• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Minuman Beralkohol terhadap Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Minuman Beralkohol terhadap Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MINUMAN BERALKOHOL TERHADAP

KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASIS

GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

 

Oleh:

UMAIYAL SOCKALINGAM NIM : 070600186

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2011 Umaiyal S.

Pengaruh Minuman Beralkohol terhadap Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xii + 58 Halaman

Pada saat ini bahan basis gigitiruan yang sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik ini sangat rentan terhadap larutan berkonsentrasi tinggi seperti alkohol. Alkohol dapat meningkatkan plasticization dan menyebabkan

crazing pada bahan ini dengan menembus matriks dan memperluas ruang antara

rantai polimer. Ini menyebabkan basis resin akrilik lebih mudah untuk fraktur. Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana pengaruh berbagai persentase alkohol terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

(3)

beralkohol terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perilaku yang bermakna.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal dengan p = 0.010 (p 0.05). Hasil penelitian juga menunjukan ada perbedaan yang bermakna pada kelompok yang direndam dalam minuman vodka

dengan p = 0.005 (p 0.05)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam vodka, namun tidak terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan jika bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas direndam dalam minuman bir dan anggur merah. Apabila mengkonsumsi alkohol untuk jangka waktu yang lama, diduga akan menurunkan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan sehingga akan mudah menyebabkan fraktur.

(4)

GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

 

Oleh:

UMAIYAL SOCKALINGAM NIM : 070600186

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 15 April 2011

Pembimbing: Tanda tangan

(6)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 15 April 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Dwi T.Putranti, drg., MS ANGGOTA : 1. Eddy Dahar, drg., M.Kes

2. Syafrinani, drg.,Sp.Pros (K)

3. Ariyani, drg

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Sockalingam dan Ibunda Lakshimi yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan FKG-USU atas kesempatan dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan lancar

(8)

penulisan skripsi ini.

4. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU dan sekaligus anggota tim penguji atas kesempatan dan dukungan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan lancar.

5. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS., selaku ketua tim penguji skripsi penulis yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU serta memberikan masukan, saran, dan dukungan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

6. Ariyani, drg. dan Siti Wahyuni, drg. selaku anggota tim penguji skripsi penulis yang telah banyak memberikan perhatian, saran, dukungan dan dorongan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

7. Prof. Ismet Danial Nasution, drg.,Ph.D.,Sp.Pros(K), M. Zulkarnain, drg., M.Kes, Ika Andreas, drg, Putri Welda, drg. dan Hubban Nasution, drg selaku staf pengajar di Departemen Prostodonsia FKG-USU atas masukan, saran dan dukungan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh pegawai di Departemen Prostodonsia dan di Unit Uji Laboratorium Dental FKG-USU atas dukungan dan masukan yang bermanfaat kepada penulis.

(9)

10. Prof. Dr. Drs. Harry Agusnar, MSc., M. Phil. selaku Kepala Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA-USU dan Pak Aman selaku pegawai Laboratorium yang telah memberikan bantuan, izin dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman terbaik penulis terutama Rafea, Heman, Banu, Navi, Mona, Lavi, Alli, Gowri, Desi Watri, Ng Wee Chun, Jefry, Stephani, Chihargo, Harry, Amee dan teman-teman lain yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan yang diberikan dalam suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melaksanakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan FKG-USU.

Medan, 15 April 2011 Penulis,

(10)

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

(11)

2.4 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 15

(12)

Akuades, Bir, Anggur Merah dan Vodka... 37 5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin

Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Akuades, Bir,

Anggur Merah dan Vodka………. 43 5.2.3 Perbedaan Kekuatan Transversal antara Bahan Basis

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam Dalam Akuades, Bir, Anggur

Merah dan Vodka... 38

(14)

Gambar Halaman

1 Nilai Konsumsi Global Per Kapita Mulai Tahun 1961-2000... 17

2 Ukuran Batang Uji………... 23

3 Model Induk dari Logam (65 x 10 x 2,5 )mm…... 31

4 Vibrator(Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia)... 31

5 Penanaman Model Induk (65 x 10 x 2,5)mm pada Kuvet Bawah…………. 31

6 Waterbath(Filli Manfredi, Italia)... 32

7 Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas... . 33

8 Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic SystemUniversal Testing Machine, Japan)... 34

9 Alat Menekan Tepat pada Bagian Tengah Sampel... 35

10 Sampel Setelah Diukur... 35

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi

2 Kerangka Operasional Penelitian 3 Analisis Statistik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(16)

Tahun 2011 Umaiyal S.

Pengaruh Minuman Beralkohol terhadap Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xii + 58 Halaman

Pada saat ini bahan basis gigitiruan yang sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik ini sangat rentan terhadap larutan berkonsentrasi tinggi seperti alkohol. Alkohol dapat meningkatkan plasticization dan menyebabkan

crazing pada bahan ini dengan menembus matriks dan memperluas ruang antara

rantai polimer. Ini menyebabkan basis resin akrilik lebih mudah untuk fraktur. Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana pengaruh berbagai persentase alkohol terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

(17)

beralkohol terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui perilaku yang bermakna.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal dengan p = 0.010 (p 0.05). Hasil penelitian juga menunjukan ada perbedaan yang bermakna pada kelompok yang direndam dalam minuman vodka

dengan p = 0.005 (p 0.05)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam vodka, namun tidak terdapat perbedaan kekuatan transversal yang signifikan jika bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas direndam dalam minuman bir dan anggur merah. Apabila mengkonsumsi alkohol untuk jangka waktu yang lama, diduga akan menurunkan kekuatan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan sehingga akan mudah menyebabkan fraktur.

(18)

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang mendukung anasir gigitiruan. Basis gigitiruan ini dapat terbuat dari bahan logam atau non logam. Bahan logam yang dipakai untuk membuat basis gigitiruan dapat berasal dari kobalt kromium, aloi emas, aluminium dan stainless steel. Bahan basis gigitiruan non logam diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu

thermoplastic dan thermohardening. Bahan basis thermoplastic dapat berupa selulosa nitrat, resin vinil, polikarbonat, nilon termoplastik dan polystyrene sedangkan bahan basis thermohardening terdiri dari vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik.Sejak pertengahan tahun 1940, bahan basis gigitiruan kebanyakan dibuat menggunakan resin akrilik atau poli(metil metakrilat) atau lebih dikenal dengan PMMA. Resin akrilik ini terdiri dari tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, swapolimerisasi dan polimerisasi panas.1,2-7

(19)

memiliki sifat larut dalam keton, ester aromatik, dan alkohol. Hal ini akan menyebabkan terjadinya crazing pada resin akrilik.2,6,14,15

Crazing adalah bentuk retakan kecil pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik.14 Retakan ini dapat berupa mikroskopik atau makroskopik. Crazing memiliki efek melemahkan resin dimana akan memutuskan rantai molekul polimer dan menyebabkan permukaan resin menjadi buram dan berkabut sehingga menurunkan kualitas estetis basis gigitiruan. Retakan yang terjadi merupakan predisposisi terjadinya fraktur basis gigitiruan.2,6,15,16 Shcherba (1972) mengatakan bahwa ikatan hidrogen bisa terbentuk antara kelompok ester karbonil resin akrilik dengan hidroksil dari alkohol. Ikatan rantai molekul yang berbeda untuk setiap jenis alkohol akan menimbulkan variasi dalam interaksi antar molekul dan memberi efek berlainan pada sifat mekanis bahan resin akrilik.19 Shen (1989) dalam penelitiannya menemukan bahwa bahan desinfektan dengan buffer mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya pitting dan pelunakan pada permukaan RAPP setelah 2 hari perendaman.17 Sementara Kawagoe (2002) mengatakan bahwa, crazing pada resin akrilik yang direndam dalam larutan alkohol dan n-alkanes tidak berkorelasi dengan kadar larutan maupun equiliribium kelarutan tetapi disebabkan oleh platicization yang difasilitasi oleh difusi bahan.18

(20)

setengah dari total populasi orang dewasa seluruh dunia telah menggunakan alkohol. Proporsi pengguna alkohol bervariasi di setiap negara, dari 18% - 90% laki-laki dan 1% - 81% wanita dewasa.21 Ada3 golongan minuman berakoholyaitu : 22-24

1. Golongan A : kadar etanol 1%-5% (bir)

2. Golongan B : kadar etanol 5%-20% (anggur/wine)

3. Golongan C : kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodka, Johny Walker) Dari sekian banyak peminum alkohol yang rata-rata berusia dewasa tua, tentunya tidak sedikit yang kehilangan gigi dan memakai gigitiruan.25-27 Kandungan alkohol yang terdapat dalam berbagai golongan minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh pemakai gigitiruan diduga dapat mempengaruhi daya tahan gigitiruan terhadap fraktur.

Fraktur pada basis gigitiruan terjadi akibat adanya kekuatan tarik, disamping kekuatan fatique dan kekuatan benturan.15 Gabungan dari ketiga kekuatan tersebut dapat diukur dengan pengujian kekuatan transversal. Kekuatan transversal sering disebut fleksural yaitu beban yang diberikan pada benda berbentuk batang yang ditumpu pada kedua ujungnya dan beban tersebut dikenakan di tengah-tengahnya.2,5,28

1.2 Permasalahan

(21)

tinggi dari orang tua mengkonsumsi bir, anggur merah dan vodka. Beberapa literatur mengatakan bahwa minuman beralkohol dapat mempengaruhi sifat mekanis RAPP dengan persentase alkohol yang berbeda.12,17,25,32 Berdasarkan hal tersebut timbul permasalahan sejauh mana pengaruh berbagai persentase alkohol terhadap kekuatan transversal RAPP.

1.3 Rumusan Masalah

1. Berapa kekuatan transversal bahan basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka.

2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka terhadap kekuatan transversal.

3. Apakah ada perbedaan kekuatan transversal antara bahan basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam bir,anggur merah dan vodka terhadap kekuatan transversal.

2. Ada perbedaan kekuatan transversal antara RAPP yang direndam dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka.

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui berapa kekuatan transversal bahan basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka.

(22)

2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam bir, anggur merah dan vodka terhadap kekuatan transversal.

3. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal antara RAPP yang direndam dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi kepada pemakai gigitiruan berbasis RAPP mengenai pengaruh minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal basis gigitiruan.

2. Sebagai usaha untuk dapat memperbaiki kelemahan sifat bahan kedokteran gigi.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Basis Gigitiruan

Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan berfungsi sebagai tempat perlekatan anasir gigitiruan. Pada awalnya basis gigitiruan dibuat dari berbagai bahan diantaranya kayu, ivory, tulang, keramik, logam, aloi dan polimer lain, kemudian berkembang menggunakan bahan lain seperti vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, vinil plastik dan porselen.6,33

2.1.1 Klasifikasi Bahan

Bahan basis gigitiruan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam dan non logam.7

2.1.1.1 Logam

Bahan logam dicatat telah digunakan sebagai bahan basis gigitiruan pada abad ke-18 dan ke-20.34 Beberapa jenis logam yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah kobalt kromium, aloi emas, aluminium dan stainless steel.6 Bahan logam sebagai basis gigitiruan memiliki beberapa keuntungan, diantaranya :35

a. Ketepatan dimensional basis logam yang mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan selama pemakaian dalam mulut

(24)

c. Basis logam merupakan pengantar termis yang baik. Setiap perubahan suhu akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya untuk menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan

d. Bahan logam lebih tahan abrasi, permukaan licin dan mengkilat serta tidak menyerap cairan mulut sehingga kalkulus dan deposit makanan lebih sulit melekat

Disamping banyak keuntungan yang dimiliki, bahan logam juga memiliki banyak kerugian diantaranya :35

a. Kurang estetis karena warna basis logam tidak sama dengan warna jaringan sekitarnya

b. Berat jenis lebih besar ( relatif lebih berat)

c. Basis logam tidak dapat dilapisi atau direparasi kembali

d. Teknik pembuatannya yang lebih rumit dan harganya lebih mahal

2.1.1.2 Non Logam

Bahan non logam sulit diklasifikasikan, oleh karena itu diklasifikasikan berdasarkan sifat termal yaitu thermoplastic dan thermohardening.6,7,36

a. Thermoplastic

(25)

b. Thermohardening

Thermohardening adalah suatu bahan yang mengalami perubahan kimia

setelah diproses. Produk akhirnya berbeda dari materil aslinya. Bahan

thermohardening memiliki molekul rantai berbentuk silang yang tidak mengalami

perubahan tempat saat pemanasan sehingga bahan ini tidak dapat dilunakkan dan dibentuk kembali menjadi bentuk lain setelah pemrosesan. Contoh bahan

thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik.7

2.2 Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

Resin akrilik baru diperkenalkan penggunaannya untuk bahan basis gigitiruan pada tahun 1937 dan bahan ini berkembang dengan cepat menggantikan bahan yang dipergunakan sebelumya, tidak hanya untuk bahan basis gigitiruan tetapi juga sebagai bahan restorasi gigi dan pemakaian lain.33

Resin akrilik adalah suatu bahan thermoplastic yang padat, kuat, liat, tahan cuaca atau kondisi dan transparan. Resin akrilik merupakan turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.2

 X

H

2

C = CH

(26)

2.2.2 Jenis Resin Akrilik

Menurut Combe (1992) dan Philips (2004), resin akrilik dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas (RAPP).2,4

Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang ditambahkan aktivator kimia yaitu dimetil-para-toluidin karena memerlukan aktivasi secara kimia dalam proses polimerisasi selama 5 menit.2,4,37

Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured acrylic resin) adalah resin akrilik dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah

camphoroquinone. Penyinaran selama 5 menit membutuhkan gelombang cahaya

sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus dengan menggunakan empat buah lampu halogen tungtens/ultraviolet.2,4,37

Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi yang didapat dari oven gelombang mikro atau pemanasan air yang mempunyai komposisi antara lain bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil metakrilat) dan sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai inisiator reaksi dan cairan mengandung metil metakrilat, tetapi pada bahan resin gelombang mikro ditambahkan bahan trietilen-glikol atau tetraetilen-glikol.2,4,37

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.3.1 Komposisi

(27)

(a) Polimer

Polimer : butiran atau granul polimetilmetakrilat Inisiator : 0.2 – 0.5% benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam Cadmium atau besi atau pewarna organik

Plasticizer : dibutil phthalate Opacifiers : zinc atau titanium oxide

(b) Monomer

Monomer : metil metakrilat

Agen Cross-linked : ethyleneglycole dimethylacrylate (1-2%) Inhibitor : hidrokuinon (0,006%)

Agen cross-linked dapat berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer. Apabila etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan kedalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu struktur disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.4,6,38

2.3.2 Sifat-sifat

Beberapa sifat-sifat basis gigitiruan RAPP terdiri dari: 2,4,39 1. Pengerutan Polimerisasi

(28)

volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6%-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.2,6,38

2. Porositas

Adanya gelembung/porositas pada permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer dengan berat molekul rendah, dan apabila suhu resin mencapai atau melebihi titik didih bahan itu. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan menjamin homogenitas resin, pengadukan terkontrol serta waktu pengisian bahan ke dalam mould yang tepat.2

3. Penyerapan air

(29)

4. Kelarutan

Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.2

5. Kekuatan

Kekuatan dari resin bergantung pada beberapa faktor yaitu komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi yang ada dalam lingkungan rongga mulut. Faktor yang menentukan keseluruhan kekuatan resin adalah derajat polimerisasi yang ditunjukkan bahan. Begitu derajat polimerisasi meningkat, kekuatan resin juga meningkat.2

6. Creep

Basis gigitiruan resin menunjukkan sifat viskoelastis dimana bahan ini bertindak sebagai benda padat bersifat karet. Apabila suatu basis gigitiruan resin dikenakan beban yang ditahan maka bahan akan menunjukkan defleksi atau deformasi awal. Bila beban tidak dilepaskan, deformasi tambahan mungkin terjadi dengan bertambahnya waktu dan deformasi ini diistilahkan dengan creep.2

7. Crazing

Crazing adalah pembentukan retakan kecil pada permukaan basis gigitiruan resin. Meskipun retakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan dimensi tetapi perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulitan klinis. Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna,

crazing menimbulkan gambaran putih. Sebagai tambahan, retakan permukaan

(30)

Crazing yang terjadi pada resin umumnya berawal pada permukaan dan mengarah pada sudut yang tepat dari gaya tarik. Retakan mikro yang terbentuk dengan cara ini kemudian berlanjut secara internal.

Dari sudut pandangan fisik, crazing dapat disebabkan oleh aplikasi tekanan atau resin yang larut sebagian. Tekanan tarik paling sering berperan pada pembentukan crazing. Crazing disebabkan oleh pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimer individu ketika terjadi tekanan tarik.

Crazing juga mungkin terbentuk sebagai hasil aksi pelarut. Retakan mikro yang dihasilkan dengan cara ini lebih tersebar secara acak. Crazing akibat pelarut umumnya berasal dari kontak cairan seperti etil alkohol yang terlalu lama.2,6

2.3.3 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding.6 Proses pembuatan dimulai dengan pembuatan mould dengan cara penanaman model induk pada kuvet bawah dan atas yang telah diisi dengan gips keras. Setelah gips keras sudah mengeras, kuvet direndam dalam air mendidih selama 4 menit untuk membuang malam.2 Kuvet dapat dibuka dan model induk dapat dikeluarkan. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang telah dicampur akan melewati empat tahap yaitu :2,6

a) Tahap pertama : tahap basah, seperti pasir (wet sand stage).

(31)

c) Tahap ketiga : tahap lembut seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam

mould (dough stage/gel stage).

d) Tahap keempat : tahap kaku, seperti karet (rubbery stage).

Setelah adonan mencapai tahap 3, adonan dimasukkan kedalam mould gips dan kuvet ditempatkan di bawah tekanan dan selanjutnya diproses dalam waterbath

dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi. Umumnya RAPP dipolimerisasi dengan suhu konstan pada 70°C selama 90 menit dan dilanjutkan pada suhu 100°C selama 30 menit.7

Setelah prosedur polimerisasi diselesaikan kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal

stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya

dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan RAPP dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir pemolesan biasanya menggunakan brush yang diolesi bahan pumis.6,38

2.3.4 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan RAPP adalah :11

1. Harga murah dan pembuatan mudah 2. Mudah direparasi

3. Tidak larut dalam cairan mulut 4. Estetik sangat baik

5. Ikatan kimia baik

(32)

Kerugian RAPP adalah :11 1. Daya tahan fatik rendah 2. Konduktivitas rendah 3. Kekuatan fleksural rendah

2.4 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Kekuatan transversal atau fleksural adalah kekuatan dari suatu batang uji yang terdukung pada kedua ujungnya dan beban diberikan di tengah-tengahnya. Uji kekuatan transversal dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan.

Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan daripada uji kekuatan tarik untuk bahan basis gigitiruan RAPP karena kekuatan transversal dapat mewakili tipe-tipe kekuatan yang diterima oleh gigitiruan dalam mulut selama pengunyahan.28,40 Uji kekuatan ini lebih lanjut dijelaskan pada spesifikasi American Dental Association no.12 untuk basis gigitiruan resin.3

Kekuatan transversal dari resin akrilik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti berat molekul, ukuran partikel polimer, monomer sisa, komposisi plasticizer, jumlah dari ikatan silang pada rantai molekul, porositas, dan ketebalan dari basis gigitiruan. Absorbsi air dengan cara berdifusi ke dalam matriks resin akan menurunkan kekuatan transversal karena peningkatan air akan menyebabkan bertambahnya jarak antara rantai molekuler yang akan bertindak sebagai

(33)

Standar kekuatan transversal basis gigitiruan adalah tidak kurang dari 60 – 65 Mpa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Orsi IA (2004) menyatakan bahwa nilai kekuatan transversal RAPP dengan merek QC 20 adalah 947,7 Kg/cm2. Menurut keterangan pabrik, nilai kekuatan transversal RAPP dengan merek Vertex RS adalah 852 Kg/cm2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee (2007) menyatakan bahwa kekuatan transversal RAPP adalah 827 Kg/cm2.33,34,41-43

2.5 Minuman Beralkohol

2.5.1 Pengenalan

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan apabila seseorang mengkonsumsinya akan dapat menyebabkan penurunan kesadaran.44 Minuman beralkohol adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air dan teh.45,46

Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya minuman ini hanya boleh dijual kepada orang-orang yang telah melewati batas usia tertentu.44 Minuman ini dikonsumsi secara legal di sebagian besar negara, dan lebih dari 100 negara memiliki undang-undang yang mengatur produksi, penjualan, dan konsumsi. Secara khusus, undang-undang tersebut menentukan batas usia minimum dimana seseorang secara sah bisa membeli atau minum minuman beralkohol. Usia minimum ini bervariasi antara 16 hingga 25 tahun, tergantung pada negara dan jenis minuman. Sebagian besar negara menetapkan batas usia 18 tahun.47

(34)

Produksi dan mengkonsumsi minuman beralkohol juga menjadi budaya sejumlah negara di dunia baik yang kaya atau miskin. Minuman beralkohol seringkali merupakan bagian penting dari kegiatan sosial dalam budaya. Banyak kebudayaan, dengan mengkonsumsi minuman beralkohol akan memainkan peran penting dalam interaksi sosial.48

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa ada sekitar 2 miliar orang seluruh dunia yang mengkonsumsi minuman beralkohol dan 76,3 juta diantaranya memiliki ketergantungan dengan alkohol. Menurut WHO (2004) dari data tahun 1961 sampai dengan tahun 2000 terlihat kenaikan dalam jumlah konsumsi berbagai minuman beralkohol secara global : 20

 

Gambar 1 : Nilai Konsumsi Global Per Kapita Mulai dari Tahun 1961-2000 24

 

(35)

Penelitian yang dilakukan oleh Bich TH dkk (2009) menunjukkan bahwa prevalensi konsumsi alkohol pada laki-laki di Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan dengan hasil peneliti-peneliti lain yaitu 45 %.21,49

Efek dari minuman beralkohol terhadap seseorang adalah berbeda-beda tergantung dari jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan riwayat konsumsi alkohol sebelumnya.48

Apabila minuman beralkohol dikonsumsi terlalu berlebihan, maka akan dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat.24,44,47,50,51

Minuman beralkohol dibuat dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan cara fermentasi dari bahan baku yang mengandung pati atau gula tinggi. Bahan baku yang umum dipakai adalah biji-bijian (seperti jagung, beras, gandum dan

barley), umbi-umbian (seperti kentang dan ubi kayu), buah-buahan (seperti anggur apel, pir, cherry), tanaman palem (seperti aren, kelapa, nipah), gula tebu dan gula bit. Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang ingin dihasilkan. Proses fermentasi singkat (fermentasi tidak sempurna), sekitar 1-2 minggu, dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3%-8%. Sementara pada proses fermentasi sempurna, mencapai waktu bulanan bahkan tahunan, dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol sekitar 7%-18%. Untuk menghasilkan minuman beralkohol dengan kadar etanol lebih tinggi, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui proses distilasi (penyulingan) terhadap produk

(36)

beverages. Kedua, dengan mencampur produk hasil fermentasi dengan produk hasil distilasi.44,51

2.5.2 Jenis dan Kandungan Minuman Beralkohol

Di Indonesia, peredaran minuman beralkohol ini telah diatur dengan tegas dan jelas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.86/Menkes/Per/IV/77 tentang minuman keras. Menurut peraturan tersebut, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi berdasarkan persentase kandungan etanol per volume pada suhu 20°C. Ada3 golongan minuman berakoholyaitu : 22-24,44

1. Golongan A : kadar etanol 1%-5% (bir)

2. Golongan B : kadar etanol 5%-20% (anggur/wine)

3. Golongan C : kadar etanol 20%-45% (Whiskey, Vodka, TKW, Manson House, Johny Walker).

Beberapa jenis minuman beralkohol yang banyak beredar di pasaran antar lain adalah bir dengan kandungan etanol sebanyak 3%-15%, anggur merah dengan kandungan etanol 9%-18%, whisky dan brandy dengan kandungan etanol minimal 30%, dan vodka dengan kandungan etanol yang cukup tinggi yaitu sejumlah 40%.

2.5.2.1 Bir

(37)

Jenis bir banyak ditemukan di Indonesia seperti Bir Bintang, Henneiken,Guiness dan Anker. Bir Bintang mengandungi 5% alkohol.

2.5.2.2 Anggur Merah atau Putih

Anggur merah (wine) adalah minuman beralkohol, yang dihasilkan dari jus anggur merah yang difermentasi bersama kulitnya yang mengandung pigmen merah, sementara anggur putih (white wine) dibuat dari buah anggur warna putih dan difermentasi tanpa kulit.51,57 Meskipun buah-buahan lainnya seperti apel dan berry

juga dapat difermentasi menjadi anggur, tetapi anggur yang dihasilkan biasanya dinamakan berdasarkan buah atau biji-bijian untuk membuatnya seperti apple wine,

elderberry wine, barley wine dan rice wine.57 Pembuatan anggur melibatkan proses fermentasi dan proses pematangan yang cukup panjang (bulan atau tahun) untuk menghasilkan kandungan alkohol sebesar 9%-16%.51,57 Salah satu jenis anggur merah/putih yang dijual dipasaran adalah James Martin Wine dengan kandungan alkohol 14,8%.

2.5.2.3 Vodka

Vodka adalah salah satu minuman beralkohol yang paling populer. Warnanya jernih dan dapat dijumpai tanpa aroma atau dengan aroma dan rasa tertentu dengan kadar alkohol berkisar 40% -55%. Vodka terbuat dari hasil fermentasi seperti gandum atau kentang.58,59 Vodka diperkenalkan pertama kali sejak abad ke-14 di negara Rusia dengan nama Voda yang berarti air. Jenis vodka yang dapat ditemukan dipasaran adalah seperti Absolute Vodka, Bacardi dan James Martin Vodka yang rata-rata mengandung 40% alkohol.

(38)

Karakteristik vodka yang utama adalah dilakukannya proses distilasi hasil fermentasi secara berulang kali. Distilasi berulang vodka akan membuat kadar etanol menjadi makin tinggi.57

2.6 Pengaruh Minuman Beralkohol Terhadap Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Dari sekian banyak pasien yang memakai gigitiruan, sebagian diantaranya memakai basis gigitiruan yang terbuat dari bahan RAPP. Tidak menutup kemungkinan pengguna basis gigitiruan RAPP untuk berkontak dengan alkohol bila pemakai gigitiruan tersebut mengkonsumsi minuman beralkohol.

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat larut dalam keton, ester, aromatik, dan alkohol. Hal ini akan menyebabkan terjadinya crazing pada resin akrilik.2,6,14,15 Crazing adalah bentuk retakan kecil pada permukaan basis gigitiruan resin akrilik.14 Retakan ini dapat berupa mikroskopik atau makroskopik. Crazing

memiliki efek melemahkan resin dimana akan memutuskan rantai molekul polimer dan menyebabkan permukaan resin menjadi buram dan berkabut sehingga menurunkan kualitas estetis basis gigitiruan. Retakan yang terjadi merupakan predisposisi terjadinya fraktur basis gigitiruan.2,6,15,16

Shcherba (1972) mengatakan bahwa ikatan hidrogen bisa terbentuk antar kelompok ester karbonil polimetilmetakrilat dan hidroksil dari alkohol. Energi pada ikatan berbeda untuk alkohol yang berlainan karena variasi dalam interaksi antar molekul dan memberi efek berlainan pada sifat mekanis bahan basis gigitiruan resin akrilik.19 Hargreaves (1981) menyatakan bahwa perendaman RAPP dalam methanol

(39)

polimer dan memperluas ruang antar rantai sehingga efek plasticizing bahan menjadi meningkat.15 Vlissidis (1997) menyatakan bahwa pada peminum alkohol, basis gigitiruan berfungsi dalam suasana yang korosif. Aksi alkohol adalah bersifat ganda yaitu pertama terjadi stress crazing yang akan menurunkan kekuatan statik dan dinamik dari material dan kedua menimbulkan efek korosif pada permukaan gigitiruan.14 Menurut Kawagoe (2002), crazing pada RAPP yang terpapar alkohol tidak berhubungan dengan parameter kelarutan maupun equiliribium kelarutan tetapi disebabkan oleh platicization akibat difusinya bahan.18

Menurut Pavarina (2003), penelitian yang dilakukan Asad dkk dengan menggunakan resin homopolimer non-crosslinked telah menemukan bahwa ada pengaruh terhadap kekuatan bahan apabila sampel direndam di dalam desinfektan yang mengandung alkohol dibandingkan sampel yang direndam di dalam air. Asad dkk menyatakan bahwa, alkohol akan bertindak sebagai pelarut yang menyebabkan terjadinya crazing pada permukaan homopolimer non-crosslinked sehingga bahan lebih rentan terhadap fraktur.60 Menurut Regis (2008) sifat mekanis RAPP dipengaruhi oleh etanol yang mana dimulai dengan terjadinya pemisahan komponen resin unloaded pada permukaan resin akrilik untuk jangka waktu yang lama dan seterusnya efek stress crazing.25 Shen (1989) dalam penelitiannya menemukan bahwa bahan desinfektan dengan buffer mengandung alkohol dapat menyebabkan timbulnya

pitting dan pelunakan pada permukaan RAPP setelah 2 hari perendaman.17

22

(40)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris

3.2 Sampel dan Besar Sampel

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan bahan RAPP dengan ukuran batang uji (65x10x2,5) mm (ADA Spec.No.12).61 (Gambar 2)

10 mm

2,5 mm

Gambar 2 : Ukuran Batang Uji

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

  65 mm

(41)

Dalam rumus akan digunakan t = 4 karena sampel terdiri dari 4 kelompok perlakuan, yaitu :

a. Kelompok A : Sampel RAPP yang direndam dalam akuades (kontrol) b. Kelompok B : Sampel RAPP yang direndam dalam bir

c. Kelompok C : Sampel RAPP yang direndam dalam anggur merah d. Kelompok D : Sampel RAPP yang direndam dalam vodka

maka jumlah sampel (n) minimal tiap kelompok ditentukan sebagai berikut:62 ( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

( 4 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 3 ( r – 1 ) ≥ 15 3r – 3 ≥ 15 3r ≥ 15 + 3 r ≥ 18 / 3 r ≥ 6

Maka N = 24 sampel (untuk 4 kelompok)

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas : Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam :

a) Akuades (kontrol)

b) Bir dengan kadar alkohol 5%

c) Anggur Merah dengan kadar alkohol 14,8%

(42)

d) Vodka dengan kadar alkohol 40%

3.3.1.2 Variabel Terikat :

Kekuatan transversal RAPP

3.3.1.3 Variabel Terkendali :

1. Ukuran batang uji

2. Jenis minuman beralkohol yaitu bir, anggur merah dan vodka

3. Lama perendaman 4. Suhu perendaman

5. Perbandingan powder dan liquid RAPP 6. Perbandingan powder gips keras dan air 7. Waktu pengadukan gips

8. Suhu dan waktu kuring 9. Tekanan pengepresan 10. Teknik pemolesan 11. Wadah dari kaca

3.3.2 Definisi Operasional

(43)

2. Batang uji adalah RAPP yang dibuat berbentuk batang dengan ukuran (65 x 10 x 2,5) mm (ADA Spec.No.12) yang didapat dari model induk terbuat dari logam 3. Kekuatan transversal resin akrilik adalah ketahanan resin akrilik setelah polimerisasi terhadap suatu beban vertikal yang dikenakan pada sebuah batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya sampai batang uji tersebut patah

4. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandungi etanol. Pada penelitian ini digunakan 3 jenis minuman beralkohol yaitu :

a. Bir. Pada penelitian ini digunakan Bir Bintang dengan kandungan alkohol 5%

b. Anggur merah. Pada penelitian ini digunakan James Martin Wine dengan kandungan alkohol 14,8%

c. Vodka. Pada penelitian ini digunakan James Martin Vodka dengan

kandungan alkohol 40%

5. Lama perendaman adalah lama waktu yang digunakan untuk merendam sampel yaitu 30 hari dan bahan rendaman diganti setiap hari. Waktu yang digunakan berdasarkan konsumsi minuman sehari-hari dikalkulasi seperti berikut :25,63

a) 30 hari sama dengan 2.5 tahun penggunaan dengan perkiraan setiap kali minum (1 dosis) bertahan selama 15 menit dan setiap hari minum 3.2 dosis

b) Setahun (365 hari) = 2.5 tahun × 365 hari × 48 menit = 43800 menit c) Sehari 24 jam × 60 menit = 1440 menit

d) 43800 : 1440 = 30 hari

(44)

7. Perbandingan adonan gips keras adalah perbandingan antara jumlah gips keras : air yaitu 100 gr : 30 ml 64

8. Perbandingan adonan RAPP polimer : monomer adalah 2 gr : 1 ml

9. Waktu pengadukan gips keras adalah waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips yaitu dengan memakai spatula selama 15 detik dilanjutkan dengan

vaccum mixer selama 30 detik

10. Tekanan pengepresan adalah tekanan yang diperlukan untuk mengepress kuvet yang telah berisi RAPP, tekanan pertama 1000 psi dan tekanan kedua 2200 psi

11. Suhu dan waktu kuring pada RAPP adalah fase I 70°C selama 90 menit dan fase II 100°C selama 30 menit33

12. Teknik pemolesan adalah cara pemolesan sampel supaya diperoleh permukaan yang rata, halus dan mengkilat. Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis. Sampel dihaluskan menggunakan kertas pasir waterproof ukuran 400, 600 dan 800 dibawah aliran air

13. Wadah kaca adalah wadah yang digunakan untuk merendam sampel. Pada penelitian ini digunakan wadah kaca yang memiliki tutup

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

(45)

3.4.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Februari 2011

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan dan Merendam

Sampel

a. Kuvet logam ( Smic. China) b. Rubber bowl dan spatula

c. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Jerman) d. Unit Kuring (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia)

e. Vacuum mixer (Whip, USA)

f. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) g. Hydraulic press (OL 57 Manfredi, Italia) h. Portable dental engine (Maraton, Jepang) i. Straight handpiece (Maraton, Jepang) j. Lekron (Smic, China)

k. Model induk logam dengan ukuran (65x10x2,5) mm (ADA No.12) l. Gelas beker, pot porselen, pipet

m. Mata bur fraser n. Sarung tangan o. Masker p. Pinset

(46)

q. Tisu

r. Wadah kaca

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel

Alat uji kekuatan transversal Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine ( 2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo-Japan)

3.5.2 Bahan Penelitian

a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, England) b. Bir (Bintang)

c. Anggur merah (James Martin) d. Vodka (James Martin)

e. Gips keras ( Moldano, Germany) f. Vaselin

g. Plastik Selopan

h. Cold Mould Seal (QC-20, England) i. Akuades

j. Air

(47)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel

3.6.1.1 Pembuatan Mould

a) Membuat adonan gips keras, perbandingan gips dengan air adalah 300 gram : 90 ml air untuk kuvet bawah dan atas 65

b) Adonan gips keras diaduk dengan spatula selama 15 detik sampai tercampur homogen kemudian dengan vacuum mixer selama 30 detik

c) Adonan gips keras dimasukkan ke dalam kuvet bawah yang telah disiapkan di atas vibrator

d) Model induk diletakkan pada adonan gips yang akan mulai mengeras yang ada dalam kuvet dimana masing-masing kuvet berisi 3 model induk

e) Setelah agak mengeras lalu gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit

f) Permukaan gips diolesi dengan vaselin kemudian kuvet atas dipasangkan dan diisi dengan adonan gips keras diatas vibrator

g) Setelah gips mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat, cetakan model yang didapat dituangi air panas untuk membuang sisa vaselin sampai bersih

h) Setelah kering olesi dengan cold mould seal, tunggu selama 20 menit (sesuai dengan petunjuk pabrik)

(48)

Gambar 3 : Model Induk dari Logam (65 x 10 x 2,5) mm

Gambar 4 : Vibrator (Pulsar 2 Fili Manfredi, Italia)

Gambar 5 : Penanaman Model Induk pada Kuvet Bawah (65 x 10 x 2,5) mm

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik pada Mould

(49)

b) Mould yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik c) Plastik selopan diletakkan diantara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan press hidrolik dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm2)

d) Kuvet dibuka dan kelebihan akrilik dipotong, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan dengan tekanan 2200 psi (154 kg/cm2) kemudian baut dipasang

3.6.1.3 Kuring

Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 70°C selama 90 menit dan fase II 100°C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari kuring unit dan dibiarkan dingin pada suhu kamar.33

Gambar 6 : Waterbath(Filli

Manfredi, Italia)

(50)

3.6.1.4 Penyelesaian Akhir

Batang uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser. Batang uji kemudian dihaluskan dengan kertas pasir waterproof dengan nomor 400, 600 dan 800 di bawah air mengalir sampai diperoleh ukuran yang diinginkan (65 x 10 x 2,5) mm kemudian diberi tanda pada garis tengahnya dengan spidol.

Gambar 7 : Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas

3.6.2 Perendaman Sampel

Sampel kelompok A direndam dalam 250 ml akuades sedangkan sampel penelitian kelompok B, C dan D direndam dalam 250 ml masing-masing minuman beralkohol dalam wadah kaca berpenutup selama 30 hari dan ditempatkan pada inkubatordengan suhu 37°C. 25

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Transversal

(51)

antar kedua penyangga adalah 50 mm.25,28,66,67 Sebelum dilakukan tes, batang uji direndam dalam akuades pada suhu kamar selama 48 jam (Spesifikasi ADA No.12).60 Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian tengah serta ditempatkan pada alat sedemikian rupa, sehingga alat menekan batang uji tepat pada garis tersebut hingga fraktur.3,64,68,69 Pada monitor akan terlihat nilai yang didapat dari hasil uji.

Gambar 8 : Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine, Japan)

34

(52)

Gambar 9 : Alat Menekan Tepat pada Bagian Tengah Sampel

Gambar 10 : Sampel Setelah Diukur

Cara perhitungan kekuatan transversal digunakan rumus : (Phillips, 2003)2

S =

Keterangan:

S : Kekuatan transversal (kg/cm2) I : Jarak Pendukung (cm)

P : Beban (kg)

(53)

3.7 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah memakai uji statistik Anova Satu Arah untuk melihat apakah ada pengaruh minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal RAPP sedangkan untuk melihat signifikansi perbedaan pengaruh antar perlakuan dari masing-masing kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol digunakan uji Komparansi Ganda (LSD Test).

(54)

4.1 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam Dalam Akuades, Bir, Anggur Merah dan Vodka

Kekuatan transversal diuji menggunakan alat uji kekuatan transversal (Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine) dengan memberikan beban sampai patahnya batang uji RAPP. Besar beban dinyatakan dengan satuan Kg/cm2.

(55)

Dari semua kelompok sampel, nilai rerata kekuatan transversal terkecil ditemukan pada kelompok D dengan nilai kekuatan transversal terendah terdapat pada sampel nomor 3 yaitu 800.856 Kg/cm2. Nilai rerata kekuatan transversal terbesar di temukan pada kelompok B dengan nilai kekuatan transversal terbesar terdapat pada sampel nomor 3 yaitu 1021.944 Kg/cm2.

Tabel 1. KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASIS GIGITIRUAN RAPP YANG DIRENDAM DALAM AKUADES, BIR, ANGGUR MERAH DAN VODKA

No. Samp

el

KEKUATAN TRANSVERSAL (KT)

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D

(56)

Pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam akuades, bir, anggur merah dan vodka terhadap kekuatan transversal dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah. Sebelum dilakukan uji Anova, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui data benar-benar homogen. Hasil uji Levene diperoleh nilai 0.531 dengan tingkat signifikansi 0.666 (p 0.05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen.

Hasil uji Anova diperoleh signifikansi p = 0.010 (p 0.05), hal ini berarti ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal (Tabel 2).

Tabel 2. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Between Groups 36484.002 3 12161.334 4.920 0.010* Within Groups 49436.091 20 2471.805

Total 85920.092 23

* Signifikan

4.3 Perbedaan Kekuatan Transversal antara Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam Dalam Akuades, Bir, Anggur Merah dan Vodka

(57)

antar kelompok perlakuan ditemukan pada kelompok B dengan p = 0.716 (p 0.05) dan kelompok C dengan p = 0.382 (p 0.05) (Tabel 3).

Tabel 3 : UJI LSD PADA KEKUATAN TRANSVERSAL

Kelompok A

X = 945.896 SD = 58.420

Kelompok B X = 956.480 SD = 53.316

Kelompok C X = 856.770 SD = 35.346

Kelompok D X = 783.411 SD = 55.825

Kelompok A - P = 0.716 P = 0.382 P = 0.005*

Kelompok B P = 0.716 - P = 0.221 P = 0.002*

Kelompok C P = 0.382 P = 0.221 - P = 0.037*

Kelompok D P = 0.005* P = 0.002* P = 0.037* * Signifikan

(58)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antar beberapa kelompok eksperimen dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.70,71

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam Dalam Akuades, Bir, Anggur Merah dan Vodka

(59)

kelompok kontrol, yaitu 1010.184 Kg/cm2. Nilai kekuatan transversal terendah ditemukan pada sampel nomor 3 yang direndam dalam vodka (800.856 Kg/cm2). Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai kekuatan transversal yang terendah yang ada pada kelompok kontrol, yaitu 859,656 Kg/cm2.

Hal ini menunjukan bahwa, walaupun setiap sampel pada masing-masing kelompok diberi perlakuan yang sama namun hasil kekuatan transversal yang didapat tetap berbeda. Perolehan hasil yang sangat bervariasi ini kemungkinan disebabkan oleh adanya internal porosity yang tidak terlihat pada permukaan sampel resin akrilik. Internal porosity ini biasanya terdapat pada bagian dalam resin akrilik, dimana panas yang masuk tidak dapat keluar dan menyebabkan temperatur resin meningkat di atas titik didih monomer sehingga molekul monomer menguap dan terbentuk gelembung-gelembung. Porositas yang terjadi ini dapat meningkatkan penyerapan cairan dan menurunkan kekuatan transversal RAPP.6 Selain itu, hasil yang bervariasi tersebut kemungkinan juga dapat disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan sampel yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian, antar lain kandungan monomer sisa dan teknik pengadukan.72 Menurut Pavarina (2003) proses kuring yang digunakan untuk QC 20 mungkin memiliki kandungan monomer sisa yang tinggi. Pavarina mengatakan besar kemungkinan kandungan monomer sisa yang tinggi dapat mempengaruhi sifat mekanikal bahan dengan bertambahnya efek plasticizing yang akan melemahkan rantai ikatan polimer sehingga deformasi lebih mudah terjadi.60

(60)

direndam dalam vodka adalah 856.128 ± 41.331 Kg/cm2. Nilai rerata kekuatan transversal yang diperoleh pada kelompok kontrol dalam penelitian ini kurang dari hasil yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Orsi (2004) dengan menggunakan bahan RAPP yang sama (merek QC 20) adalah 996.66 Kg/cm2.41 Ini mungkin karena waktu perendaman dalam penelitian ini adalah lebih lama (30 hari) dibandingkan dengan penelitian Orsi (7 hari) sehingga diduga difusi air yang terjadi ke dalam RAPP akan lebih besar dan mempengaruhi nilai kekuatan transversal.

5.2.2 Pengaruh Perendaman Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Polimerisasi Panas Dalam Akuades, Bir, Anggur Merah dan

Vodka

Dari hasil penelitian dari tabel 2 terlihat bahwa ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal karena diperoleh signifikan p = 0.001 (p 0.005). Menurut Regis (2008) alkohol dan air merupakan dua jenis pelarut yang mempunyai sifat yang merusak bahan-bahan kedokteran gigi.25

(61)

Nilai rerata pada penelitian ini berbeda dengan nilai rerata kekuatan transversal yang diperoleh Regis (2008). Hal ini disebabkan oleh perbedaan merek resin akrilik yang digunakan yaitu dalam penelitian Regis digunakan resin akrilik merek Onda-Cryl

sementara dalam penelitian ini digunakan resin akrilik merek QC 20. Regis melakukan proses polimerisasi dengan menggunakan microvawe sementara dalam penelitian ini proses polimerisasi dilakukan dengan menggunakan waterbath. Regis menggunakan etanol sebagai bahan rendaman sementara dalam penelitian ini digunakan minuman beralkohol dengan persentase yang berbeda dan ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian Regis adalah (65 x 10 x 3,3) mm sedangkan dalam penelitian ini digunakan ukuran (65 x 10 x 2,5) mm.25

5.2.3 Perbedaan Kekuatan Transversal antara Bahan Basis Gigitiruan

Resin Akrilik Polimerisasi Panas yang Direndam Dalam Akuades, Bir, Anggur Merah dan Vodka

Hasil Uji LSD pada tabel 3, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam penurunan kekuatan transversal pada kelompok sampel yang direndam dalam

vodka baik jika dibandingkan dengan kelompok kontrol maupun kelompok sampel

yang direndam dalam bir dan anggur merah dengan p = 0.005 (p 0.05). Adanya perbedaan yang signifikan dalam kekuatan transversal pada kelompok sampel yang direndam dalam vodka kemungkinan disebabkan karena minuman vodka memiliki kandungan alkohol yang cukup tinggi yaitu 40% yang diduga dapat menurunkan kekuatan transversal. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menerangkan efek kandungan etanol terhadap resin akrilik.14,25

(62)

polimer dan memperluas ruang antar rantai sehingga efek plasticizing bahan menjadi meningkat.15 Vlissidis (1997) menyatakan bahwa pada peminum alkohol, basis gigitiruan berfungsi dalam suasana yang korosif. Aksi alkohol adalah bersifat ganda yaitu pertama terjadi stress crazing yang menurunkan kekuatan statik dan dinamik dari material dan kedua menimbulkan efek korosif pada permukaan gigitiruan.14

Menurut Pavarina (2003), penelitian yang dilakukan Asad dkk dengan menggunakan resin homopolimer non-crosslinked telah menemukan bahwa ada pengaruh terhadap kekuatan bahan apabila sampel direndam di dalam disinfektan yang mengandung alkohol dibandingkan sampel yang direndam didalam air. Asad dkk menyatakan bahwa, alkohol akan bertindak sebagai pelarut yang menyebabkan terjadinya crazing pada permukaan homopolimer non-crosslinked sehingga bahan lebih rentan terhadap fraktur.60 Menurut Regis (2008) etanol dapat memisahkan rantai polimer dan merusaknya secara plastis dengan mudah yang dapat menyebabkan

crazing.25

Hasil pada tabel 3 juga memperlihatkan meskipun terdapat perbedaan nilai kekuatan transversal antara kelompok sampel yang direndam dalam minuman bir (p = 0.726), anggur merah (p = 0.382) dengan kelompok kontrol, tetapi perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna (p 0.05). Hal ini mungkin disebabkan kandungan alkohol yang dimiliki oleh bir dan anggur merah tidak cukup untuk menurunkan nilai kekuatan transversal resin akrilik secara bermakna.

(63)

Pada penelitian ini banyak variabel yang harus dikendalikan untuk mendapatkan sampel yang homogen tetapi terdapat hal-hal yang diluar kemampuan peneliti sehingga mungkin terdapat kesalahan-kesalahan sewaktu pemprosesan sampel yang dapat mempengaruhi hasil data yang diperoleh misalnya teknik dan lamanya pengadonan bahan resin, teknik pengepresan, ketepatan ukuran batang uji serta teknik pemolesan mekanis. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa minuman beralkohol dengan kadar etanol 40 % yang digunakan untuk merendam bahan basis gigitiruan RAPP telah menurunkan nilai kekuatan transversal secara signifikan tetapi untuk minuman beralkohol dengan kadar etanol yang lebih rendah perbedaanya tidak signifikan. Hal ini diduga bahwa etanol dengan konsentrasi tertentu akan bertindak sebagai pelarut yang memisahkan dan merusakkan rantai polimer dari bahan RAPP, mengakibatkan terjadinya crazing sehingga bahan lebih rentan terhadap fraktur.25,60

Vlissidis (1997) dalam penelitiannya tentang pengaruh alkohol terhadap kekuatan statik dan kualitas permukaan RAPP menyatakan bahwa batas minimal kadar etanol yang dapat memberikan efek terhadap penurunan kekuatan statik dan dinamik bahan RAPP adalah diatas 40%. Meskipun demikian, peneliti belum menemukan literatur yang menyatakan berapa kadar minimal etanol yang dapat mempengaruhi kekuatan transversal dan bagaimana mekanismanya.

(64)

Selain daripada itu, pada penelitian ini digunakan jumlah sampel minimal yaitu 6 buah sampel untuk setiap kelompok sehingga perolehan nilai yang ekstrim pada sampel tertentu akan sangat mempengaruhi hasil rerata dan perhitungan uji statistik yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang pengaruh perendaman bahan basis RAPP dalam larutan alkohol terhadap kekuatan transversal mungkin diperlukan jumlah sampel yang jauh lebih besar dan untuk nilai kekuatan transversal yang ekstrim tidak dimasukkan dalam perhitungan statistik.

(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian eksperimental laboratoris yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai rerata kekuatan transversal bahan basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam akuades adalah 945.896 ± 58.420 Kg/cm2, direndam dalam bir adalah 956.480 ± 53.316 Kg/cm2, direndam dalam anggur merah adalah 920.220 ± 43.855 Kg/cm2 dan yang direndam dalam vodka adalah 856.128 ± 41.331 Kg/cm2.

2. Ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan RAPP dalam minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0.001 (p 0.05) pada konsentrasi tertentu.

(66)

akan mengambil waktu yang lebih lama untuk mempengaruhi kekuatan transversal. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan transversal bahan basis RAPP menurun apabila pasien mengkonsumsi minuman beralkohol untuk jangka waktu yang lama sehingga perlu diinformasikan kepada pasien bahwa dengan mengkonsumsi alkohol untuk jangka waktu yang lama dapat mengurangi kekuatan basis gigitiruan.

6.2. Saran

1. Perlu diinformasikan kepada pasien pemakai gigitiruan dengan basis RAPP yang mengkonsumsi minuman beralkohol bahwa alkohol dapat mempengaruhi kekuatan basis gigitiruan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek lainnya dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam minuman beralkohol.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang efek minuman beralkohol terhadap bahan basis gigitiruan yang lain.

(67)

DAFTAR RUJUKAN

1. Phillips RW. Science of dental materials. 8th ed. Skinners Company, 1982: 177-215

2. Anusavice, Kenneth J. Phillips buku ajar ilmu kedokteran gigi. Trans. Johan Arif Budiman, Susi Purwoko. Lilian Juwono, eds. Edisi 10. Jakarta : EGC, 2003 : 41, 197-98, 201-5, 214-5.

3. Anderson, John N. Applied dental materials. 4th ed. England : Blackwell Scientific Publications, 1972 : 19, 212, 226-7.

4. Combe, EC. Sari dental material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka, 1992 : 27,52, 174-5, 270-1, 277-80

5. Kristina D. Kekuatan transversa (transversal strength) akrilik self cured dan akrilik heat cured direndam rebusan daun sirih (piper bittle) sebagai bahan

pembersih gigi tiruan lepasan. Maj Ked Gi 2007; 22(4) : 123

6. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Dehli: Jaypee Brothers Medical Publishers (P), 1998: 98-137

7. Wilson HJ, Mansfield MA, Health JR, Spence D. Dental Material 8th ed. Oxford : Blackwell Scientific Publication, 1987 : 353-71

8. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Maj Ked Gi. 2005; 38(1): 36-40

(68)

<http://www.tmj.ro/pdf/2005_number_3_8332355611244.pdf> (20 Augustus 2009)

10.Nirwana I. Porositas resin akrilik rapid heat-cured dengan proses kuring yang berbeda. Maj Ked Gi .

<http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/dj/article/view/738/734> ( 24 Oktober 2010)

11.Yuliati A. Viabilitas sel fibroblast BHK-21 pada permukaan resin akrilik rapid heat cured. Maj Ked Gi.

<http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/dj/article/view/931/928> (24 Oktober 2010)

12.Syahfirti A. Pengaruh sifat-sifat fisik resin akrilik terhadap basis protesa. (7 September 2008) <http:.//usu.ac.id> (24 Oktober 2010) (abstrak)

13.Kusdarjati E. Kekuatan transversa resin akrilik jenis heat cured yang direndam dalam minuman tuak. Dent J Unair. Oktober2003; 36(4)

14.Vlissidis D, Prombonas A. Effect of alcoholic drinks on surface quality and mechanical strength of denture base materials. John Wiley & Sons,Inc.1997 15.Hargreaves AS. The effect of the environment on the crack initiation

toughness of dental poly(methyl methacrylate). J Biomed Res. 1981; 15 : 757-68

16.Tuna SH, Keyf F, Gumus HO, Uzun C. The evaluation of water sorption/ solubility on various acrylic resins. Eur J Dent 2008; 2 : 191-7

(69)

18.Kawagoe M, Ishimi T. On the properties of organic liquids affecting the crazing behavior im glassy polymers. J Mat Sci 2002; 37 : 5115-21

19.Shcherba ND, Shoshko AI, Tynnyi AN. Role of the hydrogen bond in the variation of the strength of polymethylmathacrylate in alcohols (abstract). Mat Sci 1972 ;8(2) : 224

20.WHO. Global status report on alcohol 2004. <http://www.who.int/substance> (24 Oktober 2010)

21. Bich TH et al. Patterns of alcohol consumption in diverse rural populations in the asian region. PubMed Central; Global Health Action. 2009;2

22.Basri KH, Azis HM. Hukum alkohol dalam minuman. 10 Oktober 1993 <http://infad.usim.edu.my/modules.php?op=modload&name=News&file=arti cle&sid=1393&newlang=mas > (24 Oktober 2010)

23. Anonymous. Peraturan daerah kabupaten cilacap N0.7 thn 2000 tentang larangan minuman keras.

<http://www.cilacapkab.go.id/download/perda/Perda_clp_2000_07.pdf> (24 Oktober 2010)

24.Hartaya PM, Bintoro MAG, Ningsih ES, Puspitasari R. Mau tau tentang minuman beralkohol. 14 Mei 2008.

25.Regis RR, Soriani NC, et al. Effects of ethanol on the surface and bulk properties of a microwave-processed PMMA denture base resin. J Pros 2009; 18:489-495

(70)

26.Kircher JE, Zubritsky C, Cody M, et al. Alcohol consumption among older adults in primary care. J Gen Intern Med 2007; 22: 92-7

27.Mante FK, Mante MO, Petropolous VC. In vitro changes in hardness of sealed resilient lining materials on immersion in various fluids. J Pros 2008; 17 : 384-91

28.Ismiyati T. Pengaruh perendaman khlorheksidin sebagai bahan pembersih terhadap kekuatan transversa basis gigi tiruan lengkap resin akrilik dengan

soft liner. Maj Ked Gi 2006; 13(2) : 146-9

29.Beyli MS, Franhafer JA. An analysis of causes of fracture of acrylicresin dentures. J Pros Dent 1981; 46(3) : 238-9

30.Darbar UR, Huggett R, Harrison A. Denture farcture- a survey. Br Dent J 1994; 176 : 342

31.Jagger D, Harrison A. Complete dentures – problem solving. Brit Dental J 1999 : 9

32.Yesilyurt C, Yoldas O, Altintas SH, Kusgoz A. Effects of food-stimulating liquids on the mechanical properties of a silorane-based dental composite. Dent Mat J. 2009; 28(3): 362-7

33.Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on colour stability and flexural strength of denture base materials. Thesis. Thailand: University of Mahidol, 2008: 1-73.

(71)

35.Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, dkk. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagain lepasan. Jilid 1. Jakarta: Hipokrates, 1991: 218-20

36.Hilgenberg SP dkk. Evaluation of surface physical properties of acrylic resins for provisional prosthesis. Mat Res. 2008;11(3)

37.O’Brien WJ. Dental material: properties and selection. Chicago: Quintessence Publishing Co. Inc, 1989:158, 164-6

38.Pingarron MDC. Valpast: a new concept of partial removable prosthesis.

<http://www.informed.es/aragonesis/casos/3.html> (14 okt 2010)

39.R, Thomas. Physical properties of four acrylic denture base resins. J Contemp Dent Prac 2005; 6(4):2

40.Craig RG. Restorative dental material. 9th ed. USA : Mosby,1993 : 72-3 41.Orsi IA, Andrade VG. Effect of chemical disinfectant on the transverse

strength of heat-polymerized acrylic resins submitted to mechanical and

chemical polishing. J Pros Dent 2004; 92: 382-8

42.Lee SI, Kim CW, Lim YJ, Kim MJ, Yun SD. Strength of glass fiber reinforced PMMA resin and surface roughness change after abrasion test. J Korean Acad Prosthodont 2007.

43.Jufri M. Pembuatan Komposit berbasis polyester dengan penguat serat alam. <http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/viewFile/ 84/83_umm_research_report_fulltext.pdf> (24 November 2010)

44.Anonymous. Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. <http://info.g-excess.com/id/online/minuman-keras-Narkoba.info> (24 Oktober 2010)

(72)

45.Ratliff C. 5 most popular beverages we love. 19 Maret 2010

<http://ezinearticles.com/?5-Most-Popular-Beverages-We-Love&id=3963099> (24 Oktober 2010)

46.Pomerleau J, McKee M. Types of alcoholic drinks consumed and beliefs related to alcohol intake in eight countries of the former Soviet Union. <http://www.llh.at/punlications/02_uk_03.pdf > (24 Oktober 2010)

47.WHO. Minimum age limits worldwide. January 2010 <http://www.icap.org/table/MinimumAgeLimitsWorldWide> (24 Oktober 2010)

48.Anonymous. Minuman beralkohol dan kesehatan. I Februari 2010 <http://blogdokter.net/2010/02/01/minuman-beralkohol-dan-kesehatan/> (24 Oktober 2010)

49.Rehn N, Room R, Edwards G. Alcohol in the european region-consumption,

harm and policies. Copenhagen,Denmark: WHO Regional office for Europe;

2001.

50.Anonymous. Pengaruh alkohol. <http://nusaindah.tripod.com/alkohol.htm> (24 Oktober 2010)

51.Pramita Y. Ragam jenis minuman beralkohol. 7 Januari 2009. <http://www.ragam-jenis-minuman-beralkohol_07_html> (24 Oktober 2010)

Gambar

Gambar
Gambar 1 : Nilai Konsumsi Global Per Kapita Mulai dari Tahun 1961-2000  24
Tabel 1.   KEKUATAN TRANSVERSAL BAHAN BASIS GIGITIRUAN  RAPP                 YANG DIRENDAM DALAM AKUADES, BIR, ANGGUR MERAH                 DAN VODKA
Tabel 2. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan penambahan serat kaca 1% pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas akan terjadi peningkatan kekuatan

Hasil penelitian kekuatan perlekatan bahan perekat gigitiruan Bony Plus pada sampel basis resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan kekuatan perlekatan yang lebih besar

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Pada Bahan Basis Gigitiruan Resin.. Akrilik Polimerisasi Panas Dengan Bentuk Reparasi Berbeda

4.8 Nilai rerata dan standar deviasi kelompok pengujian kekuatan transversal yang tidak dan yang dilakukan thermocycling dengan bahan basis gigitiruan resin akrilik

Ultra terhadap kekuatan impak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi. panas yang tidak dan yang

4.4 Perbedaan Kekuatan Perlekatan Bahan Perekat Gigitiruan Protefix, Polident, dan Bony Plus pada Basis Resin Akrilik Polimerisasi

mengetahui kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan cuka aren yang terbagi dalam konsentrasi kurang asam, asam, dan sangat

Dari uraian diatas timbul permasalahan apakah ada perubahan kekuatan transversal plat resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan serat kaca 1%