47
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Manufaktur Periode 2010-2013
NO KODE NAMA PERUSAHAAN KRITERIA
49
50
Lampiran 2
Analisis Deskriptif
DPR? INS? BETA? EV? PRO?
Mean 287.7778 7.360556 2.231194 0.085242 0.140875 Median 105.0000 0.885000 2.190000 0.016850 0.153750 Maximum 1980.000 71.80000 4.353000 0.753600 0.350600 Minimum 10.00000 0.040000 1.107000 0.000300 0.001300 Std. Dev. 399.7832 14.10579 0.932154 0.155230 0.088618 Skewness 2.460489 2.967306 0.836209 2.804086 0.301645 Kurtosis 10.12820 13.19583 2.962577 11.21280 3.019499
Jarque-Bera 112.5409 208.7619 4.197577 148.3525 0.546509 Probability 0.000000 0.000000 0.122605 0.000000 0.760899
Sum 10360.00 264.9800 80.32300 3.068700 5.071500 Sum Sq. Dev. 5593930. 6964.065 30.41192 0.843367 0.274862
Observations 36 36 36 36 36
51
Lampiran 3
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.157202 4 0.5319
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
INS? -0.349596 -6.266886 22.690186 0.2141 BETA? -38.335503 -111.816456 94309.623464 0.8109
EV? -346.334442 -399.833531
272614.72732
7 0.9184 PRO? 765.451662 1058.982551
215497.09508
3 0.5272
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: DPR?
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 297.5741 755.5718 0.393840 0.6973 INS? -0.349596 7.138876 -0.048971 0.9614 BETA? -38.33550 321.2596 -0.119329 0.9061 EV? -346.3344 723.1802 -0.478905 0.6365 PRO? 765.4517 851.7043 0.898729 0.3781
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
52
Lampiran 4
Redundant Fixed Effects Tests
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.892969 (8,23) 0.1105
Cross-section Chi-square 18.211240 8 0.0197
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: DPR?
Method: Panel Least Squares Date: 03/17/16 Time: 21:15 Sample: 2010 2013
Included observations: 4 Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 471.7459 202.7128 2.327163 0.0267 INS? -9.083703 4.681679 -1.940266 0.0615 BETA? -124.5566 70.50937 -1.766526 0.0872 EV? -412.2424 439.2815 -0.938447 0.3553 PRO? 1390.902 708.8133 1.962296 0.0588
53
Lampiran 5
Hasil Estimasi Random Effects
Dependent Variable: DPR?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/16/16 Time: 15:38
Sample: 2010 2013 Included observations: 4 Cross-sections included: 9
Total pool (balanced) observations: 36
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 468.2881 264.6268 1.769617 0.0866 INS? -6.266886 5.317270 -1.178591 0.2475 BETA? -111.8165 94.32971 -1.185379 0.2449 EV? -399.8335 500.3748 -0.799068 0.4303
Cross-section random 195.4180 0.2573
Idiosyncratic random 331.9738 0.7427
Weighted Statistics
R-squared 0.154089 Mean dependent var 186.3017 Adjusted R-squared 0.044940 S.D. dependent var 335.0450 S.E. of regression 327.4301 Sum squared resid 3323524. F-statistic 1.411724 Durbin-Watson stat 2.776441 Prob(F-statistic) 0.253234
Unweighted Statistics
54
DPR_ALMI = C(6) + C(1) + C(2)*INS_ALMI + C(3)*BETA_ALMI + C(4)*EV_ALMI + C(5)*PRO_ALMI
DPR_ASII = C(7) + C(1) + C(2)*INS_ASII + C(3)*BETA_ASII + C(4)*EV_ASII + C(5)*PRO_ASII DPR_AUTO = C(8) + C(1) + C(2)*INS_AUTO + C(3)*BETA_AUTO + C(4)*EV_AUTO + C(5)*PRO_AUTO
DPR_DPNS = C(9) + C(1) + C(2)*INS_DPNS + C(3)*BETA_DPNS + C(4)*EV_DPNS + C(5)*PRO_DPNS
DPR_GGRM = C(10) + C(1) + C(2)*INS_GGRM + C(3)*BETA_GGRM + C(4)*EV_GGRM + C(5)*PRO_GGRM
DPR_LION = C(11) + C(1) + C(2)*INS_LION + C(3)*BETA_LION + C(4)*EV_LION + C(5)*PRO_LION
DPR_LMSH = C(12) + C(1) + C(2)*INS_LMSH + C(3)*BETA_LMSH + C(4)*EV_LMSH + C(5)*PRO_LMSH
DPR_TCID = C(13) + C(1) + C(2)*INS_TCID + C(3)*BETA_TCID + C(4)*EV_TCID + C(5)*PRO_TCID
DPR_ULTJ = C(14) + C(1) + C(2)*INS_ULTJ + C(3)*BETA_ULTJ + C(4)*EV_ULTJ + C(5)*PRO_ULTJ
Substituted Coefficients: =====================
DPR_ALMI = -165.46816003 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ALMI -
111.816456151*BETA_ALMI - 399.833530608*EV_ALMI + 1058.98255059*PRO_ALMI DPR_ASII = 116.901795708 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ASII -
111.816456151*BETA_ASII - 399.833530608*EV_ASII + 1058.98255059*PRO_ASII DPR_AUTO = 62.2459062035 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_AUTO -
111.816456151*BETA_AUTO - 399.833530608*EV_AUTO + 1058.98255059*PRO_AUTO DPR_DPNS = -148.192094205 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_DPNS -
111.816456151*BETA_DPNS - 399.833530608*EV_DPNS + 1058.98255059*PRO_DPNS DPR_GGRM = 253.139925981 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_GGRM -
111.816456151*BETA_GGRM - 399.833530608*EV_GGRM + 1058.98255059*PRO_GGRM DPR_LION = -15.6236559415 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_LION -
111.816456151*BETA_LION - 399.833530608*EV_LION + 1058.98255059*PRO_LION DPR_LMSH = -33.7416887986 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_LMSH -
111.816456151*BETA_LMSH - 399.833530608*EV_LMSH + 1058.98255059*PRO_LMSH DPR_TCID = 10.9747416577 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_TCID -
55
DPR_ULTJ = -80.2367705745 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ULTJ -
45
DAFTAR PUSTAKA
Djabid, Abdullah, “ Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory, “Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No.2 Mei 2009, hal. 249 – 259 Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007.
Gujarati N. Damodar, Dawn C. Porter, 2012, “ Dasar-dasar Ekonometrika, ” Penerbit Salemba Empat.
Hatta, Atika Jauhari, “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder, ” JAAI VOLUME 6 NO. 2, DESEMBER 2002.
Rahmawati, Christina Heti Tri, “ Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownrship, Dispersion of Ownership, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, dan Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006, ” Widya Warta No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011.
Sjahrial, Dermawan, 2009, “ Manajemen Keuangan, ” Edisi 3, Penerbit Mitra Wacana Media.
Sariwati, Ina, “ Analisis Pengaruh Insider Ownership, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, “ Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya, 2011.
Sari, Ratih Fitri, “ Analisis Pengaruh Kepemilikan Manjearial, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
46
Yudha, Arvindra Belfa, “ Pengaruh Insider Ownership, Resiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Deviden, ” Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian hipotesis, yaitu
penelitian yang berusaha untuk menjelaskan sifat dari suatu hubungan atau
pengaruh tertentu. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji insider
ownership, risiko pasar sebagai variabel independen terhadap kebijakan dividen.
3.2 Batasan Operasional
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka batasan operasional dalam penelitian ini adalah insider
ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013.
3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Terdapat 2 kelompok variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Disini yang bertindak sebagai variabel
dependen adalah kebijakan dividen. Sedangkan variabel independen yang
digunakan disini adalah insider ownership, resiko pasar.
3.3.1 Variabel Dependen
3.3.1.1 Divident Payout Ratio(DPR)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya
dividen yang dibagikan kepada para investor (divident payout ratio). Dalam hal
27
dibagi dari EAT (Earning After Tax). Rumus yang dapat digunakan untuk
mengukur DPR adalah:
��� =Dividen Yang DibagiEAT
3.3.2 Variabel Independen
3.3.2.1 Insider Ownership
Variabel ini sebagai variabel independen yang menggambarkan besarnya
kepemilikan saham oleh manajemen dalam persentase. Ada beberapa pendapat
yang mengatakan bahwa insider ownership adalah kepemilikan saham oleh
directors (direktur/manajemen) dan commissioners (komisaris), dengan rumus
matematis:
Ins = & it it
Keterangan :
D & C SHRS : kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i
pada tahun t.
TOTSHRS
it : jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar
perusahaan i pada tahun t.
3.3.2.2 Risiko Pasar
Variabel ini juga merupakan variabel independen, sebagaimana telah
diketahui bahwa nilai beta adalah menggambarkan kepekaan perubahan return
28
Untuk mengukur nilai beta (β) dapat dilakukan dengan persamaan regresi.
Adapun persamaan regresinya dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau
model pasar adalah sebagai berikut: R = + .R +E
Keterangan :
R = Return sekuritas ke I
=Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke I
yang independen terhadap kinerja pasar.
= Merupakan koefisien yang mengukur perubahan R akibat dari perubahan R . R = Tingkat return dari indeks pasar.
e = Menunjukkan bahwa persamaan linear yang dibentuk mengandung kesalahan
atau variabel ini juga sering disebut sebagai variabel pengganggu.
Sementara tingkat keuntungan pasar saham (R ) dihitung dengan
menggunakan data indeks harga saham gabungan dengan formula:
Rm =
t− t−
t−
Dalam hal ini:
t = hari ke t.
t-1 = hari sebelumnya.
Sedangkan keuntungan saham i (R ) ditentukan dengan menggunakan
perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dengan formula:
29 Dalam hal ini:
P = Harga saham untuk hari ke t.
P−1 = Harga saham hari sebelumnya.
Dari hasil perhitungan beta harian (beta koreksi) kemudian dijumlahkan
selama satu tahun dan selanjutnya dibagi dengan n (jumlah data beta dalam satu
tahun). Dari sini dihasilkan beta tahunan. Rumus yang digunakan untuk mencari
beta adalah sebagai berikut :
Beta = ∑ ∗ − ∑ ∑
∑ − (∑ )
3.3.3 Variabel Pengontrol
Selain variabel dependen yang diwakili oleh dividend payout ratio dan
variabel independen yang diwakili oleh insider ownership dan risiko pasar, dalam
penelitian ini juga dimasukkan variabel pengontrol. Variabel pengontrol adalah
variabel tambahan yang dievaluasi secara simultan berdasarkan hubungan aslinya. Variabel ini ditambahkan untuk menguji kemungkinan yang terjadi di luar variabel yang telah ada. Adapun variabel yang ditambahkan yaitu:
3.3.3.1. Earning Variability (EV)
Variabilitas keuntungan (Earning Variability) diukur dengan nilai dari
price earnings ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba
perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan β adalah positif. Earning variability dihitung
dengan persamaan:
EV =
30
3.3.3.2. Profitability (Pro)
Merupakan ukuran tingkat pengembalian perusahaan sebagai ratio of
operating to total asset (ROA) yaitu bagi hasil antara Earning Before Interest and
Tax (EBIT) terhadap total asset.
PRO = � ��
�� �� �
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go
public dan terdafar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2013.
Metode yang digunakan dalam pemilihan pemilihan sample ini adalah purposive
sampling, yaitu metode pemilihan sample dengan beberapa kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013.
2. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan dan catatan atas laporan
keuangan.
3. Perusahaan membayar dividen secara berkesinambungan selama periode
penelitian.
4. Perusahaan tersebut juga memilik i insider ownership, serta data-data lain yang
dibutuhkan selama penelitian ini.
Dari populasi pada penelitian ini diperoleh sebanyak delapan perusahaan
manufaktur yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian. Berikut ini
31
Tabel 3.4 Sampel Penelitian
NO NAMA PERUSAHAAN KODE
1 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
2 PT Astra Internasional Tbk ASII
3 PT Astra Otoparts Tbk AUTO
4 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
5 PT Gudang Garam Tbk GGRM
6 PT Lion Metal Works Tbk LION
7 PT Lionmesh Prima Tbk LMSH
8 PT Mandom Indonesia Tbk TCID
9 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk
ULTJ
Sumber : Indonesia Stock Exchage (IDX)
3.5 Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder, yaitu data
laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan sample dan data
lain yang relevan dengan penelitian ini diantaranya diambil dari:
1. Data perusahaan yang go public dapat diperoleh dari Indonesia Stock Exchange
(IDX).
2. Jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dengan
penelitian ini.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji F untuk memilih
model mana yang terbaik diantara ketiga model tersebut dilakukan uji Chow dan
uji Housman. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara model commont effect
dan fixed effect, sedangkan uji Hausman dilakukan untuk menguji apakah data
dianalisis dengan menggunakan fixed effect atau random effect, pengujian
32
dengan menggunakan model common effect dan fixed effect terlebih dahulu
kemudian dibuat hipotesis untuk di uji. Hipotesis tersebut adalah sebagai beirkut:
Ho : maka digunakan model common effect (model pool)
Ha : maka digunakan model fixed effect dan lanjut uji Housman
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan ui Chow
adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai probability F ≥ 0,05 artinya Ho diterima ; maka model common
effect.
2. Jika nilai probability F < 0,05 artinya Ho ditolak ; maka model fixed effect,
dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan
metode fixed effect atau random effect.
Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga diregresikan dengan
model random effect, kemudian dibandingkan antara fixed effect dan random
effect dengan membuat hipotesis:
Ho : maka, model random effect
Ha : maka, model fixed effect
Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji
Hausman adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai probability Chi-square ≥ 0,05, maka Ho diterima, yang artinya model
random effect.
2. Jika nilai probability Chi-square < 0,05, maka Ho diterima yang artinya model
33
3.7 Teknik Analisis
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini
dimulai denganmemindahkan data ke dalam variabel yang digunakan pada penelitian
ini. Dari nilai variabel-variabel itulah yang nantinya akan dimasukkan dan diolah
melalui program Eviews.
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen. Persamaan regresi yang dikembangkan dalam
penelitian ini dipakai sebagai dasar untuk menguji hipotesis tentang hubungan
antara Insider Ownership, dan Risiko Pasar (beta) perusahaan dengan pembayaran
dividennya. Sedangkan teknik statistik yang digunakan dalam analisis data adalah
model regresi linear berganda. Adapun persamaan regresi yang dikembangkan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
DPR
it = β0 + β1Insit + β2Beta+ β3EVit + β4Proit + eit Keterangan:
DPR
it = rasio pembayaran dividen dari perusahaan i tahun t
Insid
it = insider ownership perusahaan i pada tahun t
Beta = risiko pasar
EV
it = earning variability perusahaan i pada tahun t
Pro
34
Tujuan pengujian regresi adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
insider ownership dan risiko pasar terhadap dividen dalam hal ini dividend payout
ratio (DPR). Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
individu diuji dengan uji T, sedangkan pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan diuji dengan uji F.
Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan
menghasilkan parameter model penduga yang sahih bila memenuhi asumsi
normalitas, tidak terjadi autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas atau
data bersifat homokedastisitas.
3.7.1 Data Panel
Data panel merupakan kombinasi dari data kerat lintang (cross section)
dengan data deret waktu (time series). Oleh karena data yang berhubungan dengan
individu, perusahaan, dan lain-lain, dari waktu ke waktu, ada batasan
heterogenitas dalam unit-unit tersebut. Menurut Gujarati (2012), teknik estimasi
data panel dapat mengatasi heterogenitas tersebut secara eksplisit dengan
memberikan variabel spesifik-subjek. Dimana dalam metode ini dapat dianalisis
dengan tiga model pendekatan yaitu:
a. Uji Fixed Effect Model (FEM)
Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat
perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien
dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. Model FEM digunakan
apabila data time series lebih besar dari data cross section. Persamaan yang
35
Yit= α + ßX1it + ßX2it + ßX3it + ßX4it + µi + εit ……….. (2)
Dimana :
µi = komponen error cross section
b. Uji Random Effect Model (REM)
Pada model ini, perbedaan antara individu terdapat di error term dari
persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin
berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Secara sistematis model
REM dinyatakan sebagai berikut:
Yit= α + ßXit + εit; εit = µi + vt + wt ……… (3)
Dimana:
Yit = variabel terikat untuk perusahaan ke-i dan waktu ke-t
Xit = variabel bebas untuk perusahaan ke-i dan waktu ke-t
µi = komponen error cross section
vt = komponen error time series dan
36
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif
Untuk memberikan gambaran data dalam penelitian ini maka dilakukan
analisis dari data statistik yang diperoleh melalui hasil estimasi dengan
menggunakan eviews 7. Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran tentang nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,
dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang digunakan.
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif
Data statistik yang diperoleh dari hasil regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Keterangan DPR INS BETA EV PRO
Mean 287.7778 7.360556 2.231194 0.085242 0.140875 Median 105.0000 0.885000 2.190000 0.016850 0.153750 Maximum 1980.000 71.80000 4.353000 0.753600 0.350600 Minimum 10.00000 0.040000 1.107000 0.000300 0.001300 Std. Dev. 399.7832 14.10579 0.932154 0.155230 0.088618 Sumber: lampiran
Seluruh variabel diatas ditransformasikan kedalam bentuk logaritma
natural sehingga nilai dari masing masing variabel menjadi normal. Dari tabell 4.1
diatas maka dapat dibuat deskripsi sebagai berikut ini :
1. Variabel Kebijakan Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari
suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang
37
sinyal kepada investor di pasar modal, karena dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan
prospek yang baik di masa yang akan datang. Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui
bahwa deviden terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan manufaktur adalah
sebesar 10 dan nilai tertinggi adalah sebesar 1.980. Secara umum nilai rata-rata
deviden selam 4 tahun beruntun adalah sebesar 287,77. Standar deviasi sebesar
399,78 yang berarti bahwa penyebaran dari variabel deviden adalah sebesar
399,78.
2. Variabel Insider Ownership
Insider ownership yang tinggi bukanlah faktor terbesar yang secara
signifikan mempengaruhi kebijakan pembagian dividen melainkan adalah fokus
perusahaan. Perusahaan dengan menetapkan persentase kepemilikan manajerial
yang besar, membayar dividen dalam jumlah kecil, sedangkan pada persentase
kepemilikan manajerial kecil menetapkan dividen pada jumlah besar. Semakin
besar insider ownership, perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan
pengelola perusahaan semakin kecil dan dapat menghindari perilaku opportunistik
manajer, karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi yang dilakukan, hal
ini akan menurunkan masalah keagenan. Dari tabel diatas tersebut dapat dilihat
bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan
manufaktur adalah 0,04 dan nilai tertinggi sebesar 71,8. Secara umum rata-rata
arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 7,36. Standar deviasi sebesar
14,10 selama 4 tahun yang berarti bahwa penyebaran dari variabel insider
38
3. Variabel Risiko Pasar (beta)
Peningkatan beta (β) menggambarkan semakin tingginya resiko pasar.
Ketika nilai beta suatu perusahaan meningkat, hal tersebut menggambarkan
bahwa resiko pasar yang dimiliki perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Dari
tabel diatas tersebut dapat dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama
4 tahun dari 9 perusahaan manufaktur adalah 1,10 dan nilai tertinggi sebesar 4,35.
Secara umum rata-rata arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 7,36.
Standar deviasi sebesar 14,10 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran
dari variabel risiko pasar adalah sebesar 14,10.
4. Variabel Earning Variability (EV)
Variabilitas keuntungan (Earning Variability) diukur dengan nilai dari
price earnings ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba
perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan β adalah positif. Dari tabel diatas tersebut
dapat dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9
perusahaan manufaktur adalah 0.0003 dan nilai tertinggi sebesar 0,75. Secara
umum rata-rata arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 0,08. Standar
deviasi sebesar 0,15 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran dari variabel
earning variabilityadalah sebesar 0,15.
5. Variabel Profitability (Pro)
Profitability merupakan ukuran tingkat pengembalian perusahaan sebagai
ratio of operating to total asset (ROA) yaitu bagi hasil antara Earning Before
39
dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan
manufaktur adalah 0,0013 dan nilai tertinggi sebesar 0,35. Secara umum rata-rata
arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 0,14. Standar deviasi sebesar
0,08 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran dari variabel earning
variabilityadalah sebesar 0,08.
4.2 Uji Hausman
Uji hausman merupakan pengujian yang dilakukan untuk menentukan
model mana yang paling bagus dilakukan dalam model estimasi. Hasil uji
hausman dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Ho : Random Effect Model diterima dan H1 ditolak
H1 : Fixed Effect Model diterima dan Ho ditolak
Tabel 4.2 Uji hausman CorrelatedRandom Effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq d.f. Prob.
Cross-section
random 3.157202 4 0.5319
Redundant Fixed Effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.892969 (8,23) 0.1105
section
Chi-square 18.211240 8 0.0197 Sumber: Lampiran
Berdasarkan hasil uji hausman yang dilakukan, diperoleh nilai chi square
correlated random effect adalah sebesar 3,15 dengan probabilitas signifikansi 0,53
sedangkan nilai chi square Redundant Fixed Effects Test adalah sebesar 18,21
Chi-40
Square statistik yang tidak signifikan pada tingkat signifikan 5%. sehingga model
estimasi yang dipakai yaitu Random Effect Model (REM).
4.3 Hasil Model Estimasi
Secara matematis model persamaan regresi data panel didalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
DPR
it = β0 + β1Insit + β2Beta+ β3EVit + β4Proit + eit ...(3)
Kemudian persamaan tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma
natural:
LnDPR
it = β0 + β1LnInsit + β2 LnBeta+ β3LnEVit + β4LnProit + eit...(4)
Berdasarkan hasil regresi data pael dengan menggunakan program eviews
7, maka diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:
Tabel 4.3 Koefisien Variabel
Variable Coefficiient Std.Error t-Statistic Prob.
C 468.2881 264.6268 1.769617 0.0866
INS? -6.266886 5.317270 -1.178591 0.2475 BETA? -111.8165 94.32971 -1.185379 0.2449
EV? -399.8335 500.3748 -0.799068 0.4303
PRO? 1058.983 714.0750 1.483013 0.1482
Sumber: Lampiran
Berdasarkan hasil regresi dalam tabel 4.3 diatas, interpretasi model
persamaan yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
LnDPR
it = 468,28– 6,26 LnInsit – 111,81 LnBeta– 399,83 LnEVit + 1058,98 LnPro
it...(5)
Adapun interpretasi dari hasil estimasi yang diperoleh dapat dijelaskan
41
1. Insider Ownership
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa insider iwnership tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari hasil regresi
data diperoleh nilai probability sebesar 0,24 lebih besar dari tingkat signifikansi α
= 5%. Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena jumlah sampel perusahaan
manufaktur yang terdapat insider ownership dan persentase kepemilikan yang
sangat sedikit. Dengan demikian hipotesis 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Insider Ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen’ ditolak.
2. Risiko Pasar (beta)
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari hasil regresi
data diperoleh nilai probability sebesar 0,24 lebih besar dari tingkat signifikansi α
= 5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Arvindra Belfa Yudha (2011) yang menyatakan bahwa risiko pasar tidak memiliki
pengaruh yang signifikan antara terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian
hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Risiko pasar berpengaruh
terhadap kebijakan dividen’ ditolak.
3.Earning Variability (EV)
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa earning variability
memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dengan koefisien -399,83.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen, yang ditunjukkan oleh nilai probability
42
4. Profitability (Pro)
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa profitability memiliki
pengaruh positif terhadap kebijakan dividen dengan koefisien 1058,98. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen, yang ditunjukkan oleh nilai probability sebesar 0,14 lebih
besar dari tingkat signifikansi α = 5%.
4.4Analisis Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara insider ownership terhadap kebijakan dividen, sehingga hipotesis 1 dalam
penelitian ini ditolak. Dari pengujian hipotesis 1 dapat diketahui bahwa penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atika Jauhari (2000) yang
menyatakan bahwa insider ownership tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen,
akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratih Fitria Sari (2010), Arvindra Belfa Yudha (2011), Christina Heti Tri
Rahmawati (2011) dan Ina Sariwati (11), meskipun dengan model estimasi yang
berbeda.
Tidak terbuktinya hipotesis 1 pada penelitian ini dimungkinkan karena
beberapa hal yaitu:
1. Insider membagikan dividen untuk mengurangi konflik keagenan yang terjadi
antara manajemen dan pemegang saham. Hal ini didasarkan pada pemahaman
bahwa antara manajer dan pemegang saham adalah sama dan dianggap memiliki
kesamaan preferensi. Sehingga dengan membayarkan dividen maka manajemen
dianggap tidak melakukan tindakan perquisites karena internal cash flow akan
43
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insider ownership tidak berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Atika Jauhari Hatta ( 2002) yang menyatakan faktor insider ownership yang
tinggi bukanlah faktor terbesar yang secara signifikan mempengaruhi kebijakan
pembagian dividen melainkan adalah fokus perusahaan. Hal tersebut juga
merupakan kebalikan dari tingkat kepemilikan saham minoritas yang
cenderung mempengaruhi kebijakan dividen terhadap tingkat insider
ownership yang tinggi.
Tidak terbuktinya hipotesis 2 pada penelitian ini dimungkinkan karena
beberapa hal yaitu:
1. Perusahaan beranggapan dengan membayar dividen maka risiko yang akan
dihadapi perusahaan akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan
menahannya dalam bentuk laba ditahan.
2. Sesuai dengan bird in the hand theory yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner,
bahwa investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital
gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para
investor menerima dividen. Demikian juga halnya dengan investor di Indonesia
yang lebih menyenangi keuntungan dividen yang diperoleh dibandingkan
keuntungan yang didapat dari keuntungan modal (capital gain).
Periode dalam penelitian ini menggunakan tahun 2010-203 sebagai periode
penelitian. Di mana, dalam periode tersebut pasar modal di Indonesia dinilai telah
berhasil melewati periode masa krisis, sehingga kemungkinan risiko pasar yang
dihadapi perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini tidak sebesar
44
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisis terhadap hasil penelitian pengaruh Insider Ownership, Beta
(Risiko Pasar), EV (Earnings Variability), Pro (Profitability), terhadap DPR
(Dividend Payout Ratio) pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta periode 2010-2013, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Insider ownership mempunyai pengaruh negatif, dan tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen.
2. Risiko pasar mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran
atau masukan sebagai berikut:
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sehingga
peneliti tidak bisa mengendalikan dan mengawasi kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pengitungan.
2. Perlu mempertimbangkan untuk menambah periode penelitian sehingga
hasilnya akan lebih representatif.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan untuk
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Deviden
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada para
pemegang saham sebagai bentuk atas penyertaan modal yang mereka berikan
kepada sebuah perusahaan. Laba itu sendiri diperoleh dari selisih pendapatan atas
biaya-biaya yang menyertainya dalam satu periode tertentu. Berdasarkan hal ini,
laba sering digunakan dalam pengambilan keputusan seperti halnya sebagai salah
satu pedoman investasi, pengenaan pajak, dan juga kebijakan dividen. Kebijakan
dividen dapat diartikan sebagai kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran
dividen oleh sebuah perusahaan yang di dalamnya juga terdapat masalah tentang
penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan (retained
earnings).
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividend
Payout Ratio (DPR). Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba
ditahan maka keputusan DPR inclusive mengenai laba ditahan. Sepintas, para
pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang
dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini
semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan dengan
menggunakan laba ditahan ini mempunyai cost of capital yang paling kecil
dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian, keputusan
10
optimal, terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan.
Ditinjau dari tujuan memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka
kebijakan dividen perlu memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga.
Dikatakan demikian, karena apabila kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan
semakin besar berarti perusahaan itu menggunakan metode pendanaan dengan
menambah modal sendiri, yakni pendanaan intern. Diketahui bahwa rentabilitas
modal sendiri hanya akan naik dengan menggunakan:
(a) modal pinjaman apabila rentabilitas aktiva > tingkat bunga
(b) modal sendiri apabila rentabilitas aktiva < tingkat bunga
Karena penggunaan laba ditahan itu hanya akan menambah jumlah modal
sendiri, maka penambahan laba ditahan hanya akan favourable pada waktu
rentabilitas aktiva < tingkat bunga. Sebaliknya, penambahan laba ditahan pada
kondisi di mana rentabilitas aktiva > tingkat bunga hanya akan menurunkan
rentabilitas modal sendiri. Apabila pengurangan laba ditahan itu terpaksa
menambah hutang untuk membiayai suatu proyek di mana rentabilitas aktiva <
tingkat bunga maka pengurangan laba ditahan itu hanya akan menurunkan
rentabilitas modal sendiri. Akan tetapi, disadari bahwa penggunaan laba ditahan
ini memang disukai oleh manajer karena biaya laba ditahan (cost of retained
earnings) lebih murah dibandingkan dengan biaya saham baru (cost of new
common stock). Di samping pertimbangan biaya modal, pengeluaran saham baru
11
2.1.1.1 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran deviden suatu
perusahaan adalah sebagai berikut: (Dermawan Sjahrial, 2009)
a. Posisi likuiditas perusahaan
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang
harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena deviden merupakan arus kas keluar, oleh karena itu makin kuat posisi
likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh secara rendabel
(Perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak begitu kuat posisi
likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan
modal kerja sehingga kemampuanya untuk membayarkan deviden sangat terbatas.
Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh
keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.
b. Kebutuhan untuk membayar hutang
Perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk
membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih
dahulu bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila
perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatanya
untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja
12
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar
kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya.
Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya
daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan-batasan
biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian
rupa, maka perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana
kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal
atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang
demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
d. Pengawasan terhadap perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya
dengan dana yang berasal dari intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil
penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari kelompok
dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari
utang akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan
intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividend payout ratio”.
2.1.1.2 Bentuk-bentuk Kebijakan Dividen
Banyak faktor lain yang ikut berperan dalam penetapan besarnya
13
bentuk-bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh suatu perusahaan.
Menurut Awat terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu:
1. Kebijakan yang stabil (stable dividend-per-share policy), yakni jumlah
pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan
mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga
kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan
menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan
tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.
2. Kebijakan deviden payout ratio yang tetap (constant devidend payout ratio
policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah deviden akan berubah sesuai
dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap
sama.
3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang
terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen
output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada
tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.
4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan
yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan
investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen
hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.
2.1.1.3 Dividen Merupakan Informasi yang Tidak Relevan
Beberapa kalangan berargumen bahwa kebijakan dividen tidak
14
modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan,
maka hal tersebut tidak relevan.
Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco
Modigliani atau lebih dikenal dengan MM. Mereka berpendapat bahwa
bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham,
sebab dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang
saham tidak membedakan antara cash dividend dan retained earnings. Karena itu,
MM menyatakan bahwa tidak ada dividend payout ratio yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi
di bawah ini: (Dermawan Sjahrial, 2009)
1. Pasar modal sempurna, di mana para investor adalah rasional. Prakteknya
sulit di ditemui di pasar modal yang sempurna.
2. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru
(flotation costs) itu pasti ada.
3. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
4. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prekteknya kebijakan
investasi perusahaan pasti berubah.
2.1.1.4 Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon(1959) dan John Lintner(1956)
yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio
15
penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang
ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen.
Investor merasa bahwa pembayaran dividen merupakan penerimaan yang
pasti jika dibandingkan dengan capital gain, hal ini sejalan dengan pernyataan
Gordon dan Lintner. Mereka membuat kiasan atas fenomena ini dengan sebutan
bird in hand theory. Kiasan tersebut memiliki arti bahwa satu burung di tangan
lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara.
Bertolak belakang dengan apa yang telah diungkapkan oleh Gordon dan
Linter, MM berpendapat jika investor memiliki rencana untuk menginvestasikan
kembali dividen mereka dalam saham di perusahaan yang bersangkutan atau
perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas
perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat arus
kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen yang dikeluarkan
perusahaan tersebut ( Dermawan 2009:312).
2.1.1.5 Teori Preferensi Pajak
Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah sebuah
kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam banyak hal, dividen
sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi
dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa
investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang
16
1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan
dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham)
mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke
dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan
menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada
efek nilai waktu.
3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama
sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin
lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian
para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian
dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya
tinggi( Dermawan 2009:313).
2.1.1.6 Teori “Signaling Hypothesis,”
Dalam teori ini dijelaskan bahwa dengan adanya kenaikan dividen maka
sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut
Modigliani dan Miller kenaikan deviden biasanya merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen
17
pertanda(signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang
( Dermawan 2009:313).
2.1.1.7 Clientele Effect Theory
Clientele Effect ini adalah sebuah kecenderungan sebuah perusahaan untuk
menarik jenis investor tertentu yang menyukai kebijakan dividen mereka teori ini
menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi yang
berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok
investor yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai tingkat
divident payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor dengan
preferensi tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen
memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain
(Dermawan 2009:314).
2.1.1.8 Teori Keagenan
Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan
masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976) dikutip dari
Ratih (2011).. Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana
pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua
disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam
melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pada agency theory yang disebut
prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen
yang mengelola perusahaan.Pihak prinsipal memberi kewenangan kepada agen
18
keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono dan Atahau, 2007) dikutip dari
Ratih (2011).
Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan
oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board of
directors maupun board of commissioners. Persoalannya adalah diantara kedua
pihak tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut
mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang
mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal inilah biasa dikenal
dengan agency problem (masalah keagenan).
Masalah keagenan dapat timbul jika manajer suatu perusahaan memiliki
kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan
berbentuk perseorangan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat
diasumsikan bahwa manajer-pemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan
yang mungkin untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam
bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan fasilitas eksekutif seperti tunjangan,
kantor yang mewah fasilitas transportasi dan sebagainya. Akan tetapi, jika
manajer-pemilik tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk
perseroan dan menjual sebagian sahamnya kepada pihak lain (pihak luar), maka
pertentangan kepentingan bisa segera muncul.
Sebagai contoh dari hal tersebut adalah, manajer-pemilik mungkin saja
tidak gigih lagi dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena
bagiannya atas kekayaan tersebut telah berkurang, atau mungkin saja dia
19
karena diantaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya. Kemungkinan
timbulnya pertikaian diantara kedua kelompok ini (manajer sebagai agen dan
prinsipal sebagai pemegang saham dari luar) merupakan salah satu bentuk dari
masalah keagenan.
Jensen dan Meckling (dalam Ratih, 2011) mengemukakan teori keagenan
yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham
seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal
tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya
pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena
pengeluaran tersebut akan menambah cost (biaya)perusahaan yang menyebabkan
penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima.
Pemegang saham menginginkan agar cost (biaya) tersebut dibiayai oleh utang,
tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung risiko
yang tinggi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat
diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat
mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya
mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu cost (biaya) yang
disebut agency cost.
2.1.2 Insider Ownership
Insider ownership adalah sebuah ukuran persentase saham yang dimiliki
oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat secara
langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling, 1976)
20
Insider ownership juga dapat digunakan untuk mengukur biaya agen.
Dengan semakin meningkatnya kepemilikan manajemen, maka biaya agensinya
juga akan ikut turun, dengan asumsi bahwa manajer tersebut tetap mengharapkan
peningkatan kesejahteraan yang lebih pada keputusannya.
Dengan semakin meningkatnya insider ownership, maka informasi yang
dimiliki oleh manajer yang juga sekaligus pemilik tersebut juga akan lebih
lengkap. Hal tersebut membuat biaya agen yang dibutuhkan untuk memonitoring
semakin kecil sebab pemilik sudah ikut merangkap sebagai manajemen.
Untuk itu, apabila insider ownership semakin besar maka biaya agen yang
mungkin muncul dapat ditekan, serta manajer memiliki kekuatan yang lebih besar
dalam menentukan kebijakan dividen. Berdasarkan kondisi tersebut, maka
biasanya manajer lebih cenderung untuk membatasi dividen dan menggunakan
dana yang ada untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan datang.
2.1.3 Resiko Pasar (β)
Peningkatan beta (β) menggambarkan semakin tingginya resiko pasar.
Menurut D’Souza dan Saxena (dalam Arvindra, 2011:17), nilai beta (β) digunakan
sebagai indikator pasar. Ketika nilai beta suatu perusahaan meningkat, hal tersebut
menggambarkan bahwa resiko pasar yang dimiliki perusahaan tersebut juga ikut
meningkat. Hal itu menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah
perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut dapat menyebabkan
perusahaan memperoleh kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar
21
Perusahaan enggan untuk menurunkan dividen, jika perusahaan memotong
dividen, maka hal tersebut dianggap sebagai sinyal buruk karena dianggap
perusahaan membutuhkan dana. Untuk perusahaan dengan resiko yang tinggi,
probabilitas untuk mengalami laba menurun juga akan tinggi. Resiko dalam
saham itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Resiko sistematis (systematic risk)
Resiko yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti halnya inflasi,
resesi, suku bunga yang tinggi, dan keadaan perang. Resiko ini tidak dapat
dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab faktor-faktor tersebut mempengaruhi
saham secara negatif.
2. Resiko diversifikasi (difersifiable risk)
Resiko yang disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum,
pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses. Resiko ini dapat
dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab resiko ini muncul karena kejadian
yang bersifat acak.
Risiko Pasar atau beta (β) seperti telah dijelaskan sebelumnya
penyebabnya adalah faktor ekonomi makro seperti kinerja perekonomian suatu
negara. Perubahan dalam ekonomi makro seperti tingkat inflasi atau tingkat suku
bunga akan menyebabkan perubahan dalam struktur modal, aliran kas, kewajiban
finansialnya, besarnya piutang dan lain-lain pada semua perusahaan. Perubahan
pada kondisi keuangan perusahaan tersebut selanjutnya akan menyebabkan beta (β) juga akan berubah, sedangkan perubahan kondisi keuangan perusahaan akan
22
sangat relevan apabila memprediksi beta (β) dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan dalam laporan keuangan perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
23 dan tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen, (3) dispersion of ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap kebijakan
dividen.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yaitu menjelaskan hubungan antara insider ownership,
risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat
24
Gambar 2.2
2.3.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen
Dalam kaitannya dengan teori keagenan, apabila insider ownship semakin
meningkat, maka biaya agensi akan semakin menurun, sepanjang manajer tersebut
mengharapkan efek kesejahteraan yang lebih pada keputusannya. Semakin besar
kepemilikan insider maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen
sekaligus sebagai pemilik perusahaan, sehingga hal tersebut mengakibatkan biaya
agen semakin kecil, karena pemilik sekaligus merangkap sebagai manajemen
sehingga biaya pengawasan berkurang.
Karena informasi yang dimiliki oleh insider terutama informasi mengenai
rencana-rencana perusahaan yang akan datang sangat lengkap, maka hal ini akan
membawa pengaruh yang besar terhadap kepentingannya dalam menetapkan
kebijakan dividen. Untuk itu semakin besar kepemilikan insider yang artinya semakin
kecil biaya agen, dan semakin besar kekuatan untuk dalam menentukan kebijakan
dividen. Sehingga dengan demikian manajemen akan cenderung untuk mengurangi
pembayaran dividen dan menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperluas
usahanya.
Insider ownership
Risiko Pasar
25
2.3.2 Pengaruh Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen
Peningkatan beta (β) mencerminkan semakin tingginya risiko pasar. Semakin
tinggi tingkat risiko yang harus ditanggung perusahaan, maka akan semakin sulit bagi
perusahaan tersebut untuk memperoleh dana eksternal. Sehingga, perusahaan harus
membiayai kebutuhan investasinya dengan menggunakan dana internal. Sebagai
akibatnya, dividen yang dibagikan menjadi semakin kecil.
Berdasarkan teori risk and return, semakin tinggi tingkat risiko suatu
perusahaan maka semakin besar return yang diinginkan oleh investor. Apabila risiko
yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan return yang tinggi pula, maka tidak akan
pernah ada investor yang mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Return perusahaan
bisa berupa dividen ataupun capital gain. Namun, berdasarkan pada teori Bird in The
Hand, investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan laba ditahan. Dengan
demikian, risiko pasar akan berpengeruh terhadap kebijakan manajer dalam
menentukan keputusan pembagian laba perusahaan.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H
1 : Terdapat pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen.
H
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari
suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang
oleh masing-masing pemilik. Dividen merupakan sumber yang memberikan
sinyal kepada investor di pasar modal, karena dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan
prospek yang baik di masa yang akan datang. Keputusan pembagian deviden
merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen
sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi devidennya
atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang
menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berhubungan
dengan hal tersebut, maka masalah yang akan timbul adalah bagaimana suatu
kebijakan deviden akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Jensen & Meckling menyatakan bahwa penunjukan manajer oleh
pemegang saham untuk mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer cenderung mengambil
keputusan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh dengan
tujuan agar pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan
ini seringkali tidak sejalan dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi
dividen yang dibagikan berarti semakin sedikit laba yang ditahan, akibatnya
2
saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat
mungkin terjadi, karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko
sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu
pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, risiko sepenuhnya
ditanggung oleh para pemilik. Karena manajemen tidak menanggung risiko dan
tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para
pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang
tidak optimal, sehingga menimbulkan masalah keagenan(agency problem).
Besarnya bagian laba yang akan dibayarkan sebagai dividen terkait dengan
besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan dan kebijakan manajer perusahaan
mengenai sumber dana yang akan digunakan, dari sumber intern atau ekstern.
Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana adalah dari intern, dengan
menahan laba yang diperolehnya (tidak dibagikan sebagai dividen). Investor
menginvestasikan dana bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari
dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha memaksimumkan
kesejahteraan investor dengan membuat keputusan berupa kebijakan dividen
terhadap para investor dan pemegang saham. Pembagian dividen sebagian besar
dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang
mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa
dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang
diperoleh dikemudian hari.
Menurut Lintner (dalam Christina, 2011:3) perusahaan-perusahaan
3
dividen akan memberikan sinyal yang buruk (perusahaan membutuhkan dana).
Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba tinggi kemungkinan juga mempunyai
fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi, hal ini akan memberikan sinyal yang
tidak baik, khususnya jika dividen turun. Untuk menghindari hal itu, perusahaan
yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung
membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba
perusahaan turun. Hartono (dalam Christina, 2011:3) menyatakan “perusahaan
yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung
membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba perusahaan turun”.
Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara manajer dengan
pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer dapat berbeda dan
mungkin bisa menimbulkan konflik, misalnya manajer menghendaki pembagian
dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk
mendanai investasinya, sedangkan pemegang saham menghendaki pembagian
dividen yang besar. Konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya keagenan. Pada
sudut pandang pemilik, upaya untuk mengurangi biaya yang timbul dengan kebijakan dividen. Menurut Keown (dalam Christina, 2011:3), pembayaran
dividen secara tidak langsung menghasilkan proses monitoring yang lebih dekat
terhadap investasi yang dilakukan pihak manajemen.
Adanya perbedaan kepentingan antara para pemegang saham dan manajer
membuat pengambilan kebijakan ini akan menjadi sedikit lebih rumit. Sebagai
4
pembagian dividen dengan persentase yang kecil dikarenakan perusahaan
membutuhkan dana yang lebih besar untuk mengembangkan perusahaan. Pada sisi
lain para pemegang saham memiliki keinginan agar dividen dibagikan dengan
persentase yang lebih besar, karena pada hakikatnya para investor mengharapkan
adanya peningkatan kemakmuran atas investasi yang mereka tanamkan.
Brigham dan Gapenski (dalam Arvindra, 2011:1) menyatakan bahwa
setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua
dampak yang berlawanan. Dua dampak ini menggambarkan dua kepentingan yang
berbeda antara para investor dan pihak manajer perusahaan. Apabila perusahaan
berencana untuk membayarkan dividen dengan persentase yang besar, maka
kepentingan atas cadangan perusahaan akan terabaikan. Sebaliknya bila
perusahaan berkeinginan untuk menahan laba di tangan, maka kepentingan para
pemegang saham akan uang kas juga menjadi terabaikan.
\ Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah salah satu faktor
yang ikut menentukan apakah laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk dividen
atau akan berubah menjadi laba ditahan yang nantinya akan digunakan perusahaan
sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menggambarkan persentase laba perusahaan
yang dikeluarkan perusahaan untuk para pemegang saham dalam bentuk dividen
kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah yang besar, maka laba
yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika
perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba perusahaan dalam bentuk
dividen dengan persentase yang besar, maka hal tersebut dapat mengurangi
5
intern perusahaan. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen sebuah
perusahaan adalah agar dapat mengalokasikan laba perusahaan ke dalam bentuk
dividen dan laba ditahan dalam proporsi yang tepat dan sesuai.
Pembagian dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan
persentase laba ditahan dapat membuat sumber dana internal perusahaan
berkurang. Hal ini akan mempersulit sebuah perusahaan saat perusahaan tersebut
memiliki keinginan untuk melakukan ekspansi terhadap usahanya sehingga
perusahaan harus mencari tambahan dana dari pihak luar. Sebaliknya apabila
persentase laba ditahan lebih besar dibandingkan persentase jumlah dividen yang
dibagikan maka dana yang dimiliki perusahaan akan meningkat. Kondisi ini akan
mempermudah perusahaan ketika perusahaan tersebut ingin melakukan ekspansi
usaha karena beban yang ditanggung menjadi lebih kecil dibandingkan jika
perusahaan harus memperoleh tambahan dana dari pihak luar, tetapi tentu saja hal
ini akan berseberangan dengan prinsip para investor yang menginginkan
peningkatan atas kesejahteraan mereka.
Berawal dari hal tersebut, manajer biasanya memiliki kecenderungan
untuk mencapai tingkat likuiditas pada titik tertentu untuk memberikan
perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Van Horne
(dalam Arvindra, 2011:3) menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan
arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kondisi tersebut yang
menjadikan tingkat likuiditas perusahaan menjadi pertimbangan utama dalam