• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen masjid pasar Tanah Abang blok A dalam meningkatkan aktivitas keagaman pedagang pada pusat perbelanjaan grosir Tanah Abang,Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen masjid pasar Tanah Abang blok A dalam meningkatkan aktivitas keagaman pedagang pada pusat perbelanjaan grosir Tanah Abang,Jakarta Pusat"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Masjid di Indonesia teramat pesat yang bermunculan di komplek perkantoran, kampus, perhotelan, bahkan pusat perbelanjaan termasuk Masjid Pasar Tanah Abang Blok A sehingga masjid memerlukan pengelola yang terampil dan professional. Banyak diantara masjid yang masih memfungsikan masjid hanya sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikannya masjid sebagaimana mestinya. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru kurang mendapatkan prioritas, semakin baik pengolahan masjid dengan kreatif dan inovatif meramu kegiatan akan memberikan citra tersendiri bagi sebuah masjid dimana tercermin budaya, pendidikan, ekonomi, sosial dan keagamaan masyarakat setempat. Pengelolaan masjid secara professional berarti mengembangkan masjid. akan tetapi, untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut tidaklah mudah, diperlukan kemampuan managerial dengan cara tidak lain adalah dengan mengadakan berbagai macam program kegiatan disertai sarana fasilitas masjid yang mendukung dan memadai.

Masjid Pasar Tanah Abang Blok A adalah salah satu Masjid yang berada di tengah-tengah hiruk pikuknya sebuah tempat perbelanjaan yang terbesar di asia tenggara, yaitu Pasar Tanah Abang. pendirian masjid juga menjawab keluhan masyarakat akan minimnya sarana ibadah di Pasar Tanah Abang yang pada umumnya sarana ibadah yang tersedia tidak layak dan kurang nyaman. Maka dari itu Masjid Blok A hadir dengan segala keistimewaan yang dimilikinya dan bisa menjadi icon

dan symbol di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh manajemen masjid Blok A dalam meningkatkan aktivitas keagamaan pedagang di tanah abang baik itu dari segi Aplikasi pada bidang Program, Kepengurusan, Bidang Fisik dan sarana masjid, dan juga sikap dan perhatian pengurus masjid melalui penelitian lapangan yang langsung turut serta akan kegiatan di Masjid Blok A dan juga melalui studi kepustakaan dan literatur lainnya yang mendukung.

(2)

Pengasih dan Maha Penyayang, pemilik segala zat kehidupan ini yang telah

banyak memberikan kepada kita semua nikmat Iman dan Islam. Shalawat serta

Salam selalu tercurah kepada Suri Tauladan kita Nabi Muhammad SAW, penutup

para Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama bagi umatnya, bagi

seluruh alam.

Hanya dengan Ridho Allah SWT, penyusunan skripsi dengan judul MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG PADA PUSAT PERBELANJAAN GROSIR TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT”

ini dapat terselesaikan. Dalam menyusun skripsi ini, tentunya banyak sekali

pihak-pihak yang telah memberikan doa dan dukungan serta kekuatan bagi

penulis untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :.

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi

3. Drs. Cecep Castrawijaya, MM., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

4. Bapak Mulkan., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, terima

(3)

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi terutama

Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan ilmu kepada penulis

selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah

7. Seluruh Staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas dan Staf Tata

Usaha dalam membantu memberikan pelayanan kepada penulis selama

kuliah di sini

8. Ayahanda H. Marsodo dan Ibunda Hj. Sri Tugi Yati, selaku kedua orang

tua penulis, yang telah banyak berjasa dalam kehidupan penulis

sehari-hari, yang senantiasa sabar dan ikhlas dalam memberikan motivasi, yang

tidak hentinya dalam memberikan kasih sayang dan didikan, yang selalu

memberikan dukungan dengan moril dan materil, yang selalu

memanjatkan do’a kepada Allah SWT untuk kebahagiaan dan kesuksesan

anaknya, dengan apa yang harus ku balas untuk jasa mereka? Tanpa

mereka saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Maka itu, Karya

Kecil ku ini kupersembahkan paling pertama untuk Dua Insan yang Wajib

dihormati, yaitu Kedua Orang tua ku agar dapat membuat sebuah

senyuman indah yang terpancar di wajahnya.

9. seluruh Kelurgaku yang telah memberikan motivasi yaitu Mas Budi dan

(4)

lainnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian dan meluangkan wakktunya dan data yang

diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

11.Untuk Seorang Wanita yang telah mewarnai hidup penulis dengan sifat

cerianya, perhatiannya, dukungannya, motivasinya, serta doanya yang

memberikan dengan tulusnya dan dia sangat berperan dalam penyusunan

skripsi penulis yaitu Ernawati Zahrah, Ana Uhibbuki Fillaah.

12.Untuk Para Sohib penulis, yaitu Dita Megawati, Ade Ardiansyah,

Khoiruddin, Heti Susanti, Sumayyah Ati Afifah, Nika Zahra, Dinnia Nurul

Maharani, Ade Wahyu Yusuf, Maulana, Widya, Nurul Fitriana, Yevi

Nursyaidah, yang senantiasa membantu penulis kapanpun, Jazakumullah

Khairan Katsiran,Uhibbukum Fillah.

13.Untuk Teman-teman Kampus yaitu Ika, Dani, Rifa, Himah, Nurul, Juned,

Indra, Solihin, Ashif, dan Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2005

manajemen dakwah A& B, yaitu khususnya teman-teman MD A atas

kebersamaan, susah senag, tawa canda yang senantiasa mengobati rasa

jenuh yang akan menjadi kenangan yang sulit tuk dilupakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

(5)

telah mampu penulis selesaikan dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin

Jakarta, Maret 2010

(6)

JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh: BAMBANG IRAWAN

105053001782

JURUSAN MANAJEMAN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(7)

KATA PENGANTAR………...v

DAFTAR ISI...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………..9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………9

D. Metodologi Penelitian………10

E. Tinjauan Pustaka………15

F. Sistematika Penulisan………16

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen 1) Pengertian Manajemen……….... 18

2) Unsur- unsur Manajemen……… 22

3) Fungsi-fungsi Manajemen………24

(8)

C. Pengertian Aktivitas Keagamaan………39

D. Pedagang 1) Pengertian Pedagang………... 41

2) Karakteristik Pedagang………..42

3) Perdagangan dalam Perspektif Islam……….43

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK A A. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………….46

B. Visi dan Misi Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………. 52

C. Struktur Kepengurusan Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……….. 53

D. Letak Geografis……….. 56

E. Karakter dan Aktivitas Masjid Pasar Tanah Abang Blok A……… 57

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID BLOK A TANAH ABANG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG

(9)

4) Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid………. 90

B. Faktor Pendukung dan penghambat Masjid Pasar Tanah Abang Blok A………… 100

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. 103

B. Saran-saran……….. 104

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Dakwah, dan menjadi kewajiban kaum Muslimin secara

pribadi / organisasi untuk mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan

bagi kesempurnaan pelaksanaannya. Suatu kewajiban tidak bisa sempurna

pelaksanaannya kecuali ada kelengkapan dan sarana. Dakwah Islam adalah

perjuangan yang besar dan berat, karena merupakan pembangunan umat yang

menyeluruh di segala bidang dan lapangan kehidupan. Oleh karenanya, dalam

melaksanakan Dakwah memerlukan berbagai bahan dan persiapan yang cukup

banyak sebagai sarana dan dapat mengantar perjuangan umat sampai kepada

tujuannya. Dakwah merupakan usaha membumikan dan menyebarluaskan ajaran

Islam di tengah-tengah umat manusia, dalam rangka menuntun manusia untuk

senantiasa menjalankan segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh ajaran

Islam dalam segala lapangan kehidupan sebagai bentuk ketundukan dan

kepatuhan kepada Allah SWT.

Di berbagai negara, apalagi yang mayoritas penduduknya muslim, jumlah

Masjid mengalami pertambahan yang amat pesat. Pertambahan jumlah mesjid

merupakan sesuatu yang harus kita syukuri, apalagi ini bertanda bahwa eksistensi

Islam dan umatnya, khususnya negeri kita masih kuat. Namun sebagai muslim

yang baik, kita tdak boleh puas hanya karena Masjid dan musholla kian

(11)

bertambah banyak, hal ni karena apabila kita lihat dari sisi lain yakni menilai

sejauh mana fungsi masjid yang telah terwujud sekarang ini, yang seharusnya kita

merasa prihatin melihat kenyataan sebagian besar dari masjid-masjid kita yang

belum berfungsi sebagaimana mestinya.

Secara teoritis konseptual, Masjid adalah pusat kebudayaan umat islam. Di

tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrawi,

material spiritual dimulai, karena setelah Nabi Muhammad SAW Hijrah ke

Madinah, beliau berusaha bersama Muhajirin lainnya dengan masyarakat

setempat (kaum Anshor) membangun masjid supaya orang islam berkumpul

untuk melaksanakan shalat lima waktu.1 Selain berfungsi sebagai tempat ibadah

ritual, masjid menurut Ulama terkemuka, Syaikh Yusuf Qardhawi2, Masjid juga

berfungsi sebagai tempat sosial kemasyarakatan seperti bersillaturahmi untuk

memperkuat ikatan persaudaraan, tempat menimba ilmu, tempat pengumpulan

dana zakat, infak dan sedekah, tempat penyelesaian sengketa, lembaga solidaritas

dan bantuan kemanusiaan, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader

pemimpin umat, tempat membina keutuhan jamaah, dan tempat bergotong royong

di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Akan tetapi, fungsi strategis diatas,

belakangan ini ternyata sudah banyak mengalami pergeseran.

Bahkan, ada kecenderungan umum bahwa masjid lebih difungsikan dari aspek

sakralnya saja, yakni seremonial. Sebaliknya fungsi-fungsi sosialnya justru

1

Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.29 2

Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), Cet.Ke-1, h.7

(12)

kurang mendapat proritas. Kondisi inilah yang diprediksi menjadi salah satu

faktor penyebab terhambatnya kemajuan umat islam dan rapuhnya kesatuan umat

islam. Selain itu, barang kali pula, yang menjadi salah satu faktor penyebab

mundurnya peradaban dari umat islam.3 Sayangnya, banyak di antara Masjid

yang masih memfungsikan Masjid sebagai ritual ibadah semata, tidak menjadikan

Masjid sebagaimana mestinya, tentu hal ini akan menjadi mimpi belaka saat

mengelola Masjid tanpa di iringi Manajemen yang professional, karena Masjid

dipandang sebagai bangunan yang Megah semata, namun perlu untuk

dimakmurkan oleh seluruh komponen (pengurus masjid) dan jamaah. Maka

dalam hal ini masjid harus berperan sebagai wadah pemersatu yang

memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat atas dasar persamaan agama.

Oleh karena itu, perlu upaya peningkatan mutu atau kualitas kegiatan masjid

khususnya kegiatan pembinaan umat melalui berbagai kegiatan dakwah.4

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat 18:

3

Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, h.8 4

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet.1, h.1

(13)

Artinya : “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada

siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. at Taubah: 18)

Masjid bukan hanya sekedar tempat sujud dan sarana penyucian tetapi masjid

berarti juga tempat melaksanakan segala aktifitas manusia yang mencerminkan

kepatuhan pada Allah SWT. Masjid tempat berkumpulnya orang-orang untuk

menjalankan ibadah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan.

Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan

spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Keluaran dari proses ini jelas

akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat.

Dewasa ini Umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan Masjid,

baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan, bahkan hampir di

setiap lingkungan perkantoran, di kampus-kampus, di lingkungan pusat kegiatan

ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintah maupun kantor-kantor swasta berdiri

dengan megah masjid-masjid dengan berbagai bentuk dan gaya arsitektur. 5

Begitupun juga Masjid dibangun di dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan,

dalam hal ini banyak sekali bangunan Mall yang sudah menjajahi negara ini

secara tidak langsung, ini berarti membuktikan bahwa semakin banyak penduduk

yang membutuhkan keperluan masing-masing yang mengarah gaya hidup yang

konsumtif. Mall atau Pusat Perbelanjaan baru saat ini berlomba untuk menyajikan

5

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 2

(14)

pesona untuk menarik pengunjungnya dengan memperindah bangunannya,

ataupun memberikan berbagai fasilitas bagi pengunjungnya, mulai dari lapangan

parkir yang luas (ada yang gratis pula), toilet yang nyaman dan gratis, kendaraan

antar jemput ke dalam mall, mendatangkan artis terkenal bahkan disediakan ruang

menyusui. Tetapi, Melihat Realita yang ada saat ini dari semua fasilitas yang ada

dalam Mall atau Pusat Perbelanjaan di Jakarta pada khususnya, pihak mall sangat

mengeyampingkan kenyamanan kita dalam beribadah yaitu keberadaan atau

penyediaan tempat beribadah yaitu Masjid atau Mushollah.

Mengapa Negara yang berpenduduk muslim terbesar, memiliki Mall atau

Pusat Perbelanjaan yang Masjidnya sangat kecil, kebanyakan Masjid di dalam

mall dengan istilah menyedihkan. Mall-mallnya megah, tetapi Masjidnya selalu

ditempatkan diarea parkir, terkesan yang penting ada. Kebanyakan bentuknya

sempit, panas, bau dan letaknya jauh di basemen ataupun dekat tangga darurat.

Jamaah yang ingin sholat mesti antri berdesakan dan harus segera pergi bila sudah

selesai sholat, jangan harap ada waktu untuk dapat berdoa dengan khusu’.

Pengelola mal masih beranggapan bahwa keberadaan mushola belum

menjadikan nilai tambah untuk mal tersebut. Pengelola mal masih berpikir ala

kapitalis, hanya memikirkan keuntungan materi belaka. Ketika pengelola mall

membangun arena parkir luas, menampung ratusan mobil, mereka hanya

menyediakan mushala seukuran parkir empat buah mobil, sehingga antrian untuk

shalat pun menjadi panjang. Usai salam tanpa sempat berdoa sudah harus diganti

(15)

jamaah lain. Mall yang buka 12 jam, mulai pukul 10.00-22.00, tentu melalui

waktu shalat Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Dzuhur dan Isya waktunya cukup

panjang. Tapi, Ashar dan Maghrib yang waktunya sempit, Apa harus dijamak

setiap berada di mall?6

Belanja, Itulah alasan banyak orang yang mengunjungi mall. Tapi, belanja

bukan satu-satunya alasan. Ada pula yang motif utamanya rekreasi: berkumpul,

cuci mata, dan lain-lain kendati untuk menikmati gaya hidup itu tak sedikit yang

menebusnya dengan rupiah, misalnya membeli soft drink atau juice di food court.

Mall saat ini telah menjadi ruang untuk beragam ekspresi masyrakat perkotaan,

bukan hanya tempat belanja, makan, atau kumpul-kumpul. Mall telah menjadi

ruang publik paling nyaman.

Dengan hal ini mestinya Mall atau Pusat Perbelanjaan yang gemerlap tak

sekedar menjadi ruang ekspresi duniawi, tetapi juga memfasilitasi ekspresi ‘masa

depan’ sebagai hamba Allah. “ Untuk itulah peran ruang kecil yang biasa disebut

mushalah sebagai sarana ekspresi keimanan sangat dibutuhkan. Itu untuk menjaga

hubungan vertical dengan pemilik alam semesta.”7

Belanja maupun rekreasi di pasar modern yang menyediakan aneka kebutuhan

dalam balutan suasana nyaman, kerap melenakan. Sedang asyik memilah dan

memilih barang, jalan-jalan dan sedang ngobrol bersama kerabat atau teman kita,

6

Citizen Journalism, Mushala Kecil Nan Menyedihkan Apa Kata Dunia?, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A2

7

Citizen Journalism, Mushala di Mal, Belanja Rekreasi Shalat Yes, (Jakarta: Replubika, 2007), h. A3

(16)

jarum jam berputar cepat. Saat sadar, waktu shalat hampir habis terutama shalat

maghrib. Mencari tempat shalat di luar mall jelas butuh waktu dan energi. Karena

ruang sebuah mall laksana menggecetkan waktu dan memacunya untuk berlari.

Oleh karena itu, mushalah di Mall atau Pusat Perbelanjaan amat diperlukan.

Mushalah nyaman tak sekedar layak perlu disediakan disetiap lantai agar

memudahkan pengunjung dalam beribadah sehingga tidak perlu adanya antrian.

Hampir setiap orang sudah terbiasa dengan hiruk pikuk suasana di pasar.

Begitu pula dengan Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Aktivitas transaksi jual beli di pusat grosir terbesar di Asia Tenggara ini

berlangsung dari pagi hingga menjelang malam. Ribuan orang, dari berbagai suku

bangsa dan warna kulit, hilir mudik melakukan perniagaan. Tempat ini hampir tak

pernah sepi dari ribuan manusia setiap harinya. Begitulah kondisi sebuah pasar.

Namun, bila diperhatikan secara saksama, ada beberapa perbedaan yang cukup

mencolok antara Pasar Tanah Abang dibandingkan pasar lainnya, apalagi dengan

pasar tradisional. Di tempat ini, kebersihan cukup terjaga kendati dipenuhi

berbagai macam barang dagangan. Satu hal lagi, termasuk yang membedakannya

dengan pusat perbelanjaan lainnya, adalah keberadaan tempat ibadah (masjid atau

mushala). Biasanya, di pasar tradisional, lokasi masjid atau mushala ditempatkan

di bagian sudut. Di mal-mal, pada umumnya, masjid atau mushala ditempatkan di

pojok ruangan sempit, di basement (lantai dasar), atau di parkiran. Hal tersebut

berbeda dengan Blok A Pasar Tanah Abang. Masjid di lokasi ini justru

(17)

8

ditempatkan di bagian paling atas gedung pasar, yakni di lantai 14 sehingga relatif

bisa membuat Ibadah menjadi nyaman.

Berdasarkan Latar Belakang dan fenomena kondisi Masjid pada Mall atau

Pusat Perbelanjaan di Jakarta sekarang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang keberadaan Masjid yang ada di Pusat Perbelanjaan Grosir

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

Penulis Membatasi Masalah yang akan diteliti hanya pada Manajemen Masjid

Blok A Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan pada Pusat

Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Blok A.

Dari pembatasan masalah tersebut dapat diuraikan perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Upaya Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam

Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan

Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?

2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A

Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada

Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan:

Berdasarkan Rumusan Penelitian yang telah dikemukakan diatas, penelitian

ini bertujuan:

a) Untuk Mengetahui Bagaimana Usaha-usaha Manajemen Masjid Blok A

(19)

b) Untuk Mengetahui Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Pendukung dan

Penghambat pada Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam

Meningkatkan Aktivitas Keagamaan para Pedagang pada Pusat Perbelanjaan

Grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Manfaat :

Adapun Manfaat penelitian yang ingin penulis capai, adalah sebagai berikut:

a) Kegunaan Akademis

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu

manajemen, khususnya Manajemen Masjid dan Manajemen Dakwah itu

sendiri.

b) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah

wawasan berbagai kalangan, seperti teoritisi, praktisi, dan aktifitas dakwah

Islam pada umumnya serta para pengelola Masjid Blok A Tanah Abang, dan

pada khususnya yang menjadikan Masjid Blok A Tanah Abang sebagai sarana

dakwah untuk lebih meningkatkan kembali fungsi masjid dan manajemennya.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Metode penelitian Kualitatif yaitu dengan

(20)

tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan

data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survei, data yang

dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Dalam hal ini

penulis melakukan dengan mengamati, dan mengumpulkan data-data dan

kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya

dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa.1

1. Subjek dan Obyek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi Subjek dalam Penelitian ini adalah Masjid Blok A

Tanah Abang sebagai sarana Ibadah, dalam hal ini penulis mengambil

data-data dari pengurus Masjid Blok A Tanah Abang, yang dapat memberikan

informasi representatif dan mempunyai akses dan mengetahui pengaruh

terhadap aktivitas keagamaan pedagang.

b. Objek Penelitian

Sedangkan yang menjadi Objek Penelitian dalam skripsi ini adalah

Bagaimanakah Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang dalam

Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang di Pusat Grosir Tanah Abang,

Jakarta Pusat.

1

(21)

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, yaitu mencari

secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan

proses analisis yang konstan atau tentatif.2 Dalam hal ini penulis akan

mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di Masjid Blok A Tanah

Abang untuk memperoleh data-data yang di inginkan.

3. Tekhik Pengumpulan Data

Dalam Teknik Pengumpulan Data, penulis menggunakan beberapa metode

atau cara sebagai berikut :

a) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung, yakni pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala objek yang

diteliti.3 Dalam hal ini, penulis langsung melakukan Observasi langsung ke

lokasi penelitian yaitu Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta pusat.

b) Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mencoba

mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.4 Dalam melakukan

wawancara ini bentuknya adalah wawancara bebas, namun tetap

2

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, h.329

3

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1980), Cet.7, h.102 4

(22)

menggunakan daftar pertanyaan yang disediakan, supaya wawancara terfokus

pada tujuan penelitian.5 Dalam hal ini penulis akan mewawancarai pengurus

harian atau takmir dari Masjid Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat.

c) Dokumentasi

Dokumentasi, yakni mencari data mengenai hal-hal atau variable yang

berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dsb.6

4. Waktu dan Tempat Penelitian

a) Waktu Penelitian

Waktu penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2010 sampai

Maret 2010.

b) Tempat Penelitian

Tempat Penelitian skripsi ini yaitu Masjid Blok A Tanah Abang terletak di

Kelurahan Tanah Abang, Kecamatan Tanah Abang, Wilayah Tanah Abang,

letak Masjid ini sangat strategis yang berada di persimpangan jalan antara

KH. Mas Mansyur dari sebelah selatan dan utara, sedangkan dari sebelah

timur yang berhadapan dengan jalan KH. Fachrudin yang masih dalam

wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat.

5

Nadzir, Mohammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 234 6

(23)

Masjid Pasar Tanah Abang Blok A berada di puncak gedung, yaitu pada lantai

14 Pasar blok A Tanah Abang (Penthouse gedung), tepatnya di sebelah timur dari

ruang vital (mesin) gedung Blok A, sedangkan gedung blok A sendiri terletak di

Jalan K.H Fachruddin No 1, Jakarta Pusat. Telp. 021-23572006, Fax 235714141.

5. Teknik Analisis Data

Analisis Data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah Proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian besar.7

Di Dalam Penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menggunakan

teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengumpulkan data, disusun

dan disajikan yang kemudian dianalisa untuk mengungkapkan arti data tersebut

menggambarkan keadaan sasaran apa adanya.8

Teknik Metode Penulisan Skripsi ini, penulis berpedoman pada Buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), diterbitkan oleh

CEQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 280 8

(24)

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan Skripsi yang dijadikan Tinjauan Pustaka sebagai Bahan

Pertimbangan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam pembuatan

skripsi yang akan penulis susun, yaitu sebagai berikut:

a) Amir Hamzah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen

Dakwah dengan judul “ Manajemen Penggerakkan Ta’mir Masjid Jami Al

Hidayah Kali Abang Bungur Bekasi ” Menitikberatkan pada Penggerakkan

ta’mir Masjid Jami Al Hidayah.

b) Lutfi Saefullah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen

Dakwah dengan judul “ Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang dalam

Pengembangan Kegiatan Dakwah pada anak Usia Dini ” yang membahas

tentang pengembangan dakwah melalui kegiatan yang mendidik anak usia

dini.

c) Hani Ma’rifati, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Manajemen

Dakwah dengan judul “ Masjid Sebagai Pusat Dakwah (Analisis tentang

Strategi Dakwah Masjid Atta’awun) yang membahas tentang strategi dakwah

di Masjid Atta’awun.

Sedangkan Skripsi Penulis menjelaskan tentang Manajemen Masjid Blok A

Tanah Abang dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat

(25)

F. Sistematika Penulisan

Agar karya Ilmiah ini tersusun secara sistematis, maka penulis

menjabarkannya dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan

Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN, MASJID DAN AKTIVITAS KEAGAMAAN

Berisikan: A.Manajemen, yang meliputi: Pengertian Manajemen,

Unsur-unsur Manajemen, dan Fungsi Manajemn. B. Masjid, yang

meliputi: Pengertian Masjid, Manfaat dan Tujuan Masjid,

Macam-macam Masjid, dan Manajemen Masjid. C. Pengertian Aktivitas

Keagamaan. D. Pedagang, yang meliputi: Pengertian Pedagang,

Karakteristik Pedagang, dan Perdagangan dalam Perspektif Islam.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG MASJID TANAH ABANG BLOK A

Berisikan tentang Sejarah Singkat Berdirinya dan Gambaran Masjid,

Vsi dan Misi, Strukur Kepengurusan Masjid, Letak Geografis dan

(26)

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN MASJID PASAR TANAH ABANG BLOK A DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS KEAGAMAAN PEDAGANG DI PUSAT GROSIR TANAH ABANG

Berisikan Usaha-Usaha Manajemen Masjid dalam Meningkatkan

Aktivitas Keagamaan Pedagang pada Pusat Perbelanjaan Grosir Tanah

Abang, di antaranya Aplikasi pada Bidang Program, Aplikasi di

bidang Kepengurusan, Aplikasi pada Bidang Fisik dan Sarana Masjid,

dan juga Sikap dan Perhatian Pengurus Masjid serta Faktor-faktor

Pendukung dan Penghambatnya.

BAB V PENUTUP

Kesimpulan dan Saran – saran

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yang dari kata to manage

yang sinonimnya antara lain to hand berarti mengurus, to control yang berarti memeriksa atau mengawasi, to guide yang berarti menuntun atau mengemudikan. Jadi, apabila hanya dilihat dari asal katanya, Manajemen berarti “Mengurus,

Memeriksa, Mengawasi, Pengendalian, Mengemudikan, atau Membimbing.”1

Dan juga dapat diartikan Pengendalian, Menangani, dan Mengelola2. Dan dalam

bahasa latin, manus yang berarti Memimpin, Menangani, dan Mengatur.3

Pada Pengertian lain, Istilah Manajemen berasal dari bahasa Italia, yaitu

maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan kemudian dalam bahasa inggris menjadi management, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu tata laksana, pengelolaan atau pengurusan.4 Sedangkan dalam Kamus Bahasa

Arab, Manajemen disebut dengan Idarah.5

1

John M.Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h.375 2

Yayat M.Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.1 3

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.1

4

Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi, Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), Edisi I, h.72

5

(28)

Manajemen merupakan sebuah kegiatan yang pelaksanaannya disebut

managing dan orang yang melakukannya disebut manajer, individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru yang seluruhnya bersifat “manajerial” yang

penting diantaranya menghilangkan kecenderungan untuk melaksanakan segala

sesuatunya seorang diri.6 Manajemen adalah Penggunaan Sumber daya secara

efektif dan efisien untuk mencapai sasaran.7

Pada dasarnya manajemen memiliki pengertian yang begitu luas, sehingga

dalam kenyataannya tidak ada satu definisi pun yang digunakan secara permanen.

Berikut ini beberapa definisi tentang Manajemen yang dikutip dari beberapa ahli,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) George R. Terry, yang dikutip oleh Sarwoto, mengatakan bahwa “

Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari planning, organizing, actuating, controlling”. Dimana pada masing-masing bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian yang diikuti secara berurutan dalam

rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan semula.8 Dalam

bukunya Mochtar Effendi, George R.Terry juga mendefinisikan bahwa

Manajemen adalah sesuatu tindakan perbuatan seseorang yang berhak

6

George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000), h. 9 7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.708

8

(29)

menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu, sedangkan tanggung jawab di

tangan yang memerintah.9

Definisi Manajemen menurut George R. Terry diatas yang

menandakan adanya tanggung jawab bagi seseorang pemimpin. Hal ini

sejalan dengan Firman Allah SWT dalam Surat Al Mudatsir ayat 38:

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya

(Q.S. Al Mudatsir: 38)10

2) Winardi, yang dikutip oleh Abdul Syani, mengatakan bahwa “Manajemen

adalah suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis, dikumpulkan dan

diterima sehubungan dengan pengertian tentang kebenaran-kebenaran

universal”.11

3) Dalam bukunya Jawahir Tantowi, Lauren A. Aply juga berpendapat bahwa: “

Management is art getting things done through people” (Manajemen adalah seni untuk menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu pekerjaan untuk

mencapai hasil tertentu melalui orang lain dan dengan cara tertentu).12

9

Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986), Cet.Ke-1, h. 9

10

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1353

11

Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), h.1 12

(30)

4) M. Manulang berpendapat bahwa: “Manajemen adalah seni dan ilmu

perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakkan, dan pengawasan

sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”.13

5) Robert Kritner dalam bukunya Management yang dikutip oleh Zaini

Muchtarom, mengatakan bahwa: “ Management is the of working with and the through other to achieve organizational objectives in a changing environment central to process is the effective and efficient use of limited resources” (Manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain dan untuk

mencapai suatu tujuan organisasi dalam lingkup yang berubah, proses ini

berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya

yang terbatas).14

Dari Definisi-definisi Manajemen yang telah disebutkan dapat ditarik

kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai sasaran

dan tujuan dengan menjalankan setiap fungsi manajemen sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan. Adapun proses tersebut adalah Perencanaan,

Pengorganisasian, Penggerakkan, dan Pengawasan. Dengan proses tersebut

diharapkan tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

13

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet.Ke-1, h.15 14

(31)

2. Unsur-unsur Manajemen

Manajemen selalu dikaitkan dengan usaha bersama sekelompok manusia,

yang mana merupakan suatu proses aktifitas guna mencapai sasaran atau suatu

telaah yang direncanakan terlebih dahulu, untuk mencapai sasaran itu, diperlukan

sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut juga sebagai unsur-unsur

manajemen.15

Dalam bukunya Ibrahim Lubis, George R. Terry mengemukakan lima unsur

manajemen (5M) lebih luas dan terperinci daripada pendapat O.F. Peterson, yaitu:

Man, Materials, Machines, Methods, Money.16

Selain teori 5M diatas dalam dunia perdagangan dikenal unsur dasar yang

ke-6 daripada Manajemen yaitu “Market” (Pasar).17 Adapun unsur-unsur tersebut terdiri 6 macam: Man, Money, Material, Machine, Method, dan Market (manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar) yang dirumuskan menjadi 6M.18

Dan untuk lebih jelasnya dari unsur-unsur tersebut, yaitu sebagai berikut:

1) Man (Tenaga Kerja Manusia)

Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur yang terpenting sehingga

berhasil / kuatnya suatu manajemen tergantung pada kemampuan manager untuk

mendorong dan menggerakkan orang-orang ke arah tujuan yang akan dicapai.

15

H. Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h.42 16

Ibrahim Lubis, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Cet. Ke I, h. 34

17

Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1991), Cet.ke-8, h.49

18

(32)

Sedangkan Manager atau pimpinan itu sendiri orang yang mencapai hasil atau

tujuan melalui orang lain.19 Manusia merupkan hal yang mutlak, tak akan ada

Manajemen tanpa adanya manusia, sebab manusialah yang merencanakan,

melakukan, menggunakan dan merasakan hal dari manajemen itu sendiri.20

2) Money (Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan)

Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai

sangatlah diperlukan untuk mencapai tujuan, disamping manusianya. Pengaruh

dan peranan uang dalam pergaulan manusia telah dipahami kita bersama. Uang

digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa agar

tujuan yang di inginkan bias tercapai dengan baik sehingga tidak memerlukan

uang yang begitu besar.

3) Methods (Sistem / Cara untuk mencapai tujuan)

Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai kerja (metode) yang tepat

sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu organisasi.

Sebab, dengan cara atau metode yang ditata dengan baik, maka akan

menghasilkan produk yang baik pula, sehingga tujuan tercapai dengan efektif dan

efisien.

4) Material (Bahan-bahan atau peralatan yang diperlukan)

Faktor Material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa dukungan kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan

19

M. Manulang, Dasar-dasar Manajemen, h. 6 20

(33)

suatu kegiatan oleh organisasi tertentu perlu dipersiapkan bahan perlengkapan

apa-apa yang sedang dibutuhkan.

5) Machines (Mesin-mesin yang diperlukan)

Peranan Mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan lagi, mesin

dapat membantu manusia dalam pekerjaannya, mendefinisikan waktu bekerja

untuk menghasilkan sesuatu sehingga memperoleh keuntungan yang lebih banyak

dan baik..

6) Market (Pasar / Tempat untuk menjual hasil produksi / hasil karya)

Peranan Market sangat penting dalam Manajemen karena tanpa market tidak akan ada produksi. Market merupakan aktivitas yang berhubungan dengan

penjualan barang hasil produksi. Pengadaan bahan baku supaya kegiatan berjalan

secara kontinu, promosi produksi dan sampai kepada usaha menerobos pasar

supaya penjualannya memperoleh keuntungan. Pasar juga menghendaki seorang

manager untuk mempunyai orientasi pemasaran.21

3. Fungsi- Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi Manajemen merupakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan

dalam bidang manajemen. Fungsi manajemen adalah hal-hal yang secara khas

dilakukan oleh para manajer dan bersifat universal. Artinya, Fungsi manajemen

dapat digunakan dalam organisasi apapun dan dalam bentuk perusahaan apapun.

21

(34)

Terdapat perbedaan pendapat antara para ahli manajemen tentang fungsi

manajemen ini, namun secara umum mempunyai kesamaan. Dan disini penulis

hanya menggunakan 4 fungsi manajemen yang sering / biasa digunakan adalah

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.

Agar lebih mudah dipahami penjelasan, arti, dan maksud dari setiap fungsi

manajemen tersebut adalah sebagai berkut:

1. Planning (Perencanaan)

Planning atau disebut juga Perencanaan adalah gambaran dari suatu kegiatan yang akan datang dalam jarak waktu tertentu dan metode yang akan dipakai

dalam tindakan-tindakan yang akan diambil. Perencanaan itu berisikan imajinasi

dan pandangan ke depan yang terarah berdasarkan penilaian yang benar.22

Perencanaan (Planning) adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang

akan melaksanakannya.23 Perencanaan adalah suatu kumpulan

keputusan-keputusan yang saling kait mengait sehingga sulit perencanaan tersebut di buat

secara mendadak.24 Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak

dicapai selama masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat

mencapai tujuan-tujuan itu.25

22

Mochtar Effendi, Manajemen suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 75 23

Harold Koontz, dkk., Intisari Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 56 24

Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, 1987), h. 39

25

(35)

2. Organizing (Pengorganisasian)

Menurut Drs. Malayu Hasibuan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses

penetuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, menyempatkan orang-orang pada aktifitas,

menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara

relatif didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas

tersebut.26 Pengorganisasian (Organizing) adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan

tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat

digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.27 Pengorganisasian adalah suatu proses

dimana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat

ditangani, dan aktivitas mengkoordinasi hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai

tujuan.28 Pengoranisasian adalah proses penentuan struktur dan alokasi kerja.29

Pengorganisasian adalah menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang

akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja.30

Pengorganisasian adalah menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara

pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya.31

26

Malayu Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 119 27

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 81-82 28

Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 375 29

Joseph L. Massie, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1979), h. 7 30

Chuck Williams, Manajemen, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 9 31

(36)

3. Actuating (Penggerakkan)

Fungsinya meliputi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk jabatan-jabatan

yang ada dalam struktur, setelah diadakan pembagian pekerjaan /

pengorganisasian, ditunjuk orang-orang yang akan melaksanakan dan

bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Bila rencana telah tersusun, struktur

organisasi telah ditetapkan dan posisi-posisi atau jabatan sudah di isi, maka tugas

pimpinan untuk menggerakkan atau mengerahkan bawahan agar apa yang

menjadi tujuan perusahaan tersebut dapat direalisasikan. Penggerakkan

(Actuating) juga berarti keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik

mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan

ekonomis.32

4. Controlling (Pengawasan)

Fungsinya Pengawasan ini tidak kalah penting dari fungsi yang lain.

Pengawasan atau biasa disebut pengendalian, mengadakan koreksi sehingga apa

yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud

tercapai tujuan yang sudah di gariskan. Fungsi Manajerial pengawasan adalah

mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan guna memastikan, bahwa

tujuan organisasi dan rencana yang didesain untuk mencapainya yang sedang

32

(37)

dilaksanakan.33 Pengawasan (Controlling) juga berarti suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, mengoreksi bila

perlu dengan maksud supaya pelaksanaannya sesuai dengan rencana semula.34

Pengawasan adalah proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna

lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya.35 Pengawasan adalah memastikan

bahwa hasil aktual sesuai dengan rencana.36 Pengawasan adalah mengawasi

kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan korektif bilamana

dibutuhkan.37 Pengawasan adalah memantau kegiatan untuk memastikan bahwa

kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.38

B. Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujudan, masjidan, yang berarti “tempat merendah diri”, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat

yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada

Allah dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah.39

33

AM. Radarman SJ, Jusuf Usaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.132

34

Ahmad Anwari, Dasar-dasar Manajemen, h. 140 35

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, h. 169 36

Winardi, Asas-asas Manajemen, h. 588 37

Chuck Williams, Manajemen, h. 9 38

Stephen p. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen, h. 11 39

(38)

M.HR.Songge menyatakan Masjid secara etimologis, bermakna sebagai

tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah, dimana para hamba

melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam

kerangka beribadah kepada Allah SWT.40

Masjid berasal dari bahasa Arab, sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah. Bumi yang kita tempati bersama ini adalah Masjid bagi kaum

Muslimin, Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat

berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan sillaturahmi di kalangan

kaum muslimin. Di Masjid pula lah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat

shubuh.41

Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologi, Masjid juga dapat

diartikan sebagai tempat beribadah umat islam, khususnya dalam melaksanakan

shalat. Masjid sering disebut dengan Baitullah (Rumah Allah), yaitu rumah yang

dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah.42

Masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslim. Tetapi, karena akar

katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat

melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata.

40

M. hr. Songge, PesanRisalah Masyarakat Madani, (Jakarta: PT. Media Citra, 2001), h. 12-13

41

Moh.E. Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 1-2 42

(39)

Karena itu Al-Qur’an menegaskan dalam Surat Al- Jin ayat 18:

Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah” (Q.S. Al-Jin: 18)43

Menurut Aidh bin Abdullah Al-Qarni, “Masjid adalah tempat saling mengenal

dan mengakrabkan diri diantara kaum muslimin, karena disaat di dalam masjid

mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang absen atau tidak

hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau yang lainnya. Dengan demikian maka

akan timbul rasa tolong menolong sehingga dapat mempererat tali persaudaraan

dan memperkokoh iktan kasih saying antar jamaah masjid kaum mukmin.44

Sedangkan Syaikh Sayid Sabiq, dalam Bukunya Fiqhus Sunnah mengartikan

bahwa Masjid sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada umat ini yaitu

menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai Masjid, dimana saja seorang

Muslim telah sampai pada waktu shalat, shalatlah dimana saja ia berada atau

mendapatinya.45

43

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1343

44

Aidh bin Abdullah Al-Qarni, MemakmurkanMasjid, langkah maju kebangkitan islam, (Jakarta: Pustaka Al-Sofwa, 2005), h. 44

45

(40)

Sedangkan pengertian Masjid menurut istilah adalah sebagai berikut: “ tempat

sujud, yaitu tempat umat Islam mengerjakan shalat, dzikir kepada Allah SWT dan

untuk hal-hal yang berhubungan dengan Dakwah Islamiyah.46

Menurut Yusuf Qordhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah,

seperti makna yang tersirat dalam firman Allah SWT An-Nur ayat 36-37:

Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang Telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu

46

(41)

hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang” (Q.S. An Nuur: 36-37)47

Dengan demikian, Masjid adalah rumah Allah SWT, yang dibangun agar

umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-Nya dengan baik.48

2. Manfaat dan Tujuan Masjid

Dengan semangat tinggi Masjid yang kita bangun secara bergotong royong,

saling membantu, berkorban menyalurkan harta shadaqah, infak dan wakaf demi

berdirinya masjid bangunan suci Allah SWT dan tanpa memandang kaya, miskin

atau golongan, masjid-masjid dapat berdiri dengan megahnya, layaknya kawasan

taman-taman surga nan indah dan damai, sejuk menyegarkan, harum semerbak

mewangi, semua tersenyum puas. Tinggal lagi mengisi dan memakmurkannya,

hendaknya masjid jangan sampai sepi dalam syi’ar atau kegiatannya. Masjid

dalam fungsi dan perannya harus mampu melayani keperluan jama’ah atau umat

dari berbagai aspek manfaat paling tidak ada enam aspek yang terdiri dari:49

a) Aspek Ibadah

Manfaat Kemakmuran masjid bagi ibadah sesuai dengan kebiasaan atau

sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur dan

tuntunan bagi setiap muslim dalam menjalankan ibadah adanya khusyuk dalam

47

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 798

48

Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Cet.Ke-1, h.7

49

(42)

shalat, suasana tenang, damai dan ada rasa dekat kepada Allah SWT, termasuk

juga membayar zakat harta atau fitrah dengan rasa senang, dengan pelayanan

yang ceria dan cerah tanpa pilih kasih. Dengan demikian masjid yang berjalan

menurut sistem dan aturan yang jelas memudahkan jama’ah, dan masyarakat

sekitar bertambah simpatik dan senang untuk berjama’ah secara rutin, apalagi

dengan Imam Shalat yang bagus dan baik dari segi bacaan ayat-ayat suci

Al-qur’an, yang Insya Allah menambah khusyu’ dalam beribadah.50 Dengan

demikian, masjid merupakan tempat yang baik untuk latihan dan kritik diri kita,

serta pembaharuan I’tikad baik.

b) Aspek Kehidupan, Sosial, Ekonomi, dan Pemberdayaan SDM (Mu’amalah).

Dilihat dari aspek mu’amalah ini antara lain dari kehidupan social, ekonomi,

dan pemberdayaan SDM, bila masjid berfungsi dan berjalan dengan

program-program atau kegiatan yang jelas terhadap kegiatan social dan lain sebagainya,

akan menambah kepercayaan jama’ah atau masyarakat. Jama’ah yang kurang

mampu akan merasa aman karena ada perhatian tentang diri mereka

bentuk-bentuk santunan, bantuan dan lain jelas arahnya siapa yang berhak menerimanya.

Masjid sebagai pusat kebudayaan di samping pusat ibadah juga menampung

semua jenis kegiatan kemasyarakatan yang berada dalam batas-batas taqwa, atau

yang menunjang tercapainya rohani taqwa.

c) Aspek Bagi Keluarga, Lingkungan Masyarakat.

50

(43)

Pada setiap kepala keluarga dan anggota keluarga yang telah dewasa dalam

memakmurkan masjid, maka keluarga tersebut mendapatkan yakni rahmat Allah

karena do’a yang dibaca setiap memasuki masjid kita berdoa’a kepada Allah

SWT: “ Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat engkau ”, dan ketika

keluar dari masjid lalu memohon kepada Allah, “ Ya Allah, sesungguhnya saya

karunia dari engkau ”, maka sesama keluarga-keluarga penuh dengan naungan

rahmat Allah, akan tercipta sesama terutama yang membuahkan banyak kebaikan

dan kebaikan dari Allah, belum lagi manfaat dari shalat jama’ah akan

memperkuat tali persaudaraan dengan anggota jama’ah lainnya, dengan demikian

akan terbangunnya rasa solidaritas atau ta’awun (saling tolong menolong), dampak positif bagi lingkungan masyarakat akan menambah hubungan baik,

lingkungan akan nyaman, peraudaraan antara lingkungan masyarakat makin kuat.

Dengan demikian akan tercipta dilingkungan masyarakat masyarakat yaitu rasa

marhamah (saling kasih sayang).51 d) Aspek Bagi Generasi Muda.

Generasi Muda yang membuahkan mata hati yang sejuk dipandang, dan calon

pemimpin masa depan, harus dapat dilahirkan dari masjid-masjid yang berfungsi

dan mampu membaca dan memberikan peluang terhadap generasi muda

merupakan cikal bakal pemimpin masa depan. Dengan program-program kegiatan

pembinaan terhadap generasi muda, masjid dapat mandiri dan dapat menolong

masyarakat lemah dilingkungan masjidnya. Sementara ini memang hasil belum

51

(44)

maksimal pembinaan generasi muda masjid, sehingga menimbulkan

ketimpangan-ketimpangan, hendaknya jangan sampai terjadi kekosongan

pembinaan terhadap generasi muda masjid, kekosongan pembinaan akan

membawa dampak negatif atau kemunduran masjid masa-masa mendatang.

e) Aspek Ta’lim dan Pendidikan (Tarbiyatul Islam)

Dengan ilmu, kita akan sadar dan berupaya membangun diri untuk berbuat

sesuatu yang bermanfaat. Oleh karena itu masjid yang makmur memberikan

peluang untuk para jama’ah atau masyarakat sekitar melakukan belajar dan

mengajar. Maka pengelolaan masjid harus dapat memprogramkan kegiatan

belajar dan mengajar.

f) Aspek Dakwah

Kita ketahui bahwa dakwah adalah ummul hasanah, induk segala kebaikan. Dakwah merupakan kewajiban kita semua. Perubahan jama’ah atau masyarakat

sekitar masjid terhadap pengamalan agama dengan sendirinya menjadi baik,

dakwah menyebabkan datangnya hidayah, dengan hidayah dapat mencerahkan

manusia dari kegelapan. Dahulu orang-orang yang semula-mula mengagungkan

berhala, tekhnologi, harta benda dan keduniaan lainnya. Dakwah mampu

menggunakan semuanya dan sekaligus itu dapat menyakini hanya kekuasaan

adalah milik Allah yang mutlak mengalahkan semua. Maka di situlah bahwa

masjid berfungsi secara benar, dapat menjadi makmur bila dakwah dapat

(45)

Pengelolaan masjid perlu berfikir bagaimana lebih jauh bias memberdayakan

umat untuk lebih berdayaguna untuk memakmurkan dari aspek dakwah tersebut,

sehingga masjid akan benar-benar bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat

sekitar.52

3. Macam- Macam Masjid

a) Masjid Kota

Masjid Kota ini sudah jelas harus berlokasi di pusat kota, mengingat pusat

kota ini mempunyai aksebilitas yang sangat tinggi terhadap penduduk di

seluruh wilayah kota.

b) Masjid Wilayah

Masjid Wilayah ini berfungsi melayani penduduk di daerah perumahan

dalam skala wilayah dan penduduk yang berada pada pusat-pusat aktivitas

untuk melaksanakan shalat fardhu, shalat jum’at serta kegiatan keagamaan

lainnya yang mencakup kegiatan sosial bagi masyarakat.

c) Masjid Kecamatan

Pada prinsipnya Masjid Kecamatan ini dibangun untuk melayani

penduduk Islam yang berada disekitar kecamatan tersebut, terutama dalam

melaksanakan shalat jum’at, shalat Hari Raya, serta kegaiatan-kegiatan sosial

masyarakat.

d) Masjid Lingkungan

52

(46)

Lokasi Masjid Lingkungan ini lebih berorientasi ke arah perumahan,

karena fungsinya hanya melayani penduduk di dalam daerah pelayanannya

untuk melaksanakan shalat sehari-hari, shalat jum’at serta kegiatan

keagamaan lainnya.

e) Masjid Lokal (Langgar / Mushollah)

Langgar atau Mushollah ini hanya dipergunakan untuk shalat sehari-hari,

tidak dipergunakan dalam pelaksanaan shalat jum’at.53

4. Manajemen Masjid

Ada beberapa pengertian manajemen masjid yang dapat dikutip. Dalam buku

Idarah Masjid terbitan KODI DKI Jakarta disebutkan: “ idarah masjid ialah ilmu dan usaha yang meliputi segala tindakan dan kegiatan muslim dalam

menempatkan masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan islam”.54

Sementara itu Drs. Moh.E. Ayub dalam bukunya Manajemen Masjid yang

diterbitkan Gema Insani Press, mendefinisikan: “Idarah Masjid adalah

Usaha-usaha untuk merealisasikan fungsi-fungsi masjid sebagaimana mestinya”.55

Dari sini kita bisa merumuskan definisi lain. Manajemen Masjid adalah suatu

proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh

seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jamaahnya melalui berbagai

53

Nana Rukmana D.W., Masjid dan Dakwah, h. 86-90 54

Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 81 55

(47)

aktivitas yang positif. Dengan demikian, ketua pengurus masjid harus melibatkan

seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid.

Dalam pelaksanaan manajemen masjid atau idarah masjid, secara garis besar

dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Idarah Binail Maadiy (Physical Management), yaitu manajeman secara fisik yang meliputi kepengurusan masjid, pengaturan pembangunan fifik

masjid, penjagaan kehormatan, ketertiban dan keindahan masjid,

pemeliharaan tata tertib dan keamanan, pengaturan-pengaturan keuangan,

dan administrasi masjid serta pemeliharaan fasilitas yang dimiliki masjid

tersebut dan penataan masjid lainnya yang bersifat fisik.

b) Idarah Binail Ruhiy (Functional Management), yaitu Pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat, sebagai pusat

kebudayaan islam. Idarah Binail Ruhiy ini meliputi pendidikan islamiyah,

pembinaan akhlakul karimah, pelaksanaan dakwah,

pembinaan-pembinaan mental spiritual dan pemberdayaan ekonomi umat dalam

rangka menciptakan kesejahteraan material umat. Disamping itu, kegiatan

penerangan ajaran islam secara teratur meliputi: 1) Pembinaan Ukhuwah

Islamiyah dan persatuan umat, 2) Melahirkan Fikrul Islamiyah dan

Kebudayaan Islam, dan 3) Mempertinggi mutu keIslaman dalam diri

pribadi dan masyarakat.56

56

(48)

C. Pengertian Aktivitas Keagamaan

Aktivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Aktivitas adalah

keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu

kegiatan yang dilaksanakan dalam tiap bagian dalam suatu organisasi atau

lembaga ”.57 Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas

berasal dari kata Ling: activity; lat; activus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk dengan dunia. Manusia mengalihkan dan

megalahkan alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya

dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses

histories-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.

Ada dua jenis aktivitas, yaitu eksternal dan internal. Dan yang dimaksud

dengan aktivitas eksternal, jika operasi manusia terhadap objek-objek

menggunakan lengan, tangan jari-jari dan kaki, sedangkan aktivitas internal,

menggunakan tindakan mental dalam bentuk gambaran-gambaran dinamis.58

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sebuah tindakan untuk

menghasilkan sesuatu yang dilakukan secara pribadi maupun kolektif, dan

aktivitas terkadang juga terkait dengan lembaga atau sebuah organisasi.

57

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet.Ke-3, h. 17

58

(49)

Menurut Ensiklopedi Islam, kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan kata Din dalam bahasa arab. Sedangkan kata Din mempunyai arti “ menguasai, memudahkan, patuh, utang, batasan, atau kebiasaan “. Din juga membawa peraturan-peraturan berupa hukum yang harus dipatuhi, baik dalam

bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus

ditinggalkan.59

Sementara itu, konteks keberagaman menurut Quraish Shihab tidak hanya

berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat superficial atau menekankan aspek-aspek “luar” dengan sikap batin atau aspek-aspek “dalam”.60

Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutipkan oleh Djamaluddin Ancok

ada empat macam dimensi keagamaan:

1) Dimensi Keyakinan, berisi pengharapan-pengharapan di mana orang

beragama berpegang teguh kepada teologis tertentu dan mengakui

doktrin-doktrin tersebut.

2) Dimensi Praktek Agama, mencakup perilaku pemujaan dan ketaatan yang

dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang

dianutnya.

3) Dimensi Pengalaman, berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua

agama memandang pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi, dan sensasi

yang dialami seseorang.

59

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1993), Cet.Ke-1, h. 63

60

(50)

4) Dimensi Pengetahuan Agama, mengacu pada harapan bahwa orang yang

sudah beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan dasar-dasar

keyakinan, ritus, dan tradisi.

Dimensi pengalaman konsekuensi mengacu kepada identifikasi akibat-akibat

keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari

ke hari.61

Dengan demikian aktivitas keagamaan adalah suatu perbuatan, tindakan yang

dilakukan secara individu atau golongan dalam hal-hal yang berhubungan dengan

keyakinan pada sebuah lembaga-lembaga keagamaan tertentu.

D. Pedagang

1. Pengertian Pedagang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pedagang adalah orang-orang yang

mencari nafkah dengan berdagang.62 Sedangkan hakikat dari pedagang itu sendiri

adalah orang atau instansi yang memperjualbelikan suatu produk atau barang

kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.63

Pengertian pedagang dalam pembahasan ini lebih difokuskan kepada

pedagang kecil termasuk dalam sektor informal, yaitu para pelaku usaha berskala

kecil yang memproduksi serta menjual barang dan jasa dengan tujuan pokok

61

Djamaluddin Ancok dan Fuad Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 77-78

62

M. Deden Ridwan, Islam dan Ekonomi Kerakyatan, (Jakarta: PT. Media Cita & Yayasan Kalam, 2000), h. 7-8

63

(51)

untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pendapatan bagi dirinya

masing-masing.

2. Karakteristik Pedagang

Orang-orang mukmin dalam pandangan Al-Qur’an bukanlah orang yang

berdiam diri di masjid, bukan pula seperti pendeta-pendeta yang mendiami

gereja-gereja, tetapi orang mukmin adalah manusia pekerja. Keistimewaan

mereka, bahwa kesibukan duniawinya tidak memalingkan meraka dalam

memenuhi kewajiban agama. Dalam dunia perdagangan dikenal adanya

pedagang, barang yang diperdagangkan, pembeli dan alat tukar. Dengan demikian

terjadi perputaran sistem dagang yang mengikuti jalur distribusi.

Dalam dunia ekonomi, pedagang dapat dibedakan menurut jalur distribusi

yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

a) Pedagang Distributor (tunggal), yaitu pedagang yang memegang hak

distribusi atau produk-produk dari perusahaan tertentu.

b) Pedagang (partai) Besar, yaitu pedagang yang membeli suatu produk

dalam jumlah besar yang dimaksud untuk dijual kembali kepada pedagang

yang lain.

c) Pedagang Kecil (Eceran), yaitu pedagang yang menjual barang

dagangannya langsung kepada konsumen.64

64

(52)

3. Perdagangan dalam Perspektif Islam

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan dan butuh

kepada manusia lainnya, pola hubungan antara manusia dengan manusia lainnya,

memiliki pola hubungan yang beragam. Dalam Islam, pola hubungan anatara

manusia dengan manusia yang lainnya diatur sedemikian rupa menjadi hubungan

timbal balik yang harmonis.

Salah satu interaksi hubungan antara manusia dengan manusia lainnya adalah

lewat hubungan perdagangan atau perniagaan dan itu telah melekat pada

kehidupan manusia bahkan seumur dengan kehidupan manusia di dunia.

Selanjutnya, perdagangan telah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman,

baik dari pola hubungannya maupun dari segi barang yang diperdagangkan.

Dan Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “. (Q.S. Al-Baqarah: 275)65

Dalam Ayat Al Baqarah ke 275, menjelaskan bahwa perdagangan itu pada

asalnya adalah mubah (boleh). Dalam hadits juga, disebutkan 9 dari 10 pintu rezeki ada dalam berdagang. Ini berarti bahwa perdagangan bisa membawa

65

(53)

keberuntungan. Selagi agama membolehkan untuk berdagang, maka di belakang

perdagangan itu dapat menimbulkan keuntungan. Tetapi agama sendiri melarang

adanya keuntungan yang diperoleh dari suatu dosa, yaitu tambahan keuntungan

melebihi ukuran yang umum.66

Perdagangan atau perniagaan yang salah satu aktivitasnya adalah jual beli ini

kemudian juga menjadi tinjauan yang dianggap penting di dalam Islam. Hal ini

disebabkan karena Nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diutus menjadi Nabi

dan Rasul yang seorang pedagang yang sukses. Dengan kejujuran dan

keuletannya, beliau berhasil menjadi pedagang yang memiliki komitmen dan

iman yang kuat, baik dari konsumen pembelinya maupun dari pemilik barang

dagangan beliau.

Di samping itu juga, Masyarakat Arab pada saat dimana beliau tinggal adalah

masyarakat yang mayoritas aktivitas hidupnya, adalah pedagang. Kegiatan

perdagangan bangsa Arab ini kemudian diabadikan di dalam Al-Qur’an yang

terdapat pada Surat Al-Quraisy ayat 1-4:

66

(54)

Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendak mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.” (Q.S. Al Quraisy: 1-4)67

Dalam surat tersebut memang yang disorot adalah Bangsa Arab Quraisy yang

memiliki mobilitas dan naluri bisnis atau dagang yang tinggi, sehingga tak salah

bila Allah SWT mengabadikan dalam Al-Qur’an. Hal ini sangatlah berguna bagi

umat Islam untuk pembelajaran bahwa kegiatan berdagang atau berbisnis telah

menjadi kegandrungan suatu bangsa tersebut. Dari sinilah kemudian muncul

persepsi bahwa aktivitas bisnis atau perdagangan adalah aktivitas yang memiliki

nilai tinggi disisi Allah SWT, disamping aktivitas ibadah ritual, seperti shalat,

puasa, zakat, dan haji.

Berdagang merupakan cara mencari nafkah yang halal, sistem Islam dalam

memperoleh harta berdasarkan atas prinsip bahwa tidak seorang pun mempunyai

hak memperoleh keuntungan atas pengorbanan orang lain. Sedangkan transaksi

yang di izinkan hanyalah yang di dalamnya kedua belah pihak saling

menguntungkan dengan cara yang adil.68

67

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta: PT Pena Pundi Aksara, 2008), Cet.Ke-3, h. 1434

68

(55)

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penambahan server ini yaitu agar data dapat tersimpan dari berbagai kegunaan server yang telah dibagi sebelumnya sehingga data dapat tersimpan

Hal tersebut ditunjukan dalam penelitian Zeithaml dalam Chang & Chen, 1998 dimana dalam penelitian tersebut peneliti menunjukkan bahwa kualitas pelayanan mempunyai dampak yang

Dari hasil penelitian dan uji ANOVA, modifikasi tepung singkong yang terasetilasi-okidasi memberikan pengaruh nyata terhadap kadar amilosa dan amilopektin tepung MOCAF

Berdasarkan Tabel 12, jumlah tanaman Seroja yang ada di Situ Burung sebesar 3006 individu dengan berat kering rata-ratanya sebesar 7,96 grC, sehingga didapatkan nilai Berat

PERSEORANGAN yang di dalilkan oleh PENGADU tidak sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Perubahan

33 Antik Bintari 33 Perpustakaan STFT Jakarta 34 Any Suryani 34 Perpustakaan STT Amanat Agung 35 Aquarini Priyatna 35 Perpustakaan STT GKST Tentena 36 Ariani

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitoresmi (2013) yang menyatakan bahwa pelatihan akuntansi yang sering diikuti

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan waktu kesetimbangan adsorpsi, mempelajari kemampuan abu sekam padi dalam mengurangi konsentrasi logam berat kadmium pada