SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi
Oleh
ZULFA DZATAROHMAH
111301108
FAKULTAS PSIKOLOGI
Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda
Zulfa Dzatarohmah1 dan Lili Garliah2
ABSTRAK
Musik merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah peran musik dalam kecerdasan emosional seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 393 siswa SMAN 4 dan SMAN 13 Medan yang dipilih dengan teknik cluster sampling.
Dari 393 siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori peminat musik yang berbeda, yaitu pemain musik, pendengar musik, dan tidak ada minat musik. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecerdasan emosional antara pemain musik, pendengar musik, dan tidak ada minat musik ( ). Perbedaan yang signifikan terlihat antara pemain musik dengan tidak ada minat musik ( ) dan antara pendengar musik dengan tidak ada minat musik ( ). Besarnya efek musik terhadap kecerdasan emosional adalah besar ( .134). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki minat musik memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dari yang tidak ada minat musik.
Kata kunci: kecerdasan emosional, minat musik
1
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara 2
Emotional Intelligence in Adolescents with Different Musical Interests
Zulfa Dzatarohmah1 dan Lili Garliah2
ABSTRACT
Music is important thing in human life, such as the music’s role in
human’s emotional intelligence. This study aims to examine the emotional intelligence in adolescents who have different musical interests. 393 students from SMAN 4 and SMAN 13 Medan who participated in this research are grouped into three categories, those are the music player group, the music listener group, and the not interested in music group were selected by cluster sampling technique. The result shows that there are significant differences in emotional intelligence between the groups ( ). Significant differences seen between music players with no interest in music ( ) and among listeners of music with no interest in music ( ). The effect size of music on emotional intelligence is large ( .134). Then it can be concluded that adolescent/individual who is interested in music has better emotional intelligence than individual who is not interested in music.
Keywords: emotional intelligence, interest in music
1
Student of Psychology Faculty, Sumatera Utara University 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda.”
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan penelitian ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Lili Garliah, M.Si., psikolog selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan proposal penelitian atas pengajaran, bimbingan, dan saran
yang telah diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Para dosen Departemen Umum dan Eksperimen Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
4. Ayah, Ibu, dan adik-adik tercinta atas semua kasih sayang, dukungan
psikologis maupun materil serta do’a yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Teman-teman seperjuangan yang berjuang bersama di Departemen Umum
dan Eksperimen.
Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan
berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mohon maaf apabila masih banyak
kekurangan dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.
Medan, 24 Juni 2015
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...i
LEMBAR PERNYATAAN...ii
ABSTRAK...iii
KATA PENGANTAR...v
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...8
C. Tujuan Penelitian...8
D. Manfaat Penelitian...8
E. Sistematika Penulisan...9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari...11
1. Definisi...11
b. Pendengar Musik...12
c. Tidak Ada Minat Musik...13
2. Musik dan Emosi...13
B. Kecerdasan Emosional...14
1. Definisi...14
2. Aspek-aspek...15
3. Faktor-Faktor...17
4. Karakteristik...18
C. Remaja...18
D. Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda...19
E. Hipotesis...21
BAB III. METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian...22
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...22
C. Subjek Penelitian...24
D. Rancangan Penelitian...26
E. Metode Pengumpulan Data...26
G. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas...28
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur...29
I. Prosedur Penelitian...30
J. Metode Analisis Data...32
BAB IV. ANALISA DAN INTERPRETASI DATA A. Gambaran Subjek Penelitian...34
B. Gambaran Skor Skala Kecerdasan Emosional...36
C. Hasil Utama Penelitian...37
D. Hasil Tambahan...39
E. Pembahasan...42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...46
B. Saran...47
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Kecerdasan Emosional...18
Tabel 2. Distribusi Aitem Hasil Uji Coba Alat Ukur...30
Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia...35
Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...35
Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Sekolah...36
Tabel 6. Deskripsi Skor Skala Kecerdasan Emosional...36
Tabel 7. ANOVA...38
Tabel 8. Skor Mean Empirik dan Hipotetik...39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Reliabilitas Alat Ukur…. ………. …51
Lampiran 2. Daya Diskriminasi Aitem…. ………54
Lampiran 3. Uji Asumsi…. ………. ……….56
Lampiran 4. Uji Hipotesis…. ………...………. …..58
Lampiran 5. Preliminary Research………....59
Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda
Zulfa Dzatarohmah1 dan Lili Garliah2
ABSTRAK
Musik merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Salah satunya adalah peran musik dalam kecerdasan emosional seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 393 siswa SMAN 4 dan SMAN 13 Medan yang dipilih dengan teknik cluster sampling.
Dari 393 siswa dikelompokkan menjadi 3 kategori peminat musik yang berbeda, yaitu pemain musik, pendengar musik, dan tidak ada minat musik. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecerdasan emosional antara pemain musik, pendengar musik, dan tidak ada minat musik ( ). Perbedaan yang signifikan terlihat antara pemain musik dengan tidak ada minat musik ( ) dan antara pendengar musik dengan tidak ada minat musik ( ). Besarnya efek musik terhadap kecerdasan emosional adalah besar ( .134). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki minat musik memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dari yang tidak ada minat musik.
Kata kunci: kecerdasan emosional, minat musik
1
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara 2
Emotional Intelligence in Adolescents with Different Musical Interests
Zulfa Dzatarohmah1 dan Lili Garliah2
ABSTRACT
Music is important thing in human life, such as the music’s role in
human’s emotional intelligence. This study aims to examine the emotional intelligence in adolescents who have different musical interests. 393 students from SMAN 4 and SMAN 13 Medan who participated in this research are grouped into three categories, those are the music player group, the music listener group, and the not interested in music group were selected by cluster sampling technique. The result shows that there are significant differences in emotional intelligence between the groups ( ). Significant differences seen between music players with no interest in music ( ) and among listeners of music with no interest in music ( ). The effect size of music on emotional intelligence is large ( .134). Then it can be concluded that adolescent/individual who is interested in music has better emotional intelligence than individual who is not interested in music.
Keywords: emotional intelligence, interest in music
1
Student of Psychology Faculty, Sumatera Utara University 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah
proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang melibatkan
perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial yang saling
berkaitan. Berlangsung dari usia 10 atau 11 sampai usia dua puluhan awal
(Papalia, 2009).
Beberapa perubahan yang terjadi ketika masa remaja adalah perubahan
fisik, perubahan emosi, dan perubahan sosial (Gunarsa, 2003). Menurut
psikolog David Elkind (1998), pada tahapan ini remaja menganggap bahwa
dirinyalah yang lebih baik dari orang lain, sehingga mereka dengan mudahnya
melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa memikirkan akibat dari
perbuatan mereka tersebut (Papalia, 2009). Seperti remaja yang melakukan
hal-hal yang dapat merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Terlihat dari
meningkatnya kasus perkelahian antar pelajar yang terjadi belakangan ini.
Perkelahian yang awal mulanya terjadi hanya karena hal-hal kecil dan
tidak penting bisa menjadi perkelahian besar seperti tawuran. Tawuran ini
sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan. Aksi
tawuran pada 2013 meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2012.
Perlindungan Anak (Komnas PA), sepanjang 2013 terjadi sebanyak 255 kasus
tawuran. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi ketimbang kasus tawuran pelajar
pada 2012, yakni 147 kasus. Kasus tawuran tersebut dilakukan siswa, baik di
tingkat SMP dan SMA.
Banyak teori yang menjelaskan bagaimana kondisi emosi seseorang
yang dapat menimbulkan perilaku agresif, salah satunya yaitu perilaku
tawuran. Khususnya pada remaja yang sedang mengalami masa storm and stress, dimana tekanan yang tinggi terhadap remaja yang berasal dari lingkungannya dapat menimbulkan ketegangan emosi yang dapat meninggi,
sehingga mengakibatkan kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan mudah
melakukan perilaku agresif yang dapat merugikan (Hurlock, 2007).
Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa individu yang
pernah terlibat dalam tawuran. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perasaan-perasaan mereka yang terlibat tawuran. Berikut salah satu hasil kutipan
wawancara yang dilakukan oleh peneliti:
“Perasaan saya sangatlah kesal sekali, apalagi jika sang lawan
melecehkan sekolah saya. Karena sama-sama tidak ingin kalah
makanya terjadi tawuran, istilahnya pembuktian diri.”
(Komunikasi personal, 19 Januari 2015)
Kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti adalah ketika seorang
individu melakukan aksi tawuran mereka merasa harus memenangkan aksi
tersebut dan menjadi yang terdepan. Emosi mereka juga sudah tidak dapat
dikendalikan dengan baik lagi. Mereka merasa harus mempertahankan nama
mereka tanpa memperdulikan keadaan dan kondisi lawan mereka. Hubungan
yang diinginkannya tanpa harus memperdulikan orang lain. Dapat dilihat
bahwa individu-individu tersebut kurang dalam hal mengenali emosi diri
sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang
lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain. Beberapa sifat ini merupakan
aspek dari kecerdasan emosional.
Seharusnya remaja sudah mulai mampu berfikir secara abstrak
(Papalia, 2009). Salah satunya seperti memiliki kecerdasan emosional yang
baik, artinya remaja dapat mengelola emosinya dengan baik ketika tekanan
terjadi agar terhindar dari perilaku buruk seperti tawuran, pengelolaan emosi
ini bisa dilakukan salah satunya dengan memahami perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain. Akhir-akhir ini kecerdasan emosional dianggap penting
karena yang mempengaruhi kecerdasan seseorang bukan hanya dari IQnya
saja, tetapi kecerdasan emosinya juga (Goleman, 2007). Penelitian
sebelumnya mengatakan terdapat hubungan negatif antara kecerdasan
emosional dengan perilaku tawuran pada remaja. Sehingga ketika semakin
tinggi kecerdasan emosi seorang remaja maka akan semakin rendah perilaku
tawuran yang dilakukan oleh remaja tersebut (Aprilia & Indrijati, 2014).
Apabila remaja memiliki kecerdasan emosional yang baik maka
remaja dapat mengontrol emosinya dengan baik, dengan cara mengenali emosi
diri sendiri, mengenali emosi orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri,
dan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam mengenali emosi
dan dapat membina hubungan dengan orang lain. Ketika seseorang memiliki
kecerdasan emosional yang baik maka mereka akan tahan ketika menghadapi
kegagalan, dapat mengendalikan emosinya seperti tidak melakukan hal-hal
yang negatif ataupun dapat menunda kepuasan. Dikatakan juga bahwa 80%
dari kesuksesan individu salah satunya ditentukan oleh kecerdasan emosional
(Goleman, 2007).
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional
seseorang seperti pengalaman, usia, jenis kelamin, jabatan, lingkungan tempat
tinggal, orang tua atau keluarga, sekolah, teman sebaya, dan musik.
Kecerdasan emosional akan berkembang sejalan dengan pengalaman
kehidupan manusia. Kecerdasan emosi juga dapat meningkat sedikit demi
sedikit seiring dengan bertambahnya usia. Tidak ada perbedaan kecerdasan
emosional antara laki-laki dan perempuan dalam meningkatkan kecerdasan
emosionalnya. Tetapi rata-rata perempuan memiliki keterampilan emosi yang
lebih baik dibandingkan laki-laki. Semakin tinggi jabatan seseorang juga dapat
mengasah kecerdasan emosionalnya. Lingkungan sekitar seperti tempat
tinggal, orang tua, keluarga, sekolah, dan teman sebaya juga dapat
mempengaruhi dan berperan dalam mengontrol perkembangan kecerdasan
emosi seseorang.
Musik juga menjadi faktor penting dalam perkembangan kecerdasan
emosional seseorang. Karena musik dapat meningkatkan rasa empati dan
keterampilan sosial yang merupakan aspek dari kecerdasan emosional.
dapat mempengaruhi kehidupannya. Penelitian neurologis mengatakan bahwa
separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk memproses pengalaman
musik yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Djohan,
2003). Sehingga perlu diketahui lebih dalam lagi kaitan musik dengan
kecerdasan emosional.
Banyak hal-hal positif yang bisa dilakukan di masa remaja selain
tawuran. Seperti mencoba sesuatu yang baru, salah satunya seperti
membentuk dan bergabung dengan kelompok musik tertentu yang dapat
mengasah minat musik. Keterlibatan remaja dalam musik dapat dilihat dari
keinginan remaja terhadap musik tersebut. Bisa saja minatnya menjadi pemain
musik atau hanya menjadi pendengar musik atau bahkan tidak ada minat
musiknya (Juslin & Sloboda, 2010). Banyak penelitian yang menyatakan
bahwa musik dapat mempengaruhi emosi seseorang.
Musik bisa menjadi salah satu hiburan yang bermanfaat atau karir. Ada
beberapa individu yang memiliki kesenangan berlebihan pada musik. Welch
dan Adams (2003), menerangkan individu-individu yang terjun ke dunia
musik bisa saja amatiran ataupun profesional. Ada juga yang mengatakan
apakah musik untuk cinta dan uang atau malah keduanya. Sehingga terdapat
kesepakatan bahwa musik adalah perilaku manusia yang melibatkan
komponen emosional (Juslin & Sloboda, 2010).
Peran musik untuk membangkitkan emosi tidak diragukan lagi.
Beberapa reaksi emosional terhadap musik bisa sangat kuat dan berpengaruh
umum emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang
menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun
hanya dapat dilihat dari ekspresi dan perilakunya saja (Lahey, 2007).
Mendengar musik dapat menimbulkan emosi yang dapat dikatakan juga
sebagai aktifnya berbagai kognisi dan perasaan. Dilihat dari aspek kognitif
dan aktivitas otak bisa dikatakan bahwa setiap orang yang sehat dapat bereaksi
terhadap musik baik secara fisik maupun psikis. Sementara Kaufmann dan
Frisina (1992), menerangkan bahwa dalam penelitian neurologis dikatakan
separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek
pengalaman musik (Djohan, 2003).
Penelitian-penelitian selanjutnya dilakukan terhadap musik dan
kecerdasan emosional. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ngalifah
(2010), tentang pengaruh musik klasik terhadap kecerdasan emosional.
Berdasarkan hasil uji hipotesis terdapat hubungan yang positif antara musik
klasik dengan pengembangan kecerdasan emosional, sehingga dapat diketahui
bahwa ketika semakin sering mendengarkan musik klasik maka
pengembangan kecerdasan emosionalnya akan semakin lebih baik. Sedangkan
hasil uji eksperimen menunjukkan bahwa musik klasik memiliki pengaruh
yang signifikan bagi kecerdasan emosional.
Ariani dan Sukmayanti (2013), juga melakukan penelitian lain tentang
musik, yaitu hubungan intensitas latihan musik gamelan Bali dan kecerdasan
emosional, hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif.
maka semakin sering individu mengasah kecerdasan emosionalnya. Dalam
Jurnal Applications of Research in Music Education (1994), menerangkan bahwa rasa empati dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui
kegiatan bermusik (Djohan, 2003). Rasa empati dan keterampilan sosial
merupakan aspek dari kecerdasan emosional. Dari penelitian-penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa musik memiliki hubungan dan
pengaruh terhadap kecerdasan emosional.
Sehingga ketika seorang remaja yang berada di dalam dunia musik,
baik sebagai pemain musik, atau pembuat lagu, bahkan hanya sekadar
mendengarkan musik saja diharapkan dapat memiliki kecerdasan emosional
yang baik (Juslin & Sloboda, 2010). Ketika remaja memiliki kecerdasan
emosional yang baik, maka remaja tersebut menurut Goleman (2007), dapat
mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain, dan dapat menjalin hubungan dengan orang lain
yang lebih baik.
Jika remaja memiliki hal-hal tersebut dalam dirinya maka remaja akan
menjadi lebih cerdas dalam mengelola emosinya. Remaja yang cerdas dalam
mengelola emosinya tidak mudah untuk melakukan perilaku yang dapat
merugikan dirinya sendiri maupun orang lain seperti tawuran yang telah
dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk
meneliti kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
kecerdasan emosional sangat penting dikembangkan pada masa remaja.
Dengan asumsi bahwa kegiatan bermusik bersinggungan dengan aspek-aspek
kecerdasan emosional. Maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan:
Apakah terdapat perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang
memiliki minat musik berbeda?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui
kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
pengembangan ilmu psikologis, khususnya Psikologi Musik.
b. Sebagai referensi dalam pengembangan alat ukur kecerdasan emosional.
c. Menambah wawasan tentang kecerdasan emosional pada remaja yang
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para
peminat musik dan praktisi yang bergerak dalam dunia musik.
b. Memperoleh pengetahuan dan masukan mengenai musik yang berkaitan
dengan kecerdasan emosional.
c. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk menjadi referensi tentang
minat musik yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu bab 1 sampai
dengan bab 5 yang masing-masing bab terdiri dari beberapa bagian. Adapun
sistematika penulisan penelitian ini adalah:
1. Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan penelitian.
2. Bab II : Tinjauan Pustaka
Berisi tentang definisi, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi,
karakteristik, dan hipotesis.
3. Bab III : Metode Penelitian
Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi operasional
penelitian, subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel serta
data, alat ukur penelitian, validitas, uji daya beda, reliabilitas, hasil uji
coba alat ukur, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
4. Bab IV: Analisa dan Interpretasi Data
Berisi tentang gambaran subjek penelitian, gambaran skor skala
kecerdasan emosional, hasil utama penelitian, hasil tambahan, dan
pembahasan.
5. Bab V: Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang terdiri dari saran praktis dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik
Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni
menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan. Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga
mengandung irama, lagu, dan keharmonisan, terutama yang menggunakan
alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu (Suharso & Retnoningsih,
2014). Musik merupakan produk dari pikiran. Menurut Parker (1990), elemen
vibrasi seperti frekuensi, bentuk, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik
sebelum semua itu diproses secara neurologis dan diinterpretasikan di dalam
otak manusia. Seperti menjadi pitch, nada keras atau lembut. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa
yang disebut dengan musik (Djohan, 2003).
Beberapa kelompok peminat musik yang berbeda dapat ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Minat musik sendiri menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi atau memiliki
keinginan yang lebih terhadap musik (Suharso & Retnoningsih, 2014).
Kelompok tersebut seperti orang-orang yang berminat lebih kepada
pemain musik dan ada orang-orang yang suka mendengarkan musik disebut
juga dengan pendengar musik (Juslin & Sloboda, 2010). Ada juga orang yang
tidak ada minat musik atau disebut juga orang yang tidak berminat memainkan
bahkan mendengarkan musik (Djohan, 2003). Berikut beberapa kelompok
yang memiliki minat berbeda terhadap musik:
a. Pemain Musik
Pemain musik disebut juga musisi, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia musisi adalah seorang musikus. Pemain musik bisa disebut juga
dengan pemusik, yaitu orang yang memainkan alat musik seperti gitar, biola,
atau piano (Suharso & Retnoningsih, 2014). Pemain musik adalah orang yang
memainkan musik, baik bernyanyi atau memainkan alat musik untuk
mengiringi nyanyian tersebut. Alat musik yang dimainkan bisa berupa gitar,
piano, drum, dan berbagai alat musik lainnya. Musisi dapat
mengkomunikasikan apa yang dirasakannya saat memainkan musik tersebut
(Djohan, 2003).
b. Pendengar Musik
Pendengar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seseorang
yang menggunakan alat inderanya untuk mendengarkan sesuatu seperti
mendengarkan musik, pidato, ataupun perkuliahan. Sehingga pendengar musik
adalah orang yang menggunakan alat inderanya untuk mendengarkan musik
melalui proses mendengarkan, musik yang didengar bisa berupa sebuah lagu
ataupun nada-nada (Suharso & Retnoningsih, 2014). Lebih banyak orang
musik dapat menimbulkan emosi, seperti aktifnya berbagai kognisi dan
perasaan. Pendengar musik juga dapat mengingat dengan baik emosi yang
disampaikan dari musik yang didengar daripada tentang pengetahuan
musikalnya (Djohan, 2003).
c. Tidak Ada Minat Musik
Sesuai dengan penjelasan dari kedua kelompok sebelumnya dapat
dikatakan bahwa orang yang tidak ada minat musiknya menurut Meyer dapat
disebut juga sebagai pendengar yang naif. Orang tersebut hanya mendengar
musik karena terdengar secara tidak sengaja bukan karena disengaja ataupun
memiliki keinginan yang lebih. Ini terlihat bahwa orang tersebut minat
terhadap musiknya tidak ada baik dalam memainkan ataupun dalam
mendengarkan musik. Ketika seseorang menjadi pendengar yang naif maka
orang tersebut menjadi pendengar yang tidak memiliki pengetahuan ataupun
ketertarikan yang lebih terhadap musik (Djohan, 2003).
2. Musik dan Emosi
Peran musik untuk membangkitkan emosi tidak diragukan lagi.
Beberapa reaksi emosional terhadap musik bisa sangat kuat dan berpengaruh
dalam kehidupan seseorang (Juslin & Sloboda, 2010). Dalam psikologi umum
dikatakan emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang
menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun
hanya dapat dilihat dari ekspresi dan perilakunya saja (Lahey, 2007).
Mendengar musik dapat menimbulkan emosi yang dapat dikatakan juga
aktivitas otak bisa dikatakan bahwa setiap orang yang sehat dapat bereaksi
terhadap musik baik secara fisik maupun psikis. Sementara Kaufmann dan
Frisina (1992), menerangkan bahwa dalam penelitian neurologis dikatakan
separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek
pengalaman musik (Djohan, 2003).
B. Kecerdasan Emosional
1. Definisi Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Salovey
dan Mayer pada tahun 1990. Salovey dan Mayer (1990), mendefinisikan
kecerdasan emosional sebagai suatu kecerdasan untuk memahami emosi diri
sendiri dan emosi orang lain, memilih-milih informasi yang didapat untuk
menentukan pikiran dan tindakan yang akan dilakukan. Terdapat empat aspek
dasar dari kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Salovey dan Mayer
yaitu, mengenali emosi, memahami emosi, mengatur emosi, dan
menggunakan emosi (Goleman, 2007).
Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan
untuk mampu mengenali perasaaan atau emosi pada diri sendiri maupun orang
lain, kecerdasan untuk memotivasi diri sendiri, dan kecerdasan untuk mampu
mengelola atau mengatur emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional memiliki lima aspek,
yaitu:
a. Pengenalan emosi diri sendiri
Mengetahui dan memahami perasaan dan emosi diri sendiri. Kemampuan
dalam memantau pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri dari
waktu ke waktu. Ketika tidak peka terhadap perasaan dan emosi diri
sendiri maka dapat menimbulkan perilaku yang buruk. Kemampuan
mengenali perasaan dan emosi diri sendiri akan menimbulkan kesadaran
pada diri seseorang, mampu mengukur diri sendiri, dan memiliki
kepercayaan diri yang baik.
b. Pengelolaan emosi
Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menata dan menangani emosi
yang muncul dengan baik. Ketika mengalami emosi negatif seperti sedang
mengalami kesedihan, maka akan mencari jalan keluar yang baik dengan
tidak melakukan hal-hal buruk yang berakibat tidak baik. Seseorang akan
memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan diri ketika
dapat mengelola emosinya. Ketika pengelolaan emosinya baik maka akan
menjadi lebih transparan dan penyesuaian emosi dirinya menjadi lebih
baik.
c. Motivasi diri sendiri
Seseorang yang dapat memotivasi dirinya sendiri cenderung akan lebih
Keadaan memotivasi diri sendiri terjadi ketika seseorang fokus terhadap
apa yang sedang dikerjakan dan dihadapinya, seperti memiliki dorongan
untuk berprestasi yang baik. Seseorang yang dapat memotivasi dirinya
sendiri cenderung akan lebih positif dalam memandang peristiwa
kehidupan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dengan motivasi yang baik
seseorang dapat memiliki inisiatif yang bagus dan lebih optimis.
d. Pengenalan emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain disebut juga dengan empati. Ketika seseorang
memiliki rasa empati terhadap orang lain, maka orang tersebut dapat
merasakan apa yang orang lain rasakan. Seseorang yang memiliki
kemampuan untuk berempati juga dapat menghormati dan menghargai
pendapat dan pandangan orang lain serta dapat melayani. Dapat menyadari
keadaan lingkungan sekitar seperti menangkap sinyal tersirat, verbal, dan
nonverbal yang orang lain sampaikan juga merupakan kemampuan
berempati.
e. Kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain
Menjalin hubungan dengan orang lain merupakan salah satu dari
keterampilan sosial. Ketika seseorang dapat menjalin hubungan yang baik
dengan orang lain maka hal tersebut dapat mendukung keberhasilannya
dalam dunia pergaulan. Seseorang yang baik dalam menjalin hubungan
dengan orang lain maka akan memiliki komunikasi yang baik juga dengan
orang tersebut. Ketidakmampuan dalam menjalin hubungan dengan orang
pergaulan dan dianggap sombong oleh orang lain. Ketika seseorang dapat
menjalin hubungan yang baik dengan orang lain maka dapat memiliki jiwa
kepemimpinan, manajemen konflik, kolaborasi dan kerjasama yang baik
juga.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
emosional seseorang (Goleman, 2007), yaitu:
a. Internal
1) Usia
Kecerdasan emosional seseorang berkembang seiring bertambahnya usia.
Perlahan demi perlahan kecerdasan emosinya bertambah. Pada masa
remaja terjadi pembentukan kecerdasan emosional yang paling besar.
b. Eksternal
1) Pengalaman
Kecerdasan emosional tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dipelajari
seiring berjalannya waktu melalui pengalaman-pengalaman dalam
kehidupan seseorang, bisa berasal dari lingkungannya. Ketika menghadapi
suasana yang menimbulkan emosi senang maka apa yang sebaiknya
dilakukan begitu juga sebaliknya.
2) Musik
Giles (1991), dalam Journal of Music Therapy menerangkan bahwa musik merupakan rangkaian penting terhadap pertumbuhan emosional. Dalam
bahwa rasa empati dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui
kegiatan bermusik (Djohan, 2003).
4. Karakteristik Kecerdasan Emosional
Goleman (2007), menyebutkan beberapa karakteristik orang yang
memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan rendah dapat dilihat di tabel 1:
Tabel 1. Karakteristik Kecerdasan Emosional
No. Tinggi Rendah
komunikasi yang baik dengan orang lain, tidak suka menggurui.
Tidak mampu memahami
perasaan diri sendiri.
Menyalahkan orang lain tentang perasaan yang dialami.
Memandang emosi negatif secara berlebihan.
Remaja berasal dari kata adolescence, yaitu merupakan bahasa latin yang berarti tumbuh untuk mencapai dewasa. Arti ini mencakup kematangan
mental, kematangan emosional, kematangan sosial, dan kematangan fisik
(Hurlock, 2007). Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seseorang
dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa
psikososial yang saling berkaitan. Berlangsung dari usia 10 atau 11 sampai
usia dua puluhan awal (Papalia, 2009). Beberapa perubahan yang terjadi
ketika masa remaja adalah perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan
sosial (Gunarsa, 2003).
D. Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa musik dapat
mempengaruhi emosi seseorang. Peran musik untuk membangkitkan emosi
tidak diragukan lagi. Orang yang memainkan musik merasakan emosi-emosi
tersendiri ketika memainkannya. Beberapa reaksi emosional terhadap musik
bisa sangat kuat dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang (Juslin &
Sloboda, 2010).
Beberapa orang memiliki minat musik yang berbeda-beda. Seperti
halnya remaja yang menikmati atau mengisi waktu luangnya dengan cara-cara
atau kegiatan-kegiatan tertentu. Salah satunya dengan memasuki dunia musik
atau bergabung dengan kelompok musik tertentu yang dapat mengasah minat
musiknya. Ada remaja yang memiliki minat musik yang lebih kepada
memainkan alat-alat musik atau membuat lagu dan ada yang berminat hanya
sebatas mendengarkan saja (Juslin & Sloboda, 2010). Bahkan ada juga yang
sama sekali minat terhadap musiknya tidak ada (Djohan, 2003).
Masa remaja adalah keadaan yang rentan dengan perubahan emosi,
dampak bagi emosi remaja. Seperti remaja yang melakukan aksi tawuran, dan
perilaku-perilaku lain yang dapat menyebabkan dampak buruk bagi diri
remaja itu sendiri maupun orang lain (Papalia, 2009). Aksi tawuran yang
dilakukan oleh remaja bisa disebabkan oleh tekanan emosi yang timbul,
sehingga emosi tersebut mendukung remaja untuk melakukan perilaku agresif.
Maka dari itu remaja seharusnya sudah mampu berfikir secara abstrak
seperti dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik agar dapat
memahami emosinya sendiri maupun emosi orang lain dengan baik.
Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor
usia, pengalaman, dan musik (Goleman, 2007). Pengalaman bisa berupa
pengaruh dari lingkungan sekitarnya, seperti berada di dalam dunia musik.
Musik seperti sudah dijelaskan dapat mempengaruhi emosi seseorang.
Ketika remaja berada di dalam dunia musik maka diharapkan remaja
tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ariani dan Sukmayanti (2013), tentang
hubungan intensitas latihan musik gamelan Bali dan kecerdasan emosional,
hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas latihan musik gamelan
Bali maka semakin sering individu mengasah kecerdasan emosionalnya. Dari
penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa musik memiliki hubungan
terhadap kecerdasan emosional.
Sehingga ketika memiliki kecerdasan emosional yang baik remaja
dapat memahami dan mengelola emosi dengan benar. Pengelolaan emosi yang
merugikan yang tidak bertanggung jawab seperti melakukan tawuran.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Indrijati (2014), juga mengatakan
ketika seorang remaja melakukan tawuran maka kecerdasan emosionalnya
rendah. Pemaparan ini yang membuat peneliti ingin mengetahui kecerdasan
emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini
adalah ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif. Pada bagian
ini akan dibahas mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian yang
mencakup identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian,
subjek penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel serta metode
pengambilan sampel, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, alat
ukur penelitian, validitas, uji daya beda, reliabilitas, hasil uji coba alat ukur,
prosedur penelitian, dan metode analisis data.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Tergantung : Kecerdasan Emosional
Variabel Bebas : Minat Musik, dibagi menjadi 3 kelompok:
1. Pemain Musik
2. Pendengar Musik
3. Tidak Ada Minat Musik
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaaan atau
emosi pada diri sendiri maupun orang lain, kecerdasan untuk memotivasi diri
baik pada diri sendiri dan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosional dalam penelitian ini ditunjukkan oleh hasil skor yang
diperoleh individu dari skala kecerdasan emosional yang terdiri dari lima
aspek kecerdasan emosional yaitu, pengenalan emosi diri sendiri, pengelolaan
emosi, motivasi diri sendiri, pengenalan emosi orang lain, dan kemampuan
menjalin hubungan dengan orang lain. Semakin tinggi skor yang diperoleh
dari alat ukur kecerdasan emosional maka semakin baik nilai kecerdasan
emosionalnya.
2. Minat Musik
Minat musik adalah kecenderungan hati yang tinggi atau memiliki
keinginan yang lebih terhadap musik. Minat musik dalam penelitian ini adalah
minat musik yang dilihat dari jawaban yang diberikan subjek terhadap
kuisioner yang berisi daftar pertanyaan berkaitan dengan minat terhadap
musik.
a. Pemain Musik
Pemain musik adalah orang yang memainkan alat musik seperti gitar,
biola, atau piano. Pemain musik dalam penelitian ini adalah seseorang yang
dikategorikan sebagai pemain musik jika subjek memilih jawaban kuisioner
dapat memainkan minimal satu alat musik.
b. Pendengar Musik
Pendengar musik adalah orang yang menggunakan alat inderanya
untuk mendengarkan musik melalui proses mendengarkan, musik yang
penelitian ini adalah seseorang yang dikategorikan sebagai pendengar musik
jika subjek memilih jawaban kuisioner suka mendengarkan musik tanpa
mampu memainkan alat musik.
c. Tidak Ada Minat Musik
Tidak ada minat musik adalah seseorang yang naif terhadap musik,
maka orang tersebut tidak memiliki pengetahuan ataupun ketertarikan yang
lebih terhadap musik. Tidak ada minat musik dalam penelitian ini adalah
seseorang yang dikategorikan sebagai orang yang tidak ada minat musik jika
subjek tidak memilih jawaban kuisioner dapat memainkan minimal satu alat
musik dan suka mendengarkan musik tanpa mampu memainkan alat musik.
C. Subjek Penelitian 1. Populasi dan Sampel
Populasi yang dituju dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia
14-18 tahun, yaitu siswa SMA Negeri di kota Medan. Populasi dipilih
berdasarkan kebutuhan penelitian, dimana peneliti ingin melihat kecerdasan
emosional pada remaja yang memiliki minat musik yang berbeda. Mengingat
keterbatasan peneliti dalam pengambilan data, maka diperlukannya
pengambilan sampel.
Diperolehnya data dalam penelitian ini mengenai minat musik melalui
kuisioner. Karakteristik umum dari subjek penelitian ini adalah remaja berusia 14-18 tahun, disebabkan pada usia ini kecerdasan emosional yang dimiliki
Subjek merupakan remaja yang duduk dibangku SMA Negeri 4 Medan dan
SMA Negeri 13 Medan.
2. Jumlah Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 393
orang. Jumlah sampel di atas 60 orang sudah dapat dikatakan cukup banyak
(Azwar, 2012). Pada penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel
probability sampling, dimana setiap orang yang ada di dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masuk ke dalam penelitian.
Individu dipilih berdasarkan teknik cluster sampling, pengambilan sampel tidak melibatkan individu, melainkan pemilihan terhadap
kelompok-kelompoknya. Populasi dibagi ke dalam cluster-cluster kecil, lalu pengamatan
dilakukan pada sampel cluster yang dipilih secara random. Metode ini
biasanya digunakan pada penelitian yang menggunakan peta area atau
geografi (Hadi, 2006). Pada awalnya peneliti menjadikan
kecamatan-kecamatan di kota Medan sebagai cluster-cluster. Tetapi setelah data
dikumpulkan ada beberapa kecamatan yang tidak terdapat SMA Negeri di
dalamnya. Akhirnya peneliti menjadikan SMA-SMA Negeri di kota Medan
sebagai cluster.
Peneliti mengumpulkan data seluruh SMA Negeri di kota Medan.
Jumlah keseluruhan SMA Negeri di kota Medan adalah 21, dari 21 tersebut
dipilih secara acak dan diperoleh 2 SMA, yaitu SMA Negeri 4 Medan dan
SMA Negeri 13 Medan. Kelebihan dari metode dan teknik ini adalah hasil
administrasi di lapangan yang cukup rumit. Peneliti juga dibantu dengan
kuisioner untuk menentukan remaja yang memiliki minat musik yang berbeda.
Kuisioner minat musik tersebut terdiri dari 4 pertanyaan yang dapat
mengetahui minat seseorang terhadap musik, seperti pemain musik, pendengar
musik, atau tidak ada minat musik.
D. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
komparatif yang terdiri dari 3 kelompok, dengan skema sebagai berikut:
X1 - O1
4. O1, O2, O3 = Pengukuran Kecerdasan Emosional
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
memberikan skala kecerdasan emosional kepada sampel yang disusun
berdasarkan kelima aspek kecerdasan emosional menurut (Goleman, 2007)
yaitu, pengenalan emosi diri sendiri, pengelolaan emosi, motivasi diri sendiri,
pengenalan emosi orang lain, dan kemampuan menjalin hubungan dengan
F. Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Goleman (2007). Aspek-aspek-aspek dari kecerdasan
emosional yaitu, pengenalan emosi diri sendiri, pengelolaan emosi, motivasi
diri sendiri, pengenalan emosi orang lain, dan kemampuan menjalin hubungan
dengan orang lain.
Skala kecerdasan emosional diukur dengan model skala yang
dimodifikasi dari skala yang dibuat Vety Dazefa (2011) dengan menggunakan
model skala Likert. Modifikasi adalah mengubah struktur dan isi aitem dari
skala yang sudah ada namun tetap menggunakan dasar konstrak teoritis
semula. Skala terdiri dari aitem-aitem favorable, yaitu pernyataan yang mendukung aspek kecerdasan emosional dan aitem-aitem unfavorable, yaitu pernyataan yang tidak mendukung aspek kecerdasan emosional (Azwar,
2012).
Setiap aitem memiliki 5 kemungkinan pilihan jawaban, yaitu sangat
sesuai, sesuai, netral, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Untuk aitem
favorable, jawaban “sangat sesuai” akan diberi skor 4 demikian seterusnya
sampai jawaban “sangat tidak sesuai” diberi skor 0. Untuk aitem unfavorable,
jawaban “sangat tidak sesuai” akan diberi skor 4 demikian seterusnya sampai
G. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas
Skala kecerdasan emosional dalam penelitian ini akan dilihat
validitasnya. Validitas adalah sejauh mana alat ukur dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur, seberapa cermat alat ukur melakukan fungsinya dengan
teliti. Validitas yang ingin dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi tersebut terdiri dari dua tipe yaitu, face validity dan validitas logik. Face validity seperti bahasa, ukuran tulisan atau tata cara penulisan, kertas, dan warna yang digunakan. Pengujian validitas logik dilakukan dengan
cara analisis rasional atau melalui professional judgement, yaitu orang-orang yang ahli dibidangnya seperti dosen pembimbing atau dosen-dosen yang
memiliki kompetensi dalam bidang yang diteliti (Azwar, 2012).
2. Uji Daya Beda Aitem
Selain itu juga dilakukan pengujian daya beda aitem yang berupa
koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor total
skala menggunakan Pearson Product Moment diolah secara komputasi dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal .3 maka daya beda aitemnya memuaskan (Azwar, 2012).
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, aitem yang mencapai korelasi
minimal .3 ada 27 aitem.
3. Reliabilitas
Salah satu ciri alat ukur yang baik adalah reliabel, yaitu mampu
(konsistensi hasil ukur). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Peneliti melakukan pengujian reliabilitas pada
alat ukur kecerdasan emosional dalam penelitian ini dengan menggunakan
koefisien Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas ini dipilih oleh peneliti karena prosedurnya lebih praktis dan dengan hanya sekali penyajian skala
pada sekelompok responden bisa dihitung koefisien reliabilitasnya. Koefisien
reliabilitas memiliki rentang angka 0 – 1.00. Sebuah alat ukur dianggap reliabel jika koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1.00 (Azwar, 2012).
Diolah secara komputasi dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dilakukan, skala kecerdasan emosional
yang akan digunakan reliabel (
H. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Uji coba skala kecerdasan emosional dilakukan pada 100 siswa SMA
Swasta An-Nizam Medan. Adapun distribusi aitem-aitem hasil sebelum dan
sesudah uji coba skala kecerdasan emosional dapat dilihat dan dijelaskan
dalam tabel 2. Aitem-aitem sebelum uji coba berjumlah 50 aitem. Setelah uji
coba aitem yang tersisa tinggal 27 aitem. Dimana aitem yang gugur diberi
Tabel 2. Distribusi aitem hasil uji coba skala kecerdasan emosional
No. Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Total
1. Pengenalan
untuk memodifikasi alat ukurnya. Kemudian peneliti menyesuaikan alat ukur
tersebut dengan konteks yang ingin diteliti oleh peneliti. Peneliti dalam hal ini
Setelah itu peneliti menguji coba alat ukur tersebut, setelah hasil uji coba
keluar peneliti akan melakukan revisi alat ukur tersebut. Apakah skala hasil
modifikasi tersebut cocok dengan apa yang akan diukur oleh peneliti. Peneliti
juga mempersiapkan kuisioner untuk menentukan remaja yang memiliki minat
musik yang berbeda-beda.
Uji coba alat ukur dilaksanakan di SMA Swasta An-Nizam Medan
dengan jumlah sampel 100 orang. Hasil uji coba alat ukur tersebut
menunjukkan bahwa alat ukur reliabel dan dapat digunakan, dengan nilai
. Aitem pada skala kecerdasan emosional asli berjumlah 48. Setelah
disesuaikan dengan konteks yang ingin diukur dengan bantuan dari
professional judgement jumlah aitem bertambah menjadi 50 aitem. Kemudian setelah dilakukan uji coba alat ukur dan revisi alat ukur, aitem yang tersisa dan
bisa digunakan berjumlah 27 aitem. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan skala kecerdasan emosional yang telah direvisi dengan jumlah
aitem 27.
2. Tahap Pelaksanaan
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu
mengurus surat izin ke bagian akademik fakultas. Setelah itu peneliti membuat
surat izin dari Dinas Pendidikan Kota Medan untuk melakukan penelitian di
SMA Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13 Medan. Selesai mengurus surat
dari dinas peneliti meminta izin ke sekolah yang bersangkutan untuk
Pada tanggal 5 Mei 2015 peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri
4 Medan. Beberapa ketua kelas dipanggil, kemudian peneliti membagikan
skala kepada beberapa ketua kelas. Lalu ketua kelas tersebut yang
membagikan kepada siswa-siswa di dalam kelas. Peneliti masuk sebentar ke
setiap kelas untuk melihat jalannya proses pengisian skala. Setelah itu skala
dikumpul oleh ketua kelas dan dikembalikan kepada peneliti.
Pada tanggal 4 Juni 2015 peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri
13 Medan. Penelitian di SMA tersebut peneliti hanya menitipkan skala kepada
perwakilan guru, yang nanti akan dibagikan ke siswa melalui bantuan ketua
kelas. Agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Sehingga peneliti
tidak ikut masuk ke dalam kelas. Peneliti hanya mengambil skala yang telah
selesai diisi dari salah satu orang perwakilan guru.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah selesai pengambilan data di kedua SMA Negeri di Medan.
Peneliti melakukan skoring dan input nilai. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.
J. Metode Analisis Data
Data penelitian akan diolah secara statistik menggunakan komputasi
dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows. Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi,
agar kriteria suatu data yang telah disepakati sebelumnya terpenuhi. Uji
homogenitas karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif
(Kerlinger, 2000). Dilanjutkan dengan pengolahan data untuk menguji
hipotesis menggunakan One-Way Independent ANOVA.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan agar dapat diketahui distribusi data dalam
penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Data dalam penelitian dikatakan terdistribusi normal jika .
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah data yang
diperoleh bersifat homogen atau tidak, sampel-sampel penelitian berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Dikatakan homogen jika .
3. One-Way Independent ANOVA
One-Way Independent ANOVA digunakan untuk menguji hipotesa, apakah terdapat perbedaan kecerdasan emosional pada kelompok remaja yang
memiliki minat musik yang berbeda. Variabel bebas dalam penelitian ini
terdiri dari 3 kelompok sehingga analisis statistik yang digunakan adalah One-Way Independent ANOVA dengan taraf signifikansi .05. Jika nilai signifikansi
BAB IV
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.
Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek
penelitian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi data penelitian serta
hasil penelitian.
A. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 393 siswa, dengan menggunakan teknik
cluster sampling terpilih SMA Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13 Medan. Terdiri dari 195 siswa SMA Negeri 4 Medan dan 198 siswa SMA Negeri 13
Medan. Subjek dikelompokkan menjadi 3 yaitu, 219 siswa pemain musik, 166
siswa pendengar musik, dan 8 siswa yang tidak ada minat musiknya.
Pengelompokkan subjek dilakukan dengan menggunakan kuisioner.
Berdasarkan hal tersebut diperoleh gambaran subjek penelitian berdasarkan
usia, jenis kelamin, dan asal sekolah.
1. Usia Subjek Penelitian
Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa subjek penelitian terbanyak
adalah subjek dengan usia 16 tahun sebanyak 173 orang (44%), sedangkan
yang paling sedikit adalah subjek yang berusia 14 tahun, yaitu sebanyak 2
orang (.5%).
2. Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Minat Musik
Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa subjek berjenis kelamin
laki-laki yang berjumlah 180 siswa (45.8%) lebih sedikit daripada subjek
3. Asal Sekolah Subjek Penelitian
Berdasarkan asal sekolah, penyebaran subjek penelitian dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Asal Sekolah
No. Minat Musik
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa subjek yang berasal dari
SMA Negeri 4 Medan berjumlah 195 siswa (49.6%) lebih sedikit daripada
subjek yang berasal dari SMA Negeri 13 Medan berjumlah 198 siswa
(50.4%). Walaupun perbedaannya hanya sedikit yaitu 3 siswa (.8%).
B. Gambaran Skor Skala Kecerdasan Emosional
Hasil dari penelitian didapatkan gambaran tentang skor skala
kecerdasan emosional. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Deskripsi Skor Skala Kecerdasan Emosional
EI N Mean SD Min Max
musik memiliki mean terendah x = 69.63 dengan s = 7.009 sedangkan pemain
terendah skala kecerdasan emosional terdapat pada kelompok pemain musik
yaitu 55, sedangkan skor maksimal tertinggi skala kecerdasan emosional
terdapat pada kelompok pemain musik dan pendengar musik yaitu 98.
C. Hasil Utama Penelitian
Terdapat dua hasil utama penelitian. Pertama, hasil dari uji asumsi,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua, hasil dari pengujian hipotesa
dengan menggunakan One-Way Independent ANOVA. 1. Uji Asumsi
Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas
dan uji homogenitas. Pengujian asumsi ini dilakukan untuk melihat apakah
data normal dan homogen. Selanjutnya mengetahui metode penghitungan data
yang akan digunakan, statistik parametrik atau non parametrik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan agar dapat diketahui distribusi data dalam
penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Pengujian menggunakan
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows
menunjukkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi. Masing-masing dengan
nilai, pemain musik , pendengar musik , dan tidak ada
minat musik .
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan agar dapat mengetahui apakah data yang
populasi yang homogen atau tidak. Pengujian menggunakan Levene Statistic
dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows menunjukkan bahwa asumsi homogenitas varian terpenuhi, dengan nilai F = .176 dan .
2. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Way Independent ANOVA. Sebelum dilakukannya pengujian statistik telah dirumuskan terlebih dahulu hipotesa statistik, yaitu:
a. Ho: Tidak ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki
minat musik berbeda.
b. Ha: Ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki
minat musik berbeda.
Jika nilai signifikansi (between groups) < .05 maka Ho ditolak, sehingga ada perbedaan.Taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini
adalah .05. Hasil analisa data menggunakan One-Way Independent ANOVA
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. ANOVA
EI F Sig.
Between Groups 3.558 .029
Analisa data dengan menggunakan One-Way ANOVA pada tabel 7 diperoleh hasil nilai F = 3.558 dan . Sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti bahwa ada perbedaan kecerdasan emosional diantara
remaja yang memiliki minat musik berbeda. Dengan kata lain musik memiliki
kecerdasan emosional tergolong besar ( .134), dengan pedoman tergolong
kecil jika = .01, sedang = .059, dan besar .138 (Cohen, 1988).
Hasil pengujian Post Hoc Tests dengan menggunakan LSD diperoleh
perbedaan yang signifikan ( ) antara pemain musik (x = 77.52)
dengan tidak ada minat musik (x = 69.63). Ada juga perbedaan yang
signifikan ( ) antara pendengar musik (x = 77.11) dengan tidak ada
minat musik (x = 69.63). Dan tidak ada perbedaan yang signifikan (
antara pemain musik (x = 77.52) dengan pendengar musik (x =
77.11).
D. Hasil Tambahan
1. Gambaran Kategorisasi Kecerdasan Emosional Subjek Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian dapat dilakukan pengelompokan
yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada
asumsi bahwa skor populasi terdistribusi normal. Kriteria kategorisasi
kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua kategori
(Azwar, 2012). Skala kecerdasan emosional terdiri dari 27 aitem dengan lima
pilihan jawaban yang bergerak dari 0 sampai 4. Dari skala kecerdasan
emosional yang telah diisi oleh subjek maka diperoleh gambaran skor empirik
dan hipotetik seperti pada tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8. Skor Mean Empirik dan Mean Hipotetik Kecerdasan Emosional
N Min Max Mean SD
Empirik 393 55 98 77.18 8.285
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil perbandingan mean
empirik dan mean hipotetik dari variabel kecerdasan emosional yang menunjukkan yaitu, 77.18 > 54 sehingga dapat disimpulkan bahwa
skor mean kecerdasan emosional pada subjek penelitian berada di atas rata-rata skor mean kecerdasan emosional pada umumnya.
Rangkuman dari data hasil penelitian tersebut selanjutnya digunakan
oleh peneliti untuk mengkategorisasikan kecerdasan emosional pada siswa
SMA Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13 Medan menjadi 2 kategori yaitu,
rendah dan tinggi. Sebelum mengkategorisasi, terlebih dahulu ditentukan
standard error pengukuran (Se) yang akan memberikan kecermatan hasil pengukuran, karena akan dapat menentukan fluktuasi dari skala kecerdasan
emosional pada siswa SMA Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13 Medan.
Berikut rumusan standard error pengukuran (Azwar, 2012).
Se = Sx √(1-rxx’)
Keterangan:
Se = Standard error dalam pengukuran Sx = Standar deviasi skor
rxx’ = Koefisien reliabilitas
Berdasarkan pengolahan data kecerdasan emosional pada siswa SMA
Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13 Medan dengan bantuan SPSS versi 17.0
Se = 18
Se = 18 x .38
Se = 6.84
Mengetahui besarnya Se akan dapat mengestimasi fluktuasi skor skala
kecerdasan emosional, yaitu:
X ± Z (Se)
Dengan menggunakan taraf signifikansi 95% dengan
sehingga adalah .025, maka didapat nilai Z (berdasarkan tabel distribusi
normal) yaitu, 1.96. Dengan begitu fluktuasi skor skala kecerdasan emosional
menurut hasil ukur skala tersebut adalah:
X ± 1.96 (6.84)
X ± 13.4 dibulatkan menjadi 13
Maka, X + 13 = 54 + 13 = 67
X – 13 = 54 - 13 = 41
Dari perhitungan di atas, maka kategorisasi pengelompokan
kecerdasan emosional siswa SMA Negeri 4 Medan dan SMA Negeri 13
Medan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional
Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel 9, dapat dilihat bahwa
subjek dengan kecerdasan emosional tinggi paling banyak yaitu, 356 subjek
(90.6%). Tidak ada satupun subjek yang memiliki kecerdasan emosional yang
rendah. Sedangkan sisanya yaitu, 37 subjek (9.4%) tidak terkategorisasikan.
E. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kecerdasan
emosional pada remaja yang memiliki minat musik sebagai pemain musik,
pendengar musik, dan tidak ada minat musik. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya oleh Ariani dan Sukmayanti (2013), tentang
hubungan intensitas latihan musik gamelan Bali dan kecerdasan emosional,
hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas latihan musik gamelan
Bali maka semakin sering individu mengasah kecerdasan emosionalnya. Dari
penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa musik memiliki hubungan
terhadap kecerdasan emosional.
Jika dilihat perbedaan dari setiap kelompok minat musik, maka
terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara pemain musik dan tidak ada
minat musik serta pendengar musik dan tidak ada minat musik. Menurut
teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya. Hasil penelitian mendukung teori-teori
yang ada. Bahwa musik dapat mempengaruhi emosi seseorang begitu juga
dapat mengasah kecerdasan emosional seseorang. Orang yang memainkan
Beberapa reaksi emosional terhadap musik bisa sangat kuat dan berpengaruh
dalam kehidupan seseorang (Juslin & Sloboda, 2010).
Pengaruh musik terhadap kecerdasan emosional juga tergolong besar.
Giles (1991), dalam Journal of Music Therapy menerangkan bahwa musik merupakan rangkaian penting terhadap pertumbuhan emosional. Dalam Jurnal
Applications of Research in Music Education (1994), menerangkan bahwa rasa empati dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui kegiatan
bermusik (Djohan, 2003). Rasa empati dan keterampilan sosial termasuk ke
dalam aspek-aspek kecerdasan emosional (Goleman, 2007).
Sedangkan antara pemain musik dan pendengar musik tidak terdapat
perbedaan kecerdasan emosional. Ketika seseorang menjadi pemain musik
atau pendengar musik, maka sebagian otaknya memperoses pengalaman
musik tersebut dan dapat mengasah kecerdasan emosionalnya (Djohan, 2003).
Kesimpulannya adalah orang-orang yang minat dan suka terhadap dunia
musik baik itu pemain musik maupun pendengar musik, mereka lebih
memiliki kecerdasan emosional yang baik daripada orang-orang yang tidak
berminat dan tidak suka terhadap musik. Karena rasa empati dan keterampilan
sosial yang merupakan bagian dari kecerdasan emosional dapat ditingkatkan
melalui kegiatan bermusik (Djohan, 2003). Hasil penelitian menunjukkan
lebih banyak subjek yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Terdapat perbedaan kecerdasan emosional dalam hal pengenalan emosi
diri sendiri, pengelolaan emosi, dan motivasi diri sendiri diantara pemain
sendiri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal menyadari emosi
diri sendiri, kemampuan mengukur diri sendiri, dan tingkat kepercayaan diri
diantara kelompok peminat musik. Begitu juga pengelolaan emosi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam hal kemampuan
mengendalikan emosi diri sendiri, transparan, dan penyesuaian emosi diri
diantara kelompok peminat musik. Terakhir motivasi diri sendiri menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan dalam hal dorongan untuk berprestasi, berinisiatif,
dan tingkat optimis diantara kelompok peminat musik.
Sedangkan dalam hal pengenalan emosi orang lain dan kemampuan
menjalin hubungan dengan orang lain tidak terlihat adanya perbedaan.
Pengenalan emosi orang lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam
memiliki rasa empati, kesadaran terhadap lingkungan, dan dalam hal melayani
diantara kelompok peminat musik. Begitu juga kemampuan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam
hal kepemimpinan, manajemen konflik, kolaborasi dan kerjasama diantara
kelompok peminat musik. Sehingga individu-individu yang memiliki minat
terhadap musik baik sebagai pemain musik atau pendengar musik akan lebih
baik dalam hal pengenalan emosi dirinya sendiri, pengelolaan emosi, dan
motivasi diri sendiri daripada individu yang tidak memiliki minat musik.
Manfaat untuk kedepannya adalah musik bisa menjadi salah satu cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan emosional karena
besarnya pengaruh musik terhadap kecerdasan emosional tergolong besar.