• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Suhu Aktivasi Dan Dosis Zeolit Sebagai Adsorben Seng Dan Besi Yang Terkandung Di Dalam Limbah Cair Industri Sarung Tangan Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Optimasi Suhu Aktivasi Dan Dosis Zeolit Sebagai Adsorben Seng Dan Besi Yang Terkandung Di Dalam Limbah Cair Industri Sarung Tangan Karet"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI SUHU AKTIVASI DAN DOSIS ZEOLIT SEBAGAI ADSORBEN SENG DAN BESI YANG TERKANDUNG DI DALAM LIMBAH CAIR

INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

VERA SIMANGUNSONG 050802003

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul :OPTIMASI SUHU AKTIVASI DAN DOSIS

ZEOLIT SEBAGAI ADSORBEN SENG DAN BESI YANG TERKANDUNG DIDALAM LIMBAH INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET

Kategori :SKRIPSI

Nama :VERA SIMANGUNSONG

Nomor Induk Mahasiswa :050802003

Program Studi :SARJANA (S1) KIMIA

Departemen :KIMIA

Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juli 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Chairuddin, MSc Jamahir Gultom, Ph.D

NIP. 195912311987011001 NIP. 195209251977031001

Diketahui oleh :

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

(3)

PERNYATAAN

OPTIMASI SUHU AKTIVASI DAN DOSIS ZEOLIT SEBAGAI ADSORBEN SENG DAN BESI YANG TERKANDUNG DI DALAM LIMBAH CAIR

INDUSTRI SARUNG TANGAN KARET

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan

dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2011

(4)

PENGHARGAAN

Puji dan dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

(5)

ABSTRAK

(6)

ABSTRACT

(7)

DAFTAR ISI

1.7.Metodelogi Penelitian 4

Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Lateks 5

2.1.1. Proses Pengolahan Lateks Pekat 5

2.1.2. Proses Pembuatan Sarung Tangan Karet 6 2.1.3. Tahap – tahap Pengolahan Lateks Pekat menjadi Sarung 7

Tangan Karet

2.2. Sifat Kimia Air Limbah 8

2.2.1. Limbah industri Karet 9

2.3. Logam 9

2.4. Seng 10

2.4.1. Manfaat Logam Seng 10

2.5. Besi 11

2.5.1. Manfaat Logam Besi 11

2.6. Toksisitas logam Berat 12

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom 12

2.7.1. Prinsip Dasar Spektrofotometer Serapan Atom 13

2.7.2. Instrumentasi 14

2.7.3. Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya 15

(8)

3.3. Prosedur Penelitian 22

3.3.1. Penyediaan Zeolit Aktif 22

3.3.2. Pengaktifan Zeolit 22

3.3.3. Pembuatan Larutan Induk Zn 1000 mg/L 22 3.3.3.1. Pembuatan Larutan Standar Zn 100 mg/L 22 3.3.3.2. Pembuatan Larutan Standar Zn 10 mg/L 22

3.3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Zn 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; dan 23 1,5 mg/L

3.3.4. Pembuatan Larutan Induk Fe 1000 mg/L 23 3.3.4.1. Pembuatan Larutan Standar Fe 100 mg/L 23

3.3.4.2. Pembuatan Larutan Standar Fe 5 mg/L; 10 mg/L; dan 23 15 mg/L

3.3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Zn 24 3.3.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Untuk Fe 24 3.3.7. Pengambilan Sampel dan Pengawetan Sampel 24

3.3.8. Preparasi Sampel 24

3.3.8.1. Penentuan Kandungan Zn Sebelum Penambahan Zeolit 24 Aktif

3.3.8.2. . Penentuan Kandungan Fe Sebelum Penambahan Zeolit 25 Aktif

3.3.8.3. Penyerapan Kandungan Zn dengan Penambahan Zeolit 25 Aktif

3.3.8.4. Penyerapan Kandungan Fe dengan Penambahan Zeolit 25 Aktif

3.4. Bagan Penelitian 27

3.4.1. Penyediaan Zeolit Aktif 27

3.4.2. Pengaktifan Zeolit 27

3.4.3. Pembuatan Larutan Standar Zn 28

3.4.4. Pembuatan Larutan Standar Fe 29

3.4.5. Penentuan Kandungan Zn dan Fe dalam Sampel 30 3.4.6. Penentuan Kandungan Zn dan Fe dalam Sampel dengan 31

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data absorbansi larutan standar Zn 47

2. Data absorbansi Zn didalam Sampel sebelum dan sesudah 48 penambahan zeolit aktif

3. Data penyerapan konsentrasi kandungan Zn didalam sampel 49 dengan variasi suhu dan dosis zeolit aktif

4. Data hasil penyerapan kandungan Zn didalam sampel dengan 50 variasi suhu dan dosis zeolit aktif

5. Data absorbansi larutan standar Fe 51

6. Data absorbansi Fe didalam Sampel sebelum dan sesudah 52 dengan variasi suhu dan dosis zeolit aktif

7. Data penyerapan konsentrasi kandungan Fe didalam sampel 53 dengan variasi suhu dan dosis zeolit aktif

(10)

ABSTRAK

(11)

ABSTRACT

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Meningkatnya populasi manusia dan kebutuhannya, memacu perkembangan industri

yang semakin pesat. Sejalan dengan perkembangan yang pesat tersebut, permasalahan

lingkungan atau pencemaran menjadi aspek yang utama yang perlu mendapat perhatian

banyak pihak, karena banyaknya limbah yang dihasilkan dan dibuang oleh industri

ke alam bebas. Pengolahan limbah yang tidak baik akan menyebabkan pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan oleh logam berat terbukti mencemari perairan, yang

dapat berdampak buruk bagi masyarakat. Pada proses industri barang jadi sarung tangan

karet, logam berat dalam bentuk ZnO digunakan sebagai akselerator proses vulkanisasi

karet, sehingga ion Zn2+ terbawa dalam air limbah industri dengan konsentrasi mencapai 300 ppm, disamping itu air digunakan dalam tahap pencucian mesin dan wadah,

mengandung logam besi(Fe) dengan konsentrasi yang mencapai 50 ppm..

Sesuai SK Men.KLH No 03 tahun 2010 ambang batas konsentrasi logam Zn yang

dibuang ke lingkungan industri adalah 10 ppm, dan untuk logam Fe adalah 5 ppm.

Pada industri barang jadi sarung tangan karet, cara kimia yang umum digunakan

untuk menurunkan kandungan logam Zn2+ dalam air limbah adalah dengan menambahkan basa, umumnya NaOH atau Ca(OH)2 sampai pH sekitar 11, sehingga logam berat diendapkan sebagai hidroksidanya. Namun cara ini sangat mahal dan beresiko munculnya

pencemaran yang baru akibat kelebihan basa. Disamping itu, upaya pengurangan

kandungan besi (Fe) di dalam pengolahan air limbah industri sarung tangan karet sampai

saat ini masih belum diusahakan, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terhadap

limbah sarung tangan karet yang lebih ramah dan lebih ekonomis. (Kresnawati,2007)

Zeolit merupakan bahan galian non logam atau mineral industri multi guna karena

(13)

penyaring molekul dan sebagai katalisator. Sifat zeolit alam sebagai penyerap,

dikarenakan mineral ini merupakan kelompok alumino silikat terhidrasi dengan unsur

utama terdiri dari kation alkali dan alkali tanah, mempunyai pori-pori yang dapat diisi

oleh molekul air. Molekul air ini sifatnya labil atau mudah terlepas, sehingga dengan

pemanasan daiatas 1000C, air pori tersebut dapat dilepas, sehingga terbentuk pori-pori zeolit yang dapat memungkinkan zeolit dapat menyerap molekul-molekul yang

mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pori-pori zeolit tersebut.

Zeolit terdapat di beberapa daerah di Sumatera Utara yang diperkirakan

mempunyai cadangan zeolit yang berpotensi untuk dikembangkan manfaatnya, misalnya:

Kabupaten Tapanuli Utara (Sarulla), Kabupaten Dairi, dan Kabupaten Tobasa.

(http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Zirkon/ulasan)

Penggunaan zeolit aktif sebagai penyerap telah banyak dilakukan dalam

penelitian sebelumnya, yaitu diantaranya: “Studi pemanfaatan Zeolit Alam Sebagai

Penyerap pada Proses Deionisasi Logam Besi dalam Minyak Nilam” ( skripsi Aksa Chrisna, Jurusan Kimia, FMIPA USU, 1996); “Perbandingan Ketelitian Hasil Penentuan Kadar Logam Ca dalam Batuan Zeolit Alam dengan Metode SSA” ( skripsi Esniwati,

terhadap struktur zeolit” (Skripsi Anita Sipayung, Jurusan Kimia, FMIPA USU, 1994). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada pemanasan zeolit alam Sarulla diatas

3000C menyebabkan destruksi struktur zeolit sehingga kehilangan sifat-sifatnya.

Dengan latar belakang hasil penelitian diatas penulis tertarik meneliti daya serap

zeolit aktif terhadap Fe dan Zn di dalam air limbah industri sarung tangan karet

(14)

1.2.Permasalahan

Berapakah suhu aktivasi dan dosis optimum zeolit yang digunakan sebagai adsorben,

sehingga kandungan Zn dan Fe didalam limbah cair industri sarung tangan karet

dapat diturunkan sampai jumlah seminimal mungkin.

1.3.Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kandungan logam seng (Zn) dan besi (Fe)

didalam limbah cair industri sarung tangan karet sebelum dan sesudah

penambahan zeolit aktif.

2. Aktivasi zeolit dilakukan dengan menggunakan HCl 15%, kemudian dilanjutkan

dengan pemanasan, dengan variasi suhu 1500C, 2000C, 2500C, 3000C, dan 3500C. 3. Variasi dosis zeolit aktif yang digunakan sebagai penyerap adalah 25 gr, 50 gr, 75

gr, dan 100 gr untuk 100 ml limbah.

1.4.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapakah suhu aktivasi dan dosis optimum

zeolit yang digunakan sebagai adsorben, sehingga kandungan Zn dan Fe didalam

limbah cair industri sarung tangan karet dapat diturunkan sampai jumlah seminimal

mungkin.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang

berguna tentang penggunaan zeolit aktif untuk menurunkan kandungan Zn, dan Fe

(15)

1.6.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan di Laboratorium Uji

Kualitas dan Mutu PT. Asian Agri Tebing Tinggi.

1.7.Metodelogi Penelitian

1. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat purposif.

2. Zeolit diambil secara acak dari Sarulla Kecamatan Pahae, Kabupaten Tapanuli

Utara, sedangkan sampel limbah cair industri sarung tangan karet diambil dari

pabrik sarung tangan karet PT. Maja Agung Binjai.

3. Sampel zeolit diaktivasi dengan metode kimia dan fisika, yaitu dengan

penambahan HCl 15%, diikuti pemanasan pada suhu 1500C, 2000C, 2500C, 3000C, dan 3500C.

4. Sampel limbah cair karet didestruksi dengan metode destruksi basah, dengan

menggunakan HNO3(P) dan HClO4(P).

5. Jumlah zeolit aktif yang ditambahkan ke dalam sampel divariasi yaitu 25 gr, 50

gr, 75 gr, 100 gr untuk 100 ml limbah.

6. Lamanya waktu aktivasi secara kimia dengan menggunakan HCl 15% adalah 24

jam, sedangkan lamanya aktivasi secara fisika (pemanasan) adalah selama 3 jam,

masing- masing untuk suhu aktivasi.

7. Penentuan kandungan seng (Zn) dan besi (Fe) didalam sampel dilakukan dengan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lateks

Sejak berabad –abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Akan tetapi meskipun

telah diketahui penggunaannya oleh COLUMBUS dalam pelayarannya ke Amerika

Selatan pada akhir abad ke- 15 dan bahkan oleh penjelah – penjelajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang –orang Eropa.

Karet tumbuh secara liar dilembah –lembah sungai Amazon, dan secara tradisioanal diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai

keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan “bola” untuk permainan.

(Setyamidjaja, 1993)

Negara Indonesia merupakan negara produsen karet alam nomor dua didunia

dengan luas tanaman karet kira – kira 2,9 juta Ha dan produksi pertahunnya sekitar 1,1 juta ton. Produksi karet yang telah dipasarkan tersebut dalam bentuk olahyan lateks

pekat (concentrated lateks), Sheet atau Ribbed Smoked Sheet(RSS), karet remah atau

standard Indonesian Rubber (SIR), karet remah atau Standard Indonesian Rubber

(SIR). Lateks merupakan suatu system koloid, dimana partikel karet dilapisi oleh protein

dan fosfolipida yang terdispersi dalam serum. Lateks terdiri dari 25-45% hidrokarbon

karet, dan selebihnya merupakan bahan bukan karet. (Chen,S.F.1979)

2.1.1. Proses Pengolahan Lateks Pekat

(17)

1. Senyawa kimia sebagai bahan antikoagulan

Pemakaian bahan antikoagulan harus dibatasi, agar tidak menghabiskan banyak

biaya, dan penambahan bahan koagulan yaitu dosis asam dalam proses pencetakan

dilakukan secara perlahan – lahan karena dapat mempengaruhi proses pengeringan. Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah:

a Amoniak (NH4OH)

b Natrium Sulfit(Na2SO3)

c Soda (Na2CO3 dan Na2CO3.10H2O)

2. Senyawa kimia sebagai penggumpal (koagulan)

a Asam Cuka(CH3COOH)

b Asam Formiat (CHOOH)

3. Air Pengolahan

Dalam proses pengolahan karet, air berperan sangat penting dan dibutuhkan dalam

jumlah yang sangat besar.

Syarat – syarat air untuk pengolahan adalah :

- Sebagai bahan pengencer lateks, pelarut dan pengenceran bahan-bahan kimia. - Air harus jernih dan tidak berwarna, tidak boleh mengandung garam –

garam, terutama garam kapur.

- Air untuk pengolahan dipabrik persyaratannya tidak terlalu ketat, akan tetapi tidak boleh mengandung kotoran seperti tanah ataupun pasir.

2.1.2. Proses Pembuatan Sarung Tangan Karet

Sarung tangan karet dibuat dengan cara pembuatan dispersi pemvulkanisasi dari

lateks pekat dengan perlakuan komposisi jumlah bahan pengisi Titanium Oksida dan

(18)

Karakteristik sarung tangan karet harus sesuai dengan persyaratan mutu SNI 16 – 2623 – 1992, meliputi tegangan putus 270,1 N/ mm2, perpanjangan putus 801 %, modulus 1,2 N/ mm2, dan ketahanan sobek 680 N/ mm2 .

Adapun yang menjadi bahan – bahan dalam pengolahan lateks pekat menjadi sarung tangan karet adalah lateks pekat dengan kadar karet kering 60% , dan sebagai bahan anti

koagulan adalah NH4OH, Belerang, Texapon 10%, KOH 10%, dan sebagai zat

akseerator adalah ZnO, ZDEC, dan bahan pengisi adalah Titan Oksida, Silikon, dan

Tanin.

2.1.3. Tahap – Tahap Pengolahan Lateks Pekat menjadi Sarung Tangan Karet A. Pembuatan dispersi

1. Bahan – bahan akselerator tersebut dimasukkan dalam sebuah drum yang didalamnya dilengkapi peluru – peluru, kemudian drum ditutup rapat dan diletakkan dalam wadah yang berputar ( gilingan dispersi ) , Dan dibiarkan berputar selama 24 jam.

2. Hasil dispersi dicampurkan kedalam lateks pekat, diaduk sampai merata dan campuran

disimpan selama 3 – 5 hari untuk diperam ( maturing ). Pemeraman bertujuan agar campuran lebih homogen dan terjadi pemvulkanisasian.

3. Untuk mengetahui tahap vulkanisasi periksa campuran dengan memipet 10 ml

campuran dan tambahkan Chlorofom sambil diaduk 5 menit, dan gumpalan diperiksa.

B. Persiapan Cetakan

1. Pencelupan dengan asam, untuk membersihkan cetakan ( acid washing dip )

2. Pembilasan cetakan ( Formers drying)

3. Pencelupan cetakan kedalam larutan koagulan ( Coagulan dip)

(19)

C. Proses Pencetakan Sarung Tangan Karet

1. Pencelupan cetakan kedalam larutan koagulan ( coagulant dip ), proses pencelupan

dilakukan 2 kali

2. Pengeringan, untuk mengeringkan lapisan karet agar ketebalan merata

3. Penggulungan ( beading ), ujung dari sarung tangan harus digulung agar sarung tangan

karet pada waktu dimasuki tidak robek.

4. Pencucian ( leaching )untuk membersihkan kotoran, maupun sisa – sisa bahan kimia. 5. Pemberian powder agar sarung tangan tidak lengket

6. Vulkanisasi ( Curing ), yaitu pemasakan / vulkanisasi pada suhu 100 – 1200C selama ± 40 menit

7. Stripping, yaitu sarung tangan dilepas dari cetakan

8. Pembersihan powder, yaitu mengurangi tepung yang berlebihan

9. Sortasi, yaitu untuk melihat ada kebocoran ( pin holes ), testing dengan tekanan udara.

“Balai Riset Industi dan Standarisasi Vol III. No 2”

2.2. Sifat Kimia Air Limbah

Kandungan Bahan kimia yang ada dalam limbah cair dapat merugikan lingkungan

melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah

serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Hal

yang lebih berbahaya adalah jika bahan organik yang terlarut bersifat toksik.

Bahan kimia yang ada dalam limbah cair umumnya dapat diklasifikasikan sebagai

bahan organik (protein, karbohidrat, lemak, minyak, detergen atau surfaktan, fenol) dan

bahan anorganik (sulfur, logam berat, nitrogen, gas). Kandungan logam Zn dalam air

limbah terbawa dari penambahan Zn0 dalam proses akselerator lateks pekat dengan bahan

(20)

dalam air limbah dapat terkandung dalam air bekas pencucian selama proses pengolahan

lateks pekat menjadi sarung tangan karet.

Air limbah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena air limbah tersebut

dapat menjadi sumber penyakit disentri, kolera, antraks, dan lain – lain. Air limbah juga dapat mengganggu kenyamanan baik dari estetika dan bau yang ditimbulkan.

Tabel 2.2. Volume Penggunaan Air oleh Industri Sarung Tangan Karet

NO Volume Air Debit Air (m3 / Hari)

bahan organik dan anorganik serta mikroba sehingga diperkirakan dapat mengganggu

ekosistem perairan. Kualitas dan kuantitas air limbah dari industri karet ini sangat

bergantung pada jenis aktivitas dan besar kecilnya industri.

Pada umumnya air limbah industri ini berasal dari :

1. Air hasil proses produksi

2. Air hasil pencucian alat-alat, mesin, wadah, dan lain – lain 3. Air hasil proses pemanasan dan pendinginan

4. Air hasil laboratorium pengendalian mutu

Limbah industri yang dibuang tanpa diolah terlebih dahulu akan menimbulkan

pencemaran dan gangguan terhadap kesehatan manusia, keseimbangan lingkungan /

(21)

2.3. Logam

Logam menurut pengertian awam adalah barang yang padat dan berat yang

biasanya selalu digunakan oleh orang untuk alat-alat dapur atau untuk perhiasan, yaitu

besi, baja, emas, dan perak. Padahal masih banyak logam lain yang penting dan sangat

kecil serta berperan dalam proses biologis makhluk hidup misalnya selenium, kobalt,

mangan dan lain-lainya. (Vogel, A.I. 1979)

Logam berat dalam air limbah merupakan penyebab pencemaran lingkungan yang

potensial. Pencemaran logam berat pada umumnya berasal dari industri penyepuhan

logam, tekstil, barang jadi lateks, serta industri lain. Pada proses industri barang jadi

lateks, seperti sarung tangan digunakan logam berat dalam bentuk ZnO sebagai

akselerator proses vulkanisasi karet. Sehingga kemungkinan besar ion Zn2+ terbawa dalam air limbah industri sarung tangan tersebut.

“Balai Riset Industi dan Standarisasi Vol III. No 2”

2.4. Seng (Zn)

Seng (Zn) merupakan logam yang memiliki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih

kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau

terang. Zn dapat bereaksi dengan asam dan basa, dan senyawa nonlogam. Zn memiliki

nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,730 C.

Kadar Zn meningkat saat kontak dengan pipa plastik atau perabot yang

digalvanisasi. Zn diatmosfer meningkat sesuai dengan meningkatnya kegiatan industri

dan konsentrasi tinggi Zn ditemukan didaerah industri. Konsentrasi Zn dalam air laut

(22)

2.4.1. Manfaat Logam Seng(Zn)

a. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh

Zn dapat mempengaruhi proses metabolisme sel. Zn berperan dalam fungsi syaraf dan

reproduksi. Peran Zn dalam tingkat seluler, antaralain katalitik, struktur, dan pengaturan.

Peran Zn dalam proses katalitik, yaitu hampir 100 jenis enzim memiliki

kemampuan katalisator dalam reaksi kimia tergantung pada Zn. Zn berperan penting

dalam menyusun struktur protein dan membran sel. Kadar Zn ditemukan dalam semua

bagian tubuh manusia, 60% terdapat di otot, 30% terdapat di tulang, dan 5% terdapat di

kulit.

b. Manfaat Zn dalam Berbagai Jenis Industri

1. Sebagai akseleraor atau pengikat antara zat anti koagulan, bahan pengisi,

dengan lateks pekat.

2. Melapisi baja atau besi, guna mencegah korosi

3. Bahan tabung baterai

4. Bahan alloy seperti kuningan, nikel-perak, logam mesin ketik, dan bahan

penyepuhan listrik

5. Pembuatan uang sen Amerika sejak tahun 1982

6. Pelapisan cat khususnya dalam bidang industri automobile, digunakan untuk

pembuatan pipa rangka bangunan. (Widowati, 2008)

2.5. Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe

adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.5380C, dan titik didih 2.8610C. .

Fe menempati urutan sepuluh besar sebagai unsur dibumi. Fe menyusun 5 – 5,6% dan kerak bumi dan menyusun 35% dari masa bumi. Fe menempati berbagai

lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada lapisan dalam dari inti bumi dan

sejumlah kecil terdapat di lapisan terluar kerak bumi. Beberapa tempat di bumi biasanya

(23)

2.5.1. Manfaat Logam Fe

Hampir 90% Fe dalam tubuh hewan berikatan dengan protein, tetapi yang terpenting ialah

ikatannya dengan hemoglobin (Hb). Hb ini mengandung besi 3,4g/kg. Besi juga terdapat

dalam serum protein yang disebut “transferin” yang berperan dalam menstransfor besi

dari jaringan satu ke jaringan lain. Feritin adalah protein yang mengandung besi 200 gr/

kg ditemukan dalam limpa, hati, ginjal, dan sumsum tulang yang merupakan penyediaan

(deposit) dalam tubuh hewan.

Besi berperan dalam aktivitas beberapa enzim seperti sitokrom dan flavoprotein.

Wanita hamil memerlukan zat besi tambahan untuk menstabilkan kebutuhan Fe yang

hilang. Karena Fe pada wanita hamil diperlukan untuk mencukupi kebutuhan sel darah

yang membesar selama kehamilan dan juga untuk kebutuhan fetus dan plasenta. Kenaikan

kebutuhan Fe ini terjadi pada masa awal sampai pertengahan masa kehamilan, pada saat

fetus tumbuh dengn cepat dan kebutuhan Fe dapat mencapai 7-8 mg/hari. Total

kebutuhan Fe selama masa kehamilan diperkirakan mencapai 1000 mg. (Darmono, 2001)

2.6. Toksisitas Logam Berat

Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang

terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan ekskresi

(hati dan ginjal). Beberapa logam memiliki sifat karsinogenik (pembentuk kanker),

maupun teratogenik (salah bentuk organ). Daya toksisitas ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu kadar logam yang termakan, lamanya mengkonsumsi, umur, spesies, jenis

kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi fisik, dan kemampuan jaringan

tubuh untuk mengakumulasi logam. Beberapa logam toksik dapat menyerang saraf

sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku.

Toksisitas logam pada manusia kebanyakan terjadi karena logam berat

nonesensial saja, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam

esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam esensial kadang-kadang dijumpai pada

manusia, tetapi hanya terbatas pada logam tertentu saja, misalnya, Cu, Zn, dan Se.

(24)

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom

Ada banyak sekali instrumen untuk mengukur penyerapan radiasi, dan sangat penting

untuk mengetahui sifat-sifat dari berbagai instrumen yang berbeda. Fotometer

merupakan instrument yang didisain untuk mengukur intensitas cahaya, dan biasanya

dilakukan dengan membandingkan intensitas tersebut dengan intensitas dari beberapa

sumber referensi radiasi. Spektrofotometer merupakan instrumen yang dapat membagi

peristiwa radiasi ke dalam spektrum dan digunakan untuk mengenal panjang gelombang

yang ada. Spektrofotometer merupakan instrumen yang menggabungkan dua fungsi,

yakni sebagai penghasil radiasi pada panjang gelombang tertentu dan sebagai

pengukuran intensitas radiasi tersebut. (Holme,D.J. 1983)

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah spektrofotometri atom yang lebih

melibatkan proses penyerapan panjang gelombang yang dipancarkan oleh suatu unsur

atom yang dilewatkan melalui gas pembakar. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SSA

telah menjadi salahsatu teknik analisis yang banyak digunakan. Kenyataannya, kita dapat

mengatakan bahwa SSA digunkan untuk menganalisa unsur anorganik. Sementara

kromatografi gas digunakan digunakan untuk analisa senyawa organik. (Kennedy,

J.H.1990)

2.7.1. Prinsip Dasar Spektrofotometer Serapan Atom

Spektroskopi atom didasarkan pada peristiwa absorpsi, fluoresensi, dan emisi. Namun

hanya absorpsi dan fluoresensin yang umumnya digunakan untuk spektroskopi molekular.

Alasan mengapa metode emisi tersebut. (Skoog, D.A. 1992)

Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada kemampuan atom-atom pada

suatu unsur untuk dapat mengabsorpsi energi sinar matahari pada panjang gelombang

tertentu. Banyak energi sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom-atom

yang mengabsorpsi. Atom terdiri dari inti atom yang mengandung proton bermuatan

positif, dan neutron berupa partikel yang netral, dimana inti atom dikelilingi oleh

elektron-elektron yang bermuatan negatif pada tingkat energi yang berbeda-beda. Jika

atom mengabsorpsi energi, maka elektron pada kulit terluar (elektron valensi) akan

(25)

state) ke keadaan tereksitasi dengan tingkat energi tang lebih tinggi (excited state).

Jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron ketingkat energi tertentu

dinyatakan sebagai potensial eksitasi untuk tingkat energi tersebut, dimana pada waktu

kembali pada keadaan dasar, elektron melepaskan energi sebagai energi panas ataupun

energi sinar. (Clark, D.V. 1979)

2.7.2. Instrumentasi

Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen berikut :

a. Unit atomisasi

b. Sumber radiasi

c. Sistem pengukur fotometrik

A B C D E F

Gambar 2.1. Skematis ringkas Spektrofotometer Serapan atom

Keterangan :

A : Lampu katoda berongga

B : Chopper

C : Tungku

D : Monokromator

E : Detektor

F : Meter bacaan nilai absorbansi

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk mengubah

unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur harus

(26)

Bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan dalam kamar pencampur kemudian

dilewatkan melalui baffle menuju ke pembakar. Nyala akan dihasilkan. Sampel dihisap

masuk ke dalam kamar pencampur. Hanya tetesan kecil yang dapat melalui baffle.

Dengan gas asetilen dan oksidator udara tekan, temperatur dapat dikendalikan secara

elektris. Biasanya temperatur dinaikan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus

mendisosiasikan senyawa yang dianalisis. (Khopkar, S.M. 1990)

2.7.3. Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya

Gangguan nyata pada SSA adalah seringkali didapatkan suatu hasil yang tidak sesuai

dengan konsentrasi sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini adalah faktor

matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat radiasi.

Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan

cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya ionisasi

atom akan menjadi sumber kesalahan pada SSA oleh karena spektrum radiasi oleh ion

jauh berbeda dengan spektrum absorpsi atom netral yang memang akan ditentukan. Ada

beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu dengan jalan:

1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai gas

pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan temperatur yang tinggi.

2. Menambahkan elemen pengikat gugus atom penyangga, sehingga terikat kuat akan

tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral. Misalnya, penentuan logam

yang terikat sebagai garam, dengan penambahan logam, yang lainnya akan terjadi

ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.

3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara eksitasi.

(27)

2.8. Zeolit

2.8.1. Pengenalan Zeolit

Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium

dan barium. Secara umum, Zeolit memiliki melekular sruktur yang unik, dimana atom

silikon dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam jaringan dengan

pola yang teratur. Di beberapa tempat di jaringan ini, atom Silikon digantikan dengan

atom Aluminium, yang hanya terkoordinasi dengan 3 atom Oksigen. Atom Aluminium

ini hanya memiliki muatan 3+, sedangkan Silikon sendiri memiliki muatan 4+.

Keberadaan atom Aluminium ini secara keseluruhan akan menyebababkan Zeolit

memiliki muatan negatif. Muatan negatif inilah yang menyebabkan Zeolit mampu

mengikat kation.

Mineral zeolit terdiri dari zeolit alam dan zeolit sintetis, zeolit alam pertama kali

ditemukan pada tahun 1756 oleh Baron Axel Fredrick Cronstedt (ahli mineralogi

Swedia), sedangkan zeolit sintetis pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh Richard

Barrer.

Secara umum, zeolit mempunyai kemampuan untuk menyerap molekul,

menukar ion, dan menjadi katalis, hal inilah yang membuat zeolit dapat

dikembangkan untuk keperluan industri. Hingga saat ini zeolit sintetis terus

dikembangkan, hal ini dengan pertimbangan zeolit ini memiliki sesuatu yang lain

dibandingkan dengan material oksida anorganik yang lain, yaitu karena kombinasi

dari berbagai sifat, antara lain karakter pori-pori mikro dari dimensi pori-pori yang

seragam, sifat pertukaran ion, kemampuan untuk membuat keasaman internal, dan

stabilitas dalam suhu yang tinggi. Hal inilah yang membuat zeolit menjadi unik

dibanding oksidaan organik yang lain. Karena sifat yang dimiliki maka zeolit

sintetis yang berkemampuan lebih baik dikembangkan dari zeolit alam, sehingga

zeolit ini akan menjadi suatu alternatif bahan pengolah limbah yang

(28)

Zeolit juga sering disebut sebagai 'molecular sieve' / 'molecular mesh' (saringan

molekuler) karena zeolit memiliki pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu

memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu.

(www.iqmal@ugm.ac.id, 2009)

2.8.2. Struktur Zeolit

Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral [AlO

4] dan [SiO4] yang saling berhubungan melalui atom O.

Gambar Kerangka Utama Penyusun Zeolit

Dalam struktur tersebut Si 4+

dapat diganti Al 3+

, sehingga rumus umum komposisi

zeolit dapat dinyatakan sebagai berikut :

M

x/n [(AlO2)x(SiO2)y] m H2O

Dimana : n = Valensi kation M (alkali / alkali tanah)

x,y= Jumlah tetrahedron per unit sel

m = Jumlah molekul air per unit sel

M = Kation alkali / alkali tanah

( Srihapsari, 2006)

2.8.3. Sifat - Sifat Zeolit

Zeolit mempunyai struktur berongga yang biasanya diisi oleh air dan kation yang bisa

(29)

Zeolit mempunyai sifat-sifat kimia, diantaranya :

1. Dehidrasi

Sifat dehidrasi zeolit berpengaruh terhadap sifat serapannya. Keunikan zeolit

terletak pada struktur porinya yang spesifik. Pada zeolit alam didalam pori-porinya

terdapat kation-kation atau molekul air. Bila kation-kation atau molekul air tersebut

dikeluarkan dari dalam pori dengan suatu perlakuan tertentu maka zeolit akan

meninggalkan pori yang kosong .

2. Penyerapan

Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul

air yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar.

Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan .

3. Penukar Ion

Ion-ion pada rongga berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini

dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran

dan muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain

tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion .

4. Katalis

Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi

kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekular dari

reaksi. Katalis berpori dengan pori-pori sangat kecil akan memuat molekul-molekul

kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Selektivitas molekuler seperti ini disebut

molecular sieve yang terdapat dalam substansi zeolit alam .

5. Penyaring / pemisah

Zeolit sebagai penyaring molekul maupun pemisah didasarkan atas perbedaan

bentuk, ukuran, dan polaritas molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit

mempunyai ruang hampa yang cukup besar. Molekul yang berukuran lebih kecil dari

ruang hampa dapat melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari ruang hampa

(30)

2.8.4. Aktivasi Zeolit

Proses aktivasi zeolit alam dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama yaitu secara

fisika melalui pemanasan dengan tujuan untuk menguapkan air yang terperangkap di

dalam pori-pori kristal zeolit, sehingga luas permukaannya bertambah (Khairinal, 2000).

Proses pemanasan zeolit dikontrol, karena pemanasan yang berlebihan kemungkinan akan

menyebabkan zeolit tersebut rusak.

Yang kedua aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan

permukaan pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang

dapat dipertukarkan. Proses aktivasi zeolit dengan perlakuan asam HCl pada konsentrasi

0,1N hingga 11N menyebabkan zeolit mengalami dealuminasi dan dekationisasi yaitu

keluarnya Al dan kation-kation dalam kerangka zeolit. Aktivasi asam menyebabkan

terjadinya dekationisasi yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit karena

berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori zeolit. Luas permukaan yang bertambah

diharapkan meningkatkan kemampuan zeolit dalam sebagai penyerap. Tingginya

kandungan Al dalam kerangka zeolit menyebabkan kerangka zeolit sangat hidrofilik.

Sifat hidrofilik dan polar dari zeolit ini merupakan. hambatan dalam kemampuanya

sebagai penyerap. Proses aktivasi dengan asam dapat meningkatkan kristalinitas,

keasaman dan luas permukaan .

(Heraldy, 2003) juga mengkaji aktivasi asam terhadap zeolit alam asal Ponorogo

dan Wonosari. Asam yang dipergunakan adalah HCl, HNO

3, H2SO4 dan H3PO4. Hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan asam terhadap zeolit alam asal Ponorogo dan Wonosari

meningkatkan daya serap zeolit terhadap limbah cair. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa perlakuan asam telah berhasil melepaskan alumunium dari kerangka zeolit dan

mampu meningkatkan keasaman zeolit. Peningkatan keasaman zeolit disebutkan mampu

memperbesar kemampuan penyerapan zeolit. Hal itu terjadi karena banyaknya pori-pori

zeolit yang terbuka dan permukaan padatannya menjadi bersih dan luas. (Srihapsari,

(31)

2.8.5. Penggunaan Zeolit

1. Bidang peternakan

a. Penggemukan ternak

Sudah banyak laporan penelitian tentang penggunaan zeolit untuk

meningkatkan hasil peternakan. Pada umumnya zeolit yang digunakan adalah

jenis klipnotilolit. Dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa peran zeolit

bukan sebagai mineral, tetapi cenderung sebagai penyangga zat- zat makanan

dalam rumen yang dapat meningkatkan efektivitas daya cerna dan

mengakibatkan meningkatnya mutu rasum.

2. Bidang bahan bangunan

Endapan zeolit jenis kabasit dan flipsit sudah dikenal sejak zaman Romawi

sebagai bahan bangunan untuk pembuatan alas jalan, fondasi rumah, saluran air,

jembatan, dan bahan perekat atau plester. Selain itu juga dipakai sebagai ornament

bangunan seperti dinding berukir, patung, dan lain- lain.

3. Bidang Lingkungan

a. Pengolahan air

Air yang dimaksud adalah air yang berasal dari air tanah, air sungai, dan

limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian. Air kotor ini

mengandung kotoran yang berupa bahan tidak terlarut, bahan terlarut, dan

koloid, sehingga air kotor harus ditangani secara mekanis, kimia maupun

biologi tergantung dari bahan pencemarnya, serta standar air bersih yang

diperlukan.

b. Penanganan limbah radio aktif

Penyerapan Cs137 dan Sr90 dari limbah radioaktif yang berkadar sangat rendah pertama kali dilakukan pada tahun 1960 oleh Armes. Meskipun kadar limbah

radioaktif tersebut sangat rendah, tetapi masih tetap berbahaya bagi mahluk

hidup, terutama manusia.

c. Penanganan udara tercemar

(32)

penting dalam udara seperti zat asam. Pencemaran udara yang tinggi akan

membahayakan manusia terutama bila terjadi di dalam ruangan tertutup.

Masalah tersebut dapat diatasi dengan jalan memperkaya zat asam di tempat-

tempat yang kekurangan zat tersebut. Mineral zeolit dapat digunakan untuk

meningkatkan konsentrasi zat asam dalam udara.

4. Bidang industri

Dalam industri kertas, jenis zeolit klioptilolit biasa dipakai sebagai bahan pengisi.

Klipnotilolit yang digunakan harus digerus, dan kotoran yang terikut seperti

oksida besi dan bahan-bahan organik yang dapat menurunkan derjat kecerahan

kertas harus dihilangkan dengan pemucatan.Dalam industri ban digunakan zeolit

sintesis A dan X untuk menjaga agar campuran bahan pembuat ban tidak

mengalami polimerisasi dan juga untuk menyerap komponen gas selama proses

vulkanisasi.dan dalam industri lain seperti industri plastik, industri deterjen, dll.(

(33)

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Alat - alat

- Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elementer 1300

- Hotplate Fisons

- Botol Akuades

- Oven Yamato

- Tanur Sibata

- Siever (Ayakan) 100 mesh Schichemco

- Timbangan Analitik Shimadzu

- Alu dan Lumpang

- Desikator

- Beaker glass Pyrex

- Labu Erlenmeyer 250 mL Pyrex

- Indikator Universal

3.2. Bahan - bahan

- Limbah cair industri lateks

- Akuades

- HNO3 pekat p.a. (E.Merck)

- HClO4 pekat p.a. (E.Merck

- Zeolit Aktif

- HCl 15%

- Larutan induk logam Seng (Zn) 1000 ppm p.a. (E.Merck)

(34)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1.Penyediaan Zeolit Aktif

Zeolit dikeringkan dalam oven, pada suhu 1100C, kemudian dihaluskan dengan menggunakan alu dan lumpang, kemudian diayak dengan ayakan 100 mesh.

3.3.2 Pengaktifan zeolit

Kedalam 100 gram zeolit 100 mesh ditambahkan 500 mL HCl 15%, diaduk dengan

pengaduk magnit selama 3 jam, kemudian dicuci dengan akuades sampai pH netral, lalu

dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C , kemudian dihaluskan kembali dengan alu dan lumpang, dan diaktifkan pada suhu 1500C selama 3 jam, didinginkan dan disimpan dalam desikator. Prosedur yang sama dilakukan untuk suhu aktivasi 2000C, 2500C, 3000C, dan 3500C.

3.3.3 Pembuatan Larutan Induk Zn 1000 ppm

Sebanyak 4,3590 gram kristal ZnSO4.7H2O ditmbang dengan teliti, dan dilarutkan dengan akuades dalam gelas beaker, kemudian dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu takar

1000 mL, lalu diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.3.1 Pembuatan Larutan Standar Zn 100 ppm

Sebanyak 10 mL larutan induk Zn 1000 ppm dimasukkan dalam labu takar 100 mL, lalu

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Zn 10 ppm

Sebanyak 10 mL larutan standar Zn 100 ppm dimasukkan dalam labu takar 100 mL, lalu

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.3.3.3 Pembuatan Larutan Standar Zn 0,5ppm; 1,0ppm;

1,5ppm

Disediakan 3 labu takar 100 mL, yang bersih dan kering, kemudian ke dalam labu takar

(35)

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan, sehingga diperoleh

larutan seri standar Zn 0,5 ppm; 1,0 ppm; 1,5 ppm.

3.3.4. Pembuatan Larutan Induk Fe 1000 ppm

Sebanyak 7,0161 gram kristal Fe(NH4)2(SO4)2 . 6H2O ditimbang dengan teliti, dilarutkan ke dalam beaker glass, lalu dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL yang telah berisi

akuades dan 20 mL H2SO4(P), ditambahkan larutan KMnO4 0,1 N sedikit demi sedikit sampai diperoleh larutan merah muda tetap ada, kemudian diencerkan sampai garis

tanda, sehingga diperoleh larutan standar Fe 1000 ppm.

3.3.4.1 Pembuatan Larutan Standar Fe 100ppm

Sebanyak 10 mL larutan induk Fe 1000 ppm dimasukkan dalam labu takar 100 mL, lalu

diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.4.2 Pembuatan Larutan Standar Fe 5ppm, 10ppm, 15ppm

Disediakan 3 labu takar 100 mL, yang bersih dan kering, kemudian ke dalam labu takar

ini, secara terpisah dipipet sebanyak 5 mL, 10 mL, 15 mL larutan standar Fe 100 ppm

lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan, sehingga

diperoleh larutan seri standar Fe 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm.

3.3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi untuk Zn

Masing – masing larutan seri standar Zn diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

serapan atom pada λspesifik = 213,9 nm. Pengukuran dilakukan 3 kali untuk setiap konsentrasi larutan seri standar. Prosedur yang sama dilakukan terhadap akuades bebas

Zn sebagai blanko. ( Hasil dicantumkan pada tabel 1).

3.3.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Fe

Masing – masing larutan seri standar Fe diukur absorbansinya dengan spektrofotometer

serapan atom pada λspesifik = 248,30 nm. Pengukuran dilakukan 3 kali untuk setiap konsentrasi larutan seri standar. Prosedur yang sama dilakukan terhadap akuades bebas Fe

(36)

3.3.7. Pengambilan dan Pengawetan Sampel

Disediakan jerigen yang bersih dan kering, kemudian dimasukkan limbah cair industri

lateks kedalam jerigen, kemudian jerigen ditutup dengan rapat. Kemudian disediakan

beaker glass yang bersih dan kering, dan dituang kedalamnya limbah cair industri sarung

tangan karet, lalu ditambahkan HNO3(pekat) sampai pH = 2.

3.3.8. Preparasi Sampel

Dipipet sebanyak 25 mL sampel limbah cair sarung tangan karet, dimasukkan dalam

labu erlenmeyer 100 mL, kemudian ditambahkan campuran 8 mL HNO3(p) dan 2mL HClO4(p), lalu dipanaskan pada suhu 1100C selama 10 menit, didinginkan, kemudian ditambahkan 1mL HNO3(p), dan disaring dengan kertas saring whatman No.42, sehingga diperoleh filtrat berwarna jernih. Filtrat dimasukkan kedalam labu takar 25 mL,

diencerkan dengan akuades sampai garis batas, dan dihomogenkan.

3.3.8.1. Penentuan Kandungan Zn Sebelum Penambahan Zeolit

aktif

Aborbansi Zn didalam larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada

λspesifik = 213,9 nm.

3.3.8.2. Penentuan Kandungan Fe Sebelum Penambahan Zeolit

aktif

Aborbansi Fe didalam larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada

λspesifik = 248,30 nm.

3.3.8.3. Penyerapan Kandungan Zn dengan Penambahan Zeolit

Aktif

Sebanyak 100 mL limbah dimasukkan dalam beaker glass 250 mL, kemudian

ditambahkan 25 gram zeolit aktif, dan diaduk dengan magnetic stirrer selama waktu 3

(37)

Sebanyak 25 mL filtrat dipipet, dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL,

kemudian ditambahkan campuran 8 mL HNO3(p) dan 2 mL HClO4(p), lalu dipanaskan pada suhu 1100C selama 10 menit, didinginkan, kemudian ditambahkan 1 mL HNO3(p), dan disaring dengan kertas saring whatman No.42, sehingga diperoleh filtrat berwarna

jernih. Filtrat dimasukkan kedalam labu takar 25 mL, diencerkan dengan akuades sampai

garis tanda, dihomogenkan, kemudian diukur absorbansi Zn dengan Spektrofotometer

Serapan Atom pada λspesifik = 213,9 nm. Prosedur yang sama dilakukan dengan penambahan zeolit aktif sebanyak 50 gram, 75 gram, dan 100 gram .

3.3.8.4. Penyerapan Kandungan Fe dengan Penambahan Zeolit

Aktif

Sebanyak 100 mL limbah dimasukkan dalam beaker glass 250 mL, kemudian

ditambahkan 25 gram zeolit aktif, dan diaduk dengan magnetic stirrer selama waktu 3

jam, kemudian disaring dengan kertas saring whatman No.42 dan filtratnya ditampung.

Sebanyak 25 mL filtrat dipipet, dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL,

kemudian ditambahkan campuran 8 mL HNO3(p) dan 2 mL HClO4(p), lalu dipanaskan

pada suhu 1100C selama 10 menit, didinginkan, kemudian ditambahkan 1 mL HNO3(p), dan disaring dengan kertas saring whatman No.42, sehingga diperoleh filtrat berwarna

jernih. Filtrat dimasukkan kedalam labu takar 25 mL, diencerkan dengan akuades sampai

garis tanda, dihomogenkan, kemudian diukur absorbansi Fe dengan Spektrofotometer

(38)

Zeolit

Zeolit 100 mesh

100 gram zeolit 100 mesh

Zeolit Aktif 3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Penyediaan Zeolit Aktif

dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C

dihaluskan

diayak dengan ayakan 100 mesh

3.4.2. Pengaktifan Zeolit

ditambahkan 500 mL HCl 15%

diaduk dengan magnetic stirrer selama 3 jam

dicuci dengan akuades sampai pH netral

dikeringkan dalam oven pada suhu 1100C

dihaluskan kembali

diaktifkan pada suhu 1500C selama 3 jam.

didinginkan

disimpan dalam desikator

(39)

Larutan Standar Seng 1000 ppm

Larutan Standar Seng 100 ppm

Larutan Standar Seng 10 ppm

Larutan Standar Seng 0,5 ppm; 1,0 ppm; 1,5 ppm

Hasil

3.4.3. Pembuatan Larutan Standar Zn

dipipet sebanyak 10 mL larutan standar seng

dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

diaduk hingga homogen

dipipet sebanyak 10 mL larutan standar seng

dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

diaduk hingga homogen

dipipet sebanyak 5 mL,10 mL, 15 mL larutan standar seng

dimasukkan kedalam 3 labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

diaduk hingga homogen

diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan

(40)

Larutan Standar Besi 1000 ppm

Larutan Standar Besi 100 ppm

Larutan Standar Besi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm

Hasil

3.4.4. Pembuatan Larutan Standar Fe

dipipet sebanyak 10 mL larutan standar besi

dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

diaduk hingga homogen

dipipet sebanyak 5mL, 10 mL, 15 mL larutan standar besi dimasukkan kedalam 3 labu takar 100 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

diaduk hingga homogen

Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan

(41)

25 mL sampel

Larutan sampel

Filtrat

Hasil

Residu 3.4.5. Penentuan Kandungan Zn dan Fe dalam Sampel

dimasukkan dalam labu Erlenmeyer 100 mL

ditambahkan campuran 8 mL HNO3(p) dan 2 mL HClO4(p)

dipanaskan pada suhu 1100C selama 10 menit

didinginkan

ditambahkan 1 mL HNO3(p)

disaring dengan kertas saring whatman No.42

dimasukkan dalam labu takar 25 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

(42)

100 mL limbah

Filtrat Residu

Larutan Sampel

Filtrat

Hasil

Residu

3.4.6. Penentuan kandungan Zn dan Fe dalam Sampel setelah penambahan zeolit aktif

dimasukkan dalam beaker glass 250 mL

ditambahkan 25 gram zeolit aktif

diaduk dengan magnetic stirrer selama 3 jam

disaring

dipipet sebanyak 25 mL

ditambahkan campuran 8 mL HNO3(p) dan 2 mL HClO4(p)

dipanaskan pada suhu 1100C selama 10 menit

didinginkan

ditambahkan sebanyak 1 mL HNO3 10%

disaring dengan kertas saring whatman No.42

dimasukkan dalam labu takar 25 mL

diencerkan dengan akuades sampai garis batas

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

Data hasil pengukuran absorbansi dari suatu seri larutan standar Zn dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom dicantumkan pada Lampiran tabel 1, sedangkan kurva

kalibrasi dicantumkan pada Lampiran gambar 1. Data pengukuran absorbansi Zn dalam

limbah cair sarung tangan karet sebelum dan sesudah penambahan zeolit aktif

dicantumkan pada Lampiran tabel 2, sedangkan data konsentrasi Zn dalam limbah

cair sarung tangan karet sebelum dan sesudah penambahan zeolit aktif dicantumkan pada

Lampiran tabel 3. Data persentase penyerapan kandungan Zn didalam sampel

dicantumkan pada Lampiran tabel 4.

Data pengukuran absorbansi dari suatu seri larutan standar Fe dengan

menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom dicantumkan pada Lampiran tabel 5,

sedangkan kurva kalibrasi dicantumkan pada Lampiran gambar 2. Data pengukuran

absorbansi Fe dalam limbah cair sarung tangan karet sebelum dan sesudah penambahan

zeolit aktif dicantumkan pada Lampiran tabel 6, sedangkan data penentuan konsentrasi

Fe dalam limbah cair sarung tangan karet sebelum dan sesudah penambahan zeolit aktif

dicantumkan pada Lampiran tabel 7. Data persentase penyerapan kandungan Fe

didalam sampel dicantumkan pada Lampiran tabel 8.

4.1.1. Penentuan Zn

Penurunan persamaan garis regresi

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar logam Zn diplotkan

terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa

garis linear seperti pada lampiran gambar 1 halaman 46 Persamaan garis regresi untuk

kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi

(44)

Tabel 4.1.2. Pengolahan Data Absorbansi Zn dengan menggunakan metode Least

Penurunan persamaan garis regresi :

Y = aX + b

Maka persamaan garis regresi adalah :

(45)

1. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

r = ∑( �− )( �− )

[∑ �− ∑ �− ) ]½ = ,

, = 0,9953

2. Penentuan Zn didalam sampel sebelum dan sesudah penambahan zeolit aktif dengan variasi suhu aktivasi dan dosis zeolit.

Contoh perhitungan:

- Untuk sampel limbah cair sarung tangan karet sebelum penambahan zeolit aktif

(S0), dengan metode destruksi basah diperoleh serapan (A) sebagai berikut :

A1 = 0,3878

A2 = 0,3910

A3 = 0,4031

Dengan mensubstitusikan nilai Y kepersamaan regresi,

Y = 0,4089X + 0,0196

Maka diperoleh konsentrasi Zn ( FP = 50 ):

X1 = 45,0232

X2 = 45,4145

X3 = 46,8941

Dengan demikian konsentrasi Zn adalah :

X=∑ � = 137,3318

(46)

(X1 – )2 = (45,0203 – 45,7772)2 = 0,5685

(X1 – )2 = (45,4145 – 45,7772)2 = 0,1316

(X1 – )2 = (46,8941 45,7772)2 = 1,2475

∑(Xi – )2 = 1,9476

Maka : S = �−

�− =

,

= 0,9868

Didapat harga Sx = � � =

,

= 0,5679

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 Untuk derjat kepercayaan 95% ( p = 0,05), nilai t = 4,30

Maka: d = t( P. dk ). Sx

d = 4,30 (0,05. 2) 0,5679

d = 0,2449

Dengan demikian konsentrasi total Zn dalam limbah cair lateks sebelum penambahan

zeolit aktif adalah : 45,7772 ± 0,2449 ppm

- Untuk sampel limbah cair lateks dengan penambahan dosis zeolit 25 gram dan

pemanasan pada suhu 1000C (S100), dengan metode destruksi basah diperoleh

serapan (A) sebagai berikut :

A1 = 0,3786

A2 = 0,3721

A3 = 0,3867

(47)

Y = 0,4089 X + 0,0196

Maka diperoleh konsentrasi Zn ( FP = 50 ):

X1 = 43,8983

X2 = 43,1034

X3 = 44,8887

Dengan demikian konsentrasi Zn adalah

� =∑ �

Dengan demikian konsentrasi total Zn dalam limbah cair lateks dengan penambahan dosis

zeolit 25 gram dan pemanasan pada suhu 1000C adalah :

(48)

3. Perhitungan jumlah Zn yang terserap

Jumlah Zn yang terserap dihitung dengan menggunakan persamaan:

[Zn] terserap = [Zn] awal – [Zn] sisa

Jumlah Zn yang tersisa yang dihitung seperti dijelaskan pada butir di atas, dicantumkan

pada Lampiran tabel 4.

Data – data ini digunakan untuk menghitung % Zn yang terserap dengan menggunakan persamaan :

% ��= � � � �

� � %

Hasil perhitungan yang diperoleh dicantumkan pada tabel yang sama.

(49)

4.1.2. Penentuan Fe

1. Penurunan persamaan garis regresi

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar logam Fe diplotkan

terhadap konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa

garis linear seperti pada lampiran gambar 2, halaman 50 . Persamaan garis regresi untuk

kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi

dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi dinyatakan sebagai Yi seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.1.2. Pengolahan Data Absorbansi Fe dengan menggunakan metode Least Square

(50)

Maka persamaan garis regresi adalah :

Y = 0,0429X + 0,0233

2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

r = ∑( �− )( �− )

[∑ �− ∑ �− ) ]½ = ,

, = 0,9965

3. Penentuan Fe didalam sampel sebelum dan sesudah penambahan zeolit aktif dengan variasi suhu aktivasi dan dosis zeolit.

Contoh perhitungan:

- Untuk sampel limbah cair sarung tangan karet sebelum penambahan zeolit aktif

(S0), dengan metode destruksi basah diperoleh serapan (A) sebagai berikut :

A1 = 0,3202

A2 = 0,3311

A3 = 0,3177

Dengan mensubstitusikan nilai Y kepersamaan regresi,

Y = 0,0429 X + 0,0233

Maka diperoleh konsentrasi Fe ( FP = 5 ):

X1 = 34,6035

X2 = 35,8740

(51)

Dengan demikian konsentrasi Fe adalah :

penambahan zeolit aktif adalah :

45,7233 ± 0,2061 ppm

- Untuk sampel limbah cair sarung tangan karet dengan penambahan dosis zeolit 25

(52)

A1 = 0,3246

A2 = 0,3197

A3 = 0,3218

Dengan mensubstitusikan nilai Y kepersamaan regresi,

Y = 0,0429 X + 0,0233

Maka diperoleh konsentrasi Fe ( FP = 5 ):

X1 = 35,1165

X2 = 34,5450

X3 = 34,7900

Dengan demikian konsentrasi Fe adalah

(53)

d = 4,30 ( 0,05. 2 ) 0,1655

d = 0,0711

Dengan demikian konsentrasi total Fe dalam limbah cair sarung tangan karet dengan

penambahan dosis zeolit 25 gram dan pemanasan pada suhu 1000C adalah :

45,7233 ± 0,0711ppm

4. Perhitungan jumlah Fe yang terserap

Jumlah Fe yang terserap dihitung dengan menggunakan persamaan:

[Fe] terserap = [Fe] awal – [Fe] sisa

Jumlah Fe yang tersisa yang dihitung seperti dijelaskan pada butir di atas, dicantumkan

pada Lampiran tabel 8.

Data – data ini digunakan untuk menghitung % Fe yang terserap dengan menggunakan persamaan :

% Fe = �� � � ��

�� � �� 100%

(54)

4.2. Pembahasan 4.2.1. Seng (Zn)

Pada Lampiran tabel 3, dicantumkan penyerapan Zn dalam limbah cair industri

sarung tangan karet dengan penambahan dosis zeolit aktif 25 gram, 50 gram; 75 gram,

dan 100 gram, dengan suhu aktivasi 1000 C, 1500 C, 2000 C, 250, 3000 C; dan 3500 C.

Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa konsentrsi Zn menurun

setelah dilakukan penambahan zeolit aktif, dimana penyerapan kandungan Zn paling

tinggi terjadi pada penambahan dosis 100 gram dan dengan suhu pengaktivan 3000C yaitu 79,55 %. Pada dosis penambahan dibawah 100 gram dengan suhu pengaktivan

zeolit dibawah 3000C diperoleh bahwa penyerapan kandungan Zn belum maksimal. Pada suhu pengaktifan diatas 3000C penyerapan kandungan Zn menurun drastis, hal ini dikarenakan pada suhu pengaktifan zeolit diatas 3000C sebagian zeolit mengalami destruksi, dan menyebabkan kemampuan zeolit untuk menyerap berkurang.

4.3.2. Besi

Pada Lampiran tabel 7, dicantumkan penyerapan Fe dalam limbah cair industri sarung

tangan karet dengan penambahan dosis zeolit aktif 25 gram, 50 gram, 75 gram; dan 100

gram, dengan suhu aktivasi 1000 C, 1500 C,2000 C, 250, 3000 C, dan 3500 C.

Seperti halnya Zn, penyerapan Fe dari hasil penelitian yang dilakukan

diperoleh, bahwa konsentrsi Fe menurun setelah dilakukan penambahan zeolit aktif,

dimana penyerapan kandungan Fe paling tinggi terjadi pada penambahan dosis 100 gram

dan dengan suhu pengaktivan 3000C yaitu 87,40%. Pada dosis penambahan di bawah 100 gram dengan suhu pengaktivan zeolit dibawah 3000C diperoleh bahwa penyerapan kandungan Fe juga belum maksimal. Pada suhu pengaktifan di atas 3000C penyerapan kandungan Femenurun drastis, hal ini dikarenakan pada suhu pengaktifan zeolit diatas

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Penyerapan Zn dan Fe oleh zeolit alam yang paling optimal adalah pada suhu aktivasi

3000C, dan dosis penambahan zeolit aktif sebanyak 100 gram untuk 100 ml sampel limbah cair sarung tangan karet, dimana penurunan kandungan Zn mencapai 79,55 %,

dan untuk penurunan kandungan Fe mencapai 87,4 %.

- Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan zeolit aktif kedalam sampel

dapat menurunkan konsentrasi Zn dari 45,7772 ppm menjadi 9,3584 ppm, dan

kandungan Fe dari 34,9298 menjadi 4,3977 ppm. Dibandingkan dengan SK.

Men. KLH. No. 03. Tahun 2010, hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat, dan

berada dibawah ambang batas yang telah ditentukan sesuai dengan Surat Keputusan

tersebut diatas.

5.2. Saran

- Sebaiknya dilakukan penelitian daya serap zeolit terhadap kandungan logam dalam

limbah industri lainnya, dengan variasi aktivasi dengan basa.

- Sebaiknya penelitian ini diaplikasikan pada pengolahan limbah cair sarung tangan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Chen, S. F. 1979. Composition of Havea Latex Concentrated. Training Manual On Latex Rubber Analysis. Malaya.

Clark, D. V. 1979. Approach to Atomic Absorption Spectroscopy. Sydney-Australia:Anal Chem Consultants Pty. Ltd.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran dan Hubungannya dengan Toksikologin Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.

Ginting, A., Dian, A. 2007. Karakterisasi Komposisi Kimia,Luas Permukaan Pori Dan Sifat Termal Dari Zeolit Bayah Tasikmalaya Dan Lampung. Serpong: BATAN.

Holme, D. J., Peck, H. 1983. Analytical Biochemistry. New York: Longman Group Limited.

Kennedy, J. H. 1990. Analytical Chemistry Principples. Second Edition. USA: Saunders College Publishing.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kresnawati, I.T.P. 2007. Biosorpsi Logam Zn. Indonesia: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia.

Mulja, M. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Press.

Saputra,R. 2008. Pemanfaatan zeolit sintetis sebagai alternatif pengolahan limbah industri. Bandung: Perpustakaan Geologi UGM.

Setyamidjaja, D. 1999. Karet Budidaya dan Pengolahan. Cetakan Keenam. Yogyakarta: Kanisius.

Skoog, D. A., West, D. M., Holler, F. J. 1992. Fundamentals of Analytical Chemistry. Sixth Edition. USA: Saunders College Publishing.

Srihapsari, D. 2006. Penggunaan Zeolit Alam yang Telah Diaktivasi Dengan Larutan HCl untuk Menyerap Logam-Logam Penyebab kesadahan air. Semarang: UNS Press.

Sugiharto. 1997. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama. Jakarta: UI Press

(57)

Sutarti, M. 1994. Zeolit Tinjauan Literatur. Jakarta : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah.

Vogel, A.I. 1979. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.

Widowati, W., Sastiono. A., Jusuf.R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan

Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

(58)
(59)

Tabel 1. Data Absorbansi Larutan standar Zn

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Zn

(60)

Tabel 2. Data Absorbansi Zn didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

So = Sampel limbah cair lateks tanpa penambahan zeolit

S100 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 1000C

S150 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 1500C

S200 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 2000C

S250 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 2500C

S300 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 3000C

(61)

Tabel 3. Data Penyerapan Konsentrasi Zn didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

Banyak Zeolit Aktif

(gram)

(62)

Tabel 4. Data Persentase Penyerapan Zn didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

Banyak Sampel (gram) Kode Sampel Penyerapan ( % )

(63)

Tabel 5. Data Absorbansi Larutan standar Fe

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Fe

(64)

Tabel 6. Data Absorbansi Fe didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

So = Sampel limbah cair lateks tanpa penambahan zeolit

S100 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 1000C

S150 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 1500C

S200 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 2000C

S250 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 2500C

S300 = Sampel limbah setelah penambahan zeolit aktif dengan pemanasan suhu 3000C

(65)

Tabel 7. Data Konsentrasi Fe didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

Banyak Zeolit Aktif

(gram)

(66)

Tabel 8. Data Persentase Penyerapan Fe didalam Sampel dengan Variasi Suhu dan Dosis Zeolit Aktif

Banyak Sampel (gram) Kode Sampel Penyerapan ( % )

Gambar

Tabel 2.2. Volume Penggunaan Air oleh Industri Sarung Tangan Karet
Gambar 2.1. Skematis ringkas Spektrofotometer Serapan atom
Gambar Kerangka Utama Penyusun Zeolit
Tabel 4.1.2. Pengolahan Data Absorbansi Fe dengan menggunakan metode Least   Square
+7

Referensi

Dokumen terkait