• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Ortodonti Piranti Cekat Pada Tahun 2006 – 2011 Dengan Menggunakan Peer Assesment Rating Index

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Keberhasilan Perawatan Ortodonti Piranti Cekat Pada Tahun 2006 – 2011 Dengan Menggunakan Peer Assesment Rating Index"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN

PEER ASSESMENT RATING INDEX

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BILLY ANDERSON SINAGA

NIM : 080600070

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Tahun 2012

Billy Anderson Sinaga

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Ortodonti Piranti Cekat Pada Tahun

2006 – 2011 dengan Menggunakan Peer Assesment Rating Index

xi + 42 halaman

Para ahli ortodonti membuat suatu acuan untuk menilai hasil perawatan

ortodonti, salah satunya adalah indeks PAR. Indeks PAR memberikan skor yang

spesifik dalam mengevaluasi jenis maloklusi yang berbeda dengan perawatan yang

berbeda pula. Indeks ini menunjukkan tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan ortodonti

pada kasus-kasus yang dirawat dengan piranti cekat menggunakan metode indeks

PAR (Peer Assesment Rating) di RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara dari tahun 2006-2011.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Populasi penelitian

adalah model studi pasien sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat pada

pasien di RSGMP PPDGS Ortodonti FKG USU dari tahun 2006-2011. Metode

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, populasi terdiri dari 117

kasus pasien, kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi

(3)

ortodonti cekat pada 80 kasus ter da pa t 30 k a su s pa sien “ menga la mi

per ba ik a n sa nga t ba nyak ” (> 70 %), 49 ka su s pa sien “ mengalami perbaikan”

(>30%), sedangkan “tidak mengalami perbaikan atau lebih buruk” (<30%) hanya 1

model studi hal ini disebabkan oleh skor maloklusi sebelum perawatannya ringan.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan perawatan ortodonti cekat pasien yang

dirawat ortodonti cekat di RSGMP PPDGS USU adalah baik dan sesuai dengan

standar penilaian perawatan indeks PAR.

(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Juli 2012

Pembimbing : Tanda tangan

1. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) ...

(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 18 Juli 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)

ANGGOTA : 1. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya

sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan

pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Nazruddin, drg.,Sp.Ort.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Sumatera Utara.

2. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan serta

saran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

3. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort(K) selaku dosen tim penguji yang telah

menyediakan waktu dan memberi masukan kepada penulis.

4. Erliera, drg., Sp. Ort selaku dosen tim penguji serta sebagai dosen

pembimbing akademik penulis yang telah membimbing selama penulis menjalani

program akademik.

5. Seluruh dokter PPDGS Ortodonti FKG USU atas bantuannya dalam

(7)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU di departemen Ortodonsia

dan PPDGS Ortodonsia atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada

penulis.

7. Sahabat-sahabat penulis Kakak Josevina, Christian A, drg, Eridasari,Yuli

Fatzia, Margaret serta seluruh teman-teman angkatan 2008 yang telah banyak

membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Tidak lupa teristimewa saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua

terkasih Ayahanda Luhut Sinaga dan Ibunda Masta Sembiring serta Abang Rikky

Sinaga, dan Adik Alfian Sinaga atas kasih sayang, doa restu serta dukungan moral

maupun materil yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan

skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk

menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari. Akhir kata penulis

mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan

pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 18 juli 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

2.2.2 Prevalensi Maloklusi... 8

2.2.3 Perawatan Ortodonti dengan Piranti Cekat... 9

2.2.4 Indeks Maloklusi... 10

2.3 The Peer Assesment Rating Index (PAR Index)... 11

(9)

2.3.1 Penilaian Keberhasilan Perawatan………. 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian...……….... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...………... 21

3.3 Populasi Penelitian.………... 21

3.4 Sampel Penelitian...………... 21

3.5 Variabel Penelitian...………..………... 22

3.6 Definisi Operasional... 22

3.7 Alat Dan Bahan Penelitian... 24

3.7.1 Alat... 24

3.7.2 Bahan... 24

3.8 Prosedur Penelitian... 24

3.8.1 Tahap pengumpulan Data……… 24

3.8.2 Tahap pengukuran……....……… 25

3.9 Pengolahan dan Analisis Data... 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 28

BAB 5 PEMBAHASAN... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 39

6.1 Kesimpulan... 39

6.2 Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA... 41

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komponen-komponen Indeks PAR... 13

2. Penilaian Skor Pergeseran Titik Kontak……... 15

3. Penilaian Skor Oklusi Bukal... 15

4. Penilaian Skor Overjet……... 17

5. Penilaian Skor Overbite………... 18

6. Penilaian Skor Garis Median... 19

7. Tabel Pengisian indeks PAR………... 26

8. Persentase keparahan maloklusi pada model sebelum dan sesudah perawatan dengan menggunakan Indeks PAR(n=80)... 28

9. Derajat perbaikan hasil perawatan pada pembacaan Nomogram (n=80).. 29

10. Hasil perhitungan persentase perubahan skor Indeks PAR dengan menggunakan Nomogram Indeks PAR. (n=80)... 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penilaian segmen anterior... 14

2. Penilaian Oklusi Bukal... 16

3. Penilaian Overjet... 16

4. Penilaian Overbite... 17

5. Penilaian Garis Median... 19

6. Penggaris plastik Indeks PAR... 19

7. Nomogram Indeks PAR... 27

8. Hasil perawatan yang dihitung pada nomogram indeks PAR…………... 30

9. Gambaran kasus “tidak ada perubahan/ lebih buruk” pada perhitungan Nomogram Indeks PAR... 33

10.Gambaran kasus “mengalami perubahan” pada perhitungan Nomogram Indeks PAR... 33

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori

2. Kerangka Konsep

3. Data Perawatan Piranti Ortodonti Cekat Mulai Tahun 2006-2011 Dengan Indeks

PAR

4. Data Keparahan Maloklusi Sebelum Perawatan Ortodonti Cekat Mulai Tahun

2006-2011 Dengan Indeks PAR

5. Hasil Perhitungan Persentase Perubahan Skor Indeks PAR Dengan

(13)

Tahun 2012

Billy Anderson Sinaga

Evaluasi Keberhasilan Perawatan Ortodonti Piranti Cekat Pada Tahun

2006 – 2011 dengan Menggunakan Peer Assesment Rating Index

xi + 42 halaman

Para ahli ortodonti membuat suatu acuan untuk menilai hasil perawatan

ortodonti, salah satunya adalah indeks PAR. Indeks PAR memberikan skor yang

spesifik dalam mengevaluasi jenis maloklusi yang berbeda dengan perawatan yang

berbeda pula. Indeks ini menunjukkan tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan ortodonti

pada kasus-kasus yang dirawat dengan piranti cekat menggunakan metode indeks

PAR (Peer Assesment Rating) di RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara dari tahun 2006-2011.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Populasi penelitian

adalah model studi pasien sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat pada

pasien di RSGMP PPDGS Ortodonti FKG USU dari tahun 2006-2011. Metode

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, populasi terdiri dari 117

kasus pasien, kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi

(14)

ortodonti cekat pada 80 kasus ter da pa t 30 k a su s pa sien “ menga la mi

per ba ik a n sa nga t ba nyak ” (> 70 %), 49 ka su s pa sien “ mengalami perbaikan”

(>30%), sedangkan “tidak mengalami perbaikan atau lebih buruk” (<30%) hanya 1

model studi hal ini disebabkan oleh skor maloklusi sebelum perawatannya ringan.

Dapat disimpulkan bahwa keberhasilan perawatan ortodonti cekat pasien yang

dirawat ortodonti cekat di RSGMP PPDGS USU adalah baik dan sesuai dengan

standar penilaian perawatan indeks PAR.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Maloklusi merupakan penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung

rahang yang tidak normal, dapat berupa manifestasi dari variasi biologi yang juga

terjadi pada bagian tubuh yang lain. Variasi letak gigi mudah diamati, hal ini dapat

mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan keserasian wajah atau

estetik.1,2

Perawatan ortodonti merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat

maloklusi, dan bertujuan untuk mencapai keseimbangan yang baik antara hubungan

oklusi gigi geligi, estetika wajah, dan stabilitas hasil perawatan.3 Secara umum dikenal dua macam piranti ortodonti, yaitu piranti lepasan dan piranti cekat.

Masing-masing piranti mempunyai keterbatasan dan kelebihan.1 Perawatan ortodonti menggunakan piranti cekat sering dilakukan karena mempunyai keuntungan yang

lebih besar, salah satunya menghasilkan susunan atau posisi gigi yang lebih akurat.4 Ortodonti cekat merupakan piranti ortodonti yang melekat pada gigi yang tidak bisa

dilepas oleh pasien. Indikasi perawatan dengan piranti cekat antara lain adalah

perawatan yang memerlukan pergerakan gigi secara translasi, instrusi, ekstrusi, rotasi

yang parah, penutupan diastema, dan pergerakkan gigi dalam satu rahang maupun

(16)

Sejak dahulu para ahli ortodonti sudah berpikir membuat suatu acuan penilaian

untuk melakukan perawatan ortodonti. Acuan yang baik adalah suatu penilaian

objektif dan baku, sehingga setiap dokter gigi bisa melakukan standar penilaian

yang sama terhadap pasien berdasarkan kriteria yang ada.2 Banyak indeks maloklusi yang telah ditemukan dibagi menjadi dua yaitu untuk menilai berat maloklusi

misalnya Discrepancy Index (DI), Irregularity Index, Treatment Priority Index (TPI),

Dental Aesthetic Index (DAI), dan Handicapping Malocclusion Assessment Record

(HMAR), dan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan misalnya Occlusal Index,

Peer Assessment Rating Index (PAR Index), dan ABO’s Objective Grading System

(OGS).1,2,5,6

Salah satu standar untuk menilai hasil perawatan ortodonti adalah The Peer

Assesment Rating Index (PAR Index). Untuk memenuhi kriteria indeks PAR telah

dikembangkan untuk mencatat maloklusi pada setiap tahap perawatan. Indeks ini

telah dirumuskan lebih dari enam pertemuan pada tahun 1987 dengan 10 ortodontis

berpengalaman sehingga didapatkan nilai yang sesuai untuk semua jenis anomali

oklusal. Dalam indeks ini, skor sebelum dan sesudah perawatan ortodonti dihitung.

Perbedaan skor menunjukan peningkatan dan pengaruh terhadap perawatan

ortodonti.7,8

Pada tahun 1992, Richmond dkk., melakukan sebuah studi berjudul “Metode

untuk Menentukan Keberhasilan Perawatan Ortodonti dari Sudut Pandang Tingkat

Kemajuan dan Standar”. Pada studi ini, 74 penguji memeriksa 128 studi model

sebelum dan sesudah perawatan serta 32 pasang model dari kasus-kasus yang tidak

(17)

menunjukan adanya perbaikan, dan penurunan sebanyak kurang dari 30%

menunjukan tidak adanya perbaikan atau lebih parah.7

Indeks PAR memberikan skor yang spesifik untuk berbagai parameter

oklusal, dan dapat diterapkan untuk mengevaluasi jenis maloklusi yang berbeda

dengan perawatan yang berbeda pula. Selain itu indeks ini telah menunjukan tingkat

reabilitas (R>0.91) dan validitas (r=0,85) yang tinggi.8

Berdasarkan data yang disebutkan di atas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang tingkat keberhasilan perawatan ortodonti cekat di R S G M P

PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ya ng

dir a wa t dar i tahun 2006-2011 menggunakan metode The Peer Assesment Rating

Index (PAR Index).

1.2 Permasalahan

Dari uraian di atas, maka timbul permasalahan yang akan diteliti, yaitu

bagaimana tingkat keberhasilan perawatan ortodonti yang dirawat dengan alat cekat

menggunakan metode The Peer Assesment Rating Index (PAR Index) pada pasien di

RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

dari tahun 2006-2011.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan ortodonti pada kasus-kasus

yang dirawat dengan piranti cekat menggunakan metode The Peer Assesment Rating

Index (PAR Index) di RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan :

1. Dapat digunakan sebagai evaluasi tingkat keberhasilan perawatan

ortodonti pada kasus-kasus yang dirawat dengan piranti cekat di RSGMP PPDGS

Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dari tahun

2006-2011.

2. Untuk mengetahui seberapa besar keparahan maloklusi sebelum

perawatan.

3. Sebagai pedoman penilaian keberhasilan perawatan ortodonti bagi staf

pengajar ortodonti di FKG USU.

4. Memberi kesempatan pada penulis untuk menggali kemampuan dalam

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Oklusi

Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang

berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah

closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah

berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah

pada saat kedua rahang tersebut menutup.9

Pada tahun 1907, Angle menyimpulkan pandangannya bahwa oklusi

merupakan dasar pengetahuan ortodonti. Bentuk tonjol gigi, mahkota, akar gigi, dan

struktur jaringan pengikat gigi disusun sedemikian rupa untuk tujuan utama yaitu

oklusi. Angle mendefinisikan oklusi sebagai hubungan normal dari dataran miring

permukaan oklusal gigi geligi atas bawah apabila rahang atas dan rahang bawah

menutup.9

Oklusi gigi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengunyahan,

estetika, dan berbicara. Apabila terjadi suatu kelainan atau maloklusi maka akan

menyebabkan masalah lain. Oleh karena itu, perawatan ortodonti yang dilakukan sedini

mungkin akan lebih baik daripada setelah terjadi anomali, sebab apabila telah terjadi

(20)

2.1.1 Oklusi Ideal

Hubungan yang ideal pada gigi dapat diartikan pada kondisi morfologi dan

fungsional oklusi. Oklusi normal adalah posisi relatif anteroposterior dari molar

pertama gigi permanen yang digunakan untuk menetapkan hubungan lengkung gigi.4 Oklusi dikatakan ideal apabila susunan gigi dalam lengkung rahang teratur dengan

baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi rahang atas dengan rahang

bawah, hubungan seimbang antar gigi, tulang rahang, terhadap tengkorak, dan otot

sekitarnya yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan

estetika yang baik.9

Menurut Andrew (1972), terdapat enam prinsip oklusi ideal yaitu,4,10

1. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang

sagital.

2. Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.

3. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.

4. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.

5. Kontak yang akurat gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung

gigi tanpa celah maupun berjejal.

6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.

Bila terdapat salah satu atau beberapa prinsip tersebut tidak tepat, hubungan

(21)

2.2 Maloklusi

Keadaan disharmoni dentofasial yang dikenal dengan nama maloklusi

merupakan suatu kelainan hubungan antara satu gigi dengan gigi lain pada satu

rahang dengan antagonisnya. Lengkung terluar (arch perimeter) susunan gigi atas

umumnya lebih besar di banding lengkung terluar susunan gigi bawah.11 Dewanto (2004) mengatakan bahwa maloklusi adalah oklusi gigi geligi yang menyimpang

dari ideal dan penyimpangan tersebut merupakan ciri-ciri maloklusi yang sangat

bervariasi baik pada individu maupun kelompok populasi.9

Maloklusi dapat dikategorokan oleh beberapa faktor, antara lain : 1,9 1. Tipe fasial.

2. Bentuk lengkung.

3. Variasi ukuran rahang dan gigi.

4. Variasi besar, bentuk, dan posisi gigi.

5. Relasi skeletal.

6. Relasi gigi.

Angle menciptakan klasifikasi maloklusi yaitu, Kelas I, Kelas II dengan 2

macam divisi yaitu divisi 1 dan divisi 2, serta Kelas III. Meskipun terdapat

kekurangan dan kadang-kadang mendapat kritikan, tetapi klasifikasi tersebut tetap

yang paling populer dan masih digunakan sampai saat ini.1

Ciri-ciri maloklusi antara lain, gigi berjejal (crowded), gingsul (kaninus

ektopik), gigi tonggos (disto-oklusi), gigi cakil (mesio-oklusi), gigitan menyilang

(22)

Maloklusi sebagai suatu variasi biologi dari hubungan normal antara gigi-

geligi di rahang atas dan bawah bukan merupakan suatu penyakit, oleh sebab itu

maloklusi dapat dikoreksi melalui serangkaian tindakan dan perawatan ortodonti yang

baik serta dikerjakan oleh dokter gigi yang kompeten.11

2.2.1 Etiologi Maloklusi

Maloklusi merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan yang

disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Secara garis besar etiologi atau penyebab

maloklusi dapat digolongkan dalam faktor herediter (genetik) dan faktor lokal. Suatu

maloklusi sukar ditentukan secara tepat etiologinya karena bersifat multifaktorial.1

2.2.2 Prevalensi Maloklusi

Maloklusi merupakan masalah penting dalam kesehatan gigi di Indonesia, dan

menduduki urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. Sejak puluhan

tahun yang lalu prevalensinya masih tinggi, sekitar 80% (Koesoemaharja, 1991).13 Prevalensi maloklusi di Kota Medan pada 4 Sekolah Menegah Umum bahkan telah

mencapai 83% (Marpaung, 2006).Hasil penelitian Agusni (1998) pada anak Sekolah

Dasar di Surabaya menunjukkan 31% anak tidak memerlukan perawatan terhadap

maloklusi, 45% memerlukan perawatan ringan dan 24% sangat memerlukan

perawatan karena keadaan maloklusi yang tergolong parah sehingga dapat

(23)

2.2.3 Perawatan Ortodonti dengan Piranti Cekat

Trend penggunaan piranti ortodonti cekat mungkin sudah tidak asing lagi bagi

kita semua. Di Indonesia, penggunaan ortodonti cekat baru dimulai pada tahun 80-an

dan semakin populer pada awal tahun 2000-an. Ortodonti cekat mulanya ditemukan

pada fosil manusia dengan gigi dipasangi kawat. Fungsinya bukan untuk mengatur

letak gigi, namun untuk mengikat gigi-gigi yang goyang.15 Perkembangan perawatan dengan piranti cekat ini didukung juga dengan banyaknya variasi bracket, seperti self

ligating bracket sehingga tidak perlu pengikat berupa kawat (ligature) maupun modul

elastomerik.1 Piranti cekat juga mempunyai keuntungan dan kerugian dalam perawatannya. Keuntungan dari piranti ortodonti cekat ini antara lain:1,10

1.Distribusi kekuatan yang bekerja pada gigi dapat dikontrol, misalnya

kekuatan dapat diatur hanya untuk menggerakkan akar gigi.

2.Beberapa gigi dapat digerakkan dalam waktu yang bersamaan.

3.Dapat menghasilkan gerakan torque dengan memanipulasi kawat busur atau

memakai pre-adjusted bracket.

Kerugiannya antara lain:1,10

1. Pasien lebih sukar untuk memelihara kebersihan mulut.

2. Karena rumit dibutuhkan pendidikan khusus untuk dapat menggunakan

dengan benar.

3. Chairside time relatif lama

(24)

Seiring dengan perkembangan zaman dan keinginan untuk tampil lebih cantik

dengan senyum yang indah, saat ini penggunaan piranti ortodonti ini bukan lagi

hanya untuk memperbaiki fungsi gigi, tetapi sudah menjadi aksesoris. Ortodonti cekat

boleh jadi disebut sebagai tindakan kosmetika gigi yang paling populer dan menjadi

trend. Tidak dapat dipungkiri, belakangan ini penggunaan ortodonti cekat semakin

banyak di masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan

karena masyarakat mulai menyadari bahwa gigi mempunyai peranan penting dalam

penampilan.16

2.2.4 Indeks Maloklusi

Sejak dahulu para ahli ortodonti sudah berpikir membuat suatu acuan penilaian

dalam perawatan ortodonti. Acuan yang baik adalah suatu penilaian objektif dan

baku, sehingga setiap dokter gigi bisa melakukan standar penilaian yang sama

terhadap pasien berdasarkan kriteria yang ada.2 Kriteria dari indeks maloklusi tersebut adalah sebagai berikut.1

1. Valid yaitu indeks harus dapat mengukur apa yang akan diukur.

2. Reliable (dapat dipercaya) yaitu indeks dapat mengukur serta konsisten

pada saat yang berbeda dan dalam kondisi yang bermacam- macam serta pengguna

yang berbeda-beda.

3. Mudah digunakan.

(25)

Indeks maloklusi telah banyak ditemukan dan indeks itu dibuat untuk suatu tujuan

tertentu. Tujuan inilah yang membedakan indeks yang satu dengan yang lain,

diantaranya:1,6,9

1.Untuk menentukan klasifikasi maloklusi menggunakan klasifikasi Angle.

2.Keperluan epidemiologi yaitu Epidemiological Registration of

Malocclusion, Indeks oleh WHO.

3. Mengukur kebutuhan perawatan yaitu, Treatment Priority Index,

Handicapping labio-lingual deviations (HLD) index, Handicapping Malocclusion

Assesment Record (HMAR), dan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN).

4. Estetik dento-fasial yaitu Photographic Index dan Dental Aesthetic Index

(DAI), SCAN Index.

5. Menentukan keberhasilan perawatan yaitu Occlusal Index, Peer Assesment

Rating (PAR Index) dan ABO’s Objective Grading System (OGS).

6. Menentukan keberhasilan perawatan dan kebutuhan perawatan yaitu Index

of Complexity, Outcome and Need (ICON).

2.3 The Peer Assesment Rating Index (PAR Index)

The Peer Assement Rating Index (PAR Index) dikembangkan oleh Richmond

dkk. (1992), digunakan untuk membandingkan maloklusi sebelum dan sesudah

perawatan dalam menentukan evaluasi standar kualitas hasil perawatan. Indeks

PAR dikembangkan khusus untuk model studi.14 Penelitiannya yaitu tentang “Evaluasi Validitas dan Reabilitas Indeks PAR”. 74 penguji memilih secara acak 272

(26)

mengevaluasi reabilitas, 4 penguji memberikan skor untuk 38 model gigi lagi dengan

jarak waktu delapan minggu. Penentuan validitas data digunakan metode uji korelasi

Pearson. Dengan uji ini, hubungan skor indeks PAR dalam setiap kasus dengan

rata-rata skor penilaian dibandingkan dan dianalisis. Hasil akhir menunjukan bahwa

indeks PAR menunjukan tingkat reliabilitas (R> 0,91) dan tingkat validitas (r = 0,85)

yang tinggi.8

Cara pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung pengurangan

bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan dan menghitung persentase

pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan. Penilaian antara

kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan Indeks PAR memiliki 11

komponen, masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan

kriteria tertentu berdasarkan keparahannya.3

Dari 11 komponen tabel 1, beberapa komponen individual tidak dimasukkan

dalam bobot indeks PAR karena tidak memiliki nilai yang bermakna dalam

memprediksi keberhasilan perawatan ortodonti. Segmen bukal (berjarak, berjejal dan

impaksi) merupakan salah satu komponen yang dikeluarkan dari bobot indeks PAR.

Salah satu alasan yang mungkin dijelaskan adalah titik kontak antara gigi bukal

sangat bervariasi. Jika perubahan letak (displacement) gigi parah, akan menghasilkan

oklusi crossbite dan skornya dicatat pada oklusi bukal kanan atau kiri (tidak lagi pada

penilaian titik kontak). Adanya premolar impaksi juga tidak dimasukkan dalam bobot

indeks PAR. Selain karena prevalensinya sangat sedikit, pencabutan premolar juga

sering dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan

(27)

Tabel 1. KOMPONEN-KOMPONEN INDEKS PAR.2,3,7

Segmen bukal rahang atas kanan.

Segmen anterior rahang atas.

Segmen bukal rahang atas kiri.

Segmen bukal rahang bawah kanan.

Segmen anterior rahang bawah.

Segmen bukal rahang bawah kiri.

Oklusi bukal kanan.

Overjet.

Overbite.

Garis median.

Oklusi bukal kiri.

Dari 11 komponen pada tabel di atas, terdapat 5 komponen utama dalam

pemeriksaannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot

bedasarkan besaran yang telah ditentukan. Setiap skor komponen diakumulasikan dan

dikalikan bobotnya masing-masing, sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5

komponen utama yang digunakan.

Lima komponen utama yang diperiksa beserta bobotnya adalah1 1.Penilaian skor segmen anterior, bobotnya 1(Tabel 2).

(28)

3.Penilaian skor overjet, bobotnya 6 (Tabel 4).

4.Penilaian skor overbite, bobotnya 2 (Tabel 5).

5.Penilaian skor garis median, bobotnya 4 ( Tabel 6).

1 .P enilaian skor segmen anterior. Pengukuran pergeseran titik kontak

dimulai dari mesial gigi kaninus kiri ke titik kontak mesial gigi kaninus kanan

(Gambar 1). Penilaian skor pada kasus ini yaitu mengukur gigi berjejal (crowded),

berjarak (spacing), dan impaksi gigi (impacted teeth). Gigi kaninus yang impaksi

dicatat pada segmen anterior rahang atas dan rahang bawah (Tabel 2).7

Gambar 1. Penilaian skor segmen anterior. penilaian titik kontak antar gigi pada bagian proksimal gigi anterior rahang atas dan juga rahang bawah8

2. Penilaian skor oklusi bukal. Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi

gigi posterior di sisi kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir

(Gambar 2), dengan cara melihat dalam tiga arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan

(29)

Tabel 2. PENILAIAN SKOR PERGESERAN TITIK KONTAK3,7

Tabel 3. PENILAIAN SKOR OKLUSI BUKAL.3,7

No. Skor Komponen

Interdigitasi baik kelas I, II, III

Kelainan kurang dari setengah unit

Kelainan pada setengah unit (cusp to susp)

2.

0

1

Vertikal

Tidak ada kelainan

Gigitan terbuka sedikitnya pada dua gigi, dengan jarak lebih

dari 2 mm

Crossbite pada salah satu gigi

Crossbite lebih dari satu gigi

(30)

Gambar 2. Penilaian skor oklusi bukal. Oklusi bukal dicatat dengan melihat dari tiga arah yaitu anteroposterior, vertikal dan transversal8

3. Penilaian skor overjet. Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus.

Penilaian dilakukan dengan menempatkan penggaris indeks PAR sejajar dataran

oklusal dan radial dengan lengkung gigi (Gambar 3). Jika terdapat dua insisivus yang

crossbite dan memiliki overjet 4 mm, skornya adalah 3 (untuk crossbite) ditambah 1

(untuk overjet 4 mm), sehingga total skornya adalah 4. Tabel penilaian skor overjet

dapat dilihat pada tabel 4.7

(31)

Tabel 4. PENILAIAN SKOR OVERJET3,7

Satu atau lebih gigi edge to edge

Crossbite pada satu gigi

Crossbite pada dua gigi

Crossbite lebih dari dua gigi

4. Penilaian skor overbite. Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus yang

dinilai dari jarak tumpang tindih dalam arah vertikal gigi insisivus atas terhadap

panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah (Gambar 4), dan dinilai berdasarkan

besarnya gigitan terbuka (Tabel 5). Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang

terbesar diantara gigi insisivus.7

(32)

Tabel 5. PENILAIAN SKOR OVERBITE3,7

Gigitan terbuka kurang dari atau sama dengan 1mm

Gigitan terbuka 1,1 – 2 mm

Gigitan terbuka 2,1 – 3 mm

Gigitan terbuka sama dengan atau lebih dari 4 mm

2.

Besarnya penutupan kurang dari atau sama dengan 1/3 tinggi

mahkota gigi insisivus bawah

Besarnya penutupan lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 tinggi

mahkota gigi insisivus bawah

Besarnya penutupan lebih dari 2/3 tinggi mahkota gigi

insisivus bawah

Besarnya penutupan sama dengan / lebih dari tinggi mahkota

gigi insisivus bawah

5. Penilaian skor garis median. Penilaian skor ini dinilai dari hubungan

garis tengah lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah (Gambar 5). Garis

tengah lengkung gigi diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisivus pertama

atas terhadap garis pertemuan kedua gigi insisivus bawah (Tabel 6). Jika gigi

(33)

Tabel 6. PENILAIAN SKOR GARIS MEDIAN.3,7

Skor Komponen

0

1

2

Tidak ada pergeseran garis median - ¼ lebar gigi insisivus bawah

Lebih dari ¼ - ½ lebar gigi insisivus bawah

Lebih dari ½ lebar gigi insisivus bawah

Gambar 5. Penilaian skor garis median8

Pengukuran pada model sebelum dan sesudah perawatan dilakukan dengan

penggaris khusus indeks PAR.

Gambar 6. Penggaris plastik indeks PAR8

2.3.1 Penilaian Keparahan Maloklusi

Selain mengukur keberhasilan perawatan ortodonti, indeks PAR juga dapat

(34)

berdasarkan jumlah skor akhir yang ditentukan menurut kriteria dibawah ini:1 1. Skor 0 kriteria oklusi ideal

2. Skor 1-16 kriteria maloklusi ringan

3. Skor 17-32 kriteria maloklusi sedang

4. Skor 33-48 kriteria maloklusi parah

5. Skor > 48 kriteria maloklusi sangat parah.

2.3.2 Penilaian keberhasilan Perawatan

Keberhasilan perawatan diukur berdasarkan selisih jumlah skor akhir antara

sebelum perawatan dan sesudah perawatan yang ditentukan menurut kriteria dibawah

ini:1,7

1. Pengurangan persentase skor <30% menunjukkan perawatan tidak

mengalami perbaikan/ lebih buruk.

2. Pengurangan skor <22 dan persentase skor 30% – 70% menunjukkan

perawatan mengalami perubahan.

3. Pengurangan skor >22 dan persentase skor >70% menunjukkan

perawatan mengalami perubahan sangat banyak.

Suatu kasus yang termasuk sangat parah dianggap bertambah baik apabila

terdapat perubahan sebanyak 22 angka dari sebelum dan sesudah perawatan pada

penilaian dengan indeks PAR dan sangat baik apabila skor pengurangannya lebih

dari 22 skor pengurangan dan lebih dari 70%. Sedikitnya dibutuhkan 30%

pengurangan skor pada suatu kasus untuk dapat dinyatakan cukup baik. Untuk

(35)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan ini adalah penelitian deskriptif observasional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara, Jln. Alumni No. 2 Medan dan dilaksanakan sejak 20

Januari 2012 sampai dengan 18 Juli 2012.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah 117 kasus pasien yang telah selesai menjalani

perawatan Ortodonti dan menggunakan retainer pada RSGMP PPDGS Ortodonti

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, mulai tahun 2006 sampai

2011.

3.4 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive non probability

sampling dan diperoleh delapan puluh kasus (terdiri dari delapan puluh pasang model

sebelum perawatan dan delapan puluh pasang model sesudah perawatan) yang

(36)

Kriteria inklusi terdiri dari:

a. Sampel telah selesai perawatan (piranti cekat telah dilepas dan dipasang

retainer).

b. Model studi sebelum dan sesudah perawatan baik (model studi tidak

patah/atrisi).

Kriteria ekslusi terdiri dari:

a.Model studi tersebut dalam keadaan tidak baik atau rusak (patah).

b.Sampel model studi yang memakai protesa (gigi tiruan cekat atau gigi

tiruan lepasan).

3.5 Variabel Penelitian

Lima variabel yang akan diukur terdiri dari :

1. Segmen anterior

2. Oklusi bukal

3. Overjet

4. Overbite

5. Garis median

3.6 Defenisi Operasional

Agar variabel dapat dinilai atau diamati, maka variabel perlu didefinisikan

sebagai berikut:

1.Segmen anterior adalah pengukuran pergeseran titik kontak di mu la i

(37)

impaksi gigi (impacted teeth). Pada gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen

anterior rahang atas dan rahang bawah (Tabel 2).7

2.Oklusi bukal adalah segmen bukal rahang atas kanan dan kiri, segmen

bukal rahang bawah kanan dan kiri, oklusi bukal kanan dan oklusi bukal kiri.

Penilaian skor oklusi bukal ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri

dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir. Penilaian dilakukan dalam tiga

arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan transversal (Gambar 2).7

Untuk arah anteroposterior dilihat berdasarkan hubungan molar, penilaian

interdigitasi kelas I, II dan III sesuai dengan klasifikasi angle. Dalam arah vertikal

gigitan terbuka posterior sedikitnya pada dua gigi dan jaraknya lebih dari 2 mm.

Untuk arah transversal penilaian untuk kecendrungan crossbite oklusi gigi posterior

mengarah pada cusp to cusp. Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam

keadaan relasi sentrik terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi

geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau

setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja. Scissor bite adalah suatu

keadaan dimana tonjol palatal gigi rahang atas pada posisi oklusi terletak dibagian

bukal tonjol bukal gigi posterior rahang bawah.17

3.Overjet adalah jarak horizontal permukaan labial gigi insisivus bawah

dengan insisal palatal gigi insisivus atas (Gambar 3). Penilaian skor ini dilakukan

untuk gigi insisivus, dan dinilai dari gigi insisivus yang paling menonjol (Tabel 4).7 4.Overbite adalah penilaian skor ini dinilai dari jarak tumpang tindih dalam

arah vertikal gigi insisivus atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah

(38)

5.Garis median adalah Garis tengah lengkung gigi diwakili oleh garis

pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas terhadap garis pertemuan kedua gigi

insisivus bawah (Tabel 6). Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah

lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah (Gambar 5).7

3.7 Alat dan Bahan

3.7.1 Alat

Model studi sebelum dan sesudah perawatan diukur berdasarkan ketentuan

indeks PAR dengan menggunakan penggaris plastik khusus indeks PAR dan dicatat

dalam tabel pengisian indeks PAR.

3.7.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model studi sebelum dan

sesudah perawatan ortodonti cekat.

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Tahap pengumpulan data

Mengumpulkan model studi sebelum dan sesudah perawatan yang telah

memenuhi kriteria dari RSGMP PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatra Utara. Kemudian dilakukan pengukuran menggunakan penggaris

plastik khusus indeks PAR.

3.8.2 Tahap Pengukuran

1. Pengukuran lima komponen utama indeks PAR pada model studi sebelum

(39)

penilaian skor oklusi bukal (Gambar 2), penilaian skor overjet (Gambar 3), penilaian

skor overbite (Gambar 4), penilaian skor garis median (Gambar 5).

2. Mencatat dan memasukkan skor yang didapatkan pada tabel 7.

3. Skor pada tabel tersebut dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan.

4. Penjumlahan skor total dari kelima komponen utama indeks PAR setelah

dikalikan dengan bobot.

5. Hitung selisih skor total akhir antara model studi sebelum dengan sesudah

perawatan.

6. Memasukkan skor akhir tersebut dalam nomogram untuk mengetahui

tingkat kemajuan perawatan yang telah dilakukan. Skor sebelum perawatan

diletakkan pada sumbu horizontal dan skor sesudah perawatan diletakkan pada

sumbu vertikal. Perpotongan kedua garis ini akan menunjukkan adanya derajat

perbaikan.18

7. Per se nta se da r i k eselu r u ha n sa m pel di nila i sebagai gambaran

(40)

Tabel 7. TABEL PENGISIAN INDEKS PAR

Nama / Umur / Jenis Kelamin : tanggal :

No. :

No. PAR Component Pra Perawatan

Total

5. Overjet / Anterior Crossbite __________ x6

6. Overbite / Openbite __________ x2

. Overjet / Anterior Crossbite __________ x6

. Overbite / Openbite __________ x2

. Centerline __________ x4

(41)

JELEK / TETAP / BAIK / SANGAT BAIK

*Ket : R = Right

L = Left

AP = Anterior Posterior

SA = Skor Awal

S = Skor Akhir

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Data diolah secara manual menggunakan program Microsoft Office Excel.

Hasil pengukuran akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan nomogram indeks

PAR (Gambar 7).

(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengukuran model studi diawali dengan mengukur keparahan maloklusi

model sebelum perawatan, kemudian dikelompokkan menjadi maloklusi ringan,

maloklusi sedang, maloklusi parah dan maloklusi sangat parah. Nilai skor terendah

seluruh sampel adalah 6, sedangkan skor tertinggi adalah 49. Secara keseluruhan skor

rata-rata sampel dikategorikan kedalam maloklusi sedang dengan skor 21,9

(Tabel 8).

Tabel 8. PERSENTASE KEPARAHAN MALOKLUSI MODEL SEBELUM PERAWATAN BERDASARKAN INDEKS PAR(n=80).

Kriteria Maloklusi Jlh Kasus (%)

Berdasarkan derajat perbaikan hasil perawatan, terdapat 1 model studi

(1,25%) pada kelompok “tidak mengalami perbaikan atau lebih buruk”, 47 model

studi (61,25%) “ mengalami perbaikan”, dan 30 model studi (37,5%) “mengalami

(43)

Tabel 9. DERAJAT PERBAIKAN HASIL PERAWATAN BERDASARKAN NOMOGRAM INDEKS PAR (n=80).

Hasil Perawatan Jumlah Kasus Persentase

(%) Tidak mengalami perbaikan/ lebih buruk 1 1,25

Mengalami perbaikan 49 61,25

Mengalami perbaikan sangat banyak 30 37,5

Total 80 100

Hasil perawatan yang dihitung pada nomogram indeks PAR dapat dilihat

pada gambar 11. Salah satu kasus pada kelompok “tidak mengalami perubahan/lebih

buruk”(<30%), nilai skor sebelum perawatan adalah 7 skor sesudah perawatan 6.

Perubahan skor sebelum dan sesudah perawatan diperoleh 1 (14,29%) (berwarna

merah). Pada kelompok “mengalami perubahan” menunjukkan skor sebelum

perawatan 22 dan skor sesudah perawatan 7 mengalami perubahan skor sebesar 15

(68,2%) (berwarna hijau), sedangkan pada kelompok “mengalami perubahan sangat

banyak”, nilai skor sebelum perawatan adalah 49 sedangkan sesudah perawatan 2.

Perubahan skor sebelum dan sesudah perawatan diperoleh 47 (95,92%) (berwarna

(44)
(45)

Tabel 10. HASIL PERHITUNGAN PERSENTASE PERUBAHAN SKOR INDEKS PAR DENGAN MENGGUNAKAN NOMOGRAM INDEKS PAR. (n=80).

Tidak Mengalami Perbaikan/ lebih buruk (<30%) (n=1)

Mengalami Perbaikan ( >30%) (n=49)

Mengalami Perbaikan Sangat Banyak >70% (n=30)

Awal Akhir Perubahan % Awal Akhir Perubahan % Awal Akhir Perubahan %

7 6 1 14,29 18 4 14 77.78 34 1 33 97.06

Hasil penelitian pada 80 model studi sebelum dan sesudah perawatan di

RSGMP PPDGS Ortodonsia FKG USU mulai dari tahun 2006-2011 didapatkan skor

rerata perhitungan Indeks PAR sebelum perawatan dari total skor 80 model sebelum

perawatan adalah 1760 skor dibagi 80 model studi sehingga diperoleh skor rerata 22.

(46)

sesudah perawatan adalah 279 skor dibagi 80 model studi sehingga diperoleh skor

rerata 3,49, dan jumlah skor pengurangannya didapatkan dari selisih antara skor total

sebelum perawatan dengan sesudah perawatan adalah 18,51 atau 84,14% kemajuan

perawatan (Tabel 11).

Tabel 11. HASIL RERATA TINGKAT KEMAJUAN SEBELUM DAN SESUDAH PERAWATAN ORTODONTI DENGAN MENGGUNAKAN INDEKS PAR. (n=80).

Model Studi Skor Rerata

Sebelum Perawatan 22

Sesudah Perawatan 3,49

Jumlah Pengurangan Skor 18,51

Persentase Kemajuan Perawatan 84,14 %

Gambaran kasus “tidak mengalami perubahan/ lebih buruk” pada perhitungan

nomogram indeks PAR, kasus perawatan (Gambar 9) menunjukkan skor awal 7 dan

skor akhir 6 mengalami pengurangan hanya 1 poin, hal ini disebabkan oleh perawatan

yang dilakukan diperlukan hanya sedikit perawatan pada segmen anterior yang

diastema pada hasil perawatan tidak mengalami perubahan yang baik dan mengalami

(47)

(A)

(B)

Gambar 9. Analisa kasus, (A) model studi sebelum perawatan dan (B) model studi sesudah perawatan yang tidak mengalami perbaikan, pada nilai skor awal 7 dan skor akhir 6, skor perubahannya sebanyak 1

Gambaran kasus “mengalami perubahan” pada perhitungan nomogram indeks

PAR, kasus perawatan (Gambar 10) menunjukkan skor awal 22 dan skor akhir 7

mengalami pengurangan sebesar 15 poin. Pada perawatan ini pada overjet mengalami

peningkatan pengurangan dari 7 mm menjadi 3 mm. Pada anterior rahang atas dan

bawah crowded ringan yang cukup mengalami pengurangan skor.

(A)

(B)

(48)

Gambaran kasus “mengalami perubahan sangat banyak” pada perhitungan

nomogram indeks PAR, kasus perawatan (Gambar 11) menunjukkan skor awal 49

dan akhir 2 mengalami pengurangan sebesar 47 poin. Sebelum perawatan crossbite

anterior sangat parah dan segmen anterior yang crowded. Setelah perawatan

mengalami perubahan yang meningkat, baik pada segmen anterior dan posterior.

(A)

(B)

Gambar 11. Analisa kasus, (A) model studi sebelum perawatan dan (B) model studi sesudah perawatan yang mengalami perbaikan sangat baik, pada nilai skor awal 49 dan skor akhir 2, skor perubahannya sebanyak 47

(49)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan perawatan

ortodonti cekat pada pasien di RSGMP PPDGS Ortodonti Universitas Sumatera

Utara. Dengan mengetahui hal tersebut, maka didapat suatu standar kualitas hasil

perawatan tersebut. Pada indeks PAR,malokusi dibagi menjadi beberapa kelompok,

yaitu oklusi ideal, maloklusi ringan, maloklusi sedang, maloklusi parah dan

maloklusi sangat parah. Pada skoring indeks PARdiberikan pembobotan skor pada

setiap kriteria penilaian, hal ini digunakan untuk men gevaluasi standar kualitas

hasil perawatan pada model studi. 14,18 Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menilai adanya perbaikan maloklusi menurut indeks PAR yaitu, berkurangnya

skor indeks PAR dan berkurangnya persentase skor indeks PAR. Suatu kasus yang

termasuk sangat parah dianggap bertambah baik apabila terdapat perubahan

sebanyak 22 angka dari sebelum dan sesudah perawatan pada penilaian dengan

indeks PAR dan sangat baik apabila skor pengurangannya lebih dari 22 skor

pengurangan dan lebih dari 70%. Sedikitnya dibutuhkan 30% pengurangan skor

pada suatu kasus untuk dapat dinyatakan cukup baik. Sedangkan untuk suatu

standar perawatan yang tinggi dibutuhkan 70% pengurangan skor rerata.18

Pada penelitian i n i , dari 1 1 7 kasus pasien diperiksa hanya 80 model studi

pasien sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat ya ng dirawat dari tahun

2006-2011 memenuhi kriteria sampel.

(50)

nilai skor terendah seluruh sampel adalah 6, sedangkan skor tertinggi adalah 49.

Jumlah kasus model studi sebelum perawatan didapat 30 model studi (37,5%) dengan

skor rata-rata 11,6 merupakan maloklusi ringan yang membutuhkan perawatan

interseptif atau pencegahan. Sebanyak 37 model studi (46,25%) dengan skor rata-rata

25 merupakan maloklusi sedang yang membutuhkan perawatan koreksi sederhana,

sedangkan 12 model studi (15%) dengan skor rata-rata 36,33 adalah maloklusi parah

dan 1 model studi (1,25%) memiliki skor rata-rata 49 yang merupakan maloklusi

sangat parah dan membutuhkan perawatan kuratif atau dengan pencabutan

(Tabel 8).

Secara keseluruhan skor rata-rata sampel dikategorikan ke dalam maloklusi

sedang dengan skor 21,9. Dari jumlah kasus model studi yang didapat, untuk

men dapatkan hasil akhir perawatan yang baik dalam perawatan ortodonti cekat

perlu diperhatikan pemilihan kasus, desain piranti dan rencana perawatan yang akan

dilakukan.

Pada tabel 9, derajat perbaikan perawatan menunjukkan bahwa 30 model

(37,5%) “mengalami perbaikan sangat banyak” paling sedikit mengalami perubahan

skor sebanyak 22, kemudian 49 model (61,25%) “mengalami perbaikan” perubahan

skor lebih besar atau sama dengan 30% dan 1 model studi (1,25%) “tidak

mengalami perbaikan” yang skornya kurang dari 30%. Hasil penilaian skor “tidak

mengalami perbaikan” bukan merupakan indikator berhasil atau tidaknya suatu

perawatan yang telah dilakukan, sebab skor sebelum perawatan yang sangat sedikit dan

(51)

Pada tabel 10 terlihat bahwa yang “tidak mengalami perubahan” dengan

perubahan skor yang sangat kecil (<30%) sebanyak 1 model studi. Pada kolom

“mengalami perubahan” atau persentasenya >30% ada sebanyak 49 model studi.

Tetapi pada kolom “ mengalami perubahan” ini terdapat 28 kasus dengan persentase

perubahan skor yang sangat tinggi diantaranya yaitu 80, 91,67 dan 94,44 tetap

masuk ke dalam kolom “mengalami perubahan” dan bukan pada kolom yang

“mengalami perubahan sangat banyak” karena skor awal dari kasus tersebut kurang

dari 22 yaitu 10, 12 dan 18. Skor 22 merupakan skor awal minimal agar hasil

perawatan bisa dikatakan mengalami perubahan sangat banyak.16 Pada kelompok “mengalami perubahan sangat banyak” (>70%) ada 30 model studi dengan perubahan

skor indeks PAR > 23 skor.

Pada tabel 11 menunjukkan hasil rerata tingkat kemajuan perawatan dengan

jumlah rata-rata pengurangan skor 18,51 (84,14%). Hal ini berarti perawatan yang

dilakukan telah sesuai dengan standar perawatan yang diharapkan. Pada

prinsipnya, perawatan ortodonti cekat didesain untuk menghasilkan gerakan gigi

yang menghasilkan perawatan sangat bagus.

Richmond melakukan survei perawatan ortodonti pada pelayanan gigi umum

di Inggris dan Wales pada tahun 1990. Hasil yang diperoleh menunjukkan persentase

penurunan rata-rata indeks PAR adalah 49,3% pada perawatan ortodonti lepasan

rahang atas, 50,4% pada perawatan ortodonti lepasan rahang bawah, 54,6% pada

perawatan ortodonti lepasan kedua rahang, dan 71,4% pada perawatan piranti cekat

kedua rahang. Hasil penelitian Richmond di Norwegia menemukan penurunan

(52)

kelompok “tidak mengalami perubahan”.18

Hasil penelitian Leong di Universitas Malaysia menunjukkan persentase

penurunan skor indeks PAR yang cukup baik yakni pada “perbaikan yang sangat

banyak” persentasenya 18,2%, pada yang “mengalami perbaikan” persentasenya 67%

sedangkan yang “tidak mengalami perubahan” sebesar 14,5%.19 Dari berbagai penelitian yang dilakukan, dapat dilihat penurunan indeks skor PAR lebih tinggi pada

(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diperoleh tingkat keberhasilan perawatan ortodonti

cekat pada 80 model kasus sebelum dan sesudah perawatan dengan menggunakan

Indeks PAR di RSGMP PPDGS Ortodonti FKG USU dari tahun 2006-2011 adalah

“baik” sesuai dengan standar penilaian perawatan, yaitu terhadap 30 kasus pasien

“mengalami perbaikan sangat banyak” (>70%), 49 kasus pasien “mengalami

perbaikan” (>30%), sedangkan pasien yang “tidak mengalami perbaikan atau lebih

buruk” (<30%) hanya 1 model studi oleh karena skor sebelum perawatan kecil atau

kasus yang ringan.

Berdasarkan indeks PAR rata-rata keparahan maloklusi pasien di RSGMP

PPDGS Ortodonti FKG USU dikategori dalam maloklusi sedang dengan skor rata-rata

21,9. Penurunan skor rata-rata dari keseluruhan sampel kasus adalah 18,51 (84,14%)

yang merupakan indikator kemajuan hasil perawatan yang memuaskan.

6.2 Saran

1. Dalam menilai keberhasilan perawatan berdasarkan indeks PAR perlu

diperhatikan skor sebelum perawatan, skor sesudah perawatan, dan tidak hanya

melihat jumlah atau persentase penurunan skor, tetapi juga melihat keparahan

(54)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahardjo P. Ortodonti Dasar, Airlangga University Press: Surabaya, 2009: 2-4,

198-202.

2. Pratama RY, Rusdiana E, Sjamsudin J. Tingkat kemajuan perawatan Ortodonti

dengan Peranti Lepasan tahun 2008-2010 menggunakan The Peer Assesment

Rating Index (PAR INDEX). Reaserch Report. Surabaya: Universitas Airlangga,

2010 : 6

3. Sekundariadewi RR, Hoesin F & Widayati R. Evaluasi Perubahan Susunan Gigi

Geligi Pasca Retensi Perawatan Ortodonti Menggunakan Indeks PAR. M. I.

Kedokteran Gigi 2007; 22(4): 147-55.

4. Cobourne MT, Dibiase TA. Handbook of Orthodontics. 1st ed. London: Mosby

Elsevier, 2010: 1-27,235.

5. Irwani CY. Perbandingan Kompleksitas Maloklusi Klas I, II, III pada Pasien di

Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU dengan

Menggunakan Metode Descrepancy Index. Tesis. Sumatera Uara. Universitas

Sumatera Utara, 2009 : 79.

6. Drummond,R J. Ortodontic Status and Treatment Need of 12-Year-Old Children

in South Africa: An Epidemiological Study Using the Dental Aesthetic Index.

Tesis. Republic of South Africa. University of Pretoria, 2003 : 128.

7. Abtahi SM. Evaluation of The Outcome of Removable Orthodontic Treatment

Performed by Dental Undergraduate Students. DJH 2009; 1 (1): 24-8.

8. Richmond S, Shaw WC, O’Brien KD, Buchanan IB, Jones R, Stephens CD,

Roberts CT & Andrews M. The Development of The PAR Index (Peer

Assesment Rating): Reliability And Validity. European Journal of Orthodontics

1992; 14(a): 125-39.

9. Dewanto H. Aspek-Aspek Epidemiologi Maloklusi. Gajah Mada University Press:

Yogyakarta, 2004: 86-9.

(56)

11.Hoesin F. Faktor Prediksi Indikator Kebutuhan Perawatan Ortodonti Sebagai

Komponen Penting Bagi Konsep Ortodonti Masa Mendatang (Future

Orthodontic). JITEKGI 2010; 7 (2): 55-8.

12.Fischer B. Clinical Orthodontics a Guide The Sectional Method. W B Saunders

Company: Philadelphia, 1957: 39-73.

13.Sita SV. Gambaran Kebutuhan Perawatan Maloklusi Berdasarkan OFI Pada

Santriwati Pondok Pesantrend Al-Qodiri dan Pondok Pesantrend An-Nuriyah

2011:1-3.

14.Dewi O. Analisis Hubungan Maloklusi Dengan Kualitas Hidup Pada Remaja

SMU Kota Medan Tahun 2007. Tesis . Medan: USU, 2008: 107.

15.Ila. Arsip Harian Sumut Pos. Kawat Gigi Atau Behel Bikin Bangga Sekaligus

Merawat. 02 May 2010. http://www.sumutpos.com. html. (21 November 2011).

16.Rusdy E. Peran Dokter Gigi Dalam Peningkatan SDM. Teroka Riau Juni 2008;

VIII: 96-103.

17.Singh G. Textbook of orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher.Ltd. 2007: 655-7

18.Richmond S, Shaw WC, Roberts CT & Andrews M. The PAR Index (Peer

Assesment Rating): Methods to Detrmine Outcome of Orthodontic Treatment

in Terms of Improvemental and Standarts. European Journal of Orthodontics

1992; 14(b): 180-7.

19.Leong BL, Zamzam N, Yassin Z, Kadir RA. Assessment of Orthodontic

Treatment Standart in Faculty of Dentistry,University of Malaya. ADUM 2001;

(57)
(58)

Pasien yang menggunakan piranti

ortodonti cekat

Model studi sebelum perawatan

Model studi sesudah perawatan/retainer

Pengukuran dengan penggaris PAR Indeks

Tingkat keberhasilan perawatan ortodonti

cekat

Segmen tumpang gigit Segmen

penyimpangan titik kontak

Segmen oklusi bukal

(59)

No. Nama Umur (Thn)

Jenis kelamin

Model Gigi Komponen PAR Skor PAR

(60)

22 Sabila Dientara 17 P 04/04/09 12/09/12 2 1 2 4 0 4 0 13 0 0 0 0 0 2 0 2

Model Gigi Komponen PAR Skor PAR

(61)

Samanpreet Khaur

Model Gigi Komponen PAR Skor PAR

(62)
(63)
(64)
(65)

34 Meinina Sarah 15 P 18

Maloklusi Sangat Parah (Skor >48)

(66)

Hasil Perhitungan Persentase Perubahan Skor Par Index Dengan Menggunakan Nomogram Indeks PAR (n=80)

Bertambah Jelek – Tidak

Mengalami perbaikan <30% Mengalami Perbaikan >30%

(67)

12 1

15 1 14 93,33

15 1 14 93,33

14 1 13 92,86

18 1 17 94,44

21 2 19 90,48

21 2 19 90,48

20 2 18 90

23 1 22 95,65

23 1 22 95,65

25 4 21 84

24 4 20 83,33

23 4 19 82,61

22 4 18 81,82

29 8 21 72,41

Gambar

Tabel 1. KOMPONEN-KOMPONEN INDEKS PAR.2,3,7
Gambar 1. Penilaian skor segmen anterior. penilaian  titik  kontak  antar  gigi  pada  bagian proksimal  gigi  anterior  rahang  atas  dan  juga  rahang  bawah8
Tabel 3. PENILAIAN SKOR OKLUSI BUKAL.3,7
Gambar 2. Penilaian skor oklusi bukal. Oklusi bukal dicatat dengan melihat dari tiga arah yaitu anteroposterior, vertikal dan transversal8
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan dalam perang Riddah, ancaman dari dalam Jazirah Arab, dapat dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar sedang bergerak. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah

Pendidikan Nasional Indonesia, ialah Pendidikan yang baik materiil maupun spiritual membina Manusia dan Bangsa Sosialis Indonesia yang berjiwa

Remote Access merupakan suatu cara untuk melakukan akses ke suatu sistem secara jarak jauh atau remote. Remote access berguna apabila kita menghendaki akses ke

Penentuan sejumlah kemampuan (CP) wajib merujuk kepada jenjang kualifikasi KKNI, terutama yang berkaitan dengan unsur ketrampilan khusus (kemampuan kerja) dan

Topik ini telah diuraikan dalam mata pelajaran sistem operasi (jaringan) komputer. Sementara itu untuk dapat mengoperasikan dan menggunakan layanan server jaringan

mengembangkan riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional... Schools,

Pelbagai barangan lebih mudah didapati online Menjimatkan masa membeli secara online Menjimatkan kos membeli secara online Menjimatkan tenaga membeli secara online

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variabel independen yaitu Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol keperilakuan yang dirasakan secara serentak dan signifikan mempengaruhi