• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI KANDUNGAN NUTRIEN DALAM PAKAN DAN

PREDIKSI KECUKUPANNYA PADA RANSUM

SAPI PERAH DI INDONESIA

NUR ALAWIYYAH

ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)

ABSTRAK

NUR ALAWIYYAH. Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan AGUS SUSANTO.

Pakan adalah komponen biaya terbesar dalam produksi sapi perah. Ketersediaan dan kualitas pakan sangat mempengaruhi produktifitas ternak. Studi ini dirancang untuk mengetahui variasi kandungan nutrien sapi perah di Indonesia. Data kandungan nutrien pakan hasil analisis proksimat dari tahun 2008-2011 digunakan dalam kajian ini. Data diperoleh dari Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak, Direktorat Jendral Peternakan, Kementerian Pertanian. Data dievaluasi menurut analisis deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa kandungan nutrien pakan sapi perah memiliki variasi sangat tinggi. Beberapa pakan bernilai lebih tinggi atau lebih rendah dari Standar Nasional Indonesia (SNI). Menurut hasil perhitungan, ketidaksesuaian hasil analisis konsentrat sapi laktasi dengan SNI tertinggi di kadar abu, Ca dan P, yaitu berturut-turut 81.63%, 92.20% dan 67.65%. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebijakan dalam pakan ternak sangat penting untuk ditetapkan. Dengan demikian, dapat dilakukan pengawasan terhadap mutu pakan yang beredar, sehingga potensi kerugian yang dapat dialami peternak dapat diminimalkan.

Kata kunci: kandungan, nutrien, pakan, pengawasan, sapi perah

ABSTRACT

NUR ALAWIYYAH. Variation of Nutrients Content in Feed and Predictions Sufficiency of Nutrients on Dairy Cows in Indonesia. Supervised by TOTO TOHARMAT and AGUS SUSANTO.

Feed is the greatest cost component in dairy production. Availability and quality of feed dictate the productivity of the animal. This study was done to evaluate the nutrient content of dairy feed variation in Indonesia. Nutrition content of feed samples analized according to the proximate analisis conducted from 2008-2011 in Feed Quality Control Agency, Directorate General of Livestock Services, Ministry of Agriculture were used in this study. Data were evaluated according to descriptive analyis. The result showed that nutrient content of dairy feed had high variability. Nutrient content of some feed was higher or lower than that of Indonesia National Standard. Proportion of concentrate which their nutrients content were not in the range of SNI, were 81.63 %, 92.20% and 67.65% for ash, Ca and P respectively. It was suggested, that the policy in animal feed were important to establish inorder to inforce the available regulation in feed to minimize the potential loss experienced by the farmers.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

VARIASI KANDUNGAN NUTRIEN DALAM PAKAN DAN

PREDIKSI KECUKUPANNYA PADA RANSUM

SAPI PERAH DI INDONESIA

NUR ALAWIYYAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia Nama : Nur Alawiyyah

NIM : D24090012

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgrSc Pembimbing I

drh Agus Susanto, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat, karunia dan cinta-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Nutrisi Ternak, dengan judul Variasi Kandungan Nutrien dalam Pakan dan Prediksi Kecukupannya pada Ransum Sapi Perah di Indonesia.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 hingga Januari 2013. Data diperoleh dari Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT) Bekasi. Skripsi ini memuat informasi mengenai kajian variasi kualitas konsentrat sapi perah periode laktasi dari tahun 2008-2011. Kajian ini membandingkan variasi kualitas pakan yang ada di lapangan dengan SNI serta memprediksi kecukupan nutrien pada sapi laktasi.

Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangannya, kritik dan saran diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk kalangan mahasiswa, peneliti, maupun masyarakat pada umumnya.

Bogor, September 2013

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL i

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI iii

ABSTRAK iv

PRAKATA vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Bahan 2

Waktu Penelitian 2

Prosedur Penelitian 2

Perhitungan analisis statistik deskriptif 2 Perbandingan komposisi pakan sapi perah laktasi dengan SNI 3 Prediksi kecukupan nutrien sapi perah laktasi 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Variasi Komposisi Nutrien Konsentrat Sapi Perah Laktasi 4 Kesesuaian Komposisi Pakan Sapi Perah Laktasi dengan SNI 5

Variasi Komposisi Nutrien Rumput 9

Prediksi Kecukupan Nutrien Sapi Perah Laktasi 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 17

(11)

DAFTAR TABEL

1 Persyaratan mutu konsentrat sapi perah laktasi menurut SNI 3 2 Variasi hasil analisis konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011 5 3 Kesesuaian hasil analisis kadar air dengan SNI konsentrat sapi perah

laktasi tahun 2008-2011 5

4 Kesesuaian hasil analisis kadar abu dengan SNI konsentrat sapi perah

laktasi tahun 2008-2011 6

5 Kesesuaian hasil analisis kadar protein kasar dengan SNI konsentrat

sapi perah laktasi tahun 2008-2011 6

6 Kesesuaian hasil analisis kadar lemak kasar dengan SNI konsentrat sapi

perah laktasi tahun 2008-2011 7

7 Kesesuaian hasil analisis kadar Ca dengan SNI konsentrat sapi perah

laktasi tahun 2008-2011 8

8 Kesesuaian hasil analisis kadar P dengan SNI konsentrat sapi perah

laktasi tahun 2008-2011 8

9 Rataan persentase hasil analisis ketidaksesuaian nutrien konsentrat sapi

perah laktasi dengan SNI tahun 2008-2011 9

10 Variasi hasil analisis komposisi rumput gajah tahun 2008-2011 10 11 Variasi hasil analisis komposisi rumput lapang tahun 2008-2011 10 12 Variasi hasil analisis komposisi rumput raja tahun 2008-2011 10

DAFTAR GAMBAR

1 Analisis kecukupan nutrien sapi perah (TDN) 11

2 Analisis kecukupan nutrien sapi perah (Protein Kasar/PK) 12

DAFTAR LAMPIRAN

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Pengeluaran terbesar dari biaya produksi usaha peternakan sapi perah adalah pakan, sekitar 62.5% (Yusdja 2005). Kualitas pakan merupakan aspek penting yang menentukan tingkat produksi dan kualitas susu yang dihasilkan peternak. Pakan sapi perah yang umum diberikan yaitu hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 60:40 (Parakkasi 1995). Kualitas pakan yang bervariasi terjadi karena adanya perbedaan cuaca saat produksi, sumber bahan pakan dan proses pembuatan pakan. Ransum sapi perah biasanya tersusun dari beberapa bahan pakan. Penyusunan ransum sapi perah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan komposisi kimia setiap bahan dan kebutuhan nutrien sapi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi nutrien pakan sangat berguna dalam penyusunan ransum. Kandungan nutrien pakan dapat diketahui dengan menganalisis komponen pakan secara kimia. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kadar nutrien dalam ransum sapi perah diantaranya adalah analisis proksimat.

Informasi kandungan nutrien bahan pakan yang bervariasi merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam penyusunan ransum sapi perah. Di samping itu, pakan campuran yang dihasilkan dan dipasarkan pabrik pakan atau yang dijual peternak belum mengacu pada komposisi bahan pakan. Hal ini menyebabkan akurasi formulasi pakan tidak selalu menghasilkan penampilan produksi seperti yang diinginkan. Oleh karena itu, informasi mengenai variasi komposisi pakan sangat dibutuhkan untuk mengurangi fluktuasi pakan dan sebagai pedoman untuk evaluasi kualitas pakan, sehingga dapat diupayakan perbaikannya baik pada tingkat peternak maupun industri pakan.

Penyusunan ransum bagi sapi laktasi sangat penting, karena akan berpengaruh terhadap produksi dan kualitas susu yang dihasilkan. Bahan makanan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat (Sudono 1999). Penambahan konsentrat sapi laktasi sangat diperlukan sebagai sumber energi dalam mengoptimalkan produksi susu (Alim dan Hidaka 2002). Kualitas konsentrat yang rendah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan kualitas susu. Rendahnya kualitas konsentrat tidak hanya disebabkan karena kandungan nutrisi bahan baku yang rendah, tetapi juga dapat disebabkan oleh rendahnya kecernaan bahan organik, rasio protein-energi yang tidak tepat, defisiensi vitamin dan mineral serta kemungkinan adanya zat anti nutrisi (Alim dan Hidaka 2002). Konsentrat sapi perah yang sebagian besar berkadar protein rendah dan kandungan serat kasar yang tinggi disertai dengan suplai hijauan bermutu rendah merupakan permasalahan aspek pakan yang dihadapi oleh sebagian besar peternak sapi perah (Yusran 2004).

Permasalahan rendahnya kualitas konsentrat pakan sapi perah telah diupayakan untuk diatur oleh pemerintah melalui penerbitan Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun SNI ini masih bersifat sukarela. Oleh karena itu, kualitas pakan yang tersedia di pasar dapat bervariasi. Hal ini dapat merugikan peternak walaupun standar tersebut belum mengikat para produsen pakan. Seharusnya produsen pakan dapat berupaya untuk mengikuti standar tersebut.

(14)

2

mengevaluasi kecukupan nutrien pada sapi perah jika pakan digunakan peternak. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pertimbangan kebijakan pengawasan mutu pakan terhadap kualitas nutrien sapi laktasi yang beredar di peternak dan industri pakan. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi masyarakat sebagai media informasi dan acuan pedoman kualitas nutrisi yang baik.

METODE

Bahan

Data sekunder yang dikaji berupa kandungan nutrien hasil analisis proksimat berbagai bahan pakan dan pakan campuran baik untuk unggas maupun ruminansia. Selanjutnya data diseleksi sehingga hanya diperoleh konsentrat sapi perah periode laktasi, rumput gajah (pennisetum purpureum), rumput lapang (brachiaria humidicola) dan rumput raja (pennisetum purpurthypoides) untuk ruminansia. Sampel pakan yang digunakan dalam analisis diperoleh dari berbagai sumber yaitu dinas dan balai pemerintah, perseorangan, perusahaan Comanditaire Venootschap (CV) atau Perseroan Terbatas (PT), unit uji dan koperasi. Sampel tersebut terdiri dari jenis sampel aktif dan pasif. Sampel dinyatakan aktif jika sampel diambil langsung dari lapangan oleh Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak (BPMPT), dan pasif jika sampel diperoleh dari lembaga pemerintah, perusahaan atau perorangan yang sengaja meminta langsung jasa analisis. Data hasil analisis yang dikaji merupakan data hasil analisis proksimat yang dilakukan pada Januari 2008 hingga Desember 2011. Setiap data dilengkapi dengan tanggal penyerahan sampel, tanggal analisis, individu atau lembaga pengirim atau asal sampel.

Waktu Penelitian

Studi ini dilakukan dari bulan Oktober 2012 hingga Januari 2013. Kegiatan dalam studi ini adalah pengumpulan data dan pengolahannya. Data yang dikaji berupa data sekunder yang diperoleh dari BPMPT yang berlokasi di Jl. MT Haryono 98 Setu, Bekasi, Jawa Barat.

Prosedur Penelitian

Kajian yang dilakukan merupakan penelitian non eksperimental. Metode pengolahan data yang digunakan dalam analisis menggunakan analisis statistik deskriptif (Steel and Torrie 1993). Kegiatan penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan, pengumpulan dan pengolahan data. Data hasil analisis proksimat tersimpan di BPMPT dalam bentuk text file dalam laporan tahunan lembaga tersebut. Data dalam bentuk bentuk text file dikonversi menjadi bentuk work sheet. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan disederhanakan dalam bentuk tabulasi dalam work sheet lalu dianalisis dan dihitung secara statistik deskriptif.

Perhitungan analisis statistik deskriptif

(15)

3 bahan pakan berupa berbagai jenis rumput, jagung, dedak, pollard, bekatul, bungkil kedelai, bungkil kelapa dan corn gluten meal. Data ditabulasikan dan diseleksi berdasarkan jenis pakan ternak yaitu konsentrat sapi perah periode laktasi, rumput gajah, rumput lapang dan rumput raja. Data yang terkumpul sebanyak 250 sampel pakan sapi perah, 45 sampel rumput gajah, 11 sampel rumput lapang dan 11 sampel rumput lapang. Data yang terkumpul kemudian dikonversi dari as fed ke bahan kering. Data diolah secara analisis statistik deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk nilai rataan berdasarkan jenis pakan dan waktu produksi pakan (pertahun).

Data yang disajikan dalam tabel statistik deskriptif berupa rataan, simpangan baku, quarter 1, quarter 3, kadar minimal dan kadar maksimal nutrien konsentrat sapi perah laktasi, rumput gajah, rumput lapang dan rumput raja.

Perbandingan komposisi pakan sapi perah laktasi dengan SNI

Hasil pengolahan data berupa kecukupan nutrien dari setiap jenis pakan ternak dan selanjutnya dibandingkan dengan nilai kecukupan nutrien dari SNI. Persyaratan mutu konsentrat menurut SNI sapi perah periode laktasi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Persyaratan mutu konsentrat sapi perah laktasi menurut SNI

Nutrien Batas Kandungan Nutrien

Kadar Air maksimal (%) 14

Kadar Abu maksimal (%) 10

Kadar Protein Kasar minimal (%) 16 Kadar Lemak Kasar maksimal (%) 7

Kadar Ca (%) 0.8-1.0

Kadar P (%) 0.6-0.8

Prediksi kecukupan nutrien sapi perah laktasi

Prediksi kecukupan nutrien diperhitungkan dengan berdasarkan asumsi sebagai berikut: Bobot badan 450 kg, Total Digestible Nutrient (TDN) 3.42 kg (NRC 1988), kadar lemak 3.5 %, produksi susu (5, 10, 15, 20, 25, 30 dan 35 liter) serta konsumsi bahan kering sebesar 13.5 kg dengan jumlah rumput gajah 7.5 kg serta konsentrat kualitas baik dan buruk, masing-masing sebanyak 6 kg (rasio antara hijauan dan konsentrat didasarkan pada hasil survey Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan RI bekerjasama dengan Fakultas Peternakan IPB 2012). Berdasarkan International Feed Classes, Sampel pakan konsentrat sapi perah termasuk sumber protein, yaitu kelompok TDN dengan kelas 5. Kelas ini mengikutsertakan bahan yang mengandung protein kasar 20 % atau lebih dari 20 %. Bahan konsentrat berasal dari hewan maupun nabati. Sementara itu, sampel hijauan rumput gajah termasuk kelompok pastura, yaitu kelompok TDN dengan kelas 2. Kelas ini termasuk kelompok pastura dan hijauan makanan ternak (Harris et al.1980).

Perhitungan TDN menggunakan persamaan sumatif Harris et al. (1980) berdasarkan kandungan proksimat rumput gajah, dengan rumus sebagai berikut: % TDN = -54.572 + 6.769 (crude fiber) – 51.083 (ether extract) + 1.851 (nitrogen

(16)

4

extract)2 – 0.086 (crude fiber) (nitrogen free extract) + 0.687 (ether extract) (nitrogen free extract) + 0.942 (ether extract) (protein) - 0.112 (ether extract)2(protein)

Perhitungan total digestible nutrient (TDN) menggunakan persamaan sumatif Harris et al. (1980) berdasarkan kandungan proksimat konsentrat protein sapi laktasi, dengan rumus sebagai berikut:

% TDN = -133.726 – 0.254 (crude fiber) + 19.593 (ether extract) + 2.784 (nitrogen free extract) + 2.315 (protein) + 0.028 (crude fiber)2 – 0.341 (ether extract)2 – 0.008 (crude fiber) (nitrogen free extract) –0.215 (ether extract) (nitrogen free extract) – 0.193 (ether extract) (protein) + 0.004 (ether extract)2(protein)

Kebutuhan nutrien berdasarkan NRC (1988) dan kebutuhan nutrien ditempatkan dalam grafik bersama dengan konsumsi nutrien dengan kualitas konsentrat dan rumput gajah seperti hasil analisis. Konsentrat dengan kualitas baik berada pada nilai quarter 1, sementara konsentrat dengan kualitas buruk berada pada nilai quarter 3 dari data hasil analisis di BPMPT dan rumput gajah menggunakan nilai rataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterbatasan penggunaan peubah nutrien dalam penyusunan ransum sangat mempengaruhi dalam menduga performa sapi perah yang diharapkan. Penyimpangan performa dapat diperburuk dengankurangnya tingkat akurasi hasil analisis pakan, sehingga kurang mampu mendeteksi akar permasalahan pakan yang sebenarnya.

Variasi Komposisi Nutrien Konsentrat Sapi Perah Laktasi

(17)

5 Tabel 2 Variasi hasil analisis konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011 Peubah n Rataan

PK: protein kasar; LK: lemak kasar; SK: serat kasar

Kesesuaian Komposisi Pakan Sapi Perah Laktasi dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Tabel 3 menggambarkan kadar air pakan sapi perah periode laktasi nilainya sangat bervariasi. Kandungan air konsentrat sapi perah senantiasa berubah tergantung pada jenis bahan, suhu dan kelembaban (Suadnyana 1998). Saat penyimpanan pakan, akan terjadi peningkatan atau penurunan kadar air bahan. Hal tersebut tergantung dari suhu dan kelembaban udara di sekeliling tempat penyimpanan. Jika kadar air rendah atau suhu konsentrat tinggi, sedangkan kelembaban di sekitarnya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga konsentrat menjadi lembab atau kadar air menjadi tinggi (Winarno et al. 1980).

Sejumlah pakan menunjukkan kadar air yang lebih dari 14% yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan jamur, kapang, dan mikroorganisme lainnya sehingga dapat menurunkan kualitas ransum. Bahan pakan tersebut tidak tahan disimpan lama atau diperlukan adanya penambahan bahan pengawet selama masa penyimpanan. Menurut Syarief dan Halid (1992), kadar air yang aman untuk penyimpanan adalah dibawah 13%. Kadar air pakan yang lebih rendah dari 14%, disamping lebih tahan disimpan lama, juga akan lebih menghemat biaya pengangkutan.

Tabel 3 Kesesuaian hasil analisis kadar air dengan SNI konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011

Permasalahan lain yang kemungkinan timbul akibat dari kadar air yang sangat tinggi adalah terkait dengan penetapan harga pakan. Perbedaan kadar air pakan dapat menyebabkan kerugian baik pada pihak pembeli maupun pada pihak penjual. Pengawasan dan ketegasan dalam penetapan kadar air pakan merupakan

(18)

6

kewajiban komunitas pengusaha pakan dan pemerintah. Hasil analisa konsentrat sapi perah laktasi menunjukkan bahwa kadar air yang lebih dari 14% pada tahun 2008 hingga 2011 yaitu rata-rata sekitar 43.51%. Pakan konsentrat sapi perah laktasi memiliki kadar air yang tidak sesuai dengan SNI. Kadar air berdasarkan ketentuan SNI yaitu maksimal 14%.

Pengukuran kadar abu menggambarkan besarnya kandungan mineral yang terdapat dalam bahan pakan. Menurut Sudarmadji et al. (1989), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar abu berdasarkan ketentuan SNI yaitu maksimal 10%. Beberapa pakan menunjukkan kadar abu yang lebih dari 10% bahkan menunjukkan nilai yang tidak wajar, hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Nilai kadar abu yang sangat tinggi memungkinkan adanya pemalsuan berupa penambahan pasir atau bahan lain yang sejenis ke dalam pakan. Tabel 4 Kesesuaian hasil analisis kadar abu dengan SNI konsentrat sapi perah

laktasi tahun 2008-2011

Data hasil analisa konsentrat sapi perah laktasi dari tahun 2008 hingga 2011 menunjukkan bahwa kadar abu yang lebih dari 10% yaitu rata-rata sekitar 81.63%. Pakan konsentrat sapi perah laktasi memiliki kadar abu yang tidak sesuai dengan SNI. Kadar abu berdasarkan ketentuan SNI yaitu maksimal 10%.

Protein merupakan nutrien yang yang sangat penting. Protein kasar adalah jumlah nitrogen (N) yang terdapat didalam pakan dikalikan dengan 6.25 (Nx6.25) (Siregar 1994). Kesesuaian hasil analisis pada tabel 5, menunjukkan bahwa bahan pakan kadar protein kasar yang kurang dari 16% yaitu sekitar 19%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan konsentrat sapi perah laktasi tersebut memiliki kadar protein kasar yang tidak sesuai dengan SNI yaitu minimal 16%.

Tabel 5 Kesesuaian hasil analisis kadar protein kasar dengan SNI konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011

(19)

7 tubuh. Namun, jika kelebihan protein tidak akan menyebabkan gangguan dalam tubuh ternak, karena protein akan dirombak menjadi energi dan sebagiannya lagi akan dikeluarkan melalui urin. Menurut Sudono (1999), kurangnya pemberian konsentrat akan menyebabkan kekurangan konsumsi protein yang dapat menurunkan kinerja reproduksi sapi induk. Jika protein di dalam pakan tinggi, maka akan menyebabkan efisiensi penggunaan protein rendah, sehingga terjadi penurunan kandungan protein susu dan penurunan fertilisasi (Blakely and Bade 1991).

Pemalsuan kadar protein bahan pakan dapat dilakukan dengan penambahan urea. Total urea yang diperbolehkan dalam ransum ternak ruminansia adalah 1% bahan kering ransum. Keterbatasan jumlah urea yang dapat ditoleransi ternak ruminasia sangat terbatas. Sehingga, analisis kadar urea dalam bahan pakan atau ransum harus dilakukan sebagai informasi penunjang penilaian kualitas protein pakan. Penambahan protein dalam ransum dapat terjadi akibat kadar yang rendah dan kualitas protein yang buruk.

Kesesuaian hasil analisis kadar lemak dengan SNI (Tabel 6), menunjukkan bahwa kadar lemak kasar yang lebih dari 7% yaitu rata-rata sekitar 19.96 %. Hal ini menunjukan bahwa pakan konsentrat sapi perah laktasi tersebut memiliki kadar lemak kasar yang tidak sesuai dengan SNI, yaitu maksimal 7%. Menurut SNI, batasan kadar lemak kasar konsentrat sapi perah laktasi maksimal sebesar 7%. Kadar lemak kasar yang berlebih dalam pakan konsentrat akan mengakibatkan menurunnya kadar lemak susu, menurunnya kecernaan serat, kadar glukosa darah menurun sehingga protein susu menurun. Namun, penambahan lemak dalam pakan sapi perah memiliki keuntungan, diantaranya membatasi kebutuhan konsentrat yang mengandung karbohidrat kaya energi, membantu mengurangi stress akibat panas pada sapi laktasi (Soebarinoto et al 1997). Kadar lemak dalam pakan konsentrat sapi perah tidak boleh menyebabkan konsumsi suplemen lemak hingga 1.5 kg hari-1, disamping konsumsi lemak yang terkandung di dalam pakan. Kandungan lemak yang tinggi dalam pakan akan menurunkan kecernaan serat dari hijauan (Dove 1993).

Tabel 6 Kesesuaian hasil analisis kadar lemak kasar dengan SNI konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011

(20)

8

akan mengakibatkan gangguan pada proses pembekuan darah, produksi susu menurun dan muncul berbagai penyakit seperti osteoporosis, osteomalacia dan milk fever (McDowell 2003). Jika kelebihan Ca dalam pakan konsentrat, maka akan mengakibatkan hypophosphatemia (Horst et al. 1994).

Tabel 7 Kesesuaian hasil analisis kadar Ca dengan SNI konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011

Kesesuaian kadar P dengan SNI pada konsentrat sapi perah pada tabel 8, menunjukkan bahwa kadar P yang tidak berada diantara 0.6-0.8 yaitu rata-rata sekitar 57.69%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan konsentrat sapi laktasi tersebut memiliki kadar P yang tidak sesuai dengan SNI, yaitu diantara 0.6-0.8. Menurut SNI batas kadar P pakan konsentrat sapi perah laktasi yaitu sekitar 0,6-0,8.

Tabel 8 Kesesuaian hasil analisis kadar P dengan SNI konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011

Jika pakan konsentrat sapi perah berkadar P rendah, maka akan mengakibatkan ternak kekurangan P, akibatnya pertumbuhan buruk, nafsu makan turun, fertilitas buruk serta penurunan performa dan mengunyah kayu yang mengandung P. Selain itu akan menimbulkan berbagai penyakit seperti ricketsia dan Osteomalacia (Haenlein 1980). Namun, jika pakan konsentrat kelebihan P maka akan terjadi penurunan absorpsi Ca.

(21)

9 konsentrat. Bahan penyusun konsentrat umumnya terdiri dari dedak padi, pollard, bungkil kedelai, onggok dan bungkil inti sawit (BPPP 2009). Kadar abu masing-masing bahan penyusun konsentrat yaitu: dedak padi 10.8 % (Lubis 1992), pollard 4.2 % (Hartadi et al. 2005), onggok 1.7 % (Sutarti et al. 1976), bungkil kedelai 8% (Hartadi et al. 2005). Kadar abu bahan penyusun konsentrat yang paling tinggi yaitu dedak padi, sekitar 10.8%. Tingginya kadar abu pada dedak padi akan meningkatkan kadar abu dalam pakan sapi perah. Pemalsuan kadar abu juga bisa diakibatkan oleh penambahan pasir, limestone atau kapur, sehingga kadar abu tinggi.

Tabel 9 Rataan persentase hasil analisis ketidaksesuaian nutrien konsentrat sapi perah laktasi dengan SNI tahun 2008-2011

No Nutrien % ketidaksesuaian

1 Kadar Air 43.51

2 Kadar Abu 81.63

3 Kadar Protein Kasar 27.15

4 Kadar Lemak Kasar 19.95

5 Kadar Ca 92.20

6 Kadar P 67.65

Variasi Komposisi Nutrien Rumput

Terdapat tiga jenis rumput yang paling banyak digunakan peternak sebagai komponen pakan sapi perah yaitu rumput lapang, gajah dan raja. Variasi komposisi hasil analisis proksimat ditunjukkan dalam Tabel 10, 11 dan 12. Penggunaan rumput sebagai pakan tunggal tidak dapat mendukung produksi susu sapi yang optimum. Oleh karena itu, pakan yang dibutuhkan bagi sapi perah tidak cukup hanya dengan rumput saja, butuh penambahan konsentrat untuk memenuhi dan mendukung potensi produksi susunya. Pemberian rumput berkualitas akan memudahkan dalam formulasi konsentrat karena sisa kebutuhan nutrien yang harus dipenuhi dari konsentrat menjadi berkurang.

Menurut Hartadi et al. (2005), kandungan nutrisi rumput gajah berdasarkan bahan kering, yaitu protein kasar sebesar 10.1 % dan TDN sebesar 59%, rumput lapang mengandung protein kasar 8.59% dan TDN sebesar 57.31% (Wahyuni 2008), sedangkan rumput raja berkadar protein kasar 13.5% dan TDN sebesar 54% (Sutanto 2002). Rumput raja menunjukan produktifitas tinggi. Produksi rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah, yaitu mencapai 200 hingga 250 ton rumput segar ha-1 tahun-1 (Rukmana 2005). Walaupun produksi tinggi, jika pakan yang diberikan hanya rumput saja, maka potensi produksi susu tidak akan terpenuhi.

(22)

10

Tabel 10 Variasi hasil analisis komposisi rumput gajah tahun 2008-2011 Peubah n Rataan

Tabel 11 Variasi hasil analisis komposisi rumput lapang tahun 2008-2011 Peubah n Rataan

(23)

11

Prediksi Kecukupan Nutrien Sapi Perah Laktasi

Sapi perah dapat berproduksi optimum jika pakan dan lingkungan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan energi dan protein dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi hijauan dan konsentrat. Menurut Soebarinoto et al. (1997), untuk mengetahui nilai nutrisi dari suatu bahan pakan tidak cukup dengan mengetahui kandungan nutrien yang terdapat dalam pakan tersebut, tetapi juga harus diketahui nilai TDN dari bahan tersebut. TDN sangat penting untuk mengetahui jumlah nutrien yang dapat dicerna. Kebutuhan TDN ditampilkan pada lampiran 1. Kebutuhan TDN bagi sapi perah meningkat seiring meningkatnya produksi susu. Pemberian rumput pada sapi perah dengan bobot badan 450 kg mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok. Namun, agar kebutuhan TDN untuk produksi susu terpenuhi, maka diperlukan pemberian konsentrat.

Peternak mempunyai peluang memberikan konsentrat yang baik maupun yang buruk kepada ternaknya. Kedua kelompok bahan tersebut tersedia di pasaran. Sebaiknya peternak memberikan kepastian mengenai kualitas konsentrat. Gambar 1 menggambarkan bahwa pemberian konsentrat berkualitas buruk hanya mampu menunjang produksi susu hingga 10 kg hari-1. Pemberian konsentrat berkualitas baik, mampu menunjang produksi susu hingga 15 kg hari-1. Sapi berproduksi lebih dari 15 kg hari-1 kebutuhan TDNnya tidak mampu terpenuhi dari jenis konsentrat yang tersedia. Dalam kondisi ini, penyusunan konsentrat dengan kandungan TDN tinggi sangat diperlukan.

Pemberian rumput pada sapi perah dengan bobot badan 450 kg mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan sedikit kontribusinya dalam memenuhi produksi susu. Agar kebutuhan PK untuk produksi susu terpenuhi, maka diperlukan pemberian konsentrat. Parakkasi (1995), menyatakan bahwa bila ternak diberi pakan yang mengandung protein yang melebihi kebutuhan hidup pakan ternak, maka ternak akan menggunakan kelebihan nutrien tersebut untuk pertumbuhan dan

(24)

12

reproduksi. Pemberian konsentrat berkualitas baik, pengaruhnya untuk mencapai kebutuhan hidup pokok dan produksi susu lebih tinggi, yaitu sekitar 20 hingga 25 kg hari-1. Sementara, pemberian rumput dengan konsentrat kualitas buruk, produksi susu yang dihasilkan sekitar 15 hingga 20 kg/hari. Menurut Santoso et al. (2009), kualitas konsentrat sangat tinggi yaitu lebih dari 75% TDN dengan kandungan protein lebih dari 16%, sebaliknya kualitas rendah dengan kandungan TDN kurang dari 55% dan kandungan protein kurang dari 13%.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

5 10 15 20 25 30 35

Produksi Susu (kg hari-1)

K

ebutuha

Prote

in K

asa

r

(kg

ha

ri

-1 )

(25)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kandungan nutrien pakan sapi perah, utamanya konsentrat sapi laktasi sangat bervariasi. Konsentrat sapi laktasi yang tidak sesuai dengan SNI masih tinggi khususnya kadar abu, Ca dan P. Konsentrat dengan kualitas baik yang ada di pasaran tidak mampu mendukung produksi susu yang optimum.

Saran

Kebijakan pengawasan mutu pakan harus dilakukan dari mulai bahan baku pakan konsentrat khususnya hingga campuran konsentrat atau pakan jadi. Selain itu kebijakan sertifikasi pakan harus didorong agar dapat menjamin ternak dan peternaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Alim AF, Hidaka T. 2002. Pakan dan Tatalaksana Sapi Perah. Bandung (ID): Dairy Technology Improvement Project in Indonesia.

Bath DL, Dickinson FN, Tucker HA, Appleman RD. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd ed. Philadelphia (US): Lea & Febiger.

Blakely RF, Bade D. 1991. Ilmu Peternakan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

[BPPP] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Pr.

Dove H. 1993. Using plant wax components to study fibre intake and digestion in man and animals. Cetak ulang dalam J Nutr. (1): 137 – 150.

Haenlein GFW. 1980. Mineral Nutrition of Goats. J Dairy Sci. 63(1): 1729-1745. Harris LEH, Haendler R, Riviere L, Rechaussat. 1980. International feeddatabank system; an introduction into the system with instructions for describing feeds and recording data. International Network of Feed Information Centers. Logan (US): International Feedstuffs Institute.

Hartadi HS, Reksohadiprojo, Tillman AD. 2005. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Horst RL, Goff JP, Reinhardt TA. 1994. Calcium and Vitamin D Metabolism In the Dairy Cow. J Dairy Sci. 77(1): 1936-1951.

Lubis DA. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta (ID): Pembangunan Pr.

McDowell LR. 2003. Minerals in Animal and Human Nutrition. 2rd ed. V, Hungary (UE): Elsevier Science B.

[NRC] National Research Council. 1988. Nutrient Requirements of Dairy Cattle. Ed ke-6. Washington DC (US): National Academy Pr.

(26)

14

Rukmana R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Santoso. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia dan Produktivitas Ternak [Internet]. [diunduh 2013 Juli 28]. Tersedia pada: http://uripsantoso.wordpress.com/2009/08/24/manfaat-daun-katuk-bagi-kesehatan-manusia-dan-produktivitas-ternak/

Siregar SB. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): PT. Penebar Swadaya.

Soebarinoto, Chuzaemi S, Mashudi. 1997. Ilmu Gizi Ruminansia. Malang (ID): UB Pr.

Steel GDR, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama

Suadnyana IW. 1998. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan sifat fisik pakan lokal sumber protein [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sudarmadji S, Haryono S, Suhardi B. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta (ID): Penerbit Liberty.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sutanto H. 2002. Strategi Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya dan Teknologi Tepat Guna Pertanian untuk Meningkatkan Pendapatan Peternak Sapi Potong. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2002. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Sutarti H, Djajanegara A, Rays A, Manurung T. 1976. Hasil Analisa Bahan Makanan Ternak. Ed ke-3. Bogor (ID): Lembaga Penelitian Peternakan. Syarief R, Halid H. 1992. Teknologi penyimpanan pangan. Jakarta (ID): Penerbit

Arcan.

Wahyuni TH. 2008. Bahan Pakan Ternak. Pengembangan Departemen Fakultas Pertanian USU. Sumatera (ID): Sumatera Utara Univ.

Winarno FGS, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Yusdja Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Ed ke-3. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta (ID): Bogor.

(27)

15

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kebutuhan TDN bagi pakan sapi perah dengan bobot hidup 450 kg

Kebutuhan TDN Produksi Susu (liter)

5 10 15 20 25 30 35

Hidup Pokok (kg) 3.42 3.42 3.42 3.42 3.42 3.42 3.42 Hidup Pokok+

Produksi Susu (kg) 4.93 6.43 7.94 9.44 10.95 12.45 13.96 Konsumsi Rumput (kg) 4.08 4.08 4.08 4.08 4.08 4.08 4.08 Konsumsi Rumput

+Konsentrat Buruk (kg) 6.64 6.64 6.64 6.64 6.64 6.64 6.64 Konsumsi Rumput

+Konsentrat Baik (kg) 8.07 8.07 8.07 8.07 8.07 8.07 8.07 Lampiran 2 Kebutuhan PK bagi pakan sapi perah dengan bobot hidup 450 kg

Kebutuhan PK Produksi Susu (liter)

5 10 15 20 25 30 35

Hidup Pokok (kg) 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 0.34 Hidup Pokok+

Produksi Susu (kg) 0.76 1.18 1.60 2.02 2.44 2.86 3.28 Konsumsi Rumput (kg) 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 1.02 Konsumsi Rumput

+Konsentrat Buruk (kg) 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 1.68 Konsumsi Rumput

+Konsentrat Baik (kg) 2.16 2.16 2.16 2.16 2.16 2.16 2.16

Lampiran 3 Perhitungan kecukupan nutrien sapi laktasi berdasarkan NRC 1988 Diketahui:

Bobot badan : 450 kg

Konsumsi bahan kering : 3% bobot badan = 3% x 450 kg = 13.5 kg (Rumput 7.5 kg dan konsentrat 6 kg)

Rata-rata TDN rumput gajah : 0.5437 kg Rata-rata PK rumput gajah : 0.1354 kg Quarter 1 TDN konsentrat baik : 0.6655 kg Quarter 3 TDN konsentrat buruk : 0.4274 kg Quarter 1 PK konsentrat baik : 0.1905 kg Quarter 3 PK konsentrat buruk : 0.1108 kg

Kebutuhan hidup pokok sapi laktasi (NRC 1988)

Bobot (kg) 450

TDN (kg) 3.42

PK (kg) 0.341

(28)

16

Kebutuhan produksi susu/ kg

Kadar lemak (%) 3.5

TDN (kg) 0.301

PK (kg) 0.084

TDN: total digestible nutrient; PK: protein kasar Kebutuhan produksi susu

Produksi susu (kg 4% FCM)

5 10 15 20 25 30 35

TDN (kg) 1.505 3.01 4.515 6.02 7.525 9.03 10.535

PK (kg) 0.42 0.84 1.26 1.68 2.10 2.52 2.94

TDN: total digestible nutrient; PK: protein kasar Kebutuhan hidup pokok dan produksi susu

Produksi susu (kg 4% FCM)

5 10 15 20 25 30 35

TDN (kg) 4.925 6.43 7.935 9.44 10.945 12.45 13.955

PK (kg) 0.761 1.181 1.601 2.021 2.441 2.861 3.281

TDN: total digestible nutrient; PK: protein kasar

Perhitungan kebutuhan TDN

Kebutuhan rumput = 7.5 kg x 0.5437= 4.078 kg

Kebutuhan konsentrat kualitas baik = 6 kg x 0.6655 = 3.993 kg Kebutuhan konsentrat kualitas buruk = 6 kg x 0.4274 = 2.564 kg Kebutuhan konsentrat kualitas baik + rumput = 3.993 + 4.078 = 8.071 kg Kebutuhan konsentrat kualitas buruk + rumput = 2.564 + 4.078 = 6.642 kg

Perhitungan kebutuhan PK

Kebutuhan rumput = 7.5 kg x 0.1354= 1.0155 kg

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 26 Januari 1992 dan merupakan putri kedua dari lima bersaudara dari ayah Tarmana Abdul Qasim dan ibu Srie Hartoeti. Pendidikan sekolah menengah yang ditempuh yaitu di SMP Negeri 5 Sukabumi dan SMA Negeri 2 Sukabumi. Tahun 2009, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis

(PKTT) tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif mengajar mata kuliah Ekonomi Umum TPB di bimbingan belajar dan privat mahasiswa MSCollege tahun 2011. Organisasi yang diikuti selama di IPB yaitu bendahara Komisi 1 Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) TPB IPB tahun ajaran 2009/2010 dan Sekretaris Divisi Syi’ar Lembaga Dakwah Fakultas FAMM Al-An’aam tahun ajaran 2010/2011. Bulan Juni hingga Juli 2012, penulis mengikuti kegiatan IPB Goes To Field di Demak, yang diselenggarakan oleh LPPM IPB dengan tema Budidaya Jambu Air. Prestasi yang pernah diraih selama di IPB yaitu penulis mendapat kesempatan mendapat dana hibah dari CDA IPB dengan usaha Budidaya Udang Hias Air Tawar.

UCAPAN TERIMAKASIH

Gambar

Tabel 2 Variasi hasil analisis konsentrat sapi perah laktasi tahun 2008-2011
Tabel 10  Variasi hasil analisis komposisi rumput gajah tahun 2008-2011
Gambar 2 Analisis kecukupan nutrien sapi perah (Protein Kasar/PK).      hidup

Referensi

Dokumen terkait

Bukti dari peningkatan keterampilan menghitung volume bangun ruang siswa dapat diketahui dari nilai atau hasil tes keterampilan menghitung volume bangun ruang yang telah

Sedangkan pada tanaman dengan dosis mikoriza dosis 6 gr, 8 gr, dan 10 gr jumlah daun tidak mengalami penurunan yang disebabkan adanya simbiosis dengan mikoriza sehingga

Objek-objek yang bekerja sama membentuk suatu sistem harus saling berkomunikasi untuk menjalankan sistem tersebut. Dalam sebuah program, objek-objek berkomunikasi satu sama lain

Dengan hormat, disampaikan kepada saudara agar dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dan Klarifikasi Harga Penawaran untuk paket pekerjaan tersebur diatas dengan membawa

Pembelajaran melalui jalur pendidikan luar sekolah, akan jelas dilihat pada 10 unsur (patokan) yang akan selalu ada pada setiap program (Anwas Iskandar). Kesepuluh

Setelah menganalisis data tabel, siswa mampu mengomunikasikan hubungan antara data masuk dan data keluar dari tabel yang disajikan dengan benar yang dapat dilakukan dengan

[r]

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi berjudul: ”Pengaruh Konservatisme terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dengan Moderasi Good