BERWARNA DALAM MENANGKAP IMAGO LALAT BUAH
PADA JAMBU BIJI DI KECAMATAN TANAH SAREAL
KOTA BOGOR
GILANG ADITYA RAHAYU
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
GILANG ADITYA RAHAYU. Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Jambu Biji Di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Dibimbing Oleh IDHAM SAKTI HARAHAP.
Tanaman jambu biji memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan produksi jambu biji termasuk 10 besar dari produksi buah-buahan di Indonesia. Agar produksi jambu biji tidak menurun maka perlu adanya pengendalian hama terutama hama lalat buah. Lalat buah dapat dikendalikan dengan mengunakan perangkap mengandung atraktan. Perkebunan apel di Amerika menggunakan perangkap sticky trap berbentuk bola menyerupai buah apel untuk monitong dan mengendalikan lalat buah. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan atraktan yaitu metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap lalat buah, mempelajari pengaruh curah hujan terhadap tangkapan lalat buah dan untuk mengetahui nisbah kelamin tangkapan oleh tiga atraktan. Perangkap bola berwarna yang mengandung tiga atraktan digantungkan di pohon jambu biji dengan ketinggian ± 1 m diatas permukaan tanah. Peubah yang diamati berupa jumlah imago lalat buah yang tertangkap, jenis lalat buah yang tertangkap, perbandingan imago lalat buah jantan dan betina pada masing-masing perangkap. Data panen diperoleh melalui wawancara dengan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap. Kombinasi bola perangkap berwarna menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma dapat menangkap lalat buah lebih banyak. Sedangkan bola perangkap protein hidrolisat relatif sedikit, namun banyak lalat buah betina yang tertangkap dalam perangkap protein hidrolisat dibandingkan metil eugenol dan lem beraroma. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap di pengaruhi oleh curah hujan.
BERWARNA DALAM MENANGKAP IMAGO LALAT BUAH
PADA JAMBU BIJI DI KECAMATAN TANAH SAREAL
KOTA BOGOR
GILANG ADITYA RAHAYU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Jambu Biji Di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor
Nama Mahasiswa : Gilang Aditya Rahayu NRP : A34062154
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi. NIP 19591022 198503 1 002
Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Dr. Ir. Dadang, MSc. NIP 19640204 199002 1 002
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Keefektifan Tiga Atraktan Menggunakan Bola Berwarna dalam Menangkap Imago Lalat Buah pada Pertanaman Jambu Biji Di kecamatan Tanah Sareal. Skripsi ini merupakan hasil penelitian di perkebunan jambu biji desa Sukadamai, kecamatan Tanah Sareal, Bogor, pada tanggal 9 April sampai dengan 10 September 2010, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi., yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Abdul Muin Adnan MS. sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Djoko Prijono, MAgr.Sc. sebagai dosen pembimbing akademik.
Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan baik secara moril dan materil. Terima kasih kepada ibu Aisah laboran di laboratorium Biosistematika Serangga Proteksi Tanaman IPB. Terima kasih kepada petani kebun jambu biji desa Sukadamai terutama kepada Bapak Naning yang telah bersedia meminjamkan lahannya. Dan terima kasih kepada Amelia Andriani, Fitrah Murgianto, Ahmad Faisol serta teman-teman Departemen Proteksi Tanaman telah memberikan dorongan serta motivasinya. Penulis berharap, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi yang memerlukan.
Bogor, Maret 2011
Penulis dilahirkan di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 7 Maret 1988. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ir. Yuyu Rahayu MSc dan Ir. Ketty Suketi MSi. Penulis lulus dari SD Bina Insani Bogor pada tahun 2000, pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi di SMP Bina Insani Bogor. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah umum di SMAN 2 Bogor pada tahun 2006.
Halaman
Bactrocera dorsalis kompleks ... 8
Pengendalian Lalat Buah ... 10
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan ... 11
Bactrocera carambolae ... 21
Bactrocera dorsalis ... 21
Bactrocera papayae ... 25
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan ... 25
Masa Sebelum Panen Raya ... 25
Masa Panen Raya ... 26
Rata-rata Nisbah Kelamin Tiga Spesies Lalat Buah ... 29
Persentase Kerusakan oleh Lalat Buah ... 32
Tingkat Pengurangan Serangan ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
Kesimpulan ... 34
Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
Halaman
1 Spesies lalat buah yang tertangkap di lahan penelitian ... 16 2 Tangkapan imago lalat buah pada masing-masing perangkap per
minggu ... 19 3 Tangkapan imago B. carambolae pada masing-masing perangkap
per minggu ... 22 4 Tangkapan imago B. dorsalis pada masing-masing perangkap per
minggu ... 23 5 Tangkapan imago B. papayae pada masing-masing perangkap per
minggu ... 24 6 Rata-rata nisbah kelamin tiga spesies lalat buah yang tertangkap
Halaman
1 Venasi sayap lalat buah ... 6 2 Bagian toraks lalat buah B. dorsalis kompleks ... 9 3 Petak perangkap di lapangan ... 13 4 Bola perangkap di lapangan: (a) bola perangkap warna kuning dan
(b) bola perangkap warna merah ... 14 5 Lalat buah yang tertangkap pada tiap minggunya ... 20 6 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis,
(c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa sebelum panen raya ... 26 7 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis,
(c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa panen raya ... 28 8 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika
masa sebelum panen raya: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae ... 30 9 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika
Halaman
1 Anova lalat buah yang tertangkap ... 39
2 Anova B. carambolae yang tertangkap ... 41
3 Anova B. dorsalis yang tertangkap ... 43
4 Anova B. papayae yang tertangkap ... 45
5 Anova nisbah kelamin B. carambolae ... 47
6 Anova nisbah kelamin B. dorsalis ... 47
7 Anova nisbah kelamin B. papayae ... 47
8 Data serangan lalat buah hasil wawancara ... 47
9 Curah hujan tahun 2010 di lokasi penelitian ... 48
10 Bactrocera carambolae (a.) dengan sayap (b.), B. dorsalis (c.) dengan sayap (d.), B. papayae (e.) dengan sayap (f.), B. occipitalis (g.) ... 49
11 Bactrocera umbrosa (a.), B.curcurbitae (b.), B. albistrigata (c.) ... 50
12 Lalat buah yang tertangkap bola perangkap berwarna ... 50
13 Lahan penelitian ... 51
14 Buah jambu biji yang terserang oleh lalat buah ... 51
Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman perdu yang tersebar luas di Malaysia, India, Vietnam, Srilanka, dan Indonesia (Sunarjono 1987). Tanaman ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena banyak keunggulan dan manfaatnya. Di negara-negara tropis dan subtropis, jambu biji dikonsumsi sebagai makanan maupun obat tradisional (Gutiérrez et al. 2008). Jambu biji berperan penting dalam perdagangan mancanegara karena banyak macam hasil olahannya (Soetopo 1997). Kandungan gizi yang ada dalam buahnya terdiri dari vitamin C, Kalium, dan zat besi, Selain itu buah jambu biji kaya akan serat pangan, komponen karotenoid, dan polifenol (Aswatan 2008).
Komoditas jambu biji merupakan salah satu komoditas buah-buahan tropika yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Produksi jambu biji termasuk 10 besar dari produksi buah-buahan di Indonesia. Produktivitas jambu biji di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2009 mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 produksi jambu biji sebesar 179.47 ton, tahun 2008 sebesar 207.03 ton, dan tahun 2009 sebesar 220.20 ton (BPS 2009). Produktifitas jambu biji dapat mengalami penurunan bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan benar dan adanya serangan hama. Untuk menjaga produktifitas jambu biji, maka perlu adanya pengendalian hama yang menyerang jambu biji.
Serangan lalat buah dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida, pembungkusan buah sebelum buah matang, dan menggunakan perangkap lalat buah. Pembungkusan buah merupakan cara pengendalian yang mampu mengendalikan serangan lalat buah. Keefektifan pembungkusan buah dapat ditingkatkan dengan menggabungkan pengendalian menggunakan perangkap.
Perangkap yang digunakan untuk mengendalikan populasi lalat buah
umumnya menggunakan atraktan. Atraktan merupakan senyawa yang dapat
menarik serangga untuk datang (Kardinan 2005). Penggunaan atraktan juga dianggap efektif dan ramah lingkungan, karena atraktan tidak meninggalkan residu pada buah (Kardinan 2003). Selain itu, menggunakan perangkap atraktan lebih hemat, bahannya mudah didapatkan, dan praktis dari segi ekonominya.
Atraktan yang sering digunakan oleh petani dalam mengendalikan serangan lalat buah adalah metil eugenol. Metil eugenol dapat menarik lalat buah jantan dari genus Bactrocera spp. dalam jumlah banyak (White dan Haris 1994). Selain metil eugenol ada juga atraktan lain, yaitu protein hidrolisat yang berasal dari protein yang terhidrolisis. Protein hidrolisat merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk menghasilkan telur (Rahardjo et al. 2008), sehingga mampu menarik lalat buah betina untuk datang. Umpan protein hidrolisat sudah lama dipergunakan dan menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan serangan lalat buah (Vicker 1997).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari tiga atraktan, yaitu metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah. Selain itu, dalam penelitian ini juga mempelajari pengaruh curah hujan terhadap tangkapan lalat buah oleh model perangkap yang diujikan dan untuk mengetahui nisbah kelamin tangkapan tiga atraktan dan model perangkap yang diuji.
Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jambu Biji
Botani
Jambu biji berasal dari daerah tropik Amerika. Menurut pendapat De Candolle, jambu biji berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Soetopo 1997). Nama botani jambu biji adalah Psidium guajava dan tergolong dari famili Myrtacae. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar di daerah tropik dan subtropik (Ashari 1995).
Tanaman jambu biji berkanopi pendek dan percabangannya dekat dengan tanah (Ashari 1995). Tanaman ini dapat beradaptasi di berbagai kondisi lingkungan dan lebih tahan terhadap kekeringan daripada tanaman tropika lainnya (Soetopo 1997).
Buah jambu biji di Indonesia pada umumnya berukuran besar dan daging buahnya terasa manis. Buah jambu biji berbentuk bulat menyerupai bentuk pir atau berry berdiameter rata-rata 5 cm. Daging buah dapat berwarna putih, kuning, merah muda, atau dapat pula berwarna merah. Buah bervariasi dalam ukuran, intensitas aroma, dan rasa (Bourke 1976).
Tanaman jambu biji tingginya dapat mencapai 10 m, bercabang mulai dari pangkal dan sering mengeluarkan anakan. Kulit batangnya licin, berwarna hijau sampai merah cokelat, mengelupas dalam serpihan tipis (Soetopo 1997). Tunas berbentuk segi empat dengan dua daun setiap ruasnya. Kedudukan daunya berlawanan. ukuran daun antara 5-15 cm x 3-7 cm. Tangkai daun 3-10 mm, bunganya berkelompok, jumlah bunga 2-3 setiap kelompok, mahkota bunga berwarna putih sebanyak 4-5 buah, kepala sari sangat banyak, buahnya berdompolan 4-12 cm panjangnya (Ashari 1995).
Syarat Tumbuh
23°C hingga 28°C. Tanaman ini mampu tumbuh dalam keadaan tanah yang salin dan kekeringan serta pH antara 4.5 sampai 8.2 (Samson 1980). Suhu rata-rata diatas 16°C cocok untuk pembungaan dan pembuahan (Soetopo 1997).
Manfaat Jambu Biji
Tanaman jambu biji dapat menghasilkan bahan berbentuk makanan, minyak atsiri, dan kayu (Rismunandar 1981). Selain itu, jambu biji memiliki aroma yang khas karena mengandung senyawa eugenol (Agromedia 2009).
Jambu biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat gizinya yang tinggi. Daging buahnya mengandung air sebanyak 83.3 g, protein 1 g, lemak 0.4 g, pati 6.8 g, serat 3.8 g, dan vitamin C 337 mg. Kandungan energi untuk tiap 100 g buahnya sebesar 150-210 kJ (Ashari 1995). Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali lipat dari lemon (10.5 mg/100 g). Jambu biji juga merupakan sumber pektin berkisar antara 0.1-1.8 % (Soetopo 1997).
Lalat Buah (Bactrocera spp.) Morfologi dan Biologi
Lalat buah dengan nama ilmiah Bactrocera spp. tergolong dalam ordo Diptera dan famili Tephritidae. Famili ini beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai sedang yang biasanya mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap-sayapnya. Bintik-bintik tersebut sering kali membentuk pola menarik dan rumit. Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anal pada sayapnya memiliki juluran distal yang lancip di bagian posterior (Borror et al. 1996).
Larva lalat buah terdiri dari 3 instar (Soeroto et al. 1995). Larva berwarna putih keruh kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing, kepala runcing, mempunyai alat pengait, dan bintik yang jelas. Larva instar kertiga berukuran sedang, dengan panjang 7–9 mm dan lebar 1.5-1.8 mm. Sedangkan pupa lalat buah merupakan pupa tipe obtekta (White dan Harris 1994). Larva menggali liang dan makan di dalam buah selama 7-10 hari tergantung suhu. Lamanya stadia pupa tergantung suhu. Dalam kondisi yang mendukung, imago dapat muncul 7-10 hari setelah proses pupa (Gould dan Raga 2002).
Imago lalat buah umumnya memiliki panjang sayap antara 2 mm sampai 25 mm dengan pola sayap tertentu (White dan Haris 1994). Lalat buah memiliki ciri-ciri penting, yaitu ciri-ciri pada kepala terdiri dari antena, mata, dan noda atau bercak pada muka (facial spot). Bagian dorsum toraks terdiri dari dua bagian penting yang disebut terminologi skutum atau mesonotum. Sayap mempunyai ciri-ciri bentuk pola pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh sayap sisi posterior), cubitus pembuluh sayap sisi posterior), median (pembuluh sayap tengah), radius (pembuluh sayap radius), r-m dan dm-cu (pembuluh sayap melintang) (Gambar 1), dan ciri-ciri abdomen abdomen terdiri dari ruas-ruas (tergum) (Siwi et al. 2006).
Penyebaran
Pada daerah Indo-Pasifik dilaporkan terdapat 800 spesies lalat buah tetapi
hanya 60 spesies yang merupakan hama penting (White et al. 1992 dalam Siwi et
al. 2006). Di Indonesia bagian barat, terdapat 90 spesies lalat buah termasuk jenis
lokal (indigenous) tetapi hanya 8 yang termasuk hama penting diantaranya,
Bactrocera albistrigata, B. dorsalis Hendel, B. carambolae Drew and Hancock,
B. papaya Drew and Hancock, B. umbrosa, B. caudate (Fabricius) dengan
sinonim B. tau (Walker), B. cucurbitae, dan Dacus longicornis (Orr 2002 dalam
Deptan 2005). Hama lalat buah menyebabkan kerusakan tanaman buah dan
sayuran. Beberapa spesies lalat buah memiliki spesifik inang buah dan kadang
tumpang tindih dengan spesies lain dalam inang buah yang sama. Lalat buah B.
carambolae merupakan hama utama pada belimbing sedangkan B. papayae
merupakan hama penting pada mangga, pepaya, dan jambu biji (Drew dan Romig
1997).
Gejala Serangan dan Kerugian
Noda-noda kecil bekas tusukan ovipositor merupakan gejala awal serangan lalat buah. Larva lalat buah yang menetas dari telur akan membuat liang gerek di dalam buah dan menghisap cairannya. Larva dapat menstimulir pertumbuhan buah dan kehidupan organisme pembusuk. Buah menjadi busuk dan jatuh ke permukaan tanah (Soeroto et al. 1995).
Lalat Buah Bactrocera dorsalis Kompleks
Terdapat 52 spesies yang termasuk dalam B. dorsalis kompleks di Asia. Banyak laporan B. dorsalis dari India selatan, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Srilanka telah terjadi kesalahan identifikasi. Mula-mula B. dorsalis kompleks terdiri dari 12 spesies, tetapi penemuan terakhir menunjukkan terdapat 40 spesies yang merupakan spesies baru. Dalam 52 spesies terdapat 8 spesies yang merupakan hama penting yaitu. B. dorsalis, B. carambolae, B. papaya, B. caryeae, B. kandiensis, B. occipitalis, B. philippinensis, B. pyrifoliae (Derw dan Hancock 1994).
Bactrocera dorsalis. Spesies ini memiliki skutum berwarna hitam dan terdapat tanda berwarna kuning pada postpronotal lobes dan notopleural. Sedangkan skutelumnya berwarna kuning (Gambar 2). Abdomen berbentuk oval dan terdapat pecten (rambut-rambut menyerupai sikat) pada tergum III. Adanya pola “T” yang jelas pada tergum III-V yang merupakan bagian abdomen. Pola “T” berupa yang membelah garis hitam yang membelah tergum III-V, garis tersebut menjadi tipis di tergum IV-V. Panjang sayapnya mencapai 6.4 mm. Sel bc dan c pada sayap B. doraslis tidak berwarna dan adanya costal band (pita) yang tipis dari sel sc hingga bertemu R2+4 (Drew dan Hancock 1994). Pita hitam pada garis costa tidak memanjang ke bawah pada R2+4, kecuali pada apeks sayap (Siwi et al. 2006).
Bactrocera papayae. Postpronotal lobes dan notopleural spesies B. papayae terdapat tanda berwarna kuning. Skutum berwarna hitam dan skutelum berwarna kuning. Abdomennya terdapat garis hitam tipis melintang pada anterior magin dari tergum III yang sedikit melebar di sisi lateral, medial longitudinal berwarna hitam berukuran sedang melewati ketiga tergum. Ada sepasang (ceromae) coklat-oranye mengkilap pada tergum V. Pada sayap spesies ini terdapat pita berwarna coklat tepat pada R3+2 atau hanya melewati cabang ini menjadi memudar dan sisanya di sekitar apeks menyempit dan berbentuk pancingan di sekitar apeks R4+5 (Ginting 2009).
Bactrocera occipitalis. Skutum berwarna hitam tetapi pada bagian posterior margin dan yang berdekatan dengan Prsc.setae berwarna merah-coklat gelap. Abdomen tergum II-V dengan garis hitam melewati anterior margin tergum III dan melebar menutupi sisi samping, abdomen dengan garis berbentuk segi empat berwarna hitam gelap di bagian anterlateral. Lalat buah B. occipitalis memiliki costal band berwarna coklat yang melewati R2+3 dan melebar melewati bagian apeks (Ginting 2009).
Pengendalian Lalat Buah
Pengendalian lalat buah dapat dilakukan secara fisik, biologis, maupun
kimiawi. Pengendalian lalat buah yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu, berupa
pembungkusan, sanitasi kebun, penggunaan perangkap dengan atraktan, dan
eradikasi (Soeroto et al. 1995).
Pembungkusan buah secara individu di pohon dilakukuan dengan
menggunakan kertas pembungkus untuk mencegah peletakan telur. Cara ini
dapat memproduksi buah bebas lalat buah meskipun kehadiran populasi imago
lalat buah tinggi. Metode tersebut merupakan metode pengendalian yang sering
digunakan di beberapa negara Asia (Vijaysegaran 1997). Untuk menghindari
tusukan langsung alat peletak telur lalat buah betina, para pemilik pohon
belimbing, nangka, atau pohon buah lainnya membungkus buah-buah tersebut
sedini mungkin (Kalie 1992).
Metil eugenol mengeluarkan aroma yang dapat menarik lalat buah untuk
menghampirinya (Iskandar 2005). Metil eugenol memiliki unsur kimia C12H24O2.
Senyawa ini merupakan makanan yang dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk
dikosumsi dan berguna dalam proses perkawinan. Radius aroma metil eugenol
dapat mencapai 20-100 m (Kardinan 2003). Di alam, lalat buah jantan
mengonsumsi metil eugenol, kemudian setelah diproses dalam tubuhnya maka
akan menghasilkan feromon seksual yang dapat menarik lalat betina (HEE dan
TAN 2001 dalam Kardinan 2009).
Tanaman yang mampu mengeluarkan aroma eugenol dapat digunakan untuk mengendalikan lalat buah. Di antaranya jenis selasih (Ocimum), yaitu O. minimum, O. tenuiflorum, O. sanctum, dan tanaman yang dapat menghasilkan senyawa eugenol. Selain tanaman selasih ada juga tanaman lain, yaitu Melaleuca bracteata dan tanaman yang dapat meningkatkan efektifitas atraktan, seperti pala (Kardinan 2000).
beberapa negara di belahan dunia. Hal tersebut merupakan kemajuan teknologi
umpan secara semprot (Vijaysegaran 1997).
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Dinamika populasi lalat buah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
kelembaban, suhu, cahaya, inang, dan ketersediaan makanan (Allwood 1997a).
Kelembaban yang rendah dapat menurunkan keperidian lalat buah dan
meningkatkan mortalitas imago yang baru keluar dari pupa. Kelembaban yang
terlalu tinggi dapat mengurangi laju peletakkan telur. Suhu berpengaruh terhadap
perkembangan, keperidian, lama hidup, dan mortalitas Bactrocera spp.
Perkembangan dan aktivitas hidup lalat buah umumnya pada suhu 10-30°C
(Bateman 1972 dalam Ginting 2009).
Curah hujan memiliki hubungan lansung dengan kelimpahan lalat buah. Di
India populasi lalat buah (melon fly) mengalami peningkatan ketika hujan terjadi
di musim kemarau. Hubungan antara turunnya hujan dan kelimpahan lalat buah
kemungkinan karena ada hubungan dengan masa pembuahan tanaman inang lalat
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman jambu biji masyarakat di Desa
Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Identifikasi imago lalat buah dilakukan di laboratorium Biosistematika Serangga Departemen Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan April 2010 hingga bulan September 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan di lapangan dalam penelitian ini yaitu tanaman jambu biji, metil eugenol, protein hidrolisat dari limbah beer, lem beraroma, perekat berupa lem tikus, bensin, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu bola plastik berwarna kuning dan merah masing-masing berjumlah 12, kawat, suntikan 1 ml, handsprayer, kuas, kertas label, kantong plastik, dan mikroskop stereo untuk mengidentifikasi lalat buah.
Metode Penelitian
Penempatan Perangkap Uji
Gambar 3 Tata letak perangkap di lapangan 1,2,3 merupakan ulangan
Disain Perangkap Uji
Perangkap yang digunakan dalam penelitian ini berupa bola plastik dengan diameter 6 cm. Bola perangkap diolesi lem tikus secara menyeluruh. Bola yang sudah diolesi lem diberikan atraktan metil eugenol dengan meneteskannya, protein hidrolisat dengan cara menyemprotkan, dan lem beraroma dengan pengolesan.
Untuk perlakuan metil eugenol dibutuhkan 0.2 ml metil egenol untuk satu bola perangkap. Metil eugenol diteteskan menggunakan suntikan berukuran 1 ml ke seluruh permukaan bola perangkap. Sedangkan perlakuan protein hidrolisat diaplikasikan dengan melarutkan bahan aktif protein hidrolisat sebanyak 50 ml dalam 450 ml air, kemudian menyemprotkannya ke bola perangkap menggunakan handsprayer, hingga merata. Aplikasi lem beraroma dilakukan dengan mengoleskannya ke permukaan bola dengan kuas secara menyeluruh. Sedangkan bola perangkap tanpa atraktan hanya menggunakan lem tikus saja, tanpa ada penambahan bahan atraktan. Setelah itu, bola yang telah diberikan perlakuan
ML3 MP3 KM2 TP2 MP2 MM2
KL3 TP3 MM3 ML2 KP2 K2 M2
KP3 K3 MP1 KL1
M3 K1 KM1
ML1 TP1
M1 KP1
kemudian digantungkan pada pohon jambu dengan ketinggian ± 1 m di atas permukaan tanah. Bola digantungkan menggunakan kawat (Gambar 4).
(a) (b)
Gambar 4 Bola perangkap di lapangan: (a) bola perangkap warna kuning dan (b) bola perangkap warna merah.
Pengambilan tangkapan lalat buah pada perangkap dilakukan seminggu sekali. Perangkap diganti dengan perangkap yang baru dengan penempatan dan perangkap yang sama. Bola perangkap yang telah memerangkap lalat buah kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan direndam menggunakan bensin. Lalat buah yang menempel pada bola perangkap akan lepas setelah lem berubah menjadi cair karena bensin. Lalat buah yang telah lepas dimasukan ke dalam botol dan diberi label berdasarkan perangkap, ulangan, dan waktu, kemudian lalat buah diawetkan dalam alkohol 70% untuk diidentifikasi.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati mencakup jumlah imago lalat buah yang tertangkap, jenis lalat buah yang tertangkap, perbandingan imago lalat buah jantan dan betina pada masing-masing perangkap.
Informasi Data Panen
Identifikasi
Seluruh lalat buah yang tertangkap diidentifikasi hingga tingkat genus dan spesies. Identifikasi dilakukan di laboratorium Biosistematika Serangga dengan bantuan mikroskop stereo. Identifikasi dilakukan dengan kunci identifikasi dari Ginting (2009) dan panduan praktis dalam identifikasi lalat buah Siwi et al. (2006). Selain itu, untuk panduan identifikasi digunakan juga literatur lainnya yang berupa gambar dan spesimen di museum serangga Departemen Proteksi Tanaman.
Jumlah imago lalat buah yang terperangkap dihitung berdasarkan spesies dan jenis kelamin. Masing-masing perangkap uji dihitung jumlah imago lalat buah yang tertangkap. Setelah mendapatkan data akhir kemudian diolah menggunakan analisis statistik.
Penentuan Nisbah Kelamin
Nisbah kelamin merupakan perbandingan imago betina dengan jantan. Masing-masing perangkap dihitung perbandingan imago betina dengan jantan.
Nisbah kelamin = J h h
J h h
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesies Lalat Buah yang Tertangkap
Jumlah seluruh imago lalat buah yang tertangkap oleh perangkap uji selama penelitian adalah sebanyak 12 839 individu. Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 7 spesies imago lalat buah yang tertangkap yaitu: B. carambolae, B. dorsalis, B. papayae, B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, B. albistrigata (Tabel 1) dan (Lampiran 10).
Hasil tangkapan menunjukkan bahwa B. carambolae merupakan lalat buah yang dominan di lokasi penelitian, hal ini disebabkan B. carambolae dapat hidup dan berkembang dengan baik. Menurut Siwi et al. (2006) jambu biji merupakan inang lain dari B. carambolae. Dalam penelitian Ginting (2009) dan Muryati et al. (2005), lalat buah B. carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya melimpah di tanaman buah. Hal tersebut disebabkan karena tanaman inang dari kedua spesies ini sangat beragam dan hampir selalu ada.
Tabel 1 Spesies lalat buah yang tertangkap di lahan penelitian
Spesies Jumlah B. carambolae 11 287
B. dorsalis 763 B. papayae 753 B. umbrosa 22 B. occipitalis 7 B. curcurbitae 5 B. albistrigata 2 Total 12 839
Hal tersebut yang menyebabkan B. carambolae banyak ditemukan dalam hasil penelitian ini.
Spesies B. dorsalis, B. papayae, dan B. carambolae dikenal sebagai hama penting untuk komoditas buah-buahan tropika. Ketiga lalat buah ini memiliki inang yang cukup luas. Dalam Vijaysegaran (1997), Tanaman inang B. carambolae adalah belimbing, jambu biji, mangga, sukun, dan beberapa buah-buahan lainnya. Tanaman inang B. dorsalis adalah jeruk, belimbing, jambu biji, mangga, pepaya, persik, pear. Spesies B. papayae memiliki tanaman inang pisang, belimbing, jeruk, mangga, pepaya, dan lainnya.
Lalat buah yang sedikit tertangkap oleh perangkap yang diujikan adalah B. umbrosa, B. cucurbitae, B. occipitalis, dan B. albistrigata. Hal ini mungkin disebabkan jambu biji bukan merupakan inang yang sesuai dari lalat buah tersebut sehingga populasinya lebih rendah di lokasi penelitian. Lalat buah B. umbrosa dilaporkan telah tersebar di Indonesia dan menyerang tanaman sukun dan nangka (Vijaysegaran 1997). Lalat buah B. cucurbitae ditemukan pada buah ketimun, waluh, semangka, melon, tomat, cabai yang sudah masak dan sayuran lainnya (Siwi et al. 2006).
Populasi Lalat Buah yang Tertangkap
Hasil dari pengamatan yang dilakukan selama 16 minggu menunjukkan bahwa jumlah tangkapan lalat buah lebih ditentukan oleh jenis atraktan daripada warna bola perangkap. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap KM dan MM yang beratraktan metil eugenol menunjukkan hasil tangkapan yang tidak berbeda nyata dengan bola perangkap KL dan ML yang menggunakan atraktan lem beraroma. Sedangkan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma (KM, MM, KL, dan ML) memberikan hasil tangkapan yang berbeda nyata dengan seluruh bola perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat (KP dan MP), bola perangkap warna kuning dan merah tanpa atraktan (K dan M) dan tanpa perangkap (TP) (Tabel 2).
Perangkap bola berwarna yang menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma memiliki hasil tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat. Hal ini mungkin disebabkan protein hidrolisat yang mudah hilang karena menguap dan terkena air hujan. Menurut Vickers (1997), protein hidrolisat dalam keadaan tertentu tidak cukup berhasil mengendalikan lalat buah. Ketika populasi lalat buah tinggi, protein hidrolisat tidak cukup menarik lalat buah betina. Protein hidrolisat juga memiliki persistensi yang rendah di alam.
Warna bola perangkap yang berbeda dengan atraktan yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap tangkapan lalat buah. Namun ada kecenderungan lalat buah lebih banyak tertangkap oleh bola perangkap menggunakan kombinasi warna kuning dibandingkan warna merah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa bola perangkap yang berwarna kuning dengan atraktan lem beraroma dan metil eugenol memiliki nilai tangkapan lalat buah yang tinggi setiap minggunya, terutama tangkapan pada minggu ke-12 (Tabel 2). Menurut Economopoulos (1989), warna yang paling disukai lalat buah adalah kuning, terutama warna kuning terang.
Lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap yang beratraktan metil eugenol tidak berbeda nyata dengan perangkap lem beraroma, tetapi pada minggu ke-13, ke-14, dan ke-16 kedua atraktan tersebut memberikan tangkapan yang
Tabel 2 Tangkapan imago lalat buah pada masing-masing perangkap per minggu
Perangkapb Minggu
a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 l13 14 15 16
K 3.3b 2.7b 3b 5.3b 3b 3.6b 3b 5b 3.7b 4.7b 4.7b 0.7c 8.7cd 5.3cd 1b
KM 37a 40a 35.3a 54a 45.3a 72a 67a 95.7a 50.7a 68a 110.3a 56.3a 49.7b 37abc 14.3b KL 67.7a 57.7a 44.7a 44.7a 41.7a 82.7a 70a 83a 72.3a 88.7a 84a 21b 101a 69.7a 95a
KP 2.3b 1b 1.3b 11.3b 3b 5.3b 4b 11.3b 8.7b 11.3b 9.7b 4.3c 9cd 6cd 10b
M 4.6b 4.3b 0.3b 8.3b 8.7b 2.3b 20b 4b 5b 3.7b 2.5b 11.3bc 19.3c 16.5bcd 3.7b
MM 67.3a 34.7a 38.7a 45.3a 54a 80a 52a 80a 40.67a 64a 70.7a 67.7a 41.3b 19bcd 12.3b ML 55.7a 45a 33.5a 65.3a 35a 67.3a 59.7a 69.3a 72.7a 72.7a 73a 21.3b 81a 49.7ab 69.7a
MP 1b 2.7b 2.3b 1.5b 2b 3.3b 2b 1.3b 3.3b 2.5b 16.3b 12bc 8.7cd 2.7d 2.3b
TP 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0c 0d 0d 0b
a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji selang berganda Duncan pada taraf 5%. b
KM = bola kuning dengan metil eugenol, KL = bola kuning dengan lem beraroma, KP = bola kuning dengan protein hidrolisat, dan K= bola kuning tanpa bahan atraktan. MM = bola merah dengan metil eugenol, ML = bola merah dengan lem beraroma, MP = bola merah dengan protein hidrolisat, M = bola merah tanpa atraktan, dan TP = tanpa perangkap.
Pada minggu ke-14 dan ke-16 bola perangkap kuning atau merah dengan atraktan metil eugenol memiliki kemampuan yang sama dengan atraktan protein hidrolisat, karena tangkapan kedua atraktan tersebut pada bola perangkap kuning ataupun merah tidak berbeda nyata (Tabel 2). Hal ini bisa disebabkan karena sumber makanan, bola perangkap menjadi kotor atau dari lem perangkap uji yang tidak rekat pada bola atau luntur dari bola. Hasil penelitian Economopoulus (1989), Perangkap kotor dapat mengurangi kemampuan menarik lalat buah untuk datang.
Tangkapan lalat buah setiap minggunya terlihat berfluktuasi. Pada minggu ke-7 hingga minggu ke-16 relatif lebih tinggi daripada minggu ke-1 sampai minggu ke-6. Tangkapan yang paling tinggi terjadi pada minggu ke-12 (Gambar 5). Pada minggu ke-8 hingga ke-16 bola perangkap protein hidrolisat dengan warna kuning (KP) memberikan tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan bola perangkap warna kuning tanpa atraktan (K). Bola perangkap protein hidrolisat dengan warna merah (MP) juga memberikan tangkapan lalat buah yang tinggi dibandingkan bola perangkap warna merah tanpa atraktan (M) pada minggu ke-12 dan ke-13. Protein hidrolisat dapat efektif mengendalikan serangan lalat buah (Allwood 1997b) dan penambahan makanan pada perangkap visual dapat meningkatkan tangkapan lalat buah (Economopoulus 1989).
Tangkapan Tiga Spesies Lalat Buah Tiap Minggu
Bactrocera carambolae
Bola perangkap berwarna menggunakan lem beraroma (KL dan ML) dan metil eugenol (KM dan MM) memiliki hasil tangkapan yang tinggi dan tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan perangkap KP, MP, K, dan M. Perangkap atraktan dengan kombinasi warna kuning memberikan nilai tangkapan yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi dengan warna merah (Tabel 3).
Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa bola perangkap warna dengan atraktan metil eugenol dan bola perangkap lem beraroma lebih efektif menangkap imago B. carambolae dibandingkan bola perangkap dan atraktan lainnya. Metil eugenol dapat menarik B. carambolae (Vijaysegaran 1997).
Bactrocera dorsalis
Jumlah imago B. dorsalis yang tertangkap sangat fluktuatif setiap minggunya. Bola perangkap warna menggunakan atraktan lem beraroma, protein hidrolisat, dan tanpa atraktan memberikan nilai tangkapan yang tidak berbeda nyata hampir setiap minggunya (Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa semua bola perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. dorsalis.
Tabel 3 Tangkapan imago B. carambolae pada masing-masing perangkap per minggu
Perangkap* Minggu*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16
K 3.3b 2.3b 2.7b 4.7b 2.7b 3.7b 2.7b 4.7b 3.7b 4b 3b 0.7c 5.3cd 4cd 0.7b
KM 28.a 34.7a 27.3a 50.7a 40.7a 65.7a 65.3a 87.3a 44.3a 57.3a 95.3a 56.3a 45.3b 33abc 12.7b KL 53.7a 48a 40.3a 37.3a 38.7a 75a 67.3a 77.3a 60.7a 78.7a 72.3a 19.7b 92a 65.3a 87a
KP 2.3b 1b 1b 11b 3b 5.3b 3.5b 11b 7.3b 8.7b 7.3b 4bc 8cd 5.7cd 8.3b
M 4.3b 5.5b 0.3b 7.7b 8.3b 2.3b 12b 3b 4b 2.7b 2.5b 10.3bc 17.7c 10cd 3.3b
MM 49.3a 22ab 35.7a 41.3a 51.3a 71.3a 48a 76.3a 34.7a 56a 60.7a 58.3a 35b 16.5bcd 11b ML 43.7a 38.7a 29a 61a 33.7a 60.3a 56.3a 65.7a 61.7a 64.7a 65.3a 19.3b 71.7a 44.7ab 60.3a
MP 0.7b 0.7b 1.7b 1b 1.7b 3.3b 2b 0.3b 2.7b 1b 11b 10.7bc 7cd 2d 2b
TP 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0c 0d 0d 0b
Tabel 4 Tangkapan imago B. dorsalis pada masing-masing perangkap per minggu
*Keterangan tabel sama dengan Tabel 2
Perangkap* Minggu*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16
K 1.7ab 0.3b 1ab 2.3ab 1ab 0.7ab 0.3a 1b 1.3ab 1bc 2.3ab 1ab 2.3ab 0.7b 0a
KM 6ab 4ab 3.3a 2.3ab 3a 4a 1a 5.7a 5a 7a 5.3a 4a 2.7ab 2.3ab 2a
KL 4ab 4.3ab 2ab 3.6ab 1ab 0.7ab 1.7a 1.7b 2.3ab 4ab 4ab 0b 4.7a 1b 1.7a
KP 0b 0b 0b 0b 0b 0b 0.5a 0.3b 0.7ab 0.7bc 1.5b 0.3b 0.3b 0.5b 0.7a
M 3ab 3ab 0b 0b 0.7ab 1.3ab 0.a 1.7b 1ab 2bc 2b 3ab 2ab 4.7a 0.3a
MM 7.7a 5a 2.3ab 5.3a 1.3ab 3.6ab 1.5a 3.3ab 4ab 4ab 2.7ab 4a 3.7ab 3.5ab 2.7a
ML 4.3ab 1.7ab 1ab 2ab 0.3b 2.3ab 1a 1b 3.3ab 4.7ab 0.7b 0.7ab 1.7ab 1b 2.3a
MP 0b 1a 0b 0.3b 0.3b 0b 0a 0.3b 0b 0.5bc 2.3ab 0b 0.7b 0b 0.3a
Tabel 5 Tangkapan imago B. papayae pada masing-masing perangkap per minggu
Perangkap* Minggu*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16
K 0c 0a 0b 0.3b 0.3ab 0b 0.3a 0.3b 0b 0b 0.3c 0b 1.3b 0.3a 0.3bc
KM 4b 1.6a 4.7a 0.3b 2a 3a 1a 2.7a 3.3ab 5.3a 9.7a 3a 2ab 2.7a 1.7b
KL 6.7ab 4.7a 2.3ab 2a 0.7ab 3.7a 1a 2.7a 6a 3.7ab 6.3ab 0.3ab 3ab 2.3a 4a
KP 0c 0a 0.3b 0.3b 0b 0b 0a 0b 0.7b 1.3b 0.3c 0b 0.3b 0a 0.7bc
M 0.3c 0a 0b 0.7ab 0.3ab 0b 8a 0.3b 1b 0.7b 0c 0.7ab 0b 0a 0.3bc
MM 9a 7a 2ab 0.7ab 1ab 3.7a 2a 1.3ab 3ab 2.7ab 6.7ab 3a 3.7ab 1.5a 0.3bc
ML 5.7ab 2.7a 1.5ab 1ab 0.3ab 4.7a 2a 0.7b 5.3a 1.7ab 5.3ab 0b 5.3a 2a 5a
MP 0c 1a 0.7b 0b 0b 0b 0a 0.7b 0.7b 1b 3bc 1.3ab 1b 0.7a 0c
TP 0c 0a 0b 0b 0b 0b 0a 0b 0b 0b 0c 0b 0b 0a 0c
Bactrocera papayae
Tangkapan B. papayae tidak berbeda dengan hasil tangkapan B. dorsalis yaitu nilainya fluktuatif setiap minggunya dan nilainya lebih rendah daripada nilai B. carambolae. Semua bola perangkap berwarna dengan atraktan hampir tidak berbeda nyata pada beberapa minggunya (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa semua perangkap memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap B. papayae. Perangkap bola merah dengan protein hidrolisat memberikan pengaruh lebih tinggi dibandingkan bola perangkap merah tanpa atraktan pada minggu ke-10 hingga ke-15.
Pengaruh Curah Hujan Terhadap Hasil Tangkapan
Masa Sebelum Panen Raya
Masa diantara panen bertepatan dengan pengamatan dari minggu pertama hingga minggu ke-7, yaitu akhir bulan April sampai awal bulan Juni 2010. Tangkapan imago B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae mengalami fluktuasi setiap minggunya. Tangkapan dari ketiga spesies imago lalat buah pada minggu ke-3 mengalami penurunan dibandingkan pada minggu ke-2 kecuali pada KM pada B. papayae dan MM pada B. carambolae terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Curah hujan pada minggu ke-3 lebih tinggi dari minggu ke-2 (Gambar 6). Hal ini yang mungkin menyebabkan terjadinya penurunan tangkapan.
Curah hujan minggu ke-5 merupakan curah hujan yang paling tinggi ketika masa sebelum panen raya selama penelitian (Gambar 6). Jumlah tangkapan lalat buah minggu ke-5 mengalami penurunan pada ketiga spesies terutama pada spesies B. dorsalis. Tangkapan lalat buah menurun kecuali pada perangkap MM pada B. carambolae, K dan KM pada B. dorsalis, dan KM pada B. papayae meskipun begitu kenaikannya tidak tinggi. Pada minggu ke-6 curah hujan turun lebih rendah dibandingkan minggu ke-5 dan tangkapan minggu ke-6 menunjukkan kenaikan tinggi dibadingkan minggu ke-5 pada ketiga spesies lalat buah (Gambar 6).
tangkapan setiap minggunya dipengaruhi tinggi dan rendahnya curah hujan pada daerah tersebut. Semakin tinggi curah hujan maka tangkapan mengalami penurunan dan pada curah hujan yang rendah tangkapan mengalami kenaikan.
Masa Panen Raya
Tangkapan imago B. carambolae, B. dorsalis, dan B. papayae pada masa panen sangat fluktuatif terutama pada tangkapan B. dorsalis yang memberikan pola tak beraturan. Minggu ke-8 hingga minggu ke-16 merupakan masa panen yang bertepatan dengan bulan Juni akhir hingga awal bulan Agustus 2010.
Masa panen mempengaruhi kelimpahan imago lalat buah di pertanaman jambu biji karena adanya sumber makanan yang melimpah. Tangkapan imago lalat buah pada ketiga spesies yang diamati mengalami kenaikan setiap minggunya dibandingkan masa sebelum panen.
Curah hujan dari minggu ke-8 hingga minggu ke-10 mengalami kenaikan setiap minggunya. Pada minggu ke-9 tangkapan B. carambolae mengalami penurunan tetapi tangkapan B. dorsalis dan B. papayae terjadi kenaikan. Tangkapan minggu ke-9 hingga ke-10 terjadi kenaikan meskipun perubahan curah hujan pada minggu tersebut tinggi (Gambar 7). Kemungkinan hal tersebut disebabkan kelimpahan sumber makanan pada minggu ke-9 hingga minggu ke-14 dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap tangkapan.
Gambar 7 Lalat buah yang tertangkap: (a.) B. carambolae, (b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae, dan (d.) curah hujan ketika masa panen raya.
Bola perangkap MP mengandung protein hidrolisat yang dibutuhkan lalat buah. Protein hidrolisat mampu menarik lalat buah betina dan lalat buah jantan, karena keduanya memerlukan protein untuk perkembangan mereka (Vicker 1997). Perubahan curah hujan yang drastis terjadi pada minggu ke-14 hingga minggu ke-15. Tidak adanya curah hujan pada minggu ke-14 menyebabkan tangkapan B. carambolae dan B. papayae lebih tinggi dibandingkan minggu sebelum dan setelahnya. Tangkapan B. dorsalis tidak terlihat dipengaruhi oleh curah hujan karena kenaikan dan penurunan tangkapan masing-masing perangkapnya tidak sesuai dengan tinggi dan rendahnya curah hujan.
Tangkapan lalat buah pada semua perangkap dipengaruhi oleh curah hujan atau terjadinya hujan. Bola perangkap bila tidak terlindungi dari air hujan maka kemampuan atraktan pada bola perangkap dapat berkurang. Protein hidrolisat merupakan salah satu atraktan yang dipengaruhi oleh turunnya hujan.
Turunnya hujan dapat mempengaruhi efektifitas dari protein hidrolisat sehingga perlu adanya solusi dalam mengatasi masalah tersebut. Untuk meningkatkan efektifitas protein hidrolisat dapat dicapai dengan meneliti metode aplikasinya. formulasi yang digunakan dan mempertebal atau memberi bahan perekat protein hidrolisat sehingga dapat mengurangi kehilangan karena turunnya hujan (Allwood dan Drew 1997).
Rata-Rata Nisbah Kelamin dari Tiga Spesies Lalat Buah
Tangkapan imago lalat buah jantan dan betina berbeda-beda pada setiap atraktan atau bola perangkap. Nisbah kelamin B. carambolae pada bola perangkap K, MP, dan KP menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Sedangkan nisbah kelamin pada KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dan nilai yang kecil.
y = -1.383x2+ 32.99x + 459.0 Gambar 8 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa sebelum panen raya: (a.) Bactrocera
carambolae,(b.) B. dorsalis, (c.) B. papayae.
Gambar 9 Hubungan curah hujan dengan jumlah tangkapan lalat buah ketika masa panen raya: (a.) Bactrocera
Hal ini membuktikan bahwa atraktan protein hidrolisat (KP dan MP) dapat menarik lalat buah betina dibandingkan atraktan metil eugenol dan lem beraroma. Warna juga memiliki pengaruh terhadap tangkapan lalat buah betina. Warna kuning dapat menarik lalat buah betina lebih banyak dibandingkan warna merah.
Tabel 6 Rata-rata Nisbah kelamin tiga spesies lalat buah selama 16 minggu Perangkap B. carambolaea B. dorsalisa B. papayaea
K 0.9a 1.0a 1.0a
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf 5%.
Nisbah kelamin B. dorsalis pada perangkap K, MP, KP, dan M tidak berbeda nyata dan memiliki nilai tinggi. KM, KL, MM, dan ML memiliki hasil yang tidak berbeda nyata dengan nilai lebih tinggi dibandingkan nisbah kelamin B. carambolae yang memiliki nilai 0.2 (Tabel 6). Nisbah kelamin pada B. papayae menghasilkan nilai yang sama dengan B. dorsalis pada masing-masing perangkapnya. K, KP, M, dan MP memiliki nilai tidak berbeda nyata dan berbeda nyata dengan KM, KL, MM, ML, dan TP.
Hasil data nisbah kelamin dari tiga spesies imago lalat buah menunjukkan bahwa perangkap bola warna kuning maupun merah dapat menarik imago lalat buah betina untuk datang. Perangkap bola berwarna dengan atraktan protein hidrolisat menunjukkan kemampuan menarik betina lebih tinggi dibandingkan atraktan lainnya. Leweniqila et al. (1997) menyatakan bahwa prinsip penyemprotan umpan protein adalah semua lalat buah betina yang belum matang membutuhkan makan protein untuk menjadi lalat buah betina yang matang secara seksual.
Persentase Kerusakan oleh Lalat Buah
Seluruh bola perangkap dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah oleh serangan lalat buah. Bola perangkap tanpa atraktan K dan MP menunjukan persentase kerusakan yang tinggi dibandingkan bola perangkap yang menggunakan atraktan (Gambar 8). Hal ini kemungkinan disebabkan bola perangkap KM dan KL dapat menekan serangan imago lalat buah karena imago lalat buah tertarik kepada bola perangkap tersebut.
Gambar 8 Persentase rata-rata kerusakan buah oleh lalat buah Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap
Bola perangkap KP memiliki persentase kecil dibandingkan K kemungkinan pada lahan KP pembungkusan buah dilakukan sedini mungkin dan tepat waktu. Bola perangkap K, M, ML, dan MP memiliki persentase yang tinggi dari TP (Gambar 8). Hal ini disebabkan petak K, ML, dan MP terlambat melakukan pengendalian pembungkusan buah. Pada perangkap TP, KM, KL, KP, dan MM pembungkusan buah dilakukan tepat waktu atau sebelum buah berkembang menjadi buah yang matang. Pembungkusan dapat mengurangi
0 2 4 6 8
ya tidak
orang ya
tidak serangan lalat buah menjadi 15-25% (Allwood 1997b) sehingga bila terlambat dilakukan pembungkusan maka dapat meningkatkan serangan lalat buah.
Dengan adanya bola perangkap berwarna menggunakan atraktan (KM, KL, KP, MM, dan ML) dapat mengurangi serangan yang terjadi selama pembungkusan walaupun tingkat pengurangan serangannya tidak terlalu jauh dengan bola perangkap TP (Gambar 8). Bola perangkap ML dapat mengurangi serangan meskipun tingkat serangannya lebih tinggi dibandingkan TP. Pada petak bola perangkap ML terlambat melakukan pembungkusan tetapi serangan lalat buah tidak terlalu tinggi dengan TP dan lebih rendah dibandingkan bola perangkap K, M, dan MP.
Tingkat Pengurangan Serangan
Pengurangan serangan lalat buah terhadap buah di pertanaman jambu biji ketika pemasangan bola perangkap mengalami pengurangan. Menurut 6 orang petani dari 8 petani yang lahannya diberi bola perangkap menyatakan bahwa bola perangkap yang dipasang dapat mengurangi serangan lalat buah yang biasa terjadi. Sedangkan 2 orang petani menyatakan tidak mengurangi serangan.
Gambar 9 Tingkat pengurangan serangan di pertanaman jambu biji Sumber: wawancara petani yang pertanamannya diberikan bola perangkap
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bola perangkap berwarna yang menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma (KM dan KL) memiliki kemampuan menangkap lalat buah yang lebih tinggi dibandingkan bola perangkap yang menggunakan atraktan protein hidrolisat (KP dan MP), bola perangkap berwarna tanpa atraktan (K dan M) dan TP (tanpa perangkap). Curah hujan berpengaruh terhadap daya tangkap bola perangkap lalat buah, semakin tinggi curah hujan maka tangkapan lalat buah semakin menurun. Bola perangkap yang mengandung protein hidrolisat dapat menangkap lalat buah betina lebih banyak dibandingkan perangkap yang mengandung atraktan lainnya.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Allwood AJ. 1997a. Biology and ecology: prerequisites for understading and managing fruit flies (Diptera: Tephritidae). Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 95-101.
________. 1997b. Control strategies for fruit flies (Family Tepheritidae) in the South Pacific. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 171-178.
Allwood AJ, Leblanc L. 1997. Losses caused by fruit flies (Diptera: Tephritidae) in seven Pacific Island Countries. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 21-29.
Ashari S. 1995. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Asri. 2003. Membuat alat perangkap lalat buah. Sinar Tani. http://www.litbang.deptan.go.id. [1 Juli 2009]
Aswatan M. 2008. multi manfaat jambu biji. Kompas. http://nasional.kompas. com/read/2008/11/21/09163835/multimanfaat.jambu.biji. [18 Januari 2011] BPS. 2009. http://www.bps.go.id. [26 Desember 2010]
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Soetiyono P. penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Terjemahan dari: An Introduction To The Study of Insects.
Bourke DOD. 1976. Psidium guajava-Guava. Dalam: Garner RJ dan Chaudri SA, editor. The Propagation of Tropical Fruit Trees. FAO The United Nations: New York. Hlm 530-553.
Deptan. 2005. Lalat Buah Identifikasi. Status dan Pengelolaanya di Indonesia. Jakarta:Deptan.
Drew RAI, Hancock DL. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit flies (Diptera: Tephritidae: Dacinae) of South-East Asia. Bulletin of Entomological Research. Supplement No 2. CAB Internasional.
Drew RAI, Romig MC. 1997. Overview Tephritidae in the Pacific an Southeast Asia. Dalam: Allwood AJ dan Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 46-53.
Ginting R. 2009. Keanekaragaman lalat buah (Diptera: Tephritidae) di Jakarta. Depok. dan Bogor sebagai bahan kajian penyusunan analisis resiko hama. [Tesis]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Gould, Raga A. 2002. Pest of guava. Dalam: Pena JE. Sharp JL. Wysoki M, editor. Tropical Fruit Pest and Pollinators. Biology. Economic. Natural Enemies and Control. Wallington: CABI. Hlm 295-314.
Gutiérrez RMP, Mitchell S, Vargas R. 2008. Psidium guajava: A review of its traditional uses. phytochemistry and pharmacology. Journal of Ethnopharmacology Volume 117. Irland: Elsevier. Hlm 1-27.
Hahn J, Ascerno M. 2005. Apple maggot Management in Home Gardens. University of Minnesota. http://www.extension.umn.edu/distribution /horticulture/components /DG1007.pdf. [29 Desember 2010].
Iskandar M. 2005. Perangkap lalat buah [abstrak]. Deptan http://www.pustaka deptan.go.id. [1 Juli 2009].
Kalie MB. 1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Kardinan A. 2000. Tanaman aromatik pengendali hama lalat buah. Litbang. http://www.spmabanjarbaru.sch.id. [1 Juli 2009].
________. 2003. Tanaman Pengendali Lalat buah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka
________. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Kardinan A, Bintoro MH, Syakir M, Amin AA. 2009. Penggunaan selasih dalam pengendalian hama lalat buah pada mangga. Jurnal Litri 15 (3): 101-109. Klass C. 2008. Apple maggot rhagoletis pomonella (Walsh). Cornell University
http://pmep.cce.cornell.edu/ [26 November 2010].
Leweniqila L, Allwood AJ, Kassim A, Vueti ET, Ralulu L, Walker G. 1997. Result of protein bait spraying in Fiji and Cook Islands. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 183-186. Muryati, Hasyim A, Kogel de WJ. 2005. Distribusi Spesies lalat buah di
Sumatera Barat dan Riau. [Jurnal on-line] www.kennisonline.wur.nl. DISTRIBUSISPESIESLALATBUAH.doc. [26 Desember 2010].
Rahardjo BT, Hurirawan T, Puspitasari M, 2008. Pengaruh subsitusi protein hidrolisat terhadap kemampuan kemampuan bertelur lalat buah Bactrocera carambolae Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae). Agritek Vol 16 no 8.
Samson JA. 1980. Tropical Fruit. New York:Longman Grup Limited.
Siwi SS, Hidayat P, Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia Diptera: Tephritidae. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Soeroto, Wasiati, Chalid NI, Henrawati T, Hikmat A, 1995. Petunjuk Praktis
Pengendalian Lalat Buah. Jakarta: Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman.
Soetopo L. 1997. Psidium guava L. Dalam: Verheiji EWM dan Coronel RE, editor. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Danimihardja S, Sutarno H, Utami UT, Hoesen DSH. Jakarta: PT Gramedia Utama. Terjemahan: Edible Fruits and Nuts. Hlm 343-347. Sookar P, Permalloo, Alleck M, Seewooruthun. SI. 2006. Development of
improved attractants and their integration into fruit fly management programme. Fruit Flies of Economic Importance: From Basic to Applied Knowledge. Proceedings of the 7th International Symposium on Fruit Flies of Economic Importance; Salvador. 10-15 September 2006.Salvador.Brasil. Hlm 71-77.
Sunarjono H. 1987. Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Bandung: Sinar Baru. Vickers RA. 1997. Progress in developing an alternative to protein hydrolysate
bait sprays. Dalam: Allwood AJ and Drew RAI, editor. Management of Fruit Flies in The Pacific. ACIAR Proceedings; Nadi. Fiji 28-31 Oktober 1996. Hlm 117-120.
Lampiran 1 Anova lalat buah yang tertangkap Minggu Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
1 Model 10 148.8379133 14.8837913 10.53 <.0001 Perangkap 8 139.9080280 17.4885035 12.37 <.0001
Blok 2 6.9768304 3.4884152 2.47 0.1184
Galat 15 21.2016639 1.4134443
Total 25 170.0395772
2 Model 10 100.9871484 10.0987148 5.75 0.0011 Perangkap 8 96.12449022 12.01556128 6.84 0.0006
Blok 2 4.86265819 2.43132910 1.38 0.2792
Galat 16 28.1217831 1.7576114
Total 26 129.1089315
3 Model 10 79.90707790 7.99070779 7.03 0.0005 Perangkap 8 74.14161859 9.26770232 8.16 0.0003
Blok 2 4.05981416 2.02990708 1.79 0.2013
Galat 15 17.03942732 1.13596182
Total 25 96.94650521
4 Model 10 107.0864092 10.7086409 7.45 0.0003 Perangkap 8 106.6823793 13.3352974 9.27 0.0001
Blok 2 0.6368891 0.3184445 0.22 0.8039
Galat 15 21.5700896 1.4380060
Total 25 128.6564988
5 Model 10 94.5396537 9.4539654 8.62 <.0001 Perangkap 8 93.48780494 11.68597562 10.66 <.0001
Blok 2 1.05184873 0.52592437 0.48 0.6275
Galat 16 17.5380812 1.0961301
Total 26 112.0777348
6 Model 10 215.1194686 21.5119469 27.07 <.0001 Perangkap 8 212.1370297 26.5171287 33.37 <.0001
Blok 2 2.9824389 1.4912195 1.88 0.1853
Galat 16 12.7139283 0.7946205
Total 26 227.8333969
7 Model 10 145.0417089 14.5041709 14.23 <.0001 Perangkap 8 144.9815618 18.1226952 17.78 <.0001
Blok 2 1.0400257 0.5200129 0.51 0.6112
Galat 14 14.2727732 1.0194838
Total 24 159.3144821
8 Model 10 231.6600155 23.1660015 23.20 <.0001 Perangkap 8 230.3462735 28.7932842 28.83 <.0001
Blok 2 1.3137419 0.6568710 0.66 0.5315
Galat 16 15.9797096 0.9987319
Total 26 247.6397251
Minggu Sumber keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
9 Model 10 147.2675646 14.7267565 9.64 <.0001 Perangkap 8 140.8519755 17.6064969 11.53 <.0001
Blok 2 6.4155891 3.2077946 2.10 0.1549
Galat 16 24.4390162 1.5274385
Total 26 171.7065808
10 Model 10 190.1449369 19.0144937 21.59 <.0001 Perangkap 8 188.9837777 23.6229722 26.82 <.0001
Blok 2 2.6323361 1.3161681 1.49 0.2560
Galat 15 13.2130574 0.8808705
Total 25 203.3579944
11 Model 6 85.83969441 14.30661574 14.86 0.0006 Perangkap 4 79.98444068 19.99611017 20.76 0.0003
Blok 2 5.85525373 2.92762687 3.04 0.1042
Galat 8 7.70402823 0.96300353
Total 14 93.54372264
12 Model 10 222.3864304 22.2386430 8.81 0.0001 Perangkap 8 211.4209290 26.4276161 10.47 <.0001
Blok 2 6.5186395 3.2593198 1.29 0.3037
Galat 15 37.8528130 2.5235209
Total 25 260.2392434
13 Model 10 97.0909805 9.7090980 12.26 <.0001 Perangkap 8 95.99940356 11.99992544 15.15 <.0001
Blok 2 1.09157694 0.54578847 0.69 0.5163
Galat 16 12.6729966 0.7920623
Total 26 109.7639771
14 Model 10 161.3761039 16.1376104 22.33 <.0001 Perangkap 8 160.3470138 20.0433767 27.74 <.0001
Blok 2 1.0290901 0.5145450 0.71 0.5055
Galat 16 11.5608539 0.7225534
Total 26 172.9369577
15 Model 10 90.6674279 9.0667428 4.54 0.0054
Perangkap 8 90.42136509 11.30267064 5.65 0.0025
Blok 2 0.26656364 0.13328182 0.07 0.9358
Galat 14 27.9880504 1.9991465
Total 24 118.6554783
16 Model 10 154.8701839 15.4870184 15.75 <.0001 Perangkap 8 152.4359433 19.0544929 19.38 <.0001
Blok 2 2.4342406 1.2171203 1.24 0.3163
Galat 16 15.7309678 0.9831855
Lampiran 2 Anova B. carambolae yang tertangkap Minggu Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
1 Model 10 101.4815552 10.1481555 8.74 0.0001 Perangkap 8 95.00798647 11.87599831 10.23 <.0001
Blok 2 5.17478328 2.58739164 2.23 0.1420
Galat 15 17.4079321 1.1605288
Total 25 118.8894873
2 Model 10 77.68895633 7.76889563 5.63 0.0015 Perangkap 8 70.95455440 8.86931930 6.43 0.0010
Blok 2 5.80232428 2.90116214 2.10 0.1568
Galat 15 20.70610879 1.38040725
Total 25 98.39506512
3 Model 10 67.22393693 6.72239369 7.25 0.0004 Perangkap 8 62.88309281 7.86038660 8.48 0.0002
Blok 2 2.87920135 1.43960068 1.55 0.2439
Galat 15 13.90901667 0.92726778
Total 25 81.13295360
4 Model 10 95.3330017 9.5333002 7.89 0.0002
Perangkap 8 95.10980359 11.88872545 9.84 <.0001
Blok 2 0.44487548 0.22243774 0.18 0.8336
Galat 15 18.1142254 1.2076150
Total 25 113.4472271
5 Model 10 85.7103109 8.5710311 7.61 0.0002
Perangkap 8 84.40226952 10.55028369 9.37 <.0001
Blok 2 1.30804141 0.65402071 0.58 0.5708
Galat 16 18.0136194 1.1258512
Total 26 103.7239303
6 Model 10 185.3466744 18.5346674 24.01 <.0001 Perangkap 8 182.3938353 22.7992294 29.53 <.0001
Blok 2 2.9528392 1.4764196 1.91 0.1800
Galat 16 12.3528049 0.7720503
Total 26 197.6994793
7 Model 10 145.6350487 14.5635049 25.17 <.0001 Perangkap 8 144.5540048 18.0692506 31.23 <.0001
Blok 2 1.0267232 0.5133616 0.89 0.4323
Galat 15 8.6778631 0.5785242
Total 25 154.3129119
8 Model 10 214.9783486 21.4978349 21.17 <.0001 Perangkap 8 213.5034285 26.6879286 26.28 <.0001
Blok 2 1.4749201 0.7374600 0.73 0.4990
Galat 16 16.2480576 1.0155036
Total 26 231.2264061
Minggu Sumber keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
9 Model 10 118.7704391 11.8770439 8.76 <.0001 Perangkap 8 112.7657715 14.0957214 10.39 <.0001
Blok 2 6.0046676 3.0023338 2.21 0.1417
Galat 16 21.7004270 1.3562767
Total 26 140.4708661
10 Model 10 164.6258230 16.4625823 21.69 <.0001 Perangkap 8 162.6496376 20.3312047 26.79 <.0001
Blok 2 3.7002838 1.8501419 2.44 0.1211
galat 15 11.3826093 0.7588406
total 25 176.0084323
11 Model 6 65.91142914 10.98523819 14.10 0.0007 Perangkap 4 58.96917710 14.74229428 18.92 0.0004
Blok 2 6.94225204 3.47112602 4.45 0.0501
Galat 8 6.23345465 0.77918183
total 14 72.14488379
12 Model 10 189.9962828 18.9996283 8.52 0.0002 Perangkap 8 180.3263560 22.5407945 10.10 <.0001
Blok 2 6.0113175 3.0056588 1.35 0.2896
Galat 15 33.4604613 2.2306974
Total 25 223.4567441
13 Model 10 85.96129017 8.59612902 10.29 <.0001 Perangkap 8 85.16911661 10.64613958 12.75 <.0001
Blok 2 0.79217356 0.39608678 0.47 0.6308
Galat 16 13.36093082 0.83505818
Total 26 99.32222100
14 Model 10 145.7844137 14.5784414 26.21 <.0001 Perangkap 8 144.5861816 18.0732727 32.49 <.0001
Blok 2 1.1982321 0.5991160 1.08 0.3641
Galat 16 8.9009743 0.5563109
Total 26 154.6853880
15 Model 10 83.4828532 8.3482853 4.70 0.0045
Perangkap 8 83.12566351 10.39070794 5.86 0.0021
Blok 2 0.34802494 0.17401247 0.10 0.9072
Galat 14 24.8424445 1.7744603
Total 24 108.3252977
16 Model 10 134.6216337 13.4621634 14.99 <.0001 Perangkap 8 132.6291488 16.5786436 18.46 <.0001
Lampiran 3 Anova B. dorsalis yang tertangkap Minggu Sumber
keragaman db
JK KT Fhit Pr>F
1 Model 10 3.46039478 0.34603948 1.79 0.1496
Perangkap 8 3.11443185 0.38930398 2.01 0.1157
Blok 2 0.22274593 0.11137296 0.58 0.5743
galat 15 2.90223260 0.19348217
total 25 6.36262738
2 Model 10 2.21452008 0.22145201 2.36 0.0646
Perangkap 8 1.80047369 0.22505921 2.40 0.0684
Blok 2 0.47380063 0.23690031 2.53 0.1133
Galat 15 1.40637536 0.09375836
total 25 3.62089544
3 Model 10 1.03990486 0.10399049 2.18 0.0840
Perangkap 8 0.74161802 0.09270225 1.94 0.1275
Blok 2 0.30058344 0.15029172 3.15 0.0722
Galat 15 0.71608948 0.04773930
Total 25 1.75599434
4 Model 10 1.74467136 0.17446714 2.05 0.1019
Perangkap 8 1.69964376 0.21245547 2.49 0.0606
Blok 2 0.05285115 0.02642557 0.31 0.7381
Galat 15 1.27875240 0.08525016
Total 25 3.02342375
5 Model 10 0.47056131 0.04705613 1.38 0.2740
Perangkap 8 0.44092905 0.05511613 1.61 0.1976
Blok 2 0.02963225 0.01481613 0.43 0.6555
Galat 16 0.54655175 0.03415948
Total 26 1.01711305
6 Model 10 1.22806483 0.12280648 1.58 0.1989
Perangkap 8 1.17477232 0.14684654 1.89 0.1319
Blok 2 0.05329251 0.02664626 0.34 0.7144
Galat 16 1.24099222 0.07756201
Total 26 2.46905705
7 Model 10 0.29304990 0.02930499 1.20 0.3694
Perangkap 8 0.17362226 0.02170278 0.89 0.5518
Blok 2 0.10994996 0.05497498 2.24 0.1428
Galat 14 0.34301789 0.02450128
Total 24 0.63606779
8 Model 10 1.48937721 0.14893772 2.02 0.1018
Perangkap 8 1.46688593 0.18336074 2.48 0.0579
Blok 2 0.02249128 0.01124564 0.15 0.8600
Galat 16 1.18188474 0.07386780
Total 26 2.67126195
Minggu Sumber keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
9 Model 10 1.58477043 0.15847704 1.55 0.2111
Perangkap 8 1.50945556 0.18868195 1.84 0.1425
Blok 2 0.07531487 0.03765743 0.37 0.6984
Galat 16 1.64085922 0.10255370
Total 26 3.22562965
10 Model 10 2.53771249 0.25377125 3.15 0.0223
Perangkap 8 2.45860731 0.30732591 3.81 0.0123
Blok 2 0.08407107 0.04203553 0.52 0.6040
galat 15 1.20888854 0.08059257
total 25 3.74660103
11 Model 6 1.33945008 0.22324168 7.66 0.0056
Perangkap 4 0.92611385 0.23152846 7.95 0.0069
Blok 2 0.41333623 0.20666812 7.09 0.0169
Galat 8 0.23309079 0.02913635
total 14 1.57254088
12 Model 10 1.58478988 0.15847899 1.89 0.1287
Perangkap 8 1.47715908 0.18464488 2.20 0.0894
Blok 2 0.08613235 0.04306617 0.51 0.6086
Galat 15 1.25843021 0.08389535
Total 25 2.84322010
13 Model 10 1.49493458 0.14949346 2.26 0.0706
Perangkap 8 1.43161575 0.17895197 2.70 0.0430
Blok 2 0.06331884 0.03165942 0.48 0.6283
Galat 16 1.05875982 0.06617249
Total 26 2.55369441
14 Model 10 1.29055818 0.12905582 1.69 0.1696
Perangkap 8 1.11275271 0.13909409 1.82 0.1473
Blok 2 0.17780547 0.08890273 1.16 0.3381
Galat 16 1.22499641 0.07656228
Total 26 2.51555459
15 Model 10 1.47100678 0.14710068 1.77 0.1587
Perangkap 8 1.42678917 0.17834865 2.15 0.1005
Blok 2 0.00650284 0.00325142 0.04 0.9617
Galat 14 1.16130735 0.08295052
Total 24 2.63231413
16 Model 10 0.57723836 0.05772384 0.80 0.6332
Perangkap 8 0.54433730 0.06804216 0.94 0.5115
Blok 2 0.03290106 0.01645053 0.23 0.7991
Galat 16 1.15754989 0.07234687
Total 26 1.73478825
Lampiran 4 Anova B. papayae yang tertangkap Minggu Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F n
1 Model 10 5.64055204 0.56405520 8.04 0.0002
Perangkap 8 5.29935755 0.66241969 9.44 0.0001
Blok 2 0.29028978 0.14514489 2.07 0.1608
galat 15 1.05219786 0.07014652
Total 25 6.69274990
2 Model 10 2.47510405 0.24751040 1.18 0.3804
Perangkap 8 2.20890618 0.27611327 1.31 0.3139
Blok 2 0.13925652 0.06962826 0.33 0.7239
Galat 14 2.94752117 0.21053723
Total 24 5.42262522
3 Model 10 1.28339210 0.12833921 2.43 0.0585
Perangkap 8 1.13664385 0.14208048 2.69 0.0468
Blok 2 0.14464961 0.07232481 1.37 0.2840
Galat 15 0.79156394 0.05277093
Total 25 2.07495605
4 Model 10 0.35960250 0.03596025 2.53 0.0512
Perangkap 8 0.20243543 0.02530443 1.78 0.1603
Blok 2 0.16913305 0.08456653 5.94 0.0126
Galat 15 0.21347193 0.01423146
Total 25 0.57307443
5 Model 10 0.29524443 0.02952444 1.44 0.2501
Perangkap 8 0.21684635 0.02710579 1.32 0.3026
Blok 2 0.07839808 0.03919904 1.91 0.1808
Galat 16 0.32891272 0.02055704
Total 26 0.62415715
6 Model 10 2.23332800 0.22333280 5.42 0.0015
Perangkap 8 1.97719635 0.24714954 6.00 0.0012
Blok 2 0.25613165 0.12806583 3.11 0.0724
Galat 16 0.65922420 0.04120151
Total 26 2.89255220
7 Model 10 2.67202020 0.26720202 0.91 0.5477
Perangkap 8 2.00673487 0.25084186 0.86 0.5721
Blok 2 0.79720502 0.39860251 1.36 0.2883
Galat 14 4.09941720 0.29281551
Total 24 6.77143740
8 Model 10 0.58281140 0.05828114 3.05 0.0229
Perangkap 8 0.57137664 0.07142208 3.74 0.0119
Blok 2 0.01143476 0.00571738 0.30 0.7455
Galat 16 0.30576483 0.01911030
Total 26 0.88857623
Minggu Sumber keragaman
db
JK KT Fhit Pr>F
9 Model 10 2.53438496 0.25343850 3.49 0.0129
Perangkap 8 2.37767515 0.29720939 4.09 0.0080
Blok 2 0.15670981 0.07835490 1.08 0.3635
Galat 16 1.16220095 0.07263756
Total 26 3.69658590
10 Model 10 1.56276545 0.15627655 2.18 0.0837
Perangkap 8 1.42070729 0.17758841 2.48 0.0617
Blok 2 0.12527636 0.06263818 0.87 0.4374
Galat 15 1.07479014 0.07165268
Total 25 2.63755559
11 Model 6 2.63416136 0.43902689 5.40 0.0163
Perangkap 4 2.15012975 0.53753244 6.61 0.0118
Blok 2 0.48403162 0.24201581 2.98 0.1080
Galat 8 0.65009942 0.08126243
Total 14 3.28426078
12 Model 10 5.35911690 0.53591169 5.19 0.0023
Perangkap 8 5.30764714 0.66345589 6.42 0.0010
Blok 2 0.00773020 0.00386510 0.04 0.9634
Galat 15 1.54995785 0.10333052
Total 25 6.90907475
13 Model 10 0.79483771 0.07948377 1.92 0.1181
Perangkap 8 0.78824670 0.09853084 2.38 0.0666
Blok 2 0.00659101 0.00329551 0.08 0.9239
Galat 16 0.66245076 0.04140317
Total 26 1.45728847
14 Model 10 1.57035574 0.15703557 2.27 0.0690
Perangkap 8 1.56686596 0.19585824 2.84 0.0362
Blok 2 0.00348978 0.00174489 0.03 0.9751
Galat 16 1.10478235 0.06904890
Total 26 2.67513809
15 Model 10 0.61970996 0.06197100 1.35 0.2972
Perangkap 8 0.57809475 0.07226184 1.57 0.2203
Blok 2 0.05882973 0.02941486 0.64 0.5427
Galat 14 0.64478282 0.04605592
Total 24 1.26449278
16 Model 10 1.74580279 0.17458028 11.36 <.0001 Perangkap 8 1.67904561 0.20988070 13.65 <.0001
Blok 2 0.06675718 0.03337859 2.17 0.1465
Galat 16 0.24596043 0.01537253
Total 26 1.99176322
Lampiran 5 Anova nisbah kelamin B. carambolae Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
Model 10 3.32484433 0.33248443 103.28 <.0001
Perangkap 8 3.32408453 0.41551057 129.07 <.0001
Blok 2 0.00075980 0.00037990 0.12 0.8895
galat 16 0.05150910 0.00321932
total 26 3.37635343
Lampiran 6 Anova nisbah kelamin B. dorsalis Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
Model 10 2.34352409 0.23435241 139.52 <.0001
Perangkap 8 2.34179104 0.29272388 174.27 <.0001
Blok 2 0.00173305 0.00086652 0.52 0.6066
galat 16 0.02687597 0.00167975
total 26 2.37040006
Lampiran 7 Anova nisbah kelamin B. papayae Sumber
keragaman
db JK KT Fhit Pr>F
Model 10 2.33338057 0.23333806 272.52 <.0001
Perangkap 8 2.33241488 0.29155186 340.50 <.0001
Blok 2 0.00096570 0.00048285 0.56 0.5799
galat 16 0.01369978 0.00085624
total 26 2.34708036
Lampiran 8 Data serangan lalat buah hasil wawancara
Lampiran 9 Curah hujan tahun 2010 di lokasi penelitian
Tanggal Bulan
a. b.
c. d.
e. f.
g.