• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Dengan Ukuran Berbeda Terhadap Kekuatan Impak Dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Dengan Ukuran Berbeda Terhadap Kekuatan Impak Dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN

KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP

KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN

AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHANI RAMLAH S NIM : 060600103

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2011

Rohani Ramlah Siregar

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil dengan Ukuran Berbeda terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas.

xii + 60 Halaman

(3)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm dengan ukuran sampel 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak dan 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal. Jumlah total sampel sebanyak 48 sampel yang terdiri dari 24 sampel untuk uji kekuatan impak dan 24 sampel untuk uji kekuatan transversal. Sampel tersebut dilakukan pengujian kekuatan impak dan transversal dan dilanjutkan dengan analisis statistik Anova Satu Arah untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas, dan dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui adanya perlakuan bermakna antar kelompok dan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui korelasi antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

Hasil penelitian menunjukka n bahwa ada pengaruh (p < 0,05) penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal dengan p = 0,049 dan kekuatan impak p = 0,041. Korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(4)

terkecil terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil paling besar terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm, diikuti dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, sementara nilai kekuatan transversal terkecil terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak dan transversal. Tidak ada korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(5)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN

KECIL DENGAN UKURAN BERBEDA TERHADAP

KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN

AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

ROHANI RAMLAH S NIM : 060600103

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Februari 2011

Pembimbing : Tanda Tangan

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 23 Februari 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Syafrinani, drg., Sp. Pros (K)

ANGGOTA : 1. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes.,Sp.Pros (K) 2. Eddy Dahar, drg., M.Kes

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur yang tiada hentinya kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua khususnya kepada penulis sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sholawat berangkaikan salam senantiasa tercurah ke ruh junjungan Muhammad Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, juga kita semua selaku umatnya.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada ayahanda tercinta (Alm. H. Ali Mudin Siregar) dan ibunda tersayang (Hj. Fatimah Nasution) yang telah memberikan kasih sayang yang tak terbalas, do’a yang tulus, semangat dan dukungan yang tiada batas kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara tersayang, abang (Yamin, Saparuddin, Irwan), kakak (Hotna, Nur) dan adik (Ummi, Khodizah, Mukhlis, Taupiq) atas dukungan, semangat dan do’a yang telah diberikan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(9)

2. Syafrinani, drg., Sp. Pros (K) selaku ketua tim penguji skripsi sekaligus ketua Departemen Prostodonsia FKG-USU atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp. Pros (K) selaku manajer Unit Uji Laboratorium Dental FKG-USU sekaligus koordinator skripsi dan tim penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan ide-ide yang berharga buat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Siti Wahyuni, drg selaku anggota tim penguji skripsi atas masukan dan saran yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Irmansyah, drg., M.Kes selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

7. Dwi Tjahyaning Putranti, drg., MS; M. Zulkarnain, drg., M.Kes; Ariyani, drg; Ika Andryas, drg: Hubban Nasution, drg; Putri Welda, drg, selaku staf pengajar FKG-USU di Departemen Prostodonsia atas masukan, saran dan dukungan yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

8. Seluruh pegawai FKG-USU terutama di Departemen Prostodonsia dan di Unit Uji Laboratorium Dental FKG-USU atas masukan dan bimbingan yang bermanfaat kepada penulis.

9. Prof. Dr. Drs. Harry Agusnar, Msc., M. Phil. Selaku Kepala Laboratorium

(10)

10. Drs. Abdul Jalil AA, M.Kes selaku Pembantu Dekan III FKM-USU atas bantuannya dalam analisis statistik.

11. Teman-teman terbaik penulis terutama Rahma, Dedek, Ayu, Devi, Nila, Sari, Zoraida, atas bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka, dan teman-teman seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

12. Teman-teman K-Mus FKG-USU, Keluarga Besar Nurul ‘Ilmi (ALKAMIL), dan sahabat lingkaran kecil penulis, atas dukungan dan semangat yang telah diberikan.

Semoga segala kebaikan yang pernah mereka berikan kepada penulis mendapat imbalan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 23 Februari 2011 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ... 7

2.1.1 Pengertian ... 7

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan ... 7

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 8

2.2.1 Komposisi ... 9

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 21

(12)

3.2.1 Sampel Penelitian ... 21

3.3.2 Defenisi Operasional ... 24

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian... 26

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 26

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel... 26

3.4.3 Waktu Penelitian ... 26

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.5.1 Alat Penelitian ... 26

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel... 26

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel... 27

3.5.2 Bahan Penelitian ... 27

3.6 Cara Penelitian ... 28

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian ... 28

3.6.2 Pembuatan Sampel Penelitian ... 28

3.6.2.1 Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Impak ... 29

3.6.2.2 Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Transversal ... 34

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Impak ... 34

3.6.4 Pengukuran Kekuatan Transversal ... 35

3.7 Analisis Data ... 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpaPenambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm 37 4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm . 38 4.3 Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 39

(13)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian ... 43 5.2 Hasil Penelitian ... 43

5.2.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panastanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm ... 43 5.2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi

Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm ... 45 5.2.3 Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil

Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 47 5.2.4 Korelasi antara Kekuatan Impak dan Transversal

Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan

Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4

mm, 6 mm dan 8 mm... 50 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran4 mm,

6 mm dan 8 mm ... 38

2. Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm ... 39

3. Hasil Uji Anova Satu Arah Kekuatan Impak ... 40

4. Hasil Uji LSD pada Kekuatan Impak ... 40

5. Hasil Uji Anova Satu Arah Kekuatan Transversal ... 41

6. Hasil Uji LSD pada Kekuatan Transversal ... 41

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. A. Alat Uji Kekuatan Impak (Amsloretto Walpret Werke GMBH).

B. Alat Uji kekuatan Impak Tampak Samping dan Sampel Uji ... 13

2. A. Alat Uji Kekuatan Transversal (Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine, Japan). B. Sampel Diletakkan pada Alat Uji ... 14

3. Serat Kaca Bentuk Batang ... 17

4. Serat Kaca Bentuk Anyaman ... 18

5. Serat Kaca Bentuk Potongan kecil ... 20

6. Ukuran Batang Uji Kekuatan Impak ... 21

7. Ukuran Batang Uji Kekuatan Transversal ... 22

8. Model Induk dari Logam Stainless Steel ... 28

9. Kuvet Berisi Tiga Model Induk ... 30

10. Adonan Akrilik Dimasukkan ke dalam Mold ... 31

11. Unit Kuring Waterbath (Fill Manfredi, Italia) ... 33

12. Sampel Resin Akrilik setelah Penyelesaian Akhir ... 33

13. A. Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas untuk Uji Kekuatan Impak sebelum Fraktur B. Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas untuk Uji Kekuatan Impak setelah Fraktur ... 34

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kerangka Konsep Skripsi

(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2011

Rohani Ramlah Siregar

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil dengan Ukuran Berbeda terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas.

xii + 60 Halaman

(18)

Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm dengan ukuran sampel 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk uji kekuatan impak dan 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal. Jumlah total sampel sebanyak 48 sampel yang terdiri dari 24 sampel untuk uji kekuatan impak dan 24 sampel untuk uji kekuatan transversal. Sampel tersebut dilakukan pengujian kekuatan impak dan transversal dan dilanjutkan dengan analisis statistik Anova Satu Arah untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas, dan dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui adanya perlakuan bermakna antar kelompok dan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui korelasi antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

Hasil penelitian menunjukka n bahwa ada pengaruh (p < 0,05) penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal dengan p = 0,049 dan kekuatan impak p = 0,041. Korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(19)

terkecil terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil paling besar terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm, diikuti dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, sementara nilai kekuatan transversal terkecil terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak dan transversal. Tidak ada korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Sampai saat ini kebanyakan basis gigitiruan terbuat dari non-logam terutama polimer karena polimer tersebut mudah didapat, memiliki kestabilan dimensi, mudah dimanipulasi, warnanya stabil dan biokompatibel.2 Bahan basis polimer yang paling umum digunakan untuk membuat basis gigitiruan adalah resin akrilik atau disebut polimetil metakrilat.2,3

(21)

dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro.2,4-10

Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini.2,6,11 Resin akrilik polimerisasi panas ini tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan.2,3 Manipulasi bahan ini dilakukan dengan cara mencampur bubuk dan cairan sesuai petunjuk pabrik dan diisikan ke dalam mould, kemudian dilakukan pres dilanjutkan dengan proses kuring.6 Bahan ini mudah dimanipulasi dan direparasi bila terjadi fraktur, memiliki warna yang stabil, tidak toksik, dapat memenuhi kebutuhan estetis karena sifatnya translusen, tidak larut dalam cairan mulut, absorbsi rendah dan harganya relatif murah.2,6,12,13 Walaupun demikian, resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekurangan, salah satu diantaranya adalah mudah fraktur.13

Fraktur berkaitan dengan sifat mekanis bahan yang menggambarkan ketahanan bahan terhadap kekuatan tarik, kekuatan fatik, kekuatan impak, dan kekuatan transversal yang sangat diperlukan oleh suatu basis gigitiruan.2,6,14,15 Craig (1997) mengatakan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas untuk gigitiruan tidak boleh kurang dari 50 N.16

(22)

akan meningkatkan ketahanan bahan resin akrilik terhadap fraktur dan kekuatan serat kaca adalah sifat yang penting untuk meningkatkan kekuatan impak pada bahan yang rapuh seperti resin akrilik.18,19 Uzun (1999) menyatakan bahwa dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca akan meningkatkan kekuatan impak.15 Kanie (2000) menyatakan bahwa kekuatan impak basis gigitiruan polimer dengan penambahan serat kaca berbagai bentuk lebih besar dari pada basis gigitiruan polimer yang tidak ditambah serat kaca.20 Goguta (2006) menyatakan bahwa serat kaca yang ditambahkan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan impak.21 Fatma Unalan (2010) menyatakan bahwa penambahan serat kaca potongan kecil pada resin akrilik meningkatkan kekuatan transversal dan serat kaca potongan kecil lebih efektif meningkatkan kekuatan transversal polimetilmetakrilat daripada bentuk lain.22

(23)

Serat kaca yang ditambahkan kedalam resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca.21,22 Serat kaca merupakan material yang terbuat dari serabut-serabut yang sangat halus dari kaca. Serat kaca sangat estetis dan dapat beradhesi dengan matriks polimer resin akrilik sehingga memiliki kekuatan yang baik dengan resin akrilik, oleh karena itu serat kaca menjadi pilihan untuk ditambahkan ke dalam resin akrilik sebagai bahan penguat.25-27 Berdasarkan bentuknya serat kaca dapat dibedakan menjadi tiga yaitu bentuk batang, anyaman dan potongan kecil.Efektifitas penguat serat kaca tergantung dari sifat serat dengan sifat matrik polimer, kuantitas, orientasi, ikatan antara serat dengan matriks polimer, diameter, bentuk dan panjang dari serat tersebut.21,22

1.1 Permasalahan

(24)

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.

2. Bagaimana kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.

3. Apakah ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

4. Apakah ada korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian bahwa: 1. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

(25)

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.

2. Untuk mengetahui kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

4. Untuk mengetahui korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dokter gigi tentang pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda terhadap kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

2. Sebagai pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan resin akrilik terhadap fraktur.

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan.1 Daya tahan, penampilan dan sifat-sifat dari suatu basis gigitiruan sangat dipengaruhi oleh bahan yang digunakan untuk membuatnya. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat basis gigitiruan, namun belum ada satupun bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan yang diperlukan suatu basis gigitiruan.9

2.1.2 Bahan Basis Gigitiruan

Basis gigitiruan dapat dibuat dari bahan logam atau non logam, namun sampai saat ini kebanyakan basis gigitiruan terbuat dari bahan non-logam terutama polimer karena polimer tersebut mudah didapat, memiliki kestabilan dimensi, mudah dimanipulasi, warnanya stabil dan biokompatibel. 2 Bahan basis polimer yang paling umum dipakai untuk membuat basis gigitiruan adalah resin akrilik atau disebut polimetil metakrilat.2,3 Resin akrilik terdiri atas 3 jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin akrilik polimerisasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas.2,6 Resin akrilik swapolimerisasi ( resin akrilik cold curing atau self curing autopolymeryzing) adalah resin akrilik yang ditambahkan aktivator kimia yaitu

(27)

polimerisasi selama 5 menit. Resin ini jarang digunakan sebagai bahan untuk membuat basis gigitiruan karena kekuatan dan stabilitas warnanya tidak sebaik resin akrilik polimerisasi panas, selain itu jumlah monomer sisa pada resin akrilik swapolimerisasi lebih tinggi dibandingkan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin akrilik dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah camphoroquinone. Penyinaran selama 5 menit membutuhkan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus dengan menggunakan empat buah lampu halogen tungtens/ultraviolet. Bahan ini juga jarang dipakai untuk membuat basis gigitiruan karena disamping memerlukan unit kuring khusus, bahan ini jugamemiliki kekuatan perlekatan yang rendah terhadap anasir gigitiruan berbahan resin jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas.2,4-10

Resin akrilik polimerisasi panas ( heat cured resin acrylic) adalah resin akrilik yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk polimerisasi bahan dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro.2

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(28)

dimanipulasi dengan peralatan yang sederhana.9,28 Begitupun, resin akrilik polimerisasi panas ini masih memilik kekurangan yaitu mudah fraktur.13

2.2.1 Komposisi

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:2,6,29 A. Bubuk

- Polimer (poli metil metakrilat)

- Initiator : berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida - Pigmen : merkuri sulfit atau cadmium sulfit - Plasticizer : dibutil phthalate

- Opacifiers : seng atau Titanium oksida B. Cairan

- Monomer (metil metakrilat)

- Stabilizer ; sekitar 0,006 % hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan.

- Bahan untuk memacu ikatan silang, seperti etilen glikol dimetakrilat (1-2 %)

2.2.2 Manipulasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu :

a) Perbandingan polimer dan monomer

(29)

dibasahi oleh monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik.6

b) Pencampuran

Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampur dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough. 2

Pada saat pencampuran ada empat tahap yang terjadi yaitu : 2,6

1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. 2. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.

3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.

4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk dengan kompresi konvensional.

c) Pengisian

Sebelum pengisian, dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar, merekat dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari gips masuk ke dalam resin akrilik.28

(30)

selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian dilakukan pres terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit. Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring.6,30

d) Kuring

Kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian dipanaskan pada suhu 70

0

C dibiarkan selama 30 menit, dan selanjutnya 100 0C dibiarkan selama 90 menit.31

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan pemakaian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1,13

a. Harga relatif murah b. Proses pembuatan mudah

c. Menggunakan peralatan sederhana d. Warna stabil

e. Mudah dipoles

f. Daya penghantar panas rendah

Kerugian pemakaian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:

a. Mudah fraktur b. Tidak tahan abrasi

2.2.4 Sifat Mekanis

(31)

memanjangkan bahan dengan uji kekuatan tarik satu sumbu. Kekuatan fatik adalah patahnya bahan yang disebabkan beban berulang di bawah batas tahanan bahan. Kekuatan impak adalah energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dengan gaya benturan. Kekuatan transversal adalah uji kekuatan bahan resin akrilik yang terdukung pada kedua ujungnya kemudian diberi beban secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. 2,6,14,15

2.3 Kekuatan Impak

Kekuatan impak adalah ukuran bagi kekuatan suatu bahan ketika bahan tersebut patah akibat benturan yang terjadi secara tiba-tiba.21 Kekuatan impak yaitu energi dibagi lebar dan tebal bahan dengan satuan J/mm2, yang menunjukkan deformitas plastis sehingga terjadinya fraktur.2,6

Kekuatan impak didapat menggunakan sampel dengan ukuran tertentu diletakkan pada alat penguji kekuatan impak dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayun dan membentur sampel hingga patah selanjutnya energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak.6 Perhitungan kekuatan impak menggunakan rumus 21:

Kekuatan Impak = E bxd Keterangan:

E = Energi ( Joule)

(32)

d = Tebal batang uji (mm)

Terdapat dua tipe alat penguji kekuatan impak yaitu Izod dan Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya sedangkan alat penguji Charpy kedua ujung sampel diletakkan pada posisi horizontal. Alat yang digunakan untuk uji kekuatan impak pada penelitian ini adalah alat uji Charpy yaitu Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany (Gambar 1).

Gambar 1: A. Alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH Germany). B. Alat uji kekuatan impak

tampak samping dan sampel uji

2.4 Kekuatan Transversal

Kekuatan transversal atau fleksural yaitu beban yang diberikan pada bagian tengah sebuah benda berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya. Selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus untuk mengetahui nilai kekuatan transversalnya.32

(33)

Menurut Craig (1997) bahwa kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas untuk gigitiruan tidak boleh kurang dari 50 N.16 Perhitungan kekuatan transversal adalah sebagai berikut:2 (Philips,2003)

S = 3 �� 2��2

Keterangan:

S = Kekuatan transversal (MPa) P = Beban maksimum diterapkan (N) I = Jarak antara kedua mendukung (mm) b = Lebar batang uji (mm)

d = Ketebalan spesimen (mm)

Alat yang digunakan untuk uji kekuatan transversal adalah Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine, Japan (Gambar 2).

Gambar 2. A. Alat uji kekuatan transversal (Torsee’s Electroni

System Universal Testing Machine, Japan). B. Sampel diletakkan pada alat uji

(34)

Kekuatan transversal merupakan salah satu parameter fisik untuk mengetahui ketahanan gigitiruan dalam menerima beban pada waktu terjadi pengunyahan. Uji kekuatan transversal berguna untuk mengetahui kekuatan basis gigitiruan resin akrilik, karena tipe kekuatan ini lebih mewakili kekuatan yang dijumpai pada basis gigitiruan selama proses pengunyahan. Pengukuran kekuatan transversal sebenarnya merupakan pengukuran gabungan antara kekuatan tarik, tekan dan geser, tetapi untuk lempeng uji yang tipis biasanya didominasi oleh kekuatan tarik yang terjadi sepanjang permukaan lempeng. Jika diberikan beban, lempeng akan melengkung, akibatnya terjadi pengurangan panjang pada lempeng permukaan atas dan perpanjangan pada permukaan bawah.13 Uji kekuatan transversal untuk basis gigitiruan dijelaskan pada spesifikasi American Dental Association no.12.32

2.5 Penguat

Beberapa pendekatan untuk memperkuat resin akrilik diantaranya dengan modifikasi secara kimia, penambahan penguat logam dan penambahan serat ke dalam polimetil metakrilat.17

Gigitiruan berbasis resin akrilik dapat dimodifikasi secara kimia dengan penggabungan butadiene-styrene rubber dengan metil metakrilat. Modifikasi ini meningkatkan kekuatan impak sehingga sering disebut resin high impact.28

(35)

2.5.1 Penguat Serat

Penambahan bahan penguat serat telah diakui dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik terutama untuk memperkuat basis gigitiruan resin akrilik, namun penggunaannya belum umum di bidang kedokteran gigi. Penambahan serat pada basis gigitiruan dapat mempengaruhi kekuatan impak, kekuatan transversal, modulus elastisitas dan daya tahan terhadap fraktur basis gigitiruan resin akrilik.33 Terdapat beberapa jenis penguat serat yaitu aramid, karbon, polietilen dan serat kaca.13,15

2.5.2 Serat Kaca

2.5.2.1 Pengertian

Serat kaca adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.34

Efektivitas dari serat kaca tergantung dari material yang digunakan, kuantitas serat dalam matriks polimer, orientasi dari serat, diameter, panjang, adhesi serat terhadap matriks polimer dan sifat-sifat serat dan polimer.21

2.5.2.2 Komposisi

Serat kaca mengandung bahan kimia antara lain14 :

SiO2 55,2 %,

(36)

-B2O3 7,3%,

-MgO 3,3%,

-CaO 18,7%,

-K2O 0,2%,

-Na2O3, Fe2O3 dan F2 masing-masing 0,3%.

2.5.2.3 Bentuk

Serat kaca mempunyai beberapa bentuk diantaranya bentuk batang, anyaman dan potongan kecil.15

- Bentuk Batang

Serat kaca bentuk batang terbuat dari serat kaca continuous unidirectional yang terdiri atas 1000-200000 serabut serat kaca. Diameternya berkisar antara 3-25

μm.35

Kekurangan dari serat bentuk batang ini adalah penanganan yang lebih sulit dan penyerapan serat dengan resin yang tidak adekuat.36

(37)

- Bentuk Anyaman

Serat kaca bentuk anyaman biasanya digunakan untuk mereparasi basis gigitiruan, serat kaca bentuk anyaman jauh lebih baik dan mudah untuk dibasahi monomer.15 Serat kaca bentuk anyaman juga memiliki kekurangan yaitu penempatannya pada mould yang lebih sulit.36

Gambar 4: Serat kaca bentuk anyaman - Bentuk Potongan Kecil

(38)

Valittu (1994) menyatakan bahwa gabungan serat dengan material resin akrilik akan meningkatkan ketahanan bahan resin akrilik terhadap fraktur dan kekuatan serat kaca adalah sifat yang penting untuk meningkatkan kekuatan impak pada bahan yang rapuh seperti resin akrilik.18,19 Uzun (1999) menyatakan bahwa dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca akan meningkatkan kekuatan impak.15 Kanie (2000) menyatakan bahwa kekuatan impak basis gigitiruan polimer dengan penambahan serat kaca berbagai bentuk lebih besar dari pada basis gigitiruan polimer yang tidak ditambah serat kaca.20 Goguta. L (2006) menyatakan bahwa serat kaca yang ditambahkan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan impak.21 Tacir dkk (2006) menyatakan bahwa penambahan serat kaca potongan kecil pada resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan impak dan menurunkan kekuatan transversal.24

(39)

Gambar 5: Serat kaca bentuk potongan kecil

(40)

80 mm

10 mm 4 mm

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm. Ukuran model induk dari logam yang akan digunakan adalah :

1. Untuk Uji Kekuatan Impak

Model induk ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm (International Standards Organization No 806 104 377514 ).21

Gambar 6. Ukuran Batang Uji Kekuatan Impak 2. Untuk Uji Kekuatan Transversal

(41)

65 mm

10 mm 2,5 mm

Gambar 7. Ukuran Batang Uji Kekuatan Transversal

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut 37:

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

Jumlah perlakuan pada penelitian ini ada empat perlakuan, yaitu resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca, resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm, maka t = 4 sehingga jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

( 4 – 1 )( r – 1 ) > 15 3( r – 1 ) > 15

3r > 18 r > 6

Dengan demikian jumlah sampel keseluruhan pada penelitian ini adalah N = 48 untuk delapan kelompok sampel, terdiri dari empat kelompok sampel untuk uji kekuatan impak dan empat kelompok sampel untuk uji kekuatan transversal. Dimana empat kelompok sampel tersebut masing-masing terdiri dari kelompok resin akrilik

(42)

polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca, kelompok resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel 3.3.1.1 Variabel Bebas

Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat kaca dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

3.3.1.2 Variabel Terikat

Kekuatan impak dan kekuatan transversal. 3.3.1.3 Variabel Terkendali

1. Ukuran model induk

2. Perbandingan adonan gips keras 3. Waktu pengadukan gips

4. Perbandingan adonan resin akrilik 5. Jenis resin akrilik polimerisasi panas 6. Bentuk, ukuran, dan berat serat kaca 7. Teknik penambahan serat

8. Teknik pengepresan

(43)

3.3.2 Definisi Operasional

1. Model induk adalah model yang dibuat dari logam stainless steel dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm untuk membuat mould sampel untuk uji kekuatan impak dan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk membuat mould sampel untuk uji kekuatan transversal.

2. Gips keras adalah bahan yang digunakan untuk penanaman model induk dalam pembentukan mould. Gips keras yang digunakan dalam penelitian ini adalah merek Moldano.

3. Perbandingan adonan gips keras adalah perbandingan jumlah gips keras dengan air yaitu 300 gram gips keras : 90 ml air. Pencampuran gips keras dan air dilakukan di dalam mangkok karet dan pengadukan menggunakan spatula.

4. Waktu pengadukan gips adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk gips hingga homogen dengan menggunakan spatula yaitu selama 15 detik.

5. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi. Jenis resin akrilik yang digunakan adalah merek GC AMERICA INC yang proses pengadonan dan kuring dilakukan sesuai petunjuk pabrik.

6. Perbandingan adonan resin akrilik adalah perbandingan polimer-monomer resin akrilik yaitu 9 gram bubuk : 3,6 ml cairan untuk tiga sampel dalam satu kuvet.

(44)

8. Bentuk serat kaca yang digunakan pada penelitian ini adalah serat kaca potongan kecil dengan ukuran 4 mm, 6 mm, dan 8 mm. Sedangkan berat serat kaca yang digunakan adalah sebanyak 0,13 gr untuk 3 buah sampel yaitu setara dengan 1 % dari total berat polimer dan monomer dengan perbandingan 0,13 gr : 9 gr : 3,6 ml.

9. Teknik penambahan serat kaca adalah cara yang dilakukan untuk menambahkan serat kaca pada resin akrilik. Caranya, serat kaca dengan ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm sebanyak 0,13 gr masing-masing direndam terlebih dahulu ke dalam monomer sebanyak 2 ml sekitar 1 menit dalam suatu wadah kemudian serat kaca ditiriskan dan selanjutnya dimasukkan ke dalam campuran polimer dan monomer.

10. Proses kuring resin akrilik adalah proses polimerisasi resin akrilik menggunakan waterbath yang dilakukan dimulai pada suhu 700C dipertahankan selama 30 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 1000C dipertahankan selama 90 menit.

11. Tekanan pres adalah tekanan yang diperlukan untuk mengepres kuvet memakai pres hidrolik dengan kekuatan 1000 psi ditunggu selama 5 menit untuk pertama kali kemudian dinaikkan menjadi 2200 psi ditunggu selama 5 menit untuk pengepresan kedua kali.

12. Suhu dan waktu perendaman adalah suhu dan waktu yang digunakan untuk merendam sampel yaitu pada suhu 37 0C dalam akuades selama 48 jam.

(45)

14. Kekuatan transversal adalah uji kekuatan pada batang uji yang terbuat dari bahan resin akrilik yang terdukung pada kedua ujungnya kemudian diberi beban secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

a) Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU b) Laboratorium Prostodonsia FKG USU 3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

Laboratorium Penelitian FMIPA USU 3.4.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel

1. Model induk terbuat dari logam stainless steel dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm dan 65,0 mm x 10,0 mm x 2,5 mm

2. Kuvet besar untuk menanam tiga model induk (Smic, China) 3. Mangkuk karet dan spatula

4. Lekron (Smic, China)

(46)

6. Gelas ukur untuk menakar air 7. Masker

8. Sarung tangan

9. Timbangan digital (Electronic Digital Scale) 10. Vibrator (Pulsar 2 Filli Manfredi, Italia) 11. Pres hidraulik (OL 57 Manfredi, Italia) 12. Unit kuring (Filli Manfredi, Italia) 13. Bur fraser

14. Mandril

3.5.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel

1. Alat uji kekuatan impak (Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany) 2. Alat uji kekuatan transversal ( Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine, Japan)

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Resin akrilik polimerisasi panas (GC,AMERICA INC).

2. Bahan penguat serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm (Taiwan, Glass Taiwan)

3. Plastik selopan 4. Vaselin

5. Gips keras (Moldano)

6. Cold Mould Seal (GC,AMERICA INC)

7. Air

(47)

3.6Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan sampel penelitian dilakukan pembuatan model induk dari logam stainless steel dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm sebanyak tiga buah untuk pembuatan mould untuk uji kekuatan impak dan 65 mm x 10 mm x 2,5 mm sebanyak tiga buah yang akan digunakan untuk pembuatan mould untuk uji kekuatan transversal (gambar 8).

Gambar 8. Model induk dari logam stainless steel

Selanjutnya model induk ini akan ditanam dalam gips keras untuk mendapatkan mould sampel.

3.6.2 Pembuatan Sampel Penelitian

Sampel yang diperlukan pada penelitian ini terdiri dari: - Sampel untuk uji kekuatan impak

(48)

resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm.

- Sampel untuk uji kekuatan transversal

Sampel terdiri atas empat kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari enam buah sampel. Sampel kelompok A yaitu kelompok resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca merupakan kelompok kontrol, sampel kelompok B yaitu resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, sampel kelompok C yaitu resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dan sampel kelompok D yaitu resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm.

3.6.2.1 Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Impak

Model induk yang digunakan adalah model induk ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm.

A. Pembuatan Mould

1. Gips keras dicampur dengan air dalam mangkok karet dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air untuk pengisian kuvet bawah.

2. Adonan gips keras diaduk dengan spatula selama 15 detik, dilanjutkan dengan vakum mikser selama 30 detik.

(49)

4. Model induk dari logam dengan ukuran 80 mm x 10 mm x 4 mm

dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet bawah, satu kuvet berisi 3 buah model induk.

5. Setelah mengeras, gips keras dirapikan dan didiamkan selama 60 menit. 6. Permukaan gips keras diolesi vaselin dan kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi adonan gips keras dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90ml air di atas vibrator. Setelah adonan pada kuvet mengeras, kuvet dibuka, dan model induk dikeluarkan dari kuvet.

7. Mould disiram dengan air panas sampai bersih untuk membuang sisa vaselin kemudian dikeringkan. Setelah kering, permukaan gips keras pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan could mould seal, kemudian dibiarkan selama 20 menit (sesuai petunjuk pabrik).

(50)

B. Pengisian akrilik pada mould

1. Pengisian akrilik pada mould untuk pembuatan sampel kelompok A (resin akrilik polimerisasi panas tanpa serat kaca)

1.1 Bubuk dicampurkan ke dalam cairan yang telah disiapkan di dalam pot porselen dengan perbandingan 9 gram bubuk : 3,6 ml cairan, lalu diaduk perlahan-lahan.

1.2 Setelah adonan mencapai fase dough kemudian adonan dimasukkan ke dalam mould.

1.3 Resin akrilik polimerisasi panas ditutup dengan plastik selopan kemudian kuvet atas dipasangkan, kuvet ditekan perlahan – lahan dengan pres hidrolik sampai mencapai tekanan 1000 psi dan dibiarkan selama 5 menit, lalu kuvet dibuka. Akrilik yang berlebihan dipotong dengan lekron.

1.4 Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan pres kembali dengan tekanan 2200 psi selama 5 menit.

1.5 Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik kemudian dibiarkan selama 15 menit.

(51)

2. Pengisian akrilik pada mould untuk pembuatan sampel kelompok B (resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm)

2.1 Serat kaca dipotong-potong dengan ukuran 4 mm.

2.2 Serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm tersebut direndam dalam 2 ml monomer selama 1 menit. Kemudian ditiriskan, lalu dicampurkan ke dalam adonan resin akrilik yang telah disiapkan didalam wadah pot porselen yang dilakukan pada suhu kamar dan ditunggu sampai mencapai fase dough.

2.3 Adonan dimasukkan ke dalam mould. Kemudian ditutup dengan plastik selopan. Kuvet atas dipasangkan dan dipres dengan press hidrolik dengan tekanan 1000 psi ditunggu selama 5 menit, lalu kuvet dibuka. Akrilik yang berlebih dipotong dengan lekron.

2.5 Kuvet atas ditutup kembali, kemudian dilakukan pres dengan tekanan 2200 psi dan dibiarkan selama 5 menit.

2.6 Baut kuvet dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar beradaptasi dengan baik kemudian dibiarkan selama 15 menit.

3. Pengisian akrilik pada mould untuk pembuatan sampel kelompok C dan D (resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dan 8 mm)

(52)

C. Kuring

Proses kuring memakai waterbath. Waterbath diisi dengan air, suhu dan waktu diatur. Proses kuring dimulai pada suhu 700C dipertahankan selama 90 menit, kemudian suhu dinaikkan menjadi 1000C dipertahankan selama 30 menit. Setelah itu kuvet dikeluarkan dari waterbath lalu dibiarkan sampai mencapai suhu kamar.

Gambar 11. Unit kuring waterbath (Filli Manfredi, Italia)

D. Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan bur fraser kemudian dihaluskan dengan kertas pasir waterproof nomor 300 dan 600.

(53)

3.6.2.2 Pembuatan Sampel untuk Uji Kekuatan Transversal

Prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan transversal sama dengan prosedur prosedur pembuatan sampel untuk uji kekuatan impak, hanya saja model induk yang digunakan untuk membuat mould untuk uji kekuatan transversal berukuran 60 mm x 10 mm x 2,5 mm.

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Impak

Kekuatan impak diukur dengan alat uji kekuatan impak ( Amslerotto Walpret Werke GMBH, Germany). Sampel ditempatkan dengan posisi horizontal dan

bertumpu pada kedua ujung alat penguji, lalu lengan pemukul pada alat uji dikunci. Kemudian kunci lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat uji dicatat dan selanjutnya dilakukan perhitungan kekuatan impak.19

Gambar 13: A. Sampel resin akrilik polimerisasi panas untuk uji kekuatan impak sebelum fraktur. B. Sampel resin akrilik polimerisasi panas untuk uji kekuatan impak setelah fraktur

(54)

3.6.3 Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan sesuai dengan ISO / DIS 1567 Standar Internasional Nomor 17 dengan uji lentur tiga titik dengan menggunakan mesin penguji universal (Lloyds LRX, Lloyds Instrumen Ltd, Hants, Inggris) pada kalajuan tekan 5 mm / min. Sampel ditempatkan pada dua tiang penyangga yang terpisah sejauh 50 mm. Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian tengah kemudian diberi tekanan pada garis tersebut hingga terjadi fraktur.16,22,25

Gambar 14. A. Sampel resin akrilik polimerisasi panas untuk uji kekuatan transversal sebelum fraktur. B. Sampel resin akrilik polimerisasi panas untuk uji kekuatan transversal setelah fraktur.

3.7 Analisis Data

Data dianalisis secara statistik menggunakan analisis :

- Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

(55)

- Uji Anova Satu Arah digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil dengan ukuran berbeda terhadap kekuatan impak dan kekuatan transversal.

- Uji LSD untuk mengetahui pasangan perlakuan yang bermakna antar kelompok yang diberi perlakuan.

(56)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(57)

Tabel 1. KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA DAN DENGAN PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL UKURAN 4 MM, 6 MM DAN 8 MM

No

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D

Energi

4.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm

(58)

rerata + SD adalah 1028,40 + 173,55 kg/cm2, kelompok B 1158.00-1443,60 kg/cm2 serta rerata + SD adalah 1278,20 + 117,26 kg/cm2, kelompok C 1134,00-1600,80 kg/cm2 serta rerata + SD adalah 1315,40 + 174,02kg/cm2, kelompok D 974,40-1543,20 kg/cm2 serta rerata + SD adalah 1250,40 + 233,35 kg/cm2.

Tabel 2. KEKUATAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS TANPA PENAMBAHAN SERAT KACA DAN DENGAN PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL UKURAN 4 MM, 6 MM DAN 8 MM

No

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D

Beban

4.3 Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(59)

Tabel 3. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN IMPAK

Untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna, dilakukan uji LSD. Pada tabel 4 menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antar kelompok perlakuan: resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm (kelompok B) dengan p = 0,017 (p < 0,05), resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm (kelompok C) dengan p = 0,028 (p < 0,05) dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca ukuran 8 mm (kelompok D) dengan p = 0,014 (p < 0,05).

(60)

menggunakan Uji Anova Satu Arah. Pada tabel 5 diperoleh nilai signifikansi p = 0,049, hal ini menunjukkan ada pengaruh (p < 0,05) penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal.

Tabel 5. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN TRANSVERSAL

Sum of Squares df Mean Square F Sig, Between Groups 300652,080 3 100217,360 3,117 0,049

Within Groups 643068,960 20 32153,448 Total 943721,040 23

Untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang bermakna, dilakukan uji LSD. Pada tabel 6 menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antar kelompok perlakuan: resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm (kelompok B) dengan p = 0,026 (p < 0,05), resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm (kelompok C) dengan p = 0,012 (p < 0,05) dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca ukuran 8 mm (kelompok D) dengan p = 0,044 (p < 0,05).

Tabel 6. HASIL UJI LSD PADA KEKUATAN TRANSVERSAL

(61)

4.4 Korelasi antara Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

Untuk melihat hasil korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm digunakan Uji Korelasi Pearson. Pada tabel 7 terlihat sebagai berikut:

- Korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm dengan signifikansi p = 0,575

- Korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dengan signifikansi p = 0,921

- Korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm dengan signifikansi p = 0,825

Tabel 7. HASIL ANALISIS STATISTIK KORELASI ANTARA KEKUATAN IMPAK DAN TRANSVERSAL RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DENGAN PENAMBAHAN SERAT KACA POTONGAN KECIL UKURAN 4 MM, 6 MM DAN 8 MM.

r P

Kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm dengan kontrol

-0,292 0,575

Kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm dengan kontrol

-0,052 0,921 Kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas

dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm dengan kontrol

(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh yang timbul akibat manipulasi tertentu. Penelitian ini untuk melihat kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok penelitian dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok penelitian, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.41

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

(63)

menyebabkan temperatur resin meningkat di atas titik didih monomer sehingga molekul monomer menguap dan terbentuk gelembung-gelembung. Porositas yang terjadi dapat menurunkan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang dihasilkan.11

Peningkatan kekuatan impak terbesar ditemukan pada resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm dengan nilai rerata kekuatan impaknya adalah 7,00 (x10-3 J/mm2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat kaku serat kaca semakin meningkat dengan meningkatnya ukuran panjang serat kaca.42 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Thomson (1995) bahwa kekuatan impak resin komposit lebih besar pada penambahan serat kaca polypropylene 6 mm. Hal ini berbeda kemungkinan disebabkan karena jenis penguat serat yang digunakan berbeda sehingga hasilnya pun berbeda.44

Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas yang diperoleh pada kelompok kontrol (tanpa penambahan serat kaca) adalah 4,62 + 1,34 J/mm2 (tabel 4). Hasil kelompok kontrol pada penelitian ini sama dengan kelompok kontrol pada penelitian yang dilakukan oleh L Goguta (2006) sebesar 4,73 x 10 J/mm2.19

(64)

Penelitian terdahulu Desi W (2010) rerata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan 1 % serat kaca dengan ukuran panjang 3 mm adalah 6,83 (x 10-3 J/mm2). Pada penelitian ini digunakan serat kaca dengan volume yang sama (1%) tetapi ukurannya berbeda, dimana ukuran 8 mm diperoleh hasil kekuatan impak yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran panjang serat dapat mempengaruhi besar kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

5.2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas tanpa Penambahan Serat Kaca dan dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kekuatan transversal pada masing-masing kelompok bervariasi. Adanya variasi tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan sampel yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian berlangsung antara lain kandungan monomer sisa dan teknik pengadukan.12

(65)

potongan kecil ukuran 6 mm pada basis gigitiruan dengan metode injection molding.43

Nilai rerata dan standar deviasi kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang diperoleh pada kelompok kontrol (tanpa penambahan serat kaca) adalah sebesar 1028,40 kg/cm2. Hasil ini lebih besar daripada hasil penelitian yang dilakukan oleh Orsi IA (2004) dimana nilai kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah 947,7 kg/cm2.38 Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh karena perbedaan resin akrilik yang digunakan. Dimana Orsi IA menggunakan resin akrilik polimerisasi panas merek QC 20 sementara pada penelitian ini digunakan resin akrilik polimerisasi panas merek GC AMERIKA .

Hasil penelitian ini sesuai dengan Stipho (1998) pada penelitiannya yang menggunakan resin akrilik swapolimerisasi yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 2 mm didapatkan nilai kekuatan transversalnya sebesar 906,8 kg/cm2 dan kekuatan transversal tertinggi diperoleh dari serat kaca dengan volumes 1 % dari total berat polimer.23 Uzun Gulay and Keyf (2001) menyatakan bahwa resin akrilik swapolimerisasi yang ditambah serat kaca potongan kecil ukuran 3 mm dapat memperbaiki basis gigitiruan resin akrilik swapolimerisasi yang patah dengan nilai kekuatan transversal 696,26 kg/cm2.15

(66)

kekuatan transversal yang lebih besar yaitu masing-masing 1278,20 (kg/cm2), 1315,40 (kg/cm2) dan 1250,40 (kg/cm2). Hal ini membuktikan bahwa ukuran panjang serat kaca dapat mempengaruhi besar kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.

5.2.3 Pengaruh Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm Terhadap Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(67)

Selain itu serat kaca memiliki kemampuan beradhesi dengan matriks polimer sehingga dapat membentuk ikatan yang cukup kuat.

Hasil penelian ini sesuai dengan Gutteridge DL (1993) bahwa kekuatan impak resin polimetilmetakrilat meningkat signifikan dengan penambahan serat

ultra-high-modulus polyethylene (UHUMP) ukuran 6 mm.45 Valittu (1994) menyatakan bahwa

kekuatan serat kaca adalah sifat yang penting untuk meningkatkan kekuatan impak pada bahan yang rapuh seperti resin akrilik.18 Uzun (1999) menyatakan bahwa dengan menggunakan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambah serat kaca akan meningkatkan kekuatan impak.15 Kanie (2000) menyatakan bahwa kekuatan impak basis gigitiruan polimer dengan penambahan serat kaca berbagai bentuk lebih besar dari pada basis gigitiruan polimer yang tidak ditambah serat kaca.20 L Goguta (2006) menyatakan bahwa serat kaca yang ditambahkan pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkatkan kekuatan impak.21

(68)

kecil ukuran 4 mm adhesi permukaan dengan matriks polimer lebih bagus dan lebih tersebar merata pada matriks polimer.

Pada tabel 5 hasil uji Anova Satu Arah diperoleh kekuatan transversal memiliki nilai signifikansi p = 0,049. Hal ini menunjukkan ada pengaruh ( p < 0,05) penambahan serat kaca pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan transversal. Dari tabel 6 hasil uji LSD menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antar kelompok perlakuan: resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm (kelompok B), resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm (kelompok C) dan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm (kelompok D). Adanya perlakuan bermakna disebabkan karena serat kaca berfungsi sebagai penguat dan serat kaca dapat memindahkan gaya beban yang dikenakan dari matriks polimer yang lebih lemah pada serat kaca yang lebih kuat.17 Selain itu serat kaca memiliki kemampuan beradhesi dengan matriks polimer sehingga dapat membentuk ikatan yang cukup kuat.

Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penelitian Tacir IH (2006) bahwa ada pengaruh yang signifikan penambahan serat kaca potongan kecil terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.24 Fatma U (2010) menyatakan bahwa kekuatan transversal basis gigitiruan polimetilmetakrilat dengan penguat serat kaca meningkat secara signifikan. 22

(69)

oleh serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm lebih efektif menghantarkan stress dari matriks polimer ke serat kaca. Resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm lebih besar dari pada penambahan serat kaca 8 mm. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kekakuan serat semakin besar dengan ukuran yang semakin panjang.42

5.2.4 Korelasi antara Kekuatan Impak dan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

Pada tabel 7 diperoleh hasil uji Korelasi Pearson yang menunjukkan bahwa

pada α = 0,05 diperoleh korelasi negatif antara kekuatan impak dan transversal pada

(70)

potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm, hal ini terjadi kemungkinan disebabkan karena serat kaca memiliki sifat kaku yang dapat mempengaruhi kelenturan bahan atau sifat transversal bahan. Serat kaca efektif menghantarkan stres dari matriks ke serat jika berada pada panjang optimum. Industry injection molding menyarankan menggunakan panjang serat 2-4 mm. Chen SY (2001) menyarankan panjang serat 6 mm sebagai panjang yang lebih bagus untuk penguat basis gigitiruan.43 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tacir dkk (2006) bahwa penambahan serat kaca potongan kecil pada resin akrilik dapat meningkatkan kekuatan impak dan menurunkan kekuatan transversal.24

(71)

Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan kesulitan yang dihadapi yang merupakan keterbatasan penelitian, diantaranya :

- Peneliti mendapat kesulitan sewaktu meniriskan serat kaca setelah direndam. Serat kaca yang ditiriskan antara perendaman satu dengan perendaman lainnya kemungkinan tidak sama dalam hal kekeringan, sehingga monomer yang diserap serat kaca kemungkinan tidak sama banyak. Hal ini dapat mempengaruhi ratio polimer dan monomer resin serta adesi matriks dengan polimer, yang mana selanjutnya diduga akan mempengaruhi kekuatan impak dan transversal resin akrilik.

- Pada saat pengukuran kekuatan impak peneliti tidak membuat takikan pada bagian tengah sampel uji kekuatan impak. Hal ini dapat menyebabkan tempat fraktur yang berbeda pada setiap sampel, yang mana selanjutnya diduga mengakibatkan besar kekuatan impak yang berbeda-beda pada setiap sampel resin akrilik.

- Teknik pengadukan resin kemungkinan ada udara yang terperangkap. Hal ini diduga dapat mempengaruhi kekuatan impak dan transversal resin akrilik.

- Sebaran dari serat kaca dalam matriks polimer, sebaran yang tidak merata diduga dapat mempengaruhi kekuatan impak dan transversal resin akrilik.

- Proses pembuatan dan proses kuring yang kurang sempurna, diduga dapat mempengaruhi kekuatan impak dan transversal resin akrilik.

(72)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai rerata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil paling besar terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm, diikuti dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, sementara nilai kekuatan impak terkecil terdapat pada penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm. Nilai rerata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 8 mm adalah 7,00 (x10-3 J/mm2), dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm adalah 6,91 (x10-3 J/mm2), dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 6 mm adalah 6,70 (x10-3 J/mm2).

(73)

3. Ada pengaruh penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm pada resin akrilik polimerisasi panas terhadap kekuatan impak dengan p = 0,041 (p < 0,05) dan kekuatan transversal p = 0,041 (p < 0,05).

4. Tidak ada korelasi antara kekuatan impak dan transversal resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm, 6 mm dan 8 mm.

6.2 Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang ukuran serat kaca potongan kecil yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas yang dapat menghasilkan kekuatan impak dan transversal yang seimbang.

(74)

DAFTAR PUSTAKA

1. Walls AWG, Mccabe JF. Applied dental materials 9th ed. Munksgaard : Blackwell, 2008 : 110

2. Anusavice Kenneth J. Philiphs buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Trans. Johan Arif Budiman, Susi Purwoko, Lilian Juwono, ads. Edisi 10. Jakarta : EGC, 2003: 197,198,206-7,210.

3. Ferrancane, JL. Materials in dentistry : principles and applications. 2nd ed. Philadelphia : Lippincott Wiliams & Walkins,2001 : 262 -265.

4. O’Brein WJ. Dental Material: properties and selection. Chicago: Quintessence Publishing Co. Inc, 1989: 158, 164-6.

5. Vojdani M, Rezaei S, Zareeian L. Effect of chemical surface treatment and repaired material on transverse strength of repaired acrylic denture resin.

Indian J Dent Res 2008; 19 (1): 2-5.

6. Combe EC. Sari dental material. Trans. Slamat Tarigan. Jakarta: Balai Pustaka, 1992: 27, 52, 174, 175, 270-1, 275, 277-80, 290-3.

7. Khindria SK, Mittal S, Sukhija U. Evolution of denture base material. J Indian Prost Soc 2009; 9:64-9.

8. Zarb GA, Bolender CL, Eckert SE, et al. prostodontic treatment for

edentulous patients: complete dentures and implant- supported prostheses.

India: Elsevier. 2004: 190-5

(75)

10. Kortrakulji K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base material. Thesis. Mahidol, Thailand: Mahidol

University,2008:1-8

11. Manappallil, JJ. Basic dental materials. 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers, 1998 : 106.

12. Mahalistyani R, Ratwita, DF. Dimensional change of acrylic resin plate after the reinforcement of glass fibre. Dent J 2007 ; 40(2) : 61-64

13. Nirwana I. Kekuatan transversa resin akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber dengan metode berbeda. Majalah Kedokteran Gigi 2005; 38 (1) :

16-9.

14. Hyer MW. Stress analysis of fiber-reinforced composite materials. Singapore: McGraw-Hill, 1998: 19-38

15. Uzun G, Keyf F. The effect of woven, chopped and longitudinal glass fibers reinforcement on the transverse strength of a repair resin. J of Biomaterial

Application 2001; 15: 351-8

16. Mahalisdawati R, Ratwita DF. Pengaruh bahan penguat serat gelas terhadap kekuatan transversal lempeng akrilik. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2006;

21: 140-145.

17. Jagger, D. Harrison, A. Complete dentures-problems solving. London : British

Dental Association, 1999 : 9.

18. Valittu, PK. Acrylic resin-fiber composite. Part I: the effect of fiber

(76)

19. Valittu, PK. Acrylic resin-fiber composite. Part II: the effect of polymerization shrinkage of polymethylmethacrylate applied to fiber roving on transverse

strength. J Prosthet Dent 1994; 616

20. Kanie T, Fujii K, Arikawa H. Flexural propesties and impact strength of denture base polymer reinforced with woven glass fibers. Dental material

2000; 16: 150-158.

21. Goguta L, Marsavina L, Bratu D. Impact strength of acrylic eat curing denture base resin reinforced with e-glass fibers. TMJ 2006; 56: 1.

22. Unalan F, Dikabas I, Gurbuz O. Transverse strength of polymethylmethacrylate reinforced wit different forms and concentrations of

e-glass fibres. OHDMBSC 2010; 9 (3):144-147.

23. Stipho, HD. Repair of acrylic resin base reinforced with glass fiber. J Prosthet Dent 1998 ; 80(5) :546-50

24. Tacir IH. Kama JD, Zortuk M. Flexural properties of glass fiber reinforced acrylic resin polymers. J Aust Dent 2006; 51: 52-56.

25. Vojdani M, Kaledi AAR. Transverse strength of reinforced denture base resin with metal wire and e-glass fibers. J of Dent 2006; 3: 167-72.

26. Lee SI, Kim CW, Lim YJ. Strength of glass fiber reinforced PMMA resin and surface roughness changed after abrasion test. J Korean Acad Prosthodont

2007; 45: 310-20.

27. Kostulas I, Victoria T, Kavoura. Fracture force, deflection, and toughness of

acrylic denture repairs involving glass fiber reinforcement. J of

Gambar

Gambar
Gambar 3: Serat kaca bentuk batang
Gambar 4: Serat kaca bentuk anyaman
Gambar 5: Serat kaca bentuk potongan kecil
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Mengenal tata cara ibadah hají Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif Kegiatan Pembelajaran Indikator

[r]

[r]

Mengetahui Guru bidang studi FIQIH Kepala

[r]

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dinding ruang mahakudus Gereja Katolik Santo Paulus Surabaya berdasarkan kaidah nirmana secara bentuk tidak sesuai

Metode LD adalah suatu metode yang dikembangkan dengan cara menghilangkan pengamatan yang diduga outlier secara bertahap, Metode LR adalah suatu metode yang didasarkan