• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Media Leafleat dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di RSUD Dr. R. M Djoelham Binjai Tahun 2015"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN

SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM

BINJAI TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD TAUFIQ 101000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN

SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM

BINJAI TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

AHMAD TAUFIQ 101000235

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.

Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.

(5)

Abstract

Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.

This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.

Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN

DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2015

Ahmad Taufiq

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Taufiq

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19-februari-1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Nama Orang Tua

Ayah : (alm.) Mahmud Said, SH

Ibu : Henni Ismaini

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Madukoro No. 7 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1998-2004 : SD. Negeri 060792

Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 35 Medan

Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 35 Medan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahuwata`ala karena

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus Di RSUD Dr. R. M Djoelham

Binjai Tahun 2015”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Almarhum

Ayahanda Mahmud Said, SH dan Ibunda Henni Ismaini, SH yang telah memberikan

dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan

selalu mendoakan penulis.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan

(9)

Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan

ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen penguji I yang telah

memberikan arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Drs. Alam

Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan,

masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Lita Sri Handayani, SKM, M.Kes., dr. Linda T Maas MPH, Dra. Syarifah, MS,

Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc selaku dosen peminatan pendidikan kesehatan

dan ilmu perilaku yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa

perkuliahan.

5. Drs. Zulfendri, M.Kes., Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen yang

telah membimbing dan memberikan perhatian dan semangat kepada penulis

selama masa perkuliahan.

6. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

7. Seluruh dosen beserta staff pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Bapak Warsito, SE terimakasih sudah banyak membantu penulis selama

menjalani pendidikan di FKM USU.

9. Untuk kedua adinda tersayang Muhammad Afdillah dan Allya Putri terima kasih

(10)

10.Abangda-abangda yang telah banyak memberikan dukungan dan pembelajaran

kepada penulis. Teman-teman FKM 2010 terima kasih untuk kebersamaan,

dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis. Adik-adik stambuk terima

kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAC ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

2.4.1 Pengertian Diabetes Mellitus ... 16

2.4.2 Jenis-Jenis Diabetes mellitus ... 18

2.4.3 Penyebab Diabetes Mellitus ... 20

2.4.4 Faktor risiko Terjadinya Diabetes Mellitus ... 21

2.4.5 Patofisiologis ... 22

2.4.6 Gejala dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Mellitus ... 23

2.4.7 Komplikasi ... 24

2.4.8 Perawatan Diabets Mellitus ... 26

2.5 Kerangka Konsep ... 31

2.6 Gambar Kerangka Konsep ... 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

(12)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.4.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data... 35

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional… ... 36

4.3. Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54

4.3.1. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54

4.3.2. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55 4.3.3. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan

(13)

Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55

4.3.4 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56

4.4. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57

4.5. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 59

5.1. Pengertian Efektivitas ... 59

5.1. Pengetahuan ... 64

5.1.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 64

5.1.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 65

5.2 Sikap ... 67

5.2.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 67

5.2.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 68

5.3. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 70

(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1. Kesimpulan ... 72

6.2. Saran ... 73

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD Dr. R.M

Djoelham Binjai tahun 2015 ... 47

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Pre

Test ... 48 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Post

Test ... 49

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Pre Test ... 51

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Post Test ... 51 Tabel 4.8. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun

2015 ... 54

Tabel 4.9. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55

Tabel 4.10. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.11 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien

Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.12 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57 Tabel 4.13 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur

Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 32

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Media Brosur

Lampiran 3 : Media Leafleat

Lampiran 4 : Master Data Penelitian

Lampiran 5 : Out Put Penelitian Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

(18)

ABSTRAK

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.

Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.

(19)

Abstract

Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.

This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.

Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes,2010).

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan

yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan

dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional

dibidang kesehatan (Hanafi,2004).

Rumah Sakit memiliki peranan penting yaitu mendukung tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja

Rumah Sakit agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –tingginya dalam rangka

(21)

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

kesehatan, kemajuan teknologi,dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2010).

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salah

satu yang tercantum di dalamnya menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat, selain itu Rumah Sakit juga wajib meningkatkan mutu pelayanan dan

mempertahankan standar Rumah Sakit (Depkes, 2010).

Sebagai pelayanan kesehatan masyarakat umum, rumah sakit memiliki

masalah utama yaitu mengenai pelayanan yang diberikan, yaitu apakah sudah sesuai

harapan pasien atau tidak. Saat ini, rumah sakit dituntut agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang terbaik untuk diberikan kepada masyarakat. Pelayanan

kesehatan yang dimaksud yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Selain

itu, rumah sakit juga diharapkan mampu menjaga kepercayaan konsumen dengan

memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan

harapan atas pelayanan yang diberikan (Parani,1997)

Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di

tempat pelayanan kesehatan, Tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes

(22)

penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita

diabetes mellitus di indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun

2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan

peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II yang banyak

dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes mellitus tipe II

tanpa gngguan insulin muncul pada usia diata 45 tahun, karena pada usia 45 tahun

keatas karena tubuh sudah mengalami bnyak perubahan terutama pada organ

pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Soyono, 2009).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 data epidemiologi di

Indonesia prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sangat mengejutkan yaitu

mengalami kenaikan sebesar 1,1% dari tahun 2007 ke tahun 2013, sedangkan untuk

prevalensi diabetes mellitus pada umur > 15 tahun untuk provinsi hampir semua

propinsi mengalami kenaikan prevalensi diabetes mellitus diantaranya Maluku

mengalami kenaikan dari 0,5% menjadi 2,1%, Sulawesi Selatan dari 0,8% menjadi

3,4%, NTT dari 1,2 menjadi 3,3% (Balitbang Kemenkes RI 2013).

Data diatas menunjukan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia

sangat besar dan mengingat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak yang

sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan

yang cukup besar, maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sudah

seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya

dalam upaya pencegahan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai

(23)

waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti

pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung

(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh

darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke

dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih

besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008).

Tingginya angka prevalensi diabetes mellitus perlu dilakukan pengelolaan

penyakit diabetes mellitus. Pengelolaan diabetes mellitus merupakan upaya awal

dalam mencegah, mengkontrol dan mengatasi diabetes mellitus dengan melakukan

terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Pengelolaan farmakologis dilakukan

dengan pemberian obat atau pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral.

Sedangkan terapi non farmakologs melalui pengendalian berat badan, olahraga, dan

diet. Penanganan diabetes menggunakan terafi farmakologis atau menggunakan

obat-obatan memang secara efektif mampu menstabilkan kadar gula darah penderita,

namun perlu diingat bahwa kadar gula darah stabil tersebut hanya bertahan dalam

waktu singkat. Dengan kata lain jka penderita ingin agar gula darahnya tetap stabil

maka ia harus secara kontinyu menjalani pengobatan tersebut. Intinya pengobatan

medis yang dijalani cendrung menimbulkan efek ketergantungan kepada penderita.

Efek ketergantungan yang timbul akibat pengobatan medis sebenarnya dapat

dianggap sebagai efek samping. Namun efek samping yang muncul tentunya akan

sangat merugikan penderita karena pengobatan secara kontinyu juga belum mengatasi

(24)

Untuk menurunkan prevalensi kejadian diabetes mellituss maka dilakukanlah

berbagai usaha yang salah satunya upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada

hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku

(Notoatmodjo,2005).

Tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan

masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya

kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan

pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan

edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan

melaksanakan dukungan diabetes mellitus inistratif dan operasional pelaksanaan

program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media

cetak, elektronik maupun media ruang (Notoatmodjo,2005)

Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif

terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Setiap tahun unit

promosi kesehatan memproduksinya Sehingga menurut peneliti perlu dirancang

media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat

sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap pasien

tentang penyakit diabetes mellitus.

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

(25)

melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dsb) dan media luar ruang,

sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat

berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media,

pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat

mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang

positif (Notoatmodjo, 2007)

Leaflet merupakan salah satu merupakan media promosi kesehatan yang fungsinya untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat.media leaflet memiliki keunggulan yang berisi kalimat singkat, padat dan mudah dimengerti beserta gambar-gambar yang dapat menarik minat untuk

membacanya. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan

pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku

tersebut.Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan

pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut

(Notoatmodjo, 2005).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan pusat pelayanan kesehatan

yang diberikan pemerintah yang dimanfaatkan masyarakat di daerah. RSUD

seharusnya menjadi pusat pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh termasuk memberikan pelayanan promosi kesehatan

tentang penyakit diabetes mellitus . Namun, dalam kenyataannya RSUD belum bisa

(26)

karena kurang mendapatkan informasi yang cukup baik terkait dengan penyakit

diabetes mellitus sehingga tidak jarang mereka tidak datang berkunjung kembali

untuk mendapatkan pengobatan (Haryati, 2004).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.R. M Djoelham Binjai merupakan

orgnisasi pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan.RSUD Dr. R.

M. Djoelham sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B, dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan kepada pasien masyarakat didukung dengan fasilitas yang

secara umum sudah cukup memenuhi standar fasilitas peralatan RSUD Kelas B.

Dari data kunjungan pasien yang rawat inap di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai

menunjukkan peningkatan kunjungan pasien diabetes melliitus dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2012 sebanyak 284 orang meningkat menjadi 410 pada tahun 2013 dan di

tahun 2014 meningkat menjadi 474 orang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk

wawancara kepada 5 pasien diabetes mellitus bahwa mereka banyak ketika ditanya

tentang diabetes mellitus ternyata 2 orang diantaranya tidak paham tentang penyakit

diabetes mellitus bahkan terdapat 2 orang yang sudah 4 kali melalukan pengobatan

diabetes mellitus ternyata masih kurang memahami perawatan penyakit diabetes

mellitus dan hanya 1 orang yang bisa menyebutkan tentang perawatan diabetes

mellitus. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis diketahui bahwa hanya

sedikitditemukan poster yang ada tentang diabetes mellitus di sekitar poliklinik

diabetes mellitus dan leaflet maupun brosur yang diberkan kepada pasien diabetes

(27)

informasi dan edukasi tentang diabetes mellitus karena mereka menyatakan butuh

informasi tentang diabetes mellitus.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah

untuk mengetahui bagaimana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan

media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam

perawatan penyakit diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Djoelham Binjai.

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian : bagaimanakah pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media

leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes

mellitus dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

1.3 TujuanPenelitian

Untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan

media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham

Binjai.

1.4 ManfaatPenelitian

(28)

1) Sebagai khasanah pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait tentang Promosi

kesehatan menggunakan leaflet dalam meningkatkan pemanfaatan pelayanan di

rumah sakit.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan

promosi kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Promosi Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik

itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat

meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya

kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan kesehatan

pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat tersebut merupakan

alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi

masyarakat (Fitriani, 2011). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan

kesehatan (media) maka dapat dibagi menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:

1) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer(selebaran), flipchart( lembar balik,

rubrik, poster, foto.

a) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar

dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat

pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter.

Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan

banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan

pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,

ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk

(30)

pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau

satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya

tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong

untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.

Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk

memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi

pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan

penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada

saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan

Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri

dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010).

c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk

topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok

sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal

yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,

Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa

hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu

(31)

psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.

Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang

informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan (Notoatmodjo, 2010).

d) Flipchart ( lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya didalam setiap lembaran

buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi

pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut(Fitriani,

2011). Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan

memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. Setiap tahapan

memiliki satu gambar yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu

nomor maka lembaran bergambar tersebut dibalikkan begitu sampai

seterusnya hingga akhir Sekumpulan lembaran balik merupakan suatu

pelajaran atau informasi yang lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk

segera digunakan seperlunya. Kelebihan lembar balik adalah gambar yang

jelas dan dapat dilihat secara bersama-sama, menarik dan mudah dimengerti,

(Sulaiman, 1985). .

e) Rubrik adalah tulisan dalam surat kabat atau majalah mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan kesehatan(Fitriani,

2011).

f) Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang berbentuk

(32)

program dan sebagainya. Brosur berisi pesan yang selalu tunggal, dibuat

untuk menginformasikan, mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi

orang. ( Anynomous)

2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.

a. Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media

televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab

yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau cerdas

cermat dan sebagainya (Fitriani, 2011).

b. Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan

seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya

(Fitriani, 2011).

c. Film atau video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan pesan

bersifat fakta maupun fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun

instruksional(Fitriani, 2011). Film atau video menjadi alat bantu belajar

yang sangat baik, video dan film dapat mengatasi kekurangan keterampilan

dalam membaca dan penguasaan bahasa, mengatasi

keterbatasanpengelihatan, video dan film sangat baik untuk menerangkan

suatu proses dengan menggunakan pengulangan gerakan secara lambat demi

memperjelas uraian dan ilustrasi, memikat perhatian, merangsang dan

memotivasi kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk menyajikan

teori dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan ( Sadiman,

(33)

3) Media papan seperti billboard.

a. Media papan disini mencakup berbagai pesan yang ditulis pada kain, papan

yang ditempel pada kendaraan umum ( mobil dan bus) (Fitriani, 2011).

2.2 Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan

dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,

Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi

kesehatanpendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak

bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat

usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO

merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk

mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat

harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu

mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi

kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa

perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi

dan lingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala

(34)

politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan

yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,

yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan

fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang

untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan

peraturan, surat keputusan.

2.3 Perilaku Kesehatan

2.3.1. Pengertian

Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih

dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan

lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu

rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa

perilaku (Adnani, 2011).

Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2012. Seorang ahli Psikologi

merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap

(35)

denganadanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme

Respon.

Ada dua respon yang dikenal yaitu :

a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh

stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup,

menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus

seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang

timbulnya respons -respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku

emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus ujian,

dsb) . Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak lulus

ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.

b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon d iikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation

atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu

memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik (dari

respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya petugas

itu mendapat reward atau hadiah.

2.3.2. Bentuk Perilaku

Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang

terhadaprangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu:

a. Bentuk pasif ( respons internal ): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara

(36)

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara

langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata (over

behaviour).

Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku

yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkanadalah:

a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (conditioning)

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

2.3.3. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:

a. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu

disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan

dan akan berubah karena pengalaman.

b. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan

mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.

c. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah

karenadisposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan

external.(Walgito, 2003).

2.4 Diabetes Melitus

(37)

Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa

dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang

ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi

glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis

karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau

negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin

tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau

gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari.

Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100

mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan

laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari

lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL.

Diabetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan

tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).

Pada penderita diabetes mellitus, urine atau air seninya terasa manis, karena

mengandung gula (glukosa). Menurut Margatan (1995) faktor keturunan memegang

peranan untuk timbulnya diabetes mellitus, yang berarti anggota keluarga dari

penderita diabetes mellituslebih besar kemungkinannya untuk memperoleh penyakit

ini. Mathur (1996) menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah kelompok penyakit

metabolik yang mempunyai karakteristik kenaikan kadar gula (glukosa) darah yang

terjadi akibat kelainan produksi dan kerja (action) insulin, atau ke dua-duanya.

(38)

kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan

oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik

absolut maupun relatif.

Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas berfungsi membantu

tubuh mendapatkan energy dari makanan. Sebagian makanan yang dimakan akan

diubah menjadi glukosa. Glukosa beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah.

Tubuh menyimpan glukosa didalam sel-sel (sel otot, jantung, lemak, hati dll) untuk

kemudian digunakan sebagai sumber energi.

Penyakit diabetes dapat dengan mudah diketahui dengan cara memeriksa kadar

gula darah, namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang dirasakan

bukanlah hal yang mengganggu ppasien, bahkan kadangkala menunjukan gejala yang

tidak khas sehingga penyakit ini sering kali diketahui secara kebetulan ketika berobat

ke dokter untuk suatu penyakit lain (soegondo, 2008).

2.4.2 Jenis-jenis Diabetes Melitus

Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu :

1.Diabetes mellitus tipe I

Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya

tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan

insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin.

Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel

dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi

(39)

2.Diabetes melitus tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun

akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru

saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada

tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan.

Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan

masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.

Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa

darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat

mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal.,

sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.

Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat

menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel

”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan

terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan

bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan

bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi

160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan

terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.

3.Diabetes Gestasional (kehamilan)

Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali

(40)

4.Diabetes mellitus tipe lain

Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi

kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit

pada kelenjar tersebut.

Perbedaan diabetes mellitus tipe I dengan diabetes mellitustipe II menurut Soegondo

(2008) adalah sebagai berikut:

1. Diabetes Mellitustipe I

a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan

insulin.

b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor

gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan

menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini

diperlukan kecenderungan genetik.

d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi

kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin

secara teratur.

2. Diabetes Mellitus tipe II

a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.

Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan

(41)

b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30

tahun.

c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 %

penderita mengalami obesitas.

d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.

2.4.3 Penyebab Diabetes Melitus

Margatan (1995) menyatakan bahwa penderita diabetes mellitusbiasanya

dikarenakan kelenjar pankreas atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak

cukup memprodusir hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga pembakaran

karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna. Beberapa faktor yang sering

menyuburkan dan bisa menjadi pencetus adalah (1) Kurang gerak, (2) Makan secara

berlebihan, (3) Kehamilan, (4) Kekurangan hormone insulin, dan (5) Hormon insulin

yang terpacu berlebihan.

Adapun penyebab diabetes mellitus ada 3 macam, yaitu: (1) Gaya hidup, (2)

Kondisi kesehatan, dan (3) Gen atau keturunan, sedangkan pendapat lain yang

dikemukakan oleh Soegondo (2008) penyebab diabetes lainnya adalah: (1) Kadar

kortikosteroid yang tinggi, (2) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah

melahirkan, (3) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas, dan (4) Racun yang

mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.4.4 Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus

Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik

(42)

gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan.

Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes

(Soegondo, 2008).

Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :

 Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek dengan diabetes

 Berumur 45 tahun atau lebih

 Berat badan lebih atau obesitas

 Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal (prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)

 Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85

 Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200 mg/dL

 Pernah mengalami diabetes gestasional

 Melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram. 2.4.5 Patofisiologis

Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam

(43)

Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan

demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glikosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat

untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi keton yang menyertainya. Karena

itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe II (Soewondo,2008).

2.4.6 Gejala Dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Melitus

Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut

Imam Subekti yang dikutip oleh (Soewondo,2008) adalah sebagai berikut:

1. Keluhan klasik

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung

dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat

yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok.

Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel

(44)

karena katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel yang

menggunakan glukosa sebagai energi.

b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang

tinggi akan menyebabkan banyak kencing.

c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami oleh penderita

karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa

haus itu penderita minum banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan

dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air

intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma

yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi merangsang pengeluaran ADH

(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari makanan yang dimakan,

setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat

dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk

antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi imun

dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan

(45)

b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan

penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang

kali, agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau

daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan

timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering

dirasakan.

e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan diabetes mellitus

mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron dan

system yang berperan.

2.4.7 Komplikasi

Menurut soegondo (2008) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi seperti

berikut :

a. Komplikasi Akut

1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya

insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan

metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis

ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

2. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

(46)

3. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi

metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada

dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.

b. Komplikasi kronis

1. Mikroangiopati

Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes, umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan)

Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus,

nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.

Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom

yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat

disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.

2. Makroangiopati

 Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada diabetes

(47)

pada diabetes mellitussangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan oksidasi.

 Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah

yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah

serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.

 Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).

2.4.8 Perawatan Diabetes Melitus

Menurut Soewondo (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha

untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara

dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non

farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut :

1. Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan

partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim

kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan

berlangsung seumur hidup. Kenberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku

membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya

(48)

2. Pengobatan dengan insulin

Jika anda seorang dengan diabetes mellitus tipe I, maka insulinlah penyelamat

anda. Jika anda penderita diabetes mellitus tipe II maka tahap akhir anda akan

membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya

masih menggunakan suntikan.

Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pankreas sapi, babi, salmon dan

binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakreti

E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti insulin manusia (Soegondo, 2008).

Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon

naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana yang dapat mengukur

kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai

bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :

a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya.

Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan,

waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang

mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan

insuli sesaat sebelum makan.

b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang membutuhkan 30

menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang

(49)

c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah

setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama

10-12 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.

d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai

menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam.

e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin 70% dan

regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang

memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang

buruk.

Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan

insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun belum terjadi

gejala-gejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.

3. Pengobatan dengan obat oral

Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu

saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat

berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan

dengan oral.

a. Obat insulin sekretagok

b. Obat insulin biguanid

c. Obat golongan glitazone

d. Obat golongan alpha glukosidae

(50)

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat

diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat. Kadangk

ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.

4. Diet Diabetes

Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai

gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan

keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah

makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes

melainkan meal planning (Soegondo, 2008). Perencanaan makan menggambarkan

apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Dietesan atau rang yang ahli

dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang

baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda

ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda lakukan,

apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa yang diminum dan

kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh mungkin mengikuti

kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik

di teruskan dan yang kurang baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan.

Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah

lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.

(51)

Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari

kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat

membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan tenaga

(energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih banyak

glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian konsentrasi

glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja

lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (soegondo,

2008).

Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang

disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akana bertahan

melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya ke dalam

jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal

biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.

Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap.

Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat menyebabkan

cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga selama 30-60

menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan

selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak

(52)

2.5 Kerangka Teori

Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi

melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut

merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus

-organisme-respon. Skinner membedakan dua respon, yaitu :

1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation

karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat

menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup

dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila

seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan

penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan

lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya.

Berdasarkan teori diatas penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang

(53)

pada penderita diabetes melitus (organisme) setelah diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur(stimulus).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas yang menggunakan teori S-O-R maka

kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh media leaflet dan

media brosur dalam peningkatan pengetahuan dan sikap dalam perawatan penderita

diabetes mellitus.

BAB III Promosi Kesehatan

dengan Media Leaflet dan Media Brosur

- Pengetahuan pasien tentang perawatan diabetes mellitus

(54)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang

digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan

intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design

without control group. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

O1 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di

RSUD RM Djoelham Binjai sebelum diberikan media leafleat.

X1 adalah pemberian leafleat kepada pasien diabetes mellitus.

O2 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di

RSUD RM Djoelham Binjai setelah diberikan media leafleat.

O3adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di RSUD

RM Djoelham Binjai sebelum diberikan brosur.

X2 adalah pemberian brosur kepada pasien diabetes mellitus.

O1 X1 O2

Gambar

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Di Rsud Dr. R.M.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Pre Test
Tabel Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi melalui media cetak (leaflet) dan media elektronik (video) di SMA N

menyelesaikan skripsis ini dengan judul ” EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG BAHAYA NAPZA

Tujuan penelitian ini adalah menilai apakah konseling kelompok atau media promosi kesehatan video yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap perawatan kaki

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERAWATAN KAKI DIABETIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DIABETES MELITUS.. DI PUSKESMAS KARTASURA

Perbandingan Nilai Rerata Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penderita Diabetes Mellitus di Klinik RSUD Djasamen

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Efektivitas senam diabetes terhadap control gula darah pasien Diabetes Mellitus di RS

promosi kesehatan yang akan digunakan adalah metode ceramah dan media leaflet. dengan pertimbangan merupakan metode dan media penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan dengan metode Ceramah dan Diskusi dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan perubahan Kadar Gula darah pasien DM tipe II di RSU dr Pirngadi Medan..