• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH

PETRONELLA GURNING NIM : 121021080

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

PETRONELLA GURNING NIM : 121021080

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

DI POLI GIGI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh :

PETRONELLA GURNING NIM : 121021080

Disahkan oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Linda T Maas, MPH Drs. Eddy Syahrial, MS

NIP.19521022 1980032002 NIP. 195907131987031001

Medan, Agustus 2015

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

pelayanan medik gigi dasar dan rujukan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan, baik yang sakit maupun yang sehat.

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengambilan sampling secara proporsional stratified random sampling. Populasi penelitian adalah KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015 terdiri dari 6 desa sebanyak 6189 KK dan jumlah sampel diambil sebanyak 95 KK.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden tamatan SLTA sebanyak 46 orang (48,8%), penghasilan responden <Rp 1.800.000 sebanyak 56 orang (58,9%). Kategori Akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah baik yaitu 95 orang (100%). Kategori pendorong untuk bertindak adalah baik yaitu 48 orang (50,5%), kategori pengetahuan terhadap ancaman yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut adalah baik sebanyak 65 orang (68,4%) sedangkan pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Medan Tuntungan berkategori sedang sebanyak 64 orang (67,4%), kategori sikap terhadap kerentanan dan keseriusan yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut yaitu baik sebanyak 85 orang (89,5%) sedangkan kategori pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan buruk sebanyak 57 orang (60,0%).

Dari hasil penelitian diharapkan agar Puskesmas Medan Tuntungan menambah sarana dan prasarana (alat penambalan gigi dan alat scelling) dengan melakukan koordinasi kepada Dinas Kesehatan. Diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Medan Tuntungan berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan pelayanan poli gigi kepada masyarakat, melalui promosi kesehatan. Diharapkan kepada petugas UKGS di sekolah untuk lebih meningkatkan pelayanan tentang kesehatan gigi dan mulut di sekolah-sekolah. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih aktif dalam mencari informasi tentang pelayanan kesehatan gigi di Poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan,

(5)

the community, family and individuals, whether sick or healthy.

This type of research is descriptive quantitative and sampling techniques proportionally stratified random sampling. The study population is families who are in Puskesmas Medan Tuntungan 2015 consists of 6 villages as many as 6189 households and the number of samples taken as many as 95 families.

The results showed that the respondents' education high school graduate as many as 46 people (48.8%), the respondent's income <Rp 1,800,000 as many as 56 people (58.9%). Category access oral health care is good that 95 people (100%). Category driver to act is good that 48 people (50.5%), categories of knowledge against a perceived threat to the teeth and mouth disease was as much as 65 people (68.4%), while knowledge of oral and dental health services Puskesmas Medan Tuntungan category were as many as 64 people (67.4%), the category of attitude towards the vulnerability and the perceived seriousness of the teeth and mouth disease is a good 85 persons (89.5%), while the category of utilization of dental and oral health services at the health center dental poly Medan bad Tuntungan as many as 57 people (60.0%).

From the results of the study are expected in order to Puskesmas Medan Tuntungan add facilities and infrastructure (tools and tool scelling dental fillings) by coordinating the Health Department. Expected to health workers Puskesmas Medan Tuntungan active role in providing information on dental health and dental poly services to the community, through the promotion of health. UKGS expected to officers in schools to further improve the service of oral health in schools. Expected to society to be more active in seeking information about dental health services at the health center dental Poly Tuntungan Medan,

(6)

berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2015.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Linda T Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Isekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

FKM USU.

6. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Khususnya Dosen dan Staf Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Bapak Gelora K.P Ginting, S.STP, MM selaku Camat Medan Tuntungan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan.

8. Bapak Dr. Immanuel S. Sembiring selaku Kepala Puskesmas Medan Tuntungan yang telah mengizinkan dan memberikan data yang dibutuhkan penulis untuk penelitian.

9. Orang tua tercinta, Ayahanda “Alm. Torop Malau Gurning” dan Ibunda “Rospi Samosir” yang telah memberikan dukungan, doa, dan segalanya kepada penulis. Kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis tidak akan pernah tergantikan dan terlupakan.

10. Untuk abang, kakak dan adikku tersayang “ Pardamean Gurning, Rekki Fernando Gurning, Rahma Wana Saragih, Patar Gurning dan Weselly Gurning dan Jhonny Gurning yang memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

13. Untuk teman seperjuanganku “ Patima Sijabat, Imelda Ekasyah Putri Sihombing, Nia Maharani, Regina dan semua teman-teman PKIP yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis”.

14. Untuk adik-adik PBL “Daniel, Irenne, Martha, Joen, Senna, Putri, Deli dan Widya yang telah membantu dan memberikan semangat dan kesan yang tak terlupakan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan segala kemampuan yang ada pada diri penulis. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(9)

Tempat Lahir : Pematangsiantar

Tanggal Lahir : 12 Januari 1988

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Katolik

Nama Ayah : Alm. Torop Malau Gurning

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Rospi Samosir

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

2.1.1. Pengertian perilaku Kesehatan ...10

2.2. Pengetahuan ...11

2.2.1. Pengertian Pengetahuan ...11

2.2.2. Proses Adopsi Perilaku pada Pengetahuan ...11

2.2.3. Tingkat Pengetahuan di Dalam Ranah Kognitif ...12

2.3. Sikap dan Tindakan tentang Kesehatan Gigi ...14

2.3.1. Sikap tentang Kesehatan Gigi...14

2.3.2. Tindakan tentang Kesehatan Gigi ...17

2.4. Proses Perubahan Tingkah Laku dalam Kesehatan Gigi ...18

2.5. Kesehata Gigi dan Mulut ...19

2.6. Teori Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan ...21

2.6.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan ...21

2.6.2. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan ...23

2.6.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ...24

2.7. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas ...26

2.7.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas ...26

2.7.2. Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas ...28

2.7.3. Model Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas...28

(11)

2.8.2. Poli Gigi Puskesmas ...38

2.9. Standar Operasional Prosedur Poli Gigi Puskesmas...40

2.10. Landasan Teori ...40

2.11. Kerangka Konsep ...43

BAB III METODE PENELITIAN ...45

3.1. Jenis Penelitian...45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...45

3.2.1. Lokasi Penelitian ...45

3.2.2. Waktu Penelitian...46

3.3. Populasi dan Sampel ...47

3.3.1. Populasi...47

3.3.2. Sampel ...47

3.4. Metode Pengumpulan Data ...50

3.4.1. Data Primer ...50

3.4.2. Data Sekunder...50

3.5. Definisi Operasional ...50

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen Penelitian ...54

3.6.1. Aspek Pengukuran ...54

3.6.2. Instrumen Penelitian ...60

3.7. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data...60

3.8. Metode Pengolahan Data ...60

3.9. Analisa Data...61

BAB IV HASIL PENELITIAN...62

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...62

4.2 Variabel Demografis ...63

4.2.1 Akses Pelayanan Kesehatan Gigi ...64

4.2.2 Pendorong (cues) untuk bertindak ...65

4.3 Pengetahuan ...71

4.3.1 Pengetahuan Terhadap Ancaman Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi dan Mulut sebelum melakukan pemanfaatan pelayana poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan ...71

4.3.2 Pengetahuan terhadap Pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan ...75

4.4 Persepsi Individual ...77

4.4.1 Sikap terhdap kerentanan yang dirasakan pada Penyakit Gigi dan Mulut ...77

(12)

5.1. Variabel Demografi...89

5.2. Pendidikan Terakhir Responden ...89

5.3. Penghasilan Responden...90

5.4. Akses Ke Pelayanan Kesehatan Poli Gigi Puskesmas ...91

5.4.1. Sarana Dan Prasaran Poli Gigi Tergolong lengkap ...91

5.4.2. Kategori Akses Pelayanan Kesehatan Poli Gigi Puskesmas ...93

5.5. Pendorong (cues) Untuk Bertindak Tentang Petugas Kesehatan Tidak Memberi Informasi Kesehatan Gigi dan Pelayanan ...94

5.6. Kategori Pendorong (Pemberi Informasi) Untuk Bertindak Dari Keluarga, Teman, Petugas Kesehatan, Dan Media Cetak/ Elektronik ...95

5.7. Pengetahuan ...97

5.7.1. Menanggapi Responden Yang Memiliki Pengetahuan Terhadap Ancaman Yang Dirasakan Tentang Lubang Gigi Yang Masih Kecil Jika Tidak Segera Ditambal Hanya Menyebabkan Rasa Sakit Gigi Saja ...97

5.7.2. Menanggapi Responden Yang Memiliki Pengetahuan Tentang Lubang Gigi Perlu Dilakukan Pencabutan Karena Jika Dirawat Dan Ditambal Akan Lepas Tambalannya...98

5.7.3. Pengetahuan Tentang Kunjungan Petugas Kesehatan Gigi Ke SD (UKGS) ...100

5.7.4. Pengetahuan Tentang Penyuluhan Kesehatan Gigi ...101

5.7.5. Pengetahuan Terhadap Pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan ...102

5.8. Sikap Terhadap Kerentanan dan Keseriusan Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi dan Mulut ...104

5.9. Tindakan...105

5.9.1. Distribusi Frekuensi Tindakan Berdasarkan Alasan Tidak Menggunakan Pelayanan Kesehatan Gigi Di Poli Gigi Pukesmas Medan Tuntnan ...105

5.9.2. Kategori Tindakan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut ...106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...108

6.1. Kesimpilan ...108

6.2. Saran...109

(13)

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk/ Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas

Medan Tuntungan ...49 Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja dan Jumlah KK Penduduk di

Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2014 ...62 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Demografis ...63 Tabel 4.3 Berdasarkan Akses Pelayanan Kesehatan Gigi ...64 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Akses

Pelayanan Kesehatan Gigi ...65 Tabel 4.5 Pendorong (cues) untuk Bertindak ...65 Tabel 4.6 Pilihan Responden Berdasarkan Faktor Pengubah Tentang

Pendorong (cues) Untuk Bertindak Dari Media ...69 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengubah

Tentang Pendorong (cues) Untuk Bertindak Dari Media ...70 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pendorong

(cues) Untuk Bertindak (Keluarga, Teman, Petugas kesehatan dan Media Cetak/Elektronik) ...70 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap

Ancaman Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi dan Mulut Sebelum Melakukan Pemanfaatan Pelayanan Poli Gigi

Puskesmas Medan Tuntungan ...71 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori pengetahuan

Terhadap Ancaman Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi Dan Mulut Sebelum Melakukan Pemanfaatan Pelayana Poli

Gigi Puskesmas Medan Tuntungan ...74 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap

Pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan ...75 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan

Terhadap Pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan ...76 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Kerentanan

Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi dan Mulut ...77 Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Keseriusan

Yang Dirasakan Pada Penyakit Gigi dan Mulut ...79 Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap terhadap

Kerentanan dan Keseriusan Yang Dirasakan Pada Penyakit

Gigi dan Mulut ...80 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Mendapatkan Informasi Mengenai Kesehatan Gigi

di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan ...81 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya

Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Gigi di Poli Gigi

(14)

Sering Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Gigi di Poli

Gigi Puskesmas Medan Tuntungan ...82 Tabel 4.20 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Mau Menggunakan

Pelayanan Kesehatan Gigi di Poli Gigi Puskesmas Medan

Tuntungan ...83 Tabel 4.21 Distribusi Responden Berdasarkan Puas Tidaknya Dengan

Pelayanan Yang Diberikan Petugas Kesehatan Di Poli Gigi

Puskesmas Medan Tuntungan ...83 Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi/Penyuluhan

Yang Diberikan Petugas Kesehatan Kepada Responden

di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan ...84 Tabel 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Manfaat

Yang Dirasakan Responden Tentang Adanya Poli Gigi

Puskesmas Medan Tuntungan ...84 Tabel 4.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang

Dilakukan Responden Jika Saki Gigi Pada Malam Hari ...85 Tabel 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang

Dilakukan Responden Apabila Sudah Meminum Obat Anti Sakit Dari Warung/Apotek Dan Ternyata Tidak

Sembuh ...85 Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang

Dilakukan Responden Pada Gigi Berlubang ...86 Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pemeriksaan

Gigi Dan Mulut ...86 Tabel 4.28 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang

Dilakukan Apabila Selalu Merasakan Bau Mulut ...87 Tabel 4.29 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Yang

Dilakukan Apabila Gigi Anak Goyang ...87 Tabel 4.30 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Tidak

Menggunakan Pelayanan Kesehatan Gigi Di Poli Gigi

Puskesmas Medan Tuntungan ...88 Tabel 4.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan

Responden Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi

(15)

Lampiran 2. Master Data Lampiran 3. Output hasil

Lampiran 4.Surat Izin Penelitian

(16)

pelayanan medik gigi dasar dan rujukan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan, baik yang sakit maupun yang sehat.

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan teknik pengambilan sampling secara proporsional stratified random sampling. Populasi penelitian adalah KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015 terdiri dari 6 desa sebanyak 6189 KK dan jumlah sampel diambil sebanyak 95 KK.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden tamatan SLTA sebanyak 46 orang (48,8%), penghasilan responden <Rp 1.800.000 sebanyak 56 orang (58,9%). Kategori Akses pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah baik yaitu 95 orang (100%). Kategori pendorong untuk bertindak adalah baik yaitu 48 orang (50,5%), kategori pengetahuan terhadap ancaman yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut adalah baik sebanyak 65 orang (68,4%) sedangkan pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Medan Tuntungan berkategori sedang sebanyak 64 orang (67,4%), kategori sikap terhadap kerentanan dan keseriusan yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut yaitu baik sebanyak 85 orang (89,5%) sedangkan kategori pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan buruk sebanyak 57 orang (60,0%).

Dari hasil penelitian diharapkan agar Puskesmas Medan Tuntungan menambah sarana dan prasarana (alat penambalan gigi dan alat scelling) dengan melakukan koordinasi kepada Dinas Kesehatan. Diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Medan Tuntungan berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan gigi dan pelayanan poli gigi kepada masyarakat, melalui promosi kesehatan. Diharapkan kepada petugas UKGS di sekolah untuk lebih meningkatkan pelayanan tentang kesehatan gigi dan mulut di sekolah-sekolah. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih aktif dalam mencari informasi tentang pelayanan kesehatan gigi di Poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan,

(17)

the community, family and individuals, whether sick or healthy.

This type of research is descriptive quantitative and sampling techniques proportionally stratified random sampling. The study population is families who are in Puskesmas Medan Tuntungan 2015 consists of 6 villages as many as 6189 households and the number of samples taken as many as 95 families.

The results showed that the respondents' education high school graduate as many as 46 people (48.8%), the respondent's income <Rp 1,800,000 as many as 56 people (58.9%). Category access oral health care is good that 95 people (100%). Category driver to act is good that 48 people (50.5%), categories of knowledge against a perceived threat to the teeth and mouth disease was as much as 65 people (68.4%), while knowledge of oral and dental health services Puskesmas Medan Tuntungan category were as many as 64 people (67.4%), the category of attitude towards the vulnerability and the perceived seriousness of the teeth and mouth disease is a good 85 persons (89.5%), while the category of utilization of dental and oral health services at the health center dental poly Medan bad Tuntungan as many as 57 people (60.0%).

From the results of the study are expected in order to Puskesmas Medan Tuntungan add facilities and infrastructure (tools and tool scelling dental fillings) by coordinating the Health Department. Expected to health workers Puskesmas Medan Tuntungan active role in providing information on dental health and dental poly services to the community, through the promotion of health. UKGS expected to officers in schools to further improve the service of oral health in schools. Expected to society to be more active in seeking information about dental health services at the health center dental Poly Tuntungan Medan,

(18)

1.1. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 2010).

(19)

ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak”. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat. Salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Puskesmas (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan tiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh perilaku kesehatan menurut Green (1980) ditentukan oleh 3 faktor yaitu: faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, nilai, kepercayaan, tingkah laku dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik seperti tersedianya sarana kesehatan dan obat-obatan; faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam sikap petugas kesehatan, guru, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2012).

(20)

dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan (Budiharto, 2010).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013, Puskesmas merupakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu bentuk pelayanan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan di poli gigi.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakanbagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga, maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, dan penyembuhan terbatas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut mencakup pelayanan medis gigi oleh dokter gigi, pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi. Pelayanan medis gigi dilakukan berupa tindakan pengobatan dan penyembuhan seperti pencabutan, penambalan dll, sedangkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan secara komprehensif kepada individu, keluarga, dan masyarakat yang mempunyai ruang lingkup berfokuskan kepadapromotif, preventif, dan kuratifdasar (Budiharto, 2010).

(21)

kesehatan di Puskesmas. Pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut tidak saja berupa pencabutan gigi dan penambalan gigi tetapi masyarakat harus berkunjung minimal 6 bulan sekali (Depkes, 2012).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sebesar 25,9 %. Provinsi yang mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut yang cukup tinggi yaitu provinsi Sulawesi Selatan 36,2%, dan prevalensi masalah gigi dan mulut terendah provinsi Lampung (15,3%) akan tetapi yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi tertinggi provinsi Aceh (45,9%) dan yang terendah adalah provinsi Sulawesi Tengah (18,0%).

(22)

Profil Kesehatan Kota Medan, penyakit gigi dan Mulut berada pada urutan ke 10 yaitu 3,1% dari sepuluh penyakit terbesar yang ada di Puskesmas kota Medan. Jenis pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut Puskesmas yang tertinggi pada tindakan penambalan/tumpatan gigi tetap yaitu Puskesmas Helvetia (242 orang) dan terendah adalah Puskesmas Rantang, Puskesmas Medan Denai, Puskesmas Bromo, Puskesmas Teladan yaitu (0), sedangkan pada Puskesmas Medan Tuntungan tindakan penambalan terletak pada urutan tertinggi ke 11 dari 39 Puskesmas. Untuk tindakan pencabutan gigi tetap yang tertinggi yaitu Puskesmas Desa Balang (1563 orang) dan yang terendah yaitu Puskesmas Simpang Limun (47 orang), sedangkan pada Puskesmas Medan Tuntungan tindakan pencabutan terletak pada urutan ke 29 dari 39 Puskesmas di Kota Medan. Penelitian Nurmala Situmorang (2004) yang di kutip oleh Nani (2007) menunjukkan bahwa dari 360 responden ditemukan hanya 10% yang berobat gigi ke sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan yang lainnya pergi ke sarana pelayanan kesehatan lain.Dalam penelitian juga ditemukan 90% yang menderita karies gigi. Hal ini menunjukka bahwa tingginya penyakit gigi dan mulut belum diimbangi dengan pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang telah disediakan Puskesmas.

(23)

Hasil penelitian Nani (2007) yang dilakukan pada 7 informan (orang tua)diketahui bahwa pengetahuan informan tentang pemeliharaan sudah cukup baik dimana informan sudah mengetahui bahwa menyikat gigi dan menghindari makanan manin-manis adalah salah satu cara untuk memelihara kesehatan gigi. Namun tindakan informan masih kurang dalam memberikan perhatian terhadap pemeriksaan gigi ke dokter gigi minimal sekali enam bulan.

Profil Puskesmas Medan Tuntungan, jumlah kunjungan pasien yang berobat ke poli gigi tahun 2013 yaitu 1229 orang dan tahun 2014 jumlah kunjungan pasien mengalami penurunan menjadi 1206 orang. Adapun data tindakan pelayanan kesehatan gigi tahun 2014 yaitu: tambalan/tumpatan tetap pada gigi tetap 28 orang, tambalan/tumpatan tetap pada gigi sulung 6 orang, pencabutan gigi tetap 178 orang, pencabutan gigi sulung 152 orang, tambalan/tumpatan sementara (pengobatan pulpa) 354 orang, pengobatan periodontal 197 orang, pengobatanabces185 orang, scelling30 orang, rujukan 76 orang.

(24)

mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik dasar dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapat perawatan lanjutan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Medan Tuntungan yaitu tenaga kesehatan poli gigi hanya memiliki 2 dokter gigi dan tidak memiliki perawat gigi sehingga dalam pelayanan di poli gigi dan UKGS, dokter gigi merangkap semua kegiatan yaitu mulai dari SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan kesehatan gigi (anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, rencana perawatan) dan melakukan kegiatan yang seharusnya tugas perawat gigi yaitu melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi. Kebanyakan pasien datang ke poli gigi Puskesmas yaitu yang mempunyai keluhan sakit gigi, pasien pencabutan gigi dan penambalan. Pasien yang kontrol kesehatan gigi tiap 6 bulan sekali tidak ada dan tindakan penambalan untuk kondisi lubang gigi yang sangat kotor tidak dapat dilayani karena prasaranan tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat atau menganjurkan untuk pergi berobat ke praktek dokter gigi swasta.

Berdasarkan alasan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015 untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015.

1.2. Perumusan Masalah

(25)

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan 2015.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui variabel demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan)

2. Untuk mengetahui tingkat kategori akses pelayanan kesehatan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui tingkat kategori pendorong untuk bertindak dari keluarga. Teman, petugas kesehatan, dan media cetak/elektronik yang dimiliki

4. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan masyarakat terhadap ancaman yang dirasakan pada penyakit gigi dan mulut sehingga memanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan dan tahun 2015.

5. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015

(26)

memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015.

7. Untuk mengetahui tingkat kategori tindakan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Puskesmas untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan gigi dan mulut dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

(27)

2.1. Perilaku Kesehatan

2.1.1. Pengertian Perilaku Kesehatan

Di dalam Budiharto (2010) perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:

1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau ransangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit, dan penyakit.

2. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap ransangan dari luar yang dipengaruhi faktor lingkungan: fisik (kondisi alam), biologis (berkaitan dengan makhluk hidup), lingkungan sosial (masyarakat sekitarnya).

3. Perilaku dalam wujud tindakan yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau ransangan luar.

Di dalam Budiharto (2010) ada beberapa ahli mengatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari:

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan (Behavior intention).

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar (Social support)

3. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (Accessibility of information).

(28)

Menurut Budiharto (2010) perilaku kesehatan gigi juga meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit serta upaya pencegahan. Dalam konsep yang dimaksud dengan kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi.

2.2. Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Menurut Jane Chumbley dan clare Walters (2003) pengetahuan kesehatan gigi adalah bahwa seseorang memperoleh pengetahuan melalui penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan diperoleh sebagai akibat stimulus yang ditangkap panca indra. Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan.

2.2.2 Proses Adopsi Perilaku Pada Pengetahuan

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

(29)

3. Evaluation(menimbang-nimbang baik tidaknya objek tersebut bagi dirinya). 4. Trial, yakni orang sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap objek.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetauan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.2.3 Tingkat Pengetahuan di Dalam Ranah Kognitif

Di dalam Chumbley, J dan Walters, C (2003) pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai enam tingkatan terhadap kesehatan gigi yaitu: 1. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat

kembali suatu objek atau rangsangan tertentu. Contohnya, gigi putih bersih berkat iklan pasta gigi tertentu. Akibat iklan ini seseorang tertarik dan menjadi tahu bahwa untuk memperoleh gigi bersih seperti yang terdapat dalam iklan diperlukan pasta gigi.

2. Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui.

(30)

4. Analisis yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

5. Sintesis yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian tertentu ke bentuk yang baru. Contohnya, menggosok gigi yang tepat waktu, serta mengambil tindakan yang tepat bila ada kelainan gigi untuk usaha mencegah penyakit gigi.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1. Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Umur

(31)

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan dan dijadikan sebagai pengetahuan bagi individu.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (wahid dkk,2007)

2.3. Sikap dan Tindakan tentang Kesehatan Gigi 2.3.1. Sikap tentang Kesehatan Gigi

Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam kehidupan sehari-hari sikap memiliki arti sebagai reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tidak merupakan suatu tindakan atau aktivitas melainkan merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.

(32)

Menurut Pintauli (2008) kesehatan gigi sangat penting, maka sikap kemandirian masyarakat perlu didorong terus-menerus melalui berbagai upaya dan kegiatan untuk meningkatkan kesehatan yang berkesinambungan. Upaya itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih baik jika melibatkan pihak-pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama untuk meningkatkan upaya peningkatan dan pencegahan sehingga pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

Sikap mengenai kesehatan gigi terdiri dari tiga komponen pokok yaitu : 1) Kepercayaan atau keyakinan terhadap suatu objek.

Misalnya seorang ibu berkeyakinan bahwa radang gusi pada anak dapat dicegah dengan menggosok gigi anak secara teratur, maka ibu akan berusaha keras untuk menggosok gigi anaknya dengan teratur.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional.

Misalnya pengalaman bahwa gigi berlubang walau sudah ditambal dokter gigi masih juga sakit, tetapi setelah dicabut tidak lagi ada keluhan, membuat seseorang menolak menambal gigi tetapi meminta langsung dicabut jika ada gigi yang berlubang.

3) Kecenderungan untuk bertindak.

(33)

Sikap tentang kesehatan gigi dibagi menjadi empat tingkatan yaitu: 1. Menerima

Artinya seseorang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, para ibu diminta agar memperhatikan cara mengajari anak menggosok gigi yang benar sehingga para ibu dapat menerimanya.

2. Merespon

Suatu indikasi sikap pada tingkat kedua, yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban (baik jawaban benar maupun salah) bila ditanya, dikerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Misalnya, seorang ibu yang telah diberi pendidikan mengenai cara menggosok gigi anak, dan sewaktu ditanya ibu tersebut akan berusaha menjawab bagaimana mengajari cara menggosok gigi anak dengan benar.

3. Menghargai

Suatu indikasi sikap pada tingkat ketiga yaitu kemampuan untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya, mengajak orang lain berdiskusi tentang gusi berdarah, sebab dan akibatnya, serta upaya pencegahannya.

4. Bertanggung jawab

(34)

2.3.2. Tindakan tentang Kesehatan Gigi

Menurut Budiharto (2010) sikap dapat menjadi suatu tindakan yang nyata yaitu diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain, adanya saran dan prasarana atau fasilitas.

Tindakan kesehatan gigi mempunyai empat tingkatan, yaitu: 1. Persepsi

Merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Contohnya, mengambil sikat gigi yang benar dari bermacam-macam sikat gigi yang disajikan dengan berbagai bentuk dan kekerasan bulu sikat (bulu sikat yang lunak, sedang, keras) untuk menggosok gigi.

2. Respons terpimpin

Jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang diberikan. Contohnya, mendidik cara menggosok gigi untuk anak berumur dibawah lima tahun dengan posisi ibu di belakang anaknya, dan anak serta ibu menghadap cermin agar anak dapat melihat. Selanjutnya ibu melakukan gerakan menggosok gigi dan anak dapat mencontohnya.

3. Mekanisme

(35)

4. Adaptasi

suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakannya sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan yang dimaksudkan. Contohnya, anak yang masih dibawah lima tahun dan mempunyai kebiasaan minum susu dalam botol maka ibu dapat mengurangi jumlah gula dalam susu dan setelah memberi minum, ibu segera membersihkan gigi anak dengan kain bersih yang dibasahi, sebab akan sangat sulit untuk langsung menggosok gigi anak.

2.4. Proses Perubahan Tingkah Laku dalam Kesehatan Gigi

Mengubah tingkah laku individu atau masyarakat sangat diperlukan pengetahuan dan keterampilan karena untuk mengubah tingkah laku individu atau masyarakat akan melibatkan proses perubahan mental. Menurut paham Roger yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) seseorang akan memiliki tingkah laku yang baru dengan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tingkat kesadaran

Pada tahap ini seseorang terlebih dahulu mengetahui adanya masalah kesehatan dan menyadari akan adanya satu tindakan yang baru, misalnya seseorang sadar bahwa gigi yang berlubang dapat dirawat di poli gigi dengan cara penambalan.

2. Tingkat perhatian

(36)

3. Tingkat evaluasi

Dalam tingkat ini seseorang memerlukan dukungan dari orang lain yang lebih berpengalaman serta contoh nyata dengan pergi ke poli gigi.

4. Tingkat percobaan

Pada tingkat percobaan seseorang akan mencobanya setelah mengetahui keuntungan, kerugian jika tidak segera dilakukan tindakan serta dukungan dari oarang yang berpengalaman.

5. Tingkat adopsi

Bila seseorang memiliki pengalaman yang menyenangkan pada tingkat percobaan maka pembinaan teratur sangat diperlukan agar semakin memperkuat keyakinan. Misalnya seseorang mau mengikuti tingkah laku yang baru dengan tidak ragu-ragu datang ke poli gigi bila ada masalah yang dirasakan pada gigi dan mulut.

2.5. Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Herijulianti, E. (2002) kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu aspek dari kesehatan secara keseluruhan, dimana status kesehatan gigi merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan sosial.

Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yaitu:

1. Aspek fisik merupakan aspek kesehatan yang mempengaruhi kualitas gigi dan mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulut.

(37)

3. Aspek sosial merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut, biasanya disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang sehingga keadaan ini mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Untuk memperbaiki mutu kesehatan gigi dan mulut harus dilaksanakan pemeliharaan secara menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik dan sosial yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi adalah melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan kepada seseorang atau masyarakat diharapkan mampu merubah perilaku kesehatan gigi seseorang atau masyarakat.

Menurut Kegeles dalam Herijulianti, E. (2002) ada empat faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu:

1. Merasa mudah terserang penyakit gigi. 2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah

3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati 4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Menurut Levell and Clark tingkat pencagahan agar kesehatan gigi dapat diatasi terdiri dari:

1. Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum gejala klinik timbul (prepathogenesa)yaitu:

(38)

- Perlindungan khusus

2. Pencegahan sekunder adalah pencegahan sesudah timbulnya penyakit (pathogenesa) yaitu:

- Diagnosa dini untuk mendapatkan pengobatan yang tepat - Membatasi ketidakmampuan/cacat

3. Pencegahan tertier yaitu dengan melakukan rehabilitasi. 2.6. Teori tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Menurut levey dan loombo yang dijabrkan oleh Azwar A (2006), menyatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Dalam mencapai kesejahteraan dan pemeliharaan penyembuhan penyakit sangat diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana tanpa adanya pelayanan kesehatan yang bermtu dan menyeluruh di wilayah Indonesia maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal.

2.6.1. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

(39)

Dalam hal ini pelayanan puskesmas harus memiliki akses pelayanan yang baik, antara lan :

1. Ketersediaan dan kesinambungan pelayanan

Pelayanan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat (acceptable) serta berkesinambungan (sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat adalah ada pada tiap saat dibutuhkan. 2. Kewajaran dan penerimaan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang baik adalah bersifat wajar (appropriate) dan dapat diterima oleh masyarakat. Artinya pelayanan kesehatan tersebut dapat mengatasi maalah kesehatan yang dihadapi, tidak bertentanan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat yang wajar dilakukan demi penyembuhan.

3. Mudah dicapai oleh masyarakat (Jarak)

(40)

4. Terjangkau (Biaya)

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan yang terjangkau (affordable) oleh masyarakat, dimana diupayanan biaya pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian masyarakat saja.

5. Mutu (Kualitas)

Mutu (kualitas) yaitu menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan menunjukkan kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan yang dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2.6.2. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan

Masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku Bangsa yang mempunyai latarbelakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan beraneka ragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia disegala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan (Kresno, Sudarti dkk 2001).

(41)

Sebagai hasilnya, mereka yang berpenghasilan rendah lebih tidak mungkin untuk mencari pencegahan penyakit.

Dinegara seperti Indonesia ada satu tahap yang dilewati banyak penderita sebelum mereka datang ke petugas kesehatan, yaitu pergi berobat ke dukun atau ahli-ahli pengobatan tradisional lainnya dengan demikian akan semakin parah keadaan penderita jika meminta pertolongan dokter (petugas kesehatan). Bahkan di Mesir dikalangan orang yang tradisional dan kurang terpelajar, rumah sakit pernah dikenal sebagai “rumah mati” karena menurut pengamatan mereka, siapa yang masuk kerumah sakit biasanya akan keluar sebagai mayat (Sarwono 2004).

Pandangan masyarakat terhadap konsep sehat sakit sangat berbeda beda, ole sebab itu petugas kesehatan perlu menyelidiki pandangan mereka tentang sehat sakit dan berusaha mengubah pandangan tersebut agar mendekati konsep yang lebih obyektif, dengan cara ni maka penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih ditinggkatkan.

(42)

Menurut WHO (1984) yang dikutip Ningsih Vera (2013) menyebutkan bahwa faktor perilaku yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatsan adalah :

1. Pemikiran dan Perasaan (Thoughts and Feeling)

Berupa pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek (dalam hal ini obyek kesehatan).

2. Orang Penting sebagai Referensi (Personal Referensi)

Seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh seseorang yang dianggap penting atau berpengaruh besar terhadap dorongan penggunaan pelayana kesehatan

3. Sumber-Sumber Daya

Mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, jarak, dan sebagainya. Sumber-sumber daya juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan negatif.

4. Kebudayaan

Berupa norma-norma yang ada di masyarakat dalam kaitannya dengan konsep sehat sakit.

Menurut Barus Kaiser (2003) yang mengutip pendapat Buchori, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan antara lain:

1. Faktor sistem pelayanan kesehatan

(43)

2. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan

Meliputi status sosial ekonomi yaitu pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

2.7. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas

2.7.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi, dan penyembuhan terbatas (Budiharto 2010).

Menurut Horowitz dalam Budiarto (2010) mengatakan bahwa tindakan kesehatan harus dilakukan dengan cara hati-hati terhadap program pelayanan kesehatan gigi, termasuk program pengkontrolan plak gigi yang dianggap sebagai keharusan untuk pelayanan kesehatan mulut.

Menurut Leavel and Clark dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkatan pencegahan (five levels of prevention) yaitu:

1. Promosi kesehatan (Health promotion)

(44)

Pada tingkat ini (tinkat promosi kesehatan) bagi kesehatan gigi digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi, misalnya dengan memilih makanan yang menyehatkan gigi, mengatur pola makanan yang mengandung gula. 2. Perlindungan khusus (Specific protection)

Meliputi pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah makan, topikal aplikasi, flouridasi air minum dan sebagainya. Pada tingkat ini diperlukan agar masyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi. 3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (Eary diagnosis and prompt treatment)

Meliputi pemeriksaan gigi dengan sinar-X secara berkala, panambalan gigi yang baru terkena karies, penambalan fissure yang terlalu dalam dan sebagainya.

4. Pembatasan cacat (Disability limitation)

Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah, misalnya pulpa capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi. Pada tingkat ini sangat diperlukan karena pasien sering tidak mengobati penyakitnya secara tuntas. Contoh pada perawatan urat saraf yang memerlukan beberapa kali kunjungan atau pasien yang ingin segera mencabut gigi walaupun sebenarnya masih dapat dilakukan tambalan.

5. Rehabilitasi

(45)

2.7.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas

Menurut Herijulianti E (2002), pelayanan kesehatan gigi Puskesmas mempunyai tiga tujuan yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mampu mencapai pengobatan sedini mungkin dengan cara memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeliharan kesehatan gigi dan mulut.

2. Menurunkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan penyakit periodontal) dengan upaya perlindungan khusus seperti penambalan dan perawatan saluran akar.

3. Terhindarnya dan berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi.

2.7.3 Model Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas

Berdasarkan sarana dan biaya operasional serta kondisi sosial ekonomi yang tidak memadai maka model pengembangan pelayanan kesehatan di Puskesmas menggunakan model pelayanan berlapis (level of care) sesuai dengan sumber daya yang ada. Tujuan pelayanan berlapis adalah untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dengan sumber daya ada di masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan (Herijulianti dkk, 2002).

Model pelayanan berlapis (level of care)di Puskesmas antara lain:

(46)

pelayanan yang diberikan petugas atau kader kesehatan adalah upaya menghilangkan/mengurangi rasa sakit gigi.

2. Pelayanan lapis kedua adalah Preventif Care, yaitu pelayanan yang bersifat pencegahan:

a. Pelayanan pencegahan kepada komunitas secara keseluruhan melalui: fluoridasi air minum, pemasaran pasta gigi berfluor, dan kampanye kesehatan gigi melalui media massa untuk memperbaiki kesadaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.

b. Pelayanan pencegahan kepada kelompok, antara lain: promosi kesehatan gigi dan mulut melalui program pendidikan pada kelompok tertentu, program pemberian tablet flour, program kumur-kumur dengan flour dan gerakan sikat gigi masal serta pemberian flouridasi secara topikal, fissure sealent, pembuangan karang gigi.

c. Pelayanan pencegahan kepada perorangan. Dilakukan melalui: pemeriksaan gigi dan mulut, aplikasi fluorida secara topikal, fissure sealent, pembuangan karang gigi, serta deteksi dini dan penumpatan dengan ART, memberikan nasehat dan memberikan petunjuk mengenai oral hygiene, konsumsi fluorida, perilaku yang membahayakan kesehatan gigi.

(47)

dengan yang dianjurkan, mencari pengobatan yang tepat sedini mungkin dan mematuhi nasehat-nasehat dari tenaga kesehatan.

4. Pelayanan lapisan empat adalahSimple Care yaitu suatu pelayanan profesional sederhana atau pelayanan medik dasar umum meliputi: pembuangan karang gigi. Pencabutan gigi, penambalan dan rujukan untuk pelayanan lainnya.

5. Pelayanan lapis kelima adalah Moderate Care, yaitu suatu pelayanan medik dasar khusus tingkat spesialistik kedokteran gigi seperti protesa, pengobatan endodontik untuk berakar satu, terapi untuk penyakit periodontal yang lanjut, rujukan kepada spesialis bila perlu. Pelayanan moderate Care hanya dapat dilakukan pada tingkat rumah sakit kelas D dan C oleh tenaga dokter gigi yang telah mendapat pendidikan tambahan.

6. Pelayanan lapis ke enam adalah Complek Care, yaitu suatu pelayanan profesional oleh tenaga spesialis seperti perawatan trauma muka dan rahang, ekstraksi dengan komplikasi, penyakit periodontal yang komplek, dan lain-lain. 2.7.4 Program pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Puskesmas

Program pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas antara lain:

1. Pelayanan kesehatan di dalam gedung

Berupa poklinik gigi (pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, promotif, prefentif, kuratif).

2. Pelayanan kesehatan di luar gedung

(48)

- Posyandu plus pelayanan gigi, penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk balita

- Integritas : Puskesmas keliling, Puskesmas Pembantu Bakti Sosial 2.7.5 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Budiarto (2010) Salah satu penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat dilaksanakan di Puskesmas. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, merata dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, yang ditujukan pada semua golongan umur maupun jenis kelamin. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas dan diluar gedung Puskesmas (UKGS dan UKGM).

Penyelenggaraan pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas dilakukan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

1. Pembinaan/pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care) melalui UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat). Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan melakukan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat dan berlandaskan pendekatanprimary health care

(posyandu, bina keluarga balita, polindes, taman kanak-kanak dan sebagainya). 2. Pelayanan asuhan pada anak sekolah melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi

(49)

dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu. UKGS adalah pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang terpadu, secara lintas program dan lintas sektor yang ditujukan untuk masyarakat sekolah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup sehat terutama kesehatan gigi dan mulut.

Menurut Depkes RI 2010, program UKGS di puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKGS. Cakupan pelaksanaan program UKGS dalam ketentuan Depkes RI 2010, dijelaskan bahwa:

- Frekuensi pembinaan petugas kesehatan UKGS ke SD minimal 2 kali per tahun

- Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut - Minimal 805 murid SD mendapat perawatan medis gigi dasar dari seluruh

murid SD yang telah terjaring untuk mendapat perawatan lanjutan. Tujuan UKGS yaitu:

 Memberi pengertian kepada siswa tentang pentingnya memelihara kesehatan

gigi dan mulut melalui penyuluhan

 Menginformasikan kepada siswa tentang kelainan gigi, penyebab penyakit

gigi dan mulut dan cara pencegahannya.

 Memberikan pelayanan kesehatan gigi bagi siswa yang memiliki

(50)

 Memberikan rujukan dan perawatan selanjutnya untuk gigi yang tidak dapat

ditindak lanjuti saat itu.

3. Pelayanan medik gigi dasar dilaksanakan terhadap masyarakat baik yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk oleh BPG (Balai Pengobatan Gigi).

2.8. Puskesmas dan Poli Gigi 2.8.1. Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI 2010).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2010).

(51)

tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kota atau Kabupaten (Depkes RI, 2010).

1. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama yakni:

a. Lingkungan sehat b. Perilaku sehat

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan 2. Misi Puskesmas

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

(52)

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.

3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapaianya tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

4. Fungsi Puskesmas

Ada tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

5. Upaya atau program Puskesmas.

(53)

Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni: a. Upaya kesehatan wajib

Merupakan upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai peranan penting untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan ini harus wajib diselenggarakan oleh puskesmas yang ada diwilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan

3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana 4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular 6. Upaya pengobatan

b. Upaya kesehatan pengembangan

Upaya kesehatan pembangunan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni:

1. Upaya kesehatan sekolah 2. Upaya kesehatan olah raga

3. Upaya perawatan kesehatan masyarakat 4. Upaya kesehatan kerja

(54)

7. Upaya kesehatan mata 8. Upaya kesehatan usia lanjut

9. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

Salah satu program terpadu di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah pendidikan kesehatan gigi yang ditujukan kepada individu yang berkunjung ke Puskesmas maupun kelompok masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Kelompok masyarakat diberi motivasi untuk memperbaiki cara pemeliharaan kesehatan gigi melalui pendidikan kesehatan gigi.

Upaya yang perlu dilaksanakan untuk keberhasilan pendidikan kesehatan gigi kepada masyarakat adalah:

1. Meningkatkan kemampuan keterampilan sumber daya manusia sebagai pendidik kesehatan gigi.

2. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan guna menunjang program pendidikan kesehatan gigi.

3. Meningkatkan kemampuan perencanaan program pendidikan kesehatan gigi dengan menganjurkan kepada perencana program agar senantiasa mengadakan evaluasi yang dapat digunakan untuk memotivasi masyarakat sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat pada waktu tertentu .

(55)

Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu: 1. Meningkatkan keadaan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan

pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin.

2. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok masyarakat yang rawan.

3. Terhindarnya atau berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat kerusakan gigi dan mulut.

2.8.2. Poli Gigi Puskesmas

Menurut pedoman pelayanan kesehatan Puskesmas dari Depkes RI (2010), salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselengarakan di Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi pada waktu dan jam tertentu. Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi Puskesmas, maka pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut:

1. Pelayanan Administrasi/ penerimaan

(56)

diperlukan petugas-petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil.

2. Pelayanan Tenaga Medis/Dokter

Tenaga medis/dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung sebuah Puskesmas. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran.

3. Pelayanan tenaga medis/perawat

Tenaga medis/perawat adalah orang yang telah dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter.

4. Penyediaan sarana medis/non medis

Standar peralatan yang wajib disediakan di poli gigi Puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana medis dan saran non medis.

Sarana medis yang dibutuhkan di poli gigi adalah;

a. Alat-alat diagnosa: kaca mulut, sonde, pinset, dan ekscavator.

b. Alat-alat pencabutan dan pembersihan karang gigi : tang ekstraksi, bein, crayer, knabel tang dan alatscelling (bur scelling)

(57)

Sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit atau dental chair. Selain itu, juga diperlukan lemari obat, lemari alat dan sterilisator. Apabila sarana medis dan non medis di poli gigi Puskesmas sesuai dengan standar pelayanan dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan gigi di Puskesmas.

2.9. Standar Operasional Prosedur Poli gigi Puskesmas

Menurut Dinas Kesehatan Kota 2013 Standar operasional prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yaitu:

I. Anamnesa, terdiri atas:

1. Menanyakan dan mencatat identitas penderita (nama, umur, alamat, pekerjaan)

2. Menanyakan dan mencatat riwayat kesehatan 3. Keluhan utama yang dirasakan

II. Pemeriksaan III. Diagnosa

IV. Rencana perawatan 2.10. Landasan Teori

Menurut Glanz dalam Notoatmodjo 2012, Health Belief Model (HBM)

(58)

pencegahan penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model).

Health Belief Model (HBM)mempunyai empat variabel kunci, yaitu: 1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakit dan merasakan bahwa seseorang itu rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan kata lain suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit yang akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)

Suatu tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan mencegah penyakit dan didukung oleh persepsi keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (Perceived benafis and barriers)

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.

4. Isyarat/pendorong atau tanda-tanda (Cues)

(59)

berupa faktor-faktor eksternal (pesan-pesan pada media massa, nasehat, anjuran kawan-kawan atau keluarga lain).

Persepsi individual Faktor pengubah Tindakan/praktik

Gambar.Health Belief Model (HBM)

 Variabel demografis:Jenis kelamin, umur, ras, etnik,dst

 Variabel struktur: akses ke pelayanan kesehatan, kelas sosial

Ancaman yang dirasakan terhadap penyakit

Pendorong (cues)untuk bertindak: media massa, nasehat dari dokter, teman, keluarga

Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dan kemungkinan mengambil tindakan yang tepat untuk perilaku sehat sakit Kerentanan yang dirasakan

(60)

2.11. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Persepsi individual Faktor pengubah Tindakan/praktik

Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi tindakan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah variabel demografis (Jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), akses ke pelayanan kesehatan

Variabel demografis: Jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan

(61)
(62)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan Tuntungan 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan tahun 2015. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian yaitu:

1. Jumlah kunjungan pasien yang berobat ke poli gigi tahun 2013 yaitu 1229 orang dan tahun 2014 jumlah kunjungan pasien mengalami penurunan menjadi 1206. Adapun data tindakan pelayanan kesehatan gigi tahun 2014 yaitu: tambalan/tumpatan tetap pada gigi tetap 28 orang, tambalan/tumpatan tetap pada gigi sulung 6 orang, pencabutan gigi tetap 178 orang, pencabutan gigi sulung 152 orang, tambalan/tumpatan sementara (pengobatan pulpa) 354 orang, pengobatan periodontal 197 orang, pengobatan abces 185 orang,

scelling 30 orang, rujukan 76 orang.

(63)

3. Tenaga kesehatan poli gigi Puskesmas Tuntungan hanya memiliki 2 dokter gigi dan tidak memiliki perawat gigi sehingga dalam pelayanan di poli gigi dan UKGS, dokter gigi merangkap semua kegiatan yaitu mulai dari SOP (Standar Operasional Prosedur) pelayanan kesehatan gigi (anamnesa, pemeriksaan, diagnosa, rencana perawatan) dan melakukan kegiatan yang seharusnya tugas perawat gigi yaitu melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi.

4. Pasien yang kontrol kesehatan gigi tiap 6 bulan sekali tidak ada dan tindakan penambalan untuk kondisi lubang gigi yang sangat kotor tidak dapat dilayani karena prasaranan tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat atau menganjurkan untuk pergi berobat ke praktek dokter gigi swasta. Kebanyakan pasien datang ke poli gigi Puskesmas yaitu yang mempunyai keluhan sakit gigi, pasien pencabutan gigi dan penambalan. Kebanyakan pasien datang ke poli gigi Puskesmas yaitu yang mempunyai keluhan sakit gigi, pasien pencabutan gigi dan penambalan.

5. Belum pernah dilakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan sikap masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi Puskesmas Medan Tuntungan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan : 1. Pengajuan judul pada bulan April 2014

(64)

4. Pelaksanaan seminar proposal 20 Februari 2015 5. Pelaksanaaan penelitian pada bulan April 2015

6. Konsultasi penyusunan data (hasil penelitian) bulan Juni 2015 7. Pelaksanaan seminar skripsi Agustus 2015

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Arikunto,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan pada tahun 2015 yang terdiri dari 6 desa yaitu 6189 KK.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah KK yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan pada tahun 2015. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut:

n = . ( )

( ) . ( )

Dimana :

N= Besar populasi Kepala Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan sebanyak 6189 KK

n = Jumlah sampel

d = Galat pendugaan (0,1)

Z = Tingkat kepercayaan (95 %=1,96)

Gambar

Gambar. Health Belief Model (HBM)
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk/ Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas MedanTuntungan.
Tabel 4.1. Luas Wilayah Kerja dan Jumlah KK Penduduk di Puskesmas
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Demografis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : data sikap siswa setelah penerapan kurikulum yang bermuatan pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran PKn

Fraksi etil asetat memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi butanol, etanol 70% dan n-heksan selain itu

Pada iklan produk kecantikan, kaum perempuan di dorong untuk merasa tidak nyaman dengan keadaan dirinya saat tidak sesuai dengan standar tertentu yang telah

Pada proses tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain kedalam

Berdasarkan Surat Penetapan Nomor : 08/PJK-TR_03/2014 tanggal 24 Juni 2014 bersama ini kami umumkan nama penyedia jasa pada Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi :. Kegiatan :

siswa tersebut juga menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari, dengan. cara membandingkan antara hari ini dengan kemarin, hari ini dengan

Uygulama 10: Perspektif resmi verilen parçanın ön, solyan ve üst görünü ş lerini, verilen ipuçlarından yararlanarak çiziniz... Bu görünü ş lerin nasıl elde

Pengaruh Tekanan dan Penambahan Cu Terhadap Kekerasan Hasil Coran Aluminium Paduan Pada Proses Squeeze Casting.. Diajukan