• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Tentang Pernikahan Dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHAN BATU

SELATAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

ITA SEPRIANA NIM : 121021093

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHAN BATU

SELATAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH ITA SEPRIANA NIM : 121021093

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan masih sangat tinggi dan merupakan hal yang menjadi salah satu pokok masalah reproduksi yang dihadapi masa kini. Hal ini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, orang tua/keluarga, kemauan sendiri.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah 5 remaja putri yang telah menikah, 5 orang tua remaja putri, 1 tokoh agama dan 1 tokoh masyarakat. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil analisis menunjukkan faktor penyebab pernikahan dini adalah rendahnya pengetahuan remaja, orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hal yang paling banyak menyebabkan pernikahan dini adalah faktor ekonomi, , faktor pendidikan, faktor orang tua/keluarga, faktor kemauan sendiri, faktor media massa dan dampak kesehatan yang dirasakan remaja adalah keguguran, persalinan lama, dan kurang siapnya mental si ibu.

Disarankan kepada remaja untuk sekolah lebih tinggi, karena secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya pernikahan dini, bagi orang tua lebih mengawasi dan mengontrol tingkah laku anaknya. Dan tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemerintahan hendaknya memberikan sosialisasi Undang-Undang pernikahan, ceramah agama dan pengajian sehingga kontrol sosial dan agama terjaga dengan baik.

(5)

ABSTRACT

Early marriage in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan is still very high and it became one of the staples of reproductive problems faced today. This is often caused by economic factors, education, parents/family, yourself, and mass media.

This research was conducted in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. This type of research using qualitative methods. The subject of research is the 5 young women who are married, 5 the parents of teenage daughters, 1 religious figures, and 1 community leaders. The data obtained by observation, interview, and documentation.

From the results of the analysis showed early marriage cause factor is the low level of knowledge of teenagers, parents, religious leaders and community leaders. The most common cause of early marriage is economic factors, education, parents/family, yourself, mass media and impact health that be perceived teenage is miscarriage, prolanged labor, and lack of mental readiness.

It is advisable teenage to high school, because indirectly could stree early age marriage, for parents to monitor and control the behaviour of his child. And religious figures, community leaders or government should give marriage legislation socialization, religious lectures and recitation so that social and religious control is maintained properly.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ita Sepriana

Tempat Lahir : Pulung Rejo Tanggal Lahir : 12 September 1991 Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Dwi Sumartono Suku Bangsa Ayah : Jawa Indonesia Nama Ibu : Sularsih Suku Bangsa Ibu : Jawa Indonesia

Alamat Rumah : Jl. Meninjau Blok B Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1997-2002 : SD Negeri 106/VIII Kabupaten Tebo Jambi 2. 2002-2005 : SMP Negeri 12 Kabupaten Tebo Jambi 3. 2005-2008 : SMA Negeri 7 Kabupaten Tebo Jambi 4. 2008-2011 : Pendidikan DIII Akademi Kebidanan Sehati

Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan hidayahnya dan sholawat kepada Rasulullah SAW atas teladan hidup untuk penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Tentang Pernikahan Dini Di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015”. Skripsi ini merupakan tugas akhir dari proses belajar penulis yang dilewatkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dibuat sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan berusaha mempersembahkannya pada dunia kesehatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Lina Tarigan, Dra, Apt, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan. 3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Kepala Departemen

Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

kesabaran serta ilmu bermanfaat yang diberikan selama membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi dan Ibu dr. Yusniawarti, Msi selaku Dosen Penguji Skripsi atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff/pegawai yang banyak membantu dan menemani penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan .

8. Kepala KUA Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan seluruh staf yang telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

9. Kepala Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan beserta staf yang telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

10. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta DWI SUMARTONO dan Ibunda tercinta SULARSIH serta seluruh keluarga besar saya yang tercinta yang telah memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, perhatian, bantuan dan doa yang tiada henti sehingga ananda dapat menyelasikan pendidikan untuk masa depan yang lebih baik.

(9)

12. Teman-teman penulis dan sahabat seperjuangan (Wiki Anggraini, SKM, Rohani, SKM dan temen kelompok PBL 21) serta temen-temen lainnya dipeminatan kesehatan reproduksi yang tidak bisa disebutkan satu per satu di FKM USU atas doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN. ... i

ABSTRAK. ... ii

ABSTRACT. ... iii

RIWAYAT HIDUP. ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI. ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xiiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 9

1.3.Tujuan Penelitian. ... 9

1.3.1 Tujuan Umum. ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus. ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja ... 11

2.1.1. Pengertian Remaja... 11

2.1.2. Tahapan Perkembangan Remaja ... 12

2.1.3. Aspek Perubahan Pada Remaja ... 14

2.1.4. Organ Reproduksi Remaja Perempuan ... 15

2.1.5. Perkembangan Fisik Remaja Perempuan. ... 16

2.2. Pernikahan Dini ... 17

2.2.1. Pengertian Pernikahan Dini ... 17

2.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Pernikahan Dini. ... 18

2.4. Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi ... 22

2.5. Penundaan Usia Pernikahan. ... 24

2.6. Kerangka Pemikiran. ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.3. Pemilihan Informan ... 27

(11)

3.5.Metode Pengumpulan Data ... 28

3.6. Defenisi Istilah. ... 28

3.7. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Analisa Hasil Penelitian ... 30

4.2. Karakteristik Informan ... 30

4.3.1. Pengetahuan Remaja ... 32

4.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Dini ... 33

I.Remaja dan Pengetahuan Remaja Tentang Pernikahan Dini... 35

4.3.3.Pengetahuan Remaja Tentang Cara Mencengah Agar Tidak Terjadi Pernikahan Dini ... 36

4.3.4.Dampak pernikahan dini . ... 36

4.3.5.Sikap Remaja... 38

4.3.6.Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Dapat Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga/orang tua ... 39

4.3.7.Sikap Remaja Tentang Pernikahan Akibat Seks Diluar Nikah. .. 40

4.3.8.Sikap Remaja Terhadap Saudara Atau Teman Sebaya Yang Berkeinginan Melakukan Pernikahan Dini. ... 41

4.3.Tindakan Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini. ... 42

4.4.Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi. ... 43

II.Pengetahuan Orang Tua Remaja Tentang Pernikahan Dini. ... 45

4.5.Sikap Orang Tua Terhadap Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini46 III.Pengetahuan TOMA dan TOGA Tentang Pernikahan Dini. ... 49

4.6.Sikap TOMA dan TOGA Tentang Pernikahan Dini. ... 49

4.7.Tindakan TOMA dan TOGA tentang Pernikahan Dini. ... 52

BAB V PEMBAHASAN 5.1.Faktor-faktor Yang Memyebabkan Remaja Melakukan Pernikahan Dini... ... 53

5.1.1 Pengetahuan ... 53

5.1.2.Faktor Ekonomi ... 54

5.1.3.Faktor Media Massa. ... 55

5.1.4.Faktor Orang Tua/Keluarga... 56

5.1.5.Faktor Pendidikan ... 56

5.1.6.Faktor Kemauan Sendiri ... 57

5.1.7. Dampak Pernikahan Dini. ... 58

5.1.8.Sikap Remaja. ... 60

(12)

5.2.Orang Tua Remaja Putri. ... 64

5.2.1.Pengetahuan. ... 64

5.2.2.Sikap Orang Tua... 64

5.3. TOGA dan TOMA. ... 66

5.3.1.Pengetahuan. ... 66

5.3.2.Faktor-faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Dini Menurut TOGAdanTOMA... 67

5.3.3.Sikap TOGA dan TOMA. ... 67

5.3.4.Tindakan TOGA dan TOMA tentang Pernikahan dini. ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Informan Remaja

Tabel 4.2 Informan Orang Tua Remaja Tabel 4.3 Informan TOGA dan TOMA

Tabel 4.4 Pengetahuan Remaja Tentang Usia Pernikahan yang Ideal Tabel 4.5 Pengetahuan Remaja Tentang Pernikahan Dini

Tabel 4.6 Pengetahuan Remaja tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Dini

Tabel 4.7 Pengetahuan Remaja Tentang Akibat Yang Ditimbulkan Melakukan Pernikahan dini

Tabel 4.8 Pengetahuan Remaja Tentang Cara Mencengah Agar Tidak Terjadi Pernikahan Dini

Tabel 4.9 Pengetahuan Remaja Tentang Dampak Yang Terjadi Akibat Melakukan Pernikahan Dini

Tabel 4.10 Sikap Remaja Tentang Pernikahan Dini Merupakan Salah Satu Bentuk Perilaku Menyimpang Dikalangan Remaja

Tabel 4.11 Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Dapat Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga/Orang Tua

Tabel 4.12 Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Akibat Seks Diluar Nikah Tabel 4.13 Sikap Remaja Terhadap Saudara Atau Teman Sebaya yang

Berkeinginan Melakukan Pernikahan Dini

Tabel 4.14 Tindakan Remaja Berdasarkan Hal Yang Mendorong Remaja Untuk Melakukan Pernikahan dini

Tabel 4.15 Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi

Tabel 4.16 Pengetahuan Orang Tua Remaja Tentang Usia Pernikahan Yang Ideal Tabel 4.17 Pengetahuan Orang Tua Remaja Tentang Pengertian Pernikahan Dini Tabel 4.18 Sikap Orang Tua Tentang Pernikahan Dini Merupakan Salah Satu

Bentuk Perilaku Menyimpang Dikalangan Remaja

(14)

Tabel 4.20 Sikap Orang Tua Tentang Remaja Melakukan Pernikahan Dini Karena Seks Diluar Nikah

Tabel 4.21 Sikap Orang Tua Terhadap Saudara Atau Teman Sebaya Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini

Tabel 4.22 Pengetahuan TOGA dan TOMA tentang Usia Pernikahan Yang Ideal Tabel 4.23 Pengetahuan TOGA dan TOMA tentang Pernikahan dini

Tabel 4.24 Sikap TOGA dan TOMA tentang Pernikahan Dini Merupakan Salah Satu Bentuk Perilaku Menyimpang Dikalangan Remaja

Tabel 4.25 Sikap TOGA dan TOMA tentang Pernikahan Dini Karena Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga/Orang Tua

Tabel 4.26 Sikap TOGA dan TOMA tentang Pernikahan Dini Karena Seks Diluar Nikah

Tabel 4.27 Sikap TOGAA dan TOMA terhadap Saudara atau Teman Sebaya Yang Melakukan Pernikahan Dini

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Panduan Wawancara Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Hasil Wawancara

(17)

ABSTRAK

Pernikahan dini di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan masih sangat tinggi dan merupakan hal yang menjadi salah satu pokok masalah reproduksi yang dihadapi masa kini. Hal ini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, orang tua/keluarga, kemauan sendiri.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah 5 remaja putri yang telah menikah, 5 orang tua remaja putri, 1 tokoh agama dan 1 tokoh masyarakat. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil analisis menunjukkan faktor penyebab pernikahan dini adalah rendahnya pengetahuan remaja, orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hal yang paling banyak menyebabkan pernikahan dini adalah faktor ekonomi, , faktor pendidikan, faktor orang tua/keluarga, faktor kemauan sendiri, faktor media massa dan dampak kesehatan yang dirasakan remaja adalah keguguran, persalinan lama, dan kurang siapnya mental si ibu.

Disarankan kepada remaja untuk sekolah lebih tinggi, karena secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya pernikahan dini, bagi orang tua lebih mengawasi dan mengontrol tingkah laku anaknya. Dan tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemerintahan hendaknya memberikan sosialisasi Undang-Undang pernikahan, ceramah agama dan pengajian sehingga kontrol sosial dan agama terjaga dengan baik.

(18)

ABSTRACT

Early marriage in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan is still very high and it became one of the staples of reproductive problems faced today. This is often caused by economic factors, education, parents/family, yourself, and mass media.

This research was conducted in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. This type of research using qualitative methods. The subject of research is the 5 young women who are married, 5 the parents of teenage daughters, 1 religious figures, and 1 community leaders. The data obtained by observation, interview, and documentation.

From the results of the analysis showed early marriage cause factor is the low level of knowledge of teenagers, parents, religious leaders and community leaders. The most common cause of early marriage is economic factors, education, parents/family, yourself, mass media and impact health that be perceived teenage is miscarriage, prolanged labor, and lack of mental readiness.

It is advisable teenage to high school, because indirectly could stree early age marriage, for parents to monitor and control the behaviour of his child. And religious figures, community leaders or government should give marriage legislation socialization, religious lectures and recitation so that social and religious control is maintained properly.

(19)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang

Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena pernikahan dini (usia muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia pada kehamilan, keracunan kehamilan, dan kematian (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarwono, 2010).

Masa remaja yang perlu perhatian adalah pada usia 13-15 tahun (Widyastuti, 2009). Usia remaja menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi seperti remaja yang selalu ingin coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan minim, pekerjaan semakin sulit di dapat yang berpengaruh pada pendapatan ekonomi keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia muda karena keterlanjuran hubungan seksual yang menyebabkan suatu kehamilan. Adanya penolakan keluarga yang terjadi akibat malu, hal ini dapat menimbulkan stress berat. Ibu hamil usia muda memiliki resiko bunuh diri lebih tinggi disebabkan karena terajadinya kekerasan dalam rumah tangga (Manuaba,2010).

(20)

dari seluruh kelahiran didunia yang mayoritas (95%) terjadi dinegara sedang berkembang. Di Amerika Lati dan Karibia, 29% wanita muda menikah saat mereka berusia 18 tahun. Prevalensi tertinggi kasus pernikahan usia dini tercatat di Nigeria (80%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, 2012).

Komplikasi dari kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dinegara – Negara berkembang. Dari 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun diperkirakan 90 % sudah menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain itu resiko terjadinya kematian ibu dan kematian bayi yang baru lahir. 50 % lebih tinggi dilahirkan oleh ibu dibawah usia 20 tahun diantara ibu dibandingkan pada wanita yang hamil di usia 20 tahun ke atas (WHO, 2012).

(21)

Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anak-anaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005).

Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19,1 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia.

(22)

Menurut BkkbN (2011) faktor yang mempengaruhi rata-rata usia menikah pertama perempuan adalah faktor social, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orang tua (Puspitasari, 2009).

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah di usia yang tergolong muda. Orang tua beranggapan bahwa anaknya menikah bisa mengurangi beban ekonomi keluarga dan calon suami si anaknya bisa membantu perekonomian keluarga. Faktor kemauan sendiri bisa disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain sehingga mereka terpengaruh untuk melakukan seks sebelum menikah dan terjadi kehamilan diluar nikah dimana remaja terpengaruh untuk melakukan pernikahan dini. Orang tua/keluarga biasanya juga menyuruh anaknya menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan karena sudah turun-menurun. (Mencher Siagian, 2012).

(23)

karena orang tua dan keluarga kurang memberikan informasi tentang resiko menikah dini dan terkadang orang tua dan keluarga sudah mengetahui resiko menikah dini tetapi malah orang tua dan keluarga menyuruh anaknya segera menikah ( Notoatmodjo, 2010).

Banyak remaja yang kurang mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh jika ia menikah muda, terutama pada remaja putri. Hal ini tersebut khususnya berkaitan dengan penyesuaian diri, baik yang berhubungan dengan perubahan dirinya maupun dalam hubungan dengan lingkungan sekitarnya sesuai dengan peran barunya dalam sebuah pernikahan (Gunadarma, 2008).

(24)

ini tersebut sangat mempengaruhi angka kematian ibu dan angka kematian bayi sebagai standart derajat kesehatan suatu negara.

Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Isu ini diangkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya berbagai masalah reproduksi yang dihadapi dimasa kini. Saat ini kita sering dihadapkan dengan umur rata-rata remaja yang menikah dibawah usia antara 14-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009).

(25)

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa hasil penelitian yang relevan yaitu hasil penelitian Astuty (2011) Faktor-Faktor Penyebab terjadinya perkawinan usia muda dikalangan remaja di desa Tembung Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara lain : faktor lingkungan masyrakat dan orang tua cukup berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak yang juga melakukan pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih muda.

Menurut hasil penelitian Damayanti (2012) gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta. Hasil ini ditemukan masih rendahnya pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari institusi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan.

(26)

sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

Dari ketiga penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki hubungan atau relevasi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi penelitian dalam melakukan penelitian, karena kajian sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja.

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada faktor serta dampak pernikahan dini remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan dapat dijadikan pedoman penelitian dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.

(27)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penelitian baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, penelitian menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami hamil diluar nikah dan ada juga faktor dari orang tua.

Dari data-data tentang pernikahan dini di Indonesia dan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualilatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor-faktor apa yang mendorong remaja melakukan pernikahan dini dan bagaimana dampak melakukan pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2015? 1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

(28)

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk menganalisis secara mendalam tentang terjadinya pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan memberikan pengetahuan kepada remaja tentang pernikahan dini dan dampak-dampak tentang pernikahan dini.

2. Bagi Orang Tua

Diharapkan kepada keluarga terutama orang tua remaja lebih mengetahui tentang informasi dan dampak tentang pernikahan dini sehingga dapat mengurangi terjadinya penikahan dini pada remaja.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dan instansi yang terkait untuk memberikan informasi dan dapat mengurangi terjadinya resiko pernikahan dini pada remaja, orang tua dn masyarakat.

4. Bagi Peneliti lain

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandan-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergatungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. Menurut Sarwono batasan usia remaja adalah 10-19 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).

Remaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda. Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 – 18 tahun (WHO, 2012).

(30)

masyarakat, dan telah mengalami perkembangan tanda-tanda seksual, pola psikologis, dan menjadikan lebih mandiri. Masa remaja adalah masa yang terpenting dalam perjalanan kehidupan manusia (Kusmiran, 2011).

Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke arah kematangan (Muss dalam Sarwono 2010:11). Kematangan disini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psiklogis. Menurut Muang-man (Sarwono 2010:12) mengemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

2. Sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

3. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

4. Terjadi ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih

5. Mandiri.

2.1.2 Tahapan Perkembangan Remaja

Menurut Depkes (2007), dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja.

(31)

itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Tengah (14-16 tahun) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Dan senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipus complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa anak-anak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan.

(32)

dengan orang lain, Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum.

2.1.3 Aspek Perubahan Pada Remaja

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa dua aspek utama dalam perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.

1. Perubahan Fisik (pubertas)

Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang cepat dan biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itulah terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan dan kematangan seksualsebagai hasil dari perubahan hormonal. Antara remaja pria dan perempuan kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 9-15 tahun dan perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya ramut kemaluan, perubahan suara dan ejakulasi pertama melalui mimpi basah. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan menarche ( haid pertama), perubahan pada dada, tumbuhnya rambut kemaluan dan juga perbesaran panggul. Usia menarche rata-rata bervariasi dengan rentang umur 10 hingga 16,5 tahun. 2. Perubahan Psikologis

(33)

sering membantah orang tuanya. Sebenernya mereka belum mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu seringkali terjerumus kedalam kegiatan yang menyimpang dari aturan atau disebut dengan kenakalan remaja pranikah. 2.1.4 Organ Reproduksi Remaja Perempuan

a. Organ reproduksi bagian luar

1. Bibir kemaluan luar (Labia Mayora) 2. Bibir kemaluan dalam (Labia Minora)

3. Klentit (Clitoris) yang sangat peka karena banyak saraf, ini merupakan bagian yang paling sensitif dalam menerima rangsangan seksual.

4. Lubang kemaluan (Lubang Vagina) terletak antara lubang kecil dan anus.

5. Bukit kemaluan (Mons Veneris) yang ditumbuhi oleh rambut kemaluan pada saat perempuan memasuki usia pubertas.

b. Organ Reproduksi Bagian Dalam

1. Vagina (liang kemaluan atau liang senggama), bersifat elastic dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, saluran keluarnya darah haid, dan jalannya keluarnya bayi saat melahirkan.

(34)

3. Rahim (uterus) adalah tempat tumbuhnya janin hingga janin dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).

4. Dua buah saluran telur (Tuba Fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau sudah dibuahi akan disalurkan kedalam rahim melalui saluran ini.

5. Duah buah indung telur (Ovarium) kanan dan kiri. Ketika seseorang perempuan melahirkan, ia mempunyai ovarium sekitar setengah juta ovum (cikal bakal telur). Tiap ovum memiliki kemungkinan berkembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ovum, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan (Bkkbn, 2007).

2.1.5 Perkembangan Fisik Remaja Perempuan

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan 2 ciri yaitu cirri-ciri seks primer dan cirri-ciri seks sekunder.

a. Ciri-ciri seks primer : jika remaja perempuan sudah mengalami menarch, menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan diding rahim yang banyak mengandung darah.

b. Cirri-ciri seks senkunder

(35)

2. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif.

3. Otot semakin besar dan kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.

4. Suara menjadi semakin merdu dan lebih penuh (Manuaba, 2010). 2.2 Pernikahan Dini

2.2.1 Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu atau kedua pasangan berusia 18 tahun atau sedang mengikuti pendidikan disekolah menengah atas. Jadi sebuah pernikahan disebut pernikahan di sebut pernikahan dini, jika kedua atau salah satu pasangan masuk berusia di bawah 18 tahun/masih berusia remaja (Depkes RI, 2009).

Perkawinan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seseorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan (Manuaba, 2010).

Pernikahan adalah suatu peristiwa dimana sepasang calon suami istri dipertemukan secara formal dihadapan kepala agama tertentu, para saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian resmi sebagai suami istri dengan upacara dan ritual tertentu (Kartono, 2008).

(36)

wanita sudah mencapai usia 16 tahun dan menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan tentang umur pernikahan 20 tahun keatas, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Undang-Undang Perlindungan anak nomor 23 tahun 2002, orangtua diwajibkan melindungi anak dari pernikahan dini. Namun ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat. Meskipun batas usia kawin telah ditetapkan UU, namun pelanggaran masih banyak terjadi di masyarakat terutama dengan menaikkan usia agar dapat memenuhi batas usia minimal tersebut (Sarwono, 2010).

2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan wanita melakukan pernikahan dini Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja di Negara berkembang khususnya Indonesia antara lain :

a. Faktor Ekonomi

Mencher dan Siagian (2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.

(37)

untuk anak perempuan), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap orang yang dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivitas sosial ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanya pun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuk menikah di usia yang tergolong muda .

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang wanita untuk menunda usia untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seseorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia diatas 16 tahun keatas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan berarti sekurang-kurangnya berusia diatas 22 tahun.

c. Faktor Keluarga / Orang tua

(38)

yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan diusia muda.

e. Faktor MBA (marriage By Accident)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dikota-kota besar. Pernikaahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah pelitnya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.

f. Faktor Media Massa

(39)

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berampak positif tetapi disisi lain juga berdampak negatif. Dampak positifnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaulan bebas dab pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan beba dan seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun eletronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

g. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa da raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

(40)

Ketidakbahagian dalam pernikahan sebagian besar pasangan yang memasuki jenjang perkawinan tidak mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang sesungguhnya. Mereka tidak dibekali dengan cukup, hanya sekedar beberapa petuah dan kalimat-kalimat pendek. Mereka berpikir bahwa dengan hubungan cinta dan seks akan dapat memuaskan semua keinginan dan kebutuhan istrinya. Perempuan juga berpikir seperti juga berpikir seperti itu.

Sarwono (2006) menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya pernikahan dini adalah kurangnya informasi seputar pendidikan seks yang salah satunya juga akibat dari orang tua atau remaja yang sering membicarakan seks dikalangan mereka.

2.4Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Pernikahan usia muda mempunyai dampak terhadap kesehatan antara lain : a. Kematian ibu yang melahirkan

Kematian karena melahirkan banyak dialami oleh ibu muda dibawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi fisik ibu yang belum atau kurang mampu untuk melahirkan. Kematian maternal pada ibu hamil dan melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun ternyata lebih tinggi dari kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun dan meningkat pada usia 30-35 tahun (BKKBN, 2006).

b. Kematian bayi

(41)

yang dilahirkan dari ibu yang sangat muda ternyata berhubungan erat dengan cacat bawaan fisik atau metal seperti ayan, kejang-kejang, kebutaan dan ketulian (Sarwono, 2010).

c. Resiko Melahirkan

Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko melahirkan. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak, karena disebabkan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak atau belum siap mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia saat perkawinan pertama semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan (BKKBN, 2006).

d. Hambatan terhadap kehamilan dan persalinan

Selain kematian ibu dan bayi, ibu yang kawin pada usia muda dapat pula mengalami perdarahan, kekurangan darah atauu anemia berat, persalinan yang lama dan sulit serta ketidakseimbangan antara besar janin dan besar panggul ibu, keracunann kehamilan, preeklamsia dan ekslamsia bahkan kemungkinan menderita kanker pada mulut rahim di kemudian hari akibat hubungan seksual terlalu dini (Sarwono, 2010).

e. Cacat bawaan

(42)

persalinan sering diakhiri dengan tindakan operasi, pulihnya alat reproduksi setelah persalinan berjalan lambat, pengeluaran ASI tidak cukup.

2.5 Penundaan Usia Pernikahan

Di Indonesia terutama daerah pedesaan masih banyak terdapat banyak pernikahan dibawah umur. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah hanya kematangan fisik atau bahkan hal yang sama sekali tidak ada kaitanya dengan calon pengantin.

Penundaan dapat terjadi dengan makin meningkatnya taraf pendidikan mayarakat, dengan makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah. Semakin tertunda kebutuhan untuk mengawinkan anak-anak, para orang tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk menjamin masa depan anak sekolah dulu sebelum mengawinkan mereka. Kecenderungan ini terutama terjadi pada masyarakat di kota besar atau dikalangan masyarakat kelas sosial ekonomi menengah atas.

(43)

Pihak individu-individu yang bersangkutan itu sendiri menurut J.T.Fawcelt ada sejumlah yang menyebabkan orang memilih untuk tidak menikah sementara (Sarwono,2010).

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami istri dalam berumah tangga.

[image:43.595.117.515.523.594.2]

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dijelaskan bahwa remaja yang melakukan pernikahan usia belasan tahun didasari atas keputusan-keputusan yang komplusif. Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan pernikahan dini dilatar

Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini

Pernikahan dini pada remaja

(44)
(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan kualitatif dengan rancangan studi kasus. Dilakukan dengan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi tentang pernikahan dini pada remaja putri di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan tahun 2015.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari – Agustus 2015 3.3 Pemilihan Informan

(46)

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara dengan responden dan menggunakan alat perekam dan kamera untuk mendapatkan rekaman hasil wawancara dan memotret responden yang melakukan pernikahan dini. Aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara adalah faktor penyebab pernikahan dini dan dampaknya terhadap remaja putri tersebut. Kemudian melalui pemberian alamat informan untuk dilakukan wawancara dikediaman informan tersebut agar wawancara lebih efektif dan lebih menciptakan kondisi yang kondusif dan nyaman bagi informan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh yaitu melalui wawancara yang mendalam (in- depth interview) dimana penelitian menggunakan panduan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan, dan seluruh informan yang telah diwawancarai dengan waktu yang berbeda. Selama wawancara peneliti menggunakan alat bantu yaitu alat tulis dan alat perekam.

3.6 Defenisi Istilah

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini adalah sesuatu hal yang mempengaruhi seorang remaja perempuan untuk membuat keputusan untuk menikah di usia yang masih muda/remaja. Adapun yang menjadi defenisi opersional yang penulis rumuskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini.

(47)

pasal 71 yang mendapatkan batas maksimum pernikahan dini adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas dalam pernikahan dini yakni menikah pada usia dibawah 20 tahun.

3. Dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi adalah hal-hal yang bersifat penyakit sebagai akibat pernikahan dini.

3.7 Teknik Analisis Data

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Analisa Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan terdapat informan yang melakukan pernikahan dini disebabkan karena faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor kamauan sendiri, faktor media massa dan faktor orang tua.

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa hasil penelitian yang relevan yaitu hasil penelitian Astuty (2011) Faktor-Faktor Penyebab terjadinya perkawinan usia muda dikalangan remaja di desa Tembung Kecamatn Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara lain : faktor lingkungan masyrakat dan orang tua cukup berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak yang juga melakukan pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih muda.

4.2 Karakteristik Informan

(49)
[image:49.595.112.515.138.247.2]

Tabel 4.1 Informan Remaja

No Nama Umur Pendidikan

Umur Pertama kali Menikah

1. Informan 1 16 SMP 16

2. Informan 2 18 SMP 18

3. Informan 3 18 SD 17

4. Informan 4 20 SMA 19

5 Informan 5 17 SD 17

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur informan yaitu remaja putri yang menikah di usia dini bervariasi antara 16-19 tahun, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, 1 orang pendidikan SMA, 2 orang pendidikan SMP, dan 2 orang hanya pendidikan SD. Informan 1 karena faktor ekonomi, informan 2 karena faktor media massa, informan 3 karena faktor orang tua, informan 4 karena faktor pendidikan, informan 5 karena faktor kemauan sendiri.

Tabel 4.2 Informan Orangtua Remaja Putri

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin Pendidikan

1 Informan 6 50 P SMA

2 Informan 7 40 P SMA

3 Informan 8 60 L SD

4 Informan 9 54 P SMP

5 Informan 10 51 L SMA

[image:49.595.116.513.463.565.2]
(50)
[image:50.595.117.510.142.205.2]

Tabel 4.3 Informan TOGA dan TOMA

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan

1. Informan 11 64 L SMA

2. Informan 12 45 L S1

Berdasarkan tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa tokoh agama dan tokoh masyarakat berumur antara 45-64 tahun dengan pendidikan bervariasi, SMA dan S1. Tokoh agama berjenis kelamin laki-laki dengan pendidikan S1, tokoh masyarakat berjenis kelamin laki-laki dengan pendidikan SMA.

4.3.1. Pengetahuan Remaja

Menurut Sarwono (2006) menyatakan bahwa faktor penyebab pernikahan dini adalah kurangnya informasi seputar pendidikan seks yang salah satunya juga akibat dari sikap orang tua atau remaja itu sendiri yang sering membicarakan seks dikalangan mereka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapat bahwa Remaja ada yang mengerti tentang usia pernikahan yang ideal dan ada yang tidak mengerti tentang usia pernikahan yang ideal. Dijelaskan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Pengetahuan Remaja tentang Usia Pernikahan yang Ideal

Informan Pernyataan

1 Menurut saya untuk perempuan yang ideal untuk melakukan pernikahan yaitu pada umur 20 tahun sedangkan laki-laki 25 tahun...

2 18 tahun untuk perempuan karena sudah dewasa karena pemikirannya sudah matang kalau laki-laki 20 tahun karena udah mampu ngasih makan...

3 Untuk laki-laki umur 24 tahun sedangkan perempuan 19 tahun 4 Pernikahan yang ideal menurut saya dapat dilakukan oleh laki laki

ketika dia sudah berumur 25 tahun sdangkan perempuan 20 tahun 5 Umur menikah ideal itu ya perempuan umur 20 tahun dan

[image:50.595.114.514.561.743.2]
(51)
[image:51.595.112.513.215.382.2]

Berdasarkan tabel diatas terlihat 3 informan mengetahui usia pernikahan yang ideal sedangkan 2 orang informan tidak mengetahui tentang usia pernikahan yang ideal.

Tabel 4.5 Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Dini

Informan Pernyataan

1 Pernikahan yang dilakukan belum cukup umur...

2 Pernikahan yang dilakukan pada usia 15 tahun belum beranjak dewasa karena pacaran, beban ekonomi, hidup susah....

3 Pernikahan yang diakibatkan pergaulan bebas...

4 Pernikahan yang disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, media sosial dan pergaulan bebas yang dilakukan para remaja... 5 Pernikahan dini yaaa... pernikahan dibawah umur atau pernikahan

yang belum waktunya atau belum cukup umurnya untuk melakukan pernikahan

Berdasarkan tabel diatas telihat terlihat bawa ke 5 informan telah mengetahui arti tentang pernikahan dini tetapi mereka tetap melaksanakan pernikahan tersebut yang diakibatkan oleh ekonomi, pendidikan dan media sosial. 4.3.2 Fakor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Dini

Dari hasil penelitian dengan beberapa informan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pernikahan dini yaitu faktor ekonomi, faktor kemauan sendiri, faktor media massa, faktor pendidikan dan faktor orang tua. Seperti dijelaskan pada tabel 4.6.dibawah ini.

Tabel 4.6 Pengetahuan Remaja tentang Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Dini

Informan Jawaban

(52)

2 Semasa saya masih duduk disekolah saya sering sekali bermain diwarnet dengan teman-teman, dan saya sering menonton film-film yang belum pantas saya lihat semasa saya masih sekolah, karena dengan apa yang telah saya lihat, saya selalu penasaran dengan apa yang saya lihat dan saya ingin mencobanya dan setiap saya jumpa kekasih saya apabila ada kesempatan saya selalu berciuman dengannya.

3 Lingkungan desa kami mayoritas remajanya tamatan SMA dan menurut mereka dengan lulusnya sekolah SMA sudah bisa mengurangi beban orang tua mereka, bahkan saya semasih SMP telah disuruh menikah oleh ke-2 orang tua saya, karena orang tua saya beranggangapan kalau saya tidak menikah cepat takut saya tidak ada yang mau melamar atau tidak ada yang mau menikahi saya. 4 Kurangnya pengetahuan tentang pernikahan dimasa saya

sekolah, yang mana saya cuman lulusan SD Saya merasa pernikahan adalah hal yang biasa...jadi dari itu saya menikah dini...

5 Pernikahan dini adalah hal yang membantu saya untuk menggangkat derajat orang tua saya yang mana dulunya orang tua saya adalah sorang buruh dan sekarang telah memiliki kedai sembangko sendiri...

(53)

1. Remaja dan Pengetahuan Remaja tentang pernikahan dini

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat remaja yang mengerti tentang akibat yang ditimbulkan melakukan pernikahan dini dan ada yang tidak mengerti tentang akibat yang ditimbulkan melakukan pernikahan dini. Seperti dijelaskan pada tabel 4.7 dibawah ini.

Tabel 4.7 Pengetahuan Remaja tentang Akibat Yang Ditimbulkan Melakukan Pernikahan Dini

Informan Jawaban

1 Sebenarnya saya menyesal tapi gimana lagi saya harus terima karena saya mau membantu meringankan beban orang tua saya.

2 Kalau anak se usia saya ini biasanya jalan-jalan, main-main, kumpul-kumpul bareng temen, kadang saya merasa iri dengan mereka tapi ya sudahlah karena ini sudah menjadi nasib saya. 3 Sering terjadi pertengkaran seperti saya ini gara-gara hal

sepele bisa bertengkar hebat tidak ada dewasa-dewasanya menghadapi masalah ini.

4 Awalnya mungkin dengan melihat orang yang melakukan pernikahan dini tuh enak, tapi sesudah itu banyak yang bercerai karena bertengkar masalah sepele.

Dan apabila wanita itu tertekan batin karena tekanan suami bisa menyebabkan psikologis ibu dan bayi terganggu.

5 Pernah denger-denger kalau orang melakukan pernikahan dini kalau wanita itu hamil daan melahirkan bisa terjadinya kematian bayi dan kematian ibu.

[image:53.595.114.510.287.570.2]
(54)

4.3.3.Pengetahuan Remaja tentang Cara Mencengah Agar Tidak Terjadi Pernikahan Dini

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdapat semua remaja yang mengerti tentang cara mencengah agar tidak terjadi pernikahan dini, tetapi mereka tetap melakukan pernikahan dini tersebut. Seperti dijelaskan pada tabel 4.8 dibawah ini.

Tabel 4.8 Pengetahuan Remaja tentang Cara Mencengah Agar Tidak Terjadi Pernikahan Dini

Informan Jawaban

1 Kalau menurut saya orang tua jangan paksa anak-anaknya terutama anak perempuan, orang tua harus tau dengan siapa anaknya bergaul terus jangan terlalu mengengkang anak biarkan si anak bebas tapi bebas tau aturan dan bisa mebedakan mana yang baik dan yang tidak. Terus pengetahuan agama pada anak itu lebih ditingkatkan agar dalam berpacaran dapat mengontrol...tidak terbawa nafsu 2 Ya pendidikan agama lebih ditingkatkan lagi biar banyak

ilmunya dan paham tentang aturan dalam agama

3 Kalau saya ya kalau bisa ekonomi orang tua harus mapanlah biar anak-anaknya tidak putus sekolah terus tidak dinikahkan cepat terus sekolah tinggi-tinggi biar pengetahuannya luas 4 Ya kalau bisa anaknya dapat disekolahkan tinggi-tinggi terus

anaknya itu benar-benar diberikan pendidikan agama sama orang tuanya tentang aturan agama

5 Orang tua jangan memaksa anaknya untuk menikah dengan pilihannya, kalau bisa anaknya disekolahkan tinggi-tinggi biar pengetahuannya makin luas juga pengetahuan agama ditingkatkan supaya menghindari pergaulan yang tidak baik Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa seluruh informan menyatakan bahwa dengan sekolah tinggi dapat mencegah terjadinya pernikahan di usia dini. 4.3.4.Dampak Pernikahan Dini

[image:54.595.114.512.302.618.2]
(55)

tentang dampak pernikahan dini. Seperti apa yang dijelaskan pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Pengetahuan Remaja tentang Dampak Yang Terjadi Akibat Melakukan Pernikahan Dini

Informan Jawaban

1 Kalau dampaknya itu banyak sekali kak, terjadinya keguguran terhadap bayi dan kematian ibu yang dikarenakan belum matangnya organ-organ reproduksi karena perempuan melangsungkan pernikahan yang belum cukup umur, keracunan kehamilan, cacat bawaan pada sibayi dan lain-lain lah kak.

Komunikasi saya dengan suami baik-baik saja kak malah romantis, kalau perubahan pada saya saya merasa agak gemukan sedikit lah.

2 Ya kalau dampaknya itu kak gaak ada siech kak menurut saya baik-baik saja.

Ya baik- saja lah komunikasinya.

Cuman perubahan pada diri saya agak kurus saya

3 Apa ea kak dampaknya mungkin adanya hambatan-hambatan dalam persalinan seperti panggul sempit, ibu kekurangan darah dan persalinan yang lama gt lah

4 Dampaknya apa ea gaak ada lah baik-baik saja.

Namanya rumah tangga kadang ada bertengkarnya kadang ea baik-baik saja lah.

Perubahan pada diri saya gaak ada biasa-biasa saja.

5 Kalau menurut saya dampak melakukan pernikahan dini gaak ada karena saya ingin membantu kedua orang tua saya ingin meringan kan beban kedua orang tua saya.

Baik-baik saja, tidak ada perubahan pada diri saya.

(56)

4.3.5.Sikap Remaja

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap remajayang mengerti tentang pernikahan dini merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang dikalangan remaja.

[image:56.595.112.510.375.594.2]

Penelitian sarwono (2006) menemukan sikap orang tua yang masih jarang membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tua ke anak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya kepada teman. Seperti dijelaskan pada tabel 4.10

Tabel 4.10 Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Merupakan Salah Satu Bentuk Perilaku Menyimpang Dikalangan Remaja

Informan Jawaban

1 Ya tidak lah itu tergantung orang itulah, apakah orang itu memang faktor menyimpang tadi kayak hamil duluan atau hamil sebelum nikah karena pacaranya tidak sehat atau ada faktor lainnya seperti dipaksa menikah sama orang tuanya 2 Tidak setuju kan tidak semua orang menikah dini itu karena

“kecelakaan”, seperti saya inilah untuk membantu meringankan beban tanggungan keluarga

3 Saya setuju karena banyak remaja sekarang melakukan pernikahan dini karena mereka terpengaruh dengan media massa seperti adanya video-video porno itu

4 Tidaklah, mungkin memang takdirnya seperti itu mau diapain lagi?

(57)

4.3.6 Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Dapat Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga/Orang Tua

[image:57.595.114.512.281.508.2]

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapat remaja yang berpikir menikah dini dapat mengurangi beban ekonomi keluarga/orang tua dan ada juga remaja yang tidak mengerti dengan hal itu. Seperti dijelaskan pda tabel 4.11 Tabel 4.11 Sikap Remaja tentang Pernikahan Dini Dapat Mengurangi Beban Ekonomi Keluarga/Orang Tua

Informan Jawaban

1 Ya gak papa lah kak, itu sikap yang bagus, seperti saya ini karena mengurangi utang orang tua saya maka saya terima perjodohan itu. Menurut saya bisa-bisa saja, gaak ada masalah 2 Kalau menurut saya sangat lah kasihan kalau ambil jalan

seperti menikah dini, karena dia berumahtangga bukan berlandaskan cinta tapi paksaan orang tua. Jadi saya kurang setuju kalau ada seperti itu karena mengurangi beban ekonomi keluarga

3 Setuju saya itu, ya seperti saya inilah, tapi sekarang banyak dilakukan karena untuk kesenangan sesaat aja

4 Saya setuju karena sama saja seperti saya ini

5 Ya kalau mau mengurangi beban orang tua bukan menikah dini, kita bisa bekerjalah! Itu berarti melepaskan tanggung jawab bukan mengurangi beban orang tua

(58)

4.3.7 Sikap Remaja tentang Pernikahan Akibat Seks Diluar Nikah

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti didapat remaja yang berpikir tidak semua menikah dini itu diakibatkan karena akibat seks diluar nikah, ada yang karena faktor ekonomi, faktor kemauan sendiri, seperti yang dijelaskan pada tabel 4.12

Tabel 4.12 Sikap Remaja tentang Pernikahan Akibat Seks Diluar Nikah

Informan Jawaban

1 Saya kurang setuju, karena tidak semua orang melakukan pernikahan dini karena akibat hamil duluan atau hamil diluar nikah

2 Tidak semua orang melakukan pernikahan dini karena faktor seks dikuar nikah tetapi bisa juga faktor ekonomi atau karena kemauan sendiri

3 Yaa...gitu lah, kebanyakan orang melakukan pernikahan dini tadi karena kecelakaan, mau tidak mau harus menikah

4 Saya setuju, hal tersebut bisa terjadi

(59)

4.3.8 Sikap Remaja Terhadap Saudara Atau Teman Sebaya Yang Berkeinginan Melakukan Pernikahan Dini

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdapat remaja yang setuju dan tidak setuju ketika ada saudara atau teman sebaya yang berkeinginan melakukan pernikahan dini. Remaja memberikan informasi dulu kepada saudara atau temen yang berkeinginan melakukan pernikahan dini tentang resiko apa-apa saja yang akan dihadapi kedepannya. Seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.3. Tabel 4.13 Sikap Remaja Terhadap Saudara Atau Teman Sebaya Yang Berkeinginan Melakukan Pernikahan Dini

Informan Jawaban

1 Saya setuju, tapi saya cerita dulu sama dia baik buruknya melakukan pernikahan dini, biar temen atau saudara itu mengerti dan bisa ambil hikmahnya dari semua masalah ini 2 Yaa kalau awalnya untuk mengurangi beban orang tua gaak

apa-apa, tapi kalau untuk bersenang-senang gak boleh lah menurut saya itu diharamkan dalam agama

3 Kalau bisa sih jangan takutnya ntar menyesal dianya. Ya jangan terikut kayak saya, saya aja udah menyesal

4 Ya kalau menurut saya masih bisa dilarang ya jangan lah dulu tapi kalau gak bisa apa boleh buat

5 Sebaiknya janganlah dulu tunggu sampai dewasalah, karena kayak saya ini sekarang ada juga merasa menyesal. Ya kalau melihat temen-temen, mereka bisa kemana-mana

[image:59.595.111.512.331.546.2]
(60)

4.4 Tindakan Remaja Yang Melakukan Pernikahan Dini

Keputusan informan untuk berubah tangga di usia yang masih muda di pengaruhi beberapa faktor baik dari dalam diri informan itu sendiri maupun pengaruh dari lingkungan sosial sekitarnya.

Tabel 4.14 Tindakan Remaja Berdasarkan Hal Yang Mendorong Remaja Untuk Melakukan Pernikahan Dini

Informan Jawaban

1 Kalau saya menikah ada yang menafkahi saya dan tidak terlantar lagi maksud saya sekolah saya putus jadi sekalian meringankan beban ekonomi orang tualah makanya saya menikah cepat

2 Awalnya saya menolak perjodohan ini, tapi karena saya ingin bahagiakan kedua orang tua saya maka saya terima perjodohan ini

3 Yaa karena pacar saya hamil...karena ketidak segajaan saya jadi saya harus bertanggung jawab

4 Faktor karena saya pacaran itu sudah berlebihan gitu sehingga dalam berpacaran itu saya udah tidak wajar. Jadi saya harus cepat menikahinya karena pacar saya hamil

5 Ini memang kemauan saya sendiri apalagi saya waktu itu putus sekolah gaak ada biaya jadi ingin rasanya saya meringankan tanggungan orang tua saya, ea jadi saya nikah aja lah

[image:60.595.112.509.265.520.2]
(61)

4.5. Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdapat remaja yang mengerti tentang dampak-dampak pernikahan dini yang terjadi pada kesehatan reproduksi. Pada saat remaja itu hamil mereka merasa ketakutan dan remaja tersebut belum siap mengetahui perubahan fisik maupunmental yang akan dialaminya setelah mereka punya anak dan kepada remaja yang sudah punya anak mereka merasa senang karena mereka sudah siap dengan perubahan-perubahan pada kesehatan reprpoduksinya. Seperti dijelaskan pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi

Informan Jawaban

1 Pada saat hamil yang saya rasakan waktu itu ketakutan, saya berpikir untuk menggugurkan kandungan, sempat meminum jamu-jamu atau pun mengkonsumsi buah nanas.

Setelah saya menikah saya sering cek ke bidan, 1 bulan sekali. Kata bidannya saya harus sering periksa, karena saya lemas kata bidannya, jadi harus sering dikasih vitamin.

Saya melahirkan dirumah, anakku susah lahir, katanya aku gaak kuat ngedan, harus di infus biar kuat katanya tapi untunglah bayiku lahir selamat, 3 kg beratnya. Waktu lahir badannya agak biru katanya dah itu dililit tali pusat bidannya bilang, makanya harus dipukul-pukul bidan kalau sekarang agak sering sakit-sakit mungkin karena pengaruh lilitan tali pusat itu ya.

2 Ya saya binggung tidak tahu harus berbuat apa, kalau dipikir-pikir saya sebenernya belum siap.

Memeriksakan kandungan ke petugas kesehatan ya...saya rutin, 2 kali sebulan. Kata bidannya kandungan saya baik-baik saja dan saya kurang darah mungkin saya masih muda dan makan pun agak kurang jadi saya sering disuntik penambah darah sama bidannya.

3 Saat hamil yang saya rasakan takut, tapi aku banyak dikasih tau ibu, saya akan muntah-muntah, pokoknya ibu saya dah bilang, jadi kalau ada yang aku ingin tanyain langsung ke ibu, dia kan dah pengalaman.

(62)

baik-baik semua.

4 Saat hamil ya...rasanya takut, tapi aku banyak dikasih tahu ibu, saya akan muntah-muntah, pokoknya ibu saya dah bilang, jadi ada yang aku ingin tanyain langsung ke ibu, karena ibu dah pengalaman.

Periksa kandungan satu kali 4 bulan, karena aku kuat makan jadi kata ibuku harus kuat makan jadi bayi aku sehat nanti. Saat memeriksakan kandungan katanya saya sehat, bayi saya juga sehat, saya memeriksakan kandungan ke bidan.

Kalau melahirkan saya emang dirumah, masalah waktu melahirkan ya aku sempat diinfus, terus ada di suntikkan warna merah ke dalam botol aku lihat. Waktu itu aku sempat pucat siap melahirkan, karena banyak mengeluarkan darah. Aku kan dijahit jadi agak lama pulihnya, sebulan lah

Ya bayiku syukurlah selamat. Bidannya bilang berat badan sekitar 3 kilogram, masalah pada bayi saya gaak ada sehat-sehat saja, langsung nangis kok waktu lahir.

Keadaan anak saya sekarang? Sehat-sehat saja, lincah dia. 5 Ya capa siech yang tidak senang hamil ya pasti senang lah,

dah bisa hamil, banyak diluaran sana susah hamil, ya nikah aku cepat, cepat juga dapat anak itu rejeki.

Kalau periksa kandungan saya rutin siech, kata bidanya harus sering paling lama 2 kali se bulan.

Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa 4 informan pada saat hamil merasa ketakutan karena informan merasa belum pernah merasakan kehamilan sebelumnya dan belum siap mengetahui perubahan fisik maupun mental yang akan dialami pada nantinya. Dan 1 informan mengatakan senang dengan kehamilannya karena ini kehamilan yang ditunggu-tunggunya.

(63)

II. Pengetahuan Orangtua Remaja Tentang Pernikahan Dini

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap orang tua remaja yang mengerti tentang usia pernikahan yang ideal, tapi walaupun orang tua remaja mengerti tentang usia pernikahan yang ideal orang tua remaja tersebut tetap menyuruh anaknya melakukan pernikahan dini karena dapet mengurangi beban ekonomi, takut tidak laku anaknya atau tidak ada yang mau menikahi putrinya nanti. Seperti yang dijelaskan pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Pengetahuan Orangtua Remaja Tentang Usia Pernikahan Yang Ideal

Informan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 4.1 Informan Remaja
Tabel 4.4 Pengetahuan Remaja tentang Usia Pernikahan yang Ideal
Tabel 4.5  Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Dini
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa ahli yang mencoba meneliti pengaruh dari tayangan agresif terhadap anak menemukan bahwa tayangan yang mengandung kekerasan mempengaruhi anak

Berdasarkan hal ini, labu kuning sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam makanan, kosmetik dan farmasetikal (Quintana et al. Berdasarkan penerimaan dan

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan agar keputusan yang diambil oleh otoritas yang berwenang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, diajukan satu sistem IFFN

This study investigated the pyrolysis of waste oils in the presence of a spent catalyst, as well as the regeneration properties of the spent catalyst, such as the type of

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lantai bangunan berpengaruh pada efisiensi biaya bekesting semi modern terhadap bekesting konvensional.Pada bangunan

Faktor psikologis emosi pada beberapa anak dapat memicu gejala dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat perilaku yang dijumpai pada anak

a. Kemampuan motorik halus. a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan. 1) Memasukan benda kedalam wadah. 2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air. 3) Menggambar, menyusun kubus

Menguasai bahasa pemrograman saja tidak berarti anda bisa membuat websitenya tanpa bantuan, jadi anda perlu belajar cara membuat website dengan menggunakan