EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM
BINJAI TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD TAUFIQ 101000235
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN
SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. R. M DJOELHAM
BINJAI TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
AHMAD TAUFIQ 101000235
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.
Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.
Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.
Abstract
Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.
The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.
This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.
Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
EFEKTIVITAS MEDIA LEAFLEAT DAN MEDIA BROSUR TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN DALAM PERAWATAN
DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R.M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2015
Ahmad Taufiq
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ahmad Taufiq
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/19-februari-1992
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : (alm.) Mahmud Said, SH
Ibu : Henni Ismaini
Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Madukoro No. 7 Medan
Riwayat Pendidikan
Tahun 1998-2004 : SD. Negeri 060792
Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 35 Medan
Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 35 Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahuwata`ala karena
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus Di RSUD Dr. R. M Djoelham
Binjai Tahun 2015”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Almarhum
Ayahanda Mahmud Said, SH dan Ibunda Henni Ismaini, SH yang telah memberikan
dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan
selalu mendoakan penulis.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan
Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan
ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.
3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku dosen penguji I yang telah
memberikan arahan, masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Drs. Alam
Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan,
masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Lita Sri Handayani, SKM, M.Kes., dr. Linda T Maas MPH, Dra. Syarifah, MS,
Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc selaku dosen peminatan pendidikan kesehatan
dan ilmu perilaku yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Drs. Zulfendri, M.Kes., Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku dosen yang
telah membimbing dan memberikan perhatian dan semangat kepada penulis
selama masa perkuliahan.
6. Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
7. Seluruh dosen beserta staff pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
8. Bapak Warsito, SE terimakasih sudah banyak membantu penulis selama
menjalani pendidikan di FKM USU.
9. Untuk kedua adinda tersayang Muhammad Afdillah dan Allya Putri terima kasih
10.Abangda-abangda yang telah banyak memberikan dukungan dan pembelajaran
kepada penulis. Teman-teman FKM 2010 terima kasih untuk kebersamaan,
dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis. Adik-adik stambuk terima
kasih untuk kebersamaan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan, Agustus 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRAC ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
2.4.1 Pengertian Diabetes Mellitus ... 16
2.4.2 Jenis-Jenis Diabetes mellitus ... 18
2.4.3 Penyebab Diabetes Mellitus ... 20
2.4.4 Faktor risiko Terjadinya Diabetes Mellitus ... 21
2.4.5 Patofisiologis ... 22
2.4.6 Gejala dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Mellitus ... 23
2.4.7 Komplikasi ... 24
2.4.8 Perawatan Diabets Mellitus ... 26
2.5 Kerangka Konsep ... 31
2.6 Gambar Kerangka Konsep ... 31
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.4.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data... 35
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional… ... 36
4.3. Efektivitas Media Leafleat Dan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54
4.3.1. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 54
4.3.2. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55 4.3.3. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan
Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M
Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55
4.3.4 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56
4.4. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57
4.5. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 58
BAB 5. PEMBAHASAN ... 59
5.1. Pengertian Efektivitas ... 59
5.1. Pengetahuan ... 64
5.1.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 64
5.1.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 65
5.2 Sikap ... 67
5.2.1 Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 67
5.2.2 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 68
5.3. Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 70
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
6.1. Kesimpulan ... 72
6.2. Saran ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur responden di RSUD Dr. R.M
Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan responden di RSUD Dr. R.M
Djoelham Binjai tahun 2015 ... 46
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan responden di RSUD Dr. R.M
Djoelham Binjai tahun 2015 ... 47
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Pre
Test ... 48 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pertanyaan Tentang Pengetahuan Post
Test ... 49
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Pre Test ... 51
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pernyataan Tentang Sikap Post Test ... 51 Tabel 4.8. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun
2015 ... 54
Tabel 4.9. Efektivitas Media Leafleat Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 55
Tabel 4.10. Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.11 Efektivitas Media Brosur Terhadap Peningkatan Sikap Pasien
Dalam Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 56 Tabel 4.12 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R.M Djoelham Binjai tahun 2015 ... 57 Tabel 4.13 Perbedaan Rata-rata Media Leafleat Dengan Media Brosur
Terhadap Peningkatan Sikap Pasien Tentang Perawatan Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 : Media Brosur
Lampiran 3 : Media Leafleat
Lampiran 4 : Master Data Penelitian
Lampiran 5 : Out Put Penelitian Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
ABSTRAK
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di tempat pelayanan kesehatan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai komplikasi yang dapat mengancam kehidupan. Tingginya prevalensi diabetes mellitus disebabkan kurangnya pengetahuan dan sikap tentang pola hidup yang sehat.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.
Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design without control group.
Media brosur efektif dalam meningkatkan pengetahuan pasien dalam perawatan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Media leaflet dan media brosur tidak memiliki perbedaan dalam peningkatan pengetahuan pasien dalam peratawan diabetes mellitus di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Perlu diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur dalam menyampaikan informasi tentang perawatan diabetes mellitus.
Abstract
Diabetes is one of the most common diseases in the health service. Patients with diabetes mellitus risk of various complications that can threatened life of human being. The high prevalence of diabetes mellitus is due to lack of knowledge and attitudes about a healthy lifestyle.
The purpose of this study was to analyze the effectiveness of health promotion using the media leaflets and brochures on the knowledge and attitudes of patients with diabetes mellitus in the treatment of diabetes mellitus in the Regional General Hospital (Hospital) Djoelham Binjai.
This research is a quantitative research design that used a quasi-experimental study. Group of subjects was observed before the intervention, and then observed again after intervention. Draft design used pretest and post test group design without control group.
Media brochure is effective in improving knowledge in the treatment of diabetes mellitus patients in Dr. R.M Djoelham Binjai hospitals. Media leaflets and brochures do not have a difference in improving patient knowledge in diabetes mellitus treatment in Dr. R.M Djoelham Binjai hospital. Health promotion should be given to the media and media leaflet brochure in conveying information about the treatment of diabetes mellitus.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes,2010).
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang
paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan
yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan
dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional
dibidang kesehatan (Hanafi,2004).
Rumah Sakit memiliki peranan penting yaitu mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Rumah Sakit agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi –tingginya dalam rangka
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi,dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2010).
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salah
satu yang tercantum di dalamnya menyebutkan bahwa rumah sakit merupakan
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat, selain itu Rumah Sakit juga wajib meningkatkan mutu pelayanan dan
mempertahankan standar Rumah Sakit (Depkes, 2010).
Sebagai pelayanan kesehatan masyarakat umum, rumah sakit memiliki
masalah utama yaitu mengenai pelayanan yang diberikan, yaitu apakah sudah sesuai
harapan pasien atau tidak. Saat ini, rumah sakit dituntut agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik untuk diberikan kepada masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang dimaksud yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Selain
itu, rumah sakit juga diharapkan mampu menjaga kepercayaan konsumen dengan
memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan
harapan atas pelayanan yang diberikan (Parani,1997)
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di
tempat pelayanan kesehatan, Tercatat pada tahun 2005 jumlah penderita diabetes
penderita. Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita
diabetes mellitus di indonesia meningkat dua kali lipat dari 2.598.000 pada tahun
2007 dan akan menjadi 5.210.000 penderita pada tahun 2025. WHO memastikan
peningkatan pada penderita diabetes mellitus terutama pada tipe II yang banyak
dialami oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diabetes mellitus tipe II
tanpa gngguan insulin muncul pada usia diata 45 tahun, karena pada usia 45 tahun
keatas karena tubuh sudah mengalami bnyak perubahan terutama pada organ
pancreas yang memproduksi insulin dalam darah (Soyono, 2009).
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 data epidemiologi di
Indonesia prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2013 sangat mengejutkan yaitu
mengalami kenaikan sebesar 1,1% dari tahun 2007 ke tahun 2013, sedangkan untuk
prevalensi diabetes mellitus pada umur > 15 tahun untuk provinsi hampir semua
propinsi mengalami kenaikan prevalensi diabetes mellitus diantaranya Maluku
mengalami kenaikan dari 0,5% menjadi 2,1%, Sulawesi Selatan dari 0,8% menjadi
3,4%, NTT dari 1,2 menjadi 3,3% (Balitbang Kemenkes RI 2013).
Data diatas menunjukan bahwa jumlah penyandang diabetes di Indonesia
sangat besar dan mengingat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak yang
sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan
yang cukup besar, maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah sudah
seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya
dalam upaya pencegahan. Penderita diabetes mellitus berisiko mengalami berbagai
waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan beberapa organ seperti
pembuluh darah (stroke), pembuluh mata (kebutaan), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal kronik), pembuluh
darah kaki (gangrene/amputasi). Penderita diabetes mellitus memiliki resiko stroke
dan PJK dua kali lebih besar, lima kali lebih besar terkena gangrene, 7 kali lebih
besar terkena gagal ginjal dan 25 kali lebih besar terkena kebutaan (Soegondo, 2008).
Tingginya angka prevalensi diabetes mellitus perlu dilakukan pengelolaan
penyakit diabetes mellitus. Pengelolaan diabetes mellitus merupakan upaya awal
dalam mencegah, mengkontrol dan mengatasi diabetes mellitus dengan melakukan
terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Pengelolaan farmakologis dilakukan
dengan pemberian obat atau pemberian insulin dengan obat hipoglikemik oral.
Sedangkan terapi non farmakologs melalui pengendalian berat badan, olahraga, dan
diet. Penanganan diabetes menggunakan terafi farmakologis atau menggunakan
obat-obatan memang secara efektif mampu menstabilkan kadar gula darah penderita,
namun perlu diingat bahwa kadar gula darah stabil tersebut hanya bertahan dalam
waktu singkat. Dengan kata lain jka penderita ingin agar gula darahnya tetap stabil
maka ia harus secara kontinyu menjalani pengobatan tersebut. Intinya pengobatan
medis yang dijalani cendrung menimbulkan efek ketergantungan kepada penderita.
Efek ketergantungan yang timbul akibat pengobatan medis sebenarnya dapat
dianggap sebagai efek samping. Namun efek samping yang muncul tentunya akan
sangat merugikan penderita karena pengobatan secara kontinyu juga belum mengatasi
Untuk menurunkan prevalensi kejadian diabetes mellituss maka dilakukanlah
berbagai usaha yang salah satunya upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan pada
hakikatnya usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu, dengan harapan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh
pengetahuan, akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku
(Notoatmodjo,2005).
Tujuan promosi kesehatan adalah memberdayakan individu, keluarga, dan
masyarakat agar mau menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya
kesehatan yang bersumber masyarakat. Kegiatan pokoknya adalah dengan
pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) mencakup mengembangkan media promosi kesehatan, dan
melaksanakan dukungan diabetes mellitus inistratif dan operasional pelaksanaan
program promosi kesehatan. Upaya tersebut dilakukan dengan menggunakan media
cetak, elektronik maupun media ruang (Notoatmodjo,2005)
Dalam hal ini media diposisikan untuk membuat suasana yang kondusif
terhadap perubahan perilaku yang positif terhadap kesehatan. Setiap tahun unit
promosi kesehatan memproduksinya Sehingga menurut peneliti perlu dirancang
media yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat
sehingga pesan dapat lebih efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap pasien
tentang penyakit diabetes mellitus.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
melalui media cetak, elektronika (TV, radio, komputer, dsb) dan media luar ruang,
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media,
pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang
positif (Notoatmodjo, 2007)
Leaflet merupakan salah satu merupakan media promosi kesehatan yang fungsinya untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat.media leaflet memiliki keunggulan yang berisi kalimat singkat, padat dan mudah dimengerti beserta gambar-gambar yang dapat menarik minat untuk
membacanya. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan
pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku
tersebut.Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan
pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut
(Notoatmodjo, 2005).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan pusat pelayanan kesehatan
yang diberikan pemerintah yang dimanfaatkan masyarakat di daerah. RSUD
seharusnya menjadi pusat pelayanan kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh termasuk memberikan pelayanan promosi kesehatan
tentang penyakit diabetes mellitus . Namun, dalam kenyataannya RSUD belum bisa
karena kurang mendapatkan informasi yang cukup baik terkait dengan penyakit
diabetes mellitus sehingga tidak jarang mereka tidak datang berkunjung kembali
untuk mendapatkan pengobatan (Haryati, 2004).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.R. M Djoelham Binjai merupakan
orgnisasi pemerintah yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan.RSUD Dr. R.
M. Djoelham sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B, dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada pasien masyarakat didukung dengan fasilitas yang
secara umum sudah cukup memenuhi standar fasilitas peralatan RSUD Kelas B.
Dari data kunjungan pasien yang rawat inap di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai
menunjukkan peningkatan kunjungan pasien diabetes melliitus dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2012 sebanyak 284 orang meningkat menjadi 410 pada tahun 2013 dan di
tahun 2014 meningkat menjadi 474 orang.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk
wawancara kepada 5 pasien diabetes mellitus bahwa mereka banyak ketika ditanya
tentang diabetes mellitus ternyata 2 orang diantaranya tidak paham tentang penyakit
diabetes mellitus bahkan terdapat 2 orang yang sudah 4 kali melalukan pengobatan
diabetes mellitus ternyata masih kurang memahami perawatan penyakit diabetes
mellitus dan hanya 1 orang yang bisa menyebutkan tentang perawatan diabetes
mellitus. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis diketahui bahwa hanya
sedikitditemukan poster yang ada tentang diabetes mellitus di sekitar poliklinik
diabetes mellitus dan leaflet maupun brosur yang diberkan kepada pasien diabetes
informasi dan edukasi tentang diabetes mellitus karena mereka menyatakan butuh
informasi tentang diabetes mellitus.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah
untuk mengetahui bagaimana pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan
media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam
perawatan penyakit diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Djoelham Binjai.
1.2 PerumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
penelitian : bagaimanakah pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan media
leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes
mellitus dalam di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.
1.3 TujuanPenelitian
Untuk menganalisis efektivitas promosi kesehatan dengan menggunakan
media leaflet dan brosur terhadap pengetahuan dan sikap pasien diabetes mellitus dalam perawatan diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham
Binjai.
1.4 ManfaatPenelitian
1) Sebagai khasanah pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait tentang Promosi
kesehatan menggunakan leaflet dalam meningkatkan pemanfaatan pelayanan di
rumah sakit.
2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan
promosi kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Djoelham Binjai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Promosi Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik
itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya
kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan kesehatan
pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat tersebut merupakan
alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi
masyarakat (Fitriani, 2011). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan (media) maka dapat dibagi menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:
1) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer(selebaran), flipchart( lembar balik,
rubrik, poster, foto.
a) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar
dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat
pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter.
Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan
banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau
satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya
tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong
untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).
b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan
penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan
Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri
dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010).
c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk
topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal
yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa
hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu
psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada.
Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang
informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan (Notoatmodjo, 2010).
d) Flipchart ( lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi
kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya didalam setiap lembaran
buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi
pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut(Fitriani,
2011). Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan
memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. Setiap tahapan
memiliki satu gambar yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu
nomor maka lembaran bergambar tersebut dibalikkan begitu sampai
seterusnya hingga akhir Sekumpulan lembaran balik merupakan suatu
pelajaran atau informasi yang lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk
segera digunakan seperlunya. Kelebihan lembar balik adalah gambar yang
jelas dan dapat dilihat secara bersama-sama, menarik dan mudah dimengerti,
(Sulaiman, 1985). .
e) Rubrik adalah tulisan dalam surat kabat atau majalah mengenai bahasan
suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan kesehatan(Fitriani,
2011).
f) Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang berbentuk
program dan sebagainya. Brosur berisi pesan yang selalu tunggal, dibuat
untuk menginformasikan, mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi
orang. ( Anynomous)
2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.
a. Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media
televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau cerdas
cermat dan sebagainya (Fitriani, 2011).
b. Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan
seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya
(Fitriani, 2011).
c. Film atau video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan pesan
bersifat fakta maupun fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional(Fitriani, 2011). Film atau video menjadi alat bantu belajar
yang sangat baik, video dan film dapat mengatasi kekurangan keterampilan
dalam membaca dan penguasaan bahasa, mengatasi
keterbatasanpengelihatan, video dan film sangat baik untuk menerangkan
suatu proses dengan menggunakan pengulangan gerakan secara lambat demi
memperjelas uraian dan ilustrasi, memikat perhatian, merangsang dan
memotivasi kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk menyajikan
teori dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan ( Sadiman,
3) Media papan seperti billboard.
a. Media papan disini mencakup berbagai pesan yang ditulis pada kain, papan
yang ditempel pada kendaraan umum ( mobil dan bus) (Fitriani, 2011).
2.2 Promosi Kesehatan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan
dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi
kesehatanpendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak
bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat
usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO
merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi
kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi
dan lingkungannya.
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala
politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,
yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan
fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang
untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan
peraturan, surat keputusan.
2.3 Perilaku Kesehatan
2.3.1. Pengertian
Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih
dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan
lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu
rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa
perilaku (Adnani, 2011).
Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2012. Seorang ahli Psikologi
merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap
denganadanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme
Respon.
Ada dua respon yang dikenal yaitu :
a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup,
menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus
seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang
timbulnya respons -respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku
emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus ujian,
dsb) . Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak lulus
ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.
b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon d iikuti oleh
stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation
atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu
memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik (dari
respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya petugas
itu mendapat reward atau hadiah.
2.3.2. Bentuk Perilaku
Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang
terhadaprangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu:
a. Bentuk pasif ( respons internal ): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara
langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata (over
behaviour).
Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku
yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkanadalah:
a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (conditioning)
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
2.3.3. Teori Perilaku
Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:
a. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu
disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan
dan akan berubah karena pengalaman.
b. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan
mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.
c. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah
karenadisposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan
external.(Walgito, 2003).
2.4 Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa
dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang
ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi
glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis
karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau
negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin
tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau
gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari.
Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100
mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan
laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari
lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL.
Diabetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan
tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).
Pada penderita diabetes mellitus, urine atau air seninya terasa manis, karena
mengandung gula (glukosa). Menurut Margatan (1995) faktor keturunan memegang
peranan untuk timbulnya diabetes mellitus, yang berarti anggota keluarga dari
penderita diabetes mellituslebih besar kemungkinannya untuk memperoleh penyakit
ini. Mathur (1996) menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah kelompok penyakit
metabolik yang mempunyai karakteristik kenaikan kadar gula (glukosa) darah yang
terjadi akibat kelainan produksi dan kerja (action) insulin, atau ke dua-duanya.
kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif.
Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas berfungsi membantu
tubuh mendapatkan energy dari makanan. Sebagian makanan yang dimakan akan
diubah menjadi glukosa. Glukosa beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah.
Tubuh menyimpan glukosa didalam sel-sel (sel otot, jantung, lemak, hati dll) untuk
kemudian digunakan sebagai sumber energi.
Penyakit diabetes dapat dengan mudah diketahui dengan cara memeriksa kadar
gula darah, namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang dirasakan
bukanlah hal yang mengganggu ppasien, bahkan kadangkala menunjukan gejala yang
tidak khas sehingga penyakit ini sering kali diketahui secara kebetulan ketika berobat
ke dokter untuk suatu penyakit lain (soegondo, 2008).
2.4.2 Jenis-jenis Diabetes Melitus
Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu :
1.Diabetes mellitus tipe I
Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya
tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan
insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin.
Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi
2.Diabetes melitus tipe II
Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun
akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru
saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada
tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan.
Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan
masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.
Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa
darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat
mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal.,
sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.
Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat
menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel
”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan
terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan
bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan
bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi
160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan
terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.
3.Diabetes Gestasional (kehamilan)
Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali
4.Diabetes mellitus tipe lain
Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi
kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit
pada kelenjar tersebut.
Perbedaan diabetes mellitus tipe I dengan diabetes mellitustipe II menurut Soegondo
(2008) adalah sebagai berikut:
1. Diabetes Mellitustipe I
a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan
insulin.
b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.
c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor
gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan
menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini
diperlukan kecenderungan genetik.
d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi
kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin
secara teratur.
2. Diabetes Mellitus tipe II
a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.
Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan
b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30
tahun.
c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 %
penderita mengalami obesitas.
d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.
2.4.3 Penyebab Diabetes Melitus
Margatan (1995) menyatakan bahwa penderita diabetes mellitusbiasanya
dikarenakan kelenjar pankreas atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak
cukup memprodusir hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga pembakaran
karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna. Beberapa faktor yang sering
menyuburkan dan bisa menjadi pencetus adalah (1) Kurang gerak, (2) Makan secara
berlebihan, (3) Kehamilan, (4) Kekurangan hormone insulin, dan (5) Hormon insulin
yang terpacu berlebihan.
Adapun penyebab diabetes mellitus ada 3 macam, yaitu: (1) Gaya hidup, (2)
Kondisi kesehatan, dan (3) Gen atau keturunan, sedangkan pendapat lain yang
dikemukakan oleh Soegondo (2008) penyebab diabetes lainnya adalah: (1) Kadar
kortikosteroid yang tinggi, (2) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah
melahirkan, (3) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas, dan (4) Racun yang
mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
2.4.4 Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus
Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik
gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan.
Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes
(Soegondo, 2008).
Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :
Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek dengan diabetes
Berumur 45 tahun atau lebih
Berat badan lebih atau obesitas
Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal (prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)
Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85
Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200 mg/dL
Pernah mengalami diabetes gestasional
Melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram. 2.4.5 Patofisiologis
Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam
Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glikosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit
meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi keton yang menyertainya. Karena
itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe II (Soewondo,2008).
2.4.6 Gejala Dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Melitus
Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut
Imam Subekti yang dikutip oleh (Soewondo,2008) adalah sebagai berikut:
1. Keluhan klasik
a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung
dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat
yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok.
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel
karena katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel yang
menggunakan glukosa sebagai energi.
b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami oleh penderita
karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa
haus itu penderita minum banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma
yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi merangsang pengeluaran ADH
(antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.
d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari makanan yang dimakan,
setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat
dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk
antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi imun
dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2. Keluhan lain
a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan
b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang
kali, agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.
d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
dirasakan.
e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan diabetes mellitus
mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron dan
system yang berperan.
2.4.7 Komplikasi
Menurut soegondo (2008) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi seperti
berikut :
a. Komplikasi Akut
1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya
insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan
metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis
ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
2. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang
3. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi
metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada
dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.
b. Komplikasi kronis
1. Mikroangiopati
Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes, umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan)
Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus,
nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.
Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom
yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat
disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.
2. Makroangiopati
Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada diabetes
pada diabetes mellitussangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan oksidasi.
Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah
yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah
serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.
Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).
2.4.8 Perawatan Diabetes Melitus
Menurut Soewondo (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha
untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara
dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non
farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut :
1. Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan
partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim
kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan
berlangsung seumur hidup. Kenberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku
membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya
2. Pengobatan dengan insulin
Jika anda seorang dengan diabetes mellitus tipe I, maka insulinlah penyelamat
anda. Jika anda penderita diabetes mellitus tipe II maka tahap akhir anda akan
membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya
masih menggunakan suntikan.
Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pankreas sapi, babi, salmon dan
binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakreti
E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti insulin manusia (Soegondo, 2008).
Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon
naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana yang dapat mengukur
kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai
bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :
a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya.
Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan,
waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang
mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan
insuli sesaat sebelum makan.
b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang membutuhkan 30
menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang
c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah
setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama
10-12 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.
d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai
menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam.
e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin 70% dan
regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang
memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang
buruk.
Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan
insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun belum terjadi
gejala-gejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.
3. Pengobatan dengan obat oral
Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu
saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat
berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan
dengan oral.
a. Obat insulin sekretagok
b. Obat insulin biguanid
c. Obat golongan glitazone
d. Obat golongan alpha glukosidae
Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat
diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat. Kadangk
ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.
4. Diet Diabetes
Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai
gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan
keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes
melainkan meal planning (Soegondo, 2008). Perencanaan makan menggambarkan
apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Dietesan atau rang yang ahli
dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang
baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda
ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda lakukan,
apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa yang diminum dan
kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh mungkin mengikuti
kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik
di teruskan dan yang kurang baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan.
Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah
lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.
Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari
kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat
membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan tenaga
(energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih banyak
glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian konsentrasi
glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja
lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (soegondo,
2008).
Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang
disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akana bertahan
melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya ke dalam
jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal
biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.
Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap.
Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat menyebabkan
cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga selama 30-60
menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan
selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak
2.5 Kerangka Teori
Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi
melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus
-organisme-respon. Skinner membedakan dua respon, yaitu :
1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation
karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat
menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup
dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan
kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcing stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila
seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan
penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan
lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya.
Berdasarkan teori diatas penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang
pada penderita diabetes melitus (organisme) setelah diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur(stimulus).
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas yang menggunakan teori S-O-R maka
kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh media leaflet dan
media brosur dalam peningkatan pengetahuan dan sikap dalam perawatan penderita
diabetes mellitus.
BAB III Promosi Kesehatan
dengan Media Leaflet dan Media Brosur
- Pengetahuan pasien tentang perawatan diabetes mellitus
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan desain penelitian yang
digunakan eksperimen semu (quasi experimental). Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah dilakukan
intervensi. Disain rancangan yang digunakan pretest and posttest group design
without control group. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
O1 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di
RSUD RM Djoelham Binjai sebelum diberikan media leafleat.
X1 adalah pemberian leafleat kepada pasien diabetes mellitus.
O2 adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di
RSUD RM Djoelham Binjai setelah diberikan media leafleat.
O3adalah pengetahuan dan sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus di RSUD
RM Djoelham Binjai sebelum diberikan brosur.
X2 adalah pemberian brosur kepada pasien diabetes mellitus.
O1 X1 O2