• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 14 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 14 MEDAN."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 14 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SITI ZUBAIDAH DALIMUNTHE NIM : 8136172078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

SITI ZUBAIDAH DALIMUNTHE. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas X di SMA Negeri 14 Medan. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 14 Medan yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah; serta untuk melihat apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 14 Medan. Sampel pada penelitian ini adalah 35 siswa kelas X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan 35 siswa kelas X MIPA 2 sebagai kelas kontrol melalui metode purposive sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan dengan ANAVA 2 Jalur.

Hasil validasi pada tes kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai siginifikan rata-rata 0,907 dan 0,923, sedangkan nilai reliabilitas tes diperoleh hasil 0,926 dan 0,813. Hasil penelitian yang diperoleh: (1) Peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2)Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan KAM siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata Kunci: Kemampuan Komunikasi Matematis, Kemampuan Pemahaman Konsep, Pembelajaran Berbasis Masalah

(7)

ABSTRACT

SITI ZUBAIDAH DALIMUNTHE. The Increasing of Students’ Understanding Mathematical of Concept Ability and Mathematics Communication Ability through Problem Based Learning Student For X Grade in SMA Negeri 14 Medan. Thesis. Medan: Postgraduate of Study Mathematics Education Program, State University of Medan. 2016.

The purpose of this research is to analyze: the increase in student’s understanding mathematical of concept ability and mathematics communication ability using problem based learning; and to look is there an interaction between students’ mathematics ability (high, medium, low) and learning to increase student’s understanding mathematical of concept ability and mathematics communication ability.

This type of research is a quasi experimental research. The population of this research is all students in SMA Negeri 14 Medan. Then student in X MIPA 1 SMA Negeri 14 Medan is chosen as the experimental class and students in class X MIPA 2 is choosen as a control class by using purposive sampling technique. The data in this study were analyzed using Two Ways ANOVA.

The result of validity of student’s understanding mathematical of concept ability and mathematics communication ability test is 0,907 and 0,923. Both reability of test is 0,926 and 0,813. The result of this research are: (1) The increasing of student’s understanding mathematical of concept ability and mathematics communication ability using problem based learning is higher than conventional learning; (2) There is no interaction between mathematical prerequisite ability and learning on student’s understanding mathematical of concept ability and mathematics communication ability.

Keywords : Mathematics Communication Ability, Problem Based Learning, Understanding Mathematical of Concept Ability.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena telah

memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis melalui pembelajaran berbasis masalah siswa kelas X di SMA Negeri 14 Medan” dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat selesai berkat bantuan berbagai

pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd sebagai dosen

pembimbing I dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang

telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis. Penulis juga

mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Prof.Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak

Prof.Dr. Bornok Sinaga M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Edi Syaputra M.Pd, sebagai

penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran untuk

penyempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Sofyan, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 14 Medan yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian disekolah yang bersangkutan. Kepada

Wakil Kepala Sekolah, guru-guru, para observer, pegawai, serta seluruh

siswa-siswi yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar dan tepat waktu.

Teristimewa penulis ucapkan kepada suami Rendi Syaputra ST, ananda

Nadia Azzahra, yang telah memberikan pengertian dan semangat kepada penulis

untuk menyelesaikan proposal tesis ini dan juga orang tua tercinta, ayahanda Drs.

Guboan, M.Pd dan Ibunda Saodah (Almh) serta Ibunda Mei Darlina, S.Pd,

(9)

iv

adinda Muhammad Habibie yang telah membantu dan memberikan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh

sahabat-sahabat seperjuangan kelas B-1 tahun 2013/2014, yang telah memberikan

dorongan, semangat serta bantuan kepada penulis dalam pendidikan ini. Serta

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini yang

telah memberikan bantuannya dalam penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini,

namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata

bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya tesis ini

bermanfaat bagi para guru Matematika dan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan.

Medan, Agustus 2016

Penulis,

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 14

1.3 Batasan Masalah... 14

1.4 Rumusan Masalah ... 15

1.5 Tujuan Penelitian ... 16

1.6 Manfaat Penelitian ... 16

1.7 Defenisi Operasional ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori... 19

2.1.1. Hakikat Pembelajaran Matematika ... 19

2.1.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 22

2.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26

2.1.4. Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

2.1.5. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.1.6. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah 36 2.1.7. Pembelajaran Konvensional ... 37

2.1.8. Kemampuan Awal Matematika ... 39

2.1.9. Teori Belajar Pendukung ... 42

2.2Hasil Penelitian yang Relevan ... 45

(11)

vi

2.3.1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa yang Diajar dengan Pembelajaran Berbasis

Masalah ... 47

2.3.2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis yang Diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 48

2.3.3. Tidak terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 50

2.3.4. Tidak terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 52

2.4Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 54

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

3.3 Desain Penelitian ... 54

3.4 Prosedur Penelitian ... 55

3.5 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 57

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 58

3.7 Analisis Instrumen Penelitian/Tes ... 64

3.7.1. Validitas/Penilaian Ahli terhadap Instrumen Penelitian ... 64

3.7.2. Validitas Butir Soal ... 67

3.7.3. Analisis Indeks Kesukaran ... 70

3.7.4. Uji Daya Beda Tes ... 71

3.7.5. Uji Reliabilitas ... 71

3.9. Teknik Analisis Data ... 73

3.10. Uji Hipotesis Penelitian ... 77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81

4.1. Hasil Penelitian ... 81

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika ... 81

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86

4.1.2.1. Analisis Data Pre Test dan Post Test Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86

4.1.2.2. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman ... Konsep Matematika Siswa ... 89

(12)

vii

4.1.3.1. Analisis Data Pre Test dan Post Test ...

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 93

4.1.3.2. Analisis Peningkatan Komunikasi Matematis ... Siswa ... 95

4.1.4. Uji Hipotesis ... 99

4.1.4.1. Uji Hipotesis Pertama ... 99

4.1.4.2. Uji Hipotesis Kedua ... 101

4.1.4.3. Uji Hipotesis Ketiga ... 102

4.1.4.4. Uji Hipotesis Keempat ... 107

4.1.5. Rangkuman Hipotesis ... 110

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 112

4.2.1. Faktor Pembelajaran ... 112

4.2.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 114

4.2.3. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 116

4.2.4. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran dan Faktor Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 119

4.2.5. Keterbatasan Penelitian ... 124

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 127

5.1. Simpulan... 127

5.2. Implikasi ... 129

5.3. Saran ... 130

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Hasil Percobaan Putaran Jam ... 10

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

Tabel 2.2. Peran, Guru, Peserta Didik dan Masalah ... 35

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 54

Tabel 3.2. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Siswa Berdasarkan KAM 58

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 59

Tabel 3.4. Pemberian Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika . 60 Tabel 3.5. Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 61

Tabel 3.6. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis ... 61

Tabel 3.7. Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 61

Tabel 3.8. Format Perhitungan Validasi ... 66

Tabel 3.9. Hasil Validasi Ahli Terhadap Butir Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 67

Tabel 3.10. Hasil Validasi Ahli Terhadap Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 67

Tabel 3.11. Interpretasi Koefisien Korelasi Validasi ... 68

Tabel 3.12. Hasil Uji Coba Butir Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 69

Tabel 3.13. Hasil Uji Coba Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis 69

Tabel 3.14. Klasifikasi Derajat Reliabilitas ... 71

(14)

ix

Tabel 3.16. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 75 Tabel 3.17. Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat

Uji dan Uji Statistik ... 78

Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Matematis Siswa Tiap Kelas Sampel

Berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Awal Matematika ... 81

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika ... 82 Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika ... 83 Tabel 4.4. Hasil Uji-t Data Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 84

Tabel 4.5. Sebaran Penelitian ... 85 Tabel 4.6. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika ... 86

Tabel 4.7. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 88 Tabel 4.8. Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika ... 89

Tabel 4.9. Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) Setiap Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Ditinjau dari Model

Pembelajaran ... 90

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika ... 91

Tabel 4.11. Data Hasil Pre Test dan Post Test Kemampuan Komunikasi

Matematia ... 92

(15)

x

Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa ... 96

Tabel 4.14. Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) Setiap Indikator Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau dari Model Pembelajaran 97

Tabel 4.15. Hasil Ujian Homogenitas Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 98

Tabel 4.16. Hasil Uji ANAVA terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan

Pembelajaran ... 100

Tabel 4.17. Hasil Uji ANAVA terhadap Peningkatan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ... 101

Tabel 4.18. Hasil Uji Interaksi antara Pembelajaran dam KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Berdasarkan Pembelajaran ... 103

Tabel 4.19. Hasil Uji Interaksi antara Pembelajaran dam KAM terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Mtematis Siswa

Berdasarkan Pembelajaran ... 107

Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Matematis

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 55 Gambar 4.1 Diagram Rerata Pre Test dan Post Test Kemampuan

Pemahaman Konsep ... 86

Gambar 4.2 Diagram Rerata N-Gain Kemampuan

Pemahaman Konsep ... 88

Gambar 4.3 Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika Ditinjau dari Setiap Indikator ... 91

Gambar 4.4 Diagram Rerata Pre Test dan Post Test Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 93

Gambar 4.5 Diagram Rerata N-Gain Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 95

Gambar 4.6 Rata-Rata Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Pemahaman

Komunikasi Matematis Ditinjau dari Setiap Indikator ... 98

Gambar 4.7 Tidak Terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 104

Gambar 4.8.a.Grafik Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM terhadap Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Pemahaman

Konsep Matematika pada Kelompok Eksperimen ... 105

Gambar 4.8.b.Grafik Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM terhadap Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Pemahaman

(17)

xii

Gambar 4.9 Tidak Terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM

Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis .. 108

Gambar 4.10.a. Grafik Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM terhadap Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Komunikasi

Matematis pada Kelompok Eksperimen ... 109

Gambar 4.10.b. Grafik Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM terhadap Skor Pre Test dan Post Test Kemampuan Komunikasi

(18)

1

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika dengan berbagai peranannya menjadikannya sebagai ilmu

yang sangat penting, dan salah satu peranan matematika adalah sebagai alat

berpikir untuk menghantarkan siswa memahami konsep matematika yang sedang

dipelajarinya. Suatu ilmu pengetahuan yang mendasarkan pada analisis dalam

menarik kesimpulan menurut kemampuan komunikasi tertentu yang dimiliki

siswa. Berdasarkan perkembangannya, maka masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran matematika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan

struktur analisis yang lebih sempurna. Sehingga dalam pembelajaran sangat

diperlukan bagaimana cara memahami konsep dengan baik dan tepat serta cara

mengkomunikasikannya dengan baik, agar mampu menyelesaikan

persoalan-persoalan matematika. Bagi seorang guru dalam mengembangkan kemampuan

pemahaman konsep dan komunikasi pada siswa tidaklah mudah, akan tetapi tidak

boleh cepat menyerah sebab cara seseorang untuk dapat memahami konsep serta

berkomunikasi dengan baik sangat ditentukan oleh lingkungan di mana ia hidup.

National Council of Teacher of Mathematics (dalam Gordah, 2013:

228) merumuskan tujuan pembelajaran matematika yaitu: (1) belajar untuk

berkomunikasi (mathematical communication); (2) belajar untuk bernalar

(mathematical reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah

(mathematical problem solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical

connections); dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive

(19)

2

1

attitudes toward mathematics). Selain itu, tujuan mempelajari matematika SMA

(Depdiknas dalam Gordah, 2013: 229) adalah agar siswa memiliki kemampuan:

(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan

tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3)

memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merencanakan model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah dan (5)

memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika,

karena dengan belajar matematika sejumlah kemampuan dan keterampilan

tertentu berguna tidak hanya dalam saat belajar matematika namun juga dapat

diaplikasikan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari. Sesuai dengan tujuan mempelajari matematika yang dipaparkan

sebelumnya, kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan

yang penting. Pengetahun konseptual adalah pemahaman prinsip-prinsip inti yang

(20)

3

1

Sherin, 1998; Star 2005, dalam O’Dwyer, 2015: 3). Grouws (dalam O’Dwyer,

2015: 3) menguraikan dua aspek kunci dalam proses pembelajaran yang bertujuan

untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman konseptual, yakni

memberikan siswa kesempatan untuk menyelesaikan masalah serta

mengembangkan kemampuan siswa untuk mengembangkan kemampuan

mentransfer keterampilan serta pengetahuan mereka untuk mendapatkan konsep

baru. Sedangkan menurut Hope (dalam Ghazali, 2011: 684), conceptual

mathematics understanding is knowledge that involves a thorough understanding

of underlying and foundational concepts behind the algorithms performed in

mathematics.

Sejalan dengan hal di atas (Depdiknas dalam Kesumawati, 2008: 231)

mengungkapkan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau

kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika

yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman

matematis penting untuk belajar matematika secara bermakna, tentunya para guru

mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak terbatas pada pemahaman

yang bersifat dapat menghubungkan. Menurut Ausubel (dalam Alam, 2012: 153)

bahwa belajar bermakna bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai

dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat mengkaitkan

informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimiliki. Artinya siswa dapat

(21)

4

1 belajar dengan memahami.

Pentingnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa juga

dikemukaan oleh Nirmala (dalam Purwosusilo, 2014: 32), bahwa membangun

pemahaman pada setiap kegiatan belajar matematika akan mengembangkan

pengetahuan matematika yang dimiliki oleh seseorang. Artinya, semakin luas

pemahaman tentang ide atau gagasan matematika yang dimiliki oleh seorang

siswa, maka akan semakin bermanfaat dalam menyelesaikan suatu permasalahan

yang dihadapinya. Sehingga dengan pemahaman diharapkan tumbuh

kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan konsep yang telah dipahami

dengan baik dan benar setiap kali ia menghadapi permasalahan dalam

pembelajaran matematika. Kemampuan pemahaman matematika siswa adalah

kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami konsep, memahami rumus dan

mampu menggunakan konsep dan rumus tersebut dalam perhitungan, serta

pemahaman siswa tentang skema atau struktur yang dapat digunakan pada

penyelesaian masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna

(Purwosusilo, 2014: 34).

Selain kemampuan pemahaman konsep, siswa juga seyogianya memiliki

kemampuan lain dalam mempelajari matematika, yakni kemampuan komunikasi

matematis. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam

pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh pendapat dari Ministry of

Education Ontario (2005: 17) yang mengatakan bahwa: “Communication is an

essential process in learning mathematics”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

(22)

5

1

matematika dikarenakan dengan berkomunikasi, maka siswa akan dapat

memperjelas dan memperluas ide dan pemahaman mereka tentang matematika.

Karena dengan berkomunikasi seorang siswa dapat bertukar pendapat,

mengekspresikan ide-ide mereka baik kepada guru maupun siswa lainnya.

Komunikasi juga adalah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau

informasi dari seseorang kepada orang lain (Naim dalam Son, 2015: 4). Dalam

setiap peristiwa komunikasi terkandung sejumlah unsur diantaranya pesan yang

disampaikan, pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi tersebut, cara

pengalihan/penyampaian pesan serta teknologi yang dijadikan sarana.

Pesan-pesan itu dapat berbentuk lisan maupun tulisan, dapat bersifat verbal maupun non

verbal, dalam arti bahwa simbol-simbol yang disepakati tidak diucapkan tetapi

disampaikan melalui cara/alat selain kata-kata dan mempunyai makna yang

dipahami oleh keduanya. (Son, 2015: 4).

Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan

yang penting dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah jika proses

komunikasi yang terjalin dengan baik maka dapat membantu siswa

membangun pemahamannya terhadap ide-ide matematika dan membuatnya

menjadi lebih mudah dipahami. Ketika siswa ditantang untuk berpikir

mengenai matematika dan mengkomunikasikannya kepada orang/siswa lain,

secara lisan maupun tertulis, secara tidak langsung mereka dituntut untuk

membuat ide-ide matematika itu lebih terstrukur dan menyakinkan, sehingga

ide-ide itu menjadi lebih mudah dipahami, khususnya oleh diri mereka

(23)

6

1

pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide

matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing, listening,

reading, discussing dan writing. Selanjutnya disebutkan sedikitnya ada dua

alasan penting, mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu

ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language,

artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid

thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil

kesimpulan, tetapi matematika juga "an invaluable tool for communicating a

variety of ideas clearly, precisely, and succinctly”. Kedua, mathematics learning

as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran

matematika, sebagai wahana interaksi antar siswa, serta sebagai alat komunikasi

antara guru dan siswa.

Di sisi lain, Greenes dan Schulman (dalam Umar, 2012: 2) yang

mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: (1) kekuatan sentral

bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (2) modal

keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi

dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi

dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan

penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk menyakinkan

orang lain. Pengungkapan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran

matematika, dapat ditemukan pula dalam berbagai buku pelajaran matematika di

(24)

7

1

Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian dalam

pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat

mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya dan siswa dapat

meng’explore’ ide-ide matematika. Kesadaran tentang pentingnya

memperhatikan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan

matematika yang dipelajari di sekolah perlu ditumbuhkan, sebab salah satu

fungsi pelajaran matematika adalah sebagai cara mengkomunikasikan gagasan

secara praktis, sistematis, dan efisien.

Dalam menghadapi dan menyikapi kurikulum 2013 di setiap sekolah

setingkat SD, SMP dan SMA, akan membuat guru semakin pintar, karena mereka

dituntut harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya serta

membangkitkan keaktifan dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran

matematika. Hanya saja, sebagian besar guru belum terbiasa untuk

mengembangkan model-model pembelajaran. Implementasi Kurikulum 2013

sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan

tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di

sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya pergeseran

peran guru yang semula lebih sebagai instruktur dan kini menjadi fasilitator

pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, seringkali siswa menjadi korban dan dianggap

sebagai sumber penyebab kesulitan belajar. Padahal mungkin saja kesulitan itu

bersumber dari luar diri siswa, salah satunya adalah proses pembelajaran yang

(25)

8

1

pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa

cukup memprihatinkan. Akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan tidak tahu apa

yang harus dilakukannya sehingga kemampuan pemahaman konsep dan

komunikasi matematis siswa siswa sangat rendah kualitasnya saat pembelajaran

berlangsung.

Fenomena di SMA Negeri 14 Medan menunjukkan adanya siswa kelas X

yang menunjukkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pendahuluan

yang dilakukan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 14 Medan mengenai materi

peluang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 62% dari jumlah siswa

kelas XI SMA Negeri 14 Medan yakni 210 siswa mendapatkan nilai di bawah

standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 75 dan 38% siswa

mencapai standar ketuntasan minimal.

Berikut adalah hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

di SMA Negeri 14 Medan. Peneliti memberikan soal berkaitan pada materi

peluang kepada siswa kelas XI.

Soal berkaitan dengan kemampuan pemahaman konsep:

Divisi quality control suatu

perusahaan lampu ingin menguji

coba kualitas produk lampu model

LED yang baru mereka kembangkan.

Dua kemungkinan hasil yang

diperoleh pada percobaan ini adalah

Rusak (R) dan Baik (B).

(26)

9

1

a. Apa-apa sajakah yang diketahui pada masalah di atas?

b. Jika terdapat dua buah lampu yang akan diuji pada sebuah percobaan,

kemungkinan-kemungkinan apa sajakah yang akan muncul ?

Hasil penyelesaian soal yang dilakukan oleh siswa kelas XI:

Pola Jawaban Siswa Menyelesaikan Soal Kemampuan Pemahaman Konsep Soal berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis:

Andi sedang bermain permainan botol putar. Andi melakukan 30 kali percobaan putaran. Dari 30 percobaan putaran jarum jam diperolehlah hasil seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1. Hasil Percobaan Putaran Jam

Angka 1 2 3

Freensi 12 9 9

Siswa masih belum mampu mengidentifikasikan

masalah yang diberikan

Siswa masih belum mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Hal itu mengakibatkan siswa belum mampu

(27)

10

1

a. Berapakah frekuensi relatif dari tiap angka yang diperoleh dari percobaan putaran yang dilakukan oleh Andi?

b. Berapakah total frekuensi relatif dari percobaan tersebut? Hasil penyelesaian yang dilakukan oleh siswa kelas XI:

Pola Jawaban Siswa Menyeleaikan Soal Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Slameto (dalam Sadewi, 2012: 8), ada dua faktor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMA

Negeri 14 Medan rendahnya kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

komunikasi matematis siswa disebabkan karena faktor internal yaitu siswa tidak

yakin mampu menyelesaikan masalah matematika yang disajikan karena siswa Siswa belum mampu membaca dan

menafsirkan data dalam bentuk tabel ke dalam ide matematika

Siswa belum mampu menentuka konsep dari suatu persoalan dan menggunakannya

(28)

11

1

merasa tidak memahami konsep matematika dalam menyelesaikan masalah

tersebut. Hal itu mengakibatkan siswa tidak dapat mentuntaskan persoalan

matematika yang diberikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran

berbasis masalah dapat diterapkan pada pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis. Menurut Wena (2009: 91) pembelajaran berbasis masalah merupakan

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis

sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif

untuk proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Pembelajaran ini

membantu peserta didik untuk memeroses informasi yang telah jadi dalam

benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan

sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks (Trianto, 2010:92).

Dalam pembelajaran matematika, materi-materi yang dipelajari tersusun

secara hierarkis dan konsep matematika yang satu dengan yang lain saling

berhubungan membentuk konsep baru yang lebih kompleks. Ini berarti bahwa

pengetahuan matematika yang dimiliki siswa sebelumnya menjadi dasar

pemahaman untuk mempelajari materi selanjutnya. Hal ini senada dengan

pendapat Gagne (dalam Ernest, 1991: 238), yang mengatakan bahwa: “at a

(29)

12

1

next lower level…Any individual will not be able to learn a particular topic if he

has failed to achieve any of the subordinate topics that support it.” Berdasarkan

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang

mempunyai aturan, yaitu pemahaman materi yang baru mempunyai persyaratan

penguasaan materi sebelumnya. Sebuah topik hanya dapat dibelajarkan ketika

hirarki dari prasyaratnya telah dibelajarkan. Oleh karena itu, kemampuan awal

matematika yang dimiliki siswa akan memberikan sumbangan dalam

memprediksi keberhasilan belajar siswa selanjutnya. Namun, sumbangan

kemampuan awal matematika (KAM) siswa tidak sepenuhnya memberikan

pengaruh kepada proses pembelajaran di dalam kelas. Hal itu dikarenakan banyak

faktor lain yang mengakibatkan keberhasilan proses pembelajaran, diantaranya

faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dinamakan faktor internal.

Menurut Wardani (2013: 2) salah satu faktor internal dalam diri siswa adalah

konsentrasi belajar dan minat belajar siswa. Siswa dikatakan memiliki berminat

terhadap pelajaran yang disajikan apabila siswa memiliki kesenangan dan

perhatian. Tanpa adanya minat dalam belajar khususnya dalam belajar

matematika, maka siswa tidak belajar dengan sebaik-baiknya dan akan kesulitan

dalam proses pembelajaran matematika. Sedangkan untuk faktor internal lainnya

yakni faktor konsentrasi belajar. Dalam belajar siswa dituntut untuk berkonsentasi

agar siswa lebih fokus dan mudah merespon pelajaran yang disajikan oleh guru.

Faktor yang berasal dari luar diri siswa adalah faktor eskternal. Faktor

(30)

13

1

belajar diantaranya adalah faktor lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar

(seperti lingkungan sekolah). Wardani (2013: 2) menambahkan bahwa anak yang

selalu diperhatikan oleh orang tua dan kebutuhannya selalu dipenuhi maka akan

lebih bersemangat dan rajin belajar, karema semua fasilitas yang dibuthkan sudah

dipenuhi seperti buku pelajaran ataupun media pembelajaran pendukung. Selain

faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah juga mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa, seperti pergaulan sosial dengan teman, hingga pemberian perlakuan

pembelajaran (seperti model pembelajaran yang berbeda, aktivitas siswa yang

berbeda, dan lain sebagainya).

Dari paparan di atas, maka kemampuan awal matematika siswa termasuk

ke dalam faktor internal siswa. Namun, kemampuan awal matematika siswa tidak

bersifat tetap, dan dipengaruhi oleh faktor internal lainnya seperti faktor minat

belajar dan konsentrasi belajar siswa. Sehingga, dapat diperkirakan bahwa siswa

yang memiliki kemampuan awal matematika yang tinggi tidak sepenuhnya akan

berhasil dalam proses pembelajaran, jika faktor minat dan konsentrasi belajar

siswa tersebut terganggu ataupun tidak terfokus. Faktor internal siswa seperti

kmampuan awal matematika (KAM) siswa dapat saja tidak berpengaruh dalam

proses pembelajaran jika faktor eksternal siswa seperti faktor lingkungan,

keluarga hingga perlakuan pembelajaran (yang dalam hal ini pemberian model

pembelajaran) yang berbeda diberikan.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa perlu untuk mengadakan

penelitian tentang penerapan pembelajaran berbasis masalah yang diperkirakan

(31)

14

1

komunikasi matematis siswa, sebab dalam pembelajaran ini dimulai dengan

melakukan analisis konsep matematika hingga mengkomunikasikannya melalui

bahasa matematika yang lebih sederhana. Sehingga, penulits tertarik mengangkat

judul penelitian yakni “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematika dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas X SMA Negeri 14 Medan

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti

mengidentifikasi beberapa kemungkinan permasalahan yang berkaitan dengan

penerapan pembelajaran berbasis masalah pada peningkatan kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Permasalahan

tersebut meliputi:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa rendah.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.

3. Guru belum sepenuhnya mengaplikasikan pembelajaran berbasis

masalah sehingga pembelajaran menjadi sangat membosankan dan

mengakibatkan siswa enggan mengemukakan ide dan pendapatnya

selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Aktivitas siswa yang lebih banyak diam/pasif selama pembelajaran

berlangsung, membuat suasana belajar semakin tidak menyenangkan

karena tidak ada komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan siswa

(32)

15

1 1.3. Batasan Masalah

Banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui

penerapan pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

perlu dilakukannya pembatasan masalah dengan mengingat keterbatasan dana,

waktu dan kemampuan peneliti. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi

penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian dan variabel penelitian.

Berkaitan dengan lokasi penelitian, penelitian ini terbatas pada SMA

Negeri 14 Medan. Penelitian ini melibatkan siswa kelas X, dengan meneliti

permasalahan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa rendah

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.

3. Guru belum menerapkan pembelajaran berbasis masalah yang difokuskan

pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

1.4. Rumusan Masalah

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

yang diajar melalui pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada

siswa yang diberi pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar

melalui pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

(33)

16

1

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM siswa terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM siswa terhadap

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang

keefektifan pembelajaran matematika dengan menanamkan kesadaran individu

terhadap kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis

melalui pembelajaran matematika berbasis masalah. Secara khusus tujuan yang

ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang

diajar melalu pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa

yang diberi pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

diajar melalu pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa

yang diberi pembelajaran konvensional.

3. Menganalisis apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM

siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika

siswa.

4. Menganalisis apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM

(34)

17

1 1.6. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui penerapan pembelajaran berbasis masalah terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi

matematis siswa di kelas X SMA Negeri 14 Medan diharapkan akan memberikan

manfaat secara teoretis maupun praktis.

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai

sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelolah, pengembang

lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya akan mengkaji secara lebih

mendalam tentang penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa

pada pembelajaran matematika. Secara praktis penelitian ini diharapkan :

1. Bahan pertimbangan bagi guru dalam memahami kemampuan

pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis siswa pada

pembelajaran matematika, sehingga dapat memilih model pembelajaran

yang cocok.

2. Bahan masukan bagi guru dalam memilih dan menggunakan model

serta media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar

mengajar matematika.

3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan penelitian ini bagi para peneliti yang tertarik dengan penelitian

sejenis.

4. Peningkatan kompetensi peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian

(35)

18

1 1.7. Definisi Operasional

Dari beberapa teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa

istilah yang peneliti definisikan yaitu :

Untuk menghindari perbedaan makna, maka dijelaskan definisi

operasional variabel dalam penelitian sebagai berikut:

1) Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang

menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai

pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan.

2) Pemahaman konsep adalah usaha untuk menghubungkan konsep atau

fakta sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya serta mampu

menangkap makna suatu konsep dari apa yang telah dipelajari dengan

cara menguraikan kembali apa yang telah diperoleh ke dalam bentuk

lain.

3) Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki

siswa dalam menyatakan ulang sebuah konsep, memberi contoh dan non

contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

representasi matematis, dan mampu menggunakan konsep dalam

menyelesaikan masalah.

4) Komunikasi matematis adalah keterampilan siswa menggunakan kosa

kata (vocabulary), notasi, dan struktur matematik untuk menyatakan

hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan

(36)

19

1

5) Kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah

kemampuan komunikasi matematis secara tulisan yang dapat dilihat

dari: (1) menyatakan masalah kehidupan sehari-hari kedalam simbol

atau bahasa matematis, (2) menginterpretasikan gambar ke dalam model

matematika, (3) menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam bahasa

matematika.

6) Pembelajaran konvensional adalah suatu proses pembelajaran yang biasa

(37)

134

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Arif. 2011. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Banda Aceh: Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Akmil, Auliya Rahman, Atmiati, Yusmet Rizal. 2012. Implementasi CTL dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. 1 (1). Hal. 24-29

Alam, Burhan Iskandar. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SD Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogyakarta: FMIPA UNY

Alawiah, Tuti. 2011. Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Terkait (Connect) terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Jakarta

Ansari, Bansu I. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: PeNa

Arends, R. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Asmin, Mansyur Abil. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA

Ernest, P. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer Press

Grant, M., M. 2002. Getting a Grip on Project-Based Learning: Theory, Cases and Recommendations. Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal a Service of NC State University, NC Vol. 5, issue 1, ISSN 1097 9778

Godino, Juan D. 1998. Mathematical Concepts, Their Meanings, and Understanding. Proceedings of XX Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education (2). Spain: Universidad de Velancia

(38)

135

Dasar Berbasis Model Recipcoral Teaching di STKIP PGRI Pontianak. Prosiding dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika

Hake, R. 2002. Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Physics Education Research Conference. Boise, Idaho

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Yogyakarta: Multi Presindo

Karlimah. 2015. Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Vol 11, No. 2: 51-60

Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika

Kubiatko, M., & Vaculova, I. 2011. Project-Based Learning: Characteristic and the Experiences with Application in the Science Subjects. Masaryk University: Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies Vol. (issue) 3 (1): 65-74

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Medan

Minarni, Ani. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika pada tanggal 10 November 12. Yogyakarta: FMIPA UNY

Ministry of Education Ontario. 2005. The Ontario Curriculum Grades 1-8.

Minsitry of Education’s: Ontario

Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Kencana: Jakarta

(39)

136

Purwosusilo. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMK Melalui Strategi Pembelajaran REACT. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. 1 (2)

Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. 2014. Materi Pelatihan Guru: Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMA/SMK Untuk Guru. Jakarta: Badan Pengembangan sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Sadewi, Aulia Ika, dkk. 2012. Meningkatkan Sefl-Efficacy Pelajaran Matematika Melalui Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling Simbolik. Indonesian Journal of Guidance and Conseling: Theory and Aplication 1 (2): 7

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sinaga, Bornok. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3). Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (tidak diterbitkan)

Siregar, Salamat. 2013. Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika dengan Menggunakan Software Graphmatica. Edumatics. 8 (1). ISSN: 2088-2157

Sofyan. 2008. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Son, Aloisius. 2015. Pentingnya Kemampuan Komunikasi Matematika Bagi Mahasiswa Calon Guru Matematika. Gema Wiralodra. 7 (1)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: ALFABETA

Suparlan, Asup. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, hal. 20-22

(40)

137

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana

Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. 1 (1)

Walpole, E. Ronald. 2005. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer; Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

Wulan, dkk. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Guided Inquiry yang dilengkapi Penilaian Portifolio pada Materi Gerak Melingkar. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, (1): 1-19 (http://ejournal.unp.ac.id)

Gambar

Tabel 4.13.  Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Gambar 3.1   Prosedur Penelitian ..................................................................
Gambar 4.9   Tidak Terdapat Interaksi antara Pembelajaran dengan KAM
Gambar 1.1. Lampu LED
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Peningkatan dan Percepatan Pembangunan Lampung Utara, antara lain dilaksanakan dengan Peran normatif, peran

Evaluation (Evaluasi), dimana tahapan implementasi dan evaluasi pada penelitian ini tidak dapat dilaksanakan karena situasi lapangan yang sedang dalam pandemi

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa oosit domba prepuber memiliki kemampuan maturasi yang sama dengan oosit domba puber namun memiliki

Dalam penelitian ini juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan lapangan kerja, yaitu jumlah tenaga kerja dan dependensi rasio, serta membahas bagaimana

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusnanda (2007) tentang pengaruh konsentrasi BAP dan sukrosa terhadap multiplikasi tunas temulawak ( Curcuma xanthorrhiza ROXB.) secara in

Sementara makna dakwah dalam Jamaah Tabligh di dapatkan Maulana Muhammad Ilyas sebagai ilham atau pemberian langsung dari Allah swt. ( Keyword : dakwah,khuruj, jaulah,

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Merupakan tahapan penetapan fitur, kendala, tujuan dan data yang diperlukan sistem melalui konsultasi dengan pengguna sistem. Semua hal tersebut akan ditetapkan