• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material Handling di PT. Atmindo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material Handling di PT. Atmindo"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

ANITA CHRISTINE SEMBIRING

097025011/ TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

ANITA CHRISTINE SEMBIRING

097025011/ TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

:

Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

Anggota

:

Ir. Ukurta Tarigan, MT

(4)

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK PABRIK UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING DI PT. ATMINDO

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipulikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012 Yang Membuat Pernyataan,

(5)

lead times, floor space, imbalance capacity dan produktivitas. Desain fasilitas pabrik yang baik adalah yang mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi melalui penurunan perpindahan jarak material, biaya angkut material handling dan waktu siklus yang digunakan.

Untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja, maka dalam penelitian ini digunakan perancangan ulang tata letak pabrik yang dilakukan pada perusahaan yang memproduksi ketel uap/ boiler yaitu PT. Atmindo. Berdasarkan permasalahan yang ada, perancangan dilakukan dengan mengunakan metode grafik, systematic layout plant dan software CRAFT. Dan hasil rancangan tata letak dari ketiga metode ini dilakukan dengan perbandingan momen perpindahannya.

Dari hasil perbandingan momen perpindahan yang dilakukan maka diperoleh suatu tata letak yang lebih baik dari tata letak yang saat ini digunakan perusahaan. Tata letak awal mempunyai momen material handling 411.300 meter per tahun. Perancangan dengan metode grafik diperoleh momen material handling sebesar 378.540 meter per tahun. Perancangan menggunakan metode systematic layout plant menghasilkan momen material handling sebesar 474.750 meter per tahun. Perancangan dengan bantuan software CRAFT diperoleh momen material handling sebesar 374.472 meter per tahun. Dari hasil metode tiga rancangan maka yang paling efisien dan efektif digunakan adalah rancangan software CRAFT. Dimana tingkat efisiensi sebesar 8,95%, waktu siklus pembuatan boiler berkurang 1.598 menit per produk dan biaya material handling turun sebesar Rp 47.403,90/ tahun.

(6)

floor space, imbalance capacity and productivity. Design a good manufacturing facility is capable of improving the effectiveness and efficiency through the reduction of material transfer distances, the cost of material handling and cycle time is used.

To increase the effectiveness and efficiency, this study used the redesign of the factory layout is done in companies that produce boiler PT. Atmindo. Based on existing problems, the design is done by using a graphical method, systematic plant layout and software CRAFT. And the results of the design layout of the three methods is done by comparison of the displacement moments.

From the comparison of moment transfer is done then obtained a better layout than the current layout is used by the company. Initial layout had a moment of material handling 411,300 meter per year. Designing a graphical method of moments obtained for material handling 378,540 meter per year. Designing plant layouts using systematic methods produce moments of material handling 474,750 meter per year. Designing with the help of software CRAFT moments obtained for material handling 374,472 meter per year. From the results of the three methods design the most efficient and effective use is design software CRAFT. Where an efficiency of 8.95%, the cycle time is reduced boiler manufacture 1598 minutes per product and material handling costs decreased by Rp 47,403.90/ year.

(7)

1982 dan merupakan putri kedua dari lima bersaudara dari pasangan Pt. S. U. Sembiring Kembaren dan ibu Dra.Ng Br Barus, M.Pd. Telah menikah dengan seorang pemuda terbaik Markonius Boy Tarigan,SP pada tanggal 22 Maret 2012.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal dimulai dari pendidikan sekolah dasar pada tahun 1995 di SD. ST. Antonius V/VI Medan, melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama pada tahun 1998 di SLTP. Santa Maria Medan dan melanjutkan pendidikan sekolah menengah kejuruan pada tahun 2001 di SMK. Telkom Sandhy Putra Medan.

(8)

karena atas berkat anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikam tesis dengan judul ”Perancangan Ulang Tata Letak Pabrik untuk Meminimalisasi Material Handling di PT. Atmindo”

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan untuk perusahaan pembuatan boiler yaitu PT. Atmindo, dalam rangka merancang ulang tata letak pabrik yang lebih efektif dan efisien dalam hal pemindahan bahan sehingga jarak perpindahan bahan dapat diminimumkan dan meningkatkan keuntungan perusahaan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan pembimbing utama, Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan bimbingan, arahan serta dorongan dalam penyusunan tesis ini. Tim penguji Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT, Bapak Aulia Ishak, ST. MT dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan Sekretaris Jurusan Teknik Industri Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran demi kesempurnaan tesis ini.

(9)

dikarenakan keterbatasan dan kemampuan penulis dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai upaya penyempurnaan tesis ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Hormat Penulis,

(10)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.6. Batasan Masalah ... 5

1.7. Asumsi Yang Digunakan ... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 7

2.1. Defenisi Tata Letak Pabrik ... 7

2.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik ... 8

2.3. Prinsip-prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik ... 11

2.4. Jenis Persoalan Tata Letak Pabrik ... 14

2.5. Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya ... 16

(11)

2.7.1. Multi Product Process Chart ... 32

2.7.2. Travel Chart ... 33

2.8. Metode Grafik ... 35

2.9. Metode Systematic Layout Plant (SLP) ... 36

2.10. Computerized Layout ... 39

2.10.1. BLOCPLAN ... 39

2.10.2. ALGORITMA GENETIKA ... 40

2.10.3. SIMULATED ANNEALING ... 41

2.10.4. CRAFT ... 42

2.11. Prinsip dasar Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik ... 45

2.12. Analisis Prinsip Metode Perancangan Tata Letak Pabrik ... 48

2.12.1. Metode From to Chart ... 48

2.12.2. Metode Grafik ... 49

2.12.3. Metode Systematic Layout Plant (SLP) ... 50

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 56

4.1. Metodologi Penelitian ... 74

4.2. Lokasi dan Objek Penelitian ... 74

(12)

5.1. Pengumpulan Data ... 82

5.1.1. Tata Letak Lantai Produksi ... 83

5.1.2. Data Proses Produksi di Lantai Produksi ... 84

5.1.3. Komponen Produk ... 85

5.1.4. Urutan Proses Produksi ... 86

5.1.5. Data Volume Produksi dan Bahan Baku ... 86

5.1.6. Data Material Handling ... 87

5.2. Pengolahan Data ... 87

5.2.1. Pembentukan Multi Product Process Chart ... 88

5.2.2. Perhitungan Jarak antar Departemen ... 88

5.2.3. Perhitungan Frekuensi Perpindahan ... 90

5.2.4. Perhitungan Momen Material Handling ... 91

5.2.5. Pembentukan From to Chart ... 92

5.2.6. Perhitungan Biaya Material Handling ... 93

5.2.7. Perhitungan Waktu Siklus ... 98

5.2.8. Pengolahan Data Dengan Menggunakan Metode Grafik ... 101

5.2.9. Pengolahan Data Dengan Menggunakan Metode Systematic Layout Plant (SLP) ... 112

5.2.10. Pengolahan Data menggunakan Software CRAFT ... 114

BAB 6 ANALISIS DAN PERANCANGAN HASIL ... 119

6.1.Analisis Kondisi Awal Lantai Produksi ... 119

6.1.1. Analisis Multi Product Process Chart ... 119

6.1.2. Analisis Momen Material Handling ... 120

6.1.3. Analisis Lintasan Produksi ... 125

6.1.4. Analisis Imbalance Capacity ... 129

6.1.5. Analisis Floor Space ... 130

6.2. Perancangan ... 130

6.2.1. Perancangan Tata Letak dengan Metode Grafik ... 130

6.2.2. Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Plant (SLP) ... 132

6.2.3. Perancangan Tata Letak dengan Software CRAFT ... 135

6.3. Analisis Biaya Material Handling ... 140

6.3.1. Analisis Biaya Material Handling Menggunakan Metode Grafik ... 141

(13)

Metode Grafik ... 146

6.4.2. Analisis Pembahasan Perhitungan Waktu Siklus Menggunakan Metode Systematic Layout Plant (SLP) ... 148

6.4.3. Analisis Perhitungan Waktu Siklus Menggunakan Software CRAFT ... 151

6.5. Pemilihan Layout Terbaik... 154

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 157

7.1. Kesimpulan ... 157

7.2. Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 160

(14)

2.1. Analisis Metode Perancangan Layout ... 52

2.2. Review Jurnal Ilmiah ... 53

3.1. Daftar Jumlah Tenaga Kerja Staf pada PT. Atmindo ... 61

3.2 Rincian Hari Kerja dan Jam Kerja Pada PT. Atmindo... 62

5.1. Kondisi Lantai Pabrik PT. Atmindo ... 83

5.2. Proses dan Pengkodean pada Lantai Pabrik PT. Atmindo ... 84

5.3. Bill of Material Boiler ... 85

5.4. Urutan Proses Komponen Produk ... 86

5.5. Volume Produksi ... 86

5.6. Volume Produksi Produksi Boiler ... 87

5.7. Data Material Handling ... 87

5.8. Koordinat Departemen Pada Layout Awal ... 89

5.9. Jarak Perpindahan Antar Departemen pada Layout Awal ... 89

5.10.Perpindahan Antar Proses di Lantai Pabrik ... 90

5.11.Perhitungan Momen Material Handling pada Proses Produksi di PT.Atmindo ... 91

5.12.Perhitungan Biaya Material Handling di PT.Atmindo ... 97

5.13.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja A-C ... 102

5.14.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja A-C-D ... 103

5.15.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 104

5.16.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 165

5.17.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 165

5.18.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 165

5.19.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 166

5.20.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 166

5.21.Perhitungan Bobot Keterkaitan Stasiun Kerja ... 166

(15)

6.4. Analisis Aliran Material ... 128 6.5. Koordinat Departemen pada Layout Grafik ... 131 6.6. Perhitungan Momen Material Handling Metode Grafik ... 131 6.7. Koordinat Departemen pada layout Systematic Layout

Plant (SLP) ... 134 6.8. Perhitungan Momen Material Handling Rancangan Layout

Systematic Layout Plant (SLP) ... 134 6.9. Simbol yang Digunakan pada Layout Awal dan Software ... 136 6.10.Koordinat Departemen pada Layout Software CRAFT ... 139 6.11.Perhitungan Momen Material Handling Rancangan Layout

dengan Software ... 139 6.12.Biaya Material Handling dengan Metode Grafik ... 141 6.13.Biaya Material Handling dengan Metode Systematic

(16)

2.1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout) ... 19

2.2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Processt Layout) ... 21

2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technology Layout) ... 23

2.4. Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout) ... 25

2.5. Multi Product Process Chart ... 33

2.6. Travel Chart ... 34

2.7. Layout Skematik ... 35

2.8. Langkah-langkah dasar SLP ... 38

3.1. Struktur Organisasi PT. Atmindo ... 66

4.1. Blok Diagram Metodologi Penelitian Pelaksanaan Penelitian ... 75

4.2. Flowchart Pengolahan Data ... 76

4.3. Pola Hubungan antara Variabel Dependen dan Variabel Independet ... 80

5.1. Multi Product Process Chart ... 163

5.2. Peta dari-ke (From to chart) ... 164

5.3. Node Pemilihan Bobot Terbesar antar stasiun kerja A-C ... 101

5.4. Bidang Segitiga Yang Terbentuk ... 102

5.5. Departemen E Terpilih Masuk Bidang A-C-D ... 103

5.6. Departemen G Terpilih Masuk Bidang A-E-D ... 105

5.7. Departemen I Terpilih Masuk Bidang A-G-D ... 106

5.8. Departemen G Terpilih Masuk Bidang A-I-D ... 107

5.9. Departemen K Terpilih Masuk Bidang A-J-I... 108

5.10. Departemen B Terpilih Masuk Bidang G-E-A ... 109

5.11. Departemen M Terpilih Masuk Bidang A-B-K ... 110

5.12. Departemen F Terpilih Masuk Bidang A-J-M ... 111

(17)

5.18. Input Data Aliran Material dan Momen Material Handling ... 115

5.19. Solve Problem CRAFT ... 116

5.20. Rancangan Awal CRAFT ... 117

5.19. Rancangan Final dengan Software CRAFT ... 118

6.1. Histogram Total Momen Material Handling ... 125

6.2. Histogram Back Tracking ... 129

6.3. Initial Layout Hasil Bentukan software ... 137

6.4. Final Layout Hasil Bentukan software ... 138

6.5. Histogram Biaya Material Handling ... 145

6.6. Grafik Tingkat Koreksi Waktu Produksi Masing-Masing Rancangan ... 154

(18)

1. Multi Product Process Chart ... 163

2. Travel Chart ... 164

3. Pembahasan Metode Grafik ... 165

4. Activity Relationship Chart (ARC) ... 167

5. Diagram Block Hubungan Aktifitas dan Hubungan Ruang ... 168

6. Layout Awal Lantai Produksi PT. Atmindo ... 170

7. Rancangan Layout secara Grafik ... 171

8. Rancangan Layout dengan Systematic Layout Plant (SLP) ... 172

9. Rancangan Layout dengan Software ... 173

(19)

lead times, floor space, imbalance capacity dan produktivitas. Desain fasilitas pabrik yang baik adalah yang mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi melalui penurunan perpindahan jarak material, biaya angkut material handling dan waktu siklus yang digunakan.

Untuk peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja, maka dalam penelitian ini digunakan perancangan ulang tata letak pabrik yang dilakukan pada perusahaan yang memproduksi ketel uap/ boiler yaitu PT. Atmindo. Berdasarkan permasalahan yang ada, perancangan dilakukan dengan mengunakan metode grafik, systematic layout plant dan software CRAFT. Dan hasil rancangan tata letak dari ketiga metode ini dilakukan dengan perbandingan momen perpindahannya.

Dari hasil perbandingan momen perpindahan yang dilakukan maka diperoleh suatu tata letak yang lebih baik dari tata letak yang saat ini digunakan perusahaan. Tata letak awal mempunyai momen material handling 411.300 meter per tahun. Perancangan dengan metode grafik diperoleh momen material handling sebesar 378.540 meter per tahun. Perancangan menggunakan metode systematic layout plant menghasilkan momen material handling sebesar 474.750 meter per tahun. Perancangan dengan bantuan software CRAFT diperoleh momen material handling sebesar 374.472 meter per tahun. Dari hasil metode tiga rancangan maka yang paling efisien dan efektif digunakan adalah rancangan software CRAFT. Dimana tingkat efisiensi sebesar 8,95%, waktu siklus pembuatan boiler berkurang 1.598 menit per produk dan biaya material handling turun sebesar Rp 47.403,90/ tahun.

(20)

floor space, imbalance capacity and productivity. Design a good manufacturing facility is capable of improving the effectiveness and efficiency through the reduction of material transfer distances, the cost of material handling and cycle time is used.

To increase the effectiveness and efficiency, this study used the redesign of the factory layout is done in companies that produce boiler PT. Atmindo. Based on existing problems, the design is done by using a graphical method, systematic plant layout and software CRAFT. And the results of the design layout of the three methods is done by comparison of the displacement moments.

From the comparison of moment transfer is done then obtained a better layout than the current layout is used by the company. Initial layout had a moment of material handling 411,300 meter per year. Designing a graphical method of moments obtained for material handling 378,540 meter per year. Designing plant layouts using systematic methods produce moments of material handling 474,750 meter per year. Designing with the help of software CRAFT moments obtained for material handling 374,472 meter per year. From the results of the three methods design the most efficient and effective use is design software CRAFT. Where an efficiency of 8.95%, the cycle time is reduced boiler manufacture 1598 minutes per product and material handling costs decreased by Rp 47,403.90/ year.

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelancaran aliran produksi harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak lantai produksi karena perancangan lantai produksi merupakan salah satu bagian dari perencanaan tata letak pabrik. Kelancaran produksi terganggu dapat dilihat dari lintasan produksi, total jarak, imbalance capacity (ketidakseimbangan kapasitas) dan floor space (ketersediaan ruang atau luas lantai) yang juga terkendala. Oleh karena itu sangat penting sekali memaksimalkan kelancaran aliran produksi dengan memperhatikan perancangan tata letak pabrik khususnya penanganan material handling agar biaya pemindahan bahan dapat diminimalisasi.

Perancangan tata letak lantai produksi dan area kerja adalah suatu permasalahan yang sering dijumpai dalam dunia industri manufaktur. Masalah ini tidak dapat dihindari, sekalipun hanya sekedar mengatur peralatan/ mesin di dalam ruangan atau lantai produksi, serta dalam ruang lingkup yang kecil dan sederhana. Dalam perencanaan tata letak lantai produksi, harus dipikirkan mengenai sistem pemindahan bahan (material handling). Pemindahan bahan antar mesin harus dilakukan secara efektif dan efisien.

(22)

melainkan harus melalui beberapa rangkaian proses yang menggunakan banyak mesin/ fasilitas produksi. Dengan demikian tidak dapat dihindari untuk melakukan aktivitas pemindahan bahan (material handling).

Proses pemindahan bahan dalam kegiatan produksi sangat mempengaruhi waktu penyelesaian produk. Waktu penyelesaian produk akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk yang tepat waktu bagi konsumen. Dalam beberapa hal pemindahan bahan yang efektif dan efisien dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Hal ini juga harus diterapkan di PT. Atmindo.

(23)

Dari permasalahan di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan pada lantai produksi dengan melakukan perhitungan terhadap momen perpindahan bahan yang terjadi di lantai produksi, biaya material handling dan waktu siklus yang ada. Selain itu, peneliti juga ingin mencoba mencari alternatif layout baru yang memiliki momen perpindahan, biaya material handling dan waktu siklus yang lebih minimal.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan yang menjadi masalah pada PT. Atmindo adalah tingginya jarak antar mesin, kurang tepatnya susunan mesin-mesin sehingga terjadi back tracking dan aliran material yang tidak beraturan. Kriteria tata letak lantai produksi yang baik adalah tidak adanya back tracking, aliran material yang teratur serta jarak yang dekat di antara mesin-mesin yang memilki frekuensi perpindahan bahan yang tinggi (Apple, J. M., 1990).

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(24)

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan rancangan tata letak lantai produksi dengan jarak pemindahan bahan yang minimum.

2. Mendapatkan rancangan tata letak lantai produksi dengan aliran perpindahan yang lebih teratur.

3. Mendapatkan rancangan tata letak lantai produksi dengan penempatan stasiun kerja yang lebih baik.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pihak Perusahaan

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan bilamana akan diadakan perubahan tata letak (layout).

2. Pihak Peneliti

Bagi mahasiswa dapat dijadikan studi kasus dalam persoalan tata letak pabrik dan mencari solusi dari sudut pandang akademis.

3. Pihak Institusi

(25)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Perhitungan momen material handling pada lantai pabrik yang saat ini digunakan oleh PT. Atmindo.

2. Perancangan alternatif layout dan perhitungan momen material handling dari setiap alternatif layout.

3. Perancangan alternatif layout dan perhitungan biaya material handling dari setiap alternatif layout.

4. Perhitungan waktu siklus yang digunakan saat ini oleh PT. Atmindo dan waktu siklus dari rancangan usulan layout.

1.6. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah adalah:

1. Perancangan usulan menggunakan Metode Grafik, Metode Systematic Layout Plant (SLP) dan menggunakan bantuan Software CRAFT.

2. Rancangan yang diusulkan adalah rancangan konseptual.

1.7. Asumsi yang Digunakan

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tidak terjadi penambahan jenis produk baru yang selama ini tidak pernah diproduksi PT. Atmindo yaitu boiler.

(26)

3. Proses produksi berjalan sesuai dengan standar kerja yang ada. 4. Kondisi lantai produksi tidak berubah selama penelitian.

5. Proses produksi berlangsung secara normal dan tidak ada gangguan atau perubahan urutan operasi yang mempengaruhi jalannya proses produksi. 6. Perhitungan perpindahan bahan antar mesin berdasarkan jarak pusat ke

(27)

2.1. Defenisi Tata Letak Pabrik

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan

fasilitas-fasilitas pabrik dengan memanfaatkan luas area secara optimal guna menunjang

kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto, S., 2003: 67) atau tata letak pabrik

(plant layout) dapat juga didefinisikan sebagai suatu rencana atau aktivitas

perencanaan, penyusunan yang optimal dari fasilitas-fasilitas suatu industri yang

meliputi tenaga kerja, peralatan operasi, ruang penyimpanan, peralatan penanganan

material, dan semua pelayanan pendukung sesuai dengan rancangan terbaik dari

struktur yang terdiri dari fasilitas-fasilitas ini. Tata letak yang baik selalu melibatkan

tata cara pemindahan bahan di pabrik, sehingga kemudian disebut tata letak pabrik

dan pemindahan bahan.

Rekayasawan yang merancang fasilitas harus mengevaluasi, menganalisis,

membentuk konsep dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang dan jasa. Dengan

kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk

membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu

susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan sarana lain) untuk

(28)

dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien, ekonomis

dan aman (Apple, J. M., 1990: 2).

Pada dasarnya, dalam pengaturan fasilitas produksi dalam pabrik, dibedakan

atas dua hal yang akan diatur tata letaknya, yaitu:

1. Pengaturan tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya (machines

layout), yaitu pengaturan dari semua mesin-mesin dan fasilitas yang

diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap-tiap departemen yang ada

di pabrik.

2. Pengaturan tata letak departemen, yaitu pengaturan bagian atau

departemen, serta hubungannya antara satu departemen dengan yang

lainnya di dalam pabrik.

2.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik

Secara garis besar, tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur area

kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi yang

aman dan nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja dan kinerja (performance)

dari operator (Apple, J. M., 1990: 5-8). Lebih spesifik lagi, suatu tata letak pabrik

yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam sistem produksi,

sebagai berikut:

a. Memperlancar proses manufaktur

Tata letak pabrik yang direncanakan haruslah menjamin proses

(29)

1. Penyusunan peralatan dan mesin yang efektif sehingga aliran bahan

lancar dan mendekati garis lurus dengan mengurangi gerakan

bolak-balik.

2. Mengurangi waktu menunggu pada proses produksi.

3. Aliran bahan yang terencana sehingga setiap daerah kerja dapat

dibedakan dengan jelas untuk menghindari tercampurnya alat-alat

kerja.

b. Mengurangi proses pemindahan bahan (minimalisasi material handling)

Biaya pemindahan bahan merupakan salah satu elemen biaya dari total

biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan biaya

pemindahan bahan ini biasanya sebanding dengan jarak pemindahan

bahan yang harus ditempuh, sedangkan jarak pemindahan bahan dapat

dianalisis dengan memperhatikan tata letak fasilitas produksi yang ada di

pabrik. Karena itu, dalam perancangan tata letak pabrik diusahakan agar

jarak pemindahan bahan menjadi seminimal mungkin.

c. Menjaga fleksibilitas susunan peralatan

Kemungkinan perubahan jumlah dan bentuk produksi sangat penting

diperhatikan dalam tata letak pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat

dengan mudah diubah menurut kebutuhan produksi.

d. Mengurangi inventory in proscess

Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin agar bahan

(30)

secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya barang setengah jadi

(material in process). Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengurangi

waktu tunggu (delay) dan mengurangi antrian bahan yang menunggu

untuk segera diproses.

e. Menurunkan investasi pada peralatan

Susunan mesin, peralatan dan susunan departemen yang tepat dan dapat

membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan.

f. Penghematan penggunaan luas lantai

Suatu perencanaan tata letak pabrik yang optimal akan mampu mengatasi

segala pemborosan pemakaian ruangan yang disebabkan oleh lalu lintas

bahan dalam pabrik, penumpukan material, jarak antar mesin yang

berlebihan dan lain-lain, serta akan berusaha untuk mengoreksi semua

pemborosan tersebut.

g. Memelihara pemakaian tenaga kerja seefektif mungkin

Tata letak pabrik yang tidak baik akan membutuhkan tenaga kerja yang

lebih besar sehingga merupakan suatu pemborosan. Pemakaian tenaga

kerja dengan efektif dan efisien dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara menual.

2. Mengurangi faktor yang mengakibatkan pekerja banyak berjalan

dalam pabrik.

3. Melakukan keselarasan antara mesin dan operator sehingga antara

(31)

4. Mengadakan pengawasan yang efektif terhadap karyawan.

h. Memberikan suasana kerja yang menyenangkan

Memberikan suasana kerja yang menyenangkan kepada para pekerja

seperti pengaturan letak penerangan, ventilasi serta keselamatan kerja

yang terjamin.

2.3. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik

Dalam perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik, terdapat enam prinsip

dasar yang perlu diperhatikan (Muther, R., 1955: 7-8), antara lain:

a. Prinsip integrasi secara total

That layout is best which integrates the men, material, machinery

supporting activities, and any other considerations in way that result in

the best compromise.”

Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan

integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu

unit operasi yang besar.

b. Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal

Other things being equal, tha layout is best permits the materials to

move the minimum distance between operations.”

Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mancakup

beberapa gerakan perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari

(32)

operasi lain, waktu dapat dihemat dengan cara mengurangi perpindahan

jarak tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan operasi

yang berikutnya sedekat mungkin dengan operasi sebelumnya.

c. Prinsip aliran suatu proses kerja

Other things being equal, than layout is best that arranges the work area

for each operations or process in the same order or sequence that forms,

treats, or assembles the materials.”

Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik

(back tracking), gerak memotong (cross movement), kemacetan

(congestion) dan sedapat mungkin material bergerak terus tanpa ada

interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran konstan dengan minimum interupsi,

kesimpangsiuran dan kemacetan.

d. Prinsip pemanfaatan ruangan

Economy is obtained by using effectively all available space-both

vertical and horizontal.”

Makna dasar tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan

dipakai oleh manusia, bahan baku, dan peralatan penunjang proses

produksi lainnya, yang memilki tiga dimensi yaitu aspek volume (cubic

space), dan bukan hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan

demikian, dalam perencanaan tata letak, faktor dimensi ruangan ini juga

(33)

e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja

Other things being equal, that layout is best which makes works

satisfying and safe for workers.”

Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang, dan dapat dianggap

sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan membuat suasana

kerja menyenangkan dan memuaskan, maka secara otomatis akan banyak

keuntungan yang bisa kita peroleh. Selanjutnya, keselamatan kerja juga

merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata

letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan baik apabila tidak

menjamin atau bahkan justru membahayakan keselamatan orang yang

bekerja di dalamnya.

f. Prinsip fleksibilitas

Other things being equal, that layout is best that can be adjusted and

rearrange at minimum cost and inconvenience”.

Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi,

dan transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan

mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu mengimbanginya. Untuk

ini, kondisi ekonomi akan bisa tercapai apabila tata letak yang ada telah

direncanakan cukup fleksibel untuk diadakan penyesuaian/pengaturan

(34)

2.4. Jenis Persoalan Tata Letak Pabik

Masalah dan jenis persoalan dalam tata letak pabrik beragam jenisnya

(Apple, J. M., 1990: 16-18). Jenis dari persoalan tata letak pabrik adalah:

1. Perubahan rancangan

Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses atau

opersi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya memerlukan

penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada, atau berbentuk

perancangan ulang tata letak. Hal ini bergantung kepada perubahan yang

terjadi.

2. Perluasan departemen

Perluasan departemen dapat terjadi bila ada penambahan produksi suatu

komponen produk tertentu. Hal ini mungkin hanya berupa penambahan

sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat ruangan atau

mungkin diperlukan perubahan seluruh tata letak jika pertambahan

produksi menuntut perubahan proses.

3. Pengurangan departemen

Jika jumlah peroduksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu

dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya.

Perubahan seperti mungkin menuntut disingkirkannya peralatan yang

(35)

4. Penambahan produk baru

Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan

produk yang telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah

baru. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa

mesin baru pada tata letak yang ada dengan penyusunan ulang minimum,

atau mungkin memerlukan persiapan departemen baru, dan mungkin juga

dengan pabrik baru.

5. Memindahkan satu departemen

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah yang besar.

Jika tata letak yang ada masih memenuhi, hanya diperlukan pemindahan

ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal

ini menghadirkan kemungkinan untuk perbaikan kekeliruan yang lalu.

Hal ini dapat berubah kearah tata letak ulang pada wilayah yang baru.

6. Penambahan departemen baru

Masalah ini dapat timbul karena adanya penyatuan, seperti pekerjaan

mesin bor dari seluruh departemen disatukan ke dalam satu departemen

terpusat. Masalah ini dapat juga terjadi karena kebutuhan pengadaan

suatu departemen untuk pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.

Hal ini dapat terjadi untuk membuat suatu komponen yang selama ini

dibeli dari perusahaan lain.

(36)

Persoalan ini menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan untuk

mendapatkan tambahan ruang.

8. Perubahan metode produksi.

Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja seringkali mempunyai

pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut

peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

9. Penurunan biaya

Hal ini merupakan akibat dari setiap keadaan pada masalah-masalah

sebelumnya.

10. Perencanaan fasilitas baru

Persoalan ini merupakan persoalan tata letak terbesar. Perancangan

umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancangan

bebas merencanakan tata letak yang paling baik yang dapat dipakai.

Bangunan dapat dirancang untuk menampung tata letak setelah

diselesaikan. Fasilitas dapat ditata untuk kegiatan manufaktur terbaik.

2.5. Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya

Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat

mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas waktu proses produksi

dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi. Kegiatan yang

berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu

(37)

rancangannya dikenal dengan Tata Letak Pabrik (Wignjosoebroto, S., 1996:

148-158).

Tata letak pabrik dapat didefenisikan sebagai perencanaan dan

penggabungan (integeration) dari aliran komponen-komponen suatu produk untuk

mendapatkan interelasi yang paling efektif dan paling ekonomis antara pekerja,

peralatan, pemindahan bahan mulai dari bagian penerimaan bahan baku sampai

pengolahan bahan dan akhirnya pengiriman produk jadi ke konsumen.

Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur

dan efisien dari semua fasilitas-fasilitas pabrik dan tenaga kerja yang ada di pabrik.

Fasilitas pabrik disini tidak hanya mesin-mesin tetapi juga service area, termasuk

tempat penerimaan dan pengiriman barang, maintenance, gudang dan sebagainya. Di

samping itu juga, sangat penting diperhatikan keamanan dan kenyamanan pekerja

dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu, tata letak pabrik yang baik

adalah tata letak yang memiliki daerah kerja yang memiliki interrelation, sehingga

bahan-bahan dapat diproduksi secara ekonomis.

Tata letak pabrik sangat berkaitan erat dengan efesiensi dan efektivitas

pekerjaan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan produksi akan lebih ekonomis bila aliran suatu bahan dirancang

dengan baik.

2. Pola aliran bahan menjadi dasar terhadap suatu susunan peralatan yang

(38)

3. Alat pemindahan bahan (material handling) akan mengubah pola aliran

bahan yang stasis menjadi dinamis dengan melengkapinya dengan alat

angkut yang sesuai.

4. Susunan fasilitas-fasilitas yang efektif disekitar pola aliran bahan akan

memberikan operasi yang efektif dari berbagai proses produksi yang

saling berhubungan.

5. Operasi yang efisien akan meminimumkan biaya produksi.

6. Biaya produksi yang minimum akan memberikan profit yang lebih tinggi.

Dalam tata letak pabrik, sangat ditentukan oleh susunan mesin-mesin yang

ada di pabrik, yang membentuk suatu aliran produksi.

Berdasarkan hal ini ada 4 (empat) tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:

1. Tata Letak Pabrik Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout atau Production

Line Product)

Product layout dapat didefenisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan

penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen

tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai di dalam

departemen tersebut. Bahan baku dipindahkan dari stasiun kerja ke stasiun kerja

lainnya di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke

departemen yang lain.

Dalam product layout, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan

(39)

garis perakitan. Product layout akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi

dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produksi yang kontinyu. Dan

gambar tata letak berdasarkan aliran produksi dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)

(Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

Tujuan dari tata letak ini adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan

dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya

terjadi penghematan biaya.

Keuntungan tipe product layout adalah:

1. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentuk garis.

2. Pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya,

sebagai akibat inventori barang setengah jadi menjadi kecil.

(40)

4. Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal, konsekuensi dari operasi ini

adalah material handling dapat dikurangi.

5. Memerlukan operator dengan keterampilan yang rendah, training operator tidak

lama dan tidak membutuhkan banyak biaya.

6. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan penyimpanan

barang sementara.

7. Memerlukan aktivitas yang sedikit selama proses produksi berlangsung.

Sedangkan kerugian dari product layout adalah:

1. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses produksi.

2. Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk

memerlukan penyusunan layout ulang.

3. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling lambat.

4. Membutuhkan supervisi secara umum tidak terspesifikasi.

5. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan dipasang lagi

kalau proses yang sejenis diperlukan.

2. Tata Letak Pabrik Berdasarkan Fungsi (Process Layout)

Dalam process/functional layout semua operasi dengan sifat yang sama

dikelompokkan dalam departemen yang sama pada suatu pabrik/industri. Mesin,

peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan jadi satu, misalnya

(41)

dan mesin mill dijadikan satu departemen. Dengan kata lain material dipindah

menuju departemen-departemen sesuai dengan urutan proses yang dilakukan.

Gambar tata letak pabrik berdasarkan fungsi proses dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Process Layout)

(Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

Proses layout dilakukan bila volume produksi kecil, dan terutama untuk

jenis produk yang tidak standar, biasanya berdasarkan order. Kondisi ini disebut

sebagai job shop. Tata letak tipe process layout banyak dijumpai pada sektor industri

manufaktur maupun jasa.

Kelebihan atau keuntungan menggunakan layout tipe ini adalah:

1. Penggunaan mesin dapat dilakukan dengan efektif, konsekuensinya memerlukan

sedikit mesin.

2. Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup berbagai macam

(42)

3. Investasi mesin relatif kecil karena digunakan mesin yang umum (general

purpose).

4. Keragaman tugas membuat tenaga kerja lebih tertarik dan tidak bosan.

5. Adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien melalui spesialisasi

pekerjaan, khususnya untuk pekerjaan yang sulit dan memerlukan ketelitian yang

tinggi.

6. Mudah untuk mengatasi breakdown pada mesin, yaitu dengan cara

memindahkannya ke mesin yang lain dan tidak menimbulkan hambatan-hambatan

dalam proses produksi.

Sedangkan sisi kelemahan atau kekurangannya adalah:

1. Aliran proses yang panjang mengakibatkan material handling lebih mahal karena

aktivitas pemindahan material. Hal ini disebabkan karena tata letak mesin

tergantung pada macam proses atau fungsi kerjanya dan tidak tergantung pada

urutan proses produksi.

2. Total waktu produksi lebih panjang.

3. Inventori barang setengah jadi cukup besar, jadi menyebabkan penambahan

tempat.

4. Diperlukan keterampilan tenaga kerja yang tinggi guna menangani berbagai

macam aktivitas produksi yang memiliki variasi besar.

5. Kesulitan dalam menyeimbangkan tenaga kerja dari setiap fasilitas produksi karena

(43)

3. Tata Letak Pabrik Berdasarkan Kelompok Produk (Group Technology Layout)

Tipe tata letak ini, biasanya komponen yang tidak sama dikelompokkan ke dalam

satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk komponen, mesin atau peralatan yang

dipakai. Pengelompokkan bukan didasarkan pada kesamaan penggunaan akhir.

Mesin-mesin dikelompokkan dalam satu kelompok dan ditempatkan dalam sebuah

manufacturing cell. Gambar tata letak pabrik berdasarkan kelompok produk dapat

dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

Kelebihan tata letak berdasarkan kelompok teknologi ini adalah:

1. Karena group technology memanfaatkan kesamaan komponen/ produk maka dapat

(44)

2. Penyusunan mesin didasarkan atas family produk sehingga dapat mengurangi

waktu set up, mengurangi ongkos material handling dan mengurangi area lantai

produksi.

3. Apabila ada urutan proses yang terhenti maka dapat dicari alternatif lain.

4. Mudah mengidentifikasi bottlenecks dan cepat merespon perubahan jadwal.

5. Operator makin terlatih, cacat produk dapat dikurangi dan dapat mengurangi bahan

yang terbuang.

Seperti halnya tipe tata letak fasilitas yang lain, tipe tata letak berdasarkan

kelompok produk juga mempunyai kekurangan-kekurangan yaitu:

1. Utilisasi mesin yang rendah.

2. Memungkinkan terjadinya duplikasi mesin.

3. Biaya yang cukup tinggi untuk realokasi mesin.

4. Membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi karena ada kemungkinan

komponen yang diproses berada pada sel yang salah.

4. Layout Berposisi Tetap (Fixed Position Layout)

Sistem berdasarkan product layout maupun process layout, produk bergerak

menuju mesin sesuai dengan urutan proses yang dijalankan. Layout yang berposisi

tetap ditunjukkan bahwa mesin, manusia serta komponen-komponen bergerak menuju

lokasi material untuk menghasilkan produk. Layout ini biasanya digunakan untuk

(45)

mudah untuk dilakukan pemindahan. Contoh dari industri ini adalah industri pesawat

terbang, penggalangan kapal, pekerjaan konstruksi bangunan. Dan gambar tata letak

berdasarkan posisi tetap dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout)

(Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

Keuntungan tata letak tipe ini adalah:

1. Karena yang berpindah adalah fasilitas-fasilitas produksi, maka perpindahan

material dapat dikurangi.

2. Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan produksi, maka

kontinuitas produksi dan tanggung jawab kerja bisa tercapai dengan

sebaik-baiknya.

Sedangkan kerugian dari tipe tata letak ini adalah:

1. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas produksi atau operator pada

(46)

2. Adanya duplikasi peralatan kerja yang akhirnya menyebabkan perubahan space

area dan tempat untuk barang setengah jadi.

3. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang ketat khususnya dalam

penjadwalan produksi.

2.6. Persoalan Pemindahan Bahan dan Pengaruhnya Terhadap Tata Letak Pabrik

Sistem pemindahan bahan baku memegang peranan penting dalam

perencanaan suatu pabrik. Untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi

diperlukan aktivitas pemindahan bahan, sekurang- kurangnya satu dari tiga elemen

dasar sistem produksi: bahan baku, orang/pekerja, atau mesin dan peralatan produksi.

Pada sebagaian besar proses manufaktur, bahan baku akan lebih sering berpindah dari

pada pekerja atau mesin, sehingga perencanaan tata letak pabrik tidak bisa

mengabaikan aktivitas pemindahan bahan. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin

menerapkan sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan masalah

umum yang dijumpai dalam perencanaan tata letaknya.

2.6.1. Pengertian Umum Pemindahan Bahan

Pengertian dari pemindahan bahan (material handling) dirumuskan oleh

American Material Handling Society (AMHS), yaitu sebagai suatu seni dari ilmu

yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan/

(47)

(controlling) dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya

dengan pemindahan bahan, maka proses pemindahan bahan ini akan dilaksanakan

dari satu lokasi ke lokasi yang lain baik secara vertikal, horizontal maupun lintasan

yang membentuk kurva. Demikian pula lintasan ini dapat dilaksanakan dalam suatu

lintasan yang tetap atau berubah-ubah.

2.6.2. Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan

Kegitan pemindahan bahan merupakan kegitan yang membutuhkan biaya

dan ikut mempengaruhi struktur biaya produksi, sehingga perlu dilakukan

perencanaan, pengawasan, pengendalian serta perbaikan agar tujuan kegiatan

pemindahan bahan itu sendiri dapat tercapai (Apple, J. M., 1990: 226), yaitu:

1. Meningkatkan kapasitas produksi

Peningkatan kapasitas produksi ini dapat dicapai melalui:

a. Peningkatan produksi kerja per man-hour.

b. Peningkatan efisiensi mesin atau peralatan dengan mengurangi

down-time.

c. Menjaga kelancaran aliran kerja dalam pabrik.

d. Perbaikan pengawasan terhadap kegiatan produksi.

2. Mengurangi limbah buangan (waste)

Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan pemindahan bahan

(48)

a. Pengawasan yang sebaik-baiknya terhadap keluar masuknya

persediaan material yang dipindahkan.

b. Eliminasi kerusakan pada bahan selama pemindahan berlangsung.

c. Fleksibilitas untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan kondisi-kondisi

khusus dalam memindahkan bahan ditinjau dari sifatnya.

3. Memperbaiki kondisi area kerja

Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan ini, dengan

cara:

a. Memberikan kondisi kerja yang lebih nyaman dan aman.

b. Mengurangi faktor kelelahan bagi pekerja/ operator.

c. Menigkatkan perasaan nyaman bagi operator.

d. Memacu pekerja untuk mau bekerja lebih produktif lagi.

4. Memperbaiki distribusi material

Dalam hal ini, kegiatan material handling memiliki sasaran:

a. Mengurangi terjadinya kerusakan terhadap produk selama proses

pemindahan bahan dan pengiriman.

b. Memperbaiki jalur pemindahan bahan.

c. Memperbaiki lokasi dan pengaturan dalam fasilitas penyimpanan.

d. Meningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman barang dan penerimaan.

5. Mengurangi biaya

Pengurangan biaya ini dapat dicapai melalui:

(49)

b. Pemanfaatan luas area untuk kepentingan yang lebih baik.

c. Peningkatan produktivitas.

2.6.3. Minimisasi Material Handling

Masalah pemindahan bahan mencakup kemungkinan bahwa sumber atau

tujuan dapat dipergunakan sebagai titik antara dalam mencari hasil optimal.

Minimisasi material handling adalah kegiatan untuk memperkecil jumlah

perpindahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

( )

ij ij

X ij = Frekuensi Perpindahan material dari mesin i ke mesin j

d ij = Jarak Perpindahan dari mesin i ke mesin j

n = Jumlah mesin

2.6.4. Biaya Pemindahan Bahan (Material Handling)

Tujuan dari analisis pemindahan bahan baku (material handling) adalah

mencapai pemindahan bahan yang tertib dan teratur tanpa mengganggu proses

(50)

digunakan untuk menghitung ongkos material handling (OMH) adalah sebagai

nmat = jumlah unit yang dipindah

C = kapasitas alat angkut (unit)

Sehingga biaya pemindahan bahan baku dapat dihitung dengan persamaan berikut:

OMH = r × f ×OMH /m... (2.5)

(51)

OMH = ongkos material handling

r = jarak perpindahan (m)

f = frekuensi pemindahan

Sehingga penentuan biaya angkut material handling dapat dihitung dengan

persamaan berikut:

2.7. Teknik Analisis Aliran Bahan

Pengaturan departemen-departemen dalam suatu pabrik didasarkan pada

aliran bahan (material) di antara fasilitas-fasilitas produksi atau

departemen-departemen tersebut. Untuk mengevaluasi alternatif perencanaan tata letak

departemen atau tata letak fasilitas produksi, maka diperlukan aktivitas pengukuran

aliran bahan dalam sebuah analisis teknis (Wignjosoebroto, S., 2003: 175-206).

Ada banyak teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan

menganalisis aliran bahan. Teknik-teknik ini dibagi ke dalam dua kategori:

1. Teknik Analisis Kuantitatif

Metode ini merupakan teknik analisis modern dengan menggunakan

(52)

diklasifikasikan sebagai penelitian operasional dan seringkali harus menggunakan

program-program komputer khusus untuk melakukan perhitungan yang rumit.

2. Teknik Analisis Konvensional

Metode ini telah digunakan selama bertahun-tahun, relatif mudah untuk

digunakan, bertitik berat pada cara grafis. Secara keseluruhan teknik konvensional

merupakan alat terbaik yang dapat digunakan terutama untuk tujuan analisis

aliran bahan. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kategori teknik

konvensional antara lain: Assembly Chart, Peta Proses Operasi, Multi Product

Process Chart, Diagram Tali, Peta Proses, Flow Diagram, Flow Process Chart,

Travel Chart dan Peta Prosedur.

Dalam penelitian ini akan digunakan dua macam teknik konvensional yang

saling melengkapi dalam penggunaanya untuk menganalisis aliran bahan sehingga

diharapkan tujuan penelitian ini tercapai. Teknik konvensional tersebut adalah Multi

Product Process Chart, String Diagram dan Travel Chart.

2.7.1. Multi Product Process Chart

Multi Product Process Chart atau sering disebut sebagai peta ”Darab

Proccess Product” adalah sebuah peta yang digunakan untuk menggambarkan aliran

atau urutan operasi kerja yang menghasilkan produk dengan banyak jenis atau banyak

part. Peta ini terutama berguna untuk menunjukkan keterkaitan produksi antara

(53)

Bentuk umum dari Multi Product Process Chart dapat digambarkan sebagai

sebuah tabel yang terdiri atas kolom dan baris. Pada kolom sebelah kiri, secara umum

dicantumkan nama departemen, kegiatan, proses atau mesin dan peralatan produksi

yang harus dilalui komponen atau produk. Disepanjang garis atas, dari kiri ke kanan,

dituliskan nama komponen atau produk yang sedang dibahas. Urutan operasi

produksi untuk tiap produk atau komponen dicatat dalam tabel dibawah produk atau

komponen yang sesuai dan sejajar dengan proses, mesin, atau departemen yang sesuai

dengan bentuk lingkaran yang di dalamnya dicantumkan nomor operasi. Untuk lebih

jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Produk

Operasi 001 002 003 004 005 006 007

A

B

C

D

E

Gambar 2.5. Multi Product Process Chart

(Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

2.7.2. Travel Chart

Travel Chart sering disebut juga sebagai From to Chart atau Trip Frequecy

Chart, merupakan suatu teknik konvensional yang umum digunakan untuk

(54)

sangat berguna untuk kondisi dimana terdapat banyak produk atau item yang

mengalir melalui suatu area (Purnomo, H., 2004: 102).

Pada tata letak yang berdasarkan produk (product layout) tidak diperlukan

adanya penggunaan travel chart ini, namun untuk tipe layout berdasarkan proses

(process layout), maka travel chart dapat membantu dalam melakukan penyusunan

mesin-mesin dan peralatan produksi secara sistematis.

Dari Travel Chart yang telah dibuat, kemudian dikembangkan sebuah layout

skematik, dimana lingkaran-lingkaran kecil digunakan untuk menggambarkan

kegiatan operasi produksi atau departemen, dan garis-garis penghubung antara satu

lingkaran dengan lingkaran lainnya merupakan gambaran dari hubungan kegiatan

pemindahan bahan antara operasi yang ditunjukkannya. Pada garis ini dicantumkan

angka-angka yang merupakan data yang digunakan sebagai dasar untuk analisis.

Contoh Travel Chart dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Ke Dari

A B C D E F G H I Total

A 2 2 3 1 8

B 1 1 1 3

C 1 2 2 5

D 3 3 2 2 10

E 1 1 1 3

F 1 1 1 1 1 5

G 1 1 2 6

Total 0 3 4 7 4 6 5 6 4

Gambar 2.6. Travel Chart

(55)

Setelah pembentukan Travel Chart maka pembentukan layout skematik dan

contoh layout skematik dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Layout Skematik (Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)

2.8. Metode Grafik

Metode grafik merupakan metode perancangan tata letak yang menggunakan

grafik kedekatan (adjacency graph) sebagai penghubung antara

departemen-departemen atau fasilitas-fasilitas yang ada dengan tujuan untuk memperoleh bobot

terbesar (Purnomo, H., 2004: 137). Bobot terbesar diperoleh dengan menjumlahkan

masing-masing nilai pada busur yang dibuat.

Tahap-tahap/prosedur pembentukan metode grafik:

1. Pengumpulan data jarak dan luasan antar departemen dan pembuatan activity

relationship chart (ARC).

2. Pembuatan peta dari departemen ke departemen lain yang diambil dari peta

operasi.

3. Pembentukan alternatif blocklayout. A

D

G H

E B

(56)

4. Pemilihan blocklayout terbaik dilihat dari jumlah bobot lebih besar.

5. Memilih pasangan departemen yang memiliki bobot terbesar.

6. Memilih departemen ketiga yang masuk dalam grafik, kemudian dipilih bobot

penjumlahan terbesar.

7. Segitiga yang telah terbentuk kemudian digabungkan dengan departemen yang

belum masuk dalam grafik sampai semua departemen masuk dalam grafik dan

tetap dipilih pasangan antar departemen yang memiliki bobot terbesar adalah

yang terbaik.

8. Langkah terakhir adalah menyusun ulang block layout yang sesuai grafik

kedekatan.

Metode Grafik harus memiliki data jarak antar departemen dan

menggambarkan hubungan kedekatan antar departemen dengan Activity Relationship

Chart (ARC). Perancangan layout dengan metode grafik adalah dengan menyusun

blocklayout yang memiliki grafik kedekatan.

2.9. Metode Systematic Layout Plant (SLP)

Systematic Layout Plant (SLP) pertama dibuat oleh Richard Muther (1973).

Muther mengembangkan prosedur layout yang lebih baik yang disebut Systematic

Layout Plant. Perancangan layout menggunakan Systematic Layout Plant (SLP)

dibuat untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut berbagai macam

(57)

service, perakitan dan aktivitas-aktivitas perkantoran lainnya (Purnomo, H., 2004:

120).

Tahap-tahap/prosedur pembentukan metode Systematic Layout Plant (SLP):

1. Pengumpulan data (gambar kerja (flow process chart), daftar komponen, bills of

material), pembuatan peta proses operasi dan rancangan jadwal produksi.

2. Menganalisis aliran material (flow of material), untuk menganalisis pengukuran

kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material di antara

departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional. Biasanya sering digunakan

peta-peta atau diagram-diagram sebagai berikut:

a.Peta aliran proses.

b.Diagram alir.

c.Peta proses produk banyak.

d.From to chart.

e.Peta hubungan aktivitas.

f. Peta perakitan.

3. Menganalisis hubungan aktivitas, untuk mendapatkan atau mengetahui biaya

pemindahan dari material dan bersifat kuantitatif sedang analisis lebih bersifat

kualitatif dalam perancangan layout disebut Activity Relationship Chart (ARC).

4. Pembuatan diagram hubungan ruangan.

5. Menghitung kebutuhan luasan daerah.

(58)

Secara singkat metode Systematic Layout Plant (SLP) adalah merancang

layout dengan memperhatikan proses yang ada dan hubungan kedekatan

masing-masing departemen berdasarkan aliran material. Metode tersebut terdiri dari 3 (tiga)

tahapan yaitu tahap analisis, tahap penelitian dan tahap seleksi dengan cara

mengevaluasi.

Dan langkah-langkah dasar dari metode Systematic Layout Plant (SLP)

dapat dilihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.

1. Data Masukan dan aktivitas

4. Diagram hubungan aktivitas dan/ atau aliran

2. Aliran Material 3. Hubungan Aktivitas

5. a. Kebutuhan ruangan

5. b. Ruangan yang tersedia

6. Diagram hubungan ruangan

8. Pembuatan alternatif tata letak

9. Evaluasi

7. a Modifikasi 7. b. Batasan praktis

(59)

2.10. Computerized Layout

Dewasa ini sering diaplikasikan teknik analitik dengan bantuan komputer

dalam pengembangan tata letak. Penggunaan komputer dalam menyelesaikan

masalah tata letak mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan pendekatan

manual tradisional. Pertama, dengan komputer perhitungan dapat dilakukan lebih

cepat dibandingkan prosedur manual. Kedua, komputer mampu untuk menyelesaikan

masalah yang kompleks. Ketiga, pada proses perancangan menggunakan komputer

lebih ekonomis dibandingkan perancangan dengan manual oleh manusia.

Tata letak dengan bantuan komputer mempertimbangkan aliran antar

departemen dapat secara kuantitatif dicatat dalam sebuah Form to Chart atau secara

kualitatif dicatat di dalam sebuah Relationship Chart. Tata letak dengan bantuan

komputer yang dikenal antara lain CRAFT (Computerized Relative Allocation of

Techniques), COFAD (Computerized Facilities Design), PLANET (Plant Layout

Analysis and Evaluation Technique), CORELAP (Computerized Relationship Layout

Technique), ALDEP (Automated Layout Design Program), BLOCPLAN.

2.10.1. BLOCPLAN

BLOCPLAN merupakan sistem perancangan tata letak fasilitas yang

dikembangkan oleh Donaghey dan Pire pada departemen teknik industri, Universitas

Houston. Program ini membuat dan mengevaluasi tipe-tipe tata letak dalam merespon

data masukan. BLOCPLAN mempunyai kemiripan dengan CRAFT dalam

(60)

1. BLOCPLAN dapat menggunakan peta keterkaitan sebagai input data,

sedangkan CRAFT hanya menggunakan peta dari- ke (form to-chart).

2. CRAFT dalam menghitung biaya tata letak dapat diukur baik berdasarkan

ukuran jarak maupun dengan kedekatan sedangkan BLOCPLAN tidak.

3. Jumlah baris di dalam BLOCPLAN ditentukan oleh program dan

biasanya dua atau tiga baris.

BLOCPLAN memiliki kelemahan yaitu tidak akan menangkap initial layout

secara akurat. Pengembangan tata letak hanya dapat dicari dengan melakukan

perubahan atau pertukaran letak departemen satu dengan lainnya.

2.10.2. ALGORITMA GENETIKA

Algoritma genetika adalah algoritma pencarian heuristik yang didasarkan

atas mekanisme evolusi biologis. Keberagaman pada evolusi biologis adalah variasi

dari kromosom antar individu organisme. Variasi kromosom ini akan mempengaruhi

laju reproduksi dan tingkat kemampuan organisme untuk tetap hidup.

Pada dasarnya ada 4 kondisi yang sangat mempengaruhi proses evaluasi yaitu:

1. Kemampuan organisme untuk melakukan reproduksi.

2. Keberadaan populasi organisme yang bisa melakukan reproduksi.

3. Keberagaman organisme dalam suatu populasi.

4. Perbedaan kemampuan untuk survive.

Komponen-komponen utama Algoritma Genetika:

(61)

2. Prosedur Inisialisasi.

3. Fungsi Evaluasi.

4. Seleksi.

5. Operator Genetika.

6. Penentuan Parameter.

2.10.3. SIMULATED ANNEALING

Ide dasar simulated annealing terbentuk dari pemrosesan logam. Annealing

(memanaskan kemudian mendinginkan) dalam pemrosesan logam ini adalah suatu

proses bagaimana membuat bentuk cair berangsur-angsur menjadi bentuk yang lebih

padat seiring dengan penurunan temperatur. Simulatedannealing biasanya digunakan

untuk penyelesaian masalah yang mana perubahan keadaan dari suatu kondisi ke

kondisi yang lainnya membutuhkan ruang yang sangat luas, misalkan perubahan

gerakan dengan menggunakan permutasi pada masalah penentuan tata letak fasilitas.

Pada simulated annealing, ada 3 (tiga) parameter yang sangat menentukan

yaitu tetangga, gain, temperatur, pembangkitan bilangan random. Tetangga akan

sangat berperan dalam membentuk perubahan pada solusi sekarang. Pembangkitan

bilangan random akan berimplikasi adanya probabilitas.

Dari algoritma tersebut, sebenarnya secara umum ada 3 (tiga) hal yang perlu

disoroti pada simulated annealing adalah:

(62)

2. Nilai T0 biasanya ditetapkan cukup besar (tidak mendekati nol), karena jika T

mendekati 0 maka gerakan simulated annealing akan sama dengan hill climbing.

3. Kriteria yang digunakan untuk memutuskan apakah temperatur sistem

seharusnya dikurangi.

4. Berapa besarnya pengurangan temperatur dalam setiap waktu.

2.10.4. CRAFT

Tata letak menggunakan software Computerized Relatfue Allocation

Facilities Technique atau yang sering dikenal dengan CRAFT. CRAFT merupakan

singkatan dari Computerized Relatfue Allocation Facilities Technique pertama kali

diperkenalkan pada Armour, Buff, dan Vollman (1964). CRAFT merupakan salah

satu algoritrna pertama dalam literatur. CRAFT menggunakan from to chart sebagai

input. Biaya layout ditentukan berdasarkan jarak center. Departemen tidak dibatasi

dalam bentuk rectangular.

CRAFT menggunakan data aliran barang sebagai dasar bagi pengembangan

hubungan kedekatan, dalam batasan beberapa satuan ukuran (kg/hari, satuan/tahun,

muatan/minggu) antara pasangan-pasangan kegiatan untuk membentuk suatu matriks

bagi program ini.

Data masukan lainnya memberi kemungkinan pemasukan biaya pemindahan

tiap satuan pemindahan, dan tiap satuan jarak. Bila masukan seperti ini tidak tersedia,

atau tidak mencukupi, dapat diatasi dengan memasukkan angka 1 untuk semua biaya

Gambar

Gambar 2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk  (Wignjosoebroto, Sritomo, 2003)
Gambar 2.8. Langkah- langkah dasar SLP           (Tompkins J.,A., et al)
Tabel 2.2. Review Jurnal
Tabel 2.2. (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari tataletak lantai produksi, maka dilakukan penyusunan ulang terhadap tata letak yang telah ada dengan mempertimbangkan

Sebagai pendukung, akan di rancang sebuah sistem informasi tata letak dengan metode CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Technique) dan sistem penempatan produk di

Penyusun berusaha memberikan alternatif dengan cara merancang ulang tata letak fasilitas produksi yang telah ada sebelumnya dengan metode CRAFT yaitu mempertukarkan lokasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tata letak fasilitas pabrik yang efisien dengan menggunakan metode ARC dan menganalisis secara kuantitatif

layout usulan lantai produksi, dari layout usulan yang ada maka akan dipilih 1 layout usulan terbaik pada penelitian ini yaitu layout usulan fasilitas dan lantai produksi

layout usulan lantai produksi, dari layout usulan yang ada maka akan dipilih 1 layout usulan terbaik pada penelitian ini yaitu layout usulan fasilitas dan lantai produksi

Untuk merancang tata letak pabrik dapat digunakan metode Systematic Layout Planning (SLP) dengan membuat operation process chart untuk mengetahui proses

Perbandingan Metode Systematic Layout Planning dengan Software Blocplan dalam Merancang Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi di PT.XYZ Tebing Tinggi.Skripsi.Universitas Sumatera Utara..