• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo Kabupaten Langkat"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR WAWANCARA

1. Siapa saja pihak-pihak yang diundang dalam musrenbangdes desa Sambirejo tahun 2016? Apakah pihak-pihak yang diundang tersebut hadir dalam musrenbangdes tersebut?

2. Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di desa Sambirejo?

3. Seberapa pentingnya kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes untuk perencanaan pembangunan?

4. Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan pembangunan?

5. Bagaimana tingkat kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes? 6. Sebenarnya bentuk partisipasi apa yang diharapkan dari masyarakat dalam

perencanaan pembangunan desa?

7. Apakah Bapak sebagai kepala desa ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?

8. Bagaimana bentuk peranan pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?

9. Apakah dalam pembangunan di desa masyarakat sudah ikut berpartisipasi? 10. Seberapa besar sumbangan masyarakat dalam proses pembangunan yang

dilaksanakan di desa Sambirejo?

11. Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo?

(2)

13. Apakah masyarakat sudah puas terhadap hasil pembangunan desa?

14. Bagaimana situasi dan kondisi pembangunan yang telah dilakukan di Desa Sambirejo?

15. Apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat?

16. Apakah masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo?

(3)
(4)

Ali, Farid. 1997. Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi dan Pemerintahan. Jakarta: Rajawali Pers.

Conyers, Diana. 1991. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gajah Mada University Pers.

Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Terjemahan: Susetiawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: PT. Alumni.

Davis, Keith dan Newstrom, John W. 2004. Perilaku dalam Organisasi, Edisi 7 Bahasa Indonesia, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hadi, Sudharto P. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Isbandi, Rukminto Adi. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Asset Komunitas: dari Pemikiran Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nasution, Arifin. 2008. Perencanaan Pembangunan Daerah. Medan: FISIP USU Press.

Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Grasindo.

Panudju, Agung. 2003. Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan unit PT.X Palembang. Jurnal Manajemen dan bisnis Sriwijaya.

Riyadi & Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(5)

Siagian, Sondang P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Pertama, Cetakan Keempat Belas. Jakarta: Bumi Aksara.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei ( Editor). Jakarta: LP3ES.

Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Supriyanto, Budi. 2009. Manajemen Pererintahan (Plus Dua Belas Langkah Strategis). Tangerang: CV. Media Berlian.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Tjiptoherijanto, Prijono & Said Z. Abidin. 1993. Reformasi Administrasi Dan Pembangunan Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1998. Perencanaan Pembangunan. Jakarta: CV Haji

Masagung.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Jakarta: Erlangga.

Warsito, Utomo. 1997. Peranan dan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bandung: dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, volume 1.

Widjaja, HAW. 2001. Otonomi Desa merupakan Otonomi Asli Bulat Dan Utuh. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(6)

Sumber Lain

http://www.langkatkab.go.id/

http://radita-cahyani.blogspot.com/2012/10/1.html

Sumber Undang-Undang

Undang-undang RI No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).

Undang-undang RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008.

Peraturan Desa Sambirejo Nomor 01 Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKP-Desa).

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah.

(7)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Desa Sambirejo

Desa Sambirejo merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 1.081 Ha. Desa ini berjarak ± 1,7 Km dari ibukota Kabupaten Langkat.

Asal kata nama Sambirejo berasal dari 2 kata yaitu Sambi yang berarti sambil atau nyambi dan rejo yang berarti sukses. Jadi Sambirejo memiliki arti “kerja sambilan menuju sukses”. Diberi nama Sambirejo karena penduduk asli

desa ini berasal dari Dusun Limau Manis yang sekarang merupakan Dusun IX di Desa ini. Pada awalnya penduduk Limau Manis ini bekerja pada areal perkebunan Belanda, namun setelah Belanda kalah perang maka mereka terpaksa kehilangan pekerjaan, untuk menghidupi keluarga mereka mengolah lahan sendiri di Desa Limau Manis. Untuk mencapai pendapatan tambahan penduduk dari Dusun Limau Manis ini melakukan kerja sambilan dengan menggarap lahan yang sebelumnya adalah milik Belanda yang sudah tidak aktif lagi. Akibatnya satu persatu penduduk Limau Manis membawa pindah keluarganya kelahan baru yang dahulunya adalah tanah tanah perkebunan milik Belanda, hingga akhirnya terus berkembang dan terbentuklah sebuah desa, yaitu Desa Sambirejo. Mengenai tahun berdirinya Desa Sambirejo tidak diketahui dengan pasti dikarenakan data-data tersebut telah musnah pada saat pergolakan G30S/PKI.

(8)

mengalami langsung setiap perkembangan Desa Sambirejo sebagai juru kunci memperoleh informasi yang sebenarnya. Berikut nama-nama yang pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa Sambirejo sejak tahun 1951 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nama-Nama Kepala Desa Sambirejo

No Nama-nama Kepala Desa Sambirejo Tahun

1 Sasta Rebo Sebelum s/d 1951

8 Drs. Zulkifli (Pelaksana) 1994 s/d 1995

9 Satiman 1995 s/d 2003

10 Suparto (Pelaksana) 2003 s/d 2004

11 Satiman S.Sos 2004 s/d 2009

12 Kusnadi 2010 s/d sekarang

Sumber : Profil desa tahun 2009

3.2 Keadaan Geografis Desa Sambirejo

Desa Sambirejo memiliki luas areal sekitar 1.081 Ha yang sebagian besar terdiri dari areal persawahan, perkebunan penduduk. Tanah yang dimanfaatkan berupa tegalan, kebun dan ladang seluas ± 626 Ha. Areal perkebunan seluas 70 Ha dan selebihnya 485 Ha digunakan sebagai areal pemukiman penduduk.

(9)

Perkarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan menanam tanaman apotik hidup, buah-buahan seperti rambutan, serta bunga-bungaan yang dapat di jual. Mengenai tata guna tanah di desa ini secara lebih rinci dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 3.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo

No Tata Guna Tanah Luas (Ha)

1 Bangunan dan halaman 458

2 Sawah tadah hujan 521

3 Tagalan, kebun dan huma 175

Total 1.081

Sumber : Profil desa tahun 2009

Desa Sambirejo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN II / Kwala madu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Jati

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kwala Begumit - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sendang Rejo

3.3 Pembagian Dusun di Desa Sambirejo

Desa Sambirejo di bagi menjadi 9 dusun, yaitu :

1. Dusun I Jl. T. Amir Hamzah

(10)

menggunakan sistem imigrasi. Industri rumah tangga di Dusun I ini merupakan pembuatan kerupuk opak yang terbuat dari ubi kayu, dan pembuatan batu bata. Selain itu terdata juga usaha penggalian pasir dari sungai Bingai yang merupakan usaha milik perorangan.

2. Dusun II Jl. Setia Utama

Dusun ini terletak ± 500 M dari jalan utama yang yang dilintasi oleh rel kereta api. Seperti halnya dusun I, penduduk dusun II ini juga mayoritas bertani yang bergabung dalam kelompok tani “Karya Tani” dengan panen

tiga kali dalam setahun yaitu : Padi – Palawija – Padi. Dusun limau ini mayoritas penduduknya beretnis Jawa. Industri rumah tangga di dusun ini adalah kerajinan tangan yaitu pembuatan bunga hiasan, tas dari manik-manik dan juga terdapat kilang batu permata.

3. Dusun III Jl. Bhakti

Dusun ini berjarak ± 300 M dari jalan utama, dan mayoritas bekerja sebagai petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Disini juga terdapat industri rumah tangga yang mengelola kacang kedelai menjadi tempe dan keripik tempe.

4. Dusun IV Jl. T. Amir Hamzah

(11)

smock jepang, membuat tas dari tali kur, sulam border, membuat gorden, membuat tikar, membuat tahu, temped an kerupuk emping.

5. Dusun V Jl. Bumi Ayu

Dusun ini terletak ± 300 M dari jalan utama, seperti halnya pada Dusun II dan Dusun III. Penduduk dusun ini mayoritas petani dengan pola tanam padi – palawija – padi. Selain petani terdapat juga usaha peternakan domba yang merupakan bantuan dari pemerintah.

6. Dusun VI Jl. Yogya

Dusun ini berjarak ± 2 Km dari jalan utama, disebut dengan Dusun Yogya dikarenakan penduduk di dusun ini mayoritas pendatang dari provinsi Yogyakarta, mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan untuk usaha sampingan banyak juga yang bekerja sebagai buruh di PTPN II Kwala Madu.

7. Dusun VII Jl. Tempel

Dusun ini berjarak ± 275 Km dari jalan utama, disebut Dusun Tempel dikarenakan lokasi dusun ini bersebelahan atau menempel disamping rel kereta api. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah. 8. Dusun VIII Jl. Waru-waru

(12)

9. Dusun IX Limau Manis

Dusun ini dipisahkan oleh sungai Bingai dengan dusun-dusun lainnya. Dan berjarak 5 Km dari jalan uatam. Mata pencaharian penduduk dusun ini adalah bertani sawah dan menanam tanaman perkebunan seperti sawit dan coklat.

3.4 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk desa berdasarkan pendataan adalah 7.058 jiwa yang terdiri dari 3.654 jiwa pria dan 3.404 jiwa wanita dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.006 kepala keluarga.

Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Dusun Pria Wanita Jumlah

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

2. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(13)

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat Sekolah 1167

2 Tidak Tamat SD 443

3 Tamat SD 1309

4 Tamat SLTP 1273

5 Tamat SLTA 2278

6 Tamat Perguruan Tinggi 318

Total 6788

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

3. Berdasarkan Sosial Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat Desa Sambirejo umumnya adalah sebagai petani yang sudah menggunakan teknologi dalam sistem pertaniannya. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman hampir disetiap dusun telah dibentuk kelompok tani dan secara berkala diadakan penyuluhan oleh PPL sehingga petani terlepas dari spekulan tengkulak. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(14)

9 Dokter swasta - -

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

4. Sosial Budaya dan Agama

Sebagian besar masyarakat Desa Sambirejo menganut agama Islam, sarana untuk melaksanakan kegiatan peribadatan di Desa Sambirejo ini antara lain terdapat Mesjid dan Mushollah sebanyak 12 buah, kehidupan dan kegiatan kerohanian cukup baik ditandai dengan adanya Majlis Ta’lim dan Remaja Mesjid. Selain agama Islam ada juga penduduk yang memeluk agama Kristen dan Budha, yang hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Adat istiadat dan tradisi di Desa ini yang mayoritasnya suku Jawa masih terpelihara dengan baik sebagai norma kehidupan bermasyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan budaya yang dilaksanakan pada acara-acara tertentu seperti perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, hari besar agama Islam, pesta-pesta rakyat dan lainnya. Keadaan penduduk Desa Sambirejo menurut agama adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Keadaan Penduduk Desa Sambirejo Menurut Agama

(15)

7 Kepercayaan Kepada Tuhan YME - -

8 Aliran Kepercayaan Lainnya - -

Jumlah 3654 3404

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

3.5 Sarana Umum Desa Sambirejo

Untuk sarana umum di Desa Sambirejo ini memang tidak terlalu lengkap dan kurang berkembang dengan pesat, ini dikarenakan jarak Desa Sambirejo dengan ibukota kecamatan yang lumayan dekat, hanya memerlukan waktu 15 menit untuk mencapai kota Binjai dengan kendaraan. Karena itu jika ada warga yang memerlukan sarana kesehatan maupun pendidikan yang lebih memadai, mereka akan pergi langsung ke kota Binjai. Hal ini juga didukung dengan sarana transportasi umum menuju ke kota Binjai juga sangat mudah dicari dan lancar.

3.5.1 Sarana Kesehatan Desa Sambirejo

Sarana kesehatan yang tersedia di Desa Sambirejo memang tidak begitu lengkap. Dan sarana-sarana kesehatan yang ada di Desa Sambirejo adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7 Sarana Kesehatan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Rumah Sakit -

2 Puskesmas 1

3 Posyandu 9

4 Balai Pengobatan Masyarakat 5

5 Toko Obat -

6 Rumah Bersalin 5

(16)

3.5.2 Sarana Pendidikan Desa Sambirejo

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam setiap hidup, karena tingkat pendidikan sangat berkaitan erat dengan kesejahteraan sosial ekonomi. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi cenderung akan member tingkat kesejahteraan yang baik pula, demikian sebaliknya. Karena itu pendidikan sangat penting demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Sambirejo ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8 Sarana Pendidikan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 TK 7

2 SD 7

3 SLTP -

4 SLTA -

5 Lembaga Pendidikan Agama 5

6 Perpustakaan Desa 1

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

3.5.3 Sarana Olahraga Desa Sambirejo

Sarana olahraga merupakan tempat kegiatan olahraga warga desa, pada umumnya kegiatan olahraga banyak dilakukan oleh pemuda desa, sarana yang dimiliki diantaranya adalah :

Tabel 3.9 Sarana Olahraga di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 1

2 Lapangan Bulu Tangkis 1

3 Lapangan Tenis -

4 Lapangan Voli -

(17)

3.5.4 Sarana Peribadatan Desa Sambirejo

Sarana peribadatan di wilayah Desa Sambirejo memang tidak terlalu lengkap. Tercatat hanya terdapat sarana peribadatan bagi umat muslim di Desa Sambirejo ini. Sedangkan sarana peribadatan agama lain tidak ada sama sekali. Hal ini di karenakan jumlah pertumbuhan umat beragama selain Islam tidak terlalu berkembang di desa ini.

Tabel 3.10 Sarana Peribadatan di Desa Sambirejo

No Keterangan Jumlah

1 Mesjid 8

2 Mushollah 7

3 Gereja Khatolik

4 Gereja Protestan

5 Vihara

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

3.6 Bidang Pemerintahan Desa Sambirejo

Struktur pemerintahan Desa Sambirejo dipimpin oleh Kepala Desa yang dibantu oleh Sekretaris Desa, kepala urusan, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sesuai dengan peraturan pemerintah yang diatur di dalam UU No. 72 Tahun 2005 tentang pemerintahan desa, dan di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka Kepala Desa Sambirejo mempunyai tugas dan kewenangan sebagai kepala desa.

1. Tugas dan Kewajiban Kepala Desa

(18)

Eksekutif dalam pemerintahan desa untuk dapat menjalankan roda pemerintahan desa. Kepala Desa bertanggungjawab kepada badan permusyawaratan desa (BPD) sebagai lembaga legislasi yang berfungsi sebagai pengawas jalanya pemerintah desa. Kepala Desa dipilih langsung oleh masyarakat desa melalui pemilihan kepala desa (Pilkades) yang bersifat langsung bila masa pemerintahan kepala desa telah berakhir. Kepala desa memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan kemudian dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan berikutnya. Kepala desa bukan sebagai pegawai pemerintahan dan harus melepaskan jabatannya sebelumnya untuk menjaga netralitas dalam mewujudkan otonomi desa.

Tugas dan kewajiban Kepala Desa meliputi :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa 2. Membina kehidupan masyarakat desa

3. Membina perekonomian desa

4. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa 5. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa

6. Mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasanya 7. Menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD dan

laporan pelaksanaan tugas kepada Kepala Daerah

(19)

Kewenangan Kepala Desa yaitu :

1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD)

2. Mengajukan rancangan peraturan desa, menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan bersama BPD

3. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD

4. Membina kehidupan masyarakat desa

5. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

6. Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang-undangan

7. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Perangkat Desa

Dalam menjalankan tugas pemerintahan kepala desa dibantu oleh perangkat desa yang berasal dari pegawai pemerintahan kecamatan. Perangkat desa yang terbentuk terdiri atas unsur pelayanan yaitu sekretariat desa yang dipimpin sekretaris desa. Sekretaris desa mempunyai tugas untuk membantu tugas kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

Fungsi dari Sekretaris Desa meliputi :

(20)

2. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur sekretariat desa.

3. Merumuskan program kegiatan kepala desa.

4. Menyusun Rencana dan Penerimaan dan Belanja Desa. 5. Melaksanakan Administrasi kepegawaian Aparat Desa. 6. Menyiapkan Produk hukum Desa.

7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala desa sesuai dengan Peraturan perundang-undangan.

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan permusyawaratan desa (BPD) adalah suatu badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat yang ada di desa dan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dipilih oleh masyarakat desa melalui rapat musyawarah desa dengan musyawarah mufakat yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat desa. Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tampak bahwa peran BPD lebih dominan. Selain memberi masukan kepada Kepala Desa, BPD juga dapat membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi pelaksanakan kebijaksanaan tersebut, BPD dapat meminta pertanggungjawaban Kepada Kepala Desa sebagai pelaksana.

1. Kedudukan BPD

- BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

(21)

2. Tugas, Fungsi dan Kewajiban BPD BPD mempunyai tugas :

- Melaksanakan pemilihan Kepala Desa

- Meminta pertanggungjawaban Kepala Desa atas nama rakyat pada setiap akhir tahun anggaran

- Menyalurkan aspirasi masyarakat kepada instansi yang berwenang - Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembinaan perekonomian

masyarakat desa

- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka pembangunan desa

- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka ketertiban dan ketentraman desa

- Memberikan saran dan pendapat dalam rangka penyelesaian perselisihan / permasalahan antar warga di desa

- Melaksanakan kerja sama antar desa

- Bekerja sama dengan masyarakat dan aparat keamanan dalam memberantas narkoba, perjudian, penjualan anak perempuan, HAM dan kriminalitas

BPD mempunyai fungsi :

- Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan bersama-sama dengan Pemerintah Desa

(22)

- Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, APBDesa serta keputusan Kepala Desa

- Menampung aspirasi masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang

BPD mempunyai kewajiban :

- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa dari sisi Peraturan Desa

- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan masyarakat desa yang berwujud dalam menampung setiap aspirasi masyarakat yang di sampaikan kepada BPD

- Sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam membina kehidupan perekonomian masyarakat desa dan atau penggalian sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa

- Melaksanakan kewajiban tugas memelihara ketertiban dan ketentraman masyarakat desa, sebagai mitra Pemerintahan Desa dalam menciptakan kesatuan dan persatuan masyarakat desa

- Menerima rancangan peraturan desa dari Pemerintahan Desa dan bersama-sama menetapkan peraturan masyarakat desa

- Mempunyai kewajiban tugas untuk melestarikan adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa dengan bermitra dengan Pemerintah Desa

- Mempunyai kewajiban untuk mengajukan usul pengangkatan dan pemberhentian pejabat Kepala Desa

(23)

- Mempunyai kewajiban meminta pertanggungjawaban Kepala Desa dalam bentuk Administrasi Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa, Administrasi Pembinaan Desa serta Administrasi Keuangan Desa

- BPD dengan Pemerintahan Desa merencanakan pembangunan, penggunaan dana bantuan desa dari pemerintah, proyek-proyek pemerintah atau swasta, pelaksanaan dan penempatan lokasi pembangunan harus mendapat perizinan / persetujuan BPD

3. Hak-hak BPD yaitu :

- Hak meminta pertanggungjawaban kepada Kepala Desa - Hak anggaran

- Hak mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota - Hak meminta keterangan kepada Kepala Desa

- Hak mengadakan prakarsa/perubahan rancangan Peraturan Desa - Hak mengajukan pendapat

- Hak penyelidikan

- Hak menetapkan tata tertib BPD

- Hak mengajukan usul pengangkatan/pemberhentian Kepala Desa

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai tugas dan wewenang meliputi :

- Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa yang terdiri dari para anggota BPD dan tokoh masyarakat

- Menetapkan calon terpilih Kepala Desa melalui keputusan Badan Perwakilan Desa

(24)

- Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) bersama-sama dengan Kepala Desa

(25)
(26)

Dan nama-nama pemegang jabatan-jabatan diatas dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.11 Nama-nama Pemegang Jabatan Perangkat Desa Sambirejo

No Jabatan Nama

1 Badan Permusyawaratan Desa (BPD) H. Amar Ma'ruf, S.Ag 2 Kepala Desa Sambirejo Kusnadi

3 Sekretaris Desa Tia Tantia

4 Ka. Urusan Pemerintahan Suparto 5 Ka. Urusan Pembangunan Mawardi

6 Ka. Kesra Susi Suprapti, S.Sos

Sumber : Profil Desa Tahun 2016

3.7 Visi dan Misi Desa Sambirejo

Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana Desa Sambirejo Kecamatan Binjai harus dibawa, agar tetap eksis dan inovatif, secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

(27)

Misi merupakan fokus dari sasaran yang ingin dicapai bersama dengan masyarakat, lembaga-lembaga di Desa serta Pemerintah Desa yang dipimpin oleh Kepala Desa selama masa kepemimpinannya. Untuk mewujudkan misi tersebut Pemerintah Desa Sambirejo mempunyai misi sebagai berikut :

1. Mewujudkan masyarakat yang maju, cerdas, mandiri dan sejahtera.

2. Meningkatkan peran kehidupan beragama serta memelihara dan mengembangkan norma, adat istiadat serta budaya masyarakat Desa Sambirejo.

3. Meningkatkan pelayanan dengan mengedepankan penggunaan anggaran yang efektif, transparan serta melakukan reformasi yang sungguh-sungguh demi tercapainya pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Desa Sambirejo. 4. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam pembangunan melalui

peningkatan partisipatif masyarakat. 5. Meningkatkan mutu layanan kesehatan.

(28)

PENYAJIAN DATA

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan utama dan informan tambahan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

(29)

dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

4.3 Hasil Wawancara

(30)

1. Perencanaan Pembangunan

Menurut D. Conyers dan Hills (1984), perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

Perencanaan pembangunan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat (baik langsung maupun tidak langsung). Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat yang pada umumnya bukan saja sebagai objek tetapi sebagai subjek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up).

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis menanyakan kepada kepala desa Sambirejo yaitu bapak Sukadi mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. “Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa di desa Sambirejo?” Beliau menjawab :

“Tingkat partisipasi cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing, misalnya mengenai masalah jalan, sosial, ekonomi, serta budaya.”

Dan penulis kembali menanyakan: “Seberapa pentingnya kehadiran masyarakat dalam mengikuti musrenbangdes untuk perencanaan pembangunan?” Beliau menjawab :

(31)

Dengan adanya penjelasan diatas dapat dilihat bahwa masyarakat sudah berpartisipasi dalam mengikuti musrenbangdes. Karena partisipasi masyarakat memang sangat menentukan kelancaran pembangunan di desa tersebut. Untuk mempertegas pernyataan tersebut, peneliti mewawancarai Ketua BPD desa Sambirejo yang secara aktif terlibat dalam proses pembangunan program desa, yaitu Bapak Amar Ma’ruf, beliau menjelaskan :

Dalam setiap Musrenbangdes di desa ini masyarakat sudah berpartisipasi. Tetapi masih ada masyarakat yang tidak peduli, karena masyarakat menilai tanpa mengikuti pun semuanya tetap berjalan. Ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pembangunan dan belum merasa ada tanggung jawab dalam pelaksanaannya.”

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan masyarakatnya, keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara maksimal. Hal ini sangat diperlukan karena yang lebih tahu akan kebutuhan pembangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah desa harus dekat dengan masyarakat sehingga tercipta pembangunan yang efektif dan berguna bagi masyarakat.

Untuk mengetahui siapa sajakah yang terlibat di dalam perencanaan pembangunan di desa Sambirejo, penulis menanyakan kepada sekretaris desa Ibu Tia Tantia. Beliau menjawab :

(32)

Penulis juga menanyakan hal yang lain kepada sekretaris desa Sambirejo. “Sebenarnya bentuk partisipasi apa yang diharapkan dari masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa?” Beliau memaparkan :

“Yang paling utama ide atau gagasan dari mereka ya atau apa saja yang di butuhkan di desa ini. Kemudian bukan hanya ini, tetapi juga dalam bentuk seperti swadaya, gotong royong, ataupun apa saja yang diperbantukan oleh mereka untuk membantu pembangunan di desa.”

2. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Partisipasi masyarakat merupakan suatu keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan. Dalam hal ini masyarakat berfungsi sebagai subjek pembangunan dan bukan objek dari pembangunan tersebut. Dan harus ikut serta dalam menentukan semua program apa yang akan dilakukan di desa. Di sisi lain pembangunan desa yang dibangun juga akan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan desa akan dapat mengenai sasaran apabila masyarakat benar-benar terlibat dalam perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan, baik itu mulai dari penyusunan rencana, maupun sampai pada proyek pembangunan tersebut selesai, bahkan pemeliharaannya.

(33)

Adapun indikator-indikator yang akan diteliti dari partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut :

2.1 Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat

Untuk melihat hal tersebut maka penulis melakukan wawancara dengan Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi mengenai partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, beliau menjelaskan :

“Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing. Tidak hanya masyarakat, aparat desa juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa ini.”

Masih dalam masalah partisipasi masyarakat, penulis mewawancarai ketua BPD Sambirejo yang secara aktif terlibat dalam proses pembangunan desa yaitu Bapak Amar Ma’ruf, beliau menjelaskan :

“Partisipasi masyarakat desa dalam perencanaan pembangunan sudah ada, misalnya ikut dalam kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan. Serta dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan.”

Untuk mempertegas pernyataan tersebut, penulis menanyakan hal yang sama kepada Bapak Mawardi (Kaur Pembangunan), beliau menjelaskan :

(34)

Masih dalam masalah partisipasi masyarakat, peneliti mewawancarai tokoh masyarakat yang dianggap benar-benar mengetahui pembangunan di desa Sambirejo dan terlibat di dalamnya yaitu Bapak Jaswadi, dengan menanyakan “Apakah dalam pembangunan di desa masyarakat sudah ikut berpartisipasi?” Beliau menjelaskan :

“Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sudah ada, yaitu dalam pemberian ide atau gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Dan juga dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan atau jembatan, masyarakat juga mau memberikan sumbangan dana pembangunan.”

Pertanyaan lain juga penulis tanyakan kepada Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi, yaitu “Seberapa besar sumbangan masyarakat dalam proses

pembangunan yang dilaksanakan di desa Sambirejo?” Beliau menjelaskan :

“Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang sedang, telah dan akan dilaksanakan masih kurang, hal ini disebabkan banyak faktor. Misalnya dalam memberikan partisipasi dalam bentuk dana atau uang, tingkat ekonomi masyarakat di desa ini rata-rata masih rendah, partisipasi dalam bentuk pikiran atau ide juga kurang, dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat rata-rata masih rendah, dan partisipasi dalam bentuk tenaga sudah cukup lah, tapi masih ada saja masyarakat yang tidak ikut terlibat, hal ini dikarenakan kesibukan masyarakat untuk mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.”

2.2 Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan

(35)

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sangat baik, dimana hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan. Rasa kesadaran dan tanggung jawab ini muncul apabila pemerintah daerah dapat menyetujui suatu hal atau dapat menyerap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, untuk itulah keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah sangat penting.

Untuk mengetahui apakah masyarakat juga dilibatkan dalam penetapan pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo, penulis bertanya kepada kepala desa Sambirejo Bapak Sukadi. Beliau menjelaskan :

“Iya mereka memang harus dilibatkan. Untuk menentukan prioritas juga harus berdasarkan musyawarah yang melibatkan masyarakat.”

Untuk melihat kenyataan yang terjadi dilapangan, yaitu apakah masyarakat benar-benar dilibatkan dalam penetapan kebijakan pembangunan desa yang dilakukan, penulis mewawancarai langsung dengan salah satu anggota masyarakat.

Adapun yang penulis wawancarai adalah Bapak Bambang, dengan menanyakan “Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program

pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo?” Beliau menjawab :

“Dalam penetapan program pembangunan masyarakat selalu dilibatkan, namun kendalanya ada pada masyarakat itu sendiri, seringkali hanya sedikit masyarakat yang terlibat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk mencari nafkah.”

(36)

peran aktif atau keterlibatan masyarakat akan sulit menciptakan pembangunan yang efektif dan efesien serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Kesesuaian pembangunan daerah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat. Apakah program yang telah ditetapkan sesuai dengan hasil musrenbang yang telah dilakukan

Untuk melihat bagaimana pelaksanaan program pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo serta keberhasilan pemerintah desa dalam menjalankan perannya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, penulis perlu melakukan wawancara kepada masyarakat untuk melihat sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan di desa Sambirejo.

Penulis menanyakan hal tersebut kepada salah satu tokoh masyarakat, yaitu Bapak Jaswadi . “Apakah pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa?” Beliau menjelaskan :

“Pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo sudah ada yang sesuai dan masih ada yang belum sesuai, bahkan kadang pembangunan yang dilakukan ada yang tidak maksimal. Misalnya pembangunan jalan aspal, baru beberapa bulan saja sudah rusak. Itu sangat mengganggu masyarakat disini, karena debu menjadi lebih banyak. Padahal sudah lama jalan aspal di daerah sini banyak yang rusak, bahkan jalan aspal yang rusak cukup parah ada di dekat kantor Balai Desa Sambirejo”

Penulis juga menanyakan kepada Bapak Bambang, “Apakah masyarakat sudah puas terhadap hasil pembangunan desa?” Beliau menjelaskan :

(37)

perencanaan dan kapasitas, kemudian kontrol tidak terlalu berjalan dengan Dinas yang bertanggung jawab.”

Hal yang sama penulis tanyakan kepada sekretaris desa yaitu Ibu Tia Tantia, beliau menjelaskan :

“Kalau dikatakan puas itu manusia tidak pernah ada puasnya ya, mereka merasa cukup tapi tetap ada usulan pembangunan terus setiap tahunnya. Merasa cukup lah masyarakat disini.”

Untuk mempertajam lagi jawaban yang telah diberikan oleh masyarakat, maka penulis juga menanyakan “Bagaimana situasi dan kondisi pembangunan yang telah dilakukan di Desa Sambirejo?” kepada Bapak Sukadi selaku kepala desa Sambirejo, beliau menjelaskan :

“Situasi di desa Sambirejo sampai saat ini dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan masih ada yang kurang baik atau kurang. Misalnya keadaan jalan di desa ini.”

Adapun yang menjadi penyebab tidak sesuainya pembangunan yang dilakukan di desa Sambirejo adalah karena pengaruh keadaan alam, dimana seringnya terjadi hujan dengan curah yang tinggi. Serta banyaknya kendaraan berat seperti truk yang melintas di jalan di desa ini.

(38)

2.4 Kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan

Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau kondisi yang lebih baik. Suatu pembangunan akan dikatakan tepat sasaran atau terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat.

Agar pembangunan desa dapat tercapai dengan maksimal, maka harus tercipta koordinasi yang baik antara pemerintah desa dengan masyarakat. Untuk melihat apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat maka penulis mewawancarai masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pembangunan di desa. Adapun yang penulis wawancarai adalah Bapak Jaswadi, “Apakah ada koordinasi antara pemerintah desa dengan masyarakat?” beliau

mengatakan :

“Kalau masalah koordinasi kadang ada dan kadang tidak. Itu yang menjadi permasalahan sekarang ini. Bahkan tidak jarang masalah yang terjadi dalam pembangunan di desa ini adalah terjadinya konflik di masyarakat. Kalau boleh dikatakan masalah koordinasi inilah yang kurang kami lihat.”

(39)

Untuk melihat kebenaran dilapangan maka penulis kembali mewawancarai masyarakat desa Sambirejo yaitu Ibu Juli. “Apakah masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan di desa Sambirejo?” Ibu Juli menjawab :

“Memang benar masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemeliharaan pembangunan yang telah dilakukan. Tapi, mengenai dana-dana untuk pembangunan kami sebagai masyarakat tidak tahu, yang kami ketahui hanyalah mengenai pembangunannya saja, misalnya dalam pembangunan atau perbaikan jalan dan jembatan.”

Selain kepada masyarakat, penulis menanyakan hal yang sama kepada ketua BPD, yaitu Bapak Amar Ma’ruf. Beliau menjelaskan :

“Dalam rapat musyawarah perencanaan pembangunan desa masyarakat selalu dilibatkan. Apalagi disini setiap tahun ada kebijakan dari pemerintah daerah (Bupati) untuk menampung aspirasi masyarakat terkait pembangunan, hal ini dinamakan dengan Sistem jemput bola/musrenbang. Masyarakat yang memberikan secara langsung ide-ide atau pemikiran mereka.”

Untuk melihat seberapa besar upaya yang dilakukan kepala desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, maka penulis melakukan wawancara langsung kepada kepala desa Sambirejo bapak Sukadi. Adapun yang penulis tanyakan adalah “Apakah Bapak sebagai kepala desa ikut

menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa?”. Beliau menjelaskan :

“Sudah jelas saya selaku kepala desa ikut menggerakkan di dalam pelaksanaan pembangunan desa.”

(40)

masyarakat dalam pembangunan. Adapun yang saya wawancarai adalah ibu Tia Tantia, beliau menjelaskan:

“Kebetulan partisipasi masyarakat di desa ini sudah dari dulu mereka antusias mengenai perencanaan pembangunan desa. Peranan kami tidak terlalu banyak, hanya sekedar sosialisasi bahwasanya akan dilakukan pembangunan desa.”

Untuk memperkuat dari penjelasan diatas maka penulis mewawancari kembali kepada Bapak Amar Ma’ruf selaku ketua BPD yaitu bagaimana cara bapak untuk mengaktifkan masyarakat ikut berpartisipasi? Beliau menjelaskan;

“Iya, saya selaku aparat desa tentunya akan mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya pembangunan demi kemajuan desa seperti kami mengadakan rapat.”

Dan setelah penulis bertanya kepada Ketua BPD, penulis kembali melakukan wawancara kepada bapak Sukadi selaku kepala desa terkait dengan harapan pemerintah desa terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa. Yaitu : “Apa harapan bapak terhadap partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di desa Sambirejo?” Bapak Sukadi menjelaskan:

(41)

ANALISA DATA

Pada bab ini penulis menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Adapun jenis metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan di lapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional.

Dari seluruh data yang telah diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan, melalui penyajian data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di desa Sambirejo, baik dengan melakukan wawancara dengan Kepala Desa dan Ketua BPD sebagai informan utama dan tokoh masyarakat sebagai informan tambahan. Maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta-fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi di Desa Sambirejo.

5.1 Proses/mekanisme Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/200/II/ BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disebutkan bahwa prinsip-prinsip penyelenggaraan musyawarah perencanaan pembangunan desa/kelurahan (musrenbangdes) yaitu:

(42)

hasil, bantuan desa/kelurahan, PPK/P2KP, swadaya masyarakat dan sumber dana lainnya).

2. Untuk menjamin pemahaman dan kajian mendalam, maka bahan/materi musrenbangdes/kelurahan sudah dibagikan bersamaan ketika mengantarkan surat undangan kepada peserta yang memiliki kompetensi memadai.

3. Peserta mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengkaji, mendiskusikan, mengusulkan dan mengambil kesepakatan bersama terhadap rumusan hasil musrenbangdes/kelurahan.

4. Mekanisme pembahasan menggunakan fasilitator yang kompeten untuk memandu pembahasan dan penyepakatan hasil musrenbangdes/kelurahan, serta melibatkan narasumber yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.

5. Adanya kejelasan informasi dari Pemda Kabupaten/kota tentang indikasi Alokasi Dana Desa yang akan diberikan kepada desa untuk tahun anggaran yang direncanakan serta sumber pendanaan program/kegiatan lainnya.

6. Adanya kesepakatan urutan prioritas isu/permasalahan pembangunan desa/kelurahan dan urutan faktor penyebabnya.

(43)

8. Adanya kesepakatan rancangan program dan kegiatan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan (RPJMDes/RPJMKel).

9. Keluaran musrenbang desa/kelurahan berupa : a. daftar prioritas kegiatan pembangunan skala desa/kelurahan dengan tolok ukur capaian kinerjanya, yang akan didanai melalui dana bagi hasil/alokasi dana desa, bantuan keuangan desa/kelurahan, dana swadaya masyarakat, dan sumber dana program/kegiatan lainnya; b. daftar prioritas kegiatan pembangunan lengkap dengan tolok ukur capaian kinerjanya yang diusulkan untuk dilaksanakan melalui SKPD dan/atau kecamatan, namun masih akan dibahas dalam musrenbang kecamatan dan/atau forum SKPD dan musrenbang kabupaten/kota; c. daftar nama delegasi untuk mengikuti musrenbang kecamatan; d. berita acara musrenbang desa/kelurahan

10.Paling lambat pada akhir bulan Januari seluruh desa dan kelurahan telah selesai melaksanakan musrenbang desa/kelurahan.

Musyawarah perencanaan pembangunan desa adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan (stakeholder) desa untuk menyepakati rencana kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Musrenbang desa dilakukan setiap bulan Januari untuk menyusun rencana kegiatan tahunan dengan mengacu/memperhatikan pada rencana pembangunan jangka menengah desa yang telah disusun untuk 5 tahun ke depan.

(44)

program pembangunan yang sedang dibicarakan. Dalam musrenbang desa, pemerintah desa dan warga berdiskusi dalam menyusun program tahunan di desa, musrenbang desa menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di wilayah desa, baik yang di tangani secara swadaya, melalui pos bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Desa, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan dengan usulan yang ada.

Tujuan musrenbang desa yaitu :

1. Menyepakati prioritas kebutuhan dan kegiatan yang termasuk urusan pembangunan yang menjadi wewenang desa yang menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja SKPD Desa.

2. Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan oleh warga desa yang dibiayai melalui swadaya masyarakat dan dikoordinasikan oleh lembaga kemasyarakatan di desa setempat.

3. Prioritas kegiatan desa yang akan dilaksanakan desa sendiri yang dibiayai melalui dana bantuan dari pemerintah daerah (kota).

4. Prioritas kegiatan pembangunan desa yang akan diusulkan melalui musrenbang kecamatan untuk menjadi kegiatan pemerintah daerah dan dibiayai melalui APBD kota atau APBD provinsi.

5. Menyepakati Tim Delegasi desa yang akan memaparkan persoalan yang ada di desanya di forum musrenbang kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah/SKPD tahun berikutnya.

Keluaran musrenbang desa yaitu :

(45)

2. Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan secara swadaya

3. Daftar permasalahan prioritas yang akan diajukan ke musrenbang kecamatan

4. Daftar nama Tim Delegasi Desa yang akan mengikuti musrenbang kecamatan

5. Berita acara musrenbang desa

Proses/mekanisme Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo

a. Pra Musrenbang Desa

Yang perlu dipersiapkan untuk penyelenggaraan adalah :

1. Pembentukan Tim Penyelenggaraan Musrenbang (TPM) oleh Kepala Desa 2. Menetapkan fasilitator yang berasal dari aparat (ditentukan oleh Kepala

Desa) dan masyarakat (dipilih oleh warga) 3. Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang Desa 4. Mempersiapkan bahan/materi untuk Musrenbang Desa

5. Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbang Desa

6. Melakukan musyawarah/diskusi dusun/RW

7. Daftar prioritas masalah dari tingkat di bawah Desa

(46)

9. Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa

10. Informasi dari Pemerintah Kota tentang perkiraan jumlah Dana Alokasi Desa yang akan dialokasikan Desa yang bersangkutan

11. Informasi dari Pemerintah Kota tentang isu-isu strategis daerah

12. Informasi tentang jumlah usulan yang dihasilkan pada forum sejenis di tahun sebelumnya yang telah terealisasi

13. Evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa pada tahun sebelumnya

14. Daftar nama para wakil kelompok fungsional/asosiasi warga, koperasi, LSM yang bekerja di Kecamatan, atau organisasi tani/nelayan dan pedagang.

b. Pelaksanaan Musrenbang Desa 1. Pendaftaran peserta

2. Pemaparan Camat atas prioritas kegiatan pembangunan di Kecamatan yang bersangkutan

3. Kepala Desa mempresentasikan prioritas masalah Desa sesuai hasil pra Musrenbang (seperti kemiskinan, pengangguran, kesehatan dan pendidikan) 4. Membahas Dokumen RPJM Desa (hasil evaluasi Renja SKPD Desa yang

sudah berjalan)

5. Menyampaikan informasi tentang perkiraan jumlah Dana Alokasi Desa yang berasal dari Pemerintah Kota (kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh SKPD yang sudah berjalan di wilayah desa)

(47)

7. Membahas pelaksanaan pembangunan desa tahun sebelumnya termasuk mendiskusikan tentang jumlah usulan yang dihasilkan pada forum sejenis di tahun sebelumnya yang telah terealisasikan

8. Merumuskan kriteria bersama dalam menentukan prioritas untuk menyeleksi usulan

9. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat Desa oleh beberapa perwakilan dari masyarakat misalnya : ketua kelompok tani, komite sekolah, Ketua RW/RT dan lain-lain

10. Pemisahan kegiatan berdasarkan : a) Kegiatan yang akan diselesaikan sendiri di desa dan b) Kegiatan yang menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam Musrenbang tahunan Kecamatan

11. Membahas prioritas pembangunan tahun yang akan datang beserta pendanaannya sesuai dengan potensi serta permasalahan desa

12. Penetapan prioritas kegiatan pembangunan tahun yang akan datang sesuai dengan potensi serta permasalahan di Desa yang akan diusung ke Musrenbang Kecamatan

13. Musrenbang penentuan tim delegasi Desa dengan proses sebagai berikut : - Penyampaian/penyepakatan kriteria tim delegasi Desa

- Penentuan calon dari peserta musrenbang desa - Pemilihan/pengambilan suara

(48)

- Penetapan daftar nama 3-5 orang (masyarakat) delegasi dari peserta Musrenbang Desa untuk menghadiri musrenbang Kecamatan. Dalam komposisi delegasi tersebut terdapat perwakilan perempuan

- Berita acara Musrenbang Tahunan

c. Nara Sumber 1. Kepala Desa

2. Ketua dan para anggota LPM 3. Camat dan aparat Kecamatan 4. Kepala Sekolah

5. Kepala Puskesmas

6. Pejabat instansi yang ada di Desa

7. LSM yang bekerja di Desa yang bersangkutan

d. Partisipan Musrenbang Desa

1. Ketua Dusun

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 3. Kelompok perempuan

4. Keterwakilan kelompok usia 5. Organisasi Masyarakat

6. Pengusaha, kelompok-kelompok masyarakat marginal, dan lain-lain

7. Keterwakilan berbagai sektor (ekonomi, pertanian, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya)

e. Pasca Musrenbang Desa

(49)

1. Rapat kerja finalisasi dokumen Renja SKPD Desa

2. Penyusunan daftar prioritas kegiatan pembangunan swadaya desa 3. Daftar prioritas permasalahan pembangunan desa

Adapun indikator-indikator dalam proses perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

Dalam hal ini pemerintah desa harus menetapkan tujuan atau keputusan yang membutuhkan bahan pertimbangan dan konsultasi dengan masyarakat. Hal ini sangat diperlukan karena yang lebih tahu akan kebutuhan pembangunan adalah masyarakat desa itu sendiri. Oleh karena itu pemerintah desa perlu mengadakan konsultasi dengan masyarakat desa sehingga tercipta pembangunan yang efektif dan berguna bagi masyarakat.

Untuk mengetahui apakah pemerintah desa sudah menjalankan tugas tersebut atau tidak, maka penulis menanyakan hal ini kepada Kepala Desa dan salah satu masyarakat untuk memperkuat pernyataan yang diberikan oleh pemerintah desa.

Penulis bertanya kepada Bapak Sukadi selaku Kepala Desa mengenai “Apakah pemerintah desa melibatkan masyarakat dalam menetapkan tujuan untuk

desa Sambirejo?” Beliau memaparkan :

(50)

Agar lebih jelas lagi penulis menanyakan kembali kepada salah satu masyarakat yaitu Bapak Bambang tentang “apakah pemerintah desa sebelum mengadakan musrenbang terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan masyarakat?” Beliau menjelaskan :

“Iya ada, pemerintah desa disini sebelum melakukan musrenbang mereka mengadakan rapat terlebih dahulu dengan masyarakat untuk konsultasi mengenai program-program pembangunan yang akan diusulkan maupun

dalam pelaksanaan pembangunan.” (wawancara diolah 2016)

Supaya pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka pemerintah desa dalam hal ini harus berkonsultasi dulu dengan masyarakat untuk menetapkan tujuan, sehingga pembangunan dapat dirasakan dan dinikmati masyarakat sesuai denga kebutuhan masyarakat dan agar tujuan dari pembangunan itu sendiri tepat sasaran. Dengan adanya penjelasan diatas memang ini yang diharapkan oleh masyarakat dimana pembangunan dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri.

2. Merumuskan keadaan saat ini

Pemahaman akan kondisi desa sekarang dan tujuan yang akan dicapai adalah sangat penting. Karena tujuan dan rencana menyangkut waktu waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan desa saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan kegiatan lebih lanjut.

Dari hasil penelitian yang didapatkan di lapangan, diketahui bahwa pemerintah desa telah melakukan pendataan terhadap masyarakat di desa Sambirejo serta keadaan fisik di daerah ini, hal ini diperkuat dengan pernyataan dari ketua BPD desa Sambirejo Bapak H. Amar Ma’ruf. Beliau memaparkan :

(51)

berapa banyak anak yang putus sekolah, berapa jumlah kematian ibu, bayi dan balita. Juga bagaimana keadaan fisik di desa ini, misalnya kerusakan jalan aspal, keadaan rumah tidak layak huni.” (wawancara diolah 2016)

Keadaan masyarakat di desa memang harus selalu diperhatikan, seperti diketahui banyak warga miskin di daerah ini dan juga tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya warga yang tidak bersekolah dan menganggur. Serta banyaknya anak dibawah umur yang membantu orang tuanya bekerja di sawah. Padahal kita ketahui bahwa Menteri Pendidikan sudah menetapkan wajib belajar 9 tahun kepada seluruh warga negara Indonesia. Dan sudah menjadi kewajiban pemerintah desa agar memberitahu kepada masyarakat di desa ini agar anak-anaknya dapat merasakan bangku sekolah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari masyarakat desa yaitu Bapak Bambang. Beliau memaparkan:

“Pemerintah desa memang selalu melakukan pendataan di desa ini tetapi

yang saya lihat masih sedikit sekali perubahannya. Saya prihatin melihat anak-anak yang putus sekolah dan sudah bekerja membantu orang tuanya padahal di usia mereka seharusnya bermain dan belajar bersama teman-temannya. Juga mengenai jalan aspal di daerah ini, pengerjaannya itu tidak maksimal jadi tidak tahan lama dan hancur kembali. Kami masyarakat jujur saja merasa tidak nyaman dengan keadaan yang seperti

ini.” (wawancara diolah 2016)

(52)

3. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan

Perlu dipahami kekuatan apa saja yang dimiliki suatu desa sebagai modal untuk melakukan kegiatan. Kekuatan adalah segala elemen yang dapat menjadi pendorong untuk memajukan suatu desa. Adapun sesuatu yang dapat kekuatan antara lain berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, partisipasi, masyarakat dan lain-lain. Kekurangan yang dapat menjadi hambatan pengembangan suatu desa perlu diketahui dan diatasi. Elemen yang dianggap sebagai kekurangan itu antara lain pendidikan yang rendah, jumlah pengangguran dan lain sebagainya.

Sama halnya dengan proses perencanaan pembangunan, terdapat beberapa kemudahan dan hambatan di dalam pelaksanaannya. Untuk melihat hal ini penulis mewawancarai Bapak Sukadi selaku Kepala Desa Sambirejo.

“Kalau soal kemudahan itu misalnya dalam hal mengajak masyarakat berkumpul untuk rapat membahas perencanaan pembangunan, ya walaupun ada juga yang tidak hadir karena bekerja atau hal yang lain. Untuk hambatan ya sudah pasti ada hambatan di dalam proses perencanaan pembangunan di desa ini. Misalnya terbatasnya ketersediaan sumber daya manusia yang profesional serta terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa.” (wawancara diolah 2016)

(53)

perencanaan pembangunan di desa. Peran koordinasi perlu ditingkatkan yaitu dengan cara setiap anggota masyarakat dan aparat pembangunan mempunyai persepsi yang sama dalam mewujudkan arah pembangunan. Perlu dipersiapkan aparat perencana pembangunan sehingga mampu mengantisipasi setiap perubahan yang datang baik dari keinginan masyarakat dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Hal tersebut juga di benarkan oleh masyarakat desa Bapak Bambang, beliau mengatakan :

“Ya, di desa ini memang masih sangat terbatas jumlah sumber daya

manusia yang profesional dikarenakan tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Sarana dan prasarana yang ada di desa ini juga masih sangat terbatas. Saya berharap pihak pemerintah desa lebih

memperhatikan hal tersebut.” (wawancara diolah 2016)

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan

Tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada, serta untuk mempercepat pembangunan. Pemerintah desa harus berusaha mengaktifkan masyarakatnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.

“Upaya-upaya untuk mendorong partisipasi masyarakat desa agar mau turut serta dalam proses perencanaan pembangunan sampai ke tahap pelaksanaan masih terus kami lakukan. Semua rencana dan ide-ide yang diberikan oleh masyarakat akan kami tampung dan disampaikan saat musrenbang. Kami berharap tujuan dari perencanaan pembangunan di desa ini dapat terlaksana dengan baik, sehingga dapat memajukan desa ini.” (wawancara diolah 2016)

(54)

kebutuhan rakyatnya. Tetapi, berhasil tidaknya proses perencanaan pembangunan sangat ditentukan oleh sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pembangunan tersebut. Masyarakat juga harus ikut ambil bagian untuk mensukseskan tujuan yang akan dilakukan di desa.

Ada dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah. Pertama : perlu aspiratif terhadap aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua : pemerintah perlu melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki oleh masyarakatnya dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh masyarakat desa Bapak Bambang, beliau mengatakan :

“Masyarakat memang harus dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan, mulai dari perencanaan sampai pelaksanaannya. Pemerintah desa juga harus mendengarkan apa saja yang kami butuhkan saat ini, serta lebih banyak melakukan pendekatan kepada masyarakat desa agar informasi tentang perencanaan sampai kepada seluruh masyarakat.” (wawancara diolah 2016)

5.2 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Sambirejo

1. Wujud atau dimensi partisipasi yang diberikan oleh masyarakat

(55)

maka semakin cepat pula pembangunan desa yang bersangkutan dapat terealisasi, terutama dalam otonomi daerah sekarang ini. Dengan keberadaan delegasi masyarakat desa dalam pembangunan sangatlah penting, dimana terbukanya peran partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan daerahnya.

Dari hasil data yang telah ditemukan dapat disimpulkan bahwa wujud atau dimensi partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa Sambirejo dikategorikan sudah cukup baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala Desa Sambirejo yaitu Bapak Sukadi, yang mengemukakan sebagai berikut :

“Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi terutama masalah kehadirannya untuk menyampaikan apa yang mau dilaksanakan dari usulan lingkungan masing-masing. Tidak hanya masyarakat, aparat desa juga ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan desa ini.” (wawancara diolah 2016)

Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan tersebut adalah peran serta yang diberikan masyarakat demi melancarkan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa sebagai perwujudan tujuan desa agar masyarakat di daerah tersebut sejahtera dan dapat menikmati pembangunan. Karena masyarakat sebagai subjek dan objek dari pembangunan dirasa perlu memberikan peran aktif baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan jalannya proses pembangunan tersebut.

(56)

sumbangan pikiran berupa saran ataupun ide-ide sangat diharapkan dapat membantu dalam upaya pencapaian dan perbaikan program-program pembangunan yang akan dan telah dilakukan supaya mencapai hasil yang maksimal.

Partisipasi masyarakat di Desa Sambirejo dalam bentuk pikiran atau ide sudah ada atau cukup baik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh tokoh masyarakat yang terlibat dalam musyawarah perencanaan pembangunan di desa Sambirejo yaitu Bapak Jaswadi yang mengemukakan :

“Partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan sudah ada, yaitu dalam pemberian ide atau gagasan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Dan juga dalam pemberian tenaga, misalnya dalam pembangunan jalan atau jembatan, masyarakat juga mau memberikan

sumbangan dana pembangunan.” (wawancara diolah 2016)

2. Keterlibatan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Keterlibatan dalam hal ini adalah apakah masyarakat dilibatkan dalam proses penyusunan program-program pembangunan

Untuk melaksanakan suatu pembangunan, partisipasi masyarakat sangatlah diperlukan. Partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa partisipasi dalam kegiatan perencanaan, partisipasi ikut serta dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan di desa. Namun, tidaklah hal yang mudah dalam membangun partisipasi masyarakat dalam suatu pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

(57)

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kepala Desa Sambirejo Bapak Sukadi, beliau memaparkan :

“Iya mereka memang harus dilibatkan. Untuk menentukan prioritas juga harus berdasarkan musyawarah yang melibatkan masyarakat.” (wawancara diolah 2016)

Namun pada kenyataannya masih ada saja masyarakat yang enggan atau tidak peduli terhadap perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di desa tersebut. Padahal kita ketahui bahwa kunci dari keberhasilan pembangunan di desa adalah keaktifan masyarakatnya dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Bambang, beliau mengemukakan :

“Dalam penetapan program pembangunan masyarakat selalu dilibatkan, namun kendalanya ada pada masyarakat itu sendiri, seringkali hanya sedikit masyarakat yang terlibat dalam penetapan kebijakan pembangunan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk mencari nafkah.” (wawancara diolah 2016)

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Keterbatasan masyarakat terhadap pemahaman perencanaan pembangunan.

2. Adanya sikap pesimis masyarakat terhadap proses perencanaan pembangunan karena usulan-usulan mereka tidak terakomodasi dalam proses yang lebih tinggi.

(58)

4. Waktu penyelenggaraan perencanaan pembangunan yang relatif pendek sehingga tidak seimbang dengan materi yang harus dibahas dan diputuskan.

Dalam hal ini belum terdapat kesadaran mengenai pentingnya perencanaan partisipatif. Menurut Wrihatnolo (2006:160), pemikiran rencana partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa pembangunan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan yaitu pemangku kepentingan berasal dari semua aparat penyelenggara Negara (eksekutif, legislatif dan yudikatif), masyarakat kaum rohaniawan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non-pemerintah dan lain-lain. Di desa ini masyarakat belum menyadari konsep awal mengenai perencanaan partisipatif yakni bahwa semua pihak yang berkepentingan harus ikut terlibat dalam perencanaan pembangunan.

3. Kesesuaian pembangunan daerah yang akan dilakukan dengan kebutuhan masyarakat. Apakah program yang telah ditetapkan sesuai dengan hasil musrenbang yang telah dilakukan

Suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila pembangunan yang dilakukan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, tanpa ada yang merasa dirugikan. Dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan bahwa pembangunan di desa ini ada yang belum sesuai dengan harapan masyarakat desa. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat yaitu Bapak Jaswadi, beliau menjelaskan :

Gambar

Tabel 3.1 Nama-Nama Kepala Desa Sambirejo
Tabel 3.2 Tata Guna Tanah di Desa Sambirejo
Tabel 3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu, sehingga perencanaan daerah harus dilakukan dengan model dari bawah (bottom-up

Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang bertujuan melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (baik langsung maupun tidak langsung)

Metodologi Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi..

Apakah masyarakat juga turut dilibatkan dalam penetapan program pembangunan yang dilakukan di desa

Rencana Kerja Pemerintah Desa yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM-Desa

Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM Desa

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM Desa yang memuat

selanjutnya disebut RKP Desa/Kelurahan adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka