• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengembangan pengelolaan sumbrrdaya pesisir dalam perspektif pembangunan wilayah studi kasus wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengembangan pengelolaan sumbrrdaya pesisir dalam perspektif pembangunan wilayah studi kasus wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR

DALAM

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH

(Studi Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau)

FALMI YANDRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pengembangan

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Wilayah (Studi

Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau) karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam D a h r Pustaka dibagian akhir tesis

ini.

(3)

ABSTRAK

FALMI YANDRI. Analisis Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Wilayah (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau) di bimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan ISMUDI MUCHSIN.

Keterbatasan dan keterbelakangan wilayah pesisir berpengaruh terhadap perkembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah. Pengembangan wilayah pesisir harus disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Dalam penelitian ini dianalisis potensi sumberday~ tipologi dan prioritas pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah. Prioritas pengembangan dengan menggunakan analisis proses hierarki analitik (PHA), keragaan potensi sumberdaya dianalisis dcngan menggunakan Location Quatien (LQ) dan Shift Share AnaIysis (SSA), kelayakan usaha dianalisis dengan Kelayakan Finansial (BC, NVP dan IRR) dan keragaan tingkat perkembangan dianalisis dengan menggunakan Skalogram dan Analisis Faktor diteruskan dengan Analisis Kelompok (Cluster Analysis) dan Fungsi Faktor Diskriminasi (Diskriminant Function Analysis).

Hasil analisis proses hierarki analitik menunjukkan bahwa para stakeholders memilih perkebunan kelapa dengan bobot 0,34 sebagai prioritas utama dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah yang dititik beratkan pada aspek ekonomi melalui kriteria utama peningkatan lapangan kerja dengan pelaku utama swasta diikuti masyarakat, dengan kelayakan usaha perkebunan kelapa NVP sebesar 1.16 1.3 13, BC ratio 1.25 dan IRR 12,13%.

(4)

O

Hak cipta milik Institut Pertanian

Bogor,

tahun 2007

Hak

cipta dilindungi

(5)

ANALISIS PENGEMBANGAN

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR

DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN WILAYAH

(Studi Kasus Wiiayah Pesisir Kecamatan Taoah Merab Kabupaten Indragiri Hiiir Provinsi Riau)

FALMI YANDRI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(6)

Judul Tesis : Analisis Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Wilayah (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir

Provinsi Riau)

Nama : Falmi Yandri

N R P

: C. 02501431

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ismudi Muchsin Anggota

Diketahui,

Ketua Departemen ajemen Sumberdaya Perair

Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc

(7)

UCAPAN

TERIMA KASM

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2003 ini adalah, Analisis Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dalam Perspektif Pembangunan Wilayah (Studi Kasus Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah Kabupaten

Indragiri Hilir Provinsi Riau)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ernan Rustiadi, M. Agr dan Prof. Ismudi Muchsin, Dea selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan yang baik ini penulis aturkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. . Luki Adrianto, M. Sc sebagai penguji luar komisi dan Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku wakil dari program studi, yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

2. Pemerintah Daerah Provinsi Riau, yang telah memberikan bantuan

beasiswa.

3. Teman-teman seperjuangan alumni Ilmu Kelautan UNRI '95: RomiBocek, AdyCepak + Leni dan Cua, Samsu Ndut, Emon Rasul, Rahadi Abot,

Donwil, Toles, Iwal Harahap, Alumni UNRI di Bogor: Novrizal, Doni, Eastra, dan Candra.

4. Teman-teman Puri Chiwandi, Mahasiswa SPL angkatan VIII serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Ungkapan terimakasih dan penghargaan secara khusus penulis sampaikan kepada Abah, Mak, Keluarga Abang, Keluarga Kakak, dan Adek-adek yang telah memberikan petuah, dorongan dan semangat secara terus menerus sehingga karya ilmiah ini selesai.

Bogor, Februari 2007

(8)

RXWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Pinang 2 Mei 1977 dari pasangan H. Nasrun Thaib dan Darmawati. Penulis merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara. Pada tahun 1995 Penulis meneruskan pendidikan sarjana di Program Studi Ilmu

Kelautan Fakultas Perilcanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, lulus tahun

2000. Pada tahun ajaran 2001/ 2002 semester genap penulis diterima di Program

Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan pada Sekolah Pasca Sarjana

IPB.

Penulis pernah bekerja di Yayasan Lestari Bumi Indonesia sejak tahun

2000 dan masuk Anggota Lembaga Pengabdian Masyarakat Politeknik Pertanian

(9)

DAFTAR

IS1

Hamalan

DAFTAR TABEL

...

vi

DAFTAR GAMBAR

...

vii

DAFTAR LAMPIRAN

...

viii

PENDAHULUAN Latar Belakang

...

I Perumusan Masalah

...

4

Tujuan

...

4

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Definisi Wilayah Pesisir

...

5

Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

...

7

Disparitas dan Pengembangan Wilayah

...

8

Prinsip Pembangunan Berkeianjutan

...

9

METODE PENELITIAN

...

Kerangka Pendekatan

...

Waktu dan Lokasi

...

Pengumpulan Data dan Sumber Data

Metode Pemilihan Responden

...

...

Analisa Data

...

Analisis Hierarki Proses (AHP)

Analisis Pemusatan Ekonomi Wilayah

...

Analisis Tingkat Perkembangan Perekonomian Wilayah

....

Analisis Finansial

...

Analisis Tipologi Wilayah

...

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Topografi dan Letak Administrasi

...

Potensi Wilayah

...

Kondisi Fisik dan Geografis

...

Topografi, Geomorpologi dan Hidrologi

...

...

Kondisi Oseanografi

Ekonomi, Sosial dan Budaya

...

...

Sarana dan Prasarana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persepsi Stakeholder Mengenai Pengembangan Desa Pesisir

...

...

Gabungan Hasil AHP

(10)

Analisis Kelayakan Finansial

...

Perbandingan Hierarki Desa Penelitian Terhadap Desa Lain

...

Tipologi KelurahadDesa Menurut Analisis Faktor

...

Analisis Kelompok

...

Analisis Fungsi Diskriminasi

...

Pencegahan Degradasi Lingkungan

...

Strategi Pengembangan Program Wilayah Pesisir

Kecamatan Tanah Merah

...

Arah Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah Pesisir

...

Pengembangan Potensi Ekonomi Wilayah Pesisir

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

...

(11)

DAFTAR TABEL

Aspek, Variabel. dan Sumber Data Penelitian

...

...

Variabel dan data yang digunakan dalam berbagai analisis

Skala Banding Secara Berpasangan

...

...

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis multivariate

...

Format Tabel Analisis Skalogram

...

Luas Desadesa KecamatanTanah Merah Kabupaten INHIL

...

Perkembangan Produksi perikanan Tangkap

Jenis dan Jumlah Alat Tangkap di Kecarnatan Tanah Merah

...

Tahun 2000

Perkembangan Alat Tangkap Kecamatan Tanah Merah

...

Perkembangan Armada Penangkapan berdasarkan Jenis

di Kecamatan Tanah Merah

...

Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Kerja

Kecamatan Tanah Merah

...

Jumlah Penduduk per Desa Kecarnatan Tanah Merah

...

Jumlah Sara pendidikan per Desa Kecamatan Tanah Merah

...

Jumlah Sarana Ibadah per Desa di Kecamatan Tanah Merah

...

Nilai LQ Kabupatenf Kota se- Riau

...

Nilai Pertumbuhan Ekonomi dan Pergeseran Proporsional

...

Nilai Pergeseran Differensial Kabupatent Kota se Riau

...

Kontribusi PDRB Inhil atas Harga Konstan Menurut Sektor

...

Indeks LQ Berdasarkan Produksi Unit Usaha Tanaman

Pekebunan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2003

...

Indeks LQ Berdasarkan Luas Areal Unit Usaha Tanaman

Perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2003

...

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tani Kelapa

Kecamatan Tanah Merah

...

Hierarki Perkembangan Desa-Desa Pesisir Berdasarkan

.

.

A n a l ~ s ~ s Skalogram

...

Halaman 17

18

26 34

37

38

(12)

23

.

Kedekatan variable Terhadap Sumbu Utama

...

8 1

2 1 Tipologi KelurahanIDesa Pesisir di Tiga Kecamatan

Kabupaten INKIL

...

83

25

.

Matrik Tipologi Desa Hasil Analisis Fungsi Diskriminan

...

87

26

.

Fungsi Pengelompokkan Analisis Fungsi Diskriminan

...

88

27

.

Penciri Tipologi Wilayah

...

89

28

.

Produksi Perikanan Kecamatan Tanah Merah

...

95
(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kerangka Pendekatan Analisis Pengembangan Wilayah Pesisir

Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Inhil

...

14

Model Alur Metodologi

...

19

Struktur Hierarki Pengelolaan dan Pengembangan Wilayah

Pesisir Kecamatan Tanah Merah

...

2 5

Peta Administrasi Kecamatan Tanah Merah

...

3 9

Nilai Bobot Prioritas Aspek dalam Pengembangan Wilayah

Pesisir Kecamatan Tanah Merah..

...

53

Nilai Bobot Priositas Kriteria Aspek Ekonomi dalam Pengembangan

Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah

...

5 3

Nilai Bobot Priositas Kriteria Aspek Lingkungan dalam

Pengembangan Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah

...

54

Nilai Bobot Priositas Kriteria Aspek Sosial dalam Pengembangan

Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah

...

5 5

Nilai Bobot Stakeholders yang berperan dalam Pengembangan

Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah

...

5 6

Nilai Bobot Priositas Pemanfaatan dalarn Pengembangan

Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah..

...

57

Hasil Analisis Hierarki Pengembangan Wilayah Pesisir

Kecamatan Tanah Merah 58

Hierarki Desa Pesisir di Tiga Kecamatan

. . . .

Kabupaten Indragin Hil~r.

...

80

Tipologi Desd Kelurahan di Kecarnatan Kabupaten

[image:13.532.84.456.103.727.2]

Indragiri Hilir

...

84

Grafik Nilai Tengah Kelompok Peubah-peubah Tipologi Desa

di Tiga Kecamatan Kabupaten Indargiri Hilir

...

85
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1

.

Data Produksi Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir 2003

...

114
(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan pesisir (coastal zone) adalah daerah pertemuan antara ekosistem laut dan darat yang merupakan tempat atau habitat bagi berbagai mahluk hidup

serta mengandung berbagai sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang

bermanfaat bagi manusia, dengan demikian kawasan ini tentu saja memiliki

beberapa kompleksitas diantaranya; (1) penentuan wiIayah pesisir baik ke arah

darat maupun ke arah laut sangat bervariasi tergantung karakteristik lokal

kawasan tersebut; (2) adanya keterkaitan ekologis baik antar ekosistem di dalam

kawasan pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas;

(3) sumberdaya wilayah pesisir memiliki berbagai jenis sumberdaya dan jasa lingkungan; (4) secara sosial ekonomi, wilayah pesisir dihuni oleh lebih dari satu

kelompok masyarakat yang memiliki preferensi yang berbeda; (5) adanya sifat

common property dari sumberdaya pesisir yang dapat mengakibatkan ancaman

.

terhadap sumberdaya tersebut; dan (6) sistem sosial budaya masyarakat pesisir memiliki ketergantungan terhadap fenomena alam (Bengen, 2004).

Kompleksitas ini dapat dilihat diantaranya sekitar 42 kota dan 181

Kabupaten di Indonesia terletak di kawasan pesisir (Bengen, 200 I), sementara itu,

laju pertumbuhan penduduk di kawasan pesisir lebih besar ketimbang yang terjadi di daerah hulu (upland areas) (Cincin-Sain and Knecht, 1998). Di Indonesia sendiri, penduduk yang tinggal di kawasan pesisir diperkirakan mencapai 60%

dari total penduduk (Bengen, 2001). Sumberdaya ikan sebagai bahan

konsumsinya 90%

-

nya berasal dari pesisir.

Dilain pihak sektor kelautan memberikan kontribusi terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) nasional sebesar 26,5% (Bengen, 2001).

Sedangkan untuk industri kelautan dapat menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung.

Fenomena tersebut menggambarkan betapa wilayah pesisir itu sangat

(16)

adalah dimana kawasan pesisir sangat termarginalkan. Masyarakat pesisir yang mendiami desa-desa pesisir kehidupannya sangat memperhatinkan, terarnpas hak- haknya sehingga menjadi miskin. Kemiskinan di daerah pedesaan menjadi penyebab yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sumberdaya aiarn pedesaan yang berdampak pada masyarakat (Rustiadi, 2001). Kemiskinan dan tekanan- tekanan sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat pesisir berakar dari faktor-

faktor kompleks yang saling terkait seperti keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil, lemahnya jaringan pemasaran serta kurangnya penegakan peraturan dalarn pemanfaatan sumberdaya alam. Adanya korelasi antara kemiskinan dengan kerusakan sumhrdaya tersebut dapat dilihat dibeberapa daerah di Indonesia.

Untuk menyelesaikan kompleksitas permasalahan di wilayah pesisir ini

diperlukan suatu keterpaduan yang meliputi; ( I ) keterpaduan sektoral, yaitu sntara berbagai sektor pembaiigunan di wilayah pesisir; (2) keterpaduan wilayahl

ekologis, yaitu antara daratan dan perairan (laut) yang masuk dalam suatu sistem ekologis; (3) keterpaduan stakeholders dan tingkat pemerintahan; (4) keterpaduan

antar berbagai disiplin ilmu; dan (5) keterpaduan antar negara. Adanya keterpaduan dalam mengelola kawasan pesisir ini diharapkan terjadi keberlanjutan ekologis, ekonomis dan sosial politik (Dahuri

,

et. al, 2001).

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai Pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Pusat Daerah, pembangunan lebih menitik 'beratkan kepada pemerataan, keberlanjutan, dan peran serta aktif masyarakat yang bersifat

desentralisasi, sehingga pembangunan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat lokal.

Pelaksanaan undang-undang ini memiliki implikasi terhadap kegiatan eksploitasi wilayah pesisir dan lautan Kabupaten Indragiri Hilir yang memiliki wilayah pesisir seluas 6.318

km2.

Wilayah pesisir Kabupaten Indragiri Hilir indentik dengan kehidupan masyarakatnya yang miskin dan kualitas sumberdaya manusia yang rendah. BPS Kabupaten Indrgiri Hilir (2000) mencatat persentase jumlah penduduk yang telah mengikuti pendidikan formal mencapai 8,56%,
(17)

menunjukkan rendahnya kemdaran masyarakat untuk mengikuti pendidikan atau

bersekolah clan sekitar 71,43% bekerja disektor pepmian.

Perkembangan Kabupaten Indargiri Hilir secara umurn dm cenderung berorientasi darat dalarn lima tahun terakhir ini mulai menitik beratkan ke

pembangunan infrastruktur untuk membuka akses bagi daerah yang terisolir, karena dalam kancah pembangunan perekonomian di Provinsi Riau bagian timur,

kabupaten ini merupakann pintu keluar masuknya barang-barang dari daerah

kepulauan dan beberapa negara tetangga (Singapura dan Malaysia) untuk

beberapa kabupaten (Indragiri Hulu, Kuantan Sengingi, dan Pelalawan) yang

memiliki 5 pintu gerbang. Salah satunya di kecarnatan Tanah Merah yang akan

disiapkan dengan dibangunnya pelabuhan samudra dan berdasarkan rencana revisi

tata ruang wilayah, Kecamatan Tanah Merah akan dijadikan sebagai kawasan

industri perkebunan kelapa.

Dalam rangka mengsinergiskan program pembangunan Kabupaten

Indragiri Hilir ini, Kecamatan Tanah Merah hams mempersiapkan diri dengan

memanfaatkan segala potensi sumberdayanya. Sumberdaya itu baik berupa

sumberdaya alam, buatan, jasa-jasa lingkungan maupun sosial budaya, yang

tentunya dalam upaya pengembangan wilayah yang memiliki pesisir cukup luas

dengan memperhatikan spesifik, kekhasan potensi, kelemahan, dan tipe suatu

wilayah.

Sejumlah keterbatasan yang ada di Kecamatan Tanah Merah seperti

keterisolasian daerah yang dipisahkan oleh sungai, keterbatasan sumberdaya

manusia yang kebanyakan tamatan sekolah dasar, ketidakmampuan untuk

mencapai skala ekonomi karena keterbatasan sarana dan prasarana menjadikan tidak optimalnya pemanfaatan segala potensi surnberdaya yang ada.

Keterbatasan di atas menjadikan belum jelasnya arah pengembangan

wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah yang mendorong berbagai pihak

pengguna (stakeholders) mengeksploitasi secara berlebihan sesuai dengan kepentingannya. Ancaman terhadap status kawasan ini dapat berasal dari illegal loging, pembukaan perkebunan kelapa, pencemaran laut akibat lirnbah domestik dan limbah industri, penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, serta adanya

(18)

Hal ini berakibat pada terjadinya konflik dan tentunya tidak akan tercapai tingkat

pemanfaatan yang optimal dasi efisizil sehingga pola pengelolaan wilayah pesisir

berkelanjutan tidak akan tercapai.

Dalam rangka mengembangkan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah

tersebut, dirasa perlu mengketahui akar permasalahan dan potensi dengan cara mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi serta, inhstruktur masyarakat desa pesisir. Dengan kemampuan pemahaman ini diharapkan dapat mengelola

sumberdaya yang ada secara berkelanjutan. Untuk mengetahui tingkat

perkembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah perlu dibandingkan

dengan kecarnatan yang mewakili bagian Tengah (Kecamatan Mandah) dan

bagian selatan (Kecamatan Keteman), dengan penelitian ini diharapkan dapat

diketahui tingkat perkembangan wilayah desadesa pesisir saat ini, kecenderungan

di masa mendatar~g dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kegagalan pembangunan yang mungkin timbul.

Perurnusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dari kondisi yang te rjadi

adalah:

1. Belum teridentifikasinya potensi yang dapat mendorong pengembangan

desadesa pesisir

2. Belum diketahuinya tingkat perkembangan wilayah desa-desa pesisir

Kecamatan Tanah Merah.

3. Belum teridentifikasinya aktivitas ekonomi yang akan me~dorong

pengembangan desadesa pesisir.

4. Terjadi degradasi lingkungan pesisir Kecamatan Tanah Merah

Tujuan

1. Mengidentifrkasi potensi desa-desa pesisir Kecamatan Tanah Merah

2. Menentukan prioritas pengembangan potensi desadesa pesisir kecamatan

Tanah Merah.

3. Mengidentifikasi dan Menganalisa kelayakan finansial aktivitas ekonomi

utama desa pesisir Kecamatan Tanah Merah.

(19)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Definisi Wilayah Pesisir.

Terdapat suatu kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah

suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari

garis pantai (coastaline), maka suatu wilayah pesisir memiliki dua kategori batas

(boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (longshore) dan Batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crosshore). Untuk kepentingan pengelolaan, penetapan batas-batas wilayah pesisir dan laut yang sejajar dengan garis pantai

I-elatif mudah (Bengen, 2002)

Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah

pesisir dapat ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan

keseharian (day-today management). Batas wilayah perencanaan sebaiknya

meliputi seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia (pembangunan)

yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan

sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan. Batas wilayah perencanaan lebih luas

dari wilayah pengaturan.

Dalarn dy-to-day management, pemerintah atau pihak pengelola

memiliki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin

kegiatan pembangunan. Sementara itu, bila kewenangan semacam ini berada di luar batas wilayah pengaturan (regulation zone), maka akan menjadi tanggung jawab bersama antara instansi pengelola wilayah pesisir dalam regulation zone

dengan instansi 1 lembaga yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.

Adapun wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan

berbatasan dengan laut, batas di daratan meliputi daerahdaerah yang tergenang air

maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut

seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah

daerahdaerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti

(20)

dipengaruhi oleh kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2002).

Dari kacamata ekonomi wilayah, berbagai kawasan pesisir yang memiliki posisi strategis di dalam struktur alokasi dan distribusi sumberdaya ekonomi disebut memiliki locational rent yang tinggi. Nilai ekonomi kawasan pesisir, selain ditentukan oleh rent lokasi (locational rent), setidak-tidaknya juga mengandung tiga unsur economic rent lainnya, yakni: Ricardian rent, environmental rent, dan social rent. Ricardian rent adalah rent berdasarkan kekayaan dan kesesuaian sumberdaya yang dimiliki untuk berbagai penggunaan

aktivitas ekonomi, seperti kesesuaiannya (suitability) untuk berbagai aktivitas budidaya (tambak), kesesuaian fisik untuk pengembangan pelabuhan, dan

sebagainya. Environmental rent kawasan-kawasan pesisir adalah nilai atau fungsi kawasan yarlg didasarkan atas fungsinya di dalam keseimbangan lingkungan, social rent menyangkut manfaat kawasan untuk berbagai fungsi sosial. Berbagai nilai-nilai budaya masyarakat banyak yang menempatkan berbagai kawasan pesisir sebagai kawasan dengan fungsi-fingsi sosial tertentu (Rustiadi, 2001).

Di dalam mekanisme pasar, pada umumnya hanya locational dan ricardian rent yang telah terinternaiisasi di dalam struktur nilai pasar, akibatnya berbagai fbngsi lingkungan dan sosial kawasan pesisir banyak yang mengalami degradasi

dan tidak mendapat penilaian semestinya.

(21)

lebih menjamin aliran alokasi dan distribusi sumberdaya yang efisien dan stabil

sehingga menurunkan ketidakpastian (mertainty), dan (5) Te rjadinya learning

process secara berkelanjutan yang mendomng terjadinya koreksi dan

peningkatan secara terus menerus secara berkelanjutan.

2.2 Potensi Sumberdaya Kelautan dan Perilcanan

Wilayah pesisir dan laut beserta sumberdaya alamnya memiliki arti

penting bagi pembangunan ekonomi, nilai dan arti penting pesisir dan laut ini

paling tidak dapat dilihat dari 3 aspek, diantaranya;

1. Aspek Biofisik: secara biofisik, Indonesia memiliki sumberdaya pesisir, pantai,

dan pulau-pulau kecil yang relatif lebih banyak dan besar dibandingkan dengan

ekosistem lainnya. Dari 17.504 pulau yang dimiliki Indonesia, hanya beberapa saja

yang dapat digolongkan sebagai pulau besar, sisanya merupakan pulau-pulau kecil yang keberadaannya bersama dengan pulau-pulau menentukan keragaan

Indonesia sebagai suatu negara kepulauan. Indonesia memiliki garis pantai

sepanjang 81.000 km, terpanjang di dunia setelah Kanada. Dengan demikian

kawasan pesisir secara biofisik merupakan suatu daerah yang memiliki

kompleksitas yang tinggi dilihat dari keragaan dan potensi barang dan

jasa yang dapat dihasilkan, keterkaitan antar ekosistem, serta

keterbukaannya terhadap ekosistem lainnya.

2. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya: Potensi ekonomi dalam bentuk produksi

barang dan jasa di kawasan pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil meliputi: (1)

sumberdaya dapat diperbaharui (rcnewablt? resozrrces) ternasuk ikan, udang,

molusca, kerang mutiara, kepiting, nunput laut, hutan mangrove, hewan karang,

lamun dan biota laut lainnya. (2) sumberdaya tidak dapat diperbaharui (non-

renewable resources) seperti minyak bumi dan gas, bauksit, timah, bijih besi,

fosfor, dan mineral lainnya, (3) energi kelautan seperti; energi gelombang, pasang

surut, angin, dan OTEC (ocean thermal energy conversion), dan (4) jasa jasa lingkungan

3. Aspek Hukum dan Kelembagaan: sejauh ini hukum (regulasi) mengenai kawasan pesisir dan laut belum banyak. Kekurangan dan ketidaksempurnaan ini berlanjut dengan pelaksanaan di lapangan masih sangat lemah yang ditunjukkan

(22)

2.3 Disparitas dan Pengembangan Wilayah.

Disparitas pembangunan regional merupakan fenomena universal dalam

skala nasional, proses pembangunan yang dilaksanakan selarna ini ternyata di sisi

lain telah menimbulkan masalah pembangunan yang cukup besar dan komplek,

karena pendekatan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi makro

cenderung akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan pembangunan antar

wilayah yang cukup besar, ketidakseimbangan ini disatu sisi terjadi dalam bentuk

tidak optimalnya sistem ekonomi (Rustiadi, et al. 2004).

Menyadari terjadinya ketidakseimbangan pembangunan inter-regional,

pemerintah telah menyelenggarakan berbagai program-program pengembangan

kawasan lebih didasarkan atas strategi dari sisi pasokan (supply side strategyl

dan strategi sisi permintaan (demand side strategyl.

Menurut Rustiadi, et al (2004) terdapat beberapa faktor utama yang

menyebabkan terjadinya disparitas antar wilayah. Faktor-faktor ini antara lain

adalah: (I) geografi; (2) sejarah; (3) Politik; (4) kebijakan pemerintah; (5)

adrninistrasi; (6) sosial budaya; dan (7) ekonomi. Dalam mendorong keterkaitan dan mengatasi masalah disparitas wilayah ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan secara simultan antara lain: (1) mendorong pemeretaan investasi; (2)

mendorong pernerataan permintaan; (3) mendorong pemerataan tabungan.

Untuk mewujudkan semua ini maka pengembangan wilayah merupakan

program menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan

sumberdaya dan memberikan kontribusi kepada pembangunan suatu wilayah.

Konsep pengembangan wilayah adalah suatu upaya mewujudkan keterpaduan

penggunaan sumberdaya dengan penyeimbangan dan penyeraskian pembangunan

antar daerah, antar sektor serta antar pelaku pembangunan dalam mewujudkan

tujuan pembangunan daerah (Anwar, 1999).

Adanya sifat kelangkaan (scarcity) dan memiliki kegunaan (uiility) dari suatu sumberdaya serta distribusi yang tidak merata, tahap pertama dari suatu

pengembangan wilayah adalah mengidentifikasikan sumberdaya yang ada melalui

kegiatan evaluasi sumberdaya (sumberdaya alami, manusia, dan buatan).

Perencanaan pengembangan vilayah secara umum ditunjang oleh empat

(23)

Aspek ekonomi, (3) Aspek kelembagaan, dan (4) Aspek lokasilspasial

(Rustiadi, et al. 2004).

Dalarn bidang pertanian arti luas (termasuk perikanan) perencanaan

wilay ah diarah kan untuk mengidentifikasi, menggarnbarkan dan mengembangkan wilayah pertanian yang memenuhi syarat pengembangan pertanian yang

menguntungkan bagi individu petani, masyarakat dan wilayah yang bersangkutan

dengan tetap memperhatikan kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan

pendukung pertanian yang dikembangkan.

Mekanisme dalam perencanaan pembangunan wilayah rnemerlukan

penelaahan yang menyangkut kepada ( I ) struktur dan organisasi tata ruang wilayah baik atas dasar potensi wilayahnya maupun integrasi tata ruang dan

keterkaitan fungsional antara bagian-bagian wilayah, dan (2) peranan sektor utama

dalam memberikan dampak pertumbuhan ekonomi wilayah.

2.4 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Kompleksitas sistem pada wilayah pesisir baik itu sumberdaya alam

maupun masyarakatnya, mutlak memerlukan suatu pengelolaan yang tepat dan

terpadu bagi keberlanjutan pembangunan pesisir. Berdasarkan karakteristik

pembangunan, serta banyaknya tumpang tindih kepentingan pemanfaatan wilayah

pesisir baik dari masyarakat maupun pemerintah, maka pencapaian pembangunan

wilayah pesisir secara berkelanjutan hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan

wilayah pesisir secara terpadu.

Menurut Dahuri, et a1 (2001), dimensi keterpaduan dalam pengelolaan wilayah pesisir meliputi beberapa aspek diantaranya; ( I ) keterpaduan sektor; (2) keterpaduan wilayah/ ekologis; (3) keterpaduan stakeholders dan tingkat pernerintah; (4) keterpaduan antar berbagai disiplin ilmu; dan (5) keterpaduan

antar negara. Adanya keterpaduan pengelolaan ini nantinya diharapkan te jadinya

keberlanjutan dalam pembangunan baik dari sisi ekonomis, ekologis maupun sosial politik.

Konsep pembangunan berkelanjutan mulai rnengkristal sejak tahun 1992

(Konfrensi Rio tentang pembangunan dan lingkungan hidup), sebagai respon atas

(24)

kurangnya perhatian dalam membangun akibatnya kerusakan lingkungan alam dan

sosial membawa konsekuensi serius bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri

Pengen, 2002).

Berkembangnya berbagai kegiatan pembangunan yang terdapat di

kawasan pesisir disebabkan oleh tiga alasan ekonomis (economic rationality)

yang kuat (Dahuri, et al., 1996), yaitu :

(1) Wifayah pesisir merupakan salah satu kawasan yang secara biologis

paling produktif di dunia. Berbagai ekosistem dengan produktivitas

hayati tertinggi, seperti hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang,

dan estuaria, berada di wilayah pesisir. Lebih dari 90% total produksi

perikanan dunia (sekitar 82 juta ton) baik melalui kegiatan penangkapan

maupun budidaya, berasal dari wilayah pesisir.

(2) Wilayah pesisir menyediakan berbagai kemudahan (accessibilities) yang

paling praktis dan relatif lebih murah bagi kegiatan industri, pemukiman,

dan kegiatan pembangunan lainnya, dari pada yang dapat disediakan

oleh daerah lahan atas (upland areas). Kemudahan tersebut berupa media transportasi, tempat pembuangan limbah, bahan baku air pendingin

(cooling water) dari air laut untuk berbagai jenis pabrik dan pembangkit tenaga listrik, dan bahan baku industri lainnva.

(3) Wilayah perairan pada umumnya memiliki panorama keindahan yang

dapat dijadikan objek rekreasi dan pariwisata yang sangat menarik dan

menguntungkan (lucrative), seperti pasir putih atau pasir bersih untuk berjemur, perairan pesisir untuk renang, selancar, dan berperahu, dan

terumbu karang serta keindahan bawah laut lainnya untuk pariwisata selarn

dan snorkling.

Disisi lain, di kawasan pesisir telah timbul permasalahan seperti pencemaran, over eksploitasi sumberdaya alam, degradasi fisik habitat pesisir dan

konflik penggunaan Iahan, bahkan di beberapa daerah pesisir tingkat kerusakan

ekologis melampaui daya dukung lingkungan dan kapasitas asimilasi

(assimiolafive capaciy) dari ekosistem wilayah pesisir untuk menopang kegiatan pembangunan dan kehidupan manusia di masa-masa mendatang. Kondisi ini

(25)

Serorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa adanya perhatian yang memadai terhadap karakteristik, fhngsi, dan dinarnika ekosistem wilayah pesisir yang

menyusun daya dukung dan kapasitas ekosistem ini bagi kelangsungan pembangunan. Padahal dengan semakin meningkalnya jumlah penduduk dan kenyataan bahwa surnberdaya di daratan (lahan atas) semakin menipis, maka

wilayah pesisir dan lautan beserta segenap surnberdaya alam dan jasa jasa lingkungan (environmental service) yang terkandung di dalamnya diharapkan akan menjadi tumpuan pembangunan nasional pada masa mendatang.

Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akhirnya dapat menjadi bumerang jika ongkosnya harus dibayar

oleh generasi mendatang, karena rusaknya lingkungan hidup dan sosial. Oleh karena itu, dalam membangun ekonomi, suatu bangsa tidak boleh hanya memperhatikan kepentingan jangka pendek saja, namun harus melihatnya dalam

per-spektif jangka panjang.

Pembangunan berkelanjutan sendiri dapat diinterprestasikan dalam

terminologi pembangunan pesisir suatu pembangunan yang tidak pernah punah atau dalam kata lain disebut lestari. Secara lebih spesifik diartikan sebagai suatu pembangunan ekonomi yang memaksimalkan kualitas kehidupan generasi sekarang yang tidak menyebabkan penurunan kualitas kehidupan generasi

mendatang.

Dengan demikian, secara ekologis terdapat empat persyaratan utama yang

dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan sumberdaya wi iayah pesisir dan lautan :(I) keharmonisan spasial. (2) pemanfaatn sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan, (3) membuang limbah sesuai dengan kapasitas asimilasi lingkungan, dan (4) rancang dan membangun prasarana dan sarana sesuai dengan karakteristik serta dinamika ekosistem pesisir dan lautan (Dahuri, et al. 1996).

(26)

pembangunan, kecuali penelitian. Sementara itu, beberapa kegiatan pernbangunan, seperti pariwisata alam, pemanfaatan hutan bakau dan perikanan secara berkelanjutan (sustainable basis) dapat berlangsung dalam zona konsemasi.

Selanjutnya, setiap keg iatan pembangunan (industri, pertanian, budidaya

perikanan, pemukiman dan lainnya) dalam zona pemanfaatan hendaknya ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik sesuai, sehingga membentuk suatu mosai k yang harmonis. Misalnya, penempatan kegiatan budidaya tambak

udang pada lahan pesisir bertekstur pasir atau sangat masam, atau berdekatan dengan kawasan industri, maka biasanya akan menemui kegagalan.

Sementara itu, bila kita menganggap wilayah pesisir sebagai penyedia

sumberdaya alam, niaka kriteria pemanfaatan untuk sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) adalah bahwa laju ekstraksinya tidak boleh melebihi

kemampuannya untuk memulihkan deri pada suatu periode tertentu (Clark, 1 988 dalam Rus tandi, 1 999). Sedangkan pen1 an faatan sumberdaya pesisir yang tidak dapat pulih (non-renewable resources) harus dilakukan dengan cermat, sehingga efeknya tidak merusak lingkungan sekitarnya.

Ketika kita memanfaatkan wilayah (perairan) pesisir sebagai tempat untuk pembuangan limbah, maka hams ada jaminan bahwa jumlah total dari limbah tersebut tidak boleh melebihi kapasitas daya asimilasinya

(27)

In. METODE PENELITLAN

3.1 Kerangka Pendekatan

Wilayah pesisir merupakan sebuah lingkungan yang sangat kompleks,

dinamik dan sangat peka karena adanya pengaruh ekosistem darat dan laut.

Karakter fisik wilayah pesisir yang khas menyediakan berbagai potensi

sumberdaya dan jasa lingkungan untuk kepentingan hidup manusia. Meskipun

demikian, wilayah pesisir tetap membutuhkan keseimbangan antara upaya

pemanfaatan dengan pelestarian yang dapat diwujudkan melalui pengelolaan

sumberdaya pesisir yang menggunakan pendekatan keterpaduan. Pendekatan ini

dilakukan dengan cara comprehensive assessment untuk dapat memahami

karakteristik fisik wilayah pesisir dan lingkungan yang ada di dalamnya

(Dahuri, 2002 a).

Masalah kemiskinan adalah ciri dan pemandangan yang umum pada

sebagian masyarakat desa pesisir baik bersifat cultural maupun struktural.

Government policy yang melaksanakan pembangunan secara top-down, tidak

mengetahui kondisi ekosistem dan tatanan nilai masyarakat yang tersebar luas

secara spasial. Hal ini didorong oleh kesalahan pengaturan dan perancangan

program dan proyek pembangunan yang berdampak pada kemiskinan masyarakat

desa pesisir. Ketidakseimbangan antara eksploitasl sumberdaya ~edesaan dan

pembagian manfaat hasil-hasil "pembangunan" menciptakan keadaan rawan

goncangan-goncangan yang mengarah pada krisis ekonomi (Rustiadi, 2001 ).

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Otonomi Daerah memberikan keleluasaan bagi daerah untuk menentukan

kebijakan-kebijakan pada skala pelaksanaan di daerah termasuk dalam upaya

mencari dan mengusahakan alokasi dana untuk pembangunan daerah. Salah satu

upaya untuk menuju kearah pembangunan daerah yang lebih maju dalarn era

desentralisasi adalah dengan mengoptimalkan daerah pesisir sebagai pusat

(28)

Penelitian ini ingin melihat potensi yang dimiliki oleh setiap desa-desa pesisir yang kemudian dianalisa dengan Analisis Tipologi Wilayah untuk melihat tipe pengembangan untuk tiap desa pesisir

dan

kerangka pendekatan ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Paradigma

Pembangunan Masa

4

Pembangunan

mengacu kepada

II

I I I I I -b

I a

I

-

-

-Desenrtalisasi

.

(Otonomi Daerah)

Yang diharapkan: Variabel-variabel: Penyellpan tenzga kerja Berbagai Indikator Peningkatan Pendapatan kine j a Pernbangunan Peluang investasi dan Potensi wilayah yang

kerjasarna dimiliki

Penurunan ketimpangan Pernbangunan

berkelanjutan

Keterangan:

:AliranPemikm

----

+ : Implikasi [image:28.523.69.454.43.691.2]

-

: Input

Gambar 1 Kerangka Pendekatan Analisis Pengembangan Wilayah Pesisir Kecatarnan Tanah Merah Kabupaten Inhi

I

I I I I Kebijakkan PEMDA lnhil Kemandirian daerah Potensi Sumberdaya 1. sumberdaya alam 2. sumberdaya manusia 3. surnberdaya buatan 4. surnberdaya sosial

v -

konfli k 1

Kondisi tidak Menguntungkan Kemiskinan Ketimpangan Degredasi Lingkungan Kekecewaan dan V Pengelolaan sumberdaya wilayah belum optimal

Analisis

Analisis Pandangaii Stakeholder

Analisis Tingkat Perkembangan

Analisis Potensi Sumberdaya

Analisis Ekonomi BasisPemusatan I

I I

I

t

I

---

Pengembangan Desa-desa Pesisir Kec. Tanah Merah

Kabupaten lnhil

I

I

t

I Pusat Perturnbuhan di

(29)

3.2 Wakh dan Lokasi

Rangkaian penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap antara lain:

Studi pendahuluan dengan kegiatan awal yaitu koleksi data sekunder dan

primer pada instansi terkait dan di lokasi penelitian.

Penelitian utaina dilakukan dari bulan Juli 2003-September 2003 yang

meliputi studi pustaka, melengkapi data sekunder dan primer sampai

dengan penulisan laporan penelitian.

Adapun lokasi penelitian meliputi desadesa pesisir Kecamatan Tanah Merah

antara lain: Tekulai bugis. Tekulai Hilir, Tekulai Hulu, Tanjung Baru, Sungai

Nyiur. Pulau Nyiur, Tanah Merah, Kuala Enok. Selat Nama. Pulau Air

Tawar, Tanjung Pasir clan Sungai Laut (Bappeda Kab INHIL. 2003).

3 3 Pengumpulan Data dan Sumber Data 33.1 Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian yang didesain secara deskriptif dan

eksploratif. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari survey dan wawancara langsung dengan

responden sebagai Stakeholders yang bejumlah 22 responden untuk AHP.

Pengambilan sampel untuk penentuan responden dalam penelitian menggunakan

metode dengan mengetahui pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir

Icecanlatan Tanah Merah serta mengetahui faktor internal dan eksternal, untuk itu

digunakan Judgement Sampling, yang terdiri dari:

a. Pemerintahan Daerah (Eksekutif dan Legislati0

b. Pengusahal Industri

c. Masyarakat Nelayan dan Petani

d. LSM dan Pengurus Koperasi e. Tokoh masyarakat.

Dasar pemikiran responden adalah pihak-pihak yang terkait langsung dan

(30)

Wawancara dilkukan menggunakan kuesioner ( d a b pertanyaan) dengan

maksud untuk mengetahui persepsi masing-masing responden guna m e n d a m

arah pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kecamatm Tanah Merah,

selain itu wawancara juga berguna untuk mengetahui faktor-War yang

berpengaruh terhadap pengembangan masyarakat.

Sementara data sosial ekonomi untuk analisis kelayakan finansial usaha

ekonomi diwilayah pesisir Kecarnatan Tanah Merah dilakukan wawancara terhadap

petani kelapa dengan jumlah 50 orang dengan teknik random sampling.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan instansi-instansi yang

terkait di Kabupaten Indragiri Hilir seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas

Pertanian, dan Bappeda yang telah tersedia dalam bentuk dokumen, selain itu

diperlukan data-data pendukung berupa peraturan dan perundangan yang

berlaku dan mempunyai keterkaitan dengan pengembangan wilayah pesisir

Kecamatan Tanah Merah yang dapat dilihat pada Tabel 1. Data dan

informasi yang diperlukan antara lain;

1. Kondisi fisik wilayah penelitian yang meliputi letak, topografi, tata

guna lahan, dan kesesuaian lahan dan potensi sumberdaya yang ada.

2. Keragaan sosial ekonomi dan demografi masyarakat di setiap desa- desa pesisir meliputi data: umur, jenis kelamin, mata pencaharian,

tingkat pendidikan, ketenagakerjaan dan tingkat pendapatan keluarga,

penguaaan lahan, luas iahan yang digarap, tingkat produksi,

penggunaan sarana produksi, tenaga kerja yang digunakan, dan tingkat

konsumsinya.

3. Pemasaran komoditas wilayah pesisir yang meliputi berbagai produk

yang dihasilkan, penyediaan sarana produksi, kegiatan pengolahan,

kegiatan pemasam, pelaku pemasaran, dan struktur permintaan pasar

produk tersebut.

4. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan berbagai kebijakan pengembangan desa-desa pesisir Tanah Merah Kabupaten Inhil.

(31)
[image:31.528.45.441.38.538.2]

Tabel 1 Aspek, Variabel dan Sumber Data Penelitian

Salah satu keluaran dari hasil pengolahan data ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang sesuai dengan alur metode penelitian pada Gambar 2 yang nantinya diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang timbul dalam prioritas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kecarnatan Tanah Merah dengan mempertimbangkan segala aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung.

Sumber Data

BPS BPS, DEPNAKER DIKNAS BPS, DIKES BPS

BPS, Pertanian, Petemakan, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan PEMDES, BAPPEDA, BPS PEMDES BAPPEDA BPN. BAPPEDA, PUSLITANAK No A. 1. 2. 3. 4. B. 1. 2. C. D. 1 . 2. 3. Aspek

Sosial Demografi Demografi Ketenagake qaan Pendidikan Kesehatan Ekonomi PDRB

Pertanian (Per. Tanarnan Pangan, peternakan,

kehutanan,

perkebunan dan peri kanan)

Data Lainnya

Peta-peta Peta adrninistrasi Peta Saranajprasarana

Peta potensi SDA

Variabel

Jumlah Penduduk, Kepadatan, Umur, Pertumbuhan dan Penyebaran Penduduk Jurnlah TK per sektor, Angkatan kerja, rasio ketergantungan

Angka Partisipasi Penduduk, Angka Melek Humf, Jurnlah Murid, guru, fasilitas pendidikan dan rasionya

Angka kelahiran, angka kematian, angka harapan hidup, rasio penduduk dengan tenaga rnedis, rasio penduduk dengan fasilitas kesehatan

PDRB Kabu~aten per sektor, PDRB Kecarnatan, PDRB per kapita.

Sumbangan sektor pertanian, jumlah TK &or pertanian dm penyebarannya, produksi, pmduktivitas pengolalian dan pemasaran hasil pertanian.

Kondisi fisik wilayah penelitian, Peraturan dan Kebijakan PEMDA, Renstra Kabupaten, Data Potensi Desa dan Data SUSENAS

Administrasi desa-desa pesisir

Peta sarana jalan, peta sarana pendidikan, peta sarana perhubungan laut, peta sarana kesehatan. peta sarana peribadatan

(32)

Tabel 2 Variabel dan Data yang digunakan dalam berbagai Analisis

Tujuan Output Analisis Variabel Data

Mendeskripsikan Pandangan

stakeholder Prioritas Pengembangan mengenai dan Pemanfaatan wilayah pengelolaan desa-

desa pesisir

-Peningkatan tenaga kerja -Peningkatan Pendapatan

-0ptimasi Pemanfaatan -Partisipasi Masyarakat

AHP -Fencegahan Degredasi -Partisipasi

-Tujuan Konservasi Stakeholders

-Pemerataan Pembangunan -Aktivitas Sosial

Pententuan -Tenaga Kerja sektor pertanian,

pemusatan aktivitas Sektor ekonomi basis Location Quetien (LQ) perkebunan, perikanan, pertanian, -PDRB

ekonomi wilayah industri, perdagangan, jasa-jasa, -Jumalah Produksi

lain-lain Penentuan

Indikator kegiatan -Luas lahan Sawah, Perkebunan, -PDRB

transformasi

ekonomi Shift Share Analysis (SSA) Hutan, Pemukiman, lahan tidur -Jumlah Produksi

struktur ekonomi lain-lain

Menganalisa

kelayakan finansial Kelayakan finansial usaha NPV, B,C, IRR, BEP

aktivitas ekonomi ekonomi basis -J~mlah dana untuk usaha -Usaha rumah tangga

utarna

Analisis Faktor -Kepadatan Penduduk

Wilayah Analisis Kelompok (Claster), -j&lah fasilitas pendidikan, Mentipologi desa- Tipologi

Discriminant Function Analysis kesehatan, perekonomian, -PODES desa pesisir (komponen utama)

(DFA). keagamaan

Mengidentifikasi

potensi Keragaan w i l a ~ a h dengan Analisis Skalogram pesisir desa-desa tingkat hirarki pelayanan

-jumlah k i l i t a s pendidikan,

kesehatan, perekonomian, -PODES

[image:32.770.16.698.49.417.2]
(33)

Identifiaksi pennasalahan desa-desa Kecamatan Tanah Merah

' I

..

.

+

Data

-

Sumber

-

Data PODES

-

BPS

-

Data SUSENAS - BPS

-

Data Sosial Demografi

-

Instansi terkait

-

Peta Potensi Sumberdaya

-

Instansi terkait

-

Pandangan Stakeholders

-

Primer/survei

Analisis fisik: Cluster Analisis

1

Analisis Potensi Wilayah : Shift-share Proses Hierarki

AnalitikPHA

Analisis Finansial

: NPV, IRR,B/C

Analisis tipologi Analis Keragaan Sosial Analisis Potensi

Wilayah: Skalogram ekonomi masyarakat: Faktor

*

ARAH PENGEMBANGAN DESA-DESA PESISIR

4

I

J

I

<

KECAMATAN TANAH MERAH. Deskripsi pandangan

Stakeholder mengenai pngelolaan pengel0laan

desa-desa pesisir

Gambar 2 Model Alur Metodologi Penelitian

I I I I

I

1

Keragaan relatif tingkat Keterkaitan antara tipologi w v

perkembangan desa-desa pesisir dibanding desakelurahan pada

umumnya

dan perkembangan desa dengan faktor-faktor penciri

desa :DFA

Keragaan Potensi Wilayah

(34)

3.3.2 Metode Pemilihan Responden

Untuk mendapatkan penilaian dari pihak-pihak yant terkait dalam upaya pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah, dilakukan survey pendapat. Responden yang akan memberikan penilaian merupakan responden yang terlibat langsung atau mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait. Responden dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan responden

merupakan pihak atau stekholders yang terkait permasalahan, terdiri dari Pemerintahan Daerah di lingkungan Kabupaten Indragiri Hilir, Swasta,

Masyarakat lokal (petani kelapa dan nelayan), LSM, Pengurus Koperasi, dan Tokoh Masyarakat sebanyak 22 orang dengan metode purposive sampling.

Pemilihan responden dalam AHP, diperoleh dengan melakukan kegiatan wawancara dengan menggunakan kuisioner yang dilakukan terhadap responden terdiri dari :

a. Pemerintahan Kabupaten lndragiri Hilir:

Eksekutif: Bappeda (I), Dirias KIMPRASWIL (I), Dinas Kelautan dan

Perikanan (I), Dinas Perkebunan (I), Dinas Perhubungan (I), Kepala Desa (4)

Legislatif: Anggota DPR asal Kecamatan Tanah Merah (1) b. Swasta: Pengusaha Industri (2).

c. Masyarakat nelayan (3), Masyarkat petani kebun kelapa (3) dan Tokoh Masyarakat (2)

d. LSM (l), Pengunis Koperasi (1)

Sejumlah pertimbangan yang melatarbelakangi pemilihan secara sengaja terhadap pihak-pihak atau stakeholders yang terkait permasalahan antara lain:

a. Pemerintahan Eksekutif (Kabupaten, Kecarnatan dan Desa) dan Legislatif, merupakan pihak yang terkait dalam penetapan kebijakan pengembangan terhadap suatu pilihan keputusan disamping itu juga berperan sebagai fasilitator maupun mediator terhadap pelaksanaan kebijakan.

b. Industri dan Pengusaha, merupakan pihak yang akan melakukan sejumlah kegiatan guna peningkatan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya yang ada di wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah. Kondisi yang diinginkan

(35)

Kecamatan Tanah Merah. Terpenuhinya kondisi yang ideal tersebut merupakan insentif bagi upaya penanaman investasi untuk menggairahkan perekonomian di pulau kecil.

c. Masyarakat lokal (Tokoh Masyarakat, nelayan dan petani kelapa),

merupakan obyek sekaligus subyek dalam upaya pengembangan wilayah. Keberlanjutan suatu program yang dilakukan akan ditentukan melalui peran rnasyarakat. Masukan dan keinginan dari masyarakat merupakan

penilaian terhadap keberlanjutan pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah.

d. LSM dan Pengurus Koperasi, merupakan objek dan subyek dalam pengembangan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah, merupakan melalui peran masyarakat yang melembaga.

Sementara pemilihan responden untuk kelayakan finansial sektor ekonomi basis wilayah Kecamatan Tanah Merah dilakukan dengan cara random sampling atau pemilihan acak sederhana, dimana setiap responden terutama petani kelapa dapat terpilih dengan peluang yang sama.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Analisis Prioritas Pengembangan dan Pemanfaatan Wilayah Pesisir Kecamatan Tanah Merah

Proses pengambilan keputusan prioritas pada dasarnya adalah memilih

suatu alternatif. Metode analisis yang digunakan adalah AHP, yakni suatu pendekatan yang digunakan berdasarkan alnalisis prioritas yang bertujuan urituk

mencari solusi guna mendapatkan prioritas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir Kecamatan Tanah Merah dengan menarik kesimpulan dari pandangan Stakeholders. AHP adalah suatu hierarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia, dengan hierarki suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan kedalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hierarki (Saaty, 1991).

AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan

(36)

keputusan. Dalam menyelesaikan persoalan dengan

AHP

ada Seberapa prinsip

dasar yang hams dipahami antara lain:

a. Dekomposisi, setelah mendefinisikan permasalah/persoalan,

maka

perlu dilakukan dekomposisi, yaitu: memecahkan persoalan yang utuh menjadi

unsur-unsurnya, sampai yang sekecil-kecilnya.

b. Comperative Judgement, prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen

c. Synthesis of Priority, dari setiap matriks pairwise comparison vektor eigen (ciri)- nya untuk mendapatkan prioritas lokal. karena matriks painvise comparison terdapat setiap tingkat, maka untuk melakukan global hams dilakukan sintesis diantara prioritas Iokal. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk hierarki.

d. Logical Consistency, konsistensi memiliki dua makna, pertarna adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai

keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

AHP (Analysis Hierarchy Process) dalam memilih prioritas mampu menangkap secara rasional persepsi manusia dan mampu mengkonversi faktor-

faktor yang tidak teratur (intangible) kedalam aturan yang biasa apabila dibandingkan. Adapun langkah-langkah analisis data agar dapat mengoptimalkan strategi pengembangan desa-desa pesisir di Kecamatan Tanah Merah adalah sebagai berikut:

1 Mengidentifikasi Masalah

Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan pendekatan AHP, yaitu suatu pendekatan yang bertujuan untuk memilih atau menemukan prioritas kegiatan pada kawasan konflik penggunaan Iahan dalam pemanfaatan wilayah desa pesisir yang optimal. Untuk memecahkan konflik yang terjadi dan solusi yang diinginkan, maka perlu diketahui faktor-faktor yang

(37)

a. Aspek ekonomi yang terdiri dari kriteria lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan optirnasi pemanfaatan.

b. Aspek lingkungan, terdiri dari kriteria degredasi lingkungan clan tujuan konsemasi.

c. Aspek sosial, terdiri dari kriteria pemerataan (pembangunan, aksesibilitas dan pendapatan), aktivitas sosial dan tujuan budaya.

Aspek ekonomi

Aspek ekonomi mempengaruhi keputusan dalam pemilihanfpenentuan prioritas arahan pengembangan desa pesisir. Kriteria dari aspek ini dapat dijabarkan menjadi tiga faktor yang mungkin terjadi, yaitu sebagai berikut:

a. meningkatkann lapangan kerja

Kegiatan perkebunan, perikanan, pemukiman, industri, perhubungan dan

pariwisata akan menumbuhkan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. b. Pendapatan (Income)

Kegiatan perkebunan, perikanan, pemukiman, industri, perhubungan, dan pariwisata mengahasilkan pendapatan bagi masyarakat setempat dan penanaman investasi merupakan aset yang dapat meningkatkan PAD bagi pemerintah daerah.

c. Optimasi pemanfaatan sumberdaya pesisir

Kegiatan perkebunan, perikanan, pemukiman, industri, perhubungan, dan

pariwisata diharapkan dapat menggali potensi daerah secara optimal dan efisien agar tercapai pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan

(sustainable). Optimasi dalam ha1 ini diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk seluruh kegiatan produktif termasuk pemanfaatan sektor informal.

Aspek lingkungan

Pertimbangan aspek lingkungan dan menentukan prioritas kegiatan akan menunjang pemanfaatan sumberdaya yang optimal dan berkelanjutan. Adapun kriteria dari aspek lingkungan dapat dijabarkan menjadi tiga faktor sebagai berikut:

(38)

Kegiatan perkebunan, perikanan, pemukiman, industri, perhubungan dan pariwisah dapat menyebabkan degradasi lingkungan. Kegiatan perkebunan pada prinsipnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan kecuali kegiatan tersebut dilakukan melalui caracara yang ramah lingkungan.

b. Tujuan Konservasi

Kegiatan perkebunan, perikanan, pemukirnan, industri, perhubungan, dan

pariwisata yang dilakukan secara terus-menerus tanpa mengindahkan aspek-aspek lingkungan akan berdampak terhadap keanekaragaman hayati. Hal ini akan berakibat terancarn punahnya jenis spesies tertentu.

Aspek sosial

Pertimbangan aspek sosial dalam menentukan arah pengembangan desa pesisir tidak kalah pentingnya, hasil yang diharapkan nanti bersifat bottom up, sehingga akan berdampak positif clan dapat diterima oleh masyarakat. Kriteria dari aspek sosial dapat dijabarkan menjadi tiga faktor sebagai berikut:

a. Pemerataan

Pemerataan disini mencakup pemerataan pembangunan. pemertaan akses

untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan, serta pemerataan pendapatan. b. Budaya

Mengidentifikasi budaya yang ada di daerah pesisir, baik seni, adat istiadat, dan lain sebagainya. Kegiatan pemukiman dan pariwisata terutama sangat menentukan kelangsungan kebudayaan pesisir.

c. Aktivitas sosial

Kegiatan pemukiman sangat mempengaruhi aktivitas sosial di wilayah

pesisir, misalnya pangadaan bantuan, pertemuan masyarakat untuk berdiskusi dan dengar pendapat. Cara seperti ini sangat sesuai karena komposisi penduduk di daerah pemukiman desa pesisir tergolong heterogen berdasarkan etnik seperti sukur duano (orang laut), melayu, bugis, banjar, jawa. Keragaman etnik ini merupakan salah satu faktor potensi konflik di pesisir Kecamatan Tanah Merah.

2. Menyusun Stru ktur Hierarki

Pembuatan struktur hirarki prioritas pengembangan dan pemanfaatan

(39)

Level 1 Tujuan

Level 2

Aspek

Ekonomi

I

Lingkungan

Level 3 Lap. Kerja Pendapatan Pemanfaatan Degredasi Konservasi pembangunan,

Kriteria Masyarakat Lingkungan akses dan

pendapatan

Stakeholders

Level 5 Prioritas Pemanfaatan

Industri

[image:39.770.4.722.46.415.2]

I

(40)

3. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan dan Melakukan Perbandingan

Dengan membuat matriks komparasi berpasangan ini menggambarkan

konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan

atau ktriterial kepentingan yang setingkat diatasnya. Penentuan tingkat

kepentingan setiap tingkat hierarki atau pendapat dilakukan dengan teknik

komparasi berpasangan. Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam

AHP berdasarkan "judgment " atau pendapat dari pengarnbil keputusanlpakar atau bukan, tetapi terlibat dan memahami permasalahan, dipilih sebagai responden

dengan cara melakukan wawancara langsung.

Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen

dengan berpasangan yang dimulai dari level tertinggi sampai level terendah.

Pernbobotan dilakukan berdasarkan " judgement " para pengambil

keputusadpakar berdasarkan nilai skala komparasi 1-9 Seperti Tabel 3

(Saaty, 199 1).

Tabel 3 Skala Banding Secara Berpasangan

Tingkat Defenisi

kepentingan Pen jelasan

Dua elemen mempunyai 1 Kedua elemen sama penting pangaruh yang sama besar

terhadan tuiuan

Pengalaman dan penilaian

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari sedikit mendukung satu pada elemen yang lain elemen dibanding elemen yang

lainnva

Pengalaman dan penilaian

5 E!er,len yang satu !ebih pentkg dari pa& sangat kuat mendukung satu

elemen yang lain elemen dibanding elemen yang

Satu elemen dengan kuat

7 Satu elemen jelas lebih pentng dari elemen lainnya. didukung dan dominan terlihat dalam praktek

Bukti yang mendukung

Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang satu terhadap

9 elemen yang lainnya elemen lain memiliki tingkat penegasan teRtinggi yang mungkin menguat

Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan Nilai ini diberikan bila ada dua

2'4'6'8 yang berdekatan kompromi diantara dua pilihan.

Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j

[image:40.530.66.456.213.732.2]
(41)

4. Melakukan Perbandingan Berpasangan

Perbandingan berpasangan dilakukan dengan melakukan perbandingan

antar elemen dari hasil penilaian (judgment) seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2],

dimana n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan secara berpasangan.

Bila vektor pembobotan elemenelemen operasi Al, A2, dan A3

dinayatakan sebagai vektor W, dengan W = (wl, w2, w3), maka nilai intensitas

kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan dengan dengan A2 dapat

dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 terhadap A2, yakni;

Nilai wilwj dengan i, j = 1, 2, 3,

.

..,

n didapat dari responden, yaitu pada stakeholders yang berkompeten dalaril strategi pengembangan komoditas. Bila

matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W (wl, w2, w3,

...,

wr.) maka

diperoleh hubungan AW = nW.

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoieh nilai W, maka dapat

diselesaikan melalui persamaan berikut:

[ A-nI ] W = 0, dimana I = matriks identitas.

Untuk menghitung akar ciri, vektor ciri dan menguji konsistensinya, jika

tidak konsisten maka pengambilan data diulangi atau dikoreksi, yaitu:

a). Menghitung akar ciri.

Untuk mendapatkan a k a ciri (n) maka hams ada kondisi [A - n I ] = 0 dan n3.

b). Menghitung vektor ciri

Nilai vektor ciri merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini

bertujuan untuk mensintesiskan penilaian (judgement) dalam penentuan

prioritas. Untuk menghitung vektor ciri, maka akar ciri (n) maksimum

hasil perhitungannya di atas disubstitusikan dengan persamaan:

(42)

dengan menggunakan normalisasi w l

+

w2

+

w3 = 1, sehingga

bila didapatkan maksimum = 2, maka perkaliannya menjadi sebagai

berikut:

[ A - n I ] W =O

dimana pada akhir perhitungan akan diperoleh vektor ciri w 1, w2,

dan w3. Vektor ini memberikan informasi berupa pilihan skenario yang paling optimal.

c). Perhitungan Indeb Konsistensi (Concictency IndedCI)

Indeks konsitensi menyatakan penyimpangan konsistensi dan

menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian atau

pembobotan perbandingan berpasangan, dihitung dengan menggunakan

CI =

A

max -

n

n- 1

dimana A max = akar ciri maksimum dan n = ukuran matriks.

Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui tingkat

konsistensi jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap

validitas atau keabsahan hasil.

Perhitungan Concistency Ratio (CR) dengan persamaan :

3.6 Anaiisis Pernusatan Ekonomi Wilayah

Untuk menilai tingkat perkembangan perekonomian wilayah

KabupatenIKota se Riau berdasarkan data PDRB menurut Lapangan Usaha tahun

2004 dan Kecamatan se Kabupaten Indragiri Hilir menurut produksi komoditas

tahun 2003 sebelumnya perlu diketahui lokasi pernusatad basis aktivitas dan

kapasitas perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barang! jasa dari produksi lokal suatu wilayah, diperlukan suatu metode analisis yang dapat

menunjukkan basis atau tidaknya suatu sektor.

Location Quotient

(Le)

merupakan metode analisis yang umum digunakan dalam ekonomi geografi terutama di tingkat kecamatan. Analisis ini digunakan
(43)

ekspor perekonomian wilayah serta tingkat kecukupan barandjasa dari produksi

lokal suatu wilayah. Nilai LQ merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah atau dapat dikatakan bahwa LQ didefinisikan

sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalarn analisis LQ adalah : (1) kondisi geografis relatif seragam. (2) pola aktivitas

bersifat seragam, dan (3) setiap aktivitas menghasilkan produk yang seragam. Nilai LQ diketahui dengan rumus sebagai berikut :

Xij Xi.. LQij =

X, 1 X..

Keterangan : LQij = nilai LQ untuk aktivitas ke - j di wilayah ke- i Xij = derajat aktivitas ke - j pada wilayah ke -I Xi. = derajat aktivitas total pada wilayah ke - i X.. = derajat aktivitas total wilayah

X.j = derajat aktivitas ke - j pada total wilayah i = wilayahldesa yang diteliti

j = aktivitas ekonomi yang dilakukan

Selain itu, untuk melihat pemusatan aktivitas desa pesisir juga dilakukan analisis LQ terhadap produksi beberapa komoditas penting di desa pesisir.

Interpretasi hasil analisis LC adalah sebagai berikut :

1. Apabila nilai LQij > 1, ha1 ini menunjukkan bahwa te jadi konsentrasi suatu aktivitas atau pemusatan di sub wilayah ke - i (desa) secara relatif dibandingkan dengan total wilayah (kecamatan)

2. Apabila nilai LQij = 1, ha1 ini menunjukkan bahwa wiiayah ke - i (desa) mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total

(44)

3.7 Analiis Tingkat Perkembangan Perekonomian Wilayah

Ur~tuk mengetahui tingkat perkembangan perekonomian wilayah

digunakan metode shift share. Peubah utama yang digunakan adalah PDRB

menurut lapangan usaha setiap kabupatenkota se Provinsi Riau dengan

menggunakan data pada dua titik waktu, yaitu tahun 2000 sebagai tahun awal dan

tahun 2004 sebagai tahun akhir. Analisis Sh@ Share (SSA) digunakan untuk

melihat kecenderungan transformasi struktur perekonomian wilayah. Analisis ini

juga dapat digunakan untuk melihat sumbangan (share) suatu sektor terhadap

perekonomian wilayah yang lebih luas (share desa terhadap kecamatan), dan

sektor-sektor yang mengalami kemajuan selama periode pengukuran. Disamping

itu hasil analisis ini dapat juga menjelaskan kemampuan berkompetisi

(competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah atau perubahan aktivitas

dalarn cakupan wilayah yang lebih luas.

Dengan SSA dapat diketahui sektor-sektor ekonomi unggulan untuk

masing-masing wilayah (desa) dan perbandingan relatif tingkat pertumbuhan

perekonomian wilayah serta kecenderungannya. Hasil analisis ini dapat

menjelaskan kinerja (performance) suatu aktivitas di suatu desa dan

membandingkannya dengan kinerja di dalam wilayah Kecamatan serta mampu menjelaskan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas.

Sebab-sebab terjadinya pertumbuhan tersebut adalah: (1) sebab yang berasal dari

dinamika lokal (sub wilayah), (2) sebab dari dinamika aktivitadsektor (total wilayah), dan (3) sebab dari dinamika wilayah secara umum.

Persamaan Analisis Shiji Share adalah sebagai berikut :

Dimana : Ts = Total shzp

A = komponen regional/aggrgat shiji

B = komponen propotional shiji

X.. = nilai total PDRB dalarn total wilayah

X.i = nilai total PDRB untd: aktivitas tertentu &lam total wilayah

(45)

Gambar

Grafik Nilai Tengah Kelompok Peubah-peubah Tipologi Desa
Gambar - 1 Kerangka Pendekatan Analisis Pengembangan Wilayah Pesisir
Tabel 1 Aspek, Variabel dan Sumber Data Penelitian No Aspek Variabel Sumber Data
Tabel 2 Variabel dan Data yang digunakan dalam berbagai Analisis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guna pembuktian kualifikasi, diharapkan saudara membawa semua data dan informasi yang sah dan asli sesuai dengan Data Isian Kualifikasi yang saudara sampaikan serta Dokumen

Dari setiap nilai pada subindikator, didapatkan nilai keselamatan konstruksi pada pekerjaan pilar ditinjau terhadap dimensi keselarnatan publik adalah 49 %, nilai

&#34;Saya bersumpah,he4anji, bahwa saya akan melakukan pekeq'aan Ilmu Kedokteran, Ilmu Bedah dan Ilmu Kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang

Penelitian yang berjudul “Pronomina Persona Dalam Manga Sket Dance Karya Kenta Shinohara” ini bertujuan untuk meneliti bentuk, fungsi dan makna serta faktor

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja (10 – 19) di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.. Program Studi

Pada hari ini Kamis tanggal Empat belas bulan Juli tahun Dua Ribu Duabelas (14-07-2012) dimulai pada jam 10.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Penapisan dan

Karakter agromorfologi kualitatif meliputi warna ungu pada batang semu, habitus rimpang, bentuk rimpang, panjang rimpang primer, jumlah rimpang induk, dan warna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan kompetensi guru produktif dalam meningkatkan sikap kewirausahaan siswa melalui MGMP, (2) Pelaksanaan