• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMMADIYAH 08 MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

O l e h:

MEISHI P R L NIM. 071000080

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

MUHAMMADIYAH 08 MEDAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

MEISHI P R L NIM. 071000080

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011

(3)

Skripsi Dengan Judul

MUHAMMADIYAH 08 MEDAN TAHUN 2011 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

MEISHI PRL NIM : 071000080

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 Oktober 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi) (Dra. Jumirah, Apt, MKes) NIP. 19670613 199303 1 004 NIP. 19580315 198811 2 001

Penguji II Penguji III

(Ernawati Nasution, SKM, MKes) (Fitri Ardiani, SKM, MPH) NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19820729 200812 2 002

Medan, Nopember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) NIP. 19610831 198903 1 001

(4)

Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Anak yang mengalami karies gigi menjadi malas makan dan akhirnya dapat menyebabkan kekurangan gizi. Konsumsi makanan kariogenik diduga meningkatkan karies gigi pada anak. Juga, jenis, cara mengonsumsi dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan kejadian karies gigi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SD Muhammadyah 08 Medan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak- anak SD Muhammadyah 08 Medan yang berusia 5-8 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah 78 anak SD. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu anak-anak kelas III SD Muhammdyah 08 Medan. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan kariogenik. Data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan langsung oleh dokter gigi, dan data tentang pemeliharaan kesehatan gigi diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah. Hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan kariogenik anak SD Muhammdyah 08 Medan termasuk dalam kategori tinggi yaitu 67,90% dan didapatkan prevalensi karies gigi sebesar 94,10%. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak SD Muhammdyah 08 Medan (p= 0,000 ).

Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS dan bagi anak-anak sebaiknya meningkatkan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mengurangi atau membatasi makanan yang bersifat kariogenik.

Kata Kunci: makanan kariogenik, karies gigi, anak SD

(5)

Dental caries is one of the main problems in dental and mouth health, especially for elementary school children. The effect of dental caries is dental pain, which can make decreasing appetite in a children, and finally it causes nutritional deficiency away children. The cariogenic food consumption is estimated can increase incidence of dental caries. Also, kinds, the way of food consumption and frequency to eat cariogenic food can increase incidence of dental caries. The research aims to know the relationship between cariogenic food consumption level and the dental caries at the elementary school children Muhammadyah 08 Medan.

This research is a descriptive, with cross sectional design. Population in this research are children in Elementary School of Muhammadyah 08 Medan who have 5-8 year old. Samples consisted of 75-8 elementary school children. Sampling methods was conducted by purposive sampling of children in third grade in Elementary School of Muhammadyah 08 Medan. The primary data is taken by using food frequency questionnaire regarding the cariogenic food consumption level. The data on dental caries is obtained from direct checking by dentist, and the data regarding the dental care obtained from the interview using the questionnaire. The cariogenic food consumption level and the dental caries was analyzed by using Chi-Square test.

The result indicates that the cariogenic food consumption level was in high category of 67,90% and dental caries prevalence in the amount of 94,10%. The result of Chi-Square test indicates that there is significant relationship between cariogenic food consumption level and the dental caries, (p= 0,000).

It is recommended that health care providers to increase the extension regarding dental and mouth health care through “Usaha Kesehatan Gigi Sekolah” or “Unit of School Dental Health” program and for children to increase dental health care and to restrict cariogenic food consumption.

Key Words : cariogenic food, dental caries, elementary school children

(6)

Nama : Meishi P R Lumban Toruan Tempat/ Tanggal Lahir : Paya Mabar/ 13 Mei 1989

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 5 orang

Alamat Rumah : Jl. Pramuka No.30 Tebing Tinggi

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan Kasih-Nya yang melimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011” yang merupakan salah satu syarat bagi saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda M. Lumban Toruan (Alm) dan ibunda P. Pangaribuan, juga kepada saudara-saudara saya B’Andri, K’Winda, Friska, Ribka, Maya dan Whisnu yang telah memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama penulis mengikuti pendidikan ini.

Saya juga mengecapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Dosen Pembimbing I sekaligus Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing, mendidik dan memberi banyak masukkan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.

5. Bapak Rahmat Fajar, S.Ag selaku Kepala Sekolah dan seluruh guru, staff dan murid-murid SD Muhammadyah 08 Medan.

6. Semua dosen dan pegawai Administrasi di FKM USU, khusunya pada Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat juga kepada Bang Marihot Samosir, ST yang sudah banyak membantu saya.

7. Sahabat-sahabat terbaik saya Rani, Imelda, Riska, Agnes, Pitha, Irest yang memberi dukungan dan turut membantu saya selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.

8. Teman-teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat ( K’Vero, Astriana, Cempaka, Eneng, Yunet, Fitri, K’Elsa, K’Elvrina, K’Rina dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan) yang selalu memberi motivasi dan bantuan selama mengerjakan skripsi ini.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua dan saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2011 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi ... 11

2.3.1. Faktor Dalam ... 11

2.3.2. Faktor Luar ... 11

2.4. Proses Terjadinya Karies Gigi ... 15

2.4.1. Pembentukan Karies ... 16

2.4.2. Proses Penjalaran Karies ... 16

2.5. Bentuk-bentuk Karies Gigi ... 18

2.5.1. Berdasarkan Cara Meluasnya ... 19

2.5.2. Berdasarkan Stadium (Kedalamannya) ... 20

2.5.3. Berdasarkan Lokalisasi Karies ... 21

2.5.4. Berdasarkan Banyaknya Permukaan Gigi yang Terkena Karies ... 22

26. Pengukuran Keaktifan Karies ... 22

2.7. Hubungan Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi ... 24

(10)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 28

4.6. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi ... 41

4.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi ... 42

4.8. Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies gigi .... 43

BABV PEMBAHASAN ... 44

5.1. Jenis Makanan Kariogenik dan Cara Mengonsumsinya ... 44

5.2. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi ... 45

5.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi ... 47

5.4. Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Lampiran 2. Formulir Food Frecuency

Lampiran 3. Master Data

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi Angka Karies Gigi Menurut WHO ... . 24 Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Muhammadyah

08 Medan Tahun 2011 ... .. 36 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD

Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 36 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SD Muhammadyah 08

Medan Tahun 2011 ... .. 37 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Gigi

di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 37 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan yang

Bersifat Kariogenik di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 38 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Bersifat

Kariogenik di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 38 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengonsumsi Makanan

yang Bersifat Kariogenik di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun

2011 ... .. 39 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeliharaan Kesehatan Gigi di

SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 40 Tabel 4.9. Tabulasi Silang Frekuensi Makan Makanan Kariogenik dengan

Karies Gigi Menurut Kedalamannya di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 41 Tabel 4.10. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Karies Gigi Menurut

Kedalamannya di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011 ... .. 42 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1. Gigi dan bagian-bagiannya ... 10 Gambar. 2.2. Kerangka Konsep Kaitan antara Makanan Kariogenik, Jenis

Kelamin dan Perilaku Kesehatan Gigi Individu dengan Karies Gigi ... 27

(13)

Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut, khususnya pada anak usia sekolah dasar. Anak yang mengalami karies gigi menjadi malas makan dan akhirnya dapat menyebabkan kekurangan gizi. Konsumsi makanan kariogenik diduga meningkatkan karies gigi pada anak. Juga, jenis, cara mengonsumsi dan frekuensi makan makanan kariogenik diduga dapat meningkatkan kejadian karies gigi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SD Muhammadyah 08 Medan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak- anak SD Muhammadyah 08 Medan yang berusia 5-8 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah 78 anak SD. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive, yaitu anak-anak kelas III SD Muhammdyah 08 Medan. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan kariogenik. Data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan langsung oleh dokter gigi, dan data tentang pemeliharaan kesehatan gigi diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen sekolah. Hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan kariogenik anak SD Muhammdyah 08 Medan termasuk dalam kategori tinggi yaitu 67,90% dan didapatkan prevalensi karies gigi sebesar 94,10%. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak SD Muhammdyah 08 Medan (p= 0,000 ).

Disarankan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS dan bagi anak-anak sebaiknya meningkatkan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mengurangi atau membatasi makanan yang bersifat kariogenik.

Kata Kunci: makanan kariogenik, karies gigi, anak SD

(14)

Dental caries is one of the main problems in dental and mouth health, especially for elementary school children. The effect of dental caries is dental pain, which can make decreasing appetite in a children, and finally it causes nutritional deficiency away children. The cariogenic food consumption is estimated can increase incidence of dental caries. Also, kinds, the way of food consumption and frequency to eat cariogenic food can increase incidence of dental caries. The research aims to know the relationship between cariogenic food consumption level and the dental caries at the elementary school children Muhammadyah 08 Medan.

This research is a descriptive, with cross sectional design. Population in this research are children in Elementary School of Muhammadyah 08 Medan who have 5-8 year old. Samples consisted of 75-8 elementary school children. Sampling methods was conducted by purposive sampling of children in third grade in Elementary School of Muhammadyah 08 Medan. The primary data is taken by using food frequency questionnaire regarding the cariogenic food consumption level. The data on dental caries is obtained from direct checking by dentist, and the data regarding the dental care obtained from the interview using the questionnaire. The cariogenic food consumption level and the dental caries was analyzed by using Chi-Square test.

The result indicates that the cariogenic food consumption level was in high category of 67,90% and dental caries prevalence in the amount of 94,10%. The result of Chi-Square test indicates that there is significant relationship between cariogenic food consumption level and the dental caries, (p= 0,000).

It is recommended that health care providers to increase the extension regarding dental and mouth health care through “Usaha Kesehatan Gigi Sekolah” or “Unit of School Dental Health” program and for children to increase dental health care and to restrict cariogenic food consumption.

Key Words : cariogenic food, dental caries, elementary school children

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Mulut yang sehat memungkinkan individu untuk berbicara, makan dan bersosialisasi tanpa mengalami rasa sakit, rasa tidak nyaman, maupun rasa malu. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka. Mengingat kegunaannya yang demikian penting maka penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang sangat luas penyebarannya, dan merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia, bahkan di negara-negara industri. Di negara-negara-negara-negara yang sedang berkembang ada kecenderungan peningkatan prevalensi karies gigi sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan kurangnya pemanfaatan fluor.

(16)

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85. Riskesdas juga melaporkan angka prevalensi pengalaman karies penduduk umur 12 tahun di Indonesia adalah 36,1% dan skor DMFT adalah 0,91 (Depkes RI, 2000).

Dunia kedokteran gigi menganggap karies gigi menjadi penting karena karies gigi dapat menyerang siapa saja tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi dan jika dibiarkan berlanjut akan menjadi sumber infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, dan berbagai kasus berbahaya, termasuk kematian (Panjaitan, 1995).

Menurut Beck yang dikutip oleh Hidayanti (2005) penyakit karies gigi bersifat progresif serta akumulatif, berarti bila ada kelainan yang tidak diobati kian lama kian bertambah parah, dan gigi yang sudah terkena tidak dapat kembali normal dengan sendirinya. Selain itu pengobatan terhadap gigi yang rusak juga menghabiskan waktu dan biaya yang mahal. Oleh karena itu, pencegahan terjadinya kerusakan gigi jauh lebih baik daripada merawat gigi yang sudah rusak.

(17)

yang disukai anak-anak seperti permen, coklat, es krim dan selai. Oleh karena itu anak-anak rentan terhadap karies gigi.

Dampak yang terjadi bila sejak awal sudah mengalami karies adalah berkurangnya frekuensi kehadiran anak ke sekolah atau meningkatnya hari absensi anak-anak serta mengganggu konsentrasi belajar, selain itu juga dapat mempengaruhi nafsu makan dan intake gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang pada gilirannya akan mempengaruhi status gizi anak yang berimplikasi pada kualitas sumber daya. Hal yang perlu diperhatikan khususnya pada anak-anak usia sekolah dasar, struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur yaitu antara gigi sulung dan gigi permanen sehingga masih sangat rentan terjadinya karies gigi.

Berdasarkan survei pendahuluan peneliti, makanan jajanan yang paling banyak dijual di SD Swasta Muhammadyah 08 Medan adalah makanan bergula seperti permen, es krim, roti berselai, molen dan coklat. Semua makanan jajanan ini sangat memicu terjadinya karies gigi apalagi tidak disertai dengan pemeliharaan kebersihan gigi yang baik.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana 2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui persentase anak yang menderita karies gigi di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

2. Untuk mengetahui jenis makanan kariogenik yang paling sering dikonsumsi anak penderita karies gigi di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

3. Untuk mengetahui cara mengonsumsi makanan kariogenik pada anak penderita karies gigi di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

4. Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi bagi anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan mengenai konsumsi makanan untuk kesehatan gigi serta pemeliharaan kesehatan gigi.

2. Sebagai masukan dan informasi mengenai konsumsi makanan kariogenik untuk kesehatan gigi anak bagi puskesmas di dalam meningkatkan program UKGS. 3. Sebagai masukan dan informasi mengenai konsumsi makanan kariogenik untuk

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut.

Kariogenitas suatu makanan tergantung dari : 1. Bentuk fisik

Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang mudah menempel pada permukaaan gigi dan sela-sela gigi yang jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies gigi. Selain itu karbohidrat dalam bentuk tepung yang mudah hancur di dalam mulut juga harus dihindari, misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain, (Suwelo 1992).

(21)

2. Jenis

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Sukrosa banyak tergantung pada makanan manis dan camilan (snack) seperti roti, coklat, permen dan es krim (Pratiwi, 2009).

3. Frekuensi konsumsi

Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2002).

Terlalu sering ngemil akan membuat saliva dalam rongga mulut tetap dalam suasana asam akibatnya gigi akan semakin rentan terhadap karies. Beberapa hasil penelitian menganjurkan supaya makanan dan minuman yang bersifat kariogenik jangan dikonsumsi sepanjang hari tetapi sebaiknya dikonsumsi pada tiga waktu makan utama, hal ini dapat mengurangi resiko karies. (Houwink, 1993)

4. Cara mengonsumsi

(22)

tinggi dari pada orang yang mengulum makanan / oral clearance time pendek (Tarigan, 1995).

2.2. Karies Gigi

2.2.1. Bagian Gigi dan Fungsinya

Menurut Rahmadhan (2010) gigi terdiri dari dua jaringan yaitu jaringan keras di luar mencakup email dan dentin serta jaringan lunak didalamnya yaitu pulpa. Email merupakan jaringan keras pelindung gigi yang menutupi seluruh permukaan gigi. Jaringan yang berwarna putih ini merupakan jaringan yang paling keras di dalam tubuh, bahkan lebih keras dibanding tulang. Email tidak mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali, jadi sekali rusak maka email tidak akan bisa kembali seperti semula.

Dentin merupakan lekukan utama dalam ujung gigi yang menyerupai tulang, berwarna kuning dan lebih lunak dibandingkan email, dentin memiliki kemampuan untuk tumbuh. Pertumbuhan dentin tidak mengarah ke luar permukaan gigi, melainkan ke arah pulpa, sehingga gigi tidak akan bertambah besar dengan pertumbuhan dentin ini.

(23)

Bagian lain yaitu ada juga yang dinamakan mahkota yaitu bagian yang menonjol dari rahang, akar yaitu bagian yang tertanam dalam rahang serta sementum yaitu lapisan yang keras di sekeliling akar (Budiyono, 2011).

Gigi-geligi yang ada di mulut termasuk golongan gigi heterodont karena bentuknya yang bemacam-macam dan fungsinya pun berbeda-beda. Secara umum gigi bisa dibagi menjadi empat jenis (Rahmadhan, 2010) :

1. Gigi insisif atau gigi seri

Gigi ini berbentuk persegi panjang, dan berfungsi untuk memotong makanan. Gigi ini terletak dibagian yang paling depan di tengah lengkung gigi, ada empat buah di rahang atas maupun di rahang bawah.

2. Gigi kaninus atau gigi taring

Gigi taring berada di sebelah gigi insisif, berbentuk panjang dengan ujung yang runcing. Gigi ini berfungsi untuk mengoyak atau menyobek dan memotong makanan. Gigi ini berjumlah empat buah, dua di rahang atas dan dua di rahang bawah.

3. Gigi premolar atau gigi geraham kecil

(24)

4. Gigi molar atau gigi geraham besar

Gigi molar berada di samping gigi premolar, bentuknya seperti kotak dan ukurannya besar. Gigi ini paling berperan dalam penghalusan makanan. Totalnya ada dua belas buah, enam di rahang atas dan enam di bawah.

Gigi juga sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf - huruf tertentu seperti huruf T,V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak akan terdengar dengan sempurna. Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa sederetan gigi yang rapi dan bersih, hal ini menunjukkan peran gigi dalam hal estetika.

Banyak hal yang terjadi apabila gigi hilang, diantaranya gangguan pengunyahan makanan, susunan gigi yang menjadi tidak teratur (maloklusi), tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang, dan penyakit pada jaringan periodontal.

Berikut ini merupakan gambar gigi beserta bagian-bagiannya:

Sumber: dentis raz blog

(25)

2.2.2. Defenisi Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure dan daerah interproximal) meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 1995).

Kata karies, dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Ker” artinya kematian. Dalam bahasa Latin berarti kehancuran. Pembentukan lobang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai lubang. Lubang ini terbentuk pada permukaan gigi yang terbuka yaitu mahkota gigi (Srigupta, 2004).

Karies merupakan suatu proses kronis, regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan dari bakteri), selanjutnya timbul destruksi komponen-komponen organik, yang akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Schuurs, 1992). 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

2.3.1. Faktor dalam

Menurut Panjaitan (1995), ada empat faktor yang langsung berhubungan dengan karies gigi yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikrooorganisme, substrat dan waktu.

(26)

karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi susu tidak sepadat gigi tetap. Hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.

(27)

berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).

Menurut Panjaitan (1995), Streptokokus mempunyai sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang peranan utama dalam proses karies gigi yaitu : (1) memfermentasikan berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga mengakibatkan penurunan Ph. (2) membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian menghasilkan asam terus-menerus. (3) mempunyai kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Dekstran menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi. (4) mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi.

(28)

karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.

Kecepatan pembentukan plak tergantung pada konsistensi, macam dan keras lunaknya makanan. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan mempunyai sedikit atau sama sekali tidak mempunyai efek membersihkan pada gigi geligi. Makanan yang sifatnya lengket seperti permen dan dodol memegang peranan penting dalam pembentukan plak.

Pembentukan plak yang sangat tebal pada pola makan dengan sukrosa disebabkan adanya pembentukan ekstraseluler matriks (dekstant) yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa, glukosa ini dengan bantuan streptokokus mutans membentuk dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Fruktosa juga dipecah dengan bantuan mikroorganisme plak menjadi levan yana menjadi sumber bahan makanan mikroorganisme plak sumber kekurangan karbohidrat dalam mulut.

(29)

Karies akan terjadi bila kondisi setiap faktor tersebut saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

2.3.2. Faktor Luar

Menurut Tarigan (1995), beberapa faktor luar yang juga mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu usia, jenis kelamin, ras / suku bangsa, letak geografis, kultur sosial penduduk serta kesadaran, sikap dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi.

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. Umur yang paling rentan menderita karies gigi adalah 4-8 tahun untuk gigi primer dan 12-18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen (Wong, 2008).

(30)

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan kejadian karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.

Keadaan geografis berpengaruh dalam hal terjadinya karies karena kandungan fluor air minum. Bila air minum mengandung fluor 1 ppm maka gigi mempunyai daya tahan terhadap karies tetapi bila air minum mengandung lebih besar dari 1 ppm maka akan terjadi Mottled teeth yang menyebabkan kerusakan email berupa bintik-bintik hitam. Pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet dan kebiasaan merawat gigi merupakan faktor yang mempengaruhi kultur sosial penduduk .

Fase perkembangan anak- anak masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam masa tersebut datang dari ibunya. Peranan ibu sangat mementukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Demikian juga keadaan kesehatan gigi dan mulut anak usia prasekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap dan perilaku serta pendidikan ibunya.

2.4. Proses Terjadinya Karies Gigi 2.4.1. Pembentukan karies

(31)

penting akan tetapi keempat faktor tersebut harus saling mempengaruhi. Kuman yang sangat kecil memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan lubang. Kuman-kuman ini menghasilkan asam yang melarutkan email permukaan gigi dan membentuk suatu lubang.

Kuman-kuman tersebut menempel pada permukaan gigi dan bagian yang tidak dicuci dengan air liur. Air liur, makanan dan permukaan gigi menyediakan perlindungan bagi bakteri dalam mulut untuk menempati dan membentuk suatu koloni. Bahan yang lengket dan bakteri membuat suatu endapan, yang dikenal dengan plak (Srigupta, 2004).

Di dalam plak, 70% lapisan yang menutupi gigi, volumenya terdiri dari bakteri, dibentuk asam dari karbohidrat yang mengakibatkan turunnya pH lokal yang normal. Penurunan ini mengganggu keseimbangan antara jaringan gigi, biasanya email, dan lingkungan (Schuurs, 1992).

(32)

lubang yang sangat kecil diatas permukaan gigi dan pada akhirnya membentuk lubang yang besar (lubang berwarna hitam), inilah lubang gigi. Hingga pada keadaan ini proses tidak menyakitkan (Srigupta, 2004).

2.4.2.Penjalaran Proses Karies

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui prismata dan lewat perluasan “lubang fokus” tapi belum sampai kavitasi. Kavitasi baru muncul apabila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitas yang makroskopis dapat dilihat. Bila lesi mencapai dentin, pulpa langsung akan terlibat proses, lewat cabang-cabang odontoblas di dalam kanal-kanal dentin. Lewat email yang menjadi porus, mungkin melalui suatu kavitas, produk-produk bakterial mencapai dentin yang lebih miskin mineral dan kaya putih telur daripada email (Schuurs, 1992).

Menurut Schuurs (1992) berbagai keadaan menambah perluasan proses di dalam dentin: (1) kanal-kanal dentin karena anastomosisnya dengan mudah memberikan jalan bagi perluasan ke arah lebarnya, lewat batas dentin-email. (2) juga terdapat perluasan ke arah dalamnya, suatu proses yang pada batas tertentu dikompensasi oleh pembentukan dentin sklerotik, terlihat sebagai daerah transparan. Juga perluasan ke arah lebar, sehingga bagian-bagian besar email utuh menjadi rusak, menurut perkiraan dibatasi oleh sklerotisasi kanal-kanal dentin.

(33)

mengeluarkan enzim hidrolitik yang akan merusak komponen organik dentin. (2) lapisan infeksi, dimana akan dijumpai bakteri-bakteri di dalam tubuli, tubuli melebar dan saling menyatu. Selain itu terlihat juga celah-celah yang mengikuti jalannya garis-garis pertumbuhan owen. (3) lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin peritubular diserang. (4) lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan ensimnya. (5) lapisan opak (tidak tembus penglihatan), ditandai dengan adanya lemak di dalam tubuli, kemungkinan merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas.

Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat dan kelima. Baru setelah terjadi kavitas, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam tidak terdapat lapisan-lapisan 4 dan 5.

Bila sementum oleh retraksi gingiva terbuka bagi lingkungan mulut, dapat terjadi karies akar, suatu proses yang lebih luas ke arah dalam. Hal ini menyebabkan keadaan tidak janggal bahwa dentin yang makin tua akan lebih mengalami sklerosis. Mikroorganisme menembus saluran-sluran dimana sebelumnya terdapat jaringan ikat dan dengan demikian pada lapisan lebih dalam dapat mengurus proses perluasan ke arah lebar (Schuurs, 1992).

2.5. Bentuk – Bentuk Karies Gigi

(34)

2.5.1. Berdasarkan Cara Meluasnya

Berdasarkan cara meluasnya karies gigi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Penetrierende Karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.

2. Unterminirende Karies

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

2.5.2. Berdasarkan Stadium (Kedalamannya)

Berdasarkan stadium (kedalamannya) karies gigi, karies terbagi sebagai berikut:

1. Karies Superficialis

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

2. Karies Media

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

3. Karies Profunda

Ciri-ciri karies superficialis adalah karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda dapat dibagi lagi atas : a. Karies profunda stadium I

(35)

b. Karies profunda stadium II

Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa dan telah terjadi radang pulpa.

c. Karies profunda stadium III

Pulpa telah terbuka, dijumpai bermacam-macam radang pulpa. 2.5.3. Berdasarkan Lokalisasi Karies

Berdasarkan lokalisasi, karies terbagi sebagai berikut: 1. Klas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum. 2. Klas II

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi molar atau premolar, yang umumnya meluas sampai kebagian oklusal.

3. Klas III

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, tetapi belum mencapai margo incisalis (belum mencapai 1/3 incisial dari gigi).

4. Klas IV

Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan, dan sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai 1/3 incisial dari gigi).

5. Klas V

(36)

6. Klas VI

Karies yang terdapat pada bagian incisal edge dan cusp oklusal pada gigi belakang yang disebabkan oleh keausan pada gigi yang terjadi selain dari pengunyahan normal (abrasi), keadaan physiologis pada pengunyahan (atrisi) dan keausan gigi yang disebabkan oleh proses kimia (erosi).

2.5.4. Berdasarkan Banyaknya Permukaan gigi yang Terkena Karies

Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies, karies terbagi sebagai berikut:

1. Simpel karies

Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja. Misalnya labial, bukal, lingual, mesial, distal, oklusal.

2. Kompleks Karies

Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi. Misalnya : mesio incisal, disto incisal, mesio oklusal.

2.6. Pengukuran Keaktifan Karies

(37)

Sebelum insidens dan prevalensi dapat diukur, diperlukan pengukuran kuantitatif lebih dahulu yang akan mencerminkan besarnya penyebaran penyakit pada suatu populasi. Pada karies pengukuran penyakit dapat dilihat dari indeks penyebaran yang kumulatif (Kidd, 1991).

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.

Indeks yang biasa dipakai adalah indeks DMF-T dari WHO. ∑ DMF-T = D + M + F

DMF-T rata-rata = ∑DMF-T / N Keterangan:

D = Decayed (gigi berlubang)

(38)

Dibawah ini tabel klasifikasi angka keparahan gigi menurut WHO, Tabel 2.1 Klasifikasi Angka Karies Gigi Menurut WHO

Tingkat Keparahan DMF-T

Sangat rendah

Sumber. Departemen Kesehatan RI, 2004

Pengukuran lain yang dibutuhkan dalam survei karies gigi adalah 1) prevalensi karies yaitu persentase dari orang-orang dengan kerusakan gigi (DMF) akibat karies, 2) PTI (Performance Treatment Indeks), yaitu persentase yang melakukan penambalan (F) dari orang- orang dengan pengalaman karies (DMF). (DepKes RI, 2000)

2.7. Hubungan Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi

Budaya makan saat ini sudah mengalami perubahan, makanan siap saji menjadi sangat popular bagi orang-orang dari semua usia terutama anak-anak. Anak-anak mudah terpengaruh dengan tayangan komersial di televisi yang mempertontonkan berbagai produk makanan.

(39)

peningkatan makanan impor bergula diikuti dengan kenaikan serupa pada keadaan kariesnya (Kidd, 1991).

Bukti lain mengenai hubungan pola makan dan karies berkaitan dengan penyakit herediter yang jarang, yaitu suatu intoleransi terhadap fruktosa, yang disebabkan oleh kesalahan metabolisme bawaan. Pasien yang menderita penyakit ini kekurangan enzim hati sehingga makanan yang mengandung fruktosa akan mengakibatkan rasa mual yang hebat. Oleh karena itu, mereka akan menghindari makanan yang manis-manis. Ternyata kekerapan karies mereka menjadi sangat rendah (Kidd, 1991).

Makanan manis akan dinetralisir setelah 20 menit, maka apabila setiap 20 menit sekali memakan makanan manis akan mengakibatkan gigi lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik dimakan pada saat jam makan utama seperti sarapan, makan siang, makan malam, karena pada waktu jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga dapat membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel di gigi (Rahmadhan, 2010).

Penelitian Barus (2008) yang dilaksanakan pada anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan tahun 2008 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan jajanan dengan karies gigi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan anak-anak yang frekuensi makanan jajanannya tinggi memiliki tingkat keparahan karies gigi yang berat (74,2%).

(40)

dan skor konsumsi makan dengan keparahan karies gigi. Rata-rata konsumsi makanan kariogenik sebesar 12,6 ± 4,5 dan rata-rata indeks def-t sebesar 5,93 ± 3,13. Terdapat hubungan kesukaan anak terhadap makanan kariogenik dengan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik. Ada hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik, makanan pencegah karies gigi, dan delta konsumsi makan dengan keparahan karies gigi.

Hadnyanawati (2002), melalui penelitiannya pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Jember, juga menunjukkan adanya pengaruh pola jajan di sekolah terhadap karies gigi (p<0,01). Siswa yang mengkonsumsi biskuit memeliki DMF-T sebesar 2,5, yang mengkonsumsi permen coklat memiliki DMF-T sebesar 2,9 dan yang mengkonsumsi es krim memiliki DMF-T sebesar 5,0 serta yang mengkonsumsi sirup memiliki DMF-T sebesar 3,8. Keadaan ini menunjukkan bahwa makanan yang bersifat kariogenik terutama karbohidrat jesis sukrosa sangat berpengaruh terhadap karies gigi.

(41)

2.8.Kerangka Konsep

Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik, jenis kelamin dan perilaku kesehatan gigi individu dengan karies gigi dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Gambar. 2.2. Kerangka konsep kaitan antara makanan kariogenik, jenis kelamin dan pemeliharaan kesehatan gigi dengan karies gigi

Dari skema terlihat bahwa makanan kariogenik merupakan variabel independen dan karies gigi merupakan variabel dependen. Makanan kariogenik mempengaruhi timbulnya karies gigi. Jenis Kelamin dan pemeliharaan kesehatan gigi merupakan variabel antara. Variabel antara juga dapat mempengaruhi timbulnya karies gigi.

2.9. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

Ha : Ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi pada anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan tahun 2011.

Makanan kariogenik - Jenis

- Frekuensi - Cara

Mengonsumsi

- Jenis kelamin

- pemeliharaan kesehatan gigi

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat Muhammadiyah 08 Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah crossectional

yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di yang terletak di Jalan Bromo Gg. Santun No.19 Medan. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar prevalensi yang menderita karies gigi d Muhammadiyah 08 Medan cukup tinggi yaitu 33,5% dilihat dari data Puskesmas Sukaramai. Selain itu, berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa di sekitar lingkuna Medan banyak dijual makanan-makanan yang kariogenik seperti coklat, es krim, permen, donat, molen, roti berselai.

3.2.2. Waktu Penelitian

(43)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh muri Muhammadiyah 08 Medan di Jalan Bromo Gg. Santun No.19 Medan yang berusia 5-8 tahun yaitu usia yang paling rentan terhadap karies gigi sebanyak 345 orang (data diperoleh dari dokumen sekolah).

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non random sampling yaitu dengan teknik purposive sampling. Sampel pada penelitian ini adalah murid kelas III siswa kelas III dianggap sudah dapat diwawancarai.

Sampel adalah sebagian dari murid yang dihitung berdasarkan rumus (Notoatmodjo S, 2005):

N n =

1 + N (d²) Keterangan :

N = Jumlah seluruh murid n = Besar sampel

(44)

Maka, sampel dar adalah:

345 n =

1 + 345 (0,1²) = 77,53

= 78 orang

Sampel diambil secara sengaja dari siswa kelas III SD Muhammadiyah 08 Medan yang berjumlah 134 orang dengan melihat umur, kehadiran siswa selama penelitian berlangsung dan kemampuan mereka dalam mengisi kuesioner.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden tentang kebiasaan makan yang meliputi frekuensi makan dan jenis jajanan yang bersifat kariogenik, serta cara mengonsumsi makanan kariogenik tersebut dengan menggunakan formulir food frequency, data karies gigi diperoleh dari pemeriksaan langsung oleh dokter gigi dengan menggunakan alat diagnosa kedokteran gigi yaitu terdiri dari kaca mulut, sonde, pinset dan excavator sedangkan data tentang perilaku pemeliharaan kesehatan gigi diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2. Data Sekunder

(45)

3.5. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner karies gigi

2. Formulir food frequency

3. Alat diagnosa kedokteran gigi seperti : kaca mulut, sonde, pingset, excavator. 3.6. Defenisi Operasional

1. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah pulpa.

2. Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.

3. Jenis makanan yaitu berbagai macam makanan bersifat kariogenik yang dikonsumsi murid sekolah seperti coklat, permen, es krim dan lain- lain

4. Frekuensi yaitu tingkat keseringan mengkonsumsi makanan yang cenderung bersifat kariogenik dalam kurun waktu seminggu.

5. Cara mengonsumsi makanan kariogenik adalah tindakan anak sekolah dalam menghabiskan makanan didalam mulut, seperti mengemut, mengunyah dan menjilat.

(46)

3.7. Aspek Pengukuran 1. Karies Gigi

Karies gigi diketahui dengan melakukan pemeriksaan. Tingkat keparahan karies gigi dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu (Tarigan, 1995) :

a. Karies superficialis (ringan) dimana karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena. Biasanya penderita belum merasakan sakit ngilu.

b. Karies media (sedang) dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin. Biasanya perasaan ngilu baru ada pada waktu makan makanan asam, manis dan dingin.

c. Karies propunda (berat) dimana sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

2. Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik

Tingkat konsumsi diukur dengan cara menjumlahkan skor yang ada di formulir frekuensi makan makanan kariogenik. Pemberian skor :

- Bila makanan dikonsumsi setiap hari (diberi skor 1)

- Bila makanan dikonsumsi 4-5 kali seminggu (diberi skor 2) - Bila makanan dikonsumsi 1-3 kali seminggu (diberi skor 3)

Berdasarkan nilai jumlah nilai skor dikelompokkan menurut kelas interval dalam 3 kategori (Arikunto, 2002) :

- Tinggi bila skor yang diperoleh lebih dari 21 - Sedang bila skor yang diperoleh 11-21

(47)

3. Pemeliharaan kesehatan gigi diukur melalui 8 pertanyaan yang digunakan kepada responden dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberikan nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1.

Pengukuran dibedakan atas 3 kategori menurut Arikunto (2002):

- Baik, jika jawaban responden yang benar lebih dari 75% dengan skor lebih dari 18.

- Sedang, jika jawaban responden yang benar 40-75% dengan skor 10-18. - Kurang, jika jawaban responden yang benar kurang dari 40% dengan skor

kurang dari 10. 3.8. Teknik Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah diteliti dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data.

(48)

3.8.2. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriptif.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Ada tidaknya hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan timbulnya karies gigi dilihat dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 0,05.

Jika ditemukan pada tabel 2 x 2 ada expected count yang kurang dari 5 maka dilakukan Exact Fisher.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Sekolah

Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan didirikan pada tahun 1963 diatas lokasi seluas 2050 m2. Sekolah Dasar ini terletak di jalan Bromo Gang Santun No. 19 Medan. Adapun sarana yang dimiliki sekolah ini adalah 20 ruangan kelas, 1 ruangan kantor yang digabung dengan tata usaha, 1 ruangan UKS dan 4 WC.

Saat ini, kepala sekolah SD tersebut adalah Bapak Rahmat Fajar, S.Ag yang dibantu oleh 26 orang guru, 1 orang TU dan 1 orang penjaga sekolah. Jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 793 orang yang terdiri dari 91 orang kelas I, 121 orang kelas II, 134 orang kelas III, 149 orang kelas IV, 151 orang kelas V, dan 147 orang kelas VI.

Berdasarkan jenis kelamin siswa di SD tersebut terdapat 424 orang siswa laki-laki (53,47%) dan 369 orang siswa perempuan (46,53%). Untuk lebih jelasnya distribusi jumlah murid berdasarkan jenis kelamin di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan dapat dilihat pada tabel 4.1.

(50)

Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

Sumber : Bagian Tata Usaha SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun Ajaran 2011/2012

4.2. Gambaran Umum Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti maka diperoleh gambaran responden menurut jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini :

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

Jenis

(51)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

No Umur Jumlah Muhammadiyah 08 Medan terdapat 7 responden (9,00%) berumur 7 tahun dan 71 responden (91,00%) berumur 8 tahun.

4.3. Hasil Pemeriksaan Karies Gigi

Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada 78 responden yang dilakukan oleh dokter gigi, maka dapat diketahui jumlah penderita karies gigi berdasarkan tingkat keparahan yang dilihat dari kedalamannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Gigi Menurut Kedalamannya di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

No Tingkat Karies Gigi Jumlah

n %

(52)

4.4. Konsumsi Makanan Kariogenik

Konsumsi makanan kariogenik dapat dilihat dari jenis makanan yang bersifat kariogenik, frekuensi makan makanan yang bersifat kariogenik dan cara mengonsumsi makanan yang bersifat kariogenik tersebut.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan Kariogenik di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

No Frekuensi Makan Jumlah

n %

1 Tinggi 53 67,90

2 Sedang 25 32,10

Jumlah 78 100,00

Frekuensi makan makanan kariogenik yang diteliti adalah kebiasaan makan makanan kariogenik yang dilihat dalam jangka waktu satu minggu. Pada tabel 4.5. diketahui bahwa dari 78 responden terdapat 53 orang (67,90%) yang frekuensi makannya dikategorikan tinggi, 25 orang (32,10%) dikategorikan sedang dan tidak ada anak yang frekuensi makan makanan kariogeniknya rendah.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik dengan Frekuensi makan pada Anak SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

(53)

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa semua makanan yang bersifat kariogenik sangat sering dikonsumsi, susu merupakan minuman yang paling sering dikonsumsi setiap hari dengan persentase 70,50% yaitu 55 orang dilanjutkan molen dengan persentase 66,70% yaitu 52 orang lalu roti selai 51 orang (65,40%) dan yang terakhir sirup 37 orang (47,40%).

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengonsumsi Makanan yang Bersifat Kariogenik di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011 diemut dikunyah dijilat

n % n % n % n %

(54)

4.5. Perilaku Responden Terhadap Kesehatan Gigi

Berdasarkan hasil pengumpulan data dari kuesioner yang telah diberikan kepada 78 responden, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pemeliharaan Kesehatan Gigi di SD Swasta Muhammadiyah 08 Medan Tahun 2011

No Perilaku Jumlah

n %

2 Sedang 64 82,10

3 Baik 14 17,90

Jumlah 78 100,00

Pada tabel 4.8. dapat diketahui bahwa dari 78 orang responden terdapat 14 orang (17,90%) dikatergorikan baik, 64 orang (82,10%) dikategorikan sedang.

(55)

menyikat gigi setelah makan maupun sebelum tidur. Dalam hal berkumur-kumur setelah mengonsumsi makanan manis ada 30 orang (38,50%) yang kadang-kadang melakukannya dan 44 orang (56,40%) tidak melakukannya.

Pemeriksaan gigi ke dokter gigi/petugas kesehatan untuk setiap 6 bulan sekali ada 39 orang (50,00%), hal ini dikarenakan memang setiapsatu tahun ada 2 kali petugas kesehatan dari puskesmas yang rutin memeriksa keadaan gigi mereka.

4.6. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi Berdasarkan data tingkat konsumsi makanan kariogenik dan karies gigi, yang telah dikumpulkan dari 78 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Frekuensi Makan Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi Menurut Kedalamannya di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011

(56)

bermakna antara frekuensi makan makananan kariogenik dengan timbulnya karies gigi.

4.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi

Berdasarkan data jenis kelamin dan karies gigi, yang telah dikumpulkan dari 78 orang responden dan kemudian dianalisis dengan uji Chi-Square, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.10. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Karies Gigi Menurut Kedalamannya di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011

Jenis Kelamin

Dari Tabel silang 4.10. dapat dilihat bahwa dari 31 orang laki-laki, ada 26 orang (33,30%) yang menderita karies berat, sedangkan murid perempuan dari 47 orang terdapat 39 orang (50.00%) yang menderita karies berat. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p=0,255 (p>0,05), yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan timbulnya karies gigi.

(57)

Tabel 4.11. Tabulasi Silang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Gigi Menurut Kedalamannya di SD Muhammadyah 08 Medan Tahun 2011

Pemeliharaan Kesehatan

Gigi

Karies Gigi

Jumlah P Tidak

Karies Ringan Sedang Berat

n % n % n % n % n %

0,000 Sedang 0 0,00 0 0,00 3 4,70 61 95,30 64 100,00

Baik 4 28,60 2 14,30 4 28,60 4 28,60 14 100,00

(58)

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap tingkat konsumsi makanan kariogenik yang dilihat dari frekuensi makan dan jenis makanan yang paling sering dikonsumsi, cara mengonsumsi, jenis kelamin dan perilaku individu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi yang dihubungkan dengan karies gigi pada murid SD Swasta Muhammadyah 08 Medan, dapat dijelaskan sebagai berikut:

5.1. Jenis Makanan Kariogenik dan Cara Mengonsumsinya

Jenis makanan kariogenik yang paling sering dikonsumsi oleh anak SD Muhammadyah 08 Medan adalah susu, molen, permen, roti selai, donat, biskuit dan es krim. Menurut Boedihardjo (1985), gula yang berada dalam susu akan diubah menjadi asam oleh bakteri, yang kemudian asam tersebut akan melarutkan enamel gigi. Suwelo (1992) juga mengungkapkan laktosa yang terkandung dalam susu akan diubah oleh mikroorganisme menjadi asam laktat dengan pH = 5,5. Ini merupakan pH kritis yang dapat mempercepat timbulnya lubang pada gigi. Molen, permen, roti selai dan donat merupakan makanan manis yang bersifat lenket, lunak dan manis yang sangat mudah menempel pada permukaan gigi. Anak-anak yang menderita karies berat pada umumnya sulit untuk mengonsumsi makanan-makanan yang keras, mereka lebih memilih makanan lunak yang pada akhirnya akan memperbanyak lubang pada gigi mereka.

(59)

Tarigan (1995), seseorang yang mengemut makanan lebih lama didalam mulutnya mempunyai resiko karies lebih tinggi dari pada orang yang mengemut makanan / oral clearance time pendek.

Berdasarkan hasil penelitian di SD Muhammadyah 08 sebagian besar anak-anak mengonsumsi makanan dengan cara diemut yaitu (73,10%) untuk permen, (46,20%) coklat, (25,60%) es krim dan (9,00%) untuk biskuit. Sesuai dengan pernyataan diatas, ini menunjukkan anak-anak ini memiliki resiko terkena karies lebih tinggi.

Cara mengonsumsi makanan tertentu tidaklah dapat diubah, namun untuk mengurangi resiko karies gigi yang terpenting adalah pemilihan makanan yang tepat yaitu dengan menghindari jenis makanan kariogenik yang secara umum dikonsumsi dengan cara diemut seperti permen dan coklat.

5.2. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan Karies Gigi Tingkat konsumsi makanan kariogenik ini dilihat dari frekuensi makan makanan kariogenik. Frekuensi konsumsi makanan yang mengandung sukrosa yang terdapat pada makanan manis dan camilan (snack) merupakan faktor yang paling penting dalam hubungan diet dengan kesehatan gigi. Semakin sering anak mengonsumsi makanan ringan atau makanan yang mengandung gula (kariogenik), makin meningkat pula lah resiko terkena karies gigi, (Pratiwi, 2009).

(60)

Secara umum sebagian besar frekuensi konsumsi makan makanan yang bersifat kariogenik anak SD Muhammadyah 08 Medan termasuk kedalam kategori tinggi dimana hasil penelitian menunjukkan anak-anak sangat sering mengonsumsi makanan kariogenik. Dari hasil penelitian, peneliti juga melihat bahwa anak-anak sangat mudah memperoleh makanan kariogenik sepeti disebut diatas karena selain harganya murah, semua makanan tersebut dijual di lingkungan sekolah. Makanan kariogenik tersebut juga dikemas sangat menarik sehingga dapat memikat hati anak-anak untuk membelinya. Selain itu anak-anak-anak-anak ini juga sangat jarang mengonsumsi makanan yang berserat atau makanan yang baik untuk kesehatan gigi seperti buah-buahan karena memang tidak tersedia di lingkungan sekolah.

Dari hasil penelitian juga ditemukan satu responden yang memiliki frekuensi makan makanan kariogenik yang tinggi namun tidak mengalami karies gigi, dari pemeliharaan kesehatan giginya ditemukan bahwa responden tersebut menyikat gigi setiap hari dan melakukan pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun frekuensi makan makanan kariogeniknya tinggi, apabila pemeliharaan kesehatan giginya baik maka tidak akan mengalami karies gigi.

(61)

5.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karies Gigi

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square pada X2=4,06 diperoleh nilai p=0,255 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan timbulnya karies gigi.

Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Tarigan (1995) yang menyatakan prevalensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki. Erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies.

Dikatakan tidak sejalan karena jenis kelamin merupakan faktor luar yang hanya mempengaruhi sebagian kecil timbulnya karies, sementara dilihat dari faktor utama yaitu dari segi makanan, anak laki-laki dan perempuan di SD ini memiliki tingkat konsumsi yang sama-sama tinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahadi (2009) disimpulkan bahwa variabel jenis kelamin tidak terbukti mempunyai hubungan dengan kejadian karies gigi pada anak SMP. Hal ini menunjukkan penelitiannya sejalan dengan penelitian di SD muhammadyah 08 Medan.

5.4. Hubungan Pemeliharaan Kesehatan gigi dengan Karies Gigi

(62)

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar anak SD Swasta muhammadyah 08 Medan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi termasuk kedalam kategori sedang yaitu 64 orang (82,10%). Hasil wawancara peneliti menunjukkan bahwa sebenarnya sebagian besar anak-anak menyikat giginya setiap hari namun tidak pada waktu yang seharusnya. Waktu yang paling tepat menyikat gigi adalah beberapa saat setelah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan membantu mengikis sisa makanan dengan segera dan memberi kesempatan kepada pH gigi untuk kembali normal. Menyikat gigi sebelum tidur juga tidak member kesempatan sisa makanan menjadi sarang bakteri yang menyebabkan karies, (Pratiwi, 2009).

(63)

Pemeriksaan gigi ke dokter gigi juga seharusnya dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun. Dari hasil wawancara peneliti melihat sebagian besar anak-anak ini melakukan pemeriksaan yang rutin namun ternyata itu karena memang petugas kesehatan dari puskesmas datang ke SD tersebut setiap 6 bulan sekali, namun petugas kesehatan kurang memberikan penyuluhan yang lebih spesifik, serta tidak ada tindak lanjut seperti memberi rujukan bagi penderita karies berat.

(64)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagimana telah diuraikan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan :

1. Sebagian besar anak SD (94,10%) menderita karies gigi. Ini menunjukkan keadaan kesehatan gigi anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan sebagian besar buruk.

2. Jenis makanan/minuman kariogenik yang paling sering dikonsumsi anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan adalah susu (70,50%), molen (66,70%), serta permen dan roti selai (65,40%).

3. Cara mengonsumsi makanan kariogenik anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan yang paling banyak yaitu dengan cara diemut (38,46%)

4. Sebagian besar anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan (67,90%) frekuensi makan makanan kariogeniknya termasuk kategori tinggi.

5. Sebagian besar anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan (82,10%) memiliki perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan kategori sedang. Ini menunjukkan sebagian besar anak masih kurang peduli terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi.

(65)

7. Ada hubungan pemeliharaan kesehatan gigi anak SD Swasta Muhammadyah 08 Medan dengan Karies gigi.

6.2. Saran

1. Kepada petugas kesehatan agar meningkatkan penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS, seperti: cara menyikat gigi yang baik dan benar serta memilih makanan jajanan yang baik maupun yang harus dihindari untuk menjaga kesehatan gigi, dan apabila ditemukan murid yang menderita karies gigi berat sebaiknya diberi rujukan ke puskesmas.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R.J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta: Widya Medika

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arisman, MB. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Barus, D. 2009. Hubungan Kebiasaan Makan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies gigi pada Anak SD 060935 di Jalan Pintu Air II Simpang Gudang Kota Medan Tahun 2008 (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara

Boedihardjo, 1985. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga. Surabaya: Airlangga University Press

Budiyono, S. 2011. Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Laskar Aksara

Hadnyanawati, H. 2002. Pengaruh Pola Jajan di Sekolah Terhadap Karies Gigi pada Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jember. Jurnal Kedokteran Gigi. Volume 9, No.3

Hidayanti, L. 2005. Hubungan Karakteristik Keluarga Dan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar (Survei Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya) (Tesis). tanggal 30 Juni 2011.

Houwink, B. dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Irianto, K. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya

Karunianingtyas, M. 2008. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dan Konsumsi Makanan Jajanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Pondok Beringin Semarang. 15 Juli 2011.

(67)

Machfoedz, I. dkk. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut anak-anak dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Panjaitan, M. 1995. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Medan : Universitas Sumatera Utara Press

---1995. Ilmu Pencegahan Karies Gigi. Medan : Universitas Sumatera Utara Press

Pratiwi, D. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta: PT Kompas Medha Nusantara Rahadi, TA. 2009. Hubungan antara Jenis Makanan, Frekuensi Makan dan

Hygiene Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak SMP N 1 Mentarang Kalimantan Timur. http://adln.fkm.unair.ac.id/gdl.php?mod=browse&op= read&id=adlnfkm-adln-s2-2006-trirahadia-449. Diakses tanggal 28 juli 2011 Ramadhan, AG. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Bukune Priyambodo, 2011. Lemahnya Edukasi, Akibatkan Prevalensi Sakit Gigi Tinggi.

Schurs, AH. 1992. Patologi Gigi-geligi Kelainan-kelainan Jaringan Keras Gigi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Srigupta, AA. 2004. Panduan Singkat Perawatan Gigi dan Mulut. Jakarta : Prestasi Pustaka

Supariasa, ID. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Suwelo, IS. 1992. Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta: EGC

Tarigan, R. 1995. Karies Gigi. Cetakan IV, Jakarta: Hipokrates ---1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: EGC

(68)

KUESIONER Nama :

No Responden: Kelas : Jenis kelamin :

1. Apakah adik menyikat gigi setiap hari ?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

2. Apakah adik menggunakan pasta gigi pada saat menyikat gigi?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

3. Bagaimana cara adik menyikat gigi bagian depan?

a. Gosok gigi bagian luar atas dan bawah dengan mengerakkan sikat gigi dari atas ke bawah berulang-ulang. (3)

b. Gosok gigi gigi bagian luar atas dan bawah dengan mengerakkan sikat gigi ke kanan dan ke kiri berulang ulang. (1)

4. Bagaimana cara adik menyikat gigi bagian dalam yang biasa digunakan untuk mengunyah?

a. Menggosok permukaan gigi dengan gerakan maju mundur berulang-ulang baik pada gigi atas maupun bawah. (3)

b. Menggosok permukaan gigi dengan gerakan memutar-mutar baik pada

gigi atas maupun bawah. (1)

(69)

a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

6. Apakah adik menyikat gigi sebelum tidur malam?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

7. Apakah adik berkumur setelah makan makanan manis?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2)

c. Tidak (1)

8. Berapa kali adik memeriksakan keadaan gigi dan mulut adik ke dokter gigi / petugas kesehatan dari puskesmas?

a. 6 bulan sekali (3)

b. 1 tahun sekali (2)

(70)

Formulir Frekuensi Makanan No.Responden :

Keterangan *) 1. Diemut 2. Dikunyah 3. Dijilat Jenis Bahan

Makanan

Frekuensi Konsumsi Keterangan *) 1x/hari 4-6x/minggu 1-3x/minggu

Makanan: Roti Selai Molen Donat Biskuit *) Coklat *) Es Krim *) Permen *)

Gambar

Gambar 2.1 Gigi dan bagian-bagiannya
Tabel 2.1 Klasifikasi Angka Karies Gigi Menurut WHO
Gambar. 2.2. Kerangka konsep kaitan antara makanan kariogenik, jenis kelamin dan pemeliharaan kesehatan gigi  dengan karies gigi
Tabel 4.1 Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Swasta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diketahui bahwa ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak PAUD Taman Ceria Surakarta (nilai p=

penulis panjatkan atas nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik

Pada master tabel terlihat bahwa meskipun siswa tersebut sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi, akan tetapi kebiasaan menggosok gigi

Hubungan konsumsi makanan kariogenik terhadap kejadian karies tidak terjadi karena adanya faktor lain yang dapat mencegah terjadinya karies gigi pada anak usia

Pada master tabel terlihat bahwa meskipun siswa tersebut sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan tidak mengalami karies gigi, akan tetapi kebiasaan menggosok gigi

Hasil Uji Chi- Square Hubungan Makanan Kariogenik Dengan Tingkat Dmf-T(Def-T) diketahui bahwa dari 63 responden dari hasil penelitian di dapatkan bahwa yang tidak

Tabel 1.4 Tabel Hasil Analisis Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dan Frekuensi Gosok Gigi Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Usia 3-5 Tahun..

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Katli 2018 yang didapatkan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak