• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA,

KARAKTERISTIK INDIVIDU, KECERDASAN KOGNITIF,

DAN

SELF REGULATED LEARNING

TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA

RIZKY AMELIA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Rizky Amelia

(4)

ABSTRAK

RIZKY AMELIA. Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH.

Prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga (pendapatan dan pendidikan orangtua), karakteristik individu (usia dan jenis kelamin), kecerdasan kognitif, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja. Sebanyak 91 contoh berusia rata-rata 13.9 tahun dengan persentase terbesar berjenis kelamin perempuan diambil dari dua SMPN yang berbeda. Kecerdasan kognitif, self regulated learning, dan prestasi akademik diukur menggunakan RIBLS, MSLQ, dan nilai rapor. Hasil analisis parsial menunjukkan lama pendidikan ibu berpengaruh negatif terhadap self regulated learning. Jenis kelamin berpengaruh positif terhadap kecerdasan kognitif. Hasil analisis regresi menunjukkan pendidikan orangtua dan kecerdasan kognitif remaja berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Sementara itu, pendapatan perkapita, jenis kelamin, dan self regulated learning tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik.

Kata kunci: kecerdasan kognitif, self regulated learning, prestasi akademik

ABSTRACT

RIZKY AMELIA. The Influence of Family and Individual Characteristics, Cognitive Intelligence, and Self-Regulated Learning toward Academic Achievement in Adolescents. Supervised by MELLY LATIFAH.

Academic achievement affected by external and internal factors. This study generally aims to see the influence of family characteristics (income and parental education), individual characteristics (age and gender), cognitive intelligence, and self-regulated learning toward academic achievement in adolescents. A total of 91 samples had a mean age of 13.9 years with the largest percentage of the respondents were women that drawn from two differents junior high schools. Cognitive intelligence, self regulated learning, and academic achievement were measured by using RIBLS, MSLQ, and values from school record. The partial analysis showed there is negative influence of mother’s education to self regulated learning. Moreover positive influence of gender showed to cognitive intelligence. The regression analysis showed parental education and cognitive intelligence of adolescents have a positive influence to academic achievement. Meanwhile, income families, gender, and self regulated learning no significant influence to academic achievement.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA,

KARAKTERISTIK INDIVIDU, KECERDASAN KOGNITIF,

DAN

SELF REGULATED LEARNING

TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA

RIZKY AMELIA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu,

Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja

Nama : Rizky Amelia NIM : I24090068

Disetujui oleh

Ir. Mely Latifah, M.Si. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self

Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik Remaja yang merupakan

penelitian payung dengan topik “Self Regulated Learning”. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ir. Melly Latifah, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia mebimbing, membantu memberikan saran, dan kritik kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

2. Neti Hernawati, S.P., M.Si. dan Irni Rahmayani Johan, S.P., M.M. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Istiqlaliyah M, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Pihak sekolah menengah pertama negeri yang telah menjadi narasumber dari penelitian ini.

5. Dinni Jufita Putri dan Julia Theresya selaku rekan sepayung dalam penelitian ini.

6. Ir. H. Muh. Nitsar S. dan Hj. Srihusnawati selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 7. Seluruh mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 46 yang telah

memberikan masukan dan dukungan selama penulisan skripsi ini.

8. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

KERANGKA BERPIKIR 5

METODE 6

Desain, Waktu, dan Tempat 6

Teknik Penarikan Contoh 7

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Kecerdasan Kognitif 11

Self Regulated Learning 12

Prestasi Akademik 12

Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Individu terhadap

Kecerdasan Kognitif dan Self Regulated Learning 13 Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif,

dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik 14

Pembahasan 14

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan individu

(n=91) 11

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan kecerdasan kognitif (n=91) 11 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan capaian self regulated learning (n=91) 12 Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik contoh kelas VII

semester 2 (n=91) 12

Tabel 5 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kecerdasan kognitif dan

self regulated learning 13

Tabel 6 Pengaruh karakteristik individu terhadap kecerdasan kognitif dan

self regulated learning 13

Tabel 7 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan self regulatedlearning terhadap prestasi akademik 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu,

kecerdasan kognitif, dan self regulated learning terhadap prestasi

akademik remaja 6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teknik dan cara pengumpulan data 22

Lampiran 2 Dimensi dan subdimensi self regulated learning berdasarkan kuesioner Measuring Self Regulated Learning Questionare

(MSLQ) 22

Lampiran 3 Variabel dan pengategoriannya 23

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencapaian prestasi akademik menjadi hal yang sangat penting bagi remaja (Henderson & Dweck 1990 dalam Santrock 2003). Lebih lanjut Santrock (2003) menjelaskan pada masa ini, remaja mulai menyadari bahwa kegagalan atau keberhasilannya akan meramalkan kegagalan atau keberhasilannya di masa akan datang. Tekanan sosial dan akademis yang mereka dapatkan mendorong remaja untuk mampu mengemban tugas dan peran yang memiliki tanggung jawab yang besar. Peningkatan tekanan tersebut menjadikan masa remaja memiliki konflik antara beberapa area kehidupan mereka, seperti minat sosial mereka yang lebih menyita waktu atau ambisi pada kegiatan tertentu sehingga seringkali kegiatan lain tersebut menimbulkan penolakan sosial terhadap prestasi akademik (Ishiyama & Chasbassol 1985; Sue & Ozaki 1990).

Prestasi akademik merupakan sebuah hasil dari proses pembelajaran. Psikolog Bandura (Santrock 2003) menjelaskan lewat Teori Belajar Sosial Kognitif bahwa individu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain lewat observasi. Lebih lanjut, Bandura (Santrock 2003) menjelaskan bahwa tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan berpengaruh satu sama lain secara interaktif dalam proses pembelajaran. Teori ini menjelaskan bahwa tingkah laku dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya aktivitas kognitif individu dapat mempengaruhi lingkungan, kemudian pengaruh lingkungan juga dapat mengubah proses pikiran individu. Pendekatan belajar sosial menekankan pada proses-proses perkembangan sosial dan kognitif yang mempengaruhi kepribadian seseorang (Santrock 2003). Dengan kata lain, proses pembelajaran yang akan menghasilkan prestasi akademik individu melibatkan banyak faktor yang tidak hanya berasal dari internal individu itu sendiri.

Prestasi akademik dipengaruhi faktor internal yang berasal dari diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu, seperti lingkungan (Chung 2000). Bronfenbrenner (1979) dalam Hastuti (2010) menjelaskan bahwa individu merupakan sebuah unsur dalam lingkungan yang di dalamnya terdapat pola interaksi antarlingkungan yang mampu memengaruhi pembentukan karakter individu. Clemons (2008) menjabarkan bahwa kemampuan individu, persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan dan kesuksesan, strategi kognitif dan pengaturan diri, gender, gaya pengasuhan, status sosioekonomi, kinerja, dan sikap individu terhadap sekolah memainkan peranan penting terhadap pancapaian prestasi akademik seseorang. Selain itu, Santrock (2003) juga mengungkapkan peran lain yang berpengaruh terhadap prestasi akademik remaja adalah motivasi, baik motivasi intrinsik dan ekstrinsik, etnis, dan adanya pengaruh lintas budaya.

Penelitian tentang kualitas dan kuantitas penggunaan self regulated learning

(12)

2

Goetz, Titz, dan Perry (2002) telah mengkaji bagaimana pengaruh SRL terhadap emosi-emosi akademik yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik. Demikian juga SRLtelah dikaji berdasarkan keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dapat meningkatkan SRL anaknya sehingga prestasi akademiknya meningkat (Martinez-Pons 2009).

SRL merupakan konsep mengenai bagaimana seseorang menjadi pengatur belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons 1990) dengan melibatkan tiga faktor yang beroperasi interaktif, yaitu metakognitif, motivasional, dan behavioral (Zimmerman 1989). Proses tersebut melibatkan tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan yang merupakan bagian dari pengembangan Teori Belajar Sosial Bandura (Santrock 2003). Proses SRL juga melibatkan kepribadian yang pembentukannya menurut Santrock (2003) dimulai dengan munculnya keterikatan, perkembangan suatu pemikiran mengenai diri, dan munculnya kemandirian pada masa anak-anak, dan mencapai fase terakhir dengan pemikiran kembali mengenai hidup dan pengintegrasian di masa tua. Pada masa remaja, kepribadian ini menjadi hal yang penting dimana remaja sedang mengalami tahap identitas versus kekacauan identitas (berdasarkan Teori Psikososial Erik Erickson) yaitu tahap kelima dimana individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya seperti apa, dan ke mana mereka menuju dalam hidupnya (Santrock 2003).

Faktor kognitif juga menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pencapaian prestasi akademik. Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget (dalam Santrock 2003) berada pada tahap operasional formal yaitu tahap keempat dimana individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang aktual dan konkrit, dan berpikir lebih abstrak serta logis. Remaja terdorong untuk memahami dunianya, membangun dunia kognitifnya sendiri, mengorganisasikan pengalaman mereka, menambahkan gagasan yang penting dari yang kurang penting, mengaitkan satu gagasan dengan gagasan yang lainnya, menyesuaikan cara berpikir mereka untuk menyerahkan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih dalam (Santrock 2003). Piaget (1954) dalam Santrock (2003) percaya bahwa remaja meyesuaikan diri pada kognitifnya dengan dua cara, yakni asimiliasi dan akomodasi

(13)

3 Selain kecerdasan kognitif, jenis kelamin juga memiliki hubungan dengan capaian akademik (Furnham et al 2003). Beberapa penelitian sebelumnya menguraikan pengaruh jenis kelamin tersebut dapat secara langsung dan tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi akademik. Pengaruh secara langsung tersebut ditunjukkan dengan adanya perbedaan pencapaian prestasi akademik antara perempuan dan laki-laki sebagai akibat anak perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar sementara anak laki-laki cenderung malas untuk belajar (Kumar & Lal 2006). Sementara itu, pengaruh tidak langsung diberikan lewat kecerdasan kognitif. Nyborg (2005) menemukan bahwa jenis kelamin berbeda akan memberikan dampak berbeda pada capaian kognitif karena adanya perbedaan volume otak. Sementara itu, ditemukan bahwa perempuan lebih baik dalam hal verbal fluency, menulis, perhitungan aritmatika sedangkan laki-laki lebih baik dalam bidang analogi verbal dan pemecahan masalah matematika (Spelke 2005 dalam Woolfolk & Perry 2012).

Faktor berikutnya yang juga menjadi faktor pencapaian prestasi akakdemik adalah lingkungan keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara keterlibatan keluarga dengan capaian perkembangan kognitif anak (Bianchi 2000) dimana faktor kognitif diketahui menjadi salah satu faktor pencapaian prestasi akakdemik. Lingkungan tempat tinggal menurut Ghazi et al (2012) juga dapat berpengaruh terhadap kognitif, terutama lingkungan yang sering mengalami permasalahan seperti peperangan dan kekerasan. Selain itu, latar belakang budaya keluarga juga turut memengaruhi prestasi akademik remaja (Diniz et al 2011). Grolnick dan Ryan (1989) menemukan adanya hubungan antara pengasuhan orangtua dengan kemampuan self regulated learning yang erat kaitannya dengan prestasi akademik. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti merasa perlu dilakukannya penelitian guna melihat pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja.

Perumusan Masalah

Pencapaian prestasi akademik melibatkan peran serta individu dan juga keluarga sebagai salah satu lingkungan yang memberikan dampak secara langsung dan tidak langsung. Remaja dengan jenis kelamin tertentu dipercaya akan memiliki kecerdasan kognitif yang berbeda (Nyborg 2005). Browning (2007) menemukan bahwa pria lebih unggul dibanding wanita dalam pemaham logika Matematika dan anak laki-laki mendapat nilai lebih baik daripada anak perempuan dalam tes Matematika. Hal tersebut dapat disebabkan perbedaan pemanfaatan waktu untuk belajar meskipun hal ini tidak dapat membuktikan bahwa jenis kelamin tertentu lebih cerdas dibandingkan yang lain (Kumar & Lal 2006).

Keluarga juga memiliki peran dalam menentukan pencapaian prestasi akademik remaja, meskipun peran tersebut seringkali menjadi peran secara tidak langsung. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pendidikan dan pekerjaan orangtua dengan kemampuan kognitif remaja (Castillo

(14)

4

Namun hal ini tidak lantas menjadi fakta umum yang dapat terjadi pada setiap remaja. Banyak remaja dengan ketersediaan fasilitas dan dukungan yang memadai dalam proses pembelajaran dari keluarga justru memiliki prestasi akademik yang buruk di sekolah. Di sisi lain keluarga yang cenderung memiliki keterbatasan dalam dukungan dan fasilitas untuk pendidikan justru mendapatkan remaja dengan prestasi akademik yang baik di sekolah.

Megawangi et al (2008) mengungkapkan bahwa lingkungan belajar sering mengarahkan kecerdasan kognitif sebagai tujuan utama dalam pendidikan. Hal ini tercermin dari penilaian akan tercapainya proses pembelajaran yang cenderung menilai hasil kognitif saja. Penilaian rapor cenderung mengutamakan pada hafalan yang erat kaitannya dengan kemampuan kognitif. Permasalahan yang sering muncul justru banyak remaja yang tidak mampu mencapai prestasi akademik yang baik di sekolah meskipun memiliki kecerdasan kognitif di atas rata-rata. Di sisi lain remaja dengan kecerdasan kognitif yang berada pada garis rata-rata justru mampu meraih prestasi akademik yang membanggakan di sekolah.

Beberapa pemaparan tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain dalam diri remaja yang memengaruhi prestasi akademik, salah satunya seperti self

regulated learning. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan

yang erat antara self regulated learning dengan pencapaian prestasi akademik remaja. Namun, kemampuan self regulated learning pada setiap remaja berbeda-beda. Bahkan, penelitian Kurman (2004) menunjukkan bahwa remaja laki-laki memiliki kecenderungan yang berbeda dengan remaja perempuan dalam hal belajar. Kecenderungan dalam belajar tersebut menunjukkan adanya kemampuan regulasi diri yang berbeda pada remaja dalam belajar yang mampu memberikan hasil berbeda dalam pencapaian prestasi akademik.

Berdasarkan beberapa pemaparan tersebut berikut adalah beberapa perumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Adakah pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja terhadap kecerdasan kognitif dan self regulated learning?

2. Adakah pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, self regulated learning, dan kecerdasan kognitif terhadap prestasi akademik?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, self regulated learning, dan prestasi akademik remaja.

2. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan karakteristik remaja terhadap kecerdasan kognitif dan self regulated learning.

(15)

5

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran kepada orang tua tentang pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja sehingga mampu memberikan kualitas pendidikan yang baik bagi remaja. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan pandangan kepada pihak sekolah dalam memilih dan menentukan proses pembelajaran yang tepat dan baik bagi remaja. Bagi pemerintah penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah gambaran yang membantu dalam menentukan kebijakan terkait pendidikan, khususnya bagi remaja. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan tentang peran kecerdasan kognitif dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja.

KERANGKA BERPIKIR

Pencapaian remaja dalam prestasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal ataupun eksternal. Prestasi akademik secara tidak langsung dihubungkan dengan sosial ekonomi keluarga (Davis-Kean 2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Clemons (2008) bahwa prestasi akademik adalah hasil dari suatu hubungan yang kompleks antara individu, persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan dan kesuksesan, strategi kognitif dan regulasi diri, gender, gaya pengasuhan, status sosioekonomi, kinerja, dan sikap individu terhadap sekolah. Selain itu kepribadian (Hakimi et al 2011), kecerdasan kognitif, jenis kelamin, dan pemikiran positif (Leeson et al 2008) berperan dalam pencapaian prestasi akademik.

Lingkungan keluarga secara tidak langsung memiliki hubungan dan pengaruh terhadap prestasi akademik. Suksmadi et al (2009) mengungkapkan bahwa semakin lama pendidikan ibu secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik remaja menjadi lebih baik. Tingginya tingkat pendidikan orangtua akan menghasilkan harapan yang lebih besar dengan kehadiran dan bantuannya terhadap pekerjaan sekolah anak (Davis-Kean 2005). Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa situasi negatif pada lingkungan tinggal dan status ekonomi akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan kognitif yang berakibat pada performa mereka di sekolah (Ghazi et al 2012).

Keluarga juga memberikan dampak terhadap kemampuan self regulated

learning remaja yang mengantarkannya pada pencapaian prestasi akademik.

Grolnick dan Ryan (1989) juga menemukan hubungan yang positif antara dimensi orang tua (autonomy support dan maternal involved) dengan self regulation dan prestasi objektif. Orang tua yang memiliki status ekonomi dan pendidikan yang baik akan mampu memberikan stimulus yang baik sehingga mampu membentuk kemampuan self regulated learning yang memberikan pengaruh positif terhadap hasil pencapaian prestasi akademik anak (Grolnick & Ryan1989).

(16)

6

Jenis kelamin yang berbeda akan memberikan dampak terhadap kemampuan mereka dalam self regulated learning sehingga pencapaian prestasi akademik mereka pun akan berbeda pula (Kurman 2004). Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa karakteristik remaja mampu memberikan pengaruh pada prestasi akademik secara tidak langsung. Karakteristik remaja memberikan pengaruh terhadap prestasi akademik melalui kecerdasan kognitif dan juga self regulated learning

yang berbeda-beda sesuai karakteristik remaja.

Kecerdasan kognitif dan self regulated learning yang dimiliki memiliki hubungan langsung dan nyata dengan prestasi akademik remaja. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif remaja sangat berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik (Diniz et al 2011). Selain itu, remaja yang memiliki kemampuan self regulated learning yang baik cenderung akan memiliki catatan prestasi akademik yang baik (Sui-Chu Ho 2005; Zimmerman & Martinez Pons 1986). Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan langsung antara kekecerdasan kognitif dan self regulated learning dengan prestasi akademik remaja. Kerangka berpikir yang menggambarkan pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, kecerdasan kognitif, dan self regulated learning

terhadap prestasi akademik remaja disajikan pada Gambar 1.

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik penelitian Self

Regulated Learning yang menggunakan desain cross sectional study. Lokasi

Karakteristik Keluarga

Pendapatan Pendidikan Orangtua

Prestasi Akademik

Self Regulated Learning

Kecerdasan Kognitif

Karakteristik Individu

Jenis Kelamin

(17)

7 penelitian ini adalah dua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor. SMPN yang berada di kota ditandai dengan SMP X sedangkan SMPN yang berada di kabupaten ditandai dengan SMP Y. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan kedua sekolah tersebut memiliki keberagaman dalam kemampuan akademik siswa dengan memiliki kelas VIII yang seluruhnya merupakan kelas reguler. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswa dan siswi SMP X dan Y. Contoh dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII reguler dari masing-masing sekolah. Pengambilan contoh kelas VIII didasarkan atas pertimbangan kelas VIII tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas IX dan telah memiliki pengalaman belajar di SMP lebih lama dibandingkan kelas VII. Contoh dari SMP X dan SMP Y masing-masing diambil 54 remaja dengan teknik simple

random sampling dimana jumlah ini diambil berdasarkan pertimbangan jumlah

minimum untuk melakukan uji statistik. Namun, setelah melaukan cleaning data

hanya 91 remaja yang menjadi contoh pada penelitian ini. Pengurangan kuota contoh tersebut dikarenakan beberapa contoh tidak dapat dan bersedia melengkapi data yang dibutuhkan.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik keluarga (pendapatan perkapita dan pendidikan orang tua), karakteristik individu (usia dan jenis kelamin), kecerdasan kognitif, dan self regulated learning. Data sekunder meliputi jumlah dan prestasi akademik remaja yang dilihat dengan rapor. Data primer dikumpulkan melalui teknik pengukuran self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Data sekunder yang ada diperoleh dari pihak sekolah. Jenis dan teknik pengumpulan data disajikan dalam Lampiran 1.

Kecerdasan kognitif diukur dengan menggunakan instrumen baku RIBLS (Riley Inventory Basic of Learning Skills) yang disusun oleh Riley (1992) dan dikembangkan oleh Latifah dan Dina (2002). Instrumen ini mengukur tujuh dimensi pada kecerdasan kognitif, antara lain visual memory, auditory sequencing, auditory memory, vocabulary, integration, kinesthetic learning, dan concetration.

Self regulated learning diukur menggunakan instrumen Motivated

Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich

(18)

8

pengukuran, dimensi, dan jumlah item pertanyaan pada MSLQ yang disajikan dalam Lampiran 2.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, skoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif dan inferensia.

Data karakteristik keluarga terdiri atas data pendidikan dan pendapatan yang diisi langsung oleh contoh. Data pendidikan orangtua dikelompokkan sesuai dengan tingkatan sekolah. Data pendapatan yang diperoleh diubah menjadi pendapatan perkapita dan dikelompokkan sesuai dengan kelipatan garis kemiskinan Bogor 2012, yakni Rp214 338.00.

Data karakteristik individu terdiri atas data usia dan jenis kelamin contoh. Usia contoh secara keseluruhan tergolong dalam kategori remaja awal (11 - 15 tahun) (Santrock 2003). Data jenis kelamin contoh dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

Data kecerdasan kognitif mengacu pada standar baku yang telah ditetapkan pada instrumen RIBLS. Hasil jawaban dari pengukuran pada contoh diperiksa dan diberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Nilai tersebut merupakan skor kasar yang kemudian akan dikonversikan ke dalam skor skala (sebenarnya). Pengategorian dari kecerdasan kognitif terdiri atas 5 kategori.

Data SRL menggunakan sistem skoring baku di mana semakin tinggi skor maka semakin positif nilai variabel. Hasil jawaban dari pengukuran pada contoh diperiksa dan diberikan nilai sesuai jawaban dengan ketentuan, antara lain: 1=SSTS; 2=STS; 3=TS; 4=N; 5=S; 6=SS; dan 7=SSS. Nilai tersebut dikompositkan sesuai dimensi dan ditotal untuk menentukan skor SRL yang kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori.

Data prestasi akademik dilihat dengan menggunakan rapor siswa yang didapatkan dari pihak sekolah. Prestasi akademik dilihat dari rata-rata nilai rapor contoh pada kelas tujuh semester dua yang disajikan dalam dua kategori. Berikut disajikan variabel dan pengategorian data dalam Lampiran 3.

(19)

9 b3 : koefisien regresi variabel X3

X3 : pendapatan perkapita

b4 : koefisien regresi variabel X4 X4 : jenis kelamin contoh

b5 : koefisien regresi variabel X5 X5 : kecerdasan kognitif

b6 : koefisien regresi variabel X6

X6 : self regulated learning

Definisi Operasional

Contoh adalah 91 siswa kelas VIII yang berada di dua SMPN Kota dan Kabupaten Bogor yang diteliti dalam penelitian ini.

Karakteristik individu adalah ciri khas contoh yang terdiri atas usia dan jenis kelamin contoh.

Usia adalah usia contoh pada penelitian yang berkisar antara 11 sampai dengan 15 tahun yang terkateogri dalam usia remaja awal (Santrock 2003).

Jenis kelamin adalah jenis kelamin contoh yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

Karakteristik keluarga adalah ciri khas keluarga contoh yang terdiri atas pendapatan dan pendidikan orangtua.

Pendapatan per kapita adalah penghasilan keluarga contoh yang diperoleh oleh ayah dan ibu serta anggota keluaga lain yang dihitung dengan nilai rupiah yang dibagi dengan besar keluarga dan dikelompokkan ke dalam tujuh kelas sesuai angka garis kemiskinan Bogor 2012.

Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal yang telah ditempuh oleh ayah dan ibu contoh yang dihitung dengan satuan tahun yang dikelompokkan ke dalam enam kelas.

Kecerdasan kognitif adalah kemampuan belajar yang dilihat dari kemampuan dasar contoh dalam belajar yang diukur menggunakan RIBLS yang terdiri dari 7 dimensi dan 5 kategori.

Visual memory adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif yang melihat kemampuan seseorang untuk mengingat kembali pola-pola visual.

Auditory Sequencing adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif yang melihat kemampuan seseorang untuk mengingat kembali urutan informasi yang telah didengarnya.

Auditory Memory adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif yang melihat kemampuan seseorang untuk menyebutkan kembali informasi-informasi yang telah didengarnya.

Vocabulary adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif yang melihat kemampuan seseorang yang berkaitan dengan seberapa besar pengetahuan orang tersebut tentang kata-kata yang dikenalnya.

(20)

10

Integration adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif yang melihat kemampuan seseorang untuk mengombinasikan beberapa proses. Concentration adalah salah satu dimensi yang diukur dari kecerdasan kognitif

yang melihat kemampuan seseorang untuk memperhatikan stimulasi atau rangsangan tertentu.

Self regulated learning (SRL) adalah tindakan dan proses yang meliputi penggunaan keterampilan, respon, dan strategi diri dalam pembelajaran dan respon diri terhadap umpan balik dari efektivitas pembelajaran serta proses pengembangan motivasi yang satu sama lain saling bergantung yang diukur dengan menggunakan MSLQ yang terdiri dari 2 dimensi dan 3 kategori. Motivation adalah salah satu dimensi yang diukur dari SRL yang melihat segala

sesuatu yang dikaitkan dengan pengarahan internal dari individu untuk berhasil dalam tugas akademis. Dimensi motivasi terdiri dari beberapa subdimensi yang antara lain adalah orientasi tujuan intrinsik, orientasi tujuan ekstrinsik, nilai tugas, kontrol atas kepercayaan dalam pembelajaran, kepercayaan akan pembelajaran dan prestasi,dan kecemasan akan ujian. Learning Strategies adalah salah satu dimensi yang diukur dari SRL yang melihat

segala sesuatu yang dikaitkan dengan penggunaan strategi belajar proaktif dan spesifik individu untuk mencapai tujuan belajar. Dimensi strategi belajar ini terdiri dari beberapa subdimensi, antara lain latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, metakoginisi dalam pengaturan diri, manajemen waktu/lingkungan belajar, pengaturan dalam berusaha, pembelajaran dari lingkungan teman sebaya, dan upaya pencarian bantuan.

Prestasi akademik (PA) adalah hasil pencapaian akademik contoh kelas tujuh semester dua yang dilihat berdasarkan nilai rapor sepuluh mata pelajaran, yakni Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematkia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Kesenian, Pendidikan Jasmani, dan Teknologi, Informasi, dan Komputer

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakteristik Keluarga

(21)

11

Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan individu (n=91)

Variabel Rata-rata±std Min-max

Pendapatan perkapita (Rp) 1 158 081.7±1 151 862.9 120 000-7 200 000

Lama pendidikan orangtua berbeda. Rata-rata usia contoh adalah 13.9 tahun dan semua contoh adalah remaja awal (Santrock 2003). Sementara itu, 53.8 persen contoh berjenis kelamin perempuan. Berikut sebaran karakteristik individu dijelaskan dalam Tabel 1 (lebih jelas pada Lampiran 5).

Kecerdasan Kognitif

Tabel 2 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini pencapaian contoh beragam pada setiap dimensi. Secara keseluruhan separuh contoh (50.5%) memiliki kecerdasan kognitif dengan kategori rata-rata. Sebanyak 27.5 persen dan 34.1 persen contoh memiliki kemampuan kinesthetic learning dan concentration

yaitu kemampuan mempelajari bentuk perubahan dan memperhatikan rangsangan tertentu dengan kategori jauh diatas rata-rata. Kemampuan contoh lainnya dalam dimensi visual memory (100%) dan integration (51.6%) yaitu kemampuan mengingat kembali pola-pola visual dan mengombinasikan beberapa proses dengan kategori jauh dibawah rata-rata. Kemampuan contoh lainnya dalam dimensi auditory sequencing (56.0%) yaitu kemampuan contoh dalam mengingat kembali urutan informasi yang telah didengarnya adalah rata-rata. Sementara itu, kemampuan auditory memory (46.2%) yaitu kemampuan menyebutkan kembali informasi-informasi yang telah didengarnya adalah diatas rata-rata dan kemampuan vocabulary (94.5%) yaitu kemampuan yang berkaitan dengan seberapa besar pengetahuan orang tersebut tentang kata-kata yang dikenalnya adalah dibawah rata-rata.

(22)

12

Self Regulated Learning

Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata capaian self regulated learning

contoh berada pada kategori sedang. Hal ini dijelaskan dengan capaian masing-masing dimensi yang rata-rata pencapaiannya adalah sedang (motivasi 70.2 dan strategi belajar 65.0). Jika dilihat berdasarkan subdimensi dari dimensi motivasi, capaian tertinggi yaitu subdimensi orientasi tujuan ekstrinsik dan capaian terendah yaitu subdimensi kecemasan akan ujian. Jika dilihat berdasarkan subdimensi dari dimensi strategi belajar, capaian tertinggi yaitu subdimensi pencarian bantuan dan capaian terendah yaitu subdimensi manajemen waktu/lingkungan belajar.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan capaian self regulated learning (n=91)

Dimensi Rata-rata* Min-Max

Motivasi 70.2 56.5-88.2

Orientasi tujuan intrinsik 70.2 45.8-100.0

Orientasi tujuan ekstrinsik 82.9 50.0-100.0

Nilai tugas 68.6 47.2-86.1

Kontrol atas kepercayaan dalam pembelajaran 78.7 54.2-100.0

Kepercayaan akan pembelajaran dan prestasi 67.9 39.6-93.8

Kecemasan akan ujian 58.8 16.7-93.3

Strategi Belajar 65.0 43.7-83.3

Latihan 67.3 37.5-100.0

Elaborasi 67.4 44.4-94.4

Pengorganisasian 67.5 33.3-95.8

Berpikir kritis 66.5 50.0-96.7

Metakoginisi dalam pengaturan diri 63.3 41.7-83.3

Manajemen waktu/lingkungan belajar 61.4 35.4-100.0

Pengaturan dalam berusaha 66.3 33.3-100.0

Pembelajaran dari lingkungan teman sebaya 62.8 22.2-94.4

Pencarian bantuan 67.8 45.8-100.0

Total 67.0 51.2-80.9

*Cut off: <60=rendah; 60-80=sedang; >80=tinggi

Prestasi Akademik

Prestasi akademik (PA) seringkali ditunjukkan dengan pencapain nilai remaja di sekolah yang digambarkan dalam nilai rapor. Tabel 4 menunjukkan lebih dari separuh contoh (51.6%) memiliki PA pada kategori di atas rata-rata.

(23)

13

Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Karakteristik Individu terhadap Kecerdasan Kognitif dan Self Regulated Learning

Untuk menguji pengaruh karakteristik keluarga terhadap kecerdasan kognitif dan SRL digunakan uji regresi linier berganda. Karakteristik keluarga yang diuji adalah pendidikan ayah dan ibu serta pendapatan perkapita.

Tabel 5 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kecerdasan kognitif dan self regulated learning

Variabel Kecerdasan kognitif β Self regulated learning

Sig. Β Sig.

Konstanta 8.303 0.000 422.477 0.000

Lama pendidikan ayah 0.033 0.410 0.156 0.379

Lama pendidikan ibu 0.044 0.379 -0.433 0.048*

Pendapatan perkapita 3.635E-8 0.794 -1.033E-7 0.865

R2 0.040 0.050

Adj R2 0.007 0.017

F 1.205 1.525

Sig. 0.313 0.214

Keterangan: *nyata pada sig.<0.05; **nyata pada signifikan <0.001

Tabel 5 menunjukkan bahwa karakteristik keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan kognitif (Adj. R2=0.007; sig.≥0.05). Hasil lain menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu berpengaruh negatif terhadap SRL remaja. Artinya, setiap lama pendidikan ibu bertambah 1 tahun akan menurunkan skor SRL sebesar 0.433.

Tabel 6 Pengaruh karakteristik individu terhadap kecerdasan kognitif dan self regulated learning

Variabel Kecerdasan kognitif Β Self regulated learning

Sig. Β Sig.

Konstanta 8.881 0.000 66.255 0.000

Jenis kelamin 0.705 0.014* 1.386 0.278

R2 0.066 0.013

Adj R2 0.055 0.002

F 6.285 1.192

Sig. 0.014* 0.278

Keterangan: *nyata pada sig.<0.05; **nyata pada signifikan <0.001

(24)

14

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Karakteristik Individu, Kecerdasan Kognitif, dan Self Regulated Learning terhadap Prestasi Akademik

Untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan SRLterhadap PA dilakukan uji pengaruh linier berganda. Tabel 7 menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah dan ibu, dan kecerdasan kognitif berpengaruh positif terhadap PA contoh. Pendidikan ayah dan ibu yang semakin lama, dan kenaikan skor kecerdasan kognitif masing-masing akan meningkatkan 0.239, 0.261, dan 1.064 skor PA contoh. Model ini secara keseluruhan berengaruh 32.5 persen terhadap prestasi akademik.

Tabel 7 Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik individu, kecerdasan kognitif, dan self regulatedlearning terhadap prestasi akademik

Variabel β PA

Keterangan: *nyata pada sig.<0.05; **nyata pada signifikan <0.001

Pembahasan

Prestasi akademik merupakan sebuah hasil dari proses pembelajaran. Psikolog Bandura (Santrock 2003) menjelaskan lewat Teori Belajar Sosial Kognitif bahwa individu belajar dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain lewat belajar observasi. Lebih lanjut, Bandura (Santrock 2003) menjelaskan bahwa tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan berpengaruh satu sama lain secara interaktif dalam proses pembelajaran. Tingkah laku individu dapat mempengaruhi kognisi dan sebaliknya aktivitas kognitif individu dapat mempengaruhi lingkungan, kemudian pengaruh lingkungan juga dapat mengubah proses pikiran individu. Pendekatan belajar sosial menekankan pada proses-proses perkembangan sosial dan kognitif yang mempengaruhi kepribadian seseorang (Santrock 2003). Dengan kata lain, proses pembelajaran yang akan menghasilkan prestasi akademik indivdu melibatkan banyak faktor yang tidak hanya berasal dari internal individu itu sendiri. Proses tersebut melibatkan diantaranya lingkungan keluarga yang dapat digambarkan lewat karakteristik keluarga, karakteristik individu seperti jenis kelamin, kecerdasan kognitif, dan self regulated learning

yang satu sama lain faktor tersebut saling berpengaruh interaktif.

Kecerdasan kognitif dalam beberapa temuan Hauser et al 1976; Hauser et al

(25)

15 selanjutnya. Selain itu, pengembangan penelitian Chalmers 1996; Dennett 1996; Donald 2001; Ferrari et al 2001; Searle 1997 (dalam Lerner 2004) menemukan bahwa masa remaja menjadi periode penting perkembangan kognitif. Pada masa ini, remaja mulai menyadari bahwa kegagalan atau keberhasilannya akan meramalkan kegagalan atau keberhasilannya di masa akan datang (Santrock 2003). Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini menemukan capaian kecerdasan kognitif remaja dengan rata-rata usia 13.9 tahun termasuk dalam kategori rata-rata. Kecerdasan kognitif yang terdiri dari tujuh dimensi tersebut memiliki capaian yang beragam. Misalnya pada dimensi visual memory, vocabulary, dan

integration remaja memiliki capaian yang buruk. Remaja belum mampu

mengingat kembali pola-pola visual, mengetahui kata-kata yang ada disekitarnya, serta belum mampu mengombinasikan beberapa proses dalam kehidupan sehari-harinya dengan baik. Namun, pada dimensi lain seperti auditory memory, kinesthetic learning, dan concentration remaja telah memiliki capaian yang baik. Artinya remaja telah mampu menyebutkan kembali informasi yang telah didengarnya, mampu mempelajari bentuk-bentuk perubahan sekitar, serta mampu memperhatikan stimulasi atau rangasangan tertentu dengan baik. Sementara itu, pada dimensi auditory sequencing remaja mampu mengingat kembali urutan informasi yang telah didengarnya dengan cukup baik.

Pengukuran terhadap SRL diperuntukkan untuk mengukur kemampuan individu sendiri untuk memulai usaha belajar secara langsung guna memperoleh tujuan yang diinginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua atau orang lain (Zimmerman 1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja memiliki SRL yang terkategori sedang. Artinya, remaja masih belum membangun secara optimal SRL dalam motivasi dan strategi belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini terlihat dari capaian pada subdimensi kecemasanan akan ujian yang rata-rata berada pada kategori rendah. Remaja dengan kecemasan akan ujian akan sulit memfokuskan perhatian mereka pada poin-poin penting, sulit mengorganisir materi pelajaran, tidak mampu menggunakan kode informasi dengan cepat, sulit mengatur waktu belajar, tidak mampu menggunakan sumberdaya dari luar, seperti teman sebaya (VanZile-Tamsen and Livingston 1999 dalam Taylor 2012). Namun, pada subdimensi orientasi tujuan ekstrinsik remaja memiliki capaian yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja lebih fokus untuk menunjukkan kemampuan mereka, fokus untuk mendapatkan nilai terbaik atau mendapat pujian dari orang lain, fokus membuktikan diri mereka berharga kepada orang lain, dan/atau menghindari konsekuensi negatif yang mungkin diterima dari luar (Ames, 1992; Elliot & Church, 1997; Elliot & Harackiewicz, 1996; Middleton & Midgley, 1997; Pintrich, 2000a dalam Taylor 2012).

(26)

16

belajar. Hal ini menurut Taylor (2012) mengindikasikan bahwa remaja telah mampu menjangkau pendamping dan pelajar lain yang mampu membantu dirinya dalam proses belajar. Remaja yang mampu mencari bantuan akan memiliki strategi belajar yang adaptif yang mampu mengoptimalkan proses belajar (Taylor 2012) serta remaja dapat meningkatkan pengalaman belajar mereka ketika mengahdapi tugas yang sulit lewat sumber bantuan yang mampu diperoleh (Ames 1983; Karabenick 1998; Zimmerman & Martinez-Pons 1986 dalam Taylor 2012). Penelitian terhadap pengaruh karakteristik keluarga, yakni lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga secara statistik tidak berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa lama pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap kemampuan kognitif remaja (Castillo et al 2011; McCulloh & Joshi 2001). Alasan perbedaan tesebut dapat dikarenakan faktor pendapatan keluarga berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif remaja lewat lingkungan rumah yang tidak diteliti dalam penelitian ini (McCulloh dan Joshi 2001). Selain itu, Weinberg (1989) dalam Santrock (2003) juga menjelaskan bahwa faktor penentu intelegensi juga dapat berasal dari perubahan lingkungan. Bahkan, Santrock (2003) menjelaskan lebih lanjut bahwa pengaruh lingkungan adalah suatu pengaruh yang kompleks dimana pencapaian orangtua (kaya dan sukses/pintar) tidak lantas menumbuhkan motivasi remaja untuk belajar dan mencapai kesuksesan (intelegensi).

SRL menjadi suatu bagian yang juga terbukti didukung oleh dukungan sosial (Zimmerman & Martinez-Pons 1990). Pada penelitian ini ditemukan lama pendidikan ibu berpengaruh negatif terhadap SRL. Hasil ini cenderung berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan dukungan sosial yang siswa terima dari orang tua berdampak positif terhadap penggunaan keterampilan pembelajaran mandiri (Zimmerman & Martinez-Pons 1990). Perbedaan dengan hasil penelitian sebelumnya ini dapat dikarenakan keluarga yang memiliki remaja cenderung dihadapkan pada ketidakpatuhan remaja yang menyebabkan orangtua berperilaku menjepit dan menekan remaja untuk mengikuti nilai-nilai yang diharapkan orangtua (Santrock 2003). Tekanan membuat remaja tidak mampu membangun regulasi diri mereka sendiri lewat eksperimen-ekrperimen yang dapat membangun SRL dengan optimal yang sesuai dengan diri mereka.

Pada penelitian ini karakteristik remaja, yakni jenis kelamin terbukti berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif. Remaja laki-laki mampu meningkatkan kecerdasan kognitif. Menurut Nyborg (2005) perbedaan jenis kelamin memberikan dampak berbeda pada kecerdasan kognitif akibat volume otak yang lebih besar sehingga kemampuan kognitif laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan (Nyborg 2005). Namun, penelitian lain tidak menemukan perbedaan kognitif berdasarkan jenis kelamin (Brody 1992; Halpern & Lamay 2000; Jensen 1998 dalam Nyborg 2005). Woolfolk dan Perry (2012) menjelaskan bahwa alasan perbedaan kecerdasan kognitif pada laki-laki dan perempuan lebih didasarkan pada bagaimana mereka belajar, bukan pada genetik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal lain yang dapat menyebabkan perbedaan tersebut adalah adanya perbedaan motivasi, prioritas dalam hidup, kepercayaan diri, dan ketertarikan (Woolfolk & Perry 2012).

(27)

17 Tingkah laku akan menjadi berbeda mengingat adanya perbedaan peran berdasarkan jenis kelamin. Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) bahwa terdapat perbedaan jenis kelamin dalam strategi SRL dimana perempuan secara signifikan lebih dapat menjaga dan memonitor, menyusun lingkungan, serta membuat rencana dan tujuan yang lebih baik daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin mampu menyebabkan perbedaan SRL. Penemuan tersebut berbeda dengan hasil pada penelitian ini. Penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin tidak menjadi satu faktor penentu SRL pada remaja. Perbedaan pada hasil penelitian ini dapat dikarenakan adanya dukungan sosial seperti guru dan teman sekelas, serta atau pengaturan ruang kelas yang berbeda yang juga berpengaruh pada capaian SRL yang tidak diteliti (Ames & Archer 1988; Zimmerman & Martinez-Pons 1990).

Pengukuran lainnya pada kecerdasan kognitif terbukti berpengaruh positif terhadap PA remaja. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa kecerdasan kognitif adalah prediktor terbaik untuk menentukan prestasi akademik di semua kelas (Laidra et al 2006). Sabornie et al

(2005) mengemukakan bahwa beberapa domain yang terlibat dalam PA diantaranya adalah kecerdasan kognitif. Colom dan Flores-Mendoza (2007) menyebutkan skor tes kecerdasan anak memrediksi perbedaan akademis mereka. Selanjutnya, penemuan tersebut menggarisbawahi bahwa kecerdasan sebagai prediktor asli perbedaan individu dalam pencapaian prestasi.

Pada SRL, hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh SRL terhadap PA. Penemuan ini didukung oleh Inpornvijit (2008) yang menemukan SRL tidak berpengaruh terhadap capaian PA. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang postif antara SRL dengan PA dimana penelitian tersebut menggunakan PA yang berbeda (hanya nilai membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam) dan penelitian tersebut dilakukan di negara yang berbeda (Hongkong) (Sui-Cu Ho 2005). Pada penelitian ini, kecerdasan kognitif cenderung lebih dominan dalam memengaruhi capaian PA. Pintrich and De Groot (1990) menyebutkan penemuan tentang pengaruh SRL dapat berbeda mengingat adanya perbedaan tugas kelas dan variabel konteks.

Penelitian Chung (2000) mengungkapkan bahwa PA dipicu oleh adanya dorongan dari internal dan dipengaruhi oleh adanya faktor dari eksternal. Tingginya tingkat pendidikan orangtua akan menghasilkan harapan yang lebih besar dengan kehadiran dan bantuannya terhadap pekerjaan sekolah anak (Davis-Kean 2005). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menemukan bahwa pendidikan orangtua, dan kecerdasan kognitif berpengaruh positif terhadap PA remaja. Penelitian lain menemukan hubungan yang signifikan antara SRL, dan inteligensi dengan PA (Herkusumo 1992).

(28)

18

lebih baik dalam bidang analogi verbal dan pemecahan masalah matematika (Spelke 2005 dalam Woolfolk & Perry 2012). Namun, penelitian Naderi et al

(2010) menemukan bahwa pengaruh dan perbedaan jenis kelamin terhadap prestasi akademik masih belum konsisten dengan penelitian sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orangtua remaja berpendidikan tamatan SMA dengan rata-rata penghasilan Rp1 158 081.70. Rata-rata usia remaja adalah 13.9 tahun dengan persentase terbesar dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Pencapaian skor kecerdasan kognitif remaja berada pada kategori rata-rata dengan kemampuan remaja dalam menyebutkan kembali informasi yang telah didengarnya, mempelajari bentuk-bentuk perubahan, dan memperhatikan stimulus yang diterima telah baik. Namun pada kemampuan mengingat kembali pola visual, mengerti kata-kata yang ada di sekitarnya, dan mengombinasikan beberapa proses termasuk capaian yang kurang serta kemampuan remaja dalam mengingat kembali urutan informasi termasuk capaian yang cukup baik. Temuan lain didapatkan pada hasil self regulated learning

remaja yang berada pada ketegori rata-rata dengan kemampuan orientasi tujuan intrinsik, nilai tugas, kontrol atas kepercayaan dalam pembelajaran, latihan, elaborasi, pengorganisasian, berpikir kritis, metakognisi dalam pengaturan diri, pengaturan dalam berusaha, dan pembelajaran dari lingkungan teman sebaya dimiliki dengan cukup baik. Sementara itu, pada kemampuan self regulated learning dalam subdimensi orientasi tujuan ekstrinsik dan pencarian bantuan dimiliki remaja dengan sangat baik serta kemampuan dalam subdimensi kecemasan akan ujian dan manajemen waktu/lingkungan belajar. Capaian prestasi akademik yang dimiliki remaja cenderung berada di atas rata-rata.

Lama pendidikan orangtua dan pendapatan perkapita tidak berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif. Analisis parsial menunjukkan pendidikan ibu ditemukan berpengaruh negatif terhadap self regulated learning remaja namun karakteristik lain tidak berpengaruh. Karakteristik remaja, yakni usia dan jenis kelamin hanya berpengaruh terhadap kecerdasan kognitif remaja namun tidak terhadap self regulated learning remaja. Analisis regresi menunjukkan pendidikan orangtua, usia remaja, dan kecerdasan kognitif saja yang berpengaruh terhadap prestasi akademik remaja sedangkan pendapatan perkapita, jenis kelamin, dan self

regulated learning tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik remaja.

Saran

(29)

19 belajar remaja dan menumbuhkan rasa percaya diri agar remaja tidak memiliki kecemasan yang berlebihan ketika menghadapi ujian. Mengingat temuan lain yang menunjukkan remaja perempuan memiliki skor kognitif yang lebih rendah maka orangtua dan sekolah perlu mengawasi remaja perempuan agar dapat lebih meningkatkan kemampuan mengingat kembali pola visual, memahami arti kata-kata di sekitar mereka, dan mengombinasikan beberapa proses yang ada untuk membantu optimalisasi kinerja kognitif mereka.

Mengingat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap prestasi akademik maka orangtua dengan pendidikan kurang dapat memperluas pendidikan dan pengetahuan mereka dengan menambah pendidikan nonformal ataupun lewat media yang saat ini mudah dijangkau. Orangtua dan sekolah juga perlu meningkatkan perhatian mereka mengingat kecerdasan kognitif akan berpengaruh positif terhadap prestasi akademik. Orangtua dan sekolah dapat memberikan pengawasan terhadap lingkungan seperti teman sebaya yang diduga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi akademik mereka mengingat masa remaja mulai memiliki orientasi lebih intensif pada hubungan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Ames C, Archer J. 1988. Achievement goals in the classroom: Students' learning strategies and motivation processes. Journal of Educational Psychology. 80(3): 260-267.

Bangirana P, Menk J, John CC, Bolvin MJ, Hodges JS. 2013. The association between cognition and academic Performance in Ugandan children surviving malaria with neurological involvement. Journal of Plos One. 8(2). Bianchi SM. 2000. Maternal employment and time with children: dramatic change

or surprising continuiting?. Demoghrapy. 37(4): 401-404.

Browning G. 2007. Emergenetics: Menyadap Ilmu Kesuksesan Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Castillo R, Ruiz JR, Chillon P, Jimenez-Pavon D, Esperanza-Diaz L, Moreno LA, & Ortega FB. 2011. Associations between parental educational/occupational levels and cognitive performance in Spanish adolescents: The AVENA study. Journal of Psicothema, 23(3), 349-355.

Chang M, Park B, & Kim S. 2009. Parenting classes, parenting behavior, and child cognitive development in early head start: a longitudinal model. The

School Community Journal, 19(1).

Chung MK. 2000. The development of self-regulated learning. Journal of Asia Pasific Education Review, 1(1):55-56.

Clemons TL. 2008. Underachieving gifted students: A social cognitive model.

The National Research Centre on The Gifted and talented. Virginia: Universutay of Virginia.

(30)

20

Davis-Kean PE. 2005. The influence of parent education and family income on child achievement: The indirect role of parental expectations and the home environment. Journal of Family Psychology. 19(2): 294-304.

Diniz A, Pocinho MD, Almeida LS. 2011. Cognitive abilities, sociocultural background, and academic achievement. Psicothema, 23(4): 695-700.

Furnham A, Chamorro-Premuzic T, McDougall F. 2003. Personality, cognitive ability, and beliefs about intelligence as predictors of academic performance.

Journal og Learning and Individual Differences. 14: 49-66.

Ghazi HF, Isa ZM, Aljunid S, Shah SA, Tamil AM, Abdalqader M. 2012. The negative impact of living environment on intelligence quotient of primary school children in baghdad city, Iraq: a cross-sectional study. BMC Public Health, 12(562).

Grolnick WS & Ryan RM. 1989. Parent Styles Associated with Children’s Self Regulation and Competence in School.Journal of Educational Psychology. 81(2): 143-154.

Hakimi S, Hejazi E, & Lavasani MG. 2011. The relationship between personality traits and students academic achievement. Journal of Social and Behavioral Science (Procedia), 29, 836-845.

Hastuti D. 2010. Teori dan Prinsip Pengasuhan serta Aplikasinya di Indonesia. Ed. revisi. Bogor: IPB.

Herkusumo AP. 1992. Hubungan antara pengaturan diri dalam belajar, self efficacy, lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar: suatu studi perbedaan antara siswa berbakat dan siswa biasa kelas satu SMA di Jakarta. [tesis]. [abstrak]. Depok: Universitas Indonesia.

Inpornvijit K. 2008. Effects of feedback on self-regulated learning strategy use and academic performance. [disertasi]. USA: University of South Alabama. Jay T. 1997. Gender of siblings, cognitive achievement, and academic

performance: Familial and Nonfamilial Influences on Children. Journal of

Marriage and the Family. 59(2).

Kumar R, Lal R. 2006. The role of self-efficacy and gender difference among adolescents. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology. 63(1): 128-138.

Kurman J. 2004. Gender, self enhancement, self regulation of learning behaviors in junior high school. ProQuest Sociology. 50(9/10): 725.

Laidra K, Pullmann H, & Allik J. 2006. Personality and intelligence as predictors of academic achievement: a cross-sectional study from elementary to secondary school. Journal of Personality and Individual Differences.

Latifah M dan Dina NN. 2002. Panduan Tes Kemampuan Kognitif Anak Usia Sekolah (10-11 tahun). Bogor: IPB.

Latipah E. 2010. Strategi self regulated learning dan prestasi belajar: Kajian meta analisis. Jurnal Psikologi. 37(1): 110-129.

Lerner MR. 2004. Handbook of Adolesecent Psychology. 2nd Ed. Lerner MR, Steinberg L editor. USA: John Wiley & Sons, Inc.

(31)

21 McCulloh A, Joshi HE. 2001. Neighbourhood and family influences on the cognitive ability of children in the british national child development study. [abstrak]. Journal of Social Science Media. 53(5): 579-591.

Megawangi R, Latifah M, dan Dina WF. 2008. Pendidikan Holistik. Depok: Indonesia Heritage Foundation.

Naderi H, Abdullah R, Aizan HT, Sharir J. 2010. Intelligence and academic achievement: an investigation of gender differences. Life Science Journal,

7(1).

Nyborg H. 2005. Sex-related differences in general intelligence g, brain size, and social status. Journal of Personality and Individual Differences. 39: 497– 509.

Pintrich PR dan De Groot EV. 1990. Motivational and self-regulated learning components of classroom academic performance. Journal of Educational Psychology, 82(1), 33-40.

Pintrich PR, Smith DAF, Garcia T, & McKeachie WJ. 1991. A manual for the use

of the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Ann

Arbor: University of Michigan, National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning.

Santrock JW. 2003. Adolesence: Perkembangan Remaja. Adelar BS, Saragih S, penerjemah; Kristiadji, Sumiharti Y, editor. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence.

Sui-Chu Ho E. 2005. Self regulated learning and academic achievement of Hongkong Secondary School Students. Education Journal, 32(2).

Suksmadi I, Sumarwan U, Khomsan A, Hartoyo. 2009. Kualitas remaja di Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, 2(2).

Taylor RT. 2012. Review of the Motivated Strategies For Learning Questionnaire (MSLQ) using reliability generalization techniques to assess scale reliability. [disertasi]. USA: Auburn University.

Woolfolk A, Perry NE. 2012. Child and Adolescent Development. USA: Pearson Education, Inc.

Zimmerman BJ. 1989. Social cognitive views of self-regulated academic learning.

Journal of Educational Psychology, 81(3), 329-339.

___________. 1990. Self regulated learning and academic achievement: An overview. Journal of psychologist. 25(1): 3-17.

___________. 2002. Becoming a self-regulated learner: an overview. Journal of Theory into Practice. 41(2).

Zimmerman BJ, Martinez-Pons M. 1986. Development of a structured interview for assessing student use of self-regulated learning strategies. America

Educational Research Journal. 23(4): 614-628.

__________________________. 1990. Student differences in self-regulated learning: relating grade, sex, and giftedness to self-efficacy and strategy use.

(32)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Teknik dan cara pengumpulan data

Lampiran 2 Dimensi dan subdimensi self regulated learning berdasarkan

kuesioner Measuring Self Regulated Learning Questionare (MSLQ)

Dimensi Motivasi Dimensi Strategi Belajar

Subdimensi Subdimensi

Orientasi tujuan intrinsik (IGO) Latihan (R)

Orientasi tujuan ekstrinsik (EGO) Elaborasi (E)

Nilai tugas (TV) Pengorganisasian (O)

Kontrol atas kepercayaan akan pembelajaran (CLB)

Berpikir kritis (CT)

Kepercayaanakan pembelajaran dan prestasi(SELP)

Metakoginisi dalam pengaturan diri (MSR)

Kecemasan akan ujian (TA) Manajemen waktu/lingkungan belajar

(SEM)

Pengauran dalam berusaha (ER) Pembelajaran dari lingkungan teman sebaya (PL)

Upaya pencarian bantuan (HS) Dikembangkan oleh Pintrich et al (1991)

Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data

Primer Karakteristik keluarga:

- Pendapatan perkapita - Pendidikan

orangtua

Kuesioner

Rasio

Rasio

Primer Karakteristik individu:

- Usia

- Jenis kelamin

Kuesioner

Rasio Nominal

Primer Kecerdasan kognitif Instrumen Ordinal

Primer Self regulated learning Kuesioner Ordinal

Sekunder Prestasi akademik Rapor contoh Rasio

(33)

23

Pendapatan per kapita (Rp) ≤214 338

214 339-428 676

tamat SMA; tamat S1; tamat S2/lebih Kecerdasan kognitif Jauh di atas rata-rata (>13)

Di atas rata-rata (11,1-13)

Prestasi akademik Di atas rata-rata; di bawah rata-rata

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

(34)

24

Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu

Karakteristik Frekuensi

n (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 42 46.2

Perempuan 49 53.8

Usia (tahun)

13 – 13.11 37 40.7

14 – 14.11 53 58.2

>15 1 1.1

Min – max 13.0 – 15.4

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan individu
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan individu (n=91)
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan capaian self regulated learning (n=91)
Tabel 5 Pengaruh karakteristik keluarga terhadap kecerdasan kognitif dan self regulated learning

Referensi

Dokumen terkait

Faktor persamaan suatu negara yang dapat menyebabkan terjadinya kerjasama ekonomi antar negara adalah..... Persamaan

pembelajaran pengenalan warna, huruf dan angka untuk anak usia dini. dengan 3 bahasa di smartphone

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2007) bahwa rata-rata pertumbuhan (ROGIC) intellectual capital tidak berpengaruh terhadap kinerja

Supriatna (2009: 2) mengungkapkan bahwa secara khusus tujuan bimbingan karir di sekolah adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan individu (peserta

Our physiological, patho- physiological, and clinical depart- ment is a little different concerning its approach to the teaching of physi- ology, but the goal is the same: to

March 2 nd 3 rd , 2016, Atria Hotel &amp; Conference, Malang, Indonesia Department of Mathematics, Faculty of Science, Brawijaya

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi semacam tanya jawab secara langsung antara penyelidik dengan subjek berupa percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi

Peningkatan jumlah bubur buah sirsak dengan bubur bit memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap parameter yang diamati yaitu meningkatkan kadar