• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot Di Kabupaten Asahan (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot Di Kabupaten Asahan (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN POTENSI AIR TERJUN PONOT di

KABUPATEN ASAHAN

(Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga,

Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Antropologi

OLEH :

DANIEL SIMANGUNSONG

110905012

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Daniel Simangunsong

Nim : 110905012

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot Di Kabupaten Asahan (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

Medan, Oktober 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi Sosial

Dra. Sabariah Bangun, M.Soc. Sc. Dr. Fikarwin Zuska NIP.105701051987032001 NIP.196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(3)

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PENGEMBANGAN POTENSI AIR TERJUN PONOT DI KABUPATEN ASAHAN (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka, apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2015

Daniel Simangunsong

(4)

4

ABSTRAK

Daniel Simangunsong, 2015. Judul PENGEMBANGAN POTENSI AIR TERJUN PONOT di KABUPATEN ASAHAN (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 100 halaman, 5 tabel, 5 gambar dan 1 bagan

Penelitian ini mengkaji pengembangan potensi wisata di kabupaten Asahan yaitu air terjun Ponot. Penelitian ini juga menjelaskan strategi pegembagan yang diterapkan di air Terjun Ponot. Air terjun Ponot adalah salah satu air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian ± 250 meter. Air terjun Ponot terletak di Kecamatan Aek Songsongan, tepatnya di Desa Tangga Dusun I.

Metode yang digunakan peneliti dalam Penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. Pengamatan dilakukan peneliti dengan cara langsung turun kelapangan mengamati kegiatan masyarakat setempat, mengamati air terjun Ponot dan mengamati semua aktifitas di sekitar daerah air terjun Ponot. Model wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara dilakukan secara mendalam dan wawancara disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan air terjun Ponot yang dilakukan masyarakat lokal, untuk mengetahui strategi yang diterapkan dalam pengembangan Air Terjun Ponot, serta melihat kendala-kendala yang dihadapi masyarakat lokal dalam pengembangan air terjun Ponot.

Hasilnya di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan air terjun Ponot sudah cukup baik. Kontribusi yang belum ada dari pemerintah daerah Asahan dan pihak investor swasta membuat pengembangan air terjun Ponot hanya mengandalkan kerja keras dari masyarakat setempat. Masalah kekurangan dana adalah masalah utama masyarakat lokal dalam mengembangkan air terjun Ponot.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Strategi perencanaan pengembangan yang diterapkan di air terjun Ponot adalah Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism development). Strategi pengembangan air terjun Ponot adalah strategi pengembangan berbasis masyarakat, dimana posisi masyarakat sebagai pihak terpenting dalam pengembangan air terjun Ponot. Peran aktif masyarakat lokal dalam pengembangan air terjun Ponot secara tidak langsung telah membuka wadah pemberdayaan bagi masyarakat lokal itu sendiri.

Kata kunci: Pengembangan, Air Terjun Ponot, Pariwisata, Pengelolaan.

(5)

5

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya ucapkam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta kasih dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot di Kabupaten Asahan”.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak, diantaranya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU dan juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan kepada saya pada saat perkuliahan. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu, MA selaku dosen pengasuh saya dan juga sebagai dosen mata kuliah yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada saya. Terkhusus buat Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc. Sc, selaku dosen pembimbing saya yang selalu memberikan masukan, saran, pengetahuan baik formal maupun non-formal sehingga skripsi ini bisa selesai. Tidak ada kata yang bisa saya ucapkan selain ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc. Sc atas bekal ilmu yang sangat berharga yang Ibu berikan kepada saya, semoga apa yang telah Ibu berikan kepada saya akan dapat saya manfaatkan dalam kehidupan saya. Kepada seluruh Dosen dan staf pegawai di Antropologi FISIP USU, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas didikan dan bantuannya selama saya mengikuti perkuliahan di Departemen Antropologi FISIP USU.

Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya sayangi Ayahanda Usim Simangunsong dan Ibunda Masnur Panjaitan, terima kasih atas kesabaran, kasih sayang, support dan bimbingan selama ini. Terima kasih kepada seluruh anggota keluarga saya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan perkuliahan. Terima kasih buat Bang Richardo Simangunsong, Bang Hartawan Simangunsong, Adek Agustini Simangunsong, Adek Lestari Simangunsong dan Kak Ratna Sirait. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Anny Nurmayati Dolok Saribu yang menjadi motifasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih Bang Richardo yang selalu hadir dan

(6)

6

memberikan berbagai bentuk dukungan dan petunjuk kepada saya dalam menyelesaikan perkuliahan saya.

Kepada sahabat-sahabat saya, Rudi Frans Sirait, Agus Strek, Iwan C Siburian, Jones Simanjuntak, Juandi Sijabat, Andre Saragih, Bang Gary, Marco Panggabean, Urim Jeans Tambunan, Adi Tambunan, Bintang sitompul, Jenni Tambunan, Lintong Sagala, Billy, Lasman, Medi Harianja, Onix Simangunsong dan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan satu per satu. Saya ucapkan terima kasih banyak, semoga Tuhan membalas semua kebaikan kalian.

Kepada seluruh pengelola air terjun Ponot dan penduduk yang di Kecamatan Aek Songsongan terkhusus di desa Tangga Dusun I yang telah memberikan berbagai informasi dalam memenuhi data skripsi yang saya perlukan. Kepada Bapak M. Imron Siagian, Bapak S. Sitorus, Bapak I. Manurung dan lainnya yang tidak saya sebutkan, saya ucapkan terima kasih banyak atas pengalaman dan pengetahuan yang telah dibagikan kepada saya mengenai berbagai informasi tentang air terjun Ponot.

Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini. Saya telah banyak belajar mengenai arti kehidupan dari orang-orang yang membantu saya selama ini. Semoga skripsi ini memberikan sumbangan pikiran yang bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Oktober 2015 Penulis

Daniel Simangunsong

(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis yaitu Daniel Simangunsong lahir pada 09 Maret 1992 di Pasarbaru, kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Usim Simangunsong dan Ibu Masnur Panjaitan, penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Kristen Protestan. Sekarang penulis bertempat tinggal di Jalan Marakat No.4, Kecamatan Medan Baru, Padang Bulan, Medan.

Adapun riwayat pendidikan penulis, pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 177073 Lumban Sirait, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Porsea dan pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Siantar Narumonda, pada tahun 2011 sampai sekarang penulis kuliah di Universitas Sumatera Utara, jurusan Antropologi Sosial.

Kegiatan Yang Pernah Diikuti Penulis:

1. Pernah mengikuti UKM BOLA Fisip Usu tahun 2012 - 2013 2. Pernah bergabung dengan GMNI Fisip Usu tahun 2013- 2014 3. Pernah mengikuti kegiatan Training Of Fasilitator (TOF)

(8)

8

4. Pernah mengikuti seminar Nasional “Pertahanan Pangan Nasional” 5. Pernah mengikuti kegiatan privat Komputer selama 1 tahun

Ema

(9)

9

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk menulis persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Pengembangan Potensi Air Terjun Ponot Di Kabupaten Asahan”.

Ketertarikan untuk menulis tentang pengembangan potensi air terjun Ponot di kabupaten Asahan, karena penulis melihat bahwa pariwisata di Indonesia belum berkembang dengan baik, khususnya pariwisata yang berbasis masyarakat seperti destinasi wisata air terjun Ponot. Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa bagi Negara dan Daerah, selain penghasil devisa bagi sebuah Negara pariwisata secara tidak langsung telah menciptakan lowongan pekerjaan dan menjadi wadah pemberdayaan bagi masyarakat lokal. Hal lain yang membuat penulis tertarik melihat pengembangan air terjun Ponot, karena pengembangan air terjun Ponot berbasis masyarakat dimana masyarakat lokal menjadi hal terpenting dalam pengembangan air terjun Ponot.

Dalam skripsi ini penulis melihat bagaimana pengembangan air terjun Ponot yang dilakukan oleh masyarakat lokal, sejauh mana pengembangan air terjun Ponot yang telah dilakukan masyarakat lokal dan strategi diterapkan masyarakat lokal dalam pengembangan air terjun Ponot. Selain melihat pengembangan yang dilakukan masyarakat lokal, penulis juga melihat kendala-kendala seperti apa yang dihadapi masyarakat lokal dalam pengembangan air

(10)

10

terjun Ponot, serta bagaimana cara masyarakat lokal menghadapi kendala-kendala tersebut.

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengembangan pariwisata khususnya pengembangan pariwisata yang berbasis masyarakat, serta menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya pengembangan pariwisata sebagai penghasil devisa negara dan sebagai wadah pemberdayaan bagi masyarakat lokal.

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, materi dan pengalaman saya. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis menerima segala saran-saran, masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Oktober 2015 Penulis

(Daniel Simangunsong)

(11)

11

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tinjauan Pustaka ... 6

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 19

1.5. Metode Penelitian ... 19

1.6. Pengalaman Peneliti di Air Terjun Ponot ... 21

BAB II. GAMBARAN UMUM AIR TERJUN PONOT ... 25

2.1. Sejarah Terbentuknya Air Terjun Ponot ... 25

2.2. Letak dan Akses Menuju Air Terjun Ponot ... 31

2.3. Keadaan Penduduk Aek Songsongan ... 35

2.3.1. Kependudukan ... 35

2.3.2. Mata Pencaharian ... 36

2.3.3. Etnis dan Agama ... 37

2.3.4. Sarana dan Prasarana ... 38

2.4. Struktur Organisasi pengelola Air Terjun Ponot ... 39

2.5. Mitos Di Air Terjun Ponot ... 43

2.6. Kegiatan Wisatawan di Air terjun Terjun Ponot ... 44

BAB III. PENGEMBANGAN AIR TERJUN PONOT ... 52

3.1. Rencana Pengembangan Air Terjun Ponot ... 52

3.1.1. Rencana pengembangan oleh Masyarakat Lokal ... 53

3.1.2. Rencana Pengembangan oleh Pemerintah Daerah ... 57

3.2. Pengembangan Air terjun Ponot ... 60

3.2.1. Pengembangan oleh Masyarakat Lokal ... 62

3.2.2.Tidak Ada Sumbangsih Atau Kontribusi Dari Pemerintah Daerah ... 65

3.3. Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Pengembangan ... 66

3.4. Dampak Pengembangan Air Terjun Ponot ... 83

(12)

12

3.4.1. Dampak Positif ... 84

3.4.2. Dampak Negatif ... 86

BAB IV. STRATEGI PENGEMBANGAN AIR TERJUN PONOT ... 87

4.1. Strategi Pengembangan Air Terjun Ponot ... 87

4.2. Strategi Pengembangan yang dilakukan Oleh Masyarakat Lokal ..90

4.3. Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Terjun Ponot Oleh Masyarakat Lokal ... 92

4.5. Sistem Evaluasi Air Terjun Ponot Oleh Masyarakat Lokal ... 94

4.5.1. Evaluasi Rencana Tahunan Oleh Masyarakat Lokal ... 94

4.5.2. Evaluasi Kelayakan Oleh Masyarakat Lokal ... 95

BAB V. PENUTUP ... 96

5.1. Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN

Intervew Guide DaftarInforman

SuratKeteranganMelakukanPenelitian Peta

(13)

13

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Aek Songsongan ... 35

Tabel 2.2 Data Guru dan Murid di Aek Songsongan ... 39

Tabel 2.3 Jumlah Pengelola Wisata Air Terjun Ponot Berdasarkan Umur... 42

Tabel 2.4 Jumlah Pengelola Wisata Air Terjun Ponot Berdasarkan Suku ... 42

Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan di Air Terjun Ponot ... 68

(14)

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foto Air TerjunPonot ... 32

Gambar 2.2 Halte Bus Dam Sigura-gura ... 33

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Pengelola Air Terjun Ponot... 41

Gambar 2.4 Gapura Selamat Datang Menuju Air Terjun Ponot ... 47

Gambar 2.5 FotoWisatawan Yang Berkunjung Bersama Keluarga... 49

Gambar 2.6 Foto Jatuhan Air Terjun Ponot ... 51

(15)

4

ABSTRAK

Daniel Simangunsong, 2015. Judul PENGEMBANGAN POTENSI AIR TERJUN PONOT di KABUPATEN ASAHAN (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan). Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 100 halaman, 5 tabel, 5 gambar dan 1 bagan

Penelitian ini mengkaji pengembangan potensi wisata di kabupaten Asahan yaitu air terjun Ponot. Penelitian ini juga menjelaskan strategi pegembagan yang diterapkan di air Terjun Ponot. Air terjun Ponot adalah salah satu air terjun tertinggi di Indonesia dengan ketinggian ± 250 meter. Air terjun Ponot terletak di Kecamatan Aek Songsongan, tepatnya di Desa Tangga Dusun I.

Metode yang digunakan peneliti dalam Penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan observasi dan wawancara. Pengamatan dilakukan peneliti dengan cara langsung turun kelapangan mengamati kegiatan masyarakat setempat, mengamati air terjun Ponot dan mengamati semua aktifitas di sekitar daerah air terjun Ponot. Model wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Wawancara dilakukan secara mendalam dan wawancara disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan air terjun Ponot yang dilakukan masyarakat lokal, untuk mengetahui strategi yang diterapkan dalam pengembangan Air Terjun Ponot, serta melihat kendala-kendala yang dihadapi masyarakat lokal dalam pengembangan air terjun Ponot.

Hasilnya di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan air terjun Ponot sudah cukup baik. Kontribusi yang belum ada dari pemerintah daerah Asahan dan pihak investor swasta membuat pengembangan air terjun Ponot hanya mengandalkan kerja keras dari masyarakat setempat. Masalah kekurangan dana adalah masalah utama masyarakat lokal dalam mengembangkan air terjun Ponot.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Strategi perencanaan pengembangan yang diterapkan di air terjun Ponot adalah Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism development). Strategi pengembangan air terjun Ponot adalah strategi pengembangan berbasis masyarakat, dimana posisi masyarakat sebagai pihak terpenting dalam pengembangan air terjun Ponot. Peran aktif masyarakat lokal dalam pengembangan air terjun Ponot secara tidak langsung telah membuka wadah pemberdayaan bagi masyarakat lokal itu sendiri.

Kata kunci: Pengembangan, Air Terjun Ponot, Pariwisata, Pengelolaan.

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa bagi sebuah negara, selain menghasilkan devisa dalam pembangunan negara, industri pariwisata juga menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Industri pariwisata secara tidak langsung memberi penghasilan tambahan bagi masyarakat lokal sehingga masyarakat lokal terbantu dalam bidang ekonomi. Industri wisata berbeda dengan industri lainnya seperti industri migas yang bergantung pada sumber daya, sedangkan industri pariwisata tidak tergantung pada sumber daya.

Industri pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah dengan daya tarik wisata yang cukup besar. Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memiliki prospek yang cerah, tetapi hingga sekarang belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan di Indonesia. Prospek pariwisata ke depan bagi Negara Indonesia sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, selain memiliki daya tarik keindahan alam Indonesia juga punya daya tarik lain salah satunya yaitu atraksi budaya.

(17)

2

dari sabang sampai merauke. Industri wisata Indonesia saat ini sudah banyak dikenal dan dikunjungi wisatawan mancanegara, salah satunya adalah Pulau Raja Ampat yang berada di Papua Barat yang memiliki keindahan alam sangat memukau dan sangat terkenal karena keindahan pemandangan biota lautnya. Pulau Raja Ampat Memiliki ± 1.800 pulau-pulau kecil, sekitar 75 % jenis karang di dunia ada di Raja Ampat. Saat ini terdapat 540 jenis karang keras, 1070 jenis ikan karang, 60 jenis udang karang, 699 jenis hewan lunak (jenis moluska), 159 kerangkerangan (bivalva)1

Menurut beberapa para ahli pariwisata dimulai sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri dengan ditandai adanya pergerakan penduduk yang melakukan , jadi tidak heran jika kebanyakan pengunjung ke Pulau Raja Ampat berasal dari wisatawan mancanegara.

Soekadijo (1996: 2), memberikan pendapat bahwa kegiatan wisata diciptakan untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil “dipuaskan” kebutuhannya atas kegiatan kunjungan tersebut. Kepuasan itu berupa rasa senang, rasa tenang, rasa aman ketika di berada di tempat yang dituju. Kepuasan setiap orang itu berbeda-beda, ada yang ketika sampai di sebuah destinasi wisata orang itu merasa sangat puas atas hasil karena sesuai dengan apa yang di bayangkan sebelumnya dan ada juga yang merasa tidak puas karena tidak sesuai dengan apa yang di bayangkan sebelumnya.

1

(18)

3

ziarah dan perjalanan agama lainnya, serta perjalanan keingin tahuan, gila kehormatan Jaman semakin berkembang seiring dengan perkembangan waktu, begitu juga dengan perkembangan pariwisata hingga saat ini. Pariwisata dijaman modern tidak lagi hanya untuk mencari kepuasan semata saja tetapi pariwisata sudah berubah menjadi suatu industri yang menjanjikan dalam menambah devisa daerah dan negara.

Destinasi wisata yang berkembang saat ini berubah menjadi suatu industri yang memberikan kontribusi besar bukan hanya pada pemerintah, tapi juga pada masyarakat setempat. Dalam membuat perencanaan pengembangan sarana dan prasarana sebuah destinasi wisata harus dijalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, misalnya dalam hal prasarana seperti angkutan udara, angkutan laut dan kereta api kebanyakan dikuasai oleh pemerintah , angkutan darat seperti bus sebagian besar dikuasai oleh pihak swasta begitu pula hotel dan restoran. Dalam hal ini terlihat antara pihak pemerintah dan pihak swasta saling membutuhkan dan saling menguntungkan.

(19)

4

khusus, dll. Cara promosi yarng berbeda-beda dari setiap tempat wisata merupakan salah satu strategi sebuah tempat wisata untuk mengenalkan dan memasarkan produk kepada masyarakat umum.

Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata harus didasarkan pada perencanaan, pengembangan dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat dikembangkan secara optimal untuk menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung. Untuk mendapat hasil yang optimal, pengembangan dalam bidang kepariwisataan tidak hanya didukung oleh satu pihak tetapi merupakan kerjasama dari berbagai pihak, baik kalangan usaha (swasta) maupun pihak pemerintah daerah, lebih penting lagi adalah adanya keterlibatan masyarakat lokal sebagai salah satu faktor keberhasilan pengembangan pariwisata. Tanpa melibatkan masyarakat pembangunan pariwisata akan terjadi benturan dengan kebudayaan masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal. Pembangunan melalui partisipasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat sekitar.

(20)

5

Data yang didapat dari tahun ke tahun wisatawan yang datang ke destinasi wisata Air Terjun Ponot berkembang dengan pesat, misalnya pada tahun ini setiap hari besar seperti hari tahun baru 2014/2015 pengunjung yang datang dalam satu hari mencapai ±1000 orang dengan uang karcis masuk Rp. 10.000/ kendaraan roda dua dan Rp.25.000/kendaraan roda empat. Dalam satu hari ditahun baru masyarakat yang ikut berpartisipasi mencapai ±100 orang, dimana mereka diberi tugas sesuai dengan bidang mereka masing-masing.

Melihat dari perkembangan pengunjung pariwisata Air Terjun Ponot yang mendapat kunjungan positif wisatawan dari tahun ke tahun, seharusnya pengembangan di fokuskan pada pengembangan berbasis masyarakat dengan dukungan fasilitas dan pelayanan yang memadai. Penghasilan utama masyarakat dari bertani dan berkebun hanya cukup untuk makan sehari-hari, dengan adanya destinasi wisata air terjun Ponot masyarakat setempat terbantu dalam ekonomi.

Jalan sepanjang 500 meter menuju destinasi Air Terjun Ponot masih memprihatinkan, hal ini salah satu yang menjadi faktor penghambat untuk menarik wisatawan berkunjung ke tempat wisata ini. Banyak wisatawan yang mengeluh jalan menuju destinasi wisata ini, jalan yang masih berlubang-lubang dan masih banyak batu padas yang tajam membuat banyak kendaraan wisatawan harus berjalan lambat bahkan ada juga kendaraan wisatawan yang rusak ketika melewati jalan ini.

(21)

6

pelayanan dan pemeliharaan dari mutu apa yang menarik dan ditawarkan oleh objek wisata tersebut. Selain itu dukungan masyarakat setempat terhadap pengembangan destinasi wisata, peranan organisasi dan dukungan modal usaha perlu diperhatikan agar pengembangan optimal2

1.2. RUMUSAN MASALAH

. Sama halnya dengan wisata air terjun Ponot peningkatan pemasaran, kualitas SDM, pelayanan, pemeliharaan dan dukungan masyarakat sangat diperlukan agar pengembangan air terjun Ponot lebih optimal.

Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menyusun penelitian dengan judul: “PENGEMBANGAN POTENSI AIR TERJUN PONOT di KABUPATEN ASAHAN (Studi deskriptif daya tarik wisata air terjun Ponot di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan)”.

a) Bagaimana pengembangan potensi destinasi air terjun Ponot di Kabupaten Asahan?

b) Bagaimana strategi pengembangan potensi Air Terjun Ponot?

1.3. TINJAUAN PUSTAKA

Ciri khas manusia yang selalu bergerak merupakan embrio yang melahirkan kebutuhan manusia untuk bepergian, mengadakan perjalanan dengan segala ragam keperluan prasarana dan sarananya. Menurut Samsuridjai (1997: 11) pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk megadakan perjalanan.

2 Dodi Widiyanto, Joni Purwo Handoyo dan Alia Fajarwati, “ Pengembangan Pariwisata

(22)

7

Wardiyanto dan M Baiquni ( 2011: 3), menyebutkan secara etimologis, kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.

Kuntowijoyo juga memberikan macam pandangan mengenai pariwisata yang terdapat dalam masyarakat, yakni: (Wardiyanto dan M Baiquni 2011: 1)

1. Pariwisata tidak dikenal masyarakat sepenuhnya dan belum dapat diterapkan dalam kehidupan, karena dalam masyarakat tidak ada pembedaan antara waktu luang dengan waktu kerja dikaitkan dengan aktivitas melakukan pekerjaan. Pada prinsipnya, masyarakat agraris memaknai waktu dalam kehidupannya sebagai waktu untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga waktu tidak bekerja itu hanya merupakan bagian dari waktu kerja saja.

2. Pariwisata sudah mulai dikenal oleh sebagian anggota masyarakat, tetapi masih dipandang sebagai hal yang bersifat negatif, bahwa waktu senggang bagi mereka adalah waktu tidak dalam keadaan kerja atau meninggalkan pekerjaan.

(23)

8

mereka akan mendapatkan manfaat. Dalam hal ini pariwisata menjadi sebuah kebutuhan hidup yang harus dipenuhi supaya hidupnya lebih baik, Gejala seperti ini terjadi pada masyarakat industrial.

Menurut Samsuridjai dan Kaelany (2011: 24) Secara singkat pariwisata dapat dibagi dalam beberapa jenis yakni: Wisata untuk Rekreasi, Wisata Bahari, Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Olahraga, Wisata Bisnis, Wisata Konvensi dan Wisata Jenis Lain.

Fokus subjek penelitian penulis tergolong dalam jenis Wisata Alam dimana Wisata Alam adalah jenis wisata yang terdapat banyak bukit terjal, gunung yang tinggi, gua-gua yang dalam, sungai yang deras dan air terjun. Jenis wisata ini umumnya disukai kalangan Remaja, disini fisik dan mental para remaja diuji. Sama halnya dengan wisata Air Terjun Ponot dimana ketika kita berkunjung ke Air Terjun ini, kita ditantang untuk melewati batu-batu terjal dan tanah yang agak licin untuk mencapai jatuhan airnya, disini akan dirasakan sensasi luar biasa dimana suara air, percikan air dari atas yang halus bagai salju membasahi tubuh dan keindahan jatuhan air dari atas tebing yang indah dan menciptakan pelangi di sekitar jatuhan air.

(24)

9

Indonesia sudah lazim memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, jabatannya dan kedudukan seseorang. Jadi kata “wisatawan” dalam beberapa hal berbeda dengan “touristm” dalam bahasa inggris.

Menurut Bambang Sunaryo (2013: 1), wisatawan (tourist) adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan. Kusudianto Hadinoto (1996: 26), mengatakan proses pengembangan suatu kawasan wisata utama dapat membutuhkan waktu 15-20 tahun sebelum berkembang lengkap. Ini merupakan hal yang sangat sensitif yang memerlukan perhatian seperti lingkungan, masyarakat dan budaya.

Pengembangan pariwisata memerlukan dukungan pembangunan berbagai infrastruktur. Penyediaan infrastruktur bisa dilakukan oleh pemerintah maupun swasta atau pun oleh keduanya. Kemampuan dalam pemeliharaan juga sangat berpengaruh pada keberhasilan pengembangan pariwisata, pemeliharaan ini bisa dilakukan oleh masyarakat setempat, disini akan terlihat partisipasi dari masyarakat setempat.

Suansri mengatakan bahwa dalam pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat harus memenuhi 5 dimensi pengembangan yang merupakan aspek utama pengembangan kepariwisataan sebagai berikut : (Bambang Sunaryo 2013:142)

(25)

10

pariwisata, berkembanganya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata,

2. Dimensi sosial: dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran gender yang adil antara laki-laki dan perempuan, generasi tua dan generasi muda, serta memperkuat organisasi komunitas,

3. Dimensi budaya: dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk menghormati nilai budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya, berkembangnya nilai budaya pembangunan yang melekat erat dalam kebudayaan setempat,

4. Dimensi lingkungan: dengan indikator terjaganya daya dukung lingkungan, adanya system pengelolaan sampah yang baik, meningkatnya kepedulian akan perlunya konservasi dan preservasi lingkungan.

5. Dimensi politik: dengan indikator meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, dan adanya jaminan hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan SDA.

(26)

11

diharapkan adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang terkait tidak terkecuali kerjasama dari masyarakat lokal.

Bambang Sunaryo (2013:88), meyebutkan konstuksi strategi Public-Private Partnership (PPP) atau kemitraan pemerintah-swasta dalam proses pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu cara yang sangat strategis dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan publik, yang dalam hal ini pihak pemerintah tetap bertanggung jawab dan harus akuntabel bagi penyediaan jasa publik dan tetap menjaga kelangsungan kepentingan publik. PPP adalah salah satu cara yang sangat efektif dalam menggerakkan roda perekonomian, dalam PPP diharapkan semua pihak (pemerintah, masyarakat dan swasta) menjalin kerjasama yang solid, adil dan transparan.

Bambang Sunaryo (2013:86-87), mengatakan sektor kepariwisataan merupakan kegiatan yang memiliki keterkaitan dan melibatkan banyak sektor, antara lain meliputi sektor kehutanan, kelautan, pertanian dan perkebunan, industri dan perdagangan, telekomunikasi, perhubungan, lingkungan, kebudayaan, imigrasi dan hubungan luar negeri. Oleh karena itu, harus ditempuh langkah-langkah:

1. Pengembangan kebijakan di sektor perhubungan meliputi pengembangan bandara, jaringan jalan, pelabuhan, kapal dan kereta api,

(27)

12

3. Pengembangan kebijakan disektor kehutanan, pertanian/ perkebunan, kelautan, dan kebudayaan melalui dukungan alokasi ruang/area atau objek bagi pengembangan kegiatan kepariwisataan beserta penyiapan berbagai aturan pelaksanaan yang mendukung.

4. Pengembangan di sektor pendidikan yang dapat mendukung meningkatkan kualitas SDM pariwisata Indonsia dan pengembangan standart pelatihan dan pendidikan untuk menopang industri pariwisata, sehingga mampu berkompetisi dengan SDM asing.

Dari data awal yang didapatkan dilapangan, pengembangan sektor perhubungan di air terjun Ponot ini masih sangat minim. Melalui koordinasi terpadu yang dijalin antar sektor tersebut, maka dapat dipersiapkan kerangka pengembangan terpadu yang akan memberikan nilai manfaat yang besar dalam jangka panjang, baik dalam hal penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan produk lokal, pemberdayaan ekonomi rakyat, maupun konservasi lingkungan dan sumber daya alam.

Menurut Bambang Sunaryo (2013:77), prinsip dari penyelenggaraan tata kelola kepariwisataan yang baik pada intinya adalah koordinasi dan sinkronisasi program antar pemangku kepentingan yang ada serta keterlibatan partisipasi aktif yang sinergis (terpadu dan saling menguatkan) antara pihak pemerintah, swasta, industri pariwisata dan masyarakat setempat.

(28)

13

melalui berbagai ciri penyelenggaraan yang berbasis pada prinsip- prinsip sebagai berikut ini Parisipasi masyarakat terkait, Keterlibatan segenap pemangku kepentingan, Kemitraan kepemilikan lokal, Pemanfaatan sumber daya secara berlanjut, Mengakomodasikan aspirasi masyarakat, Daya dukung lingkungan, Monitor dan evaluasi program, Akuntabilitas lingkungan, Pelatihan pada masyarakat terkait, Promosi dan advokasi nilai budaya kelokalan.

Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan selain memperhatikan faktor non-fisik, pengembangan pariwisata juga harus memperhatikan beberapa faktor fisik salahsatunya adalah lingkungan atau tata ruang pariwisata. Dalam tulisan artikel Sjarifuddin Akil telah disebutkan beberapa kebijakan penataan ruang dalam mendukung pengembangan pariwisata yaitu sebagai berikut: (Mohammad Ridwan 2012:25-26)

1. Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu penata ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

2. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah,

3. Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal,

(29)

14

(memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai hilir ( kegiatan produksi jasa),

5. Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah secara nasional yang dalam hal ini harus terkait dengan Rencana Tata Ruang Nasional(RTRWN). Didalam RTRWN ini diberikan arahan fungsi lindung dan budidaya.

6. Pengembangan dukungan sarana-prasarana tranportasi secara terpadu intermoda dan terkait dengan struktur pengembangan wilayah.

Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan memerlukan rencana pengembangan yang tepat sehingga akan mencapai sasaran yang telah ditentukan. Menurut Mohammad Ridwan (2012:54-55), ada beberapa faktor yang perlu diketahui dalam perencanaan pengembangan pariwisata, yaitu: wisatawan, transportasi, objek dan daya tarik wisata, fasilitas pelayanan, infrastruktur pendukung, masyarakat lokal dan informasi.

Kusudianto Hadinoto (1996: 76-78), mengatakan perencanaan pengembangan pariwisata dilakukan dalam 2 tahap, yakni:

1. Rencana konseptual, yang merupakan konsepsi garis besar dan menentukan sasaran, strategi pengembangan dan maksud/tujuan pengembangan.

(30)

15

Bambang Sunaryo (2013:132), mengatakan ada 3 strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yaitu:

1. Stategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang mengutamakan pada pertumbuhan ( growth oriented model),

2. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat ( community based tourism development), 3. Startegi perencanaan kepariwisataan yang bertumpu pada keberlanjutan

pembangunan kepariwisataan ( sunsainable tourism development).

Data yang ditemukan penulis di lapangan bahwa pengembangan air terjun Ponot menggunakan strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan nomor 2. Strategi perencanaan pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat (community based tourism development), secara tidak langsung memberikan wadah pemberdayaan bagi masyarakat lokal khususnya dibidang ekonomi.

Setelah rencana pengembangan telah dibuat secara matang, langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran pengembangan pariwisata. Gunn (Oka A. Yoeti 2002:52), menetapkan sasaran pengembangan pariwisata pada suatu DTW sebagai berikut:

(31)

16

Kedua, supaya perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industri pariwisata memperoleh hasil keuntungan yang berimbang atau proporsional dengan volume kunjungan wisata ke daerah itu, apalagi bagi pengusaha yang telah menginvestasikan modalnya dalam sektor pariwisata yang pengembaliannya relatif cukup lama.

Ketiga, pengembangan yang dilakukan hendaknya sekaligus dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan lingkungan, pencemaran seni dan budaya, kerusakan moral dan kepribadian bangsa, kehancuran kehidupan beragama dan terhindar dari perdagangan narkotika.

Pengembangan pariwisata tidak hanya memerlukan perencanaan pengembangan yang matang dan penentuan sasaran pengembangan, tetapi dalam pengembangan pariwisata juga diperlukan strategi pengembangan pariwisata yang akurat dalam mendukung rencana pengembangan yang telah dibuat. Oka A. yoeti (2002:56), mengatakan dalam pengembangan pariwisata bisa menentukan strategi mana yang akan dipilih dan yang mana yang lebih cocok, dapat melakukannya dalam dua tahap:

(32)

17

Kedua, bisa mengembangkan suatu strategi perluasan pasar dengan memutuskan dan berkonsentrasi pada pasar baru (new market) yang akan dijadikan sasaran diwaktu yang akan datang.

Menurut Oka A. Yoeti (2002;37) strategi menetapkan pasar akan merupakan sesuatu yang amat penting dalam konteks pemasaran regional, hal ini dapat dilakukan dengan dua langkah yaitu:

1. Mendefinisikan dan menganalisis pasar produk ( defining and analizyng product markets)

2. Target pemasaran (target marketing).

Dalam pengembangan pariwisata alam agar tidak merusak lingkungan perlu diperhatikan kebijakan-kebijakan pengembangan pariwisata. Chafid Fandeli dan Mukhlison (2000:49), menyebutkan Kebijakan umum pengembangan hutan untuk ekowisata saat ini mengacu pada kebijakan pariwisata alam yang berlandaskan UU No. 5 tahun 1990 dan PP No. 18 dan No.13 tahun 1994 sebagai berikut:

1. Kebijakan umum

Pengembangan pariwisata alam dilakukan dalan kerangka mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati dan keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

2. Kebijakan Operasional

(33)

18

1) Pengusahaan pariwisata alam diserahkan kepada pihak ketiga yaitu: perorangan, swasta, koperasi, atau BUMN.

2) Pengusahaan pariwisata alam dilaksanakan pada sebagian kecil areal blok pemanfaatan, dan tetap memperhatikan pada aspek kelestarian. 3) Pengusahaan pariwisata alam tidak dibenarkan melakukan

perubahan mendasar pada bentang alam dan keaslian habitat

4) Pembangunan sarana-prasarana dalam rangka pengusahaan pariwisata alam harus bercorak pada bentuk asli tradisional dan tidak menghilangkan ciri khas atau identitas etnis setempat.

5) Kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus melibatkan masyarakat setempat dalam rangka pemberdayaan ekonomi.

6) Pengusahaan pariwisata alam harus melaporkan semua aktivitasnya secara berkala untuk memudahkan kegiatan monitoring, pengendalian dan pembinaan.

Lawrence mengatakan pariwisata berkelanjutan akan tercapai jika dapat menjaga keseimbangan sumberdaya yang ada, yakni dampak yang ditimbulkannya seimbang antara dampak sosial dan dampak lingkungan dengan tujuan ekonomis yang diharapkan, (Wardiyanto dan M Baiquni 2011: 78).

James J. Spilane (1994: 51-62), mengatakan dampak positif dan negatif pariwisata terhadap pembangunan yakni:

(34)

19

2. Dampak negative: Pariwisata dan vulnerabilitay ekonomi, kebocoran pendapatan dari industri pariwisata, polarisasi spasial dari industri pariwisata, sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata, dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumberdaya ekonomi dan dampak industri pariwisata terhadapa lingkungan

Secara tidak langsung pembangunan pariwisata akan memberikan kontribusi dibagian ekonomi bagi masyarakat setempat, dimana dalam pembangunan pariwisata secara tidak sengaja menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai bidang.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengembangan air terjun Ponot dan untuk mengetahui strategi pengembangan Air Terjun Ponot. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan pembaca tentang pengembangan pariwisata, menambah wawasan pembaca tentang tempat-tempat potensi wisata dan penelitian ini bisa menjadi acuan dan pendorong bagi pemerintah Asahan untuk melakukan pengembangan pariwisata di Kabupaten Asahan khususnya pengembangan wisata Air Terjun Ponot.

1.5. Metode Penelitian

(35)

20

menggambarakan kebudayaan yang diteliti secara utuh/bulat sesuai dengan fokus masalah yang dikaji. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian diantaranya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Bongdan dan Taylor (Moleong, 2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurutnya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh), sebagaimana Koentjaraningrat mengutarakan bahwa para ahli antropologi biasanya memakai istilah holistik untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi (1980:224).

Adapun cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data tentang penelitian ini yaitu:

1. Observasi

(36)

21 2. Wawancara

Model wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan yang diajukan tidak disusun lebih dahulu, tetapi disesuaikan dengan keadaan informan. Pelaksanaan tanya jawab mengalir sepeti percakapan sehari-hari. Wawancara tidak terstruktur bersifat bebas dan santai, dengan memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada informan untuk mengemukakan keterangan-keterangan yang sifatnya umum. Wawancara dilakukan seperti percakapan biasa sehari-hari sehingga tidak membuat informan merasa bosan dan takut.

(37)

22

1.6. Pengalaman Peneliti di Air Terjun Ponot.

Peneliti berasal dari Desa Pasarbaru, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera utara. Penelitian di tempat wisata air terjun Ponot saya mulai pada bulan Maret 2015 tepatnya tanggal 6 Maret 2015, setiap hari peneliti menggunakan sepeda motor menuju air terjun Ponot, dengan jarak tempuh ± 35 km dengan waktu tempuh normal ±1,5 jam (alat transportasi mobil), tapi karena peneliti menggunakan sepeda motor biasanya peneliti hanya butuh waktu 45 Menit menuju air terjun Ponot.

Setiap hari peneliti pulang-balik, biasanya peneliti berangkat jam 9.00 pagi menuju air terjun Ponot. Peneliti memilih waktu berangkat cepat agar bisa mengatur waktu pulang menuju kota Porsea, karena setiap sore wilayah desa Pintu Pohan- Desa Tangga selalu diguyur hujan.

Pertama berada di tempat wisata dan mulai melakukan wawancara dengan beberapa piket jaga pada hari kamis saya terkejut dengan respon mereka. Ketika mereka tau bahwa saya melakukan penelitian pengembangan air terjun Ponot bukan hanya melihat dari sisi pengembangan yang dilakukan pengelola atau masyarakat lokal, tetapi juga dari sisi pengembangan yang dilakukan pemerintah daerah. Mereka langsung menyuruh saya pulang ketika saya menyinggung pemerintah daerah. Bapak T.Siagian menjelaskan kepada saya,

“jika pemerintah daerah mengurus air terjun Ponot ini, saya hanya

(38)

23

Penjelasan bapak T. Siagian menggambarkan mengapa mereka sangat benci dengan pemerintah daerah. Saya tidak langsung percaya hanya dari 1 informan saja, lalu hari berikutnya saya mewawancarai 4 informan lagi untuk memastikan apakah seluruh masyarakat lokal dan pengelola tempat wisata air terjun Ponot tidak suka dengan pemerintah daerah dan ternyata dari hasil wawancara saya, seluruh informan yang saya wawancarai mengatakan hal yang sama dengan yang dijelaskan bapak T.Siagian.

Hasil wawancara Peneliti pada hari berikutnya dengan salah satu penduduk desa Tangga yang sedang berada di rumahnya.

permisi nantulang, saya mau bertanya sedikit tentang air terjun Ponot, apakah saya mengganggu ibu?. iya, tidak mengganggu kok ito. Mau Tanya apa ito?. bagaimana menurut nantulang jika pengelolaan air terjun Ponot dikelola oleh pemerintah daerah?. Penipu ido maksud mu (penipu itu maksud ito dalam bahasa Indonesia)?. maksud nantulang?. orang kecamatan kan maksud ito?. iya nantulang. initinya satu to, kami seluruh masyarakat desa Tangga tidak akan memberikan apapun lagi kepada pemerintah daerah. Cukup lah sudah apa yang mereka lakukan sebelumnya kepada kami disini to. Banyak cakap aja itu pemerintah daerah, cumin nyari uang kantong aja itu to.

Setelah peneliti merasa mendapat cukup data dari penduduk desa Tangga dan piket yang bertugas setiap hari selama seminggu, peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari data inti kepada ketua pengelola air terjun Ponot yaitu bapak M. Imron Siagian. Bapak M. Imron Siagian memiliki banyak kesibukan sehingga peneliti harus ekstra kerja keras untuk menjumpai bapak M. Imron Siagian.

(39)

24

08. 00 pagi dan pulang kerja pukul 22.00 malam . posisi tempat tinggal peneliti dengan tempat tinggal bapak M. Imron Siagian sangat jauh, tidak memungkinkan jika peneliti datang pada pagi hari pukul 08.00, karena lampu jalan dari kota Porsea menuju air terjun Ponot masih sangat minim, untuk mensiasati peneliti harus bermalam di desa Pintu Pohan, dimana desa Pintu Pohan cukup dekat dengan desa Tangga tempat tinggal bapak M. Imron Siagian.

Sabtu 20 Maret 2015 peneliti menjumpai bapak M. Imron Siagian dan peneliti memulai wawancara. Hasil wawancara pada hari sabtu dengan bapak M. Imron Siagian cukup panjang walaupun wawancara harus dilakukan di kedai tempat bapak M. Imron sedang mium kopi. Bapak M. Imron menjelaskan kepada saya tentang sejarah terbentuknya air terjun Ponot, perkembangan air terjun Ponot mulai diresmikan menjadi tempat wisata sampai sekarang, struktur organisasi pengelola air terjun Ponot, dll.

(40)

25

BAB II

GAMBARAN UMUM AIR TERJUN PONOT

2.1. Sejarah Terbentuknya Wisata Air Terjun Ponot

Perkembangan wisata Air Terjun Ponot sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Asahan yang memiliki daya tarik wisata yang sangat unik, sehingga sangat menarik untuk dikaji.Selain memiliki keindahan alam yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, air terjun Ponot juga memiliki daya tarik lain salah satunya adalah adanya mitos tentang air terjun Ponot. Destinasi wisata air terjun Ponot memiliki banyak cerita- cerita atau mitos tentang air terjun Ponot, dengan adanya mitos di tempat wisata air terjun Ponot membuat wisatawan penasaran dengan kebenaran mitos di air terjun Ponot.

(41)

26

mistis yang kuat atau angker, Walaupun demikian bapak M. Imron Siagian tidak putus asa mewujudkan harapannya.

Sepulang dari perantauan bapak ini berpikir kenapa dikampung yang biasa saja menurut bapak ini bisa menjadi sebuah tempat wisata yang banyak dikunjungi orang, tetapi dikampung sendiri yang memiliki keindahan luar biasa dan daya tarik kuat tidak bisa menjadi tempat wisata. Dari pemikiran itu bapak ini kembali ke kampung halamannya dan melihat keindahan Air Terjun Ponot sebagai sebuah tempat yang cocok menjadi tempat wisata alam. Setelah melakukan beberapa studi ke tempat wisata di Indonesia seperti: Bali, Samosir, Sulawesi, dll bapak M. Imron Siagian memulai usahanya. Tanpa ada orang yang membantunya bapak ini mulai membersihkan Air Terjun Ponot, sedikit demi sedikit usahanya mulai membuahkan hasil keindahan air terjun Ponot mulai terlihat. Masyarakat setempat menganggap bapak M. Dari hasil wawancara peniliti dengan salah satu piket pada hari jumat yaitu bapak S. Sitorus, saya mendapat data bahwa:

bagaimana pak sejarah terbentuknya air terjun Ponot ini?. air terjun bisa seperti sekarang ini karena usaha keras dari bapak Marwan yang tidak kenal malu. Bahkan masyarakat sekitar sudah menganggap gila tapi si Marwan itu terus melanjutkan usahanya membuka air terjun ini.

(42)

27

Air terjun Ponot diresmikan menjadi tempat wisata pada tanggal 25 Agustus 2003 yang dihadiri oleh seluruh masyarakat desa Tangga, IPK (Ikatan Pemuda Karya) dan pemerintah daerah Aek Songsongan. Tidak lama setelah peresmian air terjun Ponot sebagai tempat wisata bapak M. Imron Siagian mulaimerekrut anggota dan membentuk struktur organisasi pengelolaair terjun Ponot.Pengelola hanya dikhususkan pada masyarakat desa tangga dusun 1 (satu), setelah beberapa bulan dibuka untuk masyarakat umum mulai dijalin kerjasama dengan pemerintah daerah Aek Songsongan dan Muspika. Pada saat itu pelindung hukum Air Terjun masih Kepala Desa Tangga.

Nama Ponot sebenarnya bukan namadaerah di wilayah kecamatan Aek Songsongan, tetapi Ponot adalah sebutan untuk air terjun ini. Mengapa disebut Ponot dan apa arti kata Ponot sulit untuk diungkap karena sudah tidak banyak lagi orang tua di desa Tangga yang bisa dijumpai, khususnya orang tua yang mengetahui sejarah air terjun Ponot. Bapak M.Imron Siagian dan bapak S. Sitorus mengatakan kata “Ponot” berasal dari kata Haliputongan (dalam bahasa Batak) yang artinya dalam bahasa Indonesia Pelangi.Dikatakan haliputongan (pelangi)karena jika kita mendekat ke pancuran air terjun ini kita bisa melihat pelangi yang muncul karena percikan air, biasanya pelangi ini akan muncul pada siang hari dan pada sore hari saja.

(43)

28

bergabung dengan IPK.Awal bapak M. Imron bergabung dengan IPK ketika bapak M. Imron merantau ke kota medan dan sampai saat ini bapak M. Imron masih bergabung dengan IPK. Bapak Imron mengatakan Air Terjun Ponot menjadi tempat wisata bukan karena dirinya, tetapi karena organisasi IPK. Dana pengembangan, pembersihan dan peresmian Air Terjun Ponot diambil dari uang kas IPK cabang Desa Tangga, mulai diresmikan menjadi tempat wisata sampai saat ini airterjun Ponot berada di bawah pengelolaan IPK.

Sebenarnya di desa Tangga ada 2 ormas yaitu: ormas PP (Pemuda Pancasila) dan ormas IPK (Ikatan Pemuda Karya), tetapi ormas PP kurang dikenal masyarakat desa Tangga karena kebanyakan masyarakat desa Tangga hanya bergabung dengan ormas IPK saja. Mulai diresmikan menjadi tempat wisata ormas PP sudah beberapa kali ingin mengambil alih pengelolaan wisata air terjun Ponot, tetapi bapak Imron tidak mengizinkan dan melakukan perlawanan sampai kejalur hukum, ormas PP tidak sanggup memberikan bukti dipersidangan menyatakan bahwa ormas PP berhak menjadi pengelola di Air Terjun Ponot. Sudah banyak para investor yang ingin membantu pengembangan air terjun Ponot, tetapi kebanyakan program pengembangan dari investor berhenti ditengah jalan.Pihak pemerintah juga ingin mengambil alih pengelolaan Air Terjun Ponot, tetapi pada saat itu bapak M. Imron tidak mengizinkan, karenamasyarakat setempat tidak setuju jika Air Terjun Ponot dikelola oleh Pemda.

(44)

29

dan internasional. Bapak M. Imron memiliki ketegasan dan bijaksana dalam mengambil keputusan sehingga mulai diresmikann sebagai tempat wisata sampai sekarang bapak Imron masih menduduki jabatan ketua pengelola. Bapak Imron sendiri ingin kedudukannya diganti dengan orang lain, karena mengingat umur bapak M. Imron yang sudah cukup tua dan bapak Imron juga harus mengurus anak-anaknya, tetapi sampai sekarang belum ada yang dianggap cocok untuk menggantikan kedudukan bapak M. Imron Siagian belum ada jiwa kepemimpinan yang dimiliki para anggotanya. Bapak M. Imron hanya sesekali datang mengawasi air terjun Ponot biasanya bapak Imron hanya datang pada hari besar saja dan pada hari minggu. Tujuan bapak Imron jarang mengunjungi air terjun Ponot agar para anggotanya bisa belajar sebagai pemimpin kedepannya ketika bapak Imron harus berhenti dari kedudukannya sekarang.

(45)

30

Pada akhir tahun 2007 bapak Imron dipanggil petuah desa untuk kembali menjadi ketua pengelola air terjun Ponot. Bapak Imron menjadi penenang keadaan pada saat personil TNI membuat kekacauan di air terjun Ponot dan pada saat itu juga bapak Imron melakukan gugatan atas perbuatan para personil TNI di air terjun Ponot, sampai akhirnya personil TNI yang berada di desa Tangga ditarik kembali ke kantor pusat. Bapak M. Imron kembali menjabat sebagai ketua di air terjun Ponot sampai sekarang karena Bapak M. Imron dianggap memiliki kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan memiliki wibawa sebagai pemimpin.

Tidak banyak campur tangan pemerintah terhadap perkembangan wisata ini, pada tahun 2009 pihak pemerintah melakukan beberapa pembangunan diantaranya pembangunan jalan sepanjang 100 meter menuju tempat wisata, dan membuat beberapa plangkat SAPTA PESONA, setelah itu tidak ada lagi kontribusi dari pemerintah setempat sampai sekarang. Walaupun demikian pengelola wisata ini tidak putus asa dalam mengembangkan tempat wisata ini.Sedikit demi sedikit tempat wisata ini mulai berkembang dan mulai dibangun beberapa tempat istirahat untuk wisatawan dan dibangun beberapa kedai.Dana untuk pengengembangan tempat wisata ini diambil dari uang kas yang dikumpulkan setiap harinya.

(46)

31

terjun Ponot, tetapi karena sudah banyak pengalaman pahit yang dialami masyarakat setempat akibat janji manis pemerintah setempat, salah satunya adalah wisata Arum Jeram yang berada tidak jauh dari tempat wisata Air Terjun Ponot yang sudah tutup akibat pemerintah mengambil alih pengelolaannya dari masyarakat setempat, padahal ketika dikelola masyarakat setempat wisata Air Arum Jeram dulunya sudah berkembang pesat bahkan wisatawan dari luar negeri sudah banyak yang berkunjung.Pernah diadakan perlombaan arum jeram di tempat wisata arum jeram ini dan para kontestan kebanyakan dari luar negeri, ketika wisata Air Arum Jeram berkembang pesat pemerintah mulai mengambil alih pengelolaannya.Pengelolaan wisata Air Arum Jeram hanya bertahan dua dekade ditangan pemerintah dan setelah itu wisata Air Arum Jeram ditutup karena alasan yang tidak jelas.

2.2. Letak dan Akses Menuju Air terjun Ponot

(47)

32 Gambar 2.1.Foto air terjun Ponot 2015.

Secara geografis air terjun Ponot berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, air terjun Ponot terletak di daerah bersuhu dingin dengan curah hujan yang cukup tinggi. Air terjun Ponot bisa ditempuh dari tiga kota di Sumatera Utara, yaitu:

(48)

33

Perjalanan menuju air terjun Ponot melalui kota Porsea cukup sulit karena wisatawan harus melalui tanjakan yang cukup tinggi dan melalui liku- liku tikungan. Jalan melalui kota Porsea menuju air terjun Ponot beraspal mulus, tetapi tidak ada bus pariwisata yang berani melalui kota Porsea menuju air terjun Ponot. Lampu jalan yang masih minim membuat tidak ada wisatawan yang berani menuju air terjun Ponot melalui kota Porsea, sepanjang jalan menuju air terjun Ponot dikenal angker pada malam hari, karena di sepanjang jalan pengendara sering halusinasi melihat sosok- sosok gaib dan mendengar suara- suara aneh.

Perjalanan menuju air terjun Ponot melalui kota Porsea banyak disukai wisatawan, karena dalam perjalanan sebelum sampai ke air terjun Ponot wisatawan bisa beristirahat di beberapa tempat yang memiliki keindahan alam yang tidak kalah menarik dengan keindahan air terjun Ponot,salah satu tempat yang paling disukai wisatawan beristirahat adalah halte bus dam Sigura- gura.

(49)

34

Sekitar 80% wisatawan yang berkunjung ke air terjun Ponot selalu beristirahat di dam halte bus Sigura- gura. Halte bus Sigura-gura adalah salah satu tempat dimana wisatawan bisa menikmati keindahan air terjun yang berada tepat dibawah gardu listrik dam Sigura-gura. Perjalanan dari dam sigura- gura menuju air terjun Ponot ±30 menit.

2. Kedua dari kota Pematang Siantar di kabupaten Simalungun, wisatawan yang ingin menuju air terjun Ponot melalui pematang siantar terlebih dahulu menuju Kabupaten Lima Puluh dengan jarak tempuh ± 62 km lalu dari kabupaten Lima Puluh , selanjutnya wisatawan akan menuju Kabupaten kisaran dengan jarak tempuh ± 39 km. Setelah wisatawan sampai ke Kisaran, wisatawan akan menuju air terjun Ponot melalui rute jalur kisaran. Kebanyakan wisatawan yang berasal dari kisaran menyewa kendaraan umum, seperti mobil pribadi, mobil mini bus, dll.

3. Ketiga dari kota Kisaran di Kabupaten Asahan, rute dari kota Kisaran menuju air terjun Ponot tidak terlalu sulit, namun ada beberapa jalan yang masih berlubang, sebagian besar perjalanan akan melewati perkebunan kelapa sawit dan setelah melewati perkebunan kelapa sawit yang cukup panjang wisatwan akan sampai ke desa Marjanji Aceh, dari desa Marjanji Aceh sudah dekat dengan air terjun Ponot. Wakrtu tempuh dari Kota Kisaran menuju air terjun Ponot ±3-4 jam dengan jarak tempuh ± 100km.

(50)

35

Kabupaten Lima Puluh dengan jarak tempuh ± 44 km, setelah itu wisatawan akan menuju Kisaran dengan jarak tempuh ± 39 km. setelah wisatawan sampai ke Kisaran selanjutnya wisatawan akan mengikuti jalur kisaran menuju air terjun Ponot. Kebanyakan wisatawan dari Medan yang berkunjung ke air terjun Ponot menggunakan kendaraan pribadi dan menggunakan jasa rental mobil.

2.3. Keadaan Penduduk Aek Songsongan

2.3.1. Kependudukan

(51)

36

Tabel 2.1

Data Jumlah Penduduk Kecamatan Aek Songsongan

Kelompok umur Laki- laki Perempuan Jumlah

0-4 1019 918 1.937

Sumber: BPS Kabupaten Asahan tahun 2010.

2.3.2. Mata Pencaharian

(52)

37

Masyarakat desa Tangga mayoritas berprofesi sebagai petani dimana jenis tanaman yang banyak ditanami masyarakat sekitar adalah tanaman padi dan tanaman sawit.Selain bekerja atau bertani dilahan milik pribadi sebagian masyarakat desa Tangga juga bekerja sebagai buruh tani di lahan perkebunan sawit atau lahan perkebunan karet yang berada tidak jauh dari desa Tangga. Selama lima tahun terakhir telah terjadi pergeseran komoditi pertanian dari yang dulunya mayoritas komoditi padi berubah menjadi tanaman perkebunan baik tanaman kelapa sawit maupun tanaman karet.

Sebenarnya di desa tangga telah lama berdiri PT. INALUM yang seharusnya bisa memberikan kontribusi atau bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Kontribusi PT. INALUM dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak pernah dirasakan masyarakat khususnya masyarakat desa Tangga.Hanya sedikit dari penduduk masyarakat desa Tangga yang dipekerjakan di PT. INALUM, itupun jika bisa diterima mereka hanya bekerja dibidang security atau keamanan dan bekerja dibidang buruh.

2.3.3. Etnis dan Agama

(53)

38

Tangga terjalin harmonis, masyarakat setempat tidak pernah merasa tergangu dengan adanya pendatang baru ke desa Tangga asalkan pendatang itu bisa mematuhi aturan yang berlaku dan menjaga sopan santun dalam bertindak.

Penduduk desa Tangga mayoritas kumpulan marga Tuan Dibangarna (nama kumpulan untuk marga bagi suku Batak Toba) yang terdiri dari marga Panjaitan, Silitongan, Siagian, dan Sianipar. Marga lainnya sudah banyak yang datang dan menetap di desa Tangga seperti marga sitorus, marga sirait, dll. Banyak faktor yang membuat marga lain datang dan menetap di desa Tangga, diantaranya karena ingin mengadu nasib di desa orang lain, dan ada juga karena istri dari sang suami dimana istri yang berasal dari desa Tangga menginginkan tetap tinggal di desa tersebut.

2.3.4. Sarana dan Prasarana

(54)

39

TABEL2.2

DATA GURU DAN MURID di AEK SONGSONGAN

Tingkatan Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

SD 2.536 180

SMP 15.77 103

SMA 2.048 106

Sumber: kec. Aek Songsongan tahun 2010.

Selain sarana dan prasaran dibidang pendidikan yang perlu perbaiki, sarana dan prasarana dibidang kesehatan juga merupakan salah satu bidang yang perlu diperhatikan.Jumlah dokter di kecamatan Aek Songsongan masih sangat minim dengan adanya bidan yang tinggal dan buka praktek di setiap desa maka pelayanan kesehatan semakin baik.Terdapat 2 tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai dokter dimana satu orang bekerja di puskesmas dan satu orang lagi membuka tempat praktek pribadi, dan untuk tenaga kesehatan yang berprofesi sebagai bidan dan mantri/ perawat berjumlah 39 orang yang tersebar di beberapa desa di kecamatan Aek Songsongan.

2.4.Struktur Organisasi Pengelola Air Terjun Ponot

(55)

40

dipersilahkan bergabung mengelola tempat wisata ini tetapi sampai saat ini pengelola air terjun Ponot masih hanya dikhususkan pada Dusun 1 saja. Mulai diresmikan menjadi tempat wisata sampai saat ini belum pernah diadakan pemilihan ketua dan keanggotaan pengelola, tidak ada organisasi khusus yang mengelola air terjun Ponot, pengelola air terjun ini adalah masyarakat lokal sendiri.

(56)

41

BAGAN 2.1

STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA AIR TERJUN PONOT

Sumber: ketua pengelola air terjun Ponot (data diambil pada tanggal 19 maret 2015). KETUA

M.IMRON SIAGIAN

WAKIL KETUA WILLEM PANJAITAN

SEKRETARIS JOHAN PANJAITAN

KEAMANAN

- RAMLI MARPAUNG - DAUD SILALAHI BENDAHARA

RELUS NAPITUPULU

ANGGOTA

(57)

42

TABEL 2.3. JUMLAH PENGELOLA WISATA AIR TERJUN PONOT BERDASARKAN UMUR

Sumber: Ketua Pengelola Air Terjun Ponot (data diambil pada tanggal 19 maret 2015).

Berdasarkan table di atas, jumlah pengelola wisata Air Terjun ponot yang paling banyak adalah pada umur 20-29 tahun dengan jumlah 40 orang. Sedangkan yang paling sedikit adalah umur >40 tahun sebanyak 18 orang.

TABEL 2.4. JUMLAH PENGELOLA WISATA AIR TERJUN PONOT BERDASARKAN LATAR BELAKANG SUKU

NO. LATAR BELAKANG BUDAYA JUMLAH

1. BATAK 75

2. MELAYU 3

3. JAWA 2

Jumlah 80

Sumber: Ketua Pengelola Wisata Air Terjun Ponot (data diambil pada tanggal 19 maret

2015).

(58)

43

2.5. Mitos di Air Terjun Ponot

Air Terjun Ponot sendiri memiliki cerita yang membuat banyak wisatawan penasaran dan membuat wisatawan selalu ingin berkunjung lagi. Cerita adanya kelelawar memiliki setengah meter sayap burung ( haluang sayap satonga meter dalam bahasa Batak) dan cerita barang siapa dapat melihat hewan ini maka orang yang melihatnya akan mendapat rejeki lebih, dari cerita tersebut banyak wisatawan yang penasaran ingin melihat kelelawar ini dan semakin banyak orang yang mendengar cerita ini maka semakin banyak pula yang berkunjung ke Air Terjun Ponot. Bukan hanya itu saja di tempat ini juga memiliki cerita bahwa airnya memiliki kasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sudah banyak wisatawan yang datang ke tempat wisata ini tidak hanya untuk beriwisata saja tetapi mereka juga mengambil airnya dan dibawa pulang dalam jereken- jereken besar, kebanyakan dari mereka yang membawa air berasal dari luar kota. Sampai saat ini masih ada saja wisatawan yang datang membawa jereken dan pulang membawa air dari tempat ini dalam jereken.

(59)

44

menangkap dengan jaring walaupun banyak ikan yang berkumpul, hanya di ijinkan menangkap dengan pancingan. Ceritanya barang siapa yang menangkap dengan jaring maka orang itu akan terbawa arus Air terjun. Dulu sebelum diresmikan menjadi wisata alam di tempat ini sudah ada korban, dimana korban ini menangkap ikan dengan jaring dan sampai saat ini mayat yang menangkap ikan dengan jaring tidak di temukan, Kearifan lokal ini menjadi sebuah keunikan tempat wisata ini.

Banyak mitos di air terjun Ponot yang di dengar wisatawan tetapi tidak semua mitos itu benar semua tergantung pada kepercayaan wisatawan yang berkunjung, ketika saya mencoba bertanya pada wisatawan yang berkunjung mereka mengatakan mereka percaya tidak percaya akan mitos yang didengar. Bapak M.Imron sendiri menceritakan kepada saya bahwamitos akanadanya kelelawar memiliki setengah meter sayap burung ( haluang sayap satonga meter dalam bahasa Batak) tidak benar adanya. Cerita ini adalah cerita yang dibuat bapak M.Imron dari hasil studinya di beberapa tempat wisata lain, dengan adanya mitos ini akanmeningkatkanjumlah wisatawan yang berkunjung.

2.6.Kegiatan Wisatawan dan masyarakat lokal di Air Terjun Ponot

(60)

45

tersebut, Kepuasan itu berupa rasa senang, rasa tenang, rasa aman ketika di berada di tempat yang dituju. Begitu juga wisatawan di air terjun Ponot yang mencari ketenangan dan kenyamanan selain itu wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk menhilangkan rasa penat dari kegiatan sehari-harinya. Wisatawan di air terjun Ponot berasal dari beberapa kota dan kabupaten bahkan berasal dari beberapa provinsi di Indonesia, perjalanan menempuh air terjun Ponot memilki beberapa pilihan jalur, ada dari kota kota Kisaran, kota Porsea dan kota lainya. Disini saya akan mencoba menggambarkan kegiatan wisatawan selama perjalanan dari kota Porsea sampai kegiatan di air terjun Ponot.

(61)

46

Aktifitas wisatawan pada umumnya ketika beristirahat di air terjun Ponot, yaitu makan dan minum sejenak dimana makanan dan minuman dibawa dari rumah sebagai bekal wisatawan di perjalanan, ada juga wisatawan yang merokok sambil memandang kebawah halte bus, sebelum bergegas menuju air terjun Ponot wisatawan selalu berfoto di Halte bus Dam Sigura-gura. Wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke air terjun Ponot selalu membawa bekal sebelum berangkat ke air terjun Ponot, karena selama di perjalanan tidak ada ditemui pedagang makanan.

Setelah melewati halte dam Sigura-Gura selanjutnya dalam perjalanan wisatawan akan melewati pohon rindang, kebun sawit dan beberapa air terjun kecil yang muncul secara alami disamping bukit-bukit. Setelah ± 30 Menit perjalanan dari halte bus Dam Sigura- Gura wisatawan akan sampai ke air terjun Ponot yang menjadi tujuan utama wisatawan. Selama observasi saya di lapangan saya akan menggambarkan kegiatan wisatawan dan interaksi yang terjadi antara wisatawan dan masyarakat lokal di air terjun Ponot.

(62)

47

“Selamat pagi bang ?. abang ingin ke air terjun Ponot?. Iya bg .Silahkan membayar uang tiket masuk dulu bang sebelum masuk. berapa bang?. Rp. 10.000 untuk kendaraan roda 2 bang. Selamat menikmati liburan bang. Terimakasi bang”

* percakapan antara pengelola/masyarakat lokal (T. Sianturi) dengan wisatawan (Gomgom)

Pengelola air terjun yang berjaga jarang menggunakan bahasa Batak, karena wisatawan yang berkunjung berasal dari daerah yang berbeda- beda. Pengelola air terjun takut wisatawan yang berkunjung tidak mengerti jika mereka hanya menggunakan bahasa Batak saja, tidak ada acara khusus penerimaan wisatawan yang dibuat masyarakat lokal. Banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata air terjun Ponot langsung pergi dari tempat wisata karena mengetahui masuk ke air terjun Ponot harus membayar uang tiket, tetapi pengelola tidak langsung emosi melainkan pengelola merasa biasa saja.

Gambar 2.3.Gapura selamat datang menuju air terjun Ponot.

(63)

48

wisatawan berfoto dahulu sebelum menuju air tejun bahkan ada wisatawan karena ingin mengambil gambar yang bagus harus masuk ke kebun warga dan masuk ke dalam semak- semak.Wisatawan kemudian melanjutkan kegiatan masing- masing, ada yang tidak langsung ke air terjun dan ada yang langsung menuju air terjun.Wisatawan yang tidak langsung menuju air terjun mereka bermain air dan ada juga yang mandi, dll.Sedangkan wisatawan yang langsung menuju air terjun biasanya mereka berfoto dahulu di dekat air terjun dan setelah itu mereka berganti pakain lalu mandi langsung di bawah air terjun.

(64)

49

Gambar 2.4.Foto wisatawan yang berkunjung bersama keluarga, 2015.

Sedangkan wisatawan yang datang bersama pasangan mereka selalu mengutamakan pertama foto bersama dan foto masing- masing, setelah berfoto wisatawan yang datang bersama pasangan yang tidak membawa pakaian ganti hanya duduk berduaan di atas bongkahan batu besar yang berhadapan langsung dengan air terjun Ponot atau duduk bersama di tempat peristirahatan yang tidak jauh dari air terjun. Wisatawan yang datang bersama pasangan dan telah menyediakan pakaian ganti masing- masing akan mandi – mandi di bawah air terjun dan di aliran air terjun. Di tempat wisata air terjun Ponot ini tidak ada larangan mandi asalkan memperhatikan keadaan debit air terjun, pada umumnya wisatawan banyak mandi di air terjun ini pada musim kemarau, karena pada musim kemarau debit air terjun tidak besar dan cocok digunakan untuk mandi.

Gambar

Gambar 2.1.Foto air terjun Ponot 2015.
Gambar 2.2. halte bus sigura- gura dan air terjun yang berada tepat dibawah   gardu listrik dam sigura- gura, tempat beristirahat yang paling disukai wisatawan dari jalur kota porsea sebelum sampai ke air terjun Ponot, 2015
Tabel 2.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Aek Songsongan
TABEL 2.3. JUMLAH PENGELOLA WISATA AIR TERJUN PONOT BERDASARKAN UMUR
+5

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan air terjun Sihobuk sebagai salah satu destinasi di Kabupaten Tapanuli Tegah membuat destinasi alam di kabupaten ini bervariatif sehingga dapat menarik perhatian

Nilai ini setelah dibandingkan dengan Klasifikasi Unsur Pengembangan Objek Wisata alam (Lihat Tabel.1) maka Kawasan Air Terjun Gunung Serindung memiliki daya tarik areal yang Baik

Sebagai bahan kajian bagi pengelola dalam pengembangan obyek wisata Air.

Judul Kertas Karya : POTENSI KAWASAN AIR TERJUN SIHOBUK SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.. Nama : RYAN

Dari hasil wawancara dengan Kasi pengembangan obyek dan daya tarik wisata dapat disimpulkan bahwa para pengelola obyek wisata air terjun resun masih memiliki

Tukad cepung sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Bangli. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan Air Terjun Tukad Cepung memiliki potensi yang kuat untuk

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir (TA) yang berjudul “ Pengembangan Daya Tarik Wisata Air Terjun Mengkang Sebagai Alternatif Wisata Minat Khusus Di

Untuk meingkatkan kenyamanan para wisatawan dalam menikmati panorama alam di kawasan obyek wisata Air Terjun Parang Ijo maka pihak pengelola membangun jalan setapak