PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN
PUCUK KOLESOM (
Talinum triangulare
(Jacq.) Willd)
DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN
INTERVAL PANEN
HILDA SUSANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dengan Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval Panen adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Januari 2012
ABSTRACT
HILDA SUSANTI. Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) with Nitrogen+Potassium Application and Harvest Interval. Under direction of SANDRA ARIFIN AZIZ, MAYA MELATI, and SLAMET SUSANTO.
The research was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from November 2009 until December 2010 to increase waterleaf shoot protein and anthocyanin production with nitrogen+potassium application and harvest interval. The research consisted of 4 experiments. The first experiment was conducted from November 2009 until Februari 2010 to study the effect of different levels of nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot protein and anthocyanin production. The result showed that combination of 100 kg urea/ha + 100 kg KCl/ha and 15 days harvest interval gave the highest protein production (4.72 g/plant). The highest anthocyanin production was resulted by treatments of 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/plant) and 10 days harvest interval (165.27µmol/plant), but it was not influenced by interaction between level of N+K fertilizer and harvest interval. The second experiment was conducted from April until July 2010 to study the effect of different harvest intervals and splitting application of nitrogen+potassium on waterleaf shoot protein and anthocyanin production. The result showed that combination of 15 days harvest interval and three times fertilization with total dosages of 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha produced the highest protein production (13.90 g/plant) and anthocyanin (250.61 µmol/plant) of marketable shoots. The third experiment was conducted from April until July 2010 to study the effect of foliar application of nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot. The result showed that 4 times of foliar application and 100 kg urea + 100 kg KCl/ha of basal fertilizer produced the highest shoot protein (5.69 g/plant) and anthocyanin production (109.44 µmol/plant) on the waterleaf which harvested every 15 days interval. The fourth experiment was conducted from October until December 2010 to study the effect of soil and foliar applications of nitrogen+potassium fertilizer on waterleaf shoot protein and anthocyanin production. The result showed that the highest protein and anthocyanin production of waterleaf shoot for 75 days were produced by 100% soil application of N+K; protein production was 16.98 g/plant while anthocyanin production was 170.27µmol/plant. From those 4 experiments, it can be concluded that to obtain the highest protein and anthocyanin production, waterleaf must be harvested every 15 days from 30 until 75 days after planting. Furthermore, waterleaf must be fertilized in three steps with 100 kg urea + 100 kg KCl/ha at planting, 25 kg urea + 25 kg KCl/ha at 30 and 60 days after planting. The correlation between protein or anthocyanin content with the growth and other physiologis components were not consistent.
Keywords : leafy vegetable, protein, anthocyanin, fertilizer, harvest.
RINGKASAN
HILDA SUSANTI. Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval Panen. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ, MAYA MELATI, dan SLAMET SUSANTO.
Kolesom merupakan sayuran bergizi berkhasiat obat karena mengandung protein dan antosianin pada pucuknya. Peningkatan kualitas pucuk kolesom melalui teknik budidaya pertanian harus dilakukan sebagai langkah untuk menyusun panduan praktek budidaya yang baik (Good Agriculture Practices/GAP) sayuran kolesom yang dapat diterapkan oleh masyarakat luas. Penelitian untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom dengan pemupukan nitrogen+kalium dan interval panen telah dilakukan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Bogor.
Percobaan pertama untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk nitrogen+kalium dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai Februari 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Dua faktor tersebut adalah dosis pupuk N+K (50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 50 kg urea + 100 kg KCl/ha, 100 kg urea + 50 kg KCl/ha, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha) dan interval panen (30, 15, dan 10 hari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari memberikan produksi protein pucuk kolesom tertinggi yaitu sebesar 4.72 g/tanaman. Produksi antosianin pucuk kolesom tertinggi dihasilkan oleh masing-masing perlakuan 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha (152.23 µmol/tanaman) atau interval panen 10 hari (165.27 µmol/tanaman), namun tidak dipengaruhi oleh interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Terdapat korelasi positif antara kandungan protein dengan klorofil; kandungan antosianin dengan gula; kandungan antosianin dengan semua komponen pertumbuhan, kecuali bobot kering daun.
Percobaan ke dua untuk mempelajari pengaruh berbagai pemupukan N+K secara bertahap dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Dua faktor tersebut adalah interval panen (15 dan 30 hari) dan pemupukan N+K bertahap yang meliputi frekuensi dengan total dosis N+K yang berbeda (1 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 3 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 5 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 3 kali dengan 150 kg urea + 150 kg KCl/ha, 5 kali dengan 150 kg urea + 150 kg KCl/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan interval panen 15 hari dengan pemupukan bertahap pada frekuensi 3 kali dengan total dosis 150 kg urea+ 150 kg KCl/ha menghasilkan produksi protein (13.90 g/tanaman) dan antosianin (250.61 µmol/tanaman) tertinggi dalam pucuk kolesom layak jual. Kandungan protein berkorelasi positif dengan klorofil.
pucuk kolesom telah dilaksanakan pada bulan april sampai juli 2010. Penelitian pot menggunakan rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah interval panen yaitu 15 dan 30 hari. Faktor ke dua adalah aplikasi pupuk daun N+K yang meliputi frekuensi penyemprotan pupuk daun dengan dosis pupuk dasar N+K yang berbeda yaitu 0 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 2 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 4 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 2 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 4 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Konsentrasi pupuk daun yang digunakan adalah 0.2% urea + 0.1% KCl. Penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dan pemberian pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen 15 hari sekali menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi yaitu masing-masing sebesar 5.69 g/tanaman dan 109.44 µmol/tanaman. Kandungan protein berkorelasi positif dengan klorofil dan gula.
Percobaan ke empat dilakukan untuk mempelajari pengaruh berbagai aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui tanah dan daun terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom pada bulan Oktober sampai Desember 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 3 ulangan dan 4 perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dengan atau tanpa aplikasi pupuk melalui daun. Perlakuan tersebut adalah aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui tanah (150 kg urea + 150 kg KCl); aplikasi 100, 75, dan 50% dosis pupuk N+K melalui tanah dengan penambahan aplikasi pupuk daun 0.2% urea dan 0.1% KCl. Pemupukan melalui tanah dilakukan pada 0, 30, dan 60 HST, sedangkan aplikasi pupuk daun dilakukan pada 15, 30, 45, dan 60 HST. Hasil percobaan menunjukkan bahwa produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi selama 75 HST dihasilkan oleh kolesom yang mendapatkan perlakuan aplikasi 100% dosis pupuk N+K melalui tanah, yaitu berturut-turut sebesar 16.98 g/tanaman dan 170.27 µmol/tanaman. Kandungan protein dan antosianin tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan dan fisiologis lainnya.
Berdasarkan hasil 4 percobaan maka dapat disimpulkan bahwa usaha peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom selama periode tanam 75 hari yang dapat dijadikan informasi awal dalam penyusunan panduan Good Agriculture Practices (GAP) sayuran kolesom adalah melalui pemanenan pucuk setiap 15 hari sekali, penggunaan 5 ton pupuk kandang ayam/ha dan 50 kg SP-18/ha sebagai pupuk dasar, serta pemupukan urea + KCl yang dilakukan dalam 3 tahapan yaitu 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha pada saat tanam, 25 kg urea + 25 kg KCl/ha pada 30 dan 60 HST. Kandungan protein mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan umur tanaman pada masa vegetatif dan akan mengalami penurunan pada masa reproduktif. Kandungan antosianin akan menurun sejalan dengan pertambahan umur tanaman dan akan mengalami peningkatan kembali pada saat kolesom mengalami stres abiotik akibat pemanenan yang intensif. Kandungan protein secara konsisten tidak berkorelasi dengan biomassa tanaman dan kandungan antosianin, sedangkan kandungan antosianin secara konsisten tidak berkorelasi dengan kandungan klorofil. Korelasi antara kandungan protein dengan klorofil dan gula, maupun kandungan antosianin dengan biomassa tanaman dan gula bervariasi antar percobaan.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN
PUCUK KOLESOM (
Talinum triangulare
(Jacq.) Willd)
DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN+KALIUM DAN
INTERVAL PANEN
HILDA SUSANTI
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Mayor Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M. Si Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M. Si
Judul Disertasi : Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dengan Pemupukan
Nitrogen+Kalium dan Interval Panen Nama : Hilda Susanti
NIM : A262080011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. Ketua
Dr. Ir. Maya Melati, M.S., M.Sc. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr Anggota Anggota
Mengetahui
Ketua Mayor Agronomi dan Hortikultura Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian adalah budidaya sayuran berkhasiat obat, dengan judul Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Wild) dengan Pemupukan Nitrogen+Kalium dan Interval Panen.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S; Dr. Ir. Maya Melati, M.S, M.Sc; dan Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan berupa pengalaman, saran, dan kritik, serta membukakan cakrawala pemikiran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Pendidikan Nasional atas beasiswa selama penulis menjalankan pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana di IPB, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan atas bantuan sebagian dana penelitian, serta kepada ayah, ibu, suami dan seluruh keluarga atas segala dukungannya.
Sebuah artikel berjudul Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoots (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) at Different Levels of Nitrogen+Potassium and Harvest Intervals yang merupakan bagian dari disertasi diterbitkan pada Jurnal Agronomi Indonesia, Agustus 2011, volume 39, nomor 2, halaman 119-123.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pelaihari pada tanggal 31 Januari 1980 dari ayah Syakhril Syukur, B.Sc dan ibu Tuti Hariyati. Penulis merupakan putri ke dua dari tiga bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan dr. R.M.N. Haryono Novianto dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Agung Haryo Susanto.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan lulus pada tahun 2002. Penulis diterima di Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2006. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Mayor Agronomi dan Hortikultura Sekolah Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2008 dengan beasiswa dari Departemen Pendidikan Nasional RI.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………. iv
DAFTAR GAMBAR ……….. v
DAFTAR LAMPIRAN ……… vi
PENDAHULUAN ……… 1
Latar Belakang ………. 1
Rumusan Masalah ……… 3
Tujuan Penelitian ………. 4
Hipotesis ………. 4
Ruang Lingkup Penelitian ………. 5
TINJAUAN PUSTAKA ………. 7
Kolesom ………. 7
Antosianin ……… 8
Protein ………. 10
Pemupukan ……….. 12
Nitrogen ………. 12
Kalium ……… 14
Pupuk Daun ……… 15
Pemanenan ………. 15
KEADAAN UMUM PENELITIAN ………. 17
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN+KALIUM DAN INTERVAL PANEN ………. 21
Abstrak ……… 21
Pendahuluan ……… 22
Bahan dan Metode ……… 23
Waktu dan Tempat ………. 23
Bahan dan Alat ……… 22
Metode Penelitian ……… 24
Pelaksanaan Percobaan ………. 25
Pengamatan ………. 26
Hasil dan Pembahasan ……….. 27
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ……… 27
Komponen Fisiologis Tanaman ……….. 27
Komponen Pertumbuhan Tanaman ……… 39
Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis ……….. 44
Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom ……… 45
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP
NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN ………. 47
Abstrak ……… 47
Pendahuluan ……… 48
Bahan dan Metode ……… 49
Waktu dan Tempat ……… 49
Bahan dan Alat ……… 49
Metode Penelitian ………. 49
Pelaksanaan Percobaan ………. 51
Pengamatan ……… 52
Hasil dan Pembahasan ………. 52
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ………. 52
Komponen Fisiologis Tanaman ………. 53
Komponen Pertumbuhan Tanaman ……… 64
Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis ………..……… 69
Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom ………… 70
Kesimpulan ……… 70
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN ………. 71
Abstrak ………. 71
Pendahuluan ………. 72
Bahan dan Metode ……… 73
Waktu dan Tempat ………. 73
Bahan dan Alat ……… 73
Metode Penelitian ………. 73
Pelaksanaan Percobaan ……… 74
Pengamatan ……… 75
Hasil dan Pembahasan ………. 76
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ………. 76
Komponen Fisiologis Tanaman ………. 77
Komponen Pertumbuhan Tanaman ………. 86
Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis ………..………. 92
Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom……….. 93
Kesimpulan ……… 94
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN ……. 95
Abstrak ……… 95
Pendahuluan ………. 96
Waktu dan Tempat ………. 97
Bahan dan Alat ……… 97
Metode Penelitian ……… 97
Pelaksanaan Percobaan ……… 98
Pengamatan ……… 99
Hasil dan Pembahasan ……… 100
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ……… 100
Komponen Fisiologis Tanaman ………. 101
Komponen Pertumbuhan Tanaman ….……… 107
Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis ………..………. 110
Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom ………. 110
Kesimpulan ……… 111
PEMBAHASAN UMUM ………. 113
KESIMPULAN ……… 129
DAFTAR PUSTAKA ………. 131
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Profil asam amino dari daun kolesom dan rekomendasi FAO/WHO ... 11
2 Data iklim penelitian pada bulan Nopember 2009-Desember 2010 ... 17
3 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang berbeda selama 80 HST ... 24
4 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman ... 27
5 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST ... 30
6 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan dosis pupuk N+K umur 80 HST ... 31
7 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST ... 34
8 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dan interval panen pada umur 20, 50 dan 80 HST ... 36
9 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 20, 50 dan 80 HST ... 38
10 Bobot basah pucuk kolesom pada berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K umur 20, 50, dan 80 HST ... 41
11 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 50 dan 80 HST serta total selama 80 hari ... 42
12 Bobot basah dan kering daun, batang, dan umbi kolesom pada berbagai interval panen dan dosis pupuk N+K pada umur 80 HST ... 43
13 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai perlakuan dosis pupuk N+K dan interval panen pada umur 80 HST ... 44
15 Produksi protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan dosis pupuk N+K ... 45
16 Jadwal pemanenan pucuk kolesom pada perlakuan interval panen yang berbeda selama 90 hari ... 50
17 Pemupukan bertahap nitrogen dan kalium berdasarkan waktu dan total dosis ... 50
18 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman (percobaan II) ... 53
19 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K dan interval panen pada umur 30, 60, dan 90 HST ... 55
20 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan tahapan pemupukan N+K pada umur 90 HST ... 56
21 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 58
22 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 60
23 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 90 HST ... 61
24 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 63
25 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 65
26 Bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama 90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K ... 66
27 Bobot basah dan kering kolesom umur 90 HST pada berbagai interval panen dan pemupukan bertahap N+K ... 68
28 Bobot basah dan kering umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K ... 69
30 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual selama 90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan pemupukan bertahap N+K ... 70
31 Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl ... 74
32 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman (percobaan III) ... 76
33 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 79
34 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 81
35 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 84
36 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 86
37 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST ... 84
38 Bobot basah pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama 90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 89
39 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 90
40 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 91
41 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 92
42 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K ... 93
44 Berbagai perlakuan aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ... 98
45 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan kolesom (percobaan IV) ... 100
46 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N + K melalui tanah dan daun selama 90 hari ... 102
47 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ... 103
48 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ... 105
49 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ... 107
50 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun selama 90 hari ... 108
51 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari dengan berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ... 109
52 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom pada umur 90 hari dengan berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun .. ... 110
53 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K melalui tanah dan daun ... 110
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan kegiatan penelitian …….……… 6
2 Foto tanaman kolesom …….……… 7
3 Struktur umum antosianin ……… 9
4 Jalur biosintesis antosianin ………. 10
5 (a) Kerusakan yang ditimbulkan oleh secondary pathogen; (b) kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang ……… 19
6 (a) Kuncup daun gejala penyakit busuk batang dan akar; (b) kolesom yang terserang penyakit busuk batang ……… 19
7 Daun yang terserang penyakit bercak merah …….………. 20
8 (a) Pigmen antosianin yang terdapat pada batang; (b) pigmen antosianin yang terdapat pada daun kolesom ……..……… 20
9 Setek kolesom berukuran panjang 10 cm ……… 23
10 Pucuk kolesom berukuran panjang 10 cm ……… 26
11a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 30 hari ………….……… 28
11b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 15 hari ……… 28
11c Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 10 hari ……..….………. 28
12a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 30 hari ………..………. 32
12b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 15 hari ………..………. 33
12c Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 10 hari …….….………. 33
13a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan 80
HST ………..…… 34
13b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan 80
13c Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan 80
HST ……….…… 35
14a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 30 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST ….. 37
14b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 15 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST … 37
14c Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 10 hari pada umur 20, 50, dan 80 HST …. 38
15a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 30 hari …….………. 39
15b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 15 hari ….……… 40
15c Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai dosis pupuk N+K dengan interval panen 10 hari ….……… 40
16a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari ……… 54
16b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 30 hari ……… 54
17a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari …….………. 57
17b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 30 hari …….………. 57
18a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari ……….…. 59
19a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari …. 62
19b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 30 hari … 62
20a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari … 64
20b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai pemupukan bertahap N+K (frekuensi, total dosis) dengan interval panen 15 hari …. 65
21a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 15 hari ………..……… 77
21b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 30 hari ………..……… 78
22a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 15 hari ……… 80
22b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 30 hari ……….. 81
23a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 15 hari ……….. 83
23b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 30 hari ………. 83
24a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 15 hari ………. 85
24b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 30 hari ……….. 85
25b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, total dosis) dengan interval panen 15 hari ………. 87
26 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi
pupuk N+K melalui tanah dan daun ………….……… 101
27 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ………. 103
28 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ………..……… 104
29 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ……… 106
30 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk N+K melalui tanah dan daun ………….……… 108
31 εekanisme antosianin sebagai modulator sinyal stres ………... 121
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil analisis sifat kimia tanah ... 147
2 Metode Lowry untuk analisis protein ... 148
3 Metode analisis antosianin dan klorofil ... 150
PENDAHULUAN
Latar BelakangKolesom merupakan salah satu tumbuhan gulma yang berkhasiat obat.
Tumbuhan ini asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke Jawa
melalui Suriname (Heyne 1987). Kolesom aman dikonsumsi berdasarkan uji
toksisitas akut (Nugroho 2000). Bagian tanaman yang dapat dikonsumsi adalah
umbi dan daun. Umbi tanaman ini cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia
sebagai obat kuat dalam campuran minuman dan telah lama digunakan nenek
moyang kita sebagai pengganti ginseng (Panax ginseng) karena ada kesamaan
morfologi akar, sedangkan daun kolesom dapat dikonsumsi segar sebagai sayur
lalapan (Hargono 1995; Hernani et al. 2002).
Daun kolesom memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat karena
memiliki nilai gizi dan antioksidan yang tinggi. Kandungan gizi yang terkandung
dalam 100 g bahan kering adalah 4.6 g protein, 1.0 g serat, 4.4 g karbohidrat, 280
mg asam askorbat, 2.44 mg Ca, 6.10 mg K, 2.22 mg Mg, 0.28 mg Na, dan 0.43
mg Fe (Mensah et al. 2008).
Salah satu gizi penting yang terdapat pada daun kolesom adalah protein.
Kolesom mengandung 18 macam asam amino. Kandungan asam amino tertinggi
yang terkandung di dalamnya adalah asam glutamat (586.3 g/kg) dan leusin
(563.8 g/kg). Berdasarkan kandungan tersebut maka kolesom menjadi salah satu
dari 3 sayuran terpilih di Afrika selain Amaranthus cruentus dan Telferia occidentalis yang direkomendasikan sebagai sayuran murah sumber protein karena kemampuannya dalam mensintesis asam amino (Fasuyi 2007).
Penelitian Susanti et al. (2008) menunjukkan bahwa daun kolesom mengandung bahan bioaktif flavonoid, steroid, dan alkaloid. Hasil penelitian
Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa salah satu senyawa flavonoid yang telah terdeteksi adalah antosianin. Menurut Castañeda-Ovando et al. (2009), antosianin merupakan pigmen penting pada jaringan tanaman yang menentukan
warna jingga, merah tua, merah muda, violet dan biru. Peranannya terhadap
kesehatan manusia adalah sebagai antioksidan alami. Studi epidemiologi
tubuh dari kerusakan oksidatif dengan menghambat radikal bebas dan oksigen
reaktif.
Usaha peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom diduga
dapat dilakukan dengan pemupukan. Penelitian kolesom dengan menggunakan
pupuk kandang ayam yang dilakukan oleh Susanti et al. (2008) mendapatkan bahwa dosis pupuk kandang ayam 5 ton/ha dapat direkomendasikan sebagai
pupuk dasar dalam budidaya kolesom. Penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa produksi antosianin kolesom juga dipengaruhi oleh
pemupukan anorganik dan unsur yang menjadi faktor pembatas pada produksi
antosianin kolesom adalah kalium, namun dosis pupuk kalium yang memberikan
produksi antosianin kolesom yang optimal belum diketahui. Mengingat kolesom
yang dikonsumsi diharapkan mengandung protein yang tinggi maka pemupukan
nitrogen diperlukan. Kombinasi antara pemupukan kalium dan nitrogen perlu
diketahui untuk mendapatkan daun kolesom yang mengandung protein dan
antosianin yang tinggi.
Pucuk kolesom dapat dipanen berkali-kali (Sugiarto 2006), namun umur
produksi pucuk kolesom hanya berkisar 2 bulan kemudian menurun (Fontem &
Schipper 2004). Pemanenan pucuk kolesom diduga mengakibatkan tanaman
memerlukan hara tambahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
rejuvenasi, pertumbuhan, dan produksi. Oleh karena itu perlu dipelajari teknik
pemupukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar dapat diperpanjang
umur produksinya. Salah satu usaha yang mungkin dapat dilakukan adalah
pemberian pupuk N dan K melalui tanah dan daun secara bertahap.
Penelitian mengenai pemberian pupuk N secara bertahap telah dilakukan
pada tanaman lain. Pemberian pupuk N secara bertahap berdasarkan frekuensi
dan dosis yang diberikan dapat meningkatkan kualitas dan kandungan protein
gandum (Garrido-Lestache et al. 2004; Delin et al. 2005; Fuertes-Mendizabal et
al. 2010). Pemberian pupuk N dan K melalui tanah secara bertahap berdasarkan waktu dan dosis yang diberikan untuk memperpanjang umur produksi,
meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom belum dilakukan.
Pemberian pupuk N dengan konsentrasi 2% urea melalui daun dapat
tanaman blackgram (Sritharan et al. 2005). Pemberian pupuk K melalui daun dapat meningkatkan klorofil, hara mineral, serta kualitas buah tomat (Chapagain
& Wiesman 2004). Aplikasi kombinasi pupuk N dan K melalui daun yang
dilakukan oleh Marman (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun
dengan konsentrasi 0.2% urea dan 0.1% KCl dapat meningkatkan produksi dan
kandungan klorofil pucuk kolesom.
Teknik pemanenan seperti cara panen, waktu panen pertama dan interval
panen memainkan peranan penting untuk mendapatkan produksi maksimum dari
pucuk tanaman yang dipangkas (Patterson et al. 1998). Pemanenan dengan cara
pemangkasan pucuk pada tanaman Arabidopsis thaliana dapat meningkatkan kandungan antosianin (Li & Strid 2005). Interval panen diduga juga
mempengaruhi produksi dan kandungan protein daun. Kandungan protein pada
Napier grass dan Cratylia argentea mengalami penurunan ketika interval panen diperpanjang (Manyawu et al. 2003; Sanchez et al. 2007). Penelitian mengenai interval panen daun kolesom terhadap produksi protein dan antosianin belum
dilakukan.
Peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom sebagai
sayuran berkhasiat obat sangat penting dilakukan sebagai langkah untuk
menyusun pedoman praktek budidaya yang baik (Good Agriculture Practice/
GAP) sayuran kolesom. Sejauh ini belum ada pedoman praktek budidaya yang
baik untuk tanaman kolesom yang relevan dengan kondisi Indonesia (Indo-GAP).
Rumusan Masalah
Kolesom merupakan sayuran bergizi berkhasiat obat karena mengandung
protein dan antosianin. Pemanenan pucuk dapat dilakukan berkali-kali tetapi
dengan masa produksi yang terbatas, oleh karena itu diperlukan usaha untuk
memperpanjang masa produksi, meningkatkan produksi protein dan antosianin
dari pucuk kolesom yang dipanen.
Unsur N dan K merupakan unsur yang paling dominan terlibat dalam
proses metabolisme primer dan sekunder tanaman. Pemberian kedua unsur ini
dalam bentuk kombinasi pupuk diharapkan dapat meningkatkan produksi protein
informasi mengenai teknik pemupukan yang meliputi penentuan dosis pupuk,
metode dan waktu aplikasi yang tepat terhadap produksi protein dan antosianin
pucuk kolesom. Pemberian pupuk N dan K melalui daun sebagai pelengkap dari
pupuk yang diberikan melalui tanah diharapkan dapat membantu untuk
meningkatkan produksi protein dan antosianin kolesom karena pemberian pupuk
daun menawarkan metode pemberian hara kepada tanaman yang lebih cepat
daripada aplikasi melalui tanah.
Interval panen merupakan bagian dari teknik pemanenan yang juga perlu
diperhatikan untuk menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom.
Interval panen yang tepat diperlukan untuk memberikan waktu yang cukup untuk
meningkatkan rejuvenasi dan proses penyembuhan luka jaringan yang cepat pasca
pemanenan agar tidak menurunkan produksi dan menyebabkan kematian
tanaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk :
1. Mempelajari respon produksi protein dan antosianin pucuk kolesom
terhadap aplikasi pupuk nitrogen + kalium melalui tanah dan daun serta
kombinasi keduanya pada berbagai interval panen.
2. Mempelajari keterkaitan antara pertumbuhan tanaman kolesom dengan
perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk.
3. Mempelajari keterkaitan antar komponen fisiologis tanaman kolesom
dengan perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk.
4. Memberikan informasi awal untuk penyusunan GAP sayuran kolesom.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan dosis pupuk nitrogen+kalium yang diberikan melalui tanah
dan daun serta kombinasi keduanya pada interval panen tertentu dapat
meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom.
2. Perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk terkait dengan
3. Perubahan kandungan protein dan antosianin pucuk terkait dengan
perubahan komponen fisiologis lain pada tanaman kolesom.
Ruang Lingkup Penelitian
Berbagai percobaan yang saling terkait diperlukan untuk menjawab tujuan
dan menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan. Oleh karena itu, penelitian
ini dibagi menjadi 4 percobaan yang saling terkait, yaitu (1) penentuan dosis
pupuk nitrogen + kalium dan interval panen; (2) pemupukan nitrogen + kalium
secara bertahap berdasarkan frekuensi dan dosis pupuk dasar pada interval panen
tertentu; (3) aplikasi pupuk nitrogen + kalium melalui daun dengan berbagai
frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar pada interval panen tertentu; (4)
aplikasi pemupukan nitrogen + kalium melalui tanah dan daun. Gambar 1
memperlihatkan rangkaian percobaan tersebut yang tertuang dalam bagan alir
[image:38.595.47.504.69.792.2]
Gambar 1 Bagan alir penelitian Percobaan IV
Aplikasi kombinasi pemupukan N+K melalui tanah dan daun
Percobaan I
Penentuan dosis pupuk N+K dan interval panen
Output :
Dosis pupuk N+K standar dan interval panen terbaik
Output :
Frekuensi pemberian pupuk N+K melalui tanah dengan dosis pupuk dasar tertentu dan interval
panen terbaik Percobaan II
Pemupukan N+K secara bertahap berdasarkan frekuensi dan dosis pupuk dasar pada interval
panen tertentu
Percobaan III
Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis
pupuk dasar pada interval panen tertentu
Output :
Frekuensi penyemprotan pupuk N+K melalui daun dengan dosis pupuk dasar tertentu dan
interval panen terbaik Percobaan pendahuluan : Penentuan dosis konsentrasi pupuk
N+K melalui daun
Output :
Dosis konsentrasi terbaik pupuk N+K melalui daun
Output :
Metode aplikasi pemupukan N+K terbaik
1. Peningkatan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom
TINJAUAN PUSTAKA
KolesomKolesom merupakan tanaman sukulen yang memiliki lintasan
metabolisme C3 dan inducible CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et al. 2003). Tumbuhan ini asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diimpor ke Jawa melalui Suriname (Heyne 1987). Tanaman ini diklasifikasikan ke dalam
divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Caryophyllales, suku Portulacaceae, marga Talinum. Sinonim tanaman ini secara botani adalah Talinum racemosum Rohrbach (Hutapea 1994).
Gambar 2 Foto tanaman kolesom
Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang
tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan
batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni & Hadipoentyanti
1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, hijau muda, tebal berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi, daunnya
memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitik (epidermis atas dan bawah),
parenkim daun (jaringan sponsa) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk
roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunganya berwarna
merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga adalah segitiga dan bentuk
rangkaian bunganya adalah tandan (racemus). Bunga mekar pada pagi hari.
Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan berisikan
biji hitam mengkilat. Biji dari kolesom berbentuk lonjong pipih dan berdiameter
± 1 mm. Akarnya menebal (membengkak) menyerupai akar ginseng (Panax
tanaman tersebut sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri
morfologinya yaitu filotaksis, tipe infloresensi, bentuk buah, warna, dan waktu
bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis berhadapan, tipe infloresensi malai
(panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsula (bulat
dan berwarna merah-coklat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa & Prajogo
1999).
Kolesom aman dikonsumsi berdasarkan uji toksisitas akut (Nugroho
2000). Umbi akarnya dimanfaatkan untuk mengobati neurasthenia (kelelahan
tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah sembuh dari penyakit kronik
(Hargono 2005), dan obat lemah syahwat (Hutapea 1994). Penelitian Susanti et
al. (2008) menunjukkan bahwa akar kolesom mengandung alkaloid, steroid, saponin, dan tanin.
Daun tanaman kolesom memiliki potensi sebagai sayuran berkhasiat obat
karena memiliki nutrisi dan antioksidan yang penting. Kandungan gizi dan
mineral dalam 100 g bahan kering daun kolesom adalah 4.4 g karbohidrat, 4.6 g
protein, 1.0 g serat, dan 280 mg asam askorbat; sedangkan kandungan mineralnya
adalah 2.44 mg kalsium (Ca), 6.10 mg kalium (K), 2.22 mg magnesium (Mg),
0.28 mg natrium (Na), dan 0.43 mg besi (Fe) (Mensah et al. 2008). Penduduk
Kalimantan Selatan menggunakan daun kolesom sebagai campuran bedak wajah
(Susanti et al. 2008). Mualim et al. (2009) menyatakan bahwa daun kolesom mengandung antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Ofusori et al.
(2008) menyatakan bahwa kandungan antioksidan dari ekstrak daun kolesom
dapat memberikan pengaruh baik terhadap persyarafan otak dan meningkatkan
kemampuan kognitif pada tikus albino Swiss. Hasil penelitian Odukoya et al. (2007) menunjukkan bahwa nilai aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kolesom
adalah 19.76% dengan kandungan fenol total dan asam askorbat masing-masing
sebesar 21.83 dan 116.35 mg/ 100 g bobot kering.
Antosianin
Antosianin (dari bahasa Yunani, anthos artinya bunga dan kyanos artinya biru) merupakan pigmen penting dalam tanaman yang menentukan warna jingga,
senyawa fenolik yang dapat larut dalam air dan termasuk dalam kelompok
flavonoid. Umumnya antosianin banyak terdapat pada jaringan epidermis, tetapi
juga terdapat pada jaringan palisade dan spon mesofil daun, kulit buah, dan umbi
(Oren-Shamir 2009).
Struktur dasar dari antosianin adalah antosianidin. Antosianidin atau
aglikon terdiri dari cincin aromatik (A) yang berikatan dengan cincin heterosiklik
(C) yang berisikan oksigen dan diikat oleh ikatan karbon-karbon pada cincin
aromatik ketiga (B). Ketika antosianidin dijumpai dalam bentuk glikosida, maka
disebut antosianin. Antosianin sangat tidak stabil dan peka terhadap kerusakan.
Stabilitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, suhu, struktur kimia,
cahaya, pelarut, enzim, flavonoid, protein, dan ion metal (Castañeda-Ovando et al.
2009).
Gambar 3 Struktur umum antosianin (Castañeda-Ovando et al. 2009)
Antosianin disintesis dalam jalur biosintesis shikimat dan menggunakan
fenilalanin sebagai prekursornya (Gambar 4). Enzim-enzim yang bekerja adalah
PAL (phenylalanineammonialyase), CHS (chalcone synthase), CHI (chalcone
isomerase), F3H (flavonone 3-hydroxylase), F3‘H (flavonoid 30-hydroxylase),
DFR ( dihydroflavonol reductase), LDOX ( anthocyanidin synthase), GST
(glutathione-S-transferase) (Guo et al.2001).
Antosianin pada tanaman berfungsi sebagai tabir terhadap cahaya
ultraviolet B dan melindungi kloroplas terhadap intensitas cahaya tinggi.
Antosianin juga dapat berperan sebagai sarana transport untuk monosakarida dan
sebagai pengatur osmotik selama periode kekeringan dan suhu rendah. Secara
pertahanan hidup pada stres biotik atau abiotik. Selain itu, antosianin juga
memainkan peranan penting dalam reproduksi tanaman yaitu menarik polinator
yang dapat membantu dalam penyerbukan bunga (Mori et al. 2007).
Gambar 4 Jalur biosintesis antosianin (Guo et al.2001)
Antosianin dianggap sebagai komponen penting pada nutrisi manusia
sebagai antioksidan yang lebih tinggi daripada vitamin C dan E. Senyawa ini
dapat menangkap radikal bebas dengan sumbangan atom hidrogen fenolik.
Antosianin dapat ditransportasikan dalam tubuh manusia dan menunjukkan
aktivitas sebagai antitumor, antikanker, antivirus, anti peradangan, menghambat
agregasi trombosit, menurunkan permeabilitas dinding kapiler darah dan
meningkatkan kekebalan tubuh (Stintzing & Carle 2004).
Protein
Protein merupakan suatu rantai panjang dari asam amino yang saling
berkaitan satu sama lain dengan ikatan peptida, di mana kutub positifnya adalah
gugus amino (NH2) dan kutub negatifnya adalah gugus karboksil (COOH).
Komposisi dan ukuran tiap protein bergantung kepada jenis dan sub unit asam
sebagian besar protein mempunyai secara lengkap 20 asam amino. Perbedaan
tersebut menyebabkan beragamnya bobot molekul protein. Sebagian besar
protein tumbuhan yang telah dicirikan mempunyai bobot molekul > 40 000 g/mol
(juga disebut dalam satuan Dalton) (Campbell & Farrell 2006).
Konsumsi protein sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai zat
pembangun, struktur setiap enzim atau bertindak sebagai enzim, dan reseptor yang
sangat penting dalam metabolisme dalam tubuh (Cseke et al. 2006). Protein merupakan sumber N untuk tubuh dalam pembentukan zat-zat yang mengandung
N dan sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat dibentuk dalam
tubuh. Selain itu, protein dapat juga digunakan untuk energi kerangka karbon
asam amino yang dikonversi menjadi glukosa (asam amino glukogenik) dan
disimpan sebagai glikogen atau trigliserida (Montgomery et al. 1993).
Tabel 1 menunjukkan profil asam amino dari daun kolesom yang
dibandingkan dengan kandungan asam amino untuk diet manusia yang dianjurkan
[image:43.595.109.498.57.775.2]oleh FAO/WHO (1973) dalam satuan g/kg asupan sayuran daun.
Tabel 1 Profil asam amino daun kolesom dan rekomendasi FAO/WHO
Jenis
Asam amino
Kandungan asam amino
Kolesom Rekomendasi FAO/WHO (1973)
……….. g/kg ……….
Alanin 382.5 Asam aspartat 438.1 Arginin 372.5 Glisin 350.6 Asam glutamat 586.3 Histidin 125.6
Isoleusin 351.3 250.0 Lisin 167.5 343.7 Metionin 131.3
Sistein 81.3
Met+Sis 212.5 218.8 Leusin 563.8 437.5 Serin 251.3
Treonin 256.3 250.0 Fenilalanin 388.1
Tabel 1 menunjukkan bahwa kolesom mengandung 18 asam amino.
Kandungan asam amino tertinggi yang terkandung di dalam daun kolesom adalah
asam glutamat (586.3 g/kg) dan leusin (563.8 g/kg). Berdasarkan kandungan
tersebut maka kolesom direkomendasikan menjadi salah satu dari 3 sayuran
terpilih di Afrika selain Amaranthus cruentus dan Telferia occidentalis sebagai sayuran daun sumber protein karena kemampuannya dalam mensintesis asam
amino (Fasuyi 2007). Aletor & Adeogun (1995) menyatakan kandungan protein
daun kolesom berdasarkan bobot basah adalah 2.5 g/100 g.
Pemupukan
Ketersediaan hara pada media tanam merupakan faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan hara pada
media tanam dapat dilakukan melalui usaha pemupukan. Pemupukan pada
umumnya dapat diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah,
namun pupuk juga dapat dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan pada daun
(Hardjowigeno 2007).
Nitrogen
Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan
tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti daun, batang, dan akar. Tanaman
mengabsorpsi N pada waktu tanaman tumbuh aktif, tetapi tidak selalu pada
tingkat kebutuhan yang sama. Banyaknya N yang dapat diabsorpsi tiap hari per
satuan berat tanaman adalah maksimum pada saat masih muda dan
berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya usia tanaman (Hardjowigeno 2007).
Unsur N sangat berperan dalam meningkatkan produksi dan kualitas
sayuran. Peningkatan dosis pupuk N sejalan dengan peningkatan biomassa dan
kandungan nitrat pada sayur kubis dan bayam (Chen et al. 2004). Fontem & Schippers (2004) menyatakan bahwa kolesom sangat membutuhkan unsur N
selama hidupnya. Saat kekurangan N, daun-daun tampak kuning dan gugur.
kuning atau klorosis. Klorosis tampak pertama kali pada daun yang terletak di
bawah.
Nitrat (NO3) dan amonium (NH4) adalah sumber utama N anorganik yang
diserap oleh tumbuhan. N anorganik harus mengalami proses asimilasi untuk
menjadi senyawa organik, terutama asam amino yang diperlukan untuk
pembentukan protein. NH4 dapat digunakan langsung untuk sintesis asam amino,
sedangkan NO3 harus direduksi menjadi NH4 terlebih dahulu. Reduksi NO3
menjadi NH4 merupakan proses asimilasi yang memerlukan energi oksidasi dari
karbohidrat dan terbagi dalam 2 reaksi utama. Reaksi pertama adalah mereduksi
NO3 menjadi nitrit (NO2) yang dikatalisis oleh enzim nitrat reduktase, sedangkan
reaksi ke dua adalah pengubahan NO2 menjadi NH4 yang dikatalisis oleh enzim
nitrit reduktase. NH4 baik yang berasal dari asimilasi NO3 maupun yang diserap
langsung oleh akar agar dapat digunakan dalam sintesis asam amino maka harus
dirubah menjadi glutamat dan glutamin yang dikatalisis oleh enzim glutamat
synthetase dan glutamine synthetase. Modifikasi biokimia dari glutamat dan
glutamin yang dihasilkan dari reaksi transaminasi menghasilkan 20 asam amino
yang dibutuhkan untuk pembentukan protein. Rangka karbon untuk berbagai asam
amino diperoleh dari siklus Calvin, glikolisis, dan siklus krebs (Marschner 1995).
Delgado et al. (2005) menyatakan bahwa pemberian N yang berlebihan dapat menurunkan kandungan total antosianin pada anggur tempranillo, namun
pemberian N dalam dosis yang cukup dibutuhkan untuk membentuk antosianin
pada tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Szostak et al. (2005) yang menunjukkan bahwa pemberian 0-30 kg N/ha tidak mempengaruhi
kandungan senyawa flavonoid pada biji buckwheat, namun kandungan tersebut mengalami penurunan secara nyata pada pemberian 60 kg N/ha.
Hasil penelitian Mualim et al. (2009) pada tanaman kolesom menunjukkan
bahwa unsur N tidak menjadi faktor pembatas pembentukan antosianin, namun
perlakuan pemupukan NK (100 kg urea/ha dan 100 kg KCl/ha) memberikan
produksi antosianin tertinggi (59.34 mol/tanaman) pada petakan yang
Kalium
Kalium merupakan unsur yang sangat mobil dalam tanaman. Unsur
kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium
akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
nitrat, fosfat atau unsur lain, baik di dalam tanah maupun di dalam tanaman.
Kalium diserap tanaman dalam jumlah mendekati atau bahkan kadang-kadang
melebihi jumlah nitrogen.
Kalium dapat diberikan ke dalam tanah melalui pupuk organik dan
anorganik. Pupuk anorganik yang sering digunakan diantaranya adalah kalium
klorida (KCl). Pupuk KCl mengandung 50-52% K (60-63% K2O). Pupuk
tersebut bervariasi dalam warnanya yaitu merah muda, merah tua, coklat, atau
putih. Variasi warna tersebut tergantung kepada penambangan dan proses
pembuatannya. Bentuk pupuk kalium lainnya adalah kalium sulfat (K2SO4) dan
kalium nitrat (KNO3) yang masing-masing mengandung 50-52% dan 44% K2O
(Havlin et al. 2005).
Kalium pada tanaman berperan dalam proses fisiologis dan metabolisme
dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, serta mempertinggi daya
tahan terhadap cekaman kekeringan dan penyakit (Hardjowigeno 2007). Proses
fotosintesis membutuhkan K+. Pada proses fotosintesis, K sangat esensial melalui
beberapa fungsi antara lain sintesis ATP, produksi dan aktivitas enzim fotosintesis
spesifik, absorbsi CO2 melalui stomata daun, serta menjaga netralitas elektron
selama fotofosforilasi dalam kloroplas. Pergerakan tanaman seperti membuka dan
menutupnya stomata digerakkan oleh K+ melalui tekanan turgor. Selain itu,
akumulasi K+ dalam sel juga mengendalikan tekanan osmotik dan digunakan
untuk pembesaran sel dan daun. Peranan K dalam sintesis protein adalah untuk
aktivasi enzim yang terlibat dalam reaksi dan pemanjangan ikatan peptida
(Szczerba et al. 2009).
Penelitian Mualim et al. (2009) menunjukkan bahwa kalium sangat dibutuhkan dalam produksi kolesom. Unsur K menjadi faktor pembatas pada
semua komponen produksi yaitu daun, batang, cabang, dan tajuk, serta daun segar
layak jual. Unsur K juga berperan sebagai faktor pembatas dalam produksi
mol/tanaman didapatkan dari perlakuan pemupukan 100 kg KCl/ha. Menurut
Delgado et al. (2006), apabila K diberikan dalam jumlah yang berlebihan akan menurunkan kandungan antosianin jika tidak disertai dengan pemberian N dalam
dosis yang cukup.
Pupuk Daun
Pupuk daun adalah pupuk yang dapat larut dalam air dengan aplikasi
langsung disemprotkan ke daun. Pupuk daun dapat berupa unsur mikro, makro
dan mikro, atau makro saja. Unsur hara yang diberikan melalui metode ini akan
menembus kutikula atau stomata daun dan kemudian memasuki sel. Kelebihan
pupuk daun dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara berjalan
lebih cepat sehingga dapat segera mengetahui perbaikan defisiensi tanaman.
Frekuensi pemberian pupuk daun dapat dilakukan 2 sampai 3 kali dalam interval
waktu yang pendek, terutama jika defisiensi hara tanaman sudah berat (Havlin et al. 2005). Kekurangan pupuk daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar akan menyebabkan kerusakan daun, yaitu terjadinya nekrosis dan terbakar
(Tagliavini et al. 2002).
Penelitian Chapagan dan Wiesman (2004) menunjukkan bahwa pemberian
pupuk K melalui daun dengan konsentrasi 1% pada 40, 70, dan 100 HST dapat
meningkatkan kandungan klorofil, glukosa, padatan terlarut total, dan N total
tomat dibandingkan tanpa pupuk daun. Pemberian pupuk N melalui daun dengan
konsentrasi 1% yang dilakukan oleh Smolen dan Sady (2009) dapat meningkatkan
kandungan nitrat, nitrogen total, dan penyerapan N pada wortel. Aplikasi
kombinasi pupuk N dan K melalui daun yang dilakukan oleh Marman (2010)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 0.2% urea dan
0.1% KCl dapat meningkatkan produksi dan kandungan klorofil pucuk kolesom.
Penelitian pengaruh pemberian N dan K melalui daun terhadap kandungan
protein dan antosianin pucuk kolesom belum pernah dilakukan.
Pemanenan
Pemanenan merupakan faktor yang sangat penting diperhatikan pada
berpengaruh terhadap mutu dan zat berkhasiat yang terkandung di dalam tanaman
obat. Periode panen merupakan waktu yang diperlukan untuk memanen hasil
tanaman terhitung mulai dari tanaman tersebut ditanam. Waktu panen tanaman
obat tidak seluruhnya tergantung pada umur tanaman, tetapi didasarkan pada
pemanfaatannya. Hampir semua bagian dari tanaman obat dapat dimanfaatkan
maka waktu panen juga beragam; ada tanaman obat yang dipanen pada waktu
pertumbuhan vegetatif dan ada pula yang dipanen pada masa pertumbuhan
generatif (Syukur & Hernani 2003).
Penelitian mengenai umur dan frekuensi panen terhadap pertumbuhan dan
produksi pucuk kolesom telah dilakukan oleh Sugiarto (2006). Penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara umur dan frekuensi panen tanaman
kolesom yang ditanam pada wadah plastik (polybag). Interaksi keduanya secara
nyata mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah pucuk setiap kali
panen. Kombinasi perlakuan umur panen 8 MST dan interval panen 3 minggu
nyata menghasilkan jumlah tajuk tertinggi setiap kali panen yaitu sebanyak 20
pucuk/tanaman. Penelitian tersebut tidak mempelajari pengaruh waktu dan
interval panen terhadap kandungan senyawa kimia kolesom.
Penelitian Li & Strid (2005) menunjukkan bahwa pemanenan dengan cara
pemangkasan pucuk pada tanaman Arabidopsis thaliana dapat meningkatkan kandungan antosianin. Antosianin meningkat secara linear antara 2-8 hari setelah
pemangkasan yang menyebabkan tanaman berubah menjadi ungu. Hal ini diduga
karena pemangkasan dapat menginduksi ekspresi gen CHS yang mengkode enzim chalcone synthase. Enzim chalcone synthase adalah enzim yang berperan
dalam biosintesis antosianin.
Interval panen diduga juga dapat mempengaruhi produksi dan kandungan
protein daun. Kandungan protein pada Napier grass mengalami penurunan dari
204 g/kg BK menjadi 92 g/kg BK ketika interval panen diperpanjang dari 2
KEADAAN UMUM PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Bogor.
Hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumber Lahan Fakultas pertanian IPB (lampiran 1) menunjukkan bahwa tanah
yang digunakan pada penelitian ini tergolong netral dengan pH H2O sebesar 6.90.
Kapasitas tukar kation tanah tergolong sedang yaitu 16.46 me/100 g sehingga
memungkinkan tanah mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
bagi tanaman. Tekstur tanah yang digunakan tergolong berliat karena kandungan
liatnya lebih dari 30%.
Tabel 2 menunjukkan data mengenai temperatur, kelembaban, dan curah
hujan selama penelitian berlangsung. Data diambil dari Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor yang terletak pada 06.33 LS, 106.45 BT, dan elevasi 190 m.
Tabel 2 Data iklim penelitian pada bulan Nopember 2009-Desember 2010
Bulan
Temperatur (0C) Kelembaban (%)
Curah hujan (mm/ bulan) Rata-rata Maksimum Minimum Rata-rata
Percobaan I
Nopember 2009 26.3 31.8 23.2 81.0 407.0 Desember 2009 26.1 31.8 22.9 85.0 258.2 Januari 2010 25.3 30.2 22.9 88.0 252.0 Pebruari 2010 25.0 31.8 23.3 85.0 460.7
Percobaan II & III
April 2010 27.1 33.2 23.2 77.0 43.0 Mei 2010 26.7 32.7 23.7 84.0 331.0 Juni 2010 25.9 31.2 23.1 85.9 303.4 Juli 2010 25.8 31.5 22.9 84.0 237.0
Percobaan IV
Oktober 2010 25.4 31.5 22.7 86.0 436.2 Nopember 2010 25.0 31.6 23.2 82.0 284.3 Desember 2010 25.5 30.3 22.9 83.0 177.3
Perlakuan interval panen sangat mempengaruhi waktu pembungaan
tanaman. Kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen 30 dan 15 hari
pada percobaan 1 masing-masing secara berurutan berbunga pada umur 40 dan 50
karena intensifnya pemanenan. Kolesom yang mendapatkan perlakuan interval
panen 30 hari pada percobaan II berbunga pada umur 45 HST, sedangkan
kolesom yang dipanen 15 hari sekali berbunga pada umur 50 HST. Waktu
pembungaan pada percobaan III tampak seragam yaitu pada umur 50 HST baik
pada kolesom yang mendapatkan perlakuan interval panen 30 hari maupun 15
hari, sedangkan pada percobaan IV sebagian besar tanaman telah berbunga pada
umur 60 HST. Keseragaman dinilai berdasarkan kriteria bahwa ≥70% tanaman
pada suatu perlakuan telah berbunga.
Frekuensi panen yang terlalu sering mengakibatkan tanaman yang dipanen
dengan interval 10 hari sekali hanya dapat menghasilkan pucuk sampai umur 60
HST saja. Perlakuan tersebut dapat mempersingkat umur produksi dan
mempercepat kematian tanaman. Kolesom yang mendapatkan interval panen 15
dan 30 hari sekali dapat menghasilkan pucuk sampai umur 90 HST meskipun
ukuran pucuk semakin mengecil sejalan dengan pertambahan umur tanaman.
Pembungaan yang terjadi tidak menghalangi munculnya pucuk pasca pemanenan.
Perbedaan perkembangan tajuk sangat terlihat antara kolesom yang ditanam di
lahan dengan wadah plastik (polybag). Kolesom yang ditanam di lahan
menghasilkan tajuk yang lebih berkembang dan banyak cabang daripada kolesom
di wadah plastik. Kolesom yang ditanam di wadah plastik cenderung
perkembangannya vertikal sehingga tanaman tampak lebih tinggi daripada
kolesom yang ditanam di lahan.
Gambar 5 memperlihatkan kerusakan daun kolesom akibat secondary pathogen dan belalang yang menyerang tanaman kolesom selama percobaan berlangsung. Secondary pathogen menyebabkan hilangnya epidermis daun dan meninggalkan lubang kecil pada permukaan daun, sedangkan belalang
menimbulkan kerusakan daun berupa robekan akibat gigitan mulutnya.
Penyakit yang menyerang adalah penyakit yang menimbulkan busuk
batang dan akar. Gejala awal dari adanya penyakit ini adalah menguncupnya
daun kolesom pada siang hari, beberapa hari kemudian batang berwarna coklat
sampai hitam dan berlendir (Gambar 6). Bila dicabut, maka umbi telah busuk
dan daging umbi berwarna merah darah serta menimbulkan bau tidak sedap.
Tanaman yang mengalami busuk batang dan akar segera dicabut dan dijauhkan
dari lokasi percobaan agar tidak menular ke tanaman lainnya.
Gambar 5 (a) Kerusakan yang ditimbulkan oleh secondary pathogen; (b) Kerusakan yang ditimbulkan oleh belalang.
Gambar 6 (a) Kuncup daun gejala penyakit busuk batang dan akar; (b) Kolesom yang terserang penyakit busuk batang.
Penyakit yang hanya dijumpai pada percobaan II dan IV adalah penyakit
yang menyebabkan bercak merah di bagian belakang permukaan daun (Gambar
7). Daun yang terserang penyakit ini segera dipetik dari tanaman agar tidak
terjadi penularan yang lebih luas. Kondisi ini menyebabkan menurunnya bobot
basah total tanaman. Serangan hama dan penyakit yang terjadi pada percobaan ini
masih di bawah ambang batas ekonomis sehingga belum membutuhkan
penanganan serius.
a
b
[image:51.595.107.510.62.808.2]Gambar 7 Daun yang terserang penyakit bercak merah.
Pigmen antosianin sangat terlihat nyata pada daun dan batang tanaman
yang diduga telah terinfeksi penyakit di percobaan IV (Gambar 8). Pigmen
antosianin tersebut berwarna keunguan tampak pada bagian belakang permukaan
daun dan cabang yang mendukung daun tersebut.
Gambar 8 (a) Pigmen antosianin yang terdapat pada batang; (b) Pigmen antosianin yang terdapat pada daun kolesom.
PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN
PUCUK KOLESOM (
Talinum triangulare
(Jacq.) Willd) PADA
BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN+KALIUM
DAN INTERVAL PANEN
Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare
(Jacq.) Willd)at Different Rates of Nitrogen+Potassium and Harvest Intervals
Abstrak
Penelitian untuk mempelajari pengaruh berbagai dosis pupuk nitrogen+kalium dan interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan November 2009 sampai Februari 2