• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh :

Fauziah Ulfa NIM 4121131006

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Fauziah Ulfa (NIM 4121131028)

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran dan pengembangan bahan ajar ini bertujuan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan memenuhi kriteria BSNP, dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek pada pokok bahasan alkena dan alkuna. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 10 Medan yang terdiri dari 6 kelas dengan rata – rata siswa per kelas sebanyak 40 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yakni satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Sampel siswa diambil 20 orang siswa per kelas yang dipilih secara acak. Pada kelas eksperimen dibelajarkan model Project Based Learning menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek dan pada kelas kontrol dibelajarkan model Project Based Learning tanpa menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian BSNP (Badan Standar nasional Pendidikan) yang akan dibagikan kepada 1 guru kimia dan 3dosen kimia, dan tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal yang valid dan reliabel. Sebagai prasyarat uji hipotesis hasil belajar kedua kelompok sampel diuji homogenitas dengan menggunakan uji Levene Test pada program SPSS-20 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahan ajar memenuhi kriteria BSNP, data yang diperoleh Dosen: Kelayakan Isi = 3.93; Kelayakan Bahasa = 4.12; Kelayakan Penyajian = 4.16; Kelayakan Kegrafikan = 4.18 dengan kriteria valid dan tidak perlu revisi dan Guru: Kelayakan Isi = 4.54; Kelayakan Bahasa = 4.21; Kelayakan Penyajian = 4.48; Kelayakan Kegrafikan = 4.34 dengan kriteria sangat valid dan tidak perlu revisi. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua kelompok sampel berdistribusi homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Independent Sample T-Test yaitu uji t pihak kanan. Berdasarkan uji hipotesis hasil belajar siswa diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek pada pokok bahasan alkena dan alkuna.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahhirabbil A’lamin Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala, atas segala berkat dan rahmat-Nya, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Proyek pada Pembelajaran Alkena dan Alkuna di Sekolah Menengah Atas”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi (PS) yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penentuan judul sampai dengan selesainya skripsi ini. Terimakasih kepada dosen penguji saya Bapak Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S., Bapak Dr. Zainuddin Muhtar, M.Si., dan Bapak Drs. Kawan Sihombing, M.Si. atas masukan yang sangat membangun dalam perbaikan skripsi saya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik (PA) dan kepada seluruh bapak dan ibu Dosen beserta Staff Pegawai Jurusan Kimia FMIPA UNIMED yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.. Ucapan terima kasih kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha, Guru Kimia dan Siswa/i kelas XI-MIA SMA Al-Ulum Terpadu Medan dan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha, Guru Kimia dan Siswa/i kelas X SMA Negeri 10 Medan yang telah banyak membantu penulis selama proses observasi hingga penelitian berlangsung.

(5)

v

Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman terbaik saya sedari SMA Rentika Sari Maharaja, Putri N. Tarigan, Triana Aulia dan Lelyta N.M.C. Purba.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman sepederitaan saya Alfitri Yatmis dan Erra Fazira, serta teman seperjuangan saya Widiawati, Yulia Wintasari, Tiurma Gultom, Rina A. Simamora, Nursaniah Gultom, Indriati Aulia, Mesjuarni, Ucia Mahya Dewi, Rapita Hanum Hasibuan, Rahmadani Lubis, dan seluruh mahasiswa Kimia Reguler A 2012 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga kepada Keluarga Besar Organisasi Instansi/Lembaga yang telah mendidik saya diantaranya HMJ Kimia Unimed, dan Laboratorium Kimia dan Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Kotarih,

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi penelitian ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi saya ini.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(6)

vi DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan Abstrak Riwayat Hidup Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Ruang Lingkup 1.3. Rumusan Masalah 1.4. Batasan Masalah 1.5. Tujuan Penelitian 1.6. Manfaat Penelitian 1.7. Definisi Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Bahan Ajar 2.1.1. Pengertian Bahan Ajar 2.1.2. Jenis Bahan Ajar 2.1.3. Fungsi Bahan Ajar

2.1.4. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar

2.2. Modul Sebagai Bahan Ajar Dalam Pembelajaran 2.2.1. Prinsip-prinsip Penyusan Modul

2.2.2. Komponen Modul 2.2.3. Penulisan Modul 2.2.4. Keuntungan Modul 2.2.5. Format Modul 2.3. Model Pembelajaran

2.4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) 2.4.1. Defenisi Pembelajaran Berbasis Proyek

2.4.2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

2.4.3. Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek 2.4.4. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek 2.5. Materi Alkena dan Alkuna

2.6. Kerangka Berpikir 2.7. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Populasi dan Sampel

(7)

vii

3.3. Variabel Penelitian 3.3.1. Variabel Bebas 3.3.2. Variabel Terikat 3.3.3. Variabel Kontrol 3.4. Instrumen Penelitian 3.4.1. Validasi Item Tes 3.4.2. Reliabilitas Tes 3.4.3. Tingkat Kesukaran 3.4.4. Daya Pembeda Soal 3.4.5. Distruktor (Pengecoh) 3.5. Rancangan Penelitian 3.6. Prosedur Penelitian 3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Menentukan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku 3.7.2. Uji Homogenitas

3.7.3. Pengujian Hipotesis 3.7.4. Persen Peningkatan (Gain)

3.7.5. Analisis Angket BSNP Standarisasi Bahan Ajar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian 4.1.2. Validitas Instrumen Tes

4.1.3. Reliabilitas Instrumen Tes

4.1.4. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes 4.1.5. Daya Beda Instrumen Tes

4.1.6. Disruktor (Pengecoh) 4.2. Pengembangan Bahan Ajar 4.3. Standarisasi Bahan Ajar 4.4. Deskripsi Data Penelitian 4.4.1. Hasil Belajar Siswa 4.4.2. Peningkatan Hasil Belajar 4.5. Analisis Data Hasil Penelitian 4.5.1. Uji Homogenitas

4.5.2. Uji Hipotesis

4.6. Respon Terhadap Modul Kimia Berbasis Proyek 4.7. Pembahasan Hasil Penelitian

(8)
(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Skema desain langkah-langkah bahan ajar

Gambar 3.2. Skema desain penelitian hasil belajar

Gambar 4.1. Diagram rata-rata pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen Gambar 4.2. Peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol dan eksperimen

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tabel rancangan penelitian

Tabel 3.2. Klasifikasi interpretasi nilai gain ternormalisasi

Tabel 3.3. Kriteria validitas analisis nilai rata-rata bahan ajar berbasis proyek pada

materi alkena dan alkuna berdasarkan standar bsnp

Tabel 4.1. Hasil standarisasi bahan ajar oleh dosen

Tabel 4.2. Hasil standarisasi bahan ajar oleh guru

Tabel 4.3. Rangkuman statistik deskriptif hasil belajar siswa

Tabel 4.4. Data peningkatan hasil belajar (gain)

Tabel 4.5. Uji homogenitas data hasil belajar siswa

Tabel 4.6. Data hasil uji hipotesis peningkatan hasil belajar

Tabel 4.7. Hasil angket penilaian modul kimia berbasis proyek berdasarkan

angket pandangan menurut siswa

35

40

42

46

46

47

48

50

51

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Draft Modul

Lampiran 2. Angket BSNP

Lampiran 3. Modul Alkena Dan Alkuna Sma/Ma Berbasis Proyek

Lampiran 4. Angket Penilaian Dosen

Lampiran 5. Angket Penilaian Guru

Lampiran 6. Angket Respon Siswa

Lampiran 7. Angket Penilaian Respon Siswa

Lampiran 8. Silabus Pembelajaran

Lampiran 9. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 10. Lembar Kerja Proyek

Lampiran 11. Kunci Jawaban Proyek

Lampiran 12. Lembar Validasi Isi Instrumen Tes Hasil Belajar Kimia Siswa Materi Alkena

dan Alkuna Untuk Validator Ahli

Lampiran 13. Instrumen Penelitian Sebelum Validasi

Lampiran 14. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sebelum Validasi

Lampiran 15. Instrumen Penelitian Setelah Validasi

Lampiran 16. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Setelah Validasi

Lampiran 17. Lembar Jawaban Alkena dan Alkuna

Lampiran 18. Perhitungan Uji Validitas

Lampiran 19. Tabel Validitas

Lampiran 20. Perhitungan Reliabilitas

Lampiran 21. Tabel Reliabilitas

Lampiran 22. Perhitungan Tingkat Kesukaran

Lampiran 23. Tabel Tingkat Kesukaran

Lampiran 24. Perhitungan Uji Daya Beda

Lampiran 25. Tabel Uji Daya Beda

Lampiran 26. Perhitungan Distruktor

Lampiran 27. Tabel Distruktor

Lampiran 28. Tabel Kesimpulan

(12)

xi

Lampiran 29. Perhitungan Persentase Peningkatan Hasil Belajar

Lampiran 30. Tabel Persentase Peningkatan Hasil Belajar

Lampiran 31 Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa

Lampiran 32. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa

Lampiran 33. Tabel Nilai – Nilai R-Product Moment

Lampiran 34. Dokumentasi

Lampiran 35. Jadwal Kegiatan Penelitian

156

157

159

160

161

162

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat

perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan

tuntutan masyarakat modern. Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin

terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja

menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang

melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru, dan siswa.

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam bidang pendidikan

memegang peranan yang penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan,

mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan. Upaya

meningkatkan SDM dilakukan melalui upaya sadar lewat jalur pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. (Nurkholis,

2003)

Mutu pendidikan Indonesia dewasa ini tergolong dalam kondisi yang

memprihatinkan. Hal tersebut mengacu pada berbagai kajian yang dilakukan oleh

lembaga internasional. Misalnya kajiann yang dilakukan UNDP tentang Human

Development Index pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 112

dari 175 negara. Masalah rendahnya mutu pendidikan berimplikasi langsung

terhadap mutu lulusan. Rendahnya mutu lulusan berakibat pada rendahnya

kemampuan kompetitif dan komporatif lulusan. Menurut hasil survei TIMSS

(Trends in International Mathematics and Science Study), pada tahun 1999 dari 38

(14)

2

yang disurvei Indonesia berada diurutan 35, tahun 2007 dari 49 negara Indonesia

berada pada urutan 36 untuk bidang matematika. Pada tahun 1999 dari 38 negara

yang ditelliti Indonesia berada di urutan 32, pada tahun 2003 dari 46 negara yang

diteliti Indonesia berada pada urutan 37, tahun 2007 dari 49 negara yang disurvei

Indonesia berada pada urutan 35 untuk bidang sains. Fakta ini menunjukkan bahwa

kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah (Puspendik, 2011).

Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan.

Dalam setiap GBHN dan Repelita selalu tercantum bahwa peningkatan mutu

pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam bidang pendidikan.

Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain

penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkaatan mutu guru dan

tenaga pendidikan lainnya, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan

fasilitas lainnya (KBI Gemari, 2003).

Pendidikan yang memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas

yang mampu menguasai IPTEK yaitu pendidikan dalam bidang sains (IPA). Salah

satu cabang dari pendidikan IPA adalah pendidikan kimia. Pendidikan kimia

diharapkan mampu memberikan pengalaman secara langsung dan harus mampu

mengembangkan daya nalar siswa untuk dapat membentuk (mengkonstruksi)

sendiri pengetahuannya. Proses belajar dan mengajar merupakan suatu hal yang

penting bagi siswa dan guru. Masalahnya adalah, sebagian besar pendidik kurang

inovatif dan kreatif merangsang motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang terlalu

teoritis menyebabkan siswa sulit memahami bahan ajar kimia secara komprehensif.

Oleh karena itu, siswa cenderung menghafal dan mengerjakan tugas kimia secara

sembarangan, tanpa memahami materi dasarnya. Akibatnya, skema pemikiran

siswa terpotong-potong dan tidak terjadi pemahaman secara utuh.

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai siswa

jurusan IPA karena mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang masuk dalam

Ujian Nasional. Namun pada saat ini tingkat penguasaan materi siswa terhadap

pelajaran kimia masih sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(15)

3

seorang siswa dapat mencapai keberhasilan belajar kimia, antara lain faktor

internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yakni

keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal yakni kondisi

lingkungan disekitar siswa dan faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar

siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Chusna, 2013).

Salah satu cara yang dapat membuat siswa lebih aktif dan tertarik untuk

mempelajari kimia adalah dengan menggunakan bahan ajar yang edukatif dan

menarik. Bahan ajar merupakan komponen terpenting yang harus dipersiapkan

pendidik sebelum melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas

selain komponen-komponen lain yang dapat menentukan keberhasilan dalam

pembelajaran. Karena merupakan hal terpenting dalam menentukan keberhasilan

pada suatu sistem maka guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk membuat

bahan ajar yang berkualitas (FKIP Uninus, 2008).

Dalam Astawan, (2013), dalam proses belajar dan membelajarkan, sumber

belajar (bahan ajar) dapat berfungsi untuk :

1. Mempercepat laju belajar dan membantu pendidik menggunakan waktu secara

lebih efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

2. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga dapat lebih

banyak membina dan mengembangkan gairah peserta didik

3. Memberikan kemungkinan belajar bersifat lebih individual dengan jalan

mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional serta memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya

4. Memberikan dasar yang lebih ilmiah dengan jalan merencanakan program

pembelajaran yang lebih sistematis

5. Mengembangkan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian.

Salah satu bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh pendidik adalah modul

karena tidak menuntut alat yang mahal dan keterampilan yang tinggi. Modul

merupakan salah satu ragam bentuk bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak dapat berupa

lembar kerja siswa (LKS), hand out, wichaart, buku, modul, brosur dan lain-lain

(16)

4

mengatasi tidak tersedianya sumber belajar yang sesuai. Pengembangan ini sejalan

dengan definisi teknologi pendidikan tahun 1977 dan yang dikembangkan lagi

tahun 1994 dan 2004, yang mana pusat perhatian teknologi pendidikan pada

hakekatnya mencari solusi dalam memecahkan masalah – masalah berkenaan

dengan belajar dan membelajarkan dengan menerapkan proses dan komponen -

komponen teknologi yang secara lebih luas disebut sumber belajar.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan

modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa ataupun meningkatkan

minat siswa dalam mempelajari materi. Peneliti sebelumnya menyatakan bahwa

efektivitas modul pembelajaran hidrokarbon di kelas yang menggunakan modul

pada kelompok tinggi adalah 101,93% dan kelompok rendah adalah 100,21%.

Sedangkan di kelas yang tidak menggunakan modul pada kelompok tinggi adalah

89,01% dan kelompok rendah adalah 89,48%. Rata-rata nilai motivasi siswa di yang

menggunakan modul pada kelompok tinggi adalah 79,43 dan kelompok rendah

adalah 81,10. Sedangkan di kelas yang tidak menggunakan modul pada kelompok

tinggi adalah 78,53 dan kelompok rendah 77,10 (Sinaga, 2013). Menurut Silaban,

(2013),dalam penelitiannya memperoleh hasil data penelitian yang menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa dari kelas yang menggunakan modul nilai prestest adalah

40,75 dan postest 79,37 dan kelas yang tidak menggunakan modul nilai pretest

adalah 54,37 dan postest 73,875. Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan

bahwa hasil belajar siswa yang mengajar dengan modul inovatif lebih tinggi dari

menggunakan buku teks aslinya. Penelitian lain yang berjudul “Pengembangan

Modul Pembelajaran Kimia Organik Berbasis Minedjetmanager pada Materi Pokok

Isomer Geometri dan Stereoisomer”, menmperoleh hasil uji cobanya bahwa respon

mahasiswa terhadap modul yang dikembangkan 42,35% menilai sangat baik,

49,26% menilai baik, 8,39% menilai cukup dan tidak ada responden yang menilai

buruk (Ramdani, 2011).

Selain bahan ajar yang kurang menarik siswa, alasan lain yang

menyebabkan kurang dimengerti dan diminatinya mata pelajarn kimia adalah

kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran adalah

(17)

5

sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang

terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar

mengajar (Istarani, 2011). Menurut Tamim (2011), salah satu pembelajaran yang

dapat diterapkan adalah Project Based Learning atau Pembelajaran Berbasis

Proyek. Project based Learning (Project Based Learning ) adalah model

pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang pendekatan pembelajarannya

memerlukan konstruksi pengetahuan dengan berbagai perspektif dalam kegiatan

sosial dan mengharuskan untuk belajar dan mengetahui berdasarkan kesadaran diri.

Pembelajaran berbasis proyek menyediakan tugas-tugas kompleks yang

berbasis pertanyaan-pertanyaan menantang atau masalah yang melibatkan siswa

dalam aktivitas-aktivitas memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan

investigasi dan refleksi yang melibatkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran

berbasis proyek terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang menuntun (driving

question) siswa untuk memanfaatkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui

pengalaman. Dengan pembelajaran berbasis proyek siswa belajar dari

pengalamannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Ida,

2013). Model Project Based Learning yang mengacu pada pengaplikasian pada

kehidupan sehari-hari dan keharusan melaksanakan proyek yang memberikan hasil

nyata atau bukti nyata dari yang telah dipelajari diharapkan dapat meningkatkan

minat dalam mempelajari kimia organik.

Beberapa peneliti sebelumnya yang sudah melaksanakan penelitian yang

relevan tentang penggunaan dan penerapan model pembelajaran Project based

learning menjelaskan bahwa penerapan model ini memberikan dampak positif yang

dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar ataupun motivasi belajar peserta didik.

Salah satu penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek

Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses SAINS Ditinjau Dari

Gaya Kognitif Siswa”, hasil penelitian yang merujuk pada model pembelajaran

Project based learning bahwa terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan proses

sains antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran proyek dengan

kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan nilai

(18)

6

dilaksanakan oleh Kurniadi (2013), menunjukkan hasil penelitian bahwa

penerapan pendekatan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar.

Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 dari 30

siswa tuntas KKM, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah

psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa tuntas KKM. Data penelitian ketuntasan hasil

belajar ranah kognitif siklus II sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif

sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah psikomotorik sebanyak 26 dari

30 siswa tuntas KKM. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang dipatok telah

tercapai pada siklus II. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa menerapkan

pendekatan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.

Menurut Marlinda (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan

Kinerja Ilmiah Siswa” mendapatkan hasil penelitian menunjukkan, terdapat

perbedaan kemampuan berpikir kreatif dan kinerja ilmiah antara kelompok siswa

yang belajar dengan MProject Based Learning dan kelompok siswa yang belajar

dengan MPK (F = 21,68; p<0,05). Secara deskriptif, kemampuan berpikir kreatif

siswa pada kelompok MProject Based Learning memperoleh skor rata-rata sebesar

28,86, sedangkan pada kelompok MPK memperoleh skor rata-rata sebesar 26,73.

Kemudian, skor rata-rata kinerja ilmiah yang diperoleh siswa pada kelompok

MProject Based Learning adalah 21,96, sedangkan siswa pada kelompok MPK

memperoleh skor ratarata sebesar 19,49. Kedua, terdapat perbedaan kemampuan

berpikir kreatif antara kelompok siswa yang belajar dengan MProject Based

Learning dan kelompok siswa yang belajar dengan MPK (F = 16,58; p<0,05)

dengan LSD = 0,519; Δμ = 2,128. Ketiga, terdapat perbedaan kinerja ilmiah antara

kelompok siswa yang belajar dengan MProject Based Learning dan kelompok

siswa yang belajar dengan MPK (F = 28,87; p<0,05) dengan LSD = 0,897; Δμ =

2,475.

Alkena dan alkuna merupakan materi yang tepat untuk dikembangkan

sebagai bahan ajar yang diintegrasikan dengan project based learning. Materi

alkena dan alkuna dianggap tepat diintegrasikan dengan project based learning.

(19)

7

adanya proyek, seperti sifat-sifat senyawa ataupun pembuatan senyawa alkena dan

alkena.

Merujuk pada penelitian di atas disertai adanya berbagai pendapat tentang

hasil penelitian, penulis ingin mengembangkan bahan ajar modul pembelajaran

kimia berbasis proyek untuk siswa sekolah menengah atas pada pokok bahasan

Alkena-Alkuna dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis

Proyek Pada Pembelajaran Alkena dan Alkuna Di Sekolah Menengah Atas.”

1.2. Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar

berbasis proyek untuk pembelajaran alkena dan alkuna di SMA.

1.3. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP)

2. Apakah implemetasi bahan ajar modul berbasis proyek yang dikembangkan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alkena dan alkuna?

3. Apakah peningkatan hasil belajar kimia menggunakan bahan ajar modul

berbasis proyek lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar kimia tanpa

menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek?

1.4. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah diantaranya:

1. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar bebasis proyek untuk pembelajaran

alkena dan alkuna yang standar berdasarkan isi, bahasa, penyajian dan

kegrafikan.

2. Penyusunan bahan ajar berbasis proyek akan dikembangkan dari beberapa buku

(20)

8

3. Materi ajar berbasis proyek akan dikaji dan direvisi oleh dosen dan guru kimia

serta siswa SMA.

4. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester II SMAN 10 Medan Tahun

Ajaran 2015/2016

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun mengenai tujuan penelitian yang diharapkan dalam penelitian

pengembangan ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dikembangkan memenuhi

kriteria Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

2. Untuk mengetahui Apakah implemetasi bahan ajar modul berbasis proyek

yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

alkena dan alkuna

3. Untuk mengetahui Apakah peningkatan hasil belajar kimia menggunakan

bahan ajar modul berbasis proyek lebih tinggi dari pada peningkatan hasil

belajar kimia tanpa menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, bahan ajar yang dibuat dapat memberikan tambahan wawasan

ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam membuat sumber belajar serta

meningkatkan kompetensinya sebagai calon guru.

2. Bagi guru kimia, sebagai masukan agar menambah wawasan guru untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkembangkan karakter

siswa.

3. Bagi peserta didik, bahan ajar dapat memotivasi siswa untuk belajar

mandiri.

4. Bagi sekolah penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan

(21)

9

1.7. Definisi Operasional

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar/mengajar. Modul adalah

salah satu bentuk bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara

mandiri oleh peserta pembelajaran karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk

untuk belajar sendiri.

Belajar berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model atau

pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual

melalui kegiatan-kegiatanyang kompleks. Pengembangan modul merupakan

seperangkat prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan

(22)

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP), dengan pengolahan data yang diperoleh, Dosen:

Kelayakan Isi = 3.93; Kelayakan Bahasa = 4.12; Kelayakan Penyajian = 4.16;

Kelayakan Kegrafikan = 4.18 dengan kriteria valid dan tidak perlu revisi dan

Guru: Kelayakan Isi = 4.54; Kelayakan Bahasa = 4.21; Kelayakan Penyajian =

4.48; Kelayakan Kegrafikan = 4.34 dengan kriteria sangat valid dan tidak perlu

revisi.

2. Implemetasi bahan ajar modul berbasis proyek yang dikembangkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi alkena dan alkuna.

3. Dari penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan pengolahan data yang

ada, maka didapat hasil belajar kimia yang diajarkan dengan menggunakan

bahan ajar modul berbasis proyek lebih tinggi dari hasil belajar kimia yang

diajarkan tanpa menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek.

4. Respon terhadap modul kimia berbasis proyek, dengan pengolahan data yang

diperoleh, Aspek Tampilan = 3.99, Aspek Materi = 4.09, dan Aspek Manfaat=

(23)

56

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka penulis menyarankan hal-hal berikut :

1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menggunakan bahan ajar modul

berbasis proyek sebagai salah satu alternative pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran kimia.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

disarankan lebih memperhatikan kelemahan dalam modul pembelajaran ini,

dan dapat mengkolaborasikan dengan media yang sejalan dengan

perkembangan teknologi sehingga terjadi lompatan pemahaman dalam belajar.

3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan saat

melakukan penelitian sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

(24)

57

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S., dan Ahmadi, (2013), Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Prestasi

Pustaka, Jakarta.

Arikunto, S., (2002), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Kedua), Rineka

Cipta, Jakarta

Astawan, K.W., Santyasa, I.W., dan Tegeh, I.M., (2013), Pengembangan Modul

Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Group Investigation Pada

Mata Pelajaran Server Jaringan Di SMK TI Bali Global Singaraja, e-Journal

Program Pascasarjana UNDIKSHA3(1):1-12

BSNP., (2013), Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran,

http://bsnp-indonesia.org/id/?p=1340 (diakses pada 26 Januari 2016).

Chusna, C., Ariani, S. R. D., dan Sugiharto, (2013), Studi Komparasi Penggunaan

Media Macromedia Flash dengan Handout Inovatif dalam Pembelajaran

Kooperatif STAD (Student Teams Achievements Divisions) Terhadap Prestasi

Belajar Materi Pokok Koloid Siswa Kelas XI MA Darul Huda Ponorogo,

Skripsi, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Depdiknas, (2008), Teknik Penyusunan Modul, Direktorat Jendaral Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Depdiknas., (2003), Kurikulum Mata Pelajaran Kimia, Depdiknas, Jakarta.

FKIP Uninnus., (2008), Perihal Bahan Ajar,

http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=92

(diakses pada 12 Januari 2016).

Hamdani., (2011), Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Medan.

Ida A. K. S., Sadia I. W., Mudarawan I. W., (2013), Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Proyek Terhadap Pemahaman Konsep Kimia Dan Keterampilan

Berpikir Kritis, e-Journal Program Pascasarjana UNDIKSHA3(1):1-10.

Istarani, (2011), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.

John, W., (2000), A Review of Research on Project-Based Learning, The Autodesk

Foundation, California.

Joyce, dkk., (1992), Model Of Teaching, 4th ed Allyn and Bacon Massachusets 02

(25)

58

Joyce, B, dan Weil, M., (2000), Model Of Teaching, Foreword by James Wolfsixth

Edition, Amerika.

KBI Gemari, (2003), Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia,

http://KBI.gemari.or.id/beritadetail.php/id=214 (diakses pada 12 Januari

2016).

Khadimal, Wahyuningsih, T., dan Premono, S., (2009), Kimia SMA/MA Kelas X,

Pusat Perbukuan, Jakarta

Komarudin, (2000), Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Bumi Aksara, Jakarta.

Kurniadi, D., (2013), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri

1 Bawang Banjarnegara Kelas XI IPA 1 Dengan Pendekatan PBL (Project

Based Learning) Berbasis Bahan Sekitar, Skripsi, FMIPA, Universiras

Negeri Semarang, Semarang.

Made, W., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara,

Jakarta.

Mahmud, (2011), Metode Penelitian Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung.

Majid, A., (2011), Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, Remaja Rosdakarya, Bandung

Marlinda, M., Putu, N. L., (2012),Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Kinerja Ilmiah Siswa, e-Journal

Program Pascasarjana UNDIKSHA3(1):1-12.

Michael, M. G., (2002), Getting A Grip on Project-Based Learning: Theory, cases,

and recomendations, North Carolina: Meridian A Middle School Computer

Technologies Journal 5.

Nasution, S., (2003), Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,

Bumi Aksara, Jakarta.

Nurkholis, (2003), Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, PT

Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Prastowo, A., (2013), Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva Press,

Yogyakarta.

(26)

59

http://litbang.kemendiknas.netdetail.php.id=214 (diakses pada tanggal 12 Januari

2016).

Rahmawati, D., (2011), Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa, Skripsi, FMIPA, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta

Railsback, J., (2002), Project Based-instruction: Creating Excitement for Learning,

Northwest Regional Educational Laboratory, Oregon.

Ramdani dan Dini, I., (2011), Pengembangan Modul Berbasis Mindjet Manager

Sebagai Alternatif Materi Pembelajaran Kimia Organik II, Jurnal Chemical

12(1):1-10.

Sampurno, A., (2007), Penerapan Metode Belajar Aktif dan Pembelajaran

Berbasis Proyek, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Siddiq, M. D., Bahan Ajar Cetak, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Silaban R., Hutagalung.R., Panggabean.M.T.F., Syafriani.D., (2013), Penyediaan

Modul Pembelajaran Inovatif Larutan Elektrolit Nonelektrolit Merujuk

Model Pembelajaran Berbasis Masalah, FMIPA, Unimed, Medan.

Silitonga, P.M., (2011), Statistika: Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, Graha

Ilmu, Yogyakarta.

Sinaga,R., (2013), Pengembangan Modul Pembelajaran Inovatif Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pengajaran Hidrokarbon,

FMIPA, Unimed, Medan.

Stites, R., (2009), Evaluation of Project Based Learning, Mathematic and Science

Academy, Illnois.

Siwa, I. B., Mudarawan, I., W., Tika, I., N., (2013), Pengaruh Pembelajaran

Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses

SAINS Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa, e-Journal Program Pascasarjana

UNDIKSHA3(1):1-13.

Sudjana, N., (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosda

(27)

60

Tamim S.R., dan Grant M.R., (2011), Defenition and Uses : Case Study Of

Teachers Implementing Project-Based Learning,Interdisciplinary Journal of

(28)

iii

RIWAYAT HIDUP

Fauziah Ulfa dilahirkan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara pada

tanggal 04 November 1994. Ayahanda bernama Firdaus dan Ibunda Rosmialis,

merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pada tahun 1998, mulai

mengenyam pendidikan Taman Kanak – Kanak di TK Aisyiyah Bustanul Athfal.

Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SD Kartini Medan dan lulus

pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 3

Medan dan lulus pada tahun 2009, lalu melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 10

Medan di tahun yang sama dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis

diterima di Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan melalui Jalur Undangan. Penulis

pernah menjadi Asisten Laboratorium Kimia Fisika II pada Tahun Ajaran

2014/2015. Penulis telah mengikuti Program Pengalaman Lapangan Terpadu

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menghasilkan data bahwa proses Bimbingan dan Konseling Islam Dengan Terapi Dzikir Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Bagi Seorang Tahanan Kasus Pencurian Di

Ternyata hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode shifting bottleneck heuristic dapat menghasilkan waktu penyelesaian kurang dari waktu yang ditargetkan oleh

Nama Pekerjaan Volume HPS

Gas A dan gas B mengandung unsur halogen dengan tingkat oksidasi yang berbeda.. Tingkat oksidasi unsur halogen pada gas A lebih rendah dari tingkat oksidasi unsur

Beribadah merupakan salah satu etika yang disemai dalam mindset para santri dan guru-guru di Pesantren Gontor dalam menjalankan aktivitas seharian. Beribadah juga

Walaupun LAZISNU Kabupaten Kudus tidak mengambil bagian amil dari zakat, seharusnya dana amil dari bagian infak/sedekah tetap diungkapkan dan disajikan supaya

Persetujuan ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan akan secara otomatis diperpanjang untuk jangka waktu masing-masing 1 (satu) tahun

Hal ini menandakan bahwa panas yang dihasilkan oleh sumber panas akan direfleksikan oleh dinding furnace menuju pusat ruang bakar yang berakibat bahwa pada pusat