Oleh :
RATIH FADHILLAH 090100180
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
RATIH FADHILLAH 090100180
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Profil Kejadian Kematian Mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK
USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode 2009–2011
Nama : Ratih Fadhillah
NIM : 090100180
Pembimbing Penguji I
(dr. Surjit Singh, Sp.F DFM) (dr. Ariyati Yosi, Sp.KK)
NIP. 19510203 198903 1 001 NIP. 19740906 200801 2 015
Penguji II
(dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK) NIP. 19620203 200001 1 001
Medan, 15 Januari 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kejadian kematian mendadak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kasus ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit khususnya penyakit jantung sering mendatangkan kecurigaan sehingga perlu dibuktikan dengan dilakukannya autopsi medikolegal, yang hasilnya dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009–2011. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh korban dugaan mati mendadak di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun
2009 sampai 2011. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,
dimana sebanyak 40 kasus digunakan sebagai sampel.
Jumlah kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 34 kasus (85.0%) dan perempuan 6 kasus (15.0%). Kematian mendadak lebih banyak terjadi pada kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40.0%). Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular
sebanyak 21 kasus (52.5%), terbanyak pada usia ≥60 tahun. Sistem non
kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5%), terbanyak pada usia 40-59 tahun. Kematian mendadak sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular terjadi paling banyak pada jenis kelamin laki-laki.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kematian mendadak terjadi lebih sering pada laki-laki, serta paling banyak dialami pada usia 40-59 tahun. Penyebab tersering kematian mendadak diakibatkan oleh sistem kardiovaskular yang paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki.
ABSTRACT
The prevalence of sudden death increases as people get older. It affects to both men and women. Sudden death caused by diseases especially heart disease, often bring suspicion which needs to be proven by medicolegal autopsy and the results could indicate a problem in the cardiovascular system and non cardiovascular system.
This study has the aim to know the profile of sudden death cases in the Forensic Department of FK USU/ SMF Forensic Medicine of RSUD Dr. Pirngadi Medan 2009-2011. This is a descriptive study with a cross sectional study design. The population is all of the sudden death victims at RSUD Dr. Pirngadi Medan from 2009 until 2011. The study use total sampling where 40 cases is used as the samples.
The male sudden death cases are 34 cases (85.0%) and the female are 6 cases (15.0%). Sudden death happen more frequently in middle adulthood with the age of 40-59 as many as 16 cases (40.0%). Sudden death due to cardiovascular system were 21 cases (52.5%), most at age of ≥60. Non -cardiovascular system showed 19 cases (47.5%), mostly in the age of 40-59. Male gender was reported to be the highest in sudden death cases due to cardiovascular system and non-cardiovascular system.
In Conclusion, sudden death occurs mostly among men and in the age group of 40-59. The most common cause of sudden death is cardiovascular system that is reported most commonly at the age of ≥60 and among male gender.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokattuh,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Profil Kejadian Kematian Mendadak di Departemen Kedokteran
Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode
2009 –2011”.Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.Penulis
menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan, karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang
membangun.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan,
saran, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan dan keikhlasan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEHselaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Surjit Singh, Sp.F DFM selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
3. dr. Ariyati Yosi, Sp.KK dan dr. Suryadharma Hamidah, Sp.KK selaku
dosen penguji.
4. Kedua orang tua saya, ayahandaIr. H. Nasrul dan ibunda Hj. Sri Ayu
Ningsih, terima kasih yang tiada henti atas semua doa, dukungan,
pengorbanan dan kasih sayang kepada penulis selama ini.
5. Kedua Saudari saya, Astri Pratiwi, S.Psi dan Fitra Febrina.
6. Raditya Adhi Pradana, terima kasih atas doa, dukungan dan bantuannya.
7. Para sahabat, cado-cado, dan rekan seperjuangan FK USU.
Terima kasih juga untuk pihak-pihak lainnya yang membantu, namun
penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.
Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokattuh.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
2.1.1. Definisi Kematian Mendadak ……….. 4
2.1.2. Epidemiologi Kejadian Kematian Mendadak ……. 5
2.2. Penyakit Penyebab Kematian Mendadak ... 5
2.2.1. Sistem Kardiovaskular..………... 5
2.2.2. Sistem Non Kardiovaskular ... 8
2.2.2.1. Sistem Respirasi..…………..……….. 8
2.2.2.2. Sistem Saraf Pusat………….……….. 12
2.2.2.3. Sistem Gastrointestinal……..………….... 12
2.2.2.4. Sistem Urogenital……..………... 13
2.3. Autopsi ……….. 14
2.3.1. Jenis Autopsi ………. 14
2.3.2. Pemeriksaan Mayat ……….. 15
2.3.3. Kepentingan Autopsi ……… 15
BAB 3.KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…. 16 3.1. Kerangka KonsepPenelitian ……… 16
BAB 4.METODE PENELITIAN...……….. 18
4.1. Jenis Penelitian ………. 18
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….. 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 18
4.4. Teknik Pengumpulan Data ………..……… 19
4.5. Pengolahan dan Analisa Data……….. 19
BAB 5.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 20
5.1. Hasil Penelitian………. 20
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20
5.1.2. Karakteristik Individu……….. 20
5.1.3. Penyebab Kematian Mendadak……… 21
5.2. Pembahasan……….. 24
5.3. Keterbatasan Penelitian ………... 27
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 28
6.1. Kesimpulan……….. 28
6.2. Saran………. 29
DAFTAR PUSTAKA.……….... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Lokasi Penyempitan Arteri Koronaria 6
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia 21
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis
Kelamin 21
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan
Penyebab Kematian Mendadak 22
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian
Mendadak Sistem Non Kardiovaskular 22
Tabel 5.5. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak
Berdasarkan Usia 23
Tabel 5.6. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 3.1. Kerangka konsep profil kejadian kematian
mendadak
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Ethical Clearance
Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 4 Lembar Pengamatan
Lampiran 5 Data Induk
ABSTRAK
Kejadian kematian mendadak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kasus ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit khususnya penyakit jantung sering mendatangkan kecurigaan sehingga perlu dibuktikan dengan dilakukannya autopsi medikolegal, yang hasilnya dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009–2011. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh korban dugaan mati mendadak di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun
2009 sampai 2011. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,
dimana sebanyak 40 kasus digunakan sebagai sampel.
Jumlah kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 34 kasus (85.0%) dan perempuan 6 kasus (15.0%). Kematian mendadak lebih banyak terjadi pada kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40.0%). Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular
sebanyak 21 kasus (52.5%), terbanyak pada usia ≥60 tahun. Sistem non
kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5%), terbanyak pada usia 40-59 tahun. Kematian mendadak sistem kardiovaskular dan sistem non kardiovaskular terjadi paling banyak pada jenis kelamin laki-laki.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kematian mendadak terjadi lebih sering pada laki-laki, serta paling banyak dialami pada usia 40-59 tahun. Penyebab tersering kematian mendadak diakibatkan oleh sistem kardiovaskular yang paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun dan pada jenis kelamin laki-laki.
ABSTRACT
The prevalence of sudden death increases as people get older. It affects to both men and women. Sudden death caused by diseases especially heart disease, often bring suspicion which needs to be proven by medicolegal autopsy and the results could indicate a problem in the cardiovascular system and non cardiovascular system.
This study has the aim to know the profile of sudden death cases in the Forensic Department of FK USU/ SMF Forensic Medicine of RSUD Dr. Pirngadi Medan 2009-2011. This is a descriptive study with a cross sectional study design. The population is all of the sudden death victims at RSUD Dr. Pirngadi Medan from 2009 until 2011. The study use total sampling where 40 cases is used as the samples.
The male sudden death cases are 34 cases (85.0%) and the female are 6 cases (15.0%). Sudden death happen more frequently in middle adulthood with the age of 40-59 as many as 16 cases (40.0%). Sudden death due to cardiovascular system were 21 cases (52.5%), most at age of ≥60. Non -cardiovascular system showed 19 cases (47.5%), mostly in the age of 40-59. Male gender was reported to be the highest in sudden death cases due to cardiovascular system and non-cardiovascular system.
In Conclusion, sudden death occurs mostly among men and in the age group of 40-59. The most common cause of sudden death is cardiovascular system that is reported most commonly at the age of ≥60 and among male gender.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, kasus kematian mendadak semakin sering terjadi. Penyakit
pembuluh darah koroner merupakan penyebab kematian terbanyak.Hal ini
dikarenakan peran berbagai faktor yang diduga ikut berpengaruh dalam
meningkatnya kasus kematian mendadak.Salah satunya adalah pertumbuhan
ekonomi yang menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat, yaitu
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji yang berprotein tinggi dan
berlemak, tanpa diiringi dengan konsumsi makanan berserat.Perubahan tersebut
berdampak dengan terjadinya peningkatan penyakit pada pembuluh darah yaitu
aterosklerosis (Wujoso, 2004 dalam Rahmawati, 2010).
Kematian mendadak dapat ditemukan dalam berbagai macam kondisi,
seperti pada saat sedang olah raga, atau sedang beristirahat sehabis olah raga, saat
sedang berpidato, rapat, diskusi, menonton televisi, dapat pula saat santai dan
bergembira bersama keluarga (Rahmawati, 2010).
Pada kasus kematian mendadak yang disebabkan oleh penyakit, seringkali
mendatangkan kecurigaan baik bagi para penyidik, masyakat atau keluarga yang
disertai dengan kecurigaan mengenai adanya unsur kriminal pada kasus kematian
mendadak.Kecurigaan tersebut terutama disebabkan masalah TKP (tempat
kejadian perkara) yaitu bukan di rumah korban atau di rumah sakit melainkan di
tempat umum. Karena alasan tersebut, kematian mendadak termasuk kedalam
kasus forensik, walaupun hasil otopsinyamenunjukan kematian yang diakibatkan
oleh misalnya penyakit jantung koroner, perdarahan otak atau pecahnya
aneurisma serebri (Idries,1997).
Menurut Nandy (2001), dari semua kasus kematian mendadak, sekitar
45% disebabkan oleh patologi pada sistem kardiovaskular, 20% sistem respiratori,
15% sistem saraf pusat, 6% sistem pencernaan, 4% sistem saluran kemih dan
Angka kejadian kematian mendadak sekitar 10% dari seluruh kematian
(Chadha,1995). Di Indonesia sendiri sulit di dapatkan insiden kejadian kematian
mendadak yang sebenarnya. Dari hasil penelitian sebelumnya oleh Rahmawati
(2010) terhadap 135 korban kasus kematian mendadak berdasarkan autopsi di
Laboratorium Forensik dan Medikolegal Universitas Sebelas Maret, didapatkan
jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 100 korban (74%) sedangkan
jenis kelamin perempuan lebih sedikit yaitu sebanyak 35 korban (26%), dengan
usia terbanyak adalah usia senium atau lansia yaitu usia ≥ 60 tahun sebanyak 61
orang (45%).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui profil
kejadian kematian mendadakdi Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana profil kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran
Forensik FK USU/SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan
periode2009 –2011?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
kejadian kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi kematian mendadak berdasarkan usiadi
Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik
2. Mengetahui distribusi kematian mendadak berdasarkan jenis kelamin
di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran
Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.
3. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak akibat sistem
kardiovaskular dan non kardiovaskular di Departemen Kedokteran
Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi
Medan periode 2009 – 2011.
4. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak berdasarkan usia
di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran
Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.
5. Mengetahui distribusi penyebab kematian mendadak berdasarkan jenis
kelamin di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 – 2011.
1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu forensik, khususnya
tentang kematian mendadak.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah kepustakaan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.4.3. Bagi Rumah Sakit
Memberi informasi mengenai profil kejadian kematian mendadak di
Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kematian Mendadak
2.1.1. Definisi Kematian Mendadak
Kematian mendadak dapat didefinisikan sebagai kematian alamiah yang
tidak terduga dalam jangka waktu yang pendek, kurang lebih 1 jam dari timbulnya
gejala atau pada 24 jam tanpa ada gejala terlebih dahulu, yang berakibat fatal
(Kwok, 2003; Zipes, 1998).
Definisi kematian mendadak menurut World Health Organization (WHO)
adalah seseorang yang mati pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul,namun pada
kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan
detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga,
dan kematian yang tidakterduga, tidak selalu terjadi mendadak, namun amat
sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus (Knight, 1991).
Menurut Nandy (2001), kematian mendadak adalah kematian yang tidak
diketahui apakah disebabkan oleh berbagai jenis trauma, keracunan, kekerasan
atau asfiksia, dan kematian terjadi secara tiba-tiba atau dalam waktu 24 jam dari
timbulnya gejala terminal.
Pengertian mati mendadak sebenarnya berasal dari suddenunexpected
natural death yang didalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu natural
(alamiah, wajar). Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian
alamiah yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan
kematian mendadak dengan terminologi “sudden natural unexpected
death”(Hakim, 2010).
Kematian natural sendiri adalah kematian yang terjadi oleh karena penyakit
alamiah atau kondisi patologis, usia tua, kelemahan, dimana bukan merupakan
suatu percobaan kematian dan tidak terjadi secara sengaja (Nandy, 2001).
Dari uraian diatas, maka mati mendadak mengandung pengertian sebagai
suatu kematian yang tidak terduga, tidak ada unsur trauma dan keracunan, tidak
kematian tersebut disebabkan oleh penyakit dengan gejala yang tidak jelas atau
gejalanya muncul dalam waktu yang mendadak kemudian korban mati
(Rahmawati, 2010).
2.1.2. Epidemiologi Kejadian Kematian Mendadak
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan, hal ini seiring dengan kecenderungan terjadinya
penyakit jantung dan pembuluh darah yang secara umum menyerang laki-laki
lebih sering dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum
menopause, dan menjadi 1:1 setelah perempuan menopause, yang mencapai
puncaknya pada usia 45-75 tahun.Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI, persentase kematian
akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0%
(1986) dan 19,0% (1995)(Hakim, 2010).
2.2.Penyakit Penyebab Kematian Mendadak
Berdasarkan penyebab yang mendasarinya, kematian mendadak dapat
diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem kardiovaskular, dan sistemnon
kardiovaskular termasuk didalamnya adalah sistem respirasi, sistem saraf pusat,
sistem gastro-intestinal dan sistem urogenital (Idries, 1997).
2.2.1. Sistem Kardiovaskular a) Penyakit jantung koroner
Penyakit pembuluh darah koroner merupakan penyebab kematian
terbanyak.Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan meninggal
pertahunnya karena penyakit jantung koroner, yang merepresentasikan sekitar
setengah kematian akibat penyakit kardiovaskular (Gray, 2005). Kematian akibat
penyakit jantung koroner lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita
(Reynolds, 2008).
Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara
satunya oleh aterosklerosis (Burke, 2008).Terjadinya sklerosis koroner
dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan (lemak), kebiasaan merokok, genetik,
usia, jenis kelamin, ras, diabetes melitus, hipertensi, stress psikis, dan lain-lain
(Gray, 2005).
Akibat terjadinya penyempitan atau penebalan, khususnya pada ramus
descendens arteri koronaria sinistra, yang merupakan arteri pensuplai darah bagi
sistem konduksi jantung (pace maker), menyebabkan berkurangnya suplai darah
ketempat tersebut sehingga terjadi hipoksia yang diikuti fibrilasi atrium dan
berakhir dengan kematian (Idries,1997).
Tabel 2.1. Lokasi Penyempitan Arteri Koronaria
Ramus descendens arteri koronaria sinistra 45-64 %
Arteri koronaria dekstra 24-46 %
Arteri circumflexa koronaria sinistra 3-10 %
Pangkal arteri koronaria sinistra 0-10 %
Sumber: Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1.
Sumbatan pada pembuluh darah koroner merupakan awal dari munculnya
berbagai penyakit kardiovaskular lain yang dapat menyebabkan kematian, seperti
iskemia miokard, infark miokard, fibrilasi ventrikel yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan nodus atau kerusakan sistem konduksi, dan penyakit
lainnya(Idries,1997).
b) Infark miokard
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah yang mengalami gangguan, dapat menyebabkan terjadinya iskemia
miokard. Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
infark miokard, yaitu terjadi kerusakan sel yang irreversible serta nekrosis
jaringan otot jantung akibat insufisiensi aliran darah. Infark umumnya baru terjadi
bila lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70% (Brown C.T, 2005).
Efek dari adanya infark yang luas adalah menurunnya fungsi jantung
dapat berkontraksi. Kematian mendadak dapat disebabkan oleh rupturnya infark
miokardium (Knight, 1991).
c) Penyakit katup jantung
Penyakit katup jantung sering ditemukan pada kasus kematian
mendadak.Penyebab tersering biasanya adalah kalsifikasi stenosis dari katup aorta
yang dapat berhubungan dengan kejadian aterosklerosis. Lesi ini sering terjadi
pada pria usia lebih dari 60 tahun. Kematian mendadak terjadi oleh karena
penyempitan katup yang berakibat menurunnya aliran perfusi koroner (Knight,
1991).
d) Miokarditis
Miokarditis adalah radang pada miokardium akibat dari suatu proses
infeksi yang ditandai dengan adanya proses eksudasi dan sebukan sel radang.
Miokarditis juga dapat timbul akibat demam rematik akut, radiasi, zat-zat kimia,
difteri dan obat-obatan.Diagnosis miokarditis pada kasus kematian mendadak
ditegakkan melalui pemeriksaan histologi dari jaringan yang diautopsi (Rilantono,
2003).
e) Penyakit arteri
Lesi pada arteri yang menjadi penyebab tersering kematian mendadak
adalah aneurisma.Aneurisma paling seringterjadi di aorta thoracalis dan
aneurisma ateromatous padaaorta abdominalis, yang biasanya terjadi pada
laki-laki berusia di atas lima puluh tahun (Knight, 1991).
Kematian mendadak dapat terjadi bila aneurisma tersebut ruptur, sehingga
dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid. Berdasarkan studi populasi yang
dilakukan oleh Universitas Kedokteran Tehran, Iran, dari tahun 2001 sampai
2005, penyebab kematian mendadak dari perdarahan subarachnoid adalah
rupturnya aneurisma intrakranial yaitu sebesar 54 % dan terjadi paling banyak
f) Tamponade jantung
Tamponade jantung merupakan keadaan gawat darurat yang dapat
menyebabkan kematian mendadak, dimana terdapat pengumpulan cairan
intraperikardium. Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade
jantung adalah 250 cc bila berlangsung cepat dan 1000 cc bila berlangsung lambat
dikarenakan pericardium memiliki waktu untuk meregang dan menyesuaikan
dengan bertambahnya volum cairan (Rilantono, 2003).
2.2.2. Sistem Non Kardiovaskular 2.2.2.1. Sistem Respirasi
Kematian akibat sistem respirasi dapat terjadi akibat dari perdarahan
saluran nafas, asfiksia, dan atau pneumotoraks.Perdarahan dapat terjadi akibat
tuberkulosa, yang merupakan penyebab kematian tersering di negara yang belum
berkembang.Sedangkan asfiksia dapat terjadi pada asma bronkial, bronkiektasis,
dan difteri yang dapat juga menyebabkan kematian mendadak dari sistem respirasi
(Idries, 1997).
a) Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal dan pelebaran permanen lumen
bronkus.Bronkiektasis dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan.Bronkiektasis
biasanya dimulai saat anak-anak setelah infeksi saluran pernafasan bawah
berulang sebagai komplikasi campak, bronkitis, pertusis, influenza, atau
pneumonia (Wilson, 2005).
Pelebaran bronkus tersebut dikaitkan dengan adanya perubahan yang
terjadi akibat kerusakan dan proses radang dalam dinding bronkus berupa
kerusakan elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan
pembuluh-pembuluh darah (Rahmatullah, 2009; Wilson, 2005).
Saluran nafas yang melebar tersebut mengandung sekret yang kental, dan
purulen, sehingga tidak jarang menyumbat saluran nafas perifer.Gambaran klinis
yang timbul berupa batuk kronik disertai produksi sputum serta adanya
pembuluh darah. Ulserasi dari dinding ektasis akan menimbulkan perdarahan ke
dalam lumen bronkus yang dapat berakibat kematian (Wilson, 2005).
b)Abses paru
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru
yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah dalam parenkim
paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan, dan umumnya terjadi pada usia tua dikarenakan
terdapat peningkatan insidensi penyakit periodontal dan prevalensi aspirasi
(Rasyid, 2009).
c) Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara didalam rongga
pleura.Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik.Pneumotoraks
spontan dibagi menjadi primer dan sekunder, dimana dikatakan primer jika
penyebabnya tidak diketahui dan sekunder jika terdapat penyakit paru yang
melatarbelakangi seperti TB paru, emfisema, dan bronkitis kronis.Pneumotoraks
traumatik dibagi atas pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik
(Hisyam, 2009).
Pneumotoraks lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan
perbandingan 5:1. Pneumotoraks spontan primer banyak dijumpai pada pria usia
20 sampai 40 tahun yang sebelumnya terlihat sehat.Pneumotoraks spontan dapat
terjadi sebagai penyebab kematian.Umumnya terjadi karena ruptur dari bulla
emfisema.Pneumotoraks juga dapat terjadi akibat adanya mekanisme ventil,
dimana udara yang masuk tidak dapat keluar lagi dari dalam rongga pleura.
Penderita menderita sesak napas yang berat, tekanan intrapleural meningkat
sangat tinggi, terjadi kolaps paru dan penekanan pada mediastinum, termasuk
jantung, venous return juga terganggu. Akibatnya selain terjadi gangguan
pernapasan juga terjadi gangguan pada sirkulasi jantung yang berakibat pada
d)Tuberkulosa Paru (TB paru)
Merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Berdasarkan data WHO, terdapat 10-12 juta penderita TB paru yang
dapat menularkan penyakitnya.Angka kematian TB paru mencapai tiga juta
kematian per tahun.Sebagian besar kasus TB paru dan kematiannya terjadi di
negara-negara yang sedang berkembang. Diantaranya 75% berada pada usia
produktif yaitu 20-49 tahun. Di Indonesia sendiri prevalensi TB menempati urutan
ke-3 tertinggi setelah China dan India (Amin, 2009).
Gambaran klinis yang berkaitan dengan TB paru dan sering adalah batuk
lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri dada dan
hemoptisis.Penyebab kematian pada infeksi TB paru adalah hemoptisis masif dari
ceverna tuberculosis (Price, 2005).
e) Asma bronkial
Kematian mendadak dapat terjadi pada saat serangan asma bronkial.Asma
merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan yang
dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversibel dan
gangguan pernafasan.Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat
bervariasi antar individu.Beberapa diantaranya adalah alergen, polusi udara,
infeksi saluran nafas, keletihan, perubahan cuaca, makanan, atau obat (Hisyam,
2009).
Aritmia berperan terhadap penyebab kematian terutama pada
dewasa.Aritmia dapat terjadi oleh karena peningkatan hipokalemia dan terjadinya
pemanjangan segmen QT akibat penggunaan ß2 agonis dosis tinggi.Kematian
juga terjadi oleh karena asfiksia yang disebabkan keterbatasan aliran udara dan
menurunnya tekanan parsial oksigen dialveoli, sehingga oksigen dalam peredaran
darah juga menurun (hipoksemia). Sebaliknya terjadi resistensi karbondioksida,
sehingga kadar karbondioksida dalam peredaran darah meningkat. Hal ini
menyebabkan rangsangan pada pusat pernapasan sehingga terjadi hiperventilasi
Pada otopsi, penderita asma bronkial yang meninggal, didapatkan
perubahan-perubahan sebagai berikut:
(1) Perubahan patologis
(a) Overdistensi dari kedua paru,
(b) Paru tidak kolaps waktu kavum pleura dibuka,
(c)Dalam bronkus sampai bronkus terminalis didapatkan
gumpalan eksudat yang menyerupai gelatin.
(2) Perubahan histopatologis
(a) Hipertrofi otot bronkus,
(b) Edema mukosa bronki,
(c) Kerusakan epitel permukaan mukosa,
(d) Penebalan nyata dari membran basalis,
(e) Infiltrasi eosinofil dalam dinding bronki (McFadden, 2005).
Dengan begitu, kepastian mati mendadak akibat serangan asma
memerlukan pemeriksaan histologi dan biokimia (toksikologi) dengan baik
(McFadden, 2005).
f) Karsinoma bronkogenik
Karsinoma bronkogenik atau karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas
primer saluran nafas yang berciri khas adanya proses keratinisasi dan
pembentukanbridge intraseluler. Karsinogen dalam kasus karsinoma bronkogenik
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Bahan aktif yang dianggap
karsinogen dalam asap rokok adalah polonium 210 dan 3,4 –
benzypyrene.Karsinoma bronkogenik mempunyai prognosis buruk sehingga
2.2.2.2. Sistem Saraf Pusat
Pada dewasa muda kematian mendadak terjadi oleh karena ada kelainan
pada susunan saraf pusat, adalah pecahnya aneurisma serebri, yang dapat
diketahui lokasinya bila pemeriksaan atas pembuluh darah otak (circulus willisi)
dikerjakan dengan teliti; di mana pemeriksaan akan ditandai dengan adanya
perdarahan subarachnoid (Idries, 1997).
Pada penderita hipertensi, pecahnya arteri lenticulostriata merupakan
penyebab kematian yang tersering, biasanya didahului oleh sakit kepala, pusing,
mual, dan kemudian penderita dapat jatuh (Idries, 1997).
2.2.2.3. Sistem Gastrointestinal a) Penyakit pada esofagus dan lambung
Kematian akibat penyakit pada esofagus dan lambung sering ditimbulkan
dengan adanya perdarahan yang terjadi pada organ tersebut.Kematian dapat
disebabkan oleh varises esofagus yang ditemukan pada penderita sirosis hati
dengan hipertensi portal.Pada penderita sirosis hati dekompensata terjadi
hipertensi portal dan timbul varises esofagus yang suatu waktu mudah pecah,
sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang masif.Sifat perdarahan yang
ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis.Kematian dapat terjadi akibat
pecahnya varises esofagus sehingga terjadi perdarahan kedalam sistem
pencernaan (Hadi, 2002).
Perforasi tukak lambung juga dapat menyebabkan kematian mendadak,
khususnya yang terjadi setelah seseorang meminum alkohol atau menelan obat
yang dapat mengiritasi lambung, misalnya aspirin.Obat tersebut termasuk
golongan salisilat yang menyebabkan iritasi pada mukosa lambung sehingga
mudah terjadinya erosi atau tukak yang akut.Luka pada daerahlambung lebih
sering menyebabkan hematemesis. Sedangkanluka pada duodenum akan
menyebabkan melena. Hematemesisdan melena sendiri akan memicu timbulnya
b) Penyakit pada usus halus, usus besar, dan pankreas
Terjadinya gangren usus yang disebabkan oleh strangulasi hernia dan torsi
(puntiran) yang disebabkan oleh perlengketan peritoneum dapat menjadi kondisi
yang fatal dan dapat menyebabkan kematian mendadak. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan kematian mendadak terjadi pada perforasi megakolon toksik
(Idries, 1997).
Megakolon toksik adalah dilatasi dari semua bagian kolon sampai
mencapai diameter transversal lebih dari 6 cm yang diukur pada pertengahan
kolon transversum disertai dengan timbulnya toksisitas sistemik.Megakolon
toksik ini terjadi sebagai komplikasi dari setiap reaksi inflamasi dari kolon seperti
kolitis ulserativa, kolitis granulomatosa, kolitis pseudomembranosa, tifus
abdominalis, disentri basiler, kolera, dan infiltrasi limfoma pada kolon. Terjadinya
dilatasi sebagai hasil dari kerusakan lapisan otot oleh karena inflamasi yang
menyebabkan tidak adanya tonus dan peristaltik, kemudian segmen kolon ini akan
berdilatasi secara pasif oleh isi kolon seperti gas, eksudat, dan tinja. Kematian
akibat megakolon toksik cukup tinggi, seperti yang dilaporkan oleh Binder,
dkk.(1974) bahwa mortalitas apabila terjadi perforasi pada megakolon toksik
adalah sebesar 82 % (Hadi, 2002).
2.2.2.4.Sistem Urogenital
Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menimbulkan kematian
mendadak.Kondisi dimana pasien menderita gagal ginjal akut dapat menjadi
penyebab kematian mendadak pada sistem ini.Gagal ginjal akut adalah sindrom
klinis yang memiliki ciri penurunan laju filtrasi glomerulus yang cepat, azotemia,
dan gangguan homeostasis elektrolit, cairan, dan asam basa.Angka kematian pada
gagal ginjal akut cukup tinggi yaitu sekitar 25 % hingga 60 % (Knight, 1991).
Adanya kematian mendadak pada wanita usia subur harus diperhatikan
sebagai komplikasi dari kehamilan. Rupturnya kehamilan ektopik dapat
menyebabkan kematian mendadak oleh karena terjadinya perdarahan
2.3. Autopsi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan luar dan dalam untuk kepentingan pendidikan, hukum dan ilmu
kesehatandengan tujuan merumuskan proses penyakit dan atau adanya cedera,
melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan
yang ditemukan dengan penyebab kematian(Amir, 2004).
2.3.1. Jenis Autopsi
Berdasarkan tujuannya, autopsi dibagi atas:
1)Autopsi Anatomi
Autopsi yang dilakukan oleh mahasiswa fakultas kedokteran untuk
mengetahui susunan jaringan dan organ tubuh.Dalam autopsi ini digunakan
mayat yang tidak dikenal siapa keluarganya atau kerelaan tertulis dari seseorang
yang merelakan tubuhnya dipakai untuk pendidikan (Amir, 2004).
2)Autopsi Klinik
Autopsi yang dilakukan pada penderita yang meninggal setelah dirawat di
rumah sakit dengan tujuan untuk menentukan proses patologis yang terdapat
dalam tubuh korban, menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisis
kesesuaian antara diagnosis klinis dengan diagnosis postmortem, perjalanan
penyakit dan sebagainya. Autopsi klinik ini dilakukan dengan persetujuan
keluarga mayat tersebut atau apabila tidak ada keluarga terdekat yang datang ke
rumah sakit dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam (Amir, 2004).
3) Autopsi Forensik
Autopsi forensik dilakukan atas permintaan yang berwenang untuk
membantu penegak hukum melakukan penyidikan terhadap mayat yang diduga
meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan lalu lintas, keracunan, kematian mendadak dan kematian yang tidak
diketahui sebabnya. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk membantu identifikasi
korban, mengetahui sebab pasti, mekanisme dan lama kematian, mengumpulkan
membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum
.
Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri dan seteliti mungkin (Amir, 2004).2.3.2. Pemeriksaan Mayat 1)Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan bagian luar tubuh korban seperti pakaian dan benda-benda
yang dipakai, identitas korban, tanda-tanda khusus, warna kulit, rambut, perkiraan
usia, mata, bagian wajah, leher, dada, perut, ekstremitas, alat kelamin dan
tanda-tanda kekerasan/luka (Amir, 2004).
2) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dengan membuka semua rongga tubuh korban, yaitu rongga
kepala, dada, perut dan panggul.Organ tubuh yang diperiksa dimulai dari lidah,
tonsil, kelenjar gondok, kerongkongan (esofagus), batang tenggorok (trakea),
tulang lidah, rawan gondok (kartilago tiroidea), rawan cincin (kartilago
krikoidea), arteri karotis interna, kelenjar timus, paru-paru, jantung, aorta
torakalis, aorta abdominalis, anak ginjal (kelenjar suprarenalis), ginjal, ureter,
kandung kencing, hati, kandung empedu, limpa, kelenjar getah bening, lambung,
usus halus, usus besar, otak besar, otak kecil, batang otak, dan alat kelamin dalam
(Amir, 2004).
2.3.3. Kepentingan Autopsi
Pada kasus kematian mendadak, sangat perlu mendapat perhatian
terhadapkeadaan korban sebelum kematian, mengingat kemungkinan dalam
kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminal, atau kematian tersebut
berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain.Apakah korban baru
menjalankan aktivitas, atau sewaktu istirahat sehabis melakukan
aktivitas.Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus dijadikan
perhatian, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,
menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian (Amir, 2004;
Penyebab:
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISIOPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka konsep profil kejadian kematian mendadak 3.2. Definisi Operasional
Kematian Mendadak adalah kematian pada 24 jam sejak gejala timbul, yang
telah disimpulkan oleh dokter spesialis forensik dan telah dilakukan pemeriksaan
luar dan atau dalam.
Cara ukur : observasi
Alat ukur : hasil visum et repertum
Hasil ukur : jumlah orang atau kasus
Skala pengukuran : nominal
Usia adalah usia korban berdasarkan ulang tahun terakhir yang dapat dinilai
dengan tanda pengenal korban atau melihat data pada visum et repertum.
Cara ukur : observasi
Alat ukur : hasil visum et repertum
- Anak awal : 2-6 tahun
- Anak akhir : 6-11 tahun
- Remaja : 11-21 tahun
- Dewasa awal : 21-40 tahun
- Dewasa Madya : 40-59 tahun
- Dewasa lanjut (lansia) : ≥60 tahun (Hurlock, 1980; Rahmawati, 2010)
Skala pengukuran : ordinal
Jenis Kelamin yaitu laki-laki dan perempuan
Cara ukur : observasi
Alat ukur : hasil visum et repertum
Hasil ukur : kategori yaitu laki-laki dan perempuan
Skala pengukuran : nominal
Kematian mendadak sistem kardiovaskular adalah kematian mendadak yang
yang disebabkan oleh gangguan pada sistem kardiovaskular yang didapat pada
data visum et repertum.
Cara ukur : observasi
Alat ukur : hasil visum et repertum
Hasil ukur : jumlah orang atau kasus
Skala pengukuran : nominal
Kematian mendadak sistem non kardiovaskular adalah kematian mendadak
yang disebabkan oleh sistem selain kardiovaskular, dapat berupa sistem respirasi,
sistem saraf pusat, gastrointestinal, urogenital, dan lain-lain.
Cara ukur : observasi
Alat ukur : hasil visum et repertum
Hasil ukur : jumlah orang atau kasus
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain
studi cross sectional (potong lintang), dimana dilakukan pengumpulan data
dengan menggunakan data sekunder yaitu melihat hasil visum korban kasus
kematian mendadak di Departemen Kedokteran Forensik FK USU/ SMF
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009 –2011.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik FK USU, SMF
Kedokteran ForensikRSUD Dr. Pirngadi Medan. Alasan pemilihan tempat
tersebut adalah karena merupakan rumah sakit rujukan dari pihak Forensik
Kepolisian untuk mengautopsi korban kasus kematian mendadak.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai dengan juli 2012.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh korban mati mendadak di SMF
Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi dari tahun 2009 sampai 2011.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakanmetode total
sampling.Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang telah sesuai
1. Kriteria Inklusi:
a. Korban yang mati akibat dugaan kematian mendadak, bukan akibat trauma,
kecelakaan, tindakan bunuh diri, keracunan, maupun pembunuhan.
b. Usia dan jenis kelamin korban diketahui.
c. Penyebab kematian mendadak diketahui melalui pemeriksaan luar dan
dalam.
2. Kriteria Ekslusi:
a. Data visum yang hilang, rusak,dan tidak terbaca.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari hasil visum et repertum korban kasus dugaan kematian mendadak
dari tahun 2009 sampai 2011 di SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
4.5.Pengolahan dan Analisa Data
Semua data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dimana rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit pendidikan yang terdapat di Sumatera Utara.
RSUD Dr. Pirngadi
RSUD Pirngadi berada di pusat kota Medan dimana bangunan lama dari
rumah sakit menghadap Jalan Prof. HM. Yamin SH no. 47 dan bangunan barunya
menghadap Jalan Perintis Kemerdekaan. Rumah sakit ini didirikan oleh
Pemerintah Kolonial Belanda dengan namaGemente Zieken Huis.RSUD Dr.
Pirngadi Medan menyandang predikat Rumah Sakit Kelas B Pendidikan,
berdasarkan akreditasi Depkes RI No.YM.00.03.3.5.1309.Sejak berdirinya
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) pada tanggal 20
Agustus 1952, maka rumah sakit ini secara otomatis difungsikan sebagai tempat
kepaniteraan klinik para mahasiswa FK USU meskipun penandatanganan
perjanjian kerjasama antara FK USU dengan pihak RSUD Pirngadi sebagai
Teaching Hospital (rumah sakit pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada
tanggal 20 Mei 1968.
5.1.2. Karakteristik Individu
Dalam penelitian ini terdapat 40 kasus kematian mendadak dari jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang ditemukan di SMF Kedokteran Forensik
RSUD Dr. Pirngadi Medan pada periode 2009 - 2011.
Dari keseluruhan korban kasus kematian mendadak, karakteristik yang
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
Dewasa awal 21-40 9 22.5
Dewasa madya 40-59 16 40.0
Dewasa lanjut
(Lansia)
≥60
15 37.5
Total 40 100
Pada tabel 5.1.dapat dilihat bahwa kelompok usia terbanyak yang
mengalami kematian mendadak adalah kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59
tahun, sebanyak 16kasus atau sekitar40.0% dari keseluruhan sampel.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 34 85.0
Perempuan 6 15.0
Total 40 100
Pada tabel 5.2.di atas terlihat bahwa jenis kelamin terbanyak yang
mengalami kematian mendadak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 34kasus (85.0
%), diikuti dengan jenis kelamin perempuan, sebanyak 6 kasus (15%).
5.1.3. Penyebab Kematian Mendadak
Berdasarkan datavisum et repertum korban kasus kematian mendadak dari
SMF Kedokteran Forensik RSUD Dr. Pirngadi Medan periode 2009-2011, di
ketahui jumlah kasus kematian mendadak berdasarkan penyebab adalah sebagai
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penyebab Kematian Mendadak
Penyebab Kematian
Mendadak Frekuensi Persentase (%)
Sistem Kardiovaskular 21 52.5
Sistem Non Kardiovaskular 19 47.5
Total 40 100
Dari data pada tabel 5.3. di atas diketahui dari 40 kasus yang mengalami
kematian mendadak, sebagian besar disebabkan oleh penyakit pada sistem
kardiovaskular, yaitu sebanyak 21kasus (52.5 %), sedangkan penyebab non
kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5 %).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Penyebab Kematian Mendadak Sistem Non Kardiovaskular
Penyebab Non Kardiovaskular Frekuensi Persentase (%)
Sistem Respirasi 18 45.0
Sistem Urogenital 1 2.5
Pada tabel 5.4.terlihat bahwa penyebab kematian mendadak di luar sistem
kardiovaskular (non kardiovaskular) adalah sistem respirasi yaitu sebanyak 18
Tabel 5.5. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak Berdasarkan Usia
Tabel 5.5. di atas memperlihatkan bahwa pada kelompok usia dewasa
awal (21-40) terdapat frekuensi kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular
sebanyak 2 kasus (5.0 %), dewasa madya (40-59) sebanyak 8 kasus (20.0 %) dan
terbanyak pada kelompok usia lansia(≥60) sebanyak 11 kasus (27.5 %). Untuk
kematian mendadak akibat penyebab non kardiovaskular, terdapat 7 kasus (17.5
%) pada kelompok usia dewasa awal, 8 kasus (20.0 %) pada kelompok dewasa
Tabel 5.6. Distribusi Penyebab Kematian Mendadak Berdasarkan Jenis
Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui kematian mendadak akibat sistem
kardiovaskular terjadi paling banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 20 kasus (50.0
%) sementara perempuan 1 kasus (2.5 %). Kematian mendadak yang tidak di
akibatkan oleh sistem kardiovaskular (non kardiovaskular)pada laki-laki sebanyak
14 kasus (35.0 %) dan perempuan sebanyak 5 kasus (12.5 %).
5.2. Pembahasan
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah berupa usia, jenis
kelamin serta penyebab dari kematian mendadak. Dimana penyebab kematian
mendadak diketahui dengan adanya pemeriksaan luar dan dalam. Pemeriksaan
luar meliputi pemeriksaan label, benda di samping mayat, pakaian, ciri identitas
fisik, ciri tanatologis dan pelukaan sedangkan pemeriksaan dalam
dilakukandengan membuka dan memeriksa isi rongga kepala, leher, dada, perut,
panggul dan pemeriksaan dengan membuka bagian lain dilakukan apabila
Berdasarkan data-data tersebut, maka di dapatkan pembahasan sebagai
berikut.
5.2.1. Usia
Kelompok usia yang digunakan pada penelitian ini terbagi atas delapan
kelompok, yaitu neonatus (0-14 hari), infant/bayi (2 minggu-2 tahun), anak awal
(2-6 tahun), anak akhir (6-11 tahun), remaja (11-21 tahun), dewasa awal (21-40
tahun), dewasa madya (40-59 tahun), dan lansia (≥ 60 tahun). Dimana
pembatasan interval usia ini berdasarkan teori perkembangan Elizabeth B Hurlock
dan penelitian sebelumnya oleh Rahmawati (2010). Dari 40 kasus, kematian
mendadak lebih banyak terjadi pada usia 40-59 tahun yaitu sebanyak 16 kasus
(40.0 %). Hasil ini sesuai dengan hasil studi Framingham tahun 1968, sebanyak
65.4 % kematian terjadi pada usia 45-59 tahun.
Laju kematian akibat penyakit meningkat seiring dengan menuanya
seseorang.Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya kemampuan untuk
berespons terhadap stress fisik maupun psikologik. Sejalan dengan proses menua,
terjadi penurunan kapasitas fungsional baik pada tingkat selular maupun pada
tingkat organ yang mengakibatkan sulitnya memelihara homeostasis tubuh,
sehingga menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ (Setiati, 2009).
Namun,seiring dengan perkembangan jaman, kejadian kematian mendadak dapat
terjadi pada usia yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut tidak hanya
terjadi akibat perubahan fisiologis ataupun akibat penyakit yang meningkat
seiring dengan penuaan, tetapi di dukung pula dengan adanya perubahan pola
hidup di masyarakat, seperti kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi kalori
dan kolesterol, serta berkurangnya aktifitas fisik.
5.2.2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Rahmawati
(2010), dari 135 sampel didapatkan kejadian kematian mendadak lebih sering
terjadi pada jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 100 korban (74 %) dan
perempuansebanyak 35 korban (26 %). Penelitian oleh Putri (2011) menemukan
adalah sisanya yaitu sebesar 22.54 %.Dalam penelitian ini juga didapatkan
kematian mendadak lebih sering terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 34 kasus
(85.0 %) sementara pada perempuan jauh lebih sedikit yaitu sebanyak 6 kasus
(15.0 %).
Rendahnya angka kematian mendadak pada perempuan sebelum
menopausedisebabkan adanya hormon estrogen yang akan menurunkan kadar
kolesterol plasma dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL (Low Density
Lipoprotein) dihati, dan meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein)
plasma yang akan menyerap kolesterol dari jaringan perifer tubuh dan
mengangkutnya ke hati (Ganong, 2005), dengan konsentrasi HDL yang lebih
tinggi ini akan menurunkan insiden terjadinya kematian mendadak pada
perempuankhususnya akibat penyakit jantung dibandingkan pada laki-laki.
5.2.3. Penyebab Kematian Mendadak
Penyebab kematian mendadak pada penelitian ini terbagi atas dua
penyebab, yaitu kematian mendadak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
sistem kardiovaskular, dan yang tidak disebabkan oleh sistem kardiovaskular (non
kardiovaskular) seperti adanya gangguan padasistem respirasi, sistem saraf pusat,
sistem gastrointestinal, sistem urogenital, dan lain-lain.
Pada penelitian ini didapatkan kejadian kematian mendadak paling banyak
terjadi akibat sistem kardiovaskular dibandingkan non kardiovaskular, yaitu
sebanyak 21 kasus (52.5 %) dari total keseluruhan sampel yang berjumlah 40
kasus, dimana paling banyak terjadi pada usia ≥60 tahun. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian dari divisi kardiologi, Queen Mary Hospital, Universitas
Hong Kong yang menunjukkan bahwa prevalensi kematian mendadak terbanyak
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, dalam hal ini adalah penyakit jantung
koroner sebesar 57 % (kwok, 2003). Penelitian oleh Putri (2011) juga
mendapatkan penyebab kematian mendadak terbanyak diakibatkan oleh penyakit
jantung yaitu sebesar 71.83 % dari 71 sampel penelitian. Pada tabel
5.6.dapatdiketahui penyakit sistem kardiovaskular paling banyak terjadi pada jenis
Kematian mendadak akibat sistem non kardiovaskular didapatkan
sebanyak 19 kasus (47.5 %), dimana 18 kasus (45.0 %) disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem respirasi dan 1 kasus (2.5 %) akibat sistem urogenital. Dari
tabel 5.5.dan 5.6. dapat dilihat bahwa kematian mendadak yang bukan disebabkan
oleh sistem kardiovaskular (non kardiovaskular) terjadi paling banyak pada usia
40-59 tahun yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 kasus (35.0
%).
Kematian mendadak pada sistem kardiovaskular sering terjadi akibat
penyakit jantung koroner yang di awali dengan adanya aterosklerosis pada
pembuluh darah koroner serta terjadinya infark miokardium (Zipes, 1998) yang
akan menyebabkan kerusakan sel secara irreversible dan kematian otot sehingga
terjadi perubahan-perubahan fungsional pada jantung yang dapat menyebabkan
kematian akibat menurunnya daya kontraksi, perubahan irama jantung,
pengurangan volume sekuncup dan peningkatan tekanan akhir diastol ventrikel.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data sekunder yaitu dengan
menggunakan visum et repertum korban kematian mendadak dan melakukan
analisis, terdapat beberapa keterbatasan yang muncul, yaitu terbatasnya jumlah
korban kematian mendadak yang dilakukan pemeriksaan dalam, sehingga
menimbulkan kendala bagi peneliti untuk melihat sebab kematian korban.
Beberapa simpulan pemeriksaan juga tidak menuliskan dengan spesifik penyebab
dari kematian mendadak yang diakibatkan oleh penyakit pada kasus-kasus
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kematian mendadak paling banyak terjadi pada kelompok dewasa
madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 16 kasus (40,0%). Sedangkan
kelompok dewasa awal, usia 21-40 tahun sebanyak 9 kasus (22,5%),
dan kelompok dewasa lanjut (lansia), usia ≥60tahun sebanyak 15
kasus (37,5%).
2. Jenis kelaminlaki-laki lebih banyak mengalami kematian mendadak
yaitu sebanyak 34 kasus (85,0%) dibandingkan dengan perempuan
yang hanya sebanyak 6 kasus (15,0 %).
3. Penyebab kematian mendadak terbanyak diakibatkan oleh penyakit
pada sistem kardiovaskular sebanyak 21 kasus (52,5%) sedangkan
akibat penyebab non kardiovaskular sebanyak 19 kasus (47.5 %).
4. Kematian mendadak akibat sistem kardiovaskular terjadi paling
banyak pada kelompok lansia yaitu usia≥60tahun sebanyak 11 kasus
(27.5 %), dan sistemnon kardiovaskular paling banyak terjadi pada
kelompok dewasa madya yaitu usia 40-59 tahun sebanyak 8 kasus
(20.0 %).
5. Baik kematian mendadak yang disebabkan oleh sistem
kardiovaskular maupun yang bukan disebabkan oleh sistem non
kardiovaskular lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan perempuan yaitu sebesar 50 % untuk sistem
6.2. Saran
1. Diharapkan data-data pada penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian
selanjutnya, untuk dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas
serta dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi studi analitik.
2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan agar melengkapi dan merangkum
dengan benar data pada hasil visum sehingga penelitian dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z., 2009. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2254.
Amir, A., 2004.Autopsi Medikolegal. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan, 1-35.
Brown, C.T., 2005. Penyakit Aterosklerosis Kronik. Dalam: Price S.A., Wilson,
L.M., Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume
1.Edisi 6.Jakarta: EGC, 589.
Burke, A.P., Virmani, P., 2008. Pathology of Myocardial Ischemia, Infaction, Reperfusion, and Sudden Death (Pathology of Sudden Coronary Death).In: Fuster, V., O’Rourke, R.A., Walsh, R.A., Wilson-Poole, P., Hurst’s: The Heart, 12th ed. Volume 1. USA: Mc Graw Hill, 1321-1336.
Chadha, V.P., 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, 5th ed.
Jakarta: Widya Medika, 50.
Ganong, W. F., 2005. Keseimbangan Energi, Metabolisme, & Nutrisi.Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC, 320.
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., Simpson, I.A., 2005. Lecture Notes:
Kardiologi, 4thed. Jakarta: EMS, 107-111.
Hadi, S., 2002.Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni, 84-375.
Hakim, F.A., 2010.Aspek Medikolegal Kematian Mendadak Akibat Penyakit
(Natural Sudden Death), Fakultas Kedokteran UNJANI: Research and
learning Unit. Available fro
Hisyam, B., Budiono, E., 2009. Pneumotoraks Spontan. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2339.
Hurlock, E. B., 1980. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 52, 76, 108, 206, 246, 320, 380.
Idries, A.M., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 210-213.
Knight, B., 1991.Simpson’s Forensic Medicine. Tenth Edition. New York :
Arnold, 166 – 177.
Kwok, K.M., Lee, K.L.F., Lau, C.P., Tse, H.F., 2003. Sudden Cardiac Death:
Prevention and Treatment. Hong kong: Cardiology Division, Department of Medicine, The University of Hong kong. Available from: 2012].
McFadden, E.R., 2005. Asthma. In: Harrison, (et al). Harrison Principle of Internal Medicine, 16th ed. USA: McGraw-Hill, 1511.
Nandy, A., 2001. Principles of forensic medicine. Calcutta: New Central Book Agency, 136.
Price, S.A., Standridge, M.P., 2005.Tuberkulosis paru. . Dalam: Price S.A., Wilson, L.M., Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, 6th ed. Volume 1.Jakarta: EGC, 852-861.
Putri, I.A., 2011. Hubungan antara usia dengan penyebab kematian pada
Rahmatullah, P., 2009. Bronkiektasis.Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2297-2299.
Rahmawati, M.L.A., 2010. Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan
Mati Mendadak. Surakarta : Fakultas Kedokteran Sebelas Maret. Available from: 2012].
Rasyid, A., 2009. Abses Paru. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 2323.
Reynolds, M.R., Pinto, D.S., Josephson, M.E., 2008.Sudden Cardiac Death.In: Fuster, V., O’Rourke, R.A., Walsh, R.A., Wilson-Poole, P., ed. Hurst’s: The Heart, 12th ed. Volume 1. USA: Mc Graw Hill, 1161-1182.
Rilantono, L.I., 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 258-260.
Setiati, S., Harimurti, K., Govinda, A., 2009.Proses Menua dan Implikasi
Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: FKUI, 757.
Sheikhazadi, A., Gharehdaghi, J., 2007. Survey of Sudden Death From
Aneurysmal. Iran : Center of Academic & Educational Researches Tehran University of Medical Science. Available from:
WHO.,2011. Global Adult Tobacco Survey.Available from:
Wilson, L.M., 2005. Pola Obstruktif Pada Penyakit Pernafasan. Dalam: Price S.A., Wilson, L.M.,Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 2.Edisi 6. Jakarta: EGC, 291.
Zipes, D.P., Wellens, H.J.J., 1998. Sudden Death.Krannert Institute of
Cardiology.,Department of Cardiology, Academic Hospital
Maastricht.Available from:
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ratih Fadhillah
Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 24September 1992
Agama : Islam
Alamat : Komplek Ambasador No.53, Pasar 2 – Tanjung Sari
Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Swasta Taman Asuhan Pematang Siantar 1997-2003
2. Sekolah Menengah Pertama Yayasan Perguruan Sultan
Agung Pematang Siantar 2003-2006
3. Sekolah Menengah Atas Yayasan Perguruan Al-Azhar
Medan 2006-2009
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat TBM FK USU PEMA FK USU
Lampiran 4
Lembar Pengamatan
No. VER Tahun
Kejadian Usia
Jenis Kelamin
Penyebab Kematian Mendadak Sistem
Kardiovaskular
Lampiran 5
4 117/V/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki lansia 61 Kardiovaskular
5 B/52/VII/2009 2009 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular
6 B/239/VIII/2009 2009 Laki-laki Dewasa
madya
45 Kardiovaskular
7 R/VER/460/VII/2009 2009 Perempuan Senium 70 Respirasi
8 R/105/IX/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 25 Respirasi
9 R/629/10/2009/VER 2009 Laki-laki Dewasa awal 28 Respirasi
10 VER/22/X/2009 2009 Perempuan Dewasa awal 40 Respirasi
11 269/XI/IKK/VER/2009 2009 Laki-laki Dewasa
madya
53 Kardiovaskular
12 B/543/XI/2009 2009 Laki-laki Dewasa awal 30 Respirasi
13 29/I/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki lansia 73 Kardiovaskular
17 76/III/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Senium 76 Kardiovaskular
18 B/62/V/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 40 Respirasi
19 VER/320/VII/2010 2010 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular
20 VER/374/VI/2010 2010 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular
21 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Perempuan Dewasa
madya
55 Respirasi
22 -/VI/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular
23 212/IX/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 38 Kardiovaskular
24 B/05/IX/2010 2010 Laki-laki Dewasa
26 116/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa awal 39 Respirasi
27 249/XII/IKK/VER/2010 2010 Laki-laki Dewasa
madya
43 Kardiovaskular
28 I/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa
madya
29 VER/183/III/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular
30 66/IV/IKK/2011 2011 Laki-laki lansia 71 Kardiovaskular
31 VER/303/VII/2011 2011 Laki-laki Dewasa
madya
42 Respirasi
32 - 2011 Laki-laki Dewasa
madya
45 Respirasi
33 192/IX/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular
34 VER/II/IX/2011 2011 Laki-laki lansia 65 Respirasi
35 VER/346/10/2011 2011 Laki-laki lansia 60 Kardiovaskular
36 B/378/IX/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa
madya
45 Respirasi
37 210/X/IKK/VER/2011 2011 Laki-laki Dewasa
madya
56 Kardiovaskular
38 VER/2276/X/2011 2011 Laki-laki lansia 70 Kardiovaskular
39 VER/401/XI/2011 2011 Laki-laki Dewasa
madya
54 Kardiovaskular
Lampiran 6
A. Karakteristik Sampel
Usia
Frequency Percent Valid Percent
76 1 2.5 2.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Kelompok Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dewasa awal 9 22.5 22.5 22.5
Dewasa madya 16 40.0 40.0 62.5
Dewasa lanjut
(lansia)
15 37.5 37.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 34 85.0 85.0 85.0
Perempuan 6 15.0 15.0 100.0
B. Penyebab Kematian Mendadak
Penyebab
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Kardiovaskular 21 52.5 52.5 52.5
Non Kardiovaskular 19 47.5 47.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
Penyebab * Usia Crosstabulation
UsiaGol
Total Dewasa
awal
Dewasa
madya
Dewasa
lanjut
(lansia)
Penyebab Kardiovaskular Count 2 8 11 21
% of Total 5.0% 20.0% 27.5% 52.5%
Non Kardiovaskular Count 7 8 4 19
% of Total 17.5% 20.0% 10.0% 47.5%
Total Count 9 16 15 40
Penyebab * Jenis Kelamin Crosstabulation
Jenis kelamin
Total
Laki-laki perempuan
Penyebab Kardiovaskular Count 20 1 21
% of Total 50.0% 2.5% 52.5%
Non Kardiovaskular Count 14 5 19
% of Total 35.0% 12.5% 47.5%
Total Count 34 6 40