66 DAFTAR PUSTAKA
Ang, Andrew, G. Bekaret, Stock Return Predictability: Is it There ?, Columbia University and NBER, Juli 2003.
Ansor, Pandji, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Brigham, Eugene dan J. Houston, Dasar-dasar Managemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2004.
Darmadji dan M. Fakhruddin. Perangkat dan Model Analsis Investasi di Pasar
Modal. Buku Satu. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga: Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
Helfert, Erich, A., Teknik Analisis Keuangan, Alih Bahasa: Herman Wibowo, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama: Gelora Aksara Pratama, Jakarta. 2003.
Husnan, Suad, Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, Buku Dua, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta, 2003.
Fidriyah. Perbedaan Kinerja Portofolio Berdasarkan Strategi Portofolio Aktif
dan Pasif Pada Saham LQ 45 di BEJ. http://issn 1410-4628.buletinstudiekonomivol12.pdf. (5 Februari 2013). 2004.
Hadianto, B. 2008. Pengaruh EPS dan PER terhadap Harga Saham Sektor
Perdagangan Besar dan Ritel pada Perioda 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7 (2), pp. 162-173.
Jogiyanto, Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta, BPFE, 2003.
Kennedy, Analisis Pengaruh dari ROA, ROE, EPS, Profit Margin, Asset
Turnover, Rasio Leverage, dan DER terhadap Return saham (Studi terhadap Saham-saham yang Termasuk dalam LQ-45 di BEJ Tahun 2001), Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
Lestari, A. I., M. Lufti, dan Syahyunan. Pengaruh Faktor Fundamental dan
Teknikal terhadap Harga Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. MEPA Ekonomi, 2 (2), pp. 91-97. 2007.
67
Permana, F. G. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap
Return Saham Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2004-2008.
Penelitian. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.
Smith, J. Et.al, Akuntansi Intermediate, Jakarta: Erlangga, 1995.
Sitompul, Asril, Pasar Modal: Penawaran Umum dan Permasalahannya, Cetakan Ketiga, Jakarta, Citra Aditya Bakti. 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alvabeta. 2008.
Suhairy, Pengaruh Return on Assets, Return on Equity, dan Debt to Equity
Ratio mempunyai pengaruh terhadap return saham terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI, Skripsi, Universitas
Indonesia, Jakarta, 2006.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kedua. Jogyakarta: AKM YKPN.
Thian, Hin L., Bursa Saham, Cetakan Pertama, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Trisnawati, Pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas Operasi,
Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham pada Perusahaan Manufaktur di BEI, Skripsi, Universitas Indonesia, 2009.
Weston, J. Fred dan E.F. Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid Satu, Edisi Ketujuh, Jakarta: Erlangga, 2005.
Widodo, D., Akuntansi Keuangan, Cetakan Kedelapan, Jakarta, Salemba Empat, 2007.
Wira, Sari, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt
dan Sales/Quick Ratio Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI,
Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Wirawati, Ni Gusti Putu 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap
Price To Book Value Dalam Penilaian Saham Di Bursa Efek Jakarta Dalam
33 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel return on equity, current ratio, debt
to equity ratio, total asset turnover, price earning ratio (X) berpengaruh terhadap
variabel dependen return saham (Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs
Waktu penelitian yang dilakukan penelulis adalah mulai dari bulan Mei
sampai dengan bulan Juni 2015.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya
34 terhadap nilai perusahaan, dan price earning ratio berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 - 2014.
3.4. Definisi Operasional
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas
dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah:
a) Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki.
Return on equity dapat dihitung dengan rumus:
Laba bersih Setelah Pajak
ROE = x 100 %
Rata-rata Modal Sendiri
Dimana:
DP = Dividen saham preferen
b) Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka
pendek. Current ratio dapat dihitung dengan rumus:
Aktiva Lancar Rasio Lancar =
35 c) Debt to Equity Ratio (DER) untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan
jaminan modal sendiri, dihitung dengan rumus:
Total Kewajiban
DER = x 100 % Total Ekuitas
d) Total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah dana
yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan, dihtiung
dengan rumus:
Sales
Total assets turnover =
Total assets
e) Price earning ratio (PER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap
total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Price earning ratio
dapat dihitung dengan rumus:
Share
2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu hasil
yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham perusahaan
manufaktur pada periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep return yang
digunakan adalah return yang terkait dengan capital gain, yaitu selisih antara
harga saham peroode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya.
36 digunakan untuk mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini
dapat dihitung dengan rumus:
1 1 1
− −
− =
t t t
P P P R
Keterangan:
R1 = return saham i pada periode t.
Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir)
Pt-1 = harga penutupan saham i pada periode sebelujny (awal)
37
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Indikator Skala
1 ROE (X1) rasio yang digunakan untuk
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk penggunaan setiap rupiah dana
yang tertanam dalam aktiva
untuk menghasilkan penjualan. Total Asset
Sales
38 3.5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun
2012 - 2014, yang berjumlah 180 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik
mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang
ditentukan adalah:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012 – 2014.
2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2012 – 2014.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2012 - 2014.
Total jumlah data sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 90
sampel yang diambil dari jumlah sampel 30 perusahaan dikalikan dengan 3 periode
penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan seperti tertera pada
39 Tabel 3.2
Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan
40 3.6. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah
oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada tahun 2012 - 2014.
3.7. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah
satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan
keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder
berupa laporan keuangan tahun 2012 - 2014.
3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji
normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan
41 - Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group
mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut
homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata
lain tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lainnya.
Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu
dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan
membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat
42 Uji Durbin-Watson dirumuskan sebagai berikut:
∑
Secara umum bisa diambil patokan:
• Angka D - W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
• Angka D - W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
• Angka D - W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan
linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel bebas tidak
menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji Variance Inflation Factor (VIF)
dengan batasan umum nilai VIF < 5.
3.9.2. Uji Hipotesis
a. Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan
terhadap return saham adalah metode regresi linier berganda dengan persamaan
43 X2 = Current Ratio
X3 = DER
X4 = TATO
X3 = PER
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
b. Uji t
Uji Statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas / independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Adapun cara mengujinya dengan hipotesis ini adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu paramenter ( bi )
sama dengan nol , atau : H0 : b1= 0
b. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau : H1 : b1 ≠ 0
Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan nilai statistik t dengan
titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi
dibandingkan nilai t tabel, maka dapat menerima hipotesis alternatif yang
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi
variabel dependen dan kiteria ini dapat disimpulkan.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
44 a. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu paramenter ( bi )
sama dengan nol , atau : H0 : b1= 0
b. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau : H1 : b1 ≠ 0
Kriteria pengujian:
(1) H1 diterima : jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya variabel bebas ROE, current ratio, DER,
TATO dan PER secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat return saham.
(2) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel bebas ROE, current ratio, DER,
TATO dan PER secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel terikat return saham.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi)
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar
antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti
kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas.
Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel
45 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan
peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan
Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan
pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang
stabil.
Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia
pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa
Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan
dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang
Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia,
pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara
Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham
dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang
dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah
46 Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana
Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan
perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai
puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor
swasta.
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ
meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan
otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat
memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih
menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan
manual.
Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
tanggal 2 Maret 2010 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek
Indonesia: JATS-NextG
2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan
47 otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities
berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan,
dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
LPP Bursa Efek (BEJ/BES) LKP
Perusahaan Efek Penjamin
Perantara/Pedaga Manajer Investasi
Profesi Penunjang Akuntan
Notaris Penilai
Lembaga Penunjang Kustodian
Badan Administrasi Efek Penanggung
Penanggung Pemeringkat Efek
Emiten Perusahaan
Investor Individu/Institu
48 Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari
Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun
1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa perusahaan yang
sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau berbadan hukum; atau
perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI dan atau badan hukum
Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.
4.2. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data
itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari situs www,jdx.co.id
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistic dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang tahun 2012 – 2014. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif
dari tahun 2012 – 2014. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 30 perusahaan manufaktur yang memenuhi
49 bertujuan untuk mengetahui hubungand an pengaruh dari beberapa variabel bebas
atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data dimulai
dengan mengolah data, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian
hipotesis yang dilakukand engan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi
klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan sofware SPSS 17.
4.3. Analisis Data Penelitian 4.3.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu penelitian. Analisis statistik
deskriptif akan memberikan gambaran atau deskprisi suatu data yang dilihat dari nilai
minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari
variabel penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskriptif dari sampel perusahaan
manufaktur dari tahun 2012 – 2014 disajikan dalam tabel berikut.
50 Dari Tabel 4.1 diketahui nilai minimum dari ROE adalah - 20,40 % pada
perusahaan ALMI tahun 2012, dan nilai maksimum 60,40 % pada perusahaan ZBRA
tahun 2012, dengan rata-rata 9,18 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 11,40 %,
hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata ROE adalah peningkatan
maksimum yang mungkin adalah + 11,40 % sedangkan penurunan nilai rata-rata
ROE yang mungkin adalah – 11,40 %.
Nilai minimum dari current ratio adalah 196,41 % pada perusahaan ALKA
tahun 2013, dan nilai maksimum 213,29 % pada perusahaan WEHA tahun 2014,
dengan rata-rata 200,27 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 3,50 %, hal ini
menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata current ratio adalah peningkatan
maksimum yang mungkin adalah + 3,50 % sedangkan penurunan nilai rata-rata
current ratio yang mungkin adalah – 3,50 %.
Nilai minimum dari DER adalah 5,00 % pada perusahaan LPIN tahun 2013,
dan nilai maksimum 383,00 % pada perusahaan PDES tahun 2012, dengan rata-rata
89,94 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 71,24 %, hal ini menunjukkan bahwa
besarnya nilai rata-rata DER adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah +
71,24 % sedangkan penurunan nilai rata-rata DER yang mungkin adalah – 71,24 %.
Nilai minimum dari TATO adalah 0,11 % pada perusahaan ALMI tahun
2012, dan nilai maksimum 2,32 % pada perusahaan ISSP tahun 2014, dengan
rata-rata 0,78 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 0,33 %, hal ini menunjukkan
51 adalah + 0,33 % sedangkan penurunan nilai rata-rata TATO yang mungkin adalah –
0,33 %.
Nilai minimum dari PER adalah -22,92 % pada perusahaan LPIN tahun 2013,
dan nilai maksimum 299,09 % pada perusahaan IATA tahun 2014, dengan rata-rata
22,79 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 57,34 %, hal ini menunjukkan bahwa
besarnya nilai rata-rata PER adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah +
57,34 % sedangkan penurunan nilai rata-rata PER yang mungkin adalah – 57,34 %.
Nilai minimum dari return saham adalah -1,60 % pada perusahaan ALMI
tahun 2012, dan nilai maksimum 5,78 % pada perusahaan ZBRA tahun 2012, dengan
rata-rata 1,38 %. Besarnya nilai standar deviasi adalah 1,47 %, hal ini menunjukkan
bahwa besarnya nilai rata-rata return saham adalah peningkatan maksimum yang
mungkin adalah + 1,47 % sedangkan penurunan nilai rata-rata return saham yang
mungkin adalah – 1,47 %.
4.4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi
dalam memprediksi variabel terikat.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas
dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
52 normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan:
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
Grafik Normal P-P Plot dapat dilihat pada gambar berikut.
53 Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang
digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.
2. Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika
varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan
54 Gambar 4.2
Scatterplot
Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal
ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel
bebasnya.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan pada
55 autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Deteksi autokorelasi dengan melihat besarnya DURBIN-WATSON.
Secara umum bisa diambil patokan:
• Angka D - W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
• Angka D - W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
• Angka D - W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Pada bagian MODEL SUMMARY pada Lampiran 1, terlihat angka D – W sebesar +
1,911. Dengan demikian pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan
linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1
menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan
nilai kurang dari 5 (VIF < 5).
4.5. Uji Hipotesis 1. Uji t (Uji Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah ROE, current
ratio, DER, TATO, PER sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel
56 Tabel 4.2
Hasil Uji t
Berdasarkan Tabel 4.2 maka persamaan umum antara pengaruh ROE, current
ratio, DER, TATO, PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI adalah sebagai berikut:
Y = -2.156 + 0.074 X1 + 0.008 X2 + 0.007 X3 + 0.653 X4 + 0.006 X5 ...1
a. Pengaruh DAR terhadap ROA
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel ROE adalah
0,074, artinya setiap peningkatan ROE 1 % akan meningkatkan return saham sebesar
0,074 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 8,079, sedangkan nilai
t-tabel 5 % dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat bebas 84 (jumlah sampel
sebesar 90 – jumlah variabel sebanyak 6) adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa
t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan
menerima H1. Hipotesis yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan
terhadap return saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.
57 b. Pengaruh Current Ratio terhadap Return Saham
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel current ratio
adalah 0,008, artinya setiap peningkatan current ratio 1 % akan meningkatkan return
saham sebesar 0,008 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 0,258,
sedangkan nilai t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih kecil
dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menerima H0 dan menolak H1. Hipotesis
yang menyatakan bahwa current ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham
harus ditolak pada tingkat kepercayaan 95 %.
c. Pengaruh DER terhadap Return Saham
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel DER adalah
0,007, artinya setiap peningkatan DER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar
0,007 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 5,012, sedangkan nilai
t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 %
sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang
menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat
diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.
d. Pengaruh TATO terhadap Return Saham
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel TATO adalah
0,653, artinya setiap peningkatan TATO 1 kali akan meningkatkan return saham
sebesar 0,653 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 2,060,
58 besar dari t-tabel 5 % sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1.
Hipotesis yang menyatakan bahwa TATO berpengaruh signifikan terhadap return
saham dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 %.
e. Pengaruh PER terhadap Return Saham
Persamaan 1 menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel PER adalah
0,006, artinya setiap peningkatan PER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar
0,006 %. Nilai t-hitung berdasarkan Tabel 4.7 adalah sebesar 3,663, sedangkan nilai
t-tabel 5 % adalah sebesar 1,988. Terlihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel 5 %
sehingga diputuskan untuk menolak H0 dan menerima H1. Hipotesis yang
menyatakan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap return saham dapat diterima
pada tingkat kepercayaan 95 %.
2. Uji F (Uji Serempak)
1. Untuk mengetahui pengaruh serempak variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan uji F. Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 29,366, sedangkan
59 F-tabel maka disimpulkan menolak H0 dan menerima H1. Artinya, secara serempak
variabel ROE, current ratio, DER, TATO, PER berpengaruh nyata terhadap ROA
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3. Uji Determinasi (R2)
2.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Uji Determinasi
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R Square) antara
ROE, current ratio, DER, TATO, PER adalah sebesar 0,636. Artinya, sebesar 63,60
% dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan ROE, current ratio,
DER, TATO, PER. Sedangkan sebagian lainnya (36,40 %) dijelaskan oleh variabel
60 4.6. Pembahasan
Dari hasil analisis data diketahui bahwa variabel ROE, DER, TATO dan PER
berpengaruh nyata, tetapi current ratio berpengaruh tidak nyata terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap
peningkatan ROE sebesar 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,074.
Setiap peningkatan current ratio sebesar 1 % akan meningkatkan return saham
sebesar 0,008. Setiap peningkatan DER sebesar 1 % akan meningkatkan return saham
sebesar 0,007. Setiap peningkatan TATO sebesar 1 kali akan meningkatkan return
saham sebesar 0,653. Setiap peningkatan PER sebesar Rp 1 per lembar saham akan
meningkatkan return saham sebesar 0,006.
Return on equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROE
dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal
saham tertentu. Bagi para pemodal yang akan melakukan transaksi pembelian saham
suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten dalam mengasilkan laba
merupakan suatu hal yang sangat penting. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan yang diteliti yang terdiri
atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory
Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Gross Profit Margin,
Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on
61 signifikan terhadap harga saham. Padahal bagi para pemodal yang akan melakukan
transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap kemampuan emiten
dalam mengasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena apabila
laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan
meningkat atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham
Current ratio menunjukkan seberapa besar aktiva lancar dibiayai dengan
kewajiban lancar. Sebagian besar perusahaan umumnya membeli persediaan dari
pemasok secara kredit dengan tujuan untuk memanfaatkan dana eksternal jangka
pendek membiayai keperluan perusahaan yang sifatnya juga jangka pendek. Dengan
adanya pembelian secara kredit akan memberikan kelonggaran kepada perusahaan
mengelola aktiva lancarnya untuk meningkatkan keuntungan. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan
yang diteliti maka current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkan
suatu hutang. Jika struktur permodalan didominasi oleh utang maka risiko kegagalan
pembayaran utang jangka panjang semakin besar. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Lestari dkk (2007) dimana dari 14 rasio keuangan yang diteliti
62 PER merupakan ukuran lain dari kondisi fundamental perusahaan, yang
diperoleh dengan membagikan harga saham terhadap EPS. EPS mudah dihubungkan
dengan harga pasar saham dan menghasilkan PER. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian Hadianto (2008) yang menyimpulkan bahwa PER secara parsial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Perbandingan harga pasar saham
dengan perolehan laba memberikan gambaran bagaimana investor memberikan
respon terhadap kinerja laba. Nilai PER yang cukup tinggi menunjukkan bahwa
investor memberikan respon yang cukup baik terhadap kenaikan perolehan laba per
63 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,074, , artinya setiap peningkatan
ROE 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,074 %. Secara parsial,
terdapat pengaruh yang signifikan variabel ROE terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien
regresi variabel current ratio adalah 0,008, artinya setiap peningkatan
current ratio 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,008 %. Secara
parsial, variabel current ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap return
saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Koefisien regresi variabel DER adalah 0,007, artinya setiap peningkatan
DER 1 % akan meningkatkan return saham sebesar 0,007 %. Secara parsial,
variabel DER berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi
variabel TATO adalah 0,653, artinya setiap peningkatan TATO 1 kali akan
meningkatkan return saham sebesar 0,653 %. Secara parsial, variabel TATO
berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur
64 adalah 0,006, artinya setiap peningkatan PER 1 % akan meningkatkan return
saham sebesar 0,006 %. Secara parsial, variabel PER berpengaruh signifikan
terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Secara serempak variabel ROE, current ratio, DER, TATO dan PER
berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Sebesar 63,60 % dari perubahan return saham dapat
dijelaskan oleh perubahan ROE, current ratio, DER, TATO dan PER.
Sedangkan sisanya (36,40 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 tahun, sehingga kurang
mewakili data perusahaan secara keseluruhan. Terdapat banyak perusahaan
yang tidak dimasukkan dalam analisis karena tidak memenuhi kriteria sampel,
sehingga hasil penelitian kurang mewakili semua perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.
2. Variabel bebas yang digunakan hanya mencakup ROE, current ratio, DER,
TATO dan PER, padahal return saham banyak juga dipengaruhi oleh variabel
65 5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dibuat beberapa saran sebagai berikut:
1. Perusahaan Manufaktur sebaiknya meningkatkan kemampuan keuangan
dengan mengupayakan kredit, sehingga sumber daya menjadi lebih tersedia
untuk membiayai kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan manufaktur perlu mengurangi penggunaan kewajiban jangka
pendek dalam pembiayaan aktiva lancar, sehingga current ratio lebih tinggi.
3. Penelitian lebih lanjut untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi return
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pasar Modal dan Saham
Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki
dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang, seperti
surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial
(commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran (warrant), dan right
issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari
dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan kepada masyarakat.
Menurut Sunariyah (2000), pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa
gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan atau perusahaan terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang
menerangkan siapa pemiliknya.
Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah deviden (bagian dari
10 diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat
nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) saham merupakan suatu surat
berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum
terhadap perusahaan penerbit saham. Banyak perusahaan saat ini yang lebih memilih
membayar akuisisi dengan saham dari pada uang tunai. Tetapi baik bagi perusahaan
yang diakuisisi maupun yang mengakuisisi perlu mengetahui seberapa besar
pengaruh dari pemilihan ini terhadap nilai yang akan diperoleh oleh pemegang
saham.
2.2. Jenis Saham
Jenis saham dapat dibedakan menjadi saham biasa, saham preferen, dan
saham treasury.
1. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior.
Saham ini tidak memperoleh hak istimewa dan saham biasa ini merupakan saham
yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar.
2. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak
prioritas dari saham ini adalah hak atas deviden yang tetap dan hak terhadap
aktiva jika terjadi likuidasi. Namun saham preferen juga mempunyai persamaan
11 tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar
dividen.
3. Saham treasury merupakan saham milik perusahaan yang sudah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan yang
nantinya dapat dijual kembali.
2.3. Investasi
Berdasarkan teori
barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang.
Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti
pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Suatu pertambahan pada
pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang
lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan
lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang, walaupun suatu perusahaan lain
memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga
menunjukkan suat
meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Investasi dapat berupa bentuk aset riil (real assets), yaitu investasi dalam bentuk
aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. Dan juga dapat
12 investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim
atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.
Menurut Hamid dalam Ansor (2009) bahwa Investasi dapat diartikan sebagai
kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
pada waktunya nanti investor akan mendapatkan jumlah keuntungan dari hasil
penanaman modal. Definisi investasi lain yang menyebutkan bahwa investasi
merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu asset
selama periode waktu tertentu dengan harapan akan memperoleh penghasilan atau
peningkatan nilai investasi (Jones dalam Ansor, 2009). Berdasarkan definisi tersebut
maka dapat disimpulkan investasi adalah memanfaatkan aset yang dimiliki seseorang
untuk hal yang lebih bernilai, yang bertujuan untuk menambah atau meningkatkan
kesejahteraan pemilik modal atau aset.
Berdasarkan wujudnya investasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang secara fisik dapat
dilihat keberadaannya, seperti: tanah, bangunan, logam mulia, dan klaim perusahaan
dari pihak pemilik aset. Klaim tersebut biasanya dinyatakan ke dalam bentuk
sertifikat atau surat berharga yang menunjukkan kepemilikan aset keuangan. Dalam
penelitian ini yang menjadi bahan analisis adalah penelitian yang bersifat non real
atau financial asset. Dimana yang menjadi tujuan dari investasi ini adalah keuntungan
13 (kembalian) yang berupa capital gain atau capital loss. Jogiyanto (2003), capital gain
atau capital loss adalah keuntungan atau kerugian yang diterima karena selisih antara
harga jual dan harga beli suatu instrumen investasi. Besarnya capital gain akan positif
bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya,
sedangkan terjadinya capital loss terjadi apabila harga jual saham lebih rendah dari
harga beli dari saham sehingga terjadi kerugian.
Jenis investasi dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kepemilikan yaitu
investasi langsung dan investasi tidak langsung.
1. Investasi langsung (direct investing) diartikan sebagai suatu kepemilikan
surat-surat berharga secara langsung dalam suatu institusi/perusahaan tertentu yang
secara resmi telah di go public dengan tujuan mendapatkan tingkat keuntungan
berupa deviden dan capital gain.
2. Investasi tidak langsung (indirect investing), terjadi apabila suatu surat berharga
yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi yang berfungsi
sebagai perantara. Kepemilikan aset secara tidak langsung dilakukan melalui
lembaga-lembaga keuangan yang terdaftar, yang bertindak sebagai perantara.
Dalam perannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara
mendapatkan deviden seperti halnya dalam investasi langsung serta capital gain
14 Terdapat beberapa tujuan investasi yaitu untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan
untuk hemat pajak.
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.
Dalam melakukan kegiatan penanaman modal atau dalam melakukan investasi
investor harus mempunyai satu tujuan, yaitu untuk memperoleh keuntungan yang
akan meningkatkan pendapatan yang bertujuan untuk tekanan inflasi.
2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan kegiatan investasi dalam
perusahaan tentunya seseorang dapat menghindarkan kekayaan yang dimilikinya
tidak merosot nilainya.
3. Dorongan untuk hemat pajak. Banyak negara di dunia seperti Indonesia, pihak
pemerintahnya melakukan kebijaksanaan yang disebut tax holiday dimana
tujuannya untuk menarik investor melakukan investasi pada bidang usaha
tertentu.
Dari beberapa tujuan investasi di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari
investasi secara garis besar yaitu, untuk mengharapkan pendapatan (return) yang
lebih besar di masa yang akan datang tentunya dengan tingkat risiko yang melekat
pada investasi yang dilakukan tersebut. Manfaat dari investasi saham yang dapat
diperoleh investor melalui kepemilikan saham adalah memperoleh deviden dan
15 1. Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham,
sejumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.
2. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli atau disebut juga
dengan selisih kenaikan kurs. Capital gain terjadi bila pemilik saham atau
investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih dibandingkan dengan kurs
pada waktu pembelian.
2.4. Rasio Keuangan
Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan
memerlukan beberapa tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks,
yaitu perbandingan atau hubungan yang pasti antara dua data keuangan. Analisis
rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu
dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua
laporan tersebut. Jadi analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu
digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di
bidang keuangan. Analisis rasio merupakan alat-alat analisis yang selalu digunakan
untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi perusahaan di bidang
keuangan.
Analisis rasio yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laba rugi, dapat
memberikan gambaran tentang berbagai aktivitas yang telah dilakukan perusahaan
16 memperkirakan reaksi para kreditur dan investor atas laporan keuangan yang
disajikan perusahaan.
2.4.1. Rasio Profitabilitas
Rasio keuntungan (profitabilitas ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yang merupakan hasil akhir bersih
dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan
memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan. Rasio
profitabilitas diwakili rasio return on equity.
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang
dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama
investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham
dan Hosuton, 2004).
Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari
pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE)
yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan
keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
17 harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin
tinggi (Weston dan Bringham, 2005).
Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga
modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return
on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat
kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara
return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa
Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari
tahun ke tahun secara signifikan.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien
perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan
yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan
yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan
keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007).
Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka
saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif
18 (ROE) dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa
mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi
penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang
prospek perusahaan di masa mendatang.
2.4.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas, yaitu rasio yang memperlihatkan hubungan (perbandingan)
antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Tujuannya untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dari ratio likuiditas ini dapat diketahui apakah perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas diwakili curren ratio.
Current ratio atau rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio lancar menunjukkan apakah tuntutan dari kreditur jangka pendek dapat
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi aktiva lancar dalam periode yang
sama dengan jatuh temponya utang. Current ratio yang rendah biasanya dianggap
menunjukkan terjadi masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang
memiliki rasio lancar terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan
19 menaksir risiko hutang yang disajikan dalam neraca adalah rasio lancar. Rasio ini
menghubungkan aktiva lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba
memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan”.
Current ratio dapat dihitung dengan rumus:
Aktiva Lancar Rasio Lancar =
Kewajiban Lancar
Menurut Harahap (2005:301):
Rasio lancar dapat dibuat dalam bentuk beberapa kali atau dalam bentuk persentase.
Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100 % ini berarti bahwa aktiva lancar dapat
menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di
atas 1 atau di atas 100 %. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang
lancar.
2.4.3. Rasio Leverage
Rasio hutang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang,
dan juga mengetahui kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua
utang-utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage diwakili oleh
debt to equity ratio.
Menurut Husnan (2005:134) bahwa “Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
rasio solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam
20 perbandingan antara total hutang dengan total ekuitasnya”. Debt to Equity Ratio
(DER) memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin
dengan modal perusahaan sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur
Rasio DER untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan modal sendiri. Selain itu
rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan antara kewajiban yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio DER berarti modal
sendiri yang digunakan semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Perhitungan
DER dilakukan dengan menggunakan rumus:
Total Kewajiban
DER = x 100 % Total Ekuitas
2.4.4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber
dayanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan
21 penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila
ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Rasio aktivitas diwakili rasio total
asset turnover.
Rasio total asset turnover mengukur efektivitas penggunaan setiap rupiah
dana yang tertanam dalam aktiva untuk menghasilkan penjualan. Rumus total asset
turnover sebagai berikut:
Sales
Total assets turnover =
Total assets
2.4.5. Rasio Pasar
Rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku.
Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan sudut investor atau calon investor,
meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Rasio pasar
diwakili oleh price earning ratio.
Menurut Jogiyanto (2000), price earning ratio.(PER) merupakan ukuran
untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham
perusahaan. Keinginan investor melakukan analisis saham melalui rasio-rasio
keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor
akan hasil (return) yang layak dari suatu investasi saham. Semakin besar PER suatu
22 bersih per saham. Jika dikatakan suatu saham mempunyai PER 5 kali, berarti harga
saham tersebut merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan.
Saham yang memiliki PER yang semakin kecil bagi pemodal akan semakin
bagus, karena saham tersebut memiliki harga yang semakin murah. PER merupakan
salah satu segi untuk memandang kinerja harga saham. Dwi dan Rifka (2002:96)
menyatakan bahwa oleh para investor angka ratio PER digunakan untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earnings power) di
masa datang. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung
pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang
tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah pula.PER menjadi
tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah
(abnormal) atau menderita kerugian. Pada keadaan ini, PER perusahaan akan begitu
tinggi (abnormal) atau bahkan negatif.
Menurut Smith et.al. (1995), price earning ratio dihitung dengan membagi
harga pasar dari suatu saham dengan earnings per share tahunan. Rumus yang
digunakan untuk menghitung price earnings ratio adalah:
Market Price Per Equity Share
Price Earning Ratio =
23
2.5. Return Saham
Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama,
yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor
(shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap
investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk
mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung.
Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return
ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor (shahib al-mal) di masa mendatang.
Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang
diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa
yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh
kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang
perusahaan, dan lain sebagainya. Kemudian yang kedua faktor eksternal seperti
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, dll. Faktor
ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas
24 berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan
return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham
memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun
keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan
pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat
signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
2.6. Penelitian Terdahulu
Permana (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kinerja keuangan dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
perbankan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan Earnings per
Share (EPS), Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV) dan Price Earnings
Ratio (PER). Penelitian dilakukan atas 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia untuk perioda 2004 sampai dengan 2008. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, sedangkan Earnings per Share (EPS),
Return on Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), Price Earnings Ratio (PER) sebagai
variabel independen. Hasil penelitian yang menggunakan metoda regresi berganda
sebagai alat analisis data ini menyatakan bahwa Earnings per Share (EPS), Return on
Asset (ROA), Leverage Ratio (LEV), dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh
25 (ROA) dan Price Earnings Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Dalam penelitiannya, Hadianto (2008) menguji pengaruh EPS dan PER secara
parsial dan simultan terhadap nilai perusahaan dalam sektor perdagangan besar dan
ritel. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling dengan
kriteria emiten yang bergerak dalam sektor perdagangan besar dan ritel yang secara
konsisten menjadi saham pembentuk indeks LQ 45 di BEI tahun 2000-2005 yang
terdiri atas PT Ramayana Santosa Lestari, Tbk. dan PT Matahari Putra Prima, Tbk.
Peneliti menggunakan model regresi panel data sebagai metoda analisis data. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa EPS dan PER secara parsial berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, EPS dan PER juga berpengaruh
terhadap harga saham.
Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor
fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa
Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14
rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to
Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover,
Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on
Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor
teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham
26 2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive
sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio,
Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on
Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume
perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit
Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Trisnawati (2009) melakukan
penelitian untuk menguji pengaruh Economic Value Added (EVA), Arus Kas
Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added
(MVA) terhadap return saham serta untuk mengetahui ukuran kinerja yang
berpengaruh paling signifikan terhadap return saham. Sampel penelitian diambil
berdasarkan metoda purposive sampling yang terdiri atas 23 perusahaan manufaktur
yang listing di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
Penelitian ini menggunakan metoda regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil
empiris menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap return saham.
27
Earnings per Share (EPS),
Return on Asset (ROA),
Leverage Ratio (LEV), dan
Price Earnings Ratio (PER)
berpengaruh positif secara
simultan terhadap nilai
perusahaan. Secara parsial,
Return on Asset (ROA) dan
Price Earnings Ratio (PER)
berpengaruh positif terhadap
EPS dan PER secara parsial
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Secara
simultan, EPS dan PER juga
berpengaruh terhadap harga
28
ratio, debt to equity
ratio, inventory
Faktor fundamental yang terdiri
atas Quick Ratio, Leverage
Ratio, Fixed Asset Turnover,
Operating Profit Margin,
Return on Investment, dan
Price Earnings Ratio, serta
faktor teknikal yang terdiri
volume perdagangan dan
indeks harga saham individu
secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Secara parsial, Leverage
Ratio, Operating Profit Margin,
Price Earnings Ratio, volume
perdagangan dan indeks harga
saham individu berpengaruh
return saham pada
Perusahaan
29
2.7. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan
dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang
diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu
membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka
konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Rasio Profitabilitas
(X1)
Return Saham (Y) Rasio Likuiditas
(X2)
Rasio Leverage (X3)
Rasio Aktivitas (X4)
30
2.7.1. Pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham
Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang
tertentu. Return on equity (ROE) adalah mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Bagi para pemodal yang akan
melakukan transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap
kemampuan emiten dalam mengasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat
penting. Karena apabila laba suatu perusahaan meningkat, maka harga saham
perusahaan tersebut juga akan meningkat atau dengan kata lain, profitabilitas akan
mempengaruhi harga saham
2.7.2. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Return Saham
Current ratio merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan perbandingan
antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio yang rendah berarti
likuiditas perusahaan juga rendah, yang berarti juga
memenuhi
semakin baik kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya,
sehingga semakin kecil resiko likuidasi yang dialami perusahaan atau ditanggung
oleh pemegang saham.
Semakin baiknya kondisi asset lancar dalam suatu perusahaan, maka perusahaan
memiliki kemampuan yang lebih untuk meningkatkan produksi dan menghasilkan
31 meningkatkan kepercayaan investor dan meningkatkan nilai saham perusahaan
tersebut. Nilai saham yang meningkat akan meningkatkan tingkat pengembalian
saham perusahaan (return).
2.7.3. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Return Saham
Rasio leverage yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio DER untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam membayar hutangnya dengan jaminan
modal sendiri. Selain itu rasio ini juga bisa digunakan untuk mengukur perimbangan
antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Peningkatan DER
dapat disebabkan karena nilai-nilai modal sendiri yang dimiliki jauh lebih kecil
dibandingkan dengan utang dari pihak eksternal. Hal ini menyebabkan perusahaan
sangat tergantung pada kreditur. Bila kinerja perusahaan meningkat maka minat
investor terhadap perusahaan menjadi tinggi dan dampaknya terhadap return saham
akan meningkat.
2.7.4. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Return Saham
Total assets turnover (TATO) mengukur perputaran atau pemanfaatan semua
aktiva yang dimiliki perusahaan. TATO dapat dihitung dengan membagi penjualan
dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin
tinggi pula efisiensi dalam penggunaan asset dan semakin cepat pengembalian dana
32 tersebut, karena semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam
mengelola asetnya.
2.7.5. Pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham
Price earning ratio.(PER) merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana
pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Makin besar PER suatu
saham maka menyatakan saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih
per saham. Jika PER meningkat maka harga saham juga akan semakin besar begitu
juga dengan return saham.
2.8. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Apakah secara parsial rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas
dan rasio pasar berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 – 2014.
H2: Apakah secara simultan rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, aktivitas