• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

47

Lampiran 1

Daftar Perusahaan Manufaktur Periode 2010-2013

NO KODE NAMA PERUSAHAAN KRITERIA

(2)
(3)

49

(4)

50

Lampiran 2

Analisis Deskriptif

DPR? INS? BETA? EV? PRO?

Mean 287.7778 7.360556 2.231194 0.085242 0.140875 Median 105.0000 0.885000 2.190000 0.016850 0.153750 Maximum 1980.000 71.80000 4.353000 0.753600 0.350600 Minimum 10.00000 0.040000 1.107000 0.000300 0.001300 Std. Dev. 399.7832 14.10579 0.932154 0.155230 0.088618 Skewness 2.460489 2.967306 0.836209 2.804086 0.301645 Kurtosis 10.12820 13.19583 2.962577 11.21280 3.019499

Jarque-Bera 112.5409 208.7619 4.197577 148.3525 0.546509 Probability 0.000000 0.000000 0.122605 0.000000 0.760899

Sum 10360.00 264.9800 80.32300 3.068700 5.071500 Sum Sq. Dev. 5593930. 6964.065 30.41192 0.843367 0.274862

Observations 36 36 36 36 36

(5)

51

Lampiran 3

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 3.157202 4 0.5319

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

INS? -0.349596 -6.266886 22.690186 0.2141 BETA? -38.335503 -111.816456 94309.623464 0.8109

EV? -346.334442 -399.833531

272614.72732

7 0.9184 PRO? 765.451662 1058.982551

215497.09508

3 0.5272

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: DPR?

Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 297.5741 755.5718 0.393840 0.6973 INS? -0.349596 7.138876 -0.048971 0.9614 BETA? -38.33550 321.2596 -0.119329 0.9061 EV? -346.3344 723.1802 -0.478905 0.6365 PRO? 765.4517 851.7043 0.898729 0.3781

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

(6)

52

Lampiran 4

Redundant Fixed Effects Tests

Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 1.892969 (8,23) 0.1105

Cross-section Chi-square 18.211240 8 0.0197

Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: DPR?

Method: Panel Least Squares Date: 03/17/16 Time: 21:15 Sample: 2010 2013

Included observations: 4 Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 471.7459 202.7128 2.327163 0.0267 INS? -9.083703 4.681679 -1.940266 0.0615 BETA? -124.5566 70.50937 -1.766526 0.0872 EV? -412.2424 439.2815 -0.938447 0.3553 PRO? 1390.902 708.8133 1.962296 0.0588

(7)

53

Lampiran 5

Hasil Estimasi Random Effects

Dependent Variable: DPR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 03/16/16 Time: 15:38

Sample: 2010 2013 Included observations: 4 Cross-sections included: 9

Total pool (balanced) observations: 36

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 468.2881 264.6268 1.769617 0.0866 INS? -6.266886 5.317270 -1.178591 0.2475 BETA? -111.8165 94.32971 -1.185379 0.2449 EV? -399.8335 500.3748 -0.799068 0.4303

Cross-section random 195.4180 0.2573

Idiosyncratic random 331.9738 0.7427

Weighted Statistics

R-squared 0.154089 Mean dependent var 186.3017 Adjusted R-squared 0.044940 S.D. dependent var 335.0450 S.E. of regression 327.4301 Sum squared resid 3323524. F-statistic 1.411724 Durbin-Watson stat 2.776441 Prob(F-statistic) 0.253234

Unweighted Statistics

(8)

54

DPR_ALMI = C(6) + C(1) + C(2)*INS_ALMI + C(3)*BETA_ALMI + C(4)*EV_ALMI + C(5)*PRO_ALMI

DPR_ASII = C(7) + C(1) + C(2)*INS_ASII + C(3)*BETA_ASII + C(4)*EV_ASII + C(5)*PRO_ASII DPR_AUTO = C(8) + C(1) + C(2)*INS_AUTO + C(3)*BETA_AUTO + C(4)*EV_AUTO + C(5)*PRO_AUTO

DPR_DPNS = C(9) + C(1) + C(2)*INS_DPNS + C(3)*BETA_DPNS + C(4)*EV_DPNS + C(5)*PRO_DPNS

DPR_GGRM = C(10) + C(1) + C(2)*INS_GGRM + C(3)*BETA_GGRM + C(4)*EV_GGRM + C(5)*PRO_GGRM

DPR_LION = C(11) + C(1) + C(2)*INS_LION + C(3)*BETA_LION + C(4)*EV_LION + C(5)*PRO_LION

DPR_LMSH = C(12) + C(1) + C(2)*INS_LMSH + C(3)*BETA_LMSH + C(4)*EV_LMSH + C(5)*PRO_LMSH

DPR_TCID = C(13) + C(1) + C(2)*INS_TCID + C(3)*BETA_TCID + C(4)*EV_TCID + C(5)*PRO_TCID

DPR_ULTJ = C(14) + C(1) + C(2)*INS_ULTJ + C(3)*BETA_ULTJ + C(4)*EV_ULTJ + C(5)*PRO_ULTJ

Substituted Coefficients: =====================

DPR_ALMI = -165.46816003 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ALMI -

111.816456151*BETA_ALMI - 399.833530608*EV_ALMI + 1058.98255059*PRO_ALMI DPR_ASII = 116.901795708 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ASII -

111.816456151*BETA_ASII - 399.833530608*EV_ASII + 1058.98255059*PRO_ASII DPR_AUTO = 62.2459062035 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_AUTO -

111.816456151*BETA_AUTO - 399.833530608*EV_AUTO + 1058.98255059*PRO_AUTO DPR_DPNS = -148.192094205 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_DPNS -

111.816456151*BETA_DPNS - 399.833530608*EV_DPNS + 1058.98255059*PRO_DPNS DPR_GGRM = 253.139925981 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_GGRM -

111.816456151*BETA_GGRM - 399.833530608*EV_GGRM + 1058.98255059*PRO_GGRM DPR_LION = -15.6236559415 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_LION -

111.816456151*BETA_LION - 399.833530608*EV_LION + 1058.98255059*PRO_LION DPR_LMSH = -33.7416887986 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_LMSH -

111.816456151*BETA_LMSH - 399.833530608*EV_LMSH + 1058.98255059*PRO_LMSH DPR_TCID = 10.9747416577 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_TCID -

(9)

55

DPR_ULTJ = -80.2367705745 + 468.288104285 - 6.26688579057*INS_ULTJ -

(10)

45

DAFTAR PUSTAKA

Djabid, Abdullah, “ Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang: Sebuah Perspektif Agency Theory, “Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No.2 Mei 2009, hal. 249 – 259 Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007.

Gujarati N. Damodar, Dawn C. Porter, 2012, “ Dasar-dasar Ekonometrika, ” Penerbit Salemba Empat.

Hatta, Atika Jauhari, “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder, ” JAAI VOLUME 6 NO. 2, DESEMBER 2002.

Rahmawati, Christina Heti Tri, “ Pengaruh Insider Ownership, Institutional Ownrship, Dispersion of Ownership, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, dan Risiko Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006, ” Widya Warta No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011.

Sjahrial, Dermawan, 2009, “ Manajemen Keuangan, ” Edisi 3, Penerbit Mitra Wacana Media.

Sariwati, Ina, “ Analisis Pengaruh Insider Ownership, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, “ Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Surabaya, 2011.

Sari, Ratih Fitri, “ Analisis Pengaruh Kepemilikan Manjearial, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

(11)

46

Yudha, Arvindra Belfa, “ Pengaruh Insider Ownership, Resiko Pasar, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Kebijakan Deviden, ” Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

(12)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian hipotesis, yaitu

penelitian yang berusaha untuk menjelaskan sifat dari suatu hubungan atau

pengaruh tertentu. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji insider

ownership, risiko pasar sebagai variabel independen terhadap kebijakan dividen.

3.2 Batasan Operasional

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka batasan operasional dalam penelitian ini adalah insider

ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013.

3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel

Terdapat 2 kelompok variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Disini yang bertindak sebagai variabel

dependen adalah kebijakan dividen. Sedangkan variabel independen yang

digunakan disini adalah insider ownership, resiko pasar.

3.3.1 Variabel Dependen

3.3.1.1 Divident Payout Ratio(DPR)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah besarnya

dividen yang dibagikan kepada para investor (divident payout ratio). Dalam hal

(13)

27

dibagi dari EAT (Earning After Tax). Rumus yang dapat digunakan untuk

mengukur DPR adalah:

��� =Dividen Yang DibagiEAT

3.3.2 Variabel Independen

3.3.2.1 Insider Ownership

Variabel ini sebagai variabel independen yang menggambarkan besarnya

kepemilikan saham oleh manajemen dalam persentase. Ada beberapa pendapat

yang mengatakan bahwa insider ownership adalah kepemilikan saham oleh

directors (direktur/manajemen) dan commissioners (komisaris), dengan rumus

matematis:

Ins = & it it

Keterangan :

D & C SHRS : kepemilikan saham oleh direktur dan komisaris perusahaan i

pada tahun t.

TOTSHRS

it : jumlah total dari saham biasa perusahaan yang beredar

perusahaan i pada tahun t.

3.3.2.2 Risiko Pasar

Variabel ini juga merupakan variabel independen, sebagaimana telah

diketahui bahwa nilai beta adalah menggambarkan kepekaan perubahan return

(14)

28

Untuk mengukur nilai beta (β) dapat dilakukan dengan persamaan regresi.

Adapun persamaan regresinya dapat didasarkan pada model indeks tunggal atau

model pasar adalah sebagai berikut: R = + .R +E

Keterangan :

R = Return sekuritas ke I

=Suatu variabel acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke I

yang independen terhadap kinerja pasar.

= Merupakan koefisien yang mengukur perubahan R akibat dari perubahan R . R = Tingkat return dari indeks pasar.

e = Menunjukkan bahwa persamaan linear yang dibentuk mengandung kesalahan

atau variabel ini juga sering disebut sebagai variabel pengganggu.

Sementara tingkat keuntungan pasar saham (R ) dihitung dengan

menggunakan data indeks harga saham gabungan dengan formula:

Rm =

t− t−

t−

Dalam hal ini:

t = hari ke t.

t-1 = hari sebelumnya.

Sedangkan keuntungan saham i (R ) ditentukan dengan menggunakan

perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dengan formula:

(15)

29 Dalam hal ini:

P = Harga saham untuk hari ke t.

P−1 = Harga saham hari sebelumnya.

Dari hasil perhitungan beta harian (beta koreksi) kemudian dijumlahkan

selama satu tahun dan selanjutnya dibagi dengan n (jumlah data beta dalam satu

tahun). Dari sini dihasilkan beta tahunan. Rumus yang digunakan untuk mencari

beta adalah sebagai berikut :

Beta = ∑ ∗ − ∑ ∑

∑ − (∑ )

3.3.3 Variabel Pengontrol

Selain variabel dependen yang diwakili oleh dividend payout ratio dan

variabel independen yang diwakili oleh insider ownership dan risiko pasar, dalam

penelitian ini juga dimasukkan variabel pengontrol. Variabel pengontrol adalah

variabel tambahan yang dievaluasi secara simultan berdasarkan hubungan aslinya. Variabel ini ditambahkan untuk menguji kemungkinan yang terjadi di luar variabel yang telah ada. Adapun variabel yang ditambahkan yaitu:

3.3.3.1. Earning Variability (EV)

Variabilitas keuntungan (Earning Variability) diukur dengan nilai dari

price earnings ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba

perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan β adalah positif. Earning variability dihitung

dengan persamaan:

EV =

(16)

30

3.3.3.2. Profitability (Pro)

Merupakan ukuran tingkat pengembalian perusahaan sebagai ratio of

operating to total asset (ROA) yaitu bagi hasil antara Earning Before Interest and

Tax (EBIT) terhadap total asset.

PRO = � ��

�� �� �

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go

public dan terdafar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2013.

Metode yang digunakan dalam pemilihan pemilihan sample ini adalah purposive

sampling, yaitu metode pemilihan sample dengan beberapa kriteria tertentu.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public

dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013.

2. Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan dan catatan atas laporan

keuangan.

3. Perusahaan membayar dividen secara berkesinambungan selama periode

penelitian.

4. Perusahaan tersebut juga memilik i insider ownership, serta data-data lain yang

dibutuhkan selama penelitian ini.

Dari populasi pada penelitian ini diperoleh sebanyak delapan perusahaan

manufaktur yang memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian. Berikut ini

(17)

31

Tabel 3.4 Sampel Penelitian

NO NAMA PERUSAHAAN KODE

1 PT Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI

2 PT Astra Internasional Tbk ASII

3 PT Astra Otoparts Tbk AUTO

4 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS

5 PT Gudang Garam Tbk GGRM

6 PT Lion Metal Works Tbk LION

7 PT Lionmesh Prima Tbk LMSH

8 PT Mandom Indonesia Tbk TCID

9 PT Ultrajaya Milk Industri & Trading Company Tbk

ULTJ

Sumber : Indonesia Stock Exchage (IDX)

3.5 Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder, yaitu data

laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan perusahaan sample dan data

lain yang relevan dengan penelitian ini diantaranya diambil dari:

1. Data perusahaan yang go public dapat diperoleh dari Indonesia Stock Exchange

(IDX).

2. Jurnal atau publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dengan

penelitian ini.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji F untuk memilih

model mana yang terbaik diantara ketiga model tersebut dilakukan uji Chow dan

uji Housman. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara model commont effect

dan fixed effect, sedangkan uji Hausman dilakukan untuk menguji apakah data

dianalisis dengan menggunakan fixed effect atau random effect, pengujian

(18)

32

dengan menggunakan model common effect dan fixed effect terlebih dahulu

kemudian dibuat hipotesis untuk di uji. Hipotesis tersebut adalah sebagai beirkut:

Ho : maka digunakan model common effect (model pool)

Ha : maka digunakan model fixed effect dan lanjut uji Housman

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan ui Chow

adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probability F ≥ 0,05 artinya Ho diterima ; maka model common

effect.

2. Jika nilai probability F < 0,05 artinya Ho ditolak ; maka model fixed effect,

dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan

metode fixed effect atau random effect.

Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga diregresikan dengan

model random effect, kemudian dibandingkan antara fixed effect dan random

effect dengan membuat hipotesis:

Ho : maka, model random effect

Ha : maka, model fixed effect

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

Hausman adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai probability Chi-square ≥ 0,05, maka Ho diterima, yang artinya model

random effect.

2. Jika nilai probability Chi-square < 0,05, maka Ho diterima yang artinya model

(19)

33

3.7 Teknik Analisis

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini

dimulai denganmemindahkan data ke dalam variabel yang digunakan pada penelitian

ini. Dari nilai variabel-variabel itulah yang nantinya akan dimasukkan dan diolah

melalui program Eviews.

Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua

variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen. Persamaan regresi yang dikembangkan dalam

penelitian ini dipakai sebagai dasar untuk menguji hipotesis tentang hubungan

antara Insider Ownership, dan Risiko Pasar (beta) perusahaan dengan pembayaran

dividennya. Sedangkan teknik statistik yang digunakan dalam analisis data adalah

model regresi linear berganda. Adapun persamaan regresi yang dikembangkan

dalam penelitian ini sebagai berikut:

DPR

it = β0 + β1Insit + β2Beta+ β3EVit + β4Proit + eit Keterangan:

DPR

it = rasio pembayaran dividen dari perusahaan i tahun t

Insid

it = insider ownership perusahaan i pada tahun t

Beta = risiko pasar

EV

it = earning variability perusahaan i pada tahun t

Pro

(20)

34

Tujuan pengujian regresi adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

insider ownership dan risiko pasar terhadap dividen dalam hal ini dividend payout

ratio (DPR). Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

individu diuji dengan uji T, sedangkan pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan diuji dengan uji F.

Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan

menghasilkan parameter model penduga yang sahih bila memenuhi asumsi

normalitas, tidak terjadi autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas atau

data bersifat homokedastisitas.

3.7.1 Data Panel

Data panel merupakan kombinasi dari data kerat lintang (cross section)

dengan data deret waktu (time series). Oleh karena data yang berhubungan dengan

individu, perusahaan, dan lain-lain, dari waktu ke waktu, ada batasan

heterogenitas dalam unit-unit tersebut. Menurut Gujarati (2012), teknik estimasi

data panel dapat mengatasi heterogenitas tersebut secara eksplisit dengan

memberikan variabel spesifik-subjek. Dimana dalam metode ini dapat dianalisis

dengan tiga model pendekatan yaitu:

a. Uji Fixed Effect Model (FEM)

Model ini memiliki intercept persamaan yang tidak konstan atau terdapat

perbedaan pada setiap individu (data cross section). Sementara itu, slope koefisien

dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan waktu. Model FEM digunakan

apabila data time series lebih besar dari data cross section. Persamaan yang

(21)

35

Yit= α + ßX1it + ßX2it + ßX3it + ßX4it + µi + εit ……….. (2)

Dimana :

µi = komponen error cross section

b. Uji Random Effect Model (REM)

Pada model ini, perbedaan antara individu terdapat di error term dari

persamaan. Model ini memperhitungkan bahwa error term mungkin

berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Secara sistematis model

REM dinyatakan sebagai berikut:

Yit= α + ßXit + εit; εit = µi + vt + wt ……… (3)

Dimana:

Yit = variabel terikat untuk perusahaan ke-i dan waktu ke-t

Xit = variabel bebas untuk perusahaan ke-i dan waktu ke-t

µi = komponen error cross section

vt = komponen error time series dan

(22)

36

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Untuk memberikan gambaran data dalam penelitian ini maka dilakukan

analisis dari data statistik yang diperoleh melalui hasil estimasi dengan

menggunakan eviews 7. Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan gambaran tentang nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,

dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang digunakan.

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif

Data statistik yang diperoleh dari hasil regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Keterangan DPR INS BETA EV PRO

Mean 287.7778 7.360556 2.231194 0.085242 0.140875 Median 105.0000 0.885000 2.190000 0.016850 0.153750 Maximum 1980.000 71.80000 4.353000 0.753600 0.350600 Minimum 10.00000 0.040000 1.107000 0.000300 0.001300 Std. Dev. 399.7832 14.10579 0.932154 0.155230 0.088618 Sumber: lampiran

Seluruh variabel diatas ditransformasikan kedalam bentuk logaritma

natural sehingga nilai dari masing masing variabel menjadi normal. Dari tabell 4.1

diatas maka dapat dibuat deskripsi sebagai berikut ini :

1. Variabel Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari

suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang

(23)

37

sinyal kepada investor di pasar modal, karena dividen yang dibayarkan oleh

perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan

prospek yang baik di masa yang akan datang. Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui

bahwa deviden terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan manufaktur adalah

sebesar 10 dan nilai tertinggi adalah sebesar 1.980. Secara umum nilai rata-rata

deviden selam 4 tahun beruntun adalah sebesar 287,77. Standar deviasi sebesar

399,78 yang berarti bahwa penyebaran dari variabel deviden adalah sebesar

399,78.

2. Variabel Insider Ownership

Insider ownership yang tinggi bukanlah faktor terbesar yang secara

signifikan mempengaruhi kebijakan pembagian dividen melainkan adalah fokus

perusahaan. Perusahaan dengan menetapkan persentase kepemilikan manajerial

yang besar, membayar dividen dalam jumlah kecil, sedangkan pada persentase

kepemilikan manajerial kecil menetapkan dividen pada jumlah besar. Semakin

besar insider ownership, perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan

pengelola perusahaan semakin kecil dan dapat menghindari perilaku opportunistik

manajer, karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi yang dilakukan, hal

ini akan menurunkan masalah keagenan. Dari tabel diatas tersebut dapat dilihat

bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan

manufaktur adalah 0,04 dan nilai tertinggi sebesar 71,8. Secara umum rata-rata

arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 7,36. Standar deviasi sebesar

14,10 selama 4 tahun yang berarti bahwa penyebaran dari variabel insider

(24)

38

3. Variabel Risiko Pasar (beta)

Peningkatan beta (β) menggambarkan semakin tingginya resiko pasar.

Ketika nilai beta suatu perusahaan meningkat, hal tersebut menggambarkan

bahwa resiko pasar yang dimiliki perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Dari

tabel diatas tersebut dapat dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama

4 tahun dari 9 perusahaan manufaktur adalah 1,10 dan nilai tertinggi sebesar 4,35.

Secara umum rata-rata arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 7,36.

Standar deviasi sebesar 14,10 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran

dari variabel risiko pasar adalah sebesar 14,10.

4. Variabel Earning Variability (EV)

Variabilitas keuntungan (Earning Variability) diukur dengan nilai dari

price earnings ratio (PER) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba

perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan β adalah positif. Dari tabel diatas tersebut

dapat dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9

perusahaan manufaktur adalah 0.0003 dan nilai tertinggi sebesar 0,75. Secara

umum rata-rata arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 0,08. Standar

deviasi sebesar 0,15 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran dari variabel

earning variabilityadalah sebesar 0,15.

5. Variabel Profitability (Pro)

Profitability merupakan ukuran tingkat pengembalian perusahaan sebagai

ratio of operating to total asset (ROA) yaitu bagi hasil antara Earning Before

(25)

39

dilihat bahwa nilai minimum atau nilai terendah selama 4 tahun dari 9 perusahaan

manufaktur adalah 0,0013 dan nilai tertinggi sebesar 0,35. Secara umum rata-rata

arus kas bebas perusahaan selama 4 tahun adalah 0,14. Standar deviasi sebesar

0,08 selama 4 tahunn yang berarti bahwa penyebaran dari variabel earning

variabilityadalah sebesar 0,08.

4.2 Uji Hausman

Uji hausman merupakan pengujian yang dilakukan untuk menentukan

model mana yang paling bagus dilakukan dalam model estimasi. Hasil uji

hausman dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Ho : Random Effect Model diterima dan H1 ditolak

H1 : Fixed Effect Model diterima dan Ho ditolak

Tabel 4.2 Uji hausman CorrelatedRandom Effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq d.f. Prob.

Cross-section

random 3.157202 4 0.5319

Redundant Fixed Effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 1.892969 (8,23) 0.1105

section

Chi-square 18.211240 8 0.0197 Sumber: Lampiran

Berdasarkan hasil uji hausman yang dilakukan, diperoleh nilai chi square

correlated random effect adalah sebesar 3,15 dengan probabilitas signifikansi 0,53

sedangkan nilai chi square Redundant Fixed Effects Test adalah sebesar 18,21

(26)

Chi-40

Square statistik yang tidak signifikan pada tingkat signifikan 5%. sehingga model

estimasi yang dipakai yaitu Random Effect Model (REM).

4.3 Hasil Model Estimasi

Secara matematis model persamaan regresi data panel didalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

DPR

it = β0 + β1Insit + β2Beta+ β3EVit + β4Proit + eit ...(3)

Kemudian persamaan tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma

natural:

LnDPR

it = β0 + β1LnInsit + β2 LnBeta+ β3LnEVit + β4LnProit + eit...(4)

Berdasarkan hasil regresi data pael dengan menggunakan program eviews

7, maka diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.3 Koefisien Variabel

Variable Coefficiient Std.Error t-Statistic Prob.

C 468.2881 264.6268 1.769617 0.0866

INS? -6.266886 5.317270 -1.178591 0.2475 BETA? -111.8165 94.32971 -1.185379 0.2449

EV? -399.8335 500.3748 -0.799068 0.4303

PRO? 1058.983 714.0750 1.483013 0.1482

Sumber: Lampiran

Berdasarkan hasil regresi dalam tabel 4.3 diatas, interpretasi model

persamaan yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:

LnDPR

it = 468,28– 6,26 LnInsit – 111,81 LnBeta– 399,83 LnEVit + 1058,98 LnPro

it...(5)

Adapun interpretasi dari hasil estimasi yang diperoleh dapat dijelaskan

(27)

41

1. Insider Ownership

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa insider iwnership tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari hasil regresi

data diperoleh nilai probability sebesar 0,24 lebih besar dari tingkat signifikansi α

= 5%. Perbedaan hasil penelitian disebabkan karena jumlah sampel perusahaan

manufaktur yang terdapat insider ownership dan persentase kepemilikan yang

sangat sedikit. Dengan demikian hipotesis 1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Insider Ownership berpengaruh terhadap kebijakan dividen’ ditolak.

2. Risiko Pasar (beta)

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Dari hasil regresi

data diperoleh nilai probability sebesar 0,24 lebih besar dari tingkat signifikansi α

= 5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Arvindra Belfa Yudha (2011) yang menyatakan bahwa risiko pasar tidak memiliki

pengaruh yang signifikan antara terhadap kebijakan dividen. Dengan demikian

hipotesis 2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ‘Risiko pasar berpengaruh

terhadap kebijakan dividen’ ditolak.

3.Earning Variability (EV)

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa earning variability

memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dengan koefisien -399,83.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kebijakan dividen, yang ditunjukkan oleh nilai probability

(28)

42

4. Profitability (Pro)

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa profitability memiliki

pengaruh positif terhadap kebijakan dividen dengan koefisien 1058,98. Hasil

estimasi menunjukkan bahwa risiko pasar (beta) berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen, yang ditunjukkan oleh nilai probability sebesar 0,14 lebih

besar dari tingkat signifikansi α = 5%.

4.4Analisis Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara insider ownership terhadap kebijakan dividen, sehingga hipotesis 1 dalam

penelitian ini ditolak. Dari pengujian hipotesis 1 dapat diketahui bahwa penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atika Jauhari (2000) yang

menyatakan bahwa insider ownership tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen,

akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratih Fitria Sari (2010), Arvindra Belfa Yudha (2011), Christina Heti Tri

Rahmawati (2011) dan Ina Sariwati (11), meskipun dengan model estimasi yang

berbeda.

Tidak terbuktinya hipotesis 1 pada penelitian ini dimungkinkan karena

beberapa hal yaitu:

1. Insider membagikan dividen untuk mengurangi konflik keagenan yang terjadi

antara manajemen dan pemegang saham. Hal ini didasarkan pada pemahaman

bahwa antara manajer dan pemegang saham adalah sama dan dianggap memiliki

kesamaan preferensi. Sehingga dengan membayarkan dividen maka manajemen

dianggap tidak melakukan tindakan perquisites karena internal cash flow akan

(29)

43

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa insider ownership tidak berpengaruh

terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Atika Jauhari Hatta ( 2002) yang menyatakan faktor insider ownership yang

tinggi bukanlah faktor terbesar yang secara signifikan mempengaruhi kebijakan

pembagian dividen melainkan adalah fokus perusahaan. Hal tersebut juga

merupakan kebalikan dari tingkat kepemilikan saham minoritas yang

cenderung mempengaruhi kebijakan dividen terhadap tingkat insider

ownership yang tinggi.

Tidak terbuktinya hipotesis 2 pada penelitian ini dimungkinkan karena

beberapa hal yaitu:

1. Perusahaan beranggapan dengan membayar dividen maka risiko yang akan

dihadapi perusahaan akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan

menahannya dalam bentuk laba ditahan.

2. Sesuai dengan bird in the hand theory yang dikemukakan oleh Gordon dan Lintner,

bahwa investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital

gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para

investor menerima dividen. Demikian juga halnya dengan investor di Indonesia

yang lebih menyenangi keuntungan dividen yang diperoleh dibandingkan

keuntungan yang didapat dari keuntungan modal (capital gain).

Periode dalam penelitian ini menggunakan tahun 2010-203 sebagai periode

penelitian. Di mana, dalam periode tersebut pasar modal di Indonesia dinilai telah

berhasil melewati periode masa krisis, sehingga kemungkinan risiko pasar yang

dihadapi perusahaan manufaktur sebagai sampel dalam penelitian ini tidak sebesar

(30)

44

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari analisis terhadap hasil penelitian pengaruh Insider Ownership, Beta

(Risiko Pasar), EV (Earnings Variability), Pro (Profitability), terhadap DPR

(Dividend Payout Ratio) pada perusahaan manufaktur yang go public dan terdaftar di

Bursa Efek Jakarta periode 2010-2013, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Insider ownership mempunyai pengaruh negatif, dan tidak signifikan

terhadap kebijakan dividen.

2. Risiko pasar mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan saran

atau masukan sebagai berikut:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sehingga

peneliti tidak bisa mengendalikan dan mengawasi kemungkinan terjadinya

kesalahan dalam pengitungan.

2. Perlu mempertimbangkan untuk menambah periode penelitian sehingga

hasilnya akan lebih representatif.

3. Diharapkan penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan untuk

(31)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Deviden

Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada para

pemegang saham sebagai bentuk atas penyertaan modal yang mereka berikan

kepada sebuah perusahaan. Laba itu sendiri diperoleh dari selisih pendapatan atas

biaya-biaya yang menyertainya dalam satu periode tertentu. Berdasarkan hal ini,

laba sering digunakan dalam pengambilan keputusan seperti halnya sebagai salah

satu pedoman investasi, pengenaan pajak, dan juga kebijakan dividen. Kebijakan

dividen dapat diartikan sebagai kebijakan yang berkaitan dengan pembayaran

dividen oleh sebuah perusahaan yang di dalamnya juga terdapat masalah tentang

penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba yang ditahan (retained

earnings).

Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividend

Payout Ratio (DPR). Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba

ditahan maka keputusan DPR inclusive mengenai laba ditahan. Sepintas, para

pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang

dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini

semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan dengan

menggunakan laba ditahan ini mempunyai cost of capital yang paling kecil

dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian, keputusan

(32)

10

optimal, terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai

perusahaan.

Ditinjau dari tujuan memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka

kebijakan dividen perlu memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga.

Dikatakan demikian, karena apabila kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan

semakin besar berarti perusahaan itu menggunakan metode pendanaan dengan

menambah modal sendiri, yakni pendanaan intern. Diketahui bahwa rentabilitas

modal sendiri hanya akan naik dengan menggunakan:

(a) modal pinjaman apabila rentabilitas aktiva > tingkat bunga

(b) modal sendiri apabila rentabilitas aktiva < tingkat bunga

Karena penggunaan laba ditahan itu hanya akan menambah jumlah modal

sendiri, maka penambahan laba ditahan hanya akan favourable pada waktu

rentabilitas aktiva < tingkat bunga. Sebaliknya, penambahan laba ditahan pada

kondisi di mana rentabilitas aktiva > tingkat bunga hanya akan menurunkan

rentabilitas modal sendiri. Apabila pengurangan laba ditahan itu terpaksa

menambah hutang untuk membiayai suatu proyek di mana rentabilitas aktiva <

tingkat bunga maka pengurangan laba ditahan itu hanya akan menurunkan

rentabilitas modal sendiri. Akan tetapi, disadari bahwa penggunaan laba ditahan

ini memang disukai oleh manajer karena biaya laba ditahan (cost of retained

earnings) lebih murah dibandingkan dengan biaya saham baru (cost of new

common stock). Di samping pertimbangan biaya modal, pengeluaran saham baru

(33)

11

2.1.1.1 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran deviden suatu

perusahaan adalah sebagai berikut: (Dermawan Sjahrial, 2009)

a. Posisi likuiditas perusahaan

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang

harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan

besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh

karena deviden merupakan arus kas keluar, oleh karena itu makin kuat posisi

likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk

membayar deviden. Suatu perusahaan yang sedang tumbuh secara rendabel

(Perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak begitu kuat posisi

likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan

modal kerja sehingga kemampuanya untuk membayarkan deviden sangat terbatas.

Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh

keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.

b. Kebutuhan untuk membayar hutang

Perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk

membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih

dahulu bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila

perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba

ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatanya

untuk keperluan tersebut, yang ini berarti berarti hanya sebagian kecil saja

(34)

12

c. Tingkat pertumbuhan perusahaan

Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, semakin besar

kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya.

Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya

daripada dibayarkan sebagai deviden dengan mengingat batasan-batasan

biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian

rupa, maka perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan, dimana

kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal

atau sumber dana ekstern lainya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang

demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.

d. Pengawasan terhadap perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya

dengan dana yang berasal dari intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas

pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil

penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari kelompok

dominan didalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dari

utang akan menambah risiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan

intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividend payout ratio”.

2.1.1.2 Bentuk-bentuk Kebijakan Dividen

Banyak faktor lain yang ikut berperan dalam penetapan besarnya

(35)

13

bentuk-bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh suatu perusahaan.

Menurut Awat terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu:

1. Kebijakan yang stabil (stable dividend-per-share policy), yakni jumlah

pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu alasan

mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah untuk menjaga

kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila sebuah perusahaan

menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan bersih perusahaan

tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.

2. Kebijakan deviden payout ratio yang tetap (constant devidend payout ratio

policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah deviden akan berubah sesuai

dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan tetap

sama.

3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang

terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividen

output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada

tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi.

4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah kebijakan

yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi sebuah kesempatan

investasi yang tidak stabil sehingga manajemen menghendaki agar dividen

hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.

2.1.1.3 Dividen Merupakan Informasi yang Tidak Relevan

Beberapa kalangan berargumen bahwa kebijakan dividen tidak

(36)

14

modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan,

maka hal tersebut tidak relevan.

Pendukung utama dari teori ini adalah Merton Miller dan Franco

Modigliani atau lebih dikenal dengan MM. Mereka berpendapat bahwa

bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham,

sebab dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang

saham tidak membedakan antara cash dividend dan retained earnings. Karena itu,

MM menyatakan bahwa tidak ada dividend payout ratio yang dapat

memaksimumkan nilai perusahaan.

MM menyatakan bahwa dividen tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi

di bawah ini: (Dermawan Sjahrial, 2009)

1. Pasar modal sempurna, di mana para investor adalah rasional. Prakteknya

sulit di ditemui di pasar modal yang sempurna.

2. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru

(flotation costs) itu pasti ada.

3. Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.

4. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prekteknya kebijakan

investasi perusahaan pasti berubah.

2.1.1.4 Teori Bird in The Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon(1959) dan John Lintner(1956)

yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio

(37)

15

penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang

ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen.

Investor merasa bahwa pembayaran dividen merupakan penerimaan yang

pasti jika dibandingkan dengan capital gain, hal ini sejalan dengan pernyataan

Gordon dan Lintner. Mereka membuat kiasan atas fenomena ini dengan sebutan

bird in hand theory. Kiasan tersebut memiliki arti bahwa satu burung di tangan

lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara.

Bertolak belakang dengan apa yang telah diungkapkan oleh Gordon dan

Linter, MM berpendapat jika investor memiliki rencana untuk menginvestasikan

kembali dividen mereka dalam saham di perusahaan yang bersangkutan atau

perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat resiko dari arus kas

perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat arus

kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen yang dikeluarkan

perusahaan tersebut ( Dermawan 2009:312).

2.1.1.5 Teori Preferensi Pajak

Kebijakan dividen yang optimal dalam perusahaan adalah sebuah

kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan

pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam banyak hal, dividen

sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi

dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa

investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang

(38)

16

1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan

dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham)

mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke

dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan

kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan

menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada

efek nilai waktu.

3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama

sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.

Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin

lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian

para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian

dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya

tinggi( Dermawan 2009:313).

2.1.1.6 Teori “Signaling Hypothesis,”

Dalam teori ini dijelaskan bahwa dengan adanya kenaikan dividen maka

sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut

Modigliani dan Miller kenaikan deviden biasanya merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu

penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen

(39)

17

pertanda(signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di waktu mendatang

( Dermawan 2009:313).

2.1.1.7 Clientele Effect Theory

Clientele Effect ini adalah sebuah kecenderungan sebuah perusahaan untuk

menarik jenis investor tertentu yang menyukai kebijakan dividen mereka teori ini

menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda memiliki preferensi yang

berbeda terhadap kebijaksanaan dividen perusahaan. Sebagai contoh, kelompok

investor yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai tingkat

divident payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor dengan

preferensi tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen karena dividen

memiliki tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan dengan capital gain

(Dermawan 2009:314).

2.1.1.8 Teori Keagenan

Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan

masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976) dikutip dari

Ratih (2011).. Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana

pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua

disebut agen yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam

melakukan transaksi dengan pihak ketiga. Pada agency theory yang disebut

prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen

yang mengelola perusahaan.Pihak prinsipal memberi kewenangan kepada agen

(40)

18

keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono dan Atahau, 2007) dikutip dari

Ratih (2011).

Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan

oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board of

directors maupun board of commissioners. Persoalannya adalah diantara kedua

pihak tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan. Perbedaan tersebut

mengakibatkan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang

mengakomodasi kepentingan pihak pemegang saham. Hal inilah biasa dikenal

dengan agency problem (masalah keagenan).

Masalah keagenan dapat timbul jika manajer suatu perusahaan memiliki

kurang dari 100 persen saham biasa perusahaan tersebut. Jika suatu perusahaan

berbentuk perseorangan dan dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat

diasumsikan bahwa manajer-pemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan

yang mungkin untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam

bentuk peningkatan kekayaan perorangan dan fasilitas eksekutif seperti tunjangan,

kantor yang mewah fasilitas transportasi dan sebagainya. Akan tetapi, jika

manajer-pemilik tersebut mengurangi hak kepemilikannya dengan membentuk

perseroan dan menjual sebagian sahamnya kepada pihak lain (pihak luar), maka

pertentangan kepentingan bisa segera muncul.

Sebagai contoh dari hal tersebut adalah, manajer-pemilik mungkin saja

tidak gigih lagi dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena

bagiannya atas kekayaan tersebut telah berkurang, atau mungkin saja dia

(41)

19

karena diantaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya. Kemungkinan

timbulnya pertikaian diantara kedua kelompok ini (manajer sebagai agen dan

prinsipal sebagai pemegang saham dari luar) merupakan salah satu bentuk dari

masalah keagenan.

Jensen dan Meckling (dalam Ratih, 2011) mengemukakan teori keagenan

yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham

seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal

tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya

pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena

pengeluaran tersebut akan menambah cost (biaya)perusahaan yang menyebabkan

penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima.

Pemegang saham menginginkan agar cost (biaya) tersebut dibiayai oleh utang,

tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung risiko

yang tinggi. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat

diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan (monitoring) yang dapat

mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya

mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu cost (biaya) yang

disebut agency cost.

2.1.2 Insider Ownership

Insider ownership adalah sebuah ukuran persentase saham yang dimiliki

oleh direksi, manajemen, dan komisaris ataupun setiap pihak yang terlibat secara

langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan (Jensen and Meckling, 1976)

(42)

20

Insider ownership juga dapat digunakan untuk mengukur biaya agen.

Dengan semakin meningkatnya kepemilikan manajemen, maka biaya agensinya

juga akan ikut turun, dengan asumsi bahwa manajer tersebut tetap mengharapkan

peningkatan kesejahteraan yang lebih pada keputusannya.

Dengan semakin meningkatnya insider ownership, maka informasi yang

dimiliki oleh manajer yang juga sekaligus pemilik tersebut juga akan lebih

lengkap. Hal tersebut membuat biaya agen yang dibutuhkan untuk memonitoring

semakin kecil sebab pemilik sudah ikut merangkap sebagai manajemen.

Untuk itu, apabila insider ownership semakin besar maka biaya agen yang

mungkin muncul dapat ditekan, serta manajer memiliki kekuatan yang lebih besar

dalam menentukan kebijakan dividen. Berdasarkan kondisi tersebut, maka

biasanya manajer lebih cenderung untuk membatasi dividen dan menggunakan

dana yang ada untuk kepentingan perusahaan di masa yang akan datang.

2.1.3 Resiko Pasar (β)

Peningkatan beta (β) menggambarkan semakin tingginya resiko pasar.

Menurut D’Souza dan Saxena (dalam Arvindra, 2011:17), nilai beta (β) digunakan

sebagai indikator pasar. Ketika nilai beta suatu perusahaan meningkat, hal tersebut

menggambarkan bahwa resiko pasar yang dimiliki perusahaan tersebut juga ikut

meningkat. Hal itu menjadi sebuah hal yang cukup sensitif bagi sebuah

perusahaan di dalam dunia bisnis sebab kondisi tersebut dapat menyebabkan

perusahaan memperoleh kesulitan dalam mendapatkan dana tambahan dari luar

(43)

21

Perusahaan enggan untuk menurunkan dividen, jika perusahaan memotong

dividen, maka hal tersebut dianggap sebagai sinyal buruk karena dianggap

perusahaan membutuhkan dana. Untuk perusahaan dengan resiko yang tinggi,

probabilitas untuk mengalami laba menurun juga akan tinggi. Resiko dalam

saham itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Resiko sistematis (systematic risk)

Resiko yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti halnya inflasi,

resesi, suku bunga yang tinggi, dan keadaan perang. Resiko ini tidak dapat

dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab faktor-faktor tersebut mempengaruhi

saham secara negatif.

2. Resiko diversifikasi (difersifiable risk)

Resiko yang disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum,

pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses. Resiko ini dapat

dihilangkan dengan cara diversifikasi, sebab resiko ini muncul karena kejadian

yang bersifat acak.

Risiko Pasar atau beta (β) seperti telah dijelaskan sebelumnya

penyebabnya adalah faktor ekonomi makro seperti kinerja perekonomian suatu

negara. Perubahan dalam ekonomi makro seperti tingkat inflasi atau tingkat suku

bunga akan menyebabkan perubahan dalam struktur modal, aliran kas, kewajiban

finansialnya, besarnya piutang dan lain-lain pada semua perusahaan. Perubahan

pada kondisi keuangan perusahaan tersebut selanjutnya akan menyebabkan beta (β) juga akan berubah, sedangkan perubahan kondisi keuangan perusahaan akan

(44)

22

sangat relevan apabila memprediksi beta (β) dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan dalam laporan keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

(45)

23 dan tidak signifikan

terhadap kebijakan

dividen, (3) dispersion of ownership berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kebijakan

dividen.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yaitu menjelaskan hubungan antara insider ownership,

risiko pasar terhadap kebijakan dividen. Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat

(46)

24

Gambar 2.2

2.3.1 Pengaruh Insider Ownership terhadap Kebijakan Dividen

Dalam kaitannya dengan teori keagenan, apabila insider ownship semakin

meningkat, maka biaya agensi akan semakin menurun, sepanjang manajer tersebut

mengharapkan efek kesejahteraan yang lebih pada keputusannya. Semakin besar

kepemilikan insider maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen

sekaligus sebagai pemilik perusahaan, sehingga hal tersebut mengakibatkan biaya

agen semakin kecil, karena pemilik sekaligus merangkap sebagai manajemen

sehingga biaya pengawasan berkurang.

Karena informasi yang dimiliki oleh insider terutama informasi mengenai

rencana-rencana perusahaan yang akan datang sangat lengkap, maka hal ini akan

membawa pengaruh yang besar terhadap kepentingannya dalam menetapkan

kebijakan dividen. Untuk itu semakin besar kepemilikan insider yang artinya semakin

kecil biaya agen, dan semakin besar kekuatan untuk dalam menentukan kebijakan

dividen. Sehingga dengan demikian manajemen akan cenderung untuk mengurangi

pembayaran dividen dan menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperluas

usahanya.

Insider ownership

Risiko Pasar

(47)

25

2.3.2 Pengaruh Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen

Peningkatan beta (β) mencerminkan semakin tingginya risiko pasar. Semakin

tinggi tingkat risiko yang harus ditanggung perusahaan, maka akan semakin sulit bagi

perusahaan tersebut untuk memperoleh dana eksternal. Sehingga, perusahaan harus

membiayai kebutuhan investasinya dengan menggunakan dana internal. Sebagai

akibatnya, dividen yang dibagikan menjadi semakin kecil.

Berdasarkan teori risk and return, semakin tinggi tingkat risiko suatu

perusahaan maka semakin besar return yang diinginkan oleh investor. Apabila risiko

yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan return yang tinggi pula, maka tidak akan

pernah ada investor yang mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Return perusahaan

bisa berupa dividen ataupun capital gain. Namun, berdasarkan pada teori Bird in The

Hand, investor lebih menyukai dividen dibandingkan dengan laba ditahan. Dengan

demikian, risiko pasar akan berpengeruh terhadap kebijakan manajer dalam

menentukan keputusan pembagian laba perusahaan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

H

1 : Terdapat pengaruh insider ownership terhadap kebijakan dividen.

H

(48)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham dari

suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang

oleh masing-masing pemilik. Dividen merupakan sumber yang memberikan

sinyal kepada investor di pasar modal, karena dividen yang dibayarkan oleh

perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan

prospek yang baik di masa yang akan datang. Keputusan pembagian deviden

merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan. Manajemen

sering mengalami kesulitan untuk memutuskan apakah akan membagi devidennya

atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang

menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berhubungan

dengan hal tersebut, maka masalah yang akan timbul adalah bagaimana suatu

kebijakan deviden akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Jensen & Meckling menyatakan bahwa penunjukan manajer oleh

pemegang saham untuk mengelola perusahaan akan memunculkan perbedaan

kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer cenderung mengambil

keputusan untuk menginvestasikan kembali keuntungan yang diperoleh dengan

tujuan agar pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi. Kepentingan

ini seringkali tidak sejalan dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi

dividen yang dibagikan berarti semakin sedikit laba yang ditahan, akibatnya

(49)

2

saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat

mungkin terjadi, karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung risiko

sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis. Begitu

pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan, risiko sepenuhnya

ditanggung oleh para pemilik. Karena manajemen tidak menanggung risiko dan

tidak mendapat tekanan dari pihak lain dalam mengamankan investasi para

pemegang saham, maka pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang

tidak optimal, sehingga menimbulkan masalah keagenan(agency problem).

Besarnya bagian laba yang akan dibayarkan sebagai dividen terkait dengan

besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan dan kebijakan manajer perusahaan

mengenai sumber dana yang akan digunakan, dari sumber intern atau ekstern.

Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana adalah dari intern, dengan

menahan laba yang diperolehnya (tidak dibagikan sebagai dividen). Investor

menginvestasikan dana bertujuan memaksimumkan kekayaan yang didapat dari

dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha memaksimumkan

kesejahteraan investor dengan membuat keputusan berupa kebijakan dividen

terhadap para investor dan pemegang saham. Pembagian dividen sebagian besar

dipengaruhi oleh perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang

mengakibatkan retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa

dividen yang diterima saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang

diperoleh dikemudian hari.

Menurut Lintner (dalam Christina, 2011:3) perusahaan-perusahaan

(50)

3

dividen akan memberikan sinyal yang buruk (perusahaan membutuhkan dana).

Perusahaan yang mempunyai fluktuasi laba tinggi kemungkinan juga mempunyai

fluktuasi pembayaran dividen yang tinggi, hal ini akan memberikan sinyal yang

tidak baik, khususnya jika dividen turun. Untuk menghindari hal itu, perusahaan

yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung

membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba

perusahaan turun. Hartono (dalam Christina, 2011:3) menyatakan “perusahaan

yang mempunyai fluktuasi laba yang tinggi (berisiko tinggi) biasanya cenderung

membayarkan dividen rendah, agar tidak terjadi pemotongan dividen kalau laba perusahaan turun”.

Kebijakan dividen terkait juga dengan hubungan antara manajer dengan

pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer dapat berbeda dan

mungkin bisa menimbulkan konflik, misalnya manajer menghendaki pembagian

dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk

mendanai investasinya, sedangkan pemegang saham menghendaki pembagian

dividen yang besar. Konflik yang terjadi akan menimbulkan biaya keagenan. Pada

sudut pandang pemilik, upaya untuk mengurangi biaya yang timbul dengan kebijakan dividen. Menurut Keown (dalam Christina, 2011:3), pembayaran

dividen secara tidak langsung menghasilkan proses monitoring yang lebih dekat

terhadap investasi yang dilakukan pihak manajemen.

Adanya perbedaan kepentingan antara para pemegang saham dan manajer

membuat pengambilan kebijakan ini akan menjadi sedikit lebih rumit. Sebagai

(51)

4

pembagian dividen dengan persentase yang kecil dikarenakan perusahaan

membutuhkan dana yang lebih besar untuk mengembangkan perusahaan. Pada sisi

lain para pemegang saham memiliki keinginan agar dividen dibagikan dengan

persentase yang lebih besar, karena pada hakikatnya para investor mengharapkan

adanya peningkatan kemakmuran atas investasi yang mereka tanamkan.

Brigham dan Gapenski (dalam Arvindra, 2011:1) menyatakan bahwa

setiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua

dampak yang berlawanan. Dua dampak ini menggambarkan dua kepentingan yang

berbeda antara para investor dan pihak manajer perusahaan. Apabila perusahaan

berencana untuk membayarkan dividen dengan persentase yang besar, maka

kepentingan atas cadangan perusahaan akan terabaikan. Sebaliknya bila

perusahaan berkeinginan untuk menahan laba di tangan, maka kepentingan para

pemegang saham akan uang kas juga menjadi terabaikan.

\ Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah salah satu faktor

yang ikut menentukan apakah laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk dividen

atau akan berubah menjadi laba ditahan yang nantinya akan digunakan perusahaan

sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menggambarkan persentase laba perusahaan

yang dikeluarkan perusahaan untuk para pemegang saham dalam bentuk dividen

kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah yang besar, maka laba

yang akan dibayarkan dalam bentuk dividen menjadi lebih kecil, sebaliknya jika

perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba perusahaan dalam bentuk

dividen dengan persentase yang besar, maka hal tersebut dapat mengurangi

(52)

5

intern perusahaan. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen sebuah

perusahaan adalah agar dapat mengalokasikan laba perusahaan ke dalam bentuk

dividen dan laba ditahan dalam proporsi yang tepat dan sesuai.

Pembagian dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan

persentase laba ditahan dapat membuat sumber dana internal perusahaan

berkurang. Hal ini akan mempersulit sebuah perusahaan saat perusahaan tersebut

memiliki keinginan untuk melakukan ekspansi terhadap usahanya sehingga

perusahaan harus mencari tambahan dana dari pihak luar. Sebaliknya apabila

persentase laba ditahan lebih besar dibandingkan persentase jumlah dividen yang

dibagikan maka dana yang dimiliki perusahaan akan meningkat. Kondisi ini akan

mempermudah perusahaan ketika perusahaan tersebut ingin melakukan ekspansi

usaha karena beban yang ditanggung menjadi lebih kecil dibandingkan jika

perusahaan harus memperoleh tambahan dana dari pihak luar, tetapi tentu saja hal

ini akan berseberangan dengan prinsip para investor yang menginginkan

peningkatan atas kesejahteraan mereka.

Berawal dari hal tersebut, manajer biasanya memiliki kecenderungan

untuk mencapai tingkat likuiditas pada titik tertentu untuk memberikan

perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Van Horne

(dalam Arvindra, 2011:3) menyatakan bahwa pembayaran dividen merupakan

arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan, semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Kondisi tersebut yang

menjadikan tingkat likuiditas perusahaan menjadi pertimbangan utama dalam

Gambar

Tabel 3.4 Sampel Penelitian
Tabel 4.2 Uji hausman
Tabel 4.3 Koefisien Variabel
Tabel 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan

Apapun pilihan untuk cara mengakses VOIP, yang terpenting adalah dengan adanya VOIP, kita dapat bekerja dan berkomunikasi dimana saja dan kapan saja sehingga tidak perlu harus

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengundang para peneliti dimaksud pada “Seminar Hasil Riset Terapan (Hibah Bersaing dan Unggulan Perguruan Tinggi) ” yang

[r]

Model Peningkatan Industri Pariwisata Jawa Tengah Berbasis Kualitas Layanan dalam Rangka Pembangunan Perekonomian Daerah.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TAHUN PEMBELAJARAN ………….. Satuan Pendidikan

Pada saat pemeriksaan interim Laporan Keuangan, sebagian besar Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta telah dikirim ke BPK atas pengalokasian dana untuk

9) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan ditempat penyimpanan limbah B3. Jika