• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker Serviks dan Faktor yang Berhubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker Serviks dan Faktor yang Berhubungan"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN JATINEGARA TERHADAP KANKER

SERVIKS DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Hafshah Sumayyah

NIM: 107103001063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2010

(3)

iii

BERHUBUNGAN

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Hafshah Sumayyah Nim: 107103001063

Pembimbing

Endah Wulandari, M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)
(5)

v

Assalamu’alaikum Warahmatullai Wabarakatuh,

Alhamdullillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulluah SAW beserta keluarga dan para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker

Serviks dan Faktor yang Berhubungan” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan FKIK UIN beserta staf, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.RM selaku Kaprodi PSPD FKIK UIN beserta staf, Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga bagi perbaikan laporan penelitian ini, dan Dr. Rahmania Diandini, MKK selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan laporan penelitian ini.

(6)

vi

(7)

vii

Hafshah Sumayyah, Program Studi Pendidikan Dokter, Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 25-55 Tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap Kanker Serviks dan Faktor yang Berhubungan, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap penyakit kanker serviks dan faktor yang berhubungan berdasarkan usia, status pernikahan, jumlah anak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Penelitian ini dilakukan terhadap 98 responden pada bulan Juni 2010 dengan menggunakan desain potong lintang, yang kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Pada hasil penelitian didapatkan 9 responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, 76 responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 13 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap kanker serviks. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan kanker serviks dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan keluarga di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur pada bulan Juni 2010.

Kata kunci : kanker serviks

ABSTRACT

Hafshah Sumayyah, Medical Education, The level of knowledge of women aged 25-55 years in RW 01 Rawa Bunga Jatinegara about cervical cancer and correlating factors, 2010.

This study aims to determine the level of knowledge of women aged 25-55 years in Rw 01 Kelurahan Rawa Bunga Subdistrict Jatinegara against cervical cancer and related factors based on age, marital status, number of children, education level, employment status, and income levels. This research was conducted on 1998 respondents in June 2010 by using cross sectional design, which is then performed univariate and bivariate analysis. In the results, nine respondents who have less knowledge level, 76 respondents who have a sufficient level of knowledge and 13 respondents who have a good knowledge level of cervical cancer. There is no relationship between level of knowledge of cervical cancer with the frequency distribution of respondents by age, marital status, education level, employment status, and family income in Kelurahan Rawa Bunga Jatinegara East Jakarta District in June 2010.

(8)

viii 2.1.6. Patogenesis dan Patofisiologi ... 2.1.7. Manifestasi Klinik ...

4.1. Distribusi demografi responden wanita usia 25-55 tahun di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta

Timur ... 29

(9)

ix

Risiko terkena kanker serviks ... 4.2.3. Mekanisme terjadinya tanda dan gejala dari kanker

serviks ... 4.2.4. Pencegahan dan pemeriksaan dini pada kanker serviks... 4.2.5. Pengobatan dan vaksin HPV pada kanker serviks ... 4.2.6. Pengetahuan kanker serviks secara keseluruhan ... 4.3. Analisis hasil penelitian hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden ... 31 32 33 34 34 35 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...

5.1. Simpulan ... 5.2 Saran ...

41 41 41 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN...

(10)
(11)

xi

Gambar 2.1. Uterus tampak depan (kiri) dan tampak samping (kanan) ... 4 Gambar 2.2. Gambar skematis uterus dan serviks ... Gambar 2.3. Histologi ektoserviks ... Gambar 2.4. Sambungan Skuamokolumnar ... Gambar 2.5. Zona Transformasi pada berbagai kelompok umur ... Gambar 2.6. Gambaran lesi prekanker serviks ... Gambar 2.7. Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium ... Gambar 2.8 Cara mengambil sampel Tes Pap dengan spatula kayu ... Gambar 4.1 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan Penyebab Kanker Serviks ... Gambar 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang

Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks ...

Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks ... 32 Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan dan

Pemeriksaan Dini ... 33 Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan

Vaksin HPV pada Kanker Serviks ... 34 Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks

(12)
(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan leher rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer dari serviks (kanalis servikalis atau portio). Serviks adalah suatu bagian yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan vagina (Andrijono, 2004).

Kanker serviks atau kanker leher rahim, kini semakin mengalami peningkatan yang signifikan baik di Indonesia maupun di dunia. Secara global, kanker serviks menempati urutan kedua penyakit kanker pada wanita. Pada tahun 2000, terdapat 471.000 kasus baru yang terdiagnosis, dan 288.000 penderita kanker serviks yang meninggal. Sekitar 80% penderita kanker serviks yang meninggal terjadi di negara berkembang (WHO, 2006).

Di Indonesia, kanker serviks kini merupakan kanker yang terbanyak pada wanita, seperti juga di negara-negara berkembang lainnya, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks 76,2% di antara kanker ginekologi. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta tahun 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan (Rasjidi, 2008).

(14)

Faktor-faktor risiko penyebaran kanker serviks saat ini telah diketahui yaitu antara lain imunodefisiensi, tingkat paritas yang tinggi, hubungan seksual dini pada usia kurang dari 16 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, dan penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (> 5 tahun) (WHO, 2006).

Salah satu upaya yang harus terus diupayakan adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan kanker serviks yang dilakukan melalui sosialisasi termasuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) untuk masyarakat. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk menghindari faktor risiko penyakit kanker seperti merokok, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, serta menjaga kebahagiaan pasangan suami istri untuk menghindarkan perilaku seks tidak sehat.

Oleh karena itu, pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan terhadap kanker serviks, baik dari gejala, tanda, upaya pencegahan maupun penanganannya pada wanita usia produktif.

1.2. RUMUSAN MASALAH

(15)

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap penyakit kanker serviks dan faktor yang berhubungan.

1.3.2. Tujuan Khusus

 Mengetahui sebaran demografi responden wanita usia 25-55 tahun di Rw 01 kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara berdasarkan usia, status pernikahan, jumlah anak, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat penghasilan.

 Mengetahui tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 01 kelurahan Rawa Bunga terhadap kanker serviks.

 Mengetahui hubungan antara sebaran demografi responden dengan tingkat pengetahuan.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

 Menjadi dasar untuk melaksanakan program-program peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit kanker serviks dan berbagai pokok permasalahannya.

 Menjadi evaluasi terhadap pelayanan kesahatan dalam upaya mengedukasi masyarakat tentang penyakit kanker serviks dan berbagai pokok permasalahannya.

(16)

atau serosa. Rongga uterus dilapisi endometrium.Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara kandung kemih di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh dinding posterior uterus ditutupi serosa atau peritoneum, yang bagian bawahnya membentuk batas anterior kavum rektouterina, atau disebut juga recta-uterine cul-de-sac atau kavum Douglasi. Hanya bagian atas dinding anterior uterus yang tertutup demikian. Bagian bawah disatukan dengan dinding posterior kandung kemih oleh lapisan jaringan ikat yang berbatas tegas tetapi biasanya longgar (Rasjidi, 2008).

Gambar 2.1. Uterus tampak depan (kiri) dan tampak samping (kanan) Sumber : WHO, 2006

2.1.1.2. Serviks Uteri

(17)

pada vagina, serviks terbagi atas segmen vaginal dan supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal tertutup peritoneum. Di bagian lateral, serviks menempel pada ligamentum kardinal; dan di bagian anterior, dipisahkan dari kandung kemih yang menutupinya oleh jaringan ikat longgar. Os ekstema terletak pada ujung bawah segmen vaginal serviks, yaitu porsio vaginalis (Rasjidi, 2008).

Bentuk os eksterna serviks sangat bervariasi. Sebelum melahirkan, bentuknya keeil, beraturan, oval; setelah melahirkan orifisiumnya berubah menjadi celah melintang yang terbagi sedemikian rupa sehingga terdapat bentuk yang disebut bibir serviks anterior dan posterior (Rasjidi, 2008).

Serviks terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh darah, tetapi masih memiliki serabut otot polos. Peralihan dari serviks yang terutama berupa jaringan kolagen ke korpus uteri yang terutama berupa jaringan muskular, meski umumnya curam, dapat juga terjadi bertahap dan dapat mencapai panjang 10 mm. Pada Servix normal, proporsi otot rata-rata adalah sekitar 10%; sedangkan pada wanita dengan serviks yang inkompeten, proporsi otot seringkali lebih besar (Rasjidi, 2008).

2.1.2. Histologi

2.1.2.1. Histologi Ektoserviks

Serviks ditutupi oleh dua jenis epitelium, yaitu epithelium skuamus berstrata dan epitelium kolumnar, yang bertemu pada sambungan skuamokolumnar. Suatu area luas dari ektoserviks ditutupi oleh epitelium skuamus yang mengandung glikogen non keratin bertingkat (Rasjidi, 2008).

(18)

Lapisan ini kuat, memiliki banyak lapisan sel (15-20), dan tampak berwarna merah muda pucat pada kajian visual. Lapisan ini tersusun atas lapisan tunggal di sekitar sel-sel basal dengan nukleus berisi cairan gelap. kekuningan dan sitoplasma kecil dari balik stroma. Sel-sel basal rnernbagi dan membedakan bentuk lapisan parabasal, menengah, dan permukaan. Dari basal ke lapisan permukaan, sel-sel masuk ke dalam meningkatkan sitoplasma dan pengurangan jumlah sel. Lapisan sel-sel tengah dan permukaan berisi banyak glikogen dalam sitoplasma mereka. Dikarenakan yodium sudah diwarnai dengan glikogen, penggunaan yodium lugol pada epitelium skuamus akan menimbulkan warna cokelat kehitaman atau hitam. Pada wanita pasca menopause, sel-sel dalam lapisan skuamus tidak rnatang melampaui lapisan parabasal, dan tidak berakumulasi dengan lapisan tengah, dan permukaan sel. Akibatnya, epitelium skuamus menjadi tipis dan atropis sehingga tampak pucat dan mudah pecah, dengan petekiae subepitelial. Hal ini mudah sekali menimbulkan trauma (Rasjidi, 2008).

2.1.2.2. Histologi Endoserviks

Saluran endoserviks dilingkupi dengan lapisan kolumnar, terkadang disebut juga epitelium glandular, tersusun atas lapisan tunggal sel-sel panjang dengan nukleus berwarna gelap. Pada kajian visual, ini tampak seperti buliran, area kemerahan dikarenakan lapisan tunggal tipis memungkinkan pewarnaan dari landasan stroma agar bisa dilihat dengan mudah. Ini membentuk beberapa

(19)

invaginasi ke dalam zat-zat stroma serviks, menimbulkan pembentukan genangan endocerviks, terkadang disebut kelenjar endocerviks. Sel-sel kolumnar menyembunyikan mukus yang melumasi serviks dan vagina. Pada batas teratasnya, ini bergabung dengan epitelium endometrial dalam badan uterus, dan pada batas terbawahnya, ini bertemu dengan epithelium skuamus pada sambungan skuakolumnar. Perkembangbiakan local lapisan kolumnar dalam bentuk polip terkadang bisa terlihat gumpalan kemerahan keluar dari os eksternal. Epitelium kolumnar tidak menghasilkan glikogen, ini tidak mengubah warna setelah penggunaan yodium lugol, atau tetap agak kepucatan dengan lapisan tipis larutan yodium (Rasjidi, 2008).

2.1.2.3. Sambungan Skuamokolumnar

(20)

Tindakan buffer dari mukus yang menutupi sel-sel kolumnar terganggu . ketika epitelium kolumnar balik terbuka pada lingkungan vagina asam. Ini mengarah pada kerusakan dan penggantian epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus rnetaplastis. Metaplasia mengacu pada perubahan atau pergantian dari salah satu jenis epitelium oleh lainnya. Ketika wanita telah melampaui kehidupan reproduktifnya, pada sambungan skuamokolumnar secara aktif mulai bergerak pada ektoserviks pada os ekstemal. Ini terletak pada jarak yang berbeda dari os eksternal, sebagai akibat dari formasi proqresif epitelium skuamus metaplastis baru dalam area-area terbuat dari epitelium kolumnar dalam ektoserviks. Dari periode perimernopausal dan setelah mulai menopause, serviks semakin mengecil, dikarenakan kurangnya estrogen dan akibatnya pergerakan dari sambungan skuamokolumnar terhadap os eksternal dan masuk ke dalam saluran endoserviks lebih jauh digerakkan. Pada wanita pascamenopause, sambungan skuamo-kolumnar terletak di saluran endoserviks dan sering tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan visual (Rasjidi, 2008).

2.1.2.4. Metaplasia Skuamus

Peristiwa paling awal dalam metaplasia skuamus adalah kemunculan sel-sel kecil, bulat, dan subkolumnar dalam area terbuka dari epitelium kolumnar, yang disebut sel-sel balik. Sel-sel ini berkembang biak dan membentuk lapisan multisel tidak bertingkat tipis yang disebut epitelium skuamus tidak matang.

(21)

sel dalam epitelium rnetaplastis skuamus tidak matang tidak menghasilkan glikogen dan tidak menimbulkan warna cokelat atau hitam dengan larutan yodium lugol. Banyak foci metaplasia skuamus yang tidak matang muncul pada saat yang bersamaan (Rasjidi, 2008).

Perkembangan lebih lanjut dari bentukan baru epithelium metaplastis tidak matang bisa mengambil satu atau dua arah. Dalam kebanyakan wanita, ini berkembang sampai matang, berlapis, menghasilkan glikogen, epitelium metaplastis skuamus yang serupa dengan epitelium skuamus yang ditemukan pada ektoserviks, untuk tujuan-tujuan praktik. ini menampakkan warna cokelat atau hitam setelah penggunaan yodium lugol. Beberapa kista, disebut kista Nabothian, yang berkembang sebagai akibat dari oklusi pembukaan saluran dalam epitelium kolumnar tersusun dengan menempati epitelium skuamus metaplastis. Gumpalan epitelium kolumnar dalam kista bisa terus menutupi mukus, yang pada akhirnya menggelembungkan kista. Mukus yang terperangkap memberikan warna-warna putih kekuningan pada kista pada pemeriksaan visual. Dalam sebagian kecil wanita metaplasia skuamus tidak matang bisa kembali ke dalam epiteliurn displastis (perubahan epitelium menunjukkan perubahan-perubahan sel prekanserus), dikarenakan infeksi dengan jenis HPV manusia (Rasjidi, 2008).

2.1.2.5. Zona Tranformasi

(22)

Pada wanita pramenopause, zona transformasi utamanya terletak pada endoserviks. Setelah menopause, dan masa tua, serviks mengerut dengan menurunnya tingkat estrogen. Akibatnya, zona transformasi bisa bergerak sebagian, dan akhirnya secara penuh, kedalam saluran endoserviks. Hampir semua neoplasia serviks terjadi dalam zona ini, mendekati sambungan skuamo-kolumnar (Rasjidi, 2008).

(23)

2.1.3. Epidemiologi

Sampai saat ini kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan wanita di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi (Rasjidi, 2008).

Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri memiliki peranan penting sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks masih menduduki peringkat pertama di Indonesia (Prawirohardjo, 2008).

Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian kanker mulut rahim telah menurun karena suksesnya program deteksi dini. Akan tetapi, secara umum kanker mulut rahim masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganasan wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh 500.000 wanita tiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks 76,2% di antara kanker ginekologi. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta tahun 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan (Rasjidi, 2008).

Tabel 2.1 Penderita kanker terbanyak di Indonesia

Lokasi Jumlah Persentase

(24)

Sebab langsung dari kanker serviks belum diketahui. Ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, diantaranya: jarang ditemukan pada perempuan yang belum berhubungan seks secara aktif, insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin dibanding mereka yang tidak kawin, terutama pada gadis yang coitus pertamanya dialami pada usia amat muda (<16 tahun), insidensi meningkat dengan tingginya paritas apalagi yang berjarak dekat, higiene seksual yang buruk, aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disirkumsisi, sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus) tipe 16 atau 18, dan akhirnya kebiasaan merokok (Prawirohardjo, 2008).

Kanker serviks atau karsinoma serviks uteri disebabkan oleh agen karsinogenik, yang ditularkan secara seksual, kemungkinan virus. Risiko mengidap karsinoma meningkat sesuai dengan awalnya usia aktivitas seksual, frekuensi koitus, dan banyaknya partner seks. Hal ini umum terjadi pada wanita multipara yang menikah dini dan para pekerja seks (Chandrasoma dan Taylor, 2005).

Faktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma Virus (HPV). HPV adalah virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa (Rasjidi, 2008).

(25)

berhubungan dengan kanker, tapi menyebabkan genital warts. Infeksi HPV berhubungan dengan kebiassaan seksual, berhubungan seksual di usia dini, dan berganti-ganti pasangan seksual (WHO, 2006).

2.1.5. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko penting pada terjadinya karsinoma serviks adalah sebagai berikut :

 Hubungan Seksual

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual, di mana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks (Rasjidi, 2008).

Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks (Rasjidi, 2008).

 Karakteristik Partner

Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali (Rasjidi, 2008).

Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks (Rasjidi, 2008).

 Riwayat Ginekologis

(26)

servikal. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan diplasia ringan, yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan diplasia berat, yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi karsinoma insitu (Rasjidi, 2008).

Virus Herpes Simpleks. Walaupun semua virus herpes simpleks tipe 2 (HPV-2) belum didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah menunjukkan bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia serviks. DNA sekuens juga telah diidentifikasi pada sel tumor dengan menggunakan DNA rekombinan. Diperkirakan 90% pasien dengan kanker serviks invasif dan lebih dari 60% pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks (CIN) mempunyai antibodi terhadap virus (Rasjidi, 2008).

 Merokok

Sebagian kandungan rokok dapat dideteksi dalam mukus serviks, yang mungkin bertindak sebagai bahan kokarsinogen. Polisiklik arometik hidrokarbon pada asap rokok menyebabkan rusaknya DNA; keadaan ini telah ditunjukkan keberadaannya pada jaringan serviks uteri, yang pada perokok mempunyai kadar tinggi (Sjamsuddin, 2001).

 Usia

(27)

waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia (Sjamsuddin,2001, Setyarini, 2009).

 Kontrasepsi Oral

Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan beberapa hubungan dari salah satu studi, bahkan melaporkan proteksi terhadap penyakit yang invasif. Hubungan yang terakhir ini mungkin palsu dan menunjukkan deteksi adanya bias karena peningkatan skrining terhadap pengguna kontrasepsi. Beberapa studi yang lebih lanjut kemudian memerlukan konfirmasi atau menyangkal observasi ini mengenai kontrasepsi oral (Rasjidi, 2008).

 Etnis dan Faktor Sosial

Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan kesehatan. Di USA ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki insiden kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini mungkin mencerminakan pengaruh dari sosioekonomi (Rasjidi, 2008).

 Nutrisi

Banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat. Dari beberapa penelitian ternyata defisiensi asam folat (folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat (Sjamsuddin, 2001).

(28)

biji-histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SSK dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SSK berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SSK berada di dalam kanalis serviks (Prawirohardjo, 2008, Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).

Pada serviks uteri, terjadinya karsinoma sel skuamosa melalui beberapa

langkah yaitu: metaplasia, displasia, dan karsinoma in situ (Prawirohardjo, 2008, Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu faktor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis, asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel host sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel (Prawirohardjo, 2008).

(29)

transformasi. Akan tetapi, selama belum terdapat pertumbuhan infiltratif, yang merupakan tanda yang khas untuk pertumbuhan maligna, hal ini masih disebut sebagai karsinoma in situ (Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).

Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).

(30)

2.1.8.1. Klasifikasi Histologi

Berdasarkan gambaran histologi, kelainan pra kanker dapat diperingatkan sebagai berikut.

 Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) I sebagai displasia ringan  Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) II sebagai displasia sedang

 Neoplasia Intraepitel Serviks (CIN) III sebagai displasia berat dan karsinoma in situ

Namun, pada apusan sitologik, lesi prakanker dibagi hanya menjadi dua kelompok : SIL (Lesi intraepitelial gepeng) derajat ringan (low grade) dan derajat berat (high grade). Lesi derajat ringan sesuai dengan CIN I dan lesi derajat berat dengan NIS II atau III. Perkembangan dari derajat yang lebih rendah ke lebih tinggi tidak selalu terjadi. Meskipun berbagai penelitian memberi hasil berbeda, kemungkinan NIS I mengalami regresi 50-60%; menetap 30%; dan berkembang menjadi NIS III 20 %. Hanya 1-5% yang menjadi invasif. Pada NIS III,

(31)

kemungkinan regrasi hanya 33% dan berkembang 6% hingga 74% (Kumar, Cotran, dan Robbins, 2007).

2.1.8.2. Stadium

Stadium yang dipakai adalah stadium klinik menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) (WHO, 2006, Rasjidi, 2008).

Tabel 2.2 Klasifikasi kanker serviks berdasarkan stadium klinik menurut FIGO Stage 0 Karsinoma in

situ,

CIN grade III

tak diyakini sebagai kanker invasif karena lesinya belum melebihi membrana basalis

Stage I IA Karsinoma mikroinvasif, masih terbatas di serviks. Hanya dapat didiagnosis dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat horizontal tidak lebih dari 7 mm

IB Karsinoma terbatas di serviks. Secara klinis sudah terlihat atau lesi mikroskopisnya lebih besar daripada IA2 vagina, tetapi bukan termasuk jaringan di sekitar uterus (parametrium)

IIB Menyebar melewati serviks, sudah menginvasi parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina

Stage III

IlIA Menyebar ke 1/3 bawah vagina, tetapi belum mencapai dinding pelvis

IIIB Menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi

Stage IV

IVA Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung kemih dan rectum

(32)

Stadium IIB Stadium IIIA

Stadium IIIB Stadium IVA

Stadium IVB

(33)

2.1.9. Pencegahan

2.1.9.1. Strategi Pencegahan

Dalam progam kontrol kanker nasional, ada empat komponen dalam kontrol kanker serviks, yaitu (WHO, 2006).

 Pencegahan primer

Pencegahan dari infeksi HPV dan faktor-faktor risiko yang diketahui meningkatkan risiko kanker serviks, juga termasuk :

o Edukasi dan meningkatkan kesadaan untuk menurunkan perilakuu seksual

yang berisiko tinggi

o Mengimplementasikan strategi lokal untuk merubah perilaku o Penggunaan vaksinasi HPV

Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papilomavirus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90%

 Deteksi dini

o Mengadakan program skrining

o Edukasi untuk praktisi kesehatan dan kelompok wanita yang di target,

tekankan keuntungan skrining, usia tersering terjadi kanker serviks, dan tanda serta gejala kanker serviks.

 Diagnosis dan terapi

o Menindaklanjuti pasien yang memiliki hasil skrining positif, untuk

meyakinkan diagnosis dan terapi yang tepat.

o Terapi prekanker menggunakan prosedur yang relatif sederhana untuk

mencegah perkembangan menjadi kanker

o Terapi kanker invasive, termasuk pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.

Palliative care

o Terapi simtomatik untuk perdarahan, nyeri, dan gejala-gejala lain dari

kanker dan untuk efek samping terapi utama.

(34)

(displasia) (Rasjidi, 2008).  Indikasi

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya keganasan pada servik, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi kanker serviks (Rasjidi, 2008)  Wanita yang dianjurkan

 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.

 Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV

 Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun  Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB

 Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun (Rasjidi, 2008)

(35)

Interpretasi

Klasifikasi Papaniculou

 Grade I : tak ada sel abnormal atau atipik

 Grade II : ada sitologi atipik tapi tak ada bukti adanya keganasan  Grade III : ada perubahan sitologi yang jelas tapi tak dapat

disimpulkan ada keganasan

 Grade IV : curiga adanya keganasan  Grade V : keganasan

Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

Definisi

Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 2 %) dan larutan iosium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. Tes ini lebih cocok digunakan di negara yang sedang berkembang (Rasjidi, 2008).

Indikasi

Skrining kanker mulut rahim (Rasjidi, 2008).  Kontraindikasi

Tidak direkomendasikan pada wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspikulo (Rasjidi, 2008).

Interpretasi

(36)

Tingkat

Pengetahuan

Pekerjaan

Penghasilan keluarga

(37)

2.3. Batasan Operasional

No Variabel Definisi operasional Hasil

ukur/kategori

2 Pernikahan Sesuai dengan buku nikah 1. Belum menikah

2. Menikah

Nominal Lembar

kuesioner

3 Jumlah anak Banyaknya anak yang

dimiliki dalam satu keluarga

4 Pendidikan Jenjang pendidikan formal

yang mencakup tingkat SD,

5 Pekerjaan Kegiatan rutin yang

dilakukan dalam upaya

7 Pengetahuan Fakta atau ide yang didapat

(38)

Penelitian ini dilakukan di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur pada bulan Juni 2010.

3.3. Populasi Dan Sampel

Populasi penelitian seluruh wanita usia 25-55 tahun yang berdomisili di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur. Sampel diambil secara cluster sampling (sampel secara kelompok) dari seluruh wanita usia 25-55 tahun yang berdomisili di wilayah tersebut.

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi :

- Seluruh wanita usia 25-50 tahun yang berdomisili di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur.

3.4.2. Kriteria Eksklusi :

- Seluruh wanita yang tidak berdomisili di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur yang berusia selain 25-50 tahun. - Wanita yang mempunyai kelainan jiwa

- Wanita yang menolak menjadi responden 3.5. Besar Sampel

n1 = Z2 .p.q L2

Keterangan : n1 = jumlah sampel awal Z = 1.96

(39)

Disebabkan karena belum ada data tentang hal terebut sebelumnya maka diambil angka :

q = 100%-p = 100%-50% = 50%

L = derajat kesalahan yang dapat diterima, dalam hal ini digunakan 10 % n1 = Z2 .p.q

L2

= (1,96)2 x 0,5 x 0,5 (0,1)2 = 96,04

Jumlah sampel di atas perlu dikoreksi terhadap jumlah populasi yang ada untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang tidak berhasil ditemui, maka jumlah responden ditambah (substitusi) sebanyak 10%. Jadi jumlah sample adalah 96,04 + 9,60 = 105,64, di bulatkan menjadi 106.

3.6. Cara Kerja Penelitian

3.6.1. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini: a. Variabel terikat : tingkat pengetahuan b. Variabel bebas :

- usia

- jumlah anak - tingkat pendidikan - pekerjaan

- tingkat penghasilan keluarga 3.6.2. Pengumpulan Data

(40)
(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Distribusi Demografi Responden wanita usia 25-55 tahun di RW 01

Kelurahan Rawa Bunga Kecmatan Jatinegara Jakarta Timur

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan kuisioner kepada 98 responden wanita usia 25-55 tahun di Rw 10 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Pengambilan data diambil pada bulan Juni 2010.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi mengenai tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di Rw 10 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara mengenai kanker serviks dan faktor-faktor yang berhubungan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Wanita usia 25-55 tahun RW 10 Kel. Rawa Bunga Kec. Jatinegara Jakarta Timur

No Distribusi Keterangan Jumlah

1 Umur 25-34 tahun 23

35-55 tahun 76

2 Status pernikahan Belum menikah 2

Menikah 96

5 Status pekerjaan Tidak bekerja 84

Bekerja 14

(42)

orang (6,1%). Data penelitian berdasarkan jumlah anak responden diperoleh yang tidak memiliki anak sebanyak 6 orang (6,1%), yang memiliki anak 1-2 sebanyak 46 orang (46,9%) dan yang memiliki anak >2 sebanyak 46 orang (46,9%). Data penelitian berdasarkan status pekerjaan diperoleh responden yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 84 orang (85,7%), yang bekerja (karyawan dan wiraswasta) sebanyak 14 orang (14,3%). Data penelitian berdasarkan penghasilan keluarga diperoleh responden yang memiliki penghasilan < Rp. 1.000.000 sebanyak 39 orang (39,8%), yang memiliki penghasilan keluarga > Rp.1.000.000 sebanyak 59 orang (60,2%).

4.2. Tingkat Penilaian Pengetahuan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan responden terhadap kanker serviks, mulai dari pengertian, penyebab, faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena kanker serviks, mekanisme terjadinya, tanda gejala, pencegahan, pemeriksaan dini, pengobatan dan vaksin HPV terhadap kanker serviks.

(43)

4.2.1. Pengertian dan Penyebab Kanker Serviks

Berdasarkan data pada gambar 4.1 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pengertian dan penyebab kanker serviks dengan total skor 17-21 yaitu sebanyak 80 responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan total skor lebih kecil dari 17 sebanyak 7 responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 21 sebanyak 11 responden.

4.2.2. Faktor-Faktor yang Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko

Terkena Kanker Serviks

Berdasarkan data pada gambar 4.2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan risiko terkena kanker serviks dengan total skor 20-26 yaitu sebanyak 70 responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan total skor lebih kecil dari 20 sebanyak 14 responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 26 sebanyak 14 responden.

(44)

4.2.3. Mekanisme Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks

Berdasarkan data pada gambar 4.3 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap mekanisme terjadinya tanda dan gejala dari kanker serviks dengan total skor 15-19 yaitu sebanyak 81 Gambar 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang

Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks

(45)

responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan total skor lebih kecil dari 15 sebanyak 11 responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 19 sebanyak 6 responden.

4.2.4. Pencegahan dan Pemeriksaan Dini pada Kanker Serviks

Gambar 4.4 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pencegahan dan Pemeriksaan Dini

(46)

Gambar 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan Vaksin HPV pada Kanker Serviks

Berdasarkan data pada gambar 4.5 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup terhadap pengobatan dan vaksin HPV pada kanker serviks dengan total skor 14-22 yaitu sebanyak 80 responden. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dengan total skor lebih kecil dari 14 sebanyak 9 responden. Dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan total skor lebih besar dari 22 sebanyak 9 responden.

4.2.6. Pengetahuan Kanker Serviks secara Keseluruhan

(47)

Gambar 4.6 Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks secara Keseluruhan

4.3. Analisis Hasil Penelitian Hubungan antara Tingkat Pengetahuan

dengan Distribusi Frekuensi Responden

(48)

Pernikahan Belum

 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Demografi Responden Berdasarkan Umur

(49)

sebanyak 8 orang. Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan berumur 25-34 tahun adalah sebanyak 17 orang dan responden yang memiliki pengetahuan cukup dan berumur 35-55 tahun adalah sebanyak 59 orang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan berumur 25-34 tahun adalah sebanyak 5 orang dan responden yang memiliki pengetahuan baik dan berumur 35-55 tahun adalah sebanyak 8 orang.

Untuk mencari hubungan antara usia dengan tingkat pengetahuan maka dilakukan uji chi-square. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai 0,295 pada α= 0,05. Karena 0,295 > 0,05 maka secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan umur. Hal ini menunjukkan hasil penelitian tidak sesuai dengan teori bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. (Ahmadi, 2001)

 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status pernikahan menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang dan sudah menikah adalah sebanyak 9 orang. Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan sudah menikah adalah sebanyak 74 orang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan sudah menikah adalah sebanyak 13 orang.

Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik Chi Square untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan status pernikahan pada α = 0,05 diperoleh χ² hasil perhitungan adalah 0,744, sedangkan χ² tabel adalah 0,05 karena 0,744 > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan status pernikahan.

(50)

Responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memiliki anak adalah sebanyak 1 orang, reponden dengan pengetahuan baik dan memiliki 1-2 anak adalah sebanyak 7 orang, dan responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki >2 anak adalah sebanyak 5 orang.

Berdasarkan hasil uji statistik chi square yang telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak pada α = 0,05 diperoleh χ² hasil perhitungan adalah 0,660, sedangkan χ² tabel adalah 0,05 karena 0,660 > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak.

 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pendidikan

(51)

pengetahuan baik dan memiliki status pendidikan menengah adalah sebanyak 3 orang, responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki status pendidikan tinggi adalah sebanyak 1 orang.

Untuk mencari hubungan antara status pendidikan dengan tingkat pengetahuan maka dilakukan uji Chi Square. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai 0,172 pada α= 0,05. Karena 0,172 > 0,05 maka secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status pendidikan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori berikut, yang menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. (Notoadmodjo, 2003)

 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Distribusi Demografi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

(52)

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penghasilan keluarga menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang dan penghasilan keluarga < Rp 1.000.000 adalah sebanyak 3 orang, responden yang memiliki pengetahuan kurang dan status penghasilan keluarga > Rp 1.000.000 adalah sebanyak 6 orang. Responden yang memiliki pengetahuan cukup dan penghasilan keluarga < Rp 1.000.000 adalah sebanyak 31 orang, responden yang memiliki pengetahuan cukup dan penghasilan keluarga keluarga > Rp 1.000.000 adalah sebanyak 5 orang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan penghasilan keluarga < Rp 1.000.000 rendah adalah sebanyak 5 orang, responden yang memiliki pengetahuan baik dan penghasilan keluarga keluarga > Rp 1.000.000 adalah sebanyak 8 orang.

Untuk mencari hubungan antara penghasilan keluarga dengan tingkat pengetahuan maka dilakukan uji chi-square. Dari hasil uji tersebut didapatkan nilai 0,906 pada α= 0,05. Karena 0,906 > 0,05 maka secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penghasilan keluarga.

(53)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

 Dari 98 responden terdapat 9 (11,3%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, 76 (76,3%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 13 (12,4%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap kanker serviks.

 Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan kanker serviks dengan distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan penghasilan keluarga di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur pada bulan Juni 2010.

5.2. Saran

(54)

Rasjidi I. Manual Prakanker Serviks. Edisi 1. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008 Saslow D, et al. American cancer society : Guidline for the early detection of

cervical neoplasie and cancer. CA Cancer J Clin. 2002.

World Health Organization. Comprehensive cervical cancer control : A guide to essential practice. Geneva : WHO. 2002.

World Health Organization. Cervical cancer, human papillomavirus (HPV), and HPV vaccines - Key points for policy-makers and health professionals. WHO Press. 2007.

(55)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENGISI KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA 25-55 TAHUN DI KELURAHAN RAWA BUNGA KECAMATAN JATINEGARA TERHADAP KANKER SERVIKS DAN PERMASALAHANNYA

Bersaman lembar pernyataan ini, kami mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (Program Studi Pendidikan Dokter), sedang melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan wanita usia 25-55 tahun di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara terhadap kanker serviks dan faktor yang berhubungan.

Untuk mendapatkan data penelitian ini, kami mengharapkan kesediaan Ibu dalam menjawab pertanyaan/kuisioner di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman Anda. Semua yang tercantum akan tertulis dalam kuesioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas kesediaan dan kerjasama Ibu, kamu ucapkan terima kasih. DATA UMUM

Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah

3. Tamat SD

4. Tamat SMP

4. Tamat SMU

5. Tamat Perguruan Tinggi

6. ...

Pekerjaan 1. Ibu rumah tangga

(56)

2. Menurut ibu yang dimaksud dengan kanker serviks adalah.. a. Kanker payudara 1

b. Kanker rahim 2 c. Kanker leher rahim 3

3. Menurut ibu dimanakah letak serviks berada?

a. Tepat di depan rongga vagina, dekat dengan anus 1 b. Perbatasan antara rahim dengan vagina 3

c. Didalam rahim 2

4. Menurut ibu kanker serviks umumnya akan menyerang wanita yang : a. Belum menikah 1

b. Sudah menikah 2

c. Sudah pernah senggama (melakukan hubungan badan dengan pasangan) 3

5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya kanker serviks adalah.. a. Infeksi amuba 1

7. Menurut ibu, bagaimana cara penyebaran kanker serviks ini ? a. Penularan melalui hubungan dengan pasangan 3

b. Komsumsi makanan yang terkena virus 1 c. Faktor genetik 2

8. Pilih jawaban di bawah ini mengenai penyakit kanker serviks? a. Kanker serviks dapat di cegah 3

(57)

B. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya peningkatan resiko terkena

11. Menurut ibu, apakah riwayat memiliki banyak pasangan seksual (riwayat memiliki suami dengan banyak pasangan seksual) dapat menjadi faktor yang menimbulkan kanker serviks?

a. Ya 3 b. Tidak 1

12. Menurut ibu, apakah wanita yang sering hamil memiliki resiko terkena kanker serviks yang lebih tinggi?

a. Ya 3 (lebih dari 4 tahun) dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks? a. Ya 3

b. Tidak 1

15. Menurut ibu, apakah riwayat mengalami sakit daerah sekitar serviks yang lama dan pernah memiliki penyakit seksual juga merupakan faktor penyebab timbulnya kanker serviks?

a. Ya 3

c. Menengah (antara 30-50 tahun) 3

17. Menurut ibu, status sosial ekonomi manakah yang lebih sering terkena penyakit kanker serviks ini?

(58)

b. Keputihan 3 c. gatal-gatal 2

20. Menurut ibu, gejala kanker serviks yang parah adalah ?

a. Keluar darah dari vagina setelah senggama (berhubungan dengan pasangan/suami) 3

b. keputihan setelah senggama 2 c. Gatal-gatal setelah senggama 1

21. Menurut ibu, bagaimana ciri lain dari kanker serviks yang mudah terdeteksi adalah?

a. Keputihan dengan tidak berbau 1

b. Keputihan yang makin lama makin berbau busuk 3 c. Keputihan berwarna hijau 2

22. Menurut ibu, nyeri yang timbul dari kanker leher serviks adalah ? a. Nyeri tungkai 1

b. Nyeri punggung 2 c. Nyeri panggul 3

23. Menurut ibu, kaitannya kanker serviks dengan pengeluaran kencing/urinadalah ?

a. Kencing berdarah 2

b. Frekwensi kencing sering 3 c. Lamban mengeluarkan kencing 1

24. Menurut ibu, apakah kanker serviks dapat mempengaruhi berat badan? a. Iya, berat badan meningkat 1

b. Iya, berat badan menurun 3

c. Tidak mempengaruhi berat badan 2

25. Menurut ibu, bagaimana pola penyebaran kanker serviks? a. Melalui pembuluh limfe 1

(59)

(lanjutan) D. Pencegahan dan Pemeriksaan dini

26. Menurut ibu, bagaimana mencegah penyebaran kanker serviks dikalangan wanita ?

a. Menghindari menikah di usia muda 2 b. Tidak berganti-ganti pasangan 3 c. Tidak menikah 1

27. Apa yang ibu lakukan bila menemukan tanda-tanda yang mengarah kepada kanker serviks?

a. Melakukan pemeriksaan di bidan desa 1 b. Melakukan pemeriksaan di puskesmas 2

c. Melakukan pemeriksaan di dokter kandungan 3

28. Menurut ibu, seberapa pentingkah dilakukan pemeriksaan dini kanker leher serviks?

a. Sangat penting, sebelum gejala timbul 3 b. Penting setelah ada gejala timbul 2 c. Tidak penting 1

30. Apakah keunggulan Tes IVA dibanding Pap Smear? a. Lebih mudah dan murah 3

b. Dapat langsung diketahui hasilnya 2 c. Harus dibawa ke laboratorium 1

31. Menurut ibu, cara pengambilan sampel melalui pap Smear adalah ? a. Pengambilan apusan melalui vagina/dinding rahim 3

b. Pengambilan apusan melalui dubur 1 c. Mendeteksi dalam air kecing 2

32. Menurut sepengatahuan ibu, Pap Smear adalah……

a. Cara untuk mengetahui tingkat keparahan kanker serviks 3 b. Cara untuk mengobati kanker serviks 2

c. Cara untuk operasi pada kanker serviks 1

33. Menurut ibu, kapan seorang wanita dianjurkan melakukan pemeriksaan kanker serviks?

a. Setelah menikah 2

(60)

a. 6 bulan kemudian 2 b. 1 tahun kemudian 3 c. 2 tahun kemudian 1

36. Apa yang harus ibu lakukan bila pada pemeriksaan, ibu dinyatakan positif?

a. Segera memeriksakan ke dokter umum 1 b. Segera meminta untuk operasi 2

c. Segera memeriksakan ke dokter kandungan 3

E. Pengobatan dan vaksin HPV (Diketahuinya pencegahan baik secara pemberian informasi ataupun vaksinasi)

37. Menurut ibu, virus yang menyebakan kanker serviks adalah ? a. Human papiloma virus (HPV) 3

b. Human Imunodeficience virus (HIV) 2 c. Virus H5N1 1

38. Menurut ibu, apakah pada pemeriksaan Pap Smear dapat ditemukan virus? a. Human papiloma virus (HPV) 3

b. Human Imunodeficient virus (HIV) 2 c. Virus H5N1 1

39. Menurut ibu, cara agar virus kanker serviks tidak aktif adalah ? a. Diberi vaksin 3

b. Diberi gizi yang baik 2 c. Terapi kanker 1

40. Menurut ibu, vaksin pencegah kanker serviks adalah a. Vaksin HPV 3

b. Vaksin HIV 2 c. Vaksin H5N1 1

41. Menurut Ibu, manfaat pemberian vaksin berkaitan dengan kanker serviks adalah :

a. Menyembuhkan kanker serviks 1

(61)

c. Mematikan virus kanker serviks 2

42. Menurut ibu, vaksin pencegah kanker serviks ini diberikan sebaiknya berapa kali ?

a. Minimal sekali 3 b. Setiap tahun 1 kali 2 c. Tidak perlu diberikan 1

43. Pernyataan di bawah ini menurut ibu benar adalah: a. Kanker serviks tidak dapat diobati 1

b. Kanker serviks dapat diobati berdasarkan tingkat keparahannya 3 c. Kanker servik dapat diobati semua 2

44. Menurut ibu, cara pengobatan stadium awal kanker serviks adalah dengan cara ?

a. Operasi 2 b. Kemoterapi 1 c. Laser/penyinaran 3

(62)

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan Penyebab Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 15 23 19.33 1.804

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengertian dan Penyebab Kanker Serviks

Posisi nilai X Kategorisasi X > M + 1(SD) = X > 19 + 1(2) = > 21 Baik

M + (SD) = 19 + 2 = 21 Cukup X < M – 1(SD) = X < 19 – 1(2) = < 17 Kurang

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 14 31 23.32 3.451

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Faktor yang Mendukung Terjadinya Peningkatan Risiko Terkena Kanker Serviks

Posisi nilai X Kategorisasi X > M + 1(SD) = X > 23 + 1(3) = > 26 Baik

(63)

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Mekanisme Terjadinya Tanda dan Gejala dari Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 8 21 16.67 2.109

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Mekanisme Terjadinya dan Tanda Gejala dari Kanker Serviks

Posisi nilai X Kategorisasi X > M + 1(SD) = X > 17 + 1(2) = > 19 Baik

M + (SD) = 17 + 2 = 19 Cukup X < M – 1(SD) = X < 17 – 1(2) = < 15 Kurang

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap pencegahan dan Pemeriksaan Dini Terkena Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 13 31 28,04 3,255

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Faktor-Pencegahan dan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks

Posisi nilai X Kategorisasi X > M + 1(SD) = X > 28 + 1(3) = > 31 Baik

M + (SD) = 28 + 3 = 31 Cukup X < M – 1(SD) = X < 28 – 1(3) = < 25 Kurang

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan Vaksin Kanker Serviks

(64)

X < M – 1(SD) = X < 18 – 1(4) = < 14 Kurang

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan Vaksin Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 7 25 18,54 3,593

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Pengobatan dan Vaksin Kanker Serviks

Posisi nilai X Kategorisasi X > M + 1(SD) = X > 18 + 1(4) = > 22 Baik

M + (SD) = 18 + 4 = 22 Cukup X < M – 1(SD) = X < 18 – 1(4) = < 14 Kurang

Deskriptif Statistik Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

98 76 122 105,78 8,614

Interpretasi Skor Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Kanker Serviks Posisi nilai X Kategorisasi

(65)

Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan usia responden

Linear-by-Linear Association 2.365 1 .124

N of Valid Cases 98

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,11.

Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan status pernikahan Chi-Square Tests

Linear-by-Linear Association .015 1 .902

N of Valid Cases 98

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,18.

Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan jumlah anak responden Chi-Square Tests

Linear-by-Linear Association .050 1 .823

N of Valid Cases 98

a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,55.

Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan status pekerjaan responden Chi-Square Tests

Linear-by-Linear Association .121 1 .728

N of Valid Cases 98

(66)

Hasil uji hubungan tingkat pengetahuan dengan penghasilan responden Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .198a 2 .906

Likelihood Ratio .201 2 .904

Linear-by-Linear Association .032 1 .859

N of Valid Cases 98

(67)

Lampiran 3 Riwayat Hidup Penulis

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Hafshah Sumayyah Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kemuning, No. 6 RT 10/01 Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur Telepon : 085782882280

Riwayat pendidikan

Tahun 2007-sekarang : PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2004-2007 : SMA IIBS RI

(68)

Alamat : Jl. Kemuning, No. 6 RT 10/01 Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur Telepon : 085782882280

Riwayat pendidikan

Tahun 2007-sekarang : PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2004-2007 : SMA IIBS RI

Gambar

Tabel 2.1 Penderita kanker terbanyak di Indonesia ....................................
Gambar 2.2 Gambar skematis uterus dan serviks  Sumber : WHO, 2006
Gambar 2.4 Sambungan Skuamokolumnar
Gambar 2.5. Zona Transformasi pada berbagai kelompok umur     Sumber : WHO, 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian hipotesis juga membuktikan bahwa membuktikan bahwa Perilaku Pimpinan, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja dan Kemampuan Kerja berpengaruh secara signifikan

10 Penelitian di luar negri menunjukan bahwa kebanyakan penyakit-penyakit yang menyertai pada kejang demam adalah penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karena

Hasil penelitian bibit aren berumur 19 bulan dengan peubah pertumbuhan tanaman menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada perlakuan pemupukan P dan inokulasi FMA

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rizaludin dan Siswantoro (2013) menggunakan variabel proporsi dana pihak ketiga (DPK), biaya operasional terhadap pendapatan

1) Murabahah adalah akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan

asalkan perusahaan dapat menguasai harga pada industry. Cara untuk menerapkan strategi kepemimpinan dalam perusahaan, yaitu:.. 1) Setiap kebijakan yang diambil oleh pihak

Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal heu'an dan atau benda lain

Surat keterangan dari orang tua atau wali dengan mencantumkan perincian penghasilan, pernyataan kebenaran data, dan menerima sanksi jika data dan informasi yang diberikan