• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Allhamdulilah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat illahi robbi

karena atas izin rahmatnya dan hidayah-Nya lah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ini. Penulis menyusun berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur yang berjudul

PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN SURAT TAGIHAN

PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK”. Penelitian ini dimaksudkan

untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih banyak kekurangannya,

mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis, baik

dalam hal penyajian maupun dalam penggunaan tata bahasa. Tetapi penulis

berupaya menyusun sebaik mungkin dengan harapan penelitian ini bermanfaat

bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik

demi perbaikan dimasa yang akan datang. Selama penyusunan penelitian ini

penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa petunjuk,

bimbingan, pengarahan, maupun bantuan moril maupun materil. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan

terimaksih sebesar-besarnya kepada Bapak/ibu :

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas

(2)

iv

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Dr.Ely Suhayati,SE., M. Si., Ak., CA Selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengerahkan, dan

memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan

penelitian ini.

5. Segenap pemimpin dan Staff KPP Pratama Cianjur, yang telah

memberikan waktu yang berharga untuk memberikan kesempatan pada

penulis dalam melakukan penelitian.

6. Untuk Papah dan Mamah yang selalu memberikan doa dengan kasih

sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti

mendorong dan selalu membei semangat penulis untuk menyelesaikan

laporan skripsi ini.

7. Untuk Adikku tersayang Aliya Apriliana terimaksih atas doa dan

dukungannya.

8. Untuk saudara-saudaraku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatunya

terima kasih banyak doa dan dukungannya.

9. Untuk Opa dan Oma ku yang sampai saat ini selalu mendoakan hingga

terselesaikan penulisan ini.

10. Untuk Sunsen terimakasih sudah memberikan semangat dan doa untuk

(3)

v

dan doa untuk saya,

Akhir kata penulis sampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak atas

terselesaikannya Skripsi ini. Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis baik

dukungan dan doanya semoga Allah membalas semua kebaikan.

Bandung,juli 2016

Penulis

(4)

EFFECT OF SELF ASSESSMENT SYSTEM AND LATTERS OF REVENUE TAX CHARGES

(Case Study at Tax Office Pratama Cianjur 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Menempuh Program Sastra 1

Guna Memperoleh Sarjana S1

Program Studi Akuntansi

DISUSUN OLEH : LISDA MAWARDIANA

21112234

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(5)

vi

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

MOTTO

ABSTRAK ... i

ABSTACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1 Maksud Penelitian ... 6

1.4.2 Tujuan Penelitian... 6

1.5 Kegunaan Penelitian ... 6

(6)

vii

2.1. Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Pajak ... 8

2.1.1.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak... 9

2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 10

2.1.1.3 Jenis Pajak ... 10

2.1.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak ... 11

2.1.2 Self Assessment System ... 13

2.1.2.1 Ciri-Ciri Self Assessment System ... 14

2.1.2.2 Pelaksanaan Self Assessment System ... 15

2.1.2.3 Syarat Dalam Pelaksanaan Self Assessment System ... 16

2.1.2.4 Konsekuensi Self Assessment System ... 17

2.1.2.5 Hambatan Pelaksanaan Self Assessment System ... 18

2.1.2.6 Prinsip Self Assessment System ... 18

2.1.2.7 Indikator Self Assessment System ... 20

2.1.3 Surat Tagihan Pajak ... 20

2.1.3.1 Fungsi Surat Tagihan Pajak ... 21

2.1.3.2 Penerbitan Surat Tagihan Pajak ... 21

(7)

viii

2.1.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan

Pajak ... 23

2.1.4.2 Indikator Penerimaan Pajak ... 24

2.2 Keranga Pemikiran ... 24

2.2.1 Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak ... 24

2.2.2 Pengaruh Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak ... 25

2.3 Hipotesis ... 26

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Penelitian ... 28

3.2 Oprasionalisasi Variabel ... 29

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.3.1 Sumber Data ... 32

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Populasi Dan Sampel ... 34

3.4.1 Populasi ... 34

3.4.2 Sampel ... 34

3.4.3 Tempat Dan Waktu ... 35

(8)

ix

3.6.1 Rancangan Analisis ... 41

3.6.2 Pengujian Hipotesis ... 47

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Hasil Analisis ... 51

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 51

4.1.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Self Assessment System Periode 2011-2015 ... 52

4.1.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Surat Tagihan Pajak Periode 2011-2015 ... 56

4.1.1.3 Hasil Analisis Deskriptif Penerimaan Pajak Periode 2011-2015 ... 59

4.1.2 Hasil Analisis Verivikatif ... 61

4.1.2.1 Uji Asusmsi Klasik ... 61

4.1.2.2 Uji Normalitas ... 61

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 62

4.1.2.4 Uji Multikolinearitas ... 64

4.1.2.5 Uji Autokorelasi ... 65

(9)

x

4.1.4.1 Korelasi Self Assessment System dengan Surat

Tagihan Pajak ... 70

4.1.5 Koefisien Determinasi ... 71

4.1.6 Pengujian Hipotesis ... 73

4.2 Pembahasan ... 75

4.2.1 Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak ... 75

4.2.2 Pengaruh Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

5.2.1 Saran Oprasional ... 79

5.2.2 Saran Akademik ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(10)

81

Abuyamin, Oyok.2012.Perpajakan Pusat & Daerah,Bandung:Humaniora

Chaizi Nascuha, 2004, Reformasi Administrasi Publik, teori dan praktik. Jakarta, penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Guilford 1956. Interprestasi Nilai koefesien Korelasi.

Graham Jhon. 2011. Research in Accounting for Income Taxes.

Hasan, Dahliana. “Pelaksanaan Tax Compliance dalam Upaya Optimalisasi Penerimaan Pajak di Kota Yogyakarta”, Mimbar Hukum Volume 20 Nomor 2, 2008.

Hutagaol, Jhon. 2008. Perpajakan: isu-isu kontemporer. Graha Ilmu, Yogyakarta. Imam Ghozali. 2014. Partial least squares konsep, Metode dan Aplikasi

Menggunakan Porgram

Judisseno, K, Rimsky. 2001. Perpajakan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lederman Leandra. 2003. The Interplay Between Norms And Enforcement In Tax Compliance

Mardiasmo. 2009. Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Yogyakarta : Andi.

Narimawati, Umi, Anggadini, S.D. & Ismawati, L. (2010). Penilisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi Unikom. Bekasi: Genesis.

Rahayu, Siti Kurnia. “Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal”. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2010.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2012. Metode Penelitan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke-15 Bandung: Alfabeta

Suhendra, Euphrasia Susy. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Badan”, Jurnal

(11)

Suryanti, Tri. 2013. “Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Dengan Penagihan Pajak Sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Ekonomi Dan Informasi

Akuntansi (Jenius)

Vegirawati, Titin. 2011. “Hubungan Antara Penerbitan Surat Tagihan Pajak Dengan Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang”.

VOL. 1 NO. 3 September 2011 Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (Jenius)

Waluyo, 2004. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. “Perpajakan Indonesia”, Salemba Empat. Jakarta, 2004.

Widi Widodo. 2010. Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak, CV Alfabeta, Bandung.

Guilford. 1956. Interprestasi Nilai koefesien Korelasi.

Imam Ghozali. 2014. Partial least squares konsep, Metode dan Aplikasi Menggunakan Porgram

Warp PLS 4.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Graham Jhon. 2011. Research in Accounting for Income Taxes.

Lederman Leandra. 20013. The Interplay Between Norms And Enforcement In Tax Compliance

Mardiasmo. 2009. Perpajakan (edisi revisi). Yogyakarta: Andi. Mardiasmo, 2011. Perpajakan. Yogyakarta : Andi.

Narimawati, Umi, Anggadini, S.D. & Ismawati, L. (2010). Penilisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Aplikasi Pada Fakultas Ekonomi Unikom. Bekasi: Genesis.

Nizie Soehoeritjie. 2014. Pengaruh Penerapan Self Assesment System dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak.

Rahayu, Siti Kurnia, 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.

Edisi pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sadhani.2004.Reformasi Administrasi Perpajakan.Makalah disampaikan pada kongres Nasional Ikatan Akuntan Indonesia V. yogyakarta, 12-13 Desember 2004.

(12)

Sony Devano & Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan : Konsep, Teori dan Isu.

Jakarta: Prenada Medio Grup.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :

CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Keduabelas. Alfabeta, Bandung.

Tjiptono, Fandy 2006. Manajemen Jasa.Alfabeta : Bandung.

Umi narimawati.2010.metodeligi penelitiankualitatif dan kuantitatif,teori dan aplikasi .Bandung:alfabeta.

Wahyu agung Priyadi.2012.Mencicipi modernisasi perpajakan dari

Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Umi Narimawati. 2007, Riset Manajemen dan Sumber Daya Manusia, agung media, Jakarta.

www.pajak.go.id

www.detik.com

www.pajak.go.id

(13)

8

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pajak

Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007

Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memeriksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya”.

Pengertian pajak tentang pajak menurut P. J. Andriani yang dikutip oleh

Oyok Abuyamin (2012:2)

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan

pemerintahan”.

Pengertian Pajak menurut Menurut Rochmat Soemitro sebagaimana yang

dikutip oleh Mardiasmo (2011:1)

“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan), dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

(14)

Dari ketiga diatas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat

pada pengertian pajak menurut Oyok Abuyamin (2012:2), adalah sebagai berikut :

a. Iuran rakyat kepada Negara.

b. Pajak dioungut oleh Negara (di Indonesia oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah).

c. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan.

e. Pemngutan pajak merupakan alih dana dari wajib pajak sebagai pembayar pajak (sektor swasta) kepada pemungut pajak atau pengelola pajak (negara atau pemerintah).

f. Pajak mempunyai fungsi budgetir (mengisi kas negara atau anggaran negara) dan funfsi regulerant (mengatur kebijakan negara di bidang sosial dan ekonomi.

g. Tanpa ada kontraprestasi (imbalan) secara langsung yang bersifat individual. h. Hasil penerimaan pajak digunakan untuk membiayai tugas umum negara atau

pemerintah, baik rutin atau pembangunan dalam rangka upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.1.1.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak

Hukum pajak mengatur hubungan antara (fiscus) selaku pemungut pajak

dengan rakyat sebagai Wajib pajak. Ada 2 macam hukum pajak menurut Thomas

Sumarsan (2013:2):

1. Hukum Pajak Material

Menurut norma-norma uang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berpa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungna hukum antara penerimaan dan wajib pajak.

2. Hukum Pajak Formal

Memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat antara

lain :

(15)

b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap pada para Wajib Pajak mengenai keadaan, perbuatan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.

c. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, dan hak-hak Wajib Pajak mengajukan keberatan dan banding.

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Sebagaimana yang telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian

pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo

(2011:6) yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pemerintah. Sebagai contoh: dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negri.

2. Fungsi Mengatur (Regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

2.1.1.3Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak menurut Siti Resmi (2013:7), yang dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut

sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.

1) Menurut Golongan a. Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

b. Pajak Tidak Langsung

(16)

kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

2) Menurut Sifatnya a. Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memrhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak Objektif

Pajak yang pengenaanya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.

3) Menurut Lembaga Pemungutannya a. Pajak Negara (Pajak Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten atau Kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Pajak Kabupaten atau Kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir.

2.1.1.4 Tata Cara Pemungutan Pajak

Menurut Siti Resmi (2013:75), tata cara pemungutan pajak terdiri atas

stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak.

1. Stelsel Pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stsel, yaitu :

a. Stelsel Nyata (Riil)

(17)

pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun diketahui.

Kelebihan stelsel nyata adalah penghitungan pajak didasarkan pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan realistis.

Kekurangan stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode, sehingga :

1) Wajib Pajak akan di bebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah kas yang memadai dan

2) Semua Wajib Pajak akan membayar pajak pada akhir tahub sehingga jumlah uang beredar secara makro akan terpengaruh.

b. Stelsel Anggapan (Fiktif)

Stelsel ini meyediakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap dengan sama penghasilan tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak yang terutang pada tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

c. Stelsel Campuran

Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasarkan yang sesungguhnya lebih besar dari pada besarnya pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus membayar kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak sesungguhnya lebih kecil dari pada besarnya pajak menurut anggapan, kelebihan tersebut dapat diminta kembali (restitusi) ataupun dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan dengan pajak utang lain.

2. Asas Pemungutan Pajak

Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :

a. Asas Domisili

(18)

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak atas penghasilanyang diperolehnya tadi.

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia tetapi bertempat tinggal di Indonesia.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu :

a. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan apratur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

b. Self Assesment System

Sistem pemunguta pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang menunjukan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2 Self Assessment system

Pengertian Self Assessment System menurut Thomas Sumarsan (2012:14)

adalah sebagai berikut :

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayan, tanggung jawab, kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melporkan, sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar”.

Adapun pengertian Self Assessment System menurut Mardiasmo (2013:7)

(19)

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri

besarnya pajak yang terutang”

Adapun pengertian Self Assessment System menurut Siti Resmi (2011:11)

sebagai berikut :

“Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang yang terhutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”.

Berdasarkan ketiga diatas maka dapat disimpulkan bahwa Self Assessment

System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada wajib

pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak

perpajakannya. Dalam hal ini dikenal sebagai berikut :

1) Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak.

2) Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

3) Menyetor pajak tersebut kepada Bank Presepsi atau kantor pos.

4) Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jendral Pajak.

5) Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian SPT (Surat

Pemberitahuan) dengan baik dan benar.

2.1.2.1 Ciri-ciri Self Assessment System

Menurut Mardiasmo (2011:6), ciri-cri Self Assessment System adalah

(20)

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa pemberian

kepercayaan sepenuhnya pada Wajib Pajak (dapat dibantu konsultan pajak) untuk

menentukan penetapan besarnya pajak yang terutang sendiri dan kemudian

melaporkan pembayaran pajak dan penghitungan pajak secara teratur jumlah

pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana ditentukan dalam

perundang-undangan perpajakan.

2.1.2.2Pelaksanaan Self Assessment System

Self Assesment System menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban berat

karena semua aktivitas kemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib

Pajak sendiri. Kewajiban wajib pajak dalam Self Assessment System menurut Siti

Kurnia Rahayu (2010 : 101-102) menjelaskan bahwa :

1. Mendaftarkan Diri Ke Kantor Pelayanan Pajak.

Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan Potensi Perpajakan (KP4) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak , dan dapat melalui e-register (meddia elektronik online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

2. Menghitung Wajib Pajak oleh Wajib Pajak.

Menghuitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan pengenaan pajaknya.Sedangkan, memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).

3. Membayar Pajak Dilakukan Sendiri oleh Wajib Pajak. 1) Membayar Pajak

(21)

b. Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh Pasal 4(2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain di sini berupa : pemberi penghasilan, pemberi kerja dan pihak lain yang ditunjukan atau ditetapkan oleh pemerintah.

c. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oelh pihak yang yang ditunjuk pemerintah.

d. Pembayaran pajak lain-lainnya; PPB, BPHTB, bea materi. 2) Pelaksanaan Pembayaran Pemungutan

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dapat di ambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

3) Pemotongan dan Pemungutan

Jenis Pemotongan atau pemungutan adalah PPh Pasal 21, 22, 23, 26, PPh Final Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, dan PPN dan PPnBM merupakan pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN dikreditkan pada masa diberlakukannya pemungutan dengan mekanisme pajak keluar dan pajak masukan.

4) Pelaporan Diberlakukan oleh Wajib Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak, baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan emungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban, dan pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukan.

2.1.2.3 Syarat Dalam Pelaksanaan Self Assessment System

Dalam rangka melaksanakan sistem Self Assessment ini diperlukan

beberapa persyaratan yang harus dienuhi untuk menunjang keberhasilan dari

pelaksanaan sistem pemungutan ini sebagaimana yandikemukakan oleh Erly

Suandy (2002:29), yaitu :

a. Kesadaran Wajib Pajak (Tax Consciousness).

Kesadaran Wajib Pajak artinya Wajib Pajak ma dengan sendirinya melkukan kewajiban perpajaknnya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak terutangnya.

b. Kejujuran Wajib Pajak.

(22)

karena fiskus memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah wajib pajak yang terutang.

c. Kemauan membayar pajak dari Wajib Pajak (Tax Mindedness).

Tax Mindedness artinya Wajib Pajak selain memiliki kesadaran akan kewajiban perpajakannya, namun juga dalam dirinya memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi dalam membayar pajak terutangnya.

d. Kejujuran Wajib Pajak (Tax Discipline).

Kedisiplinan Wajib Pajak artinya Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya dilakukan dengan tepat waktu dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

2.1.2.4 Konsekuensi Self Assessment System

Azas pemungutan ini membawa konsekuensi tersendiri bagi Wajib Pajak.

Konsekuensi yang ditimbulkan oleh Self Assessment System ini, Wajib Pajak di

wajibkan untuk mendaftarkan diri, menghitung, melaporkan, dan menyetorkan

pajaknya yang dilakukan oleh Wajib Pajak tersebut. Saran penghitungan,

pelaporan, serta penyetoran tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Gunadi

(2005:4), antara lain :

1) Surat Pemeritahuan (SPT)

Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk mlaporkan penghitungan dab pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara atau ke tempat pembayaran lain yang yang telah ditentukan Kementrian Keuangan.

3) Surat Tagihan Pajak

Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi Berupa bunga dan atau denda.

4) Surat Ketetapan Pajak

(23)

5) Surat Keputusan Pembetulan

Surat keputusan untuk membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang dapat dalam surat ketetapan pajak atau surat tagihan pajak. 6) Surat Keputusan Keberatan

Surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dilakukan oleh wajib pajak.

2.1.2.5 Hambatan Pelaksanaan Self Assessment System

Selain itu, juga terdapat hambatan-hambatan terhadap pelaksanaan

pemungutan pajak yang dapat dikelompokkan menjadi dua sebagaimana yang di

ungkapkan oleh Waluyo (2013:4) yaitu perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

1) Perlawanan pasif

Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak mempunyai hubungan erat dengan stuktur ekonomi.

2) Perlawanan aktif

Perlawana aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung di tunjukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari pajak.

2.1.2.6 Prinsip Self Assessment Sytem

Sebelum UU No. 6 Tahun 1983 lahir, penghitungan pajak dilakukan oleh

fiskus (aparat pajak). Sistem pemungutannya dikenal dengan istilah official

assessment system. Perpindahan dari official assessment system ke self assessment

system inilah yang kemudian ditandai sebagai reformasi perpajakan.

Prinsip Self Assessment System ini tampak pada pasal 12 UU KUP. Berikut

(24)

1) Setiap Wajib Pajak wajib pajak membayar pajak yang terutang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan

menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

2) Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan disampaikan oleh

Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Apabila Direktur Jendral Pajak mendapatkan bukti jum;ah pajak yang

terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tidak benar, Direktur Jendral Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

Pada ayat (1) tampak UU KUP menghendaki Wajib Pajak bersifat aktif

dalsam membayar pajak. Aktif disini berarti menghitung sendiri pajak yang

terutang tanpa menunggu surat ketetapan pajak.

Prinsip Self AssessmentSystem pada UU KUP bahkan mengandung makna

bahwa hasil pehitungan WP, berapa pun itu, untuk ementara dianggap sebagai

perhitungan menurut ketentuan yang berlaku, sebagaimana dinyatakan pada ayat

(2).

Ayat (3) berfungsi pengendali. Jadi, apabila kemudian diketahui bahwa

perhitungan yang dilakukan oleh WP keliru, barulah fiskus membenarkannya.

Namun, dengan aturan daluarsa pajak berjangka 5 tahun, perlu diketahui bahwa

perhitungan WP dianggap benar dan sah untuk selamanya apabila dalam jangka

(25)

System memindahkan beban pembuktian kepada fiskus. Wajib pajak dianggap

benar samapai fiskus dapat membuktikan adanya kesalahan tersebut.

2.1.2.7 Indikator Self Assessment System\

menurut Siti Resmi (2010:103) indikator Self Assessment System adalah

sebagai berikut:

“ Pelaporan oleh wajib pajak melalui SPT “

2.1.3 Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:186) adalah sebagai

berikut:

“Surat Tagihan Pajak adalah untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi

administrasi berupa bunga dan/atau denda.”

Surat Tagihan Pajak menurut Cyrus Sihaloho (2002:18) adalah sebagai

berikut:

“Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.”

Surat Tagihan Pajak menurut Menurut Diaz Priantara (2012:115) adalah

sebagai berikut :

“Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

(26)

Berdasarkan ketiga diatas maka dapat disimpulkan bahwa Surat Tagihan

Pajak adalah adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi

administrasi berupa denda dan atau bunga.

2.1.3.1Fungsi Surat Tagihan Pajak

Fungsi Surat Tagihan Pajak :

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Tagihan

Pajak Wajib Pajak

2. Sebagai sarana menegakan sanksi administrasi beerupa bunga dan atau

denda

3. Sebagai alat untuk menagih pajak.

2.1.3.2Penerbitan Surat Tagihan Pajak

Direktorat Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila:

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.

2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan

pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.

3. Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.

4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang- undang Pajak

Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya tetapi tidak melaporkan

(27)

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak tetap

membuat faktur pajak

6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak tidak

membuat atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak

mengisi selengkapnya Faktur Pajak.

2.1.3.3Indikator Surat Tagihan Pajak

Indikator Surat Tagihan Pajak menurut Menurut Diaz Priantara (2010:86)

adalah sebagai berikut :

“ Sanksi denda surat tagihan pajak “

2.1.4 Penerimaan Pajak

Menurut Simanjutak Timbuk dan Mukhlis Imam (2012:30) menyatakan

bahwa :

“Penerimaan negara dari pajak merupakan salah satu komponen penting

dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan”.

Menurut Eddi Wahyudi, (2009:68) menyatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan dampak akumulasi agregatekonomi yang

tercermin dari aktifitas bisnis, meskipun fuktuasinya tidak secara jelas”.

Menurut Suryadi (2006:105) menyatakan bahwa:

“Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

(28)

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diatas, dapat disebutkan bahwa,

Penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan negara dan sumber penerimaan

yang terdiri dari pajak dalam negri dan pajak perdagangan internasional yang

dilakukan melalui instrumen kebijakan dan administrasi perpajakan.

2.1.4.1Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi Penerimaan Pajak adalah :

1. “Kepastian Peraturan Perundang-Undangan dalam Bidang Perpajakan Undang-Undang haruslah jelas, sederhana dan mudah dimengerti baik oleh fiskus, maupun oleh pembayar pajak. Timbulnya konflik mengenai interprestasi atau tafsiran mengenai pemungutan pajak akan berakibat pada terhambatnya pembayaran pajak itu sendiri. Di sisi lain, pembayar pajak akan merasa bahwa sistem pemungutan sangat berbelit-belit dan cenderung merugikan dirinya sebagai pembayar pajak.

2. Kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan undang-undang perpajakan merupakan suatu cara atau alat pemerintah dibidang perpajakan yang memiliki suatu sasaran tertentu atau untuk mencapai suatu tujuan tertentu di bidang sosial dan ekonimi.

3. Sistem administrasi perpajakn yang tepat hendaklah merupakan prioritas tertinggi karena kemampuan pemerintah untuk menjalankan fungsinya secara efektif bergantung kepada jumlah uang yang dapat diperolehnya melalui pemungutan pajak.

4. Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah beserta aparat perpajakan merupakan hal yang sangat penting dakam upaya optimalisasi penerimaan pajak

5. Kesadaran dan pemahaman warga negara rasa nasionalisme tinggi, kepedulian kepada bangsa dan negara, serta tingkat pengetahuan perpajakan masyarakat yang memadai, maka secara umum akan makin mudah bagi wajib pajak untuk patuh kepada peraturan perpajakan. 6. Kualiatas petugas pajak sangat menentukan efektifitas undang-undang

(29)

2.1.4.2Indikator Penerimaan Pajak

Indikator Penerimaan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) adalah

Realisasi Penerimaan Pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Hubungan antara Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak

Judisseno (2001:178) bahwa mekanisme penerapan Self Assesment System

dapat didukung dengan diterapkannya pelaporan SPT dengan baik. Keadaan ini

secara otomatis akan mendidik dan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran

pentingnya membayar pajak, secara otomatis pula penerimaan pajak dari sektor

ini cenderung meningkat secara tajam, maka harus diadakannya penyuluhan

pelaporan SPT dan sosialisasi kepada wajib pajak.

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:137), Self Assessment

System mempunyai pengaruh terhadap penerimaan pajak dijelaskan sebagai

berikut:

“Kepatuhan diperlukan dalam Self Assessment System dengan tujuan pada

penerimaan pajak yang optimal”.

Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Christian Immanuel hasilnya

menujukan bahwa Self Assessment System berpengaruh positif terhadap

(30)

2.2.2 Hubungan antara Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Surat tagihan pajak dikeluarkan apabila hasil analisis fiskus, wajib pajak

tidak atau kurang bayar, harus membayar denda, atau berkaitan dengan kewajiban

sebagai PKP dalam hubungannya dengan pembayaran pajak.

Penagihan pajak dengan menggunakan STP berhubungan terhadap

penerimaan pajak yaitu perkembangan jumlah penerbitan pajak dari waktu ke

waktu menunjukan jumlah yang sangat besar. Dengan demikian secara umum

penerimaan di bidang perpajakan semakin menurun dengan banyaknya penerbitan

STP oleh karenanya perlu diadakan sosialisasi dan penyuluhan kepada wajib

pajak (Waluyo, 2004:328).

Iswahyudi (2005) mengatakan bahwa dengan semakin banyak STP yang

diterbitkan oleh fiskus, belum tentu menambah penerimaan pajak. Hal senada

dikatakan oleh Kismantoro Petrus (2011) yang menyatakan dengan semakin

banyaknya surat tagihan pajak yang diterbitkan setiap tahun membuat penerimaan

pajak menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh Vegirawati (2011) menemukan bahwa

surat tagihan pajak berpengaruh negatif (tidak searah) terhadap penerimaan pajak.

Selanjutnya Ika Nursanti dan Yazid Yud Padmono (2011) menunjukan hasil yang

sama yaitu bahwa surat tagihan pajak memberikan pengaruh negatif (tidak searah)

(31)

Gambar 2.2

Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Sugiyono (2011: 64) berpendapat bahwa

“Hipotesis merupakan jawaban sementara hipotesis juga terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pernyataan”.

Di katakan sementara kena jawaban yang diberikan lalu didasarkan pada teori

yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis

PENGARUH SELF ASSESMENT SYSTEM

(X1) PENERIMAAN PAJAK

(Y) SURAT TAGIHAN PAJAK

(X2)

Judisseno (2001:178) bahwa mekanisme penerapan Self Assesment System dapat didukung dengan diterapkannya pelaporan SPT dengan baik. Keadaan ini secara otomatis akan mendidik dan menumbuhkan kepedulian dan kesadaran pentingnya membayar pajak, secara otomatis pula penerimaan pajak dari sektor ini cenderung meningkat secara tajam, maka harus diadakannya penyuluhan pelaporan SPT dan sosialisasi kepada wajib pajak.

(32)

terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris”.Berdasarkan

pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat diartikan sebagai

jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai buktu

melalui data yang terkumpul dan harus di uji secara empiris sehingga penulis

mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari

penelitian sebagai berikut :

H1 : Self Assessment System berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak.

(33)

1

Lisda Mawardiana 21112234

Program Studi Akuntasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia

ABSTRACT

Tax is one of the highest acceptance for the state of domestic origin. The importance of taxes as a source of state revenue, are expected to arise discipline the people to fulfill the obligation to pay the tax. This study aims to determine whether the self assessment system and mailing tax bills or simultaneous partial effect to tax revenues.

The population of this research is the annual SPT data, the number of tax bills and tax revenues the personal income tax in STO Cianjur. The sampling technique using a non-probability sampling. Processing data using SPSS version 21.0.

The results of this study indicate that the Self Assessment System partially significant effect on tax revenue with contributions influence exerted by 27.4%. Tax bills are partially significant contribution to tax revenues with the influence exerted by 25.5%. Self Assessment System and mailing tax bills simultaneously significant effect on total tax revenues through the influence exerted by 52.9%.

The conclusion of this research is Self Assessment System and the bills affect the tax revenue either partially or simultaneously. Further research is expected to use other variables for example by using a variable inspection, tax penalties, tax compliance, as well as concierge services.

Keywords : Self Assessment System , STPs , Tax Receipts

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu sumber penerimaan negara paling utama dari dalam negri untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu dari penerimaan pajak itu (Mulyari, 2011). Penerimaan pajak memegang peranan penting dan penerimaan negara yang harus meningkat di bandingkan dengan penerimaan dari sektor migas (Mardiasmo 2002:2).

Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai negara dari hasil penelitian menunjukan bahwa hampir semua negara di dunia mengenakan pajak kepada warganya, kecuali beberapa negara yang kaya akan sumber daya alam yang dijadikan sebagai sumber penerimaan utama negara tidak mengenakan pajak (Pandiangan, 2008:65).

Penerimaan pajak adalah sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara terus menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan pemerintah serta kondisi masyarakat (Jhon Hutagaol 2008:325). Besar kecil nilai pajak akan menentukan kapasitas anggaran dalam negri baik dalam membiayai pengeluaran, pembangunan, maupun biaya rutin negara (Mardiasmo 2009:37). Segala upaya perlu di tingkatkan agar penerimaan negara dari sektor pajak dapat meningkat baik dari subjek ataupun objek pajak yang ada (Gunadi, 2012).

(34)

2

juta jiwa (Fuad Rahmani, 2013). Masih sedikitnya Wajib pajak orang pribadi terdaftar sebagai wajib pajak serta sedikitnya wajib pajak yang terdaftar yang melaporkan kewajiban perpajakn nya (Srimulyani, 2010).

Perubahan sistem pemungutan pajak dari System Official Assessment dan Self

Assessment System perubahan ini diharapkan mampu meningkatkan penerimanan negara dari

sektor pajak, dalam Self Assessment System wajib pajak yang merasa dirinya telah memenuhi syarat subjek dan objek pajak diharapkan sadar untuk melakukan kewajiban perpajakan nya, esensi dari Self Assessment System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang menekankan pada keaktifan dan kesadaran wajib pajak, jadi suksesnya pelaksanaan sistem ini sangat bergantung pada sikap wajib pajak (Nabitatus Syaadah, 2008). Adapun konsekwensi dari diterapkan system ini adalah antara lain; pemungutan pajak meletakan tanggung jawab pemungutan sepenuhnya kepada wajib pajak, sementara perlawanan terhadap proses pemungutan pajak merupakan suatu fenomena yang sering terjadi baik dengan memanfaatkan celah hukum (Tax Avoidance) maupun melalui upaya penyelundupan pajak (Tax Evasion)

sementara wajib pajak diberikan keleluasaan yang sangat luas dalam melaksanakan pelaksanaan kewajiban perpajakan nya maka Direktorat Jendral Pajak (DJP), juga mempunyai fungsi dalam pelaksanaan sistem ini yaitu secara optimal melaksanakan fungsi pengawasan dan penegakan hukum atas terjadinya segala bentuk penyimpangan kewajiban perpajakan baik berupa pelanggaran administratif maupun tindak pidana (Nur Ilavi Hudijani, 2007). Ada empat unsur tindak pidana perpajakan yaitu : Unsur Subjek, dimana pelaku perbuatan pidana adalah setiap orang yaitu; Orang Pribadi, Badan Hukum (pengurus, wakil, kuasa dan pegawai), termausk; yang menuruh, yang turut serta melporkan, yang menganjurkan, yang membantu melakukan (Nur Ilavi Hudijani, 2007).

Surat tagihan pajak dikeluarkan apabila hasil analisis fiskus, wajib pajak tidak atau kurang bayar, harus membayar sanksi denda. semakin banyaknya surat tagihan pajak yang diterbitkan setiap tahun membuat penerimaan pajak menurun. (Asep Hidayatuloh 2015).

Menurut Agus Martowardojo (2011) memenyampaikan tingkat kepatuhan pajak masyarakat di Indonesia masih rendah. Masih menurut Agus Martowardojo (2011) juga menuturkan saat ini orang pribadi yang menyerahkan SPT-nya hanya 8,5 juta wajib pajak, padahal penduduk yang akitif bekerja ada 110 juta orang artinya rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 77% dengan kata lain memang tingakat kepatuahan wajib apajak kita masih belum memadai sehingga dengan kondisi ini, rasio penerimaan pajak terhadap PDB agak rendah dibanding denagn negara-negara lain (Agus Martowardojo, 2011).

Lima sasaran pemeriksaan pada taun 2011 yang diharapkan menambah pundi-pundi penerimaan negara itu adalah : Orang terkaya di Indonesia menurut versi majalah di dunia, pejabat pemerintahan tingak pusat dan daerah, profesional misalnya pengacara atau advokat, dokter, konsultan, notaris, artis, dan atlet, lima wajib pajak Orang Pribadi terbesar dimasing-masing Kantor Pelayanan Pajak (KPP), wajib pajak orang pribadi yang menurut data informasi, atau pengamatan adalah wajib pajak dengan lima kemampuan ekonomi tinggi (Fuad Rahmani, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

1. Belum sesuainya Self Assessment System di Indonesia.

(35)

3

2. Seberapa besar pengaruh Surat Tagihan Pajak terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Cianjur.

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak.

1.4.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Self Assessment System di KPP Pratama Cianjur. 2. Untuk mengetahui pengaruh Surat Tagihan Pajak di KPP Pratama Cianjur.

1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalammeningkatkan kinerja perusahaan dimana yang akan datang khususnya mengenai Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak.

2. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh

Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak.

1.5.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti sesuai dengan topik yang terkait tentang pengaruh Self

Assessment System dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak.

2. Bagi Prodi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik yang terkait serta memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuuan akuntansi dan ilmu lainnya yang terkait.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini di harapkan bermanfaat sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam menciptakan ide-ide penelitian baru.

II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak tentang pajak menurut P. J. Andriani yang dikutip oleh Oyok Abuyamin (2012:2)

(36)

4 2. Fungsi Mengatur (Regular)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

2.1.2 Self Assessment System

2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System

menurut Thomas Sumarsan (2012:14) adalah sebagai berikut :

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayan, tanggung jawab, kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melporkan, sendiri besarnya pajak yang harus dibayar”.

2.1.2.2 Ciri-Ciri Self Assessment System

Menurut Mardiasmo (2011:6) ciri-cri Self Assessment System adalah sebagai berikut : 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada Wajib Pajak sendiri.

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

2.1.3 Surat Tagihan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Surat Tagihan Pajak

Surat Tagihan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:186) adalah sebagai berikut: “Surat Tagihan Pajak adalah untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.”

2.1.3.2 Fungsi Surat Tagihan Pajak Fungsi Surat Tagihan Pajak :

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang dalam Surat Tagihan Pajak Wajib Pajak

2. Sebagai sarana menegakan sanksi administrasi beerupa bunga dan atau denda 3. Sebagai alat untuk menagih pajak.

2.1.4 Penerimaan Pajak

2.1.4.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Menurut Simanjutak Timbuk dan Mukhlis Imam (2012:30) menyatakan bahwa :

“Penerimaan negara dari pajak merupakan salah satu komponen penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan”.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Self Assessment System dan Peneriman Pajak

(37)

5

yaitu perkembangan jumlah penerbitan pajak dari waktu ke waktu menunjukan jumlah yang sangat besar. Dengan demikian secara umum penerimaan di bidang perpajakan semakin menurun dengan banyaknya penerbitan STP oleh karenanya perlu diadakan sosialisasi dan penyuluhan kepada wajib pajak.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan penjelasan dan paradigma penelitian, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hı : Self Assessment System berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. H2 : Surat Tagihan Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak. III METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2014:3) mengenai metode penelitian adalah :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signnifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Oprasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002) dalam Umi Nariwati (2010:31) adalah sebagai berikut :

“Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasionalisasi variabel ini diperlukan untuk menjabarkan variabel-variabel penelitian ke dalam indikator tertentu untuk memudahkan pengukurannya sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pengumpulan data untuk menjawab masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Adapun penjelasan untuk setiap variabel adalah sebagai berikut:

1) Variabel bebas (Independent)

Menurut Sugiyono (2013:64) menjelaskan bahwa:

“Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel independent pada penelitian ini adalah Self Assessment System (X1) dan

Surat Tagihan Pajak (X2)

2) Variabel terikat (dependent)

Menurut Sugiyono (2013:64) menjelaskan bahwa:

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Variabel dependent dalam hal ini adalah Penerimaan Pajak (Y)

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Sumber Data

Menurut Toni Wijaya (2013:19) menyatakan bahwa data sekunder adalah

(38)

6 1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literatur lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan. Landasan teori ini dijadikan sebagai pembanding dengan kenyataan di perusahaan.

2. Riset Internet (Online Research)

Pengumpulan data berasal dari situs-situs terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal dan data lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat Serta Waktu Penelitian

Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu sendiri adalah sebagai berikut:

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014:119)

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian diatas populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian, maka yang menjadi populasi penelitian ini adalah data surat pemeberitahuan tahunan (SPT), data sanksi denda surat tagihan pajak dan realisasi penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

3.4.2 Penarikan Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Menurut Sugiyono (2014:120)

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik nonprobabilitas sampling.

Menurut Tony (2013:27)

“Sampel adalah bagian populasi yang diambil atau ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu”.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah purpasive sampling karena penelitian ini keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian baik dari segi dana, waktu, tenaga, dan jumlah populasi yang sangat banyak.

Menurut Sugiyono (2009:85) menyatakan bahwa purpasive sampling adalah “Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”

(39)

7 Jln.Raya Sadewata KM-2 Cianjur.

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada Februari 2016 sampai dengan Agustus 2016.

3.5 Metode Pengujian Data

Teknik pengujian data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, dimana uji asumsi klasik ini terdiri dari :

1. Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) menyatakan bahwa uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal, atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Husein Umar (2011:181) dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Husein Umar (2011:177) mendefinisikan uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar, tetapi pada pengujian pearson koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan.

Sumber: Husein Umar (2011:179)

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF <10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2012: 362).

Menurut Husein Umar (2011:178) untuk mengatasi terjadinya multikolinieritas, dapat diupayakan melalui hal-hal sebagai berikut:

a. Evaluasi apakah pengisian data telah berlangsung secara efektif atau terdapat kecurangan dan kelemahan lain;

b. Jumlah data ditambah lagi;

c. Salah satu variabel independen dibuang karena data dari dua variabel independen ternyata mirip atau digabungkan jika secara konsep relatif sama; dan

d. Gunakan metode lanjut seperti regresi bayesian atau regresi tolerance”.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Husein Umar (2011:179) mendefinisikan

1 VIF =

(40)

8

bebas terhadap nilai absolut dari residual (error). Apabila ada koefisien kolerasi yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Cara pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai produksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Husein Umar (2011:182) autokorelasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan nilain statistik Watson. Kriteria uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:

a. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat autokorelasi.

b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.

c. Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 –dU ≤ D-W ≤ 4-dL.

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Metode Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41) mendefinisikan rancangan analisis adalah sebagai berikut:

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif. 1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2012: 206) menjelaskan statistik deskriptif sebagai berikut:

“statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.”

2. Analisis Verifikatif

Menurut Sugiyono (2010:8) menjelaskan analisis verifikatif adalah sebagai berikut: “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

3.6.1.1 Analisis Regresi Linier Berganda

(41)

9

variabel independen sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”.

Bentuk persamaan dari regresi linier berganda untuk dua prediktor ini yaitu:

Sumber: Sugiyono (2010:192)

Sumber: Sugiyono (2010:192)

Dimana:

Y : Penerimaan Pajak

A : Konstanta merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1 , X2 = 0).

β1 : Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 dianggap konstan.

β2 : Koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas X1 dianggap konstan.

X : Variabel independen, yang terdiri dari Self Assessment System (X1), Surat Tagihan Pajak (X2)

3.6.1.2 Analisis Korelasi Pearson

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Adapun rumus yang digunakan menurut Sugiyono (2012:248) adalah sebagai berikut:

Dimana : r = Koefisien korelasi

Hasil Perhitungan akan memberikan tiga alternatif, yaitu:

a. Apabila nilai r mendekati positif (+) satu variabel berarti variabel X mempunyai hubungan yang kuat dengan positif terhadap variabel Y.

b. Apabila nilai r mendekati negatif (-) berarti variabel X mempunyai pengaruh yang kuat dan negatif terhadap perkembangan variabel Y.

c. Apabila nilai r mendekati nol (0) maka variabel X kurang mempengaruhi terhadap perkembangan variabel Y, hal ini berarti bahwa bertambahnya atau berkurangnya variabel Y tidak mempengaruhi variabel X.

Menurut Sugiyono (2012:250) untuk dapat memberikan penafsiran besar kecilnya koefisien korelasi, dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi Intrerval Koefisien Tingkat Hubungan

(42)

10

Sumber: Umi Narimawati(2010:50) Keterangan:

Kd : Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Dipergunakan oleh Variabel X

R² : Kuadrat Koefisien Korelasi

100% : Pengkali yang menyatakan dalam persentase

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t). a. Uji Parsial (t-test)

Uji t(t-test) digunakan untuk menguji hipotesis sacara parsial guna menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variabeldependen.Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Dalam hal ini, variabel independennya yaitu Self assessment System dan Surat Tagihan Pajak. Sedangkan variabel dependennya yaitu Penerimaan Pajak. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis

alternatif (H1) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini.

Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

H0 : β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

H1 : β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap

variabel terikat. 2. Menghitung Uji t (t-test)

Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari : Thitung =

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

3. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. H0 ditolak jika p-value < 0,01 dan thitung > ttabel b. H0 diterima jika p-value > 0,01 dan thitung < ttabel

2.6.3 Penetapan Tingkat Signifikan

Ditentukan dengan 1% dari derajat bebas (dk)=(n-k-1), untuk menentukan ttabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,01 atau 1% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikansi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

Gambar

Gambar 2.2
Gambar 3.1 Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipotesis setelah dibandingkan
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Referensi

Dokumen terkait

c. Pengaruh semua unsur pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan, seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap. Perusahaan dianjurkan untuk

POLA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KECIL INDUSTRI MENENGAH DI SUMATERA DAN KALIMANTAN TAHUN 2018. KABUPATEN WAY KANAN,

Ketentuan dalam Undang- Undang Pokok Agraria tersebut bersumber pada Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang telah menentukan bahwa semua

Pada penelitian ini hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah leukosit dengan kadar troponin pada pasien infark miokard

Besarnya zona yang rusak “ Crushed Zone ” yang dibentuk oleh Gun Perforasi yang mengakibatkan adanya hambatan aliran atau skin, sehingga dapat diketahui

Skripsi ini berjudul Nilai-Nilai Islam dalam Serat Sastra Gending karya Sultan Agung. Yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam dan dua disiplin Ilmu yaitu Teologi

Dengan kat a lain , j ika Anda selalu m em bayangkan pikir an yan g negat if. – kecew a, gagal, m ar ah, selalu m enyalahkan or ang lain , fr ust asi,

oh’ya Untuk membunuh atau memblokir koneksi komputer target sepenuhnya, klik kanan pada salah satu komputer yang ada di daftar dan pilih &#34;Drop Hosts Selected&#34;. Ya