• Tidak ada hasil yang ditemukan

Size and Body Shape of Manado, Minahasa, South Minahasa and Tomohon Delman Horses in North Sulawesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Size and Body Shape of Manado, Minahasa, South Minahasa and Tomohon Delman Horses in North Sulawesi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KUDA DELMAN LOKAL

PADA POPULASI MANADO, MINAHASA, MINAHASA

SELATAN DAN TOMOHON SULAWESI UTARA

SKRIPSI

AMUDI EBIGHANS HUTASOIT

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

AMUDI EBIGHANS HUTASOIT D14080162. 2012. Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal pada Populasi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M. Rur. Sc

Indonesia mempunyai beberapa jenis kuda lokal yang berpotensi untuk dikembangkan dan memberikan manfaat. Karakteristik morfometrik yang berkaitan erat dengan ukuran tubuh, merupakan hal yang belum banyak diamati, terutama pengamatan ukuran dan bentuk tubuh. Bentuk sangat dipengaruhi faktor genetik, sedangkan ukuran lebih dipengaruhi faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik morfometrik tubuh berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh kuda delman lokal di lokasi penelitian yaitu Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon berdasarkan pengukuran bagian linear permukaan tubuh. Penelitian ini menggunakan data sekunder (ukuran dan foto kuda). Jumlah kuda delman yang digunakan adalah 504 kuda delman.

Pengolahan data ukuran-ukuran tubuh kuda delman menggunakan analisis deskriptif untuk melihat rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman kuda delman. Uji T2-Hotelling digunakan untuk melihat perbedaan variabel-variabel yang terdapat pada dua populasi kuda yang berbeda. Analisis komponen utama digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan penciri bentuk kuda delman setiap lokasi pengamatan dan pembentukan diagram kerumunan.

Hasil uji T2-Hotelling menunjukkan adanya perbedaan ukuran tubuh antara kuda delman jantan dan betina pada setiap lokasi pengamatan (P<0,05) dan antara dua lokasi pengamatan untuk masing-masing jenis kelamin (P<0,05). Penciri ukuran dan bentuk tubuh kuda delman Manado adalah lingkar dada (X1) dengan vektor

eigen sebesar 0,568 dan panjang leher (X9) dengan vektor eigen sebesar 0,526.

Penciri ukuran kuda delman Minahasa adalah lingkar dada dengan vektor eigen

lingkar dada (X1) sebesar 0,568 dan vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk

adalah lingkar dada (X1) yaitu sebesar 0,757 yang merupakan penciri bentuk pada

kuda Minahasa. Penciri ukuran pada kuda delman Minahasa Selatan adalah lingkar dada (X1) yaitu sebesar 0,526 dan tinggi pinggul (X5) yaitu sebesar 0,524,

sedangkan penciri bentuk pada kuda delman Minahasa adalah panjang leher (X9)

dengan vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk yaitu sebesar 0,950. Penciri ukuran tubuh kuda delman Tomohon adalah adalah lingkar dada (X1) dengan vektor

eigen sebesar 0,518 dan tinggi pundak dengan vektor eigen sebesar 0,504 sedangkan penciri bentuk adalah panjang badan (X7) dengan vektor eigen tertinggi yaitu sebesar

0,904.

Berdasarkan hasil diagram kerumunan, kuda delman jantan dan betina Manado memiliki skor ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kuda Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon. Pengerumunan data kuda Manado lebih dekat dengan kuda delman Tomohon, kerumunan kuda Minahasa lebih dekat dengan kuda Minahasa Selatan.

(3)

ABSTRACT

Size and Body Shape of Manado, Minahasa, South Minahasa and Tomohon Delman Horses in North Sulawesi

Hutasoit, A. E, C. Sumantri and R. R. Noor

Horses is used for transportation, towing loads (horse pull), war, and the load carrier, even in some areas is used as source of meat. The aim of this study is to compared the morphmometric characteristic of horses body based on size and body shape of delman horses Manado, Minahasa, South Minahasa and Tomohon in North Sulawesi based on the linear model. The horses were differentiated based on location. Measured variables used in this study were chest circumference, width of chest, the chest, shoulder height, hip height, body length, thigh length, neck length, width head as well as the length of the head. The data were analyzed by using Principal Component Analysis (PCA). The first analyzed was the descriptive analyses and then followed by the T2 Hotteling analysis in order to get the means differences between two populations. The last analysis was distance data group. The results of T2 -Hotelling test showed that the body shape between male and female horse wagon was different in each location (P<0,05). T2-Hotelling test also showed that horse wagon in each location was different (P<0,05). The parameter that determine the size and shape characteristics of Manado horse wagon was determined by chest circumference (X1) and neck length (X9). The size and shape characteristics of

Minahasa horse wagon was determined by chest circumference (X1) for size and

shape characteristics. The size characteristics of Minahasa Selatan horse wagon was determined by chest circumference (X1) and hip height (X5). The shape

characteristics of Minahasa Selatan horse wagon was determined by neck length (X9). The size characteristics of Tomohon horses wagon was determined by chest

circumference (X1) and shoulder height. The shape characteristics of Tomohon horse

wagon was determined by body length (X7). Based on distance of data group

diagram Manado male and female horse wagon had smaller size score than those of Minahasa, Minahasa Selatan and Tomohon horses.

(4)

UKURAN DAN BENTUK TUBUH KUDA DELMAN LOKAL

PADA POPULASI MANADO, MINAHASA, MINAHASA

SELATAN DAN TOMOHON SULAWESI UTARA

AMUDI EBIGHANS HUTASOIT

D14080162

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal pada Populasi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon Sulawesi Utara

Nama : Amudi Ebighans Hutasoit

NRP : D14080162

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

(Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor, M. Rur. Sc.) NIP. 19610210 198603 1 003

Mengetahui : Ketua Departemen

Ilmu Pruduksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 04 April 1990 di Simpang III Sijuguk, Nagasaribu, Sumatera Utara. Penulis adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Banggas Hutasoit dan Ibu Rosinta Lumbantoruan. Penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1996 di SD Negeri 173332 Sijuguk, Lintongnihuta dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 3 Nagasaribu. Pendidikan lanjutan menengah atas dimulai pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008 di SMA Negeri 1 Siborongborong, Tapanuli Utara.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis aktif dalam UKM PMK Komisi Kesenian (2009-2012). Penulis juga aktif dalam UKM PMK Kelompok Pra Alumni (2011-(2009-2012). Penulis juga aktif dalam UKM Agriaswara IPB (2008-2009) dan aktif juga di Organisasi Mahasiswa Daerah yaitu GAMASINTAN (Ikatan Keluarga Mahasiswa Mahasiswi Siborongborong dan sekitarnya di Perantauan Bogor) tahun 2008-2012. Penulis aktif di beberapa kepanitian yaitu panitia Retreat Angkatan 48 PMK IPB (2011-2012), Malam Sukacita Paskah (MSP) PMK IPB (2010), panitia MUSKERWIL II ISMAPETI (2009-2010), panitia Konser Angkatan Agriaswara IPB (2009), Retreat Angkatan 46 Komisi Kesenian PMK IPB (2010), panitia Natal Persekutuan Oikumene Protestan Katolik (POPK) Fakultas Peternakan (2009 dan 2010) dan Kebaktian Awal Tahun Ajaran (KATA) PMK IPB (2009).

(7)

16

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan anugrahNya dan selalu menyertai Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal pada Populasi Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik morfometrik tubuh berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh kuda delman lokal dan menentukan penciri ukuran dan penciri bentuk di lokasi penelitian yaitu Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon berdasarkan pengukuran bagian linear permukaan tubuh.

Salah satu pemanfaatan kuda di Sulawesi Utara adalah digunakan sebagai sarana transportasi yaitu kuda delman/bendi. Penulis mengawali penelitian ini dengan mendapatkan data sekunder berupa data ukuran tubuh dan gambar- gambar kuda delman dari lokasi penelitian yaitu Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon. Morfometrik kuda delman ini dapat digunakan untuk mengetahui informasi genetik. Bagian-bagian tubuh kuda delman lokal yang akan diukur meliputi lingkar dada, lebar dada, lebar pinggul, dalam dada, tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan, panjang paha, panjang leher, lebar kepala dan panjang kepala.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan secara umum dan khususnya bagi penulis.

Bogor, Agustus 2012

(8)
(9)

18

Kota Tomohon... 17

Statistik Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon .... 18

Statistik T2- Hotelling Kuda Delman Lokal Minahasa, Manado, Minahasa Selatan dan Tomohon ... 21

Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon ... 23

Kuda Manado ... 23

Kuda Minahasa ... 25

Kuda Minahasa Selatan ... 26

Kuda Tomohon ... 28

Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kuda Delman Lokal, Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon dan Pembentukan Diagram Kerumunan ... 30

KESIMPULAN DAN KESIMPULAN ... 34

Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

UCAPAN TERIMA KASIH ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(10)

19

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan ... 8 2. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Morfometrik

Tubuh Kuda Delman Jantan di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan

dan Tomohon ... 19 3. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Morfometrik Tubuh Kuda

Delman Betina di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan

Tomohon ... 20 4. Rekapitulasi Hasil Olahan T2 – Hotelling Ukuran Tubuh Kuda

Delman Jantan dan Betina yang Diamati pada Setiap Lokasi ... 21 5. Rekapitulasi Hasil Uji statistik T2- Hotelling Variabel - Variabel Linear Ukuran Tubuh pada Kuda Lokal Jantan Minahasa, Manado,

Tomohon, dan Minahasa Selatan ... 22 6. Rekapitulasi Hasil Uji statistik T2- Hotelling Variabel- Variabel Linear Ukuran Tubuh pada Kuda Lokal Betina Minahasa, Manado,

Tomohon, dan Minahasa Selatan ... 23 7. Persamaan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total

dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Manado ... 24 8. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan

Bentuk Tubuh Kuda Delman Delman Manado ... 24 9. Persamaan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total

Dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Minahasa... 25 10. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan

Bentuk Tubuh Kuda Delman Delman Minahasa ... 26 11. Persamaan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total

dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Minahasa Selatan ... 27 12. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran

dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Minahasa Selatan ... 28 13. Persamaan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total

dan Nilai Eigen pada Kuda Lokal Tomohon ... 29 14. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan

Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Tomohon ... 29 15. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Kuda Delman

(11)

20

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kuda Thoroughbred ... 5 2. Bagan Gambar atau Skema Kuda yang Diamati ... 9 3. Peta Sulawesi Utara... 14 4. Diagram Kerumunan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman

Jantan Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon ... 31 5. Diagram Kerumunan Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman

(12)

21

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh Kuda Delman Jantan di

Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon ... 40 2. Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh Kuda Delman Betina di

Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon ... 40 3. Komponen Utama, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%),

Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh Kuda Delman

Manado ... 41 4. Komponen Utama, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%),

Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh Kuda Delman

Minahasa ... 42 5. Komponen Utama, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%),

Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh Kuda Delman

Minahasa Selatan ... 43 6. Komponen Utama, Nilai Eigen (λ), Keragaman Total (%),

Keragaman Kumulatif (%) yang Diturunkan dari Matriks Kovarian Variabel-Variabel Linear Ukuran Permukaan Tubuh Kuda Delman

(13)

22

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia mempunyai beberapa jenis kuda lokal yang berpotensi untuk dikembangkan dan memberikan manfaat. Kuda digunakan sebagai alat transportasi, angkut, olah raga, perang bahkan di beberapa daerah sebagai sumber protein hewani. Beberapa daerah di Indonesia menggunakan kuda sebagai alat transportasi yaitu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, sedangkan di daerah yang lain kuda juga digunakan sebagi simbol yang melambangkan status sosial di masyarakat mereka. Performa kuda lokal Indonesia masih di bawah bangsa kuda unggul luar negeri, tetapi memiliki kemampuan adaptif yang tinggi terhadap lingkungan Indonesia, seperti tahan terhadap cuaca panas dan kualitas pakan rendah. Kondisi topografis dan demografis yang berbeda di Indonesia berakibat pada perbedaan fungsi kuda.

Perbedaan ukuran tubuh pada berbagai jenis kuda lokal Indonesia, mencerminkan perbedaan secara genetik, karena masing-masing jenis kuda lokal tersebut memiliki karakteristik. Informasi mengenai karakteristik kuda di Indonesia terutama Sulawesi Utara masih sangat terbatas pada masyarakat yang memiliki status sosial yang tinggi yaitu para bangsawan, raja dan orang-orang yang kaya sehingga meningkatkan pemeliharaan kuda hanya dilakukan berdasarkan pada pengetahuan lokal peternak yang diperoleh dari orang-orang terdahulu dimana program seleksi dan perbaikan genetik hanya dilakukan berdasarkan penampilan individu ternak.

(14)

23

Tujuan

(15)

24

TINJAUAN PUSTAKA

Kuda

Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas

Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater (tidak memamah biak), famili

Equidae, genus Equus dan spesies Equus caballus (Mills dan Nankervis, 1999).

Dahulu kala terdapat hewan prakuda dengan jumlah jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus. Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari dan satu penunjang (split), sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari dan satu

split (Eohippus). Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus

yang memiliki teracak kaki depan dan kaki belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus

menjadi hewan teracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda seperti saat ini (Equus caballus) (Blakely dan Bade, 1991). Kuda merupakan salah satu jenis ternak berlambung satu atau non ruminansia. Kuda bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Kuda memiliki kemampuan belajar yang baik dalam mengenal suatu objek.

Kuda dikelompokkan menjadi tipe berat, tipe ringan dan tipe kuda poni berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh serta kegunaan. Kuda tipe berat memiliki tinggi badan 1,45-1,75 m ketika berdiri dan bobot badan lebih dari 700 kg. Tipe kuda ini biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda tipe ringan memiliki tinggi badan 1,45-1,70 m saat berdiri dan bobot badan 450-700 kg. Tipe kuda ini digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik dan kuda pacu. Kuda tipe ringan lebih aktif dan lincah dibanding kuda tipe berat. Tipe kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m dan bobot badan 250-450 kg (Ensminger, 1962).

(16)

25

Kuda Lokal Indonesia

Domestikasi kuda lokal Indonesia telah dilakukan sebelum pendudukan bangsa Eropa. Kuda sangat bergantung pada kebaikan alam pada saat itu kuda hidup di alam bebas. Kedatangan bangsa Portugis dan Belanda ke Indonesia berperanan dalam perbaikan produktivitas kuda lokal melalui introduksi cara beternak seperti cara memberi makan yang baik, merawat kuda serta petunjuk-petunjuk lain yang berhubungan dengan kuda (Soehardjono, 1990).

Kuda lokal yang terdapat di Indonesia dipengaruhi iklim tropis serta lingkungan. Kuda lokal Indonesia secara umum memiliki ciri tinggi 1,13–1,33 m dan tergolong sebagai kuda poni (disebut poni maksimal tingginya 1,47 m). Kuda lokal Indonesia memiliki kepala besar, wajah rata, sinar mata hidup, daun telinga kecil, leher tegak dan lebar, punggung lurus, kaki berotot kuat dan kering, persendian baik, dan bentuk kuku yang kecil. Ekor kuda lokal berbentuk lonjong dan agak mengarah ke atas, dada lebar, tulang rusuk berbentuk lengkung dan serasi. Kuku kuda lokal kecil dan memiliki telapak yang kuat. Kuda akan tampak dengan sikap yang kurang serasi atau kurang baik dalam keadaan berdiri, karena kedua kaki bagian depan lebih berkembang dibandingkan kaki belakang. Soehardjono (1990) menyatakan jenis kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, kuda Batak, kuda Priangan dan Jawa, kuda Sulawesi, kuda Bali, kuda Sumbawa, kuda Flores, kuda Sandel dan Kuda Timor.

Ukuran tubuh kuda lokal Sulawesi Utara ini menurut Nozawa et al. (1981) merupakan ukuran asli kuda di Asia Tenggara dan bangsa kuda kecil Jepang. Ukuran kuda di Sulawesi Utara kemungkinan besar merupakan percampuran gen dari bangsa kuda yang ada di wilayah Sabah-Serawak yang masuk lewat jalur laut bagian Utara pulau Kalimantan dengan bangsa kuda Flores yang masuk melalui daerah Sulawesi Selatan mengikuti jalur darat pulau Sulawesi.

Kuda Sulawesi

(17)

26 cukup baik, memiliki langkah teratur dan dapat berlari kencang dan kuat dengan daya tahan tubuh besar (Rahman, 2011). Menurut Soehardjono (1990) kuda Gorontalo dan kuda Minahasa juga ditemukan di Sulawesi dengan penampilan yang sangat mirip dengan kuda Makassar. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Manado memiliki kurang lebih 13.000 ekor kuda, dibandingkan dengan sekitar 22.000 ekor kuda yang ditemukan di seluruh pulau Sulawesi.

Kuda Thoroughbred

Kuda Thoroughbred merupakan kuda pacu karena memenuhi syarat dasar sebagai kuda pacu (Kidd, 1995). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kuda Thoroughbred memiliki bentuk kepala kecil, leher panjang, badan panjang, tulang yang ramping dengan panjang seimbang dengan warna bulu yang lembut dan terang.

Kuda Thoroughbred memiliki ciri-ciri khusus yaitu mempunyai tinggi badan 176-178, bentuk kepala dan rahang yang bagus, perpaduan antara kepala dan leher terlihat bagus dan simetris dengan pundaknya, proporsi badan panjang, kaki bagian belakang panjang dan anggun, memiliki persendian yang baik sehingga daya dorongnya tinggi. Kaki bagian depan panjang dengan perototan yang besardan persendian yang rata dan tulang di bawah lutut berukuran 20 cm. Kuda Thorougbred mempunyai bahu yang panjang dan membentuk slope yang tidak terlalu menonjol sehingga menghasilkan langkah yang panjang dan rendah (Edward, 1994). Gambar 1 menyajikan kuda Thoroughbred berbulu hitam.

Gambar 1. Kuda Thoroughbred

(18)

27

Sifat Kuantitatif

Pengukuran panjang tulang-tulang pada ternak banteng mempunyai ketelitian yang baik dibandingkan dengan pengukuran bobot badan (Mansjoer, 1993) dan menurut Mulliadi (1996) yang melakukan penelitian pada ternak domba, ukuran-ukuran tubuh yang memiliki keragaman tinggi dapat memberikan petunjuk bahwa ukuran-ukuran tersebut dapat dijadikan kriteria untuk seleksi dalam upaya peningkatan sifat-sifat produksi. Sifat kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk sifat produksi seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan, dan tenaga tarik juga untuk sifat reproduksi seperti lama kebuntingan, lama birahi, dan produksi susu (Martojo, 1992). Sifat kuantitatif dikontrol banyak gen yang bersifat aditif, dominan, dan epistatik yang bersama-sama dengan pengaruh lingkungan (non-genetik) menghasilkan ekspresi fenotipik sebagai sifat kuantitatif (Noor, 2010). Soeparno (2005) menyatakan pertumbuhan seekor ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-bagian komponen dengan kadar laju yang berbeda. Hormon testosteron yang merupakan lingkungan internal pada jantan mempengaruhi pertumbuhan.

Perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi karakteristik individual sel dan organ yang berakibat pada perbedaan morfologis yang dalam hal ini pengaruh lingkungan terhadap sifat kuantitatif relatif lebih besar. Manfaat lain dari karakter morfologis adalah untk menentukan asal-usul dan filogenitas setiap spesies, bangsa dan tipe ternak (Martojo 1983; Warwick et al. 1995 dan Ishii et al. 1996). Selain karakter morfologis, secara molekuler keragaman suatu spesies dapat diperoleh dengan menggunakan penanda morfologis ( Hill et al. 2002).

Morfometrik

(19)

28 Menurut Bowling dan Ruvinsky (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda sudah dilakukan peternak kuda tradisional berdasarkan pada sebagian sifat dari performa kuda. Ukuran merupakan indikator bagi pertumbuhan, tetapi tidak dapat digunakan dalam mengidentifikasikan komposisi tubuh ternak. Ukuran kuda digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu yang kuat. Tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon merupakan ukuran-ukuran tubuh juga. Proporsi ukuran (size) kuda yang baik adalah sebesar 10%-11% untuk kepala dan 89%-90% untuk tubuh yang meliputi badan dan leher (Dyce et al., 2002). Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap performa (ukuran tubuh) ternak kuda. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh sapi dapat ditentukan dengan cara mengukur langsung ataupun secara visual. Ukuran merupakan indikator penting pertumbuhan, tetapi tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi komposisis tubuh ternak.

Analisis Komponen Utama

` Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari variabel-variabel yang secara umum bertujuan mereduksi data dan mencoba menerjemahkannya (Gasperz, 1992). Dijelaskan lebih lanjut bahwa komponen utama pertama merupakan kombinasi linear terbobot variabel asal, yang dapat menerangkan keragaman data dalam proporsi terbesar, sedangkan komponen utama kedua adalah kombinasi linear terbobot variabel asal yang tidak berkorelasi dengan komponen utama pertama serta memaksimumkan sisa keragaman data setelah diterangkan oleh komponen utama pertama (Gaspersz, 1992). Gaspersz (1992) menyatakan keragaman total dijadikan sebagai indikasi untuk menentukan persamaan yang mewakili banyak persamaan yang dibentuk dari AKU. Vektor eigen memperlihatkan kontribusi dari variabel-variabel tertentu sebagai faktor pembeda ukuran tubuh maupun bentuk tubuh.

(20)

29

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengolahan data dilakukan pada bulan Februari-April 2012.

Materi

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data pengukuran bagian linear ukuran tubuh dewasa dan gambar kuda delman lokal di Sulawesi Utara yang dikoleksi oleh Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M. Si. Jumlah data kuda yang digunakan adalah 504 ekor dengan rincian yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan

Lokasi Kuda Jantan Lokal (ekor)

Kuda Betina Lokal (ekor)

Jumlah (ekor)

Minahasa 221 152 373

Minahasa Selatan 6 28 34

Manado 51 6 57

Tomohon 32 8 40

Total 310 194 504

Prosedur

Kuda yang diamati dibedakan berdasarkan lokasi pengamatan kuda delman lokal, selanjutnya dilakukan pengukuran bagian-bagian tubuh kuda. Bagian-bagian tubuh kuda yang diukur meliputi lingkar dada (X1), lebar dada (X2), dalam dada (X3),

tinggi pundak (X4), tinggi pinggul (X5), lebar pinggul (X6).panjang badan (X7),

(21)

30

Pengukuran Bagian-bagian Tubuh

1. Lingkar dada (X1) diukur melingkar tepat di belakang scapula menggunakan

pita ukur.

2. Lebar dada (X2) diukur jarak antara tuberositas humeri sinister dan dexter

dengan tongkat ukur.

3. Dalam dada (X3) diukur jarak antara bagian tertinggi pundak sampai dasar

dada dengan tongkat ukur.

4. Tinggi pundak (X4) diukur dari bagian tertinggi pundak melalui belakang

scapula tegak lurus ke tanah dengan tongkat ukur.

5. Tinggi pinggul (X5) diukur dari bagian tertinggi pinggul sampai secara tegak

lurus ke tanah menggunakan tongkat ukur.

6. Lebar pinggul (X6) diukur pada jarak antara tuber coxae kiri dan kanan

menggunakan kaliper.

7. Panjang badan (X7) diukur dari tuber ischii sampai tuberositas humeri

dengan tongkat ukur.

8. Panjang paha (X8) diukur dari pangkal paha melalui vastus lateralis.

9. Panjang leher (X9) diukur diukur dari bagian rahang bawah sampai ke tuber

ischii dengan tongkat ukur.

10.Lebar kepala (X10) diukur jarak kedua tulang pipi dengan mistar ukur.

11.Panjang kepala (X11) diukur dari posisi bagian tengah kepala sampai ke

bagian mulut dengan pita ukur.

Gambar 2. Bagan Gambar atau Skema Kuda yang Diamati 1

2

3 4

5 6

7

8

9

(22)

31

Rancangan dan Analisis Data

Statistik Deskriptif

Data yang diperoleh diolah secara deskriptif. Nilai rataan dan simpangan baku pada setiap peubah diolah berdasarkan rumus Mattjik dan Sumertajaya (2002), sedangkan koefisien keragaman berdasarkan rumus Warwick et al. (1995) sebagai berikut:

Keterangan:

= rataan data sampel = data sampel

= banyak data sampel = simpangan baku = koefisien keragaman

T2 Hotteling

Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14. T2 Hotteling digunakan untuk membandingkan :

Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata populasi pertama sama dengan populasi

kedua

H1: U1≠ U2 artinya kedua vektor nilai rata-rata populasi berbeda.

Statistik T2 Hotteling dirumuskan sebagai berikut:

Selanjutnya besaran :

=

(23)

32 Keterangan :

= Nilai T2-Hotteling

= Nilai hitung untuk T2-Hotteling

= Jumlah data pengamatan pada lokasi pertama penelitian ke-1 = Jumlah data pengamatan pada lokasi kedua penelitian ke-2

= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok lokasi penelitian ke-1

= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok lokasi penelitian ke-2

= Banyak variabel yang diukur SG1 = Invers matriks gabungan

V1 = ( banyak variabel)

V2 = Penentuan F hitung

Analisis Komponen Utama (AKU)

Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk kuda delman lokal yang diamati. Ukuran (size) dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, dan ukuran relatif, sedangkan bentuk (shape) diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa komponen utama pertama dinyatakan sebagai vektor ukuran, sedangkan komponen utama kedua dinyatakan sebagai vektor bentuk. Konsep dasar Analisis Komponen Utama (AKU) berdasarkan rumus :

Keterangan:

= komponen utama ke-p (p = 1, 2)

= peubah ke-p untuk p = 1, 2, 3, …, 11

= vektor eigen ke-p untuk p = 1, 2, 3 … , 11

Model matematika Analisis Komponen Utama (AKU) untuk persamaan ukuran kuda sebagai berikut :

(24)

33 Keterangan:

= komponen utama pertama atau ukuran = lingkar dada

= lebar dada = dalam dada

= tinggi pundak

= tinggi pinggul

= lebar pinggul

= panjang badan

= panjang leher

= panjang paha = lebar kepala = panjang kepala

= Vektor eigen

Model matematika Analisis Komponen Utama (AKU) untuk persamaan bentuk kuda sebagai berikut :

(Gaspersz, 1992) Keterangan:

= komponen utama kedua atau bentuk = lingkar dada

= lebar dada = dalam dada

= tinggi pundak

= tinggi pinggul = panjang badan = lebar pinggul

= panjang leher

= panjang paha = lebar kepala = panjang kepala

(25)

34 Korelasi antara ukuran dan variabel-variabel yang diukur diperoleh dari perkalian antara vektor eigen pada persamaan ukuran dibagi dengan simpangan baku variabel. Gaspersz (1992), rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut :

=

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel ke-i (1, 2, 3,….,11) dan ukuran

= Vektor eigen variabel ke-i (1, 2, 3,….,11) pada persamaan ukuran = Nilai eigen (akar ciri) pada persamaan ukuran

= Simpangan baku peubah ke-i (1, 2, 3,….,11)

Korelasi antara bentuk dan variabel-variabel yang diukur diperoleh dari perkalian antara vektor eigen pada persamaan bentuk dibagi dengan simpangan baku variabel. Gaspersz (1992), rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut :

=

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel ke-i (1, 2, 3,….,11) dan bentuk

= Vektor eigen variabel ke-i (1, 2, 3,….,11) pada persamaan bentuk = Nilai eigen (akar ciri) pada persamaan bentuk

= Simpangan baku peubah ke-i (1, 2, 3,….,11)

Diagram Kerumunan

(26)

35

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Propinsi Sulawesi Utara mencakup luas 15.272,44 km2, berbentuk jazirah yang memanjang dari arah Barat ke Timur pada 121°-127° BT dan 0°3°-4°0’ LU. Kedudukan jazirah membujur dari Timur ke Barat dengan daerah paling utara adalah Kepulauan Sangihe dan Talaud, dimana wilayah kepulauan ini berbatasan langsung dengan negara Filipina. Sulawesi Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, Samudra Pasifik dan Republik Filipina di sebelah Utara; di sebelah Timur yaitu Laut Maluku; di sebelah Selatan yaitu Teluk Tomini dan di sebelah Barat yaitu Propinsi Gorontalo. Secara administrasi Propinsi Sulawesi Utara meliputi 15 Kabupaten dengan total jumlah penduduk 2.415.782 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Utara, 2011).

Propinsi ini terdiri atas wilayah daratan utama dan wilayah kepulauan yang tersebar di bagian utara, merupakan wilayah daratan tinggi dan pegunungan, dengan topografi bergunung dan berbukit yang rawan erosi. Jenis tanahnya didominasi oleh jenis tanah komplek (68,34%) dan jenis tanah latosol (19,30%), dan yang lainnya adalah jenis tanah podsolik merah kuning, regosol, alluvial serta jenis tanah andosol. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Utara, 2011).

(27)

36 Sebagai wilayah semenanjung dan kepulauan, beberapa kawasan wilayah ini tergolong rawan bencana alam antara lain gempa bumi, letusan gunung berapi, gerakan tanah, banjir dan kekeringan, namun demikian gunung berapi ini secara geografis berbentuk tanah permukaan yang cukup tebal dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Iklim daerah Sulawesi Utara termasuk tropis yang dipengaruhi oleh angin muzon. Pada bulan Nopember-April bertiup angin Barat yang membawa hujan di pantai Utara, sedangkan dalam bulan Mei-Oktober terjadi perubahan angin Selatan yang kering (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Utara, 2011). Rata- rata curah hujan di Sulawesi Utara berkisar antara1.360-2.750 mm/tahun. Suhu udara beragam antara 21°-31° C dengan rataan suhu 250 C (Dinas Kehutanan Sulawesi Utara, 2012).

Kota Manado

Manado yang merupakan ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara, secara geografis terletak diantara 1026’ – 1040’ LU dan 124048’ – 124054’ BT. Luas Kota Manado sekitar 157,25 km2. Secara administratif Kota Manado terbagi dalam sembilan wilayah kecamatan dan 87 kelurahan/desa. Kota Manado memiliki batas wilayah di sebelah Utara Kecamatan Wori dan Teluk Manado; di sebelah Timur : Kecamatan Dimembe; di sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng; di sebelah Barat : Teluk Manado/Laut Sulawesi. Suhu udara di suatu wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Suhu udara siang hari berkisar antara 29,4 – 32,2 0C, sedangkan suhu udara di malam hari berkisar antara 21,6 - 23,2 0C. Suhu udara maksimum pada bulan September (32,2

0

C) dan minimum pada bulan Oktober (21,6 0C). Kota Manado mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 75 % (Juni) sampai dengan 92 % (Desember). Curah hujan beragam, berkisar antara 69 mm (Juli) sampai 628 mm (Desember) pada tahun 2003 (Dinas Pemerintahan Kota Manado, 2008).

(28)

37 yaitu Gunung Manado Tua (± 655 m) dan Gunung Tumpa (± 610 m) (Hardjono, 2004a).

Penduduk Kota Manado berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional 2003 berjumlah 417.787 jiwa. Luas wilayah 159,02 km2, dengan kepadatan penduduknya rata-rata mencapai 2.524 jiwa/km2. Berdasarkan data per kecamatan, kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Tuminting yaitu 11.470 jiwa/km2 dan terendah di kecamatan Bunaken yaitu 447 jiwa/km2. Mata pencaharian utama penduduk di Kota Manado adalah di bidang jasa dan perdagangan. Hal ini dapat ditunjukkan pada angka jumlah penduduk yang bekerja di lapangan usaha utama bidang jasa sebesar 49.033 tenaga kerja dan pada bidang perdagangan sebesar 47.390 tenaga kerja (Dinas Kehutanan Sulawesi Utara, 2012).

Kabupaten Minahasa

Tondano merupakan ibukota Kabupaten Minahasa. Luas Kabupaten Minahasa berkurang setengahnya dari luas awal setelah beberapa bagian wilayah kecamatan membentuk wilayah kabupaten/kota baru menjadi Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Tomohon pada tahun 2002. Luas Kabupaten Minahasa ±872,32 km2. Adapun batas batas Kabupaten Minahasa meliputi: Sebelah Utara : Kabupaten Minahasa Utara; Sebelah Timur : Laut Maluku dan Kota Bitung; Sebelah Selatan : Laut Maluku dan Kabupaten Minahasa Selatan dan Sebelah Barat : Laut Sulawesi dan Kota Manado (Hardjono, 2004b).

Data rata-rata curah hujan yang tercatat pada stasiun cuaca Kayuwatu di Tondano sebesar 1.841 mm, di Kakas 1.433 mm dan di Remboken 1.442 mm. Suhu rata-rata tertinggi untuk wilayah Tondano dan sekitarnya adalah 22,6 0C pada bulan Agustus dan terendah 21,9 0C pada bulan Januari, sedangkan kelembaban rata-rata bulanan 85-91 % di Tondano (Hardjono, 2004b).

(29)

38 penduduk di Kabupaten Minahasa adalah di bidang pertanian. Tanaman utama yang diusahakan adalah padi sawah (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa, 2008).

Kabupaten Minahasa Selatan

Wilayah Minahasa Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon di Provinsi Sulawesi Utara oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pemekaran Minahasa Selatan ini diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2003. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang. Letak geografis Kabupaten Minahasa Selatan berada pada posisi di tengah Propinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Selatan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Minahasa; di sebelah Timur Kabupaten Minahasa Tenggara; di sebelah Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow dan di sebelah Barat Laut Sulawesi. Penduduk Kabupaten Minahasa Selatan berjumlah 195.553 jiwa pada tahun 2012. Luas wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah 1.429,7 km². Kabupaten Minahasa Selatan memiliki 17 kecamatan dan 117 kelurahan (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan, 2005).

Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan memiliki topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara ke selatan. Kelembaban udara berkisar antara 60%-90%, sedangkan rataan suhu bulanan adalah 23,5 0C. Rataan curah hujan per tahun adalah 1.282 mm dengan musim penghujan jatuh pada bulan Nopember-Pebruari (Hardjono, 2004c).

Kota Tomohon

Kota Tomohon merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Minahasa berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003. Luas Kota Tomohon adalah ±114,20 km2, yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tomohon Selatan, Kecamatan Tomohon Tengah dan Kecamatan Tomohon Utara. Kota Tomohon memiliki batas wilayah sebelah utara Kabupaten Minahasa; di sebelah Timur Kabupaten Minahasa; di sebelah Selatan Kabupaten Minahasa dan di sebelah Barat Kabupaten Minahasa( Hardjono, 2004d).

(30)

39 rata-rata bulanan 21,9 - 22,5 0C dan kelembaban berkisar antara 85-91 %. Keadaan topografi Kota Tomohon seluruh wilayahnya terletak pada topografi dataran tinggi dan di kota Tomohon ini terdapat gunung berapi yaitu Gunung Mahawu (1,331m) dan Gunung Lokon (1.579,6 m) (Dinas Pemerintahan Kota Tomohon, 2009).

Jumlah penduduk Kota Tomohon adalah 83.451 jiwa dengan luas wilayah 114,2 km2 (Dinas Pemerintahan Kota Tomohon, 2009). Berdasarkan jenis kelamin, di Kota Tomohon rata-rata penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan. Mata pencaharian utama masyarakat Kota Tomohon adalah di bidang pertanian. Angka kegiatan pertanian di Kota Tomohon merupakan yang terbesar tetapi di Kota Tomohon tidak hanya berbasis pada ekonomi pertanian. Kota Tomohon dikenal sebagai pusat hortikultura dan bunga karena telah beralih ke Kecamatan Modoinding (bagian Kabupaten Minahasa Selatan) dan Kota Tomohon lebih mengkhususkan dalam pengembangan tanaman hias yang tumbuh subur di desa Kakaskasen Kecamatan Tomohon Utara (Dinas Pemerintahan Kota Tomohon, 2009).

Ukuran Linear Permukaan Tubuh pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

(31)

40 Ukuran-ukuran tubuh kuda delman Tomohon relatif lebih besar dibandingkan dengan kuda delman di lokasi lain karena di kota Tomohon lebih didominasi oleh ukuran dan tipe bangsa Thoroughbred yang banyak dipelihara untuk kuda pacuan dan kondisi topografis Kota Tomohon merupakan dataran tinggi (Takaendengan, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pada kuda delman lokal Tomohon seleksi lebih efektif dibandingkan dengan kuda di lokasi lain. Koefisien keragaman ukuran-ukuran tubuh yang rendah pada penelitian ini mengindikasikan bahwa kuda Manado memiliki ukuran tubuh relatif seragam.

Tabel 2. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh Kuda Delman Jantan di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

(32)

41 Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh

Kuda Delman Betina Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

Variabel Manado

Keterangan : Angka dalam tanda kurung (%) merupakan koefisien keragaman; n = jumlah individu yang diukur (ekor)

(33)

42 20% digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10-20%.

T2- Hotelling pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

Variabel-variabel yang terdapat pada dua populasi kuda yang berbeda dapat dibedakan dengan uji statistik T2- Hotelling. Rekapitulasi hasil analisis T2-Hotelling kuda delman jantan dan betina pada setiap lokasi yang diamati, disajikan pada Tabel 4. Ukuran linear tubuh yang berbeda pada kuda delman jantan dan betina pada kuda delman Minahasa (P<0,01). Ukuran tubuh kuda delman Minahasa yang sedang kemungkinan dihubungkan dengan kebutuhan kusir untuk menentukan kuda delman berukuran sedang yang disesuaikan dengan topografi Minahasa (daerah pegunungan) (Saragih, 2012). Ukuran- ukuran tubuh jantan sama dengan betina pada kuda delman Manado, Minahasa Selatan dan Tomohon. Hal ini tidak sesuai dengan Soeparno (2005) yang menyatakan pada umur yang sama ternak jantan lebih cepat tumbuh dan besar dibandingkan dengan ternak betina.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Olahan T2 – Hotelling Ukuran Ukuran Tubuh Kuda Delman Jantan dan Betina yang Diamati pada Setiap Lokasi

Lokasi Pengamatan T2 – Hotelling F P Keterangan

Minahasa (♂ dan ♀) 0,128 4,199 0,000 **

Manado (♂ dan ♀) 0,229 0,938 0,514 tn

Tomohon (♂ dan ♀) 0,444 1,132 0,375 tn

Minahasa Selatan (♂ dan ♀) 0,392 0,784 0,653 tn

Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); * = nyata ( P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05)

(34)

43 vs Tomohon ditemukan perbedaan variabel-variabel tubuh yang sangat berbeda nyata (P<0,01).

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji statistik T2- Hotelling Variabel- Variabel Linear Ukuran tubuh pada Kuda Lokal Jantan Minahasa, Manado, Tomohon, dan Minahasa Selatan.

Lokasi Pengamatan T2-Hotelling F P Keterangan

Minahasa vs Manado 0,606 14,324 0,000 **

Minahasa vs Tomohon 0,163 3,573 0,000 **

Minahasa vs Minahasa Selatan 0,087 1,713 0,072 tn

Manado vs Tomohon 1,566 10,109 0,000 **

Manado vs Minahasa Selatan 0,737 3,018 0,004 *

Tomohon vs Minahasa Selatan 0,773 1,828 0,100 tn

Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); * = nyata ( P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05)

Perbedaan ukuran tubuh kuda delman jantan Manado vs Minahasa, Minahasa

vs Tomohon dan kuda jantan Manado vs Tomohon kemungkinan disebabkan perbedaan topografi. Noor (2010) menyatakan bahwa sifat kuantitatif sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Sumber pakan kuda lokal ini dimungkinkan sebagai penyebab perbedaan ukuran-ukuran tubuh yang dipengaruhi oleh kondisi topografi.

(35)

44 Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Uji statistik T2- Hotelling Variabel- Variabel Linear

Ukuran Tubuh pada Kuda Lokal Betina Minahasa, Manado, Tomohon, dan Minahasa Selatan.

Lokasi Pengamatan T2- Hotelling F P Keterangan Minahasa vs Manado 0,084 1,121 0,349 tn

Minahasa vs Tomohon 0,103 1,389 0,184 tn

Minahasa vs Minahasa Selatan 0,201 3,077 0,001 **

Manado vs Tomohon 2,589 0,471 0,834 tn

Manado vs Minahasa Selatan 0,611 1,224 0,329 tn

Tomohon vs Minahasa Selatan 0,835 1,823 0,106 tn

Keterangan : ** = sangat nyata (P<0,01); * = nyata ( P<0,05); tn = tidak nyata (P>0,05)

Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

Persamaan ukuran, persamaan bentuk, keragaman total dan nilai eigen pada kuda delman lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon disajikan pada Tabel 7, 9,11 dan 13. Karacaoren dan Kadarmideen (2008) dan Sadek et al. (1982) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor pertama dari analisis komponen utama memiliki keragaman yang paling tinggi yaitu antara 54,8- 70%. Konformasi tubuh ternak adalah sifat-sifat yang baik untuk dijadikan dasar dalam melakukan seleksi dan evaluasi genetik ternak. Seleksi berdasarkan kelompok peubah dengan memanfaatkan faktor-faktor dalam analisis komponen utama ini lebih mudah untuk digunakan dibandingkan seleksi masing-masing ukuran tubuih secara terpisah (Salako, 2006).

Kuda Manado

(36)

45 diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 188,08. Vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran adalah lingkar dada (X1) yaitu sebesar 0,568 dan tinggi pinggul

(X5) yaitu sebesar 0,443 yang merupakan penciri ukuran pada kuda delman lokal

Manado berdasarkan Tabel 7. Nilai korelasi antara skor ukuran dan peubah-peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman yang diamati serta skor bentuk dan peubah-peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman Manado yang diamati disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk, Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Manado ukuran kerangka tubuh yang dihasilkan juga akan semakin besar. Berdasarkan Tabel 7, keragaman total (KT) yang dihasilkan dari persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,097 yang merupakan keragaman total terbesar kedua setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai eigen pada persamaan bentuk ditemukan sebesar 26,77. Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk adalah panjang leher (X9) yaitu sebesar 0,526 yang merupakan penciri bentuk kuda Manado.

(37)

46 Tabel 8. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan

Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Manado

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menunjukkan korelasi negatif

Kuda Minahasa

Tabel 9 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh kuda delman lokal Minahasa yang memiliki keragaman total sebesar 0,740 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai eigen

yang diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 310,89. Penciri ukuran kuda delman Minahasa adalah lingkar dada dengan vektor eigen lingkar dada (X1)

tertinggi pada persamaan ukuran yaitu sebesar 0,568 dan tinggi pinggul (X5) yaitu

sebesar 0,467. Tabel 10 menyajikan korelasi antara skor ukuran dan peubah-peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman lokal yang diamati serta skor bentuk dan peubah peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman Minahasa yang diamati. Berdasarkan Tabel 10, nilai korelasi antara skor ukuran dan lingkar dada sebesar +0,894 sedangkan nilai korelasi antara skor ukuran dan tinggi pinggul sebesar +0,938. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai dari lingkar dada dan tinggi pinggul, maka skor ukuran kerangka tubuh juga akan besar.

Variabel yang Diamati Ukuran Bentuk

Lingkar Dada +0, 903 -0, 282

Lebar Dada +0,644 +0,035

Dalam Dada +0,822 +0,037

Tinggi Pundak +0,936 +0,177

Tinggi Pinggul +0,939 +0,149

Lebar Pinggul +0,610 -0,481

Panjang Badan +0,811 +0,217

Panjang Paha +0,726 +0,248

Panjang Leher +0,403 +0,640

Lebar Kepala +0,440 +0,332

(38)

47 Tabel 9. Persamaan Ukuran dan Bentuk, Keragaman Total dan Nilai Eigen pada

Kuda Delman Minahasa

Tabel 10. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Minahasa

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menunjukkan korelasi negatif

Persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,100 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai

eigen pada persamaan bentuk ditemukan sebesar 41,83. Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk adalah lingkar dada (X1) yaitu sebesar 0,757 yang merupakan

penciri bentuk pada kuda Minahasa. Nilai korelasi antara skor ukuran dan lingkar

Variabel yang Diamati Ukuran Bentuk

Lingkar Dada +0, 894 +0,437

Lebar Dada +0,285 -0,677

Dalam Dada +0,859 -0,195

Tinggi Pundak +0,941 -0,238

Tinggi Pinggul +0,938 -0,228

Lebar Pinggul +0,816 -0,127

Panjang Badan +0,794 -0,191

Panjang Paha +0,749 -0,173

Panjang Leher +0,715 -0,034

Lebar Kepala +0,528 -0,096

(39)

48 Minahasa Selatan yang memiliki keragaman total sebesar 0,863 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Nilai eigen yang diperoleh pada persamaan skor ukuran adalah 425,15.

Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk, Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Minahasa Selatan

Vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran adalah lingkar dada (X1) yaitu

sebesar 0,526 dan tinggi pinggul (X5) yaitu sebesar 0,524 yang merupakan penciri

(40)

49 Berdasarkan Tabel 11, keragaman total (KT) yang dihasilkan dari persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,050 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran. Nilai eigen pada persamaan bentuk ditemukan sebesar 24,73. Penciri bentuk pada kuda delman Minahasa adalah panjang leher (X9) dengan vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk yaitu

sebesar 0,950. Nilai korelasi antara bentuk dan panjang leher sebesar +0,787 Tabel 12). Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai dari panjang leher maka skor bentuk kerangka tubuh yang ditunjukkan kuda delman yang diamati akan semakin besar.

Tabel 12. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Minahasa Selatan

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menujukkan korelasi negatif

Kuda Tomohon

Tabel 13 menyajikan persamaan skor ukuran tubuh kuda delman lokal Tomohon yang memiliki keragaman total sebesar 0,843 yang merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen-komponen utama yang diperoleh. Vektor

eigen tertinggi pada persamaan ukuran adalah lingkar dada (X1) sebesar 0,518 dan

tinggi pundak yaitu sebesar 0,504. Nilai eigen (λ) menunjukkan adanya keragaman

pada ukuran kerangka tubuh kuda delman sebesar 549,81. Nilai korelasi antara skor ukuran dan peubah-peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman Tomohon yang

Variabel yang Diamati Ukuran Bentuk

Lingkar Dada +0, 966 +0,009

Lebar Dada +0,653 -0, 080

Dalam Dada +0,917 -0,087

Tinggi Pundak +0,980 -0,056

Tinggi Pinggul +0,981 -0,054

Lebar Pinggul +0,681 -0,259

Panjang Badan +0,828 -0,042

Panjang Paha +0,880 -0,075

Panjang Leher +0,611 +0,787

Lebar Kepala +0,704 +0,148

(41)

50 diamati serta skor bentuk dan peubah-peubah ukuran kerangka tubuh kuda delman yang diamati disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara ukuran dan lingkar dada sebesar +0,963, sedangkan nilai korelasi antara ukuran dan tinggi pundak sebesar 0,975 yang menunjukkan bahwa semakin besar nilai lingkar dada dan tinggi pundak maka ukuran kerangka tubuh yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Tabel 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk, Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Kuda Delman Tomohon

Tabel 14. Korelasi antara Variabel-Variabel yang Diamati terhadap Ukuran dan Bentuk Tubuh Kuda Delman Lokal Tomohon

Keterangan: Tanda (+) menunjukkan korelasi positif; tanda(–) menunjukkan korelasi negatif

Variabel yang Diamati Ukuran Bentuk

Lingkar Dada +0, 963 -0, 014

Lebar Dada +0,845 +0,345

Dalam Dada +0,947 -0,131

Tinggi Pundak +0,975 -0,156

Tinggi Pinggul +0,955 -0,177

Lebar Pinggul +0,932 +0,021

Panjang Badan +0,710 +0,694

Panjang Paha +0,950 +0,005

Panjang Leher +0,770 +0,037

Lebar Kepala +0,828 +0,081

(42)

51 Persamaan bentuk memiliki keragaman total sebesar 0,082 yang merupakan proporsi keragaman terbesar setelah keragaman total pada persamaan ukuran (Tabel 13). Nilai eigen pada persamaan bentuk ditemukan sebesar 53,66. Vektor eigen

tertinggi pada persamaan bentuk adalah panjang badan (X7) yaitu sebesar 0,904.

Nilai korelasi antara skor bentuk dan panjang badan ditemukan sebesar +0,694. Peningkatan ukuran panjang badan akan meningkatkan skor bentuk. Nilai korelasi yang diperoleh merupakan nilai yang tinggi diantara nilai korelasi antara skor bentuk dan variabel linear permukaan tubuh (Tabel 14).

Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon dan Pembentukan

Diagram Kerumunan

Rekapitulasi penciri ukuran dan bentuk pada kuda delman lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon yang diamati berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk disajikan pada Tabel 15. Gambar 4 dan 5 menyajikan diagram kerumunan data kuda delman jantan dan betina Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon berdasarkan perolehan skor ukuran dan skor bentuk.

Tabel 15. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk pada Kuda Delman Lokal Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon

Lokasi Pengamatan Penciri Ukuran Penciri Bentuk

Manado Lingkar Dada (X1)

Tinggi Pinggul (X5)

Panjang Leher (X9)

Minahasa Lingkar Dada (X1)

Tinggi Pinggul (X5

Lingkar Dada (X1)

Minahasa Selatan Lingkar Dada (X1)

Tinggi Pinggul (X5)

Panjang Leher (X9)

Tomohon Lingkar Dada (X1)

Tinggi Pundak (X4)

(43)

52 Berdasarkan Tabel 15, lingkar dada (X1) dan tinggi pinggul (X5) merupakan

penciri ukuran pada semua lokasi kuda delman yang diamati, kecuali pada daerah Tomohon tinggi pundak (X4) juga salah satu penciri ukuran kuda delman Tomohon.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Takaendengan (2011) yang menyatakan bahwa ukuran tubuh yang baik untuk sebagai dasar seleksi adalah ukuran lingkar dada dan tinggi pinggul yang memiliki keragaman relatif tinggi (68% -70%). Menurut Salako (2006) ukuran ini sangat bermanfaat untuk dijadikan parameter seleksi kuda dewasa atau yang telah berproduksi.

Kesamaan penciri bentuk ditemukan pada kuda Manado dan kuda Minahasa Selatan, yaitu masing-masing dipengaruhi panjang leher (X9) yang ditunjukkan Tabel

15. Hal ini disebabkan karena kesamaan kondisi topografis di kedua daerah yang merupakan daerah perbukitan, pantai dan memiliki sungai (Dinas Pemerintahan Kota Manado, 2008; Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan, 2005). Bentuk tubuh merupakan karakteristik yang khas diantara kuda yang diamati. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk suatu kelompok ternak berhubungan erat dengan karakteristik suatu bangsa, yang lebih banyak dipengaruhi faktor genetik, sehingga lebih banyak diperhatikan ahli taksonomi.

Keterangan : = Kuda Delman Jantan Manado; = Kuda Delman Jantan Minahasa; = Kuda Delman Jantan Minahasa Selatan; = Kuda Delman Jantan Tomohon

(44)

53 Berdasarkan skor ukuran pada Gambar 4, kerumunan data kuda delman Tomohon dan Minahasa pada posisi paling kanan diagram, kuda delman Minahasa Selatan di posisi tengah diagram sedangkan kuda delman Manado paling kiri. Skor ukuran tubuh kuda delman jantan Manado dan Tomohon yang diamati secara umum berbeda meskipun terdapat beberapa individu kuda jantan Tomohon yang memiliki ukuran kerangka yang lebih kecil. Hal ini ditunjukkan dari tumpang tindih kerumunan data individu diantara kedua daerah populasi kuda delman yang diamati. Kuda delman jantan Manado memiliki skor ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kuda Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon. Hal ini sesuai dengan hasil deskriptif bahwa pada kuda delman Tomohon memiliki ukuran yang paling besar dari semua lokasi penelitian dan kuda delman Manado menghasilkan ukuran yang kecil karena telah dilakukan seleksi ketat. Kuda yang diamati di keempat lokasi pengamatan merupakan kuda yang digunakan sebagai kuda delman/bendi, namun lingkar dada sebagai penciri ukuran dari keempat lokasi populasi kuda yang diamati juga berbeda.

Keterangan : = Kuda Delman Betina Manado; = Kuda Delman Betina Minahasa; = Kuda Delman Betina Minahasa Selatan; = Kuda Delman Betina Tomohon

(45)

54 Berdasarkan Gambar 4, skor bentuk kuda delman Tomohon dan kuda delman Manado ditemukan paling besar sehingga data individu membentuk kerumunan di sebelah atas diagram sedangkan kuda delman jantan Minahasa membentuk kerumunan paling bawah. Berdasarkan skor bentuk, pengerumunan data kuda Manado lebih dekat dengan kuda delman Tomohon, kerumunan kuda delman jantan Minahasa lebih dekat dengan kuda delman Minahasa Selatan. Perbedaan bentuk tubuh kuda delman jantan ini menunjukkan adanya perbedaan topografi pada semua lokasi pengamatan di Sulawesi Utara. Lisnawati (2011) menyebutkan berdasarkan hasil analisis jarak genetik dan pohon kekerabatan ditunjukkan bahwa populasi kuda di Amurang (kabupaten Minahasa Selatan) memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan populasi kuda di kabupaten Minahasa. Populasi kuda di Tomohon merupakan kelompok dengan jarak genetik terjauh dari ketiga populasi kuda lainnya. Hal ini dikarenakan kota Tomohon merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi perbukitan dimana masyarakat pemilik kuda telah melaukukan seleksi dengan tujuan untuk mendapatkan suatu populasi kuda dengan postur tubuh yang besar dan dapat disesuaikan dengan kondisi geografis kota Tomohon.

Berdasarkan skor ukuran tubuh kuda delman betina pada Gambar 5, kerumunan data kuda delman Tomohon, Minahasa dan Minahasa Selatan pada posisi paling kanan diagram, sedangkan kuda delman Manado sebelah kiri. Skor ukuran tubuh kuda delman jantan Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon yang diamati secara umum tidak berbeda meskipun terdapat beberapa individu kuda betina Minahasa memiliki ukuran kerangka yang lebih kecil. Hal ini ditunjukkan dari persebaran kerumunan data individu diantara ketiga daerah populasi kuda delman yang diamati. Kuda delman betina Manado memiliki skor ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan kuda Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon. Hal ini sesuai dengan hasil deskriptif bahwa pada kuda delman Tomohon memiliki ukuran yang paling besar dari semua lokasi penelitian dan kuda delman Manado menghasilkan ukuran yang kecil karena telah dilakukan seleksi ketat.

(46)
(47)

40

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kuda jantan dan betina di Sulawesi Utara memiliki ukuran tubuh yang hampir sama (P>0.05). Lingkar dada dan tinggi pinggul merupakan penciri ukuran pada kuda delman lokal di Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan kuda delman Tomohon, sedangkan penciri bentuk berbeda satu sama lain pada setiap lokasi kecuali pada Manado dan Minahasa Selatan. Ukuran tubuh yang baik untuk sebagai dasar seleksi adalah ukuran lingkar dada dan tinggi pinggul yang memiliki keragaman relatif tinggi (68% - 86%). Penciri bentuk kuda delman Manado dan Minahasa Selatan adalah panjang leher, penciri bentuk pada Minahasa adalah lingkar dada dan penciri bentuk pada kuda Tomohon adalah panjang badan.

Saran

(48)

41 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur Penulis kepada Tuhan Yesus Kristus untuk setiap berkat dan penyertaanNya yang selalu baru dan tidak pernah berkesudahan dalam hidup penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Bapak Banggas Hutasoit dan Ibu Rosinta Lumbantoruan, abang Benni dan keluarganya, kakak Asli Tiroin dan keluarga, abang Swandi, abang Marangkup dan keluarga, kakak Jusapril dan juga Merri untuk setiap motivasi, nasihat dan doa yang selalu menguatkan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapadua dan Inangdua untuk setiap kesabaran yang luar biasa membimbing, menasihati dan doa yang selalu dipanjatkan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Ronny Rahman Noor, M. Rur. Sc selaku pembimbing kedua penulisan skripsi penulis sekaligus sebagai pembimbing akademik penulis untuk setiap bimbingan, nasihat, motivasi dan kesabaran yang luar biasa sehingga skripsi penulis dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M. Si yang telah memberikan materi penelitian penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Kukuh Budi Satoto M. S., Dr. Jakaria S. Pt. M. Si dan M. Sriduresta S. Pt M. Sc selaku dosen penguji pada ujian sidang skripsi penulis untuk setiap saran dan masukan dalam perbaikan skripsi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan Ester Saragih yang selalu menemani, membantu dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik dan cepat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Christian, Gunawan, Bolas, Exas, dan Chastro sebagai sahabat dan keluarga di kontrakan Lappet untuk setiap keceriaan, kebersamaan, perpisahan, percekcokan, suka dan duka yang memberikan warna dan pengalaman yang luar biasa dalam hidup penulis selama kuliah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat penulis Komisi Kesenian 45, Astra, Ruth, Handrio, Kiki, Zega, Ria, Andreas, Riko, Tiur, Christin, Cheant dan Kelompok Pra Alumni 45 Tini, Gio, Puyun, Leo, Nita, Tunggul, Lenny, Nael, Lia, Helen, Suarno, Sartika, Tantri, Vonika, Regina, Dora. Penulis mengucapkan terima kasih kepada partner asistensi penulis Irma dan adik-adik di asistensi Jer’ibai. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Keluarga Besar Komisi Kesenian, Asistensi Agama Kristen, Keluarga Besar Gamasintan dan teman-teman IPTP 45.

(49)

42

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Peternakan, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Blakely, J. & D. Bade. 1991. Ilmu Peternakan (terjemahan). Edisi ke-4. Gadjah Mada

University Press,Yogyakarta.

Bongianni, M. 1995. Simon & Schuster’s Guide to Horses and Ponies of the World. Simon and Schuster’s Inc. New York.

Bowling, A. T & A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. 1st Ed. CAB International. Wallingford, UK.

Champbell, B. & E. Lack. 1985. A Dictionary of Bird. Buteo Books, Washington. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Utara. 2011. Topografi Sulawesi Utara.

http:/www.sulawesiutara.go.id/. Disunting terakhir pada 2011. [3 Mei 2012]. Dinas Kehutanan Sulawesi Utara. 2012. Temperatur Sulawesi Utara. Disunting

terakhir pada 2012. [3 Mei 2012].

Dinas Pemerintahan Kota Manado. 2008. Profil kota Manado. http:/www.manadokota.go.id/. Disunting terakhir pada 2012. Disunting terakhir pada 2008. [28 Maret 2012].

Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa. 2008. Geografi dan topografi kabupaten Minahasa. http:/www.minahasakab.go.id/. Disunting terakhir pada 2012. [28 Maret 2012].

Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa Selatan. 2005. Geografi dan topografi kabupaten Minahasa Selatan. http:/www.minselkab.go.id/. Disunting terakhir pada 2012. [28 Maret 2012].

Dinas Pemerintahan Kota Tomohon. 2009. Geografi dan topografi kota Tomohon. http:/www.tomohonkota.go.id/. Disunting terakhir pada 2012. [28 Maret 2012].

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Propinsi Sulawesi Utara. 2007. Geografi dan topografi propinsi Sulawesi Utara. Terakhir disunting pada 13 Maret 2011. http:/sulutprov.go.id/. Disunting terakhir pada 2012. [28 Maret 2012].

Doho, R. S. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kuantitatif dan kualitatif pada domba ekor gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dyce, K. M., W. O. Sack, & C. J. G. Wensing. 2002. Text Book Of Veterinary Anatomy. Saunders Publishing, Pennsylvania.

Edwards, E. H. 1994. The Encyclopedia of The Horse. CABI Publishing, London. Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Agriculture Series. 5th ed. Printers and

Publishers Inc., Danville, Illinois.

(50)

43 Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver & C. V. D. Weathuizen. 2002. Relationshop

between production performance, visual appraisal and body measurements or young Dorper Rams. South African J. of Anim. Sci 32 : 256-262.

Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Jilid 2. Tarsito, Bandung.

Google Maps. 2012. Peta Sulawesi Utara, pulau Sulawesi. [28 Maret 2012]. Hamer, D. 1993. Understanding Fitness and Training. Ward Lock Book, London. Harahap, F. H. 2011. Studi morfometrik ukuran tubuh kuda delman lokal di

Sulawesi Utara. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Hardjono, G. D. 2004a. Data spasial lahan kritis kota manado propinsi sulawesi utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahankritis/kot a manado/Bab_II.pdf. Disunting terakhir pada 2004. [28 Maret 2012].

Hardjono, G. D. 2004b. Data spasial lahan kritis kabupaten minahasa propinsi sulawesi utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahan kritis/minahasa/Bab_II.pdf. Disunting terakhir pada 2004. [28 Maret 2012]. Hardjono, G. D. 2004c. Data spasial lahan kritis kabupaten minahasa selatan provinsi

sulawesi utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahan kritis/minahasaselatan/Bab_II.pdf. Disunting terakhir pada 2004 [28 Maret

2012].

Hardjono, G. D. 2004d. Data spasial lahan kritis kota tomohon propinsi sulawesi utara.http://www.dephut.go.id/halaman/PDF/INFPROP/sulut/lahankritis/kota tomohon/Bab_II.pdf. Disunting terakhir pada 2004.[28 Maret 2012].

Hill, E. W., D. G. Bradley, M. Al-Barody, O. Ertugul, R. L. Splan, I. Zakharov & E. P. Cunningam. 2002. History and integrity of thoroughbred dam lines revealed in the equine mtDNA variation. J. Anim. Genet. 33 : 287-294. Hintz R. L. 1980. Genetics of performance in the horse. J. Anim. Sci. 51: 582-594. Ishii T, T. Oda, K. Fukuda, & N. Fukaya. 1996. Three dimension measuring

apparatus for body form of farm animal. Proceeding : The AAAP Animal Science Congree. Volume 2. Jpn Soc Zootec Sci :544-545.

Karacaoren B & Kadarmideen H. N. 2008. Principal component and clustering analysis of functional traits in Swiss dairy cattle. Turk J. Vet. Anim. Sci.32: 163-171.

Kidd, J. 1995. Horses of The World. Ward Lock Publishing, London.

Gambar

Tabel 2. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh
Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku, dan Koefisien Keragaman Morfometrik Tubuh  Kuda Delman Betina Manado, Minahasa, Minahasa Selatan dan Tomohon
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Olahan T2 – Hotelling Ukuran Ukuran Tubuh Kuda
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji statistik T2- Hotelling Variabel- Variabel Linear
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat apa yang terjadi ketika melakukan BK di kelas/sekolah?.

Dengan menggunakan 3 anak dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda sebagai informan yang berada di Banyuwangi, fokus perhatian dalam analisis ini adalah praktik

Siswa menemukan masalah dari hasil pengamatan lagu tersebut berupa perbedaan bahasa antara satu daerah dengan daerah lain.. Siswa melakukan kegiatan unatuk menyusun pernyataan

2.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari tawakkal, ikhtiyar, sabar, syukur dan qana’ah dalam fenomena kehidupan. 2

Dari berat badan dan konversi pakan yang dihasilkan, pemberian complete feed berbasis pod kakao, baik non fermentasi maupun fermentasi dapat memenuhi kebutuhan hidup

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis

Sesuai hasil penelitian, pada indikator ini terdata sejumlah 50% subjek dari unsur siswa memilih skala 3 yang menyatakan bahwa ilustrasi yang disajikan pada Buku Sekolah

Bagi yang akan melanjutkan penelitian tentang terhadap pembentukan perilaku sosial. siswa, disarankan melakukan penelilitian lebih spesifik