bus express (cepat). Analisis penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson, yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dalam penelitian, yaitu variabel bebas dan

variabel tergantung dengan asumsi bila data kedua variabel berbentuk

interval atau ratio (Sugiyono 2011). Metode Product Moment Pearson

dapat digunakan apabila uji asumsi telah terpenuhi. Namun, jika uji asumsi

tidak terpenuhi maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan teknik

Spearman Rho (Sarwono, 2006).

Koefisien yang dihasilkan bernilai -1 hingga +1, yang menunjukkan

hubungan tersebut positif atau negatif. Jika nilai sig. atau p < 0.05, maka

hipotesis nol ditolak atau yang berarti ada hubungan yang signifikan antar

dua variabel. Sebaliknya, jika nilai sig. atau p > 0.05, maka hipotesis nol

diterima atau yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antar dua

(55)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November 2016 sampai dengan

30 November 2016. Peneliti melakukan pengambilan data ke beberapa

tempat, seperti Terminal Jombor, dan beberapa PO. Data penelitian diperoleh

dengan membagikan skala konformitas dan skala perilaku kerja

kontraproduktif kepada subjek penelitian, yaitu sopir bus express (cepat). Pengambilan data menggunakan teknik try out terpakai. Pembagian skala penelitian dilakukan secara individual, 1 (satu) jam sebelum jadwal

keberangkatan bus. Sebelum mulai mengerjakan, peneliti menjelaskan

administrasi skala yang akan diisi. Setelah selesai, subjek dipersilahkan untuk

mengisi jawaban atas pernyataan yang terdapat pada skala. Jumlah seluruh

skala yang dibagi 65 lembar. Dari jumlah tersebut, skala yang kembali dan

dapat dianalisis berjumlah 61 lembar skala. Tidak kembalinya skala

penelitian yang berjumlah 4 lembar dikarenakan beberapa alasan, antara lain:

hilang dalam perjalanan, lupa mengisi, lupa membawa kacamata, dan tulisan

terlalu kecil sehingga peneliti memutuskan untuk tidak menunggu dan

(56)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Berdasarkan sebaran skala penelitian subjek sopir bus, diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel. 6

Sebaran Subjek Berdasarkan Lama Kerja

Kriteria Subjek Keterangan Jumlah

Lama Kerja 1-10 tahun 38

> 10 tahun 23

C. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil

perhitungan mean teoritik konformitas sebagai berikut:

Jumlah item : 20

Nilai minimum : 20 x 1 = 20

Nilai maximum : 20x 4 = 80

Rentang nilai : 20 – 80

Jarak : 80 – 20 = 60

(57)

Mean teoritik perilaku kerja kontraproduktif

Sedangkan, perhitungan mean empirik konformitas sebagai berikut :

(58)

Mean empirik perilaku kerja kontraproduktif

Tabel. 8

Data Empirik Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

One-Sample Statistics

signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut menunjukkan terdapat

perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris dari

variabel konformitas. Data menunjukkan bahwa mean teoritik dari variabel

konformitas sebesar 50, sedangkan mean empiris dari variabel konformitas

sebesar 56, 23 dengan SD sebesar 13,129. Data tersebut menunjukkan bahwa

mean empiris lebih besar dibandingkan dengan mean teoritik, maka dapat

disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat konformitas yang

(59)

Hasil data uji t pada variabel perilaku kerja kontraproduktif

menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan

mean empiris dari variabel perilaku kerja kontraproduktif. Data menunjukkan

bahwa mean teoritik dari variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar 27,5,

sedangkan mean empiris dari variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar

37,57 dengan SD sebesar 4,068. Data tersebut menunjukkan bahwa mean

empiris lebih besar dibandingkan dengan mean teoritik, maka dapat

disimpulkan bahwa tingkat perilaku kerja kontraproduktif pada subjek

penelitian tinggi.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang

diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis

korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data

penelitian ini berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji

ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik

memiliki asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Uji

(60)

Kolmogorov-Smirnov Test yang diperhitungkan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa nilai

probabilitas (p) pada variabel konformitas sebesar 0,017 dan pada

variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar 0,002. Hal ini

menunjukkan bahwa sebaran data pada kedua variabel bersifat

tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p <

0,05). Hal tersebut berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini

akan menggunakan teknik korelasi Spearman rho. b. Uji Linearitas

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan

linear antara variabel bebas dan tergantungnya (Noor, 2013). Uji

linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan test of linearity

pada SPSS for Windows versi 16.0. jika nilai signifikansinya p < 0,05 maka pola hubungan dapat diartikan linear. Uji linearitas

(61)

Tabel. 10

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel

konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus

memiliki signifikansi (p) = 0,049 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak

terdistribusi normal. Hal tersebut berarti pengujian hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05, dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. berikut ini adalah hasil uji hipotesis konformitas dan perilaku kerja

(62)

Tabel. 11

Correlation Coefficient 1.000 .228* Sig. (1-tailed) . .039

N 61 61

CWB Correlation Coefficient .228* 1.000 Sig. (1-tailed) .039 .

N 61 61

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa

konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus memiliki

nilai r sebesar 0,228 dengan nilai p sebesar 0,039. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif, lemah, dan signifikan

antara variabel konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif (CWB).

E. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara konformitas

dengan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat) memiliki korelasi positif dan signifikan (r = 0,228, p = 0,039). Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas maka perilaku kerja

(63)

rendah konformitas maka perilaku kerja kontraproduktif akan semakin

rendah.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi

antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express

(cepat) adalah 0,228 dengan p = 0,039. Data tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif, lemah, dan signifikan antara konformitas dan

perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini berarti masih terdapat faktor-faktor

lain yang mempengaruhi perilaku kerja kontraproduktif seperti gaya

manajemen, iklim organisasi, kecerdasan emosional (EQ), dan faktor-faktor

lain yang dijelaskan oleh Vardi dan Weist (2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Sabang dan Sudiarditha (2009)

menjelaskan bahwa hidup di tengah masyarakat atau kelompok tertentu

membutuhkan suatu penyesuaian diri (conform) agar dapat diterima dengan baik dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Konformitas adalah

suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok terhadap anggotanya tetapi

memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya

perilaku-perilaku tertentu pada kelompok (Zebua & Nurdjayadi, 2001 dalam Fitriyani

dkk, 2013).

Sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok kerja, individu

menginginkan penerimaan oleh kelompok tersebut. Oleh karena keinginan

tersebut, individu cenderung menyesuaikan diri dengan norma-norma

kelompok (Robbins & Judge, 2008). Kecenderungan untuk melakukan

(64)

saja. Hal tersebut didukung oleh Dacey dan Kenny (dalam Fitriyani dkk,

2013) yang mengatakan bahwa konformitas dalam kelompok tidak selalu

bersifat positif. Manusia juga dapat melakukan konformitas pada

bentuk-bentuk perilaku negatif (Sarwono, 2011 dalam Megawati, 2014). Siswati dan

Masykur (2011, dalam Putri, 2013) menjelaskan bahwa konformitas terjadi

ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk

melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan yang

dilakukan merupakan perilaku yang menyimpang.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa

sopir-sopir bus tetap melakukan penyesuaian atau konformitas terhadap

kelompok sopir yang jelas melakukan perilaku menyimpang. Menurut

Fitriyani (2013), adanya keinginan untuk diterima dan diakui oleh kelompok

ternyata cukup kuat untuk mendorong individu melakukan hal yang negatif.

Sopir-sopir bus yang mudah terpengaruh oleh kelompok tidak memiliki

kepercayaan diri dan takut dikucilkan oleh kelompoknya. Hal tersebut

menyebabkan sopir-sopir bus yang merasa tertekan dengan kelompoknya

melakukan tindakan negatif yang dilakukan juga oleh kelompoknya seperti

berbohong mengenai data pengeluaran bahan bakar yang termasuk dalam

penyimpangan properti. Selain itu perilaku seperti menerima penumpang

gelap dan paket gelap yang termasuk dalam pencurian pada perusahaan juga

dilakukan oleh sopir bus (penyimpangan properti) serta berkata kasar atau

melakukan pelecehan verbal terhadap rekan kerja yang lain (penyimpangan

(65)

seorang individu memiliki standar moral yang tinggi, namun lingkungan

operasional dalam pekerjaan memberikan pengaruh yang kuat pada individu

untuk terlibat dalam perilaku menyimpang.

Dari penelitian ini, konformitas yang dilakukan subjek tergolong

tinggi. Hal ini dilihat dari data yang menunjukkan bahwa mean empiris lebih

besar dibandingkan mean teoritik (56,23 > 50). Data tersebut menunjukkan

terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris

pada variabel konformitas. Nilai mean empiris yang lebih besar dibandingkan

nilai mean teoritik menunjukkan bahwa subjek penelitian cenderung

melakukan konformitas terhadap kelompoknya. Subjek cenderung akan

mudah untuk dipengaruhi oleh kelompok untuk melakukan hal-hal negatif

dan merasa tidak percaya diri apabila tidak seragam dengan kelompoknya

(Maulidta, 2010).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku kerja

kontraproduktif yang tinggi. Hal ini dilihat dari data yang menunjukkan

bahwa mean empiris lebih tinggi dibandingkan mean teoritik (37,57 > 27,5).

Data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean

toritik dan mean empiris pada variabel perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini

dapat terjadi karena subjek melakukan konformitas terhadap kelompoknya

sehingga subjek mudah untuk dipengaruhi untuk melakukan hal-hal negatif

dan merasa tidak percaya diri apabila tidak seragam dengan kelompoknya

(Maulidta, 2010). Subjek juga akan mudah berperilaku menyimpang dari

(66)

data pengeluaran, menerima penumpang dan paket gelap untuk keuntungan

pribadi. Selain itu, subjek akan memperlakukan rekan kerjanya secara tidak

adil, memperlihatkan ketidaksopanan, dan melakukan tindakan verbal

(67)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis penelitian dengan menggunakan korelasi Spearman Rho

menunjukkan korelasi r = 0,228 dengan nilai signifikansi p = 0,039 (p <

0,05). Korelasi tersebut menegaskan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir

bus express (cepat). Semakin tinggi konformitas pada sopir bus maka semakin tinggi juga perilaku kerja kontraproduktifnya. Semakin rendah

konformitas pada sopir bus, semakin rendah perilaku kerja

kontraproduktifnya.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari

sempurna. Peneliti menilai keterbatasan dalam penelitian ini adalah

terbatasnya jumlah subjek karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh

sopir-sopir bus dalam mengisi skala, sehingga beberapa skala tidak selesai dan

digugurkan karena pengisian skala tidak selesai. Selain itu, adanya faktor

internal dari subjek seperti rasa malas untuk membaca, lelah diperjalanan, dan

sulit untuk memahami cara pengisian skala menyebabkan peneliti mendapat

Gambar

Gambar 2. Skema Hubungan Konformitas dan Perilaku Kerja Kontraproduktif
Tabel. 1 Pemberian Nilai Skor
Tabel. 2 Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Try Out
Tabel. 3 Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Try Out
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif dan informasional pada 73 orang

Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis yang diajukan penulis, yaitu ada hubungan positif antara konformitas dengan perilaku menyontek pada siswa SMP N 1 Selo

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara konformitas dengan kemandirian dalam pengambilan keputusan.. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiwa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pemikiran bagi subjek penelitian mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif

Analisis data menggunakan teknik analisis pearson correlation dan hipotesis penelitian ini adalah Terdapat hubungan positif antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan otoriter dengan perilaku kerja kontraproduktif maka Ha

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif, ada hubungan negatif antara konsep diri dengan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas yang didasarkan pada pengaruh normatif dan informasional pada 73 orang