• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA BUNCU KABUPATEN BIMA (Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA BUNCU KABUPATEN BIMA (Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA DI DESA BUNCU

KABUPATEN BIMA

(Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

SKRIPSI

“Diajukan sebagai salah satu Syarat Mengikuti Ujian Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) dalam rangka Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) dengan Konsentrasi Ilmu Pemerintahan”

Oleh:

MULYANA

08230015

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

SURAT PERNYATAAN

Nama : Mulyana

Tempat, Tanggal Lahir : Bima, 25 November 1990

NIM : 08230015

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi saya yang berjudul:

Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu Kabupaten Bima(Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

Adalah bukan karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali

dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

sebagaimana yang berlaku.

Malang, 14 April 2012

Yang Menyatakan,

(5)
(6)

MOTTO HIDUP

Berikan senyuman anda kepada semua orang, namun berikan

hati anda kepada satu orang

Bangsa y ang masih bermusuhan masih membutuhkan bany ak

pahlaw an

Politik ibaratkan sebuah pisau y ang sangat tajam. Akan

bermanfaat jika digunakan dengan baik dan akan berbahay a

jika disalah gunakan bahkan tidak sedikit orang tersakiti

olehny a

A llah menceburkan manusia ke dalam mata air yang

dalam, tidak berkehendak menenggelamkannya, tetapi

(7)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah penghargaan untuk mereka yang selalu

menilaiku dengan sebuah ketulusan dan kesabaran:

(Terimakasih tuk semuanya dalam hidup-KU)

Ayahanda (Almarhum) dan Ibunda,

Sodara-sodara-KU; kak Yanto , Rohana, KK Sri, Ahyar,Hendra

,Eka, Rusdi, K Ria, Sani,Sida, Ju, Rahmi, adinda lisda, & adikku

Joni Unyu

Eyang-KU; H. Ahmad & Ina Rija

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya. Juga tak lupa Shalawat serta Salam

semuga tercurah-limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang berjudul; “Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu Kabupaten Bima (Study Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu),” terinspirasi oleh kegelisahan seorang peneliti di tengah-tengah kompleksitas persoalan pemilihan kepala Desa. Proses pemilihan memang menjadi barometer implementasi dari semangat Berdemokrasi dimana, dimalamnya lahir bersama persoalannya. Sudah sejauhmanakah signifikansi pilkades sebagai pilar demokrasi terhadap pelaksanaan Pilkades Desa Buncu Kabupaten Bima.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Kedua orang tuaku Aji (Almarhum), Umi, dan kakakku Yanto, saudaraku

Rohana yang tersayang dan semua Keluarga Besar saya dan tetangga-tetangga

saya yang telah banyak membantu; baik do’a, logistik, financial, maupun

dukungan moril sejak Kuliah hingga saya LULUS.

2. Para pejabat pemerintah Desa, Masyarakat Desa Buncu, Panitia pilkades, dan

panitia pengawas pilkades yang ikut membantu memberikan informasi dan

data-data penting tentang penelitian (skripsi) ini.

(9)

kesempatan untuk menempuh jenjang studi di UMM.

4. Drs. Joko Widodo, M.Si selaku Pembantu Rektor 3 (PR III) UMM yang telah

memberikansupport, bantuan dan kontribusi yang tak ternilai harganya. 5. Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan FISIP UMM atas masukannya selama ini.

6. Drs. Asep Nurjaman, M.Si selaku Pembantu Dekan 1 (PD I) FISIP UMM

yang ikut memberikan stimulus dan semangat untuk bangkit.

7. Drs. Mas’muh, M.Si selaku Pembantu Dekan 3 (PD III) FISIP UMM orang

yang sejak awal berkontribusi besar dalam pengembangan karier politik

Penulis baik materil maupun moril khususnya di Kampus UMM.

8. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu

Pemerintahan FISIP UMM yang selalu memberikan nasehat dan kritik

konstruktif atas terselesainya Penyusunan Skripsi.

9. Drs. Jainuri, M.Si selaku Sekretaris Jurusan (Sekjur) Ilmu Pemerintahan

FISIP UMM sekaligis selaku Pebimbing satu yang selalu setia membimbing

dan mendampingi saya dalam membantu menyelesaikan kendala-kendala

teknis Skripsi hingga skripsi selesai, beliau berjasa besar dalam Skripsi

Penulis.

10. Prof. Dr. M. Mas’us Said selaku pembimbing satu yang dengan awal

memberikan nasehat demi suksesnya studi Penulis.

11. Drs. Imam Hidayat, M.M selaku Pebimbing II (Dua) yang selalu setia

membimbing dan mendampingi saya dalam membantu penyelesaian

kendala-kendala teknis hingga skripsi dapat terselesaikan, beliau berjasa besar dalam

(10)

12. Teman-teman Ilmu Pemerintahan Khususnya Mami/Lidia Susanti, Mbak Yu/

Lilik Rahayu, Hardi, Beta, Alfita dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan secara detail yang telah membantu memberikan semangat demi

terselesainya skripsi ini baik materiil maupun spirituil.

Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada penulis

semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 14 April 2012

(11)

DAFTAR ISI

E. Definisi Konseptual... 10

F. Definisi Operasional ... 11

G. Metode Penelitian ... 12

1. Subjek Penelitian ... 12

2. Lokasi Penelitian ... 13

3. Teknik Pengumpulan Data ... 13

H. Analisisa Data ... 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintahan Desa. ... 16

1. Lembaga Musyawarah Desa ... 18

2. Hak, Wewenang, Kewajiban dan Keputusan Desa ... 20

B. Proses Pemilihan ... 23

C. Pemilihan Kepala Desa ... 25

1. Kampanye Pemilihan ... 28

2. Partisipasi Politik Masyarakat ... 31

(12)

4. Penyelenggaraan Pilkades ... 37

5. Pemungutan dan Perhitungan Suara Pilkades ... 41

6. Persoalan Politik Dalam Pilkades ... 43

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Selintas Sejarah Desa Buncu ... 47

B. Kondisi Umum Wilayah... 49

1.5. Kesenian dan Kebudayaan... 59

1.6. Gambaran Umum Kehidupan Politik Desa Buncu ... 61

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 1. Tahap Persiapan ... 63

a. Penetapan Pemilih ... 63

b. Pendekatan Calon ... 65

c. Verifikasi Calon... 68

d. Penetapan Calon ... 69

2. Tahap Sosialisasi ... 70

a. Penjadwalan Kampanye ... 70

b. Catatan Kepatuhan dan Pelanggaran ... 72

3. Tahap Pemungutan Suara ... 74

a. Pemungutan Suara ... 74

b. Penetapan Jumlah Suara ... 75

c. Penetapan Tingkat Perolehan Jumlah Suara Terbanyak... 76

4. Sistem Pengawasan ... 78

(13)

b. Jumlah Kasus dan Penyelesaian Kasus Pilkades ... 80

1.1. Money Politics ... 80

1.2. Perjudian Masal ... 82

1.3. Penambahan jumlah suara ... 85

BAB V: PENUTUP a. Kesimpulan ... 88

b. Rekomendasi. ... 90

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel1: Konsepsi Partisipasi Politik ……….. 32

Tabel 2: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ……….…….. 50

Tabel 3: Jumlah kependudukan ……….……. 52

Tabel 4: Jumlah penduduk berdasarkan jumlah keluarga ..……….….. 52

Tabel 5: Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan………... 54

Tabel 6: Prasarana peribadatan di desa Buncu……… 57

Tabel 7: Kondisi ekonomi masyarakat……… 58

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali.Mewujudkan Pemilu Yang Lebih Berkualitas:Pemilu Legislatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

Alim, Abdul.MK Beri Kepepastian Keadilan Pemilu, Seputar Indonesia, Edisi 27 Oktober 2011.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi, Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

J.A Deni,Catatan Politik, Yogyakarta: LKIS,2006.

Leibo, Jefta. & Supriyadi. Politik Local dan Pembangunan, Surakarta: Lindu Pustaka, 2010

Materi Ngajar,Pendidikan Kewarganegaraan, Menjadi Warga Negara Yang Baik untuk kelas IV. Jakarta.

Mazayasyah, Firman R. Jangan Percaya Politikus. Yogyakarta: Magma Pustaka. 2007.

Prasojo, Eko. Pemerintahan Politik Local di Jerman dan Prancis, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Pratiwi.Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2009. Pujileksono,sugeng.Polemik pesta demokrasi, Malang: UMM Press, 1996 Surbakti, Ramlan.Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT.Grasindo. 1992.

Soetisna Sendjaja Momon & Basah Sjachran. Pokok-pokok Pemerintahan Didaerah dan Pemerintahan Desa, Bandung: Alumni. 1983.

Sawitri, Isma. Perjalanan Suara Nukitan Cerita dan Fakta Pemilihan Umum 2004,Jakarta: yayasan Obor Indonesia, 2007.

Taliziduhu, Ndraha. Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984.

Warsito, Tulus. Pembangunan Politik Refleksi Krisis Atas Krisis, Yogyakarta: Bigraf Publishing, 1999.

Varma, S.P.Teori Politik Modern, Jakarta: PT. RajaGrasindo Persada, 2001. Joko. James. & wulandari, Esti. Pemilu 2004 sebuah tinjau krisis, Jakarta:

(16)

Internet:

http://www.scribd.com/doc/50749847/Perda-Nomor-6-Tahun-2006

http://nasional.kompas.com/read/2010/04/19/20481987 di akses tgl 3/10/2011. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21082232.pdf di akses 12/12/2011

(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai Politik selalu saja menarik untuk disimak, mulai dari

prosesnya hingga hasil dari politik itu sendiri. Dalam prakteknya, politik

melahirkan wajah-wajah baru dalam dunia perpolitikan hingga proses

kelahirannya terjadi sedikit prematur. Carut marut politik terus bergulir

berhadapan dengan berbagai dinamika politik yang terjadi, dimana Pertarungan

memperebutkan kekuasaan adalah hal yang lumrah terjadi. kemampuan individual

calon dan peranan tokoh yang tampil di daerah pemilihan merupakan point

tersendiri dalam menentukan figur-figur yang akan ditawarkan kepada para

penentu pemimpin (masyarakat).

Jika kita mengambarkan kembali politik pada tahun 1996, apa yang terjadi

dengan politik indonesia sepanjang tahun 1996 terjadi sebuah pembalikan

kecenderungan. Berbagai gerakan yang mengidentifikasikan diri sebagai gerakan

prodemokrasi dan aksi protes mengalami pelemahan. Awal dari pelemahan itu

adalah huru-hara 27 juli 1996. Sebaliknya format politik orde baru yang ingin

diubah gerakan itu justru mengalami konsolidasi dan makin kuat.

1 Sejak akhir 1995, gerakan prodemokrasi mulai ramai dengan beberapa

gejala. Pertama, lahirnya berbagai kelompok baru baik yang mengklaim sebagai

lembaga swadaya masyarakat, yayasan sosial maupun partai politik.

Berbagainama kelompok bertaburan dengan hiruk-pikuknya masing-masing,

1

(18)

2

mulai PNI Baru, Masyumi Baru, Partai Rakyat Demokratik, sampai Komite

Independen Pengawas Pemilu.

Kedua, makin menyatunya gerakan itu di bawah satu pemimpin. Sejak

awal 1996, mana Megawati mulai memasuki pentas politik nasional sebagai

pemimpin alternatif. Mitos atas megawati mulai lahir ia mulai

dihubung-hubungkan dengan Cory Aquino yang memimpin perubahan di Filipina.

Sungguhpun megawati belum menunjukkan kepiawaiannya dalam politik praktis,

simbolnya sebagai pemersatu dan pembawa moralitas dalam politik makin dalam.

Kesan yang lahir makin kuat lagi bahwa gerakan demokrasi di indonesia sudah

tiba waktunya.

Ketiga. Adalah makin menajamnya isu politik. Tuntutan agar pemerintah

meninjau kembali lima paket Undang Politik makin bergema.

Undang-undang itu diantaranya membatasi partai politik, mengontrol organisasi

masyarakat, dan penata pemilihan umum serta DPR, di anggap fondasi dari

format politik Orde Baru. Terbatasnya partisipasi politik masyarakat dianggap

dilegitimasi secara hukum oleh undang-undang itu. Di sisi lain, isu suksesi

presiden semakin kuat berhembus. Isu ini menambah kesan bahwa gerakan

demokrasi akhirnya memang akan sampai di Indonesia.

Namun huru-hara 27 juli 1996 membalikkan semua kecenderungan di atas.

Pembakaran gedung dan potensi kerusuhan politik akibat huru-hara itu menjadi

legitimasi yang kuat bagi pemerintahan untuk melakukan kontrol atas berbagai

kelompok masyarakat. Pelemahan kekuatan masyarakat di atas itu pun terjadi.

Sebagian dari mereka menjadi terdakwah di sidang pengadilan dengan ancaman

2

(19)

3

Hukuman penjara. Sebagian dari kelompok itu juga dilabel sebagai lembaga yang

bermasalah.

Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan suatu jawaban atas

lemahnya sistem demokrasi perwakilan yang dianut dulu. Hal ini dikarenakan

demokrasi perwakilan telah menghilangkan hak rakyat sebagai pemegang

kedaulatan dan digantikan oleh segelintir wakil rakyat, sehingga dalam

pelaksanaannya terjadi perselingkuhan politik antar sesama wakil rakyat maupun

dengan pemerintah dan para elit partai, sehingga kepentingan rakyat kemudian

sering terabaikan. Elit partai dan anggota Dewan kerapkali memiliki kepentingan

sendiri yang berbeda dengan aspirasi masyarakat.

Pemilihan kepala daerah dan pemilihan kepala desa membuka peluang

terbukanya saluran-saluran politik masyarakat yang selama ini di hilangkan untuk

ikut menentukan pemimpinnya. Dalam pelaksanaannya demokrasi seharusnya

mempunyai makna pemberdayaan masyarakat dalam aspek ekonomi (akses

terhadap sumberdaya produktif utamanya lahan) politik (sistem pengambilan

keputusan) dan sosial (kelembagaan masyarakat) hingga pada tingkat desa, serta

aspek lingkungan.

Setidaknya Masyarakat telah tahu dan menyadari hak-hak politiknya.

Organisasi sosial politik tidak bisa lagi memaksa kehendak politik kepada

masyarakat. Berdasarkan pengamatan Drs. Priyotmoko MA (Pakar Politik Unair),

kesadaran politik masyarakat terkait dengan semakin terbukanya akses informasi

yang mendukung. Dengan globalisasi informasi, hampir tidak ada satupun

(20)

4

menyaksikannya secara live (langsung) melalui siaran Televisi ataupun siaran di

Radio.

Dalam proses berjalannya lembaga Negara penting bagi proses penguatan

demokratisasi. Sedangkan tahapan dan perangkat pilkades telah didesain

sedemikian rupa guna menjalankan proses demokrasi secara adil, terbuka, dan

transparan. Perseteruan antar kelompok yang kerap terjadi selama pemilihan

umum dan setelah pesta demokrasi dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang

konstitusi. Untuk mengantisipasi ketidakadilan dari demokratisasi, semua pihak

perlu kembali kepada konstitusi dan menerapkan pancasila secara murni dan

konsekuen. Menjaga jalannya konstitusi di Indonesia dalam berbagai bidang

kehidupan. Demokrasi bukan segala-galanya karena suara terbanyak bisa jadi

kemasan oleh golongan tertentu. Akibatnya, aspirasi masyarakat cenderung

terabaikan. Pancasila dan konstitusi tidak bisa diartikan parsial. Penyelewengan

penguasa di masa Orde Baru dengan mencederai pancasila harus diluruskan.

Kegiatan-kegiatan politik di desa dibatasi saat memilih kepala desa

setiap delapan tahun maupun pemilu nasional setiap lima tahun, hal yang

sunguh-sunguh dikendalikan oleh pejabat di atas. Orang-orang desa harus merebut

kembali arena politiknya, tempat dimana rakyat bebas bersaing secara sehat.

menentukan sendiri sosok pemimpin yang ideal versi mereka.

3Pilkades seperti hajatan demokrasi yang lain sebenarnya juga membuka

jalan bagi pembaharuan desa. Hasil Pilkades, sesungguhnya jabatan politis yang

kuat legitimasinya dan berdaulat. Dengan kekuasaannya Kades mempunyai

3 Alim, Abdul. MK Beri Kepepastian Keadilan Pemilu, Seputar Indonesia, Edisi 27 Oktober 2011.

(21)

5

kewenangan untuk mengeluarkan peraturan (Perdes) dengan persetujuan (BPD),

dengan terbentuknya (BPD) dipandang mencerminkan berjalannya prinsip

demokrasi desa. Semacam kontrak politik, masyarakat pedesaan juga bisa

memanfaatkan momentum Pilkades untuk mencari sosok Kepala Desa yang

penuh komitmen yang akan membawa pada perubahan fisik desa, dari pada terus

menerus dibohongi oleh janji-janji manis aktor politik yang memainkan peran

yang memang sangat cocok dengan karakter aslinya.

Di tambah lagi dalam proses demokrasi hanya sebagai sandiwara elit,

politik yang diijinkan dalam prosedur pemilihan calon. Banyak

Kecurangan-kecurangan dalam pemilihan umum dan terjadi manipulasi dari hasil politik,

bukan hal yang baru jika banyak kasus kecurangan dalam suatu proses politik baik

di tingkat pusat, daerah maupun desa. Berbagai macam visi dan misi para

kandidat menawarkan pada masyarakat dengan iming-iming pembaharuan fisik

daerah, pendidikan gratis, kesehatan gratis dll. Semua begitu energik menjual visi,

misi mereka pada kampanye politik dimasyarakat. Visi, misi dan figur calon

sebagai magnet untuk menyedot suara masyarakat.

Dalam pesta demokrasi di daerah-daerah yang ada Indonesia kita sering

menyaksikan. Hiruk pikuk dan segala macam hingar bingarnya betapa proses

politik dan proses kelahirannya membuat mata dan telinga tertuju pada kata

politik untuk ikut berpartisipasi memilih pemimpinnya. Dalam Kampanye politik,

kita sering mendengar kata-kata yang cukup familiar di telinga kita yaitu dari

rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat, yang tujuannya untuk kesejahteraan rakyat

pula. Tapi sering kali proses politik sering mengatas namakan rakyat padahal

(22)

6

Dalam prakteknya, asas jujur dan adil dalam pelaksanaann pemilihan

umum pada hakekatnya bersifat universal. Berlaku di masyarakat bangsa

manapun yang meyakini pengembangan tradisi demokrasi sebagai bagian dalam

membangun kehidupan politik yang manusiawi. Pelaksanaan pemilu di Indonesia

juga menerapkan asas langsung, umum, bebas dan rahasia yang disahkan sebagai

dasar pelaksanaan pemilu semasa Orde Baru. Pemilu yang benar-benar jujur, adil

dan beradab memungkinkan terjadinya pergantian kekuasaan bagi

kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini tidak bisa berpartisipasi penuh dalam

sistem politik.

Sugeng Riyanto seorang pengamat politik dari Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan Bagi sebagian masyarakat, proses

politik sudah kehilangan kesakralannya dan dianggap hanya sebagai hiburan,

Politik dipersepsikan hanya permainan dan sandiwara elit politik untuk

kepentingan kelompoknya. Kondisi itu mengakibatkan apatisme masyarakat yang

dapat berdampak buruk bagi masa depan bangsa.

Menurut dia, sebagian masyarakat kini cenderung menganggap persoalan

politik seperti kasus mantan petinggi Demokrat Muhammad Nazaruddin tidak

lebih dari sekadar tontonan masyarakat yang memilukan sekaligus memalukan,

bagi seorang salah satu petinggi negara. "Keadaan itu merupakan akibat

perpaduan antara politik dan hiburan yang belakangan marak terjadi. Jika keadaan

itu terus terjadi maka masyarakat akan kian acuh pada aktivitas politik sehingga

membahayakan masa depan bangsa. Padahal, dalam negara demokrasi, partisipasi

politik warga negara merupakan pilar terpenting untuk keberhasilan demokrasi.

(23)

7

menentukan masa depan masyarakat itu sendiri. 4Kasus kecurangan dalam

pemilihanpun terjadi di daerah seperti Tangerang, Pemilihan Kepala Desa

(Pilkades) Tegal Kunir Kidul yang berlangsung pada hari Minggu 13 Februari

2011 lalu, berlangsung dengan ada kecurangan di dalam pemilihan. Banyak

terdapat keganjilan di Pilkades, antara lain adanya penggelembungan suara,

penambahan surat suara, adanya DPT di bawah umur. Ahmad Ja’a membagikan

kartu suara kepada masyarakat sebelum pilkades berlangsung, kartu pemilihan

tidak dihitung kembali, warga yang bukan masyarakat Tegal Kunir Kidul

diikutsertakan daftar pemilihan tetap.

Dari sisi lain, Pilkades Desa Padomasan Jember yang berlangsung di

Kantor Desa Padomasan tersebut situasi dan kondisinya sangat kondusif dan

aman. “Bahkan, sesuai dengan peraturan dan mekanisme pada tahapan

pelaksanaan praktis Pilkades desa tersebut menjadi contoh untuk pelaksanaan

Pilkades di desa-desa lainnya yang akan melaksanakan hajatan demokrasi. Dalam

pelaksanaan Pilkades Desa Padomasan menjadi contoh berharga karena

masing-masing calon kades telah melakukan komitmen yang telah disepakati bersama

Inilah realitas politik kita, Politik dengan segala permainannya melahirkan

beranekaragam perilaku serta menampilkan wajah yang berbeda-beda. Dimana

hajatan demokrasi sebagai ajang untuk menentukan pemimpin disalah gunakan

oleh segelintir orang. Pemilihan Kepala Desa secara langsung memperoleh nilai

signifikan dalam pembangunan demokrasi yang sehat dan dinamis "Demokrasi

yang sehat harus dipahami sebagai sebuah proses menuju masyarakat yang cerdas,

4 Pujileksono, Sugeng. Polemik Pesta Demokrasi, Malang: UMM Press, 1996 Hal 17.

http://www.antaranews.com/berita/274686/proses-politik-hanya-sandiwara-elite di akses tanggal

(24)

8

mandiri dan bermartabat. Salah satu bentuk dari demokrasi di tingkat desa yaitu

pemilihan Kepala Desa yang merupakan wujud dari pelaksanaan demokrasi

langsung.

Di masa Orde Baru, pemerintah menerapkan UU No. 5/1979, sebuah

kebijakan untuk menata ulang terhadap kelembagaan pemerintahan desa,

membuat desa tradisional menjadi desa modern. Kebijakan tersebut sangat efektif

menciptakan stabilitas dan katahanan desa. Tetapi kerugiannya bagi masyarakat

lokal jauh lebih banyak dan lebih serius. Bagi komunitas lokal di luar Jawa, UU

No. 5/1979 merupakan bentuk penghancuran terhadap kearifan lokal, keragaman

identitas lokal, maupun adat istiadat lokal. UU No. 5/1979 juga meneguhkan

posisi kepala desa sebagai “penguasa tunggal” di desa, yang sekaligus membuat

kepala desa lebih berorientasi ke atas ketimbang sebagai pemimpin desa yang

memperoleh legitimasi kuat di hadapan masyarakat.

Dengan memberlakukannya UU no 22/1999, yang mengantikan UU No.

5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( UU No.5/1979) yang menyebabkan

banyak kerusakan dan penderitaan desa-desa. Terdapat tiga unsur baru dari tata

pengurusan desa: pengenalan badan perwakilan desa, semakin kuatnya derajat

pemerintah sendiri, dan keragaman organisasi.

Sebagaimana dalam teori tentang permainan politik dengan di definisikan

sebagai sekumpulan pemikiran yang menguraikan strategi keputusan yang

rasional dalam situasi konflik dan kompetisi politik, ketika masing-masing peserta

atau pemain saling berusaha memperbesar keuntungan dan memperkecil kerugian,

teori tersebut mencapai kebenaran. Teori tentang permainan tersebut atau teori

(25)

9

catur yang mengandung unsur konflik. Dalam situasi semacam ini, dimana setiap

pemain berminat untuk memenangkan suatu kompetisi politik.

Permainan itu ada dua orang atau lebih, harus dilakukan tindakan memilih

dan mempunyai pilihan, memperhatikan akibat-akibat dari tindakan memilih itu

tadi, maka seyogianya mereka memiliki suatu pengetahuan akan tindak pemilihan

yang tersedia pada, dan dilakukan oleh, satu sama lain dan akan pilihan yang

memiliki para pemain lainnya di dalam tindakan pemilihan mereka.

Suksesi politik dalam proses demokrasi sejatinya di tentukan oleh

keterlibatan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses politik itu sendiri .

Dimana-mana di dunia ini kekuasaan cenderung mau menang sendiri. Kekuasaan

cenderung untuk korup. Oleh karena itu, persoalan-persoalan dalam proses politik

dari zaman ke zaman membuat peneliti mengangkat judul tentang Proses

Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu Kabupaten Bima (Studi Tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, kiranya peneliti akan

membatasi permasalahan sehingga akan sesuai dengan realita peneliti yang di

inginkan: Bagaimana Proses Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu

Kabupaten Bima ?

C. Tujuan Penelitian

(26)

10

1. Untuk mengetahui secara lebih dekat tentang kehidupan politik di desa

yang menjadi objek penelitian.

2. Untuk mengetahui gambaran tentang proses pelaksanaan pemilihan kepala

desa objek dalam penelitian.

3. Ingin mengetahui sampai sejauh mana keikutsertaan masyarakat dalam

proses pemilihan kepala desa.

C. Manfaat Penelitian

Sedangkan yang menjadi kegunaan atau manfaat dari penulisan skripsi ini

penulis mengharapkan:

a. Dapat memberikan gambaran secara lebih riil tentang kehidupan politik

dan perkembangan kehidupan politik pedesaan.

b. Dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pemerintahan pada

umumnya dan kehidupan politik khususnya kehidupan politik pedesaan.

c. Bagi masyarakarat umum, diharapkan peneliti dapat mengkaji,

memahami dan menambah informasi serta sebagai bahan rekomendasi

bagi masyarakat dan pemerintah desa untuk bertindak dan berperilaku

dalam menjalannya fungsinya demi suksesi politik dengan harapan

nantinya aktifitas politik tidak hanya selalu di maknai dengan perebutan

kekuasaan semata.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah unsur atau bagian penting dalam penelitian

dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk mengambarkan

(27)

11

konseptual ini di maksudkan untuk memberikan penegasan tentang makna arti

dari kalimat yang ada dalam permasalahan yang disajikan. Dimana, dengan

adanya penegasan arti tersebut akan mampu mempermudah dalam memahami

maksud kalimat yang tercantum dalam penelitian.

a. Proses

Proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas

dan dapat ditempuh, untuk mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan.

Jika ditempuh, setiap tahapan-tahapan dari proses itu secara konsisten

mengarah pada hasil yang diinginkan. Proses juga termasuk aktivitas

yang sedang terjadi.

b.Pemilihan Kepala Desa

Pemilihan kepala desa atau biasa di sebut pilkades adalah suatu

pemilihan kepala desa secara langsung yang diselenggarakan oleh warga

negara sebagai ajang untuk menentukan pemimpinnya. Kepala desa ini

merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa. Pemilihan

kepala desa ini dilakukan dengan mencoblos tanda gambar yang tertera

dalam kertas suara yang disediakan oleh panitia penyelenggara.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di

observasi atau diukur. Dalam penelitian ini terkait dengan judul “Proses

Pemilihan Kepala Desa di Desa Buncu Kabupaten Bima” dapat dirumuskan

beberapa indikator di antaranya:

(28)

12

a. Penetapan Pemilih

b. Pendekatan Calon

c. Verifikasi Calon

d. Penetapan Calon

2. Tahap Sosialisasi

a. Penjadwalan Kampanye

b. Catatan kepatuhan dan pelanggaran

3. Tahap Pemungutan Suara

a. Pemungutan suara

b. Penetapan jumlah suara

c. Penetapan tingkat perolehan jumlah suara terbanyak

4. Sistem Pengawasan

a. Panitian pengawas pilkades

b. Jumlah kasus dan penyelesaian kasus pilkades

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah serangkaian prosedur berupa cara yang

digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Maka dari itu metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

1. Subjek Penelitian

Ada beberapa subjek-subjek penelitian yang akan di observasi antara lain

sebagai berikut:

1. Panitia Pilkades

(29)

13

3. Panitia Pengawas Pilkades

4. Masyarakat Desa Buncu

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti dapat menangkap keadaan yang

sebenarnya dari objek penelitian sebagaimana yang tertera dalam judul

Proses Pemilihan Kepala Desa Di Desa Buncu Kabupaten Bima (Studi

Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa Buncu)”, maka

peneliti melakukan penelitian di Desa Buncu Kabupaten Bima NTB.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dengan teknik pengumpulan data, maka pembaca diharapkan dapat

memahami proses politik di masyarakat desa sehubungan dengan hal

tersebut. Dengan pengumpulan data-data tersebut maka akan diperoleh

informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dalam rangka

mencapai tujuan peneliti. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan

oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui

pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2003), observasi merupakan suatu proses

komplek, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.

(30)

14

Interview atau wawancara dapat dilakukan melalui tatap muka

dengan orang yang tahu tentang pemilihan kepala desa untuk

memperoleh informasi penting. Dengan melakukan Interview atau

wawancara dipergunakan sebagai cara untuk memperoleh data

dengan jalan mengadakan wawancara dengan narasumber atau

responden yang di anggap memahami masalah yang akan diteliti.

H. Analisisa Data

Teknik analisa data yang dilakukan peneliti adalah dengan mengunakan

analisis kualitatif yang terdiri dari:

1. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan. Proses

pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, atau konteks

terjadinya peristiwa. data penelitian kualitatif bukan hanya sekadar terkait dengan

kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif

adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat, didengar, dan diamati.

2. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara

terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

5

(31)

15

3. Display Data

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah

penyajian data, yang dimaknai oleh Miles dan Heberman (1992) sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini,

peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan.

4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir proses pengumpulan data adalah verifikasi dan penarikan

kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.

Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interprestasi yang

dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan

melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan

pencarian kasus-kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta memberikan kemudahan bagi penulis sehingga penulis dapat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana penegakan hukum yang dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas

‘Orang hidup harus berhati-hati. Di waktu ini Andri memamng tidak ada cacatnya. Malah semua sifatnya terlihat dalam kesungguhan. Ibu tidak menyanggah kekhawatiranmu terhadap

Dalam melakukan penilaian dalam proses belajar mengajar, tidak semua guru menetapkan prinsip-prinsip penilaian yang sesuai dengan acuan kurikulum , dikarenakan perbedaan

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, data sekunder, observasi tidak terstruktur serta depth interview, dan analisis dilakukan secara deskriptif Hasil penelitian

dibandingkan dengan solusi numerik sehingga didapatkan error yang akan digunakan untuk menaksir kualitas dari metode Runge Kutta Fehlberg dalam menyelesaikan sistem persamaan

Perhitungan harga pokok produksi unit rumah pada perumahan Tambarora adalah berdasarkan total biaya produksi yang dibutuhkan untuk satu unit rumah yang sudah dihitung

experience of family relationships, and views about family involvement in treatment among VA consumers with serious mental illness. Journal of Rehabilitation Research