• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modernisasi Sarana Informasi (Warnet) Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Warnet Pasar 6 dan 7 Tembung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Modernisasi Sarana Informasi (Warnet) Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa (Studi Deskriptif Warnet Pasar 6 dan 7 Tembung)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

MODERNISASI SARANA INFORMASI (WARNET) SEBAGAI

SALAH SATU INDIKATOR PEMBANGUNAN DESA

(Studi Deskriptif Warnet Pasar 6 dan 7 Tembung)

SKRIPISI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Diajukan Oleh :

WENDI ABIDIN

040901015

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Abstraksi

Pembangunan desa adalah sebagai proses modernisasi masyarakat kearah yang lebih baik dengan partisipasi masyarakat beserta ide-ide baru dan penerapan teknologi. Masyarakat desa dalam hal ini responden sebagai subjek pembangunan dirasa perlu membekali diri dengan beragam pengetahuan, jiwa membangun desa harus dipupuk dan di tingkatkan terus dengan beragam pengetahuan. Pembangunan desa tidak lepas dengan kemandirian warganya salah satu cara mengisi pembangunan desa itu sendiri.kemandirian individu itu sendiri.Warnet yang dikelola masyarakat desa sendiri dan di manfaatkan bersama masyarakat desa lainnya sebagai tempat mengakses informasi merupakan langkah positif mental pembaharuan warga desa sendiri. Adanaya warnet sebagai bagian modernisasi di desa itu dirasa berhasil manakala dimanfaatkan dengan bijak.

Jenis penelitian yang digunakan : penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno,1975:131). Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa.

(3)

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya ucapakan kepada Allah SWT, karena dengan kasih dan sayang_Nya kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri kita agar lebih baik lagi untuk ke depannya. Shalawat beriring salam dihantarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran untuk mendapatkan ridho Illahi.

Selanjutnya disini saya hendak menghaturkan terima kasih kepada mereka yang membantu saya selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini;

• Kepada kedua orang tuaku, abangku serta keempat adikku, terima kasih ya

atas perhatian, saran dan motivasi kalian selama ini. Semoga kebahagiaan selalu bersama kalian, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Kepada semua keluarga nenek gang meninjo dan semua keluarga nenek gang dame, terima kasih banyak juga atas semua perhatiannya.

• Kepada keluarga besar HMI komisariat Fisip Usu, semoga perjuangan dan

perkaderan yang dilakukan dilandaskan dengan hati yang ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah SWT. Untuk kalian semua kakandaku, saudaraku dan adindaku, terima kasih atas semua kekeluargaan ini.

• Sahabat dan kawan-kawanku semua stambuk 2004 di HMI komisariat Fisip

(4)

untuk kalian semua, senang berteman dengan kalian semua wak, walaupun ntah apa-apa saja pulak ragam kalian, tapi kekmana pun juga kalian semua kawan-kawan yang mantap wak.

• Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Rosmiani sebagai dosen

pembimbing saya yang dengan sabar mengarahkan saya. Pak Sismudjito atas saran-saranya terhadap saya. Ketua Departemen Sosiologi Kak Lina yang bijaksana dan pengertian terhadap kami, Bang Ilham sebagai dosen wali saya yang baik, dan Prof Badar yang baik sebagai Dekan Fisip Usu, terima kasih juga atas motivasinya.

• Kawan-kawan di Mamek 2003, terima kasih atas perhatian dan support nya ya

wak. Kalian juga teman yang baik dan mantap-mantaplah semuanya. Doain juga aku cepat berumah tangga seperti kalian, hihihihi.

• Kawan-kawan di Fotokopi Fisip Usu, Warnet Fisip Usu, dan kantin Fisip Usu

semuanya yang membantu kuliah saya di kampus dan pembuatan skripsi ini, mantaplah pokoknya sama kalian semua wak.

• Kawan-kawan yang kujumpai saat kemping, terima kasih untuk kalian juga

(5)

• Terima kasih juga kepada sekret titi kuning, sekret johor, sekret gg sosial,

sekret sembada, sekret intisari. Kalian telah menerima aku apa adanya, banyak kisah yang ada sama kalian, tenang, semuanya takkan dilupain wak.

• Kepada hati itu, terima kasih kuucapkan atas cinta yang sempurna, yang sudi

mendengarkan permintaan hati ini. Meskipun yang kudapatkan bukanlah sebenarnya cinta, tapi itu telah mengisi lubang di hati yang pernah hampa. Walau sampai nanti sampai mati ini memang takkan abadi, setidaknya rasa memiliki kehilangan itu pernah ada disini. Dirimu juga bunga di malam itu, sebelum cahaya mentari menyapa. Sandaran hati semoga nanti kita berjumpa lagi di ruang rindu.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak...i

Kata pengantar...ii

Daftar Isi...iv

Daftar Tabel...ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

I.1. Latar Belakang Masalah...1

I.2. Perumusan Masalah...7

I.3. Tujuan Penelitian...7

I.4. Manfaat Penelitian...8

I.5. Defenisi Konsep...8

I.6. Operasional Variabel...17

BAB II. KERANGKA TEORI...18

II.I. Teori Modernisasi...18

(7)

II.2. Manusia Modern...26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...28

III.1. Jenis Penelitian...28

III.2. Lokasi Penelitian...28

III.3. Populasi dan Sampel ...29

III.3.1. Populasi...29

III.3.2. Sampel...30

III.4. Teknik Pengumpulan Data...33

III.5. Teknik Analisa Data...34

III.6. Jadwal Kegiatan Penelitian...34

III.7. Keterbatasan Penelitian...36

BAB IV. HASIL DAN ANALISA PENELITIAN...37

IV.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian...38

IV.1.1. Batas-Batas Wilayah Desa...38

(8)

IV.2. Karakteristik Responden...46

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...47

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………48

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...49

IV.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...50

IV.3. Pendapat Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet...51

IV.4. Pendapat Responden Tentang Penggunaan...51

IV.5. Pendapat Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu...52

IV.6. Pendapat Responden Tentang Durasi Intensitas Penggunaan Warnet…...52

IV.7. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Pernah Diakses...53

IV.8. Pendapat Responden Tentang Lingkup InformasiYang Sering Diakses...53

IV.9. Pendapat Responden Tentang Fasilitas Yang Biasa Diakses...54

(9)

IV.12. Pendapat Responden Tentang jumlah Membuka Homepage...56

IV.13. Pendapat Responden Tentang Keperluan Mengakses Di Warnet...57

IV.14. Pendapat Responden Tentang Mengakses Membantu

Menunjang Pendidikan...57

IV.15. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Membantu

Memperluas Hubungan...58

IV.16. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Sangat Menghibur...58

IV.17. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Hanya Sekedar

Mengisi Waktu Luang...59

IV.18. Pendapat Responden Tentang Efek Penggunaan Media Warnet...59

IV.19. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet

Mempengaruhi Cara Berfikir...60

IV.20. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet Sebagai

Kebutuhan Mendesak...60

IV.21. Pendapat Responden Tentang Mencari Pemecahan Masalah Di Warnet...61

IV.22. Pendapat Responden Tentang Interaksi Dengan Pengakses

Lainnya Di Warnet...62

(10)

IV.24. Pendapat Responden Tentang Semua Informasi Di Warnet

Bebas Dan Terbuka...63

IV.25. Pendapat Responden Tentang Bila Tidak Mengakses Internet

Akan Ketinggalan Informasi...64

IV.26. Pendapat Responden Tentang Semakin Banyak Informasi

Yang Diperoleh Semakin Baik Dan Berguna...65

IV.27. Pendapat Responden Tentang Keberadaan Warnet

Akan Mempercepat Proses Pembangunan Desa...65

IV.28. Pendapat Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Tidak Buta Informasi...66

IV.29. Pendapat Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Ikut Menikmati Hasil Teknologi...66

IV.30. Pendapat Responden Tentang Informasi

Yang Biasa/Paling Sering Diakses...67

IV.31. Pendapat Responden Tentang Persepsi Perbandingan

Antara Internet Dan Media Massa Lainnya...67

IV.32. Analisis...67

(11)

IV.32.2. Motivasi Responden Untuk mengakses Intrenet Di Warnet...70

IV.32.3. Pandangan Responden Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa...77

BAB V. PENUTUP...81

V.1. Kesimpulan...81

V.2. Saran-Saran...82

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Halalaman

Tabel.1 Jumlah penduduk Dusun XII Desa Tembung...40

Tabel.2 Jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur...40

Tabel.3 Sarana Pendidikan...43

Tabel.4 Sarana Ibadah...43

Tabel.5 Sarana Kesehatan...44

Tabel.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...,...47

Tabel.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...48

Tabel.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...49

Tabel.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...50

Tabel.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet...51

Tabel.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Penggunaan...51

Tabel.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu...52

(13)

Penggunaan Warnet...52

Tabel.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lingkup Informasi

Yang Pernah Diakses...53

Tabel.15 Distribusi Jawaban Responden Tentang Lingkup Informasi

Yang Sering Diakses...53

Tabel.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Fasilitas

Yang Biasa Diakses...54

Tabel.17 Distribusi Jawaban Tentang Memiliki Daftar Email...54

Tabel.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Aktivitas Mengirim

dan Menerima Email...55

Tabel.19 Distribusi Jawaban Responden Tentang jumlah Membuka Homepage...56

Tabel.20 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keperluan

Mengakses Di Warnet...57

Tabel.21 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Membantu

Menunjang Pendidikan...57

Tabel.22 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Akses Membantu

Memperluas Hubungan...58

(14)

Sangat Menghibur...58

Tabel.24 Distribusi Jawaban Responden Tentang Kegiatan Akses Hanya

Sekedar Mengisi Waktu Luang...59

Tabel.25 Distribusi Jawaban Responden Tentang Efek Penggunaan

Media Warnet...59

Tabel.26 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Warnet

Mempengaruhi Cara Berfikir...60

Tabel.27 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Warnet Sebagai

Kebutuhan Mendesak...60

Tabel.28 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mencari Pemecahan

Masalah Di Warnet...61

Tabel.29 Distribusi Jawaban Responden Tentang Interaksi Dengan

Pengakses Lainnya Di Warnet...62

Tabel.30 Distribusi Jawaban Responden Tentang Apakah Warnet Mendukung

Warga Dalam Proses Terbentuknya Masyarakat Informasi Di Desa...63

Tabel.31 Distribusi Jawaban Responden Tentang Semua Informasi Di Warnet

Bebas Dan Terbuka...63

(15)

Tabel.33 Distribusi Jawaban Responden Tentang Semakin Banyak Informasi

Yang Diperoleh Semakin Baik Dan Berguna...65

Tabel.34 Distribusi Jawaban Responden Tentang Keberadaan Warnet

Akan Mempercepat Proses Pembangunan Desa ...65

Tabel.35 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Di Warnet

Berarti Tidak Buta Informasi...66

Tabel.36 Distribusi Jawaban Responden Tentang Mengakses Di Warnet

(16)

Abstraksi

Pembangunan desa adalah sebagai proses modernisasi masyarakat kearah yang lebih baik dengan partisipasi masyarakat beserta ide-ide baru dan penerapan teknologi. Masyarakat desa dalam hal ini responden sebagai subjek pembangunan dirasa perlu membekali diri dengan beragam pengetahuan, jiwa membangun desa harus dipupuk dan di tingkatkan terus dengan beragam pengetahuan. Pembangunan desa tidak lepas dengan kemandirian warganya salah satu cara mengisi pembangunan desa itu sendiri.kemandirian individu itu sendiri.Warnet yang dikelola masyarakat desa sendiri dan di manfaatkan bersama masyarakat desa lainnya sebagai tempat mengakses informasi merupakan langkah positif mental pembaharuan warga desa sendiri. Adanaya warnet sebagai bagian modernisasi di desa itu dirasa berhasil manakala dimanfaatkan dengan bijak.

Jenis penelitian yang digunakan : penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno,1975:131). Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkap fakta keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan desa pada hakikatnya adalah suatu proses modernisasi yang menghantarkan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia kearah kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang. Tiga unsurnya adalah adanya partisipasi masyarakat, timbul gagasan-gagasan baru untuk kehidupan mendatang, dan penerapan teknologi yang tepat guna dan padat karya (Bintarto, 1984 : 27).

Bisa dikatakan ciri utama dari pembangunan desa itu sendiri yang terpenting adalah keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan baik secara swadaya murni dan swadaya gotong royong. Sasaran pembangunan desa adalah menjadikan semua desa-desa diseluruh wilayah Indonesia punya tingkat klasifikasi desa-desa swasembada.

(18)

Tujuan dari pembangunan adalah dengan jalan mempergunakan kemajuan teknologi (internet) dan ilmu pengetahuan dapat memperbaiki keadaan materi manusianya, agar dengan semua perbaikan itu manusia lebih dapat jadi manusia. (Astrid.S,1986 : 303). Karena titik tolak dari filsafat pembangunan adalah manusia dengan tujuan akhirnya manusia itu sendiri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa berhasilnya pembangunan masyarakat, termasuk masyarakat desa adalah mental membangun masyarakatnya sendiri yang harus ada dan menerima semua perkembangan pembangunan dengan terbuka. Seperti yang dicirikan oleh Alex Inkeles (Weiner, 1983 : 90-93).

Salah satu ciri manusia modern adalah percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada masyarakat desa sendiri hal ini dibuktikan bahwa mereka juga masyarakat modern dengan menerima teknologi informasi yaitu keberadaan internet ditengah-tengah mereka. Kehausan akan semua informasi yang ada menjadikan warnet tempat mengakses internet membimbing masyarakat untuk siap menyongsong semua pembangunan yang akan dan sedang terjadi.

(19)

Adanya warung internet (warnet) yang menyediakan sarana bagi masyarakat untuk mengakses internet semakin memperlancar pembangunan yang ada. Karena dengan internet dapat memberdayakan pemerintahan dan masyarakatnya dengan menyediakan pengetahuan dan alat baru untuk memperoleh informasi taktis dan strategis pembangunan, sehingga pembangunan yang diharapkan dapat terlaksana.

Secara awam warnet banyak digunakan masyarakat karena menyediakan tempat mengakses internet dengan biaya yang terjangkau baik masyarakat kota maupun masyarakat desa.Warnet hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat desa menjadi salah satu indikasi desa tersebut telah membuka diri dengan kemajuan zaman dalam menyongsong pembangunan yang sarat dengan kemajuan teknologi informasi.

Di negara Dunia Ketiga warnet adalah tempat kebanyakan orang mengakses internet. Di negara-negara atau daerah-daerah maju yang akses internet nya sudah ada pada hampir setiap rumah, warnet jarang didapatkan dan mahal tarifnya. Di daerah perkotaan (urban) sebuah warnet memiliki nama-nama umum panggilan lain seperti net café atau cyber cafe, atau pusat permainan dalam jaringan dimana sambungan

internetnya dikhususkan untuk melakukan permainan komputer dalam jaringan.

(20)

Umumnya warnet paling banyak terdapat/tersebar terutama di kota-kota besar (ibukota propinsi/kabupaten), di kota-kota kecil juga tersedia sebagai penyedia jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat di daerah tersebut dalam mengakses informasi. Kebanyakan warnet tersebar di dekat tempat-tempat pendidikan seperti universitas dan sekolah-sekolah.

Warnet sendiri juga banyak terdapat di tempat-tempat umum dimana orang bersosialisasi seperti mall atau town squarte, dan sejenisnya. Namun beberapa dari tempat di atas atau kafe-kafe tertentu ini memberikan jasa internet berupa koneksi wifi (hotspot) yang biasanya gratis karena sudah satu paket dengan biaya yang kita keluarkan saat minum atau makan. Biasanya pengunjung akan mendapat akun untuk memakai internet.

Penyebaran warnet di Indonesia pernah dipresentasikan dalam lokakarya di Mexico City, 16-19 November 2004 sebagai persiapan data ICT readiness di negara berkembang pada tahun yang sama. Ada beberapa aplikasi warnet yang bertujuan mencatat siapa yang masuk dan berapa lama dia memakai komputer.

• Manual adalah cara aplikasi yang paling sederhana dan tradisional dimana

(21)

• Aplikasi Berbasis Jaringan adalah aplikasi otomatis dalam jaringan dimana

perhitungan dilakukan saat pengguna memasukkan identitas. Aplikasi ini lebih memudahkan penjaga karena terdapat fungsi-fungsi lainnya selain mencatat waktu seperti memberi diskon atau mengendalikan komputer dari jarak jauh.

Kehandalan-kehandalan teknologi informasi dan komunikasi dalam distribusi informasi telah memberikan harapan-harapan baru dalam pembangunan, sehingganya meratanya teknologi informasi terutama bidang pembangunan menjadi salah satu bagian dari pembangunan itu sendiri, baik pada masyarakat kota maupun masyarakat desa. Ini sejalan dengan pendapat Alex Inkeles yang mengatakan ciri-ciri masyarakat modern adalah salah satunya menerima kemajuan inovasi teknologi, tanpa terkecuali teknologi informasi.

Teknologi informasi seperti radio, televisi, celuler phone, dan internet merupakan beberapa instrument pendukung di dalam pembangunan. Dengan semakin berkembang pesatnya teknologi informasi (terutama internet), maka akan dengan mudahnya untuk mendapatkan informasi tanpa terikat waktu dan jarak. Dengan cepat kita mendapatkan informasi pembangunan yang ada dibelahan dunia lainnya.

(22)

secara geografis, sehingga istilah dusun global (global village) atau rimba raya informasi (information super highway) sudah tidak lagi menjadi kosa kata yang asing.

Internet sebagai bagian perkembangan teknologi informasi telah menjadi bagian dalam pembangunan suatu daerah atau wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Keberadaan warnet (warung internet) yang menyediakan tempat untuk mengakses internet mulai menjadi hal umum dimasyarakat dalam pencarian semua informasi dalam pembangunan dewasa ini baik di kota maupun di desa.

Internet merupakan suatu gabungan antara teknologi komputer dan informasi secara global, sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana untuk menyebarkan serta mencari informasi secara relatif cepat dibandingkan media lainnya, internet juga dapat digerakkan sebagai sarana untuk melakukan komunikasi dengan siapapun tanpa adanya batasan jarak.

Modernisasi sarana informasi (warnet) sebaai modernisasi masyarakat desa dalam pembangunan saling berkaitan, sebab modernisasi desa terjadi jika ada manfaat dari kemajuan yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di desa tersebut.

(23)

Pada dasarnya sebuah inovasi yang sedang dan akan terjadi dalam hal apapun juga pasti mempunyai sebuah sumbangan pembangunan yang dirasa bermanfaat bagi pembangunan masyarakat yang menjalaninya. Begitu juga dengan keberadaan warnet yang hadir di masyarakat desa sebagai bagian dari pembangunan desa itu sendiri yang perlahan dan pasti menjadi bagian dari desa itu sendiri.

Keberadaan warnet selain dilihat dari manfaatnya bagi warga desa, juga coba dikaji lebih dalam lagi hubungannya dengan pembangunan khususnya pembangunan desa, apakah dengan keberadaan warnet di desa bisa dijadikan sebagai indikator pembangunan desa yang bersangkutan sehingga didapatkan benang merah dalam pembangunan desa yang terbuka dengan kemajuan teknologi.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah layanan “warnet”memberikan perubahan pola fikir masyarakat desa

untuk mengakses informasi dan teknologi sebagai salah satu instrument

indikator pembangunan desa ?

Apakah motivasi yang mendorong warga untuk mengakses warnet dan

apakah keberadaan layanan internet (warnet) memberikan dampak bagi

(24)

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan warnet yang ada di desa dalam kaitannya adalah pembangunan baik fisik maupun nonfisik desa itu sendiri. Penelitian ini hanya mempresentasikan sebuah data yang diperoleh dari berbagai pertanyaan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah tersebut. Selain itu diharapakan didapat ramuan baru dalam pembangunan desa, yang bersiap menyongsong perubahan sosial. Penelitian ini juga hendak mengetahui interaksi sosial yang terjadi di warnet yang diharapkan dapat menjadi tambahan bahan penelitian dalam memahami pola interaksi masyarakat.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis : Sebagai salah satu penambah referensi kepustakaan tentang

pembangunan terutama pembangunan desa, dan juga dapat dijadikan salah satu acuan data dalam mengkaji perubahan sosial di masyarakat desa.

Manfaat Praktis : Dapat dijadikan salah satu bahan referensi bagi pengambiul

kebijakan pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat desa yang menuju mnasyarakat modern.

I.5. Defenisi Konsep

I.5.1. Warnet (warung internet)

(25)

per jam atau menit, tapi ada juga yang menyediakan semacam membership untuk akses tidak terbatas untuk harian atau bulanan. Selain menyediakan tempat untuk browsing, check email dan bermain game online.

Warnet juga berfungsi sebagai café, dimana pengunjung bisa menikmati makanan/minuman yang disediakan (http://oktaviani.com/pengertian warnet.htm). Warnet sebenarnya tergolong wirausaha karena untuk memulai membangun dan membuka warnet dibutuhkan investasi yang tidak sedikit juga. Kita harus mengetahui struktur, sistem LAN dan instalasi listrik serta jaringan membuat membuat warnet. Kemudian perangkat lunak dan keras yang dibutuhkan seperti program membagi bandwidth tuch di artikel sebelah.

Sejarah warnet jika mengacu pada istilah internet cafe, fenomena ini bermulai pada bulan Juli 1991 oleh Wayne Gregori di San Francisco ketika dia mulai membuka SFnet Coffeehouse Network. Gregori mendesain, membangun dan melakukan instalasi sendiri sebanyak 25 komputer yang dioperasikan lewat koin di kedai-kedai kopi di area San Francisco Bay. Terminal (komputer) yang disediakan tersebut terhubung dengan 32 Bulletin Board System yang menyediakan jasa elektronik semacam FIDOnet mail (yang pada tahun 1992 disebut juga dengan Internet mail).

(26)

menulis proposal yang berisi tentang konsep sebuah café dengan akses Internet dari meja-meja. Event tersebut berlangsung pada akhir pekan pada tanggal 12-13 Maret 1994 bertepatan dengan event Towards the Aesthetics of the Future. Pada tahun 1994, The Binary Cafe, Internet café pertama di Kanada dibuka di Toronto, Ontario.

Setelah itu, mulai banyak variasi cafe yang berdasarkan Cybercafé yang ditemukan oleh Ivan Pope tadi, seperti CompuCafe di Helsinki, Finland yang menggunakan robot sebagai penjual bir. Sebuah varian lain dari Internet café dinamakan PC bang (mirip dengan multiplayer game online) yang menjadi populer di Korea Selatan ketika StarCraft dirilis tahun 1997. Walaupun harga komputer dan akses internet saat itu mahal, namun banyak anak muda yang pergi ke PC bang untuk memainkan game multiplayer.

I.5.2. Indikator Pengukuran Keberhasilan Pembangunan

Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan yang murah, pendidikan murah, atau sembako yang terjangkau.

(27)

indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson terhadap kelima indikator tersebut :

Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Perspektif makro ekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur.

Struktur Ekonomi

Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan perkapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi serta peningkatan perkapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus.

(28)

Urbanisasi

Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan/kota dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.

Angka Tabungan

(29)

Indeks Kualitas Hidup

IKH (Physical Qualty of life Index/PQLI) digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indikator makro ekonomi tidak dapat memberikan gambaran kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada :

a) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun

b) angka kematian bayi

c) angka melek huruf

Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan.

(30)

Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.

Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen,

a) rata-rata harapan hidup pada saat lahir,

b) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU,

(31)

Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

I.5.3. Pembangunan

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan PDRB provinsi, kota/kabupaten (Kuncoro, 2004).Kemudian muncul juga defenisi pembangunan yang menekankan pada peningkatan income per capita (pendapatan per kapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk.

Definisi pembangunan tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Definisi yang cenderung melihat segi kuantitatif pembangunan ini dipandang perlu menengok indikator-indikator sosial yang ada (Kuncoro, 2004). Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Pembangunan mempunyai tiga inti nilai, yakni :

Ketahanan (Sustenance): kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

(32)

Harga diri (Self Esteem): pembangunan haruslah memanusiakan

manusia, pembangunan haruslah memberi kebanggan untuk manusia yang didalam pembangunan di suatu daerah.

Freedom from servitude atau kebebasan bagi setiap individu suatu negara

untuk berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Myrdal misalnya mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Ada pula yang menekankan pentingnya pertumbuhan dengan perubahan (growth with change), terutama perubahan nilai-nilai dan kelembagaan. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi tidak lagi memuja GNP sebagai sasaran pembangunan, namun lebih memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan.

I.5.4. Desa di Indonesia

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(33)

luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan.

I.6. Operasional Variabel

1. Karakteristik Responden

a) Pendidikan b) Jenis kelamin c) Agama d) Usia

2. Warnet Sebagai Salah Satu Indikator Pembangunan Desa

a) Kegiatan akses responden di warnet

b) Motif responden dalam mengakses di warnet

(34)

BAB II

KERANGKA TEORI

II.1. Teori Modernisasi

Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir, yang pada dasarnya teori modernisasi dan pembangunan sebagai gagasan perubahan sosial menjadi sebuah ideologi. Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan cepat dari tradisional ke modern). Berwatak kompleks (melalui banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik, gerakan global melalui tahapan menuju homogenitas (convergency) dan bersifat progresif, Teori ini banyak digunakan dikalangan interdisiplin sehingga lahirlah modernisasi dalam sosiologi. Di dunia akademik sendiri istilah-istilah modernisasi sering ditukarbalikkan dengan development/pembangunan, sehingga modernisasi memiliki kesamaan arti dengan pembangunan (Fakih, 2001 : 52-54).

(35)

Sedangkan menurut pendapat Soerjono Soekanto modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning (Soerjono, 2009 : 204,206). Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.

• Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun

masyarakat.

• Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

• Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada

suatu lembaga atau badan tertentu.

• Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi

dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

• Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan

di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

• Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

II.1.1. Lima Tahap Pembangunan (The Five Stage Scheme)

(36)

maju. Proses ini, dengan pelbagai variasinya pada dasarnya berlangsung sama dimanapun dan kapanpun. Variasi yang ada bukanlah mendasar, hanya berlangsung dipermukaan saja. Lima tahapan pembangunan (Rostow, 1966 : 4-11) tersebut adalah;

1. Masyarakat Tradisional

Pada fase ini dimasyarakat ilmu pengetahuan masih belum banyak dikuasai, karena masyarakat semacam ini dikuasai oleh kepercayaan tentang kekuatan diluar kekuasaan manusia, disini manusia sangat tunduk kepada alam. Masyarakat cenderung bersifat statis, kemajuan pada fase masyarakat ini berjalan lambat. Produksi hanya untuk konsumsi semata bukan sebagai investasi, pola kehidupan generasi kedua sama seperti generasi sebelumnya.

2. Prakondisi Untuk Lepas Landas

(37)

3. Lepas Landas

Periode ini di tandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan/pembangunan, karena dianggap sebagai kewajaran. Industri-industri dan pemakaian teknologi mulai berkembang dengan pesat. Pertanian bukan hanya sekedar gaya hidup tapi juga sebagai mata pencaharian. Peningkatan produktivitas pertanian merupakan hal penting, karena modernisasi masyarakat memerlukan hasil pertanian yang banyak, agar ongkos perubahan dapat ditanggulangi.

4. Bergerak Ke Kedewasaan

Pada periode ini negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global, komoditi yang tadinya diimpor kini diproduksi di dalam negeri, impor baru menjadi kebutuhan jika ekspor barang-barang dapat mengimbangi impor. Setelah 60 tahun (40 tahun setelah periode lepas landas berakhir), tingkat kedewasaan biasanya tercapai. Perkembangan industry bukan saja teknik-teknik produksi, tapi juga barang yang diproduksi, termasuk produksi barang modal.

5. Zaman Konsumsi Massal Yang Tinggi

(38)

yang ada dialokasikan untuk kesejahteraan sosial dari penambahan dana sosial. Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan terus-menerus.

Menurut Rostow (dalam Arief Budiman, 2000 : 29,30) titik terpenting dalam kemajuan dari suatu masyarakat ke masyarakat yang lainnya adalah periode lepas landas. Selain itu juga menurut Rostow adanya sekelompok wiraswastawan yang melakukan tindakan pembaharuan, yakni sekelompok generasi muda yang gerah dengan sikap konvensional generasi sebelum mereka yang lembut menanggapi perubahan zaman.

Aspek lepas landas ini tentang aspek nonekonomi yaitu dengan meningkatnya investsi di sektor produktif, tumbuhnya sektor industry manufaktur yang penting yang tinggi dan munculnnya lembaga-lembaga politik dan sosial yang mana diharapkan membuat pertumbuhan menjadi proses yang berkesinambungan (Rostow, 1971 : 147,148).

II.1.2. The Need For Achievement (N’ach)

(39)

Dalam pendekatan psikologi sosial (mikro), faktor pendorong perubahan sosial dan pembangunan bukan karakteristik masyarakat pada tingkat makro, tetapi karakterisitik masyarakat pada tingkat mikro. David McClelland sering dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam teori modernisasi. Jika teori pertumbuhan Rostow lebih merupakan teori ekonomi, teori modernisasi McClelland berangkat dari perspektif psikologi social.

Dalam bukunya, The Achievement Motif in Ekonomic Growth, McClelland (1984) memberikan dasar-dasar tentang psikologi dan sikap manusia kaitannya dengan bagaimana perubahan sosial terjadi. Secara jelas menceritakan sejarah manusia sejak awal selalui ditandai dengan jatuh bangunnya suatu kebudayaan.

Selanjutnya, dalam teori yang dikembangkan McClelland tentang motivasi berprestasi, pertanyaan yang ingin dijawabnya adalah bagaimana beberapa bangsa tumbuh sangat pesat di bidang ekonomi sementara bangsa yang lain tidak. Umumnya pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan karena faktor ‘ekternal’, tetapi menurut McClelland lebih merupakan faktor ‘internal’ yakni nilai-nilai dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan. Pendeknya dorongan internal untuk membentuk dan merubah nasib sendiri.

(40)

pertumbuhan ekonomi. Apa rahasia pikiran Weber atas Etika Protestan menurutnya adalah the need for achievement (N’ach). Alasan mengapa dunia ketiga terbelakang menurutnya karena rendahnya need for achevement tersebut. Sekali lagi, sikap dan budaya manusia yang dianggap sebagai sumber masalah dan prototipe the achieving society yang pada dasarnya adalah ciri-ciri watak dan motivasi masyarakat kapitalis.

Teori McClelland didasarkan pada studinya yang dilandaskan pada teori psiko analisis Freued tentang mimpi. McClelland melakukan studi di Amerika yang memfokuskan pada studi tentang motivasi dengan mencatat khayalan orang melalui pengumpulan bentuk cerita dari sebuah gambar.

Kesimpulannya bahwa khayalan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka, yang dinamakan the need for achievement (N’ach) yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari dalam.

Bagi mereka yang mempunyai dorongan N’ach yang tinggi akan bekerja lebih keras, belajar dengan lebih giat, dan sebagainya. Perhatian ditujukan pada orang yang mempunyai N’ach tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar pada masyarakat sekitarnya McClelland tertarik pada analisis Max Weber tentang hubungan antara Protestanisme dan Kapitalisme.

(41)

kapitalisme itu adalah dorongan need for achievement yang tinggi. Jadi, N’ach sesungguhnya penyebab pertumbuhan ekonomi di Barat, yang umumnya lahir dari keluarga yang dalam pendidikannya menekankan pentingnya kemandirian.

McClelland berpendapt bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi.Dari studi itu, dia berpendapat adanya pengaruh dan kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan tinggi rendahnya motive yang lain yakni need for power (N’power) dan need for affiliation (N’affiliation). McClelland menolak pandangan

bahwa dorongan utama wirasawatawan adalah profit motive. Baginya perilaku wiraswasta tidak semata sekedar cari uang, melainkan dorongan achivement tadi.

Satu hal yang menjadi catatan penting adalah bahwa N’ach tidak diturunkan McClelland, dia berpendapat bahwa N’ach selalu berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dan masyarakat. Sehingga timbul apa yang dimaksud dengan perilaku-perilaku mandiri dalam berusaha atau akrab yang disebut denga wiraswasta.

(42)

II.2. Manusia Modern

Ide pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia, yaitu suatu alat untuk mencapai tujuan yang lebih lanjut lagi, karena perubahan tersebut juga merupakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri. Tanda-tanda kemodern itu sendiri ada dua yaitu kemodernan dari dalam diri / masyarakat dan kemodernan dari luar diri / masyarakat. Sementara ciri-ciri manusia modern itu adalah,

1. Kesediaannya untuk menerima pengalaman-pengalaman yang terbilang baru dan keterbukaanya bagi pembaharuan dan perubahan.

2. Kesanggupan membentuk/mempunyai pendapat mengenai sejumlah persoalan yang ada baik di dalam maupun di luar lingkupnya. Semakin seseorang itu berpendididikan maka semakin maju wilayahnya, semakin besar pula kesediaannya untuk mengemukakan pendapat.

3. Menghargai waktu. Disini jelas sekecil apapun atau sesempit apapun waktu yang ada akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan.

4. Mempunyai perencanaan, baik itu perencanaan yang sifatnya jangka pendek maupun perencanaan yang sifatnya jangka panjang semua direncanakan agar tersistematis untuk kedepannya.

5. Kemampuan menyakini kemampuan manusia.

(43)

8. Percaya pada ilmu dan teknologi, sekalipun pada bentuk yang paling primitif. Disini jelas ilmu dipandang penting karena sesuatu yang bersifat ilmu atau pengetahuan umum dan teknologi dapat diterapkan untuk kemajuan suatu peradaban dan pembangunan bagi masyarakat yang terbuka kepada sesuatu yang baru.

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti (Winarno, 1975 : 131).

Penelitian deskriptif dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta yang ada mengenai keberadaan warnet sebagai salah satu indikator pembangunan desa pada pasar 6 dan 7 Tembung.

III.2. Lokasi Penelitian

(45)

III.3. Populasi Dan Sampel

III.3.1. Populasi

Populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi ed. 1989 : 152). Berdasarkan batasan tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga desa pengguna atau pengakses warnet yang diteliti.

(46)

Agustus

Jumlah Total 3475 orang Jumlah Total 4020 orang

Oleh karena jumlah pengguna/pengakses warnet dalam setiap bulannya tidak tetap, dan belum bisa dipastikan bahwa setiap hari orang pengakses warnet itu adalah orang yang berbeda. Maka pengambilan sampel penelitian ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata pendaftar dalam setiap bulan. Dan jumlah populasi dari kedua warnet tersebut adalah 7495 orang selama 9 bulan.

III.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih melalui suatu teknik pengambilan sampel tertentu, sehingga dapat mewakili populasi untuk diteliti (S. Sari:16). Maka sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan prosedur sebagai berikut:

(47)

7495 = 832,77 dibulatkan menjadi 800 orang 9

Untuk menghitung besarnya sampel didasarkan pada pendapat Taro Yamane (Rakhmat, 1995 : 99) yang mengajukan pilihan ukuran sampel berdasarkan tingkat presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%.

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah :

N n =

N (d)2 + 1

Dimana,` n : Besarnya sampel

N : Besarnya populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan (peneliti menetapkan 10% atau d = 0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besar sampel yang ditarik pada penelitian ini adalah :

N n =

N (d)2 + 1

800 n =

(48)

800 n =

8 + 1

800 n =

9

n = 88,9 n = 90 orang pengakses

Teknik pengambilan sampelnya adalah insidental sampling, oleh karena sampel atau responden ini masih belum diketahui dengan jelas maka penentuan siapa-siapa yang menjadi sampel, maka upaya teknik penyamplingan didasarkan pada teknik sampling non probability yaitu dengan jalan menggunakan teknik incidental sampling, siapa saja yang ada atau kebetulan pada saat mengakses, dengan catatan ia adalah pengguna warnet.

Untuk menghindari kemungkinan pengulangan jawaban yang diisi responden, maka upaya penyebaran angket dilakukan melalui dua tahap.

• Pertama angket diberikan kepada responden sesuai dengan target yang telah

ditentukan.

• Kedua, dilakukan jika dalam tahap pertama target sampel belum mencukupi,

(49)

III.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghubungkan tujuan penelitian dan pengumpulan data dari objek penelitian, maka ditempuh dengan upaya teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini merupakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menemukan data dan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

III.4.1. Data Primer

Melalui teknik kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang diisi oleh responden. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi kuantitatif yang relevan dimana data dapat dimanifestasikan dalam bentuk angka-angka. Dan target yang ingin dicapai melalui kuesioner ini adalah mendapatkan data-data tentang profil pengakses, tingkat penggunaan, pemilihan materi akses, dan lain sebagainnya.

III.4.2. Data Sekunder

(50)

III.5. Teknik Analisa Data

Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan diperiksa dan dianalisa, kemudian selanjutnya data-data yang sudah masuk dan terkumpul tadi selanjutnya akan diterjemahkan secara deskriptif. Pengorganisasian data-data ini bertujuan untuk menemukan dan menghubungkan setiap gejala (fenomena) yang ada dengan cara pemaparan dan penginterpretasian gejala-gejala yang bersangkutan. Untuk pengujian data-data dan mencari persentase data-data tersebut dengan menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

P = ___F____ x 100% N

Dimana, P = jumlah prosentase dari sampel

F = frekuensi jawaban

N = jumlah responden/sampel

III.6. Jadwal Kegiatan Penelitian

(51)

JADWAL KEGIATAN

N

o.

Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Acc Judul X

2 Penyusunan Proposal X X

3 Seminar Proposal X

4 Revisi Proposal X

5 Pengurusan izin administrasi penelitian

X

(52)

III.7. Keterbatasan Penelitian

(53)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

Pada bab ini disajikan data-data seputar kondisi desa penelitian dan hasil dari penelitian yang bertujuan untuk melihat penggunaan media internet/warnet di masyarakat. Apa saja yang mempengaruhi penggunaan warnet, serta kebutuhan apa saja yang berusaha untuk dipenuhi dalam mengakses warnet tersebut, dan apa dampak secara langsung dan tidak langsung atas keberadaan warnet tersebut. Atau dalam defenisi di atas telah kita klusterkan menjadi, penggunaan media, motif penggunaan, dan efek penggunaan.

Semua diperlukan untuk menjelaskan permasalahan penelitian yang dihadapi yakni mengenai penggunaan media internet (warnet) di desa penelitian. Konsep tersebut mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain, dan hubungan antara satu variable dengan variable yang lain pada gilirannya merupakan penjelasan terhadap masalah penelitian yang dihadapi.

(54)

kempuan finansial, bisa saja sangat berpengauh. Apakah kemampuan finansial menjadikan frekwensi penggunaan media warnet menjadi tinggi dan sebaliknya.

IV.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Pasar 6 dan desa pasar 7 Tembung secara administrasi berada pada dua desa yang berbeda. Pasar 6 tepatnya berada di dusun XII Desa Tembung, sedangkan pasar 7 tepatnya berada di Jalan Makmur berada di Dusun VII Desa Sambirejo Timur. Walaupun kedua warnet tersebut berada di desa yang berlainan, namun jarak antara satu warnet dengan warnet lain dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki.

IV.1.1. Batas-Batas Wilayah Desa

Warnet Steve berada di dusun XII Desa Tembung, berikut batas-batas wilayah Desa Tembung :

• Sebelah utara berbatas dengan Bandar Khalipa/Klippa

• Sebelah selatan berbatas dengan Desa Bandar Klippa

• Sebelah timur berbatas dengan Desa Bandar Klippa

(55)

Sedangkan Warnet RG berada di dusun VII Desa Sambirejo Timur, berikut batas -batas wilayah Desa Sambirejo Timur :

• Sebelah utara berbatas dengan Desa Sei Rotan

• Sebelah selatan berbatas dengan Bandar Klippa

• Sebelah timur berbatas dengan Desa Sena/Batang Kuis

• Sebelah barat berbatas dengan Desa Tembung

IV.1.2. Keadaan Penduduk

Masalah kependudukan merupakan isu umum yang terdapat dalam suatu daerah atau wilayah. Walaupun penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan, namun bila tidak diimbangi dengan kemampuan dan ketrampilan yang memadai, maka akan menimbulkan kendala dalam proses pembangunan itu sendiri.

(56)

1. Jumlah penduduk desa berdasarkan dusun tempat penelitian

Berikut adalah data jumlah penduduk dusun XII Desa Tembung dan jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur berdasarkan laporan kependudukan desa kepada kecamatan.

a. Jumlah penduduk dusun XII Desa Tembung

Tabel 1 (sumber : laporan kependudukan desa bulan februari 2011)

b. Jumlah penduduk dusun VII Desa Sambirejo Timur

Tabel 2 (sumber : laporan kependudukan desa bulan November 2010 ) no Jenis kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki – laki 657

2. Perempuan 646

Total 1303

no Jenis kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki – laki 972

2. Perempuan 969

(57)

2. Gambaran umum karakteristik penduduk desa

Menurut penuturan kepala dusun mayoritas warga desa beragama Islam. Di dusun tersebut terdapat sepuluh keluarga yang beragama Kristen, dan satu keluarga yang beragama Budha. Mayoritas pendududk dusun bermata pencaharian sebagai pekerja bangunan atau buruh pabrik dan berwiraswasta sendiri, atau mocok-mocok seperti penuturan kepala dusun. Dan hanya sebagian kecil saja yang bekerja sebagai pegawai negeri dan swasta serta berprofesi sebagai guru. Rata-rata warga dusun pendididkan terakhirnya adalah tamatan SMA/SMK, dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, kurang lebih lima belas orang yang sarjana di dusun tersebut. Gambaran umum warga desa ini diperoleh berdasarkan wawancara singkat dengan kepala dusun setempat, karena tidak ada data lengkap baik di kantor desa maupun di kantor camat.

3. Sarana dan prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan suatu program atau kegiatan pembangunan. Suatu rencana yang disusun dengan baik, tanpa didukung sarana dan prasarana yang baik dan memadai, maka tujuan dari perencanaan dalam suatu program atau kegiatan kemasyarakatan akan sulit tercapai.

(58)

tempat ibadah dan lain sebagainya. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut;

a) Sarana pendidikan

Dalam hal penyediaan sarana pendidikan formal di Desa penelitian dapat dilihat pada table berikut ini, data sendiri diperoleh berdasarkan pengamatan langsung ke lapangan ;

No. Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Keterangan

1. TK 1 Baik

2. SD 2 Baik

3. SLTP 2 Baik

4. SLTA 1 Baik

Total 6 Baik

Tabel 3 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

(59)

b) Sarana ibadah

Dalam hal keagamaan dan sarana peribadatan menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki corak keberagaman umat yang berbeda, namun dominasi satu agama terlihat dari saran ibadah yang ada di desa tersebut.

hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut ini, dimana saran ibadah satu agama yang lebih banyak dibandingkan agama lain, walau demikian toleransi beragama dipelihara dengan baik di desa. data ini juga diperoleh berdasarka pengamatan langsung ke lapangan dan juga bertanya kepada kepala dusun yang ada di desa yang di teliti,

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Masjid 6 Baik

2. Mushola 3 Baik

3. Gereja 1 Baik

4. Vihara/Kuil Baik

Total 10 Baik

Tabel 4 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

(60)

c) Sarana kesehatan

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Poliklinik 1 Baik

2. Praktek Dokter 2 Baik

3. Puskesmas 1 Baik

4. Posyandu 1 Baik

Total 6 Baik

Tabel 5 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)

Bila melihat sarana kesehatan di atas, dapat dikatakan bahwa keadaannya belum memadai, karena minimnya sarana pelayanan publik yang kaitannya terhadap akses keseshatan. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pemerintah desa dan masyarakatnya belum mulai sadar untuk menyediakan fasilitas kesehatan guna menunjang program pemerintah di bidang kesehatan khususnya kesehatan masyarakat.

IV.1.3. Gambaran Umum Warnet

(61)

bilik/kom lesehan dan 6 komputer (interent) yang tempat duduknya terbuka tanpa sekat-sekat.

Pada warnet ini sistem pencatatan pengakses internetnya dengan cara manual, yaitu operator/penjaga warnet mencatat pengakses yang menggunakan layanan dengan buku catatan yang ada padanya. Warnet ini ada sistem pemakaian bebas tergantung pengakses kapan selesai mengakses, dan sistem per paket, paket 2 jam, 3-5 jam, dan paket begadang plus soft drink. Bagi pengakses yang menunggu disediakan bangku-bangku untuk menunggu. Warnet ini juga menerima tempahan ketikan berupa tugas-tugas kuliah/sekolah atau laporan-laporan bagi mereka yang tidak pandai mengetik atau tidak mempunyai waktu. Pengakses warnet betah berlama-lama lantaran sikap penjaga warnet yang bersahabat dan ramah serta mau mengajari ini itu bagi pengakses pemula seperti anak.anak sekolah yang sebagian masih kurang paham dengan pemakaian media internet atau warga desa yang dulunya awam sama dengan teknologi seperti komputer/internet, namun memiliki kemauan untuk belajar.

(62)

Warnet ini memiliki 12 bilik/kom lesehan yang tiap biliknya dilengkapi dengan headphone dengan ruang bilik yang nyaman, dan 8 komputer untuk mengakses internet yang tempat duduknya terbuka tanpa sekat-sekat. Walau lebih banyak sistem bilik/kom daripada sistem terbukanya, namun interaksi sesama pengakses tetap terjadi dengan cara saling sahut-menyahut atau melalui pesan antar billing sesama pengakses atau ke operator.

Pada Warnet Steve sistem pencatatan pengaksesnya adalah dengan aplikasi berbasis jaringan, yaitu aplikasi otomatis dalam jaringan dimana perhitungan dilakukan saat pengakses memasukkan identitas. Aplikasi ini lebih memudahkan penjaga karena terdapat fungsi-fungsi lainnya selain mencatat waktu seperti memberi diskon atau mengendalikan komputer dari jarak jauh.

Di warnet ini juga ada sistem pemakaian bebas tergantung pengakses kapan selesai mengakses, dan sistem per paket, paket 3 jam dan paket 5 jam plus soft drink, dan paket begadang/malam. Warnet ini juga menerima tempahan ketikan berupa tugas-tugas kuliah/sekolah atau laporan-laporan bagi mereka yang tidak pandai mengetik atau tidak mempunyai waktu. Tiap hari terutama hari Sabtu dan Minggu warnet ini ramai dengan para pengakses karen letaknya yang strategis di jalan utama desa tadi.

(63)

setiap harinya kedua warnet tersebut menjaring pelanggan mencapai 10 sampai dengan 20 orang pengakses.

Bagi pihak penyedia warnet sendiri, hal ini merupakan indikator perkembangan yang positif, mengingat keberadaannya belum lama berdiri. Dan juga antusias warga desa dalam memanfaatkan fasilitas warnet yang tersedia.

IV.2. Karakteristik Responden

Di bawah ini akan disajikan beberapa tabel tunggal tentang karakteristik responden, yang datanya diperoleh melalui responden dengan menyebarkan kuesioner yang menjadi objek dalam penelitian ini. ”Tabel Tunggal” tersebut mengemukakan data variabel penelitian dan penganalisaannya dalam bentuk analisa tabel tunggal yang berasal dari data temuan yang diperoleh berdasarkan daftar pertanyaan di kuesioner.

IV.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Laki-laki 61 67,8

2. Perempuan 29 32,2

Total 90 100,0

(64)

IV.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (jiwa) Persentase

1. 10-15 Tahun 15 16,7

2. 16-20 Tahun 42 46,7

3. 21-25 Tahun 28 31,1

4. 26 Tahun Keatas 5 5,5

Total 90 100,0

Tabel 7 (sumber : kuesioner/identitas responden)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki yakni sebanyak 61 orang responden (67,8%). Sedangkan yang lainnya adalah responden perempuan yakni sebanyak 29 orang responden (32,2%). Selisih antara responden perempuan dan responden laki-laki yakni sebanyak 32 orang responden ( 35,5%).

(65)

IV.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Islam 71 78,9

2. Kristen 19 21,1

4. Hindu - -

5. Budha - -

Total 90 100,0

Tabel 8 (sumber : kuesioner/identitas responden)

(66)

IV.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1. SMP 20 22,2

2. SLTA 42 46,7

3. Sarjana 28 31,1

Total 90 100,0

Tabel 9 (sumber : kuesioner/identitas responden)

(67)

IV.3. Pendapat Responden Tentang Lama Menjadi Pengakses Warnet

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 1 bulan 35 38,9

2 1 - 2 bulan 10 11,1

3 2 - 3 kali 10 11,1

4 3 bulan 35 38,9

N 90 100,0

Tabel 10 (sumber : kuesioner no. 1)

IV.4. Pendapat Responden Tentang Penggunaan

No. Jawaban F %

1 Pengguna tetap 42 46,7

2 Pengguna tidak tetap 48 53,3

N 90 100,0

Tabel 11 (sumber : kuesioner no. 2)

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak menjadi pengakses di warnet adalah pengakses lama dan pengakses baru yaitu, pengakses baru yang < 1 bulan sebanyak 35 responden (38,9%) dan pengakses lama yang telah menjadi pengakses warnet > 3 bulan sebanyak 35 responden (38,9%)

(68)

IV.5. Pendapat Responden Tentang Rata-Rata Akses Dalam Satu Minggu

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 1 kali 17 18,9

2 1 sampai 2 kali 28 31,1

3 3 kali 21 23,3

4 Lebih dari 3 kali 24 26,7

N 90 100,0

Tabel 12 ( sumber kuesioner no.3)

IV.6. Pendapat Responden Tentang Durasi Intensitas Penggunaan Warnet

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 2 jam 39 37,5

2 2 sampai 4 jam 42 52,5

3 Lebih dari 4 jam 9 10

N 90 100,0

Tabel 13 ( sumber kuesioner no.4)

(69)

Minat yang tinggi juga diperoleh dari durasi akses internet (Tabel 13) yang dibutuhkan responden dimana mereka juga sebagai warga desa tempat penelitian ini dilakukan. Sebanyak 42 responden (52,5%) durasi yang digunakannya selama 2 sampai 4 jam. Sementara sebanyak 39 responden (37,5%) menggunakan layanan internet di warnet kurang dari 2 jam. Sebanyak 9 responden (10%) mengakses internet di warnet durasinya 4 jam lebih.

IV.7. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Pernah Diakses

No. Jawaban F %

1 Lokal 13 14,5

2 Nasional 35 38,8

3 Internasional 20 22,2

4 Lainnya 22 24,5

N 90 100,0

Tabel 14 ( sumber kuesioner no.5)

IV.8. Pendapat Responden Tentang Lingkup Informasi Yang Sering Diakses

No. Jawaban F %

1 Lokal 13 14,5

2 Nasional 35 38,8

3 Internasional 20 22,2

4 Lainnya 22 24,5

(70)

Dari Tabel 14 dan 15 tergambar bahwa informasi yang pernah dan sering diakses responden di warnet desa menerangkan bahwa keingintahuan secara “nasional” sebanyak 35 responden (38,8%) yang menjawab informasi “international” sebanyak 20 responden (22,2%).

IV.9. Pendapat Responden Tentang Fasilitas Yang Biasa Diakses

No. Jawaban F %

1 Email 13 14,5

2 Website 20 22,2

3 Chating 22 24,5

4 Lainnya 35 38,8

N 90 100,0

Tabel 16 ( sumber kuesioner no.7)

Tabel 16 diatas nampak responden memang memanfaatkan fasilitas yang ada di internet dengan perbandingan yang tidak terlalu jauh selisihnya dalam memanfaatkan email, website, chating, dan lainnya.

IV.10. Pendapat Responden Tentang Memiliki Daftar Email

No. Jawaban F %

1 Punya 85 94,5

2 Tidak punya 5 5,5

N 90 100,00

(71)

IV.11. Pendapat Responden Tentang Aktivitas Mengirim dan Menerima Email

No. Jawaban F %

1 Pernah 45 50

2 Tidak pernah 5 5,5

3 Kadang-kadang 15 16,7

4 Sering 25 27,8

N 90 100,0

Tabel 18 ( sumber kuesioner no.9)

Tabel 17 menggambarkan bahwa masyarakat di desa berdasarkan jawaban responden hampir semua mempunyai email, jumlahnya 85 responden (94,5%) menjawab punya emai dan yang menjawab tidak punya email 5 responden (5,5%). Sedangkan pemanfaatan email dengan berkirim dan menerima email yang menjawab pernah sebanyak 45 responden (50%) seperti terlihat pada Tabel 18.

(72)

IV.12. Pendapat Responden Tentang jumlah Membuka Homepage

No. Jawaban F %

1 Kurang dari 5 20 22,2

2 Sebanyak 5-9 30 33,3

3 10 atau lebih 40 44,4

N 90 100,0

Tabel 19 ( sumber kuesioner no.10)

Tabel 20 memperlihatkan keperluan responden sebagai masyarakat desa yang mengakses internet dalam hal mendapatkan pengetahuan umum dan membatu pendidikan terbilang besar, yakni memperoleh pengetahuan umum sebanyak 31 responden (34,5%) dan keperluan mengakses internet untuk menunjang pendidikan 27 responden (30%).

Tabel 21 berupa data internet membantu menunjang pendidikan dengan pendapat responden sebanyak 76 responden (84,5%) menjawab “membantu”. Ini dapat dimaklumi pengakses warnet umumnya para pelajar dan mahasiswa serta para pemuda yang membutuhkan informasi apapun terutama yang positif sebagai peningkatan kapasitas diri.

(73)

Tabel 22, dimana sebanyak 76 responden (84,5%) menjawab bahwa bahwa kegiatan mengakses internet membantu mempeluas hubungan dan hanya ada 1 responden (1,1%) yang menjawab tidak membantu dalam memperluas hubungan tersebut.

IV.13. Pendapat Responden Tentang Keperluan Mengakses Di Warnet

No. Jawaban F %

1 Penunjang pendidikan 27 30

2 Pengetahuan umum 31 34,5

3 Mengisi waktu luang 18 20

4 Lainnya 14 15,5

N 90 100,00

Tabel 20 ( sumber kuesioner no.11)

IV.14. Pendapat Responden Tentang Mengakses Membantu Menunjang

Pendidikan

No. Jawaban F %

1 Membantu 76 84,5

2 Cukup membantu 12 13,3

3 Tidak membantu 1 1,1

4 Lain-lain/tdk menjawab 1 1,1

N 90 100,0

(74)

IV.15. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Membantu Memperluas

Hubungan

Jawaban F %

1 Membantu 76 84,5

2 Cukup membantu 12 13,3

3 Tidak membantu 1 1,1

4 Lain-lain/tdk menjawab 1 1,1

N 90 100,0

Tabel 22 ( sumber kuesioner no.13)

Tabel 23 dan data Tabel 24 sebanyak 57 responden (63,3%) menjawab sangat menghibur dan juga sebagai pengisi waktu luang, yang tanpa disadari atau tidak waktu luang itu sendiri diciptakan untuk dapat mengakses internet bukan atas dasar unsur ketidak sengajaan para responden.

IV.16. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Sangat Menghibur

Jawaban F %

1 Ya 57 63,3

2 Tidak 9 10

3 Kadang-kadang 24 26,7

4 Lain-lain - -

N 90 100,0

(75)

IV.17. Pendapat Responden Tentang Kegiatan Akses Hanya Sekedar Mengisi

Waktu Luang

Jawaban F %

1 Ya 57 63,3

2 Tidak 9 10

3 Kadang-kadang 24 26,7

4 Lain-lain - -

N 90 100,0

Tabel 24 ( sumber kuesioner no.15)

IV.18. Pendapat Responden Tentang Efek Penggunaan Media Warnet

No. Jawaban F %

1 Sesuai 71 78,9

2 Kurang sesuai 16 17,8

3 Kadang-kadang 2 2,2

4 Lain-lain 1 1,1

N 90 100,0

Tabel 25 ( sumber kuesioner no.16)

(76)

adalah positif, karena harapan mengakses internet sesuai dengan keinginan para responden tersebut. Tabel 26 cara berfikir pengakses sebanyak 64 responden (71,1%) terpengaruh karena mengakses warnet (secara positif).

IV.19. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet Mempengaruhi Cara

Berfikir

No. Jawaban F %

1 Ya 64 71,1

2 Tidak 16 17,8

3 Kadang-kadang 10 11,1

4 Lainnya - -

N 90 100,0

Tabel 26 ( sumber kuesioner no.17)

IV.20. Pendapat Responden Tentang Mengakses Warnet Sebagai Kebutuhan

Mendesak

No. Jawaban F %

1 Ya 15 16,7

2 Tidak 35 38,9

3 Kadang-kadang 40 44,4

4 Lainnya - -

N 90 100,0

(77)

Data pada Tabel 27 memperlihatkan bahwa warnet sebagai kebutuhan mendesak dipandangan responden adalah yang menjawab “ya” sebagai kebutuhan mendesak sebanyak 15 responden (16,7%), yang menjawab “tidak” tentang warnet sebagai kebutuhan mendesak sebanyak 35 responden (38,9%) dan yang menjawab “kadang-kadang” warnet sebagai kebutuhan yang mendesak sebanyak 40 responden (44,4%).dari Tabel 27 berdasarkan masing-masing jawaban menunjukkan warnet memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat.

Hal ini ditegaskan dengan data dari Tabel 28 tentang memanfaatkan warnet untuk mengakses internet dalam pemecahan suatu masalah. Sebanyak 71 responden (78,9%) pernah memanfaatkan warnet untuk dalam mengakses solusi jawaban atas permasalahan yang pernah dialami, salah satunya masalah pembangunan secara mikro (dalam tataran pembangunan diri sendiri/kapasitas diri) ataupun makro (dalam tataran yang lebih luas lagi).

IV.21. Pendapat Responden Tentang Mencari Pemecahan Masalah Di Warnet

No. Jawaban F %

1 Pernah 71 78,9

2 Tidak pernah 16 17,8

3 Kadang-kadang 2 2,2

4 Lainnya 1 1,1

N 90 100,0

(78)

IV.22. Pendapat Responden Tentang Interaksi Dengan Pengakses Lainnya Di

Warnet

No. Jawaban F %

1 Ya 35 38,9

2 Tidak 30 33,3

3 Kadang-kadang 25 27,8

4 Lainnya - -

N 90 100,0

Tabel 29 ( sumber kuesioner no.20)

Gambar

Tabel 2 (sumber : laporan kependudukan desa bulan November 2010 )
Tabel 4 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)
Tabel 5 (sumber : berdasarkan pengamatan langsung)
Tabel 7 (sumber : kuesioner/identitas responden)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Mode Kegagalan Effect (Kecelakaan Kerja) Tingkat Keparahan (Severity) Causes (Penyebab) Tingkat Kejadian (Occurrence) Current Control Tingkat Detection 1 2 3

Setiap sub page dari affiliate site mengandung 1 atau 2 (tidak lebih) text link balik ke homepage dengan menggunakan primary keyword sebagai anchor text. Secondary Keyword

[r]

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) LKS yang dikembangkan adalah LKS eksperimen

Perbedaan antara VJP dan kapasitas adalah VJP menunjukkan jumlah arus lalulintas yang direncanakan akan melintasi suatu perurmpang jalan selama satu jam, sedangkan kapasitas

[r]

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS.. PGSD, Universitas

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan verifikatif mengenai pengaruh volume perdagangan, nilai tukar rupiah dengan US$, dan suku bunga