• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif anak pra sekolah TK Ketilang Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif anak pra sekolah TK Ketilang Ciputat"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH TK KETILANG CIPUTAT

RAUDHOTULJANNAH

102070025977

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KETILANG CIPUTAT TANGGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikolr)gi

Oleh:

ROUDHOTUL JJl,NNr\H

102070025917

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

I.

セᄋMᄋセコセセllセ@

±B

Ora. Aqustyawati M.PhiLSne.

NIP: 1502'/7469

Ffl.l<UL.TAS PSIKOLOGI

UNiVERSITAS ISL.AM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIF ANAK PRA SEKOLAH TK KETILANG CIPUTAT telah diujikan dalam munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, November 2006

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Sekretari

Ora. Nett

Penguji I Penguji II

セ@

Ph.O Ors. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T NIP. 150 326 891

セセ@

Ora. Agustyawati, M. Phil, Sne M.Si
(4)

'l(f

k,uatan utama aafam R§liitfupan aaafali iman aan cinta,

satufi,gn R§auanya mak,a R§Galigiaan fi,gn mengiringi, cfi setiap tapak,

jafan yang k,an Rjta fa{ui d'engan menyusup cfi setiap

sisi

re{ung liati

:M.eraili merupaf&,n Gagian aari perjuangan, jangan tak,ut untuk,

mefangfi,gli, ti£ak,semua orang memifikj apa yang engfi,gu mifikj sefi,grang.

:J{anya satu untuk,Gisa mengunggu{f&,n apa yang kjta milikj yak,ni

d'engan mengliargai mafi,g apapun yang aaa cfi aafam cfiri Rita al{,an

terfiliat Gerliarga cfi setiap mata yang meliliat aan setiap liati yang

menifai

14-07-2006

セZmjャNjヲ@ SV!J?.ffJl

(5)

(A) Fakultas Psikologi (B) Jurusan Psikologi (C) November 2006 (D) Raudhatul Jannah

(E) Hubungan Antara Pola asuh Orang tua dengan Perilaku agresif anak Pra sekolah di Tk Ketilang Ciputat

(F) Halaman xi + 71

(G) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenai hubungan antara Pola Asuh dengan Perilaku Agresif Anak Pra-sekolah. Latar belakang dari penelitian ini adalah keluarga merupakan media interaksi paling utama yang dilalui seorang anak, di mana di dalamnya ada orang tua yang menerapkan pola asuh tertentu yang bias mempengaruhi

perkembangan dan pertumbuhan anak, adapun populasi pada

penelitian ini adalah para orang tua yang memilki anak berusia antara 4-6 tahun yang bersekolah di TK Ketilang Ciputat. Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling (n =50). Data dikumpulkan dengan menggunakan Angket dan diolah dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas dan menggunakan korelasi Product Moment Pearson untuk melakukan pengujian validitas dan hipotesis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, 1 ). Terdapat hubungan positif signifikan antara Pola asuh Otoriter dengan perilaku agresif anak pra sekolah (r-hitung (0,369) lebih besar dari r-tabel (alpha 1 % dan 5%= 0,361 dan0,279) atau p > 0,361,0,279

2) Tidak ada hubungan antara Pola asuh demokratis dengan perilaku agresif anak r hitung (-0,39) lebih kecil dari r label ( alpha 1 %=0,361) atau p<0,361

3) tidak ada hubungan antara Pola asuh permissive dengan perilaku agresif anak r hitung(-0, 10) lebih kecil dari r table (alpha 1 %=0,361) atau p<0,361, maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga pola asuh yakni pola asuh otoriter, pola asuh permissive dan pola asuh

demokratis, hanya pola asuh otoriter yang dapat memunculkan perilaku Agresif pada anak pra-sekolah, maka dapat disarankan bagi orang tua, guru dan pihak sekolah supaya menerapkan pola

pendidikan yang sesuai dengan setiap fase perkembangan dan

pertumbuhan anak. Dari ketiga pola asuh tersebut disaran kan kepada para orang tua untuk menerapkannya dengan situasional

(6)

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang maha dari segala yang ada di alam semesta dimana dengan limpahan mutiara rahmat serta inayah-Nya penulis dapat meneyelasaikan tugas akhir ini yang insya Allah dapat bermanfaat bagi ummat yang sedang dipercaya mengemban tanggung jawab berupa anak yang merupakan amanat, shalawat serta salam penulis lantunkan kepada panglima tiada banding, baginda besar Rosulullah SAW, semoga kita semua termasuk ummat yang dirindukan dan mendapat syafaat di pengadilan agung Allah SWT

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan, baik secara moril maupun materiil dari semua pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Hj. Netty Hartati, M. Si., lbu Zahrotun Nihayah, M. Si, pembantu dekan I bagian akademik, Bapak Ors. Abdul Rahman Saleh, M. Si, dosen pembimbing akademik serta seluruh dosen dan seluruh staf akademik yang secara tulus dan ikhlas memberikan pelayanan yang terbaik pada penulis selaku mahasiswa yang masih perlu bimbingan dalam segala hal.

2. lbu Dra. Agustiyawati, M. Phil, Sne dosen pembimbing satu dan ibu Ora. Diana Mutia, M.Si dosen pembimbing dua, terima kasih atas

kesabaran, saran dan motivasi yang di berikan selama masa bimbingan sehingga menghantarkan penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini dengan semangat dan pengetahuan yang insyaAllah memadai.

(7)

untukmu ayah ibu, ya Allah berikanlah mereka kebahagiaan fiddunya walakhirat, dan lindungilah mereka dari segala makar yang ada di dunia. 4. Untuk paman sekaligus berperan sebagai orang tua Bapak H, Zaeni yang

tercinta engkaulah tombak penegak hati ku ketika aku dalam keadaan lalai akan kewajibanku, penerang hati ketika diri ini kehilangan arah dalam pencapaian asaku terima kasih ku ucapkan semoga kebahagiaan kan selalu tercurah dalam kehidupanmu

5. Untuk Mamah dan ayah( a' Rio) kalian adalah kedua orang tuaku selama menyelami perjalanan satu sesi kehidupan disuatu tempat, terima kasih atas dukungan, nasihat serta doa mamah yang akan selalu diingat dan mengiringi di sepanjang aku masih menepaki perjalanan dalam

memeperjuangkan hidup untuk selalu menjadi lebih baik.

6. Untuk Ummi dan abah (the utie) tidak bisa dihindari keberadaan kalian dalam mewarnai kehidupan penulis, terima kasih alas doa serta dukungan sehingga penulis bisa tetap tegak menatap dunia dengan tetap iman di hati.

7. Untuk ayah dan Almarhumah mamih (Ana), kehadiran kalian sudah menjelma menjadi pelita hati penulis yang selalu memencarkan sinarnya apabila nasihat sudah disiramkan sebagai penyejuk jalan yang gersang dalam berjuang dijalan-Nya, untukmu mamih doa anakmu ini kan selalu terpanjatkan kepada yang maha kasih ya..Allah berikanlah mamih salah satu tempat yang mulia disisMu

(8)

9. Tak lupa pada yang paling diutamakan segenap para sahabat satu perjuangan anak-anak kelas BHE, Shinta, Diana (din makasih yah dan mas mu juga totok dah bantuin aqyu ngolah data ), Neneng, Rita, Lala, Lora,Uuk,Chami,Afif, Arif, Totok, pokoknya semuanya deh yang tidak bisa disebutkan satu persatu tanpamu kawan, tiada warna yang mengiringi perjalanan hidupku ini (chie puitis uey) tengqyu fren, For U All

10. Untuk teman sejati yang selalu mengiringi perjuangan suci ini, Ana, The tuti, Surya (uni iya),Ai cute, Nenden, mba Ami, Hanna, ka lbah, ka lndah,

Uyun, Ka Uyun, Ba'diyah, Atop, Jamali, Andi, A'Yudi,Bang Ayat, ka Bekti, kalian adalah lentera hati ku ketika aku dalam kegersangan jiwa, pelipur Iara hatiku ketika aku kesusahan hati, penjaga hatiku ketika aku dalam keadaan labil, mudah-mudahan kebersamaan ini bisa menghantarkan kita menuju ridho-Nya dan kita semua bisa berkumpul di Janna! Firdaus-Nya. 11. Kepada seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu sekecil dan sebesar apapun yang sudah dilakukan mudah-mudahan bisa menjadi ladang amal yang bisa di petik buahnya baik di dunia maupun di akhirat.

Jakarta , November, 2006 Penulis

(9)

HALAMAN JUD UL... 1

LEMEAR PENGESAHAN... ... n LEMEAR PERSETUJUAN... .. m

MOTTO ... IV

ABSTRAKSI... v KATA PEN GANT AR... vi-viii DAFT AR ISI... IX

DAFTAR TABEL ... . XI DAFT AR LAMPIRAN ... .

BAB1 PENDAHULUAN

1 .1. Latar Belakang Masalah... . . 1-8 1.2. ldentifikasi Masalah... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 9 1.3. Perumusan dan Pembatasan Masalah... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 9-10 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... . .. ... ... . . ... ... ... ... . . . ... ... .. . . 11 1.5. Sistematika penulisan... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 11-12

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. PolaAsuh ... . 2.2. Pendidikan atau pola asuh anak dalam perspektif Islam ... .

13-16 17-26

2.3. Perilaku Agresif... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 27-31 2.4. Anak pra-sekolah... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 31-36 2.5. Kerangka berpikir... ... . . ... . . . ... ... ... . . ... . . . ... . . ... . . . ... ... 36-38 2.6. Hipotesa.... .. ... ... ... ... . .. ... .. . ... . . . ... .. . .. . ... ... ... .. . ... . . . ... ... . .. ... . . . 39

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian... . . 40-42

(10)

3.5 Prosedur penelitian... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 51

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1 Gambaran umum subjek penelitian ... . 4.2 Presentsi dan analisa data ... . 4.3 Pembahasan ... .

BAB 5 KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... . 5.2 Diskusi ... . 5.3 Saran ... .

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

52

53-60

60-62

63-64

65-69

(11)
(12)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi. Hal ini menggambarkan bahwa salah satu faktor lingkungan sosial yang memiliki sumbangan terhadap perkembangan tingkah laku individu (anak) ialah keluarga, khususnya orang tua.

Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak akan nampak pada pola pengasuhan tertentu , penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan

sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anaknya, apabila orang tua mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang, misalnya, maka anak akan tumbuh menjadi individu yang penuh kasih sayang pula. Dan begitupun sebaliknya bila dia didik dengan keras,maka anak akan tumbuh menjadi individu yang keras serta memiliki jiwa pemberontak.

(13)

faktor lingkungan dan faktor genetik yang disebut faktor bawaan, (John W Santrock, 1995:25).

Keluarga sebagai salah satu faktor yang turut menunjang proses

perkembangan serta pertumbuhan anak, juga merupakan media interaksi paling utama yang dilalui seorang anak. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak, dimana keluarga dijadikan sebagai suatu wadah atau tempat dalam memenuhi kebutuhan manusia, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis, disamping itu keluarga juga turut menunjang proses pengembangan kepribadian dan pertahanan hidup setiap anggota didalamnya.

Untuk dapat mencapai apa yang diinginkan secara ideal dalam suatu keluarga, maka dalam hat ini keluarga mempunyai fungsi-fungsinya diantaranya; fungsi biologis, fungsi intelektual dan fungsi sosialisasi, (Abubakar Baradja, 2005:6).

(14)

lainnya. Proses ini akan secara langsung dapat memberikan kontribusi serta

pengaruh terhadap anggotanya dalam bertindak dan berperilaku.

Begitupun keluarga yang merupakan institusi terkecil yang ada dimasyarakat

dimana orang tua sebagai mediator utama memiliki aturan dan tata cara atau

pola dalam mendidik dan mengasuh anak-anak nya yang dapat memberikan

pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak.

Hal ini menggambarkan bahwa interaksi antara anak dengan keluarganya

(orang tua) adalah sangat penting. Dengan kata lain, pola asuh orang tua

akan mempengaruhi perilaku anaknya, karena dalam proses interaksi ini

anak-anak mengalami hubungan timbal balik dengan orang tuanya ,yakni

anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya (orang tua).

Selain itu kepribadian orang terdekat (orang tua) sangat berpengaruh pada

perkembangan anak, baik aspek sosial maupun emosionalnya. Hal ini akan

terjadi terutama pada perkembangan anak yang memasuki lima tahun

pertama, anak akan lebih banyak dipengaruhi orang tuanya dalam

menerapkan pola asuhnya, pola asuh orang tua itu sendiri merupakan bentuk

atau cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh, membimbing,

mendidik anak baik secara fisik maupun mentalnya sejak anak kecil sampai

(15)

Stewart dan Koch (1983: 93) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak yang berumur tiga tahun biasanya mereka akan mempunyai sikap

tergantung, dan sikap permusuhan, akan tetapi apabila sikap tergantung dan permusuhan tersebut dihambat dengan pola disiplin yang diterapkan orang tua maka kedua sikap tersebut tidak nampak dalam bentuk perilaku, karena anak yang berusia tiga tahun sudah bisa mengetahui dan memahami adanya aturan-aturan yang harus ditaati baik dilingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain, meskipun si anak belum tentu melaksanakan apa yang sudah diketahui dan dipahaminya itu

(16)

Sedangkan dalam penelitian seorang ahli psikologi anak yang bernama

Hertup(1970) ia menemukan bahwa pengaruh timbal balik yang dilakukan

pada anak seperti tingkah laku agresif ternyata lebih banyak di pengaruhi

oleh modelling yang ia lihat dan ia dengar. (Siti Rahayu Haditono dkk,

2000.184)

Kartlni Kartono yang merupakan salah satu ahli psikologi perkembangan

anak ( 1995:45), berpendapat dengan melihat kondisi anak, dimana ia

mengemukakan bahwa pada dasarnya anak tidak mengerti tingkah laku apa

yang dipuji atau dihargai dan tingkah laku apa yang tidak di puji atau dihargai,

dia belum tahu apa yang harus dilakukan untuk dapat diterima dilingkungan

kelompoknya, termasuk ketika ia berperilaku agresif.

Perilaku agresif ini merupakan gejala yang ada dalam masyarakat.

Keagresifan sebagai gejala sosial cenderung dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Sebagaimana yang sudah dipaparkan diatas mengenai salah satu

faktor yang diduga menjadi sebab timbulnya tingkah laku termasuk tingkah

laku agresif adalah kecenderungan pola asuh tertentu dari orang tua (child

rearing).

Perkembangan tingkah laku agresif pada anak dipengaruhi oleh orang tuanya

melalui pengontrolan pengalaman frustasi, artinya orang tua apakah bisa

(17)

frustrasi selain itu juga cara orang tua memberikan penguatan ataupun

hukuman terhadap tingkah laku agresif.

Bandura (1976: 256 - 260) mengatakan bahwa anak belajar bertingkah laku

agresif melalui imitasi atau model, terutama dari orang tua, guru dan

anak-anak lainnya. la juga mengatakan bahwa dalam masyarakat modern ada

tiga sumber munculnya tingkah laku agresif yakni: Pertama pengaruh

keluarga sebagaimana yang sudah diterangkan diatas, kedua pengaruh

subkultural, dalam konteks pengaruh subkultural ini sumber agresif adalah

komunikasi atau kontak langsung yang berulang kali terjadi antar sesama

anggota masyarakat di lingkungan anak tinggal. Mengingat kondisi anak pra

sekolah, maka peer group berperan juga dalam mewarnai perilaku anak pra

sekolah yang bersangkutan. Ketiga, modelling (vicarious learning), yang

artinya sumber tingkah laku agresi secara tidak langsung yang didapat

melalui media massa, misalnya tv, majalah, koran, video atau bioskop.

Mengingat perilaku agresif merupakan hasil proses belajar dalam interaksi

sosial maka tingkah laku agresif juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

Keluarga merupakan lingkungan sosial anak yang terdekat. Oleh sebab itu,

keadaan kehidupan keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan melalui

(18)

Seperti dikatakan di atas, perilaku agresif dapat diperoleh atau dipengaruhi oleh lingkungan. Ungkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak-anak termasuk bagi anak pra sekolah, sehingga keluarga juga

merupakan sumber bagi timbulnya agresif.

Untuk melengkapi landasan-landasan dalam pembentukan asumsi mengenai pengaruh keluarga ( orang tua) terhadap kepribadian anak. Penulis

mengemukakan hasil pengamatan dilapangan, dimana penulis menemukan beberapa kasus dan keluhan orang tua tentang anak-anak mereka, seperti anak yang tidak bisa diam kalau tidak mengganggu teman-temannya yang lain, suka membanting sesuatu kalau sedang marah, dan keinginannya yang ingin selalu dan segera dituruti.

Setelah mencari informasi dari orang tua , tetangga dekat, serta guru mereka, ternyata, sebagian anak-anak ada yang mendapat perlakuan dari orang tuanya yang otoriter ada juga yang membiarkan anaknya untuk berbuat "semaunya", dan ada orang tua yang tidak bersikap tegas kalau anaknya melakukan kesalahan (permissive)

Dari fenomena ini dapat dipahami bahwa si anak sebenarnya tidak

(19)

masing-masing orang tuanya. Seperti, memarahi bahkan memukul bagi orang tua yang otoriter dan kemungkinan si anak meniru apa yang dilakukan orang tuanya, yang kedua orang tua yang cenderung tidak bisa bersikap tegas ketika anaknya melakukan suatu kesalahan, dan kemungkinan si anak merasa dibenarkan setiap apa yang dilakukannya.

Sedangkan pada penelitian sebelt1mnya yang dilakt1kan olehTarsis Tarmt1dzi (2001) ia menemt1kan ada ht1bt1ngan signifikan antara pola asllh dengan perilaku agresif pada remaja, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh demokratis mempt1nyai hubungan yang negatif dan tinggi,

sedangkan pola ast1h otoriter mempunyai hubungan yang positif tapi rendah, dan pola ast1h permisif mempunyai ht1bt1ngan yang positif dan sedang dengan perilakll agresif anak. Hampir tidak ada orang tua yang

mempraktikan pola asuh secara murni pada salah satu tipe. Kecenderungan-kecendernngan pada tipe pola asuh tertentu nampaknya lebih banyak

digunakan oleh orang tlla dan bersifat situasional.

Pada penelitian tersebllt hanya melihat agresivitas pada remaja. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti agresivitas pada anak pra sekolah yang berkaitan dengan pola asuh orang tua. Adapun judul dari penelitian ini adalah

"Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Anak Pra

(20)

1.2. ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas setidaknya

memunculkan beberapa pertanyaan, yaitu :

1. Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif

anak?

2. Jenis pola asuh seperti apa yang bisa mempengaruhi perilaku agresif

anak

3. Dalam hal apa saja anak meniru perlakuan orang tuanya.

1.3. Pembatasan Masalah 1.3.1 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan penelitian mengenai:

1. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua

selama mengadakan kegiatan pengasuhan, yang terdiri dari:

a. Pola asuh otoriter: Membatasi, Mengatur dan Merencanakan setiap

kegiatan anak secara sepihak yakni dari pihak orang tua tanpa meminta

persetujuan dari sang anak.

b. Pola asuh demokratis:merupakan kebalikan dari bentuk pola asuh otoriter

yakni orang tua dan anak bersama-sama dalam menyepakati setiap

kegiatan anak.

c. Pola asuh permissive: Orang tua cenderung membiarkan dan

(21)

2. Perilaku Anak rnerupakan tindakan yang rnuncul akibat dari interaksi yang didapat dari lingkungan ternpat ia tinggal, Perilaku tersebut terdiri dari: a. Perilaku agresif : Perilaku rnenyerang baik secara fisik rnaupun kata- kata b. Perilaku non agresif : Perilaku anak yang sewajarnya dan cenderung

rnernilki rasa ernpati, perhatian dan kasih sayang yang cukup rnenonjol ketika berinteraksi dengan ternan-ternannya

3. Anak-anak pra-sekolah adalah rnereka yang berusia antara 3-6 tahun dirnana pada rnasa ini biasa disebut usia pra-kelornpok, usia penjelajah usia bertanya. Masa ini dikatakan usia pra kelornpok karena pada rnasa ini anak-anak rnernpelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk

penyesuaian diri pada waktu rnasuk kelas satu SD.

1.3.2. Perumusan masalah.

Oari pernbatasan rnasalah diatas, rnaka rurnusan rnasalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis pola asuh apakah yang diterapkan orang tua terhadap anaknya? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh yang diterapkan

(22)

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian

1.4 .. 1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe pola asuh orang tua dan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perilaku agresif pada anak yang diasuhnya.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Penulis berharap dapat berperan serta menyumbangkan pikiran dan tenaga

kepada masyarakat, orang tua dan pendidik untuk dapat mempertimbangkan

pola pengasuhan yang baik bagi anak-anaknya sesuai dengan

perkembangan fisik serta psikisnya.

1.5 Sistematika Penulisan.

Bab 1 Pendahuluan: Latar belakang Masalah Penelitian, identifikasi

masalah,pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, sistematika penulisan

Bab 2 Kajian Pustaka: Pola Asuh , Definisi pola asuh, Aspek-aspek Pola

asuh, Macam-macam Pola asuh, Pendidikan atau pola asuh pada

anak dalam perspektif Islam,

Perilaku Agresif, Definisi perilaku agresif, Ciri-ciri perilaku agresif,

(23)

Anak pra sekolah, pengertian anak pra sekolah, karkteristik anak pra

sekolah, fase perkembangan anak pra sekolah.

Bab 3 Metodologi Penelitian: Jenis penelitian, pengambilan sampel,

pengumpulan data, teknik analisa data.

Bab 4 Presentasi dan Analisa data : Gambaran umum subjek penelitian,

presentasi dan Analisa data, Pembahasan.

(24)

LANDASAN TEORI

2.1. Pola Asuh

2.1.1.Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama

mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua

mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk

mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat.

Kohn (dalam Taty Krisnawaty, 1986: 46) menyatakan bahwa pola asuhan

merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap

orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah

maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang

tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya.

2.1.2. Aspek-aspek Pola Asuh

Menurut Mussen (1984) dalam pengasuhan anak, mencakup beberapa aspek

yang terdapat pada hubungan orang tua dan anak yaitu:

(25)

1. Aspek kontrol, meliputi segala usaha orang tua untuk mempengaruhi

aktivitas bertujuan, memodifikasi ekspresi dari rasa ketergantungan anak,

agresifitas atau tingkah laku bermain.

2. Aspek tuntutan,ditampilkannya tingkah laku yang matang, meliputi

tuntutan dan penekanan pada anak agar dapat menampilkan dengan

sebaik-bainya kemampuan dalam bidang sosial, intelektual, serta

emosional.

3. Aspek kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak, meliputi orang

tua memberikan kejelasan dan menanyakan pendapat anak dalam

membuat peraturan-peraturan bagi si anak.

4 .. Aspek pemeliharaan terhadap anak, meliputi keterlibatan orang tua dalam

pengasuhan, pengungkapan rasa kasih sayang, rasa bangga dan senang,

kehangatan serta pengertian terhadap anak. (Cholilah, 2002,20)

2.1.3. Macam-macam Pola Asuh

Pola asuh menurut Diana Baumrind( 1967 ), mengemukakan dari hasil

penelitiannya terdapat tiga perlakuan orang tua yang memiliki dampak

terhadap perilaku anak. Tiga pola asuh tersebut adalah otoriter(Authoritarian),

permisif (permissive), dan demokratis(democratic) (Syamsu Yusuf, 2002,51)

Pendapat ini senada dengan hasil penelitian dua tokoh yakni, Stewart dan

(26)

asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokratis, dan (3)

pola asuh permisif, dan dari ketiga bentuk pola asuh ini memiliki ciri

masing-masing yaitu:

1. Orang tua yang menerapkan po/a asuh otoriter (Stewart dan Koch (1983: 203), mempunyai ciri sebagai berikut: kaku, tegas, suka menghukum,

kurang ada kasih sayang serta simpatik. Orang tua memaksa anak-anak

untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah

laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang

keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta memberi kesempatan

kepada anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi

tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa.

Pada penelitian Walters (dalam Lindgren 1976: 306) ditemukan bahwa

orang yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik,

sedangkan menurut Sri Mulyani Martaniah (1964: 16) orang tua yang

otoriter amat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi

serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. dengan

berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.

Sementara itu, menurut Sutari Imam Barnadib (1986: 24) dikatakan

bahwa orang tua yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk

(27)

2.2. Pendidikan atau Pola Asuh Anak Dalam Perspektif Islam

Menu rut Ulwan Nasih Abdullah (1994) Keluarga merupakan unsur terpenting dalam pembentukan kepribadian pada fase pertumbuhan dan perkembangan anak. Fase pertumbuhan dan perkembangan ini memi!iki perbedaan yang sangat besar dalam menentukkan .kecendenmgan-kecenderungan

Makna pendidikan tidaklah semata-mata orang tua menyekolahkan anak kesekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas daripada itu. Seorang anak akan tumbuh kembang dengan baik manakala ia memperoleh pendidikan yang komperehensip yakni mendapatkan pendidikan yang

meliputi pengetahuan umum dan agama , agar ia kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara, dan agama.

Anak yang demikian ini adalah anak yang sehat dalam arti luas, sehat fisik, mental emosional, mental intelektual, mental sosial, dan mental spiritual dimana bisa melahirkan potensi-potensi positif pada diri anak, Pendidikan itu sendiri sudah harus sedini mungkin dirumah maupun diluar rumah formal di institusi pendidikan, dan non formal dimasyarakat.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadist nabi Muhammad SAW, sebagai

(28)

Dalam dunia pendidikan itu sendiri menyangkut tiga hal pokok yaitu : 1. Aspek kognitif, adalah, kemampuan anak untuk menyerap ilmu yang

diajarkan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual dan taraf kecerdasan anak didik.

2. Aspek afektif, adalah, kemampuan anak untuk merasakan dan

menghayati apa-apa yang diajarkan, yang telah di perolehnya dari aspek kognitif

3. Aspek psikomotorik, adalah, kemampuan anak untuk merubah sikap dan perilaku sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari dan ilmu yang telah dihayati.

Peranan orang tua dalam menunjang proses perkembangan ketiga aspek tersebut memilki peranan yang sangat penting, orang tua sebagai pendidik utama diharapkan berperan aktif dalam menghantarkan anak pada setiap aspek perkembangan dengan menyediakan sarana bermain yang memadai bagi perkembangan aspek psikomotornya, mengajak anak memecahkan sebuah masalah seperti bermain puzzle untuk menunjang perkembangan kognitifnya dan memberikan pengajaran untuk berbagi makanan, membantu temanya dan meminjamkan mainannya, untuk menunjang perkembangan aspek afektifnya

(29)

tumbuh kembangnya kehilangan haknya untuk dibina, dibimbing,. Diberikan kasih sayang, perhatian dan sebagainya. Maka disebut anak

ini

mengalami "deprivasi paternal".

Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi

perkawinan dan mengalami depriavsi paternal, mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, yaitu perkembangan psikososial serta spiritualnya. ( Ulwan Nasih Abdullah 1994, 53-56).

2.2.1. Macam-macam pola pendidikan orang tua terhadap anak Menu rut Haya Binti Mubarak AJ-Barik( 2004) , dalam mengiringi setiap pertumbuhan dan perkembangan anak pola pendidikan yang harus diterapkan oleh orang tua dimulai dari Pendidikan Agama, hal ini

dikatakan karena, keberadaan orang tua ditengah-tengah keluarga dan masyarakat memberi pengaruh yang amat kuat pada diri anak-anak, baik dengan perkataan, keteladanan, cinta dan kasih sayang. Anak-anak senantiasa menyerupai kedua orang tuanya, jika orang tua menjalankan kewajiban sebagai muslim atau muslimah dengan berakhlakul karimah sebagaimana yang dijelaskan RasuluJJah melalui alqur'an dan hadist maka anak tersebut diharapkan berperilaku sesuai dengan apa yang diajarkan agama islam yakni berperilaku akhlakul karimah, begitupun sebaliknya,

(30)

berperilaku sesuai kehendaknya sendiri tanpa ada kontrol dan pada akhirnya

akan mudah untuk berperilaku menyimpang.

Pada periode-periode pertama dari kehidupannya, anak akan menerima

pengaruh dari kedua orang tuanya, maka tanggung jawab untuk

mengarahkan anak kepada kebaikan berada diatas pundak orang tuanya

Teladan yang baik merupakan landasan yang fundamental dalam

membentuk anak dalam segi agama maupun akhlak. Anak tidak melihat

kecuali orang-orang disekitarnya pula. Jika dia melihat kebaikan , maka dia

akan menirunya dan tumbuh pada kebaikan tersebut, begitupun sebaliknya,

jika sudah begitu, tentu sulit merubah dan meluruskannya.

Adapun suri tauladan yang paling baik adalah Rosulullah.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik (Q.SAl-Ahzab :21)

Dengan adanya ayat diatas jadikanlah sosok Rasulullah sebagi suri tauladan

dalam mendidik anak-anak, berikanlah kewajiban pada anak-anak untuk

belajar mencintai, mentaati, dan mengikuti semua yang diajarkan Rasulullah

( Haya Binti Mubarak Al-Barik, 2004,246-248)

Sedangkan MenurutAbdullah Nashih Ulwan (2002) pendidikan sosial tidak

kalah penting diterapkan pada anak yang memasuki tahun-tahun pertama,

(31)

lingkungan diluar lingkungan keluarganya, maka dari itu merupakan

kewajiban orang tua untuk membekali anaknya dengan norma-norma sosial yang ada dimasyarakat, yang dimaksud dengan pendidikan sosial itu sendiri adalah rnendidik anak sejak kecil agar terbiasa rnenjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiawaan yang mulia yang bersumber pada akidah lslamiyah yang kekal dan kesadaran irnan yang mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti ia rnarnpu dan berperilaku sosial baik, rnemilki keseimbangan aka! yang matang dan tindakan yang bijaksana, pendidikan sosial amat penting, karena pendidkan sosial merupakan sarana untuk mempersiapkan, baik pendidikan keirnanan maupun kejiwaan.

Adapun berikut ini beberapa metode pendidikan sosial yang diterapkan pada anak:

1. Penanarnan dasar-dasar kejiwaan pada masing-rnasing anak, dalam penanaman dasar-dasar jiwa yang rnulia, islarn rnerniliki dasar-dasar kejiwaan yang selalu dianjurkan para orang tua, pendidik, maupun rnasyarakat dalarn cakupan yang lebih luas untuk rnenanamkannya pada rnasing-rnasing anak, adapun dasar-dasar kejiwaan tersebut yaitu, taqwa, rnenjalin tali silaturahmi, berkasih sayang, saling menolong sesama, memaafkan dan mengedepankan kebenaran

(32)

1. Hak orang tua

2. Hak keluarga

3. Hak guru

4. Hak teman

5. Hak orang yang lebih tua.

3. Disiplin etika sosial, mengenai pendidikan anak, islam telah meletakkan

norma-norma sosial dimana sejak dini harus sudah dibiasakan

menjalankan etika sosial tersebut seperti; etika makan dan minum, etika

mengucapkan salam, etika meminta izin masuk rumah, etika berbicara

dan etika bergaul.

Menurut Manhaj (2004) proses pelaksanaan pendidikan sosial itu sendiri

memilik beberapa langkah, yaitu:

1. Melatih keberanian anak untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya

tentang persoalan yang dihadapi.

2. Melatih kepekaan anak terhadap berbagai persoalan dan problematika

yang dihadapi dilingkungan sekitarnya

3. Menjelaskan pada anak pendapat yang salah dan pendapat yang benar

4. Melatih anak untuk berdiskusi secara bebas dan berdialog dengan tenang

(33)

5. Mempersiapkan kepribadian anak yang siap secara mental, rasional dan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan dimasa

depannya.(manhaj,2004,45)

Menurut Dadang Hawari (1997} Perkembangan atau pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi begitu saja, melainkan merupakan perpaduan( interaksi} antara faktor-faktor konsitusi biologis (cara dalam pemenuhan kebutuhan biologis seperti, makan, minum ). psikoedukatif (cara dalam pemenuhan kebutuhan kasih sayang, perhalian, perlakuan },

psikososial (proses interaksi yang dilakukan dimana proses ini memilki pengaruh timbal balik bagi si anak} , dan spiritual (pemenuhan dalam kebutuhan beragama}. Peran orang tua amat penting pada faktor ini, maka dari itu orang tua dianjurkan sedini mungkin untuk melakukan pendidikan kepribadian atau pendidikan karakter pada anak.

Para ahli psikologi perkembangan anak berpendapat bahwa orang tua dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak, yang selanjutnya anak mempunyai resiko yang tinggi untuk menjadi pribadi yang nakal dengan tindakan

(34)

dengan baik dan memiliki kepribadian yang matang apabila diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia.

Dua orang sarjana dari Universitas Nebraska (AS) yaitu Prof. Nick Stinnet dan Prof, Jhon De Frain dalam studinya yang berjudul " The national Study on Family Strength" mengemukakan bahwa paling sedikit harus ada enam kriteria bagi perwujudan suatu keluarga yang dapat di kategorikan sebagai keluarga yang sehat dan bahagia. Yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Keenam kriteria tersebut adalah :

a. Kehidupan beragama dalam keluarga b. Mempunyai waktu untuk bersama

c. Mempunyai pola komunikasi yang baik sesama anggota keluarga d. Saling menghargai antara satu dengan yang lainnya

e. Masing-masing anggota keluarga merasa terikat dalam ikatan keluarga sebagai kelompok

(35)

Diriwayatkan oleh lbnu Mas'ud.

"Aku telah memukul anak laki-laki dengan tanganku, lalu aku mendengar ada suara di belakangku ternyata Rasulallah SAW, dimana beliau berkata" Wahai

lbnu Mast'ud bahwa Allah lebih kuasa atas dirimu daripada kekuasaanmu atas anak itu (H.R .Muslim).

Dari hadist diatas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kadar kasih sayang Rasulallah SAW, terhadap anak-anak sangat tinggi. Alangkah baiknya jika para orang tua saat ini bisa mangambil pelajaran dari apa yang di contohkan oleh Rasulallah melalui hadist tersebut dengan menerapkan pendidikan empati pada anak. Yang sangat disayangkan justru kebanyakan sekarang ini memperlakukan anak-anaknya dengan bersikap ringan tangan meskipun karena suatu sebab sepele. Bahkan sebagian mereka menghalangi anak-anak mereka secara otoriter untuk bermain memberikan kepada mereka kebebasan dan selalu menghardik mereka. Kondisi seperti ini akan

menjadikan anak tidak memahami arti sebuah kasih sayang. ( Mahmud Mahdi Al-lstanbuli, 2005,418).

2.2.2. Metode pola asuh yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

(36)

dan moral, saintikal(pengetahuan umum), spiritual dan etos sosial, sehingga anak dapat mencapai kematangan yang sempurna, memiliki wawasan yang luas dan kepribadian integral.

MenurutAbdullah Nasih Ulwan(1994) ada beberapa metode pola asuh yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pola asuh dengan nasehat

Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan dengan petuah dan memberikannya nasehat-nasehat karena nasehat-nasehat dan petuah memiliki pengaruh cukup besar dalam membuka mata anak-anak akan hakikat sesuatu mendorong menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

Sebagaimana perintah Allah dalam surah Adz-zariyat yang artinya : "Dan tetap/ah memberi peringatan, karena sesugguhnya peringatan itu beranfaat bagi orang-orang yang beriman"( Q.S Adz-Dzariyat :55).

2. Pola asuh dengan perhatian dan pengawasan.

(37)

spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat orang tua dan para pendidik adalah seorang figur dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan

santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oelh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak. (Abdullah Nashih Ulwan jilid 2, 1994, 142).

2.3 Perilaku Agresif.

2.3.1. Pengertian Perilaku Agresif.

Agresif merupakan perilaku menyerang baik secara fisik maupun kata-kata. Juga merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/ keinginannya) yang dialaminya. Perilaku agresif dihasilkan melalui proses belajar dalam interaksi sosial dimana tingkah laku agresif juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Keluarga merupakan lingkungan sosial anak yang terdekat. Oleh sebab itu, keadaan kehidupan keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan melalui sikap dari orang yang sangat dekat dan berarti baginya .. ( Syamsu Yusuf, 2002,124)

(38)

Menurut Sears (dalam Stewart dan Koch, 1983: 342) dan juga Dittman dan Godrich (dalam Johnson dan Medinnus, 1974: 57) tingkah laku agresif ini pada dasarnya merupakan tingkah laku yang bermaksud untuk melukai, menyakiti atau merugikan orang lain.

Herbert (1978: 124) berpandangan bahwa tingkah laku agresif merupakan suatu tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial, yang

menyebabkan Iuka fisik, psikis pada orang lain, atau yang bersifat merusak benda.

Baron ( 1977: 231) mengatakan bahwa agresif itu merupakan tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain. Sementara itu, Moore Fine (dalam E Koeswara, 1988: 104) mengatakan agresif sebagai tingkah Jaku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lai.n atau terhadap obyek lain.

(39)

Dollar dan kawan-kawan (1939) mengatakan bahwa agresif merupakan dorongan yang disebabkan oleh frustrasi. Hipotesis frustrasi agresi berasumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami

hambatan, akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustrasi, ekspresi frustrasi dapat mereduksi dorongan suatu perilaku (Rita.L Atkinson, Richard C, Atkinson, Ernest, R Hilgard, 1999,60)

2.3.2. Ciri-ciri perilaku agresif

Ada beberapa ciri anak yang memilki perilaku agresif diantaranya: 1. Anak yang agresif cenderung menampilkan sikap yang menyerang,

bertingkah laku temparemental bila merasa frustrasi, suka bertengkar, memilih berkelahi untuk menyelesaikan konflik, tidak memperdulikan hak dan harapan orang lain.

2. Anak agresif terlihat sering menakut-nakuti atau secara fisik menyerang orang lain, mengejek, mempermalukan orang lain atau menuntut orang lain agar keinginannya terpenuhi.

(40)

4_ Gangguan emosi pada pada anak p;a sekolah biasanya ditandai dengan kebiasaan memukul dengan tangan dan tongkat pada benda di

sekitarnya. Selain itu juga disertai dengan kebiasaan mencakar dan mencubit orang lain. Bila bem1ain tampak anak terdapat kecenderungan mendo;ong temannya hingga jatuh. Kebiasaan lainnya adalah

melempar mainan atau benda yang dipegang secara berlebihan. (Reni Akbar,2000,55).

Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari. Sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks.

(41)

2.3 .. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif

Menurut Reni Akbar(2000), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agrseif secara um urn dapat dikelornpokkan menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari dalarn diri dan dari luar diri si anak.

1. Dari dalam diri anak

Pada dasarnya, berkelahi adalah insting yang universal ada dalam diri rnanusia, frustrasi dalarn kehidupan sehari-hari akan rnenirnbulkan

dorongan agresif. Anak akan bereaksi agresif jika mendapatkan hambatan dalarn memuaskan keinginannya.

2. Dari luar diri anak

Perilaku agresif itu didapat anak karena contoh dari lingkungan sekitarnya, bisa orang tua, paman, bibi, atau saudara kandung maupun temannya sendiri. Jadi perilaku agresif itu karena mereka pelajari dari

sekitarnya.seperti film kartun,hukuman fisik yang diberikan orang tua untuk mendisiplinkan justru menjadi contoh bagi anak untuk berperilaku agresif. (Reni Akbar,2000,56)

2.4. Anak pra sekolah

2.4.1.Pengertian Anak Prasekolah

(42)

Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain usia (3 tahun) sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak.

Menurut teori Erik Erikson (1992) yang membicarakan perkembangan kepribadian seseorang dengan titik berat pada perkembangan psikososial dan untuk tahapan 3-6 tahun mereka berada dalam tahapan dengan krisis 'autonomy versus shame dan doubt' yang artinya anak sedang

menyeimbangkan antara pengakuan tentang keberadaan dirinya dengan perasaan malu dan sering munculnya rasa bersalah dalam berinteraksi. dan dari teori Piaget anak pra sekolah dalam perkembangan kognitif yang berada pada tahapan praoperasional. (Soemarti Patmonodewo,2000, 19)

2.4.2. Karakteristik anak pra sekolah

Awai masa kanak-kanak berlangsung dari 3-6 tahun, orang tua menyebutnya sebagai usia problematik atau usia sulit karena memelihara atau mendidik mereka sulit; disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk main.

(43)

mental dan intelektual untuk menerima pelajaran-pelajaran yang banyak mempergunakan pola pikir dan menyita masa-masa bermainnya dimana kondisi tersebut merupakan masa persiapan untuk masuk sekolah dasar. Lain halnya dengan para psikolog mereka menyebut masa ini dengan sebutan usia pra kelompok; usia penjelajah, usia mengeksploitasi atas apa-apa yang ia Jihat, yang didengar dan yang dirasakan menjadi suatu bentuk tingkah laku, usia bertanya.

Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD. (M Yusuf Sabri, 1993, 169)

Fase kanak (Althifi) yaitu fase yang di mulai usia sebulan sampai tujuh tahun tugas-tugas perkembangan adalah pertumbuhan potensi-potensi indera dan psikologis, seprti pendengaran penglihatan, dan hati nurani.

Tugas orang tua adalah bagaimana mampu merangsang pertumbuhan berbagi potensi tersebut, agar anaknya mampu berkembang secara

(44)

2.4.3. Fase pertumbuhan dan perkembangan anak pra sekolah

menurut Syamsu Yusuf (2002), pada fase ini anak akan mengalami beberapa pertumbuhan dan perkembangan yaitu:

1 Pertumbuhan fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya.

2. Perkembangan intelektual

Menurut Piaget, perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode pra operasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis, yang dimaksud operasi adalah kegiatan-kegiatanyang diselesaikan secara mental bukan fisik.

3. Perkembangan emosional

Beberapa jenis emosional yang berkembang pada masa kanak-kanak, yaitu sebagai berikut:

1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan

(45)

3_ Marah, perasaan marah ini merupakan reaksi terhadap situasi frustasi

yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan tidak senang

karena adanya hambatan terhaap pemenuhan keinginannya.

4. Cemburu, sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi

sosial, hubungan dengan orang lain.

5. Kegembiraan atau kesenangan.

6. Kasih sayang, kasih sayang anak kepada orang tua atau saudaranya,

amat di pengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarganya.

7. Phobia, perasaan ini muncul akibat perlakuan orang tua yang

menakut-nakuti anak, sebagi cara orang tua untuk menghukum atau menghentikan

perilaku anak yang tidak di senanginya.

8. lngin tahu, perasaan ini biasanya di tandai dengan pertanyaan yang

diajukan anak.

4.Perkembangan sosial.

Perkembangan sosial anak sangat di pengaruhi oleh iklim sosiopsikologis

keluarganya, sedangkan tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:

1. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga

maupun dalam lingkungan bermain

2. Sedikit demi sedikit anak mulai tunduk pada peraturan

(46)

4. Anak mulai dapat bermain dengan anak-anak lain, atau teman sebaya(peer group) (Syamsu Yusuf,2002, 162-171)

5. Perkembangan kepribadian

Masa ini lazim disebut masa Totzalter, yakni periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan AKU-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dengan lingkungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain.

Masa awal kanak-kanak ialah periode perkembangan yang merentang dari akhir masa bayi hingga usia kira-kira 5 atau 6 tahun; periode ini kadang disebut tahun-tahun prasekolah; selama masa ini anak-anak kecil belajar semakin mandiri (self sufficient) dan menjadi diri mereka sendiri;

mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah( mengikuti

mengidentifikasi huruf) dan meluangkan waktu berjam-jam bermain dengan teman-teman sebaya. Kelas satu secara umum menandai akhir masa awal anak-anak( John W, Santrock, 1995,22,) .

6. Perkembangan moral

(47)

berlakukannya. Maka disinaliah sebenarnya letak peranan utama bagi orang-orang yang paling dekat atau akrab dengan anak (terutam ibu dan ayahnya) dalam memberikan dasar-dasar pola perkembangan moral anak berikutnya. {Abu Hamadi, 1999,68)

2.4. Kerangka berpikir

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown (1961: 76) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak.

Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangatlah besar hal ini di karenakan banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak adalah praktik pengasuhan orang tua terhadap anaknya

Dalam mengasuh anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentuk-bentuk perilaku tertentu pada anaknya, salah satu perilaku yang muncul dapat berupa perilaku agresif.

(48)

rnendidik, rnernbirnbing, dan rnendisiplinkan serta rnelindungi anak untuk rnencapai kedewasaan sesuai dengan norrna-norrna yang ada dalarn rnasyarakat.

Kohn (dalarn Taty Krisnawaty, 1986: 46) rnenyatakan bahwa pola asuhan rnerupakan sikap orang tua dalarn berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini rneliputi cara orang tua mernberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukurnan, cara orang tua rnenunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya, dimana masing-masing perlakuan tersebut dapat memberikan kontribusi yang berbeda pada anak.

Pola asuhan itu sendiri menurut Stewart dan Koch (1983: 178) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: (1) pola asuh otoriter, (2) pola asuh demokartis, dan (3) pola asuh permisif. Sebagai pengasuh dan

pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak

rnengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain (Bonner 1953: RPWIイᄋᄋᄋBGᄋLᄋセᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋ@ ··•··

(49)

Uraian-uraian tersebut dapat dituangkan pada skema berikut ini :

Skema 2.1

Skema Pola Asub dengan Perilaku Anak

Suka ョQZョァィオォオョセ@

I

memaksa anak untuk

セMMMM

patuh, rnengckang

セ@

rl

Otoriter

I • I

keinginan anakjarang

MᄋセMᄋᄋMᄋMML@

I

I

r'1._1

⦅Z⦅ョZ⦅セMセMセセMゥ。ョ⦅[⦅ᄋセ[⦅GNQB⦅B⦅QG⦅ッャ⦅G@

__,I

I

I

Anak diberi kesernpatan

I

nntuk rnandiri,rnengakui keberadaan_ anak,

j-J

ZZセZセZZNZZLセ@

anak <lalam

k-eputusan,memperhatikan

f"

Perilalru

7 \

/

BGセ@

perken1abangan anak ,I

f J Perntlsif

I

!

Kontrol anak kumng, _

NMMMMGBMMMMMセ@

Agresif

l

j

Non agresif

セ@

t-.J

keputusan ada ditangan ar1ak,

2.6. Hipotesa

ber:sikap behas, _himbin3an

terhadap anak kurang.

Dari beberapa teori diatas peneliti membuat hipotesa sebagai berikut: Ha : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif

anak

(50)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan skala pola asuh dan skala perilaku agresif.

Sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata saat ini, dengan

jenis penelitian korelasional untuk menentukan tingkat hubungan

variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, et all, 1993: 87).

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Menurut Sevilla (1993: 21) variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki

dua atau lebih nilai atau sifat yang beridiri sendiri. Sedangkan Kerlinger

( dalam Sevilla, 1993: 21) menyebut variabel sebagai konstruk atau sifat

(properties) yang diteliti.

Menurut Saifuddin Azwar (2005: 74) menyatakan bahwa definisi operasional

adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan

karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati.

(51)

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variabel). Skala kedua

variabel yang disusun berdasarkan teori-teori yang melandasinya, yang

dirumuskan dalam definisi konseptual dan operasional.

1. Variabel Bebas

Menurut Kerlinger (dalam Sevilla, 1993: 23) variabel bebas adalah variabel

yang diharapkan dapat dimanipulasi sebelum kita menelitinya. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua

a. Definisi konseptual

Pola asuh orang tua itu sendiri merupakan bentuk atau cara yang digunakan

orang tua dalam mengasuh, membimbing, mendidik anak baik secara fisik

maupun mentalnya sejak anak kecil sampai dewasa.

b. Definisi operasional

Pola asuh orang tua adalah skor yang diperoleh melalui pengembangan

instrumen sebanyak 45 butir, dengan skala 1-4 mengenai jenis-jenis pola

asuh yang meliputi pola asuh otoriter dengan indikator Suka menghukum,

Memaksa anak untuk patuh, Mengekang keingianan anak, Jarang memberi

pujian, Hak anak dibatasi, pola asuh permisif dengan indikator, Kontrol

(52)

3.2. Pengambilan Sampel 3.2.2. Populasi dan Sampel

Kerlinger (1973) mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota,

kejadian atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik. Sedangkan

Gay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok di mana peneliti akan

menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Sevilla dkk, 1993: 160).

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak berusia

4-6 yang berlokasi di TK Ketilang Ciputat . Jumlah sampel dalam penelitian ini

berjumlah 50 orang, hal ini sesuai dengan pendapat Gay (1976) bahwa untuk

penelitian korelasi minimal terdiri dari 30 sampel (Sevilla dkk, 1993: 163).

Pada penelitian ini, keseluruhan populasi akan dibagi berdasarkan

keberadaan wali asuh dan yang memilki anak berusia 4-6 tahun yang

sekolah di TK Ketilang

Sedangkan menurut Ferguson (1976) sampel adalah beberapa bagian kecil

atau cuplikan yang ditarik dari populasi (Sevilla, et all, 1993: 160). Yang

menjadi karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Anak-anak pra sekolah yang berusia 4-6 tahun

2) Wali asuh yang secara langsung mengasuh anak-anak 3) Bertempat di TK Ketilang Ciputat

3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Vockell dalam Sevilla (1993: 161), teknik pengambilan sampel

(53)

mengambil satu sub kelompok dari kelompok yang lebih besar, lalu kelompok

kecil ini digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang

kelompok besar tersebut

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa

sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Masri Singarimbun,

1989).

3.3. Pengumpulan Data

3.3.2. Metode dan lnstrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data dari kedua variabel tersebut, peneliti menggunakan

metode kuesioner, yang merupakan suatu metode pengumpulan data yang

berisi pertanyaan yang disusun dan disebarkan secara tertulis kepada

subyek. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala,

yaitu skala pola asuh dan skala perilaku agresif.

Sedangkan bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Liker! dengan menghilangkan angka netral dan mengurangi skala menjadi

(54)

sentral d.::in mendorong responden untuk memutuskannya sendiri apakah positif ata1J nAgatif (SAvilla., et all, 1993: 225-226}.

Skala po!a asuh yang disusun berdasarkan konsepsi teori yang

melandasinya, kemudian disusun kisi-kisi (blue print} sebagaimana disajikan

d t "PJrfb h' i·

pa. a a..,_ -' aw.a

m .

.

Tabel 3.1

Kisi-kisi lnstrumen pola asuh

I

No. Aspek lndikator

I

Favourable I Unfavourable I Jumlah

I

1. Pola asuh a) Suka 3 3 6

Otoriter menghukum

b) Memaksa 3 3 6

anak untuk

patuh 2 2 4

c) Mengekang

keingianan 3 3 6

anak. d) Jarang

I

memberi pujian 2 2 4

e) Hak anak dibatasi

2. Pola asuh ;i) Kontrol kurang 3 3 6

perm is if P) Keputusan 3 3 6

ada di tangan

I

anak. 3 3 6

I

p)

Bersikap

I

I

I

I

bebas. 2 2 ' 4

j) Bimbingan I

terhadap anak

I

I

I

[image:54.521.20.431.154.588.2]
(55)

3. Pola asuh a).Anak di beri

I

3

I

3 6

demokratis kesempatan untuk rnandiri.

I

I

b).mengakui 3 3 6

keberadaan

I

'

I

1 anak

I

I

c)melibatkananak ' dalam

1 1

mengambil

1 I keputusan.

i

I

d).Memperhatikan

I

I

1 perkembang

I

I

2 2 4

3 3 6

QMセᄋj@

ᄋMMMMセi@

_a_na_k_. . _ _ _ J__ _ _ _ _ _ _ _,__ _ _ セ@

70

Skala perilaku agresif yang disusun berdasarkan konsepsi teori yang

[image:55.521.20.431.71.581.2]

melandasinya, kemudian disusun kisi-kisi (blue prinf) sebagaimana disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi lnstrumen perilaku agresif

I Aspek I lndikator

I

I

IE . I 11 k b.

i

mos1ona

I .

e Q。ウセ。ョ@

memukui 2.Suka berkelahi 3.Tempare-mental bila frustasi Favourable 4 5 4

\ Unfavorable \ Jumlali \

I

4

I

8
(56)

1.Tidak 4 4 8 memperdulika

Afeksi n hakorang

I

lain

I

2.Suka 4 4

I

8

I

' menguasai I

I

sesuatu ' I '

I

I

I

Tingkah 1.senang 5 5

I

10

I

bermusuhan

I

iaku 2.senang 5 5 10

I

menyerang

I

I

secara fisik

I

maupun verbal,

3.sering 4 4 8

menakut-

I

I

nakuti ..•

I

..

Mᄋセᄋセ@

70

[image:56.521.25.411.68.605.2]

Dalam skala ini terdapat 4 kategori jawaban, yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (TJdak Setuju), S (SetL1ju), SS (Slilngat Setuju}. Masing-masing kategori ini merniliki nilai tertentu yang tertera dalam tabeJ berikut ini :

Tabel3.3

NiJai Kategori Jawaban

Pernyataan

STS

TS

s

! SS

Favourable 4 3

2

1 '

Unfavourable 1 12

3

4
(57)

3.3.3. Teknik Uji lnstrumen Penelitian (Try Out)

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti akan melakukan uji instrumen kepada 52 orang di TK Ketiiang dan Tk Saiman. Tujuan pelaksanaan uji instrumen (try out) ini yaitu :

1. Untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan oleh responden dalam menyelesaikan pengisian instrumen

2. Untuk mengetahui pemahaman responden terhadap pemyataan atau item-item yang diberikan

3. Untuk mengetahui validitas instrumen, di mana skor tiap item

dikorelasikan dengan skor total. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan korelasi Product Moment Pearson, sedangkan untuk penghitungannya menggunakan program SPSS versi 12.0.

4. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan. Untuk mengukur reliabilitas tersebut peneliti menggunakan koefisien Alpha Cronbach, sedangkan untuk penghitungannya menggunakan program SPSS versi 12.0.

3.4 Teknik Analisis Data

Pengolahan data di lakukan dengan analisa statistik, yaitu:

1. Statistik deskriptif untuk mengolah gambaran umum responden

(58)

Sedangkan hipotesis (dalam Sevilla, 1993: 13) adalah harapan yang dinyatakan oleh peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel di dalam masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan korelasi Product Moment Pe£Jrlfion unt11k meJakuk.an pengujian validltas dan hipotesis dengan rumus sebagai berikut:

N = Jumlah subjek

l:XY

=

Jumlah skala X dikalikan dengan skala Y

L

X

=

Jumlah skala X

:Lr=

Jumiah skala Y

:z=x

2

=

Jumlah skala X dikuadratkan

:LY'

=

Jurnlah skala Y dikuadratkan
(59)

koefisien Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas ala! pengumpulan data dengan rumus sebagai berlkut

rit : koefisien reiiabililas test

N : Jumlah soai test

SDt : Sirnpangan baku skor rala-rala total pada tes SD2 · .Jun1Jah varians skor scial

3.5 Prosedur Penelitian.

Tahap PeiSiapan

a) Pada tahap awa! peneliti rnelakukan perumusan masa!ah, dengan

rnener1ttJkan variabei yang akan dite.Hii.

"'J 'Vl"'I"-'K·,,·"«a·,, ."t11J·-1QᄋQエjNセGL@ '"K' " 11·11t1.11- ·-,-,- - MGセ@ ·1,.tk·a1' ァᄋセN@ ,.,,c)"'l'"n BGセQM •,,. aLLL、。セᄋMQG@

V iセMセMMMMMMM __ 1 a. _y_ セ@ ;:,._(:1 _-:;• ·-- --"-· f セヲャu、ヲ⦅イjN@ __ Mセ@ "0- ⦅jセァ⦅ァ@ __ l_..!a ! ⦅ゥGZヲAAセ@ MセHGZ[エ⦅A@

teori yang tepat mengenai va;iabeJ peneHtian.

C·1' 1v1 '"'

''-e·

ᄋセkG@ UKan ' セ@ ー・ョケlセ@ . . '"L•tl ,. .an セN@.:.k · ;,; B.-.. ·-· . Pnla·· "'" MセオNN@ h d" «n · ,. .. セBBGB@ ::ila· F"'L-. セョᄋQGャ。ォ@ u _.,re 1 a·"·· s'f
(60)

2 Tahap Pengambilan Data

a) Menentukan populasi dan pengambilan sampel penelitian.

b) Melakukan try out Skala penelitian terhadap sampel penelitian.

c) Me!akukan perbaikan-perbaikan terhadap alat ukur.

d) Melaksanakan penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

a) Melakukan skoring terhadap hasil penelitian.

b) Menghitung dan membuat tabu!asi data.

(61)

PRESENTASI DAN ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Gambaran umum responden pada penelitian ini ak.an di je!askan melalui frekuensi berdasarkan usia anak, dan jenis ke!amin wa!i murid. Sedangkan popu!asi untuk pene!itian ini para wa!i murid di TK Ketilang yang berlokasi di Ciputat dengan jumlah 50 sampel

Tabel 4.1

Frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin wali anak

Jenis kelamin Jumlah prosentase

Laki-laki 0 0%

perempuan 50 100%

Tabel 4.2

Frekuensi sampel berdasarkan usia anak

Usia

!

Jumlah Presentase

6 tahun 4 8%

5 %-5 tahun 18 36%

4 %-4 tahun 28 56%

[image:61.524.21.418.142.653.2]
(62)

4. 2 Presentasi Dan Analisa Data

4.2.1. Uji lnstrumen Penelitian

Sebelum diadakan penelitian di!akukan pengujian terhadap 52 item dalam

skala Pola Asuh, dipero!eh 25 item yang valid dan dari 32 skala Peri!aku

Agresif dJperoleh 26 item yang valid.

Selanjutnya item yang memiliki nilai validitas yang linggi dipilih untuk

dijadikan alat penelitian. Berikut daftar item yang valid dan drop dari dua

[image:62.522.24.434.148.657.2]

skala yang digunakan :

Tabel 4.3

Kisi-kisi lnstrumen pola asuh (Try out)

No. Aspek lndikator Favourable Unfavourable Jumlah

1. Pola asuh f) Suk a 1* 4 3**, 7**, 4 Otoriter menghukum

g) Memaksa 6* ,8 2, 5, 4

anak untuk

patuh 15**, 10 9,13, 4

h) Mengekang

keingianan I

anak. 11**, 12* 14*18** 4

i) Jarang

memberi pujian 16**, 22* 17**,19**, 4 j) Hak anak

dibatasi

2. Pola asuh e) Kontrol kurang 36**, 37**, 3* ,41** 4 permisif ) Keputusan 40,51 42, 43, 4

ada di tangan

I

anak. 45* 44 50*, 49 4

l) Bersikap

(63)

h) Bimbingan

I

I

I

terhadap anak

I

I

kurana.

3. Pola asuh a}.Anak di beri 23,24 20, 21, 4 demokratis kesempatan

untuk mandiri.

b).mengakui 29,25 26,31**, 4

I keberadaan

I

anak

c)melibatkananak 27,32 28,30, 4

I

dalam mengambil keputusan.

d).Memperhatikan 33,35, 34**, 39 4

I

anak. perkembang

52

'

Ket: ( * )= Valid

Adapun dari hasil uji reliabilitas , skala Pola Asuh ini memiliki koefisien Alpha

Cronbach sebesar 0, 7837 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data

instrumen ini bersifat reliabel, karena menurutAzwar (2005: 177) besarnya

[image:63.521.21.434.73.523.2]

koefisien reliabilitas berkisar antara D sampai dengan 1,00.

Tabel 4.4

Kisi-k:!si instrumen pola asuh( penelitian) aspek indikator

I

favourable unfavourable Jumlah

1. Pola asuh 1) suka 1, 4 3,5 4

otoriter menghukum. I

I

11

s

2) jarang 6, 7 ' 4

memberi pujian.

3). hak anak 9, 15 12, 10 4

(64)

2. Pola asuh 1 ).Anak di beri 16,2 13, 14 4 demokratis kesempatan

I

untuk mandiri. 2).mengakui

I

keberadaan anak 24,17 18, 23 4

3)melibatkananak

I

dalam 19, 22 2

mengambil keputusan.

3 Polaasuh ) Kontrol kurang 25,26 27,28 4 permisive

2) Bersikap bebas 30 29 2

.)Bimbingan 20, 32 21,31 4

terhadap anak kurang

[image:64.521.26.430.72.658.2]

22

Tabel 4.5

Kisi-kisi lnstrumen perilaku agresif (Try out)

l

.A.spe!{

I

!ndikator

l

Favourab!e J Unfavorable Jumlah

I

Emosional 1.kebiasaan 3**, 12** 129, 30,** 4 memukul

14**

9**

2.Suka 1** 7** 4

berkelahi

3.Tempare- 2**

' 8*,11** 4

mental bila frustasi

- - - - '"--·---- ---." MMMセMᄋᄋ@ - - -

----1.Tidak 5, 6, 14** 4

memperdulika Afeksi n hakorang

lain

I

2.Suka 16**, 22** 17**,24** 4

I

men uasai g
(65)

I

Tingkah laku 1.senang 13*, 23** 18**, 19* 4 bermusuhan

2.senang 25**, 28 27*' 32 A

I

....

menyerang

I

secara fisik

I

J maupun

I

verbal,

I

I

3.sering 21"', 26 20**,31**

I

4

menakut-

I

nakuti

32

I

-Ket: ( * )= Valid

Adapun dari hasil uji reliabilitas, skala perilaku agresif ini memiliki

keterhanda!an sebesar 0.8249 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data

[image:65.522.24.427.77.638.2]

instrumen ini bersifat reliabel.

Tabel 4.6

Kisi-kisi instrumen perilaku agresif (penelitian)

I

Aspek

I

indikator favourable unfavourable jumlah

Emosional 1.Suka berkelahi 1,5 3, 7

I

4 2 Temparemental

bila frustasi 12, 12 6,8 4

Afeksi 1.Tidak 11, 9 2

memperdulikan hak

orang lain 13, 19 14,20 4

2.Suka menguasai sesuatu

Tingkah 1.senang 10,21 15, 16 4

bermusuhan

- - 2

I

laku 2.senang 22, 4,

L

menyerang secara
(66)

3.sering menakut-nakuti

18, 17, 2

22

4.2.2 Uji Persyaratan

setelah mendapatkan data validitas dan reliabilitas pada skala item,

selanjutnya peneliti melakukan uji persyaratan melalui uji normalitas item-item yang valid pada masing-masing skala.

4.2.2.1 Uji Normalitas

(67)
[image:67.519.29.420.148.481.2]

Tabel 4.7

Uji Normalitas Skala Pola asuh dan skala Perilaku agresif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

I

! perilaku

I

pola asuh aoresif

N 50 50

Normal Parameters a,b Mean

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi lnstrumen pola asuh
Tabel 3.2 Kisi-kisi lnstrumen perilaku agresif
Tabel3.3 NiJai Kategori Jawaban
Gambaran Umum Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh arus kas operasi, EPS, dan pengungkapan CSR

Unuk terciptanya integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, suatu ass spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan

Filsafat dimulai dengan ragu-ragu akan sesuatu dan rasa ingin tahu akan sesuatu ( kebenaran/kepastian). Pengertian filsafat secara garis besar adalah ilmu yang mendasari suatu

Hasil penelitian menunjukkan pendapat supervisor pada kegiatan persiapan pengolahan mahasiswa sebagian besar selalu menggunakan pakaian kerja yang bersih, pada

Berdasarkan hasil dari analisis statistik dan uji akurasi maka dapat diketahui bahwa saluran 5 citra Landsat TM yaitu citra kelembaban tanah permukaan berbasis saluran

Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta Kencana, edisi revisi cetakan 5,2004) h.. tanpa nasabah tidak aka ada dana. Begiu penting ibaratnya darah tanpa manusia. Tanpa darah manusia tidak

Sejumlah tugas yang berbeda set-tugas, tonggak, produk kerja, dan jaminan kualitas poin-mengaktifkan kegiatan kerangka kerja disesuaikan dengan karakteristik proyek perangkat lunak

The Internet is at the forefront of the evolving public sphere, and if the dispersion of public spheres generally is contributing to the already destabilized political