• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Peniruan Merek Helm “Ink” Oleh Merek Helm “Inx” (Analisis Putusan Nomor:68/Merek/2012/Pn.Niaga.Jkt.Pst)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Peniruan Merek Helm “Ink” Oleh Merek Helm “Inx” (Analisis Putusan Nomor:68/Merek/2012/Pn.Niaga.Jkt.Pst)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

OLEH : DWI ANTO NIM : 109048000032

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI I L M U HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)
(3)
(4)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Januari 2014

(5)

iv

Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1434 H/2013 M. x + 67 halaman + halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan yuridis terhadap peniruan

merek helm “INK” oleh merek helm “INX”, khususnya perbedaan dan persamaan

merek helm “INK” dan merek helm “INX”. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Jl Daan Mogot Km 24 Tangerang - Banten 15119, Indonesia.Penulis ingin mengetahui tinjauan yuridis

terhadap peniruan merek helm “INK” oleh merek helm “INX”, serta perbedaan dan

persamaan merek helm “INK” dan merek helm “INX”.

Penelitian ini menggunakan metode social-legal dengan mengolah data di lapangan berasal dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual berupa profil

umum merek helm “INK”dan merek helem “INX”, serta putusan gugatan pembatalan

merek antara merek “INK” dengan “INX” berasal dari Pengadilan Niaga Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat sebagai data pokok analisis penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa merek helm “INX” mempunyai

persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek helm“INK”. Putusan Pengadilan Niaga Jakatra Pusat telah sesuai dengan Pasal 4, Pasal 6, danPasal 68 ayat (1) Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. Namun terdapat sedikitnya 6 perbedaan diantara kedua merek tersebut sehingga masih dapat dibedakan apabila cermat memperhatikan.

(6)

v Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan nikmatnya, sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “TINJAUAN YURIDIS

TERHADAP PENIRUAN MEREK HELM “INK” OLEH MEREK HELM “INX”

(Analisis Putusan Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst)” ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan ini, penulis banyak sekali mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing dengan sabar memberikan arahan dan masukan untuk penulisan skripsi ini.

(7)

vi

Pelayanan Hukum, Direktorat Merek telah memberikan luang waktu untuk memberikan masukan terhadap proses penulisan skripsi ini.

4. Kedua orang tuaku Ayahanda Samsi dan Ibunda Yati yang kusayangi dan kuhormati, terima kasih tak terhingga atas kasi sayang, doa, nasehat, bimbingan, segala dedikasi yang telah diberikan untuk ananda.

5. Kakak-kakak ku Purwanto beserta istri Ade Sri Irmawanti yang telah memberikan motivasi, materi, nasehat kepada diriku dan terima kasih atas doa kalian.

6. Teman hatiku Ari Handiningsih yang selalu menemani di saat suka maupun duka, terima kasih banyak atas motivasi dan doa mu dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman prodi Ilmu Hukum yang baik hati, khususnya prodi Ilmu Hukum angkatan 2009 terimakasih tak terhingga sudah membantu, saling memotivasi, menghibur, dan bertukar pikiran selama ini.

(8)

vii

penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Jakarta, 9 Januari 2014

Penulis,

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI……….viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 9

E. Metode Penelitian... 11

F. Sistematika Penulisan... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK ... 16

A. Pengertian Merek ... 16

B. Sejarah Merek di Indonesia ... 23

C. Persyaratan Merek ... 26

D. Pendaftaran merek ... 31

BAB III TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIRUAN MEREK HELM“INK”OLEH MEREK HELM “INX”(Analisis Putusan Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst) ... 38

(10)

ix

D. Putusan Pengadilan Sengketa Merek “INK” dengan “INX”

(Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst) ... 42

E. Persamaan Keseluruhan dan Pada Pokoknya antara Merek “INX” dengan ”INK”... 59

F. Itikad Tidak Baik dalam Merek “INX” ... 61

G. Pembatalan Pendaftaran Merek “INX” ... 63

H. Solusi Sengketa Peniruan Merek Helm antara Merek Helm “INK” dengan Merek Helm “INX” ... 64

BAB IV PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

(11)

x

Intelektual merek helm “INX”.

2. Penelusuran Merek Terdaftar Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual merek helm “INK”.

3. Putusan Pengadilan Sengketa Merek “INK” dengan “INX”

(Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst).

(12)

1

A.Latar Belakang Masalah

Merek mempunyai peranan penting bagi pemegang hak atas merek itu sendiri. Sama halnya dengan hak cipta dan paten serta hak atas kekayaan intelektual lainnya maka hak merek juga merupakan bagian dari hak atas intelektual. Khusus megenai hak merek disebut sebagai benda immateril.1 hal ini tercantum pada bagian

“menimbang” butir a, Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang Merek

menyebutkan bahwa “Di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi

-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi

sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat”. Indonesia

merupakan anggota konvensi tersebut, Indonesia turut serta dalam International Union for the Protection of Industrial Property yaitu organisasi Uni Internasional khusus untuk memberikan perlindungan pada Hak Milik Perindustrian, yang sekarang ini sekretariatnya turut diatur oleh Sekretariat Internasional WIPO (World Interlectual Property), berpusat di Jenewa, Swis.2

Perkembangan kondisi perdagangan dan ekonomi internasional sudah meluas tidak lagi mengenal batas-batas negara. WIPO yang bernaung dibawah PBB dianggap

1

Saidin H.OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta:Rajawali Pers, 2004), h.329.

2

(13)

tidak mampu melindungi Hak Kekayaan Intelektual di pasar internasional. Dasar ini melatarbelakangi lahirnya perjanjian TRIPs (Trade Related Aspect of Intelectual Property Rights) dalam forum perdagangan GATT (General Aggreement on Tariff and Trade) yang disetujui pada putaran Uruguay (GATT) yang mengatur masalah hak milik intelektual secara global. Sebagai hasil Uruguay Round, timbul kesepakatan untuk mendirikan organisasi internasional sepenuhnya yang mempunyai wewenang substantif dan cukup komprehensif, yaitu WTO (World Trade Organization). 3 Dokumen akhir Putaran Uruguay (GATT) disetujui pada 15 Desember 1993 dan diratifikasi pada 15 April 1998 dari pukul 13.00 sampai pukul 17.30 waktu setempat di Marrakech, 321 km ke arah Barat dari kota Rabai Ibukota Maroko, Afrika Utara.

Berdasarkan Pasal 15 ayat 1 perjanjian TRIPs memberikan definisi Trademarks

Yaitu : “Any sign, or any combination of signs, capable of distinguishing the goods or services of one undertaking from those of other undertakings, shall be capable of constituting a trademark. Such signs, in particular words including personal names, letters, numerals, figurative elements and combinations of colours as well as any combination of such signs, shall be eligible for registration as trademarks. Where signs are not inherently capable of distinguishing the relevant goods or services, Members may make registrability depend on distinctiveness acquired through use. Members may require, as a condition of registration, that signs be visually

3

(14)

perceptible.” Indonesia meratifikasi isi pasal di atas dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No.19 tahun 1992 tentang merek : “merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau, kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan, perdagangan barang atau jasa”. Isi pasal tersebut tidak berubah sampai Undang-undang No.15 tahun 2001 diberlakukan.

Perjanjian TRIPs bagian III Pasal 41 mengatur mengenai “enforcement”, pada Ayat (1) memberikan pengertian bahwa setiap negara harus membuat pengaturan untuk penegakan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual guna memberikan perlindungan hukum. Ayat (2) berisi mengenai tata cara penegakan Hak Kekayaan Intelektual harus adil dan merata, serta tidak rumit dan mahal. Ayat (3) keputusan penegakan pelanggaran harus secara tertulis dan beralasan. Ayat (4) menjelaskan pihak persidangan memiliki kesempatan untuk ditinjau oleh otoritas yudisial dan tunduk pada ketentuan yuridiksi hukum nasional. Ayat (5) Bagian ini tidak menimbulkan kewajiban untuk menempatkan sistem pengadilan untuk penegakan hak kekayaan intelektual berbeda dari penegakan hukum secara umum.

Menjaga persaingan usaha sehat dalam lingkup Hak atas Kekayaan Intelektual khususnya dalam bidang merek memunculkan pengaturan tentang merek, termuat

dalam bagian “menimbang” butir b Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang

Merek, bahwa “Untuk hal tersebut di atas diperlukan pengaturan yang memadai

(15)

Kehadiran barang atau jasa dalam proses produksinya telah menggunakan Hak Kekayaan Intelektual, dengan demikian telah menghadirkan Hak Kekayaan Intelektual pada saat yang sama ketika barang atau jasa yang bersangkutan dipasarkan. Kebutuhan untuk melindungi Hak kekayaan Intelektual dengan demikian juga tumbuh bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai komoditi perdagangan. Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari pemalsuan atau dari persaingan tidak wajar (curang), juga berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi. Hak Kekayaan Intelektual tersebut tidak terkecuali bagi merek.4

Salah satu bagian dari kegiatan perekonomian dan bisnis adalah penggunaan merek yang dipakai oleh perusahaan. Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis. 5 Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.6 Merek perusahaan mencerminkan asal-usul suatu produk barang dan jasa. Sering ditemukan dalam kemasan produk barang dan jasa terlihat merek suatu perusahaan, ini menunjukan

4

Bambang Kesowo, Kebijakan Pemerintah di Bidang Merek (Yogyakarta:Departemen Kehakiman DIY, 1992), h.3.

5

H. M. N. Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia (Djambatan:1984), h.82.

6

(16)

bahwa perusahaan memproduksi barang dan jasa tersebut. Merek mempunyai peranan penting dalam memasarkan produk barang dan jasa khususnya kepada konsumen. Merek suatu perusahaan menunjukan kualitas barang dan jasa. Semakin baik kualitas produk di pasaran, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk tersebut. Sebaliknya semakin buruk kualitas suatu produk barang dan jasa suatu perusahaan, maka semakin turun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk tersebut.

Saat ini banyak beredar produk barang atau jasa menyerupai produk barang atau jasa yang sudah terlebih dahulu terkenal dan muncul di kalangan masyarakat. Sebagai contoh, merek air minum Aqua yang sudah terkenal sebagai air minum kemasan. Terdapat produk sejenis seperti Aquaria, Club Aqua, Qua-qua, Vianaqua, dan Indoqua serta masih banyak merek yang lain. Nama-nama merek tersebut terlihat sekilas merupakan merek produk air minum Aqua, namun kenyataannya merek tersebut sangat jauh berbeda satu sama lain.7 Kemiripan merek tersebut dapat menimbulkan persaingan tidak jujur dalam persaingan usaha.

Salah satu motivasi atau dorongan kasus kemiripan terdapatnya itikad tidak baik dalam menggunakan merek. Molegraf mengungkapkan, persaingan tidak jujur adalah peristiwa di dalam mana seseorang untuk menarik para langganan orang lain kepada perusahaan dirinya sendiri atau demi perluasan penjualan omzet

7

(17)

perusahaannya, menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran di dalam perdagangan.8 Definisi tersebut dapat menjadi patokan untuk dapat menggunakan merek dan jujur dalam persaingan usaha di dalam perdagangan produk barang atau jasa.

Akhir-akhir ini muncul sengketa antara pemilik merek helm “INK” yaitu Eddy

Tedjakusuma dengan pemilik merek helm “INX” yaitu Andi Johan. Eddy (penggugat)

menuduh pendaftaran merek “INX” pada kelas yang sama dengan sertifikat miliknya

diajukan dengan tujuan tidak jujur dan bertentangan dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a

Jo. Pasal 4 UU No.15 tahun 2001 tentang Merek. Bunyi pasal yaitu ”mempunyai

persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang sejenis”. Eddy

mendaftarkan gugatan pembatalan merek ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 6

November 2012.9Penggugat adalah pemegang sertifikat merek “INK” yang diperoleh

dari pengalihan hak dari Tjong Lyanti Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian pada 8 Juli

2004. Merek miliknya itu terdaftar dengan No.483685 pada 18 Agustus 2000 dan

diperpanjang dengan No.IDM000264191 pada 18 Agustus 2010 untuk melindungi

jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni segala macam topi pengaman

(helm). Merek dagang “INK” juga terdaftar dengan No. 554641 pada 8 November

2002 yang diperpanjang pada 2012 dengan No. IDM000349299 di kelas 09. Selain

8

R. M. Surodiningrat, Aneka Hak Milik Perindustrian ( Bandung : Tarsito, 1981 ), h.66.

9

(18)

itu, “INK” terdaftar No. IDM000349300 dan “INK” Helmets dengan No.

IDM000351661 untuk melindungi jenis barang dalam kelas 09. Ternyata, tergugat

(Andi Johan) mendaftarkan merek dagang “INX” kelas 09 dengan No.

IDM000220449 pada tahun 2008.

Eddy dalam gugatan yang diwakili kuasa hukumnya Ludiyanto menyatakan

merek “INX” mempunyai persamaan dengan merek “INK” persamaan tersebut terdiri

dari persamaan susunan huruf atau kata, bunyi pengucapan maupun persamaan

perlindungan jenis barangnya. Menurutnya keberadaan merek “INX” itu bertentangan

dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a Jo. Pasal 4 UU No.15 tahun 2001 tentang Merek.

Kata Irawan Arthen, kuasa hukum Andi mengatakan merek milik penggugat terdiri

atas tiga huruf yakni I, N, K, jika diucapkan menjadi “ih en ka”. Adapun Merek klien

kami juga tiga huruf I, N, X yang jika diucapkan "ih en ex".

Eddy Tedja Kusuma tetap pada tuduhan bahwa merek “INX” milik Andi Johan

memiliki persamaan pada pokoknya dan mencoba untuk mendompleng merek milik

Eddy, sedangkan Andi Johan tetap menyatakan merek “INX” miliknya berbeda

dengan merek “INK” milik Eddy Tedja Kusuma dan beritikad baik atau tidak berniat

mendompleng merek milik Eddy. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik

mengambil judul mengenai “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIRUAN

MEREK HELM “INK” OLEH MEREK HELM “INX” (Analisis Putusan

(19)

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luas pembahasan mengenai gugatan peniruan merek, maka perlu pembatasan masalah dalam penelitian. Penulis hanya membahas mengenai sengketa antara merek helm “INK” dan merek helm “INX” dalam Putusan Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst.

2. Perumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang dan pembatasan masalah yang telah penulis kemukakan, rumusan masalah untuk judul penelitian diatas adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana tinjauan yuridis terhadap peniruan merek helm “INK” oleh merek helm “INX” (Analisis Putusan Nomor: 68/ Merek/ 2012/ PN.Niaga.Jkt.Pst)?

b. Apa perbedaan dan persamaan merek helm “INK” dan merek helm

“INX”?

c. Bagaimana solusi sengketa peniruan merek helm antara merek helm

“INK” dengan merek helm “INX”?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(20)

a. Untuk mengetahui tinjauan yuridis terhadap peniruan merek helm

“INK” oleh merek helm “INX” (Analisis Putusan Nomor: 68/ Merek/

2012/ PN.Niaga.Jkt.Pst).

b. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan merek helm “INK” dan

merek helm “INX”.

c. Untuk mengetahui solusi sengketa peniruan merek helm antara merek

helm “INK” dengan merek helm “INX”.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran Ilmu Hukum khususnya konsentrasi Hukum Bisnis dalam sengketa merek “INX” dengan merek “INK”.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan mahasiswa mengenai kasus peniruan merek terkenal dalam Hukum Bisnis. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi gagasan semua kalangan untuk mengetahui sengketa peniruan merek.

D.Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

(21)

1. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2003, disusun oleh Primastuti Purnamasari, NPM 0598231528, dengan judul “Perlindungan Merek Terkenal Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Nasional, Termasuk Konvensi Internasional”. Penulis di atas hanya menjelaskan mengenai perlindungan merek terkenal berdasarkan perundang-undangan nasional dan konvensi internasional. Sedangkan skripsi ini menjelaskan mengenai perlindungan merek terdaftar berdasarkan perundang-undangan nasional.

2. Skripsi Fakulatas Hukum Universitas Indonesia tahun 2006, disusun oleh Marwan A.Joesoef, NPM 050223127X, dengan judul”Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Merek Terdaftar : Suatu Tinjauan Atas Sengketa Merek Terdaftar Epiderma Antara PT Epiderma Indonesia Indah Melawan Sri Linarti Sasmito”. Penulis di atas hanya menjelaskan perlindungan merek terdaftar dalam sengketa PT Epiderma Indonesia dengan Sri Linarti Sasmito. Sedangkan skripsi ini menjelaskan mengenai perlindungan

merek terdaftar dalam sengketa peniruan merek helm “INK” oleh merek helm

“INX”.

3. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2009, disusun oleh Gunarso Nurbagyo, NPM 0504230653, dengan judul “Perlindungan Hukum Pemegang Hak Atas Merek Terdaftar Terhadap Gugatan Penghapusan Merek (Studi Kasus Nomor Perkara : 050/Merek/2008/PN.Niaga.Jkt.Pst)”.

(22)

merek terdaftar sebagai bagian dari pelaksanaaan ketentuan dalam pasal 3 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek. Sedangkan skripsi ini menjelaskan mengenai perlindungan hukum peniruan merek helm “INK” oleh

merek helm “INX” berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang

merek.

4. Buku karya DR. Julius Rizaldi, SH., B.Sc., MM dengan judul, “Perlindungan Kemasan Produk Merek Terkenal Terhadap Persaingan Curang

diterbitkan oleh Alumni tahun 2009. Buku ini menelaah secara intensif dan komprehensif bagaimana perlindungan kemasan produk merek terkenal terhadap persaingan curang dengan contoh-contoh kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Sedangkan skripsi ini menelaah perlindungan produk merek terdaftar

terhadap persaingan curang antara merek helm “INK” dengan merek helm

“INX”.

E.Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

(23)

pantas.10 Penelitian ini berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan dan disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2. Pendekatan Masalah

Penulis menggunakan pendekatan masalah yaitu pendekatan undang-undang. Pendekatan undang-undang (statute approach) dalam penelitian ini mengumpulkan semua undang-undang dan regulasi yang berhubungan dengan merek.

3. Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. 11 Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek dan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan merek.

10

Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004), h.118.

11

(24)

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.12 Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan yang berhubungan dengan merek.

4. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Semua bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang sudah terkumpul diklasifikasikan sesuai isu hukum yang akan dibahas. Pengolahan bahan hukum bersifat deduktif dengan menarik kesimpulan yang menggambarkan permasalahan secara umum dan menariknya ke permasalahan lebih khusus atau lebih konkret.

Setelah pengolahan bahan hukum dan diuraikan, kemudian penulis melakukan analisis secara sistematis guna mendapatkan argumentasi sesuai dengan permasalah penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan alur pemikiran yang logis dalam penelitian ini, penulis akan memberikan gambaran umum secara sistematis tentang keseluruhan penelitian ini berdasarkan buku pedoman skripsi Fakultas

12

(25)

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terbitan Tahun 2012. Adapun susunan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, serta sisematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK

Menguraikan mengenai definisi merek, sejarah merek di Indonesia, persyaratan merek, dan pendaftaran merek.

BAB III TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIRUAN MEREK

HELM “INK” OLEH MEREK HELM “INX” (Analisis

Putusan Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst)

Menguraikan mengenai merek “INX” menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, merek “INK” menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, persamaan dan

perbedaan merek helm “INK” dan merek helm “INX”, Putusan

Pengadilan Sengketa Merek “INK” dengan “INX” (Nomor:

(26)

dan pada pokoknya antara merek “INX” dengan ”INK”, itikad tidak baik dalam merek “INX”, pembatalan pendaftaran merek

“INX”, solusi sengketa peniruan merek helm antara merek

helm “INK” dengan merek helm “INX”.

BAB IV PENUTUP

(27)

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK

A.Pengertian Merek

Secara yuridis definisi merek di dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 menyebutkan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Penjelasan mengenai unsur-unsur merek adalah sebagai berikut:1

1. Gambar

Adalah semua obyek yang dapat dilukis/digambar, hasil karya berupa lukisan, gambar teknik baik dihasilkan dengan tangan atau elektronik. Dengan asas tidak terlalu rumit dan sederhana pada gambar dari jenis diagram, diagonal, diameter, dial dan sirkel.

2. Nama

Adalah meliputi segala jenis benda budaya, barang ekonomi, makhluk hidup atau benda mati, meliputi juga nama perorangan, keluarga dan badan hukum termasuk diambil dari geografi seperti gunung, kota, daerah, sungai atau nama tempat. Dari uraian di atas menunjukkan banyaknya macam nama :

1

[image:27.612.112.529.289.549.2]
(28)

a. Nama keluarga (family name) Sering dipergunakan sebagai unsur merek, merupakan hak yang melekat secara alami yang pada tahap orang. Suatu nama juga ada mengandung berbagai ragam pengertian sesuai azas yang pertama nama yang tidak banyak mengandung pengertian.

Macam nama berikutnya nama yang sangat umum dipakai masyarakat, nama dimaksud tidak boleh dijadikan merek, karena potensial dapat mengaburkan identitas khusus seseorang sebab banyak nama yang sama. Nama orang terkenal bersifat relatif untuk memakai sebagai nama merek harus ada persetujuan tertulis terhadap yang mempunyai nama. Nama jenis (generic name) adalah mengandung kata-kata, tulisan maupun gambar yang dijadikan merek dengan jenis barang atau jasa.

b. Nama dagang (trade name) identifikasi dari Corporate Name. c. Nama bisnis (business name).

d. Nama badan hukum terdaftar (registered company names) yang disingkat

Company Names.

3. Kata

(29)

4. Angka-angka

Angka-angka yang dimaksud adalah angka-angka bersifat majemuk tidak boleh terdiri dari satu angka saja, harus lebih dari dua angka memerlukan kombinasi dengan unsur lain. Pada prinsipnya merek yang terdiri dari angka-angka saja tidak dapat dijadikan merek.2

Merek yang terdiri dari angka-angka saja tidak jelas akan daya pembedanya, tidak mampu untuk berdiri sendiri sebagai identitas mandiri yang terlalu umum. Merek yang hanya terdiri dari titik-titik, garis, angka-angka, huruf-huruf, lingkaran, segitiga dianggap tidak mempunyai daya pembeda karena terlampau sederhana bentuknya.3 Dari uraian di atas merek yang serupa angka saja merupakan salah satu unsur merek yang tidak memerlukan kombinasi dengan unsur tanda yang lain.

5. Susunan Warna

adalah kombinasi gambar atau lukisan geometris, sirkel, diagonal yang melekat pada gambar persegi panjang, siku-siku atau bundaran. Dari uraian di atas unsur warna lebih mempunyai karakter identitas yang lebih potensial memiliki daya pembeda.

2

Sudargo Gautama, Hukum Merek Indonesia ( Bandung : Alumni, 1977 ), h.32.

3

(30)

6. Atau kombinasi dari unsur-unsur

Kombinasi unsur-unsur adalah suatu unsur yang dapat dipakai sebagai tanda untuk mencipta suatu merek barang dan atau jasa. Unsur-unsur yang dimaksud di atas adalah gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka dan susunan warna yang masing-masing unsur dapat berdiri sendiri tanpa kombinasi antara satu dengan lainnya atau seluruh unsur dapat dikombinasikan begitu salah satu unsur dapat dikombinasikan.

Para sarjana memberikan pendapat mengenai merek, diantaranya yaitu : menurut H.M.N. Purwo Sutjipto, S.H., “merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang

sejenis”4

. Pendapat H.M.N. Purwo Sutjipto menekankan kepada suatu tanda tertentu yang dipribadikan untuk membedakan dengan benda lain yang sejenis.

Menurut Prof.R.Soekardono, S.H, “merek adalah sebuah tanda (Jawa : ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain”.5 Pendapat R.Soekardono serupa dengan pendapat H.M.N. Purwo Sutjipto namun beliau menambahkan tanda yang dipribadikan asal

4

H.M.N. Porwo Sutcipto, Pengertian Pokok-pokok Hukum Dagang Indonesia

(Djambatan:1984), h.82.

5

(31)

barangnya atau menunjukan kualitas dari barang tersebut agar berbeda dengan barang-barang sejenis yang dibuat oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.

Menurut Mr.Tirtaaamidjaya, “suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas barang atau di atas bungkusannya, gunanya membedakan barang itu dengan barang-barang sejenis lainnya”6. Pendapat Mr.Tirtaamidjaya suatu tanda yang berada di atas barang atau bungkusannya berguna untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Drs.Iur Soeryatin, mengemukan, “suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya”7. Beliau memberikan pendapat merek dipergunakan untuk membedakan dengan barang sejenis lain yang mempunyai tanda asal, nama, dan jaminan mutunya.

Selain itu Harsono Adisumarto, S.H.,MPA., merumuskan bahwa “merek

adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada kepemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau

6

Mr. Tirtaamidjaya, Pokok-Pokok Hukum Perniagaan ( Djambatan : 1962 ), h.80.

7

(32)

merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan”.8 Pendapat Harsono Adisumarto memberikan pemahaman merek menjadi tanda kepemilikan seseorang dengan orang lain menggunakan inisial dari pemilik sendiri sebagai bukti pembeda.

Dari banyak pengertian di atas dapat didapat pengertian umum bahwa, merek adalah suatu tanda identitas pribadi meliputi tanda asal, nama, dan kualitasnya baik berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa untuk menunjukan kepemilikan seseorang dengan menggunakan inisial yang dibuat oleh pemilik sendiri untuk membedakan barang-barang sejenis yang dibuat oleh orang-orang atau badan-badan hukum perusahaan lain.

Untuk memenuhi fungsinya, merek digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Fungsi merek adalah sebagai:9

1. Tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan lain (product identity). Fungsi ini juga menghubungkan barang atau jasa dengan produsennya sebagai jaminan reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan.

8

Harsono Adisumarto, Hak Milik Perindustrian (Jakarta:Akademika Pressindo, 1990), h.44.

9

(33)

2. Sarana promosi dagang (means of trade promotion). Promosi tersebut dilakukan melalui iklan produsen atau pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa. Merek merupakan salah satu goodwill untuk menarik konsumen, merupakan simbol pengusaha untuk memperluas pasar produk atau barang dagangnya.

3. Jaminan atas mutu barang atau jasa (quality guarantee). Hal ini tidak hanya menguntungkan produsen pemilik merek, melainkan juga perlindungan jaminan mutu barang atau jasa bagi konsumen.

4. Penunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkan (source of origin). Merek merupakan tanda pengenal asal barang atau jasa yang menghubungkan barang atau jasa dengan produsen, atau barang atau jasa dengan daerah/negara asalnya.

Undang-undang merek Indonesia menjelaskan tentang jenis-jenis merek. Jenis-jenis merek yang dimaksud adalah merek dagang, merek jasa, merek kolektif. Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya. Contoh merek dagang seperti INK, MDS, HIU sebagai merek helm, merek Nokia sebagai merek dagang telepon seluler, KFC sebagai restoran siap saji, dan lain-lain.

(34)

Indah sebagai agen pengantar perjalanan dan jasa pengiriman barang antar kota dan daerah, Tiki dan JNE sebagai jasa pengiriman barang, dan lain sebagainya.

Sedangkan merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa yang sejenis lainnya.

B.Sejarah Merek di Indonesia

Sejarah perundang-undangan merek di Indonesia dapat dicatat bahwa pada zaman masa kolonial Belanda berlaku Reglement Industriele Eigendom (RIE) yang dimuat dalam Stb.1912 No.545 Jo. Stb.1913 No.214. Setelah Indonesia merdeka. Peraturan ini terus berlaku berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Ketentuan tersebut masih terus berlaku hingga akhirnya sampai pada akhir tahun 1961 ketentuan tersebut diganti dengan Undang-Undang No.21 Tahun 1961 tentang merek perusahaan dan merek perniagaan yang diundangkan pada tanggal 11 oktober 1961 dan dimuat dalam lembaran negara RI No.290 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI No.2341 yang mulai berlaku pada bulan November 1961.

(35)

kelas yang dikenal oleh UU Merek 1961 yang tidak dikenal dalam RIE 1912. Penggolongan yang semacam itu sejalan dengan klasifikasi internasional berdasarkan persetujuan internasional tentang klasifikasi barang-barang untuk keperluan pendaftaran merek di Nice (Perancis) pada tahun 1957 yang diubah di Stokholm pada tahun 1967 dengan penambahan satu kelas untuk penyesuaiaan dengan keadaan di Indonesia.

Selama kurang lebih 31 tahun Undang-Undang merek 1961 bertahan dan kemudian undang-undang ini dengan banyak pertimbangan dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang No.19 Tahun 1992 tentang Merek (selanjutnya disebut UU Merek 1992) yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI. Tahun 1992 No.81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No.3490, pada tanggal 28 Agustus 1992, berlaku sejak 1 April 1992. Undang-Undang merek tahun 1992 mengalami banyak perubahan antara lain adalah mengenai sistem pendaftaran lisensi, merek kolektif, dan sebagainya.

Hal-hal yang baru dalam undang-undang merek tahun 1992 adalah sebagai berikut :

1. Tentang pengertian merek yang sudah disebut secara tegas adalah berbeda dengan pengertian merek menurut Undang-Undang No.21 Tahun 1961 yang dirancang tegas batasannya dirumuskannya secara tegas.

(36)

karena tentunya bagi pemilik merek sulit apabila diwajibkan secara simultan mendaftarkan mereknya di seluruh dunia.

3. Perbedaan lain adalah dalam Undang-Undang Merek Tahun 1992 adanya sistem oposisi (opposition proceeding), sedangkan dalam Undang-Undang No.21 Tahun 1961 hanya dikenal prosedur pembatalan merek (canselatin proceeding).

4. Dalam Undang-Undang Merek Tahun 1992 diintrodusir tentang lisensi.

5. Dalam Rancangan Undang-Undang Merek Tahun 1992 kita jumpai pula tanrang merek terkenal (know), tidak terkenal (unknown), dan sangat dikenal (weel-known). (namun hal ini tidak disebut dalam Undang-Undang Merek Tahun 1992).

6. Dalam Undang-Undang Merek dikenal merek jasa, merek dagang, dan merek kolektif.

7. Dan lain-lain.10

Di samping itu ada lain-lain perubahan yang menarik misalnya cara pemeriksaan dari permohonan pendaftaran merek yang dilakukan secara intensif substantif, cara melakukan pengumuman terlebih dahulu sebelum diterima suatu pendaftaran dengan maksud agar supaya khalayak ramai (masyarakat umum) dapat mengajukan keberatan terhadap si pemohon pendaftaran bersangkutan itu (Pasal 14, UUM 1992). Penegasan hak-hak perdata milik yang terdaftar dan ketentuan bahwa

10

(37)

tidak ada hak atas merek selain daripada yang terdaftar (Pasal 3 UUM 1992). Adanya sanksi pidana berat di samping kemungkinan-kemungkinan menuntut ganti kerugian secara perdata (Pasal 81 UUM 1992 dan seterusnya). Soal sistem lisensi yang diakui secara tegas dan diatur pula pendaftarannya oleh kantor merek (Pasal 44 UUM 1992) dan seterusnya. Kemudian juga permintaan pendaftaran merek dengan hak prioritas berdasarkan konvensi internasional (Pasal 12 UUM 1992).11

Selanjutnya Tahun 1997 Undang-Undang Merek Tahun 1992 diperbaharui lagi dengan Undang NO.14 Tahun 1997, dan pada saat tahun 2001 Undang-Undang No.19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang-Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi, dan sebagai gantinya kini adalah Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001.

C.Persyaratan Merek

Syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek agar dapat dipakai dan diterima sebagai merek atau cap dagang adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembeda yang cukup. Dengan perkataan lain merek harus sedemikian rupa sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang produksi perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang atau jasa

11

(38)

milik orang lain, sehingga adanya merek menjadi alat pembeda barang-barang atau jasa.

Merek harus memiliki daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing), artinya memiliki kekuatan untuk membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan lainnya. Agar mempunyai daya pembeda, merek itu harus dapat memberikan penentuan (individual-sering) pada barang atau jasa yang bersangkutan. Merek dapat dicantumkan pada barang, atau pada bungkusan barang atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang bersangkutan dengan jasa.12 Sudargo

Gautama mengemukakan bahwa “merek ini harus merupakan suatu tanda. Tanda ini

dapat dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya : bentuk, warna atau ciri lain dari barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna dari sepotong sabun atau suatu doos, tube dan botol. Semua ini tidak cukup mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagai suatu merek, tetapi dalam praktiknya kita saksikan bahwa warna-warna tetentu yang dipakai dengan suatu kombinasi yang khusus dapat dianggap sebagai suatu merek”.13

12

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual

(Bandung:Citra Aditya, 2001), h.120-121.

13

(39)

Beberapa hal yang perlu ditambahkan penulis menguraikan lebih lanjut mengenai merek yang bagaimana yang tidak diperbolehkan dan tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek. Undang-Undang No.15 Tahun 2001 mengatur hal apa saja yang diperbolehkan dan dapat didaftarkan sebagai merek. Pasal 5 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 menyebutkan bahwa merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini:

1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum (terdapat dalam pasal 5 (a));

2. Tidak memiliki daya pembeda (terdapat dalam pasal 5 (b)); 3. Telah menjadi milik umum (terdapat dalam pasal 5 (c)); atau

4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. (terdapat dalam pasal 5 (d))

Memperjelas apa yang disebutkan oleh pasal 5 Undang-Undang No.15 Tahun 2001, Prof.Dr.Mr. Sudargo Gautama mengemukakan ketika membahas undang-undang merek 1961 yang masih relevan untuk pembahasan ini, yaitu sebagai berikut: a. Bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum

(40)

memenuhi norma-norma susila, juga tidak dapat digunakan sebagai merek jika tanda-tanda atau kata-kata yang terdapat dalam suatu yang diperkenankan

sebagai “merek” dapat menyinggung atau melanggar perasaan, kesopanan,

ketentraman atau keagamaan, baik dari khalayak umumnya maupun suatu golongan masyarakat tertentu.14

b. Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembeda

Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembeda atau yang dianggap kurang kuat dalam pembedaanya tidak dapat dianggap sebagai merek. Sebagai contoh misalnya dapat diberitahukan disini; lukisan suatu sepeda untuk barang-barang sepeda atau kata-kata yang menunjukan suatu sifat barang, seperti misalnya “istimewa”, “super”, “sempurna”. Semua ini menunjukan pada kualitas sesuatu barang. Juga nama barang itu sendiri tidak dipakai sebagai merek. Misalnya “kecap” untuk barang kecap, merek “sabun” untuk sabun dan sebagainya. Misalnya perkataan super itu menunjukan suatu kualitas atau propaganda kualitas barangnya, maka tidak mempunyai cukup daya pembeda untuk diterima sebagai merek.15

14

Sudargo Gautama, Komentar Atas Undang-Undang Merek Baru 1992 dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Alumni,1994), h.35-36.

15

(41)

c. Tanda milik umum

Tanda-tanda yang kerena telah dikenal dan dipakai secara luas serta bebas dikalangan masyarakat tidak lagi cukup untuk dipakai sebagai tanda pengenal bagi keperluan pribadi dari orang-orang tetentu. Misalnya

disimpulkan di dalam kategori ini tanda lukisan mengenai “tengkorak manusia

dengan di bawahnya ditaruh tulang bersilang”, yang secara umum dikenal dan

juga dalam dunia internasional sebagai tanda bahaya racun. Kemudian juga tidak dapat misalnya dipakai merek suatu lukisan tentang “tangan dikepal dan

ibu jari ke atas”, yang umum dikenal sebagai suatu tanda pujian atau

“jempol”. Kemudian juga dapat dianggap sebagai milik umum misalnya

perkataan “pancasila” dan sebagainya.

d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang diminta pendafataran

Maksud dari merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau

jasa yang diminta pendaftaran seperti merek “kopi atau gambar kopi” untuk

(42)

D.Pendaftaran merek

Pendaftaran sebuah merek dapat diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan hak eksklusif merek yang akan didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Haki agar dapat menggunakan merek tersebut. Adapun pihak yang dapat mendaftarkan merek adalah :

1. Orang atau individu. 2. Badan hukum.

3. Beberapa orang atau beberapa badan hukum yang mempunyai kepemilikan bersama.

Pendaftaran merek sangat berfungsi bagi pemilik merek tersebut, adapun fungsi pendaftaran merek, yaitu:

1. Sebagai alat bukti bagi pemilik merek atas merek yang didaftarkan.

2. Sebagai dasar penolakan terhadap merek yang sama pada pokoknya atau sama pada keseluruhannya yang dimohonkan pendaftaran oleh orang lain untuk barang/jasa sejenis.

3. Sebagai dasar untuk mencegah orang lain memakai merek yang sama pada keseluruhan atau sama pada pokoknya dalam peredaran untuk barang/ataujsa sejenis.

(43)

1) Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak (terdapat dalam pasal 6 (3.a)).

2) Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lembaga atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang (terdapat dalam pasal 6 (3.b)).

3) Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau sempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak berwenang (terdapat dalam pasal 6 (3.c)).

Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan:

1. Tanggal, bulan, dan tahun.

2. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon.

3. Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui Kuasa.

4. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna.

5. Nama negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

(44)

sistem deklaratif. Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001, Undang-Undang No.19 Tahun 1992 dan, Undang-Undang No.14 Tahun 1997 menganut sistem konstitutif. Sebelumnya undang-undang merek Indonesia menggunakan sistem deklaratif yang tertuang dalam Undang-Undang No.21 Tahun 1961.

Sistem deklaratif bertitik tolak kepada pemakaiaan pertama. Siapa yang memakai pertama kali sebuah merek dialah yang dianggap menurut hukum pemilik merek tersebut. Jadi pemakaian pertama yang menciptakan hak atas merek. Dimana hak atas merek tersebut merupakan hak milik seseorang, mengandung arti bahwa benda yang dikuasai dengan hak milik dapat diturunkan kepada ahli waris, dapat dialihkan kepada orang lain, dan dapat diperjualbelikan.16 Berdasarkan dugaan hukum (rechtvermoeden) orang yang mendaftar adalah pemakai pertama yaitu adalah yang berhak atas merek bersangkutan. Namun apabila ada seseorang yang dapat membuktikan ialah pemakai pertama hak atas merek tersebut, maka pendaftarannya dapat dibatalkan oleh pengadilan. Sehingga dalam sistem deklaratif timbul persoalan ketidakpastian hukum hak atas merek.

Perkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia telah dibatalkan oleh pengadilan karena dipandang telah bertindak dengan itikad tidak baik. Dinyatakan bahwa perusahaan Jepang adalah yang sebenarnya pertama-tama memakai merek tersebut dan yang berhak. Pendaftaran dari pihak pengusaha Indonesia telah dibatalkan dan dicoret dari

16

(45)

Daftar Kantor Merek. Inilah yang dipandang sebagai kurang memberikan kepastian hukum jika dibandingkan dengan sistem konstitutif, yaitu pendaftarlah yang menciptakan hak atas merek. Berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek Pasal 3, hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Pada sistem deklaratif orang yang berhak atas merek bukanlah orang yang secara formal saja terdaftar mereknya tetapi haruslah orang-orang yang sungguh menggunakan atau memakai merek tersebut. Orang-orang yang sungguh-sungguh memakai atu menggunakan merek tersebut tidak dapat menghentikan pemakaiaannya oleh orang lain secara begitu saja, meskipun orang yang disebut terakhir ini kemudian mendaftarkan mereknya. Dalam sistem deklaratif orang yang tidak mendaftarkan mereknya pun tetap dilindungi.

(46)

merek yang sama untuk barang-barang yang sejenis pula. Sistem konstitutif ini memberikan banyak kepastian hukum.

Satu hal lagi yang perlu menjadi perhatian mengenai tempat pendaftaran merek yang dianut oleh Undang-Undang Merek 2001. Hal ini sangat penting mengingat wilayah Indonesia sangat luas. Alangkah lebih baik jika tempat pendaftaran merek diadakan perwakilannya di daerah provinsi. Tujuannya adalah untuk mempermudah seseorang yang ingin mengajukan permohonan hak atas merek. Kemajuan di bidang transportasi sekarang ini memudahkan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat cepat. Tidak seperti saat Undang-Undang No.21 Tahun 1961 masih berlaku, perkembangan tranportasi belum berkembang seperti sekarang. Ditambah dengan kemajuan teknologi sekarang ini yang sudah hampir semua memakai sistem online atau internet sehingga cepat dan dapat membantu kelancaran dalam pendaftaran permohonan hak atas merek.

Secara Internasional dikenal empat sistem pendaftaran merek yaitu :

(47)

barang sejenis atas nama orang lain. Sistem ini dipergunakan misalnya oleh negara Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Rumania.

2. Pendaftaran dengan permeriksaan merek terlebih dahulu. Sebelum didaftarkan merek yang bersangkutan terlebih dahulu diperiksa mengenai syarat-syarat mengenai merek itu sendiri. Hanya merek yang memenuhi syarat dan tidak mempunyai persamaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sejenis atas nama orang lain dapat didaftarkan. Misalnya sistem ini dianut oleh Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Jepang, dan Indonesia.

3. Pendaftaran dengan pengumuman sementara. Sebelum merek yang bersangkutan didaftarkan, merek itu diumumkan lebih dahulu untuk memberi kesempatan kepada pihak lain mengajukan keberatan-kebaratan tentang pendaftaran merek tersebut. Sistem ini dianut oleh antara lain negara Spanyol, Kolumbia, Mexico, Brazil, dan Australia.

(48)

menghendaki pendaftaran mereknya, maka mereknya itu didaftarkan juga. Sistem ini misalnya dipakai oleh negara Swiss dan Australia.17

Penulis dapat menyimpul dari penjelasan yang ada bahwa merek mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Konsumen dapat membedakan produk satu dengan produk lain yang sejenis. b. Memberikan jaminan mutu terhadap produk satu dengan produk lain yang

sejenis.

c. Memudahkan perusahaan membedakan produk mereka sendiri.

d. Mendorong perusahaan untuk berinvestasi, memelihara/menjaga, dan meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki.

e. Sarana promosi efektif untuk memasarkan produk barang/jasa perusahaan. f. Menunjukan kualitas barang/jasa yang dihasilkan.

g. Sarana membangun reputasi kepada konsumen (masyarakat).

h. Dapat dilisensikan guna memperluas jaringan usaha sekaligus menghasilkan royalti.

i. Menjadi aset bisnis yang sangat berharga.

j. Menjadi sumber pendapatan yang sangat menguntungkan.

17

(49)

38

BAB III

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENIRUAN MEREK HELM “INK” OLEH MEREK HELM “INX”

(Analisis Putusan Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst)

A. Merek “INX” Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Berdasarkan penelusuran merek terdaftar Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, merek “INX” terdaftar dalam buku daftar umum merek dengan nomor permohonan D002008002434 diajukan pada tanggal 22 Januari 2008, tanggal penerimaan permohonan 22 Januari 2008. Merek “INX” terdaftar dalam nomor pendaftaran IDM000220449 pada tanggal 6 Oktober 2009 dengan tanggal jatuh tempo pada 22 Januari 2018. Nama pemohon “INX” adalah Andi Johan beralamat di jalan Anggrek No.6 RT.013 RW.002 kelurahan Cengkareng Barat, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Merek “INX” terdaftar dalam kelas 9 yaitu jenis barang pelindung kepala (helmet).

(50)

karena itu yang dimaksud dengan persekutuaan komanditer adalah suatu firma yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer.1Logo Merek “INX” dapat dilihat di bagian lampiran skripsi ini.

B. Merek “INK” Menurut Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual

Berdasarkan penelusuran merek terdaftar Indonesia Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, terdapat 5 (lima) merek “INK” dengan nama pemilik yang sama. Pertama terdaftar dalam nomor permohonan D002005013237 tanggal pengajuan dan penerimaan permohonan 27 Juli 2005, nomor pendaftaran IDM000115468 tanggal pendaftaran 26 Maret 2007 dengan tanggal jatuh tempo 27 Juli 2015. Kedua, merek “INK” juga terdaftar dengan nomor permohonan R002010004668 tanggal pengajuan dan penerimaan permohonan pada tanggal 18 Agustus 2010, terdaftar dengan nomor pendaftaran IDM000264191 pada tanggal pendaftaran 13 Agustus dengan tanggal jatuh tempo 18 Agustus 2020. Ketiga, Merek

“INK” juga terdaftar dengan nomor permohonan D002010046826 pada tanggal

pengajuan dan penerimaan permohonan 23 Desember 2010, dengan nomor pendaftaran IDM000351661 tanggal pendaftaran pada 2 April 2012 dengan tanggal jatuh tempo 23 Desember 2020. Keempat, Merek “INK” dengan nomor permohonan R002011013730 dengan tanggal pengajuan dan penerimaan permohonan 8 Oktober 2012, terdaftar dengan nomor pendaftaran IDM000349299 pada tanggal 22 Februari

1

(51)

2012 dengan tanggal jatuh tempo 8 Oktober 2022. Dan kelima, merek “INK” terdaftar dengan nomor permohonan R002011013731 tanggal pengajuan dan penerimaan permohonan pada 8 November 2012, terdaftar pada nomor pendaftaran IDM000349300 tanggal pendaftaran 22 Februari 2012 dengan tanggal jatuh tempo 8 Oktober 2022. Pemilik dari kelima merek diatas adalah Eddy Tedjakusuma beralamat di jalan Taman Sari VII/96 RT.010 RW.006 Mahar, Taman Sari, Jakarta Barat. Mempunyai kuasa hukum Ludiyanto, S.H, M.H. Semua merek “INK” di atas terdaftar dalam kelas 9 yaitu segala macam topi pengaman dan helm, kacamata pengaman. Berbeda dengan perusahaan merek helm “INX”, badan usaha merek

helm ”INK” berbentuk perseroan terbatas (PT), dimana perseroran terbatas adalah

suatu bentuk usaha yang berbadan hukum, yang pada awalnya dikenal dengan nama Naamloze Vennootschap (NV). Istilah “Terbatas” di dalam Perseroan Terbatas tertuju pada tanggung jawab pemegang saham yang hanya terbatas pada nominal dari semua saham yang dimilikinya.2 Pada awalnya perseroaan terbatas ini diatur juga dalam KUHD, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang No.1 Tahun 1995 diperbaharui lagi oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2007. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

No. 40 tahun 2007, perseroan Terbatas adalah “badan hukum yang merupakan

persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan

2

(52)

yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Merek dan logo “INK”dapat dilihat di bagian lampiran skripsi ini.

C. Persamaan dan Perbedaan Merek Helm “INK” dan Merek Helm “INX”

Kadang kala peredaran produk barang atau jasa di masyarakat terdapat persamaan antara produk satu dengan produk lain, begitupun terhadap sengketa

merek helm “INK” dan merek helm “INX”. Adapun persamaan kedua merek tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Kedua merek tersebut terdaftar dalam jenis kelas 09 yaitu semacam alat pelindung kepala (helm).

2. Inisial merek terdiri masing-masing dari 3 kata yaitu I, N, K dan I, N, X.

3. Telah terdaftar dalam daftar umum merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

Ada persamaan ada pula perbedaan, terdapat beberapa perbedaan antara merek

helm “INK” dengan merek helm “INX”. Perbedaan tersebut diuraikan dalam tabel di

bawah ini:

INX INK

Bentuk Badan Usaha

CV (Comanditaire Venootschaaf)

PT (Perseroan Terbatas)

Inisial Merek

Huruf I, Huruf N, dan Huruf X

(53)

Pemilik Andi Johan Eddi Tedjakusuma

Alamat

Jalan Anggrek No.6 RT.013 RW.002 Kelurahan Cengkareng

Barat, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat

Jalan Taman Sari VII/96 RT.010 RW.006 Mahar,

Taman Sari, Jakarta Barat

Nomor Pendaftaran Merek

IDM000220449

IDM000115468 IDM000264191 IDM000351661 IDM000349299 IDM000349300

Tahun Pemakaian 2008 - Sekarang 2005 - Sekarang

D. Putusan Pengadilan Sengketa Merek “INK” dengan “INX” (Nomor:68/Merek/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst)

(54)

Offices Ludiyanto, SH & Associate, berkedudukan di Jl, Hayam Wuruk No.3 l & j, Jakarta Pusat 10120, berdasarkan Surat Kuasa Khusus, selanjutnya disebut sebagai

Penggugat, melawan Andi Johan, beralamat di Jl. Anggrek No.6 RT.013 RW.013 RW.002, Kel. Cengkareng Barat, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat, selanjutnya disebut sebagai Tergugat I, dan Pemerintahan Republik Indonesia C.q Kementrian Hukum & HAM RI C.q Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual C.q Direktorat Merek, beralamat di Jl.Daan Mogot Km.24, Tangerang 15119, Selanjutnya disebut sebagai

Tergugat II.

Tentang duduk perkara bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 1 November 2012, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 06 November 2012, dibawah Register Nomor 68 / merek / 2012 / PN.Niaga / Jakarta Pusat, telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa penggugat adalah pemilik hak eksklusif dan pendaftar pertama (first to file) serta hak atas merek-merek dagang “INK” yang diperoleh melalui pengalihan hak dari Tjong Lyanti Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian pada tanggal 8 Juli 2004 dihadapan notaris Lieke L. Tukgali, SH, serta telah dicatatkan pengalihan hak nya pada Tergugat II (i.e Direktorat Merek) pada tanggal 26 Juni 2006 nomor H4.HC.01.04-791-8177-04;

2. Bahwa merek-merek dagang “INK” yang telah terdaftar pada Direktorat Merek antara lain:

(55)

2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

“segala macam topi pengaman(helm)”;

b. Merek dagang “INK” daftar No.554641 tanggal 8 November 2002 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000349299 tanggal 8 November 2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

antara lain: “segala macam topi pengaman dan helmet(helm), kacamata”;

c. Merek dagang “INK” daftar No.554642 tanggal 8 November 2002 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000349300 tanggal 8 November 2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong alam kelas 09, yakni

antara lain:”segala macam topi pengaman dan helmet(helm)”;

d. Merek dagang “INK HELMET” daftar No.IDM000351661 tanggal 23 Desember 2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam

kelas 09, yakni antara lain:”helm”.

3. Bahwa dengan demikian, maka secara yuridis, penggugat definitive mempunyai “hak khusus” (hak eksklusif untuk memakai/menggunakan) sendiri

merek dagang yang mengandung kata “INK” a quo di wilayah Republik

Indonesia untuk membedakan hasil-hasilnya dengan hasil-hasil pihak lain, khususnya untuk produk helm, sebagaimana yang diamanatkan oleh ketentuan Pasal 3 Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang Merek;

4. Bahwa ternyata diketahui pada Direktorat Merek (tergugat II) telah terdaftar

pula merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 atas nama

(56)

keseluruhannya dengan merek-merek dagang “INK” terdaftar yang merupakan

main brand milik penggugat, dimana persamaan tersebut terdiri dari persamaaan susunan huruf/kata, bunyi pengucapan maupun persamaan perlindungan jenis barangnya;

5. Bahwa keberadaan merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 atas nama tergugat I yang telah terdaftar pada Direktorat Merek (tergugat II) a quo, jelas sangatlah bertentangan dengan Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang Merek khususnya Pasal 6 ayat (1) huruf a Jo. Pasal 4, mengingat

pendaftaran merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 atas nama

Tergugat I memiliki persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan merek-merek dagang “INK” atas nama Penggugat yang telah terdaftar sejak

tahun 2000, dimana pedaftaran merek dagang “INK” kelas 09 daftar

No.IDM000220449 telah dilandasi dengan itikad baik (bad faith);

6. Bahwa secara de facto maupun de jure, pendaftaran merek dagang “INX” daftar

No.IDM000220449 atas nama Tergugat I yang memiliki persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan merek-merek dagang “INK” terdaftar milik Penggugat, terbukti memiliki tujuan yang tidak jujur (dishonesty purpose) dengan cara menjiplak/mendompleng keberadaan merek dagang

“INK” Penggugat yang telah terlebih dahulu terdaftar di Indonesia, sehingga

(57)

soelah-olah merek dagang “INX” keals 09 daftar No.IDM000220449 atas nama

Tergugat I memiliki hubungan Hukum dengan merek-merek dagang “INK” terdaftar milik Penggugat;

7. Bahwa oleh karena itu, sebagaimana ketentuan pasal 68 ayat (1) Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang merek, maka Penggugat selaku pendaftar pertama (First to file) dan pemilik hak eksklusif atas merek-merek dagang

“INK” yang telah terdaftar lebih dulu berkepentingan untuk menuntut

pembatalan merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 atas nama

Tergugat I dari daftar umum merek Direktorat Merek, karena jelas pendaftaran

merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 atas nama Tergugat I

a quo terbukti telah dilandasi oleh itikad tidak baik, karena memilki persamaan dengan merek-merek dagang “INK” atas nama Penggugat yang telah terdaftar lebih dahulu di Direktorar Merek.

8. Bahwa diikut sertakannya Tergugat II dalam perkara a quo adalah untuk memenuhi ketentuan Pasal 70 ayat (3) Undang-Undang No.15 tahun 2001 tentang merek yang berbunyi: “Direktorat Jenderal melaksanakan pembatalan pendaftaran Merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek setelah Putusan badan pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima dan berkekuatan

(58)

Bahwa berdasarkan alasan-alasan hukum di atas, Penggugat memohon sudi kiranya Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berkenaan memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan bahwa Penggugat adalah pemilik hak eksklusif dan pendaftar pertama (first to file) serta hak atas merek-merek dagang “INK” yang diperoleh melalui pengalihan hak dari Tjong Lyanti Tedjakusuma alias Tjong Bui Lian pada tanggal 8 Juli 2004 dihadapan notaris Lieke L. Tukgali, SH, serta telah dicatatkan pengalihan hak nya pada Tergugat II (i.e Direktorat Merek) pada tanggal 26 Juni 2006 nomor H4.HC.01.04-791-8177-04 atas merek-merek

dagang “INK” yang telah terdaftar pada Direktorat Merek antara lain:

a. Merek dagang “INK” daftar No.483685 tanggal 18 Agustus 2000 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000264191 tanggal 18 Agustus 2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

“segala macam topi pengaman (helm)”;

b. Merek dagang “INK” daftar No.554641 tanggal 8 November 2002 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000349299 tanggal 8 November 2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

antara lain: “segala macam topi pengaman dan helmet(helm), kacamata”;

(59)

2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong alam kelas 09, yakni

antara lain:”segala macam topi pengaman dan helmet(helm)”;

d. Merek dagang “INK HELMET” daftar No.IDM000351661 tanggal 23 Desember 2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam

kelas 09, yakni antara lain:”helm”.

3. Menyatakan bahwa merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama Tergugat I mempunyai persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan merek-merek dagang “INK” kels 09 milik Penggugat yang telah terdaftar sejak tanggal 18 Agustus 2000,yakni antara lain:

a. Merek dagang “INK” daftar No.483685 tanggal 18 Agustus 2000 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000264191 tanggal 18 Agustus 2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

“segala macam topi pengaman (helm)”;

b. Merek dagang “INK” daftar No.554641 tanggal 8 November 2002 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000349299 tanggal 8 November 2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam kelas 09, yakni

antara lain: “segala macam topi pengaman dan helmet(helm), kacamata”;

c. Merek dagang “INK” daftar No.554642 tanggal 8 November 2002 yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000349300 tanggal 8 November 2012 untuk melindungi jenis barang yang tergolong alam kelas 09, yakni

(60)

d. Merek dagang “INK HELMET” daftar No.IDM000351661 tanggal 23 Desember 2010 untuk melindungi jenis barang yang tergolong dalam

kelas 09, yakni antara lain:”helm”.

4. Menyatakan pendaftaran merek dagang “INX” kelas 09 daftar

No.IDM000220449 tanggal 22 merupakan hasil peniruan/jiplakan dari

merek-merek dagang “INK” milik Penggugat yang telah terdaftar sejak 18 Agustus

2000 di Direktorat Merek;

5. Membatalkan pendaftaran merek dagang “INX” kelas 09 daftar No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama Tergugat I dalam Daftar Umum Direktorat Merek dengan segala akibat hukumnya;

6. Memerintahkan Tergugat II (Direktorat Merek) untuk melaksanakn isi putusan

ini dengan mencatatkan pembatalan merek dagang “INX” kelas 09 daftar

No.IDM000220449 tanggal 22 Januari 2008 atas nama Tergugat I dalam Daftar Umum Merek;

7. Menghukum Tergugat I untuk membayar biaya perkara.

Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

(61)

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I mengajukan jawaban tertulis tertanggal 10 Januari 2013 yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa, Tergugat I menolak seluruh dalil gugatan Penggugat untuk seluruhnya, kecuali yang secara tegas diakui dalam jawaban;

2. Bahwa, memang benar Penggugat telah mendaftarkan merek “INK” yang tergolong dalam kelas 09 pada Direktorat Merek;

3. Bahwa, merek milik Penggugat tersebut telah dapat diketahui dengan jelas

terdiri dari susunan 3 (tiga) Huruf, yaitu huruf “I”, Huruf “N” dan huruf “K”

yang jika didengarkan dalam huruf per huruf akan terdengar pengucapannya “ih

en ka”, hal ini memiliki perbedaan yang nyata dengan merek milik

Gambar

gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka angka, susunan warna, atau kombinasi dari
gambar, nama, kata, huruf -huruf , angka-angka, susunan warna atau kombinasi

Referensi

Dokumen terkait

Mulai dari kurikulum sampai pada sistem penyelenggaraannya mengalami perubahan, misalnya dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kemudian menjadi Kurikulum

Tabel 5.19 Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan jarak kereb penghalang (FFV SF ) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan dengan kereb... 190 Tabel

Hasil penilaian pada tingkat keluhan low back pain pekerja batik tulis sebelum menggunkan rancangan sarana kerja ergonomis menunjukkan sebanyak 10 (66,7%)

69/PUUXIII/2015, sebaiknya bagi pasangan yang melakukan perkawinan campuran segera membuat perjanjian perkawinan yang mana dalam hal ini akan mempermudah bagi

Bibit kubis bunga satu per satu ditanam pada lubang tanam yang telah dibuat dengan menggunakan tugal, kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah dan sedikit

Berikut ini merupakan grafik hubungan antara berat katalis terhadap konversi gliserol yang dioperasikan pada variabel berat katalis 1grm, 2grm, dan 3grm dengan waktu

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengolah data dalam bentuk angka menggunakan

Permasalahan utama dari kondisi di atas adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar SKI yang berakibat pada prestasi belajar siswa masih rendah,