• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tendensi konvergensi ekonomi wilayah dan peran kelautan dalam perekonomian Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tendensi konvergensi ekonomi wilayah dan peran kelautan dalam perekonomian Indonesia"

Copied!
497
0
0

Teks penuh

(1)

TENDENSI KONVERGENSI

EKONOMI WILAYAH DAN PERAN KELAUTAN

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

TAJERIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul ―Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah dan Peran Kelautan dalam Perekonomian Indonesia‖ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(3)

RINGKASAN

TAJERIN. Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah dan Peran Kelautan

dalam Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI,

BAMBANG JUANDA dan LUKY ADRIANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perkembangan ketimpangan ekonomi dan tendensi konvergensi ekonomi, serta faktor penentu pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia; (2) Peran kelautan dalam perekonomian wilayah di Indonesia; dan (3) Dampak sektoral dan spasial kebijakan pengembangan ekonomi kelautan terhadap perekonomian dan tendensi konvergensi ekonomi wilayah. Penelitian dilakukan dengan mengunakan wilayah provinsi sebagai unit analisis yang diperbandingkan pada tingkat wilayah pulau utama. Analisis dilakukan dengan pendekatan Indeks Theil, pendekatan ekonometrika model data panel, dan pendekatan model interregional input-output (IRIO). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri atas data panel periode 1985-2010 dan data Tabel IRIO Indonesia, 2005 dan 1985-2010.

Hasil penelitian mununjukkan bahwa ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia selama periode analisis tergolong rendah dan cenderung menurun dengan komposisi sumber dalam wilayah yang jauh lebih besar dibandingkan antar wilayah pulau utama. Tendensi proses konvergensi ekonomi provinsi dan pulau utama di Indonesia selama periode analisis terjadi secara lambat. Sementara dengan mengontrol peubah-peubah penentu pertumbuhan ekonomi, mampu mendorong kecepatan tendensi proses konvergensi yang meningkat. Sektor-sektor kelautan memiliki peran penting dalam perekonomian wilayah di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan dengan derajat keterkaitan dan angka penggandanya yang secara keseluruhan tergolong tinggi, serta peran positif pangsa kelautan dalam pertumbuhan dan kecepatan konvergensi ekonomi wilayah. Secara sektoral, kebijakan pengembangan kelautan melalui peningkatan komponen permintaan akhir untuk semua wilayah di Indonesia akan berdampak terhadap peningkatan kinerja perekonomian, dan tendensi proses konvergensi ekonomi wilayah yang secara keseluruhan. Secara spasial, pengembangan kelautan melalui peningkatan komponen permintaan akhir tersebut berpotensi mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional. Secara relatif dengan mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi melalui peningkatan permintaan akhir kelautan di wilayah-wilayah KTI akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi secara nasional, namun akan mengurangi persoalan ketimpangan atau meningkatkan konvergensi ekonomi wilayah.

Untuk itu, diperlukan kebijakan mengurangi ketimpangan atau meningkatkan konvergensi ekonomi wilayah terutama dengan mempertimbangkan peran kelautan di Indonesia yang disinergikan dengan upaya meningkatkan interrelasi atau konektivitas yang mampu menciptakan ketergantungan ekonomi sektoral dan spasial antar wilayah di Indonesia. Komitmen pemerintah untuk mengkonsentrasikan kegiatan ekonomi ke KTI termasuk dalam bidang kelautan perlu dilengkapi dengan upaya mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.

(4)

SUMMARY

TAJERIN. The Tendency of Regional Economic Convergence and the Role

of Marine in the Indonesian Economy.Supervised by AKHMAD FAUZI,

BAMBANG JUANDA and LUKY ADRIANTO.

The purposes of this research were: (1). Acquiring information about economic disparity and estimating the tendency of economic convergence, as well as estimating the determinants for the Indonesian regional economic growth; (2) Analyzing the role of Marine sectors in the regional economy in Indonesia; (3). Analyzing the impacts of both Marine sectors and spatial economic development – through changes in the value of final demands’ components – towards the economy and disparity changes or the tendency of regional economic convergence. The research was focused on Indonesian provincial regions and its main islands, with three analysis approaches, such as Theil’s Index, Panel Data Econometric Model, and Interregional Input-Output (IRIO) Model. The data used were secondary data, comprised of a 1985-2010 Panel Data and a 2005 and 2010 Indonesian IRIO Table.

The analysis resulted in the findings that, during the 1985-2010 periods, the Indonesian economic disparities between provinces were considered low with a greater composition of source from within the regions than from among the main islands. The tendency of convergence within both provincial and main-islands economy – during 1985-2010 period – did happen with a slow pace. The model also showed that the tendency of convergence could be accelerated by controlling the economic-growth-determining variables.The marine sectors had a major role in the Indonesian regional economyas shown by its high degree of linkage and multipliers, as well as its positive marine share role in stimulating growth and the pace of regional economic convergence. From the sectors point of view, the policy of increasing the final demands components from every region would lead to better economic performance, and higher tendency of overall regional economic convergence. Spatially, the aforementioned policy would potentially keep the pace of growth of the national economy. Relatively, focusing the economic activities towards increasing final demands for marine outputs within the Eastern Regions of Indonesia would slow the national economic growth down, but lessen the disparity problem – or increasing the regional economic convergence.

Therefore, it would require disparity-lessening or regional-economic-convergence-increasing policies with an emphasis on the role of marine sectors in Indonesia which could be paired with the efforts of strengthening the interrelation or connectivity that would create both sectoral and spatial economic interdependencies among regions in Indonesia. The commitment of focusing the economic activities towards the Eastern Regions of Indonesia –including the marine sectors – would also require the implementation of an economic-growth-steadying policy.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atgau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

TENDENSI KONVERGENI

EKONOMI WILAYAH DAN PERAN KELAUTAN

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

TAJERIN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr Ir Setia Hadi, MS Dr Ir Achmad Fahrudin, MS Penguji pada Ujian Terbuka : Dr Ir Akhmad Purnomo, MApp.Sc

(8)

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

H162080071

IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Disetujui: Komisi Pembimbing

Prof, Dr Ir. Akhmad Fauzi, MSc Ketua

Prof Dr.k.Bambang Juanda, MS Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc

Anggota Anggota

Diketahui oleh:

Ketua Program Studi

IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof Dr Jr. Bambang Juanda, MS

(9)

Judul Disertasi : Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah dan Peran Kelautan dalam Perekonomian Indonesia

Nama Mahasiswa : Tajerin

Nomor Pokok Mahasiswa : H162080071

Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Perdesaan

Disetujui: Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc Ketua

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS Dr Ir Luky Adrianto, MSc

Anggota Anggota

Diketahui oleh:

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian ini adalah tendensi konvergensi ekonomi wilayah dan peran kelautan dalam perekonomian Indonesia.

Terimakasih penulis haturkan kepada Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc., Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS., dan Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc. selaku pembimbing yang telah banyak memberirkan arahan, saran dan masukan selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terimakasih yang tak terkira pula, penulis haturkan kepada Dr. Ir. Setiahadi, MS., Dr. Ir. Achmad Fahrudin, MS., Dr. Ir. Achmad Poernomo, MApp.Sc., dan Dr. Ir. Victor Nikijuluw, MSc. yang telah banyak memberikan wawasan kepada penulis dan sebagai penguji luar komisi sehingga tulisan ini dapat disempurnakan.

Penulis juga menghaturkan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada seluruh pengajar, staf administrasi Program Studi PWD, dan teman-teman seperjuangan di Program Pascasarjana IPB angkatan 2008 hingga 2012 PWD, serta segenap pimpinan dan teman-teman peneliti serta staf administrasi Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan atas segala dukungannya selama ini.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis haturkan pula kepada ibunda Hj. Siti Aisyah Sari yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan tak terkira kepada penulis, dan juga kepada ayahanda almarhum H. M. Djamhari yang semasa hidupnya senantiasa memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat mencapai pendidikan ke jenjang yang tertinggi dan pengabdian yang sebesar-besarnya bagi masyarakat yang membutuhkan. Demikian pula kepada ibu mertua almarhum Saurifah dan almarhum H. Abdul Madjid, serta seluruh sanak keluarga lainnya, penulis haturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas doa, dorongan dan dukungan yang diberikan selama ini. Kemudian, secara khusus ucapan terimakasih kepada istriku tercinta Dra. Maemunah, dan kepada buah hatiku Zakiah Darajat Nur Fajrin, Alfi Fadhilah Nur A‘ini Asiyah Sari, dan Muhammad Hasyim Asy‘ari Nur Mahfudi yang senantiasa berdoa dan memberi dukungan dengan penuh kesabaran dan ketulusan selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini sungguh masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan perbaikan yang konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan saat ini maupun pada masa mendatang, dan bermanfaat pula bagi pembangunan nasional. Amin.

Bogor, Juli 2013

(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xviii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 15

Tujuan Penelitian 16

Kegunaan Penelitian 17

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 17

Ruang Lingkup Penelitian 17

Keterbatasan Penelitian 18

Kebaruan Penelitian 20

2 TINJAUAN PUSTAKA 21

Teori Ketimpangan Ekonomi Wilayah dan Ukuran-ukurannya 21

Teori ketimpangan Ekonomi Wilayah 21

Beberapa Ukuran Ketimpangan Pendapatan Wilayah 25

Teori Pertumbuhan Ekonomi 29

Teori Pertumbuhan Neoklasik 30

Teori Pertumbuhan Neoklasik tanpa Teknologi 32 Teori Pertumbuhan Neoklasik dengan Teknologi (Eksogenous) 37 Toeri Pertumbuhan Endogenous: Mesin Pertumbuhan 44

Konsep, Hipotesis dan Ukuran Konvergensi 49

Konsep Konvergensi 49

Hipotesis Konvergensi 52

Ukuran Konvergensi 54

Kondisi Mapan (Steady State) Perekonomian 57

Pengaruh Tingkat Tabungan terhadap Kondisi Mapan 62 Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap Kondisi Mapan 62 Pengaruh Peningkatan Produktivitas terhadap Kondisi Mapan 64

Pertumbuhan Ekonomi dan Model Ekonomi Makro 65

Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi 67

Perdagangan International (Ekspor-Impor) dan Pertumbuhan Ekonomi

69 Konsumsi Rumah Tangga dan Pertumbuhan Ekonomi 71 Konsumsi Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi 71

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) 72

(13)

Hasil Penelitian Terdahulu mengenai Konvergensi 75 Hasil Penelitian Terdahulu dengan Menggunakan IRIO 82

3 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 85

Kerangka Pemikiran Penelitian 85

Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian 85 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 89

Hipotesis Penelitian 92

4 METODE PENELITIAN 92

Lokasi dan Waktu Penelitian 92

Jenis dan Sumber Data 93

Metode Analisis 96

Analisis Indeks Theil 97

Analisis Model Data Panel 100

Pendekatan Analisis Model Data Panel 101

Spesifikasi Model Data Panel 105

Prosedur Pendugaan Model Data Panel 109

Analisis Model Interregional Input-Output (IRIO) 111 Pengertian Dasar Model Input-Output (I-O) 111 Kerangka Dasar Model Interregional Input-Output (IRIO) 114 Prosedur Penyusunan Tabel IRIO berbasis Kelautan antar Pulau

Utama di Indonesia 121

Pendefinisian Wilayah dan Klasifikasi Sektor dalam Mode IRIO 126

Metode Analisis Model IRIO 134

Metode Analisis Hubungan antara Peran Kelautan dengan

Konvergensi Ekonomi Wilayah 150

Metode Analisis Simulasi Dampak Kebijakan 152

5 DESKRIPSI DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH SERTA STRUKTUR EKONOMI KELAUTAN DI

INDONESIA 153

Distribusi dan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia 153

Struktur Ekonomi Kelautan Indonesia 160

Struktur Permintaan dan Penawaran Kelautan 161

Struktur Output Kelautan 167

Struktur NilaiTambah Bruto Kelautan 170

6 KETIMPANGAN, KONVERGENSI DAN FAKTOR PENENTU

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH DI INDONESIA 179

Ketimpangan Ekonomi Wilayah di Indonesia 179

Perkembangan dan Dekomposisi Sumber Ketimpangan Ekonomi

Wilayah di Indonesia 180

(14)

Hubungan antara Pertumbuhan dengan Ketimpangan Ekonomi

Wilayah di Indonesia 188

Pendugaan Tendensi Proses Konvergensi Ekonomi Wilayah 191

Analisis Pendugaan Konvergensi Absolut 192

Analisis Pendugaan Kovergensi Kondisional 194

Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Wilayah 198 Penentu Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Provinsi 199 Penentu Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pulau Utama 201 Kontribusi Penentu Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kecepatan

Konvergensi Ekonomi Wilayah 204

7 PERAN KELAUTAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH DI

INDONESIA 207

Analisis Keterkaitan Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di

Indonesia 208

Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung ke Belakang dan ke

Depan Kelautan dalam Perekonomia Wilayah di Indonesia 208 Indeks Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Kelautan dalam

Perekonomian Wilayah di Indonesia 222

Ikhtisar Analisis Keterkaitan Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah di Indonesia 232

Analisis Angka Pengganda Kelautan terhadap Perekonomi Indonesia 234

Angka Pengganda Output Kelautan 234

Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan 257

Angka Pengganda Pendapatan Kelautan 280

Ikhtisar Analisis Angka Pengganda Kelautan terhadap Perekonomi

Indonesia 302

Analisis Peran Kelautan dalam Pertumbuhan dan Konvergensi

Ekonomi Wilayah 305

8 DAMPAK SEKTORAL DAN SPASIAL KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN KELAUTAN TERHADAP PEREKONOMIAN DAN TENDENSI KONVERGENSI EKONOMI WILAYAH DI

INDONESIA 311

Analisis Dampak Sektoral Pengembangan Kelautan 312 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Kelautan 312 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Ekspor Kelautan 318 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada

Kelautan 324

Dampak Sektoral Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Pemerintah

pada Kelautan 331

(15)

Analisis Dampak Spasial Pengembangan Kelautan 339 Dampak Spasial Akibat Perubahan Investasi Kelautan 339 Dampak Spasial Akibat Perubahan Ekspor Kelautan 343 Dampak Spasial Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada

Kelautan 347

Dampak Spasial Akibat Perubahan Konsumsi Rumah Pemerintah

pada Kelautan 351

Ikhtisar Analisis Dampak Spasial Pengembangan Kelautan 355

9 IMPLIKASI KEBIJAKAN: SEBUAH SINTESA 356

10 KESIMPULAN DAN SARAN 371

Kesimpulan 371

Saran Rekomendasi Kebijakan 373

Saran untuk Penelitian Lanjutan 377

DAFTAR PUSTAKA 378

LAMPIRAN 397

(16)

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi Propinsi-Propinsi Berdasarkan PDRB per Kapita Total Awal

dan Tingkat Pertumbuhan Tahunan 4

2 Klasifikasi Propinsi-Propinsi Berdasarkan PDRB per Kapita Non Migas

Awal dan Tingkat Pertumbuhan Tahunan 4

3 Distribusi PDB Total berdasarkan Pulau Utama, 1975-2005 (dalam %) 6 4 Distribusi Populasi berdasarkan Pulau Utama, 1975-2005 (dalam %) 6 5 Peluang Pengembangan Masing-Masing Kelompok Sumberdaya Ikan Laut

Pada Setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan 11

6 Struktur Nilai Tambah Bruto (NTB) Sektor Perikanan dalam Perkonomian Indonesia atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 1990-2000 12 7 Kontribusi TFP dalam Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dari Berbagai

Hasil Penelitian Terdahulu 40

8 Pertumbuhan TFP Industri Manufaktur di Indonesia dari Berbagai Hasil

Penelitian Terdahulu 41

9 Tingkat Pertumbuhan Total Faktor Produktivitas (TFP) Rata-rata per Tahun pada Sektor Manufaktur Periode 1975-1995, 1990-1997 dan Pertumbuhan

TFP Periode 1995-2000 42

10 Pengaruh Kenaikan Parameter terhadap Peubah Kapital dan Output 44 11 Tipe-Tipe Teori Pertumbuhan Endogenμ ―εesin‖ Pertumbuhan dan

Hipotesis Konvergnsi 48

12 Defenisi Peubah dan Sumber Data yang Digunakan dalam Analisis

Konvergensi Ekonomi Wilayah di Indonesia 95

13 Hubungan antara Tujuan Penelitian, Metode Analisis Data, Jenis dan

Sumber Data, dan Keluaran Penelitian 96

14 Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tunggal 113

15 Tabel InterregionalInput-Output (IRIO) Wilayah A dan B dengan 2 Sektor 116 16 Sektor-sektor dalam IRIO Sebelum dan Setelah Dis-agregasi Bidang

Keluatan 128

17 Reklasifikasi Sektor-sektor dalam IRIO 43 sektor menjadi 21 Sektor 129 18 Klasifikasi Sektor-sektor dalam IRIO berdimensi 21 sektor dan cakupannya

dalam IRIO berdimensi 35 Sektor dan 43 Sektor 130 19 Distribusi PDRB dan penduduk Menurut Wilayah Pulau Utama di

(17)

20 Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000, Rata-rata Pertumbuhan dan Peringkatnya menurut Wilayah Pulau Utama di

Indonesia, Tahun 1985–2010 155

21 PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan 2000, Pertumbuhan dan Peringkatnya menurut Wilayah Pulau Utama di Indonesia, Tahun 1985–

2010 (Juta Rupiah) 156

22 Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Konstan 2000, Pertumbuhan dan Peringkatnya menurut Wilayah Provinsi di Indonesia, Tahun 1985–2010 158 23 PDRB per Kapita atas Dasar Harga Konstan 2000, Pertumbuhan dan

Peringkatnya menurut Wilayah Provinsi di Indonesia, Tahun 1985–2010 159 24 Struktur Permintaan dan Penawaran Sektor Kelautan menurut Wilayah di

Indonesia pada tahun 2005 berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar

Harga Produsen 162

25 Struktur Permintaan dan Penawaran Sektor Kelautan menurut Wilayah di Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar

Harga Produsen 163

26 Struktur Permintaan dan Penawaran dari Sektor-sektor yang tercakup

Dalam Bidang Kelautan di Indinesia, 2005 165

27 Struktur Permintaan dan Penawaran dari Sektor-sektor yang tercakup

Dalam Bidang Kelautan di Indinesia, 2010 166

28 Struktur Output Sektor Kelautan menurut Wilayah di Indonesisa, 2005 167 29. Struktur Output Sektor Kelautan menurut Wilayah di Indonesisa, 2010 167 30 Struktur Output dari Sektor-sektor yang tercakup Dalam Bidang Kelautan

di Indonesia, 2005 menurut Wilayahnya 168

31 Struktur Output dari Sektor-sektor yang tercakup Dalam Bidang Kelautan

di Indonesia, 2005 menurut Wilayahnya 169

32 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor Kelautan menurut Wilayah di Indonesisa, Berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen,

2005 171

33 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor Kelautan menurut Wilayah di Indonesisa, Berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen,

2005 171

34 Struktur Nilai Tambah Bruto dari Sektor-sektor yang Tercakup dalam Bidang Kelautan di Indinesia, 2005 menurut Komponennya (Juta Rp)

173

(18)

36 Struktur Permintaan Akhir Sektor Kelautan menurut Wilayah Pulau Utama

di Indonesia, 2005 175

37 Struktur Permintaan Akhir Sektor Kelautan menurut Wilayah Pulau Utama

di Indonesia, 2005 175

38 Struktur Permintaan Akhir dari Sektor-sektor yang tercakup Dalam Bidang Kelautan di Indinesia, 2005 menurut Komponennya Berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen (Juta Rp) 177 39 Struktur Permintaan Akhir dari Sektor-sektor yang tercakup Dalam Bidang

Kelautan di Indinesia, 2005 menurut Komponennya Berdasarkan Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen (Juta Rp) 178 40 Proporsi Sumber Ketimpangan Ekonomi antar Provinsi Dalam Wilayah

(Within Region) dan Antar Wilayah (Beetwen Region) Pulau Utama di

Indonesia selama Periode 1985-2010 (%) 182

41 Hasil Pendugaan Tendensi Proses Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah

Provinsi di Indonesia, 1985-2010 192

42 Hasil Pendugaan Tendensi Proses Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah

Pulau Utama di Indonesia, 1985-2010 193

43 Hasil Pendugaan Tendensi Proses Konvergensi Kondisional Ekonomi

Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 195

44 Hasil Pendugaan Proses Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau

Utama di Indonesia, 1985-2010 196

45 Nilai Fixed Effect dari Pertumbuhan Ekonomi (Pendapatan Per Kapita)

Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 199

46 Hasil Uji Wald Signifikansi Koefisien Peubah-Peubah Regressor dalam Kecepatan Konvergensi Ekonomi antar Wilayah Provinsi dan antar

Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 1985-2010 205

47 Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Persamaan dengan Model Lengkap (Kondisional) dan Model Tidak Lengkap (Absolut) untuk Wilayah Provinsi dan Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 1985-2010 206 48 Perbandingan Hasil Uji Konvergensi Ekonomi antar Wilayah Pulau Utama

di Indonesia antara Persamaan Konvergensi Absolut dengan Kondisional . 207 49 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia, 2005 212 50 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia, 2010 213 51 Perubahan Koefisien Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke

Belakang Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di

(19)

52 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia, 2005 219 53 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor Kelautan dan

Non Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia, 2010 220 54 Perubahan Koefisien Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke

Belakang Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di

Indonesia, selama periode Tahun 2005-2010 222

55 Indeks Daya Penyebaran Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam

Perekonomian wilayah di Indonesia, 2005 225

56 Indeks Daya Penyebaran Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam

Perekonomian wilayah di Indonesia, 2005 226

57 Indeks Derajat Kepekaan Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam

Perekonomian wilayah di Indonesia, 2005 227

58 Indeks Derajat Kepekaan Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam

Perekonomian wilayah di Indonesia, 2005 228

59 Kategori Posisi Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat

Kepekaannya, 2005 229

60 Kategori Posisi Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat

Kepekaannya, 2005 230

61 Perubahan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah di Indonesia

selama Periode Tahun 2005-2010 235

62 Angka Pengganda Output Total Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 240

63 Angka Pengganda Output Total Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 241

64 Angka Pengganda Output Intra -Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 242

65 Angka Pengganda Output Intra -Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 243

66 Angka Pengganda Output Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 244

67 Angka Pengganda Output Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 245

68 Perubahan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total Wilayah

(20)

69 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Total Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 263 70 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Total Wilayah dari Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 264 71 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Intra-Wilayah dari Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 265 72 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Intra-Wilayah dari Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 266 73 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 267 74 Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan

dan Non Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 268 75 Perubahan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga pada Kelautan

Total Wilayah di Indonesia selama Periode Tahun 2005-2010 280 76 Angka Pengganda Pendapatan Total Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 285

77 Angka Pengganda Pendapatan Total Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 286

78 Angka Pengganda Pendapatan Intra-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 287

79 Angka Pengganda Pendapatan Intra-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2010 288

80 Angka Pengganda Pendapatan Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 289

81 Angka Pengganda Pendapatan Inter-Wilayah dari Sektor Kelautan dan Non

Kelautan dalam Perekonomian Indonesia, 2005 290

82 Persentase Perubahan Angka Pengganda Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Rumahtangga pada Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah di Indonesia, Tahun 2005-2010 303 83 Hasil Pendugaan Peran Sektor-sektor Kelautan dalam Pertumbuhan dan

Konvergensi EKonomi Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 2005-2010 308 84 Hasil Uji Wald Signifikansi Koefisien Parameter Peubah Pangsa

Sektor-sektor Kelautan dalam Persamaan Konvergensi Ekonomi Wilayah Pulau

Utama di Indonesia, 2005-2010 309

85 Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Mode Persamaan dengan dan tanpa Peubah-peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan Wilayah

(21)

86 Perbandingan Hasil Uji Konvergensi Ekonomi antar Wilayah Pulau Utama di Indonesia, 2005-2010 antara Model Persamaan Konvergensi dengan dan tanpa memasukkan Peubah Pangsa Sektor-sektor Kelautan 311 87 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Bidang Kelautan sebesar

100% terhadap Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan

Perekonomian Indonesia 314

88 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi Output Perekonomian Semua Wilayah di Indonesia 315 89 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Investasi Bidang Kelautan sebesar

100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi

Nilai Tambah Bruto Perekonomian Indonesia 316

90 Dampak Sektoral Perubahan Investasi Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Konvergensi Pendapatan

Perekonomian Indonesia 317

91 Dampak Sektoral Akibat Perubahan Ekspor Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Perekonomian

Indonesia 320

92 Dampak Sektoral Perubahan Ekspor Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Konvergensi Output

Perekonomian Indonesia 321

93 Dampak Sektoral Perubahan Ekspor Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi Nilai

Tambah Bruto Perekonomian Indonesia 322

94 Dampak Sektoral Perubahan Ekspor Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi

Pendapatan Perekonomian Indonesia 323

95 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Rumahtangga pada Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Output, Nilai Tambah Bruto dan

Pendapatan Perekonomian Indonesia 326

96 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Rumahtangga pada Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi Output Perekonomian Indonesia 327 97 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Rumahtangga pada Bidang

Kelautan sebesar 100% terhadap Perunbahan Koefisien Variasi dan Tendensi Konvergensi Nilai Tambah Bruto Perekonomian Indonesia 328 98 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Rumahtangga pada Bidang

(22)

99 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan

Perekonomian Indonesia 332

100 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Perubahan Koefisien Variasi dan Tendensi

Konvergensi Output Perekonomian Indonesia 333

101 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Bidang Kelautan sebesar 100% terhadap Tendensi Ketimpangan (Koefisien Variasi) dan Konvergensi Nilai Tambah Bruto Perekonomian Indonesia 334 102 Dampak Sektoral Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Bidang Kelautan

sebesar 100% terhadap Tendensi Ketimpangan (Koefisien Variasi) dan Konvergensi Pendapatan Perekonomian Indonesia 335 103 Rekapitulasi Dampak Peningkatan Investasi, Ekspor, Konsumsi Rumah

Tangga dan Konsumsi Pemerintah sebesar 100% terhadap Nilai dan Perubahan Output, Bilai Tambah Bruto dan Pendapatan dalam

Perekonomian Indonesia 338

104 Dampak Spasial Perubahan Investasi Kelautan terhadap Perekonomian dan Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah di Indonesia 341 105 Dampak Spasial Perubahan Ekspor Kelautan terhadap Perekonomian dan

Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah di Indonesia 345 106 Dampak Spasial Perubahan Konsumsi Rumahtangga untuk Kelautan

terhadap Perekonomian dan Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah di

Indonesia 349

107 Dampak Spasial Perubahan Konsumsi Pemerintah untuk Kelautan terhadap Perekonomian dan Tendensi Konvergensi Ekonomi Wilayah di

Indonesia 353

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan Indeks Williamson di Indonesia, Tahun 1985-2006 2 2 PDRB per kapita Total Propinsi-Propinsi di Indonesia, 1975-2000:

Perubahan Pendapatan Relatif 5

3 Peta Potensi Sumberdaya Perikanan pada Setiap Wilayah Pengelolaan

(23)

4.a Kurva Hipotesis Neo-Klasik 24

4.b Kurva Hipotesis Kuznet 24

5 Kurva Distribusi Pendapatan (Kurva Lorenz) dan Kurva Garis Pemerataan

(Kurva Marxian Utopia) 26

6 Sumber-Sumber Pertumbuhan Regional dari Perspektif Neoklasik 31 7 Model Pertumbuhan Stok Kapital terhadap Output tanpa Teknologi 35 8 Pengaruh Pertumbuhan Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk terhadap

Output dalam Model Pertumbuhan tanpa Teknologi 37

9 Pengaruh Pertumbuhan Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk terhadap

Output (dengan Teknologi Model Eksogenous) 43

10 Faktor-faktor Penentu Produktivitas Tenaga Kerja 49 11 Hubungan antara Konsumsi per Tenaga Kerja dengan Capital Labor Ratio

dalam Steady-State 59

12 Penentuan Capital Labor Ratio dalam Steady-State 61 13 Dampak Kenaikan Tingkat Tabungan atas Steaqdy-State Capital Labor

Ratio 62

14 Dampak Kenaikan Laju Produktivitas Penduduk terhadap Staedy State

Capital-LaborRatio 63

15 Peningkatan dalam Produktivitas 64

16 Dampak Kenaikan Produktivitas atas Staedy State Capital Labor Ratio 65

17 Peta Koridor Ekonomi Indonesia 74

18 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Konvergensi Ekonomi Wilayah dan Peran Kelautan dalam Perekonomian Indonesia 86 19 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian Konvergensi Ekonomi Wilayah

dan Peran Kelautan dalam Perekonomian Indonesia 91 20 Hirarki Pembagian Wilayah di Indonesia dalam Analisis yang digunakan

dalam Penelitian Konvergensi Ekonomi Wilayah dan Peran Kelautan

dalam Perekonomian Indonesia 99

21 Prosedur Penyusunan Koefisien Input Antar-Wilayah Pulau Utama 124

22 Prosedur Penyusunan Matriks Antar-Wilayah 125

23 Prosedur Penyusunan Tabel IRIO Wilayah Pulau Utama 126 24 Keterkaitan Ke Depan dan Keterkaitan Ke Belakang 136 25 Plot Pertumbuhan PDRB per Kapita 1985-2010 dengan Logaritma Natural

(24)

26 Plot Pertumbuhan PDRB per Kapita 1985-2010 dengan Logaritma Natural PDRB 1985 per Kapita antar Provinis di Indonesia 160 27.a Perkembangan Ketimpangan Pendapatan (Ekonomi) Indonesia, Tahun

1985-2010 (Berdasarkan Data PDRB Harga Konstan Tahun 2000) 180 27.b Perkembangan Ketimpangan Pendapatan per Kapita Indonesia, Tahun

2001-2010 menggunakan Indeks Williamson 181

28 Dekomposisi Ketimpangan Wilayah di Indonesia, 1985-2010 (Berdasarkan Data PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun

2000) 183

29 Perkembangan Ketimpangan antar Provinsi dalam Wilayah Pulau Utama (Within Region) Indonesia, 1985-2010 (Berdasarkan Data PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000) 184 30 Perkembangan Ketimpangan antar Provinsi dalam Wilayah Pulau Utama

(Within Region) di Kawasan Timur Indonesia (KTI), 1985-2010 (Bagian

dari Gambar 29) 185

31 Perkembangan Ketimpangan antar Provinsi dalam Wilayah Pulau Utama (Within Region) di Kawasan Barat Indonesia (KBI), 1985-2010 (Bagian

dari Gambar 29) 187

32.a Scatter-plot antara Pendapatan per Kapita dengan Indeks Ketimpangan Theil Indonesia berdasarkan seluruh data 1985-2010 188 32.b Scatter-plot antara Pertumbuhan Pendapatan per Kapita dengan Indeks

Ketimpangan Theil Indonesia berdasarkan seluruh data 1985-2010 190 32.c Pilihan Pola Scatter-plot antara Pertumbuhan Pendapatan per Kapita

(rPDRBK) dengan Indeks Ketimpangan Theil (I-THEIL) antar Provinsi di Indonesia berdasarkan seluruh data 1985-2010 190 33 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah Sumatera

pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 236

34 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah Jawa pada

Tahun 2005 dan Tahun 2010 236

35 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah

Kalimantan pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 237

36 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah Sulawesi

pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 238

37 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah Bali –

Nusa Tenggara pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 239

38 Perbandingan Angka Pengganda Output Kelautan Total Wilayah Papua –

(25)

39 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Sumatera,

2005 247

40 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Sumatera,

2010 247

41 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Jawa, 2005 249 42 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor

yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Jawa, 2010 249 43 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor

yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah

Kalimantan, 2005 250

44 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah

Kalimantan, 2010 250

45 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Sulawesi,

2005 252

46 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Sulawesi,

2010 253

47 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Bali – Nusa

Tenggara, 2005 254

48 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Bali – Nusa

Tenggara, 2010 254

49 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Papua –

Kepulauan Maluku, 2005 256

50 Angka Penganda Output Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian Wilayah Papua –

Kepualaun Maluku , 2010 256

51 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total Wilayah Sumatera pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 258 52 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total

(26)

53 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total Wilayah Kalimantan pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 260 54 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total

Wilayah Sulawesi pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 260 55 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total

Wilayah Bali – Nusa Tenggara pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 261 56 Perbandingan Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto Kelautan Total

Wilayah Papua – Kepulauan Maluku pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 262 57 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari

Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sumatera, 2005 270

58 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sumatera, 2010 270

59 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Jawa, 2005 272

60 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Jawa, 2010 272

61 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Kalimantan, 2005 273

62 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Kalimantan, 2010 273

63 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sulawesi, 2005 275

64 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sulawesi, 2010 275

65 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Bali – Nusa Tenggara, 2005 277

66 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

(27)

67 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Papua – Kepulauan Maluku, 2005 279

68 Angka Penganda Nilai Tambah Bruto Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Papua – Kepualaun Maluku , 2010 279

69 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total Wilayah Sumatera pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 281 70 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total

Wilayah Jawa pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 282

71 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total Wilayah Kalimantan pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 282 72 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total

Wilayah Sulawesi pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 283 73 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total

Wilayah Bali – Nusa Tenggara pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 284 74 Perbandingan Angka Pengganda Pendapatan Rumahtangga Kelautan Total

Wilayah Papua – Kepulauan Maluku pada Tahun 2005 dan Tahun 2010 284 75 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah

dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sumatera, 2005 292

76 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sumatera, 2010 292

77 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Jawa, 2005 294

78 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Jawa, 2010 294

79 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Kalimantan, 2005 296

80 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

(28)

81 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sulawesi, 2005 297

82 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Sulawesi, 2010 298

83 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Bali – Nusa Tenggara, 2005 299

84 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Bali – Nusa Tenggara, 2010 299

85 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Papua – Kepulauan Maluku 2005 301

86 Angka Penganda Pendapatan Rumahtangga Total, Inter dan Intra Wilayah dari Sektor-sektor yang tercakup Bidang Kelautan dalam Perekonomian

Wilayah Papua – Kepualaun Maluku , 2010 301

87 Perubahan Angka Pengganda Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Rumahtangga pada Sektor-sektor Kelautan dalam Perekonomian Wilayah

di Indonesia Tahun 2005-2010 304

88 Tendensi Konvergensi/Divergensi Perekonomian Sektoral Akibat Perubahan Investasi Kelautan sebesar 100% di Indonesia 318 89 Tendensi Konvergensi/Divergensi Perekonomian Sektoral Akibat

Perubahan Ekspor Kelautan sebesar 100% di Indonesia 324 90 Tendensi Konvergensi/Divergensi Perekonomian Sektoral Akibat

Perubahan Konsumsi Rumahtangga untuk Kelautan sebesar 100% di

Indonesia 331

91 Tendensi Konvergensi/Divergensi Perekonomian Sektoral Akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah untuk Kelautan sebesar 100% di

Indonesia 336

92 Perubahan Nilai Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Kelautan akibat Perubahan Investasi Kelautan di NKRI (Simulasi-1), KBI

(Simulasi-2), dan KTI (Simulasi-3) 340

(29)

94 Perubahan Nilai Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Kelautan akibat Perubahan Ekspor Kelautan di NKRI 1), KBI

(Simulasi-2), dan KTI (Simulasi-3) 344

95 Tendensi Konvergensi Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Wilayah-wilayah secara Agregat di NKRI, KBI dan KTI berdasarkan Perubahan Koefisien Variasi Akibat Perubahan Ekspor Kelautan 346 96 Perubahan Nilai Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Kelautan

akibat Perubahan Konsumsi Rumah Tangga pada Kelautan di NKRI (Simulasi-1), KBI (Simulasi-2), dan KTI (Simulasi-3) 348 97 Tendensi Konvergensi Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan

Wilayah-wilayah secara Agregat di NKRI, KBI dan KTI berdasarkan Perubahan Koefisien Variasi Akibat Perubahan Konsumsi Rumahtangga

pada Kelautan 350

98 Perubahan Nilai Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan Kelautan akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah pada Kelautan di NKRI (Simulasi-1), KBI (Simulasi-2), dan KTI (Simulasi-3) 352 99 Tendensi Konvergensi Output, Nilai Tambah Bruto dan Pendapatan

Wilayah-wilayah secara Agregat di NKRI, KBI dan KTI berdasarkan Perubahan Koefisien Variasi Akibat Perubahan Konsumsi Pemerintah 354

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Peubah Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut Provinsi

di Indonesia selama periode 1985-2010 398

2 2 Data Peubah Rasio Penanaman Modal Tetap Bruto (Investasi Modal Fisik) terhadap Produk Domestik Regional Bruto menurut Provinsi di Indonesia

selama periode 1985-2010 399

3 Data peubah rasio pekerja berpendidikan SLTA ke atas terhadap total pekerja berusaia 15 tahun ke atas menurut Provinsi di Indonesia selama periode

1985-2010 400

4 Data peubah resultante tingkat pertumbuhan penduduk + perkembangan teknologi + penyusutan modal menurut Provinsi di Indonesia selama periode

1985-2010 401

5 Hasil Uji Korelasi Rank-Spearman antara Peubah Pendapatan per Kapita (PDRBK) dengan Peubah Indeks Ketimpangan Theil (ITHEIL)

(30)

6 Hasil Uji Korelasi Rank-Spearman antara Peubah Pertumbuhan Pendapatan per Kapita (rPDRBK) dengan Peubah Indeks Ketimpangan Theil (ITHEIL)

Provinsi-provinsi di Indonesia, 1985-2010 402

7 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Common Effect Model

(CEM) dengan Cross Sectional Weight 403

8 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model

(FEM) dengan Cross Sectional Weight 404

9 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Random Effect Model

(REM) dengan Cross Sectional Weight 406

10 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Common Effect

Model (CEM) dengan Cross Sectional Weight 408

11 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model

(FEM) dengan Cross Sectional Weight 409

12 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Random Effect Model

(REM) dengan Cross Sectional Weight 411

13 Hasil Uji Chow untuk Memilih antara CEM dan FEM dalam Pendugaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia,

1985-2011 412

14 Hasil Uji Housmen untuk Memilih antara FEM dan REM dalam Pendugaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia,

1985-2011 413

15 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Common Effect

Model (CEM) dengan Cross Sectional Weight 415

16 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model

(FEM) dengan Cross Sectional Weight 416

17 Hasil Pendugaaan Konvergensi Absolut Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Random Effect Model

(FEM) dengan Cross Sectional Weight 417

18 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Common

(31)

19 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect

Model (FEM) dengan Cross Sectional Weight 419

20 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 dengan Menggunakan Metode Random Effect

Model (REM) dengan Cross Sectional Weight 420

21 Hasil Uji Chow untuk Memilih antara CEM dan FEM dalam Pendugaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia,

1985-2011 421

22 Hasil Uji Housmen untuk Memilih antara FEM dan REM dalam Pendugaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia,

1985-2011 422

23 Hasil Uji LM untuk Memilih antara CEM dan REM dalam Pendugaan Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia,

1985-2011 424

24 Hasil Uji Wald Signifkansi Koefisien Regressor Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2011 425 25 Hasil Uji Wald Signifkansi Koefisien Regressor Faktor-faktor Penentu

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2011 425 26 Hasil Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Absolut dan

Kondisional Ekonomi Wilayah Provinsi di Indonesia, 1985-2011 426 27 Hasil Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Absolut dan

Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2011 426 28 Hasil Pendugaaan Peran Kelautan (Agregat) dalam Konvergensi

Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Common Effect Model (CEM) dengan Cross

Sectional Weight 427

29 Hasil Pendugaaan Peran Kelautan (Agregat) dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model (FEM) dengan Cross Sectional

Weight 428

30 Hasil Pendugaaan Peran Kelautan (Agregat) dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Random Effect Model (REM) dengan Cross

Sectional Weight 429

31 Hasil Uji Chow untuk Memilih antara CEM dan FEM dalam Pendugaan Peran Kelautan (Agregat) dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi

(32)

32 Hasil Uji Housman untuk Memilih antara CEM dan FEM dalam Pendugaan Peran Kelautan (Agregat) dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2011 431 33 Hasil Pendugaaan Peran Sektor-Sektor Kelautan dalam Konvergensi

Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Common Effect Model (CEM) dengan Cross

Sectional Weight 433

34 Hasil Pendugaaan Peran Sektor-Sektor Kelautan dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model (FEM) dengan Cross Sectional

Weight 434

35 Hasil Uji Chow untuk Memilih antara CEM dan FEM dalam Pendugaan Peran Sektor-Sektor Kelautan dalam Konvergensi Kondisional Ekonomi

Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2011 436

36 Hasil Uji Wald Perbedaan Koefisien Peuba-Peubah Pangsa PDRB Sektor-sektor Kelautan dalam Konvergensi Wilayah Pulau Utama di Indonesia,

2005-2010 438

37 Hasil Pendugaaan Konvergensi Kondisional Tanpa Peran Sektor-Sektor Kelautan dalam Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 2005-2010 dengan Menggunakan Metode Fixed Effect Model (FEM) dengan Cross

Sectional Weight 439

38 Hasil Uji Wald Perbedaan Koefisien Konvergensi antara Model Lengkap dan Tidak Lengkap Ekonomi Wilayah Pulau Utama Indonesia, 1985-2010 440 39 Tabel Interregional Input-Output Antar Pulau Indonesia, 2005 Transaksi

(33)
(34)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia. Wilayah kepulauan Indonesia tergolong sangat luas, yaitu dengan luas daratan sebesar 1,92 juta km2 dan luas perairan nusantara dan laut teritorial sebesar 3,1 juta km2 serta luas perairan ZEEI (Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia) sebesar 2,7 juta km2, dan memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km. Di samping itu, Indonesia juga memiliki sebanyak 19.508 pulau, dengan enam pulau utama, yaitu tiga pulau utama di Kawasan Barat Indonesia (KBI) meliputi Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa; dan tiga pulau utama di Kawasan Timur Indonesia (KTI) meliputi Pulau Bali – Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, dan Pulau Irian Jaya (sekarang Papua) - Kepulauan Maluku (Adisasmita, 2008).

Sebagai negara kepulauan, perbedaan karakteristik wilayah merupakan sebuah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia. Karakteristik wilayah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap terciptanya pola pembangunan ekonomi, sehingga wajar bila pola pembangunan ekonomi wilayah di Indonesia tidak seragam, sehingga akan mempengaruhi kemampuan wilayah untuk tumbuh, dan pada gilirannya akan mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh cepat, sementara wilayah lainnya tumbuh lambat. Kemampuan untuk tumbuh yang berbeda ini akan mengakibatkan ketimpangan ekonomi wilayah di Indonesia. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ketimpangan ekonomi antar wilayah di Indonesia merupakan sesuatu yang secara alamiah akan terjadi (Sirojuzilam, 2009).

Isu ketimpangan ekonomi, hingga saat ini masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, khususnya menyangkut ekonomi wilayah. Secara teoritis, pembangunan ekonomi melahirkan wilayah-wilayah yang mampu tumbuh cepat sekaligus melahirkan pula wilayah-wilayah yang relatif tertinggal (Kuncoro, 2004; Sirojuzilam, 2009). Secara empiris, ketimpangan ekonomi antar wilayah di Indonesia, berpotensi terjadi selain dari ketimpangan antar provinsi, juga terjadi menurut pengelompokkan antara wilayah-wilayah di Jawa (inner island) dengan luar Jawa (outer island); atau antara wilayah-wilayah di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Hadi, 2001)1. Meskipun ketimpangan tersebut menunjukkan tendensi yang menurun, namun hingga saat ini belum menunjukkan tingkat pengurangan yang signifikan, sehingga masih memerlukan solusi pemecahan masalahnya secara tepat (Sufii, 2008). Tendensi tersebut dapat dilihat dari adanya

1

(35)
[image:35.612.88.501.135.367.2]

kecenderungan bahwa secara agregat, ketimpangan di Indonesia semakin berkurang (mengecil), sebagaimana ditunjukkan dari hasil perhitungan mengunakan indeks Williamson selama tahun 1985-2006, seperti tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan Indeks Williamson di Indonesia, Tahun 1985-2006 Sumber: Sufii (2008)

Temuan Sufii (2008) tersebut menunjukkan fakta bahwa ketimpangan di Indonesia semakin berkurang (mengecil), menuntun kepada hipotesis bahwa tengah terjadi kecenderungan mengecilnya ketimpangan ekonomi antar provinsi di Indonesia selama periode pengamatan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa dalam proses pertumbuhan ekonomi selama periode 1985-2006, kondisi ekonomi antar provinsi di Indonesia mengalami kecenderungan konvergensi menuju ke suatu level dimana ketimpangan atau disparitas ekonomi wilayah semakin mengecil (Gambar 1).

Ketimpangan di Indonesia yang menurun tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Uppal dan Budiono (1986) bahwa dengan menggunakan data PDRB riil periode 1976 – 1980, membuktikan bahwa ada tendensi penurunan kesenjangan antar daerah selama tahun 1976-1980 sebagaimana ditunjukkan dengan semakin mengecilnya nilai indeks Williamson. Namun kecenderungan tersebut dikritik oleh Karneo dan Rietveld (1987) yang membuktikan bahwa kecenderungan yang terjadi justru menunjukkan ketimpangan tersebut meningkat. Demikian pula hasil perhitungan Adi (1999) mendukung temuan Karneo dan Rietveld, dimana ketimpangan ekonomi (pendapatan) wilayah di Indonesia cenderung meningkat.

(36)

dalam wilayah/within region atau antar daerah antar wilayah (between region); atau kombinasi diantara ketiga hal tersebut.

Sebagai gambaran, temuan ketimpangan yang meningkat atau menurun akibat perbedaan dalam ukuran pendapatan yang digunakan dan sumber ketimpangan diamati adalah hasil penelitian Akita (2002) dengan menggunakan Indeks Theil satu tingkat (one-nested stage theil inequality decomposition) dan dua tingkat (two-nested theil inequality decomposition). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam periode 1993-1997 ketimpangan pendapatan provinsi cenderung meningkat dengan nilai sebesar 0,017 pada tahun 1997, sedangkan komponen ketimpangan dalam wilayah menyumbang 88% ketimpangan di Indonesia. Sementara hasil dari Indeks Theil dua tingkat membuktikan bahwa jika memasukkan migas sebagai kontrol maka besarnya ketimpangan di Indonesia adalah sebesar 0,345, dan ketimpangan tersebut menurun jika tanpa migas yaitu menjadi sebesar 0,281.

Kemudian temuan ketimpangan yang meningkat atau menurun akibat perbedaan dalam ukuran sumber ketimpangan diamati dan periode waktu yang diamati/dianalisisa adalah hasil penelitian Akita dan Alisyahbana (2002) yang mengestimasi kesenjangan pendapatan daerah periode tahun 1993-1998 menggunakan metoda indeks theil berbasis data PDRB dan populasi tingkat kabupaten/kota (the two-stage nested inequality decomposition method). Mereka menemukan bahwa kesenjangan daerah meningkat secara signifikan pada tahun 1993-1997 sebagai akibat kesenjangan intra provinsi (within-province). Namun pada tahun 1998, kesenjangan menurun drastis hingga ke level tahun 1993-1994. Penurunan ini lebih banyak disebabkan oleh perubahan dalam kesenjangan antar provinsi (between-province). Demikian pula dengan hasil penelitian Islam dan Khan (1986) yang menghitung kesenjangan masing-masing provinsi dengan ukuran rasio gini, indeks Atkinson, indeks Theil dan Indeks L. Mereka menemukan kesenjangan di masing-masing provinsi sangat bervariasi menurut periode yang dianalisis dan sumber ketimpangannnya.

(37)
[image:37.612.58.507.68.731.2]

Tabel 1 Klasifikasi Provinsi-Provinsi Berdasarkan PDRB per Kapita Total Awal dan Tingkat Pertumbuhan Tahunan 1975-2000

PDRB per Kapita Total Riil Awal di Tahun 1975 (Harga Konstan 1983)

Rendah Tinggi

Tingkat Pertumbuhan Tahunan

1975-2000

Rendah

1. Nusa Tenggara TimurKTI 2. Sulawesi TengahKTI 3. BengkuluKBI 4. DI YogyakartaKBI 5. MalukuKTI

1. Riau KBI

2. Sumatera Selatan KBI 3. Irian Jaya KTI 4. Kalimantan Timur KBI 5. Kalimantan Selatan KBI 6. Jambi KBI

7. Lampung KBI

Tinggi

1. Nusa Tenggara Barat KTI 2. Sulawesi Tenggara KTI 3. Jawa Tengah KBI 4. Bali KTI

5. Sulawesi Selatan KTI 6. Sulawesi Utara KTI 7. Kalimantan Barat KBI 8. Sumatera Barat KBI

1. Sumatera UtaraKBI 2. Jawa TimurKBI 3. Jawa BaratKBI 4. DI AcehKBI 5. DKI JakartaKBI

Sumber: diadopi berdasarkan Wibisono (2004)

Tabel 2 Klasifikasi Provinsi-Provinsi Berdasarkan PDRB per Kapita Non Migas Awal dan Tingkat Pertumbuhan Tahunan 1975-2000

PDRB per Kapita Non Migas Riil Awal di Tahun 1975 (Harga Konstan 1983)

Rendah Tinggi

Tingkat Pertumbuhan Tahunan

1975-2000

Rendah

1. Nusa Tenggara TimurKTI 2. Sulawesi TengahKTI 3. BengkuluKBI 4. DI YogyakartaKBI

1. Kalimantan TimurKBI 2. RiauKBI

3. Sumatera SelatanKBI 4. JambiKBI

5. Kalimantan TengahKBI 6. DI AcehKBI

7. MalukuKTI 8. Jawa TimurKBI 9. LampungKBI

Tinggi

1. Nusa Tenggara BaratKTI 2. Sulawesi TenggaraKTI 3. Jawa TengahKBI 4. BaliKTI

5. Sulawesi SelatanKTI 6. Sulawesi UtaraKTI 7. Kalimantan BaratKBI

1. Sumatera BaratKBI 2. Irian JayaKTI 3. Sumatera UtaraKBI 4. Kalimantan SelatanKBI 5. DKI JakartaKBI

[image:37.612.77.505.428.686.2]
(38)

Meskipun dari Gambar 1 yang memperlihatkan kecenderungan menurunnya ketimpangan atau adanya konvergensi antar provinsi di Indonesia, termasuk yang terjadi baik antar provinsi maupun antar kawasan di Indonesia (sebagaima ditunjukkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2), namun tetap saja provinsi-provinsi termiskin tetap belum mampu keluar dari posisi awalnya, sementara provinsi-provinsi terkaya di tahun 1975 masih tetap menjadi terkaya di tahun 2000. Dengan kata lain, posisi relatif provinsi-provinsi tidak banyak mengalami perubahan (lihat Gambar 2). Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang dilakukan Garcia dan Soelistianingsih (1998) mengenai kesenjangan daerah selama periode 1983-1993 yang menujukkan bahwa semua provinsi di Indonesia tumbuh, tetapi hampir semua provinsi tetap menempati posisinya masing-masing. Daerah provinsi terkaya dan termiskin pada tahun 1983 tetap menjadi yang terkaya dan termiskin pada tahun 1993.

-1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00

NTT NTB Sultr

a Jate

ng Bali Sulte ng Beng kulu Suls el Sulu t DIY Kalb ar Sum bar

Maluk u

Jatim Lam

pungJaba r Kalte ng Sum ut Kals el Jam bi

DI A ceh

Sum

sel Irja DKI Kalti m Riau Lo g N at ura l P D R B pe r K api ta To ta l R iil 1 98 3

PDRB per kapita 1975 Perubahan antara 1975-2000

Gambar 2 PDRB per kapita Provinsi-Provinsi di Indonesia, 1975-2000: Perubahan Pendapatan Relatif

Sumber: Wibisono (2004)

(39)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa selama 33 tahun (periode 1975-2008), Pulau Jawa dan Pulau Sumatera mendominasi perekonomian Indonesia seperti terlihat dari proporsi PDB yang dimilikinya, terutama dengan meningkatkan pangsa-nya dalam PDB total, masing-masing dari 47% dan 38% pada tahun 1975 menjadi 61% dan 22% pada tahun 2008 (Tabel 3). Demikian pula dalam distribusi populasi penduduk, sejak 1975 hingga 2008, Pulau Jawa dan Pulau Sumatera menyumbang lebih dari 75% populasi nasional (Tabel 4).

Tabel 3 Distribusi PDB Total menurut Pulau Utama, 1975-2008 (dalam %)

PULAU 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2008 Sumatera

Jawa

Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Irian Jaya (Papua) 37,89 46,70 2,29 6,80 4,08 2,24 32,81 46,86 2,43 9,47 4,36 2,08 27,00 54,97 2,73 9,50 4,20 1,60 27,86 54,75 2,78 8,54 4,31 1,75 26,11 56,02 2,92 8,45 4,56 1,93 25,76 54,90 3,33 9,18 4,80 2,01 24,47 54,64 3,78 9,53 4,86 1,97 21,62 60,66 2,71 8,80 4,61 1,60 NASIONAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Catatan: Dihitung berdasarkan PDRB harga berlaku dan Timor Timur tidak dimasukkan

Sumber: diolah dari data BPS, Statistik Indonesia, berbagai tahun

Tabel 4 Distribusi Populasi menurut Pulau Utama, 1975-2008 (dalam %)

PULAU 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2008 Sumatera

Jawa

Bali dan Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Irian Jaya (Papua) 17,86 63,23 5,59 4,37 7,24 1,70 19,07 62,12 5,40 4,58 7,08 1,76 19,95 61,10 5,43 4,73 7,07 1,82 20,43 60,24 5,28 5,10 7,01 1,95 21,05 59,16 5,21 5,41 7,08 2,08 21,00 58,83 5,39 5,49 7,25 2,04 21,10 58,51 5,42 5,55 7,23 2,18 21,40 58,00 5,40 5,58 7,20 2,22 NASIONAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: diolah dari data BPS, Statistik Indonesia, berbagai tahun

(40)

wiliyah di Kawasan Timur Indonesia lainnya (Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya (Papua) sebesar 5%.

Bila diamati berdasarkan kecenderungan ketimpangan yang terjadi di antara pulau utama di Indonesia tersebut, mengindikasikan adanya kecenderungan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang telah dicapai selama ini lebih didominasi oleh peranan peningkatan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di wilayah KBI, khususnya Pulau Jawa dan Pulau Sumatera dibandingkan dengan wilayah-wilayah atau pulau-pulau utama lainnya di KTI. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Lutfhi (1995), dengan menggunakan data selama sebelas tahun pengamatan 1983-1993 ditunjukkan terdapat ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara wilayah-wilayah di KBI dan KTI dimana pertumbuhan ekonomi wilayah di KBI jauh lebih pesat dibanding KTI.

Dominasi peran Pulau Jawa dan Pulau Sumatera (sebagai representasi dari KBI) menunjukkan kecenderungan yang terus berlangsung, sedangkan wilayah-wilayah atau pulau-pulau utama lainnya (terutama di KTI) relatif stagnan (Tabel 3). Apabila dilihat dalam konteks ketimpangan, maka tidak ada perkembangan berarti selama 20 tahun (1975-1995) dalam pangsa relatif PDRB regional KBI terhadap PDB total yang tetap dominan sebesar 80% dibanding PDRB regional KTI hanya berperan 20% (Hadi, 2001). Dominasi ekonomi provinsi-provinsi ataupun puau-pulau utama dalam wilayah KBI (terutama Jawa dan Sumatera) yang semakin besar dalam pangsa relatif terhadap PDB juga dikuatkan oleh hasil penelitian lainnya, seperti yang dilakukan oleh Garcia dan Soelistiningsih (1998) dengan menggunakan periode yang hampir sama (1975-1995), yang menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi antar wilayah di KTI jauh tertinggal dibanding KBI.

Masalah mendasar yang masih berpotensi membayangi Indonesia dalam pembangunan ekonomi pada masa mendatang adalah ketimpangan ekonomi wilayah, termasuk antar kawasan (KBI dan KTI), terlebih lagi bila hal ini dikaitkan dengan peran kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hadi (2001), diketahui bahwa fenomena ketimpangan (disparitas) ekonomi wilayah di Indonesia tidak terlepas dari peran kebijakan pemerintah. Sebagai cont

Gambar

Gambar 1.  Perkembangan Indeks Williamson di Indonesia, Tahun 1985-2006
Tabel 2  Klasifikasi Provinsi-Provinsi Berdasarkan PDRB per Kapita Non Migas
Gambar 3  Peta Potensi Sumberdaya Perikanan pada Setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan RI
Gambar 4.a  Kurva Hipotesis Neo-Klasik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

Berdasarkan uji t statistik yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dari kedua faktor pemberian pelayanan nasabahyang dilihat dari kepuasan kerja berpengaruh

JADWAL UJIAN (UTS) PKK E-LEARNING SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2009/2010 KAMPUS MERUYA. KODE KLS MATAKULIAH SKS PRODI HARI

a) Pengeringan ikan pada tekanan atmosfir yang cocok digunakan pada berbagai jenis ikan. b) Pengeringan ikan dengan cara dikeringkan dalam terowongan atau di atas ban berjalan

Penulis menyarankan Keluarga D untuk membuat perencanaan keuangan keluarga, salah satunya yang berupa budget kas, agar Keluarga D dapat memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai

21 Penelitian terbaru dilakukan oleh Karadag dkk (2007) menemukan derajat disfungsi ereksi tidak berkorelasi bermakna dengan kadar serum testosteron meskipun terdapat

Analisis petrografi bertujuan untuk penamaan batu sedimen serta memperoleh data penunjang bagi Provenance agar dapat diketahui bagaimana kandungan persentase batuan baik

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta di bagian perawatan Lantai VA, Lantai VC, Lantai IVA, Lantai IVC dan Emergency dilakukan pada bulan