ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PDRB KOTA SURABAYA
MARSHA MARLUPI MAHARANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Kota Surabaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Marsha Marlupi Maharani
ABSTRAK
MARSHA MARLUPI MAHARANI. Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Kota Surabaya. Dibimbing oleh SRI HARTOYO.
Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Namun hasil pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia terdapat ketimpangan yang menunjukkan adanya perbedaan kecepatan pembangunan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari adanya infrastruktur jalan raya, energi listrik dan air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan simultan. Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur jalan raya, air bersih dan energi listrik secara signifikan mampu mempengaruhi tenaga kerja dan investasi secara positif sehingga mampu meningkatkan dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: infrastruktur, model persamaan simultan, pertumbuhan ekonomi, Surabaya
ABSTRACT
MARSHA MARLUPI MAHARANI. Analysis of Infrastructure Impacts for Growth Domestic Product of Surabaya. Supervised by SRI HARTOYO.
Infrastructure has a positive role on the economic growth in the short, medium and long term. However results of infrastructure development in Indonesia show a wide gap imbalances that indicate a speed among regions in Indonesia. This study aims to highlight the roles of local infrastructuure in Surabaya particularly road, electricity and clean water toward the economic growth. The method used in this study is the simultaneous equations. The results show that road, clean water and electricity can significantly affect positively local employment and investment, as a result they can increase and affect economic growth.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PDRB KOTA SURABAYA
MARSHA MARLUPI MAHARANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Infrastruktur terhadap PDRB Kota Surabaya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing dengan memberikan arahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen penguji utama serta Dr. Eka Puspitawati selaku Komisi Akademik yang telah memberikan arahan, saran serta kritik dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Segenap dosen pengajar, staff dan seluruh civitas akademika di Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan penuh tanggung jawab.
4. Kedua orang tua penulis dan keluarga yang telah memberikan waktu, dukungan, perhatian, kasih sayang, doa yang tulus, dan pengorbanan yang tak ternilai selama ini.
5. Orang terkasih dan sahabat Fadel Haris Putera, Diah Fitriani, Try Maryati Subiha dan Masayu Faradiah atas perhatian, bantuan, kebersamaannya dan telah saling memberi dukungan, selalu mengingatkan, mendoakan serta memberikan saran.
6. Teman-teman satu bimbingan Rahmi Budhy, Cynthia Anindita, Khadijah Mustaqimah, Rizki Dwi dan Fadhlan Ihsanudin serta teman - teman di Ilmu Ekonomi angkatan 48 yang luar biasa dukungan, kebersamaan dan bantuannya dalam penulisan.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
KERANGKA TEORI 3
METODE 6
Jenis Data dan Sumber Data 6
Metode Pengolahan dan Analisis Data 6
Uji Identifikasi 7
Validasi Simulasi Model 7
Simulasi Kebijakan 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Perkembangan PDRB 8
Perkembangan Tenaga Kerja 9
Perkembangan Investasi 10
Perkembangan Infrastruktur Jalan Raya 10
Perkembangan Infrastruktur Energi Listrik 11
Perkembangan Infrastruktur Air Bersih 12
Pegaruh Infrastruktur Ekonomi Terhadap PDRB di Kota Surabaya 12
Hasil Pendugaan Model Tenaga Kerja 12
Hasil Pendugaan Model Investasi 14
Hasil Pendugaan Model PDRB 15
Hasil Simulasi Kebijakan 16
SIMPULAN DAN SARAN 17
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 20
RIWAYAT HIDUP 28
DAFTAR TABEL
1. Kontribusi Infrastruktur Ekonomi terhadap PDRB ADHK 2000 ( juta 2
2. Hasil Identifikasi Model 7
3. Hasil Pendugaan Parameter Model Tenaga Kerja 13
4. Hasil Pendugaan Parameter Model Investasi 14
5. Hasil Pendugaan Parameter Model PDRB 16
6. Hasil Simulasi Jika Infrastruktur Ekonomi Naik 2% 17
DAFTAR GAMBAR
1. Pengaruh infrastruktur ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(PDRB) 4
2. Keterkaitan antar variabel penelitian 5
3. PDRB Kota Surabaya atas dasar harga konstan 2000. 8
4. Distribusi PDRB 2011-2013 berdasarkan sektor 9
5. Permintaan Tenaga Kerja dan Agkatan Kerja di Kota Surabaya 9
6. Investasi (PMA dan PMDN) di Kota Surabaya 10
7. Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Surabaya 11 8. Jumlah energi listrik yang terjual di Kota Surabaya 11 9. Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kota Surabaya 12
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Data yang digunakan dalam penelitian 192.
Hasil Pengolahan Model Tenaga Kerja 193.
Hasil Pengolahan Model Investasi 194.
Hasil Pengolahan Model PDRB 195.
Hasil Pengolahan Simulasi Air Bersih 196.
Hasil Pengolahan Simulasi Energi Listrik 19PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan merata. Untuk itu peran pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu negara, juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Todaro dan Smith (2006), kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerah dapat diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kontribusi tiap wilayah di Indonesia dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB) sangat beragam. Struktur perekonomian didominasi oleh kegiatan -kegiatan yang berada di Pulau Jawa. Kontribusi Pulau Sumatra dalam membentuk PDB nasional pada tahun 2011 sebesar 23,5%, pada tahun 2012 sebesar 23,8% dan pada tahun 2013 sebesar 20,7%. Kontribusi Pulau Jawa dalam membentuk PDB nasional pada tahun 2011 sebesar 57,6%, pada tahun 2012 sebesar 57,5% dan pada tahun 2013 sebesar 82,2%. Sedangkan kontribusi Pulau Sulawesi, Kalimatan, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara dalam membentuk PDB nasional selalu dibawah 10% (BPS 2014).
Perbedaan kontribusi wilayah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dikarenakan adanya perbedaan laju pembangunan di tiap daerah.Perbedaan ini disebabkan karena persebaran Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak merata.Selain itu perbedaan dalam pengembangan dan pembangunan infrastruktur di tiap wilayah juga turut berpengaruh.
Pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan oleh pemerintah setidaknya mempunyai dua manfaat penting, yaitu pertama, menyerap pengangguran dengan cara membuka kesempatan kerja pada proses pelaksanaan pembangunan tersebut dan yang kedua dengan tersedianya infrastruktur yang lebih baik maka akan dapat menarik minat para investor untuk kembali berinvestasi sehinnga memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran, sehingga menambah output dan pendapatan baru pada faktor produksi dan akan menambah output nasional.
2
582.155.130.519 (BPS Kota Surabaya, 2014). Tabel 1, menjelaskan kontribusi dari ketiga sub sektor infrastruktur ekonomi cenderung meningkat sehingga diharapkan mampu memberikan pengaruh kepada sektor-sektor lainnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan efisiensi dalam kegiatan perekonomian.
Perumusan Masalah
Infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek pertumbuhan infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja terutama sektor konstruksi, jangka menengah dan jangka panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Infrastruktur menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri
Menurut data populasi penduduk di Jawa Timur hampir sepertujuh dari total penduduk Indonesia (BPS 2013). Kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Jawa Timur berada di Kota Surabaya, pada 2011 mencapai 8.310 jiwa/km2 dan hingga tahun 2014 kepadatan penduduk Kota Surabaya mencapai 8.459 jiwa/km2 (BPS Provinsi Jawa Timur, 2014). Dengan jumlah penduduk yang besar, arus perputaran barang dan jasa untuk konsumsi maupun produksi akan sangat besar sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur yang baik guna menunjang keseluruhan kegiatan yang ada di Kota Surabaya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan akan fasilitas infrastruktur dalam menunjang kegiatan perekonomian.
Namun hasil pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia terdapat ketimpangan yang menunjukkan adanya perbedaan kecepatan pembangunan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Maka, permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana infrastruktur ekonomi (jalan raya, energi listrik dan air bersih) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap output yang diwakili oleh variabel pendapatan per kapita (PDRB) di Kota Surabaya.
Tabel 1 Kontribusi Infrastruktur Ekonomi terhadap PDRB ADHK 2000 ( juta rupiah)
Tahun Jalan Raya
Energi
3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh infrastruktur jalan raya terhadap PDRB Kota Surabaya. 2. Menganalisis pengaruh infrastruktur energi listrik terhadap PDRB Kota
Surabaya.
3. Menganalisis pengaruh infrastruktur air bersih terhadap PDRB Kota Surabaya. Manfaat Penelitian
Di samping untuk menjawab permasalahan yang ada, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pengembangan infrastruktur yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi, juga dapat menjadi bahan referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian lainnya serta mampu memberikan informasi dan pengetahuan umum mengenai perkembangan infrastruktur di Kota Surabaya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Kota Surabaya dari tahun 1984 sampai 2013. Infrastruktur yang akan diteliti adalah infrastruktur ekonomi, meliputi infrastruktur jalan menurut kondisi jalan yang disediakan oleh dinas binamarga, ketersediaan air bersih yang disediakan oleh PDAM, serta ketersediaan aliran listrik yang disediakan oleh PT. PLN (Persero).
KERANGKA TEORI
Sarana infrastruktur yang memadai diperlukan untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi, hal ini dikarenakan infrastruktur merupakan aspek penting dalam mempercepat proses pembangunan nasional. Todaro dalam Hidayatika (2007:19) menjelaskan bahwa infrastruktur merupakan salah satu faktor yang merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan pembangunan ekonomi. World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi 3, yaitu infrastruktur ekonomi, meliputi public utilities (listrik, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi (jalan, kereta api, pelabuhan, lapangan terbang). Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi, Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.
4
mengubah input menjadi output. Faktor produksi terbagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), sedangkan kemampuan mengubah input menjadi output diterjemahkan kedalam teknologi (A), yang mana akan menentukan seberapa banyak output yang dihasilkan dari jumlah modal dan tenaga kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini infrastruktur ekonomi dijelaskan kedalam teknologi. Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala hasil konstan (constant returns to scale). Secara matematis fungsi produksinya dapat dituliskan :
Y = A (K,L) ... ( 1 ) Investasi, infrastruktur dan tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang memiliki pengaruh satu sama lain. Hubungan ketiganya serta keterkaitan antara variabel yang digunakan dijelaskan dalam Gambar 2. Hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi terjadi saat investasi yang memberikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang meningkat dapat memberikan sumber daya yang diperlukan untuk membiayai investasi program baru.
Permintaan akan masuknya investasi ke suatu negara atau daerah juga di pengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu yang menjadi pertimbangan penting adalah faktor infrastruktur dimana faktor ini dapat mempengaruhi kelancaran distribusi output kepada konsumen. Di satu sisi, ketika investasi diberikan untuk pembangunan infrastruktur, sehingga infrastruktur tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa untuk menghasilkan laju percepatan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan proses produksi hingga distribusi ke konsumen lebih cepat/efisien, sehingga meningkatkan output nasional. Pembangunan infrastruktur ini sendiri akan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga mampu mendongkrak pendapatan perkapita yang kemudian akan berpengaruh pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Gambar 1 menjelaskan pengaruh infrastruktur ekonomi dalam pertumbuhan ekonomi (PDRB) secara grafik.
Infrastruktur dapat meningkatkan jumlah output produksi yang dihasilkan sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDRB/PDB) suatu daerah
5 maupun negara. Kondisi ini mengakibatkan dalam penurunan rasio harga input terhadap harga output, seperti yang ditunjukkan oleh gerakan dari V1 ke V2 di Gambar 1. Salah satu contohnya, dengan adanya peran infrastruktur jalan raya, akan memperlancar perpindahan arus barang dan jasa karena mudahnya akses terhadap daerah sekitarnya sehingga fungsi produksi akan bergeser ke atas (total produksi, TP), dari TP1 ke TP2 , dan Value of the Marginal product (VMP), dari VMP1 ke VMP2. Sehingga akan menghasilkan keuntungan yang maksimum, maka penggunaan masukan yang optimal dicapai ketika VMP sama dengan rasio harga input-output (v). Optimal penggunaan input X sebelum adanya infrastruktur yang memadai dicapai bila rasio harga input-output V1 sama VMP1 yaitu, pada X1. Setelah terjadinya perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik, penggunaan masukan yang optimal terjadi ketika input-output rasio harga V2 sama VMP2 yaitu, di X2. Peningkatan input akan mengakibatkan peningkatan produktivitas, dari y1 ke y2, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dalam Gambar 1, peningkatan pertumbuhan ekonomi terjadi dari peningkatan luas CDv1 menjadi FEv2.
Fan dan Connie (2005) meneliti tentang kontribusi infrastruktur jalan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan untuk kasus negara Cina. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan data panel adalah daerah dengan kondisi jalan yang bagus akan lebih cepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan dibandingkan dengan daerah yang kondisi jalannya tidak bagus.
Dadang Firmansyah (2006) mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran terhadap investasi di Indonesia selama periode 1986-2008. Menganalisis pengaruh PDB, Jumlah Tenaga Kerja, Infrastruktur (Panjang Jalan), dan krisis Ekonomi terhadap pertumbuhan PMDN di Indonesia periode tahun 1985-2004. Berdasarkan hasil estimasi tersebut Variabel PDB tidak berpengaruh terhadap PMDN, Tenaga Kerja berpengaruh terhadap PMDN, Infrastruktur (Panjang Jalan) tidak berpengaruh terhadap PMDN, dan Krisis Ekonomi berpengaruh terhadap PMDN.
Nuraliyah (2011) dalam penelitiannya menganalisis pengembangan infrastruktur dalam pengentasan kemiskinan. Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil estimasi regresi data ialah infrastruktur listrik, air bersih, dan infrastruktur kesehatan di Jawa berpengaruh nyata positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan di luar Jawa hanya infrastruktur listrik dan air bersih yang nyata positif berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur jalan baik di Jawa maupun di luar Jawa tidak signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu pertumbuhan di Jawa dapat menurunkan kemiskinan dan sebaliknya.
6
METODE
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), PT. PLN (Persero), Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,dan PT. PDAM. Penelitian menggunakan data dengan kurun waktu 1984-2013. Wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kota Surabaya. Data yang digunakan diantaranya adalah data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Upah Minimum Regional, jumlah angkatan kerja, suku bunga, panjang jalan menurut kondisi, jumlah energi listrik yang terjual, jumlah air bersih yang tersalurkan, jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis yang akan dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis kuantitatif. Metode analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai perkembangan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya. Metode analisis kuantitatif, dengan menggunakan model ekonometrika melalui persamaan simultan,digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh infrastruktur terhadap PDRB di Kota Surabaya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SAS versi 9.1.3. Model yang digunakan dalam penelitian iniadalah :
• LnLtD = α0+α1LnUt-1+α2LnYt-1 +α3LnELt-1 +α4LnJRt-1+α5LnABt +Ut ...( 2 ) Parameter dugaan yang diharapkan sebagai berikut :
α2, α3, α4>0 ; α1< 0
• LnKKt = β0+β1LnYt-1+β2LnSBt+β3LnELt+β4LnJRt-1+β5LnABt -1+β6LnUt-1+ Ut ... ( 3 ) Parameter dugaan yang diharapkan sebagai berikut :
β1, β3, β4, β5> 0 ; β2,β6< 0
•LnYt = Co + C1LnLt-1 + C2LnKKt + C3LnINFt -1 + C4LnPOt + Ut ...( 4 ) Parameter dugaan yang diharapkan sebagai berikut :
C1, C2> 0 ; C3, C4< 0
Keterangan :
Y : Nilai PDRB riil tahun 1984-2013 di Kota Surabaya (juta rupiah) LD : Jumlah tenaga kerja yang diminta di Kota Surabaya (orang) KK : Investasi riil (juta rupiah)
U : Upah Minimum Regional Kota Surabaya (rupiah) SB : Suku bunga riil (persen)
JR : Kondisi jalan dengan kondisi sedang dan baik di Kota Surabaya (persen)
EL : Energi listrik terjual di Kota Surabaya (KWh) AB : Air bersh yag tersalurkan (juta m3)
7
PO : Populasi
α0, β0, C0 : Konstanta
αn, βn, Cn : Parameter yang diduga (n = 1, 2, 3, dst)
t : Periode waktu (1984-2013) Ut : error term
Uji Identifikasi
Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses penaksiran parameter adalah uji identifikasi pada tiap-tiap persamaan struktural, ini dilakukan untuk mengetahui dapat atau tidaknya mendapatkan nilai parameter pada persaman. Pada penelitian ini uji identifikasi dilakukan dengan pengujian order condition (syarat keharusan) dan rank condition (syarat kecukupan) (Koutsoyiannis, 1977). Kondisi suatu persamaan dalam model mengikuti metode
order condition adalah :
(K-M ) > (G-1) ; persamaan teridentifikasi berlebih (over identified) (K-M ) < (G-1) ; persamaan tidak terdentifikasi (under identified)
(K-M ) = (G-1) ; persamaan diidentifikasi dengan tepat (exactly identified) Dimana :
K: Total variabel dalam model yaitu variabel endogen dan variabel predetermined
M : Jumlah variabel endogen dan eksogen yang termasuk dalam suatu persamaan G : Jumlah variabel endogen dalam model
Agar dapat diduga, parameter-parameternya setiap persamaan struktural harus exactly identified atau over identified.
Berdasar hasil pengujian pada Tabel 2, masing-masing persamaan over identified, maka metode pendugaan kuantitatif dari model persamaan simultan yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan metode 2SLS (Two Stage Least Squares), karena 2SLS digunakan untuk memperoleh nilai parameter struktural pada persamaan yang teridentifikasi berlebih (over identified).
Validasi Simulasi Model
Setelah persamaan struktural dapat diduga maka dapat dilakukan simulasi. Sebelum model digunakan untuk simulasi alternatif kebijakan, perlu dilakukan uji validitas model terlebih dahulu. Uji validitas model yang sering digunakan adalah kesalahan rataan kuadrat terkecil (Root Mean Squares Percent Error, RMSPE) dan koefisien ketidaksamaan Theil (Theil Inequality Coefficient, U). RMSPE adalah rata-rata kuadrat dari proporsi perbedaan nilai estimasi dengan nilai pengamatan suatu variabel endogen. Jika nilai RMSPE semakin kecil maka estimasi variabel endogen semakin valid. Nilai U maksimum bernilai satu dan minimum bernilai nol. Apabila
Tabel 2 Hasil Identifikasi Model
Nama Persamaan K M G Keterangan
LNL 12 2 3 Over Identified
LNKK 12 2 3 Over Identified
8
nilai U semakin mendekati nol maka estimasi variabel endogen dikatakan sempurna. Jika nilai U =1 maka hasil simulasi semakin buruk.
Simulasi Kebijakan
Tujuan simulasi kebijakan adalah untuk mengetahui dampak kebijakan yang akan dilakukan terhadap peubah-peubah endogen. Karena rata-rata perubahan variabel infrastruktur ekonomi (jalan raya, energi listrik dan air bersih) berkisar pada angka 1 hingga 2 persen, maka simulasi kebijakan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan infrastruktur ekonomi sebesar 2 persen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan PDRB
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa atau negara dalam melakukan pembangunan ekonomi. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai PDRB. Nilai PDRB yang dilihat yaitu nilai PDRB atas dasar harga konstan, karena menggambarkan pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu serta tidak memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang ada.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, PDRB Kota Surabaya menunjukan peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut terlihat pada Gambar 3 dari tahun 1984 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar Rp. 93.178.402 rupiah. Nilai PDRB Kota Surabaya pada tahun 1984 adalah sebesar Rp. 15.958.899 sedangkan tahun 2013 sebesar Rp. 109.137.301.
Besarnya nilai PDRB tidak terlepas dari kontribusi tiap sektor terhadap pembentukan PDRB tersebut. Terdapat 5 sektor yang terdiri dari pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa.
Gambar 4 menunjukkan besarnya presentase kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Kota Surabaya tahun 2011-2013. Dapat dilihat selama kurun Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
9 waktu empat tahun sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah perdagangan hotel dan restoran, selanjutnya adalah sektor industri dan pengolahan, sedangkan yang terbesar ketiga adalah sektor Angkutan dan Komunikasi. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa sektor yang memberikan kontribusi dibawah Rp. 10.000.000 tidak dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, karena setiap sektor saling memberikan pengaruh satu sama lain.
Perkembangan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika penting yang menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai tenaga kerja produktif maupun sebagai konsumen. Ketidakseimbangan dalam penyebaran penduduk antaradaerah yang mengakibatkan tidak proporsionalnya penggunaan tenaga kerja secara regional dan sektoral akan menghambat pula laju pertumbuhan perekonomian nasional, karena tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi (Kusumosuwidho 1981).
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
Gambar 4 Distribusi PDRB 2011-2013 berdasarkan sektor
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014.
10
Jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun, membuat kepadatan penduduk Kota Surabaya paling tinggi diantara daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Timur sehingga menimbulkan peningkatan angkatan kerja yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, namun hal ini tidak dibarengi dengan jumlah lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang memadai. Hal ini terlihat dari data yang tersedia (Gambar 5), dimana jumlah permintaan tenaga kerja memang selalu meningkat dari tahun 1983 hingga 2013, namun jumlah tersebut belum mampu memenuhi jumlah angkatan kerja Kota Surabaya yang juga meningkat dari tahun 1984 hingga 2013 sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak mendapat pekerjaan dan pada akhirnya menimbulkan pengangguran serta kemiskinan.
Perkembangan Investasi
Investasi dapat pula disebut sebagai akumulasi modal (capital accumulation) atau pembentukan modal (capital formation) yang bersumber dari dalam negeri dan asing. Kota Surabaya dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki mampu menarik investor baik dalam maupun luar negeri untuk menanamkan modalnya di Kota Surabaya.
Pada tahun 1984 hingga tahun 2008 terjadi kenaikan investasi yang cukup signifikan (Gambar 6). Hal itu disebabkan perekonomian mulai meningkat dengan berdirinya industri-industri pengolahan. Namun pada tahun 2009, terjadi penurunan akibat adanya goncangan ekonomi yang menyebabkan para investor beramai-ramai menarik dana dari Indonesia. Bahkan pemilik modal dalam negeri pun ikut mengalihkan modalnya ke luar negeri. Hilangnya kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya ke dalam negeri membuat investasi di Kota Surabaya cenderung menerun dan tidak stabil sehingga ketika mengalami peningkatan di tahun 2010, namun di tahun 2011 menurun seperti pada tahun 2013 yang kembali menurun setelah pada tahun 2012 mengalami peningkatan.
Perkembangan Infrastruktur Jalan Raya
Jalan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari transportasi darat yang merupakan sarana pengangkutan barang dan jasa yang penting untuk Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014.
11 memperlancar kegiatan perekonomian. Adanya pembangunan jalan di suatu daerah merupakan upaya untuk memeratakan pembangunan daerah dan memudahkan mobilitas penduduk dan melancarkan lalu lintas barang antar daerah.
Berdasarkan Gambar 7 menunjukkan bahwa kondisi jalan yang baik meningkat dari tahun 1984 hingga 1999 namun kemudian mengalami penurunan dan stabil pada beberapa tahun. Untuk jalan rusak, mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi jalan yang baik tentunya akan mampu meningkatkan efisiensi dalam kegiatan ekonomi di suatu daerah seperti distribusi barang dan jasa.
Perkembangan Infrastruktur Energi Listrik
Energi listrik merupakan salah satu energi yang sangat diperlukan sebagai faktor pendukung produksi serta kehidupan sehari-hari. Energi listrik memiliki peranan yang cukup besar dalam mendorong pembangunan nasional. Selain untuk kebutuhan sehari-hari energi listrik juga sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan ekonomi yang ada di Kota Surabaya. Infrastruktur listrik di Kota Surabaya sebagian besar diproduksi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kebutuhan listrik meningkat setiap tahunnya, hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan jumlah listrik yang terjual di Kota Surabaya tahun 1984-2013.
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
Gambar 7 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Surabaya
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014.
12
Perkembangan Infrastruktur Air Bersih
Air bersih merupakan suatu kebutuhan yang dapat menunjang keberlangsungan kehidupan manusia. Terpenuhinya kebutuhan akan air bersih akan meningkatkan produktivitas seseorang, dengan begitu pengembangan infrastruktur air bersih harus dilakukan di setiap daerah agar kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dapat terpenuhi. Pengembangan infrastruktur yang di gunakan dalam penelitian ini adalah ketersediaan air bersih yang di produksi dan dikelola oleh PDAM di Kota Surabaya. Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat volume air bersih yang disalurkan PDAM Kota Surabaya dalam kurun waktu 1984-2013 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa penyediaan air bersih dapat tersalurkan cukup baik.
Pegaruh Infrastruktur Ekonomi Terhadap PDRB di Kota Surabaya
Hasil estimasi model ekonometrika secara umum menunjukkan hasil yang baik. Evaluasi hasil secara statistika juga menunjukkan hasil cukup yang baik, dimana nilai R-Square mencapai nilai 0,9 sehingga model telah cukup menjelaskan keragaman masalah dengan baik. Selanjutnya, untuk nilai Durbin-Watson (DW) secara keseluruhan menunjukkan nilai pada rentang 1.55 < DW < 2.46 maka berdasarkan kriteria keputusan uji statistik DW tidak terdapat masalah autokorelasi pada model. Secara garis besar variabel-variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam persamaan signifikan pada taraf nyata α<20 persen dan mampu menjelaskan variabel tak bebasnya.
Hasil Pendugaan Model Tenaga Kerja
Hasil estimasi model persamaan simultan terhadap tenaga kerja menunjukkan bahwa model yang dibangun signifikan pada taraf nyata 20 persen dan mampu menjelaskan permasalahan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai R-squared-nya yaitu sebesar 0,96 yang berarti bahwa model cukup mampu
Sumber : BPS Kota Surabaya, 2014
13 menjelaskan keragaman masalah sebesar 96 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model (Tabel 3).
Variabel upah dalam hasil estimasi berpengaruh negatif karena mengurangi tenaga kerja dengan nilai koefisien sebesar 1,13. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan upah sebesar 1 persen maka permintaan tenaga kerja berkurang sebesar 1,13persen. Hal ini sesuai dengan teori permintaan tenaga kerja, dimana ketika upah meningkat makan kesempatan kerja akan berkurang, upah dipengaruhi oleh struktur biaya atau proporsi biaya untuk pekerja terhadap seluruh biaya produksi, ketika terjadi peningkatan upah maka biaya produksi akan meningkat, karena tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan profit, maka pengusaha akan mengurangi jumlah tenaga kerja, sehingga kesempatan kerja menjadi berkurang.
Peubah PDRB secara total terbukti signifikan untuk meningkatkan kesempatan kerja. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan PDRB sebesar 1 persen akan mampu meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,54 persen di daerah yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus.
Peubah infrastruktur energi listrik secara total terbukti signifikan untuk meningkatkan permintan tenaga kerja. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan infrastruktur energi listrik sebesar 1 persen akan mampu meningkatkan permintaa tenaga kerja sebesar 3,70 persen di daerah yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus.
Peubah infrastruktur jalan raya secara total terbukti signifikan untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan infrastruktur jalan raya sebesar 1persen akan mampu meningkatkan permintaa tenaga kerja sebesar 0,03 persen di daerah yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus.
Peubah infrastruktur air bersih secara total terbukti signifikan untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan infrastruktur air bersih sebesar 2 persen akan mampu
14
meningkatkan permintaan tenaga kerja sebesar 1,46 persen di daerah yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus.
Pengaruh infrastruktur ekonomi terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap peningkatan permintaan tenaga kerja. Kumara (2013) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Tingkat Pengangguran: Analisis Kabupaten/Kota di Jawa dan Luar Jawa 2007-2011. Hasil yang diperoleh dengan metode panel menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur ekonomi (jalan raya, energi listrik, air bersih) dan kesehatan dapat mengurangi jumlah pengangguran, sedangkan infrastruktur pendidikan cenderung meningkatkan jumlah pengangguran. Secara umum, dampaknya lebih besar di Pulau Jawa.
Hasil Pendugaan Model Investasi
Hasil estimasi model persamaan simultan terhadap investasi (PMA dan PMDN) Kota Surabaya menunjukkan bahwa model yang dibangun signifikan pada taraf nyata 20 persen dan mampu menjelaskan permasalahan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai R-squared-nya yaitu sebesar 0,95 yang berarti bahwa model telah mampu menjelaskan keragaman masalah sebesar 95 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model (Tabel 4).
Peubah suku bunga secara total signifikan memiliki hubungan negatif dalam memengaruhi investasi, dari hasil estimasi dapat diperoleh bahwa setiap peningkatan suku bunga sebesar 1 persen maka akan menurunkan investasi sebesar 0,50 persen. Hal ini sesuai dengan teori, Apabila tingkat bunga tinggi, orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan diterima dari
Tabel 4 Hasil Pendugaan Parameter Model Investasi Parameter Dugaan
Energi Listrik 4,51 <.0001
15 penanaman modal, akibatnya permintaan akan investasi berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula mahalnya kredit, sehingga mengurangi keinginan investasi dikalangan pengusaha, karena investasi menjadi tidak menguntungkan. Tingkat bunga tinggi pada akhirnya akan mengurangi jumlah modal yang diinvestasikan. Jika pengeluaran investasi berkurang, maka PDB cenderung menurun. Hal sebaliknya terjadi jika tingkat bunga rendah.
Peubah PDRB secara total terbukti signifikan dan memiliki hubungan yang positif untuk meningkatkan investasi. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan PDRB sebesar 1 persen akan mampu meningkatkan investasi sebesar 0,69 persen di daerah yang bersangkutan dengan asumsi ceteris paribus. Tingkat PDRB dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut terjadi oleh karena disatu pihak, semakin tinggi PDRB suatu daerah, berarti semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa diinvestasikan, sehingga investasi yang tercipta akan semakin besar pula. Serta peningkatan PDRB berarti permintaan barang dan jasa semakin besar sehingga para investor akan menambah nilai investasi.
Peubah infrastruktur jalan raya, air bersih dan energi listrik secara signifikan terbukti dapat meningkatkan investasi. Dari hasil estimasi pada model didapat bahwa setiap peningkatan jumlah infrastruktur jalan raya sebesar 2 persen maka akan mampu meningkatkan investasi sebesar 0,03 persen di Kota Surabaya. Setiap peningkatan jumlah infrastruktur energi listrik sebesar 1 persen maka akan mampu meningkatkan investasi sebesar 4,51 persen di Kota Surabaya. Setiap peningkatan jumlah infrastruktur air bersih sebesar 1 persen maka akan mampu meningkatkan investasi sebesar 2,63 persen di kota Surabaya.
Peubah upah dalam hasil estimasi berpengaruh negatif karena mengurangi investasi dengan nilai koefisien sebesar 1,28. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan upah sebesar 1 persen maka investasi berkurang sebesar 1,28 persen.
Pengaruh infrastruktur ekonomi terbukti memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap peningkatan investasi. Rahimah (2013) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Sebaran Investasi di Provinsi Jawa Barat 2007-2011. Hasil yang diperoleh dengan metode regresi linier berganda menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan infrastruktur dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Adanya infrastruktur memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan investasi di Provinsi Jawa Barat. Infrastruktur jalan memiliki pengaruh positif untuk perkembangan investasi di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu pengadaan infrastruktur yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat diperlukan.
Hasil Pendugaan Model PDRB
16
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model PDRB terlihat bahwa variabel tenaga kerja signifikan dan berpengaruh positif terhadap PDRB Kota Surabaya dengan nilai koefisien 0,11. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan tenaga kerja sebesar 2 persen maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0,11persen.
Variabel investasi terbukti signifikan dan memiliki pengaruh yang positif terhadap PDRB Kota Surabaya dengan nilai koefisien 0,20. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan investasi sebesar 2 persen maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0,20 persen. Hal ini dapat dimengerti karena ketika sarana infrastruktur yang memadai sehingga investor akan menanamkan modalnya dan investasi tersebut aka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Variabel populasi terbukti signifikan dan memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDRB Kota Surabaya dengan nilai koefisien 0,05. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan Populasi sebesar 2 persen maka akan menurunkan PDRB sebesar 0,05 persen.
Variabel inflasi terbukti signifikan memiliki pengaruh yang negatif terhadap PDRB Kota Surabaya dengan nilai koefisien 4,08. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1 persen maka akan menurunkan PDRB sebesar 4,08 persen.
Andriani (2013) dalam penelitiannya menganalisis mengenai peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infrastruktur di Jawa Barat terus meningkat. Berdasarkan model menggunakan metode panel, infrastruktur jalan, listrik dan air bersih memiliki efek yang positif dan kontribusi yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi daerah dimana infrastruktur listrik memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian daerah di Provinsi Jawa Barat.
Hasil Simulasi Kebijakan
Simulasi kebijakan dilakukan dengan cara melihat bagaimana pengaruh variabel endogen saat infrastruktur ekonomi naik 2 persen. Nilai Presentase
17 perubahan diperoleh dari simulasi pengaruh infrastruktur dinaikkan 2 persen dikurang simulasi dasar per simulasi dasar dikali 100 persen. Tabel 6 menunjukkan nilai presentase perubahan pada masing-masing persamaan simultan.
Hasil simulasi menunjukkan jika infrastruktur air bersih dinaikkan sebesar 2 persen, maka akan menyebabkan kenaikan tenaga kerja sebesar 3,96 persen, kenaikan investasi sebesar 1,96 persen serta kenaikan PDRB sebesar 0,58 persen. Ketika infrastruktur energi listrik dinaikkan sebesar 2 persen, maka akan menyebabkan kenaikan tenaga kerja sebesar 3,16 persen, kenaikan investasi sebesar 3,93 persen serta kenaikan PDRB sebesar 0,58 persen. Ketika infrastruktur jalan raya dinaikkan sebesar 2 persen, maka akan menyebabkan kenaikan tenaga kerja sebesar 0,13 persen, kenaikan investasi sebesar 0,10 persen serta kenaikan PDRB sebesar 0,03 persen.
Pengaruh dari ketiga infrastruktur yang diteliti terhadap PDRB di Kota Surabaya menunjukkan pengaruh yang positif dan mampu mempengaruhi PDRB secara signifikan. Dari hasil simulasi yang diperoleh, kenaikan infrastruktur ekonomi baik jalan raya, energi listrik maupun air bersih mampu meningkatkan permintaan tenaga kerja sehingga meningkatkan output produksi, hal ini menyebabkan investor akan menanamkan investasinya sehingga investasi meningkat dan akan meningkatkan PDRB. Secara garis besar hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur dalam suatu daerah akan meningkatkan kemampuan ekonomi daerahnya serta memberikan dampak positif baik langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan produktivitas ekonomi seperti peningkatan jumlah output yang dihasilkan, ketersediaan lapangan pekerjaan, kenaikan investasi serta perkembangan sektor – sektor ekonomi terkait.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pembangunan infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih di Kota Surabaya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada infrastruktur jalan, peningkatan ditandai dengan penambahan jumlah panjang jalan dengan kondisi baik yang tersedia (km). Pada infrastruktur listrik ditandai dengan peningkatan jumlah energi listrik yang terjual (KWh), serta pada infrastruktur air bersih ditandai dengan peningkatan jumlah air bersih yang disalurkan (m3). Infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap investasi dan tenaga kerja yang selanjutnya menunjang pertumbuhan ekonomi regional di Kota Surabaya, karena dengan perkembangan infrastruktur ini akan meningkatkan produktivitas pada berbagai aspek kegiatan ekonomi. Hasil
Tabel 6 Hasil Simulasi Jika Infrastruktur Ekonomi Naik 2% Persentase Perubahan(persen)
Persamaan Air Bersih Energi Listrik Jalan Raya
Tenaga Kerja 3,96 3,16 0,13
Investasi 1,96 3,93 0,10
18
simulasi juga menunjukkan bahwa ketika infrastruktur ekonomi (energi listrik, jalan raya dan air bersih) meningkat akan mampu memberika pengaruh positif dalam meningkatka permintaan tenaga kerja, investasi dan PDRB.
Saran
Pembangunan infrastruktur harus mendapat perhatian yang lebih serius dari pemerintah karena secara signifikan dapat memengaruhi PDRB Kota Surabaya. Oleh sebab itu diperlukan beberapa kebijakan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur. Infrastruktur listrik terbukti signifikan dalam memberi pengaruh yang cukup besar bagi penigkatan permintaan tenaga kerja, investasi kemudian PDRB, oleh karena itu pengadaan infrastruktur listrik perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, seperti meningkatkan kemampuan pasokan energi listrik, mengoptimalkan produksi energi listrik, mendorong investasi untuk pengembangan serta pembangunan infrastruktur energi listrik, meningkatkan anggaran di bidang kelistrikan untuk mencegah adanya pemadaman bergilir yang mengganggu produktivitas perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Daerah Dalam Angka, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS Provinsi Jawa Timur.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Daerah Dalam Angka, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS Kota Surabaya.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. PDRB Kabupaten/Kota di Indonesia, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS.
David Channing, Peter Pedroni. 2004. The Effect of Infrastructure on Long Run Economic Growth. Department of Economics, Harvard University. United States.
Hapsari, Tunjung. 2011. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
[IPB]Institut Pertanian Bogor. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Ed Ke-3. Bogor (ID): IPB Pr.
Kumara, Ida Bagus Perdana. 2013. Pengaruh Ketersediaan Infrastruktur Terhadap Tingkat Pengangguran: Analisis Kabupaten/Kota di Jawa dan Luar Jawa 2007-2011[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indonesia.
Mankiw, N.G. 2003.Teori Makroekonomi Ed Ke-5. Imam Nurmawan [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga.
Melike E Bildrici, Tahsin Bakirtas, Fazil Kayikci. 2012. Economic Growth and Electricity Consumption : Auto Regressive Distributed Lag Analysis. Vildiz Technical University. Sakarya University.
19
Novi Maryaningsih, Oki Hermansyah, Myrnawati Savitri. 2014. Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Bank Indonesia.
Pararto, Sri Djoko. 2012. Dampak Kebijakan Subsidi Listrik terhadap Perekonomian dan Kemiskinan di Indonesia[disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Ilmu Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indonesia.
Rahimah, Shifa Nisa. 2013. Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Sebaran Investasi di Provinsi Jawa Barat. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK). Institut Teknologi Bandung, Bandung. Indonesia.
Rasidin Karo-Karo Sitepu, Bonar M Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika : Estimasi, Simulasi dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Bogor (ID): IPB Pr.
Safrida. 2008. Dampak Kebijakan Migrasi terhadap Pasar Kerja dan Perekonomian Indonesia[disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Ilmu Ekonomi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indonesia.
Sari, P. 2009. Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 25 Kabupaten Tertinggal Kawasan Timur Indonesia [skripsi].
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Indonesa
Solarin Sakiru Adebola. 2011. Electricity Consumptionand Economic Growth : Trivariate Investigation in Bostwana with Capital Formation. College of
Arts and Science, Economics Building. Universiti Utara. Malaysia.
Sri Hartoyo. 2013. The Impact of Roral Road Rehabilitation on Rice Productivity and Farmers Income in Kemang Village, Cianjur, West Java, Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.Institut Pertanian Bogor. Indonesia
Syahputri, Evanti Andriani. 2013. Analisis Peran Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat[skripsi]. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tony Judiantono. 2005. Analisis Indikator Transportasi Jalan Raya dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA. Indonesia.
Todaro MP, Stephen CS. 2006. Pembangunan Ekonomi Ed Ke-9. Haris Munandar [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga.
Utami, Aryanti. 2013. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Barat[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Indonesia.
Yayuk Ariyani, Samsubar Saleh, Sotya Fevriera. 2010. Permodelan dan Simulasi Kebijakan dengan Pendekatan System Dynamics : Kasus Permintaan Air PDAM Salatiga. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Gajah Mada. Indonesia.
Youdhi Permadi Ma’ruf, Jeluddin Daud. 2011. Pengaruh Investasi Infrastruktur Jalan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di kabupaten Pesisir Selatan
20
Lampiran 1 Data yang digunakan dalam penelitian Tahun Angkatan Kerja
1984 801000 21914026.5 12000 10030761.15 8.07
1985 953000 26072493.46 12000 9287290.401 8.07
1986 1217000 33295093.95 12000 9172392.255 8.07
1987 1866000 51050653.5 12000 11337940.28 8.07
1988 1651000 45168611.43 12000 11594631.43 8.07
1989 1350000 36933752.54 12000 16394724.25 8.07
1990 1283000 35100744.08 12000 21560629.92 8.07
1991 1283000 35100744.08 18200 300126204.9 8.07
1992 1943000 53157245.32 20330 481588460.3 8.07
1993 1420000 38848836.23 23930 530022697.1 10.08
1994 1260000 47930946.69 31290 738327462.3 9.08
1995 1208000 45952844.13 36820 834648137.8 8.07
1996 1436000 54626063.05 40740 1290716273 8.07
1997 1406000 53484850.03 135353 1328451260 8.07
1998 1399800 53248999.34 153791 1297795948 8.07
1999 1397000 53153898.26 179528 1257871547 8.07
2000 1367841 52033265.12 236000 1175865854 8.28
2001 1315121 50027773.44 330700 1177133739 8.28
2002 1339174 50942760 453200 1726309449 8.28
2003 1321959 52960389 516750 1406550701 8.28
2004 1346138 56020541 550700 3714640350 8.28
2005 1340682 59877990 578500 41372460637 8.2
2006 1330417 63678350 655500 25813416835 9.08
2007 1355338 67695819 746000 26324119921 8.28
2008 1418667 71913820 805500 49970155818 8.37
2009 1447040 82014713 1031500 5280335687 8.37
2010 1475981 87828841 948500 9426302362 9.02
2011 1475147 94471049 1115000 5570967147 9.12
2012 1419677 101671633 1740000 32246414596 9.39
21
7.82 99.695 741306303 79.01630668 2206742
4.53 100.91 807413464 79.01630668 2251942
8.48 100.689 837861634 79.01630668 2298080
9.26 106.499 892595313 86.20475428 2345163
6.46 105.316 1026318307 93.67644252 2393211
6.73 108.085 1245178014 97.3726064 2442244
9.69 124.449 1386621416 96.83518924 2191998
9.97 129.794 1561327486 96.83518924 2483871
5.28 130.254 1706660000 96.63585143 2473772
10.19 133.477 2099777000 92.0006965 2648627
8.25 138.705 3252384000 94.98596965 2702893
7.8 153.131 3490127000 94.98596965 2758270
8 159.238 3662436000 94.98596965 2814782
9.11 183.292 2658217000 96.21896412 2872453
9.52 207.042 2358349000 96.21896412 2991303
1.39 256.679 4247970000 96.21896412 2406944
10.46 274.121 4633039000 94.31076402 2599796
14.13 293.215 4829039000 94.08138707 2473461
9.15 307.088 5031179000 93.99887031 2484583
4.79 307.984 4881332000 88.88528697 2656420
5.92 336.252 5546500000 90.36518579 2859655
14.12 345.176 5962378000 93.58726884 2701312
6.71 358.573 6004348000 95.27738893 2987456
6.27 376.648 6381859000 96.93018001 2566257
8.73 390.354 6533983000 97.1487512 2584894
3.39 403.263 6604639000 91.94018297 2631305
7.12 434.018 6981578000 97.96515093 2765487
4.72 458.489 7405509000 97.96551362 2781407
4.39 485.169 8072926000 98.16803945 2791761
22
Lampiran 2 Hasil Pengolahan Model Tenaga Kerja
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model Tenaga Kerja
Dependent Variable Tenaga Kerja
Analysis of Variance
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 5 125.7560 25.15120 141.97 <.0001
Error 22 3.897366 0.177153
Corrected Total 27 129.6534
Root MSE 0.42090 R-Square 0.96994
Dependent Mean 25.24989 Adj R-Sq 0.96311
Coeff Var 1.66692
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error t Value Pr > |t|
Intercept 1 -83.3756 25.22768 -3.30 0.0015
PDRB 1 0.541159 0.144523 3.74 0.0005
Upah 1 -1.11374 0.505654 -2.20 0.0192
Energi Listrik 1 3.707718 0.724303 5.12 <.0001
Jalan Raya 1 0.036193 0.029049 1.25 0.1128
Air Bersih 1 1.462879 1.823134 0.80 0.2009
Durbin-Watson 1.83836
23 Lampiran 3 Hasil Pengolahan Model Investasi
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model Investasi
Dependent Variable Investasi
Analysis of Variance
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 6 122.6281 20.43802 79.08 <.0001
Error 21 5.427345 0.258445
Corrected Total 27 128.0555
Root MSE 0.50837 R-Square 0.95762
Dependent Mean 25.38199 Adj R-Sq 0.94551
Coeff Var 2.00290
Parameter Estimates
Variable DF Parameter
Estimate
Standard Error t Value Pr > |t|
Intercept 1 -108.003 31.25617 -3.46 0.0012
PDRB 1 0.695664 0.210377 3.31 0.0017
Upah 1 -1.28528 0.602847 -2.13 0.0225
Suku Bunga 1 -0.59674 0.354536 -1.68 0.0536
Energi Listrik 1 4.518711 0.824729 5.48 <.0001
Jalan Raya 1 0.030244 0.036399 0.83 0.2027
Air Bersih 1 2.636330 2.008375 1.31 0.1017
Durbin-Watson 1.752525
24
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Model PDRB
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation
Model PDRB
Dependent Variable PDRB
Analysis of Variance
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 4 7.70521 1.926303 4.32 0.0091
Error 23 10.253014 0.441001
Corrected Total 27 17.55823
Root MSE 0.45935 R-Square 0.42360
Dependent Mean 17.22891 Adj R-Sq 0.42554
Coeff Var 2.66615
Parameter Estimates
Variable DF Parameter
Estimate
Standard Error t Value Pr > |t|
Intercept 1 70.00527 30.77137 2.28 0.0162
Investasi 1 0.200703 0.188130 1.27 0.1432
Tenaga Kerja 1 0.115386 0.169633 0.68 0.2051
Inflasi 1 -4.08620 2.197945 -1.86 0.0329
Populasi 1 -0.05230 0.046162 -1.13 0.1347
Durbin-Watson 0.633369
25
Lampiran 5 Hasil Pengolahan Simulasi Air Bersih
Descriptive Statistics
Variable N MSE Corr (R) MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var (US) Covar (UC) U1 U
L 28 0.1392 0.98 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.0147 0.0074
KK 28 1.2115 0.98 0.84 0.00 0.16 0.00 0.16 0.0432 0.0212
Y 28 0.3725 0.69 0.11 0.00 0.89 0.19 0.70 0.0354 0.0176
Theil Relative Change Forecast Error Statistics
Variable Relative Change MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
26
Lampiran 6 Hasil Pengolahan Simulasi Energi Listrik
Descriptive Statistics
Variable N Obs N Actual Predicted
Mean Std Dev Mean Std Dev
L 28 28 25.2499 2.1913 26.0522 2.4347
KK 28 28 25.382 2.1778 26.3821 2.1311
Y 28 28 17.2289 0.8064 17.3290 0.5316
Statistics of fit
Variable N Mean
Error
Mean %
Error
Mean Abs
Error
Mean Abs %
Error
RMS Error
RMS %
Error
R-Square
L 28 1.6140 6.4466 1.6140 6.4466 1.6575 6.6661 0.4067
KK 28 -0.00028 0.0322 0.3244 1.3343 0.4403 1.9000 0.9576
Y 28 -0.00011 0.1160 0.4984 2.9242 0.5774 3.4114 0.4683
Theil Forecast Error Statistics
Variable N MSE Corr (R) MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var (US) Covar (UC) U1 U
L 28 2.7473 0.98 0.95 0.00 0.05 0.00 0.05 0.0654 0.0317
KK 28 0.1938 0.98 0.00 0.00 1.00 0.01 0.99 0.0173 0.0086
Y 28 0.3334 0.68 0.00 0.00 1.00 0.22 0.78 0.0335 0.0167
Theil Relative Change Forecast Error Statistics
Variable Relative Change MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
N MSE Corr (R) Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var (US) Covar (UC) U1 U
L 27 0.00455 0.76 0.94 0.02 0.05 0.00 0.06 2.6724 0.6364
KK 27 0.000376 0.73 0.00 0.23 0.77 0.02 0.98 0.7121 0.3396
27 Lampiran 7 Hasil Pengolahan Simulasi Jalan Raya
Descriptive Statistics
Variable N Obs N Actual Predicted
Mean Std Dev Mean Std Dev
L 28 28 25.2499 2.1913 25.2836 2.4347
KK 28 28 25.382 2.1778 25.4098 2.1311
Y 28 28 17.2289 0.8064 17.2344 0.5316
Statistics of fit
Variable N Mean
Error
Mean %
Error
Mean Abs
Error
Mean Abs %
Error
RMS Error
RMS %
Error
R-Square
L 28 0.0673 0.2911 0.2647 1.0679 0.3791 1.5905 0.9690
KK 28 0.0559 0.2545 0.3244 1.3311 0.4438 1.9217 0.9569
Y 28 0.0112 0.1816 0.4954 2.9088 0.5777 3.4175 0.4678
Theil Forecast Error Statistics
Variable N MSE Corr (R) MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var (US) Covar (UC) U1 U
L 28 0.1437 0.98 0.03 0.00 0.97 0.01 0.96 0.0150 0.0075
KK 28 0.1970 0.98 0.02 0.00 0.98 0.01 0.97 0.0174 0.0087
Y 28 0.3337 0.68 0.00 0.00 1.00 0.22 0.78 0.0335 0.0167
Theil Relative Change Forecast Error Statistics
Variable Relative Change MSE Decomposition Proportions Inequality Coef
N MSE Corr (R) Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var (US) Covar (UC) U1 U
L 27 0.000260 0.77 0.04 0.15 0.80 0.00 0.95 0.6386 0.3039
KK 27 0.000386 0.73 0.02 0.23 0.75 0.02 0.96 0.7214 0.3377
28