SEINE
YANG
BERKELANJUTAN
Dl PERAIRAN
KABUPATEN PARlGl MOUTONG, TELUK TOMINI
OLEH
:
ABD.
MASYAHORO
SEKOLAH PASCASARJANA
ABD.
MASYAHORO. Model Pengembangan Perikanan Purse SeineY
ang Berkelanj utanDi Perairan Kabupaten Parigi Moutong, Teluk Tomini. Di b a a bimbingan JOHN HALUAN,
DANEL
R.
MONINTJA, DjlSMAN MANURUNG, MDRA JAYA dan MOEWARNO DJOJOMARTONO.Pengembang22 perikanan purse seine merupakan satah satu altematif yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan produksi hasil tangkapan. Berbagai aspek yang hams di perti rn bangkan dalam pengem bangan perikanan purse seine seperti aspek biologi, teknologi, sosial dan ekonomi (Bioteknososionomi) yang merupakan dasar dalam proses pengkajian dan peny usunan model sistem pengembangan peri kanan purse selne ( SISBANGPU R) yang berkelanjutan. Model tersebut diharapkan menj adi salah satu konsep dasar pengelolaan subsektor perikanan tangkap di Perairan Teluk Tomini.
Dalam penesunan model SISBANGPUR data dan infomasi dari setiap pelaku sistern dan stakellolder Iainnya dikumpulkan dengan menggunakan metode survei dan observasi rnelalui waivancara dan pengisian kuesioner. Jumlah unit penangkapan purse
seine yang dijadikan objek penelitian sebanyak 10 unit dengan bobot 12,75 GT sampai
dengan 17,96
GT
dan 9 orang juragan pemilik yang ditentukan secara sensus (sensus sumpling) xrta 40 orang nelayan pendega yang ditentukan secara sengaja @urposivc: satnpiing).Analisis data meliputi perhitugan jmtensi lestari dan upaya optimum dengan menggunakan metode Surplus Produksi; tekni k optimasi dengan menggunakan metode LP; analisis finansial usaha penangkapan dengan menggunakan kriteria NPV, Net B!C rasio dan
lRR;
analisis kebijakan penembangan dengan mengenakan metode AHP dan penqusunan model dengan menggunakan metode permodelan sistem.Keragaan usaha penangkapan ikan di Perairan Kabupaten Parimo, Teluk Tomini diproleh metalui sirnulasi menggunakan sof~are L N X dengan skenario bahwa prediksi tahun 2003, merupakan ~ r h r a a n tethadap kemungkinan perkembangan terhadap upaya tangkap satu tahun kedepan yang didasarkan dari perkembangan tahun 2002. Diasumsikan bahwa 100% kedua jenis upaya tan&ap tersebut dialihkan menjadi upaya tan@cap pur.se seine yang dijastifi kasi dengan metde LP Winston. Berdasarkan h a i l anaiisis optimasi, penambahan upaya penangkapan purse selne dapat dioptimalkan sampai pada jumlah 78
unit dengan keuntungan optimal sehesar Rp 9.002.750.000.
Uji validasi model Sisbangur rnemperlihatkan b h w a nilai tutung galat rata-rata murlak (AME) sebesar P
-
0,057, niiai hitung galat ~ r i a s i mutlak (AVE) sebesar P = 0,073,nilai htuny Koefisien Utheil sebesar P = 0,044 yang bermakna bahwa tidak terjadi
penyimpangan yang bemt~ antara ndai simulasi dengan aktual. Nilai Uji Durbin Watson (DW-
test) sebesar 1,96 menunjukkan bahwa pola penyimpangan secara fluktuatrf h a n g tajarn, sedangkan nilai Saringim Kahan (KF) sebesar 0,497 (KF<0,50) menunjukkan bahwa
kesesuaian antara simulasi terhadap
A d
d tdi bawah aktual.Dinamika kinerja model sebelum dan sesudah pengujian sensitivitas model dengan menggunakan h g s i kecendem_pn mengalami peningkatan secara periodi k rnengi kuti poia asimptotik selama 25 tahun. Fenomena ini menunjdbn bahw intwvensi fungsional
dengan menggunakan h g s i kecendenmgan cukup efektif dan krsifat adaptif, ha1 ini terlihat dari besarnya Glai mj
uLan
sebelum dan sesudah penguj ian nlatif -a.KATA KUPiCI : p r r i h 1 purse ~ w i r x , p r n g e m h p hrk&mjukm, nmki SlSBANGPUR ~ r u i r m
ABD.
MASYAHORO. Sustainable Purse Seine Fishery Development Model in Pirigi Moutong District, Tomini Bay. Under supervision of JOHNHALUAN,
DANEL R MONINTJA, DJISMAN MANURUNG, INDRA JAYA and MOEU.4RNO DJOJOMARTONO.The deveIopment of purse seine fishety represent one of the alternatives h c h can be conducted as an effort to increase fishery product. Various aspects must be considered in the development o f purse seine fishery, such as biological, technological, social and economical aspects (Biotecnosocionomic) representing basic course of studv and
compilation m d e l of the development of sustainable purse seine fishery
(SISBANGPUR).
The model expected to be one of the elernentan, concept of catch fishery management at Tomini bay.
In model compilation of SISBANGPUR, data and information from each system performer and other stakeholder was collected observation and survey method through interviewed with questionnaires. The number of purse seine fishery as a research object are ten unit with 12.75
GT
to 17.96GT
of weight, nine owner choosen by sensus sampling and 40 fisherman was chmsen by purposive sampiing.Data analysis consisting of calculation of everlasting potency and optimum effort using Surplus Prduction method: optimation technique by LP method; financial analysis of fishing effort by NPV, net B/C and IRR methods; policy analysis of development using
AHP
method and compilation of model using system modelling method.The fishing effort performance at P a r i ~ Moutong District, Tomini Bay obtained through simulation used LINDO software with scenario that estimated in the year of 2003, representing estimated the possibilip of fishing effort growth for one year forwards based on the development of the year 2002. Assumed that 100% of both types of strive to be
transferred to become purse seine effort which justify with LP Winston method, hence based on the optimation analysis result, the addition of purse seine strive arrest can be optimize to the amount of 78 units with optimal advantage equal to Rp. 9.002.750.000.
Validation test of SISBAXGPUR model showed that the value of absolute mean
error (AME) equal to P= 0.057, absolute variation error (.AVE) equal to P = 0.073, the
value of Utheil Coefficient equal to P = 0.044 having a meaning that there is no differences between simulation and actual value. Durbin Watson result test (DW-TEST) equal to 1 -96
indicating that deviation pattern bv fluctuatively less sharply, while value of Kalman Filter (KF) equal to 0.497 (KF4.50) indicate that uniformity between simulation to the actual was a little below the actual.
The dynamic of model performance before and after examination of sensitivity model by using trend function showed periodically improvement follow the asymphtotic
pattern during 25 year. This phenomenon indicated that functional intervention bv using
trend function was effective enough and adaptive, this is showed from reference value before and after examination were relatively the same.
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataan &lam disertasi saya yang krj udul :
MODEL PENGEMBANGAN P E R I K A N ~ PURSE SEINE YANG BERKELANJUTAN DI PERAIRAN
KABUPATEN
PARlGI MOUTONG,TELUK TOMLNI
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, denyn pembimbingan para komisi pernbimbing, kecwii yang dengan jelas htunjukkan rujukamya.
Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada pro-pm sejenis di perguman ti@ lain.
Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan m r a jeIas dan dapat diperiksa kebenaranny a.
Bogor, Agustus 2004
ABD.
MASYAHORO
SEINE
YANG BERKELAPYJUTAN
DI
PERAIRAlY
KABUPATEN PARIGI MOUTONG, TELUK TOMINI
OLEH :
ABD.
MASYAHORO
DTSERTAST
sebagai
saIah
satu
syarat
untu
kmemperoleh gelar Doktor
pada
Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian
Bogor
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
YANG BERKELANJUTAN DI PERAIRAN KABUPATEN
PARIGI MOUTONG, TELUK TOMINI
Nama Mahasiswa : Abd. Masyahoro
Nomor Pokok : 9851231TKL
Program Studi : Teknologi Kelautan
I
Menyetujui,
5.
John Haluan, M.ScProf. Dr. Daniel R. Monintia Dr. Ir. Diisman ma nu run^. M.Sc
Anggota Anggota
Dr. Ir. Indra Java, M.Sc
Anggota
Dr. H. Moeliarno Dioiornartono, MSA
Anggota Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Teknologi Kelautan,
A
2
Prof, Dr. Daniel R. Monintia
Selatan dari pasangan keluarga Bapak H. Dg. Paello dan Ibu Mmlalang Patta Te'ne (Alm). Pen J i s rnerupakan anak bungsu dari 9 bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Manajemen Penangkapan Ikan
Fakultas Petemakan dan Pen kanan Universitas Hassanuddin, ldus pada tahun 19 88. Selanjutnya pada tahun 19119 penulis hterima sebagai staf pengajar tetap pa& Fakultas Pertanian Uni~yersitas Tadulako Palu Sulawesi Tengah. Pada tahun 1995
penulis mendapat izin dari Rehor Universitas Tadulako mtuk melanjutkan pendidikan Program Magisrer (S2) di Program Studi Teknolog Kelautan (TKL)
Program Pascasajana h t i t u t P e h a n Bogor dan luIus pada tahun 1998. Pada tahun
yang sama (1998) penulis melanjutkan pendidikan Progarn Doktor (S3) pada Progam Studi yang sama sampai saat ini.
sehingga disertasi ini krhasil diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai salah satu syarat 'untuk memperoleh gelar Dolctor pada P r o m Studi Teknologi Kelautan
(TKL),
Sekolah Pascasa jana Institut Pertanian Bogor.Sejama penelitian dan @mysunan disertasi ini, penulis banyak mendapat
bmtuan dari berbagai pihak, olehnya i tu penulis menyampai kan ucapan terimah kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada :
(1) Bapak Prof. Dr
Ir
John Halllan, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran yang konstruktif.(2) Bapak Prof. Dr Ir Daniel R. Monintja selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak rneIuan&an wahunya dalam memberikan arahan, saran dan kritikan yang sangat konstrukti f.
(3) Bapak
Dr
Ir Djisman Manurung, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yangteiah banyak memberikan arahan, saran dm kritikan yang sangat konstruktif.
(4) Bapak Dr Ir Indra Java, M.Sc selalcu anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktuny a memberikan arahan, saran dan kritikan yang amat bermakna serta konstruhqif.
( 5 ) Bapak Dr H. Moeljamo Djojomono, MSA selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan walaunya memberikan bimbingan, arahan dan kritikan )rang sangat konstnrkti f sebelum beliau mengalami gangguan kesehatan.
pembimbing dalam sidang terbukz
(8) Ibu
Dr.
Ir. Hartrisari Mjornihardjo,DEA
selaku tim penguji luar komisi pembimbing dalam sidang terbuka.(9) Dekan Sekolah Pascasarjana dm Ketua Program Studi Teknologi Kelautan
Institut Pertanian Bogor yang telah menwima penulis sebagai Mahasiswa Pascasarjana.
(10) Bapak Rektor, Dekan dan Ketua Jurusan Petenzakan Fakuitas Pertanian Universitas Tadulako atas kesempatan yang diberikan kepada penul i s untuk melanjutkan psndidikan program Doktor di Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
( 1 1 ) SeIuruh Staf Pengajar Program Studi Teknologi Kelautan dan Staf Pengajar P B lainnya yang telah menymbangkan pengetahuannya selarna penulis mengi kuti perkuliahan di IPS.
(12) Departemen P e n d d i h Nasional yang telah memberikan ban-
dana
pendidikan melalui beasis1-a BPPS.
( 1 3) Rektor dan Lembaga Penel itian Universitas Tadulako yang telah memberikan bantuan dana penelitian.
( 14) Bupati Kabupaten Parigi Moutons yang telah memberikan bantuan dan izin pelaksanaan penelitian.
{ I 5 ) Bapak Drs H. Tato Masituju (mantan Bupati Kabupaten Morowali) atas segala
Pascasajana
P B
laimy a atas segala kejasama dan dukungannya selma ini. (17) Nakhda dan ABK kapal-kapai purse seine atas =gala bantuan danke jasamanya selama penelitian berlangsung. . .-
1 1 8) Bapak Moh. Rafid (pengelola TPI Boyongtongo) atas segaia bantuan &n kerja
samanya %lama penelitian berlangsung.
(19) Ayahanda H. Dg. Paello dan hunda Marilalang Patta Te'ne (Alm) yang telah membesarkan, mengasuh dan mendidi k dengan penuh kasih T a n g .
(20) Tstriku Hadina Haning dan Anakku ~ n d i Achmadi yang saya cintai atas segala dukungan, pengorbanan dan Doa serta pengertiamya selama ini.
(2 i ) Semua kakanda atas segala dukungan, pengertian dm Doanya selarna ini. (22) Semua pihak yang tslah mernberikan dukungan dan surnbangsi pemikiran dafam
penyelesaian disertasi ini
Penulis men>& sepenuhnya bahwa dserbsi ini masih jauh dan kesempumaan, olehnya itu segala saran dan kriti kan yang si fatnya konstrukti f dengan senang hati penuiis harapkan. krnoga disertasi ini bermanfaat adanya.
Bogor, Agustus 2004
clan b u b obyek itu senidri.
CMY : Cutch pada titik Mcsimum Economic Y d d , yaitu hasil . tangkapan . pa& titik
keuntungan maksimum.
GIE
: G i c h Open Access Equ~libriurn, yaitu hasil tmgkapan @akeseimbangan bionomi .
CPUE : C,'arch Per llnir C'fSorr, yaitu hasil tangkapan per upaya tangkap yang digunakan
untuk rnenduga parameter surplus produksi.
Const : yaitu suatu parameter yang mempengamhi kinerja variabei (auxiiliary) dalam model.
EmY : EHort pada titik Masimurn Eco~tomic Yield, yaitu jurnlah upaya taIlgkap pa& titik keuntungan maksimum.
bU : Eflort Opcrr Access Equilibriunz, yaitu jumlah upaya tangkap pa& titik keseimbangan bionomi.
: Eflort optimim, yaitu jumlah upaya mgkap pada titik optimum yang akan rnenghasil kan
MS
Y.T.F.
: Trend Function, yaitu suatu fungsi matemati k yang memgintervensi pola kine j amade! guna mengetahui stabil tidaknya.
K
: Konstanta day a dukung lingkungan perairan, yait u parameter surplus produksi yang menunjukkan kapasitas maksimun dari lingkungan unhk rnenampungindividu ikan jumlah tertentu.
Levei : yaitu suatu variabzl daiam model yang mewakili pokok persoalan untuk diarnati kine janya.
MSY : Maximum SusrainabIc Yield, yaitu hasil tangkapan maksimum iestari tanpa mempengaruhi prduksi sediaan jangka panjang.
4 : Konstanta kemampuan alat tangkap, yaitu parameter surlpus prciduksi yang menunjukkan kemampuan menangkap dari suatu alat tangkap tertentu.
...
...
DAFTAR
GAMBAR
till...
DAFTAR LAMPIRAN xi
1.1. Latar Belakang ... 1
... 1.2. Perurnusan Masalah . . 6
1.3. Tujuan Peneht~an ... 13
. . ...
1.4. Manfaat Penel~t~an 13 ... 2 . TINJAUAN PUSTAKA 14 ... 2.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian -14 ... . 2.1 1 . Keadaan Geografis 1 4...
2.1.2. Keadaan Umum Perikanan Kabupaten Parigi Moutong 15 ... 2.2. Fasilitsts Penunjang Perikanan Tangkap 15.
. . ... 2.2.1 KUD Mina Tomlru 1 5 ... 2.2.2. Tempat Pelelangan Ikan ( P I ) 16 ... 2.2.3. Industri Pengolahan Ikan I 6 2.2.4. PabrikEs ....
.
... 172.2.5. Bank ... 17
.
... 2.3. Deskripsi lkan Layang (Decuptems spp ) 17 2.4. Desbpsi lkan Kernbung (hstrelliger spp.
) ... -202.5. DeskripsiIkanTon&ol(Amisspp.i ... 23
2.6. Deskripsi Peri kanan Purse Seine ... 26
2.6.1. Alat Tanzkap Pur.*e .Seine ... 26
...
2.6.2. Kapal Purse Scinc 28 ... 2.6.3. Rumpon -29 ... 2.7. Pernodelan Sistem -31 2.8. Produksi H a i l Tangkapan Y urse Se~tle...
-35... . 2 .9 Pembakuan Upaya Penangkapn Ikan -37 2.9.1. Upaya Relatif ... 37
2.9.2. Daya Tangkap Relatif
...
.
.
... -382.10. Surplus Produksi ... -39
...
1
.
Parameter y ang diukur. frekuensi pengumpuian data clan periode dari jenis data...
primer dan sekunder 48
...
.
2 Asumsi model surplus produksi 52
...
.
3 Pemilihan perbandingan krpasangn 65
... 4
.
Kisaran nilai yang menggambarkan tingkat pentingnya suatu elemen 66...
5 . Data teknis kapal purse seine di perairan Kabupaten Parimo 79
6
.
Data teknis jaring purTse seine di perairan Kabupaten Parimo ... 80... .
7 Ukuran dan material jaring purse seine di perairan Kabupten Parimo 81
8
.
Dimensi dan material alat pelengkap jaring purse seine di perairan ...Kabupaten Pari mo 81
9
.
Bahan, ukuran. jurnlah dan berat dari komponen material rumpon rakit...
di perairan Kabupaten Parimo 83
10
.
Total produksi (catch). total upaya pcnangkapan (effort dan produksi per unit upaya penangkapan(CPUE)
ikan layang dari tahun 1986-2002 ... 91 1 1 . Nilai parameter bioiogi (r). teknologi (. q) dan linskungan (k) ikan layang ... 91 1 2.
Data hasil run perubahan upay a tangkap. sediaan, pertumbuhandan produksi ikan layang ... 93
13
.
Total produksi (catch). totai upya penangkapan (effort) dan prduksi per unit upaya penangkapan(CPUE)
i kan kernbung dari tahun 1 986-2002 ... 95 14 . Nilai parameter biologi (r). tehologi (. q1
dan lingkungan (k) i kan kembung ... -9615 . Data hasil run perubahan upaya tanghap. sediaan. perturnbuhan
dan produksi ikan kembung ... 98
1 6
.
Total produksi (catch). total upaya penangkapan (effort) clan produksi per unit upaya penangkapan {CPUE) i h tongkol dari tahun 1 986.2002 ... 100.
17 Nilai parameter biologi (r). teknologi (q) dan lingkun~an (k) ikan tongkol ... 100
18 . Data hasil run perubahan upaya tangkap. sediaan. perturnbuhan
dan produksi I kan tongkol ... 102
19
.
Hasi1 run upaya tangkap dm keuntungan pada saat pemngkatan h g a...
ikan kembung -109
2 1 . Hasil run upaya tangkap dan keuntungan pada saat peningkatan harga
...
total praduksi i kan 1 1 3
... 22 . H a r e rata-rata ikan berdasarkan jenis dan ukuran 1 1 9
...
... 23
.
Hasil analisis usaha penangkapan ikan di perairan Kabupaten Parimo 130 24.
Hasil perhtungan beberapa elemen level dan konstanta m d e l Sisbangpur...
i kan layang 140
...
25 . Hasil run numerik model Sisbangpur ikan layang 142 26
.
Hasil perhitungan bekrapa elemen level dan konstanta model Sisbangpur...
ikan kernbung 144
... 27 . Hasil run numerik model Sisbangur ikan kernbung 147 28 . Has11 perhitungan beberapa elemen level dan konstanta model Sisbangpur
...
total produksi i kan tangkapan -150
29 . Hasil run numerik model Sisbangpw total produksi ikan ... 151
...
30.
Hasil pengujian struktur model dinami k Sisbangpur secara statisti k 1533 1
.
Run numerik
hasil uj i sensitivitas dengan men- trend functionpada ikan layang selama 25 hhun ... 157
32 . Run numerik hasil uj i sensitivi tas dengan menggunakan ; r e d junction
pada ikan kernbung selama 25 tahun ... 162
3 3 . Run numeri k has11 uj i sensitivitas dengan menggunakan trendfunction
pada total praduksi ikan selama 25 tahun ... 169 34 . Run numerik dinamika pmubahan pndapatan seklum dm sesudah
perubahan harga BBM hasil uji sensitivitas dengan menggunakan
2
.
lkan layang (Uecapterus russelli)...
19...
3
.
Ikan kernbung lelaki (Rastreliiger kunugurta) -21...
4
.
kan kembung perempuan (Rastreiligcr braclysoma) -22 ...5 . Ikan tongkol ( A m s i s thnzurd) 24
. .
...6 . Peta Lokasi Peneh t~an -47
7 . Diagam alir model sistem pengembangan peri kanan purse seine
...
(SISB ANGPUR) -75
8 . Kapal purse seine di perairan Kabupaten Parimo ... 78
9 . Jaring purse seine di perairan Kabupaten Parimo ... -80
...
10 . Rumpn purse seine di perairan Kabupaten Parimo 82
1 1 . Model BlOTEKNOSOSIONOMi perikanan purse seine berkelanjutan
...
di Kabupaten Parimo 86
12
.
Diagram alir sub-madel p r o d k i...
88 ...I3 . Diag~am alir submodel sumberdaya ikan 90
14 . Hasil run upaya terhadap produksi dan CPUE ikan layang ... -93 I5
.
Hasil run perubahan upaya. .
tanglap. sediaan. pertumbuhandan prduksl lkan layang ... 94
.
16 Hasil run upaya terhadap produksi dan CPUE ikan kernbung ... 97 1 7 . Masil rtcn perubahan upaya tangkap. sediaan, pertumbuhan
dan produksi i kan kernbung ... 99
18
.
Hasil run upaya terhadap produksi dan CPUE ikan tongkol ... 102 19 . Hasil run perubahan upaya tan~&p. sediaan. pertumbuhan.
.
dan produksi I kan tongkol ... 103
...
.20 Diagram alir sub-model alokasi ophmurn unit penangkapan 104
.
2 1 Diagram alir submodel usaha penangkapan purse seine
...
106.
...22 Perubahan upaya tangkap saat peningkatan harga ikan layang 108
...
25.
Perubahan upaya tangkap saat peningkatan harga total praduksi ikan - 1 13...
26. Diagram alir
submodel Surnberdaya Manusia 1 14... 27
.
Diagram alir submodel mutu dm pemasaran 1 16...
28 . Diagram al ir sub;lno&l harga ikan 1 18
...
29
. Diagram
al i r sub-model pendapatan nel ayan - 1 20...
30 . Diagram alir sub-madel pendapatan daerah - 1 223 1 . Struktur model sistem pengembangan perikanan purse seine (Sisbangpur) ... 135
...
.
32 Diagram alir model Sisbangpur 1 3 7
...
33 . Diagram alir model Sisbanppur ikan layang 141 34
.
K w a hasil run output model Sisbangpur ikan layang...
selama 25 Tahun 142
35 . Diagram alir model Sisbangpur ikan kernbung
...
14536 . Kurva hasil run ouipur model Sisbangpur ikan kembung
selama 25 Tahun ... 146
...
37 . Diaprn alir model Sisbangpur total prduksi ikan -149 3 8 . Kurva hasil run output model Sisbangpur total produksi i kan
...
selama 25 Tahun 150
39
.
Diagram alir model h a i l uji sensitivitas dengan menggunakm...
trend funcrion pada ikan layang 156
40 . Kurva dinami ka otttpui model hasil uj i sensitivitas dengan menggunakan
...
rrend.finc~ion pada ikan layang selama 25 Tahun -15% 4 1 . Kurva dinamika sumberdaya ikan hasil uji sensitivitas dengan
menzpnakan trend functbn pa& ikan layang selama 25 hhun ... 159 42 . Kurva dinamika unit penangkapan purse seine has11 uji sensitivitas dengan
menggunakan trend function pada ikan layang selama 25 tahun ... 160 43 . Kurva dinamika sikap sosial hasiI uji sensitivitas dengan rnenggunakan
trend funciion pada ikan layang selama 25 tahun ...
..
...
161 44 . Kurva dnamika pendapatan h i 1 uji sensitivitas dengan menggunakantrend. filnction pada i km layang selarna 2 5 tahun
...
16145
.
Diagram alir model hasil uj i sensitivitas dengan menggunakantrencljbuiion pada ikan kembung ... 163 46
. Kurva owput mode! hasil uj i
sensitivitas dengan menggunakan tredfunccinn... meng- trend function pada ikan kernbung selama 25 tahun - 1 66 48. Kuwa dinarni ka
unit
penangkapan purse seine hail uj i sensitivitas denganmenggunakan rrend.function pada ikan kernbung selama 25 bhun ... .166 49. Kurva dinamika si kap sosial hasil uj i sensitivitas dengan menggunakan
trend fiunctinn pada ikan kemhung selama 25 tahun. ... .I67
50. Kurva dinamika penciapatan h i 1 uji sensitivitas dengan men-
trend function pada ikan kernbung selama 25 tahun.
...
-1685 1. Diagram alir model hasil uji sensitivitas dengan menggunakan
...
rrendjuncrion pada total produksi ikan 170
52. Kurva output model has11 uji sensitivitas dengan menggunakan
trend-function pada total produksi ikan selama 25 tahun ... .172 53. Kurva dinamika sumberdaya &an hasil uji sensitivitas dengan
menggunakan treruifuncrion pada total produksi ikan selama 25 tahun ... .I73
54. Kurva dinamika unit penanglapan purse .reine hasil uj i sensitivitas dengan
menggunakan trendfuncrion pada total produksi ikan selama 25 tahun ... - 1 74
5 5 . Kurva dinamika si kap sosiai basil uj i sensitivitas dengan menggumkan
trendfunction pada total produksi ikan selama 25 tahun ... ,175
56. Kurva dinamika ~ndapatan hasil uj i s n s i tivitas dengan menggunakan
rrendfunction pada total produksi ikan selama 25 tahun ... 175 57. Diagram aiir model parsial penclapatan usaha penangkap purse seine.. ... - 1 76 58. Diagram alir model parsial pendapatan usaha penangkapan
hasil uji sensitivitas denr- rnenggunakan trendficnct ion ... -177
59. Kurva dinamika ourput model perubahan pendapatan sebelum dan sesudah te rjd perubahan harga BBM hasil uji sensitivitas dengan menggmakan
rrcnd+function selama 2 tahun ... I78
60. Kurva dinamika perubahan penclapatan seklum te rjadi perubahan harga BBM
...
h i 1 uji sensitivitas den- rnengunakan trend function selama 25 tahun ,179 6 1 . Kurva dinami ka perubahan penclapatan sesudah terjadi perubahan harga BBM
1
.
Data hasil nul hubungan upaya tangkap. produksi dan produksi per unit...
upaya untuk ikan layang 193
2 . Data hasil run hubungan upaya tangkap. produksi dan produksi per unit
...
...
upaya untuk ikan kembung
.
.
.
-1943
.
Data hmil run hubungan upaya tangkap. produksi clan produksi per unit ...upaya untuk ikan tongkol 195
...
4 . Data hasil run model produksi ikan layang 196 ...
5 . Data hasil run model sediaan ikan layang
,
... .. ... 197... 6 . Data hasil m model pertumbuhan ikan layang 1 9 8
...
.
7 Data hasi l run model produksi ikan kembung 199
... 8 . Data basil run model sediaan ikan kembung 200
9
.
Data hasil run model pertumbuhan ikan kernbung...
201 10 . Data basil run model produksi ikan tongkol ... 202...
1 1.
Data hasil m model sediaan ikan tongkol 20312. Data hasil run model prtumbuhan ikan tongkol ... 204
13
.
Data h i 1 run upaya tan@ap {E). total pendapatan (TR) dantotal biaya (TC) pada ikan la~ang ... 205 14
.
Data hasil run upaya tan@ap (E). total pendapatan(TR)
dantotal biaya (TC) pa& ikan kernbung ... 206
15 . Data hasil run upaya tangkap (E). total penclapatam
(TR)
dantotal biaya (TC) pada ikan ton601 ... 207
16 . Data hasil run upaya tangkap (E). total pndapatan
(TR)
dantotal hiaya (TC) pada total produksi ikan ... 208
1 7
.
Hasil tangkapan i kan dengan purse seine yang kdaratkandi TPT Boyongtongo Kabupaten Parimo ... 209 18 . Hasil pengujian faktor-fahor teknis prduksi perikanan purse seine dengan
. .
metode regresi rnult~vanate ... 209 19 . Lanjutan hasil pengujian faktor-faktor t e h s p'oduksi perikanan
...
ditangkap dengan purse seine, pyang dm ba gan... .2152 1. Hasil penguj ian
. .
model-model surplus produksi ikan layang dengan metode...
regresi hear sederhana.. .2 1 6
22. AIgoritma perhi t ungan parameter biologi (r, q, K) ikan Iayang dengan metode
...
surplus produksi model Equi l i briurn Schaefer -2 1 7
23. Proses pengujian model-model surpius produksi i h kembung yang
... ditangkap dengan purse seine, payang dan bagan.. -2 1 8 24. Hasil pengujian model-model surplus produksi ikan kembung dengan
...
metode regresi linear sederhana.. . 2 I9
25. Algoritma perhitungan parameter biologi (r, q, K) ikan kembung dengan ... metode surplus produksi model Equi l i brium Sc hae fer -2 20 26. Proses penguj ian model-model surplus produksi ikan tongkol yang
...
ditangkap dengan purse seine dan payang -22 1
27. Kasil pengujian
. .
mdel-model surplus produksi ikan tongkol dengan...
metode regresl h e a r sederhana ,222
28. Algoritma perhitun* parameter biologi (r, q, K) ikan tongkol dengan
... metode surplus produksi model Disequilibrium Schaefer .223 29. Analisis finansial f dalam j utaan rupiah) unit perikanan purse se~ne
...
di perairan Kabupaten Parimo ,224
30. Matriks pemhdingan krpasang faktor pengembangan usaha perikanan ...
purse seine.. .22 8
3 1. Matriks pembandingan berpasang faktor mutu dan h a r e prduk dengan
t i p aitematif kebijalran pengembangan usaha perikanan purse seine ... 229
3 2. Matriks pembandingan berpasang faktor sarana dan prasarana dengan tiga
a1 temati f kebijakan pengembangan usaha perikanan purxe seine ... .229 33, Matriks pembandmgan berpasang faktor kemampuan investasi dengan
tiga alternatif kebijakan pengembangan usaha perikanan purse serne
...
.230 34. Matriks pembandmgan krpsang faktor potensi pasar dengantiga alternatif kebijakan pengembangan usaha perikanan pr.Pe seine ... .230
3 5 . Matriks pembandingan be p s a n g faktor sumberdaya rnanusia dengan
tiga alternatif kebijakan pengembangan usaha perikanan purse seine ... -23 1
36. Matri
ks
pembandingan berpasang faktor teknologi dengan tiga alternatifkebijakan pengemhangan usaha perikanan purse seine..
...
.23 1 37. Matriks pembmdingan berpasang faktor ptensi sum berdstya ikan denganpengembangan usaha perikanan purse seine ... .232
39. Matri ks pembandingan bepasang aktor pengembangan usaha perikanan
purse seine ... -2 3 3 40. Matri
ks
pmbandingan k r p a n g aktor industri perikanan dengan tigaal tei-nati f kebijakan pengemtrangan usaha prikanan purse seine ... .234 4 1. Matriks pembanchngan berpasang aktor koperasi unit desa dengan tiga
alternati f kebij akan pengembangan usaha perikanan purse seine
...
.23442. Matriks pembandingan krpasang ahor Pemda Kabupaten Parimo dengan
tiga alternatif kebi-iakan pengembangan usaha perikanan pur.se seine ... ,235
43. Matriks pembandingan berpasang aktor perbankan dengan tiga alternatif
... kebijakan pengembangan usaha perikanan purse seine.. , 2 3 5 44. Matriks pembandingan krpsang aktor nelayan dengan tiga altematif
kebijakan pengembangan usaha perikanan purse seine.. ... ,236
45. Matriks pembandingan berpasang aktor Dinas Perikanan dan Kelauta dengan tiga altematif kebijakan pengembangan usaha peri kanan purse seine ... .236 46. Matriks pembandingan krpasang aktor pengusaha penanghpn dengan
t i p alternatif kebijakan pengembangan usaha perikanan pttrse setne ... ,237 47. Matriks prkalian vektor prioritas aktor dengan tiga alternatif kebijakan
pengembangan usaha perikanan ptlne seine ... ,237
48. Matriks pembandingan berpasang tujuan pengembangan usaha peri kanan
purse seine. ... 238
49. Matriks pembandingan berpasang tujuan sarana dan prasarana memadai dengan tiga dternatif kebijakan pengembangan usaha peri kanan pur.ve .veine ... .23 8
50. Matnks pembandngan berpasang tujuan surnberdaya ikan lestari dengan
...
tiga alternatif kebijakan pengembangan usaha peri kanan purse seine .239 5 1. Matriks pembandingan berpasang hrj uanusaha
penangkapan krkelanjutandengan tiga altemat if kebij akan pengembangan usaha perikanan purse seme..
....
.23952. Matriks pembandingan berpasang tujuan keuntungan dan kesejahteraan usaha .... dengan tiga aiternatif kebij akan pengembangan usaha peri kanan purse seine.. .240
53. Matriks perkalian vektor prioritas tujuan dengan t i p altematif kebij akan
pengembangan usaha peri kanan purse selne ... .240 54. Hierarki pengembangan perikanan purse seine krkelanjutan
di Kabupaten Parimo ... -24 1
...
...
Kabupaten Parimo .250
57. Persamaan Powersim pada ikan layang sebelum penguj ian model ... .25 1
5 8. Persamaan Powersim pada i kan layang sesudah penguj ian model.. ... .253
...
59. Persamaan Powersim pada ikan kembung seklum penguj ian model.. -355 60. Persamaan Powersim pada I kan kembung sesudah penguj ian model...
,2576 1 . Persamaan Powersim
. .
pda total produksi ikan layang...
sebel urn penguj Ian model .259
62. Persamaan Powersi m pada total produksi ikan layang
. .
...
sesudah penyjlan model .26 1
63. Persamaan Powersim model parsial pendapatan berdasarkan
...
Indonesia sebagai negara kipulauan terdiri atas 17.508 pday d e n p panjang
garis pantai kurang lebih 81.000 km, serta memiliki luas wilayah laut 5.8 juta km2
dengan dugaan potensi perikanan seksar 6,409 juta ton per tahun. Pemanfaatan potensi ini diduga telah rnencapai sekitar 4,069 juta ton (63,49%) (Dahuri, 2003). Produksi
perikanan Indonesia =a keseluruhan sarnpai tahun 2003 mempai 5,36 juta ton yang
terdiri atas 5,0 1 juta ton perikanan Iaut dm 356 ribu ton perairan umum dengan total
nilai ekspor US$2,5 rniIyar (www.dkp.~o.id., 20 Desember 2003).
Berdasarkan komitrnen internasional F A 0 vide Code of Co~mduct for
Responsible Fisltcries diny atakan bahwa potensi sumberdaya iaut yang boleh dimanfaatkan hanya sekitar 80 O h dari hasil tangkapan maksimum lestan (Maximum
Sustainable Yield, &ST). Jika mengacu pa& pemanfaatan ptensi yang diperboiehkan (Total AIiow~able Catch, TAC) seksar 80 % dari
M Y ,
maka batas produksi maksimum lestari yang diperbolehkan u t u k dimdaatkan adaIah sekitar 5,13 juta ton per tahun ituberarti sisa 20 % untuk penambahan produksi (Nikijuluw, 2002).
Dalam pewnfaatan potensi surnberdaya prikman laut &but s e c m optimal, maka selama tigapuluh tahun pembangunan perikanan Indonesia (Tahun 1967 - 1997) pemerintah telah menempuh kebijakan modernisasi armada perikanan rakyat rnelalui
pengembangan kapal motor dan perbaikan teknologi alat tangkap ikan. Kebijakan p e r n u perikaaan rakyat skala kecil selama tiga puluh tahun tersebut telah
dengan meningkatnya produksi, maka pasar ekspor ikan juga krkernbang dm penenmaan devisa dari ekspor hasil perikanan jugs meningkat (Direktorat Jenderal Perikanan, 1998 j. Selanjutnya dilaporkan bahwa pada tahun 1994 ekspor perikanan Indonesia sebesar 454,37 ribu ton per tahun dengan nilai s e w S I ,68 milyar, dan
pada tahun 1997 devisa yang disumbangkan kornoditas perikanan mencapai nilai sebesar 1 ,YO milyar dengan vofume ekwr perikanan sebesar 65 137 ribu ton per tahun
atau sebesar 1996 dari total produksi ikan nasional. Berarti selama kurun waktu 4 tahun (1994 - 1997) teIah tejadi peninghatan voIume ekspor sebesar 6,14% per tahun. B e r h k a n perkembangan ekspor tersebut, metka pada tahun 2000 Departemen
Ketautan &n Perikanan merencanakan sasaran ekspor perilranan Indonesia sampai pa& tahun 20 10 mencapai $ 10 milyar, dsngan s m n ekspor hasil tangkapan ikan laut mencapai 1,47 juta ton per tahun atau 30,12% dari 1;4C dengan niIai $ 2-64 milyar. Hanya saja, akibat modemisasi perikanan rakyat yang belum terkendali secara optimal mengalubatkan sumberdaya pikanan di beberapa wilayah perairan Laut Indonesia telah menunjukkan gejala lebih tangkap (ovclrfishing) (Cholik, 1996).
Potensi Sumberdaya lkan Nasional dibagi dalam 9 (sembilan) wilayah pengelohan perikanan
(WTP).
di mana perairan Teluk Tomini dan Laut Seram dimasukkan kedatam keiompok WPP 6 (enam). ~ ~ r k a n hasil kajian Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan Laut perairan Teluk Tomini dan Laut Seram, diperoieh bahwa pa& tahun 1997 potensi sumberdaya ikan peIagis keciI dm besar masing-masing 397,44 ribu ton per tahun dan 106,51 ribu ton per tahun dengan(20031, potensi sumberdaya ikan pada perairan yang sama diperoleh ikm pelagis kecil dan besar masing-masing 379,44 ribu ton per tahun dan 106,s I ribu ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan masing-masing seksar 1 1 9,43 ribu ton per tahun (3 1,48%) dan 37,46 ribu ton per tahun (35,17Y0) di rnana poteiiji ikan pelagis keciI mengalami penurunan sebesar 18 ribu ton per tahun, sedangkan potensi ikan pelagis besar tidak mengalami perubahn. Ji ka dibandingkan dengan potensi sumkrdaya ikan pada witayah pengelolaan perikanan lainnya, maka perairan Teluk Tomini dan Laut Seram mendudulu mtan keenam untuk ikan pelagis kecii dm urutan keempat untuk ikan
pelagis besar secara nasionai.
Khusus perairan Teluk Tomini yang panjang garis panbinya kurang tebih 1.350 krn dengan luas sekitar 137.700 km' memiliki potensi lestari sebesar 68 ribu ton per
tahun (Dinas Perikanan dm Kelautan SuIawesi Tengah, 200 1 ). Pembangunan perikanan dan kelautan di perairan Teluk Tomini sarnpai saat ini tetap terfokus pada peningkatan produksi tan~kapan, di rnana besarnya produksi untuk Provinsi Sulawesi Tengah barn rnencapai 1 1.936,54 ton per tahun, Provinsi Sulawesi Utara sebesar 12.165,12 ton per
tahun dan Provinsi Gorontala sebesar 14.868,48 ton per tahun (Sadhotorno, 2002). Jenis alat tangkap yang dominan dioperasikan di perairan Teluk Tomini oleh
semua nelayan dari ketiga provinsi tersebut relatif sama, yaitu payang purse seine, jaring insang hanyt, jaring insang lingkar, jaring insang tetap, bagan tetap dan bagan
Khusus alat tangkap purse seine yang beropermi di perairan Teluk Tomini b e d m a n re latif kecil, yaitu panjang dari 250 meter dd 400 meter dan Iebar 60 meter s/d 90 meter dengan jumlah keseluruhan sebesar 159 unrt, yaitu 37 unit & Ymvinsi Sulawesi Ten& 67 unit di Provinsi Gorontalo &n 55 unit di Provinsi Sulawesi Utara (Priono, 2002). Selanjutnya dinyatakan bahwa jumlah prduksi t a n g k a p yang dihasilkan, yaitu purse seine di Yrovinsi Sutawesi Tengab seksar 2.205,8 ton per tahun
dengan upaya sebesar 5.012 trip per tahun, purse seirre di Provinsi GorontaIo sebesar
6.880,5 ton per tahun dengan upaya sebesar I 8.989,7 trip per t a b u dan purse seine di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5.629,5 ton per tahun dengan upaya sebesar 15.537 trip
per d u n .
Hasil evaluasi FAO, dm 16 wilayah perairan laut dunia, sumkrdaya perikanan dan kelautan di perairan lndonesia dinyatakan telnh mencapai puncak pemanfaatannya. Ofeh karena itu, pembangunan perikanan rangkap ke d e p n ti& akan diekspansi seperti tahun-tahun sebeiumnya. lndonesia perlu melakukan upaya pengelolaan
sumberdaya ikan secara febih hatl-hati, sefiingga ikan yang masih ada dapat menjadi modal bagi pemuiihan stok dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan nelayan secara berkelanjutan (Nikijuluw, 2002).
pembangunan perikmm y a q diharaph dapt memperbaiki konhsi sumberdaya dan
kesejahteraan masyarakat perikslnan itu sendiri (Fauzi dan Anna, 2002).
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah clan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1!499 Tentang Perimbangan Keuangan Pkmerinhh
Pusat dan Daerah telah membawa konsekuensi logis terhadap kesiapan setiap daerah untuk menge tola daerahnya sendiri secara otonom. Paradigma otonomi sekarang ini tentunya merupakan suatu tantangan baa setiap daerah untuk lebih memberciayakan diri baik dalam pengelolaan surnberdaya alam maupun surnberdaya manusianya di setiap aspek kehidupan.
Daiam aspek potensi sumberdaya alam, setiap daerah haw memiiih kapabilitas sumberciaya manusia yang &pat diandal kan untuk mengelola potensi tersebut secara profesionaI clan berke tanj utan (sustainable). Demi kian halnya dengan potensi sum berdaya perikanan yang merupakan salah satu komodi tas unggulan sebagai penghasll devisa negam hams drkelola secara bai k dan ari f.
Pada era pemerintahan orde baru kebijakan pada saat itu lebih ditekankan pa& pernbangunan di kawasan daratan (inferland development) dengan mengandalican sub-
sektor penanian yang merupakan era kejayaan revolusi hijau sebagai lokomotif penghasil utama devisa negara di luar sektor non migas. Sekarang ini Lndonesia krada
Meldui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tersebut,
daerah
diberikewenangan untuk mengelola potensi sumberdaya perikanan dan ketautan. Dalam kebijakan tersebut, pemerintah daerah provinsi diberikan kewenangan eksplorasi, eksploitasi, iconsemi, pengelolaan kekayaan taut, pengaturan kepentingan administrasi, tata ruang penegakan hukum, serta bantuan penegakan kearnaw dan kedaulatan negara di dalam wilayah taut sejauh 1 2 mil, yang diukur dari garis pantai ke arah laut lepas atau perairan kepulauan. Sepertiga dari bvilayah tersebut menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupatenlkota ( P a d 3 dan P a d 10). Pelaksanaan
otonorni ini sekaligus memperkuat pergeseran paradigma dari negara teresterial menjadi negara maritim. Tentunya ha1 ini merupakan tantangaa sekaligus peluang bag para
pelaku pembangunan nasional dalam bidang perikanan dan kelautan.
1.2,
Perurnusan MasaIah
Kewenangan pengetolaan sumberday a prikamn dan ketautan secara bekelanjutan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun !999 meliputi ( I ) Kewenangan Pemerintah Daerah KotalKabupaten pa& wi1ayah Iaut sejauh 4 mil, (2) Kewenangan Pemeri ntah Daerah Provi nsi pada \xi l ayah laut setel ah 4 sampai dengan 1 2 mil, dan (3) Kewenangan Pemerintah Pusat pada wilayah tepas pantai setelah 12 mil sampai witayah Zona E konomi EksIusif Indonesia (ZEEI) 200 mil.
Pelaksanaan otonomi daerah sudah berjalan lebih dari ernpat tahun dalam era
reformasi ini , yang k a r t i setiap pemerintah daerah provinsi maupun kabuptenkota sudah mengimplementasih program-program otonomi daiam lirna tahun pertama
masalah dalm berbagai sektor pembanpan sumberdaya, seperti Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SDKP) di perairan Teluk Tomini khususnya masatah kontlik
antar pemerintah daerah menyangkut batas wilayah Iaut dan konflik antar nelayan baik nelayan lokal maupun dengan nelayan pendatang. Di samping itu, kebijakan yang ada belum dapat menyelesaikan berbagai permasalahan internal yang terjadi di kawasan tersebut, ha1 ini terlihat masih : ( 1) rendahnya produksi ikan hasit tangkapan nelayan, yaitu 1 1.936,54 ton per tahun atau rata-rata 1,57 ton per tahun per nelayan jauh lebih rendah jika hbandingkan dengan produksi nelayan secara nasionai sebesar l,Y8 ton per
tahun per nelayan; (2) rendahnya 'kemampuan dan teknoiogi penanganan dan pengolahan hasil perikanan (pascapanen); (3) lemahnya sistem pengawasan dan
penegakan hukum; (4) lemahnya sistem pemasaran produk SDKP dan (5) lemahnya
kebijakan fiskal, moneter dan investasi (Masyahoro, 200 1 ).
Pernasalahan pelaksanaan desentralisasi pengelohan SDKP di kawasan tersebut cukup dimengerti oleh sernua pihak, karena perairan Teluk Tomini saat ini diwilayahi oleh tiga provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Selain itu, h a n g lebih 32 tahun pemerintahan di Indonesia menerapkan sistem kebijakan yang sentralistik dalam segala bidang pembangunan, yang teiah membawa d a m p k negatif terhadap kesiapan dan kemampuan surnberdaya manusia, baik aparatur pemerintah maupun masayarakat daerah sebagai peiaku pembangunan di kawasan pesisir TeIuk Tomini.
garis pantai pesisir Teluk Tomini yang
berada
di wilayah Provinsi Sulawesi T e n d kuranglebih
775km,
ini berarti bahwa Sulawesi Tengah mewilayahi kurang lebih 60%dari panjang garis pantai Perairan Teluk Tomini. Keadaan ini merupakan gambaran
bahwa masyankat di kawasan pesisir Teluk Tomini sebahagian besar bermata pencaharian sebagai penangkap ikan (nelayan), dimma @a tahun 2002 jumlah nelayan yang beroperasi di perairan Teluk Tomini wilayah Provinsi Sulawesi Ten&
sej umlah 20.074 orang. Nelayan tersebut tersebar pada tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Banggai sej umiah 7.099 orang, Kabupaten Poso sejumiah 4.820 orang dan Kabupaten Parigi Moutong sejurnlah 8.155 orang (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah, 2003).
M a s m a t nelayan & perairan Teluk Tomini sebagian ksar masih tergolong tradisional, baik dilihat dari aspek teknologi maupun jenis alat tangkap yang digmakan seperti, pancing d u r (hd line); j a w insang (gillnei); payang; dan bagan (l$ n e f )
serta sebagian kecil meygunakan purse seme.
Perkembangan teknik operasi penangbpan ikan dewasa ini semalun pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dm teknologi, narnun di kawasan perairan Teluk Tomini belum krmakna secara sigifikan. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat adopsi tehologi dan kemampuan modal serta kesadaran nelayan yang masih terbatas. Di samping itu seringnya te rjd konflik-konflik intern1 dalam ha1
pemanfaatan daerah penangkapan fishing grolmnd) dari masing-masing alat tangkap,
baik
yang dimiliki oleh nelayan Iokal maupun oleh nelaym pendatmg. Maraknya aksi-fishing ground sehingga semakin memperlamhat perkembangan perikanan tangkap di kawasan tersebut.
Pembentukan Badan Otorita Tomini
(BOT)
ymg diresmikan batepatan dengan pencartangan Gerakan Nasional Pembangunan Kelautan Perikanan (Gerbang Mina Bahari) oleh PresidenRI
pada Tanggal 11 Oktot>er 2003di
Teluk Tomini sebagaimanadikutip dari siaran pen Departemen Kelautan Dan Perikanan (www.dkp.go. id., 12 Oktober 2003) berfungsi untuk memberikan pelayanan konsultasi teknis tentang pengelolaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan penkanarvkelautan terhadap
ke semua k r a h dalam wilayah Teluk Tomini. Keberadaan
BOT
diharaph mendapt respon yang positif dari pemerintah daerah beserta masyarakat dm elemen stakeholderlainnya, sehingga kernitran antara BOT dm masing-masing pemerintah daerah di
wilayah Teluk Tomini dalam menginplementasikan program-program pembangunan
C
perikanan dan kelautan yang disertai pengawsan dan pengendalian terintegasi antar daerah. Hal tersebut diharapkan dapat k j a l a n secara efektif dan berkelanjutan sehngga permasalahan yang ada saat ini &pat teratasi dengan bsuk, seperti pada subsektor perikanan tangkap, subsektor perikanan budidaya, subsektor pengawasan dm pengendalian sumberdaya hayati laut , dan subsektor peningkatan kapasitas kelembagaan clan pemasaran.
Khusus subsektor perikanan tangkap di perairan Teluk Tomini y ang memiliki banyak masalah sebagai potensi konfli k yang besar, perlu menj adi prioritas utama bagi
BOT
bekerjstsama dengan pemerintah daecah setempat untuk diselesaikan secara ari fMelalui proses pen@cajian dan penyusunan model sistem pengembangan perikanan ta@p akan dapat dihasilkan model sistem pengembangan perilanan purse
seine yang berkelanjutan sebagai salah satu model dasar pengelolaan subsektor perikanan tangkap di perairan Teluk Tomini. Dengan demikian diharapkan dapt mengatasi berbagai persoalan pengelolaan di kawasan tersebut.
Produksi
2. Analisis potensi sumkdaya ikan
dengan metode Surplus Froduksi
3. Analisis bionomi
I
I
BlOTEKNOSOSlONOMl
I
--
-
dst mgkappurse seine
-
r q n-
opaasipenangkapan
2. Prog. Penyuluhan
sosiaiisasi
pengelolazm SDP
sesuai Code of
Conduct for
Responsible Fisbmg
dan keuntunp)
b e d a d a m kriteria investasi
Pengembangan Perikanan
Purse Seine BerkeIauiutan I
.)
Regdasi P e r i h m q
sesuai Code of
1.3,
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perurnusan masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji strukt ur dan perilaku output
-.
model sistem dalam merespon ptensi sumberdaya ikan yang tersedia, serta merumus kan berbagai altematif kebijakan &lam pengembangan peri kanan purse seme
yan g berkelanjutan dengan sasaran peningkatan kesejahteraan nelayan dan pendapatan asli daerah.
Tujuan mum tersebut akan dijawab melaiui tujuan
khusus
dengan penekanan :( 1 ') Mem bangun model sistem pengembangan peri kanan purse seine berdasarkan
kri teria bioteknososionom i &lam kerangka pemanfaatan sum berdaya perikanan krkelanj utan;
(2) Menentukan alokasi optimum unit penangkapam purse seine berdasarkan analisis
potensi dm bionomi sumberdaya ikan;
(3) Menentukan faktor-faktor tek-nis produksi yang berpengaruh terhadap hasi l tangkapan purse serne;
(4) Menentukan optimasi pengembangan perikanan purse seine berdasarkan metode Linear Programnlmg.
2.
I. Keadaan Umum
Daerab
Penelitian
Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) m e r u m h i 1 pnekaran daii
Kabupaten Donggala b e r k k a n Undang-Undang Nomor 1 4 Tahun 2002 y ang awalnya hanya terdiri atas beberapa kecamatan. Saai ini Kabupten Parimo terdiri atas 6 kecamatan dan 108 desa belum termasuk desadesa persiapan. Dalarn proses perjalanannya, pemerintah bersama masyarakat Kabupaten Parimo pa& satu tahun terakhir telah melakukan berbagai kegiatan pembanpan, baik yang bersi fat fisik
maupun non fisik.
Pembangungan yang bersifat fisik terdiri atas bangman -toran badan dan dinas, rumah ibadah, jalan kota dan desa serta renovasi terhadap beberapa sarana sekiumnya seperti bangunan sekolah, felabuhan Parig dan beberapa Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Sementara pembangunan non fisik seperti kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial budaya iainnya tetap berlangsuq secara damai (BPS Parimo, 2003).
2.1.1.
Keadaan
Geografis
ditandai dengan pelantikan bupati 01th Gukrnur Sulawesi Tengah. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupkn Bualemo Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Toli-Toli, sebelah selatan dengan Kabupaten Poso, sebelah barat dengan Kabupaten Donggala clan Kota Palu, serta seij;eiah timur dengan perairan TeIuk Tomini (BPS Parimo, 2003).
2.1.2.
Keadaan Umurn Perikanan
ffibupaten
Parigi
Moutong
Kabupaten Parimo dengan laut seluas 3.496,58 km2 memiliki potensi sumberdaya ikan lestari senilai 27 ribu ton per tahun yang terdiri atas kelornpk ikan pelgis besar dan kecil, ikan demersal dan ikan karang (Dinas Perikanan dan Kelautan Parigi Moutong, 2003).
Secara historis perairan Teluk Tomini wilayah Parimo Kabupaten Donggala sejak dahulu telah dimanfaatkan oleh nelayan untuk menangkap ikan dengan mengg unakan berbagai jenis alat tangka p. Kompsisi hasil tangkapan y ang dipemleh nelayan terdiri atas kelompok ikan pelagis ksar dan kecil yang didominasi oleh ikan tongkol, ikan cakalang, ikan tuna, ikan teri, ikan ternbang, ikan Iayang, dan ikan
kernbung, sedangkan ikan demersal didominasi oleh ikan kakap, ikan kerapu, ikan lentjam dan biji nangka (Dims Perikanan dan Kelautan Parigi Moutong, 2003).
2.2.
Fasilitas Penunjang
Perikanan
Tangkap
2.2.1.
KUD
Mina Tomini
KUD ini berada di Kecamatan Parigi yang dihrikan pda tanggal 20 Maret 1997
bedasarkan Undang-Undang
No
14 Tahun 2002 tentang pembentuka Kabupaten Parigi Moutong.KUD
ini berfungsi menyediakan BBM solaruntuk
operasipenangkapan i kan, pengadam pangan dan usaha perkreditan (simpan pinj am). Rencana awal dari pendirian
KUD
ini adatah berfungsi sebap peiaksana pelelangan ikan di TPL Boyongtogo, namun karena adanya Instruksi Menteri Dalam Negeri No 10 Tahun 1998Tertanggal 23 Mar& Tentang Pencabutan Peraturan Daerah tingkat I dan tin&t 11 mengenai pajak dan retribusi daerah, maka KUD ini kralih fungi untuk usaha lainnya.
2.2.2.
Tempat Pelelangan
ikan
(TPI)
Tempat pelelangan ikan didirikan pada tahun 198 1 ketika itu Desa Boyongongo Kecamatan Parigi masih di halvah pernerintahan Kabupaten Daerah Tingkat
LI
Donggala. TPI ini b e h n g i sebagai tempat peielangan ikan, pembinaan dan penyuluhan nelayan serta pengumpulan data statistik. Perairan pantai di sekitar wilayah TPl merupakan pelabuhan sebagai fishing buse dari kapal perikanan purse selne. Kelemahan dalam proses tramhi jual beli hail tanglapan di TPI tersebut adalah tidak adanya standar harga dan setiap jenis ikan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat,
sehingga harga ikan cukup berfluk-masi dari waktu kewaktu.
2.2.3,
Industri Pengalahan Ikan
ikan dari industri tersebut banyak sehingga sebagan dari hasil tangkapan nelayan dibeli
oleh industri tersebut.
2,2.4.
Pabrik Es
Kebutuhan es nelayan disuplai oleh pabrik es CV. Cahaya Tomini di Kota Parigi
yang be jarak kurang lebih 5 km dari TPI Boyongtongo. Kapasitas produksi dari pabrik
es tersebut sebesar 700 balok per hari dan jumlah ini sudah mencukupi kebutuhan es
nelayan di Kota Parigi dan sekitarnya.
2.2.5.
Bank
Sampai saat ini a& 4 buah bank yang berada di Kabupaten Parimo yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Danamon dan Bank Daerah Suiawesi Tengah. BRI dm BNI menyedialcan fasilitas kredit kepada para nelayan dm pengusaha penangkapan ikan.
2.3,
Deskripsi Iksln Lagang
(Decuptenrs
sp,)
Nontji (1993) menyatakan bahwa dl perairan Indonesia terdapat lima jenis ikan layang yang umum, yakni Decapterus m ~ e l l i , Decnpteruc kurroides, D e c a p e m ~
Iujung, Decuptems mucrosumu dun Decrrpterus rnumt~d~'~. Namun dari kelima spesies
tersebut hanya Decaptertts rmselli yang mempunyai daerah s e h yang luas di hdonesia. Decaptertls lajang senang hldup di perairan dangkal seperti di laut Jawa
(termasuk Selat S u n k Selat Madura dan Selat Bali), Selat Makassar, Ambon dan
Makassar dan Kepulaum Sangir Talaud. Decapfem~ kwroiaks terdapat di Seiat Bali, Labuhan dan pelabuhan Ratu. Decopterus m a d i termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti Laut Banda. Ikan ini dapat tertangkap pada
kedalaman 100 m atau lebi h. . -,
Ikan layang (Decaprem spp.) terutama terkonsentrasi di perairan utara Jawa,
utara dan selatan Sulawesi. Daerah penyebarannya mulai dari barat Sumatera, selatan Jawa, timur, selatan dan barat Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997).
Saanin (1984) menyatakan W w a ikan Iayang memiiiki kntuk seperti cerutu dan sisik yang sangat halus. Pada kondisi tubuh yang demikian, ikan layang (Decapterus spp. ) marnpu berenang den* k e e p t a n tinggi di dalam laut (Gambar 2). Uecuprerus russelli m e m p q a i bentuk mbuh yang memanjang d m agak gepeng, sedangkan Decapierm mucrosuma mempunyai bentuk rubuh yang menyerupai cerutu.
Keduanya merniliki bintik futam pada bagian tepi ingsangnya dan masing-masing
terdapat sebuah sirip tam- wnlc9 pada bagian belakang sirip punggung (dorsal) dan sirip dubur (anal). Pada bagian belakang garis sisi (iuteral line) terdapat sisik yang
berlingir (laferal scuie).
Klasifikasi ikan layang menurut Saanin ( 1984) addah:
Phyllum : Chordata;
Sub f hyllum : Vertebrata; Class : Pisces;
Divisi : Perciformes; Sub Divisi : Carengi;
Genus : Uecapterus;
Spesies : Decapfertrs msselli, (Ruppel)
Uecapter~rs macrosoma, (Bleeker)
irlccaptcrtts Iqjung, (Bleeker) Uecaprerus kurroides, ( B leeker)
~ec~1p~eru.crnaruads1, (Ternininch dan Schlegel).
Ketermgan :
Panjang t d : 25,5 cm
Panjang fork - 23 cm Lingkarbadm : 1 1 m
Gambar 2 : &an layang (Deuptenu. msclli)
Saanin (1984) menyatahan bahwa. Decupterus russelli memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras 8, sirip punggung kedua be jari-jari keras 1 dan 30 - 32 j ari-
jari lemah. Sirip dubur (anal) terhri atas 2 jari-jari keras sedang, 1 jari-jari keras bergandeng dengan 24
-
27 jari-jari lemah. Lateral scute ada 40 buah dengan lebar 0,2bawahnya bmwama keperakan. Pada tutup i m g (opemilurn) terdapat sebuah titik hitam dengan sirip yang berwarna kekuningan atau kecoklatan.
Nontji (1993) menyatakan bahkva, Decapterus spp. suka hidup pada perairan dengan variasi salinitas yang sempit (stenohaline) dengan saiinitas berkisar 3 1 - 33 ppt. M a k s m ukmanya adalah moplankton, meskipun terkadang ikan kecil sperti teri (Sfolephorw spp.) dan japuh (Dussumieria acuta).
2.4,
Deskripsi
Ikan
Kembung
(Rustrelliger
spp*)
Ikan kembung termsuk ke dalarn kelompok ikan pelagis kecil yang terdiri atas tiga spesies, yaitu kernbung lelaki (Rrrstrelligccr kunugurtu), kembung perempuan
(Rastrelliger nedectus) atau (Rastrelligcr b racliysoma).
Nontji (1993) menyatakan bahwa bentuk tubuh ikan kembung lelaki
(Rmfrelliger kclnagurru) langsing agak panjang dengan wama yang Iebih ccrah, punggung krwarna biru kemauan dan bawahnya berwarna putih kekuningan serta terdapat bintik hitam pada sepanjmg punggungnya (Gambar 3). Sebaliknya kembung perempuan (Rmtrell iger braclryso~na) mernili ki tubuh yang lebi h lebar dan lebi h pendek, b e m m a bi ru kehijauan pada bagi an punggungnya dan puti h perak pada bagian prutnya. Bintik hitarn terdapat pada bagian di atas garis rusuk, warm sirip punggung (dorsal) pertama kuning keabuan dan gelap pa& bagian pinggirnya, kuning mu& pada sirip dada (pectoral) dan sinp perut (venrral), sedangkan sirip dubur (anal) dm sirip
PhyIIum : Chordata;
Sub Phyllum : Vertebrata;
Class : Pisces;
Sub Class : Teleostei; Ordo : Percornorphi;
Sub Ordo : Scombridae;
Famili : Scombridae;