• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis Pada RSUD dr. RM. Djoelham Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis Pada RSUD dr. RM. Djoelham Binjai"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA

PEGAWAI MEDIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

dr. R. M. DJOELHAM KOTA BINJAI

OLEH :

DIA NOSTRA P. GINTING 070502081

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis Pada RSUD dr. R. M Djoelham Binjai”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel stress kerja mempengaruhi kepuasan kerja dan untuk mengetahui indikator variabel stress kerja yang dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksplanasi, pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai medis pada RSUD dr. Djoelham Binjai dan yang dijadikan sebagai sampel adalah karyawan tetap yang berjumlah 80 orang.

Berdasarkan uji F diketahui konflik kerja, beban kerja, dan waktu kerja secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai medis di RSUD dr R. M. Djoelham Binjai. Berdasarkan uji t diketahui bahwa konflik kerja dan beban kerja berpengaruh positif dan signifikan sedangkan waktu kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai medis di RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai. Melalui penelitian ini diketahui bahwa konflik kerja memiliki pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja. Melalui pengujian koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,597, artinya keeratan hubungan antara konflik kerja, beban kerja, waktu kerja terhadap kepuasan kerja pegawai medis pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai adalah sebesar 59,7%. Kemudian pengujian koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) diperoleh nilai 0,331 artinya konflik kerja, beban kerja, waktu kerja berpengaruh 33,1% terhadap kepuasan kerja pegawai pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai dan sisanya 66,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

(3)

ABSTRACT

This research entitled The effect of Job Stress on Job Satisfaction of the employe in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai. The purpose of this research is to invetigate the influence of job stress variables on job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and to know the most dominant job stress’s variabel influence on job satisfaction.

The research method used was a type of explanatory research, hypothesis testing is using multiple linear regression analysis. Data processing was performed using SPSS 17.0 for windows. The population in this research were medical employees of RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and is used as the samples are permanent employees, amounting to 80 peoples.

Based on F test indicates that job konflict, job load, and job time simultaneously has a significant influence to job satisfaction of medical employee in RSUD dr R. M. Djoelham Binja . Throught on t test indicates that job konflict and job load individually has a negative and significant influence whereas job time has a positive and not significant to job satisfaction of medical employee in RSUD dr R. M. Djoelham Binjai. Through testing the correlation coeficient (R2) obtained a value of 0,597 meaning that the relationship between job konflict, job load, job time toward job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai amounted to 59,7%. The adjusted coeficient of determination (adjusted R square) obtained the value of 0,331 means job konflict, job load, job time affect 33,1% toward variables of job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and 66,9% influence by other variable

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, hanya atas berkat dan

kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Stres

Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis Pada RSUD dr. RM. Djoelham

Binjai.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2010/2011. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua

tercinta, Kisman Ginting, SPd. dan Rehukurta br Surbakti, SE. atas dukungan,

kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus dan tidak pernah putus untuk

penulis. Pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi S1

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang selama

(5)

6. Ibu Dra. Komariah Pandia, M.Si selaku dosen penguji I yang telah banyak

memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Yulinda, M.Si selaku dosen penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Pegawai Departemen Manajemen (Kak Dani, Bang Jum, Kak Vina)

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

10. Seluruh staf manajemen, karyawan, dan karyawati RSUD dr. Djoelham

Binjai.

11. Kakak dan adikku tercinta Sanny Ervina br Ginting dan Lastri Dwy Lady br

Ginting, terima kasih banyak atas doa dan dukungannya.

12. Untuk semua sahabatku yang selalu menemaniku baik suka maupun duka

Musa Sembiring, Faber, Rikki, Zein, Doges, Diana, Grace dan teman-teman

LAMBAR (Dedi, Juna, Husein, Ricky) dan teman-teman dari IMSAL yang

tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungannya selama

ini.

13. Seluruh rekan di bangku perkuliahan terutama teman-teman stambuk 2007

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, namun

terlewatkan dalam penyebutan ucapan terima kasih di lembaran ini penulis

mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan tidak berarti kelalaian tersebut

(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak

kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak. Terima kasih. Tuhan memberkati.

.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(7)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis... 8

2.1.1. Stres Kerja A. Pengertian Stres... 8

B. Pengertian Stres Kerja... 8

C. Gejala Stres... 9

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja... 10

E. Dampak Stres Kerja... 11

F. Memanajemen Stres Kerja Karyawan... 12

2.1.2. Kepuasan Kerja A. Pengertian Kepuasan Kerja... 13

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja... 14

C. Indikator-indikator Kepuasan Kerja... 15

2.1.3. Hubungan Stres Kerja Dengan Kepuasan Kerja... 16

2.2 Penelitian Terdahulu... 16

2.3 Kerangka Konseptual... 17

2.4 Hipotesis... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 20

3.3 Batasan Operasinoal Variabel... 20

3.4 Definisi Operasional Variabel... 21

3.5 Skala Pengukuran Variabel... 24

3.6 Populasi dan Sampel... 24

3.7 Metode Pengumpulan Data... 25

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas... 26

(8)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan...34

4.2 Analisis Deskriptif Penelitian...40

4.3 Hasil Penelitian...52

4.4 Pembahasan...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...66

5.2 Saran...66

DAFTAR PUSTAKA... 69

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel...23

Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert…...24

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas... 27

Table 3.4 Hasil Uji Validitas II... 28

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia... 41

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan... 42

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja... 43

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan... 44

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Konflik Kerja... 45

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Beban Kerja... 46

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Waktu Kerja... 48

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kepuasan Kerja... 50

Tabel 4.10 Uji Kolmogorov Smirnov...53

Tabel 4.11 Uji Glejser... 55

Tabel 4.12 Uji Multiolinearitas... 56

Tabel 4.13 Koefisien Determinan... 57

Tabel 4.14 Uji F... 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 72

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas... 75

Lampiran 3 Karakteristik Responden Penelitian ... 78

Lampiran 4 Distribusi Jawaban Responden ... 80

Lampiran 5 Frekuensi Jawaban Responden ... 82

Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 87

Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 90

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Medis Pada RSUD dr. R. M Djoelham Binjai”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel stress kerja mempengaruhi kepuasan kerja dan untuk mengetahui indikator variabel stress kerja yang dominan dalam mempengaruhi kepuasan kerja.

Metode penelitian ini adalah penelitian eksplanasi, pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai medis pada RSUD dr. Djoelham Binjai dan yang dijadikan sebagai sampel adalah karyawan tetap yang berjumlah 80 orang.

Berdasarkan uji F diketahui konflik kerja, beban kerja, dan waktu kerja secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai medis di RSUD dr R. M. Djoelham Binjai. Berdasarkan uji t diketahui bahwa konflik kerja dan beban kerja berpengaruh positif dan signifikan sedangkan waktu kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai medis di RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai. Melalui penelitian ini diketahui bahwa konflik kerja memiliki pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja. Melalui pengujian koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0,597, artinya keeratan hubungan antara konflik kerja, beban kerja, waktu kerja terhadap kepuasan kerja pegawai medis pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai adalah sebesar 59,7%. Kemudian pengujian koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R Square) diperoleh nilai 0,331 artinya konflik kerja, beban kerja, waktu kerja berpengaruh 33,1% terhadap kepuasan kerja pegawai pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai dan sisanya 66,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

(13)

ABSTRACT

This research entitled The effect of Job Stress on Job Satisfaction of the employe in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai. The purpose of this research is to invetigate the influence of job stress variables on job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and to know the most dominant job stress’s variabel influence on job satisfaction.

The research method used was a type of explanatory research, hypothesis testing is using multiple linear regression analysis. Data processing was performed using SPSS 17.0 for windows. The population in this research were medical employees of RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and is used as the samples are permanent employees, amounting to 80 peoples.

Based on F test indicates that job konflict, job load, and job time simultaneously has a significant influence to job satisfaction of medical employee in RSUD dr R. M. Djoelham Binja . Throught on t test indicates that job konflict and job load individually has a negative and significant influence whereas job time has a positive and not significant to job satisfaction of medical employee in RSUD dr R. M. Djoelham Binjai. Through testing the correlation coeficient (R2) obtained a value of 0,597 meaning that the relationship between job konflict, job load, job time toward job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai amounted to 59,7%. The adjusted coeficient of determination (adjusted R square) obtained the value of 0,331 means job konflict, job load, job time affect 33,1% toward variables of job satisfaction in RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai and 66,9% influence by other variable

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini

memberikan pengaruh dan dorongan yang besar untuk perusahaan agar tetap

bertahan dan berkembang di dalam masyarakat. Kekuatan pertama dalam

perusahaan adalah kekuatan sumber daya manusia. Cara pegawai (manajer,

teknisi, dan staf spesialis) bekerja, berpikir, dan berperilaku menentukan arah dan

keberhasilan suatu perusahaan. SDM di dalam perusahaan merupakan suatu yang

sangat penting untuk menjalankan roda perusahaan untuk mencapai tujuannya

(Ivancevich, 2009). Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan

saat ini. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki prestasi kerja dan

produktivitas yang baik akan mendukung perusahaan mencapai tujuannya. Oleh

karena itu perusahaan harus memberikan timbal balik kepada pegawai dalam

bekerja yaitu dengan memperhatikan faktor kepuasan kerja para pegawai.

Kepuasan kerja merupakan sikap emosional pegawai yang menyenangkan

dan mencintai pekerjaan (Hasibuan, 2006 : 202). Menurut Howell dan Robert

dalam Wijono (2010 : 100) kepuasan kerja merupakan hasil dari keseluruhan dari

derajat rasa suka atau tidak sukanya pegawai terhadap berbagai aspek dari

pekerjaannya. Kepuasan kerja mencerminkan sikap pegawai terhadap

pekerjaannya. Jika pegawai bersikap positif terhadap pekerjaan yang

(15)

dikerjakannya. Sebaliknya, jika pegawai bersikap negatif (tidak suka), maka ia

akan merasa tidak puas terhadap apa yang akan dikerjakannya. Kepuasan kerja

pegawai berhubungan langsung dengan produktivitas pegawai, tingkat kehadiran

di tempat kerja, dan tingkat keluar masuk pegawai (turn over). Apabila

produktivitas kerja tinggi, tidak terdapat absensi, dan turn over pegawai rendah

maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalam kelompok dan organisasi

terpenuhi (Tampubolon 2008 : 38)

Dalam sebuah organisasi pada masa sekarang ini, mungkin saja timbul

berbagai macam pertentangan-pertentangan dan perselisihan baik diantara para

pegawai maupun antara pegawai dengan pemimpin, hal ini mungkin terjadi

karena adanya tuntutan-tuntutan yang berbeda-beda pada setiap jenis pekerjaan

yang ditangani sumber daya manusia yang bermacam-macam sifat dan perilaku

sehingga memungkinkan terjadinya stres pada pegawai.

Stres merupakan respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang

merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang

memberikan tuntutan khusus pada pekerjaan (Ivancevich 2009 : 295). Ivancevich

membagi tiga faktor yang menentukan suatu pekerjaan yang menghasilkan stres

yaitu kepentingan, ketidakpastian, dan durasi. Kepentingan dikaitkan dengan

seberapa signifikan peristiwa tersebut bagi individu, ketidakpastian merujuk pada

kurangnya kejelasan tentang apa yang terjadi sedangkan durasi berhubungan

dengan seberapa lama sebuah tuntutan khusus itu ditempatkan kepada pegawai.

(16)

terwujud dari pekerjaannya. Hasibuan (2006 : 204) mejelaskan ada enam faktor

penyebab stres pegawai yaitu :

1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.

2. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar.

3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai

4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.

5. Balas jasa yang terlalu rendah.

6. Masalah-masalah keluarga.

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan

kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan

medis, rehabilitasi medis, dan pelayanan perawatan. Pada masa sekarang ini

rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetitif, termasuk

bersaing dengan pelayanan kesehatan alternatif lainnya seperti dukun dan tabib.

Pada keadaan demikian pelayanan rumah sakit sebaiknya dikelola dengan dasar

konsep manajemen yang baik. Tanpa konsep manajemen yang baik

perkembangan rumah sakit akan berjalan lambat.

Pada perusahaan jasa seperti rumah sakit peran sumber daya manusia

sangat diperlukan karena ia berhubungan langsung dengan kepuasan yang akan

dirasakan pelanggan/ pasien rumah sakit tersebut. Oleh karena itu kepuasan kerja

dari pegawai sangat menentukan kepuasan pelanggan karena pegawai yang

mengalami kepuasan dalam pekerjaannya akan menunjukkan perilaku dan

(17)

dan lebih kooperatif. Sikap positif bagi pegawai sangat penting, karena akan

berpengaruh terhadap keberhasilan strategi perusahaan. Menurut Robbins (2003)

sikap pegawai yang positif dapat ditunjukkan karena pegawai memiliki tingkat

kepuasan kerja, sedangkan pegawai yang tidak puas dengan pekerjaannya akan

menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan bahkan menurut Mayo

(2007) dapat menimbulkan stres terhadap mereka

Manajemen pada rumah sakit merupakan sebuah usaha yang padat karya,

padat modal dan padat teknologi. Karena itu sumber daya manusia pada rumah

sakit dipacu untuk bekerja dengan maksimal, disamping memberikan pelayanan

yang bernilai sosial dan etika, juga harus memperhitungkan dari segi ekonomi,

sehingga pegawai-pegawai pada rumah sakit rentan terhadap stres.

Tenaga kesehatan khususnya perawat beban kerjanya dapat dilihat

berdasar aspek-aspek tugas yang dijalankan menurut fungsi utamanya. Beberapa

aspek yang berhubungan dengan beban kerja tersebut adalah jumlah pasien yang

harus dirawatnya, kapasitas kerjanya sesuai dengan pendidikan yang di peroleh,

shift yang di gunakan untuk mengerjakan tugasnya yang sesuai dengan jam kerja

yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu

perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik.. Selain itu, pegawai-pegawai medis

pada rumah sakit merupakan sumber daya manusia dari berbagai disiplin ilmu

yang berbeda seperti dokter, perawat, apoteker, farmasis, dll., hal ini

memungkinkan terjadinya pertentangan-pertentangan diantara para pegawai

sehingga berpengaruh terhadap stres kerja mereka yang berujung pada penurunan

(18)

Demikian halnya pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. M. Djoelham

Kota Binjai. RSUD dr. R. M. Djoelham kota Binjai merupakan sebuah rumah

sakit milik pemerintah yang dikelola oleh Pemerintah Kota Binjai. RSUD dr. R.

M. Djoelham Binjai sebagai Rumah Sakit Umum Daerah kelas B, memberikan

pelayanan kesehatan didasarkan pada ketersediaan fasilitas dan sarana rumah

sakit. Didasari bahwa keterbatasan fasilitas pada saat ini, maka RSUD dr. R. M.

Djoelham tengah berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan melalui rencana

pengembangan rumah sakit. Jangkauan pelayanan RSUD dr. R. M. Djoelham

Binjai meliputi pelayanan kesehatan pada masyarakat Binjai sendiri (61,42%),

masyarakat Kabupaten Langkat khusunya Langkat Hulu (26,54%), masyarakat

Kabupaten Deli Serdang (7,46%), dan sebagian masyarakat Medan (4,58%).

Rumah Sakit Umum dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki pegawai-pegawai yang

tergolong kedalam tenaga medis dokter, tenaga paramedis perawatan, tenaga

paramedis non perawatan, dan tenaga non medis. Pegawai-pegawai medis pada

rumah sakit ini merupakan tenaga medis yang berkualitas dan berdedikasi tinggi.

Namun dengan banyaknya pasien yang masuk dan rawat inap dengan berbagai

jenis penyakit yang memerlukan tindakan medis yang cepat dan tepat menambah

beban kerja pegawai yang pada akhirnya menurunkan gairah kerja mereka.

Pegawai-pegawai medis pada rumah sakit ini juga merasakan adanya stres

kerja pada mereka. Menurut mereka fluktuasi dari beban kerja yang mereka

terima menjadi pemicu stres kerja bagi mereka. Untuk jangka tertentu bebannya

sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Yang mempengaruhi

(19)

kondisi pasien yang selalu berubah dan jumlah rata-rata jam perawatan yang

dibutuhkan untuk melayani pasien secara langsung. Beban kerja yang berlebihan

ini tentu akan mempengaruhi produktivitas tenaga medis itu sendiri dan akan

mempengaruhi produktivitas rumah sakit.

Selain itu,berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Rumah Sakit dr.

R. M. Djoelham Binjai terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan stres

pada pegawai medis. Faktor-faktor itu antara lain : hubungan yang kurang baik

dengan penyelia, dokter, rekan perawat, pasien dan keluarga pasien, adanya

pekerjaan rutin yang diulang-ulang, perpindahan perawat dari tempat lain, bahaya

fisik dalam pekerjaan seperti ancaman kesalahan penggunaan jarum suntik dan

paparan sinar radiasi, pasien yang tidak sadarkan diri, bunyi yang terus menerus

dari alat monitor maupun dari pasien yang menjerit atau merintih, dan terlalu

sering melihat/mencium bau kotoran dari pasien ataupun darah yang berceceran

pada ruang pasien.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja

Pegawai Medis Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. M. Djoelham Kota

Binjai.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah yang

(20)

berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai medis pada RSUD dr. R. M.

Djoelham Kota Binjai?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja terhadap

kepuasan kerja pegawai pada RSUD dr. R. M. Djoelham Kota

Binjai.

b. Mengetahui indikator variabel yang paling dominan diantara

konflik kerja, beban kerja, dan waktu kerja yang mempengaruhi

peningkatan kepuasan kerja pada RSUD dr. R. M. Djoelham Kota

Binjai

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi RSUD dr. R. M. Djoelham Kota Binjai

Memberikan masukan dan tambahan informasi bagi RSUD dr. R.

M. Djoelham untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh stres kerja

terhadap kepuasan kerja pegawainya.

b. Bagi Peneliti Lanjutan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya di

bidang yang sama.

(21)

Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang

didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam

pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1. Stres Kerja

A. Pengertian Stres

Masalah stres dalam organisasi menjadi gejala yang penting sejak mulai

timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menurut

Munandar (2001:374) stres merupakan suatu kondisi yang negatif, suatu kondisi

yang mengarah ke penyakit fisik maupun mental, atau mengarah ke perilaku yang

tak wajar. Sedangkan menurut Robbins (2003:376) stres menunjukkan suatu

kondisi dinamika yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan

suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan

dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Siagian

(2007:300) menyatakan bahwa stres merupakan kondisi ketegangan yang

berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang

tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang

untuk berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti

lingkungan pekerjaan maupun lingkungan luar lainnya. Hal ini berarti pegawai

yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif yang akhirnya akan

(22)

B. Pengertian Stres Kerja.

Veithzal (2004:516) menyatakan stres kerja adalah suatu kondisi

ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang

mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang pegawai, dalam hal ini

tekanan tersebut disebabkan oleh lingkungan pekerjaan tempat pegawai tersebut

bekerja. Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang

dialami pegawai dalam menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2005:29).

Wijono (2010 :122) menyatakan bahwa stres kerja dapat disimpulkan

sebagai suatu kondisi dari hasil penghayatan subjektif individu yang dapat berupa

interaksi antara individu dan lingkungan kerja yang dapat mengancam dan

memberikan tekanan secara psikologis, fisiologis, dan sikap individu. Sedangkan

menurut Ivancevich (2009: 295) stres merupakan hasil yang diperoleh dalam

menangani sesuatu yang memberikan tuntutan khusus kepada pegawai.

C. Gejala Stres

Gejala merupakan penampakan diri suatu sikap atau perasaan.

Penampakan rasa senang bisa dalam bentuk tertawa, ceria, dan girang.

Penampilan rasa tidak senang bisa dalam bentuk diam, murung, marah, dan

lain-lain atau dapat juga dikatakan indikasi atau tanda-tanda dalam berbagai bentuk

dari sesuatu yang abstrak.

Menurut Wijono (2010:122) ada beberapa gejala stres yang dilihat dari

berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan baik secara fisiologis,

psikologis, dan sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala-gejala

(23)

sedangkan perubahan psikologis ditandai oleh adanya kecemasan berlarut-larut,

sulit tidur, napas tersengal-sengal, dan berikutnya perubahan sikap seperti keras

kepala, mudah marah, dan tidak puas terhadap apa yang dicapai.

Menurut Ivancevich (2009:299) terdapat enam tanda-tanda stres pada

pegawai yaitu :

1. Seorang pekerja yang biasanya tepat waktu mengembangkan pola

keterlambatan (atau seorang pekerja yang biasanya dapat diandalkan

mengembangkan pola absen).

2. Seorang pekerja yang normalnya penggembira menjadi menarik diri (atau,

yang jarang terjadi, seorang yang penyendiri menjadi bergaul)

3. Seorang pegawai yang biasanya bekerja rapi dan teliti melakukan pekerjaan

yang kotor, tidak lengkap atau jorok.

4. Seorang pengambil keputusan yang baik tiba-tiba mulai mengambil

keputusan yang buruk (atau tampak tidak mampu mengambil keputusan)

5. Seorang pegawai yang mudah bergaul dan akur dengan orang lain menjadi

cepat tersinggung dan tidak sopan.

6. Seorang pegawai yang biasanya berpenampilan rapi mengabaikan

penampilannya.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

Menurut Ivancevich (2009:306) terdapat lima bentuk kondisi kerja yang

dapat menghasilkan stres pada pegawai yaitu :

1. Tekanan dari manajer di depan rekan kerja untuk bekerja lebih keras, lebih

(24)

2. Hubungan yang buruk dengan rekan kerja.

3. Kekerasan atau kecelakaan di tempat kerja yang melukai teman atau

pegawai lain.

4. Diminta untuk menyelesaikan pekerjaan dimana pegawai tidak memiliki

keterampilan atau kompetensi yang diperlukan.

5. Melakukan presentasi yang sangat penting dihadapan suatu kelompok.

Menurut Hasibuan (2006:204) faktor-faktor yang menyebabkan stres

pegawai antara lain:

a. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.

b. Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar.

c. Waktu dan peralatan keja yang kurang memadai.

d. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.

e. Balas jasa yang terlalu rendah.

f. Masalah- masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan sebagainya.

Menurut Cooper dalam Wijono (2010:124) ada 5 macam faktor yang

menyebabkan stres yaitu :

1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan (tuntutan fisik dan tugas),

2. Pengembangan karier (kepastian pekerjaan dan ketimpangan status)

3. Hubungan dalam pekerjaan (hubungan antar tenaga kerja),

4. Struktur organisasi

5. Iklim organisasi.

(25)

Menurut Ivancevich (2009:299) stres kerja pada pegawai dapat

berpengaruh positif maupun negatif. Namun efek negatif lebih sering terlihat.

Efek negatif tersebut dapat berupa: kebosanan, penurunan dalam motivasi, absen,

apatis, insomnia, mudah tersinggung, kesalahan dalam pekerjaan yang meningkat,

tidak dapat mengambil keputusan. Sedangkan jika pegawai mampu mengelola

stres secara optimal maka stres tersebut mampu menghasilkan dampak positif

berupa : motivasi yang tinggi, energi tinggi, persepsi yang tajam, ketenangan.

Menurut Wijono (2010:153) sifat dasar penolakan terhadap munculnya

stres dapat memotivasi individu melakukan sesuatu dan menghilangkan masalah

yang ada. Sedangkan menurut Hasibuan (2006:205) stres pegawai yang tidak

terselesaikan dengan baik akan menimbulkan frustasi. Frustasi akan menimbulkan

perilaku aneh dari orang tersebut, misalnya marah-marah, membanting telepon,

bahkan memukul-mukul kepalanya. Frustasi adalah keadaan emosional,

ketegangan pikiran, dan perilaku yang tidak terkendalikan dari seseorang,

bertindak aneh-aneh yang dapat membahayakan dirinya atau orang lain.

Menurut Ivancevich (2009:308) stres yang dialami pegawai menyebabkan

organisasi mengeluarkan banyak uang. Stres yang dialami pegawai akan

membawa efek yang buruk bagi pegawai. Efek tersebut mencakup pengambilan

keputusan yang semakin buruk dan penurunan efektivitas. Selain itu stres juga

dapat meningkatkan ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan kerja dapat dihubungkan

dengan sejumlah hasil disfungsional, termasuk perputaran pegawai (turn over),

absen yang meningkat, dan kinerja pekerjaan yang menurun.

(26)

Organisasi yang ingin menantang pegawainya dan tetap kompetitif dalam

lingkungan yang berubah cepat, tidak akan pernah terbebas dari stres. Menurut

Daft (2003: 39) stres dalam pekerjaan dapat di manajemen dengan

mengidentifikasi sumber utama stres. Organisasi dapat mendukung teknik

manajemen stres ini dengan menganjurkan pegawai beristirahat dan berlibur

secara teratur. Waktu libur adalah investasi yang berharga ketika hal ini

memungkinkan pegawai melakukan pendekatan pada tugas mereka dengan tenaga

yang diperbarui dan perspektif yang segar saat mereka kembali bekerja.

Menurut Sasono (2004:3) mengelola stres ada 2 (dua) pendekatan yang

bisa diterapkan yaitu pendekatan individu dan organisasional. Pendekatan

individual mencakup pelaksanaan teknik manajemen waktu, meningkatkan latihan

fisik, pelatihan relaksasi dan perluasan jaringan dukungan sosial. Pendekatan

organisasional mencakup perbaikan seleksi personil dan penempatan kerja,

penempatan tujuan yang realistis, perancangan ulang pekerjaan, peningkatan

keterlibatan pegawai, perbaikan komunikasi organisasi dan pelaksanaan program

kesejahteraan.

2.1.2. Kepuasan Kerja

A. Pengertian Kepuasan Kerja Pegawai

Ivancevich (2009:90) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap

seseorang terhadap pekerjaan mereka. Hal tersebut dihasilkan dari persepsi

mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat kesesuaian antara individu dan

(27)

Pengertian kepuasan kerja yang diungkapkan Hasibuan (2006:202) adalah

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaan yang dicerminkan

oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.

Menurut Hoppecl dalam Waluyo (2009:179) kepuasan kerja merupakan

penilaian dari pekerja yaitu seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan

memuaskan kebutuhannya.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Hasibuan (2006:203) kepuasan kerja pegawai dipengaruhi

faktor-faktor berikut :

1. Balas jasa yang adil dan layak.

2. Penempatan yang sesuai dengan keahlian.

3. Berat-ringannya pekerjaan.

4. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan.

6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya.

7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Mullin dalam Wijono (2010:106) menjelaskan tentang faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi kepuasan kerja meliputi faktor-faktor budaya, pribadi,

sosial, organisasi dan lingkungan.

1. Faktor pribadi diantaranya kepribadian, pendidikan, intelegensi

(28)

2. Faktor sosial di antaranya hubungan dengan rekan kerja, kelompok

kerja dan norma-norma, kesempatan untuk berinteraksi, dan

organisasi formal.

3. Faktor budaya diantaranya sikap-sikap yang mendasari,

kepercayaan dan nilai-nilai.

4. Faktor organisasi diantaranya sifat dan ukuran, struktur formal,

kebijakan-kebijakan personalia dan prosedur-prosedur, relasi

pegawai, sifat pekerjaan, tekonologi dan organisasi kerja,

supervisor dan gaya kepemimpinan, sistem manajemen, dan

kondisi-kondisi kerja.

5. Faktor-faktor lingkungan diantaranya ekonomi, sosial, teknik, dan

pengaruh-pengaruh pemerintah.

C. Indikator-Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Ivancevich (2009:90) sejumlah indikator yang dihubungkan

dengan kepuasan kerja yaitu :

1. Imbalan, yaitu jumlah pembayaran yang diterima dan tingkat kesesuaian

anatara pembayaran tersebut dengan pekerjaan yang dilakukan.

2. Pekerjaan itu sendiri, sejauh mana pekerjaan dianggap menarik,

menyediakan kesempatan untuk belajar dan memberikan tanggung jawab.

3. Peluang promosi yaitu ketersediaan peluang untuk maju.

4. Supervisi yaitu kompetensi teknis dan keterampilan interpersonal dari

(29)

5. Rekan kerja, sejauh mana rekan kerja bersahabat, kompeten, dan

memberikan dukungan.

6. Kondisi pekerjaan ditandai dengan sejauh mana lingkungan kerja fisik

memberikan kenyamanan dan mendukung produktivitas.

7. Keamanan pekerjaan yaitu keyakinan bahwa posisi seseorang relatif aman

dan ada peluang untuk terus bekerja dalam organisasi.

2.1.3. Hubungan Stres Kerja Dengan Kepuasan Kerja

Menurut Locke dalam Wijono (2010:151) banyak penelitian telah

dilakukan untuk menemukan hubungan antara kepuasan kerja, stres kerja, dan

prestasi kerja. Kepuasan kerja biasanya didasarkan pada persepsi pegawai

terhadap karakteristik pekerjaan dalam suatu waktu, ganjaran yang memuaskan,

hubungan baik dengan rekan kerja. Kepuasan kerja juga kerap dikaitkan sebagai

pengaruh psikologis yang dirasakan jika terjadi stres kerja. Ini berarti bahwa jika

stres kerja meningkat, maka kepuasan kerja akan menurun.

Menurut Ivancevich (2009:303) efek dari stres banyak dan bervariasi.

Beberapa efek tentu saja bersifat positif seperti motivasi diri dan stimulasi untuk

memuaskan tujuan hidup. Karena dengan motivasi yang tinggi kemungkinan

besar seorang pegawai memperoleh kepuasan kerja. Ivancevich juga

mengungkapkan bahwa stres yang berlebihan meningkatkan ketidakpuasan kerja.

Ketidakpuasan kerja menunjukkan sejumlah hasil disfungsional, termasuk

perputaran pegawai, absen yang meningkat, dan kinerja yang menurun.

(30)

Tampubolon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Stres

Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai PT. Pabrik Es Pematang Siantar”

menyatakan bahwa variabel stres kerja secara simultan mempengaruhi prestasi

kerja pegawai pada PT. Pabrik Es Pematangsiantar. Dan secara parsial bahwa

konflik kerja merupakan indikator stres kerja yang dominan mempengaruhi

prestasi kerja pegawai pada PT. Pabrik Es Pematangsiantar.

Wahyuddin dan Susanto (2007) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengaruh Stres, Konflik dan Hukuman Disiplin Terhadap Produktivitas Kerja

Pegawai di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Samarinda Kalimantan

Timur” menyatakan bahwa variabel Stres, Konflik, dan Hukuman Disiplin

berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai dan dari hasil

analisis data, variabel stres yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat

produktivitas kerja pegawai.

Siahaan (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Stres dalam

Pekerjaan Terhadap Kinerja Pegawai (Suatu Kajian Terhadap Pegawai

Departemen Plant PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang Bekasi)” menyatakan

bahwa stresor kerja berpengaruh langsung dan bersifat positif terhadap tingkat

stres kerja pegawai secara signifikan, sedangkan stres kerja tersebut secara

signifikan berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai.

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Ivancevich (2009:90) kepuasan kerja adalah sikap seseorang

terhadap pekerjaan mereka. Hal tersebut dihasilkan dari persepsi mereka

(31)

Stres merupakan respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu yang

merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang

memberikan tuntutan khusus pada pekerjaan (Ivancevich 2009 : 295). Menurut

Ivancevich (2009 : 306 ) kondisi kerja yang berhubungan dengan stres antara lain

: tekanan dari manajer di depan rekan kerja untuk bekerja lebih keras, lebih cepat

dan lebih lama, hubungan yang buruk dengan rekan kerja, kekerasan atau

kecelakaan di tempat kerja, diminta untuk melakukan pekerjaan dimana pegawai

tidak memiliki keterampilan dan kompetensi yang diperlukan, dan melakukan

presentasi yang sangat penting dihadapan suatu kelompok. Sedangkan menurut

Hasibuan (2006:204) faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja antara lain:

beban kerja yang sulit dan berlebihan, tekanan dan sikap pemimpin yang kurang

adil dan wajar, waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai, konflik antara

pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah,

masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain.Kondisi kerja

yang menyebabkan stress tersebut dapat digolongkan ke dalam tiga bagian yaitu

konflik kerja, beban kerja, dan waktu kerja.

Dimana konflik kerja merupakan ketidaksesuaian antara dua atau lebih

anggota atau kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus

menggunakan sumber daya secara bersama-sama, mempunyai status, tujuan,

nilai-nilai dan persepsi yang berbeda-beda. Beban kerja muncul ketika orang merasa

kurang memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya

atau bahwa standard kinerja ditetapkan terlalu tinggi. Waktu kerja dapat menjadi

(32)

terdapat waktu yang cukup untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau dengan kata

lain pekerja dituntut untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu (Ivancevich

2009:298).

Pengaruh antara stres kerja dengan kepuasan kerja secara sederhana dapat

dideskripsikan bahwa, semakin rendah dan semakin baik pegawai mengelola

tingkat stresnya maka semakin tinggi pula kepuasan kerja pegawai tersebut.

Menurut Ivancevich (2009:308) stres yang berlebihan dapat meningkatkan

ketidakpuasan kerja, ketidakpuasan kerja dapat dihubungkan dengan sejumlah

hasil disfungsional, termasuk perputaran pegawai, absen yang meningkat dan

kinerja yang menurun. Dengan kata lain stres pegawai timbul akibat kepuasan

kerja tidak terwujud dari pekerjaannya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka kerangka konseptual dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Sumber : Hasibuan (2006 : 201), Ivancevich (2009 : 306) data diolah.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasarkan pada teori Stres Kerja (X)

1. Konflik Kerja (X1) 2. Beban Kerja (X2) 3. Waktu Kerja (X3)

(33)

yang relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2006:51).

Berdasarkan kerangka konseptual diatas penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut :“ Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian menurut tingkat eksplanasi (penjelasan), penelitian ini

dapat dikaji menurut tingkatnya yang didasarkan kepada tujuan dan objeknya.

Pada tingkat eksplanasi penelitian termasuk kedalam penelitian asosiatif, yakni

penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih untuk melihat pengaruh,

yaitu stres kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. M.

Djoelham Kota Binjai Jalan Sultan Hasanuddin No. 9 Binjai. Waktu Penelitian

dilaksanakan penulis mulai dari bulan April sampai Juni 2011.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini mengkhususkan pembahasan mengenai pengaruh stres kerja

terhadap prestasi kerja pegawai. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian

ini adalah :

a. Variabel Independent (X) adalah variabel yang nilainya tidak

tergantung dengan variabel lain. Adapun yang menjadi variabel

independen atau variabel bebas dari penelitian ini yaitu stres kerja

yang terdiri dari subvariabel berupa konflik kerja (X1), beban

(35)

b. Variabel Dependen (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainy

tergantung pada variabel lainnya, adapun yang menjadi variabel

dependen atau terikat dalam penelitian ini yaitu kepuasan kerja.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel suatu

faktor yang berkaitan dengan faktor variabel lainnya. Definisi operasional variabel

merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur untuk mengetahui baik

buruknya pengukuran dalam sebuah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi

objek penelitian adalah stres kerja sebagai variabel bebas dan prestasi kerja

sebagai variabel terikat. Kedua variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai

berikut :

a). Variabel Independent (X): Stres Kerja

Stres kerja merupakan respon adaptif, dimoderasi oleh perbedaan individu

yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang

memberikan tuntutan khusus pada pekerjaan (Ivancevich 2009 : 295). Pemahaman

mengenai stres kerja dapat dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu sumber

potensial penyebab stres. Adapun sumber stres kerja tersebut adalah :

1. Konflik Kerja (X1)

Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota atau

kelompok dalam organisasi yang timbul karena mereka harus menggunakan

sumber daya secara bersama-sama, mempunyai status, tujuan, nilai-nilai, dan

(36)

ada diantara pihak-pihak yang merasakan adanya ketidaksesuaian tujuan dan

peluang untuk mencampuri urusan pencapaian tujuan pihak lain.

2. Beban Kerja (X2)

Beban kerja dapat menjadi sumber stres ketika orang merasa kurang

memiliki kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya atau

sadar bahawa standar kinerja yang ditetapkan terlalu tinggi.

3. Waktu Kerja (X3)

Waktu kerja adalah ketika pekerja dituntut untuk segera menyelesaikan

tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Atau dengan kata lain terlalu banyak

hal yang harus dilakukan atau tidak terdapat cukup waktu untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan.

b. Variabel Dependent (Y): Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap sesorang terhadap pekerjaan mereka. Hal

tersebut dihasilkan dari persepsi mereka mengenai pekerjaan mereka dan tingkat

kesesuaian antara individu dan organisasi. Beberapa faktor penting yang

berhubungan dengan kepuasan kerja adalah imbalan, pekerjaan itu sendiri,

peluang promosi, supervisi, rekan kerja, kondisi pekerjaan dan keamanan

(37)

Untuk lebih jelas mengenai operasional variabel dapat dilihat pada Tabel 3.1: Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran antara dua atau lebih

anggota atau

(38)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial (Sugiyono, 2006:86). Dengan skala Likert , maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai dasar dalam menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2006:98)

Skala Likert menggunakan lima tingkat jawaban yaitu :

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber : Sugiyono (2006:88)

3.6 Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2006:72) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Medis RSUD dr. R. M. Djoelham

Kota Binjai yang berjumlah 294 orang. Yang terdiri dari tenaga medis perawatan

(39)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73). Prosedur penarikan sampel pada penelitian

ini dengan menggunakan rumus Slovin (Ginting dan Situmorang, 2008:132),

yaitu:

n

Dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Taraf Kesalahan

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah :

n =

=

= 79,8

Melalui rumus Slovin maka didapat jumlah sampel sebesar 79,8 yang

dibulatkan menjadi 80 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode sampling purposive yaitu teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Kriteria pegawai yang dipilih untuk dijadikan

sampel dalam penelitian ini adalah pegawai medis yang terdiri dari pegawai medis

perawatan dan pegawai medis non perawatan (penunjang medis) yang sudah

bekerja lebih dari tiga tahun pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara (Interview) Wawancara langsung dengan pimpinan

(40)

b. Angket (Kuesioner) yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam

bentuk angket tentang stres kerja dan prestasi yang ditunjukkan kepada

responden di objek penelitian yaitu pegawai RSUD dr. R. M.

Djoelham Binjai.

c. Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, majalah, jurnal, dan dokumen lain yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

3.8 Uji Validitas Dan Reliabilitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka terlebih dahulu diadakan

uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data

yang didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang

digunakan (kuesioner). Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan

antara nilai korelasi atau r hitung dari variabel penelitian dengan nilai r tabel.

Pengujian validitas instrumen dilakukan terhadap 30 orang pegawai medis RSUD

dr. R. M. Djoelham Binjai yang tidak termasuk ke dalam sampel dengan

menggunakan SPSS 15.00 for windows dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

c. Nilai rtabel dengan responden awal berjumlah 30 orang dan alpha 5%

adalah 0,361.

Uji reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan

(41)

telah dinyatakan valid dalam uji validitas, maka akan ditentukan reliabilitasnya

dengan kriteria sebagai berikut:

(42)

Terlihat pada variabel 2,811,19,23,24,25,26,27 data tidak valid karena

tabel R untuk sampel 30 sebesar 0,361, sedangkan nilai correctecteditem total

correlation variabel 2,811,19,23,24,25,26,27 di bawah 0,361. Berarti variabel

2,811,19,23,24,25,26,27 harus dibuang. Setelah itu dilakukan pengujian kembali.

Tabel 3.4 Uji validitas II

Pada Tabel 3.4 diatas terlihat seluruh butir dinyatakan valid, selanjutnya

dilakukan uji reliabilitas. Menurut Ghozali, 2005, suatu konstruk atau variabel

dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Berdasarkan

data di atas maka seluruh butir dinyatakan reliabel.

(43)

3.9 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan penulis untuk menganalisis data yang

dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan metode analisis data dimana peneliti mengumpulkan,

mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar diperoleh perkiraan yang tidak

bias dan demi efisiensi maka dilakukan pengujian asumsi klasik yang harus

dipenuhi yaitu:

1) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi

data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov.

Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual

berdistribusi normal (Situmorang et al, 2008:62).

2) Uji Heteroskedastisitas

Artinya varians variabel independen adalah konstan untuk setiap

nilai tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang

baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji

(44)

variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel

dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas

signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model

regresi tidak mengarah pada adanya heteroskedastisitas (Situmorang ,

2008:76).

3) Uji Multikolinearitas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam

model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau

mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Nilai umum yang

biasa dipakai adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak

terjadi multikolinearitas (Situmorang , 2008:104).

c. Metode Regresi Linier Berganda

Metode regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel bebas (Konflik Kerja, Beban Kerja, dan Waktu Kerja)

terhadap variabel terikat (Kepuasan Kerja).

Model regresi berganda yang digunakan, yaitu:

(45)

d. Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Uji-t bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh

yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

H0: β1 = 0

Artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh signifikan

dan positif terhadap variabel terikat.

Ha: β1 ≠ 0

Artinya varibael bebas secara parsial berpengaruh signifikan dan

positif terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

Ha diterima jika thitung > ttabelpada α = 5%

2. Uji Secara Simultan/Serempak (Uji F)

Uji-t bertujuan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan

terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah :

H0: β1 = 0

Artinya variabel bebas secara serempak tidak berpengaruh

(46)

Ha: β1 ≠ 0

Artinya varibael bebas secara serempak berpengaruh signifikan dan

positif terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima jika Fhitung > Ftabelpada α = 5%

3. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa

besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, dimana

0<R2<1. Hal ini menunjukkan jika R2 semakin dekat dengan 1 maka

kemampuan variabel bebas (X) untuk menjelaskan variabel terikat

(Y) semakin baik. Sebaliknya jika R2 semakin dekat pada 0 maka

kemampuan variabel bebas (X) untuk menjelaskan variabel terikat

semakin lemah. Hal ini berarti bila R2 =0 menunjukkan tidak adanya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan bila R2

mendekati satu menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel

(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Ringkas dan Perkembangan RSUD Dr. R. M. Djoelham

Sejarah RSUD Dr. R. M. Djoelham Kota Binjai yang sebelumnya

bernama RSU Binjai belum terdokumentasikan secara lengkap. Penelusuran

sejarah RSU Binjai diperoleh dari penuturan beberapa orang tua yang dianggap

mengetahui asal mula berdirinya RSU Binjai. Cikal bakal RSU Binjai telah ada

berdiri sejak zaman Kesultanan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Namun dengan kondisi luas bangunan yang tidak begitu besar, pasang-surutnya

perlawanan terhadap penjajahan tidak mengubah kondisi dan fungsi rumah sakit

yang pada masa itu hanya memiliki satu gedung dengan fasilitas peralatan medis

yang sederhana sekali. Bangunan itu sekarang menjadi gedung induk yang telah

banyak mengalami renovasi.

RSU Binjai konon sudah berdiri sejak ± 1927, yang didirikan oleh Tengku

Musa. Pada masa tersebut telah ada seorang dokter umum yang bertugas

memberikan pelayanan kesehatan baik bagi keluarga kesultanan maupun

masyarakat, dokter tersebut adalah dr. Jalalludin Siregar. Tidak ada catatan resmi

sampai kapan beliau melaksanakan pengabdiannya di RSU Binjai tempo itu.

Pada periode berikutnya Dr. R. M. Djoelham diperkirakan sejak

tahun1937 mulai melaksanakan dharma baktinya di bidang pelayanan kesehatan

(48)

disamping berjuang dalam bidang pelayanan kesehatan, juga aktif

memperjuangkan kemerdekaan di wilayah Kota Binjai. Sekali lagi tidak ada

catatan resmi sampai kapan beliau melaksanakan tugas pengabdian pelayanan

kesehatan di cikal bakal RSU Binjai. Satu catatan penting antara periode tahun

1942-1945, Dr. R. M. Djoelham tercatat sebagai anggota dewan eksekutif Kota

Binjai.

Seiring dengan ditetapkannya kota Binjai sebagai kota administrasi,

tahun1960 mulai dikenal suatu jawaban yang disebut Dinas Kesehatan Rakyat

(DKR). Pada awal mulai berdirinya DKR membawahi jajahan bidang kesehatan

termasuk rumah sakit secara langsung. Dengan suatu pengertian bahwa kepala

DKR adalah juga kepala (pimpinan) rumah sakit. Karenanya pada sekitar tahun

1963 pimpinan RSU Binjai saat itu dijabat oleh kepala DKR Kota Binjai tersebut.

Kepala DKR Kota Binjai yang juga sekaligus Pimpinan RSU Binjai paa

periode Tahun 1963 di jabat oleh Dr. Abdoellah Hoed. Pada masa itu belum ada

perubahan yang berarti RSU Binjai masih dominan melaksanakan kesehatan

dasar.

Kondisi berlanjut pada periode tahun 1966-1971, Kepala DKR yang juga

pimpinan RSU Binjai dijabat oleh Dr. Maringan E. Hutapea. Keberadaan RSU

Binjai yang merupakan bagian DKR masih melaksanakan fungsi pelayanan

kesehatan dasar, atau hal ini berarti tidak terdapat perkembangan yang berarti

dalam peningktatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Periode tahun 1971-1976, kepala DKR yang juga pimpinan RSU Binjai

(49)

ini adalah dengan diadakannya pemisahan Kepala DKR (dinas kesehatan) Kota

Binjai dengan kepala/ pimpinan RSU Binjai. Pemisahan ini juga belum

mengakibatkan peubahan berarti dalam penyelanggaraan pelayanan kesehatan

RSU Binjai masih dominan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar.

Selanjutnaya pada periode 1976-1980 pimpinan RSU Binjai dijabat oleh

Dr. H. Azwar Hamid. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD

Kelas D yang merupakan rumah sakit pembantu, dengan Tanjung Pura sebagai

rumah sakit induk. Sebagai rumah sakit pembantu hanya melenggarakan

pelayanan kesehatan dasar, sementara pelayanan spesifik dilaksanakan di rumah

sakit induk (RSU Tanjung Pura).

Perkembangan yang cukup berarti dalam pelenggaraan pelayanan

kesehatan terjadi pada saat RSU Binjai dipimpin oleh Dr. H. Ahmad Yusmadi

Yunus, yang memimpin pada periode tahun 1981-1985. Periode ini RSU Binjai

tidak hanya melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, namun sudah ditambah

beberapa Kunjungan Pelayanan Spesialistik dilaksanakan melalui Sistem Paket

Pelayanan Dokter Spsialis dari Rumah Sakit Induk (RSU Tanjung Pura).

Pelaksanaan program sistem paket dokter spesialis ini adalah merupakan awal

penyelenggaraan pelayanan empat spesialistik dasar, sekaligus sebagai langkah

awal persiapan menuju RSUD kelas C.

Perode selanjutnya adalah perode tahun 1985-1987, pimpinan RSU Binjai

dijabat oleh Dr. H. Sofyan Siregar, MPH. Pada kurun waktu tersebut, terbitlah

kebijaksanaan Departeman Kesehatan RI untuk menempatkan dokter spesialis

(50)

meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan spesialistik yang sangat

diutuhkan oleh masyarakat daerah. Kebijaksanaan PPDS ini memungkinkan RSU

Binjai memiliki empat pelayanan spesisialistik dasar.

Pada tahun 1987, RSU Binjai yang telah memiliki empat pelayanan

spesialistik dasar yakni pelayanan spesialistik penyakit dalam (internis),

pelayanan spesialistik kandungan dan kebidanan (Obsgyn), pelayanan spesialistik

Bedah dan pelayanan spesialistsik Kesehatan Anak. Dengan tersedianya hal

tersebut, RSU Binjai telah memenuhi standar pelayanan klasifikasi rumah sakit

umum daerah kelas C.

Direktur RSU pada periode selanjutnya tahun 1878- 1990 dijabat oleh Dr.

H. Abdul Syukur Pane. Pada periode ini tidak terjadi perubahan maupun

perkembangan yang cukup berarti baik secara fisik maupun organisasi. Namun

demikian pada periode ini sudah dilaksanakan pelayanan dengan pola tarif. Pada

masa itu Kantor Dinas Kesehatan Kota Binjai tergabung dalam satu lokasi dengan

RSU Binjai.

Pada periode selanjutnya tahun 1990-1994 adalah periode Direktur RSU

Binjai dijabat oleh Dr. H. Syamsul Ma’arif Pohan. Pada masa ini Kantor Dinas

Kesehatan dipindahkan, sehingga bangunan gedung eks kantor Dinas Kesehatan

diserahkan pemanfaatannya kepada RSU Binjai. Pada tanggal 18 Mei 1992,

berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Binajai Nomor: 4 Tahun 1991, RSU

Binjai diresmikan namanya menjadi RSUD Dr. R. M. Djoelham Kota Binjai.

(51)

seorang dokter yang cukup berperan baik dalam pengabdian di bidang kesehatan

maupun pada masa perjuangan kemerdekaan.

Perubahan nama menjadi RSUD Dr. R. M. Djoelham ini tidak merubah

klasifikasi kelas rumah sakit. Perkembangan yang terjadi mulai adalah RSUD Dr.

R. M. Djoelham tidak lagi hanya melayani pelayanan spesialistik dasar saja,

namun telah bertmbah dengan pelayanan spesialistik lainnya (THT dan Mata).

Direktur RSUD Dr. H. M djoelham selanjutnya adalah dr. H. Mahim MS

Siregar, yang menjabat sejak tahun 1994-2001. Pada masa ini, upaya peningkatan

dan pengembangan rumah sakit, namun penambahan ruangan sarana/prasarana

pelayanan belum terlaksanan secara maksimal. Di samping keterbatasan dana

APBD Pemerintah Kota Binjai, juga karna kurangnya dukungan dana dari APBD

Pemerintah Sumatera Utara maupun APBN. Upaya penambahan fasilitas

dilakukan dengan tidak hanya bertumpu pada dana APBD/APBN, terobosan nyata

telah dilakukan dengan permohonan hibah kepada konsul Pemerintah Jepang di

Sumatera Utara.

Pada tanggal 4 Desember 2008 sampai dengan sekarang Direktur Rumah

Sakit Umum Daerah Kelas B Kota Binjai adalah Dra. Sri Sutarti, Apt. MM

melanjutkan pengembangan yang telah terbina dan terlaksana pada periode

sebelumnya dan penataan manajemen yang berkiualitas dan peningkatan kualitas

(52)

4.1.2 Visi, Misi, Moto, Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Pengelola RSUD dr.

R. M. Djoelham Kota Binjai

a. Visi

Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas menuju Binjai

sejahtera dan Indonesia sehat 2010.

b. Misi

a. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang berkualitas

dalam rangka mewujudkan kepuasa pelanggan.

b. Menyelenggarakan upaya peningkatan kualitas sumber daya

manusia dengan menjunjung tinggi etika, norma dan hukum sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku.

c. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen rumahsakit secara

profesional

d. Menyelenggarakan pemanfaatan sumber daya rumah sakit untuk

mendukung upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

e. Menyelenggarakan upaya penelitiian dan pengembangan rumah

sakit dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat.

c. Motto

“ Cepat, Tepat, Selamat”

d. Tugas Pokok (menurut Perda No. 8 Tahun 2001)

(53)

1. Melaksanakan upaya kkesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna degan mengutamakan upaya penyembuhan, upaya pemulihan

yang dilakukan secara serasi denga upaya peningkatan dan pencegahan

serta melaksanakan upayan rujukan.

2. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standart

pelayanan rumah sakit.

e. Fungsi (menurut Perda No. 8 Tahun 2001)

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, RSUD Dr. R. M.

Djoelham Kota Binjai mempunyai fungsi yaitu:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan layanan penunjang medis dan non-medis

3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keprawatan

4. Menyelenggarakan pelayanana rujukan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

6. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

4.2 Analisis Deskriptif Penelitian

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan

dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh

responden penelitian. Kuesioner berisikan 20 pernyataan yang terdiri dari 4 butir

untuk variabel konflik kerja (X1), 6 butir untuk variabel beban kerja (X2),5 butir

untuk variabel waktu kerja (X3), dan 5 butir untuk variabel kepuasan kerja (Y).

(54)

Djoelham Kota Binjai dan yang menjadi sampel adalah sebanyak 80 orang

pegawai medis.

4.2.1 Analisis Deskriptif Responden

Penelitian ini dilakukan penulis kepada 80 orang responden, demografi

yang disajikan oleh penulis menurut usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja

dan status pernikahan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Usia seorang pegawai sangat menentukan kinerja secara keseluruhan.

pegawai dengan usia yang relatif masih muda akan mampunyai kemampuan fisik

yang lebih baik daripada pegawai yang lebih tua. Akan tetapi seorang pegawai

yang sudah berusia lebih tua akan mempunyai pengalaman yang tidak dimiliki

oleh pegawai yang masih berusia muda. Oleh karena itu akan labih baik apabila

perusahaan menggabungkan atau memadukan pegawai berusia tua dengan usia

muda. Data mengenai responden menurut usia dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut

ini :

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden Persentase

20 - 30 tahun 39 48,75 %

31 - 40 tahun 35 43,75 %

> 41 tahun 6 7,5 %

Jumlah 80 orang 100 %

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah,2011)

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden yang diteliti

dalam penelitian ini adalah pegawai usia 20-30 tahun, yaitu sebanyak 39 orang

(55)

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase

Laki-laki 17 21,25 %

Perempuan 63 78,75 %

Jumlah 80 orang 100 %

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah, 2011)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis kelamin responden

yang diteliti dalam penelitian ini adalah pegawai yang berjenis kelamin

perempuan, yaitu sebanyak 63 orang atau sebesar 78,75 %. Hal ini dikarenakan

responden adalah para pegawai yang bekerja pada bagian medis dimana pada

umumnya perempuan lah yang lebih tertarik untuk bekerja pada bagian ini.

Tingkat pendidikan terakhir sangat mempengaruhi kemampuan dan tingkat

kepercayaan diri seorang pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Pegawai

dengan pendidikan yang tinggi akan lebih mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada pegawai dengan tingkat

pendidikan yang lebih rendah. Tanggung jawab dari pegawai dengan tingkat

pendidikan yang tinggi biasanya juga jauh lebih tinggi karena mereka lebih

dipercaya untuk menangani tingkat pekerjaan yang dianggap tidak mampu

dikerjakan oleh pegawai yang kurang pengalaman, apalagi yang berpendidikan

tidak terlalu tinggi. Data mengenai responden menurut tingkat pendidikan dapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase

D3 57 71,25 %

(56)

S2 3 3,75 %

Jumlah 80 orang 100%

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah, 2011)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan

responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah D3, yaitu sebanyak 57

orang atau sebesar 71,25 %. Hal ini dikarenakan para responden sebagian

besar berprofesi sebagai perawat yang berasal dari akademi keperawatan. Dari

data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya presentase pegawai

medis berpendidikan D III (Diploma III) dikarenakan tingkat pendidikan D III

(Diploma III) merupakan syarat minimal pendidikan yang dibutuhkan oleh

pegawai medis pada RSUD dr. R. M. Djoelham Binjai.

Masa kerja erat dihubungkan dengan pengalaman, kepercayaan diri

yang tinggi dan pemahaman job description yang lebih baik. Hal itulah yang

dimiliki oleh pegawai dengan masa kerja yang sudah lama, walaupun mungkin

dari segi umur sudah termasuk tua. Data mengenai responden menurut masa

kerja dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Jumlah Responden Persentase

3-5 Tahun 36 45 %

6-9 Tahun 17 21,25 %

>10 Tahun 27 33,75 %

Jumlah 80 orang 100%

Sumber : Hasil Penelitian (Data diolah, 2011)

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat mayoritas responden telah bekerja selama

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.3 Uji Validitas
Tabel 3.4 Uji validitas II
+7

Referensi

Dokumen terkait

2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap semangat keja karyawan non medis RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak

2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap semangat keja karyawan non medis RSUD Sunan Kalijaga Kabupaten Demak

Stres Kerja, Motivasi Kerja, Kepemimpinan, Konflik Kerja, dan Kompensasi secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja di PT.. Selain

PENGARUH MOTIVASI, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI BANK JATIM KANTOR..

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan semangat kerja baik terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor

PEMBAHASAN Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Non Medis Pada RSUD dr.RM Pratomo Bagansiapiapi Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan pada variabel

Pasien menilai tingkat kepuasan atau ketidakpuasan mereka setelah menggunakan jasa rumah sakit dan mengguna kan jasa rumah sakit dan menggunakan informasi ini untuk memperbarui persepsi

H8 diterima, artinya karakteristik individu memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja, sependapat dengan penelitian Melly et al., 2018 yang menyatakan