PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK SISWA SMP MELALUI
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
NIDA ULFAH AR GAJAH
NIM 8106172043P R O G R A M P A S C A S A R J A N A U N I V E R S I T A S N E G E R I M E D A N
ABSTRAK
NIDA ULFAH AR.GAJAH. PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKSISWA SMP MELALUI PENDEKATANPEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. Tesis.Medan Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional, 3) proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban) dalam menyelesaikan soal-soal kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa, efektivitas pembelajaran kontektual dalam meningkatan kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen semu dengan desain penelitian pretest-pos-test control group design.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 (satu) dengan mengambil sampel dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) melalui teknik random sampling.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 dan VII-4 SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan.Instrumen yang digunakan terdiri dari:(1)Tes kemampuan koneksi matematik (2) Tes kemampuan pemecahan masalah matematik. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik parametrik.Analisis statistik data dilakukan dengan Manova.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. (2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. (3) hasil proses penyelesaian yang dikerjakan siswa padapendekatan matematika kontekstuallebih tinggi daripadahasil proses penyelesaian siswapada pembelajaran konvensional. Selanjutnya disarankan pada guru untuk menerapkan pembelajaran kontekstual pada siswa dengan sebelumnya menyususun perangkat pembelajaran dan instrumen belajar yanag memuat masalah kontekstual agar siswa semakin tertarik belajar matematika sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
ABSTRACT
NIDA ULFAH AR. GAJAH. Improved The Connections And Problem Solving Mathematically Ability Of Students For Junior High School On Contextual Teaching Learning Approach. Thesis. Medan. Mathematics Education Study Program Postgraduate State University Medan. 2015.
The purpose of this research was to: (1)describe improvement mathematical connection ability of students by using learning devices contextual teaching learning and conventional learning, (2)describe improvement problem solving mathematically ability of students by using learning devices contextual teaching learning and conventional learning, (3)describe the settlement process of mathematical connection and problem solving mathematically ability of students, (4)effectiveness contextual teaching learning devices in improving of mathematical connection and problem solving mathematically ability of students.This study is a quasi experimental study with pretest-post study design-test control group design. The population in this study were all students in grade 1 (one) to take samples of two classes (class experimental and control classes) through random sampling techniques. Subjects in this study were students of class VII-1 and VII-4 SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan.Instrumen used consisted of: (1) Test the ability of mathematical connections (2) Tests mathematical problem solving ability. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and parametric statistical analysis. Statistical analysis of the data done by Manova. The results showed that: (1) improvement mathematical connection ability of students by using learning devices contextual teaching learning is higher than the improvement mathematical connection ability of students by using learning devices conventional learning. (2) improvement problem solving mathematically ability of students by using learning devices contextual teaching learning is higher than the improvement problem solving mathematically ability of students by using learning devices conventional learning. (3) the settlement process that the students by using learning devices contextual teaching learning is better than conventional learning. Furthermore, teachers are advised to apply contextual teaching learning in students with prior learning devices and instruments menyususun learn yanag contains contextual problem that students are increasingly interested in learning mathematics so that student learning outcomes for the better.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
menganugrahkan keilmuan, kesehatan, ketabahan dan keluarga yang selama ini
mendorong penulis dalam penyelesaian studi yang membutuhkan waktu cukup
lama dan upaya yang keras hingga perampungan tesis ini.
Tesis ini berjudul “Peningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP melalui pendekatan Pembelajaran Kontekstual dengan konvensional”, yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
program studi pendidikan matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tesis ini, penulis persembahkan kepada kedua orang, ayahanda Drs. Abd.
Rahman Gajah, M.Pd dan Ibunda Zainar Arifin Manan, S.Pd, atas semua kasih
sayang yang diberikan kepada penulis sampai saat ini, yang dengan seluruh
perhatian dan kesabarannya selalu memberikan motivasi agar penulis tidak pernah
menyerah dalam menyelesaikan tesis ini walaupun dirasa sangat sulit. Abd.
Wahid, ST (suami tercinta) atas pengertian dan kemurahan hatinya memahami
keadaan yang harus berjauhan saat penyelesaian tugas akhir ini. Seluruh cinta
penulis berikan kepada kedua buah hati kami M.R. Zulkhairi dan Daffa Alhafiz
yang selalu menjadi kekuatan terbesar disaat menjalani masa-masa sulit menjalani
tanggung jawab sebagai ibu dan sebagai mahasiswa, semoga Allah menjadi
ananda berdua anak yang sholeh dan menjadi kebanggan kedua orang tua.
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis telah banyak menerima bantuan
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya, serta penghargaan kepada semua pihak.
Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Sahat
Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu dan
dengan kesabaran membimbing dan memberikan arahan tentang hal-hal yang
berkenaan dengan keilmuan guna penyelesaian tesis ini. Beliau memberikan
banyak masukan dalam hal penulisan dan memahami apa yang akan dituangkan
dalam hasil akhir pada tesis ini.
Ucapan terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak
Bapak Prof. Dr. Sumarno, M.Pd selaku Pembimbing II., telah membimbing dan
mengarahkan penulisan tesis ini. Beliau telah memberikan sumbangan fikiran
yang amat berharga tentang kegunaan uji statistik Manova, membantu penulis
dalam memahami dan menyelesaikan jawaban dari rumusan masalah pada
penelitian ini.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku ketua prodi pendidikan matematika
sekaligus narasumber pertama yang telah memberikan saran dan masukan agar
tesis ini menjadi lebih baik. Beliaulah yang memotivasi penulis untuk tetap
semangat menyelesaikan tugas akhir ini walaupun dirasa sulit.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku sekretaris prodi pendidikan matematika.
kesulitan saat belajar, meminjamkan sumber-sumber bacaan yang dibutuhkan
dalam penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada: (1) Bapak
Dapot Tua Manulang, SE, MM , selaku staff prodi pendidikan matematika PPs.
Unimed yang telah memberikan banyak bantuan dan pelayanan terbaik dalam hal
keadministrasian.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada: (1) Ibu
Dr. Ani Miarni, M.Si dan (2) Dr. W. Rajagukguk, M.Pd., selaku penguji II dan III
yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penulisan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada: (1) Bapak
Dr. KMS.M. Amin Fauzi, M.Pd., (2) Dr. Edi Surya, M.Pd., (3) Denny Haris,
M.Pd., (4) Hartono, M.Pd., (5) Parnel Nainggolan, S.Pd selaku validator
instrumen.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada: (1) Ibu
Hj. Arwidah Ka. Parinduri selaku Ka. SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan , (2) Ibu
Refni Diana Lubis, S.Pd., Ibu Dra. Radna Silaban selaku guru bidang studi
matematika pada kelas VII-1 dan VII-4.
Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada kedua
mertuaku Bapak Lukman Hakim S.Ag dan Ibu Fauzia Saleh, SST. Dan
adik-adikku tersayang, Anwar Jihad Gajah, ST, Nina Badriah Gajah, S.Sos, Nurlaila
Sahfitri Gajah, Nuraini Wadhiyah yang telah banyak memberikan bantuan baik
Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada: (1) rekan-rekan
mahasiswa S2 anngkatan XVIII – XXII yang tidak bisa penulis tuliskan semua
namanya, (2) Bapak Rektor, penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
yang tulus atas diizinkannya penulis menempuh pendidikan S2 di PPs. Unimed.
(3) Direktur, assisten direktur, ketua program studi, dan semua pegawai di
lingkungan Sekolah Pascasarjana UNIMED yang telah berusaha memberikan
pelayanan akademik maupun non akademik sebaik-sebaiknya.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak tersebut. Amin.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
2.1.2. KemampuanPemecahan Masalah ... 24
2.1.3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ... 28
2.1.4. Pembelajaran konvensional ... 44
2.1.5. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 47
2.2 Teori Belajar Pendukung ... 50
3.8.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 70
3.8.3 Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 72
3.8.4 Analisis Keefektifan Pembelajaran Kontekstual ... 76
3.9 Uji Coba Instrumen ... 78
3.9.2 Uji coba Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4.1.1.1 Validasi/Penilaian Ahli ... 95
4.1.1.2 Uji Coba Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 99
4.1.1.3 Analisis Validitas Butir Soal ... 103
4.1.1.4 Analisis Reabilitas Tes ... 104
4.1.1.5 Analisis Tingkat Kesukaran ... 105
4.1.1.6 Analisis Daya Pembeda ... 106
4.1.2 Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 108
4.1.2.1 Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematika Sebelum Pembelajaran ... 108
4.1.2.2 DeskripsiKemampuan Koneksi Matematika Sesudah Pembelajaran ... 113
4.1.2.3 Deskripsi Data Gain Ternormalisasi Kemampuan Koneksi Matematik ... 114
4.1.2.4 Uji Statistik Perbedaan Dikedua Pembelajaran . 119 4.1.3 Deskripsi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 127
4.1.3.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Sebelum Pembelajaran ... 128
4.1.3.2 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Sesudah Pembelajaran ... 133
4.1.3.3 Deskripsi Data Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik .... 134
4.1.3.4 Uji Statistik Perbedaan Dikedua Pembelajaran .. 138
4.1.4 Analisis Proses Pembelajaran ... 148
4.1.4.1 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Siswa (Proses Jawaban Siswa) Pretes Kemampuan Koneksi Matematik ... 148
4.1.4.3 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Siswa (Proses Jawaban Siswa) Pretes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik ... 185
4.1.4.4 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Siswa Proses Jawaban Siswa) Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 196
4.15. Analisis Keefektifan Pembelajaran Kontekstual ... 207
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 210
4.2.1 Faktor Pendekatan Pembelajaran ... 210
4.2.2 Kemampuan Koneksi Matematik ... 218
4.2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 220
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 223
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 225
5.2 Implikasi ... 227
5.3 Saran ... 228
DAFTAR PUSTAKA ... 231
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Koneksi Matematik
Siswa A ... 6
Gambar 1.2 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Koneksi Matematik Siswa B ... 6
Gambar 1.3 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Koneksi Matematik Siswa C ... 7
Gambar 1.4 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Pemecahan Masalah ... 8
Gambar 2.1 Dua Tipe Umum Koneksi ... 21
Gambar 3.1 Rangkuman Alur Penelitian ... 67
Gambar 4.1 Grafik Normalitas Pretes Koneksi Matematik Pada Kelas Kontekstual ... 110
Gambar 4.2 Grafik Normalitas Pretes Koneksi Matematik Pada Kelas Konvesional ... 110
Gambar 4.3 Grafik Normalitas Pretes Koneksi Matematik Pada Kelas Kontekstual ... 117
Gambar 4.4 Grafik Normalitas Pretes Koneksi Matematik Pada Kelas Konvensional ... 117
Gambar 4.5 Grafik Normalitas Pretes Pemecahaan Masalah Matematik Pada Kelas Kontekstual ... 130
Gambar 4.6 Grafik Normalitas Pretes Pemecahaan Masalah Matematik Pada Kelas Konvesional ... 130
Gambar 4.7 Histogram N-GainPemecahan Masalah Matematik Pada Kelas Kontekstual ... 136
Gambar 4.8 Histogram N-Gain Pemecahan Masalah Matematik Pada KelasKonvensional ... 137
Gambar 4.9.a Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Pertama Kelas Kontekstual ... 149
Gambar 4.9.b Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Kedua Kelas Kontekstual ... 149
Gambar 4.9.c Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Ketiga Kelas Kontekstual ... 150
Gambar 4.10.a Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Pertama Kelas Konvesional ... 152
Gambar 4.10.b Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Kedua Kelas Konvesional ... 152
Gambar 4.10.c Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Ketiga Kelas Konvesional ... 153
Gambar 4.11.a Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Pertama Kelas Kontekstual ... 155
Gambar 4.11.b Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Kedua Kelas Kontekstual ... 155
Gambar 4.12.a Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban) Siswa Pertama Kelas Konvesional ... 157 Gambar 4.12.b Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban)
Siswa Kedua Kelas Konvesional ... 157 Gambar 4.12.c Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban)
Siswa Ketiga Kelas Konvesional ... 158 Gambar 4.13.a Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban)
Siswa Pertama Kelas Kontekstual ... 160 Gambar 4.13.b Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban)
Siswa Kedua Kelas Kontekstual ... 160 Gambar 4.13.c Hasil Penyelesaian Masalah Matematik (Proses Jawaban)
Siswa Ketiga Kelas Kontekstual ... 160 Gambar 4.14.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 162 Gambar 4.14.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 162 Gambar 4.14.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 162 Gambar 4.15.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 164 Gambar 4.15.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 165 Gambar 4.15.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 165 Gambar 4.16.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 167 Gambar 4.16.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 167 Gambar 4.17.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 3 ... 169 Gambar 4.17.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 3 ... 169 Gambar 4.17.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 3 ... 170 Gambar 4.18.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 3 ... 172 Gambar 4.19.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 1 ... 173 Gambar 4.19.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 1 ... 174 Gambar 4.20.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 1 ... 175 Gambar 4.20.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 1 ... 175 Gambar 4.21.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Gambar 4.21.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk Postes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 177 Gambar 4.21.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Kontekstual Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 178 Gambar 4.22.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvensional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 179 Gambar 4.22.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvensional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 2 ... 179 Gambar 4.23.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 181 Gambar 4.23.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 182 Gambar 4.23.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 182 Gambar 4.24.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 184 Gambar 4.24.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 184 Gambar 4.24.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Konvesional Untuk
Postes Koneksi Butir Soal nomor 4 ... 184 Gambar 4.25.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 186 Gambar 4.25.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 186 Gambar 4.25.c Proses Jawaban Siswa Ketiga Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 187 Gambar 4.26.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 188 Gambar 4.26.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 188 Gambar 4.27.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 189 Gambar 4.27.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 190 Gambar 4.28.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 190 Gambar 4.28.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 191 Gambar 4.29.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 192 Gambar 4.29.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 192 Gambar 4.30.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 193 Gambar 4.30.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Gambar 4.31.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 194 Gambar 4.31.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 194 Gambar 4.32.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 195 Gambar 4.32.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvesional Untuk
Pretes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 195 Gambar 4.33.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 197 Gambar 4.33.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 197 Gambar 4.34.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 198 Gambar 4.34.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 1 ... 199 Gambar 4.35.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 200 Gambar 4.35.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 200 Gambar 4.36.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 201 Gambar 4.36.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 2 ... 201 Gambar 4.37.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 202 Gambar 4.37.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 203 Gambar 4.38.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 204 Gambar 4.38.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvensional Untuk
Prostes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 3 ... 204 Gambar 4.39.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 205 Gambar 4.39.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Kontekstual Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 ... 205 Gambar 4.40.a Proses Jawaban Siswa Pertama Kelas Konvensional Untuk
Postes Pemecahan Masalah Butir Soal nomor 4 . ... 206 Gambar 4.40.b Proses Jawaban Siswa Kedua Kelas Konvensional Untuk
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A:
1. Kisi-kisi Tes kemampuan Koneksi Matematika ... 222
2. Pendoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 223
3. Butir Tes Pretes Kemampuan Koneksi Matematika ... 224
4. Kunci Jawaban (Jawaban Alternatif) Tes Pretes Kemampuan Koneksi Matematika ... 228
5. Butir Tes Postes Kemampuan Koneksi Matematik ... 230
6. Kunci Jawaban (Jawaban Alternatif) Tes Postes Kemampuan Koneksi Matematika ... 234
7. Kisi-kisi Tes kemampuan Pemecahan Masalah ... 236
8. Pendoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika . 237 9. Butir Tes Pretes Kemampuan Pemecahan Matematika ... 238
10. Kunci Jawaban (Jawaban Alternatif) Tes Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 242
11. Butir Tes Postes Kemampuan Kemampuan Pemecahan ... 245
12. Kunci Jawaban (Jawaban Alternatif) Tes Pretes Kemampuan Pemecahan 249 Lampiran B: 1..Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Pembelajaran Kontekstual 1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 ... 252
1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ... 260
1.3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 ... 268
1.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4 ... 275
2. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Pembelajaran Kontekstual 2.1 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 ... 282
2.2 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 ... 285
2.3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 ... 289
2.4 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 4 ... 292
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pembelajaran konvensional 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 1 ... 295
3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2 ... 298
3.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3 ... 301
3.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4 ... 304
Lampiran C: 1. Daftar Nama Dan Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen (Kelas Kontekstual) ... 307
2. Tabel Hasil Pretes Dan Postes Kemampuan Koneksi Matematik Kelas Eksperimen (Kelas Kontekstual) ... 308
3. Tabel Hasil Pretes Dan Postes Kemampuan Koneksi Matematik Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) ... 309
5. Tabel Hasil Pretes Dan Postes Kemampuan Pemechan Masalah
Matematik Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) ... 311 6. Tabel Nilai Rata rata Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen (Kelas Kontekstual) ... 312 7. Tabel Nilai Rata rata Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) ... 313 8. Tabel Nilai Rata-rata Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen (Kelas Kontekstual) ... 314 9. Tabel Nilai Rata-rata Postes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) ... 315 10. Tabel Nilai Rata rata Pretes, Postes, N-Gain Koneksi Matematik Kelas
Ekperimen (Kelas Kontekstual) ... 316 11. Tabel Nilai Rata-rata Pretes, Postes, N-Gain Koneksi Matematik
Kelas Kontrol (Kelas Konvensional) ... 318 12. Tabel Nilai Rata-rata Pretes, Postes, N-Gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Kelas Ekperimen (Kelas Kontekstual) ... 320 13. Tabel Nilai Rata-rata Pretes, Postes, N-Gain Kemampuan Pemecahan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan antar Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan
Konvesional ... 40
Tabel. 2.2 Langkah-langkah aktivitas Guru dan Siswa ... 42
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 64
Tabel 3.2 Tabel Weinner Tentang Keterkaitan antara Kemampuan yang Diukur Dengan Pendekatan Pembelajaran ... 65
Tabel 3.3 Kisi–kisi Tes Koneksi Matematik ... 68
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 69
Tabel 3.5 Kisi–kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 70
Tabel 3.6 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 73
Tabel 3.7 Kriteria Proses Peneyelesaian Jawaban Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 75
Tabel 3.8 Kriteria Proses Peneyelesaian Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 77
Tabel 3.9 Pedoman Konversi Nilai Siswa ... 91
Tabel 3.10 Klasifikasi Penguasaan Belajar Siswa ... 94
Tabel 4.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 96
Tabel 4.2 Saran dari Validator Dan Perbaikannya Terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 97
Tabel 4.3 Saran Dari Validator Dan Perbaikannya Terhadap Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 98
Tabel 4.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 99
Tabel 4.5 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Matematik ... 99
Tabel 4.6 Kendala Yang Dihadapi Saat Ujicoba Lapangan Terhadap LAS I dan II, Serta Solusi Yang Diberikan ... 100
Tabel 4.7 Deskripsi Bentuk (isi) LAS Pertemuan I dan LAS Pertemuan II Sebelum dan Sesudah Diperbaiki ... 101
Tabel 4.8 Validitas Butir Soal Pretes Kemampuan Koneksi Matematik ... 103
Tabel 4.9 Validitas Butir Soal Postes Kemampuan Koneksi Matematik ... 103
Tabel 4.10 Validitas Butir Soal Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 104
Tabel 4.11 Validitas Butir Soal Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 104
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Reabilitas Butir Tes Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik ... 104
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Koneksi Matematik ... 105
Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 105
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Analisis Daya Beda Butir Postes Kemampuan Koneksi Matematik ... 106 Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Analisis Daya Beda Butir Pretes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik ... 107 Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Analisis Daya Beda Butir Postes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik ... 107 Tabel 4.19 Data Statistik Pretes Kemampuan Koneksi Matematik Kelas
Kontekstual ... 108 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Koneksi Matematik .... 109 Tabel 4.21 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Koneksi Matematik . 111 Tabel 4.22 Group Statistik Pretes Kemampuan Koneksi Matematik ... 112 Tabel 4.23 Hasil Uji t Pretes Kemampuan Koneksi Matematik ... 113 Tabel 4.24 Data Hasil Postes Kemampuan Koneksi Matematik Kelas
Kontekstual dan Konvensional ... 114 Tabel 4.25 Deskripsi Data N-gain Kemampuan Koneksi Matematik Kelas
Kontekstual dan Konvensional ... 115 Tabel 4.26 Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Koneksi Matematik ... 116 Tabel 4.27 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Koneksi Matematik ... 118 Tabel 4.28 Group Statistik N-Gain Kemampuan Koneksi Matematik ... 120 Tabel 4.29 Hasil Uji t N-Gain Kemampuan Koneksi Matematik ... 120 Tabel 2.30 Box’s test of Quality of covariance Matrices N-Gain Kemampuan
Koneksi Matematik ... 121 Tabel 4.31 Levene’s Test Of Equality Of Error Variances ... 122 Tabel 4.32 Tabel Multivariate Test Untuk Menguji Perbedan Peningkatan
Kemampuan Koneksi Matematika Per Indikator ... 123 Tabel 4.33 Tabel Tests Of Between-Subjects Effects (Pengaruh Variabel
Secara Individu) Per Indikator Kemampuan Koneksi Matematik 126 Tabel 4.34 Data Statistik Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Kontekstual ... 128 Tabel 4.35 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 129 Tabel 4.36 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 131 Tabel 4.37 Group Statistik Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik ... 132 Tabel 4.38 Hasil Uji t Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik 133 Tabel 4.39 Data Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Kelas Kontekstual ... 133 Tabel 4.40 Data Statistik N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 4.44 Hasil Uji t N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 140 Tabel 4.45 Box's Test of Equality of Covariance Matricesa ... 141 Tabel 4.46 Levene's Test of Equality of Error Variancesa ... 142 Tabel 4.47 Tabel Multivariate Test Untuk Menguji Perbedaan Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Per Indikator ... 143 Tabel 4.48 Tabel Tests of Between-Subjects Effects (Pengaruh Variabel
secara Individu) Per Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 146 Tabel 4.49 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan kemampuan Koneksi
Matematik Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pada Kelas Kontekstual ... 207 Tabel 4.50 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan kemampuan Koneksi
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Era Globalisasi menuntut seluruh negara mempersiapkan sumber daya
manusia yang unggul, mampu bersaing dan bertahan disegala bidang kehidupan,
seperti perekonomian, sosial budaya, politik dan pendidikan. Hal ini sebagai
dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Pada banyak negara
maju seperti Amerika, Australia, Jepang dan negara lainnya, persiapan ini telah
dilakukan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga diharapkan
mempersiapkan diri untuk itu, agar tidak tertinggal dan tersisihkan dari kemajuan
dunia tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan Indonesia adalah
membenahi pendidikan. Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan sebuah
bangsa. Melalui pendidikan sebuah bangsa dapat melakukan perubahan, dan
perubahan sebuah bangsa dilakukan oleh sumber daya manusianya. Keberhasilan
pendidikan itu ditandai dengan kompetensi lulusannya atau sumber daya
manusianya. Dengan kata lain, apabila kompetensi lulusan atau sumber daya
manusia pada sebuah negara itu baik (unggul) maka pendidikan di negara
tersebut baik (unggul) pula. Dalam hal ini peserta didik menjadi sasaran utama
pembenahan pendidikan itu sendiri.
Harahap (2012:1) menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sehingga peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan pada dirinya untuk beramasyarakat, berbangsa dan bernegara”.
2
Undang-undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah suatu ide tentang
pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP Pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan (Mulyasa, 2006:19).
Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan dan sains yang sangat
berperan dalam perkembangan pendidikan. P4TK Matematika (2011),
sesuai dengan tujuan diberikannya matematika di sekolah, matematika sekolah memegang peranan sangat penting. Anak didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan berjiwa kreatif.
Lebih spesifik ,
NCTM (Van de walle, 2008:1) menjelaskan bahwa di dalam dunia yang
terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan matematika akan
3
depannya. Kemampuan Matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang
produktif. Lemah dalam matematika akan membiarkan pintu itu tertutup ....
Turmudi (2009:20) menyatakan bahwa kebutuhan untuk memahami matematika menjadi hal yang mendesak bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Karena matematika diperlukan dalam kehidupan sehari–hari ataupun ditempat kerja, kebutuhan ini akan meningkat secara terus menerus. Seperti: (1)Matematika untuk kehidupan, (2) Matematika merupakan warisan dari budaya, (3) Matematika diperlukan didunia kerja, (4) Matematika untuk masyarakat ilmiah dan masyarakat teknologi.
Dengan belajar matematika, dapat dikembangkan kemampuan memahami
masalah, berkomunikasi, menghubungkan dengan kehidupan nyata, menyajikan
masalah dengan bentuk lain, dan akhirnya memecahkan masalah itu sendiri.
NCTM (Van de walle, 2008:4) meyatakan bahwa “ Lima standar proses
yaitu : pemecahan masalah, pemahaman dan bukti, komunikasi, hubungan,
penyajian”. Lima prinsip ini lebih dikenal dengan doing math, yaitu problem
solving (pemecahan masalah), reasoning (penalaran), communication
(komunikasi), conection (koneksi), representation (representasi).
Dalam memahami masalah, diperlukan pemikiran yang lebih kreatif, tidak
memandang sebuah masalah sebagai prosedur formal saja, dan hanya berfokus
dengan satu hal saja, namun diharapkan mampu memahami masalah dengan cara
berbeda, melihat masalah sebagai bentuk lain yang lebih nyata, mencari relasi
antara masalah dengan pengalaman sebelumnya, atau pengetahuan yang diperoleh
sebelumnya, dan keterkaitan masalah satu dengan pengetahuan lainnya. Dengan
memahami masalah dan menganalisa masalah, menyusun strategi peyelesaian dan
tahu apa yang harus dilakukan serta menyelesaikannya masalah tersebut, inilah
4
yang menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional yaitu koneksi matematik dan
pemecahan matematik. Antara kemampuan koneksi dan pemecahan masalah
memiliki peranan masing-masing, yang tujuan akhirnya melatih kemampuan
bermatematika siswa.
Harahap (2012:28) menyatakan bahwa
“Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematik dapat diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu hubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain, baik studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari”.
Brunner (Harahap, 2012:28) menyampaikan “dalam matematika setiap
konsep berkaitan dengan konsep lainya”. Misalnya, materi aritmatika sosial
membahas bunga tabungan yang berhubungan dengan ilmu ekonomi, kehidupan
sehari-hari dan antar topik matematika sendiri. Syaban (2008:35) menyatakan
bahwa koneksi matematis merupakan pengaitan matematika dengan pelajaran
lain,atau dengan topik lain. Dengan kata lain kemampuan koneksi matematik
adalah kemampuan menghubungkan matematika dengan topik matematika,
antara matematika dengan disiplin ilmu lain dan matematika dengan dunia nyata
(kehidupan sehari-hari).
Stardart proses dari prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah yang
dikemukakan oleh NCTM (Van de walle, 2008:5) : program pengajaran dari pra
TK sampai dengan kelas 12 harus memungkinkan semua siswa untuk (1)
mengenal dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika, (2) memahami
bagaimana ide-ide matematik berhubungan dan saling berkaitan merupakan satu
5
Berdasarkan teori yang telah disampaikan sebelumnya mengenai
kemampuan koneksi matematik, siswa dianggap harus mengetahui dan menguasai
kemampuan tersebut, mengingat pentingnya kemampuan koneksi dalam
pembelajaran matematik. Namun dalam kenyataannya, ditemukan beberapa
kesulitan siswa dalam belajar matematika, salah satu kesulitan siswa tersebut
adalah kesulitan siswa dalam menghubungkan masalah matematika dengan
konsep matematika itu sendiri, masalah matematika dengan cabang ilmu lainya,
masalah matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keadaan ini dinyatakan dalam
hasil penelitian Rusgianto (Lestari, 2009:4) bahwa kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan matematika yang dimilikinya masih tergolong
rendah. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Novrieni (2013) diperoleh 30% dari
siswa yang mampu menyelesaikan soal yang diberikan secara tuntas. Sedangkan
70% lainnya siswa mengalami kesulitan, diantaranya : siswa mengalami kesulitan
dalam mengoneksikan antara topik geometri dengan operasi hitung bilangan,
mengoneksikan matematika dengan dunia nyata. Dari kesulitan tersebut siswa
tidak dapat membentuk model matematika dan tidak mampu memecahkan
masalah matematik.
Keaadan tersebut sesuai dengan tes yang dilakukan pada siswa SMP di
SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan kelas VII. Berdasarkan tes yang dilakukan di SMP
tersebut, bahwa kemampuan koneksi matematik yang masih rendah. Hal ini
terlihat dari hasil Jawaban siswa menjawab soal.
Adapun soal tes yang diberikan adalah “Ali menabung di bank sebesar
6
uang Ali menjadi Rp. 2.080.000,00. Lama Ali menabung adalah ....”. Dari 38
orang siswa hanya 2 orang siswa (5,26 %) yang langkah dan jawaban akhirnya
benar, 10 orang siswa (26,31 %) yang sudah benar langkahnya, namun
jawabannya masih salah. 17 orang siswa (44,73 %) menjawab salah dengan
langkah yang salah, dan 8 orang siswa (21,05 %) tidak menjawab soal ini.
Gambar 1.1 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Koneksi Matematik siswa A
7
Gambar 1.3 Hasil Jawaban Siswa Terhadap Tes Koneksi Matematik siswa C
Siswa (a) tidak menyajikan informasi awal pada soal, sehingga jika dilihat
siswa langsung menyelasaikan dengan operasi hitung saja, sehingga hasil yang
diperoleh salah. Siswa (b) sudah menyajikan informasi awal, hanya saja terjadi
kesalahan dalam penafisran tabungan menjadi modal, langkah penyelasian sudah
mulai jelas, dan sudah mulai mengaitkan antar materi matematika, namun hasil
yang diperoleh salah. Siswa (c) menyajikan informasi awal yang jelas dan
lengkap, dalam penyelesaian sudah mengaitkan dengan materi matematika lainnya
yaitu bentuk aljabar hanya tidak menggunakan simbol matematik, dan langkah
penyelesaian lebih jelas jika dibandingkah dengan siswa (a) dan (b), dan hasil
akhir benar.
Kemampuan matematika lainnya adalah pemecahan masalah, berdasarkan
temuan awal dari observasi yang dilakukan pada observasi pada subjek yang
sama, dengan masalah matematik : Seorang pedagang buah membeli jeruk manis
8
kembali Rp. 6.500,00 per kg. Tentukanlah harga penjualan, keuntungan yang
diperoleh dan persentase keuntungannya !
Berdasarkan hasil jawaban yang diperoleh, dari 38 orang siswa hanya 2 orang
siswa (5,26 %) yang langkah dan jawaban akhirnya benar, 17 orang siswa (44,73
%) menjawab salah dengan langkah yang salah, 4 orang siswa (10,52 %) yang
sudah benar langkahnya, namun jawabannya masih salah dan 15 orang siswa
(39,47 %) tidak menjawab soal ini. Seperti yang tampak pada gambar 1.2 berikut :
Gambar 1.4 Hasil Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Hasil jawaban siswa di atas menunjukan bahwa siswa belum begitu
memahami apa yang ditanyakan pada soal, siswa mengira harga penjualan adalah
harga penjualan jeruk per kilo, yaitu Rp. 6500,00,- sehingga siswa tidak lagi
menghitung harga penjualan, seharusnya menghitung harga penjualan dengan
mengalikan harga jual jeruk dengan total berat jeruk yaitu Rp. 6000,00 × 75 kg =
Rp.450.000,00,- karena yang dimaksud pada soal adalah harga penjualan
keseluruhan. Sedangkan untuk menghitung persentase keuntungan, siswa
9
persentasenya = (5.769/ 6500) × 100% = Rp. 88,76 %,. Seharusnya (harga modal
membeli jeruk – harga jual jeruk) = Rp. 6500,00 – Rp. 5.000 = Rp. 1.500,00,-,
kemudian (1.500,00 / 5000) × 100% = 30 %.
Berdasarkan hasil jawaban siswa siswa tersebut diketahui bahwa
kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik siswa tergolong rendah,
banyak hal yang dapat menjadi penyebabnya. Untuk meningkatkan kemampuan
koneksi dan pemecahan masalah matematik tersbut banyak hal yang dapat
mempengaruhinya, baik yang berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari
luar diri siswa (eksternal. Dari berbagai faktor eksternal tersebut, salah satu
diantara adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.
Masalah-masalah di atas membutuhkan sebuah solusi pembelajaran yang
dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi siswa. Pendekatan
pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu siswa untuk dapat
memecahkan masalahnya secara mandiri. Disini membutuhkan peran guru untuk
dapat membawa anak didiknya mempunyai kemampuan tersebut. Guru haruslah
dapat menciptakan suasana belajar yang mampu mengeksplorasi kemampuan
yang dimiliki siswanya dalam memecahkan masalahnya sendiri. Kemampuan
koneksi matematik dan pemecahan masalah matematik yang dimiliki siswa ini
nantinya diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar siswa sehingga dapat
tercapai tujuan pendidikan nasioanal.
Penelitian ini juga melihat bahwa guru SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan
hanya menggunakan strategi yang sama dan tidak bervariasi, tidak menerapkan
10
strategi yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini
mengakibatkan siswa merasa jenuh dan acuh pada pelajaran matematika dan
keinginan untuk lebih belajar pelajaran matematika terbuang jauh sehingga
menyebabkan kemampuan matematika siswa rendah.
Thorndike (Hergenhahn, 2008:76), praktik pendidikan harus dipelajari
secara ilmiah. Ada hubungan erat antara pengetahuan proses belajar dengan
praktik pengajaran, dengan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang
hakikat belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk
memperbaiki praktik pengajaran.
Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa maka
salah satu cara adalah menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning). Berns dan Ericson (Harahap, 2012:12)
menyatakan bahwa
“Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya.”
Hal ini didukung oleh teori Bruner bahwa seorang murid belajar dengan
cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Murid membentuk konsep
dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan.
Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa menemukan
konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui
11
biasa dilakukan pada umumnya yaitu masalah disajikan setelah pemahaman
konsep, prinsip dan keterampilan.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) juga
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat
kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan koneksi matematik dan
kemampuan pemecahan masalah matematik yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah
kompleks sekarang ini. Pembelajaran berbasis masalah juga mendukung siswa
untuk memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dalam dunia nyata,
masalah yang dihadapi siswa dalam dunia kerja atau profesi, komunitas dan
kehidupan pribadi.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Vygotsky dalam teorinya
menekankan integrasi antara aspek internal dan aspek eksternal yang
penekanannya pada lingkungan sosial belajar. Kemudian Vygotsky lebih
menekankan pada sosiokultural dalam pembelajaran, yakni interaksi sosial
khususnya melalui dialog dan komunikasi. Pembelajaran berbasis masalah
menyarankan kepada siswa untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru.
Center Of Occupational Reseach And Development (CORD) (Bernadette,
2011:16 ) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan
12
adalah belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata, (2)
Experiencing adalah belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention), (3) Applying adalah belajar
bilamana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya, (4)
Cooperating adalah belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama dan sebagainya, (5) Transfering adalah belajar melalui
pengetahuan di dalam situasi atau konteks baru.
Berdasarkan pemikiran di atas, untuk meningkatkan kemampuan koneksi
dan pemecahan masalah matematik siswa diperlukan penerapan pendekatan
pembelajaran kontekstual. Untuk mengetahui sejauh mana kebenaran tentang hal
ini, maka perlu dilakukan penelitian dalam ruang lingkup pembelajaran
matematika. Mengingat dan menimbang luasnya pokok pembahasan dalam
pembelajaran matematika bagi siswa SMP, maka penelitian ini difokuskan pada
materi Aritmatika sosial pada siswa SMP kelas VII.
Batasan masalah pada penilitian ini adalah kemampuan koneksi dan
pemecahan masalah matematika siswa yang diberi pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dan konvensional, keefetifan pembelajaran kontekstual
pada materi pokok aritmatika sosial, proses penyelesaian masalah siswa.
Sehubunngan dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penilitian ini diberi judul : “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Koneksi dan
13
1.2 Identifikasi Masalah
Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa pada bidang studi matematika siswa masih rendah.
2. Kesulitan siswa dalam menghubungkan antara matematika dengan materi
matematik, materi matematika dengan materi pada bidang studi yang lain,
dan matematika dengan kehidupan sehari-hari.
3. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematik pada persoalan
aritmatika sosial.
4. Kemampuan koneksi matematik dan pemecahan masalah matematik siswa
masih rendah.
5. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dengan karakteristik
materi pelajaran dan metode mengajar atau pendekatan yang kurang
bervariasi sehingga siswa kurang aktif dalam belajar matematika.
6. Pendekatan kontekstual belum diterapkan dalam pembelajaran matematika.
1.3 Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup luas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematik siswa masih rendah.
2. Kemampuan pemecahan matematik siswa masih rendah.
3. Penerapan Pendekatan pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran
14
4. Proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban) siswa terhadap
tes kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik yang
diberikan pada siswa.
5. Keefektifan pendekatan pembelajaran kontestual untuk membelajarkan
pokok bahasan aritmatika sosial.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dijabarkan dalam beberapa sub rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar
dengan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada peningkatan
kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional ?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
yang diajar dengan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional ?
3. Bagaimana proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban)
siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran
konvensioanal ?
4. Bagaimana efektifitas pembelajaran kontekstual dalam membelajarkan
pokok bahasan aritmatika sosial daripada pembelajaran konvensional
15
1.5 Tujuan Penelitian
Secara Umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan koneksi dan
pemecahan masalah matematika siswa SMP. Secara khusus, tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah untuk:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar
dengan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada peningkatan
kemampuan koneksi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa yang diajar dengan pembelajaran kontekstual lebih baik daripada
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional.
3. Melihat proses penyelesaian masalah matematik (proses jawaban) siswa
yang diajar dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran
konvensional.
4. Mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran kontekstual untuk
meningkatkan kemampuan koneksi dan kemampuan pemecahan masalah
matematik pada pokok bahasan aritmatika sosial
1.6 Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang buku ajar, lembar aktivitas siswa, penerapan
16
hasil belajar Matematika. Selain itu, hasil penelitian diharapkan juga bermanfaat
dan memperkaya sumber kepustakaan dan dapat disajikan sebagai bahan acuan
dan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
Secara praktis, dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diperoleh
manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Apabila pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran kontekstual dengan menggunakan perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi
matematik dan pemecahan masalah matematik siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Percut Sei Tuan, maka penerapan pembelajaran kontekstual
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematika dan pemecahan masalah matematik siswa, dan pada akhirnya
akan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi siswa diharapkan dengan penerapan pembelajaran kontekstual dapat
membuat siswa terlibat secara aktif dan tertarik dalam belajar matematika
dibawah bimbingan guru sebagai fasilitator yang menuntun siswa dalam
memunculkan ide-ide atau gagasan-gagasan.
3. Bagi guru mata pelajaran matematika, diharapkan untuk memperkaya diri
dengan pengembangan perangkat pembelajaran yang dimiliki dan dengan
diterapkannya akan meningkatkan kualitas dari hasil belajar siswa, minat
17
4. Menghasilkan informasi tentang alternatif model pembelajaran matematika
dalam usaha-usaha perbaikan proses pembelajaran.
1.7Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel - variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
definisi operasional:
1. Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan menghubungkan
matematika dengan topik matematika, antara matematika dengan disiplin ilmu
lain dan matematika dengan dunia nyata (kehidupan sehari–hari).
2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan strategis yang
ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan atau strategi
pemecahan dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Langkah–
langkah pemecahan masalah antara lain: memahami masalah, merencanakan
pemecahan, menyelesaikan sesuai rencana, memeriksa kembali prosedur dan
hasil penyelesaian.
3. Pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran menghubungkan
materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat
koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari. Tujuh
Komponen CTL adalah: Kontrukstivisme (constructivism), menemukan
(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (relfection), dan asesmen otentik (authentic
18
kontekstual adalah : memahami masalah kontekstual, menyelesaikan masalah
kontekstual, membandingkan atau mendiskusikan jawaban, menyimpulkan.
4. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran langsung dimana dalam
kegiatan pembelajarann lebih berpusat pada guru. Pendekatan langsung
biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi, dan mengembangkan
keterampilan langkah demi langkah (bersifat prosedural). Ciri-ciri
pembelajaran konvensional adalah menggunakan metode ceramah,
pembelajaran cenderung pasif, penyajian materi tidak disesuaikan dengan
kemampuan individu anak, dan kecepatan belajar disesuaikan dengan
kecepatan guru, keberhasilan belajar siswa tidak menjadi ukuran ketuntasan
belajar, hanya mengejar tuntutan kurikulum yang seharusnya saja.
5. Keefektifan pembelajaran dilihat dari indikator-indikator pencapaian tujuan
yang diharapkan, yang ditunjukkan dengan (1) ketuntasan belajar siswa secara
klasikal, yaitu minimal 80% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu
mencapai skor 65; (2) ketercapaian tujuan pembelajaran 75%; dan (3) waktu