• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perbandingan Jumlah Campuran Ekstrak Bawang Putih Dengan Bayam dan Jumlah Gula Terhadap Mutu Minuman Instan Kedelai Yang Digerminasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perbandingan Jumlah Campuran Ekstrak Bawang Putih Dengan Bayam dan Jumlah Gula Terhadap Mutu Minuman Instan Kedelai Yang Digerminasi"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

FITRA YANTI SITUMORANG 070305037/Ilmu dan Teknologi Pangan

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

(2)

SKRIPSI

OLEH:

FITRA YANTI SITUMORANG 070305037/Ilmu dan Teknologi Pangan

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CAMPURAN EKSTRAK

BAWANG PUTIH DENGAN BAYAM DAN JUMLAH GULA TERHADAP

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Perbandingan Jumlah Campuran Ekstrak Bawang Putih Dengan Bayam dan Jumlah Gula Terhadap Mutu Minuman Instan Kedelai Yang Digerminasi

Nama : Fitra Yanti Situmorang

NIM : 070305037

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Pangan (dh. Teknologi Hasil Pertanian)

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Ir. Ismed Suhaidi, M. Si Ir. Setyohadi, M. Sc

Ketua Anggota

Mengetahui:

Dr. Ir. Herla Rusmarilin, M.P Ketua Program Studi

(4)

ABSTRAK

FITRA YANTI SITUMORANG : PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CAMPURAN EKSTRAK BAWANG PUTIH DENGAN BAYAM DAN JUMLAH GULA TERHADAP MUTU MINUMAN INSTAN KEDELAI YANG DIGERMINASI. Dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan SETYOHADI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap mutu minuman instan kedelai yang digerminasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dan bayam (0,5% : 4,5%, 1,0% : 4,0%, 1,5% : 3,5%, 2,0% : 3,0%) dan jumlah gula (10%, 20%, 30%, 40%). Parameter yang diamati adalah kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, uji organoleptik rasa, aroma dan warna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna. Jumlah gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna. Interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut dan memberi pengaruh tidak berbeda nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna.

Kata kunci : Minuman Instan Kedelai, Kedelai, Bawang Putih, Bayam, Gula

ABSTRACT

FITRA YANTI SITUMORANG: THE EFFECT OF AMOUNT OF MIXED GARLIC EXTRACT WITH SPINACH AND SUGAR ON THE QUALITY OF INSTANT GERMINATED SOYA DRINK. Supervised by Ismed Suhaidi and Setyohadi. This study was aimed to determine the effect of mixed of garlic extract with spinach and amount of sugar on the quality of instant germinated soya drink. Complete Randomised Design (CRD) with 2 factors were used: the ratio of garlic and spinach extract (0.5%: 4.5%, 1.0%: 4.0%, 1.5%: 3.5 %, 2.0%: 3.0%) and the amount of sugar (10%, 20%, 30%, 40%). Parameters measured were fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color.

The results showed that the ratio of garlic extract mix and spinach had a highly significant effect on fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color. The effect of the amount of sugar was differed significantly on fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color. Interaction of both factors were significantly affected the solubility and not significantly effected the fat content, water content, protein content, taste, aroma and color.

(5)

RIWAYAT HIDUP

FITRA YANTI SITUMORANG, dilahirkan di Sidamanik pada tanggal

29 Januari 1989. Anak dari Bapak J. Situmorang dan Ibu K. Manik. Penulis

merupakan anak ke enam dari enam bersaudara.

Pada tahun 2007 lulus dari SMA Dharma Budi Sidamanik dan pada tahun

2007 masuk di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui jalur

SPMB. Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Pertanian.

Selama mengikuti kuliah, penulis merupakan anggota IMTHP (Ikatan

Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian) mulai tahun 2007-2012. Penulis juga

merupakan anggota MCM (Medan Campus Ministry) mulai 27 Januari 2008

sampai sekarang.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di pabrik Teh PT.

Perkebunan Nusantara IV unit Sidamanik, Pematang Siantar, Sumatera Utara

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perbandingan jumlah

Campuran Ekstrak Bawang Putih Dengan Bayam Dan Jumlah Gula

Terhadap Mutu Minuman Instan Kedelai Yang Digerminasi”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing

Ir.Ismed Suhaidi, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ir.Setyohadi, M.Sc

selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan serta motivasi yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang

tua saya Bapak J. Situmorang (Alm.) dan Ibu K. Manik, kakak dan abang yang

sudah memberikan motivasi, doa dan dukungan moril. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi

Hasil Pertanian serta kepada teman seperjuangan THP 2007, adik-adik stambuk,

kakak dan adik bunga cempaka, dan MCM (Medan Campus Ministry) yang telah

membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam melaksanakan

penelitian dan juga dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Juli 2013

(7)
(8)

BAHAN DAN METODA PENELITIAN putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap kadar lemak (%) ... 38

(9)

protein (%) ... 48 organoleptik rasa (Numerik) ... 53

Nilai Organoleptik Aroma (Numerik) organoleptik aroma (Numerik) ... 57

Nilai Organoleptik Warna (Numerik) organoleptik warna (Numerik) ... 60

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 62

Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Komposisi kimia kedelai per 100 gram bahan ... 7

2. Komposisi rata-rata kedelai dalam persen berat kering ... 7

3. Komposisi kimia pada umbi dan daun bawang putih ... 11

4. Komposisi zat gizi bayam per 100 gram bahan ... 14

5. Komposisi zat gizi susu kedelai bubuk, susu kedelai cair dan susu sapi per 100 gram bahan ... 21

6. Komposisi zat gizi minuman serbik kedelai ... 21

7. Skala mutu hedonik aroma ... 28

8. Skala uji hedonik rasa ... 29

9. Skala mutu hedonik warna ... 29

10. Hasil analisa pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap parameter yang diamati ... 33

11. Hasil analisa pengaruh jumlah gula terhadap parameter yang diamati ... 34

12. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar lemak (%) 13. Uji LSR efek utma jumlah gula terhadap kadar lemak (%) ... 37

14. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar ai (%) ... 39

15. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap kadar air (%) ... 40

16. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar protein (%) ... 42

17. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap kadar protein (%) ... 44

18. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap daya larut (%)... 46

(11)

20. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih degan byam dan jumlah gula terhadap daya larut (%) ... 49

21. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap nilai organoleptik rasa (Numerik) ... 51

22. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap nilai organoleptik rasa

(Numerik) ... 52

23. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang

putih dengan bayam terhadap nilai organoleptik aroma (Numerik) ... 54

24. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap nilai organoleptik aroma

(Numerik) ... 56

25. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang

putih dengan bayam terhadap nilai organoleptik warna (Numerik) ... 58

26. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap nilai organoleptik warna

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema pembuatan sari kedelai ... 30

2. Skema pembuatan sari bayam ... 31

3. Skema pembuatan sari bawang putih ... 31

4. Skema pembuatan minuman instan kedelai ... 32

5. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar lemak ... 36

6. Hubungan jumlah gula dengan kadar lemak ... 38

7. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar air ... 40

8. Hubungan jumlah gula dengan kadar air ... 41

9. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar protein ... 43

10. Hubungan jumlah gula terhadap kadar protein ... 44

11. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap daya larut ... 46

12. Hubungan jumlah gula terhadap daya larut ... 48

13. Hubungan interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap daya larut ... 49

14. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap nilai organoleptik rasa ... 51

15. Hubungan jumlah gula terhadap nilai organoleptik rasa ... 53

16. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap nilai organoleptik aroma ... 55

17. Hubungan jumlah gula terhadap nilai organoleptik aroma ... 57

(13)
(14)

ABSTRAK

FITRA YANTI SITUMORANG : PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CAMPURAN EKSTRAK BAWANG PUTIH DENGAN BAYAM DAN JUMLAH GULA TERHADAP MUTU MINUMAN INSTAN KEDELAI YANG DIGERMINASI. Dibimbing oleh ISMED SUHAIDI dan SETYOHADI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap mutu minuman instan kedelai yang digerminasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dan bayam (0,5% : 4,5%, 1,0% : 4,0%, 1,5% : 3,5%, 2,0% : 3,0%) dan jumlah gula (10%, 20%, 30%, 40%). Parameter yang diamati adalah kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, uji organoleptik rasa, aroma dan warna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna. Jumlah gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, daya larut, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna. Interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap daya larut dan memberi pengaruh tidak berbeda nyata terhadap kadar lemak, kadar air, kadar protein, nilai organoleptik rasa, nilai organoleptik aroma dan nilai organoleptik warna.

Kata kunci : Minuman Instan Kedelai, Kedelai, Bawang Putih, Bayam, Gula

ABSTRACT

FITRA YANTI SITUMORANG: THE EFFECT OF AMOUNT OF MIXED GARLIC EXTRACT WITH SPINACH AND SUGAR ON THE QUALITY OF INSTANT GERMINATED SOYA DRINK. Supervised by Ismed Suhaidi and Setyohadi. This study was aimed to determine the effect of mixed of garlic extract with spinach and amount of sugar on the quality of instant germinated soya drink. Complete Randomised Design (CRD) with 2 factors were used: the ratio of garlic and spinach extract (0.5%: 4.5%, 1.0%: 4.0%, 1.5%: 3.5 %, 2.0%: 3.0%) and the amount of sugar (10%, 20%, 30%, 40%). Parameters measured were fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color.

The results showed that the ratio of garlic extract mix and spinach had a highly significant effect on fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color. The effect of the amount of sugar was differed significantly on fat content, water content, protein content, solubility, taste, aroma and color. Interaction of both factors were significantly affected the solubility and not significantly effected the fat content, water content, protein content, taste, aroma and color.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa digunakan

sebagai bahan pangan, pakan, maupun bahan baku berbagai industri manufaktur

dan olahan. Protein dalam kedelai juga termasuk tinggi lebih dari 40% dan kedelai

juga mudah di dapat dipasar. Tingginya protein kedelai membuat masyarakat

menggemari hasil olahan dari kedelai tersebut seperti tempe, tahu, susu kedelai,

kecap, dan tauco.

Kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa

untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah

kecil dan bila ditinjau dari segi harga merupakan sumber protein yang termurah,

sehingga sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan

kedelai.

Bawang putih telah dikenal lebih dari 6000 tahun yang lalu, baik sebagai

penyedap masakan serta obat berbagai penyakit. Penggunaaan bawang putih

sebagai obat tradisioanal telah beratus-ratus tahun yang lalu dikenal di berbagai

negara seperti Romawi, Mesir Kuno, India, dan Bulgaria.

Bawang putih banyak sekali khasiatnya, tetapi pemakaiannya hanya

sedikit sekali yaitu untuk rempah-rempah (bumbu dapur) saja, hal ini disebabkan

baunya yang sangat tajam. Dari semua jenis bawang, bawang putih merupakan

jenis yang paling banyak nilai gizinya. Bawang putih banyak mengandung

vitamin C dan mineral P, Ca serta K, selain itu bawang putih juga mengandug Fe

(16)

Bayam merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi

kesehatan dan pertumbuhan badan, terutama anak-anak dan para ibu hamil. Di

dalam daun bayam terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral kalsium,

zat besi, dan vitamin yang dibutuhkan oleh manusia. Mengkonsumsi bayam dalam

jumlah yang cukup memberikan manfaat yang besar. Kandungan vitamin A dalam

daun bayam berguna untuk memberikan ketahanan tubuh dalam menangulangi

penyakit mata.

Sayur bayam adalah salah satu sayuran yang terkenal memiliki kandungan

zat besi (Fe) yang sangat tinggi. Selain zat besi, bayam memiliki kandungan

mineral lain, contohnya kalsium, kalium, magnesium, fosfor, dan mangan. Sayur

bayam juga memiliki kandungan vitamin yang sangat bagus, misalnya vitamin A,

B2, B6, C, E, dan juga vitamin K yang memang banyak terdapat pada sayuran

hijau. Selain mineral dan vitamin, bayam kaya akan karbohidrat, protein, lemak,

serat pangan (fiber), dan beberapa komponen kimia yang sangat menguntungkan

bagi konsumennya.

Gula digunakan pada berbagai produk makanan. Selain memberikan rasa

manis, gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula

yang tinggi (sampai 70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba

perusak makanan. Gula yang dipanaskan akan menguapkan air. Air yang

menguap membuat gula kembali menjadi butiran-butiran yang padat.

Susu kedelai merupakan minuman sari kedelai dan kaya nutrisi yang

berasal dari Cina, kemudian tersebar ke Jepang dan negara Asia lainnya, termasuk

Indonesia. Ada 2 macam susu kedelai yaitu berbentuk cairan dan berbentuk

(17)

spray dryer, sedangkan untuk memperoleh susu kedelai cair, setelah selesai

penyaringan biasanya dimasak sampai mendidih atau disterilkan dalam botol.

Germinasi meningkatkan daya cerna karena berkecambah merupakan

proses katabolisme yang menyediakan zat gizi penting untuk pertumbuhan

tanaman melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang terdapat di dalam

biji. Melalui germinasi, nilai daya cerna kacang-kacangan akan meningkat,

sehingga waktu pemasakan atau pengolahan pun menjadi lebih singkat.

Pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan lemak menjadi

senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna. Selama proses itu pula

terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin, sedangkan kadar lemaknya

mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik meneliti “pengaruh

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan

jumlah gula terhadap mutu minuman instan kedelai yang digerminasi”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah

campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap mutu

minuman instan kedelai yang digerminasi

Kegunaan Penelitian

Sebagai sumber informasi dalam pembuatan minuman instan dan sebagai

sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi Pertanian,

(18)

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih

dengan bayam dan jumlah gula serta interaksi antara perbandingan jumlah

campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap mutu

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan

oleh manusia sejak 2500 SM. Biji kedelai mempunyai nilai guna yang cukup

tinggi karena bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku

industri. Kedelai mengandung kadar protein lebih dari 40% dan lemak 10-15%.

Kedelai kecambah mengandung 94% air, 3% protein, dan 0,1% lemak.

(Adisarwanto, 2005)

Dari tanaman kedelai, selain bijinya dimanfaatkan sebagai makanan

manusia, daun dan batangnya yang sudah agak kering pun dapat digunakan

sebagai makanan ternak, dan pupuk hijau. Kacang kedelai banyak mengandung

protein dan lemak. Sebagai makanan, kedelai lebih baik jika dibandingkan dengan

kacang tanah, karena kandungan protein dan lemak pada kedelai lebih baik dari

pada kandungan protein dan lemak pada kacang tanah (AAK, 1989).

Di samping mengandung senyawa yang berguna, ternyata pada kedelai

terdapat juga senyawa anti gizi dan senyawa penyebab offflavor (penyimpangan

cita rasa dan aroma pada produk olahan kedelai). Diantara senyawa anti gizi yang

sangat mempengaruhi mutu produk olahan kedelai ialah antitripsin, hemaglutinin,

asam fitat, oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut sehingga

perut menjadi kembung). Sedangkan senyawa penyebab off flavor pada kedelai

ialah glukosida, saponin, estrogen, dan senyawa penyebab alergi. Dalam

(20)

sehingga akan dihasilkan produk olahan kedelai dengan mutu terbaik dan aman

untuk dikonsumsi manusia (Koswara, 1992).

Asam fitat merupakan zat anti nutrisi yang secara alamiah terdapat pada

kacang-kacangan dan tanaman sereal. Mio-inositol heksakisfosfat (C6H18O24P6)

yang umum disebut asam fitat, mempunyai rumus kimia dan struktur cincinnya

mirip dengan glukosa yang berikatan dengan fosfor untuk membentuk struktur

asam fitat. Asam fitat memiliki struktur kimia yang stabil, mengandung kira-kira

2/3 dari fosfor dalam tanaman sereal dalam bentuk fosfor organik. Bahan baku

pakan yang mempunyai kandungan asam fitat yang tinggi adalah kedelai, dedak

padi, dan dedak gandum. Selain fosfor unsur-unsur lain juga ditemukan terikat

dalam asam fitat seperti Ca, Zn, Fe, dan Mg (Repository IPB, 2007).

Antitripsin adalah senyawa protein yang bersifat sebagai antinutrisi, yaitu

mempunyai kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim tripsin didalam

saluran pencernaan. Adanya antitripsin menyebabkan terjadinya penghambatan

proses pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya hipertopi pankreas hewan

percobaan yang diberi ransum kedelai mentah. Antitripsin dalam makanan

menyebabkan pankreas memproduksi enzim tripsin lebih banyak dan oleh sebab

itu pankreas bekerja hiperaktif sehingga terjadi hipertropi

(21)

Komposisi kimia kedelai dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia kedelai per 100 g

Komponen Basah Kering

Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi

oleh varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari

trigliserida sebesar 90-95%, sedangkan sisanya ialah fosfatida, asam lemak bebas,

sterol, dan tokoferol. Jumlah fosfatida dalam kedelai sekitar 2% yang terdiri dari

lesitin dan sepalin. Lesitin digunakan sebagai bahan pengempuk dalam pembuatan

kue atau roti (Ketaren, 2005).

Secara fisik setiap biji kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran, dan

bentuk biji serta komposisi kimianya. Perbedaan sifat fisik dan kimia tersebut

dipengaruhi oleh varietas dan kondisi tempat kedelai itu tumbuh. Komposisi

rata-rata kedelai 10 varietas kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia rata-rata kedelai dalam persen berat kering

Komposisi Terendah (%) Tertinggi (%) Rata-rata (%)

(22)

Proses Perkecambahan Biji terhadap Nilai Gizi

Kecambah berasal dari biji tanaman kacang hijau yang diperoleh melalui

proses perendaman, selanjutnya biji basah yang telah dibuang airnya dibiarkan

sampai timbul perkecambahan. Zat gizi dalam kacang hijau akan mengalami

perubahan yang cukup besar setelah menjadi kecambah. Vitamin C dan serat akan

meningkat setelah perkecambahan. Adapun konsentrasi zat gizi lain umumnya

mengalami penurunan karena adanya perendaman, misalnya karbohidrat.

Kecambah mempunyai kandungan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan.

Antioksidan ini berguna untuk mencegah proses ketuaan dan menghalangi

penyebebaran sel kanker. Selain itu, vitamin E dalam kecambah dapat pula

digunakan untuk meningkatkan kesuburan. Kandungan protein dalam kecambah

lebih mudah dicerna dan diserap tubuh dibandingkan dengan protein pada

kacang hijau. Hal ini karena adanya proses fermentasi pada kecambah

(Wirakusumah, 2000).

Proses perkecambahan merupakan rangkaian dari perubahan-perubahan

morfologis, fisiologis, dan biokimia. Dalam proses perkecambahan, lemak akan

dirombak oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol, sedang kedua asam

tersebut akan dipakai sebagai bahan pembentuk glukosa (sebagai bahan bakar

respirasi) atau sebagai komponen pertumbuhan. Protein oleh enzim proteolitik

diubah menjadi campuran asam amino bebas, yang kemudian dipakai sebagai

sintesa protein pada sel-sel embrio. Sebagai hasil perombakan protein,

terbentuklah asam amino triptofan dimana asam ini pada titik tumbuh embrio

akan diubah menjadi auksin dan sitokinin yang akan menstimulir pertumbuhan

(23)

Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal

tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi

cadangan makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian

vegetatif (sumbu pertumbuhan embrio atau lembaga). Selama proses

perkecambahan, bahan makanan cadangan diubah menjadi bentuk yang

dapat digunakan, baik untuk tumbuhan maupun manusia. Germinasi

meningkatkan daya cerna karena perkecambahan merupakan proses

katabolisme yang menyediakan zat gizi yang penting untuk pertumbuhan

tanaman melalui reaksi hidrolisis dari zat gizi cadangan yang terdapat dalam

biji. Melalui germinasi, nilai daya cerna kacang-kacangan akan meningkat

sehingga waktu pemasakan atau pengolahan menjadi lebih singkat. Pada saat

perkecambahan terjadi hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak menjadi

senyawa - senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Selama

perkecambahan, terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin sedangkan

kadar lemaknya mengalami penurunan (Astawan dan Winarno, 2008, 1985).

Bawang Putih

Bawang putih termasuk anggota bawang-bawangan yang paling popular di

dunia. Berpuluh-puluh abad yang lalu, bawang putih merupakan komoditi yang

besar peranannya dalam membangun bangsa yang kuat dan sehat lewat menu

makanannya. Aslinya bawang putih diperkirakan berasal dari Kirgiz di daerah

padang pasir Siberia. Sekitar pertengahan abad ke-17, tepatnya tahun 1665, wabah

sampar (pes) melanda Inggris. Wabah ini menyebar ke seluruh pelosok daratan

Eropa dan menjadi momok yang mengerikan pada waktu itu. Konon, menurut

(24)

Ada berbagai jenis bawang yang dibudidayakan oleh petani Indonesia.

Hasil bawang diambil dari bagian tanaman yang berupa umbi atau batang (semu)

dan daun. Bawang yang diambil umbinya ialah bawang merah, bawang putih dan

bawang bombay sedangkan yang diambil daun atau batang semunya ialah bawang

daun (loncang). Jenis bawang tersebut untuk bahan masakan dan bumbu masakan.

Bawang merah mengandung zat yang dapat merangsang atau zat terbang. Pada

saat kulit umbi dikupas dan diiris-iris ataupun ditumbuk, zat ini menguap

sehingga berkesan zat tersebut terbang. Zat terbang ini memiliki sifat khas yaitu

terasa pedas apabila mengenai mata. Bawang putih memiliki aroma khas yang

menyengat hidung, bahkan kalau kita makan terlalu banyak akan berpengaruh

terhadap bau badan kita (keringat). Bawang daun pun memiliki aroma spesifik

pula, yang berbeda dengan kedua jenis bawang lainnya (AAK, 1998).

Konsep menggabungkan kemanjuran dengan cara menggunakan bawang

putih bersama dengan makanan kesehatan seperti sayuran berwarna hijau bermutu

tinggi dapat meningkatkan manfaat yang diperoleh dari kedua makanan tersebut.

Beberapa sayuran hijau, seperti comfrey mengandung persentase tinggi dari

vitamin-vitamin penting dan menghilangkan bau yang kuat dari bawang putih.

Karena klorofil diduga memiliki kemampuan menetralisir bau bawang putih,

kebanyakan dedaunan hijau bisa jadi berkhasiat menghilangkan bau bawang putih

walaupun hanya sedikit yang sama efektifnya seperti comfrey (Watanabe, 1998).

Mengurangi atau menghilangkan bau bawang putih tidaklah sesulit yang

dikira jika kita mengikuti beberapa aturan sederhana. Bawang putih yang dimasak

pada panas cukup tinggi untuk menghancurkan enzim allinase yang menghasilkan

(25)

yang memakannya. Jumlah bawang putih yang lebih kecil tidak akan

menimbulkan bau atau sangat sedikit baunya (Watanabe, 1998).

Komposisi kimia pada umbi dan daun bawang putih dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 . Komposisi kimia pada umbi dan daun bawang putih

Komponen Kimia Umbi Daun

Umbi bawang putih mengandung zat hara belerang, besi, kalsium, fosfat,

disamping zat organis lemak, protein, dan karbohidrat. Yang khas terdapat di

dalam umbi bawang putih ialah sejenis minyak atsiri dengan bau khas bawang

putih yang diberi nama Allicin. Allicin merupakan gugusan kimiawi yang terdiri

atas beberapa jenis sulfida dan yang paling banyak adalah Allyl sulfida. Sulfida

mengandung unsur zat hara belerang. Allyl sulfida dibentuk di dalam bawang

putih sebagai hasil dari aktivitas enzim, yang tinggi rendahnya hasil aktivitas

bergantung pada zat belerang yang dapat diisap oleh perakarannya. Zat belerang

di dalam tanah yang mudah diisap oleh perakaran bawang putih dihasilkan oleh

(26)

berada didalam tanah. Zat belerang ini berada di dalam zat protein yang masih

tersisa dalam humus/bahan organis (Rismunandar, 1989).

Bawang bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung unsur-unsur aktif,

memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, merangsang

pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1. Selain itu bawang

mempunyai nilai gizi yang tinggi, dan mengandung sejumlah komponen kimia

yang diperlukan untuk hidup manusia. Dewasa ini bawang putih dimanfaatkan

sebagai penghambat perkembangan penyakit kanker karena mengandung

komponen aktif, yaitu selenium (Se) dan germanium (GeO2). Bawang merah pun

mengandung unsur-unsur aktif antara lain zat terbang (AAK, 1998).

Alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk di

antaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan

tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah. Zat-zat kimia yang

terdapat pada bawang putih adalah Allisin yang berperan memberi aroma pada

bawang putih (www.usurepository.ac.id, 2011).

Menurut Tim Penulis Ps (1999) zat-zat kimia yang terdapat pada bawang

putih yaitu allicin adalah komponen utama yang berperanan memberi aroma

bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh

kuman-kuman penyakit (bersifat antibakteri). Scordinin berupa senyawa

kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa lain yang

terdapat pada bawang putih adalah allithiamin. Senyawa ini merupakan hasil

reaksi allicin dengan thiamin dan dapat bereaksi dengan sistein. Fungsi senyawa

ini hampir sama dengan vitamin B1 sehingga dikenal sebagai vitamin B1 bawang

(27)

selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai antioksidan), enzim

garmanium (suatu zat yang mencegah rusaknya darah merah), antiarthritic faktor

(suatu zat pencegah rusaknya persendian) dan methylallyl trisulfide (zat yang

mencegah terjadinya perlengketan sel-sel darah merah).

Dalam bawang putih scordinin berfungsi sebagai enzim pendorong

pertumbuhan yang efektif dalam proses germinasi dan pertumbuhan akar. Jika

alisin bekerja sebagai pemberantas penyakit bagi orang yang memakan bawang

putih, maka scordininlah yang berperanan dalam memberikan kekuatan dan

pertumbuhan tubuh. Pengaruh fisiologis scordinin ini pernah dicoba terhadap anak

tikus. Hasilnya, anak tikus yang disuntik maupun diberi makan scordinin ternyata

lebih cepat besar dan badannya lebih berat daripada anak tikus yang tidak diberi

scordinin. Ketika anak-anak tikus percobaan tersebut diuji kemampuan

berenangnya, ternyata anak tikus yang diberi makan scordinin mampu berenang 3

kali lebih lama tanpa berhenti daripada anak tikus yang tidak diberi scordinin.

Makin tinggi jumlah scordinin yang diberikan, kemampuan berenangnya semakin

tinggi. Ini dapat disimpulkan bahwa scordinin mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan dan daya tahan tubuh. Kemudian, ketika scordinin dicobakan pada

kelinci ternyata mampu menekan kandungan kolesterol dalam darah. Scordinin

juga mampu merangsang peningkatan jumlah produksi sperma kelinci jantan

(Wibowo, 2009).

Bayam

Disamping sebagai sumber gizi, vitamin, dan mineral, sayuran juga

menambah ragam, rasa, warna, dan tekstur makanan. Kecuali beberapa jenis

(28)

sayuran saja tidaklah cukup memenuhi kebutuhan gizi harian, dan perlu

dikonsumsi dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi seluruh pasokan

gizi yang dibutuhkan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Satu-satunya sayuran yang termasuk dalam famili Amaranthaceae ialah

bayam (Amaranthus sp). Tanaman ini berbentuk perdu atau semak. Bayam

banyak digemari masyarakat karena rasanya enak, lunak, dan dapat memperlancar

pencernaan. Selain itu bayam banyak mengandung vitamin A dan C serta sedikiit

vitamin B. Bayam pun banyak mengandung garam-garam mineral yang penting

seperti kalsium, fosfor, dan besi (Sunarjono, 2009).

Komposisi zat gizi bayam per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi zat gizi bayam per 100 g bahan

Zat Gizi Bayam Hijau Bayam Merah

Sumber: Bandini dan Azis, 2001

Ditinjau dari kandungan gizinya, bayam merupakan jenis sayuran hijau

yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan. Didalam daun

bayam terdapat banyak cukup banyak kandungan protein, mineral kalsium, zat

(29)

terdapat karoten yang merupakan provitamin A yang akan diubah di dalam tubuh

menjadi vitamin A (Bandini dan Azis, 2001).

Bayam merupakan sumber vitamin A, C,Fe, Ca, dan K sebesar 40%.

Kandungan Fe nya cukup tinggi, yaitu dua kali lebih banyak dibanding sayuran

jenis lain. Sayuran ini baik untuk kesehatan limpa, urin, dan sistem pencernaan.

Selain itu, bayam juga mempunyai pengaruh laksatif dan baik bila digunakan

sebagai makanan penurun berat badan. Bayam mempunyai kandungan karotenoid

yang tinggi. Zat ini dapat bertindak sebgai pencegah kanker. Selain itu, bayam

juga kaya akan klorofil yang mempunyai kekuatan menghalangi mutasi sel yang

merupakan langkah pertama pembentukan kanker (Wirakusumah, 2000).

Ikatan mineral pada klorofil ialah Mg (magnesium) yang berfungsi sebagai

pembentuk sel darah merah yang paling cepat didalam tubuh manusia.

Penggunaan klorofil bagi tubuh manusia dapat membantu dalam hal:

1. Meningkatkan jumlah sel-sel darah, khususnya meningkatkan produksi

hemoglobin dalam darah

2. Mengatasi anemia

3. Membersihkan jaringan tubuh

4. Membersihkan hati dan membantu fungsi hati

5. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap senyawa asing (virus, bakteri,

parasit)

6. Memperkuat sel

7. Melindungi DNA terhadap kerusakan

(30)

Gula

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap

karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan

biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau tebu.

Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai

daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air (aw) dan

mengikat air. Semua gula berwarna putih, membentuk kristal yang larut dalam air.

(www.repositoryusu.ac.id, 2012).

Dalam industri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk

kristal halus atau kasar dan dalam jumlah banyak digunakan

bentuk cairan atau sirup dan biasanya yang disebut gula adalah

sukrosa. Fungsi utama dari sukrosa pada produk makanan adalah

sebagai pemanis, pengawet, meningkatkan rasa, aroma dan sumber energi

(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2012).

Gula digunakan pada berbagai produk makanan. Selain memberikan rasa

manis, gula dalam konsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Konsentrasi gula

yang tinggi (sampai 70%) sudah dapat menghambat pertumbuhan mikroba

perusak makanan. Pada umumnya pengolahan dengan gula dikombinasikan

dengan asam, pengolahan secara fisik (pengeringan, evaporasi, pasteurisasi) dan

penambahan bahan-bahan kimia seperti penambahan bahan pengawet. Kadar gula

yang tinggi (minimum 40%) bila ditambahkan ke dalam bahan pangan

menyebabkan air dalam bahan pangan menjadi terikat sehingga menurunkan nilai

(31)

Minuman Bubuk Instan

Susu kedelai merupakan minuman sari kedelai dan kaya nutrisi yang

berasal dari Cina, kemudian tersebar ke Jepang dan negara Asia lainnya, termasuk

Indonesia. Kadar protein susu kedelai hampir sama dengan susu sapi, tetapi

kandungan lisin susu kedelai lebih tinggi dibandingkan kandungan lisin susu sapi.

Dalam perkembangan selanjutnya, susu kedelai dikenal dengan dengan nama

yoghurt dan susu kedelai (Adisarwanto, 2005).

Ada 2 macam susu kedelai yaitu berbentuk cairan dan berbentuk bubuk.

Cairan susu dipanaskan kemudian dikeringkan dengan menggunakan spraydryer,

sedangkan untuk memperoleh susu kedelai cair, setelah selesai penyaringan

biasanya dimasak sampai mendidih atau disterilkan dalam botol

(Winarno dan Rahman, 1974).

Gula yang dipanaskan akan menguapkan air. Air yang menguap membuat

gula kembali menjadi butiran-butiran yang padat. Misalnya, wortel yang

ditambahkan gula, disaring, diambil cairannya dan kemudian dipanaskan, maka

sedikit demi sedikit akan terbentuk Kristal wortel. Bila sifat keasaman tinggi,

seperti buah jeruk, proses kristalisasi tidak akan terjadi dengan baik. Larutan akan

menjadi seperti gulali, lengket dan liat. Untuk menjadikan bahan menjadi serbuk ,

syaratnya bahan tersebut mempunyai pH yang tidak asam. pH optimum untuk

(32)

Bahan tambahan pembuatan minuman bubuk instan

Natrium bikarbonat (NaHCO3)

Perendaman kedelai dalam larutan 0,5% NaHCO3 ataupun dalam air

selama 8-10 jam yang diikuti dengan blanching dalam air mendidih menghasilkan

minuman kedelai yang bebas bau langu dan aktivitas tripsin inhibitor negatif

(Susanto dan Saneto, 1994).

Karagenan

Karagenan diperoleh dari ekstrak rumput laut merah Chondrus sp,

Gigartinasp, dan Eucheumasp sampai 86 spesies telah dimanfaatkan. Karagenan

larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam pelarut-pelarut lainnya, umumnya perlu

pemanasan agar karagenan larut semuanya (Cahyadi, 2009).

Metode pembuatan minuman bubuk instan

Pembersihan dan pencucian

Biji dibersihkan dari kotoran, kerikil, pasir, potongan ranting dan batang

kedelai. Biji rusak, hitam dan berkapang harus dibuang. Setelah itu biji dicuci

sampai bersih. Kotoran dan biji yang mengapung harus dibuang. Pencucian

dilakukan sampai air bilasan tampak jernih.

Pengecambahan biji

Kacang-kacangan direndam dalam air selama satu malam. Kemudian

ditebarkan di tempat yang mempunyai lubang-lubang dan diberi daun, kain, atau

kertas merang sebagai substrat untuk menjaga kelembaban agar kacang-kacangan

tidak busuk. Setiap hari disiram dengan air sebanyak 4-5 kali. Setelah satu hari

(33)

Pengupasan kulit biji

Setelah dikecambah lalu dilakukan pengupasan kulit biji yaitu dengan

merendam didalam air. Setelah direndam, kedelai dicuci dengan air bersih sambil

diremas-remas agar kulit arinya terkelupas dan selanjutnya dipisahkan dari kulit

arinya.

Blanching

Setelah dikupas kulit arinya lalu dilakukan blanching dalam larutan

NaHCO3 0,15% selama 30 menit pada suhu 100oC.

Penggilingan

Setelah diblanching kemudian dilakukan penggilingan dengan air panas,

perbandingan air dan kedelai kering 8:1.

Penyaringan

Bubur kedelai disaring dan diperas dengan kain saring rangkap dua.

Cairan yang diperoleh disebut susu kedelai mentah.

Pengeringan

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air

tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan

tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi

didalamnya. Pengeringan buatan mempunyai keuntungan karena suhu dan aliran

udara diatur sedemikian rupa sehingga waktu pengeringan dapat ditentukan

dengan tepat dan kebersihan dapat diawasi sebaik-baiknya

(34)

Pengayakan

Pengayakan dimaksudkan untuk menghasilkan campuran butiran dengan

ukuran tertentu.

Pengemasan

Kemasan atau wadah disebut juga pembungkus. Kemasan mempunyai

peranan penting dalam mempertahankan mutu bahan dan memberi perlindungan

terhadap mutu produk dari kontaminasi luar dan kerusakan

(Syarief dan Irawati, 1988).

Mutu minuman bubuk instan

Manfaat minuman serbuk kedelai yaitu sumber kalsium yang baik untuk

tumbuh kembang dan tulang yang kuat, tinggi protein untuk pertumbuhan dan

regenerasi sel, tinggi kadar lemak baik dan dapat menurunkan kolesterol,

membantu memelihara kekebalan tubuh, sebagai antioksidan mencegah proses

degeneratif, mencegah kanker payudara, kanker kolon, menurunkan resiko terkena

kanker paru-paru, menghambat kanker prostat, mencegah hip factures (patah

tulang pinggul) hip factures mendorong terjadinya osteoporosis yang menjadi

masalah utama wanita lanjut usia, baik bagi keseimbangan hormon estrogen, dan

memperbaiki sistem pencernaan dan melancarkan pembuangan

Perbandingan komposisi kimia susu kedelai bubuk, susu kedelai cair dan

(35)

Tabel 5. Komposisi zat gizi susu kedelai bubuk, susu kedelai cair dan susu sapi Sumber : Departemen Kesehatan R.I. 1992

Komposisi zat gizi minuman serbuk kedelai dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi zat gizi minuman serbuk kedelai

Komponen Minuman Serbuk Kedelai

(36)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 di Laboratorium

Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang putih, sayur

bayam hijau, gula, dan biji kedelai lokal yang didapat dari pasar tradisional.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan,

NaHCO3, campuran K2SO4 dan Cu2SO4, H2SO4 pekat, H2SO4 0,02 N, akuades,

indikator phenolptalein 1%, pati 1%, iodine, NaOH 0,1 N, NaOH 40%, indikator

mengsel, heksana.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, oven, cawan

aluminium, desikator, spatula, pinggan porselin, pipet skala, bulb, aluminium foil,

erlenmeyer, gelas ukur, corong, alat destilasi, biuret, ayakan, plastik polietilen,

labu takar, gelas beker, soxhlet, selongsong, pipet tetes, magnetic stirer, labu

(37)

Metoda Penelitian

Penelitian ini menggunakan metoda Rancang Acak Lengkap (RAL)

faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:

Faktor I : Perbandingan Jumlah Campuran Ekstrak Bawang Putih dan Bayam (L)

yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

L1 = 0,5% : 4,5%

L2 = 1,0% : 4,0%

L3 = 1,5% : 3,5%

L4 = 2,0% : 3,0%

Faktor II : Jumlah Gula (P) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:

P1 = 10%

P2 = 20%

P3 = 30%

P4 = 40%

Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan

(n) adalah sebagai berikut:

Tc (n-1) ≥ 15

16 (n-1) ≥ 15

16n - 16 ≥ 15

16n ≥ 31

n ≥ 1,93 . ……… dibulatkan menjadi n = 2

(38)

Model Rancangan (Bangun, 1991)

Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

dengan model :

Ŷijk : µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor L dari taraf ke-i dan faktor P

pada taraf ke–j dengan ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek dari faktor L pada taraf ke–i

βj : Efek dari faktor P pada taraf ke–j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor L pada taraf ke–i dan faktor P pada

taraf ke–j

εijk : Efek galat dari faktor L pada taraf ke–i dan faktor P pada

taraf ke–j dalam ulangan ke-k.

Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata atau sangat nyata maka uji

dilanjutkan dengan uji beda rataan dengan menggunakan uji LSR (Least

Significant Range).

Pelaksanaan Penelitian

Dipilih biji kedelai yang baik dan dilakukan sortasi, direndam selama 12

jam kemudian dicuci dan ditiriskan. Biji kedelai dikecambahkan selama satu hari

pada suhu 25oC sampai pertumbuhan kecambah mencapai 1-1,5 cm dan

terkelupas kulit biji. Dilakukan pengupasan kulit biji kedelai kemudian dicuci dan

ditiriskan. Di blanching dalam larutan NaHCO3 0,6% selama 15 menit pada suhu

(39)

kedelai) menggunakan blender. Disaring bubur campuran dengan kain saring dan

filtratnya merupakan sari kedelai. Dipanaskan sari kedelai hingga mendidih dan

dihomogenisasikan dengan penambahan ekstrak bawang putih dan bayam

(0,5%:4,5%, 1,0%:4,0%, 1,5%:3,5%, 2,0%:3,0%), dan penambahan gula (10%,

20%, 30%, 40%), penambahan karagenan 2 gram. Dilakukan pengeringan dengan

oven pada suhu 55oC selama 72 jam. Dihaluskan dengan blender hingga halus dan

diayak dengan ayakan 30 mesh. Dihasilkan serbuk instan kedelai kemudian

dikemas. Dilakukan analisa kadar protein, kadar air, kadar lemak, daya larut, uji

organoleptik warna, uji organoleptik aroma, uji organoleptik rasa.

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisa sesuai

dengan parameter :

1. Kadar protein

2. Kadar Air

3. Kadar Lemak

4. Daya Larut Dalam Air

5. Uji Organoleptik Aroma

6. Uji Organoleptik Rasa

7. Uji Organoleptik Warna

Parameter Penelitian

Penentuan kadar protein (Sudarmaji, etal., 1989)

Kadar protein ditetapkan dengan cara contoh dihitung dengan menentukan

(40)

semi mikro kjedhal. Contoh sebanyak 0,2 gr dimasukkan ke dalam tabung kjedhal

dan ditambahkan 2 gr campuran K2SO4 dan Cu2SO4 (1:1) dan 3 ml H2SO4 pekat

lalu didekstruksi sampai cairan berwarna hijau jernih dan dibiarkan dingin.

Setelah dingin ditambahkan 10 ml aquades dan dipindahkan ke erlenmeyer 500

ml. Ditambahkan 10 ml NaOH 40% atau lebih sampai terbentuk warna hitam dan

segera didestilasi. Hasil penyulingan ditampung dengan erlenmeyer berisi 25 ml

H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator mengsel (425 mg metil red dan 500 mg metil

blue yang dilarutkan dengan 100 ml alkohol 96%). Hasil sulingan dititrasi dengan

larutan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan warna dan juga dilakukan dengan

cara yang sama pada blanko (tanpa bahan).

(c – b) x N x 0,014 x FK

Kadar Protein (%) = x 100% a

Keterangan: a = Bobot contoh (gr)

b = Titrasi blanko (ml)

c = Titrasi contoh (ml)

N = Normalitas larutan NaOH yang digunakan

FK = Faktor Konversi = 6,25

Penentuan kadar air (%) (dengan metode oven) (AOAC, 1984)

Ditimbang bahan sebanyak 5 gram di dalam cawan almunium yang telah

diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven

dengan suhu sekitar 105-110oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di dalam

desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan dipanaskan

(41)

desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai diperoleh

berat yang konstan.

Kadar air (%) = berat awal – berat akhir x 100%

berat awal

Penentuan kadar lemak (Sudarmadji, et al., 1989)

Kadar lemak ditetapkan dengan cara ekstraksi menggunakan soxhlet.

Contoh dikeringkan dalam oven suhu 100oC, lalu dimasukkan contoh sebanyak 5

gram ke dalam selongsong dari kertas saring yang telah diketahui beratnya dan

dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang berisi ¾ pelarut heksana, kemudian

diekstrak selama ± 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak

berwarna jernih, lalu selongsong dengan contoh dikeringkan dalam oven suhu

100oC selama 45 menit dan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit, dan

ditimbang sampai beratnya konstan. Perbedaan berat sebelum dan sesudah

ekstraksi per berat bahan merupakan persentase lemak yang terekstraksi.

a - b

Kadar Lemak (%) = x 100 %

a

Keterangan: a = Berat kering sebelum ekstraksi (gram)

b = Berat kering sesudah ekstraksi (gram)

Penentuan daya larut (%) (SNI 7612:2011)

Ditimbang bahan sebanyak 2 gram lalu dimasukkan kedalam labu takar

100 ml ditambahkan aquadest sampai tanda tera. Dikocok selama 1 menit dan

didiamkan selama 30 menit setelah itu disaring dengan menggunakan kertas

saring. Kemudian diambil 10 ml dan dituang kedalam cawan porselin yang sudah

(42)

80oC untuk 1 jam pertama, lalu langsung dinaikkan suhunya menjadi 90oC untuk

1 jam kedua dan dinaikkan lagi menjadi 100oC untuk jam ketiga. Kemudian

dikeluarkan dari oven dan ditimbang. Sampel tersebut dimasukkan lagi kedalam

oven selama 30 menit lalu diangkat dan ditimbang. Perlakuan ini diulang sampai

diperoleh berat yang konstan.

Daya larut dalam air = 10 (A-B) x 100% C

Dimana : A = Berat pinggan porselin + isi (g)

B = Berat pinggan (g)

C = Berat sampel

Penentuan uji organoleptik aroma (Soekarto, 1982)

Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Untuk skala aroma adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Skala mutu hedonik aroma

Skala Hedonik Skor

Bau langu dan bawang putih sangat kuat 4

Bau langu dan bawang putih kuat 3

Bau langu dan bawang putih agak kuat 2

Bau langu dan bawang putih tidak kuat 1

Penentuan uji organoleptik rasa (Soekarto, 1982)

Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

(43)

Tabel 8. Skala uji hedonik rasa

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat Suka 4

Suka 3

Agak Suka 2

Tidak Suka 1

Penentuan uji organoleptik warna (Soekarto, 1982)

Uji organoleptik digunakan dengan menggunakan panelis sebanyak 10

orang. Pengujian dilakukan secara inderawi (organoleptik) yang ditentukan

berdasarkan skala numerik. Untuk skala warna adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Skala mutu hedonik warna

Skala Hedonik Skor

Putih 4

Putih kekuningan 3

Kuning 2

(44)

Gambar 1. Skema pembuatan sari kedelai Biji kedelai

Sortasi

Perendaman 12 jam

Pencucian sampai bersih

Perkecambahan biji, selama satu hari (pada suhu kamar 25oC)

Pengupasan kulit biji dan pencucian

Diblanching dalam larutan NaHCO3 0,6% selama 15 menit

Penggilingan dengan air hangat (penambahan air 8 kali berat kedelai)

Penyaringan bubur dengan kain saring

(45)

Gambar 2. Skema pembuatan sari bayam

Gambar 3. Skema pembuatan sari bawang putih Bayam

Sortasi

Pencucian sampai bersih

Diblender dengan perbandingan 1:1 (bayam dan air)

Sari bayam

Bawang putih

Sortasi

Pengupasan kulit dan pencucian

Diblender dengan perbandingan 1:1 (bawang putih dan air)

(46)

Gambar 4. Skema pembuatan minuman instan kedelai Dipanaskan hingga mendidih dan

dihomogenisasikan, penambahan karagenan 2 gram

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perbandingan Jumlah Campuran Ekstrak Bawang Putih dengan Bayam terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam

memberikan pengaruh terhadap kadar lemak (%), kadar air (%), kadar protein

(%), daya larut (%), serta analisa uji organoleptik terhadap rasa, aroma dan warna

seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil analisa pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap parameter yang diamati

L1= L2= L3= L4=

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pengaruh perbandingan jumlah

campuran ekstrak bawang putih dengan sayur memberikan pengaruh terhadap

parameter yang diuji. Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu

sebesar 10,09% dan terendah pada L4 yaitu sebesar 8,57%. Kadar air tertinggi

terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 4,94% dan terendah pada L1 yaitu

sebesar 4,44%. Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar

13,52% dan terendah pada L4 yaitu sebesar 10,46%. Daya larut tertinggi terdapat

(48)

sebesar 58,86%. Uji organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu

sebesar 3,13% dan terendah pada L4 yaitu sebesar 2,55%. Uji organoleptik aroma

tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 3,24% dan terendah pada L4

yaitu sebesar 2,23%. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan L4

yaitu sebesar 2,75% dan terendah pada L1 dan L3 yaitu sebesar 2,45%.

Pengaruh Jumlah Gula terhadap Parameter yang Diamati

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunujukkan bahwa

pengaruh jumlah gula memberikan pengaruh terhadap kadar lemak (%), kadar air

(%), kadar protein (%), daya larut (%), serta uji organoleptik terhadap rasa, aroma

dan warna seperti pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil analisa pengaruh jumlah gula terhadap parameter yang diamati Parameter P1= P2= P3= P4=

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah gula memberikan pengaruh

terhadap parameter yang diuji. Dari tabel dapat dilihat bahwa kadar lemak

tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 10,73% dan terendah pada L4

yaitu sebesar 8,57%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar

4,98% dan terendah terdapat pada L1 yaitu sebesar 4,17%. Kadar protein tertinggi

terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 12,40% dan terendah terdapat pada L4

(49)

sebesar 82,08% dan terendah terdapat pada L4 yaitu sebesar 60,70%. Uji

organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 2,99% dan

terendah terdapat pada L1 yaitu sebesar 2,68%. Uji organoleptik aroma tertinggi

terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 3,04% dan terendah terdapat pada L2

yaitu sebesar 2,65%. Uji organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakan L4

yaitu sebesar 3,00% dan terendah terdapat pada L1 yaitu sebesar 2,00%.

Kadar Lemak (%)

Pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar lemak (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan

pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak dari minuman

instan kedelai yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap

kadar lemak pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Uji LSR effek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar lemak (%)

Jarak

(50)

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata

dengan L2 dan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L2 berbeda tidak

nyata dengan L3 dan L4. Perlakuan L3 berbeda sangat nyata dengan L4.

Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan L2 yaitu sebesar 10,09%

dan terendah terdapat pada L4 yaitu sebesar 8,57%.

Hubungan antara perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih

dengan bayam terhadap kadar lemak dapat dilihat pada Gambar 5.

.

Gambar 5. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar lemak

Dari Gambar 5 dapat kita lihat bahwa kadar lemak tertinggi terdapat pada

L1 yaitu sebesar 10,09% dan terendah pada L4 yaitu sebesar 8,57%. Hal ini

dikarenakan jumlah bayam dan bawang yang sedikit, sehingga kadar lemak lebih

dominan dari kedelai menurut Sinartani (2008) kadar lemak kedelai yaitu sebesar

15,60%, sedangkan menurut Bandini dan Aziz (2001) kadar lemak bayam 0,5%

dan menurut Wibowo (2009) kadar lemak bawang putih 0,3%.

10,09

(51)

Pengaruh jumlah gula terhadap kadar lemak (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1 ) dapat dilihat bahwa jumlah

gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak

dari minuman instan kedelai yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh

perbandingan jumlah gula terhadap kadar lemak setiap perlakuan dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap kadar lemak (%)

Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunujukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (hurruf besar)

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata

dengan P2, P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan P3 dan P4.

Perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan P4.

Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 10,73%

dan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 8,57%.

Hubungan antara jumlah gula terhadap kadar lemak dapat dilihat pada

Gambar 6.

Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah gula maka

semakin menurun kadar lemak. Hal ini disebabkan karena semakin besar gula

yang ditambahkan maka jumlah berat bahan berkurang sehingga kadar lemak

menurun. Karena sumber lemaknya dari kedelai, menurut Sinartani (2008) kadar

(52)

saat perkecambahan terjadi hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak menjadi

senyawa-senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Selama

perkecambahan, terjadi peningkatan jumlah protein dan vitamin sedangkan kadar

lemaknya mengalami penurunan .

Gambar 6. Hubungan jumlah gula terhadap kadar lemak (%)

Pengaruh interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap kadar lemak (%)

Hasil analisis sidik ragam pada (Lampiran 1) menunjukkan bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah

gula memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak

sehingga uji LSR (least significant range) tidak dilanjutkan.

Kadar Air (%)

Pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar air (%)

(53)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan

pengaruh berbeda nyata (P<0,01) terhadap kadar air dari minuman instan kedelai

yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap

kadar air setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dan bayam terhadap kadar air (%)

Jarak

Keterangan : notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak

nyata dengan L2, L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L2 berbeda

tidak nyata dengan L3 dan berbeda sangat nyata dengan L4. Perlakuan L3 berbeda

sangat nyata dengan L4.

Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 4,94% dan

kadar air terendah terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 4,44%.

Hubungan antara perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih

dengan bayam terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 7.

Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa kadar air yang tertinggi terdapat pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 4,94%. Kadar air meningkat hal ini disebabkan karena

(54)

karena kadar air yang tinggi pada bawang putih dan bayam, menurut Wibowo

(2009) kadar air pada bawang putih 60,9%-67,8% sedangkan menurut Bandini

dan Azis (2001) kadar air bayam 86,9%.

Gambar 7. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar air

Pengaruh jumlah gula terhadap kadar air (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2 ) dapat dilihat bahwa jumlah

gula meberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dari

minuman instan kedelai yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh jumlah

gula terhadap kadar air setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Uji LSR efek utama jumlah gula dengan kadar air (%)

Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf

4,44 4,63 4,46

(55)

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata

dengan P2, dan berbeda sangat nyata P3 dan P4. Perlakuan P2 berbeda sangat nyata

dengan P3 dan P4. Perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan P4.

Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 4,98% dan

terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 4,17%.

Hubungan antara jumlah gula terhadap kadar air dapat dilihat dari

Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan jumlah gula terhadap kadar air

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah gula maka

kadar air semakin meningkat. Hal ini dikarenakan gula yang mengikat air.

Estiasih dan Ahmadi (2009) menyatakan bahwa kadar gula yang tinggi (minimum

40%) bila ditambahkan kedalam bahan pangan menyebabkan air dalam bahan

pangan menjadi terikat.

Pengaruh interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap kadar air (%)

Dari hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi

(56)

jumlah gula memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar

air dari minuman instan kedelai yang dihasilkan, sehingga pengujian secara LSR

(least significant range) tidak dilanjutkan.

Kadar Protein (%)

Pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar protein (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan

pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein dari minuman

instan kedelai yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap

kadar protein setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar protein (%)

Jarak

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.

Perlakuan L3 berbeda tidak nyata dengan L4.

Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 13,52%

(57)

Hubungan antara perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih

dengan bayam terhadap kadar protein dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap kadar protein

Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada

perlakuan L1 yaitu sebesar 13,52% dan terendah terdapat pada perlakuan L4 yaitu

sebesar 10,46% hal ini disebabkan karena kadar protein bayam dan bawang putih

yang lebih rendah dari kadar protein kedelai sesuai dengan pernyataan Bandini

dan Aziz (2001) yaitu kadar protein bayam 3,5% dan pernyataan Wibowo (2009)

kadar protein bawang putih 3,5-7% sedangkan kadar protein kedelai sebanyak

34,90% kedelai kering menurut Sinartani (2008).

Pengaruh jumlah gula terhadap kadar protein (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jumlah

gula memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein

dari minuman instan kedelai yang dihasilkan.

13,52

(58)

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh jumlah

gula terhadap kadar protein setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji LSR efek utama jumlah gula terhadap kadar protein (%)

Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan P1 berbeda tidak nyata

dengan P2 , P3 dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan P2 berbeda tidak

nyata dengan P3 dan berbeda sangat nyata dengan P4. Perlakuan P3 berbeda sangat

nyata dengan P4.

Kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 12,40%

dan terendah terdapat pada perlakuan P4 yaitu sebesar 10,82%.

Hubungan antara jumlah gula terhadap kadar protein dapat dilihat pada

Gambar 10.

Gambar 10. Hubungan jumlah gula terhadap kadar protein

(59)

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa semakin tinggi jumlah gula maka

kadar protein semakin menurun. Kadar protein tertinggi pada L1 12,40% dan

terendah pada L4 10,82%. Semakin tinggi gula yang ditambahkan maka jumlah

berat kedelai berkurang sehingga kadar protein menurun. Karena sumber

proteinnya dari kedelai, menurut Sinartani (2008) kadar protein kedelai 34,90%.

Pengaruh interaksi perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah gula terhadap kadar protein (%)

Hasil analisis sidik ragam pada (Lampiran 3) menunjukkan bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam dan jumlah

gula memberi pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein

sehingga uji LSR (least significant range) tidak dilanjutkan.

Daya Larut (%)

Pengaruh perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap daya larut (%)

Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam memberikan

pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap daya larut dari minuman instan

kedelai yang dihasilkan.

Hasil pengujian dengan LSR (least significant range) pengaruh

perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan byam terhadap daya

larut setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 18.

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata

dengan L2, L3 dan L4. Perlakuan L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4.

(60)

Daya larut tertinggi terdapat pada perlakuan L4 yaitu sebesar 83,55% dan

terendah terdapat pada perlakuan L1 yaitu sebesar 58,86%.

Tabel 18. Uji LSR efek utama perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap daya larut (%)

Jarak LSR Perbandingan Rataan Notasi

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)

Hubungan antara perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih

dengan bayam terhadap daya larut dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan perbandingan jumlah campuran ekstrak bawang putih dengan bayam terhadap daya larut

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa daya larut tertinggi terdapat pada

perlakuan L4 yaitu sebesar 83,55% dan daya larut terendah terdapat pada

perlakuan L1 yaitu sebesar 58,86%. Semakin tinggi jumlah campuran bawang

putih dengan bayam maka daya larut semakin meningkat. Hal ini disebabkan

58,86

Gambar

Tabel 5.   Komposisi zat gizi susu kedelai bubuk, susu kedelai cair dan susu sapi  per 100 g bahan
Tabel 7. Skala mutu hedonik aroma
Tabel 9. Skala mutu hedonik warna
Gambar 1. Skema pembuatan sari kedelai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara perbandingan sari mengkudu dengan sari nanas dan jumlah sukrosa memberikan pengaruh sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap rendemen, kadar air, kadar vitamin C,

Interaksi perlakuan konsentrasi ekstrak bawang putih dan konsentrasi ekstrak lengkuas memberikan pengaruh berbeda sangat nyata pada taraf p&lt;0,01 terhadap total

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak air bawang putih dan ekstrak murni bawang putih yang dilarutkan dalam air lebih bersifat antibakteri terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak albedo kulit durian dengan sari buah markisa memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak albedo kulit durian dengan sari buah markisa memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar

Jumlah dekstrin memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar vitamin C, total asam, daya larut, rendemen, total padatan terlarut,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan sari bit dengan sari kuini memberikan pengaruh berbeda sangatn nyata terhadap kadar abu, kadar vitamin C, total asam, total

Salah satu cara untuk menurunkan kadar lemak yaitu dengan memanfaatkan ekstrak bawang putih yang disuntikkan pada kuning telur, karena bawang putih mengandung