• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basisgigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan Yang Berbeda Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Kaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basisgigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan Yang Berbeda Dengan dan Tanpa Penambahan Serat Kaca"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN

BASISGIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANASDENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA

DENGANDAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CHRISTO B.S

NIM : 070600060

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2011

Christo B.S

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Berbeda dengan dan tanpa Penambahan

Serat Kaca

xii + 62 Halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan

gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini mempunyai

kelemahan yaitu mudah fraktur. Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis

gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Namun

basis yang tebal menyebabkan timbulnya masalah di rongga mulut pasien. Usaha lain

yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan kekuatan

basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat kaca. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan

serat kaca.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini

dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan tiga ketebalan yang

berbeda dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5

mm dan 65 mm x 10 mm x 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca 1 %.

(3)

tanpa penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok

ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm) dan 27 sampel resin akrilik

dengan penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok

ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm). Untuk mengetahui perbedaan

kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan

uji ANOVA satu arah. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

penambahan serat kaca dilakukan uji-t independen.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal yang

signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05).

Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat

kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang

signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dengan nilai p

berturut-turut pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm adalah p = 0,001 (p<0,05), p

= 0,010 (p<0,05) dan p = 0,001 (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan

ketebalan basis gigitiruan dan penambahan serat kaca dapat meningkatkan kekuatan

(4)

terlalu tebal dapat diatasi dengan menambahkan serat kaca pada basis gigitiruan yang

lebih tipis sehingga menghasilkan kekuatan transversal yang tetap tinggi.

(5)

PERBEDAAN KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN

BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI

PANAS DENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA

DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

CHRISTO B.S

NIM : 070600060

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Agustus 2011

Pembimbing Tanda Tangan

1. Syafrinani,drg.,Sp.Pros (K) ...

NIP : 19570831 198503 2 002

2. Ariyani, drg. ...

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 2 Agustus 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Eddy Dahar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. M.Zulkarnain, drg., M.Kes

2. Syafrinani,drg., Sp.Pros (K)

3. Ariyani, drg

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai

disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua

orangtua tercinta yaitu papa (Biston Simanjuntak) dan mama (Susi Margaretha Lubis)

yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat

dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada kedua adik penulis Joy Andrey Simanjuntak dan Daniel Donaldo

Simanjuntak. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Iiyani Henyda

Tarigan untuk cinta kasih, perhatian, doa dan keberadaannya yang selalu ada untuk

penulis.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku dosen pembimbing pertama skripsi

penulis sekaligus Ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU yang telah banyak

memberikan masukan, bimbingan, motivasi, dan perhatian kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat selesai dengan baik

2. Ariyani, drg selaku dosen pembimbing kedua skripsi penulis yang telah

banyak memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis

(9)

3. Prof. Nazaruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku koordinator

skripsi yang memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di

FKG-USU.

5. EddyDahar,drg.,M.Kes selaku ketua tim penguji,M.Zulkarnain,drg.,M.Kes

dan Siti Wahyuni,drg sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan

masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Abdullah Oes, drg selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

7. Seluruh staf pengajar serta karyawan Departemen Prostodonsia atas

motivasi dan bantuan sehingga skripsi ini berjalan lancar.

8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam

pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

9. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes.,atas bantuannya dalam analisis statistik.

10. Teman-teman yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen

Prostodonsia : Desi Watri, Chihargo, Jefry, Wee Chun, Stefani, Umaiyal, Ika Astrina,

Sandra, Evi Soviani , atas dukungannya dan bantuannya selama penulis mengerjakan

skripsi.

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis Ivan Salomo, Tri Sari DP, Jessica N.S,

(10)

angkatan 2007 yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

dan dukungan yang diberikan. Teman-teman KTB dan sepelayanan penulis yang juga

namanya tidak bisa disebutkan penulis satu-persatu atas perhatian dan doa-doanya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan

memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf

yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan

penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

Medan, 2 Agustus 2011 Penulis,

(Christo B.S)

(11)

DAFTAR ISI

1.4 Hipotesis Penelitian………... 6

1.5 Tujuan Penelitian... 6

1.6 Manfaat Penelitian... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ………. 8

2.1.1 Pengertian………... 8

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan... 8

2.1.2.1 Logam………... 8

2.1.2.2 Non-Logam………... 9

2.1.2.2.1 Thermo-plastic... 9

2.1.2.2.2 Thermo-hardening……….. 9

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas………... 11

2.2.1 Komposisi………... 11

2.2.2 Manipulasi………... 12

2.2.3 Keuntungan... 13

2.2.4 Kerugian... 14

2.2.5 Sifat-sifat Mekanis... 14

(12)

2.2.5.2 Kekuatan Geser... 15

2.2.5.3 Kekuatan Fatique... 16

2.2.5.4 Kekuatan Impak... 16

2.2.5.5 Kekuatan Transversal... 17

2.3 Usaha Penanggulangan Fraktur... 18

2.3.1 Penambahan Ketebalan Basis Gigitiruan... 19

2.3.2 Penambahan Serat Kaca... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 26

3.2 Sampel Penelitian... 26

3.3 Besar Sampel... 27

3.4 Variabel Penelitian... 27

3.4.1 Variabel Bebas... 27

3.4.2 Variabel Terikat... 27

3.4.3 Variabel Terkendali... 28

3.5 Defenisi Operasional... 28

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian... 30

3.6.1 Waktu Penelitian... 30

3.8.1.1 Pembuatan Sampel Kelompok A... 33

3.8.1.1.1 Pembuatan Mold... 33

3.8.1.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold... 36

3.8.1.1.3 Kuring... 37

3.8.1.1.4 Penyelesaian... 37

3.8.1.2 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C... 37

3.8.1.3 Pembuatan Sampel Kelompok D, E dan F... 38

3.8.2 Penentuan Kekuatan Transversal... 39

(13)

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat Kaca... 42 4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 43 4.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat Kaca... 45 4.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 46 4.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

Penambahan Serat Kaca... 47

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian... 49 5.2 Hasil Penelitian... 49

5.2.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm

tanpa Penambahan Serat Kaca... 49 5.2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas dengan Ketebalan1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm

dengan Penambahan Serat Kaca... 51 5.2.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm,

2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca... 52 5.2.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm,

2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca... 53 5.2.5 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan ketebalan yang sama

dengan dan tanpa Penambahan Serat Kaca... 55

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 58 6.2 Saran... 59

DAFTAR RUJUKAN... 60

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa

Penambahan Serat ... 43

2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan

Penambahan Serat Kaca... 45

3 Hasil Uji Anova Satu Arah pada Kekuatan Transversal RAPP dengan Ketebalan yang berbeda tanpa

Penambahan Serat Kaca... 46

4 Hasil Uji Anova Satu Arah pada Kekuatan Transversal RAPP dengan Ketebalan yang Berbeda dengan

Penambahan Serat Kaca... 47

5 Hasil Uji-t pada Kekuatan Transversal RAPP dengan Ketebalan yang Sama dengan dan tanpa

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Serat Kaca Bentuk Batang………... 22

2 Serat Kaca Bentuk Anyaman... 23

3 Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil... 24

4 Ukuran Batang Uji... 26

5 Vibrator (Pulsar-2, Filli Manfredi, Italia)... 32

6 Waterbath (Filli Manfredi, Italia)... 32

7 Penanaman Model Induk (65 mm x 10 mm x 1,5 mm) pada Kuvet Bawah... 34

8 Mold... 35

9 Mold yang Telah Diolesi Could Mould Seal... 35

10 Kuvet Dibuka Kembali dan Kelebihan Akrilik dipotong dengan Lekron ... 36

11 Sampel Kelompok A Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 37

12 Gambar Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic Universal Testing Machine Japan)... . 40

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia

Tahun 2011

Christo B.S

Perbedaan Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas dengan Ketebalan yang Berbeda dengan dan tanpa Penambahan

Serat Kaca

xii + 62 Halaman

Bahan basis gigitiruan yang umumnya dipergunakan dalam pembuatan

gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas, tetapi bahan ini mempunyai

kelemahan yaitu mudah fraktur. Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis

gigitiruan dapat ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Namun

basis yang tebal menyebabkan timbulnya masalah di rongga mulut pasien. Usaha lain

yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan meningkatkan kekuatan

basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat kaca. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan

serat kaca.

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini

dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan tiga ketebalan yang

berbeda dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5

mm dan 65 mm x 10 mm x 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca 1 %.

(18)

tanpa penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok

ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm) dan 27 sampel resin akrilik

dengan penambahan serat kaca dengan jumlah 9 sampel pada setiap kelompok

ketebalan yang berbeda (1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm). Untuk mengetahui perbedaan

kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan

uji ANOVA satu arah. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

penambahan serat kaca dilakukan uji-t independen.

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kekuatan transversal yang

signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05).

Ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat

kaca dengan p = 0,001 (p < 0,05). Ada perbedaan kekuatan transversal yang

signifikan pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat kaca dengan nilai p

berturut-turut pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm adalah p = 0,001 (p<0,05), p

= 0,010 (p<0,05) dan p = 0,001 (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan

ketebalan basis gigitiruan dan penambahan serat kaca dapat meningkatkan kekuatan

transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Masalah yang terjadi di

(19)

terlalu tebal dapat diatasi dengan menambahkan serat kaca pada basis gigitiruan yang

lebih tipis sehingga menghasilkan kekuatan transversal yang tetap tinggi.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada

jaringan lunak rongga mulut dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Basis

gigitiruan secara umum memiliki syarat seperti: tidak toksis, tidak mengiritasi, tidak

larut dalam cairan mulut, cukup kuat, cukup kenyal, biokompatibel dan memiliki

ketebalan yang optimum.2 Pada dasarnya, bahan yang digunakan untuk pembuatan

basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam. 3,4

Bahan basis gigitiruan non-logam berdasarkan ada tidaknya perubahan kimia

yang terjadi dalam proses dan pembuatannya dibedakan menjadi dua yaitu

thermo-hardening dan thermo-plastic.4 Bahan thermo-plastic adalah bahan yang tidak

mengalami perubahan kimia dalam proses pembentukannya, contoh: seluloid,

selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, nilon dan resin akrilik. Bahan

thermo-hardening adalah bahan yang mengalami perubahan kimia dalam proses dan

pembentukannya, contoh : fenol-formaldehid, vulkanit dan resin akrilik.4,5 Resin

akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin

akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas.2,4-6

Sejak tahun 1940-an, 90-95 % basis gigitiruan dibuat menggunakan resin

akrilik polimerisasi panas.5,6 Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi

bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau gelombang

(21)

bubuk dan cairan. Komponen bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil-metakrilat)

pra-polimerisasi, sejumlah kecil benzoil peroksida dan sedikit pigmen tercampur dalam

butir poli(metil-metakrilat). Komponen cairan didominasi oleh metil-metakrilat tidak

terpolimerisasi dengan sejumlah kecil hidroquinon dan kadang-kadang terdapat bahan

untuk memacu cross-link, seperti etilen glikodimetakrilat. Resin jenis ini diproses dan

dibentuk dengan teknik molding-tekanan.2,5,7

Resin akrilik sangat populer dipakai sebagai bahan basis gigitiruan oleh

karena bahan ini memiliki banyak kelebihan.9-12 Namun, menurut David dkk (2007),

selain memiliki banyak kelebihan, resin akrilik juga memiliki kekurangan yakni

mudah fraktur bila jatuh pada permukaan yang keras dan akibat kelelahan bahan

menerima tekanan pengunyahan di dalam mulut.11

Meskipun teknologi kedokteran gigi terus meningkat dengan pesat, masalah

fraktur basis gigitiruan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Hal ini

dapat dilihat dari jumlah kasus fraktur basis gigitiruan yang terus bertambah. Menurut

survei yang dilakukan oleh National Health Service, dari tahun 1948 sampai pada

tahun 1990 terdapat 34,9 juta gigitiruan yang fraktur.13-15 Fraktur pada basis

gigitiruan dihasilkan dari dua kekuatan berbeda yakni kekuatan impak dan kekuatan

transversal (fleksural). Kekuatan impak menyebabkan kerusakan seketika atau fraktur

basis gigitiruan akibat dari satu pukulan yang keras. Hal ini sering terjadi di luar

mulut, dimana satu pukulan yang keras didapat pada saat basis gigitiruan jatuh secara

tiba-tiba ketika membersihkan basis gigitiruan, batuk atau bersin.13,16 Kekuatan

(22)

kekuatan geser. Kekuatan-kekuatan ini secara berulang-ulang terjadi di dalam mulut

yang dapat menyebabkan fraktur khususnya fraktur pada daerah midline.15,17

Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat

ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Menurut Tarik dkk

(2009), basis gigitiruan resin akrilik yang lebih tebal memiliki kekuatan transversal

yang lebih besar. Tarik dkk membuat sampel dengan tiga ketebalan yang berbeda.

Pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm, 3 mm berturut-turut dihasilkan kekuatan transversal

sebesar 750 Kg/cm2, 821,38 Kg/cm2 dan 938,95 Kg/cm2. Semakin tebal basis

gigitiruan, semakin besar pula kekuatan transversalnya.18 Namun basis yang tebal

menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien dan banyak menimbulkan masalah

di dalam rongga mulut19-21 Dalam pembuatan gigitiruan, ketebalan basis tergantung

kepada bentuk anatomi dan resorpsi linggir alveolaris, tidak mungkin dengan satu

ketebalan yang sama. Menurut Kimura dkk (1992), ketebalan basis gigitiruan pada

daerah palatal dan bukal berkisar 1,5 milimeter dan daerah alveolar berkisar 3-4,5

milimeter. Haslinda (1996) dalam penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan

kekuatan transversal yang signifikan pada ketebalan sampel 1,5 mm, 3 mm dan 4,5

mm.22

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya fraktur dan

meningkatkan kekuatan basis gigitiruan adalah dengan penambahan serat penguat.

Hasil penelitian tentang serat penguat seperti serat karbon, serat aramid, serat

polietilen dan serat kaca menghasilkan hasil yang bervariasi di dalam meningkatkan

kekuatan basis gigitiruan. Serat penguat yang umum digunakan pada basis gigitiruan

(23)

akrilik, mudah dimanipulasi, memiliki estetis yang baik, dan memiliki ikatan kimia

yang baik dengan resin akrilik. 23-25

Berdasarkan bentuknya serat kaca dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu

batang, anyaman, dan potongan kecil. Pemakaian serat kaca berbentuk potongan kecil

lebih praktis dan lebih tersebar merata pada resin akrilik.26 Gulay U dkk (2001),

menyatakan kekuatan transversal resin akrilik yang ditambah serat kaca anyaman

sedikit lebih besar dari serat kaca potongan kecil.27 Vallitu (1996) menyatakan

penambahan serat kaca pada basis gigitiruan resin akrilik dapat meningkatkan

kekuatan transversal basis gigitiruan.28 IH Tacir dkk (2006) dan Rinda M dkk (2006),

menyatakan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca memiliki kekuatan transversal

yang secara signifikan lebih besar daripada resin akrilik yang tidak ditambahkan serat

kaca.23,28 Sanjiv RD dkk (2008), menyatakan kekuatan transversal resin akrilik yang

ditambahkan serat kaca yang direndam terlebih dahulu di dalam silane coupling agent

lebih besar dari serat kaca yang langsung direndam di dalam monomer.11

1.2 Permasalahan

Resin akrilik masih tetap menjadi pilihan sebagai bahan pembuat basis

gigitiruan. Namun, basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas lemah terhadap

kekuatan impak dan transversal sehingga mudah fraktur. Usaha yang dilakukan untuk

menanggulangi masalah fraktur tersebut, salah satunya dengan menambah ketebalan

basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Namun basis gigitiruan yang lebih

tebal menyebabkan perasaan yang tidak nyaman pada pasien. Usaha lain yang dapat

(24)

agar memiliki daya tahan yang tinggi terhadap fraktur adalah dengan penambahan

serat kaca. Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan apakah dengan ketebalan

basis gigitiruan yang berbeda dengan atau tanpa penambahan serat kaca akan

menghasilkan kekuatan transversal bahan basis resin akrilik polimerisasi panas yang

berbeda.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

2. Berapa besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

3. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat

kaca.

4. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat

kaca.

5. Bagaimana perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

penambahan serat kaca.

(25)

1. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat kaca.

2. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat kaca.

3. Ada perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan serat

kaca.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan serat

kaca.

2. Untuk mengetahui besar kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan serat

kaca.

3. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa penambahan

serat kaca.

4. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan penambahan

(26)

5. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa

penambahan serat kaca.

1.6 Manfaat Penelitian

1.Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dokter gigi dalam usaha

mengatasi fraktur basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Untuk mendapatkan ketebalan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas yang minimum dengan kekuatan transversal yang optimum.

3. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan

lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Berbagai macam bahan

telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, ivori,

keramik, logam, logam aloi dan berberapa jenis polimer. Perkembangan yang pesat

dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan

bahan alami menjadi penggunaan resin sintesis dalam pembuatan basis gigitiruan.19

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan dibagi ke dalam dua

kelompok, yaitu logam dan non logam. 3,4

2.1.2.1Logam

Bahan yang digunakan sebagai basis gigitiruan pada umumnya berupa

aluminium kobalt, logam emas, aluminium, dan stainlesss steel.4 Meskipun bahan

logam memiliki kekuatan yang baik, tahan terhadap fraktur dan abrasi, tetapi bahan

ini mempunyai kelemahan seperti pembuatannya memerlukan biaya yang mahal serta

(28)

2.1.2.2Non-Logam

Basis non logam dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan ada tidaknya

perubahan kimia yang terjadi dalam proses pembentukannya, yaitu:2,3

1. Thermo-plastic

2. Thermo-hardening

2.1.2.2.1 Thermo-plastic

Bahan thermo-plastic adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia

dalam proses pembentukannya. Produk yang dihasilkan serupa dengan bahan dasar,

hanya saja terjadi perubahan dalam bentuknya. Bahan ini dapat dilunakkan dengan

panas dan dibentuk menjadi bentuk yang lain. Jenis bahan dari kelompok ini yang

digunakan sebagai bahan basis gigitiruan antara lain: seluloid, selulosa nitrat, resin

vinil, nilon, polikarbonat, dan resin akrilik.3,4

2.1.2.2.2 Thermo-hardening

Bahan basis thermo-hardening adalah bahan basis yang mengalami perubahan

kimia dalam proses dan pembentukan. Hasil produk tersebut berbeda dari bahan dasar

setelah diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan dengan panas ataupun dibentuk

kembali. Contoh bahan thermo-hardening adalah fenol-formaldehid, vulkanit, dan

resin akrilik.3,4

Bahan fenol-formaldehid lebih dikenal dengan Bakelite yang merupakan suatu

kondensasi polimer yang terbentuk dari reaksi antara fenol dan formaldehid. Pada

tahun 1924, bahan ini mulai diperkenalkan sebagai salah satu bahan pembuatan basis

(29)

warna, estetis yang kurang, sulit dipreparasi, memiliki kekuaan impak yang rendah,

serta lebih sulit dalam pembuatannya.2,4

Vulkanit pertama kali digunakan sebagai bahan basis gigitiruan pada tahun

1855 dan selama bertahun-tahun cukup banyak digunakan sebagai bahan basis

gigitiruan dibandingkan dengan bahan lain yang tersedia.3,19 Vulkanit tidak

mengiritasi, tidak bersifat toksis dan mempunyai sifat-sifat mekanis yang sangat baik.

Namun bahan ini mempunyai kekurangan seperti: estetis yang jelek karena sifat opak

dari karet, mengabsorpsi saliva sehingga bahan menjadi tidak higienis oleh karena

terjadinya proliferasi bakteri, dapat terjadi perubahan dimensi serta dapat

menyebabkan stomatitis.2,4

Resin akrilik (poli(metil-metakrilat)) adalah rantai polimer yang terdiri dari

unit-unit metil metakrilat yang berulang.17 Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga

jenis yaitu : 3,4,10,11

1. Resin akrilik polimerisasi sinar yaitu resin yang diaktivasi menggunakan

sinar yang terlihat oleh mata, menggunakan empat buah lampu halogen tungsten yang

menghasilkan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm. Bahan ini digambarkan

sebagai suatu komposit yang memiliki matriks uretan dimetakrilat, silika ukuran

mikro, dan monomer resin akrilik berberat molekul tinggi. Butir-butir resin akrilik

dimasukkan sebagai bahan pengisi organik. Sinar yang terlihat oleh mata adalah

aktivator, sementara camphoroquinone bertindak sebagai aktivator polimerisasi. 4,10,11

(30)

aktivator kimia sehingga tidak memerlukan energi termal dan dapat dilakukan pada

temperatur ruangan. Komposisinya sama dengan resin akrilik polimerisasi panas

kecuali pada komponen cairannya mengandung bahan aktivator seperti

dimetil-para-toluidin.4,11

3. Resin akrilik polimerisasi panas yaitu resin yang polimerisasinya

menggunakan energi panas lewat pemanasan air atau oven gelombang micro

(microwave). Pada umumnya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas digunakan dalam pembuatan hampir semua

basis gigitiruan karena estetisnya yang baik, mudah dimanipulasi dan ekonomis.

Namun resin ini memiliki kelemahan yakni mudah fraktur. Energi termal yang

diperlukan untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan

menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro (microwave). Kebanyakan

sistem resin poli(metil-matakrilat) terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Resin

jenis ini diproses dan dibentuk dengan teknik molding-tekanan.4,9-12

2.2.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:2,5,19

a. Bubuk

Polimer : butiran atau granul poli(metil-metakrilat)

Inisiator peroksida : berupa 0,2-0,5 % benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pigmen organik sekitar 1%

(31)

b. Cairan

Monomer : metil metakrilat

Cross-linking agent : etilen glikoldimetakrilat

Inhibitor : sekitar 0,006 % hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya

polimerisasi selama penyimpanan

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas pada umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik molding-tekanan.5 Pencampuran bubuk dan cairan

dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2 : 1 dilakukan di dalam

tempat yang tertutup lalu dibiarkan hingga mencapai dough stage.2,5,7

Pada saat pencampuran ada empat tahap yang terjadi yaitu:2,5

1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang meyerupai pasir basah.

2. Sticky stage adalah saat bahan akan melekat ketika bubuk mulai larut dalam

cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah tahap dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan

tidak melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam

mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah berwujud seperti karet dan tidak dapat dibentuk

dengan tekanan konvensional.

Setelah adonan resin akrilik mencapai dough stage, adonan diisikan dalam

mold gips. Setelah pengisian adonan, dilakukan tekanan pres pertama sebesar 1000

(32)

dilakukan tekanan press terakhir mencapai 2200 psi lalu kuvet dikunci.32 Selanjutnya

kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian kuvet dipanaskan pada suhu 70°C

dipertahankan selama 30 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 100°C dan

dipertahankan selama 90 menit. Setelah itu pelan-pelan diturunkan hingga sama

dengan suhu ruangan.31

2.2.3 Keuntungan

Keuntungan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah

sebagai berikut:9,10,12

1. Estetis yang optimum

2. Mudah dimanipulasi

3. Mudah dipoles

4. Mudah direparasi

5. Harga relatif murah

6. Stabil dalam lingkungan rongga mulut

7. Tidak larut dalam cairan rongga mulut

8. Perubahan dimensinya kecil

9. Tidak mengiritasi jaringan

2.2.4 Kerugian

Kerugian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah

(33)

1. Kekuatan terhadap benturan rendah

2. Kekuatan fleksural rendah

3. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut

4. Tidak tahan abrasi

5. Konduktivitas termal rendah

2.2.5 Sifat-sifat Mekanis

Sifat-sifat mekanis adalah respon yang terukur, baik elastik (reversibel/dapat

kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepaskan) maupun plastis (ireversibel/tidak

dapat kembali ke bentuk semula) dari bahan bila terkena gaya atau distribusi

tekanan.5 Akibat yang dapat ditimbulkan dari bahan basis gigitiruan resin akrilik

dengan sifat mekanis yang rendah adalah :

a. Retak : pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak karena adanya

tekanan tarik yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul primer.

b. Fraktur : gigitiruan resin akrilik dapat mengalami fraktur yang disebabkan

karena benturan (impact) misalnya terjatuh pada permukaan yang kasar, fatique yang

terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama

pemakaian dan kekuatan transversal yang diterima basis gigitiruan selama proses

pengunyahan.

(34)

Kekuatan tarik adalah ukuran kekuatan suatu bahan ketika bahan tersebut

menerima beban yang cenderung merenggangkan atau memperpanjang bahan

tersebut. Kekuatan tarik umumnya ditentukan dengan meletakkan suatu bahan

berbentuk panjang, kawat atau bentuk dumbbell terhadap gaya tarik (uji tarik satu

sumbu). Uji ini hanya dapat digunakan pada bahan yang umumnya menunjukkan

deformasi elastik dan sedikit atau tanpa deformasi plastis. Uji kekuatan tarik cukup

mudah dilakukan, namun penggunaan uji ini pada bahan yang menunjukkan

kecenderungan mengalami deformasi plastis sebelum terjadi fraktur menghasilkan

kesalahan dalam penentuan kekuatan tarik yang tinggi.5

2.2.5.2 Kekuatan Geser

Kekuatan geser adalah beban maksimal yang masih dapat ditahan oleh suatu

bahan sebelum bahan itu fraktur ketika mendapatkan tekanan geser. Tekanan geser

dapat dihasilkan dengan memberikan gerak memutar atau memilin pada suatu bahan.

Kekuatan geser menjadi sangat penting ketika meneliti hubungan antara dua bahan

misalnya keramik dengan logam atau implan dengan jaringan mulut.5,39

Salah satu metode untuk mengukur kekuatan geser suatu bahan kedokteran

gigi adalah dengan metode pukulan dimana beban aksial diberikan untuk mendorong

bahan yang satu ke bahan yang lain. Menurut Jhon dkk (2006), besar kekuatan geser

basis gigitiruan resin akrilik adalah sekitar 1244,05 Kg/cm2.39

(35)

Kekuatan fatique adalah ukuran kekuatan suatu bahan ketika bahan tersebut

menerima beban yang diberikan secara berulang-ulang hingga dapat menyebabkan

fraktur pada bahan tersebut. Kekuatan fatique diuji di laboratorium dengan cara

memberi sebanyak-banyaknya gerakan menekuk atau memilin terhadap suatu sampel

dan menghitung jumlah putaran (N) yang dapat diterima oleh bahan tersebut pada

besar stress (S) yang diketahui.2

Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas di dalam mulut menerima

beban pengunyahan secara berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kelelahan

pada basis hingga menyebabkan fraktur.20

2.2.5.4 Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah ukuran kekuatan dari suatu bahan ketika bahan

tersebut patah akibat benturan yang terjadi secara tiba-tiba misalnya pada basis

gigitiruan resin akrilik yang fraktur apabila jatuh ke lantai.16,20 Kekuatan Impak dapat

diukur dengan dua tipe alat penguji kekuatan impak yaitu Charpy dan Izod. Pada alat

penguji Charpy kedua ujung spesimen diikat dalam posisi horizontal, sedangkan pada

alat Izod spesimen dipegang oleh alat hanya pada salah satu ujungnya dan spesimen

diletakkan pada posisi vertikal.2

Pengukuran kekuatan impak dilakukan menggunakan sampel dengan ukuran

tertentu yang diletakkan pada alat penguji kekuatan impak yang mempunyai lengan

pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayun hingga membentur

(36)

diukur dan energi yang dibutuhkan untuk mematahkan bahan tersebut dapat

dihitung.2

2.2.5.5 Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah

benda berbentuk batang yang terdukung pada kedua ujungnya dan beban tersebut

diberikan ditengah-tengahnya, selama batang ditekan maka beban akan meningkat

secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Load (beban) yang diperoleh

dimasukkan ke dalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal juga

merupakan kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser

dimana uji kekuatan transversal sering digunakan untuk mengukur sifat mekanis dari

suatu basis gigitiruan karena cukup mewakili tipe-tipe gaya yang terjadi selama

proses pengunyahan.5,19,22

Perhitungan kekuatan transversal digunakan rumus:5 (Philips 2003)

3IP S =

2 bd2

Keterangan:

S = kekuatan transversal (kg/cm2)

I = jarak pendukung (cm)

P = beban (kg)

b = lebar batang uji (cm)

(37)

Nilai kekuatan transversal minimal suatu bahan basis gigitiruan adalah sekitar

652,618 Kg/cm2. Ozlem dkk (2008), dalam penelitiannya mencoba membandingkan

kekuatan transversal dari enam jenis resin akrilik yakni Meliodent HC (resin akrilik

polimerisasi panas), Acron HC (resin akrilik polimerisasi panas), Lucitone 199 (resin

akrilik polimerisasi panas high impact), Acron MC (resin akrilik pemanasan mikro),

Meliodent SC (resin akrilik swapolimerisasi) dan Triad VLC (resin polimerisasi

sinar). Didapatkan rata-rata nilai kekuatan transversal berturut turut adalah 1223,65

Kg/cm2, 1155,33 Kg/cm2, 1054,38 Kg/cm2, 1267,50 Kg/cm2, 863,08 Kg/cm2 dan

818,01 Kg/cm2.17 Hasil penelitian Lee dkk (2001), menyatakan kekuatan transversal

resin akrilik polimerisasi panas merek Vertex RS adalah 840,24 Kg/cm2.26 Vojvodic

dkk (2009), dalam penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek

Meliodent (Heraeus Kulzer, Hanau, Germany) dengan ketebalan basis 3 mm dengan

penambahan serat kaca berbentuk batang (StickTech Ltt., Turku, Finland)

memperoleh kekuatan transversal sebesar 1371,68 Kg/cm2.25 Haslinda (1996) dalam

penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan

pada resin akrilik polimerisasi panas menggunakan pemanasan air dengan pemanasan

menggunakan gelombang mikro.22

2.3 Usaha Penanggulangan Fraktur

Kelemahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah mudah

fraktur, oleh karena itu dilakukan usaha penanggulangan dengan mempertebal basis

(38)

2.3.1 Penambahan Ketebalan Basis Gigitiruan

Untuk mencegah terjadinya fraktur, kekuatan basis gigitiruan dapat

ditingkatkan dengan menambah ketebalan basis gigitiruan. Hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan Orsi IA (2004), menyatakan nilai kekuatan transversal resin akrilik

polimerisasi panas dengan merek QC 20 dengan ketebalan 2,5 mm adalah 947,7

Kg/cm2.38 Menurut Tarik dkk (2009), basis gigitiruan resin akrilik yang lebih tebal

memiliki kekuatan transversal yang lebih besar sehingga dapat mencegah terjadinya

fraktur. Pada penelitian tersebut, Tarik dkk membuat sampel dengan tiga ketebalan

yang berbeda. Pada ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm, 3 mm berturut-turut dihasilkan

kekuatan transversal sebesar 750 Kg/cm2, 821,38 Kg/cm2 dan 938,95 Kg/cm2.

Semakin tebal basis gigitiruan, semakin besar pula kekuatan transversalnya.23 Hasil

penelitian Ozlem dkk (2010), menyatakan kekuatan transversal resin akrilik

polimerisasi panas merek Acron HC dengan ketebalan 3 mm adalah 1155,33

Kg/cm2.17 McCabe menyimpulkan kekuatan transversal yang biasanya menjadi

penyebab frakturnya basis gigitiruan sangat tergantung kepada derajat ketebalan suatu

basis gigitiruan.18

Basis yang tebal menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien, kesulitan

berbicara dan keluhan karena gigitiruan yang digunakan berat.19,20 Menambah

ketebalan pada basis gigitiruan rahang atas dapat mengganggu pergerakan prosesus

koronoideus selama pergerakan rahang bawah. Selain itu, mempertebal daerah palatal

pada gigi anterior rahang atas dapat menyebabkan kesulitan mengucapkan huruf

“S”.21 Dalam pembuatan gigitiruan, ketebalan basis berdasarkan anatomi rongga

(39)

tergantung kepada bentuk anatomi dan resorpsi linggir alveolaris. Menurut Kimura

dkk, ketebalan basis gigitiruan pada daerah palatal dan bukal berkisar 1,5 milimeter

sedangkan daerah alveolar berkisar 3-4,5 milimeter. Haslinda (1996) dalam

penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan kekuatan transversal resin akrilik

polimerisasi panas yang signifikan pada ketebalan 1,5 mm, 3 mm dan 4,5 mm.22

2.3.2 Penambahan Serat Kaca

2.3.2.1 Pengertian

Serat kaca adalah salah satu jenis serat yang dapat ditambahkan ke dalam

resin akrilk untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik resin akrilik.13 Serat kaca

merupakan material yang terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca.

Serat kaca dapat beradhesi dengan matriks polimer di dalam resin akrilik sehingga

memiliki kekuatan ikatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca

menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.28

John dkk (1996), menyatakan resin akrilik yang ditambahkan serat kaca

menghasilkan peningkatan kekuatan transversal. Valitu PK (1994), menyatakan

modulus elastisitas yang dihasilkan oleh serat kaca sangat tinggi, hampir seluruh

tekanan diterima oleh serat kaca tidak menimbulkan perubahan bentuk atau

pembengkokan.12 Serat kaca juga dapat mengasorbsi energi secara merata pada basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca.40

2.3.2.2 Komposisi

Serat kaca mengandung komposisi sebagai berikut:38

(40)

- Al2O3 : 14,8 % - K20 : 0,2 %

- B2O3 : 7,3 % - Na2O3, Fe2O3, F2: 0,3 %

- MgO : 3,3 %

Komposisi utama serat kaca adalah silikon oksida (SiO2) yang memiliki sifat

kaku sehingga dapat berfungsi sebagai penguat. Konsentrasi serat kaca yang

ditambahkan pada resin akrilk juga dapat mempengaruhi kekuatan resin tersebut.

Kekuatan transversal basis gigitiruan akan lebih baik jika ditambahkan serat kaca

sebesar 1 %. Konsentrasi serat kaca yang tinggi akan bertindak sebagai benda asing

di dalam polimer dan mengganggu kehomogenan matriks resin sehingga dapat

melemahkan resin akrilik. Stipho dkk (1998), menyimpulkan bahwa penambahan

serat kaca pada bahan basis gigitiruan sebesar 1 % dapat meningkatkan kekuatan

transversal basis gigitiruan tetapi bila konsentrasi yang diberikan lebih dari 1 % dapat

melemahkan kekuatan transversal basis gigitiruan. Konsentrasi serat kaca yang tinggi

pada basis gigitiruan menyebabkan serat kaca menggumpal di berberapa bagian

sehingga porositas meningkat.35,40

2.3.2.3 Bentuk-bentuk

Serat kaca mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah bentuk batang,

anyaman dan potongan kecil.

(41)

Serat kaca berbentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional

yang terdiri atas 1.000 – 200.000 serabut serat kaca dan diameternya adalah 3 – 25

μm.34

Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggabungan serat kaca pada bahan

basis gigitiruan resin akrilik akan meningkatkan kekuatan basis gigitiruan, tetapi

terdapat beberapa kekurangan yaitu penanganan yang lebih sulit dan penyerapan serat

dengan resin akrilik tidak adekuat.26,34

Gambar 1. Serat kaca bentuk batang34

2.3.2.3.2 Anyaman

Serat kaca berbentuk anyaman sesuai sebagai bahan penguat karena bentuk ini

memiliki ukuran yang bervariasi. Serat ini memiliki ketebalan 0,005 mm dan lebih

mudah untuk dibasahi monomer. Serat kaca bentuk anyaman dapat digunakan untuk

mereparasi basis gigitiruan. Hasil peneltian Uzun dkk (1999), menyatakan bahwa

(42)

meningkatkan kekuatan impak dan kekuatan transversal. Namun serat ini juga

memiliki kekurangan yaitu penempatannya pada mold lebih sulit dan cenderung

mengalami perubahan dimensi yang besar.26,27

Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman26

2.3.2.3.3 Potongan Kecil

Penggunaan serat kaca berbentuk potongan kecil telah banyak dilakukan

dalam beberapa penelitian. Serat kaca bentuk ini memiliki banyak kelebihan

diantaranya lebih mudah digunakan di klinik. Hal ini disebabkan proses pencampuran

antara serat kaca dan resin yang lebih sederhana serta ukuran serat yang kecil

memudahkan untuk dimanipulasi dan dimasukkan ke dalam adonan resin akrilik. IH

Tacir dkk (2006) dan Rinda M dkk (2006), menyatakan resin akrilik yang

ditambahkan serat kaca memiliki kekuatan transversal yang secara signifikan lebih

besar daripada resin akrilik yang tidak ditambahkan serat kaca.23,28 Lee (2001) dalam

penelitiannya menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek vertex dengan

(43)

sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan 9 % berat menghasilkan kekuatan transversal

berturut-turut 825,97 Kg/cm2, 856,56 Kg/cm2, 948,33 Kg/cm2 dan 987,08 Kg/cm2. Kemudian

dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek vertex dengan

penambahan serat kaca potongan kecil sepanjang 6 mm sebanyak 1 %, 3 %, 6 % dan

9 % berat menghasilkan kekuatan transversal berturut-turut 806,59 Kg/cm2, 839,22

Kg/cm2, 999,32 Kg/cm2 dan 819,85 Kg/cm2.26 Stipho (1998) menyatakan bahwa

kekuatan transversal tertinggi diperoleh dari penambahan serat kaca 1 % dari total

berat polimer dan monomer.35,40

Gambar 3. Serat kaca bentuk potongan kecil23

Penambahan serat kaca ke dalam resin akrilik sering menimbulkan kesulitan

dalam hal penyatuan serat ke dalam matriks polimer, tetapi masalah ini diatasi dengan

(44)

meningkatkan kandungan monomer ke dalam campuran sehingga serat lebih mudah

meresap ke dalam resin akrilik.36 Salah satu cara penambahan serat kaca bentuk

potongan kecil ke dalam resin akrilik polimerisasi panas adalah dengan merendam

serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah monomer selama beberapa menit

untuk meningkatkan penyatuannya ke dalam resin akrilik. Serat kaca kemudian

dikeluarkan dari monomer dan ditiriskan. Serat kaca kemudian dimasukkan ke dalam

campuran resin akrilik dan diaduk sampai merata, setelah mancapai fase dough

campuran dimasukkan ke dalam mold.23 Sanjiv dkk (2008) dalam penelitiannya

menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek DPI dengan ketebalan 3 mm

dengan penambahan serat kaca (Voltas Ltd., Pune, India) berbentuk potongan kecil

sepanjang 5 mm yang terlebih dahulu direndam di dalam silane coupling agent

dimana berat serat kaca yang digunakan sebanyak 2 % berat satu sampel

menghasilkan kekuatan transversal yang jauh lebih besar dari resin akrilik

polimerisasi panas dengan serat kaca yang hanya direndam dalam larutan monomer.

Silane coupling agent secara kimia mengikat serat kaca dan resin matriks jauh lebih

kuat daripada merendam serat kaca yang akan digunakan ke dalam sejumlah

monomer selama beberapa menit.12

BAB 3

(45)

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris, yaitu penelitian yang

dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat.

Korelasi sebab akibat ini dipelajari dengan memberikan perlakuan atau manipulasi

pada subjek penelitian, untuk kemudian dipelajari efek perlakuan tersebut.30

3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah batang uji resin akrilik polimerisasi panas

yang ditambah dan yang tidak ditambah serat kaca dengan tiga ukuran ketebalan yang

berbeda-beda, yakni 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm dan 65

mm x 10 mm x 3 mm.18 Ketebalan spesimen standard suatu basis gigitiruan menurut

ADA Specification adalah 2,5 milimeter.29

65 mm x 10mm x 1,5 mm 65 mm x 10mm x 2,5 mm

65 mm x 10mm x 3 mm

Gambar 4. Ukuran batang uji

3.3 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus

(46)

(t-1) (r-1) ≥ 1530

Keterangan:

t : Jumlah perlakuan

r : Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini digunakan t = 3 dan terdapat enam kelompok sampel,

maka jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(3– 1 ) (r – 1) ≥ 15

2 ( r – 1)≥15

2r –2 ≥ 15

2r ≥ 15 + 2

5r ≥ 17

r ≥ 8,5

r = 9

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 9 maka jumlah

keseluruhan sampel adalah 54 sampel.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel bebas: Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan

basis 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan dan tanpa penambahan serat kaca.

3.4.2 Variabel Terikat: Kekuatan transversal

3.4.3 Variabel Terkendali

1. Bentuk, ukuran , konsentrasi dan teknik penambahan serat kaca

(47)

3. Ukuran batang uji dengan tiga ketebalan yang berbeda

4. Perbandingan adonan resin akrilik

5. Perbandingan adonan gips

6. Waktu pengadukan gips

7. Proses kuring resin akrilik polimerisasi panas

8. Tekanan press hidrolik

9. Suhu dan waktu perendaman sampel

3.5 Defenisi operasional

1. Kekuatan transversal: kombinasi dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik

dan kekuatan geser.

2. Serat kaca yang digunakan adalah sebanyak 1 % dari total berat polimer

dan monomer.

3. Bentuk, ukuran dan berat serat kaca yang ditambahkan adalah merek

Juneng, Taiwan Glass berbentuk potongan kecil yang dipotong-potong menjadi 5

mm.23 Cara perhitungan berat serat kaca untuk satu buah sampel:

Ketebalan

Sampel Berat Polimer Monomer Total Berat Serat Kaca 1%

1,5 mm 1,8 gr 0,9 ml 2,7 gr 0,027 gr

2,5 mm 3 gr 1,5 ml 4,5 gr 0,045 gr

3 mm 3,6 gr 1,8 ml 5,4 gr 0,054 gr

4. Teknik penambahan serat kaca: serat kaca direndam terlebih dahulu di

dalam monomer selama 10 menit kemudian ditiriskan. Setelah itu polimer, monomer

(48)

5. Jenis resin akrilik: resin akrilik polimerisasi panas dengan proses

polimerisasi yang dilakukan dengan pemanasan air merek QC-20(England).

6. Perbandingan adonan gips: perbandingan gips dan air pada kuvet bawah

300 gr : 100 ml dan kuvet atas 250 gr : 150 ml

7. Perbandingan adonan resin akrilik : perbandingan polimer dan monomer

yang dipakai untuk ketebalan 1,5 mm adalah 1,8 gr : 0,9 ml, untuk ketebalan 2,5 mm

3 gr : 1,5 ml dan untuk ketebalan 3 mm 3,6 gr : 1,8 ml.

8. Waktu pengadukan gips: adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik

hingga homogen kemudian dengan vacum mixer selama 30 detik.

9. Proses kuring dilakukan dengan pemanasan air menggunakan waterbath

mulai suhu 70 ˚C selama 30 menit suhu dinaikkan menjadi 100 ˚C dibiarkan selama

90 menit.

10. Tekanan press hidrolik untuk mengepres kuvet dilakukan dengan tekanan

sebesar 1000 psi dan 2200 psi.

11. Suhu dan waktu perendaman sampel: Sampel direndam dalam larutan

akuades selama 48 jam dengan suhu ruangan.

12. Ukuran batang uji dengan tiga ketebalan yang berbeda: 65 mm x 10 mm x

1,5 mm, 65 mm x 10 mm x 2,5 mm, 65 mm x 10 mm x 3 mm dimana model induk

dibuat dari logam.

3.6 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.6.1 Waktu Penelitian

(49)

3.6.2 Lokasi Penelitian

a. Tempat pembuatan Sampel :

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

b. Tempat Pengujian Sampel :

1. Laboratorium Penelitian FMIPA USU

3.7 Bahan dan Alat Penelitian

3.7.1 Bahan Penelitian

a. Resin akrilik polimerisasi panas (QC-20, England)

b. Serat kaca berbentuk potongan kecil dengan ukuran 5 mm (Juneng, Taiwan

Glass)

c. Vaselin

d. Plastik selopan

e. Gips keras (Moldano, China)

f. Could mould seal (QC-20, England)

g. Akuades

h. Air

3.7.2 Alat Penelitian

a. Model induk dari logam ukuran : 65 mm x 10 mm x 1,5 mm, 65 mm x 10

(50)

b. Alat uji kekuatan transversal Torsee’s Electronic System Universal Testing

Machine (2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo – Japan)

c. Timbangan digital (Sartorius AG Gontingen, Germany)

d. Mangkuk karet dan spatula

e. Vibrator (Pulsar-2, Italy) (Gambar 5)

f. Pot porselen, pipet dan gelas ukur

g. Press hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy)

h. Kuvet (Smic, China)

i. Kamera digital (Samsung)

j. Sarung tangan (Prestige, Indonesia)

k. Masker

l. Kertas amplas no. 600 (Atlas Brand, England)

m. Waterbath (Gambar 6)

n. Vacum mixer (Manfredi,Italy)

(51)

Gambar 6. Waterbath (Filli

Manfredi, Italia)

3.8 Cara Penelitian

3.8.1 Pembuatan Sampel

Sampel yang dibuat terdiri dari enam kelompok, yaitu kelompok sampel resin

akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca sebanyak tiga kelompok

(Kelompok A, B dan C) dimana setiap kelompok mempunyai ketebalan berbeda

(52)

E dan F) merupakan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca

dengan ketebalan yang berbeda juga yaitu: 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm.

3.8.1.1 Pembuatan Sampel Kelompok A

3.8.1.1.1 Pembuatan Mold

a. Membuat adonan gips dengan air dengan perbandingan 300 gr gips keras :

100 ml air untuk pengisian satu kuvet bawah.

b. Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik, kemudian dengan vacum

mixer 30 detik.

c. Adonan dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas

vibrator.

d. Model induk dari logam dengan ukuran 65 mm x 10mm x 1,5 mm

dibenamkan pada kuvet bawah sampai setinggi permukaan adonan gips keras, satu

kuvet berisi tiga buah model induk. (Gambar 7)

e. Setelah agak mengeras lalu gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras

selama 60 menit.

f. Permukaan gips diolesi dengan vaselin dan kuvet atas disatukan dengan

kuvet bawah kemudian diisi adonan gips (perbandingan gips dan air 250 gr : 150 ml)

di atas vibrator dan dipress.

g. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat

(53)

h. Setelah kering, permukaan gips pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi

dengan could mould seal dan ditunggu selama 20 menit (sesuai petunjuk pabrik).

(Gambar 9)

(54)

Gambar 8. Mold

Gambar 9. Mold yang telah diolesi could

(55)

3.8.1.1.2 Pengisian Akrilik pada Mold

a. Polimer dicampurkan ke dalam monomer yang telah disiapkan di dalam pot

porselen dengan perbandingan 5,4 gram bubuk : 2,7 ml cairan (untuk tiga buah

sampel), lalu diaduk perlahan-lahan.

b. Setelah adonan mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke

dalam mold.

c. Kuvet ditutup, sebelumnya resin akrilik ditutup dengan plastik selopan dan

ditekan perlahan-lahan dengan hidrolik press, kuvet dibuka kembali dan kelebihan

akrilik dipotong dengan lekron (Gambar 10), kemudian kuvet ditutup kembali,

dilakukan penekanan dengan tekanan 2200 psi, prosedur diulang tiga kali kemudian

plastik selopan dilepas kemudian baut dipasang dan dibiarkan selama15 menit (aturan

pabrik).

(56)

3.8.1.1.3 Kuring

Waterbath yang akan digunakan untuk melakukan kuring diisi air kemudian

suhu dan waktu diatur, pada tahap I suhu dipertahankan 70 o C selama 30 menit, tahap

II suhu dinaikkan menjadi 100o C dan dipertahankan selama 90 menit. Setelah itu

pelan-pelan diturunkan hingga sama dengan suhu ruangan. 31

3.8.1.1.4 Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan

untuk menghilangkan bagian yang tajam dan dihaluskan dengan kertas amplas nomor

600 sampai diperoleh ukuran yang diinginkan 65 mm x 10 mm x 1,5 mm. (Gambar

11)

Gambar 11. Sampel Kelompok A Resin Akrilik Polimerisasi Panas

3.8.1.2 Pembuatan Sampel Kelompok B dan C.

Prosedur pembuatan sampel kelompok B dan C sama dengan prosedur

(57)

dan monomernya berbeda. Untuk kelompok B digunakan ketebalan model induk 2,5

mm dan perbandingan berat polimer dan monomer untuk tiga buah sampel adalah 9

gr : 4,5 ml. Untuk kelompok C digunakan ketebalan model induk 3 mm dan

perbandingan berat polimer dan monomer untuk tiga buah sampel adalah 10,8 gr : 5,4

ml.

3.8.1.3 Pembuatan Sampel Kelompk D, E dan F

Prosedur pembuatan sampel kelompok D sama dengan prosedur pembuatan

kelompok A tapi dilakukan penambahan serat kaca sewaktu mencampur monomer

dengan polimer resin akrilik. Serat kaca dipotong-potong dengan ukuran 5 mm. Serat

kaca direndam di dalam monomer selama 10 menit di dalam pot porselen kemudian

ditiriskan. Polimer, monomer dan serat kaca untuk tiga buah sampel dicampurkan

dengan perbandingan berat 5,4 gr : 2,7 ml : 0,081 gr, lalu diaduk perlahan-lahan.

Seterusnya pembuatan sampel kelompok D sama dengan kelompok A.

Prosedur Pembuatan sampel kelompok E dan F sama dengan prosedur

pembuatan sampel kelompok D tetapi ketebalan model induk dan perbandingan berat

polimer, monomernya dan serat kaca berbeda. Untuk kelompok E digunakan

ketebalan model induk 2,5 mm dan perbandingan berat polimer, monomer dan serat

kaca untuk tiga buah sampel adalah 9 gr : 4,5 ml : 0,135 gr. Untuk kelompok F

digunakan ketebalan model induk 3 mm dan perbandingan berat polimer, monomer

(58)

3.8.2 Penentuan Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat

Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo

– Japan) (Gambar 12) dengan kelajuan tekan 1/10 mm per detik. Jarak antara kedua

penyangga adalah 50 mm. Sebelum dilakukan tes, sampel direndam dalam akuades

selama 48 jam. Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian

tengah serta ditempatkan pada alat sedemikian rupa, sehingga alat menekan batang

uji tepat pada garis tersebut hingga fraktur (Gambar 13).

Cara perhitungan kekuatan transversal digunakan rumus: 5

3IP S =

2 bd2

Keterangan:

S = kekuatan transversal (kg/cm2)

I = jarak pendukung (cm)

P = beban (kg)

b = lebar batang uji (cm)

(59)

Gambar 12. Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic System

Universal Testing Machine Japan)

(60)

Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda dengan dan tanpa

penambahan serat kaca, data dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah.

Untuk melihat adanya perbedaan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang sama dengan dan tanpa penambahan

serat kaca, data dianalisis menggunakan uji-t independen.30

BAB 4

(61)

4.1 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca

Kekuatan transversal diuji dengan memberikan beban di tengah-tengah batang

uji yang tertumpu pada masing-masing sisi yang menyebabkan patahnya batang uji

resin akrilik polimerisasi panas dengan menggunakan alat penguji kekuatan

transversal dan dinyatakan dengan satuan Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok A

(resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm tanpa penambahan serat

kaca) yang terkecil adalah 642,867 Kg/cm2, terbesar adalah 866,800 Kg/cm2, serta

rerata ± SD adalah 739,33 ± 67,88 Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok B (resin

akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm tanpa penambahan serat kaca)

yang terkecil adalah 854,376 Kg/cm2, terbesar adalah 989,064 Kg/cm2 serta rerata ±

SD 918,00 ± 51,64 Kg/cm2. Kekuatan transversal kelompok C (resin akrilik

polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm tanpa penambahan serat kaca) yang

terkecil adalah 1003,216 Kg/cm2, terbesar adalah 1092,533 Kg/cm2 serta rerata ± SD

1030,93 ± 36,20 Kg/cm2. Kekuatan transversal pada kelompok C lebih besar dari

kelompok A dan kelompok B, hal ini menunjukkan kekuatan transversal tertinggi

terdapat pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm

tanpa penambahan serat kaca. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat semakin tebal

resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, semakin besar kekuatan

transversalnya. (Tabel 1)

(62)

No.

Kel. A : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm tanpa penambahan serat kaca

Kel. B : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm tanpa penambahan serat kaca

Kel. C : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm tanpa penambahan serat kaca

* Nilai Terbesar ** Nilai Tekecil

4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Kekuatan transversal kelompok D (resin akrilik polimerisasi panas dengan

ketebalan 1,5 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 804,533

Kg/cm2, terbesar adalah 1203,467 Kg/cm2, serta rerata ± SD adalah 931,14 ± 125,93

(63)

ketebalan 2,5 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 920,304

Kg/cm2, terbesar adalah 1080,000 Kg/cm2 serta rerata ± SD 995,58 ± 61,35 Kg/cm2.

Kekuatan transversal kelompok F (resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan

3 mm dengan penambahan serat kaca) yang terkecil adalah 1019,133 Kg/cm2,

terbesar adalah 1230,183 Kg/cm2 serta rerata ± SD 1144,75 ± 68,96 Kg/cm2.

Kekuatan transversal pada kelompok F paling besar dibandingkan dengan kelompok

D dan E. Berdasarkan hasil yang diperoleh terlihat semakin tebal resin akrilik

polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca maka semakin besar kekuatan

transversalnya. (Tabel 2)

(64)

No.

Kel.D : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 1,5 mm dengan penambahan serat kaca

Kel E : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 2,5 mm dengan penambahan serat kaca

Kel. F : Resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan 3 mm dengan penambahan serat kaca

* Nilai Terbesar ** Nilai Tekecil

4.3 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm tanpa Penambahan Serat Kaca

Perbedaan kekuatan transversal RAPP dengan ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3

mm tanpa penambahan serat kaca dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu

arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan

(65)

uji homogenitas diperoleh nilai 1,180 dengan tingkat signifikansi p = 0,324 (p >

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p = 0,001 (p < 0,05), hal ini

menunjukkan adanya perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada bahan

basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan ketebalan yang berbeda tanpa

penambahan serat kaca. (Tabel 3)

Tabel 3. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL RAPP DENGAN KETEBALAN YANG BERBEDA TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 389114,6 2 194557,322 67,975 0,001*

Within Groups 68692,125 24 2862,172

Total 457806,8 26

* : Signifikan

4.4 Perbedaan Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3 mm dengan Penambahan Serat Kaca

Perbedaan kekuatan transversal RAPP dengan ketebalan 1,5 mm, 2,5 mm dan 3

mm dengan penambahan serat kaca dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu

arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan

menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen.

Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai 2,133 dengan tingkat signifikansi p

Gambar

Gambar                                                                                                              Halaman
Gambar 2. Serat kaca bentuk anyaman26
Gambar 4. Ukuran batang uji
Gambar 5 . Vibrator (Pulsar-2, Filli Manfredi, Italia)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam vodka,

Pada penelitian ini telah dibuat basis gigi tiruan dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik swapolimerisasi dengan penambahan variasi serat

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penambahan serat kaca 1% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas akan terjadi peningkatan kekuatan

Untuk mengetahui perbedaan compressive strength ( kekuatan tekan) antara resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca potongan kecil 1% dengan metode berbeda

Pengaruh penambahan serat Ribbond THM dan Ribbond Ultra terhadap kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang tidak dilakukan

Hasil analisis statistik menunjukkan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam aquadest selama 1 dan 4 hari memiliki perbedaan nilai kekuatan transversal

Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rerata kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca 1% setelah direndam di dalam kopi robusta

4.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil dengan Metode Perendaman dan