• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Simulasi Starting Motor Induksi Rotor Sangkar Dengan Autotransformator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Simulasi Starting Motor Induksi Rotor Sangkar Dengan Autotransformator"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR

SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

OLEH :

NAMA : APRIDO SILALAHI

NIM : 08 0402 048

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR

SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

Oleh :

NAMA : APRIDO SILALAHI

NIM : 08 0402 048

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Sidang pada tanggal 09 bulan Januari tahun 2013 di depan penguji :

1) Ir. Panusur SM.L Tobing : Ketua Penguji : ………..

2) Ir. Zulkarnaen Pane : Anggota Penguji : ………..

3) Ir. Eddy Warman : Anggota Penguji : ………..

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Riswan Dinzi, MT) NIP : 19610404 198811 1 001

Diketahui oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si)

(3)

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR

SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

Oleh :

NAMA : APRIDO SILALAHI

NIM : 08 0402 048

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Sidang pada tanggal 09 bulan Januari tahun 2013 di depan penguji

1) Ir. Panusur SM.L Tobing : Ketua Penguji

2) Ir. Zulkarnaen Pane : Anggota Penguji

3) Ir. Eddy Warman : Anggota Penguji

Diketahui oleh : Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si) (Ir. Riswan Dinzi, MT

NIP :19540531 198601 1 002 NIP : 19610404 198811 1 001

(4)

ABSTRAK

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dalam perindustrian dimana motor induksi tiga fasa memiliki keluaran

berupa torsi untuk menggerakkan beban. Starting motor induksi tiga fasa dapat

dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya starting dengan menggunakan

autotransformator.

Dalam Tugas Akhir ini dibahas karakteristik torsi dan arus start motor

induksi pada saat starting dengan autotransformator. Persentase tap 100% pada

autotransformator akan menghasilkan nilai torsi dan arus start yang besar serta

putaran rotor yang membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk mencapai

putaran nominal. Jadi, dengan mengubah-ubah nilai persentase tap pada

transformator akan menghasilkan nilai karakteristik torsi, putaran rotor dan arus

start pada motor induksi yang bervariasi. Dimana semakin kecil nilai persentase

tap autotransformator akan menghasilkan nilai karakteristik torsi dan arus start

yang semakin kecil dan putaran rotor yang semakin lama untuk mencapai putaran

nominal.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir yang berjudul:

“ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR

SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR”

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah

membesarkan dan mengarahkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai

harganya, yaitu Gorisdin Silalahi dan Lentaria Purba, atas seluruh perhatian dan

dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat

dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan setulus

hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bantuan,

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir

ini.

2. Bapak Ir. Natsir Amin, MM selaku Dosen Wali Penulis.

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, MSi selaku Ketua Departermen Teknik elektro

FT USU dan Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen

(6)

4. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Teman-teman kerja praktek di Paya Pasir: Ler Frederick Sakaja Ginting, ST

dan Ler Junaydi Sipayung.

6. Teman-teman stambuk 2008 : Pryandi, Junedy P, Nico, David P, V. Basten,

Jean, Yusak, William, Herianto, Jhon, Esosia, Hisar, Doly dan teman-teman

2008 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

7. Teman-teman non-Teknik Elektro: Rizky Trinadewi, Mawar, Fitri, Sentiana,

Juniarti, Berlianti, dan lainnya, terima kasih penulis ucapkan atas dukungannya

selama ini.

8. Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan

terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun memperbaiki Tugas Akhir ini.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi yang

memerlukannya.

Medan, Januari 2013

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR GAMBAR……… vii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1Latar Belakang………. 1

1.2Rumusan Masalah……… 2

1.3Tujuan dan Manfaat Penulisan……… 2

1.4Batasan Masalah……… 3

1.5Metode Penulisan………. 3

1.6Sistematika Penulisan……….. 3

BAB II MOTOR INDUKSI………. 5

2.1 Umum……….. 5

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa……… 5

2.2.1 Stator………. 6

2.2.2 Rotor………. 7

2.3 Medan Putar……….…… 9

2.4 Slip……….. 11

2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa……….. 12

2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa………... 14

2.6.1 Ditinjau Dari Sisi Rotor……….. 14

(8)

2.7 Aliran Daya dan Efisiensi Motor Induksi……….. 19

2.8 Torsi Motor Induksi Tiga Fasa………. 22

2.9 Kelas Motor Induksi Tiga Fasa…..……… 25

BAB III METODE STARTING MOTOR INDUKSI……….….. 27

3.1 Umum……..……… 27

3.2 Starting Langsung (Direct-on-line Starting)……… 29

3.3 Starting Wye-Delta……….. 30

3.4 Starting Dengan Tahanan Stator……….. 32

3.5 Starting Dengan Autotransformator……… 34

3.5.1 Pendahuluan……….. 34

3.5.2 Autotransformator……….. 34

3.5.3 Analisis Rangkaian Starting dengan Autotransformator… 36 3.5.3.1 Closed-circuit Transition……… 36

3.5.3.2 Open-circuit Transition………...……… 37

3.5.4 Arus Dan Torsi Starting Motor Induksi………. 39

BAB IV ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ……… 41

4.1 Umum……….. 41

4.2 Rangkaian Simulasi……….. 41

4.3 Spesifikasi Model Rangkaian Simulasi……….… 42

4.4 Simulasi Dan Hasil Simulasi……….… 48

(9)

BAB V PENUTUP………. 77

5.1 Kesimpulan………. 77

5.2 Saran………... 78

DAFTAR PUSTAKA……….…… 79

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa………. 6

Gambar 2.2 Komponen stator motor induksi tiga fasa……….. 7

Gambar 2.3 Tipikal Rotor Sangkar dan Motor Induksi Rotor Sangkar……. 8

Gambar 2.4 Tipikal Rotor Belitan dan Motor Induksi Rotor Belitan……… 8

Gambar 2.5 Arus Tiga Fasa dan Diagram Phasor Fluksi Seimbang……….. 9

Gambar 2.6 Medan Putar Pada Motor Induksi Tiga Fasa……….. 10

Gambar 2.7 Rangkaian Ekivalen Pendekatan Motor Induksi Tiga Fasa….. 15

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Saat Motor Bergerak Dilihat Dari Rotor 16

Gambar 2.9 Diagram Vektor Saat Motor Berputar Dilihat Dari Rotor... 16

Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Saat Motor Bergerak Dilihat Dari Stator 17

Gambar 2.11 Diagram Vektor Saat Motor Berputar Dilihat Dari Stator... 17

Gambar 2.12 Rangkaian Pengganti Saat Motor Berputar Dilihat Dari Stator 18

Gambar 2.13 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Tanpa Rugi Inti 19

Gambar 2.14 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa………... 19

Gambar 2.15 Diagram Aliran Daya Pada Motor Induksi Tiga Fasa... 20

Gambar 2.16 Rangkaian Umum Jaringan Dan Rangkaian Ekivalen Thevenin 22

Gambar 2.17 Rangkaian Ekivalen Thevenin Pada Motor Induksi…………. 23

Gambar 2.18 Kurva Karakteristik Torsi-Kecepatan Pada Motor Induksi….. 24

Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Kelas Motor Induksi………..….. 25

Gambar 3.1 Rangkaian Diagram Starting Langsung Dan Rangkaian Kontrol

(11)

Gambar 3.2 Rangkaian Starting wye – delta Dan Rangkaian kontrol

Starting wye-delta………. 31

Gambar 3.3 Rangkaian Starting Dengan Tahanan Stator Dan Diagram

Skematik Starting Dengan Tahanan Stator……….. 33

Gambar 3.4 Belitan Autotransformator………. 35

Gambar 3.5 Rangkaian Starting Dengan Autotransformator Dan Rangkaian

Kontrol Starting Dengan Autotransformator………. 35

Gambar 3.6 Rangkaian Starting Dengan Autotransformator - Closed

Transition…………………... 37

Gambar 3.7 Rangkaian Starting Dengan Autotransformator - Open

Transition………... 38

Gambar 4.1 Rangkaian Simulasi Starting Motor Induksi Rotor Sangkar

Dengan Autotransformator……… 42

Gambar 4.2 Grafik Torsi – Kecepatan dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Tanpa Autotransformator……….. 49

Gambar 4.3 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Tanpa Autotransformator………. 50

Gambar 4.4 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Tanpa Autotransformator……… 51

Gambar 4.5 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 45%... 52

Gambar 4.6 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

(12)

Gambar 4.7 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 45%... 54

Gambar 4.8 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 55%... 55

Gambar 4.9 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 55%... 56

Gambar 4.10 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 55%... 57

Gambar 4.11 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 70%... 58

Gambar 4.12 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 70%... 59

Gambar 4.13 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 70%... 60

Gambar 4.14 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%... 61

Gambar 4.15 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%... 62

Gambar 4.16 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%... 63

Gambar 4.17 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

(13)

Gambar 4.18 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

Selama 2s Ke Tap 45%... 65

Gambar 4.19 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

Selama 2s Ke Tap 45%... 66

Gambar 4.20 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

Selama 2,5s Ke Tap 45%... 67

Gambar 4.21 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

Selama 2,5s Ke Tap 45%... 68

Gambar 4.22 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator Pada Tap 85%

Selama 0,25s Ke Tap 45%... 69

Gambar 4.23 Grafik Torsi – Kecepatan Dan Putaran Rotor Pada Starting

Motor Induksi Dengan Autotransformator dari tap 55% ke

70% ke 85% ke 100%... 70

Gambar 4.24 Grafik Arus Stator Fasa a,b Dan c Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator dari tap 55% ke 70%

ke 85% ke 100%... 71

Gambar 4.25 Grafik Torsi Elektromagnetik Pada Starting Motor

Induksi Dengan Autotransformator dari tap 55% ke 70%

(14)

ABSTRAK

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dalam perindustrian dimana motor induksi tiga fasa memiliki keluaran

berupa torsi untuk menggerakkan beban. Starting motor induksi tiga fasa dapat

dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya starting dengan menggunakan

autotransformator.

Dalam Tugas Akhir ini dibahas karakteristik torsi dan arus start motor

induksi pada saat starting dengan autotransformator. Persentase tap 100% pada

autotransformator akan menghasilkan nilai torsi dan arus start yang besar serta

putaran rotor yang membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk mencapai

putaran nominal. Jadi, dengan mengubah-ubah nilai persentase tap pada

transformator akan menghasilkan nilai karakteristik torsi, putaran rotor dan arus

start pada motor induksi yang bervariasi. Dimana semakin kecil nilai persentase

tap autotransformator akan menghasilkan nilai karakteristik torsi dan arus start

yang semakin kecil dan putaran rotor yang semakin lama untuk mencapai putaran

nominal.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Motor induksi merupakan jenis motor yang paling banyak digunakan pada

perindustrian maupun pedesaan. Harganya yang relatif murah, konstruksi yang

kuat, sederhana dan mudah pemeliharaannya serta motor induksi mempunyai

efisiensi yang tinggi menjadikan motor induksi lebih banyak digunakan dalam

berbagai kegiatan perindustrian.

Secara umum motor induksi dapat distart secara langsung ke rangkaian

ataupun dengan mengenakan tegangan yang telah dikurangi ke motor selama

periode starting. Motor yang distart pada tegangan penuh akan menghasilkan torsi

dan arus start yang lebih besar dibandingkan jika motor distart pada tegangan

yang dikurangi. Tegangan yang dikurangi yang diberikan pada motor selama

periode start akan mengurangi arus start dan pada saat yang sama mengurangi

waktu percepatan karena torsi start juga berkurang.

Di lapangan, motor induksi dapat distart dengan berbagai metode, antara lain

starting langsung, starting dengan tahanan stator, starting autotransformator,

starting wye-delta dan starting dengan tahanan rotor. Pada tugas akhir ini, penulis

akan membahas tentang “ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI

ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR” pada program

MATLAB 7.7.0.

Untuk membantu dalam melakukan analisis starting motor induksi rotor

(16)

program MATLAB 7.7.0. Simulink akan mencari data optimasi yang didasari oleh

mekanika ilmiah untuk menghasilkan suatu nilai optimal suatu fungsi atau sistem

serta pengaruh perubahan nilai parameter-parameter yang digunakan.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang

akan dibahas dalam tugas akhir ini, yaitu:

1. Apakah ada pengaruh penggunaan autotransformator pada periode starting

motor induksi rotor sangkar ?

2. Bagaimana nilai arus start dan torsi start yang didapat pada periode

starting dengan menggunakan autotransformator?

1.3Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis

simulasi starting motor induksi rotor sangkar dengan autotransformator,

menampilkan hasil simulasi dalam bentuk grafik seperti torsi, arus dan putaran

rotor.

Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah memberikan informasi tentang

penggunaan autotransformator pada starting motor induksi tiga fasa rotor sangkar.

1.4Batasan Masalah

Untuk membatasi materi yang akan dibicarakan pada Tugas Akhir ini, maka

penulis membuat batasan cakupan masalah yang akan dibahas. Hal ini bertujuan

(17)

mencapai hasil yang diharapkan. Adapun batasan masalah pada penulisan Tugas

Akhir ini adalah :

1. Membahas karakteristik arus start dan torsi start pada saat starting motor

induksi rotor sangkar dengan autotransformator.

2. Simulasi menggunakan MATLAB 7.7.0 R2008b.

3. Tidak membahas sistem proteksi.

4. Autotransformator hanya dibahas secara umum.

5. Parameter input untuk setiap parameter ditentukan oleh pengguna.

1.5Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik

tugas akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau

di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-lain.

2. Studi simulasi dengan menggunakan software MATLAB R2008b.

3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini

dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak departemen Teknik

Elektro USU dan teman-teman sesama mahasiswa.

1.6Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap tugas akhir ini, penulis menyusun

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Bab ini berisikan penjelasan tentang motor induksi tiga fasa secara umum,

konstruksi, prinsip kerja, jenis-jenis motor induksi tiga fasa, rangkaian ekivalen,

analisis aliran daya dan efisiensi motor induksi tiga fasa, torsi serta kelas motor

induksi tiga fasa.

BAB III METODE STARTING MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Bab ini membahas berbagai metode starting motor induksi tiga fasa secara

umum

BAB IV ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR

SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

Bab ini berisi analisis dari simulasi starting motor induksi rotor sangkar

dengan metode autotransformator pada MATLAB 7.7.0.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil percobaan dan saran dari tugas

(19)

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA FASA

2.1 Umum

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja

berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor

ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi

sebagai akibat adanya perbedaan relatif antar putaran rotor dengan medan putar

(rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.

Motor induksi banyak digunakan pada perindustrian karena harganya yang

relatif murah, konstruksi yang kuat, sederhana dan mudah pemeliharaannya serta

motor induksi mempunyai efisiensi yang tinggi. Akan tetapi jika dibandingkan

dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan dalam pengaturan

kecepatan. Pada motor induksi pengaturan kecepatan sulit untuk dilakukan karena

untuk mengatur kecepatannya, efisiensi dari motor induksi tersebut akan berubah

juga, sedangkan pada motor DC hal ini tidak dijumpai.

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa

Secara umum konstruksi motor induksi tiga fasa terdiri dari stator dan

rotor. Stator merupakan bagian mesin yang tidak berputar dan terletak di bagian

luar, sedangkan rotor merupakan bagian dari mesin yang berputar dan terletak di

(20)

Gambar 2.1 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa

2.2.1 Stator

Stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam

dan tempat mengalirkan arus fasa (Gambar 2.2(a)). Stator terdiri atas tumpukan

laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang

berbentuk silindris.. Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi

(Gambar 2.2(b)). Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas

(Gambar 2.2(c)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan

beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam

alur yang disebut belitan fasa yang terpisah secara listrik sebesar 1200. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis.

Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris

(Gambar 2.2(d)). Lempengan laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan,

belitan stator yang telah dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga

fasa dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(21)

a b c d

Gambar 2.2 Komponen stator motor induksi tiga fasa:

(a) Stator pada motor induksi,

(b) Lempengan inti,

(c) Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya,

(d) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator

2.2.2 Rotor

Rotor merupakan bagian dari mesin yang berputar dan terletak di bagian

dalam. Rotor motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

rotor sangkar (squirrel-cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor)

.

Pada motor

belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar tupai dalam hal

konstruksinya.

Pada rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang

dibentangkan ke dalam slot – slot yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap –

tiap ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan cincin aluminium. Batang

rotor dan cincin ujung sangkar tupai yang kecil merupakan coran tembaga atau

aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor, maka batang rotor ini kelihatan

seperti kandang tupai sehingga disebut motor induksi rotor sangkar tupai

(22)

(a)

Gambar 2.3 (a) Tipikal rotor sangkar, (b) motor induksi rotor sangkar

Pada motor belitan, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan

lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara wye dan masing-masing ujung

fasa terbuka dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang pada poros rotor. Slot rotor

menampung belitan terisolasi yang mirip dengan belitan pada stator. Dalam hal

ini, sikat karbon menekan cincin slip, oleh karena itu tahanan eksternal dapat

dihubungkan seri ke belitan rotor untuk mengontrol torsi start dan kecepatan

selama pengasutan. Penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan

menghasilkan torsi yang lebih besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil

dibanding rotor sangkar. Konstruksi motor induksi tiga fasa rotor belitan

ditunjukkan pada Gambar 2.4.

(a)

(23)

2.3 Medan Putar

Perputaran rotor pada motor arus bolak – balik terjadi akibat adanya

medan putar ( fluks yang berputar ) yang memotong rotor. Medan putar ini terjadi

apabila kumparan stator dihubungkan dengan suplai fasa banyak, umumnya tiga

fasa. Pada saat terminal tiga fasa motor induksi dihubungkan dengan suplai tiga

fasa maka arus bolak – balik tiga fasa ia, ib, ic yang terpisah sebesar 1200 derajat

satu sama lain akan mengalir pada kumparan stator. Arus – arus ini akan

menghasilkan gaya gerak magnet yang kemudian menghasilkan fluks yang

berputar atau disebut juga medan putar.

Untuk melihat bagaimana medan putar dihasilkan, maka dapat diambil

contoh sebuah motor induksi tiga fasa yang dihubungkan dengan sumber tiga fasa

sehingga pada stator mengalir arus tiga fasa yang kemudian menghasilkan medan

putar, seperti Gambar 2.5 berikut ini :

Gambar 2.5 Arus tiga fasa yang seimbang

Pada kondisi t0 dan t4 :

ia = Imax Fa = Fmax

ib = Fb = Fmax

(24)

Pada kondisi t1:

ia = 0 Fa = 0

ib = Fb = Fmax

ic = Fc = Fmax

Pada kondisi t2:

ia = - Imax Fa = - Fmax

ib = Fb = Fmax

ic = Fc = Fmax

Pada kondisi t3 :

ia = 0 Fa = 0

ib = Fb = Fmax

ic = Fc = Fmax

Gambar 2.6 Medan putar pada motor induksi tiga fasa pada (a) kondisi t0 dan t4,

(b) kondisi t1, (c) kondisi t2, (d) kondisi t3.

(25)

Kecepatan putaran medan putar stator dinamakan kecepatan sinkron,

medan putar stator kemudian memotong konduktor pada batang rotor sehingga

pada konduktor rotor timbul tegangan induksi yang mengakibatkan rotor ikut

berputar setelah melalui beberapa proses. Arah putaran rotor motor induksi searah

dengan arah putaran medan putar, namun kecepatan putaran rotor lebih rendah

dari kecepatan sinkronnya. Perbedaan kecepatan putaran ini dinamakan slip motor

induksi.

2.4 Slip

Motor induksi tidak dapat berputar pada kecepatan sinkron. Jika hal ini

terjadi maka rotor tidak akan berputar (diam) relatif terhadap fluksi yang berputar.

Maka tidak akan ada ggl yang diinduksikan dalam rotor sehingga tidak ada arus

yang mengalir pada rotor dan tidak akan menghasilkan kopel. Apabila rotor dari

motor induksi berputar dengan kecepatan nr dan kecepatan medan putar stator

adalah ns maka slip (s) adalah

% 100

x n

n n s

s r s

= (2.1)

Dalam hal ini kecepatan relatif rotor terhadap kecepatan medan putar

stator adalah nrel, dimana nrel = ns – nr. Maka frekuensi yang dibangkitkan pada

belitan rotor adalah f2, di mana

P n n f s r

120

2

= (2.2)

Sedangkan frekuensi medan putar stator adalah f1, di mana

p n

(26)

Dari persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) di atas diperoleh:

s r s

n n n f

f

=

1

2 , maka

1

2 sf

f = (2.4)

Apabila slip = 0 (ns = nr), maka f2 = 0. Apabila rotor ditahan dengan slip=1

(nr = 0), maka f2 = f1. Dari persamaan (2.4), diketahui bahwa frekuensi rotor

dipengaruhi oleh slip. Oleh karena itu, ggl induksi dan reaktansi pada rotor

merupakan fungsi frekuensi yang besarnya juga dipengaruhi oleh slip.

2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa

Motor induksi adalah peralatan pengubah energi listrik ke energi mekanik.

Listrik yang diubah merupakan listrik tiga fasa. Arus pada rotor didapat dari arus

induksi dimana arus ini berada dalam medan magnetik sehingga akan terjadi gaya

(F) pada rotor yang akan menggerakkan rotor dalam arah tegak lurus medan.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa adalah sebagai berikut:

1. Apabila sumber tegangan tiga fasa dihubungkan ke kumparan stator maka

pada kumparan stator akan mengalir arus tiga fasa.

2. Arus tiga fasa tersebut akan menghasilkan fluksi bolak-balik yang

berubah-ubah.

3. Interaksi ketiga fluksi bolak-balik tersebut akan menghasilkan medan putar

yang berputar dengan kecepatan putar sinkron ns, dimana

p f

ns =120 (2.5)

4. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor,

akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2

(27)

E2 = 4,44fN2Фm (volt) (2.6)

dimana:

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam.

N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor.

Фm = Fluksi maksimum (Wb).

5. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl akan

menghasilkan arus I2.

6. Adanya arus I2 di dalam medan magnet menimbulkan gaya F pada rotor.

7. Bila torka mula yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk

memikul torka beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.

8. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan

sinkron dan diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan

putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr). Perbedaan kecepatan

antara ns dan nr disebut slip dinyatakan pada persamaan (2.1).

9. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi

pada kumparan rotor tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini

dinyatakan dengan E2s yaitu

E2s = 4,44sfN2Фm(volt) (2.7)

dimana:

E2s = Tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar

N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor

f2=sf= frekuensi rotor ( dalam keadaan berputar)

10. Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada

(28)

akan timbul apabila nr < ns dan apabila nr > ns maka motor induksi beroperasi

sebagai generator induksi yang akan menghasilkan energi listrik.

2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

Pada prinsipnya proses “induksi” yang terjadi pada motor induksi hampir

sama seperti pada transformator yang berbeban resistif, sehingga penggambaran

rangkaian ekivalen motor induksi berdasarkan rangkaian ekivalen transformator,

dimana stator identik dengan sisi primer transformator dan rotor identik dengan

sisi sekunder transformator. Perbedaannya, pada kumparan rotor (sekunder) motor

induksi terhubung singkat dan berputar. Disamping itu perbedaan yang mendasar

antara keduanya adalah transformator merupakan mesin listrik statis, sedangkan

motor induksi adalah mesin listrik dinamis.

Rangkaian ekivalen motor induksi untuk masing-masing sisi dapat

diperlihatkan seperti berikut ini :

2.6.1 Ditinjau Dari Sisi Rotor

Pada saat motor induksi bergerak nr > 0 dan nr < ns, maka berdasarkan

persamaan (2.1) akan terjadi slip (s). Jika kumparan rotor dihubungkan dengan

suatu beban, maka pada kumparan rotor akan mengalir arus Ir yang sumbernya

r

E .

(

r r

)

r

r I R X

E = . + (2.8)

Apabila harga-harga ggl induksi dilihat dari rotor, maka :

a E E s

r = (2.9)

(29)

' r r r s I I E E

a= = (2.10)

a : adalah konstanta perbandingan.

Berdasarkan persamaan (2.8) didapat ggl induksi pada bagian rotor yaitu:

r r r r

r I R I X

E = . + .

r r r r

r sI R sI X

E

s. = . . + . .

r r r r

rs sI R sI X

E = . . + . . (2.11)

Karena frekuensi rotor maupun frekuensi stator tidak mempengaruhi

resistansi rotor, sehingga persamaan (2.11) menjadi :

r r r r

rs I R sI X

E = . + . . (2.12)

Rangkaian ekivalen pada persamaan (2.12) ditunjukkan pada gambar (2.7) berikut

ini:

Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen pendekatan motor induksi tiga fasa

Bila persamaan (2.10) disubsitusikan ke persamaan (2.11) maka diperoleh :

r s r s rs I a X s I a R s

E = .2 . + . 2 . (2.13)

Mengingat bahwa frekuensi rotor maupun frekuensi stator tidak

mempengaruhi resistansi stator ( fr = fs.s), maka persamaan (2.13) menjadi :

r s r s rs I a X s I a R

E = 2. + . 2 . (2.14)

(30)

φ m I o I c I s I ϕ r r R I . r I r r X I . 2 . a R I s r rs E 2 . . a X s I s r s E

a. rs

r X r R 2 . a X s s 2 a Rs r I s I o I m I m X c R c I rs E s E a. rs

Dari persamaan (2.14) didapat :

(

s s

)

rs r X js R E a I . . 2 + = (2.15) r r X R

Cosϕ = (2.16)

Dari persamaan (2.14) rangkaian ekivalen motor ditunjukkan pada gambar (2.8)

berikut ini :

Gambar 2.8 Rangkaian ekivalen pada saat motor bergerak dilihat dari rotor

Diagram vektor dari motor induksi tiga fasa pada gambar (2.8)

ditunjukkan pada gambar (2.9) berikut ini :

(31)

φ

s

I

o

I

' r I s R I a . r. r

' 2

r r X

I a2. '.

m

I

s E s r X

I'.

s rR

I'.

ϕ

c

I

s

V

2.6.2 Ditinjau Dari Sisi Stator

Dengan mensubsitusi persamaan (2.10) pada persamaan (2.11) maka

didapat :

r r r

r

s a I X

s R I a

E . . . 2. '.

'

2 +

= (2.17)

Dari persamaan (2.17) rangkaian ekivalen motor ditunjukkan pada gambar pada

gambar (2.10) berikut ini :

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen pada saat motor bergerak dilihat dari stator

Diagram vektor dari motor induksi tiga fasa pada gambar (2.10)

ditunjukkan pada gambar (2.11) berikut ini :

Gambar 2.11 Diagram vektor pada saat motor berputar dilihat dari stator

Nilai

s Rr

dapat dijabarkan menjadi :

s

E

r

X a2.

s R a2. r

(32)

r r r

r R R

s R s

R = +

r r r r R s R R s R − + =       − + = s s R R s R r r r 1 (2.18)

Bila persamaan (2.18) disubsitusikan ke persamaan (2.17), maka didapat

rangkaian ekivalen motor induksi menjadi:

s

E

r

X a2.

r

R a2.

s X s R ' r I s I o I m I c I m X c R s V       − s s R

a2. r 1

Gambar 2.12 Rangkaian pengganti pada saat motor berputar dilihat dari stator

Dari persamaan 2.17 didapat nilai :

      + = r r s r jX s R a E I . 2 ' (2.19) r r r jX s R s R + = ϕ cos (2.20)

Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan

pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan

demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan

(33)

pemagnetan yang sangat besar dan karena reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi.

Untuk itu dalam rangkaian ekivalen Rc dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian

ekivalennya menjadi seperti Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa tanpa rugi inti

2.7 Aliran Daya dan Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa

Telah kita ketahui bersama, bahwa arus start motor induksi 3 fasa lebih

besar 5 sampai 7 kali arus nominalnya. Untuk membuktikan arus start tersebut,

dapat kita lihat pada rangkaian ekivalen berikut :

Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa

Dengan memperhatikan model rangkaian diketahui bahwa daya masuk

stator untuk motor induksi tiga fasa adalah :

ϕ

cos . . . 3 s s

s V I

P = (2.21)

Dimana : Vs =tegangan sumber

( )

volt

s

E

r

X a2.

r

R a2.

s X s R ' r I s I o I m I c I m X c R s V       − s s R

(34)

Is =arus masukan

(

ampere

)

ϕ = perbedaan sudut fasa antara arus masukan dan tegangan sumber. Daya masuk rotor (terdapat pada celah udara) :

ϕ

cos . . . 3 s r'

r E I

P = (2.22)

Bila persamaan (2.19) dan persamaan (2.20) disubsitusikan ke persamaan (2.22),

maka besar daya input rotor pada motor induksi tiga fasa adalah :

(

2

) (

2 2

)

2

2 2 ) ( . . . . . . 3 s X a R a s R a E P r r r s in r +

= (2.23)

Sebelum daya ditransfer melewati celah udara, motor induksi mengalami

rugi-rugi berupa rugi-rugi tembaga stator (Pts =3.Is2.Rs) dan rugi-rugi inti stator

(

Pis 3.Es /Rc

)

2

= . Daya yang ditransfer melalui celah udara

(

3.Pcu

)

sama dengan

penjumlahan rugi-rugi tembaga rotor

(

3.Ptr

)

dan daya mekanik

(

3.Pd

)

. Daya yang

ditransfer melalui celah udara ini sering disebut dengan daya input rotor.

d tr

cu P P

P 3. 3. .

3 = +

( )

( )

( )

s R I R s s I R I

Pcu r r r r r r

2 ' ' 2 ' . 3 1 . 3 . . 3 .

3  =

     − +

= (2.24)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar (2.15) yang

menggambarkan diagram aliran daya motor induksi tiga fasa.

Gambar 2.15 Diagram aliran daya pada motor induksi tiga fasa

θ

cos . . . 3VsIs

Rugi – rugi tembaga stator s s R I . . 3 2

Rugi – rugi Inti stator c s R E / . 3 2

( )

I R s Pcu 3. r . / .

3 = ' 2 2'

Rugi – rugi tembaga rotor

( )

' 2. '

. 3 Ir Rr

Konversi daya

Daya Mekanik

( )

' 2

( )

1 '

.

3 r Rr s

s I

Rugi – rugi gesek dan angin g a P& s P s s

(35)

Hubungan antara rugi-rugi tembaga rotor dan daya mekanik dengan daya

masukan rotor, masing-masing dalam besaran dapat ditulis sebagai berikut :

( )

r r cu

tr I R sP

P =3. ' 2. = . (2.25)

( )

r r

(

)

cu

d s P

s s R I

P ' 2. 1 = 1− .

     − = (2.26)

Dari gambar (2.14) dapat dilihat bahwa motor induksi juga mengalami

rugi-rugi gesek dan angin

( )

Pa&g sehingga daya output mekanik yang merupakan

daya pengerak poros

( )

n sama dengan daya mekanik total

(

3.Pd

)

dikurangi

rugi-rugi gesek dan angin

( )

Pa&g .

m s g a d

o P P T

P =3. − & = ω (2.27)

dengan : Ts = torsi pengerak poros

(

N.m

)

ωm = kecepatan sudut poros

(

rad/s

)

Effisiensi suatu motor induksi dapat dinyatakan dengan persamaan

berikut;

%

100

%

100

x

P

P

P

x

P

P

i rugi i i

o

=

Σ





=

η

(2.28)

b g a tr is ts

rugi P P P P P

P = + + + +

Σ & (2.29)

ϕ

cos . . . 3 s s

i V I

P = (2.30)

dimana: η =effisiensi

Po = daya keluaran (watt)

Pi = daya masukan (watt)

=

(36)

=

ts

P rugi tembaga stator (watt)

=

is

P rugi inti stator (watt)

=

tr

P rugi tembaga rotor (watt)

= g a

P& rugi gesek dan angin (watt)

=

b

P rugi buta / lain-lain (watt)

2.8 Torsi Motor Induksi Tiga Fasa

Suatu persamaan torsi pada motor induksi dapat dihasilkan dengan

bantuan teori rangkaian Thevenin. Dalam bentuk umumya, teori Thevenin

mengijinkan penggantian sembarang jaringan yang terdiri atas unsur-unsur

rangkaian linier dan sumber tegangan phasor seperti pada terminal a dan b

(Gambar 2.16a), serta juga sumber tegangan phasor Vˆ dalam hubungan seri eq

dengan impedansi Zeq (Gambar 2.16b). Rangkaian ekivalen Thevenin, Vˆ berada eq

di antara terminal a dan b dari sistem jaringan rangkaian terbuka. Aplikasi dari

rangkaian ekivalen motor induksi, titik a dan b didesain pada Gambar 2.13.

Rangkaian ekivalen Thevenin diasumsikan pada Gambar 2.17 dimana sumber

tegangan Vˆ1,eqterhubung seri dengan impedansi Z1,eq = R1,eq + jX1,eq.

Jaringan Elektrik dari elemen rangkaian linear dan sumber phasor-tegangan

konstan

Dihubungkan ke jaringan lainnya

eq

Vˆ

e q

Zˆ

Sumber Tegangan

Impedansi Konstan

Dihubungkan ke jaringan lainnya

a b

a

b a

b

(37)

Gambar 2.17 Rangkaian ekivalen Thevenin pada motor induksi

Dari Gambar 2.17(a) dapat dihitung tegangan Thevenin (Vˆ1,eq) dan

Impedansi Thevenin (Z1,eq).

      + + = ) ( ˆ ˆ 1 1 1 , 1 m m eq X X j R jX V

V (2.31)

(

)

(

m

)

m eq eq eq X X j R jX R jX jX R Z + + + = + = 1 1 1 , 1 , 1 , 1 (2.32)

Dari Gambar 2.17(b) nilai Iˆ2dapat dihitung dengan persamaan:

s R jX Z V I eq eq / ˆ ˆ 2 2 , 1 , 1

2 = + + (2.33)

Torsi mekanik pada motor induksi dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(

)

(

)

(

) (

)

      + + + = 2 2 , 1 2 2 , 1 2 2 , 1 / / 1 X X s R R s R V n T eq eq eq ph s

mech ω (2.34)

dimana, c c s poles poles f ω π ω       =

(38)

Bentuk umum dari kurva torsi-kecepatan atau torsi-slip pada motor

induksi dengan tegangan konstan dan frekuensi konstan ditunjukkan pada Gambar

2.18. Pada keadaan motor bekerja normal, rotor berputar pada arah putaran medan

magnetik yang dihasilkan oleh arus stator, kecepatannya diantara nol sampai

kecepatan serempak dan slipnya diantara nol dengan satu dimana slip daripada

motor adalah satu.

Kecepatan (%)

Slip

Daerah Generator Daerah

Motor Daerah

Pengereman

Torsi

Gambar 2.18 Kurva karakteristik torsi-kecepatan pada motor induksi

Untuk mendapatkan mesin induksi yang bekerja sebagai generator, maka

terminal stator dihubungkan pada suatu sumber tegangan dengan frekuensi tetap

dan rotornya digerakkan di atas kecepatan serempak dengan suatu penggerak

mula.

(39)

2.9 Kelas Motor Induksi Tiga Fasa

Standar NEMA pada dasarnya mengkategorikan motor induksi ke dalam

empat kelas yakni desain A, B, C dan D. Karakteristik torsi-kecepatannya dapat

dilihat pada Gambar 2.19.

Torsi beban penuh

(%)

Kelas A

Kelas B Kelas C

Kelas D

[image:39.595.154.436.205.482.2]

Kecepatan (%)

Gambar 2.19 Kurva karakteristik kelas motor induksi

Macam-macam konstruksi motor induksi diklasifikasikan untuk

memudahkan memilih motor yang sesuai. Klasifikasi itu sebagai berikut:

- Motor rotor sangkar kelas A, torsi start sekitar 125 sampai 175% torsi

nominal dengan arus start 5 sampai dengan 7 kali arus nominal. Motor ini

umumnya dijalankan (distart) dengan tegangan tidak penuh. (torsi awal

(40)

- Motor rotor sangkar kelas B, biasanya distart langsung dengan tegangan

penuh. Reaktansinya relatif tinggi. Arus start sekitar 4,5 sampai dengan 5

kali arus nominal dengan torsi 125 sampai dengan 175 persen. Cos φ

motor kelas B lebih rendah dibanding cos φ motor kelas A. (torsi awal

normal, arus start rendah).

- Motor rotor sangkar kelas C, menggunakan rotor sangkar rangkap (double

squirrel cage), biasanya distart dengan tegangan penuh. Arus startnya 4

sampai dengan 5 kali arus nominal dengan torsi start sekitar 2 kali torsi

nominal. (torsi start tinggi, arus start rendah).

- Motor rotor sangkar kelas D, reaktansinya relatif tinggi, digunakan untuk

pelayanan yang startingnya sangat berat. Efisiensi motor ini selalu lebih

rendah dibandingkan efisiensi motor kelas A, B dan C. Motor distart

dengan tegangan penuh dengan arus start 4 sampai dengan 5 kali arus

nominal. Sedangkan torsi awalnya sekitar 2 sampai 3 kali torsi

nominalnya. Digunakan misal pada bulldozers. (torsi start tinggi, slip

(41)

BAB III

METODE STARTING MOTOR INDUKSI TIGA FASA

3.1 Umum

Motor induksi tiga fasa tidak mengalami masalah starting seperti pada

motor sinkron. Motor induksi dapat distarting langsung dengan menghubungkan

langsung dengan sumber tegangan. Namun kadang-kadang hal ini tidak dilakukan

dengan pertimbangan yang lebih baik. Sebagai contoh, arus start yang dihasilkan

dapat menyebabkan suatu “dip” pada sistem tenaga karena arus starting yang

besar.

Untuk motor induksi rotor belitan, starting dapat dilakukan pada arus yang

relatif kecil dengan menambahkan tahanan pada belitan rotor melalui cincin slip.

Penambahan tahanan ini tidak hanya menyebabkan torsi start meningkat tetapi

juga memperkecil arus start.

Untuk motor induksi tipe rotor sangkar, starting motor induksi dapat

dilakukan dengan banyak cara tergantung pada daya nominal motor dan tahanan

efektif rotor saat motor distart. Untuk menentukan arus rotor pada saat starting,

semua rotor sangkar saat ini mempunyai code letter (agar tidak bingung dengan

desain kelas motor) pada name platenya. Code letter menentukan jumlah arus

pada saat start.

Batas ini dinyatakan sebagai fungsi daya kuda (hp). Tabel 3.1 adalah suatu

tabel yang berisi kVA/hp untuk setiap code letter. Untuk menentukan arus start

suatu motor induksi, baca tegangan nominal daya motor (hp) dan code letter dari

(42)

Sstart = (daya kuda nominal)(factor code letter) (3.1)

Dan arus start dapat dihitung dengan rumus

T start L

V S I

3

= (Ampere) (3.2)

Tabel 3.1 Tabel NEMA, kVA/hp untuk setiap code letter

Nominal code

letter

Locked rotor,

kVA/hp

Nominal code

letter

Locked rotor,

kVA/hp

A 0-3.14 L 9.00-9.99

B 3.15-3.54 M 10.00-11.19

C 3.55-3.99 N 11.20-12.49

D 4.00-4.49 P 12.50-13.99

E 4.50-4.99 R 14.00-15.99

F 5.00-5.59 S 16.00-17.99

G 5.60-6.29 T 18.00-19.99

H 6.30-7.09 U 20.00-22.39

J 7.70-7.99 V 22.40<

K 8.00-8.99

Dengan berkurangnya arus start pada starting motor induksi hal ini juga

akan mengurangi besar torsi start pada motor induksi tersebut. Ada beberapa

metode starting motor induksi tiga fasa antara lain:

1. Starting langsung (direct-on-line starting)

2. Starting wye-delta

3. Starting dengan tahanan stator

(43)

3.2 Starting Langsung (direct-on-line starting)

Starting langsung merupakan cara paling sederhana, dimana stator

langsung dihubungkan langsung dengan sumber tegangan, artinya tidak perlu

mengatur atau menurunkan tegangan pada saat starting (Gambar 3.1).

Penggunaan metode ini sering dilakukan untuk motor-motor AC yang mempunyai

kapasitas daya yang kecil.

Legenda:

So = tombol OFF S1 = tombol ON K1 = Start Contactor

F1 = Thermal Overload Relay F2 = Overload Relay

F3 = Control circuit fuse U, V,W = Motor winding M = Motor

Gambar 3.1(a) Rangkaian diagram starting langsung (b) Rangkaian kontrol

starting langsung

Besar arus start motor induksi pada saat starting dari 4 sampai 10 dari arus

beban penuhnya pada faktor daya yang rendah. Hal ini terjadi karena motor pada

(44)

itu dibutuhkan arus yang besar. Oleh karena itu, metode starting langsung sering

digunakan pada motor induksi dengan daya yang relatif kecil (dibawah 7,5 kW).

Torsi start dapat ditentukan dengan persamaan:

f f sc f

st xs

I I T T

2

       

= (3.3)

Dimana:

Tst = Torsi start motor induksi (starting torque)

Tf = Torsi beban penuh (full-load torque)

Isc = Arus hubung singkat (short-circuit current)

If = Arus beban penuh (full-load current)

Sf = Slip beban penuh (full-load slip)

3.3 Starting Wye-Delta

Pada metode ini dipergunakan untuk motor induksi rotor sangkar yang

dirancang untuk memberikan keluaran nominal bila kumparan stator dihubungkan

delta dan biasanya dipakai pada motor yang mempunyai keluaran nominal sampai

25HP. Belitan stator didesain beroperasi pada hubungan delta dan pada saat

starting belitan tersebut terhubung dengan hubungan bintang. Mula-mula motor

distart pada hubungan bintang ketika kecepatan motor meningkat maka hubungan

pada motor tersebut berganti dari hubungan bintang ke delta (Gambar 3.3). Ketika

motor terhubung bintang maka tegangan pada stator adalah 3

v .

Sehingga arus yang masuk ke terminal motor juga berkurang dan nilai

torsi start pada motor adalah

2

3

1

   

atau

3

(45)

Pada starting hubungan delta,

Arus starting /fasa,

sc sc V Z

I = ; Arus starting = 3Isc

Pada starting hubungan bintang,

Arus starting /fasa, sc

sc st I Z V I 3 1 3 = =

Sehingga : f

[image:45.595.102.524.145.665.2]

f sc f f st f st xs xI I xs I I T T 2 2 3         =         = f f sc f st xs I I T T 2 3 1         = (3.4)

Gambar 3.2 (a) Rangkaian Starting wye – delta (b) Rangkaian kontrol starting

(46)

3.4 Starting Dengan Tahanan Stator

Pada metode ini, tahanan luar dihubungserikan dengan masing-masing

fasa dari kumparan stator pada saat motor distart. Hal ini bertujuan untuk

menurunkan tegangan di dalam tahanan sehingga terminal motor dapat beroperasi

karena arus yang masuk juga berkurang. Starting dengan penambahan tahanan

stator memiliki dua kekurangan. Pertama, tegangan berkurang pada saat motor

distart sehingga torsi start juga berkurang dan karena itu waktu akselarasi

meningkat. Kedua, banyaknya daya yang dibutuhkan akan menghasilkan

pemborosan pada saat starting.

Hubungan antara torsi start dan torsi beban penuh pada saat starting dapat

ditulis dengan persamaan:

sc st xI

I = (3.5)

f f sc f st xs I I T T 2         = f f sc f st xs I I X T

T 2 2

       

= (3.6)

Jadi, ketika arus pada saat starting berkurang sebesar faktor x dari arus

dasar pada tegangan starting (Isc), torsi start pada saat motor distart juga

berkurang sebesar factor x2. Oleh karena itu, metode starting ini hanya digunakan pada starting motor-motor berdaya kecil. Untuk rangkaian starting dengan

(47)

MCCB

S

OFF

ON

R T

S

T T

S R

MC-S MC-R

80% 50%

OLR

M ~

65% REAKTOR

N

[image:47.595.135.494.86.654.2]

OLR

Gambar 3.3 (a) Rangkaian Starting dengan tahanan stator (b) Diagram skematik

starting dengan tahanan stator

(48)

3.5 Starting Dengan Autotransformator

3.5.1 Pendahuluan

Metode starting dengan autotransformator adalah suatu metode starting

yang digunakan untuk mengurangi tegangan pada stator pada saat start, yang akan

membatasi arus start. Metode starting dengan autotransformator dapat dijalankan

dengan cara open-atau-cloce-transition.

Starting dengan autotransformator digunakan untuk mengurangi tegangan

pada saat start. Dengan berkurangnya tegangan pada saat start, maka arus start

yang dihasilkan akan rendah juga. Setelah waktu tunda ditetapkan,

autotransformator dilepas dari rangkaian dan selanjutnya motor induksi rotor

sangkar akan beroperasi pada tegangan penuh.

Autotransformator dilengkapi dengan tap yang terdiri dari 50%, 65% atau

80% dari tegangan saluran sebagai tegangan start dengan pengurangan arus

saluran sebagai tegangan start dengan pengurangan arus yang sesuai. Tap dapat

dipilih agar sesuai dengan kopel start yang diperlukan oleh motor untuk dapat

mengatasi beban yang dikemudikan. Penstart autotransformator dapat

dioperasikan secara manual maupun otomatis (magnetik).

3.5.2 Autotransformator

Autotransformator adalah salah satu jenis dari transformator yang

memiliki satu belitan dan dapat diatur tegangan outputnya. Pada transformator

yang memiliki satu belitan, antara belitan primer dan sekunder tidak dilakukan

isolasi elektrik seperti pada transformator biasa dengan dua belitan. Namun,

(49)

autotransformator yang terdiri dari belitan tunggal dimana L1 dan L2 membentuk

[image:49.595.110.514.457.685.2]

belitan primer dan bagian % tap dan T2 membentuk belitan sekunder.

Gambar 3.4 Belitan autotransformator

Starting dengan autotransformator mempunyai dua atau tiga

autotransformator untuk mengurangi tegangan start. Jika digunakan dua

autotransformator, maka akan dilakukan hubungan open delta, sedangkan jika

digunakan tiga autotransformator akan dilakukan hubungan bintang (wye).

Starting dengan metode ini sering digunakan pada motor induksi yang memiliki

daya keluaran lebih dari 25HP.

Untuk rangkaian starting motor induksi dengan autotransformator dapat

dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 (a) Rangkaian Starting dengan autotransformator (b) Rangkaian

kontrol starting dengan autotransformator %Tap

T2 Supply voltage

L1

(50)

3.5.3 Analisis Rangkaian Starting Dengan Autotransformator

Starting dengan autotransformator dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Closed-circuit transition

2. Open-circuit transition.

3.5.3.1 Rangkaian Transisi Tertutup (Close-circuit Transition)

Jika tombol start ditekan (Gambar 3.6), maka arus akan mengalir melalui

coil TR, 2S dan 1S. Sesaat setelah coil 2R dan 1S dialiri arus maka coil-coil

tersebut akan terisi daya (energize) sehingga kontak 2S dan 1S yang terbuka

(normally open) akan menutup dan kontak yang tertutup (normally closed) akan

membuka, sehingga pada rangkaian autotransformator akan dialiri arus dan

beroperasi.

Coil TR juga dialiri arus sehingga kontak tundaan waktu (TR-TO) akan

membuka dan sesaat itu juga kontak TR-TC akan menutup sehingga coil 1S tidak

lagi terisi daya (deenergize) sehingga semua kontak 1S yang tadinya telah

menutup akan membuka dan sebaliknya. Sesaat setelah kontak TR-TC menutup

maka coil R juga akan dialiri arus sehingga energize dan mengakibatkan semua

kontak R akan menutup. Karena setelah kontak 1S membuka pada

autotransformator sehingga arus mengalir dari L1-R-T1, L2-R-T2 dan L3-R-T3.

Pada saat perpindahan dari autotransformator, motor tidak mengalami kehilangan

daya maka metode starting ini disebut rangkaian transisi tertutup (close- circuit

transition)

(51)
[image:51.595.176.481.76.393.2]

Gambar 3.6 Rangkaian starting dengan autotransformator-closed transition

3.5.3.2 Rangkaian Transisi Terbuka (Open-circuit Transition)

Jika tombol start ditekan (Gambar 3.7), maka rangkaian akan dialiri arus

melalui kontak yang menutup yaitu TR-TO dan R. Coil S akan terisi daya

(energize) sehingga sesaat setelah coil S energize maka semua kontak S yang

membuka (normally open) akan menutup dan yang menutup (normally closed)

akan membuka. Kontak S menutup maka coil TR akan energize karena telah

dialiri arus dan autotransformator akan beroperasi. Sesaat setelah coil TR energize

maka kontak tundaan waktu yang menutup akan membuka dan sebaliknya yaitu

TR-TO akan membuka dan TR-TC akan menutup sehingga pada coil S akan

deenergize sehingga kontak-kontak S yang tadinya telah menutup akan membuka

(52)

dan yang telah membuka akan menutup kembali mengakibatkan

autotransformator juga tidak beroperasi lagi.

Dengan adanya energize pada coil TR maka coil R akan energize

mengakibatkan semua kontak R yang membuka akan menutup dan sebaliknya

sehingga arus langsung mengalir melalui L1-R-T1, L2-R-T2 dan L3-R-T3.

Karena pada saat start motor kehilangan daya selama perpindahan dari

autotransformator, maka start ini disebut rangkaian transisi terbuka (open-circuit

transition).

[image:52.595.170.491.301.628.2]

Gambar 3.7 Rangkaian starting dengan autotransformator-open transition

(53)

3.5.4 Arus Dan Torsi Starting Motor Induksi

Hubungan antara arus dan torsi pada starting motor induksi dengan

autotransformator, apabila motor induksi mendapat tegangan langsung sebesar V

dari sistem maka tegangan yang melalui motor per fasa adalah 3

V dan arus

startnya Ist =Isc. Pada metode starting motor induksi dengan autotransformator,

jika rasio dari tap pada autotransformator sebesar K, maka tegangan per fasa yang

melalui motor adalah KV 3 dan persamaan arusnya adalah:

sc st KI

I = (3.7)

dimana : K = tapping transformator

Isc= arus start langsung

Untuk menentukan torsi start dapat dinyatakan dengan persamaan:

(

) (

)

[

' 2 ' 2

]

2 ' 3 r s r s s s r X X R R V R Ts + + + = ω (3.8)

Dimana : Ts = Torsi start

s

V = Tegangan perfasa

'

r

R = Tahanan Rotor

s

R = Tahanan Stator

s

ω = Kecepatan angular stator

s

X = Reaktansi Stator

'

r

(54)

Torsi start dengan autotransformator dapat juga dinyatakan dengan persamaan: fl fl st fl st S I I T T ×         = 2 fl fl sc fl st S I KI T T ×         = 2 fl fl sc fl st S I I K T T ×         = 2 2 (3.9)

Dimana: Tfl = Torsi beban penuh

fl

S = Slip beban penuh

Sedangkan torsi beban penuh dan slip beban penuh dapat ditentukan dari

persamaan: ωin fl P T = 60 / 2 N P Tfl = π in

N P

T in

(55)

BAB IV

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR

DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

4.1 Umum

Matlab (Matrix Laboratory) merupakan suatu program komputer yang

dirancang untuk memecahkan berbagai masalah matematis yang kerap kita

ditemui dalam bidang teknis. Matlab dapat dimanfaatkan untuk menemukan solusi

dari berbagai masalah numerik secara cepat dan tepat mulai dari masalah yang

sederhana hingga masalah yang kompleks. Salah satu aspek yang sangat berguna

dari Matlab ialah kemampuannya untuk menggambarkan berbagai jenis grafik,

sehingga kita bisa menvisualisasikan data dan fungsi yang kompleks. Dalam

program matlab juga dilengkapi dengan simulink, yaitu perangkat lunak yang

digunakan dalam pemodelan, simulasi dan juga menganalisis sistem dinamis yang

mendukung sistem.

Dengan menggunakan aplikasi simulink pada matlab, pengguna dapat

dengan mudah membangun suatu model dari awal atau mengambil model yang

sudah ada kemudian melakukan modifikasi untuk melakukan eksplorasi model

nonlinier dengan lebih realistis.

4.2 Rangkaian Simulasi

Model rangkaian untuk mensimulasikan starting motor induksi rotor

(56)

Gambar 4.1 Rangkaian simulasi starting motor induksi rotor sangkar dengan autotransformator

4.3 Spesifikasi Model Rangkaian Simulasi

Berikut ini merupakan spesifikasi model parameter elemen-elemen yang

digunakan dalam membangun rangkaian simulasi, yaitu:

a. Main

Pada spesifikasi model “main” terdapat tiga buah blok parameter (L1, L2

dan L3) sebagai masukan fasa a, b dan c yang disebut sebagai sine wave

(gelombang sinus).

main Sine Wave (Gelombang Sinus)

Sine Wave atau gelombang sinus dibentuk untuk menyediakan grafik

berupa gelombang sinus. Blok ini dapat beroperasi pada time-based atau

berdasarkan waktu atau sample-base berdasarkan contoh. Dalam Tugas Akhir ini,

tap

main

Te (N.m)

Te VS n

Putaran (rpm)

Arus Stator (A)

0.85 tap

Discret e, Ts = 0.0001 s.

powergui

Te

n

ia,ib,ic

measuring

L1

L2

L3

main

100 Load

saklar

tap

L 1

L 2

L 3

tap

main

L1

L2

L3

Autotransformator

Tm

m

A

B

C

(57)

penulis menggunakan time-based mode dimana hasil gelombang yang dihasilkan

dari sine-wave ini dapat dituliskan dengan persamaan:

y = amplitude x sin(frekuensi x time + fasa) + bias.

Time-based mode memiliki dua submode yaitu mode berlanjut (continuous mode)

dan mode diskrit (discrete mode). Pada mode diskrit, parameter contoh waktu

yang digunakan lebih besar dari 0 (nol). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan

nilai hasil waktu yang kita inginkan.

b. Scope

Pada simulink matlab, scope digunakan untuk menampilkan hasil simulasi

dalam bentuk grafik. Pada blok scope dapat ditentukan beberapa sumbu masukan

dalam satu port. Ruang scope memungkinkan pengguna menyesuaikan jumlah

waktu dan kisaran nilai input yang akan ditampilkan. Pada hasil simulasi yang <

Gambar

Gambar 2.19 Kurva karakteristik kelas motor induksi
Gambar 3.2 (a) Rangkaian Starting wye – delta (b) Rangkaian kontrol starting   wye-delta
Gambar 3.3 (a) Rangkaian Starting dengan tahanan stator (b) Diagram skematik   starting dengan tahanan stator
Gambar 3.4 Belitan autotransformator
+7

Referensi

Dokumen terkait

seri-paralel yang dapat dilihat gambar 4.8 tentang pola intensitas cahaya empat. LED

Bahwa informasi tentang Meily Rahmi sebagai mantan Calon Anggota Legislatif dari Partai Perindo dalam daftar Panwas Kecamatan yang lulus di kecamatan Nan Sabaris, pihak

Untuk melakukan login sebagai administrator , a dministrator harus memasukkan username dan password agar dapat mengakses sistem informasi akademik yang berupa

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni pada air laut di muara sungai Membramo masih sesuai dengan nilai ambang batas

Dari tabel terlihat bahwa hasil uji statistik parametrik (Uji T-test berpasangan/ uji paired sample t-test) di dapatkan nilai ρ -value=0,005 karena probabilitas

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai manajemen laba, misstate, disclosure, cost- benefit,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KARAKTERISASI SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM

User masuk menu laporan dan memilih menu laporan penerimaan poli, maka akan menampilkan laporan kunjungan pasien pada semua poli dimana tabel tersebut terdapat kode