• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Pada Pelajaran Ipa (PTK di Madrasah Ibtidaiyah Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsawuntuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Pada Pelajaran Ipa (PTK di Madrasah Ibtidaiyah Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Siti Masriyah

NIM

809018300111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

SITI MASRIYAH

809018300111

Di Bawah Bimbingan:

Iwan Permana Suwarna, M.Pd.

NIP.19780504200911013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Untuk Meningkatkan

disusun oleh Siti Ma kepada Fakultas Ilmu dan telah dinyatakan

Masriyah, Nomor Induk Mahasiswa 809018300111, mu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hida

an lulus dalam ujian munaqosah pada tanggal penguji. Karena itu, penulis berhak memperole

ogram Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidai

Jakarta, 4

ekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, M.A NIP: 19520520198103 1 001

(4)

Tempat, Tanggal Lahi NIM

Program studi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing Dengan ini menyataka karya sendiri dan say tulis.

ahir : Jakarta, 27 Januari 1978 : 809018300111

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiy : PENERAPAN PEMBELAJARAN K

TIPE JIGSAW UNTUK MEN HASIL BELAJAR SISWA KEL PELAJARAN IPA

: Iwan Permana Suwarna, M.Pd takan bahwa skripsi yang saya buat adalah be saya bertanggung jawab secara akademis atas

Jakarta

Siti Ma

NIM. 809018300111 daiyah (PGMI)

N KOOPERATIF MENINGKATKAN ELAS IV PADA

h benar-benar hasil tas apa yang saya

rta, Juli 2012

(5)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini yaitu 19 orang siswa kelas IV MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada tiap siklus, siklus I hasil belajar siswa mencapai 6,42 (47,36%) siswa yang mencapai KKM dan meningkat pada siklus II menjadi 8.78 (94,73%) siswa yang mencapai KKM. Mengalami peningkatan pada N-gain yaitu 0,33 yang berkategori sedang pada siklus I menjadi 0,73 yang berkatergori tinggi pada siklus II.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar, pelajaran IPA, materi energi dan penggunaannya.

(6)

kita semua, selalu memberi petunjuk kepada orang yang bersungguh-sungguh dan memberi jalan keluar terhadap segala kesulitan. karena atas petunjuk dan pertolongan serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada panutan umat islam Nabi Muhammad SAW yang memberi tauladan bagi umatnya sehingga selamat di dunia dan di akhirat.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Nergri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori pendidikan selama perkuliahan dengan keadaan sebenarnya pada lembaga pendidikan yaitu sekolah.

Peneliti menyadari, dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kementerian Agama Republik Indonesia yang memberikan kualifikasi untuk guru-guru Madrasah Ibtidaiyah.

2. Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Fauzan, MA. Ketua Program Studi PGMI, Jurusan Kependidikan Islam dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang membantu dan membimbing peneliti dalam penulisan skripsi ini serta bersedia meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran sejak awal penyusunan hingga skripsi ini selesai.

(7)

6. Seluruh civitas Akademis Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Bapak Moh. Ilyas Sudarma, S.Ag. selaku kepala sekolah MI Ishlahul Anam yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.

9. Guru-guru beserta staf MI Ishlahul Anam yang telah membantu dan meluangkan waktunya serta keramahtamahannya yang diberikan kepada peneliti selama melakukan penelitian.

10. Siswa-siswi MI Ishlahul Anam khususnya kelas IV yang telah membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

11. Rekan-rekan mahasiswa Program Dual Mode Sistem khususnya kelas V (5.17) yang telah membantu dan memberikan semangatnya kepada peneliti.

12. Kepada Pak Sakiri, Pak Johan, Pak Agus, Ibu yuli, Ibu Murita, Ibu Neneng, Ibu Riska dan Ibu Ida rekan satu bimbingan yang telah membantu dan memberikan saran kepada penelit dalan penulisan skripsi ini hingga selesai.

13. Kepada kakak dan adikku yang tercinta yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan studi S1.

14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, namun telah memberikan saran dan masukan-masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

Secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibunda dan almarhum Ayahku tercinta atas kasih sayang yang tulus dan tidak mengenal pamrih penuh kesabaran dalam mendidik dan membesarkan peneliti dengan

(8)

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang positif bagi dunia pendidikan dan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membacanya. Amin.

Jakarta, Juli 2012 Penulis

Siti Masriyah

(9)

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang Diteliti... 7

1. Pembelajaran Kooperatif... 7

2. Hasil Belajar... 20

3. Hakekat Pembelajaran IPA di MI... 21

4. Materi Energi dan Penggunaanya... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 29

C. Hipotesis Tindakan... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 31

B. Metode Penelitan dan Rancang Siklus Penelitian... 31

C. Subjek Penelitian... 32

(10)

G. Data dan Sumber Data... 35

H. Instrumen Pengumpulan Data... 35

I. Teknik Pengumpulan Data... 42

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan... 42

K. Analisis Data dan Interpretasi Data... 45

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Temuan Penelitian... 49

B. Pembahasan... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 68

B. Saran... 68

DAPTAR PUSTAKA... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 72

(11)

3.1 Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen... 35

3.2 Indikator Kegiatan Siswa... 36

3.3 Kegiatan Guru... 37

3.4 Indikator Catat Lapangan... 37

3.5 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Materi Energi dan Penggunaannya... 39

3.6 Kriteria Reliabilitas Istrumen... 44

3.7 Kriteria Tingkat Kesukaran... 45

3.8 Indeks Daya Pembeda... 45

4.1 Perencanaan Siklus I dan Siklus II... 49

4.2 Tindakan Siklus I dan Siklus II... 51

4.3 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I dan Siklus II... 54

4.4 Hasil Persentase Kegiatan Guru Siklus I dan Siklus II... 55

4.5 Hasil Catatan Lapangan Siklus I dan Siklus II... 56

4.6 Hasil Wawancara Siklus I... 57

4.7 Hasil Wawancara Siklus II... 58

4.8 Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II... 59

4.9 Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus I... 60

4.10 Kekurangan dan Tindakan Perbaikan Siklus II... 63

4.11 Hasil Belajar Yang Mencapai KKM Siklus I dan Siklus II... 64

(12)

2.2 Gitar... 26

2.3 Suling... 27

2.4 Sel Surya... 27

2.5 Kincir Angin... 28

2.6 PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)... 28

2.7 PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)... 29

3.1 Model Penelitian Tindakan... 32

(13)

4.2 Hasil Belajar yang Mencapai KKM... 64

(14)

Lampiran 2. Lembar Soal Postest Siklus I ... 97

Lampiran 3. Lembar Soal Postest Siklus II ... 99

Lampiran 4. Berita Wawancara Observasi Awal Terhadap Guru IPA Kelas IV... 102

Lampiran 5. Wawancara Siswa Siklus I ... 104

Lampiran 6. Wawancara Siswa Siklus II ... 108

Lampiran 7. Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 110

Lampiran 8. Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 112

Lampiran 9. Persentase dan Observasi Kegiatan Siswa (individu) ... 114

Lampiran 10. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ... 115

Lampiran 11. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ... 117

Lampiran 12. Catat Lapangan Siklus I ... 119

Lampiran 13. Catat Lapangan Siklus II ... 122

Lampiran 14. Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pelajaran IPA Materi Energi dan Penggunaannya ... 125

Lampiran 15. Surat Keterangan Izin Penelitian ... 126

Lampiran 16. Foto Kegiatan Guru dan Siswa di Kelas ... 127

Lampiran 17. Kisi-kisi Instrument Materi Energi dan Penggunaaannya ... 128

Lampiran 18 Uji Coba Kelas VI ... 137

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Untuk mencerdaskan kehidupan manusia, maka pendidikan menjadi salah satu sarana utama yang perlu diusahakan dan dikelola sebaik mungkin sejalan dengan perkembangan masa maupun perkembangan hidup manusia. Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.1 Pendidikan juga bertujuan untuk mendewasakan anak, kedewasaan tersebut mencakup pendewasaan intelektual, sosial dan moral, tidak semata-mata kedewasaan fisik. Pendidikan tidak hanya didapat secara formal yaitu dilembaga sekolah tetapi juga dapat diperoleh secara nonformal.

Setiap manusia membutuhkan pendidikan, karena melalui proses pendidikan manusia dibekali dengan pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sehingga ia mampu berusaha dan bekerja untuk meraih kehidupan yang dicita-citakan tersebut, namun hal itu kembali pada individu manusia itu sendiri untuk mengubah dirinya.

Di dalam UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Dunia pendidikan tidak dapat dilepaskan dari proses belajar karena tujuan pendidikan di atas dapat dicapai melalui proses belajar di suatu lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam lembaga pendidikan yaitu sekolah terdapat

1 Lilik Fitriantin,” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Melalui Penggunaan

Model Pembelajaran Make a Match Pada Konsep Ikatan Kimia”, skripsi (Jakarta: FITK UIN, 2012), h. 1, tidak dipuplikasikan.

2

(16)

jenjang atau tingkatan pendidikan seperti SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Dalam proses belajar di sekolah khususnya di MI (Madrasah Ibtidaiyah) mata pelajaran yang dipelajari bukan hanya pelajaran agama saja tetapi ada juga pelajaran umum seperti IPA, IPS, PKN, Bahasa Indonesia dan Matematika.

Dalam kegiatan belajar mengajar IPA ditingkat satuan pendidikan MI Ishlahul Anam berdasarkan hasil observasi melalui pengamatan selama satu minggu dan wawancara guru kelas IV hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA rendah terutama pada materi energi, rendahnya hasil belajar siswa kelas IV disebabkan oleh beberapa faktor seperti guru kurang menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik, strategi yang tidak tepat dalam mengajar, guru hanya menggunakan satu metode dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh karena pembelajaran bersifat monoton, guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa sulit dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru dan pembelajaran bersifat individualis sehingga siswa kurang bekerja sama di kelas.

Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA terutama materi energi dan penggunaannya terlihat pada hasil ulangan siswa yaitu tahun pelajaran 2010/2011, memperoleh ketuntasan belajar sebesar 64,7% dari 17 siswa atau sekitar 11 siswa yang memperoleh ketuntasan belajar. Ini belum mencapai target KKM sebesar 70%. Keadaan demikian menuntut guru untuk lebih kreatif lagi dalam merancang dan merencanakan pembelajaran.

(17)

pembelajaran supaya dalam pembelajaran lebih efektif, kreatif dan menyenangkan.

Untuk mengatasi pernasalaham siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam kelompok dan individu. Saat belajar kelompok ada tanggung jawab dari setiap anggota untuk menguasai materi yang diberikan guru. Siswa dari kelompok tinggi membantu siswa dari kelompok rendah agar memahami konsep, siswa dari kelompok rendah berani menanyakan kekurangan mengertinya pada anggota kelompoknya agar tidak tertinggal. Tanggung jawab setiap anggota kelompok ini dapat meningkatkan kepercayaan diri pada setiap anggota kelompoknya, karena ada peningkatan penguasaan materi pembelajaran.3

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga bermanfaat yaitu dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terbuka dan demokratis. Model ini juga dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri siswa, melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan sosial masyarakat. Dalam pembelajaran kooperatif siswa sangat berperan aktif dalam pembelajaran dan saling membelajarkan antar siswa dalam kelompok serta siswa dapat berlatih untuk bekerja sama, karena yang dipelajari bukan hanya materi semata tetapi juga keterampilan sosial. Dengan demikian pembelajaran kooperatif memberi kesempatan pada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga yang dipelajari menjadi lebih bermakna bagi dirinya dan bagi orang-orang di sekelilingnya.

Adapun jenis-jenis pembelajaran kooperatif, yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournaments), GI (Group Investigation), kepala bernomor (Numbered Heads), mencari pasangan (Make a Match) dan jigsaw. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri

3

(18)

dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.4Sehingga dengan pembelajaran seperti ini siswa dapat memahami materi pelajaran yang diterima.

Materi energi merupakan materi yang perlu diberikan pemahaman yang jelas kepada siswa karena materi energi yang terdapat di bumi sangat diperlukan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam pelajaran IPA terutama pada materi energi guru harus dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran dan perlu merancang atau membuat kegiatan pembelajaran agar siswa mudah dalam memahami materi pelajaran yang dipelajari.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi energi dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dapat melakukan pembelajaran dengan bekerja sama secara berkelompok dan keberhasilan belajar tersebut bukan hanya dari guru atau individu saja akan tetapi keberhasilan belajar juga didapat dari orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran dan juga dapat meningkatkan hasil belajar serta memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran khususnya pelajaran IPA di MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pelajaran IPA”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan pada kelas IV MI Ishlahul Anam selama satu minggu dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

4

(19)

1. Hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam pada mata pelajaran IPA materi energi rendah yaitu sekitar 64,7% yang mencapai ketuntasan belajar dan belum mencapai target KKM sebesar 70% dari 17 peserta didik. 2. Proses pembelajaran dilaksanakan secara monoton, karena guru kurang

menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik.

3. Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran karena kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang berkenaan dengan penerapan metode atau model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah yang diuraikan, maka peneliti dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam? 2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Ishlahul Anam?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

b. Menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar IPA materi energi dan penggunaanya di kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur.

2. Kegunaan penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori:

a. Kegunaan praktis, meliputi:

1) Bagi diri sendiri. Sebagai acuan untuk menerapkan proses pembelajaran yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik.

2) Bagi kepala madrasah. Sebagai input untuk mengambil keputusan atas berkembangnya bidang pendidikan.

3) Bagi siswa. Sebagai sasaran penelitian untuk membuktikan hipotesa penulis.

b. Kegunaan teoritis, meliputi:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan. 2) Hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu referensi dalam

(21)

BAB II

KAJIAN TEOR ETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian pembelajaran kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. “Slavin mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat sampai enem orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.5

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. Jacob menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu metode instruksional yang mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil saling bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik”.6

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran yang membuat siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.7

Roger, dkk menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisasi oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial

5

Isjoni,Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alfabeta ,2009), cet. Ke-2, h. 15

6

Masitoh dan Laksmi Dewi,Strategi Pembelajaran, (Jakarta : DEPAG RI, 2009), cet. ke-1, h. 232

7

Zaifbio, Pembelajaran Kooperatif, 2011, Diakses tanggal 15 April 2012. (www.zaifbio.wordpress.com/2011/11/24/pembelajaran-kooperatif/ ....)

(22)

diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.8

Parker mendefinisikan “kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran yang membuat para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama”.9

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan cara bekerja sama dalam kelompok kecil atau tim yang terdiri dari empat sampai enam orang secara kolaboratif untuk saling membantu dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas dan setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota lainnya serta dapat merangsang siswa agar lebih bergairah dalam belajar.

b. Karakteristik pembelajaran kooperatif :10

1) Positive interdependence, hal ini menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara anggota kelompok. Bila salah satu gagal, maka yang lain akan ikut menderita. Jadi setiap anggota harus berusaha keras agar tercapai keberhasilan individual, karena setiap individu yang gagal dan berhasil akan saling mempengaruhi.

2) Inividual accountabiliti, setiap individu mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kelompok agar hasil belajar menjadi baik.

3) Face-to-face promotive interection, setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuan dan tugas yang diberikan dapat dikuasai oleh semua anggota kelompok.

8

Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Pembelajaran,

(Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet. Ke-1, h. 29

9

ibid, h. 29

10

(23)

4) Appropriate use of collaborative skills, dalam kelompok setiap individu berlatih untuk dapat dipercaya, mempunyai jiwa kepemimpinan, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi, dan memiliki keterampilan untuk mengatur konflik.

5) Group processing, artinya setiap anggota harus dapat mengatur keberhasilan kelompok, secara berkala mengevaluasi kelompoknya, serta mengidentifikasi perubahan yang akan dilakukan agar pekerjaan kelompoknya lebih efektif lagi.

c. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif :

Terdapat enam langkah utama atau tanggapan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyiapkan tujuan pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya peserta didik dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat peserta didik bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yaang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.11

Enam tahap pembelajaran kooperatif dapat dirangkum pada tabel berikut : Tabel 2.1 Langkah Umum Model Pembelajaran Kooperatif12

Fase Tingkah laku guru

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

11

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), cet. ke-1, h. 211

12

(24)

Fase Tingkah laku guru

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar yang telah dipelajari atau masing-masimg kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

d. Tujuan pembelajaran kooperatif.

Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:13 1) Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik

13

(25)

pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learningadalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidak mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

e. Teori-teori yang terkait dengan pembelajaran kooperatif

Terdapat berbagai teori dalam mempelajari cooperative learning. Diantaranya yaitu:14

1) Teori Ausuble

Menurut Ausuble bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Suparno mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran.

2) Teori Piaget

Teori ini mengacu kepada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sehingga dalam teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikontruksi dan direkontruksi oleh peserta didik. Sebagai realitas teori ini dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus besifat aktif.

14

(26)

Menurut Surya, perkembangan kognitif pada peringkat ini merupakan ciri perkembangan remaja dan dewasa yang menuju ke arah proses berpikir dalam peringkat yang lebih tinggi. Peringkat berpikir ini sangat diperlukan dalam pemecahan masalah.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran, antara lain:

a) bahan dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa,

b) anak-anak akan pembelajaran lebih baik apabila menghadapi lingkungan dengan baik,

c) bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing,

d) diberi peluang agar pembelajaran anak sesuai dengan peringkat perkembangannya,

e) dalam kelas hendaknya anak-anak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi.

3) Teori Vygotsky

Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Dalam pengertian dibedakan menjadi dua yaitu pengertian yang sepontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruang kelas atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolah.

f. Keunggulan pembelajaran kooperatif15

1) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan,

2) Optimalisasi partisipasi siswa,

3) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan sesama siswa dalam suasana bergotong royong dan

15

(27)

mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi,

4) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur,

5) Meningkatkan hubungan positif, 6) Motivasi intrinsik makin besar, 7) Percaya diri yang tinggi,

8) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah,

9) Siswa dapat bertanggung jawab dengan apa yang dipelajarinya,

10) Siswa meningkat dalam kolaborasi kognitif. Siswa dapat mengorganisasikan pikirannya untuk menjelaskan ide pada teman-teman sekelasnya.

g. Jenis-jenis pembelajaran kooperatif

1) STAD (Student Teams Achievement Division)

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin.

Menururt Slavin tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.16

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama

dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.17

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:18 a) penyampaian tujuan dan motivasi,

b) pembagian kelompok,

16

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. Ke-2, h.51

17

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindi Persada, 2010), cet. Ke-1, h.214

18

(28)

c) persentasi dari guru, d) kegiatan belajar dalam tim, e) kuis (evaluasi),

f) penghargaan prestasi tim.

2) TGT (Teams Games Tournaments)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan lima sampai eman orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.

Menurut Slavin pembelajaran kooperarif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).19

Ciri- ciri pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berukut:

a) siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, b) games tournament,

c) penghargaan kelompok. 3) GI (Group Investigation)

Strategi pembelajaran kooperatif tipe GI dikembangkan oleh Sholom Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Menurut Slavin, straregi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosof belajar Jhon Dewey. Model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dapat dipakai guru dalam mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model ini dirancang untuk membentuk pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pelajaran dan juga membentuk manusia sosial.

19

(29)

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe group investigationadalah:20

a) membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima orang siswa,

b) memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis,

c) mengajak setiap siswa untuk berpatisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.

4) Kepala Bernomor (Numbered Heads)

Pembelajaran kooperatif model kepala bernomor (Numbered Heads) di kembangkan oleh Spencer Kagan. pembelajaran kooperatif model kepala bernomor (Numbered Heads) adalah merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan pada jawaban yang paling tepat, model ini juga dapat mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama. Model kepala bernomor

(Numbered Heads) dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan juga cocok untuk semua tingkatan usia anak didik.21

Langkah-langkah kegiatan kepala bernomor (Numbered Heads)

adalah sebagai berikut:22

a) siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor,

b) guru membagikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya,

c) setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap kelompok mengerjakan atau mengetahui jawabannya,

20

1bid., h.223

21

Masitoh dan Laksmi Dewi,Strategi Pembelajaran, (Jakarta: DEPAG RI, 2009), cet. Ke-1, h.242

22

(30)

d) guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja mereka,

e) Peserta yang lain memberikan tanggapan,

f) guru menunjuk nomor yang lain untuk kelompok berikutnya, g) Kesimpulan.

5) Mencari Pasangan (Make a Match)

Model mencari pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran. “Salah satu keunggulan dari model ini adalah siswa dapat mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan”.23 Model ini juga dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik.

Langkah-langkah model mencari pasangan (Make a Match)

adalah sebagai berikut:24

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sesi kartu berupa soal dan sesi sebaliknya berupa kartu jawaban),

b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang didapat,

c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban),

d) Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin,

e) Setelah satu babak selesai kartu dikocok kembali agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya,

f) Kesimpulan. 6) Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson dan kawan-kawan di universitas Texas. Arti jigsaw

23

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), cet ke-1, h. 223

24

(31)

dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzel yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar.25

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Lie mengungkapakan “bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri”.26

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.27

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

25

Ibid h.217

26

Ibid h. 218

27

Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok,

(32)

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Tugas guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapat pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan diskusi dikelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependece setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapat informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Pengaruh positif dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah diteliti oleh Jhonson yaitu:28

a) meningkatkan hasil belajar, b) meningkatkan daya ingat,

c) dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi, d) mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu), e) meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen,

f) meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah, g) meningkatkan sikap positif terhadap guru,

h) meningkatkan harga diri anak,

i) meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, j) meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

28

(33)

Langkah-langkah pembelajaran tipe jigsaw :23

a) peserta didik dikelompokkan beranggotakan empat sampai enam orang,

b) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda,

c) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian bab atau sub bab mereka membentuk kelompok ahli,

d) setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar atau melaporkan hasil diskusinya kepada teman, satu tim mereka tentang sub bab yang harus dibahas,

e) tiap tim ahli mempersentasikan hasil diskusinya, f) guru memberikan evaluasi,

g) penutup.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikemukakan oleh Stephen, Sikes and Snapp sebagai berikut:29

a) siswa dikelompokkan satu sampai lima anggota tim, b) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, c) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan,

d) anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelopok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka,

e) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajarkan teman satu tim mereka tentang subbab yang telah, dikuasai dan anggota lain mendengarkan, f) tiap tim ahli mempresentasikan hasil dikusinya,

g) guru memberi evaluasi, h) penutup.

29

(34)

2. Hasil belajar

Hasil belajar adalah seluruh efisiensi dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil tes belajar.30

Menurut Gagne dan Driscoll hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa.31

Dick dan Reiser mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan, intelektual, keterampilan motor dan sikap.32

Sujana mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.33

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah kemampua-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai kegiatan pembelajaran atau yang diperoleh dari proses belajar mengajar disekolah berupa pengetahuan, intelektual, keterampilan motor dan sikap atau berupa hasil angka atau nilai-nilai berdasarkan hasil tes belajar dan juga dapat diamati melalui sikap siswa.

Menurut pemikiran Gagne hasil belajar bisa berupa:34

a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

30

Alim Sumarno, Penertian Hasil Belajar, 2011. Diakses tanggal 15 April 2012 (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengertian-hasil-belajar )

Ade Sanjaya,Pengertian, Definisi Hasil Belajar Siswa, 2011. Diakses tanggal 15 April 2012 (http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03pengertian-definisi-hasil-belajar.html )

34

(35)

d. Keterampilan motor yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Menurut Bloom hasil belajar nencakup tiga kemampuan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan motor). Domain kognitif adalah knowledge (penetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

application(menerapkan),analysis(menguraikan, menentukan hubungan),

shyntesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding(memberikan respon),valuing(nilai), organization

(organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotorik meliputiinitiatory, pre-routine,danroutinized.35

Sedangkan Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni:36 a. keterampilan dan kebiasaan,

b. pengetahuan dan pengertian, c. sikap dan cita-cita.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). “Menurut Suryabrata yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis, misalnya kecerdasan, motivasi, prestasi, dan kemampuan kognitif. Sedangkan yang termasuk faktor ekternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental, misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran”.37

3. Hakikat Pembelajaran IPA

Hakikat pembelajaran IPA dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:38 a. IPA sebagai produk

IPA sebagai produk merupakan hasil upaya partisipasi IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta, konsep teori, hukum, prosedur informasi telah

35

Ibid h. 6-7

36

Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), cet. Ke-9, h.22

37

Alim Sumarno, Pengertian Hasil Belajar, 2011. diakses pada tanggal 15 April 2012 (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengertian-hasilbelajar)

38

(36)

tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku atau dukumen yang semuanya dapat dianggap sebagai body of knowladge. Dalam pembelajaran IPA alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak pernah habis sehingga dalam poses mendapatkan ilmu IPA menjadi hal yang sangat penting. Produk IPA juga terkait dengan perkembangan teknologi.

b. IPA sebagai proses

Makna IPA sebagai proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang dilakukan melalui metode ilmiah. Metode ilmiah pada anak usia SD/MI dikembangkan secara bertahap, berkesinambungan yang pada akhirnya akan terbentuk paduan utuh dan mampu melakukan penelitian secara sederhana. Tahapan perkembangan dengan metode ilmiah meliputi: 1) melakukan pengamatan eksploratif yang memunculkan pertanyaan atau

permasalahan,

2) merumuskan masalah atau pertanyaan,

3) mengumpulkan data melalui pengamatan maupun percobaan (eksperimen),

4) membuat simpulan tentang jawaban masalah berdasarkan data.

Guna dapat melakukan kegiatan tersebut diatas diperlukan keterampilan proses yang meliputi : observasi, klasifikasi, interprestasi, prediksi, hipotesis, pengendalian variabel, perencanaan dan pelaksanaan penelitian, inferensi, aplikasi, dan komunikasi. Keterampilan dasar tersebut sangat diperlukan dalam proses mendapatkan IPA.

c. IPA sebagai pemupuk sikap

(37)

dapat dikembangkan tatkala peserta didik melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan observasi lapangan.

4. Materi Energi dan penggunaannya a. Energi panas

1) Pengertian energi panas

Energi panas bisa juga disebut energi kalor. Energi panas yaitu energi yang dimiliki oleh benda karena suhunya. Energi panas memiliki manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan diantaranya yaitu untuk memasak, menghangatkan tubuh, menjemur pakaian, dan lain-lain. Energi panas juga memiliki sumber, sumber energi panas diantaranya yaitu:

a) Api

untuk memunculkan api diperlukan bahan bakar dan udara. Bahan bakar yang digunakan dapat berupa kayu bakar, minyak tanah, dan gas. Selain bahan bakar, udara juga diperlukan karena tanpa udara api akan mati. Api sangat bermanfaat bagi kehidupan, diantaranya yaitu untuk memasak, menjalankan mesin serta memusnahkan sampah dan kuman.

b) Gesekan Benda

gesekan dua buah benda dapat menimbulkan panas. Panas timbul karena gesekan yang terus-menerus, makin kasar permukaan benda yang digesekkan, makin cepat panas timbul. Contoh gesekan benda yaitu pada ban mobil, ketika mobil berjalan ban mobil bergesekan dengan jalan, sehingga ban mobil menjadi panas.

c) Matahari

(38)

2) perpindahan panas

panas tidak dapat dilihat, tetapi dapat dibuktikan keberadaannya. Keberadaan panas dapat dibuktikan dengan cara menyentuh leher atau kening dengan punggung tangan pasti dapat merasakah panas atau hangatnya leher dan kening. Selain itu energi panas juga dapat berpindah. Perpindahan panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi, dan secara radiasi. Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas tanpa diikuti aliran zat perantaranya. Contohnya yaitu: sodet terasa panas jika digunakan untuk menggoreng, sendok akan terasa panas ketika di celupkan ke dalam air panas.

perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan panas yang diikuti perpindahan zat perantaranya. contohnya yaitu: panas yang merambat pada air yang direbus.

perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas secara langsung. Contohnya yaitu: tangan terasa panas jika didekatkan ke api, keringnya pakaian oleh panas matahari.

b. Energi bunyi

1) pengertian energi bunyi

Energi yang dimiliki oleh bunyi disebut energi bunyi. Bunyi dihasilkan oleh sumber bunyi yang bergetar. Oleh karena itu, energi bunyi disebut juga energi getar. Contohnya yaitu bunyi guntur yang keras bisa menggetarkan atau memecahkan kaca-kaca jendela.

2) Sumber energi bunyi

(39)

3) Perambatan bunyi

Perambatan bunyi dapat didengar melalui zat perantara. Zat perantara tersebut berupa benda gas, benda padat, dan benda cair.

a) Perambatan bunyi melalui benda gas

Udara merupakan benda gas yang mengisi sebagian besar bumi. Udara menjadi perantara bunyi ketika berkomunikasi. Dimanapun kita berada kita dapat berkomunikasi. Bahkan dalam jarak yang cukup jauh. Dapat dilakukan, asal suaranya dikeraskan. Perambatan bunyi melalui udara adalah perambatan yang sangat cepat menyampaikan bunyi.

b) Perambatan bunyi melalui benda padat

Perambatan bunyi melalui benda padat dapat dibuktikan dengan menempelkan jam tangan pada penggaris. Melalui penggaris detak jam dapat didengar. Makin dekat jarak sumber bunyi makin keras bunyi terdengar.

kemampuan zat padat menghantarkan bunyi telah banyak digunakan pada zaman dahulu yaitu dengan menempelkan telinga ke tanah maka gerakan benda yang berjarak jauh dapat diketahui keberadaannya.

c) Perambatan bunyi melalui benda cair

Perambatan bunyi melalui benda cair dapat dibuktikan dengan menumbukan batu ke air. Dengan dilemparnya batu ke air maka dapat terdengar bunyi tumbukan batu tersebut.

c. Pemantulan dan penyerapan bunyi

(40)

setelah bunyi asli selesai. Contohnya ketika kita berteriak di daerah pegunungan, setelah beberapa saat terdengar kembali suara teriakan. Bunyi tersebut adalah bunyi pantulan yang baru sampai ketelinga.

Selain mengalami pemantulan, bunyi mengalami penyerapan. Bunyi akan diserap jika mengenai bahan-bahan yang lunak atau berongga. Benda-benda yang dapat menyerap bunyi disebut peredam bunyi, contohnya busa, spon, wol, kain dan karet.

d. Perubahan bunyi pada alat musik 1) Alat musik yang dipukul

Gambar 2.1 Gendang

Sumber www.250742_0_Alat_Musik.com 01/6/2012

Salah satu alat musik yang dipukul adalah gendang, bagian membran gendang yang dipukul terbuat dari kulit, ketika kulit bergetar, udara di sekitarpun ikut bergetar. Melalui udara tersebut, getarannya sampai ke telinga. Alat musik pukul lainnya cara kerjanya sama seperti gendang yang membedakan adalah bagian yang dipukul serta bahannya. Contoh alat musik yang dipukul adalah gong, calung, rebana, drum, bedug dan lain-lain.

2) Alat musik bersenar

Gambar 2.2 Gitar

(41)

Alat musik bersenar yang bergetar adalah senar, ketika senar bergetar, udara disekitarnya ikut bergetar. Udara yang bergetar, kemudian merambat sampai di telinga dan akhirnya alat musik dapat terdengar. Contoh alat musik bersenar adalah gitar, biola, rebab, kecapi dan lain-lain.

3) Alat musik tiup

Gambar 2.3 Suling

Sumber www.250742_0_Alat_Musik.com 01/6/2012

Alat musik ditiup berbunyi karena udara didalamnya bergetar dan menghasilkan bunyi. Udara di dalam bergetar setelah ditiup. Bunyi yang keluar dari alat musik tiup tersebut, kemudian dirambatkan melalui udara sehingga bunyi dapat terdengar. Contoh alat musik tiup adalah seruling, terompet, trombon, klarinet, harmonika, dan lain-lain. e. Energi alternatif

Energi alternatif adalah energi pengganti yang dapat menggantikan peranan minyak bumi. Energi yang sedang dikembangkan adalah energi matahari, energi angin, energi air terjun dan energi panas bumi.

1) Energi matahari

Gambar 2. 4 Sel Surya

Sumber www.panel_surya_olisfaripatangary.blogspot.com 01/6/2012

(42)

mengeringkan padi, menghangatkan tubuh, selain itu energi matahari juga dapat diubah menjadi bentuk energi lain. Misalnya, sel surya yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik.

2) Energi angin

Gambar 2.5 Kincir Angin

Sumber www.kincir_angin_olisfaripatangary.blogspot.com 01/6/2012

Di negara Belanda memanfaatkan energi angin untuk menggerakkan kincir. Kincir digunakan untuk pembangkit listrik, selain itu juga kincir angin digunakan untuk mengolah hasil ladang dan memompa air.

3) Energi air

Gambar 2.6 PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)

Sumber www.hydropowser_olisfaripatangary.blogspot.com 01/6/2012

Air terjun merupakan salah satu sumber daya energi. Air terjun tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air disebut PLTA.

(43)

4) Energi panas bumi

Gambar 2.7 PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Sumber www.medium_71nuk_pantonanew.com 01/6/2012

Panas bumi dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit listrik tenaga panas bumi biasa disebut PLTU. Proses pengolahan panas bumi menjadi listrik yaitu uap panas dari dalam bumi dialirkan kepermukaan melalui pipa, lalu uap panas dialirkan ke turbin melalui pipa sehingga turbin berputar.

f. Model mainan yang berhubungan dengan udara

Angin adalah udara yang bergerak merupakan sumber energi, beberapa model mainan yang menunjukkan perubahan gerak akibat udara adalah roket dari kertas, pesawat kertas, baling-baling dan parasut, contoh model mainan tersebut memanfaatkan udara atau angin untuk bergerak.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Supriyatin dengan judul perbedaan hasil belajar siswa dengan metode jigsaw dan ekspositori pada konsep elektrolit dan non elektrolit terintegrasi nilai. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah perbedaan rata-rata hasil belajar sebesar 7,72 yang mana kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode jigsaw nilai rata-ratanya sebesar 75,92 sedangkan untuk kelas kontrol yang diajarkan dengan metode ekspositori rata-rata sebesar 68,20. Jadi rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol.39

39

(44)

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Aceng Haetami dan Supriadi dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meningkatnya hasil belajar kimia yang ditandai dengan : 1. meningkatnya hasil belajar kimia pada tiap siklus, siklus I (rerata = 86,4) dan siklus II (rerata = 90,1); 2. Meningkatnya jumlah siswa yang benilai > 70,37 (KKM) : dari siklus I (76,47%) menjadi siklus II (94,12%).40

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan fokus masalah dan kajian teori yang relevan maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaanya.

40

Aceng Haetami dan Supriadi, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan aktivitas dan hasil belajat siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan,

diakses pada tanggal 1 Juni 2012.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di MI Ishlahul Anam yang beralamat di jalan Damai Rt. 008/008 Pulo Gebang Cakung Jakarta Timur. Waktu penelitian, penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012 pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011-2012.

B. Metode Penelitian dan Rancang Siklus Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hubungan antara keempat tahapan tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang.

1. Fokus masalah

Fokus penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang berkenaan dengan metode atau model pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Islahul Anam Cakung Jakarta Timur pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya.

2. Solusi masalah

Solusi masalah yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pelajaran IPA materi energi dan penggunaannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV, melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, menciptakan kondisi belajar secara berkelompok dan bekerja sama di kelas IV MI Ishlahul Anam Cakung jakarta Timur.

3. Desain intervensi tindakan/Rancang Siklus Penelitian

Desain penelitian tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(46)

Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan41

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dimaksud mengarah pada subjek yang menjadi sasaran penelitian ini, subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur yang berjumlah 19 orang, terdiri dari sembilan orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana kegiatan, serta mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

Pihak lain yang terkait dalam penelitian ini adalah guru bidang studi IPA kelas IV yang berperan sebagai observer yang mengamati dan mencatat sikap detail aktivitas peneliti dan siswa di kelas, dan peneliti berperan sebagai guru

41

Suharsimi Arikunto, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. Ke-9, h. 16

Siklus I

pengamata

refleksi

perencanaan

?

pelaksanaan pelaksanaam

pengamatan refleksi

Siklus II

(47)

di kelas melaksanakan rancangan penelitian tindakan kelas. Selain itu peneliti melibatkan partisipan yaitu kepala sekolah dan teman sejawat sebagai observer. Peneliti juga bertindak sebagai perencana kegiatan bersama-sama dengan guru IPA kelas IV dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran. peneliti dan guru IPA kelas IV juga berkolaborasi dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran. sedangkan objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada setiap siklus dilakukan beberapa tindakan, yang digambarkan sebagai berikut:

1. Pra tindakan

a. Penelitian melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu terhadap kegiatan pembelajaran IPA dikelas IV MI Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur.

b. Wawancara terhadap guru yang mengajar bidang studi IPA kelas IV untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa kelas IV MI Islahul Anam Cakung jakarta Timur.

2. Tindakan riil di kelas a. Tahap perencanaan

Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, membuat instrumen berupa tes, pembagian kelompok, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan alat peraga.

b. Tahap pelaksanaan

(48)

membentuk kelompok ahli, mendiskusikan materi/tugas pada kelompok ahli, menjelaskan materi/tugas pada kelompok asal, memperentasikan hasil kelompok, memberikan pertanyaan atau tanggapan dan evaluasi lalu dikegiatan penutup menyimpulkan pelajaran dan diakhir siklus diadakan tes berupa postest dan refleksi. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga desertai dengan kegiatan observasi.

c. Tahap pengamatan

Pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pengamatan menggunakan lembar observasi siswa, lembar observasi guru dan catat lapangan untuk mengamati tindakan selama proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperati tipe jigsaw, lembar observasi digunakan untuk mengamati semua yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan dapat dilakukan pula dengan foto sebagai bukti otentik.

d. Tahap refleksi

Refleksi pada proses pembelajaran dilakukan apabila hasil yang didapat kurang maksimal. Tahap refleksi pada penelitian ini meliputi:

1) Melakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung.

2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil analisis atau evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

e. Keputusan

(49)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil intervensi tindakan yang diharapkan pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas IV pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah proses pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

G. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh baik dari siswa maupun guru IPA kelas IV. Data dan sumber data dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

Data Sumber data Instrumen

Kognitif (penguasaan konsep) Siswa Pretestdanpostest

Aktivitas keterlaksanaan proses pembelajaran

Siswa/ guru Lembar observasi dan catat lapangan Respon siswa terhadap proses

pembelajaran

Siswa Wawancara

Observasi awal guru wawancara

H. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain adalah:

1. Lembar wawancara

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata yang ada di sekolah. Wawancara dilakukan pada guru IPA kelas IV pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah.

(50)

2. Lembar observasi dan catat lapangan

Observasi dan catat lapangan ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Lembar observasi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe.

Lembar observasi ini menggunakan skala pengukuran yang berbentuk daftar cek (check list), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang () pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil penilaiannya. 42

Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2 Indikator Kegiatan Siswa

N0 Indikator

1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru 2. Mengerjakan tugas dalam kelompok

3. Berdiskusi dalam kelompok

4. Menjelaskan materi pada teman kelompok

5. Mengajukan pertanyaan/ menanggapi pertanyaan teman 6. Menjawab/ menanggapi pertanyaan teman atau guru 7. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

42

(51)

Tabel 3.3 Kegiatan Guru

Mempersiapkan peserta didik untuk belajar Appersepsi

Menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Membentuk kelompok

Membagikan materi/ tugas pada tiap-tiap siswa Membentuk kelompok ahli

Tabel 3.4 Indikator Catatan Lapangan

Indikator Uraian

Kegiatan siswa 1. Keaktifan siswa dalam belajar 2. Keaktifan siswa dalam berdiskusi

3. keaktifan kelompok ahli dalam berdiskusi 4.Penyampaian materi/tugas kepada kelompok Kegiatan guru 1. Appersepsi

(52)

Indikator Uraian 3. Membentuk kelompok belajar 4. Menjelaskan model pembelajaran 5. Membimbing kepada kelompok 6. Melakukan evaluasi

7. Memberi penghargaan pada kelompok 8. Menutup pelajaran

Interaksi antar siswa 1. Kerjasama antar kelompok

2. Mendiskusikan materi/ tugas dalam kelompok 2. Persentasi tiap-tiap kelompok

3. Memberikan pertanyaan pada kelompok teman

4. Menanggapi pertanyaan dari kelompok lain Interaksi siswa dengan

guru

1. Bertanya pada guru

2. Menjawab pertanyaan guru Sumber belajar serta alat

peraga

1. Ketersediaan sumber belajar dan alat peraga 2. Kemampuan guru dan siswa dalam

penggunanan sumber belajar dan alat peraga

3. Lembar soal hasil belajar

(53)

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Pada Materi Energi dan Penggunaannya siklus Indikator pembelajaran Indikator soal No

soal

Sumber energi panas yang utama bagi bumi adalah Dibawah ini yang termasuk energi panas adalah

Perpindahan panas secara konveksi yaitu

Perpindahan panas secara radiasi yaitu

Perpindahan panas secara konveksi yaitu

Proses keringnya pakaian oleh panas matahari merupakan perpindahan panas secara

Proses prebusan air oleh api kompor merupakan perpindahan panas secara Proses perpindahan panas pada sendok ketika dicelupkan kedalam air panas merupakan perpindahan panas secara Jika tubuh kita merasakan hangat ketika dekat dengan api unggun merupakan

(54)

siklus Indikator pembelajaran Indikator soal No soal

Aspek

II

Menyebutkan kegunaan energi panas dalam kehidupan sehari-hari

contoh perpindahan panas secara

Guna api dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk Panas matahari digunakan untuk

Energi yang disebabkan adanya getaran pada benda adalah

Bunyi disebabkan oleh

Contoh benda yang dapat merambat bunyi adalah Pemantulan bunyi terjadi karena

(55)

siklus Indikator pembelajaran Indikator soal No

perubahan energi gerak akibat pengaruh udara Menentukan bahan yang akan digunakan untuk membuat model parasut termasuk sumber energi alternatif adalah

Dibawah ini yang bukan termasuk energi alternatif adalah

Karya/ model yang diakibatkan oleh pengaruh udara adalah

Yang termasuk bahan yang digunakan untuk membuat parasut adalah

Yang termasuk alat musik pukul ialah

Yang termasuk alat musik senar ialah

Yang termasuk alat musik tiup yaitu

Sumberbunyi alat musik gendang terdapat pada Sumberbunyi alat musik gitar terdapat pada

(56)

Keterangan: C1: ingatan C2: pemahaman C3: penerapan * : terpakai

I. Teknik Pengumpulan Data

untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai data tentang metode yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran IPA, serta situasi dan kondisi lingkungan sekolah dan latar belakang objek penelitian seperti sejarah singkat berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ishlahul Anam Cakung Jakarta Timur.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang belum terjaring melalui wawancara, observasi dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran IPA berlangsung. 3. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Peneliti sengaja menguji kemampuan siswa hanya pada ketiga aspek tersebut didasarkan pada kemampuan siswa disekolah dasar yaitu pada tingkat operasional kongkrit. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa pilihan ganda yang sebelumnya telah diujicobakan terlebih dahulu.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

1. Validitas

Gambar

Gambar 2.1 Gendang
Gambar 2.3 Suling
Gambar 2.6 PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)Sumber www.hydropowser_olisfaripatangary.blogspot.com  01/6/2012
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan41
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari beberapa pengujian-pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dan masalah yang ada, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Metode ANP digunakan

All variables are statistically significant at 0.1 level (TOLERANC & CYNIC) and 0.05 (PUNISH) except ENVIRON. • GPA, GENDER, SENIOR, INTENT are not

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS BINA MARGA KOTA MEDAN.. TAHUN

Hubungan FDR dengan CAR dalam jangka pendek yaitu hubungan yang signifikan negatif, sedangkan dalam jangka panjang terdapat hubungan (pengaruh) signifikan positif antara FDR

By inviting their audiences to get to the bottom of their narrative enigmas, conspiratorial television shows encourage precisely such a behavior – and user

EDS adalah proses evaluasi diri sekolah yang bersifat internal yang melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,