• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA

PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL

YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN

TUMPANGSARI

NUR AFNI FUTRI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(4)
(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)
(7)

ABSTRAK

NUR AFNI FUTRI. Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari. Dibimbing oleh PUDJIANTO.

Bawang daun merupakan tanaman semusim dengan kondisi ekologis yang sering berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan tidak stabilnya keseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasit dan patogen). Beberapa penelitian di lapangan menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman wortel rendah dapat menarik parasitoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penanaman bawang daun dan wortel secara monokultur dan tumpangsari terhadap keanekaragaman dan kelimpahan artropoda. Percobaan dilakukan pada empat blok (ulangan) dan empat perlakuan dalam rancangan acak kelompok. Keempat perlakuan tersebut adalah: P1) pertanaman bawang daun monokultur; P2) pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot dengan ekstrak daun wortel; P3) pertanaman tumpangsari bawang daun dan wortel; dan P4) pertanaman wortel monokultur. Pengamatan artropoda dilakukan setiap minggu dengan memasang 5 buah yellow sticky trap dan 5 buah pitfall trap pada setiap plot. Artropoda yang terperangkap diidentifikasi dengan menggunakan buku Pengenalan dan Pelajaran Serangga, Insect of Australia, dan Hymenoptera of The World. Analisis data kenekaragaman dan kelimpahan artropoda dilakukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner yang dilanjutkan dengan analisis ragam menggunakan Minitab 1.7. Hasil penilitian menunjukkan bahwa tanaman tumpangsari bawang daun dan wortel tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keanekaragaman artropoda. Artropoda yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel adalah Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae), semut (Hymenoptera: Formicidae) dan Collembola.

(8)

ABSTRACT

NUR AFNI FUTRI. Diversity and Abundance of Arthropods on Green Onion and Carrot Grown in Monoculture and Intercropping. Supervised by PUDJIANTO.

Green onion is a seasonal crop with ecological conditions that are frequently changed. This makes unstable condition between populations of pests and natural enemies (predators, parasitoids and pathogens). Brief observations in the field found that pest infestations on carrot fields were frequently low. Results of several studies indicated that carrot could attract parasitoids of insect pests. The objective of this research was to study the diversity and abundance of arthropods on green onion and carrot grown in monoculture and intercropping. Experiment with four treatments and four replications was set in randomized complete block design. The treatments were: P1) green onion grown in monoculture; P2) green onion sprayed with carrot leaf extract; P3) green onion and carrot grown in intercropping; and P4) carrot grown in monoculture. Observations of arthropods were conducted by setting pitfall traps and yellow sticky traps weekly. Collected arthropods were identified by using Introduction to The Study of Insects, Insects of Australia, and Hymenoptera of The World. Data were analyzed with Shanon-Wienner index, and analysis of variance by using Minitab 17. The result indicated that the culture system of green onion and carrot did not affect diversity of arthropods for the whole season. The arthropod community on green onion and carrot was dominated by Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae), ants (Hymenoptera : Formicidae), and Collembola.

(9)

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTROPODA

PADA PERTANAMAN BAWANG DAUN DAN WORTEL

YANG DITANAM SECARA MONOKULTUR DAN

TUMPANGSARI

NUR AFNI FUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel yang Ditanam Secara Monokultur dan Tumpangsari”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa barat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Pudjianto, MSi. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan dukungan, saran, motivasi, serta masukan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, kakak, adik, KC, teman-teman angkatan 46 dan 47 Departemen Proteksi Tanaman, teman-teman di Laboratorium Pengendalian Hayati dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan keilmuan maupun dalam penerapannya di lapangan.

Bogor, Januari 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Penyiapan Lahan 3

Pengamatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda 4

Sortasi dan Identifikasi 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman

Bwang Daun dan Wortel 6

Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Berdasarkan

Peranannya 11

Artropoda Herbivor 11

Artropoda Predator 16

Parasitoid 20

Artropoda Detrivor 23

KESIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah ordo (O), famili (F) dan individu (N) artropoda pada

pertanaman bawang daun dan wortel 6

2 Keanekaragaman artropoda pada pertanaman bawang daun dan

wortel 7

3 Jumlah Ordo (0), famili (F), individu (N) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner(H’) serta analisis ragam (P-value)

pada masing-masing perlakuan berdasarkan umur tanaman 10 4 Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang

ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan yellow sticky

trap 12

5 Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang

ditanam secara monokultur dan tumpangsari dengan pitfall trap 13

DAFTAR GAMBAR

1 Pertanaman bawang daun dan wortel 4

2 Yellow sticky trap (a) dan pitfall trap (b) pada pertanaman bawang

daun dan wortel 4

3 Jumlah individu artropoda (A) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner(H’) (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang

daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4). 9 4 Artropoda herbivor pengorok daun Liriomyza spp. (Diptra:

Agromyzidae) yang tertangkap yellow sticky trap 14 5 Artropoda herbivor Thrips tabacci (Thysanoptera: Thripidae) yang

tertangkap yellow sticky trap 14

6 Artropoda herbivor kutu daun (Hemiptera: Aphididae) yang

tertangkap yellow sticky trap (a) dan pitfall trap (b) 15 7 Beberapa artropoda herbivor yang ditemukan, Diptera: Agromyzidae

(a), Thysanoptera: Thripidae (b) dan Hemiptera: Aphididae (c) 16 8 Artropoda predatror semut (Hymenoptera: Formacidae) yang

(18)

9 Artropoda predator kumbang pengembara (Coleoptera:

Staphylinidae) yang tertangkap yellow sticky trap 18 10 Artropoda predator Laba-laba (Araneae) yang tertangkap yellow sticky

trap (a) dan pitfall trap (b). 19

11 Beberapa artropoda predator yang ditemukan, Coleoptera: Coccinellidae (a), Coleoptera: Staphylinidae (b) dan Hymenoptera:

Formicidae (c) 20

12 Artropoda parasitoid Trichogrammatidae (Hymenoptera) yang

tertangkap yellow sticky trap 20

13 Artopoda parasitoid Scelionidae (Hymenoptera) yang tertangkap

yellow sticky trap 21

14 Artropoda parasitoid Diapriidae (Hymenoptera) yang tertangkap

yellow sticky trap 22

15 Artropoda parasitoid Eulophidae (Hymenoptera) yang tertangkap

yellow sticky trap 22

16 Beberapa artropoda parasitoid yang ditemukan, Diptera: Tachinidae

(a), Hymenoptera: Eucoilidae (b) dan Hymenoptera: Braconidae (c) 23 17 Artropoda detrivor Collembola yang tertangkap pitfall trap 24 18 Beberapa artropoda detrivor yang ditemukan, Collembola (a),

Acarina (b), Pseudoscorpiones (c) dan Diptera: Phoridae (d) 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Analisis Ragam dari Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) terhadap Plot Pertanaman Bawang Daun Monokultur (P1), Pertanaman Bawang Daun Monokultur yang Disemprot dengan Ekstrak Daun Wortel (P2), Tumpangsari Bawang Daun dan Wortel

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting bagi ketahanan pangan nasional. Selain pangsa pasarnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun, sebagian besar usaha tani sayuran di Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif karena efisien secara finansial dalam pemanfaatan sumber daya domestik (Departemen Pertanian 2004). Bawang daun (Allium fistulosum L.) dan wortel (Daucus carota L.) merupakan komoditas sayuran yang penting di Indonesia dengan keadaan ekologi yang sering berubah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara populasi hama dan musuh alami (predator, parasitoid, dan patogen). Produksi bawang daun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 16 851 ton, sedangkan produksi wortel pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 46 578 ton (BPS 2013).

Pola penanaman dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu sistem monokultur dan polikultur atau tumpangsari. Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap organisme serangga hama. Salah satu pendorong meningkatnya serangga pengganggu adalah tersedianya makanan terus menerus sepanjang waktu. Untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan maka perlu tindakan mengurangi serangan hama melalui pemanfaatan musuh alami serangga dan peningkatan keanekaragaman tanaman seperti penerapan pola tanam tumpangsari. Pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya keefektifan dari musuh alami (Altieri 1999).

Tanaman tumpangsari dapat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi musuh alami untuk mengendalikan populasi hama dan pemanfaatan lahan secara optimal, sehingga akan membawa keuntungan bagi petani dengan meningkatnya produksi dan kegunaan lahan secara efisien (Newman 1986). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman tanaman dapat menurunkan populasi serangga herbivor. Semakin tinggi keanekaragaman ekosistem dan semakin lama keanekaragaman ini tidak diganggu oleh manusia, semakin banyak pula interaksi internal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan stabilitas serangga (Southwood, Way 1970). Sebagai contoh, tumpangsari kubis dan tomat dapat menekan populasi hama P. xylostella dan C. pavonana sebesar 97% dan 76.16% (Subhan et al. 2005).

(20)

2

Tujuan

Mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan artropoda serta peranannya pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang keanekaragaman dan kelimpahan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari.

(21)

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian lapangan dilakukan di Desa Padajaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Hasil koleksi serangga diidentifikasi di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan April – Juli 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mikroskop cahaya, kamera, counter, saringan, jarum inokulum, kuas, cawan petri, gunting, klip, ajir, papan triplek (10 cm x 20 cm), gelas plastik, seng penutup, tusuk sate, dan sekop. Bahan yang digunakan antara lain bawang daun (varietas RP), wortel (varietas lokal Cipanas), pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam, kertas, alat tulis, kertas tissue, plastik mika (10 cm x 40 cm), plastik taplak berwarna kuning berukuran 10 cm x 40 cm, lem tikus, dan larutan etylene glycol.

Metode Penelitian

Penyiapan Lahan

Percobaan dilakukan pada empat lahan dalam satu hamparan yang masing-masing digunakan sebagai ulangan/blok. Masing-masing-masing blok memiliki ukuran luas 400 m2 (total: 1600 m2). Setiap blok terdiri dari empat plot percobaan yang berukuran 50 m2 yaitu: 1) plot bawang daun yang ditanam monokultur (P1); 2) plot bawang daun yang ditanam monokultur dengan disemprot ekstrak daun wortel (P2); 3) plot bawang daun yang ditanam tumpangsari dengan wortel (P3); dan 4) plot wortel yang ditanam secara monokultur (P4) (Gambar 1). Jarak antar plot 2 m yang ditanami dengan tanaman pakcoy sebagai tanaman pembatas. Setiap plot perlakuan dibuat bedengan yang berukuran 1 m x 5 m dan tinggi 20 cm. Jarak antara setiap bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam bawang daun untuk monokultur adalah 15 cm x 15 cm, sedangkan untuk tumpangsari 20 cm x 20 cm.

(22)

4

Gambar 1 Plot percobaan pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanaman secara monokultur dan tumpangsari

Pengamatan Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu; yellow sticky trap dan pitfall trap. Penentuan titik untuk pemasangan kedua perangkap dilakukan secara Z (zigzag). Masing-masing plot dipasang 5 buah yellow sticky trap dan 5 buah pitfall trap. Pemasangan perangkap dilakukan seminggu sekali selama 24 jam dari 2 mst hingga 12 mst pada waktu yang sama.

Yellow sticky trap. Yellow sticky trap merupakan perangkap kuning berperekat yang digunakan untuk menangkap artropoda terbang. Perangkap ini dibuat secara sederhana dengan membuat papan triplek berukuran 10 cm x 20 cm. Papan tersebut kemudian dilapisi plastik taplak berwarna kuning dan digantungkan dengan ajir. Perangkap kuning dilapisi plastik mika yang telah diberi lem tikus pada bagian luar sehingga artropoda yang terperangkap akan menempel (Gambar 2a). Setelah 24 jam plastik mika diambil dan ditutup dengan plastik lainnya agar memudahkan dalam identifikasi.

Pitfall trap. Pitfall trap termasuk salah satu perangkap yang digunakan untuk mengamati artropoda permukaan tanah. Alat yang digunakan berupa gelas plastik berdiameter 50 mm dan kedalaman 100 mm. Sepertiga volume gelas plastik diisi etylene glycol dan diletakkan di dalam lubang yang sudah disediakan (Gambar 2b). Etylene glycol digunakan untuk membunuh dan mengawetkan artropoda permukaan tanah yang terperangkap. Seng penutup digunakan agar perangkap tidak terkena air hujan saat dipasang di lapangan.

Gambar 2 Perangkap yang dipasang di pertanaman bawang daun dan wortel pada (a) yellow sticky trap dan (b) pitfall trap

(23)

5

Sortasi dan Identifikasi

Artropoda yang terperangkap yellow sticky trap dan pitfall trap diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi Pengenalan dan Pelajaran Serangga (Borror et al. 1992), Insect of Australia (Rentz 1993), dan Hymenoptera of the world (Goulet H, Huber JT 1993), serta buku penunjang lainnya.

Pengolahan dan Analisis Data

Data percobaan lapangan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excel 2010. Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda diperoleh dengan menghitung indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) (Magurran 1988).

Keterangan:

H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = Proporsi jumlah individu tiap famili

n = Jumlah famili artropoda yang ditemukan

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda pada Pertanaman Bawang Daun dan Wortel

Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda yang ditemukan pada pertanaman bawang daun dan wortel adalah 117 710 individu yang termasuk dalam 44 famili dan terbagi dalam 12 ordo dengan menggunakan metode yellow sticky trap dan pitfall trap (Tabel 1). Jumlah famili artropoda pada setiap periode pengamatan mengalami peningkatan sehingga jenis artropoda semakin beragam. Kelimpahan artropoda terlihat sangat tinggi pada awal musim tanam (2 hingga 4 mst). Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh tanaman sekitar yang sudah siap panen sehingga banyak artropoda migrasi ke areal pertanaman baru. Sejak 5 mst jumlah artropoda mengalami penurunan yang sangat tinggi, yaitu menjadi 6 257 individu karena pengaruh kondisi cuaca dan curah hujan yang tinggi.

Tabel 1 Jumlah ordo (O), famili (F) dan individu (N) artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel

Umur tanaman

Yellow sticky trap Pitfall trap Total

(25)

7

Tabel 2 Keanekaragaman artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel

No Ordo Famili Jumlah individu

11 Orthoptera Gryllotalpidae 28

12 Thysanoptera Thripidae 4 966

(26)

8

Tinggi rendahnya jumlah individu artropoda erat hubungannya dengan ketersediaan sumber makanan yang ada. Ketidakstabilan jumlah individu artropoda pada penelitian ini disebabkan oleh banyak faktor yang menghambat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau jumlah individu artropoda. Fluktuasi dan perubahan kerapatan populasi artropoda yang terjadi dalam suatu ekosistem disebabkan oleh empat faktor yaitu peningkatan karena kelahiran (natalitas), peningkatan karena masuknya beberapa individu sejenis dari populasi lain (migrasi), penurunan karena kematian (mortalitas), penurunan karena keluarnya beberapa individu dari populasi ke populasi lain (emigrasi) (Tarumingkeng 1992).

Tersedianya makanan dengan kualitas yang cocok dan kuantitas yang cukup akan menaikkan populasi dengan cepat. Sebaliknya bila keadaan makanan kurang maka akan menurunkan populasi. Pertumbuhan tanaman dalam penelitian ini dipengaruhi oleh budidaya bawang daun dan wortel yang berbeda, kondisi cuaca yang tidak menentu dan persaingan ketersediaan makanan (Riyanto 1995).

Kelimpahan artropoda terjadi pada awal musim tanam saat 2 hinnga 4 mst (Gambar 3A). Kelimpahan individu artropoda banyak ditemukan pada plot pertanaman bawang daun monokultur (P1). Berdasarkan data perhitungan maka diperoleh jumlah individu dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner(H’) pada masing-masing perlakuan (Tabel 3). Keanekaragaman jenis artropoda yang ada dapat digunakan untuk menandai jumlah spesies pada suatu daerah tertentu, dimana hubungannya dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman (Michael 1994). Nilai H’ digunakan untuk mengetahui derajat keanekaragaman suatu organisme dalam suatu ekosistem.

Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) pada setiap plot perlakuan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Keanekaragaman artropoda terus meningkat ketika tanaman berumur 5 mst hingga panen (Gambar 3B). Sebaliknya, kelimpahan jumlah individu artropoda semakin rendah. Nilai H’ pada penelitian ini berkisar antara 1.178 hingga 2.051 (Gambar 3B), maka dapat dikatakan indeks keanekaragaman tersebut sedang. Indeks kenaekaragaman dapat dikatakan rendah jika nilai H’<1, dikatakan sedang jika 1<H’<3 dan dikatakan tinggi jika nilai H’>1 (Suwondo 2002).

Indeks keanekaragaman akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemerataan kelimpahan spesies (Kedawung 2013). Indeks keanekaregaman (H’) semakin tinggi namun jumlah individu artropoda semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya dominansi jenis artropoda tertentu pada awal mst (Gambar 3). Komunitas yang keanekaragamannya semakin tinggi maka suatu populasi dalam spesies tertentu tidak dapat menjadi dominan. Sebaliknya, jika keanekaragamannya rendah, populasi mungkin dapat menjadi dominan (Oka 1995).

(27)

9

Gambar 3 Jumlah individu artropoda (A) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) (B) ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

(28)

Tabel 3 Jumlah ordo (O), famili (F), individu (N) dan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) serta analisis ragam (P-value) pada masing-masing perlakuan berdasarkan umur tanaman

Perlakuan a Umur tanaman (mst)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jumlah Ordo (O)

P1 10 10 11 8 9 10 10 9 9 11 11

P2 10 11 10 10 10 11 10 10 9 9 11

P3 8 11 12 9 10 10 9 10 9 11 10

P4 10 11 10 9 10 10 9 10 10 9 10

Jumlah Famili (F)

P1 24 23 27 24 18 27 28 28 26 28 31

P2 26 23 25 27 23 27 26 27 27 28 31

P3 25 24 26 23 17 27 23 30 25 30 24

P4 24 23 24 27 19 26 25 27 31 26 27

Jumlah individu artropoda (N)

P1 4 626 9 845 6 198 1 576 1 324 1 521 1 651 1 814 1 403 2 276 2 369

P2 4 452 6 092 6 650 1 487 1 399 1 565 1 491 1 083 1 355 1815 2 437

P3 3 111 3 906 3 980 1 283 1 641 1 494 1 456 1 457 1 788 2 963 2 547

P4 2 083 4 879 4 517 1911 2 705 1 404 1 184 2 046 1 790 2 997 2 226

Indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H’)

P1 1.178 1.339 1.398 1.583 1.466 1.683 1.751 1.793 1.948 1.747 1.973

P2 1.243 1.244 1.368 1.804 1.501 1.851 1.644 1.700 1.914 1.844 2.051

P3 1.287 1.290 1.485 1.751 1.515 1.734 1.804 1.750 2.108 1.721 1.678

P4 1.545 1.239 1.449 1.790 1.252 1.880 1.788 1.816 1.864 1.827 1.915

Analisis ragam

(P-value)b 0.561 0.930 0.950 0.448 0.498 0.561 0.730 0.820 0.843 0.900 0.192

a

P1 (Pertanaman bawang daun monokultur); P2 (Pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel); P3 (Pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel); P4 (Pertanaman wortel monokultur). bHasil analisis ragam dari indeks keanekaragaman Shanon-Wienner tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

(29)

11

Keanekaragaman dan Kelimpahan Artropoda Berdasarkan Peranannya

Artropoda memiliki berbagai peran dalam rantai makanan disuatu ekosistem, diantaranya adalah sebagai herbivor, predator, parasitoid dan detrivor. Selain itu artropoda juga ada yang berperan lain yang tidak termasuk dalam keempat peran tersebut karena tidak terlalu jelas peranannya dalam ekosistem alami (Odum 1998) bawang daun dan wortel. Dalam penelitian ini artropoda dikelompokkan berdasarkan peranannya masing-masing (Tabel 4 dan Tabel 5).

Yellow sticky trap atau perangkap kuning berperekat merupakan perangkap untuk artropoda terbang. Perangkap ini dapat digunakan sebagai pengendalian mekanis dalam menekan populasi hama. Jumlah individu yang tertangkap pada yellow sticky trap sebanyak 63 768 individu yang termasuk kedalam 37 famili dan terdiri dari 8 ordo. Artropoda dominan pada perangkap ini adalah Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) yang merupakan hama utama pada pertanaman bawang daun.

Pitfall trap atau perangkap lubang jebak merupakan perangkap untuk artropoda permukaan tanah. Artropoda yang terperangkap berjumlah 53 942 individu yang termasuk kedalam 30 famili dan terdiri dari 12 ordo. Artropoda yang mendominasi pitfall trap adalah ordo Collembola yang merupakan detrivor atau pengurai bahan organik di tanah. Kelimpahan Collembola yang tinggi disebabkan oleh bahan organik berupa pupuk kandang yang digunakan pada saat penyiapan lahan.

Artropoda herbivor

Artropoda herbivor merupakan artropoda yang memakan tumbuh-tumbuhan sehingga dapat menurunkan nilai ekonomi hasil produksi tanaman (Borror et al. 1996). Artropoda herbivor pada yellow sticky trap memiliki persentase 80% dari total individu artropoda yellow sticky trap. Jumlah artropoda herbivor tertinggi berasal dari pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2) meskipun jumlah individunya tidak jauh berbeda dengan pertanaman bawang daun monokultur (P1). Kelimpahan artropoda herbivor pada pola tanam tumpang sari (P3) dan pertanaman wortel monokultur (P4) tidak sebanyak P2 dan P1 (Tabel 4). Persentase artropoda herbivor pada pitfall trap sebesar 7% dari total individu artropoda pitfall trap. Kelimpahan hama pada P1 dan P2 lebih tinggi dibandingkan pada P3 dan P4.

Artropoda herbivor yang mendominasi petak percobaan adalah pengorok daun Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae). Pengorok daun merupakan hama penting pada bawang daun yang meninggalkan lubang bekas liang korokan pada daun bawang. Kelimpahan pengorok daun pada pertanaman bawang daun yang disemprot ekstrak daun wortel (P2) tinggisejak awal tanam (Gambar 4).

(30)

12

Tabel 4 Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari yang ditangkap dengan yellow sticky trap

Peranan Famili Perlakuan Total

P1 P2 P3 P4

Artropoda yang belum diketahui peranannya

Diptera Culicidae 15 11 10 14 50

Psychodidae 1 266 732 953 1 167 4 078

Tipulidae 75 85 82 91 333

(31)

13

Tabel 5 Peranan artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel yang ditanam secara monokultur dan tumpangsari yang ditangkap dengan pitfall trap

Ordo Famili Perlakuan Jumlah

P1 P2 P3 P4

Artropoda yang belum diketahui peranannya

Diptera Tipulidae 0 5 2 17 24

Psychodidae 13 2 1 10 26

(32)

14

Gambar 4 Artropoda herbivor pengorok daun Liriomyza spp. (Diptra: Agromyzidae) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

Artropoda herbivor lain yang banyak ditemukan adalah Thrips tabacci (Thysanoptera: Thripidae). Trips adalah serangga pemakan tumbuh-tumbuhan dan merusak tanaman-tanaman budidaya. Trips termasuk hama penting yang menurunkan nilai ekonomi pada pertanaman bawang daun. Peningkatan jumlah individu trips terjadi pada 4 mst dan mencapai puncaknya pada 11 mst (Gambar 5).

(33)

15

Trips lebih banyak ditemukan pada P4 dan P3 dibandingkan pada P2 dan P1. Tinggi rendahnya individu trips dipengaruhi oleh lingkungan seperti cuaca dan pertanaman sekitarnya. Ketika ketersediaan makanan di suatu habitat berkurang maka hama akan mencari habitat lain.

Artropoda herbivore lainnya adalah kutu daun (Hemiptera: Aphididae). Kelimpahan kutu daun banyak ditemukan pada pitfall trap. Keberadaan kutu daun pada yellow sticky trap ditemukan ketika tanaman berumur 5, 7, 9 hingga 12 mst. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan tanaman wortel baru muncul ketika tanaman berumur sekitar 5 mst (Gambar 6A). Kutu daun banyak ditemukan pada P1 dan P2, jumlah individu kutu daun pada P3 lebih rendah dibandingkan dengan plot lainnya (Tabel 4). Jumlah individu kutu daun meningkat pada saat 9 dan 10 mst sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun.

Gambar 6 Artropoda herbivor kutu daun (Hemiptera: Aphididae) yang tertangkap yellow sticky trap (A) dan pitfall trap (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

(34)

16

(Gambar 6B). Kutu daun yang terperangkap pada pitfall trap merupakan kutu daun yang terdapat di pangkal bawang daun atau wortel dekat pemasangan perangkap. Keberadaan kutu daun dipengaruhi oleh faktor cuaca, pertanaman sekitar ataupun keberadaan predator pemangsa kutu daun.

Artropoda herbivor selanjutnya adalah larva dan imago ngengat (Lepidoptera: Noctuidae). Artropoda herbivor yang ditemukan dengan yellow sticky trap sebagian besar berupa imago dengan kelimpahan sangat kecil sedangkan pada pitfall trap merupakan larva yang berkisar antara instar 2 hingga instar akhir. Ngengat ini banyak ditemukan pada P2 namun tidak berbeda jauh dengan perlakuan lainnya. Jumlah individu imago ngengat Spodoptera exigua (Lepidoptera: Noctuidae) yang terperangkap pada yellow sticky trap tidak menentu keberadaannya. Larva Noctuidae yang ditemukan pada pitfall trap merupakan ulat tanah Agrotis ipsilon (Lepidoptera: Noctuidae) banyak dijumpai pada pertanaman ini namun yang terperangkap hanya sedikit. Hama yang sering ditemukan menyerang pertanaman wortel menurut Pitojo (2006) berasal dari ordo Lepidoptera famili Noctuidae (Hyposidra sp., Agrotis sp., dan Heliothis assulta), Diptera (Psillidae) dan Hemiptera (Pentatomidae).

Artropoda herbivor lain pada pertanaman bawang daun dan wortel berasal dari ordo Diptera (Psillidae dan Scatopsidae), Hemiptera (Ciccadellidae, Miridae dan Pentatomidae) dan Lepidoptera (Amatidae). Sementara untuk artropoda herbivor dari famili Crysomelidae (Coleoptera) dengan jumah individu yang cukup banyak berasal dari tanaman pakcoy. Orong-orong (Orthoptera: Gryllotalpidae) banyak ditemukan pada permukaan tanah. Orong-orong merupakan serangga penggali tanah yang memiliki ukuran tubuh dari sedang hingga dewasa.

Gambar 7 Beberapa artropoda herbivor yang ditemukan, Diptera: Agromyzidae (a), Thysanoptera: Thripidae (b) dan Hemiptera: Aphididae (c)

Artropoda Predator

Artropoda predator adalah artropoda yang bebas dengan membunuh lebih dari satu mangsa (serangga atau artropoda lainnya) sebagai makanannya untuk melengkapi pertumbuhannya (Borror et al. 1996). Keberadaan artropoda predator sebesar 2% dari total individu artropoda yang terdapat pada yellow sticky trap. Sedangkan pada pitfall trap keberadaan predator sebesar 16% dari total individu artropoda pada pitfall trap. Predator yang banyak ditemukan adalah kelompok kumbang predator, lalat, laba-laba dan semut. Predator yang mendominasi adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) yang terperangkap pitfall trap.

Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan artropoda predator yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel pada pitfall trap sedangkan pada yellow sticky trap kelimpahannya sangat sedikit karena pada dasarnya semut

(35)

17

merupakan predator yang berada pada permukaan tanah. Semut adalah serangga yang paling sukses beradaptasi pada setiap habitat di ekosistem daratan. Semut mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah melalui aktivitasnya dalam menggali terowongan dan membuat sarang di dalam tanah serta mengangkut butiran tanah dan bahan organik, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga mempengaruhi aliran energi dan hara dalam ekosistem (Holdobler dan Wilson 1999). Banyak spesies semut berperan sebagai predator bagi Collembola (Greenslade 1991). Herlinda (1999) dan Yaherwandi (2005) melaporkan bahwa semut merupakan serangga yang dominan di lahan-lahan persawahan Cianjur. Semut merupakan serangga omnivora yang dapat memangsa berbagai jenis serangga lain.

Pada yellow sticky trap puncak kelimpahan semut terjadi pada 11 mst. Peningkatan jumlah semut ini seiring pertumbuhan tanaman. Semut pada pitfall trap memiliki kelimpahan yang sangat tinggi. Keberadaan semut pada 2 hingga 4 mst sangat tinggi karena banyak semut yang tinggal dalam tanah (Gambar 8). Selain itu kelimpahan semut dipengaruhi oleh mangsanya. Jumlah individu semut menurun pada 5 mst karena pengaruh cuaca dan ketersediaan pakan yang juga mengalami penurunan sehingga pola fluktuasi hama dengan predator tidak berbeda jauh.

Gambar 8 Artropoda predator semut (Hymenoptera: Formacidae) yang tertangkap pitfall trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

(36)

18

Staphylinidae meningkat. Dapat dikatakan adanya hubungan dalam rantai makanan antara predator dan hama. Kelimpahan predator Staphylinidae pada pitfall trap banyak ditemukan pada P1 dan P3. Keberadaan kumbang Staphylinidae pada pitfall trap terlihat saat tanaman berumur 3, 6, 7, 9 hingga 12 mst. Tidak ditemukannya kumbang Staphylinidae pada 4, 5 dan 8 mst dapat terjadi karena kondisi lingkungan dan pengaruh dari pertanaman sekitar atau ketersediaan pakan yang kurang.

Gambar 9 Artropoda kumbang predator (Coleoptera: Staphylinidae) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

Artropoda predator selanjutnya adalah laba-laba (Araneae) yang banyak dijumpai di dalam tanah namun keimpahannya rendah. Laba-laba berperan sebagai predator bagi artropoda lainnya, antara lain Collembola dan semut (Schlutz, McGlynn 2000). Sebagian besar laba-laba yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk dalam famili Oxyopidae dan Lycosidae.

Hal ini berhubungan dengan ketersediaan pakan seperti Spodoptera exigua yang banyak ditemukan di lapangan. Penurunan terjadi ketika 5 mst pada semua perlakuan karena pengaruh cuaca yang tidak menentu dengan curah hujan yang tinggi. Jumlah individu mengalami peningkatan kembali seiring pertumbuhan tanaman. Pada perangkap pitfall trap keberadaan predator kumbang tanah ini tidak menentu, predator banyak ditemukan pada P1 dan memiliki kelimpahan yang tinggi ketika tanaman berumur 8 dan 9 mst. Keberadaan predator berhubungan erat dengan ketersediaan mangsanya yaitu serangga herbivor maupun detrivor.

Laba-laba banyak ditemukan pada pitfall trap sejak awal mst (2 dan 3 mst). Kelimpahannya banyak terdapat pada pertanaman wortel monokultur (P4). Ketika 5 mst kelimpahan artropoda mengalami penurunan jumlah individu (Gambar 10A). Kelimpahan laba-laba pada yellow sticky trap lebih rendah dibandingkan dengan pitfall trap. Keberadannya terlihat pada 5, 7, 10 dan 12 mst

(37)

19

(Gambar 10B). Keberadaan laba-laba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor cuaca, keberadaan mangsa, pertanaman sekitar, dan aktivitas petani. Selanjutnya terdapat predator dari ordo Coleoptera famili Carabidae yang banyak ditemukan pada yellow sticky trap. Kumbang ini merupakan pemangsa serangga-serangga lain. Hampir sebagian kumbang ini pemakan telur dan ulat (larva). Kumbang ini lebih banyak ditemukan pada pertanaman wortel monokultur (P4) dan pola tanam tumpangsari (P3). Jumlah individu Carabidae meningkat ketika umur tanaman 3 mst pada P2 dan P4, sedangkan pada P1 dan P3 jumlah individu meningkat pada 4 mst.

Gambar 10 Artropoda predator laba-laba (Araneae) yang tertangkap pitfall trap (A) dan yellow sticky trap (B). ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

Hampir sebagian besar predator berasal dari ordo Diptera seperti famili Muscidae, Syrphidae dan Tabanidae. Lalat yang berasal dari famili Muscidae adalah Coenosia humilis yang merupakan predator pada hama Liriomyza spp. (Harwanto et al. 2004). Predator lain dari famili Vespidae (Hymenoptera), Forficulidae (Dermaptera), dan Coccinellidae (Coleoptera).

(38)

20

Gambar 11 Beberapa artropoda predator yang ditemukan, Coleoptera: Coccinellidae (a), Coleoptera: Staphylinidae (b) dan Hymenoptera: Formicidae (c)

Parasitoid

Borror et al. (1996) menyebutkan bahwa artropoda predator dan parasitoid termasuk musuh alami yang dapat digunakan untuk pengendalian hama secara hayati. Parasitoid memiliki inang yang spesifik dan berukuran relatif lebih kecil. Jumlah individu parasitoid yang ditemukan pada yellow sticky trap lebih tinggi dibandingkan pitfall trap karena parasitoid merupakan artropoda terbang.

Jumlah individu parasitoid sebesar 10% dari total individu artropoda yellow sticky trap dan 1% dari total individu artropoda pitfall trap. Hampir seluruh parasitoid berasal dari ordo Hymenoptera (Braconidae, Diapriidae, Elasmidae, Eucoilidae, Eulophidae, Evaniidae, Ichneumonidae, Mymaridae, Scelionidae, dan Trichogrammatidae) dan yang berasal dari ordo Diptera (Tachinidae dan Sarcophagidae).

Parasitoid yang mendominasi areal pertanaman yang tertangkap yellow sticky trap berasal dari famili Trichogrammatidae. Trichogrammatidae adalah kelompok yang paling terkenal dan telah secara meluas dipakai sebagai satu agen pengendalian biologi.

(39)

21

Trichogrammatidae merupakan parasitoid pada telur serangga dari ordo Lepidoptera (Borror et al. 1996). Jumlah individu Trichogrammatidae melimpah pada pertanaman wortel monokultur (P4) dan juga pada P1 serta P3 namun pada P2 rendah. Ekstrak daun wortel pada P2 belum memperlihatkan pengaruhnya terhadap pertanaman bawang daun. Kelimpahan Trichogrammatidae terjadi pada 4 dan 7 mst dan mencapai puncaknya pada 10 mst seiring dengan pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun dan inang parasitoid yang ada (Gambar 12). Penurunan populasi terjadi pada 5 mst seperti halnya artropoda hama dan predator karena pengaruh cuaca. Pertanaman pembatas (pakcoy) memberikan pengaruh terhadap keberdaan dan kelimpahan Trichogrammatidae.

Scelionidae merupakan serangga yang memarasit telur laba-laba, ordo Orthoptera, Hemiptera, Diptera, Lepidoptera dan Coleoptera (Borror et al. 1996). Parasitoid yang berasal dari famili Scelionidae (Hymenoptera) juga mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel pada yellow sticky trap sedangkan pada pitfall trap sangat sedikit jumlah individu Scelionidae yg ditemukan. Jumlah individu Scelionidae banyak ditemukan pada P1. Peningkatan populasi saat tanaman berumur 4, 7 dan 10 mst pada semua perlakuan seiring dengan pertumbuhan tanaman yang semakin rimbun (Gambar 13), namun peningkatan terus terjadi pada P1 dan P2 sedangkan P3 dan P4 mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena kondisi cuaca dan pengaruh dari tanaman sekitarnya.

Gambar 13 Artropoda parasitoid Scelionidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur memiliki jumlah populasi yang melimpah pada P4 dengan kedua metode. Namun kelimpahan pada yellow sticky trap lebih besar daripada pitfall trap. Diapriidae merupakan serangga parasit Diptera yang belum dewasa (Borror et al.1996). Pada yellow sticky trap puncak populasi parasitoid Diapriidae terjadi saat tanaman berumur 12 mst (Gambar 14). Penurunan populasi terjadi pada 5 mst karena intensitas hujan sehingga serangga yang menempel pada perangkap akan terjatuh.

(40)

22

Ketersediaan inang parasit juga mempengaruhi peningkatan dan penurunan keanekaragaman dan jumlah individu artropoda.

Gambar 14 Artropoda parasitoid Diapriidae (Hymenoptera) yang tertangkap yellow sticky trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

Parasitoid lainnya adalah Eulophidae (Hymenoptera) yang memarasit pengorok daun Liriomyza spp.. Rauf (1999) mengatakan parasitoid yang menyerang Liriomyza spp. didominansi oleh famili Eulophidae (Hemiptarsenus varicornis, Neochrysocaris, Granotoma sp) dan famili Braconidae (Fliert et al. 1999). Jumlah individu Eulophidae pada 5 dan 11 mst meningkat seiring pertumbuhan tanaman (Gambar 15).

(41)

23

Parasitoid Famili Eulophidae banyak ditemukan pada P3 dan P4. Puncak kelimpahan Eulophidae terjadi ketika tanaman berumur 11 mst karena semakin rimbunnya areal pertanaman terutama wortel. Parasitoid dengan perangkap pitfall trap menunjukkan jumlah individu yang rendah. Keberadaan parasitoid pitfall trap ditemukan pada 6, 7 dan 9 mst.

Kelimpahan populasi parasitoid pada pertanaman bawang daun dan wortel hampir sebagian terjadi pada 11 mst. hal disebabkan oleh pengaruh faktor lingkungan yang sudah memasuki musim panas sehingga aktivitas parasitoid atau artropoda lainnya kembali seperti semula. Parasitoid yang berasal dari ordo Hymenoptera lainnya adalah Braconidae, Elasmidae, Evaniidae, Ichneumonidae dan Mymaridae dan dari ordo Diptera adalah Tachinidae.

Gambar 16 Beberapa artropoda parasitoid yang ditemukan, Diptera: Tachinidae (a), Hymenoptera: Eucoilidae (b) dan Hymenoptera: Braconidae (c)

Artropoda Detrivor

Artropoda detrivor merupakan artropoda yang sangat mendominasi pitfall trap, keberadaanya 76% dari total individu artropoda pitfall trap dan 1% dari total individu artropoda yellow sticky trap. Detrivor yang mendominasi pertanaman ini adalah Collembola. Pada yellow sticky trap yang ditemukan adalah lalat phorid (Diptera: Phoridae).

Kelimpahan Collembola pada awal mst sangat tinggi karena kandungan bahan organik yang berupa pupuk kandang masih banyak di tanah. Collembola merupakan artropoda penghuni tanah dan serasah terbanyak (Gunadi 1993). Collembola berperan membantu mempercepat perombakan bahan organik di tanah (Greenslade 1991). Pada 5 mst jumlah individu Collembola menurun drastis hingga <1000 individu (Gambar 17). Hal ini dikarenakan meningkatnya pemangsaan Collembola, antara lain oleh pemangsa kelompok Arachnida. Faktor lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap aktivitas Collembola. Collembola yang hidup di permukaan tanah bermigrasi masuk ke lapisan bawah serasah atau pori-pori tanah pada keadaan yang sangat kering dan banyak hujan (Bengtsson et al. 1994).

Detrivor lain yang terdapat pada pertanaman bawang daun dan wortel adalah kumbang Scarabaeidae (Coleoptera), tungau (Acarina) dan kalajengking palsu (Pseudoscorpiones) yang tertangkap pada pitfall trap. Tungau merupakan detrivor yang terdapat di dalam tanah dan reruntuhan organik. Tungau adalah artropoda pemakan bahan busuk/ bangkai dan membantu pemecahan dalam reruntuhan hutan (Borror et al. 1996).

(42)

24

Gambar 17 Artropoda detrivor Collembola yang tertangkap yang tertangkap pitfall trap. ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)

Banyak faktor yang memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan artopoda seperti faktor cuaca, budidaya tanaman bawang daun dan wortel, pemeliharaan tanaman serta pengaruh pertanaman sekitar. Waktu penanaman yang berbeda dengan pertanaman sekitar membuat artropoda dapat bermigrasi ketika habitat sudah tidak cocok dan cadangan makan tidak tersedia. Curah hujan merupakan faktor lingkungkan yang menghambat aktivitas artropoda di areal pertanaman.

Gambar 18 Beberapa artropoda detrivor yang ditemukan, Collembola (a), Acarina (b), Pseudoscorpiones (c) dan Diptera: Phoridae (d)

Artropoda yang belum diketahui peranannya dalam penelitian ini adalah lalat ngengat (Diptera: Psychodidae), nyamuk (Diptera: Culicidae dan Tipulidae). Psychodidae (Diptera) atau disebut lalat ngengat merupakan lalat penghisap darah (Borror et al. 1996). Lalat ini banyak terdapat di kamar mandi atau selokan dekat pemukiman masyarakat. Seperti halnya nyamuk Culicidae dan Tipulidae. Jumlah serangga jumlah serangga Psychodidae sangat banyak ditemukan pada yellow sticky trap. Artropoda lainnya adalah Tipulidae (Diptera) yang berasal dari got dekat areal pertanaman dan sekitar pemukiman warga.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Keanekaragaman dan kelimpahan artropoda yang diperoleh dari kedua perangkap (yellow sticky trap dan pitfall trap) memiliki jumlah yang tinggi. Artropoda yang ditemukan umumnya merupakan artropoda herbivor dan artropoda detrivor yang mendominasi pertanaman bawang daun dan wortel yaitu Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) dan Collembola. Artropoda predator dan parasitoid yang mendominasi adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) dan Trichogrammatidae (Hymenoptera). Pola tanam tumpangsari memberikan sedikit pengaruh dalam menekan artropoda hama, namun ekstrak daun wortel tidak memberikan pengaruh terhadap pertanaman bawang daun dan wortel.

Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. Agriculture, Ecosystems and Environment. 74 (1): 19-31.

Bengtsson G, Hedlund K, Rundgren S. 1994. Food and density dependent dispersal: evidence from a soil Collembolan. J Anim Ecol. 63: 513-520. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1989. Pengenalan Pelajaran Serangga.

Ed ke-6. Partosodjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik bawang daun Indonesia 2013

[Internet]. [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/ eng/tabsub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab= 61

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik wortel Indonesia 2013 [Internet]. [diunduh 2014 Juni 11]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/eng/tab_sub/ view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=65.

Cahyono B. 2002. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Wortel .Yogyakarta (ID): Kanisius.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2004. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.

Eldriadi Y. 2011. Peran berbagai jenis tanaman tumpangsari dalam pengelolaan hama utama dan parasitoidnya pada kubis bunga organik [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas.

Fliert E, Tantowijoyo W, Lagnaoui A. 1999. Participatory needs and opportunity assessment for potato IPM development planning: the case of Indonesia. Di dalam: Impact on Changing World (Program Report 1997-1998). Lima (PE): International Potato Center. 171-177

Greenslade PJ. 1991. Collembola. Di dalam Naumann ID (ed). The Insect of Australia Vol 1. CSIRO. Victoria (AU): Melbourne University Press Carlton.

Goulet H, Huber JT. 1993. Hymenoptera of The World: An Identification Guide to Families. Ottawa (CA): Reserch Branch Agriculture Canada.

Gunadi B. 1993. Decomposition and nutrient fllow in a pine forest plantation in Central Java [tesis]. Amsterdam (NL): Vrije Universiteit.

Harwanto, Rauf A, Maryana N, Hindayana D. 2002. Lalat predator Coenosia humilis Meigen (Diptera: Anthomyiidae) di pertanaman kentang: kelimpahan, pemangsaan dan pengaruh budidaya tanaman. Di dalam: Makalah Seminar Program Pascasarjana; Bogor, 7 Oktober 2002. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.

Herlinda S. 2005. Parasitoid dan Parasitasi Plutella xylostella L. (Lepidoptera : Yponomeutidae) di Sumatera selatan. J Hayati. Desember 2005. 151-156. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US):

Princeton University Press.

(45)

27

Entomologi Indonesia V dan Simposium Entomologi. 1997 Juni 24-26, Bandung (ID).

Michael P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapang dan Laboratorium. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Newman SM. 1986. A pear and vegetable interculture system: land equivalent ratio light use eficiency and productivity. Experimental Agriculture. 22(4):383 – 392.

Odum EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Parella MP. 1987. Biology of Liriomyza. Ann Rev Entomol. 32: 201-224. Pitojo S. 2006. Benih Wortel. Jakarta: Kanisius.

Rentz DCF. 1991. The Insect of Australia: A Textbook for Students and Research Workers, Volume 1,2nd Edition. Carlton (AU): CSIRO, Melbourne University Press.

Riyanto. 1985. Ekologi Dasar. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang.

Schulz A, McGlynn. 2000. Influence of forest type and tree canopies on canopy ants (Hymenoptera: Formicidae) in Budongo Forest Uganda. Oecologia. 133: 224 232.

Southwood RE, Way MJ. 1970. Ecological background to pest management. Di dalam: Rabb RC dan Guthrie FE, editor. Concepts of Pest Management. Raleigh (USA): North Carolina State University. hlm 6 – 29.

Subhan, Setiawati, Nurtika. 2005. Pengaruh Tumpangsari Tomat dan Kubis Terhadap Perkembangan Hama dan Hasil. J. Hortikultura. 15 (1): 22 – 28. Suwondo. 2002. Komposisi dan keanekaragaman mikro artropoda pada tanah sebagai indikator karakteristik biologi pada tanah gambut. Jurnal Natur Indonesia. 4(2):112-186.

Swift MJ, Vandermeer J, Ramakrishnan PS, Anderson JM, Ong CK, Hawkins BA. 1996. Biodiversity and agroecosystem function. Di dalam: Mooney HA, Cushman JH, Medina E, Sala OE, Schulze ED, editor. Functional Roles of Biodiversity: A Global Perspective. New York (US): John Wiley Tarumingkeng RC. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor (ID): IPB Press.

Tarumingkeng RC. 1992. Dinamika Pertumbuhan Populasi Serangga. Bogor (ID). IPB Press.

Tjahjadi. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Warsito. 2004. Keanekaragaman, kelimpahan dan peranan musuh alami lalat pengorok daun Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) pada tanaman kentang Solanum tuberosum L [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(46)
(47)
(48)
(49)

31

Lampiran 1 Tabel Analisis Ragam dari Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner (H’) terhadap Plot Pertanaman Bawang Daun Monokultur (P1), Pertanaman Bawang Daun Monokultur yang Disemprot dengan Ekstrak Daun Wortel (P2), Tumpangsari Bawang Daun dan Wortel (P3) dan Pertanaman Wortel Monokultur (P4)

R squared= .1522 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 3 mst

Perlakuan 0.02633 3 0.008778 0.15 0.930

Galat 0.72198 12 0.060165

Total 0.74832 15

R squared= .0352 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 4 mst

Perlakuan 0.03228 3 0.01076 0.11 0.950

Galat 1.13574 12 0.09464

Total 1.16801 15

R squared= .0276 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 5 mst

Perlakuan 0.1245 3 0.04149 0.95 0.448

Galat 0.5244 12 0.04370

Total 0.6489 15

R squared= .1918 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 6 mst

Perlakuan 0.1810 3 0.06032 0.84 0.498

Galat 0.8617 12 0.07181

Total 1.0427 15

R squared= .1736 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 7 mst

Perlakuan 0.1065 3 0.03552 0.72 0.561

Galat 0.5948 12 0.04956

Total 0.7013 15

R squared= .1519 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 8 mst

Perlakuan 0.06227 3 0.02076 0.44 0.730

Galat 0.56933 12 0.04744

Total 0.63160 15

R squared= .0986 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 9 mst

Perlakuan 0.03099 3 0.01033 0.31 0.820

Galat 0.40389 12 0.03366

Total 0.43489 15

(50)

32

Lampiran 1 (Lanjutan)

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F-hitung Pr>F

Pengaruh 10 mst

Perlakuan 0.1335 3 0.04450 0.27 0.843

Galat 1.9505 12 0.16254

Total 2.0840 15

R squared= .0641 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 11 mst

Perlakuan 0.04331 3 0.01444 0.19 0.900

Galat 0.90239 12 0.07520

Total 0.94569 15

R squared= .0458 (Adjusted R Squared= .000)

Pengaruh 12 mst

Perlakuan 0.3111 3 0.10370 1.85 0.192

Galat 0.6735 12 0.05613

Total 0.9846 15

(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 April 1992 dari Bapak Ending Nurdin dan Ibu Yayan Maryani. Penulis adalah putri kedua dari empat berdaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima Di Departemen Pertanian, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 2  Perangkap yang dipasang di pertanaman bawang daun dan wortel
Tabel 1   Jumlah ordo (O), famili (F) dan individu (N) artropoda pada pertanaman
Tabel 2  Keanekaragaman artropoda pada pertanaman bawang daun dan wortel
Gambar 3  Jumlah individu artropoda (A) dan indeks keanekaragaman  Shanon-Wienner (H’) (B) ―♦― pertanaman bawang daun monokultur (P1), ―■― pertanaman bawang daun monokultur yang disemprot ekstrak daun wortel (P2), ―▲― pola tanam tumpangsari antara bawang daun dan wortel (P3), ―●― pertanaman wortel monokultur (P4)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan dari Rumah Sakit Islam Siti Rahmah yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan pemenuhan target

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh tingkat keharmonisan keluarga terhadap motivasi belajar siswa, terdapat perbedaan motivasi belajar

Selamat pagi/ siang/ malam Bapak/ Ibu/ Saudara/ Teman sejawat, perkenalkan saya Lismawati Pertiwi Waruwu, mahasiswa dari Program Studi Magister/ S2 Keperawatan

Salah satu produk dari kesepakatan dagang yang membebaskan produk-produk masuk secara leluasa adalah MEA. Untuk menghadapi MEA perlu persiapan agar industri kecil dapat

Akurasi jawaban Kurang terampil, jika 2 keaktifan/akurasi 10.Akurasi pertanyaan Tidak terampil, jika

[r]

4) Jika biaya suatu aset buatan sendiri lebih rendah daripada harga perolehan untuk memperolehnya dengan jalan membeli atau memesannya dari pihak luar, maka selisihnya dalam

Publikasi Pelarangan Memperingati Hari Besar I slam .... Nahdlatul