LAMPIRAN 1
1. Persiapan Bahan
Botol Plastik PET sebelum di gunting Botol Plastik PET setelah di gunting
Semen Padang Tipe I Abu Batu
Analisa Ayak Pasir Berat Jenis Pasir
3. Persiapan Alat Cetakan
4. Proses Pengecoran dan Perawatan Benda Uji
Pengecoran Bahan Uji Pencetakan Batako dan Bahan Uji Silinder
Batako dan Bahan Uji Silinder Setelah di Cetak
Kehalusan permukaan dan Pengukuran batako ketajaman ujung ujung batako
5. Mesin Uji Kuat Tekan Batako dan Kuat Tarik Belah Silinder
Compression Machine dan alat splitting test
LAMPIRAN 2
BERAT ISI AGREGAT HALUS UNTUK
MATERIAL BATAKO
ASTM C 29/C 29M–90
Nama : M RidhaAhyat Nim : 100424021
1. Calibration Of Measure
SuhuRuangan oC 28
Suhu Air oC 26
BeratBejana Kg 0.47
Berat Air Kg 1.85
Berat Isi Air kg/m3 996.77
FaktorKoreksi, C=(B/A) 539.96
Diameter AgregatMaksimum Mm 5
2. HasilPemeriksaan
Berat
Cara Merojok Cara Longgar
Sampel 1 (kg) 3.01 2.86
Sampel 2 (kg) 3.06 2.84
Total (kg) 6.07 5.7
Rata-rata (kg) 3.035 2.85
Net Weight (G), kg 2.571 2.386
Berat Isi (G*K), kg/m3 1373.37 1274.54
Mengetahui, Asisten Lab.Beton USU
ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BATAKO
(ASTM C 136 - 84a)
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Diameter Ayakan. (mm) (No.) BeratFraksiTertahan Kumulatif BeratSampel 1 (gram) BeratSampel 2 (gram) Berat Total (gram) % Tertahan (%) Lolos (%)
9.50 (3/8 - in) 0 0 0 0.00 0 100
4.75 (No.4) 0 3 3 0.15 0.15 99.85
2.36 (No.8) 7 5 12 0.60 0.75 99.25
1.18 (No.16) 121 115 236 11.80 12.55 87.45
0.60 (No.30) 257 260 517 25.85 38.4 61.6
0.30 (No.50) 284 274 558 27.90 66.3 33.7
0.15 (No.100) 245 261 506 25.30 91.6 8.4
Pan 86 82 168 8.40 100 0
Total 1000 1000 2000 100
Fineness Modulus (FM) = 209.75 = 2.10
100
Klasifikasipasir yang baik : Halus : 2.2 < FM < 2.6 Sedang : 2.6 < FM < 2.9 Kasar : 2.9 < FM < 3.2
Mengetahui, Asisten Lab. Beton USU
BERAT JENIS DAN ABSORBSI
AGREGAT HALUS UNTUK
MATERIAL BATAKO
ASTM C 128–88
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Beratagregatdalamkeadaan SSD di udara, g (S) 500 500 500
Beratpiknometer + agregat + air yang dikalibrasi,
g ( C ) 981 979 980
Beratkering oven agregat di udara, g (A) 482 483 482.5
Beratpiknometer yang terisi air, g (B) 668 669 668.8
BeratJenisKering = A 2.58 2.54 2.56
(B+S-C)
BeratJenis SSD = S 2.67 2.63 2.65
(B+S-C)
BeratJenisSemu = A 2.85 2.79 2.82
(B+A-C)
Absorbsi, % = (S-A)x100 3.73 2.79 2.82
A
Mengetahui, Asisten Lab.Beton USU
PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR
AGREGAT HALUS UNTUK
MATERIAL BATAKO
ASTM C 117–90
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Sample 1 Sample 2 Rata -rata Beratagregatmula-mula, g 500 500 500
Beratkeringagregatsetelahdicuci, g 490 491 490
Beratlumpur yang telahdicucidenganayakan
No.200, g 10 9 9.5
Kadar lumpurpadaagregat yang
telahdicucidenganayakan No.200, % 2 1.8 1.9
Mengetahui, Asisten Lab.Beton USU
PENGUJIAN COLORIMETRIC
KANDUNGAN BAHAN ORGANIK AGREGAT HALUS
(ASTM c40 - 84)
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Sample
LebihTerang PerbandinganTerhadap
Sama No. 3
Organic Plate
LebihGelap
Mengetahui, Asisten lab. Beton USU
UJI BERAT JENIS SEMEN PORTLAND
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Jenis Semen : Semen Padang Tipe I I II III Berat Benda Uji, gr B 60.11 60.06 63.9
Volume Awal, gr V1 0.1 0.1 0
Volume Akhir, gr V2 20.7 20.6 21.4
BeratJenis Semen B*d/(V2-V1) 3.01 3.02 3.08 3.03
Mengetahui, Asisten Lab.Beton USU
UJI BERAT JENIS ABU BATU
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Berat (gr) Sampel 1 Sampel 2
Berat abu batu SSD 500 500
Berat piknometer 170 170
Berat piknometer + air + abu batu 975 974
Berat piknometer + air 670 668
Berat abu batu kering oven 495 494
BJ Kering 2,538 2,546
BJ SSD 2,564 2,577
BJ Semu 2,603 2,627
BJ Kering rata-rata 2,542
BJ SSD rata-rata 2,570
BJ Semu rata-rata 2,616
Mengetahui, Asisten Lab Beton USU
HASIL PENGUJIAN DAYA SERAP BATAKO
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
No. Benda Uji Komposisi campuran Berat Benda uji Nilai Absorpsi (%) A (gr) B (gr)
1
Batako Normal
18,79 18,24 2,9
2 19,90 19,29 3,1
3 19,44 18,78 3,5
4 19,05 18,44 3,3
5 20,11 19,47 3,3
Rata-rata 3,25
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 10%)
18,30 17,53 4,4
2 17,69 16,99 4,1
3 17,49 16,86 3,7
4 17,59 16,91 4,0
5 17,42 16,71 4,2
Rata-rata 4,08
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 15%)
17,49 16,88 3,6
2 18,52 17,97 3,0
3 16,85 16,28 3,5
4 16,87 16,26 3,7
5 16,02 15,31 4,6
Rata-rata 3,68
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 20%)
16,32 15,59 4,6
2 16,10 15,41 4,4
3 16,17 15,52 4,1
4 16,08 15,42 4,2
5 15,36 14,63 4,9
Rata-rata 4,44
HASIL PENGUJIAN KUAT TEKAN
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Komposis i abu batu + botol plastik tanggal Umur (hari) Berat benda uji No. Benda uji Luas (mm2)
Beban (KN) Kuat tekan (kg/cm2 ) Kuat tekan (MPa) Dicetak Dites Batako abu batu +
botol plastik (0%) 25-april-15
23-mei-15 28 11,14 1 176,6 134 91,40 7,58
25-april-15
23-mei-15 28 10,97 2 176,6 136 92,40 7,70
25-april-15
23-mei-15 28 10,50 3 176,6 84 68,21 5,66
Rata-rata 6,98 Batako abu batu + botol plastik (25%) 25-april-15
23-mei-15 28 10,77 1 176,6 98 66,85 5,54
25-april-15
23-mei-15 28 10,42 2 176,6 62 42,30 3,51
25-april-15
23-mei-15 28 10,69 3 176,6 86 58,66 4,87
Rata-rata 4,46 Batako abu batu + botol plastik (30%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,37 1 176,6 96 65,48 5,43
2-mei-15
30-mei-15 28 10,88 2 176,6 124 84,58 7,02
2-mei-15
30-mei-15 28 10,49 3 176,6 98 66,85 5,54
Rata-rata 6,00 Batako abu batu + botol plastik (35%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,14 1 176,6 58 39,56 3,28
2-mei-15
30-mei-15 28 9,82 2 176,6 54 36,83 3,05
2-mei-15
30-mei-15 28 9,57 3 176,6 40 34,10 2,83
Rata-rata 3,05
HASIL PENGUJIAN KUAT TARIK BELAH
Nama :M RidhaAhyat Nim : 100424021
Komposisi abu batu +
botol plastik tanggal Umur (hari) Berat benda uji No. Benda uji Luas (mm2)
Beban (KN)
Kuat tarik (kg/cm2)
Kuat tarik (MPa) Dicetak Dites Batako abu batu + botol plastik (0%) 25-april-15
23-mei-15 28 11,19 1 1413 48 15,15 1,25
25-april-15
23-mei-15 28 10,77 2 1413 54 15,91 1,32
25-april-15
23-mei-15 28 10,80 3 1413 50 14,73 1,22
Rata-rata 1,24 Batako abu batu + botol plastik (25%) 25-april-15
23-mei-15 28 10,84 1 1413 36 10,61 0,88
25-april-15
23-mei-15 28 10,66 2 1413 42 12,38 1,02
25-april-15
23-mei-15 28 10,55 3 1413 40 11,79 0,97
Rata-rata 0,96 Batako abu batu + botol plastik (30%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,01 1 1413 46 13,56 1,12
2-mei-15
30-mei-15 28 9,73 2 1413 54 15,91 1,32
2-mei-15
30-mei-15 28 10,05 3 1413 49 14,44 1,19
Rata-rata 1,21 Batako abu batu + botol plastik (35%) 2-mei-15
30-mei-15 28 9,73 1 1413 34 10,02 0,83
2-mei-15
30-mei-15 28 9,37 2 1413 32 9,43 0,78
2-mei-15
30-mei-15 28 9,60 3 1413 36 10,61 0,88
Rata-rata 0,83
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiantika, Pitra. Itsna Fauziah R. Adi Purwoko W. Aditya Nugraha.2014. Agregat Beton dari Limbah PET. Tugas Mahasiswa S1 Teknik Sipil. UNS. Surakarta.
Civil Research. 2011. Sifat-sifat Beton. Di unduh dari (http://civilresearch.blogspot.co.id/2011/01/sifat-sifat-beton-catatan-kuliah.html) pada tanggal 29/09/2015.
Damaris, Ricky Afi, 2011. Optimasi Kuat Tekan dan Daya Serap Air dari Batako yang Menggunakan Bottom Ash dengan Pendekatan Respon Serentak, Tesis Program Studi Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.. Surabaya: ITS.
Departemen Pekerjaan Umum, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
Departemen P.U., 1989, SNI 03-0349-1989 Bata Beton untuk Pasangan Dinding, Balitbang, Jakarta.
Harutun G. Karian. 2003. “Handbook Of Polypropylene and Poly Polypropylene
Composites”. Second Edition. Marcel Dekker, Inc. New York.
Kasiati, Endang. 2011. Pembuatan Paving Blok dengan Menggunakan Semen Portland dan Semen Pozzolan dengan Bahan Tambahan Serbuk Kaca dan Abu Batu. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011.
Latief, Abdul. 2010. Kuat Tarik Langsung, Kuat Tarik Lentur, Susut Dan Density Mortar Campuran Semen, Abu Sekam Padi, Dan Precious Slag Ball Dengan Persentase 30%; 30%; 40%, Skripsi Program Studi Teknik Sipil Depok. Depok: UI.
Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Nugraha, Paul, & Antoni. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta. Penerbit ANDI.
Renaldo Glantino Regar, Marthin D. J. Sumajouw, Servie O. Dapas. 2014. Nilai Kuat
Tarik Belah Beton dengan Variasi Ukuran Dimensi Benda Uji. Jurnal Sipil
Statik Vol.2 No.5, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado.
R.J. Crawford. 1998.“Plastics Engineering”. Third Edition. Elsever Butterworth. Oxford.
Sagal.R, Kole.P, Gideon Kusuma. 1994. Pedoman Pengerjaan Beton. Jakarta. Erlangga.
Sudarno, A.P. 2006. Batu Abu Sebagai Bahan Campuran Pembuatan Tegel. Skripsi Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Sutarno. 2007. Pemanfaatan Abu Batu Limbah Stone Crusher untuk Bahan Paving Block. Jurnal Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang.
Tukang Bata. 2014. Abu Batu Sebagai Material Konstruksi. Di unduh dari (http://tukangbata.blogspot.co.id/2014/09/abu-batu-sebagai-material-konstruksi.html) pada tanggal 20/09/2015.
Utomo, Hendratmo Muji. 2010. Analisis Kuat Tekan Batako dengan Limbah Karbit Sebagai Bahan Tambah, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.
Pratikto. 2010. Beton Ringan Ber-agregat Limbah Botol Plastik Jenis PET (Poly Ethylene Terephthlate). Seminar Nasional Teknik Sipil 2010 Politeknik Negeri Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode penelitian eksperimen.
Sedangkan faktor yang diteliti adalah faktor komposisi campuran cacahan botol
plastik dan abu batu pada batako, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
cacahan botol plastik dan abu batu sebagai bahan tambah dengan mengurangi
jumlah pasir pada ukuran daya serap air, kuat tekan dan kuat tarik belah batako.
Rancangan penelitian pada batako akan dibuat benda uji dengan perbandingan
campuran 1Pc : 7Ps, dimana campuran ini akan diberi tambahan cacahan botol
plastik dan abu batu sebagai bahan tambah dengan mengurangi jumlah persentase
dari berat pasir dengan variasi perbandingan komposisi yang digunakan
berdasarkan atas kategori perbandingan volume dari agregat penyusun batako,
yaitu 0%, 10%, 15% dan 20% cacahan botol plastik dan abu batu masing-masing
15% dari berat pasir. Pembuatan benda uji dan prosedur pengujian kualitas sesuai
dengan yang telah ditentukan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI
03-0349-1989).
3.2 Desain Penelitian
1. Pengujian fisik, yaitu pengujian visual, pengujian ukuran, dan pengujian
sifat mekanik yaitu pengujian daya serap air, kuat tekan dan kuat tarik
belah batako.
3. Pasir berasal Sungai di Binjai, Sumatera Utara.
4. Kebutuhan air, ditetapkan pada kondisi adukan lengas tanah.
5. Keadaan cacahan botol plastik dan abu batu, yaitu dipakai dalam kondisi
kering udara.
6. Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara masinal.
7. Umur batako, pengujian batako berupa silinder ditetapkan pada umur 28
hari.
8. Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI
03-0349-1989.
3.3 Lokasi dan Waktu Pengujian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
2. Waktu
Pengujian dilakukan mulai pada bulan April sampai dengan bulan Juni
2015.
3.4 Bahan yang Digunakan
Bahan penyusun batako terdiri dari semen portland, agregat halus dan air.
Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat bervariasi untuk
ekonomis dan efektif. Bahan-bahan penyusun batako yang digunakan dalam
penelitian ini adalah semen portland, pasir, air, cacahan botol plastik dan abu batu.
3.4.1 Semen Portland
Semen Portland type I yang digunakan adalah semen dengan merk
dagang Semen Padang dalam kemasan 50 kg.
3.4.2 Pasir
Pasir yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari quarry Sei
Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap agregat halus meliputi:
a. Analisa ayakan pasir;
b. Pemeriksaan berat isi agregat halus;
c. Pemeriksaan kandungan organik (colorimetric test) pada agregat halus;
d. Pemeriksaan berat jenis pada semen dan abu batu;
e. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus;
3.4.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan pencampur berasal dari
Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
3.4.4 Botol Plastik dan Abu Batu
Botol Plastik yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol plastik
bekas minuman jenis PET dan Abu batu yang digunakan berasal dari pabrik
pemecah batu.
3.5 Pemeriksaan Bahan-bahan Penyusun Batako
3.5.1 Analisa Ayak Agregat Halus (SNI 03-1968-1990)
a. Tujuan Percobaan
1) Menentukan gradasi/distribusi butiran pasir
2) Mengetahui modulus kehalusan (fineness modulus) pasir
b. Peralatan
1) Timbangan
2) Sieve shaker machine 3) 1 set ayakan
4) Oven
5) Sample splitter c. Bahan
Pasir kering oven sebanyak 1000 gram.
d. Prosedur Percobaan
1) Ambil pasir yang telah kering oven (110±5)ºC;
2) Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing seberat 1000 gr
dengan menggunakan sampel splitter;
4) Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas sieve shaker machine;
5) Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup rapat;
6) Mesin dihidupkan selama 5 (lima) menit;
7) Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan;
8) Lakukan percobaan diatas untuk sampel 2.
e. Rumus
FM = Ʃ % (3.1)
Dimana:
FM = Fineness Modulus
Derajat kehalusan (kekasaran) suatu agregat ditentukan oleh modulus
kehalusan (fineness) dengan batasan-batasan sebagai berikut:
- Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60
- Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90
- Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20
f. Hasil Percobaan
Modulus kehalusan pasir (FM) = 2,10
Gambar 3.1. Bagan Alir Pengujian Analisa Ayak Agregat Halus
3.5.2 Berat Isi Agregat Halus (ASTM C-29)
a. Tujuan Percobaan
Menentukan berat isi agregat halus (pasir)
b. Peralatan
1) Timbangan dengan tingkat kepekaan 0,1% dari berat sampel
2) Batang perojok
3) Bejana besi
Alat:
1. Timbangan 0,01 gr 2. Cawan keramik atau
tempayan baja 3. Saringan agregat
halus 1 set Bahan:
1. Agregat halus
Timbang agregat halus 1000 gram Persiapan
Oven agregat halus sampai berat tetap
Ayak agregat halus
Timbang agregat halus yang tertahan disetiap saringan
Selesai
4) Termometer
5) Sekop Kecil
c. Bahan
1) Pasir≤Saringan Ø 4,75 mm kering oven suhu 110±5 ºC
2) Air
d. Prosedur Percobaan
1) Dengan cara merojok:
a) Bejana besi ditimbang dan kemudian diisi dengan pasir sampai
bagian tinggi bejana tersebut lalu rojok sebanyak 25 kali secara
merata pada permukaannya;
b) Pasir ditambah lagi hingga mencapai ⅔ tinggi bejana dan dirojok
25 kali secara merata pada permukaannya, kemudian bejana diisi
pasir sampai penuh dan dirojok 25 kali secara merata lalu
permukaannya diratakan. Dalam perojokan untuk setiap lapis tidak
boleh menembus lapisan dibawahnya;
c) Timbang bejana + pasir;
d) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi oleh air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana;
2) Cara menyiram:
a) Bejana besi ditimbang kemudian diisi pasir dengan cara menyiram
dengan sekop setinggi ± 5 cm dari bagian atas bejana sampai
b) Timbang bejana + pasir.
c) Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga
penuh, timbang berat bejana + air dan diukur suhu air didalam
bejana.
Percobaan dilakukan untuk 2 sampel.
e. Rumus
ρ = (3.2)
Dimana:
ρ = Berat isi pasir (gr/cm3)
m = Berat pasir (gr)
v = volume bejana (cm3)
f. Hasil Percobaan
Berat isi dengan cara merojok: 1,37 gr/cm3
Berat isi dengan cara menyiram: 1,27 gr/cm3
Bahan:
1. Agregat halus 2. Air
Alat:
1. Timbangan 2. Batang perojok 3. Bejana besi 4. Termometer 5. Sekop kecil
Pasir ditambah lagi hingga mencapai⅔ tinggi bejana
Persiapan
Gambar 3.2. Bagan Alir Pengujian Berat Isi Agregat Halus
3.5.3 Pengujian Kadar Organik Pasir/Colorimetric Test (SNI 03-2816-1992)
a. Tujuan Percobaan
Mengetahui tingkat kandungan bahan organik dalam agregat halus.
b. Peralatan
1) Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet kapasitas 350 ml
2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml
3) Timbangan
4) Mistar
5) Standar warna Gardner
6) Sendok pengaduk
Selesai
Bejana diisi pasir sampai penuh
Timbang bejana + pasir
Pasir dikeluarkan lalu diisi oleh air hingga penuh
7) Sampel splitter
c. Bahan
1) Pasir kering oven lolos ayakan Ø 4,75 mm
2) NaOH padat
3) Air
d. Prosedur percobaan
1) Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter
sehingga terbagi seperempat bagian;
2) Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas setinggi ± 3 cm dari dasar
botol;
3) Sediakan larutan NaOH 3% dengan cara mencampur 12 gram kristal
NaOH kedalam 388 ml air menggunakan gelas ukur. Aduk hingga
kristal NaOH larut;
4) Masukkan larutan tersebut sampai tinggi larutan ± 2 cm dari
permukaan pasir (tinggi pasir + larutan = 5 cm);
5) Larutan diaduk menggunakan sendok pengaduk selama 7 menit;
6) Botol gelas ditutup rapat menggunakan penutup karet dan
diguncang-guncang pada arah mendatar selama 8 menit;
7) Campuran didiamkan selama 24 jam;
8) Bandingkan perubahan warna yang terjadi setelah 24 jam dengan
e. Rumus/standar
Pengelompokkan standar warna Gardner adalah sebagai berikut:
1) Standar warna no. 1 : berwarna bening/jernih
2) Standar warna no. 2 : berwarna kuning muda
3) Standar warna no. 3 : berwarna kuning tua
4) Standar warna no. 4 : berwarna kuning kecoklatan
5) Standar warna no. 5 : berwarna coklat
Perubahan warna yang diperbolehkan menurut standar warna
Gardner adalah standar warna no. 3. Jika perubahan warna yang terjadi
melebihi standar warna no. 3 maka, pasir tersebut mengandung bahan
organik yang banyak dan harus dicuci dengan larutan NaOH 3% kemudian
bersihkan dengan air.
f. Hasil Percobaan
Warna kuning terang (standar warna no. 3), memenuhi persyaratan.
Mulai
Persiapan
Alat:
1. Timbangan
2. Botol tembus pandang 3. Gelas ukur
4. Mistar
5. Standar warna Gardner
6. Sendok pengaduk 7. Sampel splitter Bahan:
1. Agregat halus 2. NaOH 3% 3. Air
Isikan agregat ke dalam botol
Gambar 3.3. Bagan Alir Pengujian Colorimetric Test
3.5.4 Pengujian Berat Jenis Semen (SNI 15-2531-1991)
a. Tujuan Percobaan:
Menentukan berat jenis semen.
b. Peralatan:
1) Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr
2) Botol Le Chatelir
3) Cawan Porselin
4) Gelas Ukur
5) Corong Kaca
c. Bahan
1) Semen Portland
2) Minyak Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API
(American Petroleoum Institute)
Kocok botol selama 8 menit
Diamkan selama 24 jam
Amati warna cairannya
d. Prosedur Percobaan:
1) Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0
dan 1, bagian dalam piknometer diatas permukaan cairan.
2) Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air dengan suhu ditetapkan
pada botol Le Chatelir 20oC untuk mengunakan suhu cairan dalam
piknometer l dengan suhu yang ditetapkan dalam botol Le Chatelir.
3) Setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama dengan suhu yang
ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada botol Le Chatelir
(V1).
4) Masukkan semen portland sebanyak 64 gr, sedikit demi sedikit ke
dalam botol Le Chatelir, hindarkan penempelan semen pada dinding
dalam botol Le Chatelir diatas cairan.
5) Setelah benda uji dimasukkan, putar botol Le Chatelir dengan posisi
miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul
lagi pada permukaan cairan.
6) Ulangi pekerjaan no. 2 setelah suhu dalam botol Le Chatelir sama
dengan suhu yang ditetapkan pada botol Le Chatelir, baca skala pada
botol Le Chatelir (V2).
e. Rumus:
Berat Jenis = ( ₂ ₁) (3.3)
Dimana:
V1 = Pembacaan pertama pada skala botol Le Chatelir
V2- V1 = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
Catatan:
- Berat jenis semen portland antara 3 - 3.2
- Suhu ruangan yang diperbolehkan 20oC - 24oC.
f. Hasil Percobaan:
[image:33.595.120.510.255.679.2]Berat jenis semen: 3,03 gr/ml
Gambar 3.4. Bagan Alir Pengujian Berat Jenis Semen Mulai
Persiapan
Alat:
1. Timbangan dengan ketelitian 0.001 gr 2. Botol Le Chatelir 3. Cawan Porselin 4. Gelas Ukur 5. Corong Kaca
Bahan:
1. Semen Portland 2. Minyak Kerosin
bebas air atau naptha
Isi botol Le Chatelir dengan kerosin atau naphta
Masukkan botol Le Chatelir ke dalam bak air
Baca skala pada botol Le Chatelir (V1).
Masukkan semen portland sebanyak 64 gr ke dalam botol Le Chatelir
Putar botol Le Chatelir dengan posisi miring sampai gelembung udara tidak timbul lagi
Selesai
3.5.5 Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200)
a. Tujuan Percobaan
Menentukan persentase kadar lumpur pada pasir.
b. Peralatan
1) Ayakan no. 200
2) Oven
3) Timbangan
4) Pan
c. Bahan
1) Pasir kering oven
2) Air
d. Prosedur Percobaan
1) Sediakan 2 (dua) sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gram
dalam keadaan kering oven;
2) Tuang pasir kedalam ayakan no. 200 dan disiram dengan air melalui
kran;
3) Pada saat pencucian, pasir harus diremas-remas hingga air keluar
melalui ayakan terlihat jernih dan bersih;
4) Letakkan sampel kedalam pan dan keringkan dalam oven selama 24
jam;
5) Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan ditimbang dan hasilnya
6) Lakukan percobaan untuk sampel kedua.
e. Rumus
KL= A-BA ×100 (3.4)
Dimana:
KL = Kadar lumpur agregat (%)
A = Berat sampel mula-mula
B = Berat sampel setelah dikeringkan selama 24 jam
Pasir yang memenuhi persyaratan dan layak untuk digunakan, bila kadar
lumpur pasir < 5%.
f. Hasil Penelitian
Kadar lumpur pasir rata-rata = 1,9% (pasir memenuhi persyaratan dan
layak untuk digunakan).
Persiapan
Alat:
1. Timbangan 0,01 gr 2. Oven
3. Cawan keramik 4. Ayakan no. 200 Bahan:
1. Agregat 2. Air
Oven agregat sampai berat tetap
Timbang agregat (A)
Gambar 3.5. Bagan Alir Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
3.6 Pemotongan atau Pencacahan Botol Plastik Jenis PET
Pada penelitian ini dilakukan pemotongan atau pencacahan botol plastik
jenis PET secara manual. Bagian yang diambil untuk peneliatian adalah bagian
tengah botol, sedangkan bagian kepala dan alas botol tidak digunakan karena
bertekstur keras sehingga akan susah bercampur dengan pasir, abu batu maupun
semen. Hasil cacahan botol yang digunakan berukuran antara 1 mili meter hingga
1 cm. Adapun alat dan bahan serta langkah-langkah pengerjaannya adalah sebagai
berikut:
1. Alat dan Bahan:
a. Botol Plastik Jenis PET
b. Gunting
2. Prosedur pengerjaan:
a. Bersihkan botol-botol plastik dari sisa-sisa kotoran;
b. Gunting bagian kepala dan alas botol dan keringkan; Oven agregat setelah dicuci sampai berat
tetap
Timbang agregat (B)
Selesai
c. Bagian tengah botol yang telah kering lalu digunting manual dengan
ukuran 1 mili sampai 1 cm;
3.7 Pembuatan Benda Uji 3.7.1 Benda Uji Batako
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji batako:
1) Ayakan, untuk mengayak pasir dengan ukuran 4,8 mm.
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Ember, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Molen, untuk mengaduk campuran batako.
6) Batang perojok untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari pelat besi berbentuk balok dengan ukuran
cetakan adalah 400 mm x 200 mm x 100 mm.
b. Prosedur Pembuatan benda uji batako:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir, cacahan botol PET dan abu batu dengan
0%, 10%, 15% dan 20% dari berat pasir dengan mengurangi jumlah
pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 7 ps (tanpa
penambahan cacahan botol PET dan abu batu ), untuk campuran
selanjutnya dengan penambahan cacahan botol PET dimulai dari 10%,
15% dan 20% dan abu batu 15%. Aduk semua bahan sampai rata.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air
secukupnya sampai tercapai campuran setengah basah (lengas tanah)
yang merata. Secara sederhana, keadaan ini dapat diketahui dengan
cara: Campuran yang telah merata dikepal dengan telapak tangan.
Kemudian dijatuhkan dari ketinggian lebih kurang lebih kurang 1,2
meter kepermukaan tanah keras. Bila campuran sudah baik, 2/3 bagian
tetap mengumpul dan 1/3 lainnya tersebar (Utomo, 2010).
5) Masukkan adonan batako kedalam cetakan setinggi 2/3 bagian
cetakan, kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai
benar-benar padat dengan alat pemadat.
6) Setelah 24 jam buka, lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan
adonan batako ditempat yang teduh, tidak terkena cahaya matahari
langsung dan terlindung dari hujan.
3.7.2 Benda Uji Silinder
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji silinder:
2) Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang dipergunakan
dalam pembuatan benda uji.
3) Ember, untuk tempat menampung kebutuhan air yang dipergunakan
sebagai pencampuran bahan-bahan pembuat batako.
4) Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan
kedalam cetakan.
5) Molen untuk mengaduk campuran batako.
6) Batang perojok untuk memadatkan adukan didalam cetakan.
7) Cetakan, terbuat dari besi berbentuk silinder dengan ukuran 15 x 30
cm.
b. Prosedur Pembuatan benda Silinder:
1) Siapkan semua bahan dan alat yang diperlukan.
2) Timbang semen, pasir, cacahan botol PET dan abu batu dengan
perbandingan 1 pc : 7 ps. Penambahan cacahan botol plastik dimulai
dari 0%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dengan mengurangi
jumlah pasir awal.
3) Campurkan bahan dengan perbandingan menjadi 1 pc : 7 ps (tanpa
penambahan abu batu dan cacahan botol plastik), untuk campuran
selanjutnya dengan penambahan abu batu 15% dan cacahan botol
plastik dimulai dari 10%, 15% dan 20%. Aduk semua bahan sampai
rata.
4) Adonan batako yang sudah dicampur hingga rata ditambah air
yang merata. Secara sederhana, keadaan ini dapat diketahui dengan
cara: Campuran yang telah merata dikepal dengan telapak tangan.
Kemudian dijatuhkan dari ketinggian lebih kurang lebih kurang 1,2
meter kepermukaan tanah keras. Bila campuran sudah baik, 2/3 bagian
tetap mengumpul dan 1/3 lainnya tersebar (Utomo, 2010).
5) Masukkan adonan batako kedalam cetakan silinder setinggi 2/3 bagian
cetakan, kemudian dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai
benar-benar padat dengan alat pemadat.
6) Setelah 24 jam buka, lepas cetakan dengan hati-hati dan letakan
adonan batako ditempat yang teduh, tidak terkena cahaya matahari
langsung dan terlindung dari hujan.
3.8 Perawatan Benda Uji 3.8.1 Benda Uji Batako
Perawatan batako yang baik, yaitu sesuai dengan langkah-langkah
berikut:
a. Hindarkan batako dari sinar matahari langsung dan air hujan agar
pengikatan adonan sesuai yang diharapkan.
b. Perawatan batako selama 28 hari yaitu dengan menyiram dengan air setiap
pagi dan sore hari.
3.8.2 Benda Uji Silinder
Sama dengan perawatan beton, perawatan ini dilakukan setelah benda
hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan
mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat (Mulyono,
2003).
Pada penelitian ini, perawatan benda uji silinder dilakukan dengan
cara merendam benda uji di bak perendaman khusus di Laboratorium Bahan
Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
3.9 Pengujian Benda Uji 3.9.1 Pengujian Visual
a. Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan tampak luar:
Penggaris siku dipergunakan untuk memeriksa kesikuan pada
tiap-tiap sudut dan kedataran permukaan bidang dari batako pejal. Selebihnya
pemeriksaan tampak luar dilakukan dengan menggunakan alat indra,
seperti pemeriksaan pada ketajaman dan kekuatan rusuk-rusuk batako
tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan jari-jari tangan.
b. Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan ukuran:
Kaliper atau mistar sorong, dipergunakan untuk mengukur dimensi
batako. Kaliper yang dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
c. Prosedur Pengujian:
Setelah masa perawatan selama 28 hari, batako yang diuji harus
dalam keadaan kering. Tahapan yang harus dilakukan yaitu:
2) Ukur panjang, lebar dan tebal benda uji.
3) Pengamatan permukaan benda uji meliputi: keadaan permukaan,
kerapatan dan keadaan sudut-sudutnya.
[image:42.595.190.439.189.406.2]Bagan pengujian visual sebagai berikut :
Gambar 3.6. Bagan Alir Pengujian Visual
3.9.2 Pengujian Penyerapan Air
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air:
1) Wadah berisi air untuk merendam benda uji hingga batako jenuh air.
2) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari
kelebihan air setelah di rendam.
3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dalam keadaan
jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan dengan
kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
Mulai
Bersihkan batako dari semua kotoran
Ukuran panjang, lebar dan tebal batako
Amati permukaan dan keadaan batako
4) Oven dipergunakan untuk mengeringkan batako akan kandungan air
setelah direndam. Oven yang dipergunakan dilengkapi pengatur suhu,
dengan suhu antara 105oC sampai dengan 110oC.
b. Prosedur Pengujian:
Batako yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam keadaan
kering. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian
ini adalah:
1) Batako dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
2) Batako dimasukan kedalam oven selama 24 jam/sehari, sehingga
didapati batako dalam kering oven.
3) Timbang batako, sehingga didapat berat batako dalam keadaan kering
oven.
4) Rendam batako selama 24 jam /sehari atau hingga batako sudah
keadaan jenuh.
5) Timbang batako, sehingga didapati berat batako dalam keadaan jenuh.
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, penyerapan air dapat
dihitung dengan persamaan rumus (2.1).
Bagan pengujian penyerapan air seperti pada Gambar 3.7. Bagan Alir
Gambar 3.7. Bagan Alir Pengujian Penyerapan Air
3.9.3 Pengujian Kuat Tekan
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tekan:
1) Wadah berisi air sebagai tempat merendam batako.
2) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari
kelebihan air setelah direndam.
3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dalam keadaan
jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan dengan
kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
4) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tekan.
Mistar sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
Selesai
Masukan batako kedalam oven selama 24jam
Bersihkan batako dari semua kotoran
Keluarkan batako dari oven
Timbang batako sehingga didapat berat kering oven
Rendam batako selama 24 jam/sehari
Timbang batako sehingga didapati beratjenuh (b)
5) Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tekan beton
(compression machine).
b. Prosedur Pengujian:
1) Benda uji dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur selama ± 24
jam.
2) Timbang berat benda uji lalu letakkan pada compressor machine
sedemikian sehingga berada tepat ditengah-tengah alat penekannya.
3) Secara perlahan-perlahan beban tekan diberikan pada benda uji
dengan cara mengoperasikan mesin sampai benda uji runtuh.
4) Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka
cata skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban
maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5) Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6) Hitung kuat tekan batako dengan persamaan rumus (2.2).
Bagan pengujian kuat tekan sebagai berikut:
Hidupkan alat tekan beton Letakan benda uji pada alat tekan
Tarik tuas alat tekan
Gambar 3.8. Bagan Alir Pengujian Kuat Tekan
3.9.4 Pengujian Kuat Tarik Belah
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian kuat tarik belah:
1) Wadah berisi air sebagai tempat merendam batako.
2) Kain lap dipergunakan untuk menyeka permukaan batako dari
kelebihan air setelah direndam.
3) Timbangan dipergunakan untuk menimbang batako dalam keadaan
jenuh air dan kering oven. Timbangan yang dipergunakan dengan
kapasitas 60 kg dengan ketelitian 0,1 gr.
4) Mistar sorong dipergunakan untuk mengukur luas bidang tarik belah.
Mistar sorong dipergunakan sampai dengan ketelitian 0,01 mm.
5) Alat uji yang digunakan adalah mesin uji kuat tarik belah beton
(compression machine) dengan menggunakan benda uji silinder.
b. Prosedur Pengujian:
1. Benda uji silinder dikeluarkan dari bak perendaman, lalu dijemur
selama ± 24 jam.
Selesai
Lihat jarum pada alat ukur
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
2. Timbang berat benda uji lalu masukkan ke dalam alat splitting test
kemudian benda uji beserta alat splitting dimasukkan kedalam
compressor machine. Lapisi permukaan benda uji dengan pelat baja agar permukaan yang ditekan rata, dan usahakan benda uji berada
dalam keadaan sentris.
3. Jalankan mesin desak dengan kecepatan penambahan beban yang
konstan, kemudian catat besarnya beban maksimum yang dapat
diterima pada masing-masing benda uji.
4. Pada saat jarum penunjuk skala tidak naik lagi atau bertambah, maka
catat skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban
maksimum yang dapat dipikul benda uji tersebut.
5. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
6. Hitung kuat tarik belah batako dengan persamaan rumus (2.3).
Bagan pengujian kuat tarik belah sebagai berikut:
Hidupkan alat compression machine benda uji beserta alat splitting dimasukkan kedalam compressor machine
dalam keadaan tidak bergerak
Mulai
Gambar 3.9. Bagan Alir Pengujian Kuat Tarik Belah
Adapun tahapan keseluruhan penelitian ini dirangkum sebagai berikut :
Selesai
Tarik tuas alat tekan
Lihat jarum pada alat ukur
Catat hasil pengamatan pada alat ukur
Hitung kuat tarik belah batako
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi literature & Pengumpulan data
Persiapan bahan
Gambar 3.10. Bagan Alir Tahapan Penelitian
Pengujian bahan
Pembuatan benda uji
Data Batako
Masa pemeliharaan Selama 28 hari
Pengujian ukuran dan tampak luar Pengujian daya serap,
Pengujian kuat tekan, dan Pengujian kuat tarik belah
Silinder
Analisa data dan pembahasan
Memenuhi Standar SNI ?
Kesimpulan dan Saran
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Visual
[image:50.595.116.549.237.446.2]4.1.1 Pemeriksaan Tampak Luar
Tabel 4.1. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Visual dengan Syarat Mutu
Uraian
Perbandingan berat bahan
SNI 03-0349-1989 Batako Normal Batako abu batu + botol plastik
(25%)
Batako abu batu + botol plastik
(30% Batako abu batu + botolplastik (35%) 1. Bidang-bidang a. Kerataan b. Keretakan c. Kehalusan 2. Rusuk-rusuk a. Kesikuan b. Ketajaman c. Kekuatan Rata Tidak Retak Halus Siku Tajam Kuat Rata Tidak Retak Halus Siku Tajam Kuat Rata Tidak Retak Halus Siku Tajam Kuat Rata Tidak Retak Halus Siku Tajam Kuat Rata Tidak Retak Halus Siku Tajam Kuat (Sumber : Data Primer)
Dari keempat komposisi campuran batako dalam Tabel 4.1. yang dicoba telah memenuhi syarat tampak luar menurut ketentuan dalam SNI 03-0349-1989, yaitu menghasilkan batako yang mempunyai permukaan bidang rata, tidak retak dan halus dan memiliki Rusuk-rusuk yang siku, tajam dan kuat.
4.1.2 Pemeriksaan Ukuran
Setelah melakukan pemeriksaan tampak luar dan mendapatkan analisis data yang tidak menyimpang dengan ketentuan SNI. 0349-1989.
Tabel 4.2. Analisis Penyimpangan Ukuran Batako
Komposisi
Campuran No
Panjang Rata-rata
(mm) Lebar Rata-rata (mm) Tebal Rata-rata (mm)
Benda Uji SNI
0349-1989 Benda Uji
SNI
0349-1989 Benda Uji
SNI 0349-1989 Batako Normal 1 400.2 390 +3 200.0
190 ± 2
100.5
100 ± 2
2 398.5 200.0 101.0
3 400.0 198.0 100.5
4 400.0 -5.0 200.0 100.5
5 395.0 200.3 101.0
Rara-rata 398.7 199.6 100.7
Batakoabubatu +botolplastik (15% + 10%)
1 398.0
390 +3
199.5
190 ± 2
101.0
100 ± 2
2 400.0 200.0 100.1
3 400.0 200.0 100.5
4 400.5 -5.0 200.0 100.5
5 399.5 200.5 100.0
Rara-rata 399.6 200 100.4
Batakoabubatu +botolplastik (15% + 15%)
1 398.0
390 +3
200.0
190 ± 2
100.5
100 ± 2
2 395.0 199.5 101.0
3 400.0 200.0 100.0
4 395.0 -5.0 200.0 100.0
5 397.5 201.0 100.0
Rara-rata 397.1 200.1 100.3
Batakoabubatu +botolplastik (15% + 20%)
1 400.0
390 +3
200.0
190 ± 2
100.5
100 ± 2
2 400.0 197.0 100.5
3 400.0 199.5 100.0
4 398.0 -5.0 199.5 100.0
5 401.0 200.0 101.0
Rara-rata 399.8 199.2 100.4
(Sumber : Data Primer)
Tabel 4.3. Perbandingan Penyimpangan Ukuran Rata-Rata dengan Syarat Mutu KomposisiCampuran PanjangRata-rata (mm) Lebar Rata-rata (mm) TebalRata-rata (mm) Benda Uji SNI 0349-89 Benda Uji SNI 0349-89 Benda Uji SNI 0349-89
Batako Normal 398.7
390 +3 -5.0
199.6
190 ± 2
100.7
100 ± 2
Batako Abu Batu+Plastik
25% 399.6 200 100.4
Batako Abu Batu+Plastik
30% 397.1 200.1 100.3
Batako Abu Batu+Plastik
35% 399.8 199.2 100.4
Rata-rata Penyimpangan
(mm) 398.8 199.7 100.4
(Sumber : Data Primer dan SNI 03-0349-1989 )
Berdasarkan data penyimpangan ukuran rata-rata dengan syarat mutu seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.3 diatas, batako telah memenuhi syarat ukuran sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989. Hal tersebut disebabkan karena abu batu mempunyai butiran hampir sama dengan semen yaitu lolos saringan No. 200 dan bahan tambah abu batu dapat mengisi rongga antar pasir yang menyebabkan batako menjadi lebih padat sehingga permukaan bidang batako menjadi rata dan tidak retak.
4.2 Pengujian Daya Serap
[image:53.595.128.380.182.569.2]Pengujian penyerapan air dari keempat macam komposisi campuran yang dicoba, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Penyerapan Air
No. Benda Uji Komposisi campuran Berat Benda uji Nilai Absorpsi (%) A (gr) B (gr)
1
Batako Normal
18,79 18,24 2,9
2 19,90 19,29 3,1
3 19,44 18,78 3,5
4 19,05 18,44 3,3
5 20,11 19,47 3,3
Rata-rata 3,25
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 10%)
18,30 17,53 4,4
2 17,69 16,99 4,1
3 17,49 16,86 3,7
4 17,59 16,91 4,0
5 17,42 16,71 4,2
Rata-rata 4,08
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 15%)
17,49 16,88 3,6
2 18,52 17,97 3,0
3 16,85 16,28 3,5
4 16,87 16,26 3,7
5 16,02 15,31 4,6
Rata-rata 3,68
1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 20%)
16,32 15,59 4,6
2 16,10 15,41 4,4
3 16,17 15,52 4,1
4 16,08 15,42 4,2
5 15,36 14,63 4,9
Rata-rata 4,44
(Sumber : Data Primer)
Tabel 4.5. Perbandingan Daya Serap Air Rata-Rata dengan Syarat Mutu
Komposisi Campuran
Daya Serap Air (%)
Tingkat Mutu Benda Uji
SNI 03-0349-1989
Batako Normal 3,25 25 1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 10%)
4,08 25 1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 15%)
3,68 25 1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 20%)
4,44 25 1
Sumber : Data Primer dan SNI 03-0349-1989 )
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Daya Serap Batako terhadap Kadar Abu Batu + cacahan
botol plastik
Pada Gambar 4.1 menunjukkan perbedaan nilai penyerapan air. Nilai penyerapan air terbesar pada batako yang menggunakan abu batu dan cacahan botol plastik adalah
3.25 4.08 3.68 4.44 0 0.51 1.52 2.53 3.54 4.55
0% 25% 30% 35%
pe ny er ap an (% )
variasi abu batu + cacahan botol plastik
absorpsi
[image:54.595.115.513.377.607.2]pada komposisi campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 20%) dengan nilai penyerapan air mencapai 4,44 %, sedangkan nilai penyerapan air terkecil adalah pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 15%) dengan nilai penyerapan air sebesar 3,68 %.
Dari Tabel 4.5, keempat komposisi batako yang diuji telah memenuhi syarat penyerapan air menurut ketentuan SNI 03-0349-1989, yaitu dengan besar penyerapan air dibawah 25% untuk batako tingkat mutu I. Semakin kecil persentase kadar air yang diserap batako maka akan semakin baik batako tersebut, karena berarti batako memiliki kepadatan campuran yang baik. Tetapi dalam grafik diatas menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan dari perbandingan keempat komposisi campuran. Hal ini dikarenakan jumlah komposisi campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik yang berbeda-beda. Dalam pengujian ini penambahan abu batu dan cacahan botol plastik yang dapat menghasilkan batako dengan penyerapan terkecil ada pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 15%) dengan nilai penyerapan air sebesar 3,68 %. Penambahan abu batu lebih dan cacahan botol plastik lebih dari 15% menyebabkan ikatan antar agregat dalam batako menjadi kurang kuat dan menyebabkan penyerapan air semakin besar dengan semakin bertambahnya persentase abu batu lebih dan cacahan botol plastik, tetapi masih dalam batas persyaratan penyerapan air tingkat mutu I menurut ketentuan dalam SNI 03-0349-1989.
4.3 Pengujian Kuat Tekan
maksimum yang dihasilkan oleh mesin tekan. Dalam pengujian batako di buat dalam bentuk silinder dengan dimensi 15 x 30 cm. Kuat tekan dapat dihitung dengan persamaan rumus 2.1.
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kuat Tekan
Komposis i abu batu + botol plastik Tanggal Umur (hari) Berat benda uji No. Benda uji Luas (mm2)
Beban (KN) Kuat tekan (kg/cm2 ) Kuat tekan (MPa) Dicetak Dites Batako abu batu +
botol plastik (0%) 25-april-15
23-mei-15 28 11,14 1 176,6 134 91,40 7,58
25-april-15
23-mei-15 28 10,97 2 176,6 136 92,40 7,70
25-april-15
23-mei-15 28 10,50 3 176,6 84 68,21 5,66
Rata-rata 6,98 Batako abu batu + botol plastik (25%) 25-april-15
23-mei-15 28 10,77 1 176,6 98 66,85 5,54
25-april-15
23-mei-15 28 10,42 2 176,6 62 42,30 3,51
25-april-15
23-mei-15 28 10,69 3 176,6 86 58,66 4,87
Rata-rata 4,46 Batako abu batu + botol plastik (30%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,37 1 176,6 96 65,48 5,43
2-mei-15
30-mei-15 28 10,88 2 176,6 124 84,58 7,02
2-mei-15
30-mei-15 28 10,49 3 176,6 98 66,85 5,54
Rata-rata 6,00 Batako abu batu + botol plastik (35%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,14 1 176,6 58 39,56 3,28
2-mei-15
30-mei-15 28 9,82 2 176,6 54 36,83 3,05
2-mei-15
30-mei-15 28 9,57 3 176,6 40 34,10 2,83
Rata-rata 3,05
(Sumber : Data Primer)
Tabel 4.7. Perbandingan Kuat Tekan Rata-Rata dengan Syarat Mutu Komposisi Campuran KuatTekan Tingkat Mutu Benda Uji (MPa) SNI 03-0349-1989 (MPa)
Batako Normal 6,98 8,3 1
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 10%)
4,46 5,81 2
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 15%)
6,00 5,81 2
Batako abu batu + botol plastik
(15% + 20%)
3,05 3,32 3
(Sumber : Data Primer dan SNI 03-0349-1989 )
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Kuat Tekan Batako terhadap variasi Abu Batu + Cacahan
Botol Plastik 6.98 4.64 6 3.05 0 1 2 3 4 5 6 7 8
0% 25% 30% 35%
ku at te ka n (M Pa )
variasi abu batu + cacahan botol plastik
[image:57.595.115.511.400.611.2]Dari Tabel 4.7, hasil diatas menunjukkan adanya kenaikan kuat tekan pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 15%) yang mempunyai kuat tekan 6 MPa yang kemudian mengalami penurunan kuat tekan sebesar 1,54 MPa dengan campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 10%) yang mempunyai kuat tekan 4,46 MPa. Kuat tekan mengalami penurunan, hal ini dikarenakan proses pengikatan senyawa yang melambat akibat pengurangan fungsi semen itu sendiri dimana unsur senyawa Alite (trikalsium silikat) yang berfungsi sebagai pembangun kekuatan awal batako berkurang.
Apabila digolongkan menurut SNI 03-0349-1989, campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 10%) dengan kuat tekan rata-rata 4,46 MPa, masuk dalam tingkat mutu II. campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 15%) dengan kuat tekan rata-rata 6,00 MPa, masuk dalam tingkat mutu II dan campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (15% + 20%) dengan kuat tekan 3,05 MPa termasuk dalam tingkat mutu II dengan kuat tekan bruto rata-rata minimum 3,32 MPa.
4.4 Pengujian Kuat Tarik Belah
[image:58.595.80.562.559.718.2]Berikut ini merupakan data kuat tarik yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium:
Tabel 4.8. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah
Komposisi abu batu +
botol plastik tanggal Umur (hari) Berat benda uji No. Benda uji Luas (mm2)
Beban (KN)
Kuat tarik (kg/cm2)
Kuat tarik (MPa) Dicetak Dites Batako abu batu + botol plastik (0%) 25-april-15
23-mei-15 28 11,19 1 1413 48 15,15 1,25
25-april-15
23-mei-15 28 10,77 2 1413 54 15,91 1,32
25-april-15
23-mei-15 28 10,80 3 1413 50 14,73 1,22
1.24 0.96 1.21 0.83 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
0% 25% 30% 35%
ku at ta rik (M Pa )
variasi abu batu + cacahan botol plastik
kuat tarik belah
kuat tarik belah Batako abu batu + botol plastik (25%) 25-april-15
23-mei-15 28 10,84 1 1413 36 10,61 0,88
25-april-15
23-mei-15 28 10,66 2 1413 42 12,38 1,02
25-april-15
23-mei-15 28 10,55 3 1413 40 11,79 0,97
Rata-rata 0,96 Batako abu batu + botol plastik (30%) 2-mei-15
30-mei-15 28 10,01 1 1413 46 13,56 1,12
2-mei-15
30-mei-15 28 9,73 2 1413 54 15,91 1,32
2-mei-15
30-mei-15 28 10,05 3 1413 49 14,44 1,19
Rata-rata 1,21 Batako abu batu + botol plastik (35%) 2-mei-15
30-mei-15 28 9,73 1 1413 34 10,02 0,83
2-mei-15
30-mei-15 28 9,37 2 1413 32 9,43 0,78
2-mei-15
30-mei-15 28 9,60 3 1413 36 10,61 0,88
Rata-rata 0,83
[image:59.595.118.503.415.673.2](Sumber : Data Primer)
Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kuat Tarik Batako terhadap Abu Batu dan Cacahan Botol
Dari Tabel 4.8 dan Gambar 4.3 dapat dilihat nilai kuat tarik tertinggi berada pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (30 %) sebesar 1,21 MPa. Sedangkan untuk kuat tarik terendah berada pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (30%) dengan nilai sebesar 0,83 MPa. Pada campuran batako abu batu dan cacahan botol plastik (30 %) memiliki nilai kuat tarik paling optimum dikarenakan penambahan abu batu dan cacahan botol plastik terhadap campuran sudah sesuai dan optimal.
4.5 Penentuan Komposisi Terbaik
Penentuan komposisi terbaik berdasarkan atas hasil perbandingan syarat-syarat mutu keempat komposisi yang dicoba dengan batako kontrol, SNI 03-0349-1989. Hasilnya komposisi terbaik adalah batako dengan campuran abu batu + cacahan botol plastik (15% + 15%) dengan kuat tekan rata-rata sebesar 6,00 MPa menurut syarat mutu SNI 03-0349-1989 masuk tingkat kuat tekan II dengan kuat tekan rata-rata minimal 5,81MPa, kuat tarik belah rata-rata sebesar 1,21 MPa dan penyerapan air rata-rata sebesar 3,68 %, menurut ketentuan SNI 03-0349-1989, besar penyerapan air dibawah 25% masuk kedalam batako tingkat mutu I. Penyimpangan ukuran panjang rata-rata sebesar 399,5 mm; penyimpangan ukuran lebar rata-rata sebesar 199,4 mm; penyimpangan ukuran tebal rata-rata sebesar 99,7 mm, masih memenuhi syarat ukuran sesuai dengan ketentuan dalam SNI 03-0349-1989.
4.6 Diskusi Hasil Pengujian
Penulis membuat sub-bab hasil penelitian ini karena adanya beberapa
kesalahan metode dalam pencampuran material pada saat mengecor, sehingga
pembimbing, serta asisten laboratorium Universitas Sumatera Utara untuk
mendapatkan hasil penelitian yang ideal dan memuaskan. Seperti yang telah
dipaparkan dalam sub-bab hasil penelitian kuat tekan, penyerapan, dan kuat tarik
belah beton bahwa terjadi kesalahan campuran satu variasi yaitu variasi batako
dengan bahan substitusi 15% abu batu dan 10% botol plastik. Pada penelitian
tersebut seharusnya didapatkan hasil yang lebih tinggi dari variasi substitusi 30%
(15% abu batu dan 15% botol plastik). Menurut grafik terjadi penurunan yang
cukup signifikan dari kuat tekan batako variasi 0% ke variasi batako 25%. Hal ini
disebabkan metode pencampuran yang salah.
Proses pencampuran yang penguji lakukan bersama asisten laboratorium
yaitu mencampur bahan ke molen dengan cara memasukkan pasir terlebih dahulu
bersama dengan abu batu kemudian memasukkan cacahan botol plastik secara
bersamaan baru kemudian memasukkan semen dan air. Ternyata hal tersebut
menyebabkan campuran plastik tidak menyatu dengan rata bersama pasir, justru
secara visual seperti sedikit memisah, namun tetap bisa dicetak dan dipadatkan
dalam cetakan silinder dan batako serta berhasil mengeras dengan baik keesokan
harinya. Sehingga untuk pencampuran selanjutnya yang kami lakukan seminggu
kemudian, setelah melakukan peninjauan dan konsultasi bersama asisten senior
dan dosen pembimbing, akhirnya kami melakukan metode pencampuran material
dengan sedikit perubahan.
Bahan pertama yang kami masukkan ke dalam molen atau mixer tetap
pasir, abu batu, dan semen terlebih dahulu, setelah bahan tadi tercampur dengan
perlahan- lahan dan sedikit demi sedikit sampai campuran pasir, abu batu, semen
dan cacahan botol plastik menyatu dengan baik. Terakhir baru kami masukkan air
secara perlahan- lahan sampai merata dengan baik. Sehingga metode baru yang
kami dapatkan dan kami lakukan berhasil membuat pasta batako menjadi lebih
baik dan terbukti dengan adanya hasil kuat tekan dan kuat tarik belah batako yang
meningkat setelah diuji pada umur beton 28 hari.
Hal selanjutnya yang ingin kami bagi pada tugas akhir ini mengenai
campuran abu batu yang sifatnya sesuai dengan sifat pasir dan bisa dikategorikan
secara fisik bahwa abu batu ini bersifat organik karena pada dasarnya abu batu
berasal dari proses pemecahan batu di pabrik-pabrik pemecah batu. Dari beberapa
hasil penelitian terdahulu yang penulis ketahui, seharusnya abu batu dapat
meningkatkan kekuatan beton secara umum, namun pada hasil penelitian yang
kami lakukan terjadi trend penurunan secara berangsur-angsur terhadap kekuatan
batako, hal ini terjadi dikarenakan batako yang kami uji tidak menggunakan bahan
substitusi tunggal, melainkan 2 bahan substitusi yaitu abu batu dan plastik.
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil penelitian ini adalah abu batu
jelas bisa digunakan sebagai bahan substitusi pada beton atau batako, sama halnya
dengan botol plastik juga bisa digunakan sebagai bahan substitusi dalam
pembuatan beton, perbedaannya adalah bahan cacahan botol plastik bersifat
non-organik dan bersifat tidak persis seperti pasir, sehingga semakin banyak plastik
yang digunakan maka semakin berkurang juga kekuatan yang terdapat pada beton
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dan dari hasil pembahasan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Semakin besar kadar campuran abu batu dan cacahan plastik PET pada batako, secara berangsur-angsur menurunkan kuat tekan dan kuat tarik belah pada batako. 2. Hasil uji penyerapan membuktikan bahwa semua komposisi substitusi batako pada
penelitian ini memenuhi syarat SNI 03 -0349-1989, yaitu dengan rata-rata penyerapan di bawah 25%, dan masuk dalam kategori mutu I beton pejal.
3. Hasil penyerapan berbanding terbalik dengan hasil kuat tekan dan kuat tarik belah. Semakin tinggi komposisi cenderung menyebabkan naiknya nilai penyerapan, yang artinya semakin besar pori batako. Nilai penyerapan terbesar terdapat pada komposisi batako 35%, yaitu sebesar 4,44%. Sedangkan nilai penyerapan terendah yaitu sebesar 3,25%.
5. Menurut SNI 03-0349-1989, batako dengan komposisi substitusi 0% termasuk dalam mutu I batako, dan komposisi substisusi batako 25% dan 30% termasuk dalm mutu II batako. Sedangkan batako komposisi 35% termasuk dalam mutu III batako menurut SNI 03-0349-1989. Ditinjau dari batasan masalah yang Penulis buat, maka batako komposisi substitusi 35% tidak termasuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan karena kuat tekannya lebih kecil dari 4 Mpa.
6. Ditinjau dari data hasil pengujian kuat tarik belah, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nilai kuat tarik belah terbesar terdapat pada komposisi substitusi batako 0%, yaitu sebesar 1,24 Mpa. Sedangkan nilai terendah terdapat pada komposisi batako 35%, yaitu sebesar 0,83Mpa. Trend penurunan kuat tarik belah sama persis dengan trend penurunan yang terjadi pada nilai kuat tekan batako. 7. Dari semua hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa abu batu dan plastik
PET dapat digunakan sebagai bahan pengganti sebagian berat pasir dalam pembuatan batako.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan kuat tekan batako yang maksimal, disarankan pada penelitian berikutnya untuk menggunakan ekplorasi abu batu dan plastik PET di antara 5% sampai 25%.
menambahkan air pada campuran batako tadi. Penulis menyarankan untuk tetap menggunakan metode ini agar mempermudah pencampuran bahan-bahan utama pembentuk batako dengan bahan plastik. Hal ini terjadi karena berat jenis plastik yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan utama lainnya, sehingga semakin banyak jumlah plastik yang dibutuhkan dan secara fisik sangat memberi dampak signifikan,
3. Begitu banyaknya keterbatasan pada penelitian ini, sehingga diharapkan
untuk penelitian lebih lanjut mengenai jenis plastik lain sehingga di dapat
kualitas yang lebih baik.
4. Memperbanyak jumlah sampel. Pada penelitian ini, jumlah sampel pengujian
relatife sedikit yang memungkinkan adanya keterbatasan data.
5. Meninjau limbah sekitar lainnya yang mempunyai potensi besar dan
berpengaruh pada kekuatan batako agar inovasi terhadap batako ramah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batako
2.1.1 Pengertian Batako
Bata beton atau yang dikenal dimasyarakat umum adalah batako
merupakan bahan yang di bentuk dari campuran pasir bercampur dengan
kerikil (agregat) yang dicampur dengan semen portland dan air untuk
mempermudah bahan-bahan pembentuknya dapat dengan mudah tercampur
dan bereaksi dengan sempurna. Menurut PUBI-1982 pasal 6, “Batako adalah
bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”.
Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak
beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen portland
atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive),
dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Perbandingan bahan baku batako
terdiri dari pasir, semen, dan air dengan perbandingan 75: 20: 5.
Perbandingan komposisi ini sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1986.
Batako difokuskan sebagai konstruksi-konstruksi dinding bangunan
non struktural. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya
rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Indonesia 1982 (PUBI-1982) pasal 6 antara lain adalah berumur minimal satu
bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ±400
mm, lebar ±200 mm, tebal ±100-200 mm, kadar air 25-35% dari berat, dan
memiliki kuat tekan antara 2-7 N/mm2.
Berdasarkan persyaratan fisik batako standar dalam PUBI-1982
memberikan batasan standar bahwa untuk batako dengan nilai kuat tekan
2-3,5 MPa dapat dipakai pada konstruksi yang tidak memikul beban. Untuk
kuat tekan 2 MPa dapat dipasang pada tempat yang terlindung dari cuaca luar
dan diberi lapisan pelindung.
2.1.2 Klasifikasi Batako
Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke
dalam 3 jenis, yaitu :
A. Batako Putih (tras)
Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran
tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan
yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang
putih dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran
[image:68.595.237.410.602.706.2]panjang 25-3 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm.
B. Batako Semen/Batako Press
Batako press dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada
yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang
menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan
[image:69.595.244.402.226.399.2]batakonya. Umumnya memiliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm.
Gambar 2.2 Contoh Batako Semen/Batako Press
C. Bata Ringan
Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan
bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat
jenis sebesar 1850 kg/m3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton
ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi.
Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60 x 20 cm dengan
ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai
Mutu batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari penyusun-penyusunnya,
disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses
manual (cetak tangan) dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini
dapat dilihat dari kepadatan permukaannya. Batako terdiri dari berbagai
bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi
panjang yang digunakan untuk dinding beton. Batako dapat digolongkan
menjadi dua kelompok:
[image:70.595.141.469.275.425.2]Batako Padat Batako Berlubang
Gambar 2.3 Batako Padat dan Berlubang
Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik
dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama.
Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya
hanya 1/3 dari batu bata dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat
kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya
menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang
adalah tahan terhadap panas dan suara. Batako secara umum dibagi menjadi 6
Gambar 2.4 Tipe-tipe Batako
Pada pemakaian batu batako diperhatikan hal-hal berikut:
a. Disimpan dalam keadaan cukup kering.
b. Penyusunan batu cetak sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk
keamanan dan juga untuk memudahkan pengambilan.
c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh
direndam air.
d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk
Gambar 2.5 Bentuk Ikatan Dinding Batako
Agar didapat mutu batako yang berkualitas, banyak faktor yang
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kualitas batako tergantung pada
faktor air semen, umur batako, kepadatan batako, bentuk tekstur batuan,
ukuran agregat, kekuatan agregat, dan lain-lain.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako.
Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:
a. Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika
dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif
terdapat suatu pengurangan.
b. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama.
c. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat.
e. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
f. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan
potongan.
g. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air.
Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut:
a. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama (3
minggu), maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum
memakainya.
b. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen,
sehingga menambah biaya pembuatan.
c. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah.
2.2 Bahan Pembentuk Batako 2.2.1 Semen Portland
Semen Portland ditemukan pada tahun 1824 pada abad ke 19 oleh
seorang tukang batu dari Inggris yang bernama Joseph Aspdin. Pembuatan
semen portland yang pertama kali oleh Joseph Aspdin yaitu dengan cara
membakar campuran kapur dan tanah liat dan kemudian menggilingnya
hingga halus. Diberi nama semen Portland bukan ka